9
A. TOPIK Daya Antimikroba Tanaman Berkhasiat Obat Terhadap Bakteri dengan Metode Difusi Agar B. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM Waktu : Kamis dan Jumat, 23 dan 24 Oktober 2014 Tempat : Laboratorium Mikrobiologi C. TUJUAN Untuk mengetahui daya antimikroba dari salah satu macam tanaman berkhasiat obat terhadap bakteri dengan metode difusi agar. D. DASAR TEORI Jahe (Zingiber ojficinaU Rosc.) adalah salah satu bumbu dapur yang sudah lama dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Sebagai bumbu dapur, rimpang jahe digunakan untuk mengolah masakan dan penganan. Pemakaian jahe sebagai tanaman obat semakin berkembang dengan pesat seiring dengan mulai berkembangnya pemakaian bahan-bahan alami untuk pengobatan. Semula penggunaannya hanya berdasarkan kebiasaan orang tua zaman dahulu, yang diwariskan secara turun menurun. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan dilengkapi dengan penelitian yang mendukung, jahe mulai dimanfaatkan secara komersial (Tim Lentera, 2004). Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat.

Dasar Teori Jahe

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ffffdvd

Citation preview

Page 1: Dasar Teori Jahe

A. TOPIK

Daya Antimikroba Tanaman Berkhasiat Obat Terhadap Bakteri dengan Metode Difusi Agar

B. WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM

Waktu : Kamis dan Jumat, 23 dan 24 Oktober 2014

Tempat : Laboratorium Mikrobiologi

C. TUJUAN

Untuk mengetahui daya antimikroba dari salah satu macam tanaman

berkhasiat obat terhadap bakteri dengan metode difusi agar.

D. DASAR TEORI

Jahe (Zingiber ojficinaU Rosc.) adalah salah satu bumbu dapur yang sudah

lama dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Sebagai bumbu dapur, rimpang jahe

digunakan untuk mengolah masakan dan penganan. Pemakaian jahe sebagai

tanaman obat semakin berkembang dengan pesat seiring dengan mulai

berkembangnya pemakaian bahan-bahan alami untuk pengobatan. Semula

penggunaannya hanya berdasarkan kebiasaan orang tua zaman dahulu, yang

diwariskan secara turun menurun. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dan dilengkapi dengan penelitian yang mendukung,

jahe mulai dimanfaatkan secara komersial (Tim Lentera, 2004).

Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer

sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang

menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa

keton bernama zingeron. Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan). Nama

ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari

Bahasa Sanskerta, singaberi (Gentara, 2013).

Pengolahan jahe sebagai obat dimulai dari dapur di rumah-rumah dengan

cara yang masih sederhana. Misalnya dengan cara menumbuk kemudian

menyeduhnya dengan air panas dan airnya diminum untuk mengobati masuk

angin. Kini, pemanfaatan jahe berkembang secara komersial dengan pengolahan

yang menggunakan teknologi tepat guna. Pengolahan jahe yang bersifat

Page 2: Dasar Teori Jahe

komersial, misalnya pengolahan jahe menjadi asinan yang berkualitas ekspor.

Penyulingan minyak jahe dan oleoresin jahe yang berasal dari rimpang jahe juga

semakin berkembang untuk dijadikan bahan baku pembuatan obat di perusahaan

farmasi (Tim Lentera, 2004).

Klasifikasi:

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas: Commelinidae

Ordo: Zingiberales

Famili: Zingiberaceae (suku jahe-jahean)

Genus: Zingiber

Spesies: Zingiber officinale Rosc.

Jahe merupakan tanaman yang kaya akan khasiat bagi kesehatan. Misalnya

senyawa Phenol, terbukti memiliki efek anti-radang dan diketahui ampuh

Gambar 1. Rimpang Jahe

Page 3: Dasar Teori Jahe

mengusir penyakit sendi juga ketegangan yang dialami otot. Selain phenol,

rimpang jahe juga mengandung zingilberene dan shogol. Senyawa ini dikenal baik

sebagai anti-oksidan dan juga efektif melawan penyakit kanker pun jantung

(Gentara, 2013).

Senyawa penting lainnya yang dijumpai pada rimpang jahe adalah minyak

atsiri. Minyak ini bermanfaat untuk mereduksi nyeri, sebagai anti-imflamasi dan

juga pembasmi bakteri yang baik. Selain bermanfaat untuk kesehatan, minyak

atsiri ini juga diketahui menyumbang aroma yang khas pada jahe. Sementara itu,

sensasi pedas jahe berasal dari zingiberen dan zingiberol yang juga dijumpai

dalam minyak atsiri tadi (Gentara, 2013).

Selain kandungan jahe yang telah disebutkan di atas, masih ada banyak

komponen zat lain yang ditemukan dalam jahe. Zat aktif tersebut antara lain

mineral sineol, fellandren, minyak damar, kamfer, zingiberin, borneol, zingiberol,

gigerol (paling banyak terkandung pada jahe merah), asam aminos, zingeron,

vitamin A, B1, C, lipidas, protein, niacin dan masih banyak lagi lainnya (Gentara,

2013).

Jenis penyakit yang dapat diatasi dengan jahe, antara lain migrain, pusing-

pusing, masuk angin, kebotakan, luka jatuh, penambah nafsu makan, sinusitis,

bronehitis, pegal linu, rematik, kolera, kelebihan asam urat, dan batu ginjal (Tim

Lentera, 2004).

