5
Dasar Teori Kecepatan endap darah (KED) disebut juga laju endap darah (LED), laju sedimentasi eritrosit (erythrocyte sedimentation rate, ESR), blood bezenking snelheid (BBS), blood sedimentation (BS), blood sedimentasi rate (BSR), blood sedimentation erythrocyte (BSE) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit (dalam darah yang telah diberi antikoagulan) jatuh ke dasar sebuah tabung vertical dalam waktu tertentu dan dinyatakan dalam satuan mm/jam. Kecepatan endap darah memiliki tiga penggunaan utama, yaitu alat bantu untuk mendeteksi proses peradangan, pemantau aktivitas atau perjalanan penyakit, dan pemeriksaan penapisan/penyaring (screening) untuk peradangan dan neoplasma yang tersembunyi. KED merupakan pemeriksaan yang relatif tidak spesifik karena dipengaruhi oleh banyak faktor teknis dan faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat. Pemeriksaan CRP (c-reactive protein) dipertimbangkan lebih berguna daripada KED karena kenaikan kadar CRP terjadi lebih cepat selama proses inflamasi akut, dan lebih cepat juga kembali ke kadar normal daripada KED. Namun, beberapa dokter masih mengharuskan uji KED bila ingin membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit dan bermanfaat untuk mengikuti perjalanan penyakit. Jika nilai KED meningkat, maka uji laboratorium lain harus dilakukan untuk mengindetifikasi masalah klinis yang muncul. Kecepatan pengendapan eritrosit dipengaruhi oleh : Kemampuan eritrosit membentuk rouleaux. Rouleaux adalah gumpalan sel-sel darah merah yang disatukan bukan oleh antibody atau ikatan kovalen, tetapi semata-mata oleh gaya tarik permukaan. Pada anisositosis (ukuran eritrosit bervariasi), pembentukan rouleaux terhambat, sehingga KED menurun. Luas permukaan/ukuran eritrosit. Semakin luas permukaan eritrosit, KED semakin meningkat. Darah yang didominasi oleh mikrosit lebih lambat mengendap (KED rendah) dibandingkan normosit. Sementara, darah yang didominasi makrosit dan sferosit lebih cepat mengendap (KED meningkat) dibandingkan normosit.

Dasar Teori LED

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dasar teori LED

Citation preview

Page 1: Dasar Teori LED

Dasar Teori

Kecepatan endap darah (KED) disebut juga laju endap darah (LED), laju sedimentasi eritrosit (erythrocyte sedimentation rate, ESR), blood bezenking snelheid (BBS), blood sedimentation (BS), blood sedimentasi rate (BSR), blood sedimentation erythrocyte (BSE) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit (dalam darah yang telah diberi antikoagulan) jatuh ke dasar sebuah tabung vertical dalam waktu tertentu dan dinyatakan dalam satuan mm/jam.

Kecepatan endap darah memiliki tiga penggunaan utama, yaitu alat bantu untuk mendeteksi proses peradangan, pemantau aktivitas atau perjalanan penyakit, dan pemeriksaan penapisan/penyaring (screening) untuk peradangan dan neoplasma yang tersembunyi.

KED merupakan pemeriksaan yang relatif tidak spesifik karena dipengaruhi oleh banyak faktor teknis dan faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat. Pemeriksaan CRP (c-reactive protein) dipertimbangkan lebih berguna daripada KED karena kenaikan kadar CRP terjadi lebih cepat selama proses inflamasi akut, dan lebih cepat juga kembali ke kadar normal daripada KED. Namun, beberapa dokter masih mengharuskan uji KED bila ingin membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit dan bermanfaat untuk mengikuti perjalanan penyakit. Jika nilai KED meningkat, maka uji laboratorium lain harus dilakukan untuk mengindetifikasi masalah klinis yang muncul.

Kecepatan pengendapan eritrosit dipengaruhi oleh :

Kemampuan eritrosit membentuk rouleaux. Rouleaux adalah gumpalan sel-sel darah merah yang disatukan bukan oleh antibody atau ikatan kovalen, tetapi semata-mata oleh gaya tarik permukaan. Pada anisositosis (ukuran eritrosit bervariasi), pembentukan rouleaux terhambat, sehingga KED menurun.

Luas permukaan/ukuran eritrosit. Semakin luas permukaan eritrosit, KED semakin meningkat. Darah yang didominasi oleh mikrosit lebih lambat mengendap (KED rendah) dibandingkan normosit. Sementara, darah yang didominasi makrosit dan sferosit lebih cepat mengendap (KED meningkat) dibandingkan normosit.

Bentuk eritrosit. Sel sabit (sickle cell) gagal membentuk rouleaux sehingga KED-nya rendah. Rasio eritrosit terhadap plasma. Pada anemia, KED meningkat. Pada polisitemia (jumlah eritrosit

meningkat), KED rendah. Konsentrasi makromolekul dalam plasma. Peningkatan kadar globulin atau fibrinogen

menyebabkan peningkatan pembentukan rouleax sehingga pengendapan eritrosit juga lebih cepat (KED meningkat). Kadar kolesterol yang tinggi menyebabkan tarikan kebawah atau gumpalan sel-sel darah merah sehingga kecepatan pengendapan meningkat (KED meningkat), kadar fibrinogen rendah (mis. Pada bayi baru lahir), gula darah tinggi, albumin rendah dapat menyebabkan penurunan KED.

Viskositas (kekentalan) plasma. Viskositas plasma yang tinggi menetralkan tarikan ke bawah atau gumpalan sel-sel darah merah sehingga kecepatan pengendapan berkurang (KED rendah).

