Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Pembina :
Kepala Balai Penelitian Kehutanan Palembang
Dewan Redaksi
Ketua : Sahwalita, S.Hut., MP
Anggota : Bambang Tejo Premono, S.Hut., M.Si
Hengki Siahaan, S.Hut., M.Si
Adi Kunarso, S.Hut., M.Sc
Sekretariat Redaksi
Ketua : Anita TL Silalahi, SP., M.Si
Anggota : Hendra Priatna, ST.
Suningsih, S.Hut.
Syaiful Islam
Diterbitkan oleh:
Balai Penelitian Kehutanan Palembang
Alamat Redaksi:
Jl. Kol. H. Burlian KM 6,5 Punti Kayu Palembang.
Telp. (0711) 414864. e-mail : [email protected]
Salam Rimbawan,
Innovation First, Inspiring The N e x t .
Sebuah motto yang diusung oleh BPK Palembang
untuk terus komitmen berinovasi dan memberi
inspirasi khususnya pada bidang riset di BLI-KLHK.
Komitmen tersebut muncul bersamaan dengan
suasana kebersamaan dalam acara pembinaan
pegawai BPK Palembang yang diselenggarakan di
penghujung tahun ini. Satu yang diharapkan adalah
meningkatnya produktivitas kerja seluruh karyawan
BPK palembang untuk tercapainya tupoksi balai.
Pembaca yang budiman, perubahan nomenklatur
dan restruktusisasi di kementerian LHK tentu tidak
membuat aktivitas kami berhenti. Kegiatan riset,
pemasyarakatan hasil litbang, pelayanan/advis
teknis kepada pengguna/masyarakat tetap berjalan
sesuai dengan yang direncanakan. Dan Warta
Tembesu kembali hadir dengan menyajikan berbagai
informasi hasil riset dan inovasi BPK Palembang
serta report penyelenggaraan berbagai event terkait
pemasyarakatan hasil litbang.
Pembaca yang budiman, tahun 2015 ini di
Sumatera Selatan terjadi bencana asap yang cukup
parah selama hampir 4 bulan akibat kebakaran
lahan gambut. Ini tentu menjadi pelajaran bagi
kita dalam pengelolaan hutan dan lahan gambut
ke depan agar bencana ini tidak selalu berulang.
Solusi untuk mengatasi kebakaran lahan gambut
juga harus terus dicari. Dalam rubrik artikel,
pembaca dapat mendalami salah satu Alternatif
solusi untuk mengatasi kebakaran lahan gambut
hasil riset peneliti BPK palembang. Ulasan tentang
peluang pengembangan agoforestri-campuran di
KHDTK Kemampo dan agroforestri nilam juga dapat
pembaca nikmati pada edisi ini.
Pada pelaksanaan kegiatan alih teknologi tahun
ini, BPK Palembang berkesempatan bekerjasama
dengan Puslitbang Hasil Hutan dan KPH Lakitan
menggelar paket teknologi di kota lubuk Linggau.
Liputan khusus Lokakarya Teknisi Litkayasa, Pekan
Wisata ilmiah dan HMPI mengisi beberapa rubrik
tetap Warta Tembesu.
Terakhir, segenap tim sekretariat Warta Tembesu
dan keluarga besar BPK Palembang ikut berbela
sungkawa dan menyampaikan duka cita sedalam-
dalamnya atas kepergian Ir. Paimin, MSc., Peneliti
senior Badan Litbang dan Inovasi, yang juga Kepala
BPK Palembang periode Tahun 2001-2002. Semoga
karya-karya beliau bermanfaat dan amal ibadahnya
diterima oleh Yang Maha Kuasa.
Selamat membaca.
Tim Redaksi
Warta Tembesu diterbitkan oleh Balai Penelitian Kehutanan Palembang sebagai media informai dan komunikasi penelitian
dan pengembangan kehutanan bidang konservasi dan rehabilitasi, peningkatan produktivitas hutan, keteknikan kehutanan
dan pengelolaan hasil hutan serta perubahan iklim dan kebijakan kehutanan.
Redaksi mengundang para peneliti, teknisi litkayasa dan praktisi kehutanan untuk menulis artikel secara bebas, kreatif dan
bertanggung jawab terhadap permasalahan yang berkaitan dengan hutan tanaman. Redaksi berhak menyunting tulisan
yang masuk tanpa mengubah maksud (substansi) tulisan.
Dari Redaksi Daftar Isi
Dari Redaksi
Peluang Pengembangan Pola Agroforestri-Campuran di KHDTK Kemampo3
Alternatif Solusi untuk Mengatasi Kebakaran Lahan Gambut di Sumsel 8
Launching Website12
In memorian : Ir. Paimin, Msc14
Kerjasama BPK Palembang dengan BP2HP Wilayah V Palembang15
A G R O F O R E S T R I NILAM (Pogostemon cablin Benth) 5Lokakarya Teknisi Litkayasa10
Partisipasi pada Pekan Wisata Ilmiah dan Inafor ke-3
13
HMPI 2015 dan Pameran Kehutanan16 Pembinaan
Pegawai16
Gelar Teknologi Hasil Litbang12
3
Ulasan
Warta Tembesu Volume 4, Nomor 2 3
Oleh: Sahwalita dan Nanang Herdiana
KHDTK Kemampo pada awalnya tahun 1992/1993
dibangun untuk mendukung hutan tanaman sehingga dibangun
plot-plot jenis kayu seperti Acacia mangium, Paraserianthes
falcataria, Swietenia macrophylla, Gmelina arborea dan
Eucalyptus deglupta. Pembangunan plot jenis kayu terus
berlanjut dalam upaya untuk mendukung pengembangan
tanaman hutan dan konservasi jenis antara lain: uji coba
provenance Acacia mangium, Eusidiroxylon zwageri, Alstonia
scholaris, Intsia bijuga, Anysoptera sp, Shorea javanica, Shorea
belangeran, Peronema canescen, Fagraea fragrans, Tectona
grandis, Dysoxylum mollissimum dan lain-lain.
Letaknya yang strategis dengan jarak sekitar 41 km dari
Kota Palembang (ibu kota Provinsi Sumatera Selatan) didukung
aksesibilitas cukup baik menjadikan KHDTK Kemampo banyak
dikunjungi. Berbagai kepentingan pengunjung mulai dari
studi banding, penelitian, pelatihan sampai wisata.
Untuk meningkatkan perannya, KHDTK Kemampo se-
la lu berbenah mengikuti kebutuhan pengguna. Selain
mempertahankan dan menambah plot tanaman hutan, perlu
juga untuk menambah keragaman tanaman seperti HHBK,
perkebunan dan pertanian yang nantinya dapat dijadikan
sebagai model bagi pengelolaan oleh KPH yang ada di
Sumatera. Beberapa hal yang perlu dilakukan pengelola antara
lain pemanfaatan lahan dengan optimalisasi peman faatan
ruang tumbuh dengan usaha produktif yang bernilai ekonomi.
Pengelolaan ini dapat menjadi percontohan bagi ketahanan
pangan, energi dan obat-obatan dan kemitraan bagi masyarakat
di sekitar hutan. Dengan memanfaatkan ruang diantara tanaman
hutan, bahu jalan, sekat bakar dan lahan-lahan kosong lainnya
pola AGROFORESTRI or CAMPURAN menjadi pilihan.
Jenis tanaman yang mungkin dapat dikembangkan antara
lain:
Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Pohon nangka berukuran sedang dengan tinggi sekitar
20m, batang bulat silindris mencapai diameter sekitar 1 meter.
Tajuknya lebat dan lebar serta membulat pada tempat terbuka.
Pemanfaatannya yang luas mulai dari daging buah
masak (dimakan segar dan diolah),
biji nangka direbus, digoreng dan
dibuat tepung), buah nangka
muda (sayur) dan putiknya
untuk bahan rujak. Selain itu
daunnya untuk pakan ternak
dan kayunya (perkakas rumah
tangga, mebel dan konstruksi
bangunan).
Berdasarkan pengala man,
nangka cocok ditanaman di
KHDTK Kemampo dan penjualan
buah nangka muda mencapai Rp
2.500/buah serta buah masak telah dinikmati. Disarankan
ditanam di sepanjang bahu jalan.
Peluang PengembanganPola Agroforestri-Campuran
di KHDTK KemampoLada (Piper nigrum L.)