Bahan antibakteri diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan

dan metabolisme bakteri, sehingga bahan tersebut dapat menghambat

pertumbuhan atau bahkan membunuh bakteri. Cara kerja bahan antibakteri antara

lain dengan merusak dinding sel, merubah permeabilitas sel, merubah molekul

protein dan asam nukleat, menghambat kerja enzim serta menghambat sintesis

asam nukleat dan protein (Pelczar dan Chan, 1988).

Bahan tersebut diperoleh dari bahan alami dengan berbagai cara salah

satunya adalah dengan metode maserasi. Maserasi merupakan suatu metode

ekstraksi menggunakan lemak panas, akan tetapi penggunaan lemak panas ini

telah digantikan oleh pelarut-pelarut organik yang volatil. Penekanan utama pada

maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan

yang diekstraksi (Guether, 1987).

Page 4: Dasar Teori Jahe

Uji antibakteri dilakukan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas suatu

bakteri terhadap antimikroba. Ada 3 metode yang umum digunakan dalam uji

antibakteri yaitu metode dilusi kaldu, metode difusi agar dan metode difusi

cakram. Metode difusi cakram merupakan metode yang paling sering digunakan

untuk uji kerentanan antimikroba. Cara kerja metode difusi cakram yaitu sampel

yang diuji diserapkan pada kertas saring yang berbentuk cakram dan ditempelkan

pada media agar yang telah dihomogenkan dengan bakteri, kemudian diinkubasi

sampai terlihat zona hambat disekitar cakram (Mukhlisoh, 2010).

Davis dan Stout (1971) mengemukakan bahwa ketentuan kekuatan

antibakteri adalah jika daerah hambatan 20 mm atau lebih berarti sangat kuat,

daerah hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5-10 mm berarti sedang dan daerah

hambatan 5 mm atau kurang berarti lemah.

Hampir semua bakteri mampu berkembangbiak dengan cepat. Waktu yang

diperlukan bagi organisme untuk membelah menjadi dua disebut waktu generasi.

Waktu generasi selama pertumbuhan aktif bervariasi sesuai dengan jenis bakteri

(Volk and Wheeler, 1993). Laju pertumbuhan bakteri hasilnya dapat

diproyeksikan sebagai logaritme jumlah sel terhadap waktu pertumbuahan yang

ditunjukkan Gambar 2.

Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Bakteri

Page 5: Dasar Teori Jahe

Berdasarkan Gambar 2, kurva pertumbuhan bakteri dapat dibagi menjadi

empat fase yaitu (Volk dan Wheeler, 1993):

1. Fase Tenggang (Lag)/Adaptasi

Fase tenggang adalah periode penyesuaian pada lingkungan dan lamanya

dapat satu jam hingga beberapa hari dan bakteri belum mengadakan

pembiakan. Lama waktu ini bergantung pada macam bakteri, umur biakan dan

nutrient yang terdapat dalam medium yang disediakan.

2. Fase Logaritma/Eksponensial

Fase ini adalah periode pembiakan yang cepat yang dipengaruhi dua faktor

yaitu faktor biologi (bentuk dan sifat jasad terhadap lingkungannya) dan faktor

non-biologi (kandungan sumber nutrien dalam media, temperatur, cahaya, pH,

persediaan oksigen bagi yang bersifat aerob dan lain-lain) serta merupakan

periode yang didalamnya teramati ciri khas sel-sel yang aktif. Selama fase

inilah waktu generasi tetap, tak berubah bagi setiap jenis. Jika dibuat proyeksi

logaritma jumlah organisme terhadap waktu, fase log ini muncul sebagai garis

lurus.

3. Fase Stasioner

Fase yang menunjukkan puncak aktifitas pertumbuhan pada titik yang

tidak dapat dilampaui lagi, sehingga pada fase ini gambaran grafik akan

mendatar.

4. Fase Kematian

Pada fase kematian, biasanya laju pembiakan berhenti.dan grafiknya

menurun.

Page 6: Dasar Teori Jahe

DAFTAR PUSTAKA

David dan Stout. 1971. Disc Plate Method of Microbiological Antibiotic Assay. Dalam: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC376382/pdf/appl micro001 20-0197.pdf, diakses tanggal 29 Oktober 2014)

Mukhlisoh. Wardatul. 2010. Pengaruh Ekstrak Tunggal dan Gabungan Daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Efektivitas Antibakteri secara In Vitro. Tesis. Malang: UIN Malang

Gentara, Lukas. 2013. Manfaat dan Khasiat Jahe Bagi Kesehatan. dalam: http://www.gen22.net/2013/03/manfaat-dan-khasiat-jahe-bagi-kesehatan.html. Diakses pada 29 Oktober 2014.

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S., 1988. Dasar – dasar Mikrobiologi 2, (Judul asli : Elements of Microbiology). Cetakan I, Hadioetomo, R.S., Imas, T., Trijitrosomo, S.S dan Angka, S.L. (penerjemah), Indonesia University Press, Jakarta.

Tim Lentera. 2004. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah si Rimpang Ajaib.Jakarta: Gramedia Pustaka.

Volk, W.A dan Wheeler, M.F. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Alih Bahasa Markham. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.