Faktor teknis. Letak posisi pipet, pipiet yang diletakkan miring meningkatkan kecepatan pengendapan eritrosit (KED meningkat). Penampang pipet, makin besar diameter pipet, makin

Page 2: Dasar Teori LED

tinggi kecepatan pengendapan eritrosit (KED meningkat). Temperatur, makin tinggi suhu, makin tinggi kecepatan pengendapan eritrosit (KED meningkat). Kelebihan antikoagulan dapat menyebabkan penurunan KED.

Nilai Rujukan

o Laki-laki : 0-15 mm/jamo Perempuan : 0-20 mm/jam

Malasah Klinis

Peningkatan nonspesifik globulin dan peningkatan kadar fibrinogen terjadi apabila tubuh merespon terhadap cedera, peradangan (inflamasi) atau kehamilan. Peningkatan KED menyertai sebagian besar penyakit peradangan, baik local maupun sistemik dan terjadi saat proses peradangan kronis mengalami eksaserbasi akut.

Peningkatan KED dapat dijumpai pada:

Peradangan (inflamasi) akut maupun kronis, seperti pada artitis rheumatoid, demam rematik, endokarditis bacterial, gout, hepatitis, sirosis hati, inflamasi panggul akut, sifilis, glomerulonefritis serta neoplasma

Menstruasi dan kehamilan, akan kembali normal pada minggu ke-3 atau ke-4 pasca melahirkan Diskrasia sel plasma, seperti myeloma multiple (multiple myeloma/MM). Pada keadaan ini

terjadi peningkatan kadar immunoglobulin yang menyebabkan peningkatan pembentukan rouleaux eritrosit.

Penyakit kolagen-vaskular, keganasan (mis. Penyakit Hodgkin, limfosarkoma), kanker (lambung, kolon, payudara, hati, ginjal) dan tuberculosis. Pada keadaan ini juga terjadi peningkatan kadar immunoglobulin yang menyebabkan peningkatan pembentukan rouleaux eritrosit.

Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir (eritroblastosis fetalis) Penyakit lupus eritematosus sistemik (SLE) Pengaruh obat : Dextran. ,etildopa (Aldomet), metilsergid (Sansert), penisilamin (Cuprimine),

prokainamid (Pronestyl), tefilin, kontrasepsi oral, vitamin A.

Penurunan KED dapat dijumpai pada: polisitemia vera, chronic heart failure (CHF), anemia sel sabit, mononukleus infeksiosa, defisiensi faktor V, artitis degenerative, angina pectoris. Pengaruh obat: Etambutol (myambutol), kinin, salisilat (aspirin), kortison, prednisone.

Metode pemeriksaan

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan KED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergren. Hasil pemeriksaan KED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai KED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang meyakinkan. Dengan metode Westergren bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu dsebabkan panjang pipet Westergren yang dua kali lebih panjang pipet Wintrobe, kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih

Page 3: Dasar Teori LED

menyukai metode Westergren daripada metode Wintrobe. Selain itu, international Commite for Standardization in Hematoogy (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergren.

Pengendapan eritrosit dalam penentuan KED tidak sekaligus, melainkan tahap demi tahap sebagai berikut:

Tahap ke-1 penyusunan letak eritrosit (rouleaux formation) dimana kecepatan sedimentasi masih lambat (10mnt)

Tahap ke-2 kecepatan sedimentasi tinggi karena telah terbentuk rouleaux (40mnt pengendapan) Tahap ke-3 kecepatan sedimentasi berkurang dan mulai terjadi pemantapan sedimentasi

eritrosit (10mnt pemadatan)

Pemeriksaan KED juga dapat menggunakan cara elektonik dengan alat ESR analyzer. Metode lebih lanjut mengenai cara ini tidak dijelaskan dalam buku ini.

SPESIMEN

Darah vena tanpa antikoagulan atau darah vena dengan EDTA Tidak ada pembatasan asupan makanan atau cairan Pengobatan yang dapat menyebabkan hasil positif palsu sebaiknya ditangguhkan selama 24 jam

sebelum pengambilan sampel darah dan atas persetujuan pemberi layanan kesehatan.

Prinsip

Darah diencerkan dengan antikoagulan dengan perbandingan tertentu dan dimasukkan dalam tabung khusus (Westergren) yang diletakkan tegak lurus dan dibiarkan selama 1 jam, maka eritrosit akan mengendap. Tinggi endapan eritrosit mencerminkan kecepatan endap darah dan dinyatakan dalam mm/jam.

Peralatan dan Reagensia

1. Tabung Westergren2. Rak/penyangga tabung dan karet penutup3. Tabung reaksi4. Karet penghisap5. Pencatat waktu (timer)6. Peralatan sampling darah vena7. Natrium sitrat 3,2%8. NaCl 0,85%

Cara Kerja

1. Diambil darah vena kemudian segera diencerkan dengan natrium citrate 3,2% dengan perbandingan 4:1 (4 bagian darah vena + 1 bagian reagen)

Page 4: Dasar Teori LED

2. Jika menggunakan darah EDTA, maka sampel diencerkan dengan NaCl 0,85% dengan perbandingan 4:1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0,85%). Sampel harus dihomogenkan sebelum diencerkan.

3. Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan kedalam tabung Westergren sampai tanda/skala 0.

4. Tabung diletakkan pada rak atau penyangga tabung Westergren dengan posisi tegak lurus pada tempat yang rata, jauh dari getaran (misalnya jangan menaruh di meja bersama dengan sentrifuge), tidak berdekatan dengan radiator-pemanas sentral, dan tidak terpapar sinar matahari langsung

5. Tunggu 1 jam (atur time). Selanjutnya diukur tinggi kolom plasma (dalam mm), baca skala mulai dari batas tanda 0 mm pada puncak tabung ke bawah.