Tanaman lada termasuk tanaman memanjat yang memiliki
dua sulur yaitu sulur panjat dan sulur cabang buah. Lada
mempunyai manfaat yang cukup banyak bagi kehidupan,
terutama digunakan sebagai bumbu atau penyedap makanan.
Kopi (Cofee)Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor yang
mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasar dunia.
Sudah hampir tiga abad kopi diusahakan penanamannya di
Nilam (Pogostemon cablin benth)
Pengalaman tanaman Lada di KHDTK Kemampo telah
berhasil, walaupun baru batas uji coba dan menghasilkan biji
super.
Harga jual ditingkat petani sekitar Rp 80.000-100.000/kg.
Saran penanaman memanfaatkan tanaman kayu sebagai
rambatannya seperti tegakan Pulai, atau dibuatkan tempat
rambatan dari kayu.
I n d o n e s i a
u n t u k
m e m e n u h i
k e b u t u h a n
konsumsi di
dalam negeri
dan luar negeri.
K o p i
menjadi minuman yang biasa disajikan pada setiap
kesempatan. Selain itu minum kopi banyak memberikan
manfaat seperti mencegah berbagai penyakit, meningkatkan
metabolisme dan mengandung antioksidan.
Harga jual kopi antara Rp 21.000 – 25.000/kg
Pengalaman tanaman kopi di KHDTK Kemampo sudah lama
dan sudah panen setiap tahun. Yang perlu dilakukan adalah
penataan dan peningkatan produktivitas. Saran penanaman
di bawah tegakan yang telah dijarangi seperti: kayu bawang.
Nilam me ru pa kan herba tropis penghasil minyak atsiri yang dalam per da gangan inter na sional dikenal sebagai minyak
patchouli (patchai : hijau) dan ellai : daun). Tumbuhan nilam be- rupa perdu dengan tinggi mencapai satu meter.Harga jual ditingkat petani sekitar Rp 700.000-830.000/kg.
Warta Tembesu Volume 4, Nomor 24
Ulasan
Kayu Putih (Melaleuca cajuputi sub sp. cajuputi)Di Indonesia tanaman kayu putih berupa hutan alam dan
hutan tanaman. Hutan alam terdapat di Maluku, Sulawesi
Pinang (Areca catechu L.)Batang lurus langsing dengan ketinggian mencapai 25 m
dengan tajuk sempit. Manfaat biji pinang adalah campuran orang nyirih, obat (cacingan, disentri, diare dan kudis),
Saran penanaman di sepanjang bahu jalan, di bawah tegakan
muda sebagai cover crop dan sekat bakar.
tersebut tumbuh pada ketinggian antara 5 – 400 m dari permukaan laut, rata-rata curah hujan setiap tahun antara 1300 – 1750 mm. Dapat ditanam dengan pola monokultur dan campuran.
Minyak kayu putih memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai obat gatal, pusing, mual, serta sebagai penghangat badan. Harga jual berkisar 230.000- 250.000/liter. Saran penanaman di sepanjang sekat bakar batas luar dan antar plot.
Saran penanaman pada batas lahan atau di sepanjang bahu jalan, campur dengan tanaman buah lain seperti nangka.
Pete (Parkia speciosa)Pohon petai termasuk tanaman menahun dengan tinggi dapat mencapai 20m
dan kurang bercabang. Manfaat pete sebagai sumber energi, protein, karbohidrat, fosfor, vitamin, zat besi, dan mineral lainnya.
Harga pete luktuatif Rp 1500-
Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. S e d a n g k a n hutan tanaman di Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Barat. Jenis
Jengkol (Archidendron paucilorum)Pohon jengkol tingginya mencapai 10-27 meter. Pohon
ini memiliki akar yang dalam sehingga mampu menyerap air tanah. Hal tersebut bermanfaat positip bagi konservasi air dan tanah. Biji jeng kol dapat di-makan segar atau-pun diolah sebagai bahan pangan. Ola han paling umum dijadikan
lauk se perti disemur, digoreng, direbus,
balado, di gulai, keripik dan lain-lain. Jengkol diketahui dapat mencegah diabetes dan bersifat diuretik dan baik untuk kesehatan jantung.
Saran penanaman pada batas lahan atau campuran dengan tanaman gaharu serta memelihara tanaman yang telah ada dengan mengatur ruang tumbuh.
Jambu air (Syzygium aqueum)Jambu air memiliki tinggi 3-10 m, batang sering bengkak-
bengkok dan bercabang mulai dari pangkal pohon. Buah- nya bertipe buah buni, berbentuk gasing dengan pangkal kecil dan ujung yang sangat melebar. Tanaman jambu air ini dapat tumbuh dengan baik di daerah bersuhu udara 27°C – 32°C, dan kelembaban udara (rH) antara 50% – 70%, serta cukup terkena sinar matahari. Jambu air banyak mengandung air, selain itu kaya akan vitamin C, serat, vitamin A, kalsium, thiamin, niacin, besi dan kalium. Senyawa organik di dalamnya mengandung jambosine, asam betulinic, dan lakton Friedel. Beberapa manfaat jambu air: mengontrol diabetes, menyehatkan pencernaan, pencegahan kanker, detoksiikasi, menyehatkan jantung dan meningkatkan sistem kekebalan.
Buah jambu air mencapai harga Rp 15.000-20.000/kg, tetapi pernah mencapai harga Rp 60.000/kg. Saran penanaman di sekitar weerkit dan embung air.
Tanaman ini selain menghasilkan keuntungan secara ekonomi juga bermanfaatan sebagai cadangan pangan satwa liar yang hidup di KHDTK kemampo. Hal ini diperlukan untuk
Gaharu (Aquilaria malacensis) Di pasar internasional gaharu murni diperdagangkan dalam bentuk kayu, serbuk dan minyak. Kayu gaharu bisa dijadikan bahan kerajinan bernilai sangat tinggi atau untuk peralatan upacara keagamaan. Serbuk gaharu digunakan untuk dupa/ratus dan minyaknya merupakan bahan kosmetik,
Nilai ekonomis pohon gaharu ditentukan kandungan resinnya, bisa mencapai Rp 25 - 75 juta per pohon. Saran penanaman memanfaatkan ruang tumbuh di bawah tegakan seperti sungkai dan jati.
obat, parfum.Harga Gubal Gaharu ku-
al itas baik di pasar interna-sional mencapai Rp. 25 juta per kg. Sedang kayunya
berkisar antara Rp 250-500 ribu per kg t e r g a n t u n g pada warnanya. Semakin hitam semakin mahal.
pewarna serta penyamak dan akhir-akhir ini terke-
nal Jus buah p i n a n g . B a t a n g n y a k e r a p d i p e r j u a l belikan untuk lomba panjat p i n a n g ,
bahan perkakas atau pagar dan talang atau saluran air. Biji pinang menjadi komoditi perdagangan dengan tujuan India, Pakistan, Bangladesh, atau Nepal, serta sebagai bahan baku medis, industri, dan kecan tikan.
Harga jual pinang bulat super berkisar Rp 21.000 - 25.000/kg, sedangkan pinang iris berkisar Rp 15.000-17.000/kg.
m e n g u r a n g i r e s i k o g a n g g u a n satwa liar pada tanaman pokok yang dikembangkan.
2000/papan, bahkan pada musim tertentu lebaran misalnya mencapai
Rp 10.000/papan. Saran penanaman di antara HHBK lain dengan pola campuran
atau dengan membuat plot monokultur.
Warta Tembesu Volume 4, Nomor 2 5
Oleh: Nanang Herdiana dan Sahwalita
AGROFORESTRI
NILAM(Pogostemon cablin Benth)
Pengantar
Nilam (Pogostemon cablin Benth) atau dilem wangi
(Jawa), merupakan tanaman perdu dengan tinggi mencapai
satu meter dan termasuk dalam keluarga Labiatea. Jenis
ini adalah salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang
penting bagi Indonesia. Minyak yang dihasilkan merupakan
komoditas ekspor yang cukup mendatangkan devisa negara.
Sebagai komoditas ekspor minyak nilam mempunyai prospek
yang baik, karena dibutuhkan secara kontinyu dalam industri
kosmetik, terutama dalam pembuatan parfum dan sabun.
Penggunaan minyak nilam dalam industri-industri ini karena
sifatnya yang iksative terhadap bahan pewangi lain agar aroma bertahan lama, sehingga dapat mengikat bau wangi
dan mencegah penguapan zat pewangi. Limbah dari hasil
penyulingan minyak nilam yang terdiri dari ampas daun dan
batang mempunyai potensi dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan dupa, obat nyamuk bakar dan pupuk kompos.
Sisa air dari hasil penyulingan setelah dipekatkan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk aroma terapi.
Tanaman nilam pertama kali dibudidayakan di daerah
Tapak Tuan (Aceh) yang kemudian menyebar ke daerah pantai
timur Sumatera dan terus ke Jawa. Hingga saat ini, daerah
sentra produksi nilam terdapat di Bengkulu, Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, kemudian
berkembang di Provinsi Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur dan daerah lainnya.
Pengembangan taman nilam secara luas oleh masyarakat
tidak lepas dari teknik budidayanya yang mudah dan cepat
panen. Tanaman ini dapat mulai dipanen dari umur 6 - 8 bulan
dari tanam dan selanjutnya dipanen secara periodik setiap 3
bulan. Peremajaan tanaman baru dilakukan setelah tanaman
berumur 3 tahun. Selain itu, harga jual minyak nilam cukup
tinggi, mencapai Rp 700.000 – 800.000/kg.
Nilam dapat ditanam secara monokultur maupun secara
campuran, baik dengan tanaman musiman (tumpang sari
dengan tanam palawija) maupun dengan tanaman tahunan
berkayu (agroforestri). Pengembangan nilam dengan pola
campuran atau agroforestri menjadi lebih menjanjikan,
sehingga upaya optimalisasi penggunaan lahan dan
peningkatan nilai ekonominya perlu diupayakan. Pada
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Tinjauan Tanaman Nilam
Nilam merupakan tumbuhan tropik yang termasuk dalam
famili labiatae, klas Angiospermae dan divisi Spermatophyta.
Tanaman nilam memiliki akar serabut, bentuk daun bervariasi
dari bulat hingga lonjong, dan batangnya berkayu dengan
diameter berkisar antara 10 - 20 mm. Sistem percabangannya
banyak dan bertingkat mengelilingi batang, antara 3 - 5 cabang
per tingkat. Setelah tanaman berumur 6 bulan, tingginya
dapat mencapai 1 meter dengan radius cabang selebar kurang
lebih 60 cm. Secara umum, di Indonesia terdapat tiga jenis
nilam yang dapat dibedakan berdasarkan karakter morfologi,
kandungan dan kualitas minyak serta ketahanan hama dan
penyakit. Ketiga jenis nilam tersebut antara lain: Pogostemon
cablin benth (Nilam Aceh), Pagostemon heyneatus benth
(Nilam Jawa) dan Pogostemonhortensis Backer (Nilam Sabun)
(Guenther, 1952).
Nilam dapat tumbuh dan berkembang di dataran rendah
sampai pada dataran tinggi yang mempunyai ketinggian
1.200 m dpl. Akan tetapi, nilam akan tumbuh dengan baik dan
berproduksi tinggi pada ketinggian tempat antara 50 - 400 m
dpl. Tanaman ini menghendaki suhu yang panas dan lembab,
serta membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang
tahun. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan
tanaman nilam berkisar antara 2000 - 2500 mm/tahun dengan
penyebaran merata sepanjang tahun, suhu optimum untuk
tanaman ini adalah 24 – 280 C dengan kelembaban lebih
dari 75%. Tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran
berkisar antara 75 - 100% (Rosman dkk, 2004; Nuryani dkk,
2005, Emmyzar dan Wiratno, 2005).
Perkembangan Nilam Di Indonesia
Menurut beberapa informasi tanaman nilam masuk ke
Indonesia pada tahun 1895, nilam pertama kali dibudidayakan
Ulasan
6 Warta Tembesu Volume 4, Nomor 2
di daerah Tapak Tuan (Aceh) yang kemudian menyebar ke
daerah pantai timur Sumatera. Hasil tanaman berupa terna
hanya dikeringkan dan langsung dieksport ke Singapura
untuk disuling yang selanjutnya diekspor ke berbagai negara,
terutama Prancis. Pada tahun 1920, petani di Tapak Tuan mulai
menyuling minyak nilam dan mulai diekspor ke Singapura
dan Malaysia, tetapi terna keringnya juga masih diekspor.
Sejak tahun 1950 Indonesia hanya mengekspor minyak nilam
saja dan setelah tahun 1960, posisi Singapura dan Malaysia
sebagai negara eksportir minyak nilam utama digantikan oleh
Indonesia (Dhalimin dkk, 1998).
Pada tahun 1956, ekspor minyak nilam Indonesia hanya
30 ton saja, tetapi pada tahun 1960-an sudah mencapai 232
ton. Peningkatan voume ekspor tersebut tidak tersaingi oleh
negara-negara pengekspor lainnya pada saat itu, seperti Cina,
Srilanka, malaysia dan Brazil. Peningkatan ekspor minyak
nilam terus meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun
1995, sebanyak 1.445 ton. Produksi minyak nilam ters
menurun karena berkurangnya luas tanaman, tetapi pada
tahun 2003 produksi minyak nilam Indonesia kembali naik,
bahkan pada tahun 2014, produksi minyak nilam diperkirakan
mencapai 2.690 ton dengan luas tanaman 31.288 ha (Dirjen
Perkebunan, 2014).
Peningkatan produksi minyak nilam tidak lepas dari upaya
perbaikan teknik budidaya, penggunaan varietas unggul dan
eisiensi berbagai proses pasca panen. Penggunaan bibit nilam varietas unggul cukup berperan dalam peningkatan
produktivitas. Balittro (Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatika) telah menghasilkan 3 variatas nilam dan telah
dilepas ke pasaran, yaitu: varietas Tapak Tuan, Lhokseumawe
dan Sidikalang (Nuryani dkk, 2005). Teknologi pasca panen
nilam, terutama penyulingan, diarahkan tidak hanya untuk
menghasilkan rendemen minyak yang tinggi, tetapi juga
supaya memiliki kualitas minyak nilam yang mampu memenuhi
standar kualitas mutu yang telah ditetapkan pemerintah (SNI
06-2385-2006).
Agroforestri Nilam
Sampai saat ini, sebagian besar budidaya nilam yang
dipraktekkan oleh petani maupun perusahaan perkebunan
nilam adalah monokultur. Nilam ditanam dalam satu
hamparan tanpa ada tanaman lain sebagai pencampur.
Pengelolaan tanaman cenderung dilakukan secara intensif
dengan orientasi produktivitas terna dan pendapatan. Dari
sisi teknis dan ekonomi, budidaya nilam secara monokuktur
lebih mudah dilakukan, terutama untuk jangka waktu yang
singkat. Sedangkan untuk jangka waktu yang panjang, pola
budidaya tersebut akan lebih beresiko oleh ketidakstabilan
harga jual minyak di pasaran serta gangguan serangan hama
dan penyakit. Budidaya campuran menjadi alternatif pola
pengusahaan nilam yang potensial untuk diterapkan, karena
secara umum, pengkombinasian tanaman nilam dengan
tanaman lain akan mengurangi biaya pemeliharaan dan resiko
kegagalan akibat luktuasi harga komoditas, serta dalam jangka panjang akan meningkatkan produktivitas lahan.
Secara sederhana, pola tanam campuran nilam yang
bisa dilakukan oleh masyarakat adalah tumpang sari,
mengkombinasikan tanaman niam dengan tanaman palawija
semusim (jagung, cabe, terung dan tanaman sayuran lainnya)
atau tanaman penghasil minyak atsiri lainnya (misalnya akar
wangi atau serai wangi). Praktek ini umunya dilakuan oleh
petani nilam skala kecil, dalam luasan yang reatif masih
terbatas, topograi relatif datar dan pengelolaannya juga relatif belum intensif.
Berdasarkan karakteristiknya, tanaman nilam menyukai
kondisi lingkungan yang teduh, hangat dan lembap dan rentan
terhadap kekeringan, sehingga akan mudah layu jika terkena
sinar matahari langsung atau kekurangan air. Hasil penelitian
Rosman, dkk (2004), tanaman nilam ketika masih muda sangat
membutuhkan naungan dengan intensitas cahaya 50%. Pada
kondisi ini nilam memiliki pertumbuhan lebih baik dari pada
terbuka (100%). Sementara Mile (1999), menyebutkan bahwa
tanaman nilam masih berproduksi baik di bawah tegakan
pohon dengan intensitas cahaya minimal 75%. Berdasarkan
hal tersebut, maka tanaman nilam dapat ditanam bersama
dengan tanaman tahunan melalui pola agroforestri. Praktek
agroforestri nilam yang telah diterapkan oleh masyarakat
adalah agroforestri nilam dengan kelapa, sengon, jati, pala,
coklat dan lainnya.
Pengaturan ruang tumbuh dalam agroforestri nilam menjadi
salah satu hal yang penting dalam upaya mempertahankan
produktivitasnya pada kisaran yang optimal. Pengaturan
ruang tumbuh tersebut dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan, diantaranya:
1. Pengaturan pola distribusi komponen kayu (pohon).
Pola distribusi tanaman kayu yang paling sederhana
Ulasan
Warta Tembesu Volume 4, Nomor 2
yang dapat dilakukan adalah dengan pola berseling
(alternate rows atau alternate strips). Tanaman nilam
ditanam diantara tanaman kayu (pohon).
2. Pengaturan jarak tanam. Jumlah populasi tanaman nilam
dapat disesuaikan dengan mengatur jarak tanam pohon,
Budi daya tanam nilam secara campuran, baik tumpang
sari maupun dengan pola agroforestri, diperlukan untuk
meningkatkan pendapatan petani dan mempertahankan
kelestarian lingkungan. Diversiikasi produk dihasilkan tidak hanya ditujukan sebagai pengaman pendapatan petani jika
terjadi penurunan harga jual produk tertentu, tetapi juga
sebagai upaya konservasi lahan.
PUSTAKA
Dhalim, A., Anggraini dan Hobir. 1998. Sejarah dan
Perkembangan Budidaya Nilam Di Indonesia. Monograf
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro).
Bogor. No. 5, Hal: 1 - 9.
Dirjen Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia:
Tanaman Semusim. Dirjen Perkebunan, Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Guenther, E., 1952. The Essential Oils. D. van Nostrand Co. Inc.
New York. 2nd Ed. III 552 - 574p.
Mile, M.Y. 1999. Sistim Penanaman Tanpa Olah Tanah
dan Aplikasinya dalam Kegiatan HTI Pola tumpangsari,
Prosiding, Expose Hasil-Hasil Penelitian Teknik
Konservasi Tanah dan Peningkatan Partisipasi Msyarakat,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan
Konservasi Alam, Badan Litbang Kehutanan Departemen
Kehutanan. Bogor.
Nuryani, Emmyzar dan Wiratno. 2005. Budidaya Tanaman
Nilam. Badan Penelitian dan Pengembanga Pertanian,
balai Penelitian tanaman Obat dan Aromatika.
Bogor.
Nuryani, Y., Emmyzar dan A. Wahyudi. 2005. Teknologi
Unggulan Nilam Perbenihan dan Budidaya Pendukung
Varietas Unggul. Bogor : Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Rosman, Setyono dan H. Suhaeni. 2004. Pengaruh naungan
dan pupuk fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi
nilam (Pogostemon cablin Benth.). Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. Buletin Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (2004) vol. XV No.1 p. 43 - 49.
semakin lebar jarak tanam pohon, semakin banyak nilam
yang dapat ditanam.
3. Pembebasan ruang vertikal. Perlakuan pembebasan
ruang tumbuh secara vertikal melalui pemangkasan
cabang pohon (pruning) akan turut meningkatkan
ketersediaan ruang tumbuh bagi tanaman nilam.
Agroforestri nilam dengan tanaman perkebunan yang
diusahakan intensif, seperti tanaman karet, dapat dilakukan
dengan memanfaatkan tanaman karet muda, sebelum karet
berumr 3 atau 4 tahun. Karet muda masih memiliki tajuk yang
sempit dan ringan, sehingga belum memberikan naungan yang
berat. Tanaman nilam dapat ditanam berbarengan dengan
tanaman karet. Sampai dengan umur 3 tahun, tanaman nilam
bisa ditanam satu kali daur, tetapi panen tanaman nilam bisa
dilakukan lebih dari 9 kali.
Praktek agroforestri nilam dengan sistem olah tanah
konservasi akan lebih bernilai dan bermakna jika dilakukan
pada daerah-daerah hulu dengan topograi lahan yang curam. Pada areal seperti ini, peran pohon sebagai penjaga stabilitas
lahan dalam upaya mengurangi resiko longsor dan erosi tidak
dapat dihilangkan. Masuknya tanaman nilam dalam sistem
pengelolaan lahan dengan memanfaatkan ruang tumbuh akan
meningkatkan produktivitas lahan, sehingga kepentingan
ekologi dan ekonomi akan berjalan dengan baik.
Penutup
Budidaya dan pengolahan pasca panen tanaman nilam
yang tergolong mudah menyebabkan tanaman ini banyak
diminati dan telah menyebar luas ke seluruh Indonesia
Pengusahaan tanaman ini tidak hanya dapat memberikan
tambahan pendapatan untuk petani, tetapi juga bisa menjadi
usaha utama keluarga.
Pengembangan taman nilam secara luas
oleh masyarakat tidak lepas dari teknik
budidayanya yang mudah dan cepat panen.
Tanaman ini dapat mulai dipanen dari umur
6 - 8 bulan dari tanam dan selanjutnya
dipanen secara periodik setiap 3 bulan.
Peremajaan tanaman baru dilakukan setelah
tanaman berumur 3 tahun. Selain itu, harga
jual minyak nilam cukup tinggi, mencapai
Rp 700.000 – 800.000/kg.
7
Ulasan
8 Warta Tembesu Volume 4, Nomor 2
AlternatifKebakaranLahan Gambut di Sumsel
Solusi untuk Mengatasi
Bencana kabut asap pada tahun ini telah berlalu, namun
kita tidak boleh lengah. Jika tidak waspada, bencana serupa
pada tahun mendatang akan kembali menghampiri. Meskipun
saat ini kita tengah menikmati segarnya udara tanpa asap,
namun kewaspadaan terhadap bencana kabut asap tetap mesti
terjaga. Terlebih musim kemarau tahun 2016 diprediksi akan
datang lebih awal, yaitu sekitar bulan Maret. Bahkan di wilayah
Sumatera Utara dan Riau, awal musim kemarau diperkirakan
akan datang pada bulan Januari – Februari (SINDO, 2015).
Jika ditinjau dari sudut pandang “Teori Segitiga Kebakaran”,
yang menghubungkan unsur panas, oksigen dan bahan bakar
(Cochrane, 2009), maka peran musim kemarau adalah sebagai
salah satu pemicu melimpahnya bahan bakar. Apalagi di
wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) yang terhampar jutaan
aktivitas manusia. Aktivitas persiapan lahan, pembersihan
semak sewaktu mencari ikan, pembersihan belukar saat
mencari kayu tenggelam (Setijono, 2003) merupakan faktor
penyebab timbulnya kebakaran lahan di Sumsel.
Hasil investigasi lapangan ke salah satu wilayah rawan
kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kecamatan Pangkalan
Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir (Kab. OKI), Sumsel,
memperlihatkan bahwa bencana kebakaran hutan dan
lahan pada (2015) telah menghanguskan lahan rawa yang
termasuk ke dalam kawasan Hutan Produksi (HP) dan
kawasan Area Penggunaan Lainnya (APL). Pada areal HP, api
telah menghanguskan lahan rawa gambut yang problematika
lahan gambut dan hubungan dengan kebakaran antara
perusahaan dengan masyarakat sekitar. Sebagai satu
contoh kasus, kebakaran hutan dan lahan di wilayah Desa
Riding menghanguskan lahan rawa gambut yang tengah
dipersengketakan antara masyarakat Desa Riding dengan
pemegang areal konsesi HTI, PT. Bumi Mekar Hijau (PT. BMH).
Menurut informasi dari kedua belah pihak (PT. BMH dan
tokoh masyarakat setempat) di wilayah Desa Riding terdapat
sekitar 10.000 hektar areal konsesi PT. BMH yang di-klaim
sebagai lahan desa. Sebagai tuntutan atas lahan tersebut,
masyarakat meminta PT. BMH untuk membantu masyarakat
dalam mengelola lahan tersebut untuk pembangunan sawah
seluas 2.000 hektar. Seluas 3.000 hektar telah disepakati
oleh kedua belah pihak untuk ditanami akasia dengan pola
bagi hasil. Sisanya, sekitar 5.000 hektar lahan yang letaknya
berada di sekitar sungai, diserahkan pengelolaanya oleh
masyarakat kepada pihak perusahaan. Hasil pemantauan
lapangan menunjukkan bahwa areal tersebut saat ini masih
terbengkalai. Pihak perusahaan belum aktivitas pemadaman
di daerah tersebut dan masyarakat pun belum melakukan
aktivitas bidudaya pertanian intensif lainnya. Akibatnya,
lahan tersebut menjadi terlantar dan ditumbuhi semak
belukar. Lahan demikian itulah yang hangus terbakar pada
tahun ini.
Di samping lahan seperti tersebut di muka, lahan rawa
yang juga rawan terbakar adalah lahan rawa gambut yang
termasuk ke dalam kawasan hutan produksi konversi
(HPK), namun statusnya telah dilepaskan oleh Kementerian
hektar lahan rawa gambut yang telah dikeringkan (drainaged).
Oleh karena itu, material yang sangat mudah terbakar pun
tersedia dalam jumlah melimpah setiap memasuki musim
kemarau.
Selain melimpahnya bahan bakar, unsur lain pemicu
kebakaran hutan dan lahan adalah panas. Sumber panas dapat
berasal dari sumber alami atau akibat penggunaan api dalam
berbagai aktivitas manusia. Umumnya, kebakaran hutan dan
lahan yang terjadi di wilayah Sumsel disebabkan oleh panas
yang ditimbulkan oleh penggunaan api dalam berbagai
Kebakaran lahan di Kayuagung (foto by Adi K.)
Artikel
Oleh: Mamat Rahmat
Warta Tembesu Volume 4, Nomor 2 9
APL pun belum ada aktivitas budidaya
perkebunan. Bagian lahan tersebut
yang terletak di pinggir jalan kini telah ditandai sebagai
lahan milik oleh masyarakat, walaupun tidak ada bukti surat
keterangan yang syah dari aparat pemerintahan. Menurut
keterangan dari warga setempat, lahan tersebut hanya
dimanfaatkan sebagai areal untuk menanam padi (sonor)
jika lahannya terbakar.
Kegiatan FGD di Desa Toman. (foto by Sariin)
Kegiatan FGO di Pangkalan Jerambah. (foto by Sariin)
Artikel
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
menjadi APL. Salah satu APL yang tahun
ini hangus terbakar juga adalah APL
di wilayah Desa Riding. Areal tersebut
dilepas oleh KLHK (saat itu masih
bernama Kementerian Kehutanan) pada
tahun 2012 untuk ijin usaha perkebunan.
Sama seperti areal HP, di areal
Dari dua contoh kasus di muka dapat ditarik benang
merahnya bahwa minimnya pengelolaan lahan rawa gambut
yang telah dibebani ijin menyebabkan areal tersebut
menjadi rawan terbakar. Pemberian hak konsesi lahan
kepada pihak perusahaan dalam jumlah besar juga belum
mampu dikelola dengan optimal dan pemegang izin juga
belum mampu menyelesaikan berbagai kendala sosial yang
timbul. Sialnya, belum berujungnya konlik yang muncul tersebut, juga diduga sebagai salah satu faktor pemicu
kebakaran hutan dan lahan.
Merespon kondisi tersebut, Balai Penelitian Kehutanan
Palembang pada tahun 2015 turut berpartisipasi
mencurahkan sumber daya yang ada untuk mencari solusi
atas bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan di
Sumsel. Dalam upaya tersebut telah dilakukan konsultasi
dan diskusi dengan para pihak (pemerintah, perusahaan
dan masyarakat). Dari hasil diskusi dengan masyarakat,
terungkap bahwa penggunaan api hingga saat masih
menjadi praktik yang belum ditinggalkan. Kendatipun
membakar lahan telah dilarang melalui Maklumat Kapolda,
namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan bahwa
upaya tersebut mampu mengurangi penggunaan api.
Bedanya, penggunaan api dalam proses persiapan lahan
pada masa lalu dilakukan secara terang-terangan, namun
saat ini pembakaran dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Kondisi di Desa Riding menunjukkan
bahwa, kebakaran lahan gambut yang terjadi
pada areal APL yang belum dikelola, minim
upaya penanggulanagan. Memang, jika hanya
mengandalkan pasukan pemadam kebakaran dari
Satuan Manggala Agni, tidak akan mencukupi.
Namun upaya pemadaman api secara swadaya
masih minim. Selain itu, juga terkesan ada
pembiaran lahan gambut yang terbakar, karena jika
lahan gambut telah terbakar dapat dimanfaatkan
untuk menanam padi.
Berangkat dari kondisi seperti dijelaskan di
muka, maka pengelolaan lahan gambut yang selama
ini masih terlantar, perlu segera direalisasikan.
Pola kerjasama antara pihak perusahaan pemegang izin
dengan masyarakat juga perlu dikembangkan.
Dalam konteks pembangunan ekonomi, bencana
kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan gambut
juga dapat dipandang sebagai eksternalitas dalam proses
pembangunan ekonomi yang bersifat destruktif terhadap
ekosistem rawa gambut. Oleh karena itu, ada baiknya juga
mempertimbangkan pemikiran Coase yang menganjurkan
ditegakkannya hak kepemilikan agar sumber daya dikelola
dengan baik dan eksternalitas dapat diinternalisasi.
Berbeda dengan Coase, Pigou menawarkan gagasan untuk
menerapakan intervensi pemerintah guna mengurangi
eksternalitas. Misalnya melalui instrumen pajak bagi
pihak-pihak yang terbukti melakukan pembakaran atau
tidak mampu menjaga lahannya dari kebakaran. Selain itu
juga dapat diterapkan pola disinsentif. Misalnya, melalui
pengurangan alokasi dana desa jika di wilayah desanya
masih terdapat kebakaran hutan dan lahan.
Cochrane, A.M. 2009. Tropical Fire Ecology: Climate
Change,Land Use and Ecosystem Dynamics. Praxis
Publishing Ltd, Chichester, UK.
Setijono, D. 2003. Kehidupan Masyarakat dan
Kaitannya dengan Kebakaran Lahan Rawa/Gambut
di Kabupaten Ogan Komering Ilir – Propinsi Sumatera
Selatan. Dalam Suyanto, Chokalingam dan Wibowo.
Kebakaran di Lahan Rawa/Gambut di Sumatera: Masalah
dan Solusi. Prosiding Semiloka. CIFOR. Bogor.
Sindo, 2015. Awal 2016, Kota Medan Masuki Muslim
kemarau.http://www.koran-sindo.com/news.
php?r=5&n=2&date=2015-12-28.Diakses pada tanggal
29/12/2015.
Warta Tembesu Volume 4, Nomor 210
LOKAKARYA TEKNISI LITKAYASA
BPK Palembang telah menyelenggarakan kegiatan
Lokakarya Teknisi Litkayasa sebagai salah satu langkah
untuk mengapresiasi peran teknisi litkayasa serta sebagai
ajang silaturahmi sesama teknisi di Lingkup Badan Litbang,
terutama teknisi
sebagai salah satu
instrumen untuk
berkomunikasi
dan saling berbagi
informasi dan
pengalaman
antar teknisi
litkayasa. Selain
itu, diharapkan
teknisi juga rajin
dan membiasakan
diri menulis
sehingga bisa
mempublikasikan
hal-hal yang
telah diteliti dan
dihasilkan dengan
lebih baik. Hadir juga
pada acara
lokakarya teknisi
litkayasa tersebut,
Prof. Dr. Gustan
Pari, M.Si, sebagai Keynote
Speech . Beliau memberikan
spirit kepada
para teknisi
litkayasa agar
selalu berupaya
dan Inovasi.
Lokakarya
teknisi
litkayasa yang
bertemakan
“Peran
Strategis
Teknisi
Litkayasa
sebagai Mitra
Pe nelitian
Kementerian
Lingkungan
Hidup dan
Kehutanan”
dihadiri
sekitar 75
peserta yang
terdiri dari
fungsional
teknisi litkayasa lingkup BLI, peneliti, PEH, penyuluh serta
perwakilan dari KPH. Acara dibuka oleh Sekretaris Badan Litbang dan Inovasi,
Ir. Tri Joko Mulyono, MM. Dalam arahannya Sekbadan
menyatakan bahwa Perubahan nomenklatur Badan Litbang
Kehutanan menjadi Badan Litbang dan Inovasi, bukanlah
merupakan suatu masalah. Tetapi ini merupakan peluang
yang harus dimanfaatkan untuk menghasilkan inovasi tepat
guna. Dalam hal ini dukungan dari teknisi litkayasa sangat
diperlukan.
“Dengan transformasi Badan Litbang Kehutanan menjadi
Badan Litbang dan Inovasi, saya kira peran teknisi
litkayasa menjadi lebih strategis. Inovasi ini saya harapkan justru datang dari teman-teman yang ada di lapangan.
Ipteknya dihasilkan oleh para peneliti yang apabila sudah
diimplementasi bisa menghasilkan inovasi-inovasi,” kata
Sekbadan.
Sekbadan berharap bahwa para teknisi litkayasa selalu
berusaha untuk mencapai hasil terbaik pada setiap bidang
pekerjaan yang digelutinya dengan modal disiplin dan
motivasi yang kuat. “Semua karir sebenarnya bisa kita cintai
asal pada diri kita ada keinginan untuk selalu belajar,” kata
Sekbadan.
Oleh karena itu, Sekbadan berharap bahwa kegiatan ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para peserta
memanfaatkan kesempatan untuk mengembangkan kapasitas
diri melalui pelatihan dan mengikuti pendidikan pada jenjang
yang lebih tinggi.
Sementara Kepala BPK Palembang mengatakan bahwa
“Pelaksanaan lokakarya ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada rekan-rekan teknisi litkayasa di
lingkup Badan Litbang dan Inovasi untuk saling berbagi
pengalaman dan bertukar informasi yang telah diperoleh
dalam melaksanakan aktiitas kerja secara teknis selama mendampingi pelaksanaan kegiatan penelitian serta untuk
mendapatkan umpan balik (feed back) bagi peningkatan
litbang khususnya dalam kegiatan keteknisian.
Lokakarya dilaksanakan selama dua hari (28-29 Oktober
2015). Hari pertama diisi dengan mempresentasikan 18
makalah dari para teknisi litkayasa dengan berbagai keilmuan
yang menggambarkan kinerja teknisi litkayasa sebagai mitra
penelitian. Pada hari kedua dilakukan kunjungan lapang ke
KHDTK Kemampo dengan meninjau plot-plot tanaman uji
coba/hasil penelitian dimana para teknisi litkayasa terlibat
langsung dalam kegiatan tersebut.
Liputan Khusus
Warta Tembesu Volume 4, Nomor 2 11
Kunjungan peserta lokakarya ke KHDTK Kemampo
Hari kedua kunjungan ke KHDTK Kemampo, diagendakan untuk meninjau dan sharing informasi sehubungan peran dan
pengalaman teknisi dalam mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian. Acara diawali dengan sambutan dari kepala BPK Palembang dan Kepala Seksi Sarana Penelitian yang membawahi pengelolaan KHDTK. Selanjutnya peserta lokakarya melakukan
kunjungan ke plot-plot penelitian.
(1) Arahan kepala BPK Palembang kepada peserta Lokakarya, (2) Penjelasan Kasie Sarana Penelitian seputar KHDTK Kemampo (3) peserta
menyanyikan lagu Seruan Rimba (4) foto bersama di KHDTK Kemampo
Setelah rangkaian pembukaan, peserta mengunjungi plot-plot tanaman uji coba yang ada di KHDTK Kemampo. Dari sekian
banyak plot tanaman hasil penelitian tidak semua dikunjungi. Plot-plot penelitian yang dikunjungi adalah: plot tanaman Kayu
Bawang, plot uji klon Sungkai, plot uji keturunan Tembesu, plot pengamatan hama penyakit pola Campuran Bambang Lanang
dengan Karet, dan plot uji silvikultur Bambang Lanang.
Teknisi Litkayasa BPK Palembang sedang menyampaikan informasi terkait kegiatan penelitian pad masing-masing plot tanaman penelitian
yang diikuti. (1) teten Rahman pada plot kayu bawang; (2) Joni Muara pada plot Sungkai; (3) Syaiful Islam pada plot Tembesu; (4) Nesti
Andriyani pada plot pengamatan hama penyakit; (5) Kusdi Mulyadi pada plot Bambang Lanang.
Liputan Khusus
1 2
3 4
Para peserta lokakarya Teknisi Litkayasa di plot-plot tanaman uji coba. Ucapan perpisahan dan terima kasih dari
peserta kepada panitia lokakarya
Warta Tembesu Volume 4, Nomor 212
Bekerjasama dengan Puslitbang Hasil Hutan (P3HH), Pusat Litbang Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim (P3SEKPI),
serta Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPHP ) Unit VI Lakitan Dinas Kehutanan Kabupaten Musirawas, telah diselenggarakan
kegiatan Alih teknologi dan Gelar Teknologi Hasil Litbang di Lubuk Linggau, Provinsi Sumsel pada tanggal 23-28 November
2015.
Rangkaian kegiatan gelar teknologi dan
alih teknologi diisi dengan penyampaian
paparan tentang hasil-hasil litbang serta
praktek pembuatan beberapa paket
teknologi hasil litbang seperti pembuatan
bambu lamina, cuka kayu, penyulingan kayu
putih dan lain-lain.
BPK Palembang menampilkan 3 peneliti
dengan 3 materi yaitu: Ir. Bastoni, Msi
Gelar Teknologi hasil Litbang
Launching Website BPK Palembang melaunching ‘wajah baru’ website BPK
Palembang di Aula Hotel Hakmaz Taba, Lubuk Linggau, bersamaan
dengan pembukaan Alih Teknologi Hasil Hutan dan Gelar
Teknologi Hasil Penelitian.
“Keberadaan dan pemfungsian website BPK Palembang
merupakan perwujudan tanggungjawab Balai untuk membe ri ta kan
secara massiv aktivitas serta capaian yang diperoleh, khususnya
dari kegiatan litbang yang dilaksanakan,” kata Choirul mengawali
launching. “Kami terbatas untuk mendatangi setiap stakeholder, namun melalui website, kami bisa menyampaikan informasi
kegiatan dan hasil litbang secara cepat dan massiv kepada users,”
kata Choirul di hadapan peserta alih dan gelar teknologi yang
berasal dari Pemda Kab. Musi Rawas (Mura), Dinas Kehutanan Kab.
Mura, KPHP Lakitan, Penyuluh, kelompok tani dan praktisi kehutanan
di Kab. Mura, serta dari Puslitbang Hasil Hutan dan BPK Palembang.
Website BPK Palembang dapat diakses di http://www.bpk-palembang.org/ dan dalam waktu dekat akan ditransformasi menjadiwww.litbang.menlhk.go.id/palembang sesuai dengan Surat Edaran Setjen No. SE.14/Setjen-Pusdatin/2015 tentang
Situs Web di Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ada hal baru
pada menu layanannya, yaitu adanya ruang untuk proses pada
menu publikasi sebagai layanan dan media interaktif di lingkup internal balai. Proses publikasi merupakan ruang untuk bahan publikasi yang tengah dalam proses, sebelum publish,
ditampilkan untuk dapat diberi masukan/perbaikan oleh peneliti, teknisi dan struktural BPK Palembang. Sub menu proses
hanya dapat diakses oleh pengguna internal yang telah didaftarkan dan diberi password.
“Komunikasi adalah hal yang penting di website kami. Bapak/Ibu bisa tanya tentang apapun sehubungan hasil litbang
(materi budidaya jelutung), Drs. Agus Sofyan, MSc. (Budidaya gaharu) dan Sahwalita, S.Hut., MP. (budidaya kayu putih). Pada
sesi praktek, ditampilkan teknik penyulingan minyak kayu putih yang di pandu oleh Sahwalita, S.hut., MP., Nasrun S, Hut. dan
tim penyulingan kayu putih pengelola KHDTK Benakat.
bidang kehutanan dan juga memberikan
masukan bagi upaya optimalisasi website lebih
lanjut. Silahkan berkunjung dan menggunakan
website kami,” kata Anita T.L Silalahi, SP., M.Si,
Kepala Seksi Data, Informasi dan Kerjasama
saat mempresentasikan proil website BPK Palembang.
Pemasyarakatan Hasil Litbang
Pemasyarakatan Hasil Litbang
Warta Tembesu Volume 4, Nomor 2 13
Pada tanggal 19-22 Oktober 2015Badan litbang dan inovasi menyelengarakan
kegiatan Pekan wisata Ilmiah (PWI) di Kampus Gunung Batu Bogor.
Pada Pekan Wisata Ilmiah ini masing-masing satuan kerja lingkup BLI yaitu 4 pusat litbang, 2 balai besar dan 13 UPT yang tersebar di seluruh Indonesia menampilkan hasil-hasil IPTEK
unggulannya.
Rangkaian acara
Pekan Wisata Ilmiah
tahun ini meliputi:
Tour Fasilitas Badan
Litbang dan Inovasi;
Pameran Hasil Riset
PARTISIPASI PADA PEKAN WISATA ILMIAH DAN INAFOR KE 3
Badan Litbang dan Inovasi; Gelar Teknologi; Bedah Buku IPTEK
Kehutanan; Demo Analisis Laboratorium untuk Anak Sekolah;
Lomba Kreativitas Pemanfaatan Barang Bekas; Lomba Karya Tulis
“Lingkungan hidup dan kehutanan” serta panggung musik, bazar
dan kuliner.
Acara dibuka oleh Kepala Badan Litbang dan Inovasi (Kabadan), Dr. Henry Bastaman, MES. Dalam sambutan arahannya, Kabadan
menyampaikan bahwa salah satu tujuan dari acara ini adalah untuk bisa menyampaikan seluas-luasnya kepada masyarakat apa
yang sudah kami lakukan dan bermanfaat secara langsung dalam kehidupan bersama. Kita ingin masyarakat merasakan betul,
lingkungan dan hutan dapat memberikan kesejahteraan dengan melihat langsung hasil-hasil litbang,”kata Kabadan.
BPK Palembang menampilkan publikasi hasil-hasil litbang berupa poster, booklet, prosiding dan lealet. Tak ketinggalan, minyak kayu putih hasil penyulingan dari KHDTK Benakat “BENFRESH” .
Menjaring Asa, by: Adi Kunarso
Pameran dan Lomba Foto Riset pada INAFOR ke 3
Juara 1 aspek Medicine,by: Andi Nopriansyah
Pada acara INAFOR ke 3 di Botani Square
Bogor, tepatnya pada tanggal 23-24 Oktober 2015
diselenggarakan pameran dan lomba foto riset. Dikutip
dari Ketua Forum Fotograi Forda (KFF), Dr. Ir. Hendra Gunawan, Msi mengatakan bahwa pada kesempatan
INAFOR ke 3 ini, KFF bukan hanya menampilkan foto
riset dari seluruh peneliti kehutanan di Indonesia,
tetapi djuga disertai lomba foto dengan empat
kategori foto berdasarkan aspek riset atau informasi
yang terkandung dalam foto yaitu: FOOD, EVNERGY,
MEDICINE and OTHERS. Peserta lomba foto melibatkan
berbagai komunitas fotograi dari lembaga penelitian
dan Universitas yang memiliki kegiatan riset kehutanan. BPK Palembang turut berpartisipasi dalam pameran dan lomba
fototersebut dengan hasil satu buah foto riset berhasil menjadi juara 1 aspek MEDICINE dan beberapa foto lainnya masuk dalam
KATALOG Pameran Foto Riset.
Defoliator, by: Asmaliyah
Kayu energi dan gender by : Sri Lestari
Kerontang Benakat, by:Choi
Warta Tembesu Volume 4, Nomor 214
Badan Litbang dan Inovasi kehilangan salah satu Peneliti terbaiknya, Bapak Ir. Paimin,
MSc. Ya, tepat pada hari rabu tanggal 2 Desember 2015, Pak Paimin dipanggil Yang Maha
Kuasa, meninggalkan dunia yang fana ini untuk selama-lamanya.
Pak Paimin telah berkarir cukup lama di Kementerian Kehutanan, beliau telah banyak mengabdikan
dirinya, baik sebagai peneliti dan pernah juga sebagai pejabat struktural. Karya dan hasil pemikirannya telah turut mewarnai
perjalanan penelitian di BLI, terutama di bidang teknologi DAS.
Bagi sebagian besar karyawan BPK Palembang, tentu tidak mudah melupakan sosok beliau yang satu ini. Beliau pernah
berkarya di BPK Palembang (saat itu masih bernama Balai Teknologi Reboisasi Palembang) pada dua periode yaitu tahun 1994-
1997 sebagai Kepala Seksi Perencanaan dan mendapat amanah sebagai Kepala Balai pada periode Tahun 2001-2002. Terakhir
beliau menjadi Peneliti Utama bidang Hidrologi dan Konservasi Tanah di Balai Litbang Teknologi Pengelolaan DAS Surakarta.
Selamat jalan Pak, semoga karya-karya Bapak tak lekang dimakan zaman, senantiasa bermanfaat bagi litbang dan kehutanan
dan menjadi contoh bagi generasi penerus.
Kata mer eka tentang pak Paimin:Ir. Choirul Akhmad, ME. (Kepala BPK Palembang): Beliau telah menunjukkan bagaimana menjadi kepala balai sesungguhnya.
Sebagai penerusnya, semoga saya bisa meneruskan karya beliau, terutama di BPK Palembang.
Drs. Agus Sofyan, MSc. (Peneliti BPK Palembang): Beliau merupakan igur yang baik, bisa menjadi sahabat dan guru yang baik, dengan pribadi yang sangat terbuka, beliau enak diajak diskusi.
Anita T.L Silalahi , SP. M.Si. (Kepala Seksi Data, Informasi dan Kerjasama BPK Palembang): Beliau seorang cendekiawan sejati
yang tercermin dari mahkotanya (rambut putihnya), cerdas dan kebapakan.
Salah satu foto kenangan beberapa karyawan BPK Palembang bersama pak Paimin tahun 2001 saat ekspose hasil penelitian di Palembang
Ir. Bastoni, M.Si. (Peneliti BPK Palembang) : Banyak kenangan dan pengalaman yang diperoleh dari beliau selama di Palembang.
Beliau sangat pandai memberi semangat dan membimbing junior. Saya produktif meneliti dan menulis karena bimbingan beliau.
Kalau setuju dengan sesuatu beliau bilang “la yes no”.
Sufyan Suri, SP (Kasie Sarana Penelitian): Sebagai atasan beliau tidak banyak menuntut. Santai tapi dapat membagi habis semua
pekerjaan. Pola hidup sederhana selalu beliau sarankan dan jalankan dalam kehidupan sehari-hari”. Beliau sering berpesan:
apapun pangkat dan jabatan, jangan sombong. Ada langit di atas langit. Jangan ngoyo cari harta, tiap orang sudah punya jatah
masing-masing.
Dr. Nur arifatul Ulya (Peneliti BPK Palembang): Beliau adalah peneliti yang disiplin dengan metode ilmiah. Pak Paimin juga tipe
pemimpin yang ngemong terutama pada staf yang junior.
Hengki Siahaan, S.Hut., M.si. (Peneliti BPK Palembang): Beliau peneliti dan manajer litbang yang senang mengoreksi dan
memberi saran “ora ngono kui, haruse.....
Edwin Martin, S.Hut., M.si. (Peneliti BPK Palembang): Pak paimin adalah sosok yang fokus dan penuh dedikasi”
Ir. Abdul Hakim Lukman, M.si. (Peneliti BPK Palembang): Beliau orang yang simpel, futuristik dan mengayomi.
Andi Nopriansyah (teknisi Litkayasa): Suatu hari, beliau pernah bertanya “kamu kebayang gak punya rumah mewah seperti ini,
“saya jawab”, gak kebayang Pak”. Beliau melanjutkan, ”kalau membayangkan gak papa, nanti kita berusaha supaya terwujud.
Saya ini orang kampung, tapi dulu saya bayangkan bisa jadi orang besar dan berguna, dengan berusaha dan belajar, sekarang
alhamdulillah (sambil tersenyum)”. Sebuah pelajaran, adanya cita-cita, kita akan berusaha mewujudkannya dengan tetap
menjaga kesederhanaan.Syaiful (Teknisi Litkayasa/
Sekretariat Redaksi Warta
Tembesu): Salah satu pesan
yang sering terngiang dari
beliau “jadi orang kudu iso
rumongso, ojo rumongso
iso....” beliau sampaikan
saat pisah sambut,
mengiringi keputusan
beliau meninggalkan
jabatan struktural untuk
menekuni tugas fungsional
peneliti.
15Warta Tembesu Volume 4, Nomor 2
Info kerjasama
Kerjasama BPK Palembang dengan BP2HP Wilayah V Palembang
Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Palembang dan Balai
Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP) Wilayah V
Palembang meresmikan kerjasama dalam bidang Implementasi
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Tanaman Unggulan
Hasil Penelitian dan Pengembangan (Litbang) untuk
Pembangunan Hutan Tanaman pada Kesatuan Pengelolaan
Hutan (KPH). Penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara
BPK Palembang dan B2PHP Wilayah V Palembang dilaksanakan
di Ruang Kerja Kepala BP2HP, Jl. Kolonel H. Burlian Km.6,5 Punti
Kayu Palembang. Perjanjian kerjasama ini ditandatangani
oleh Kepala BPK Palembang, Ir. Choirul Akhmad, ME. yang
didampingi Kepala Seksi Sarana Penelitian Sufyan Suri, SP., dan
Peneliti Madya, Drs. Agus Sofyan, M.Sc. serta Kepala B2PHP
Wilayah V Palembang, Ir. Wasi Pramono yang didampingi oleh
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Jhoni Simanullang, S.Hut.
Kerjasama yang disepakati oleh kedua belah pihak ini
bertujuan untuk mensinergikan dan membangun kebersamaan
dalam membangun hutan tanaman unggulan di KPH Sungai
Sembulan Provinsi Bangka Belitung. Kolaborasi yang terjalin
antara BPK Palembang dan BP2HP Wilayah V Palembang
adalah berupa implementasi IPTEK tanaman unggulan hasil
litbang, bantuan tenaga ahli serta kolaborasi lain yang akan
disepakati kemudian.
Dalam sambutannya, Kepala BPK Palembang menjelas-
kan bahwa kerjasama ini merupakan tindak lanjut dari
penan datanganan Nota Kesepahaman antara Badan Litbang
Kehutanan dengan Direktur Bina Usaha Kehutanan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang ditanda
tangani pada 6 Februari 2015. Lebih lanjut, Kepala BPK
Palembang menekankan bahwa rancang bangun tata kelola
hutan tanaman jenis gaharu di KPH Sungai Sembulan menjadi
langkah awal litbang untuk memberikan kontribusi nyata
dalam pembangunan KPH sebagai unit pengelola tingkat
tapak.
Berkenaan dengan hal tersebut, Kepala BP2HP sepakat
mengingat selain membutuhkan sumberdaya dan IPTEK
unggulan hasil litbang, pembangunan KPH sangatlah
bergantung pada aksi nyata dari semua stakeholders untuk
mensinergikan tugas dan fungsi lembaga, terutama dalam
mewujudkan hutan lestari masyarakat sejahtera.
Ruang lingkup kerjasama antara BPK Palembang dan
BPPHP Wilayah V, meliputi pembiayaan, fasilitasi penyediaan
lokasi/tapak, penyediaan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta tenaga ahli yang dilaksanakan di KPH Sungai Sembulan,
Provinsi Bangka Belitung. Soe**
Demplot kerjasama Uji coba tanaman gaharu di KPHP Sungai Sembulan Bangka Tengah
Tahun pertama kerjasama antara Balai Penelitian Kehutanan (BPK)
Palembang dan Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP)
Wilayah V Palembang diwujudkan dengan mengimplementasikan IPTEK
hasil litbang dengan membangun demplot uji coba tanaman gaharu.
Pembangunan demplot dilaksanakan di wilayah KPHP Sungai
Sembulan tepatnya di Desa Puput, Kec. Simpang Katis, Kabupaten Bangka
Tengah Provinsi Bangka Belitung.
Demplot direncanakan dibangun seluas 15 Ha yang dibagi ke dalam 3
blok masing-masing blok seluas 5 ha.
Tahapan kegiatan telah dimulai dari bulan Juni 2015 dengan survei
lokasi dan pembuatan plot. Saat ini sudah memasuki tahap akhir
penyiapan lahan dan akan dilakukan penanaman.
Warta Tembesu Volume 4, Nomor 216
Ragam Kegiatan
HMPI 2015 dan Pameran Kehutanan
Provinsi Suma te-
ra Selatan (Sumsel)
sampai dengan bulan
Oktober 2015 telah
menanam sebanyak
83.035.600 batang
pohon. Hal ini disam-pai kan oleh Asisten
II Bidang Keuangan
Pembinaan Pegawai
Sepanjang tahun 2015, karyawan BPK Palembang telah
bekerja keras untuk menuntaskan tugasnya, sibuk dengan
bidangnya masing-masing demi tercapainya tupoksi balai.
Untuk tetap menjaga kebersamaan dan refresh, akhir tahun
ini diadakan acara pembinaan pegawai. Acara dilaksanakan
dua hari, pada tanggal 7-8 Desember 2015. Hari pertama
diselenggarakan di kantor dan hari kedua dilaksanakan di luar
kantor tepatnya di Gasing Waterbay, Jl. Tanjung Api-api KM.
12 desa Gasing, Banyuasin. Pembinaan hari kedua dikemas
dalam bentuk outbond sekaligus sebagai ajang refresshing
dari penatnya rutinitas kantor.
Selain itu, berbagai bentuk permainan yang dijalani dalam
outbond bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kerjasama
tim dalm bentuk kegiatan yang menarik dan menyenangkan,
dan Pembangunan Sumsel, Ruslan Basri selaku ketua
pelaksana dalam laporannya pada Peringatan Hari Menanam
Pohon Indonesia (HMPI) Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
Tahun 2015 pada Sabtu (28/11) di Lapangan Venue Tembak
Jakabaring Palembang. Pemilihan tema “Ayo Kerja, Tanam dan Pelihara Pohon Untuk
Hidup Lebih Baik” pada peringatan HMPI dimaksudkan untuk
mendorong seluruh komponen masyarakat ikut serta dalam
membangun ekosistem hutan, menjaga kelestarian keanekaragaman
hayati dan meningkatkan kualitas lingkungan yang lebih baik untuk
kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.
“Acara ini dihadiri oleh 2.866 orang yang terdiri dari unsur
Pemerintah Daerah Provinsi Sumsel, Dinas Kabupaten, TNI/
Polri, Mitra Perusahaan,
HPHTI, UPT Kementerian
Lingkup Sumsel, Sekolah,
Perguruan Tinggi, Pra mu-
ka dan Masyarakat.
Puncak peringatan
HMPI Tingkat Provinsi
Sumsel ditandai dengan
penanaman secara simbolik jenis pohon Nangkadak oleh Ir. H.
Alex Noerdin, SH yang diikuti oleh seluruh jajaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Lingkup Provinsi Sumsel dengan
jenis pohon antara lain, Trembesi, Mahoni, Mangga, Matoa, dan
Tanjung.
Pada moment HMPI, diadakan juga pameran kehutanan
darai beberapa UPT. Dalam hal ini BPK Palembang menampilkan
hasil-hasil litbang
berupa publikasi
poster dan lealet. Tak ketinggalan,
minyak kayu
putih hasil
penyu lingan dari
KHDTK Benakat
“BENFRESH” ikut dipamerkan dan menarik minat Gubernur
Sumsel serta para peserta HMPI.
kata Kepala BPK Palembang dalam sambutannya.
Sementara ketua tim Gasing Outbond Agustinus Susanto
mengatakan” seluruh permainan yang telah disiapkan
mempunyai tujuan antara lain: consideration to other,
leadership, communication, reacting to challenge, teamwork,
personal qualities, tolerance of other, decision making dan
enjoyment”.
Seluruh karyawan mengikuti pembinaan dan outbond ini
dengan rasa semangat dan gembira. Karyawan yang selama
ini bertugas di luar Palembang, seperti di Kebun Percobaan
Lampung, KHDTH Be nakat dan KHDTK Kemampo turut
bergabung dalam acara ini. Semua terlibat dalam permainan
yang telah disiapkan. Seluruh peserta dibagai ke dalam 8
tim. Masing-masing tim diberikan permainan dengan tingkat
kesulitan berbeda-beda. Total ada 7 permainan yaitu: tangram,
bola liar, bakiak, balap rakit, halang rintang, high impact games
dan lying fox. Semua menikmati dan terkesan dengan suasana acara pembinaan kali
ini yang mengambil
tema ‘Inovation First,
Inspiring The Next”.
Majulah BPK Palembang,
dengan semangat
ke bersamaan kita
tingkatkan produk ti vi-
t as kerja.