9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisional mudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit (Ditjen POM, 1994). Dirjen POM, (1994), “Farmakope Indonesia”, edisi IV, Depatemen Kesehatan RI., Jakarta Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan tingkat sanitasi makanan tersebut. Pengujian

DASTER MIKRO.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DASTER MIKRO.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan,bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahantersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkanpengalaman. Obat tradisional dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan,bahan hewan, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obattradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkanpengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakatmulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisionalmudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untukpengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit (Ditjen POM, 1994).

Dirjen POM, (1994), “Farmakope Indonesia”, edisi IV, Depatemen Kesehatan RI., Jakarta

Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan,

meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif

bakteri patogen untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan

tingkat sanitasi makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak

sama tergantung berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan

penyimpanan serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya (Dirjen

POM., 1979).

Standar plate Count (Angka Lempeng Total) adalah menentukan jumlah bakteri

dalam suatu sampel. Dalam test tersebut diketehui perkembangan banyaknya bakteri dengan

mengatur sampel, di mana total bakteri tergantung atas formasi bakteri di dalam media tempat

tumbuhnya dan masing-masing bakteri yang dihasilkan akan membentuk koloni yang tunggal

(Djide M. Natsir., 2005)

Page 2: DASTER MIKRO.docx

1.        Amiruddin, 1993, Kamus Kimia Organik. Depdikbud : Jakarta.

2.        Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.

3.        Djide, Natsir, (2005), Mikrobiologi Farmasi Dasar, Jurusan Farmasi Universitas Hasanuddin,

Makassar.

4.        Pakadang, S., 20010., “Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi”., Jurusan Farmasi

Politeknik Kesehatan Depkes Makassar., Makassar.

5.        Fardiaz Srikandi, (1993), Analisis Mikrobiologi Pangan, PT Raja Grafinda Persada, Jakarta.

Page 3: DASTER MIKRO.docx

2.3 Keuntungan Dan Kelemahan dari ALT

Keuntungan dari metode pertumbuhan agar atau metode uji Angka Lempeng Total adalah

dapat mengetahui jumlah mikroba yang dominan. Keuntungan lainnya dapat diketahui adanya

mikroba jenis lain yang terdapat dalam contoh.

Adapun kelemahan dari metode ini adalah :

1)      Kemungkinan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba, seperti pada mikroba

yang berpasangan, rantai atau kelompok sel.

2)      Kemungkinan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya. Kemungkinan adanya

jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan jenis media agar, suhu, pH, atau

kandungan oksigen selama masa inkubasi.

3)      Kemungkinan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di seluruh permukaan media

agar sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini akan mengakibatkan mikroba lain tersebut

tidak terhitung.

4)      Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara 30 – 300

koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan penghitungan yang

kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan hal yang sama

karena terjadi persaingan diantara koloni.

5)      Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang umumnya

membutuhkan waktu 24 jam atau lebih (Buckle, 1987).

DAFTAR PUSTAKA

Fardiaz, Srikandi. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

Fardiaz, Srikandi. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Jutono, J. S, Hartadi, S, Kabirun . S.S, Suhadi, D, Judoro dan Soesanto. 1973. Pedoman PraktikumMkrobiologi Umum. Departemen Mukrobiologi Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.

Thayib, S dan Abu Amar. 1989. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Teknologi Indonesia.

Page 4: DASTER MIKRO.docx

Supardi, Imam dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan. Penerbit Alumni. Bandung.

Suryani Ani, Erlina Hambali, dan Encep Hidayat.2007. Membuat Aneka Abon. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kapang (Mold) adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan pertumbuhannya pada substrat mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang (Ali, 2005).

Menurut Fardiaz (1992), kapang terdiri dari suatu thallus yang tersusun dari filamen yang bercabang yang disebut hifa. Kumpulan dari hifa membentuk suatu jalinan yang disebut miselium. Setiap hifa memiliki lebar 5-10 µm (Pelczar dan Chan, 1986).

Sifat Fisiologi Kapang

1. Kebutuhan air

Kebanyakan kapang membutuhkan air minimal untuk pertumbuhannya dibandingkan dengan khamir dan bakteri (Waluyo, 2004). Air merupakan pelarut esensil yang dibutuhkan bagi semua reaksi biokimiawi dalam sistem hidup dan sekitar 90% menyusun berat basah sel (Ali, 2005).

2. Suhu pertumbuhan

Kebanyakan kapang bersifat mesofilik, yaitu mampu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan kapang adalah sekitar 25-30oC, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 35-37oC atau lebih. Beberapa kapang bersifat psikotrofik yakni dapat tumbuh baik pada suhu lemari es, dan beberapa bahkan masih dapat  tumbuh lambat pada suhu dibawah

Page 5: DASTER MIKRO.docx

suhu pembekuan, misal -5 sampai -10oC, selain itu beberapa kapang bersifat termofilik yakni mampu tumbuh pada suhu tinggi (Waluyo, 2004).

3. Kebutuhan oksigen dan pH

Semua kapang bersifat aerobik, yakni membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya. Kebanyakan kapang dapat tumbuh baik pada pH yang luas, yakni 2,0-8,5, tetapi biasanya pertumbuhannya akan baik bila pada kondisi asam atau pH rendah (Waluyo, 2004).

4. Nutrien

Waluyo (2004) menyatakan nutrisi sangat dibutuhkan kapang untuk kehidupan dan pertumbuhannya, yakni sebagai sumber karbon, sumber nitrogen, sumber energi, dan faktor pertumbuhan (mineral dan vitamin). Nutrien tersebut dibutuhkan untuk membentuk energi dan menyusun komponen-komponen sel. Kapang dapat menggunakan berbagai komponen sumber makanan, dari materi yang sederhana hingga materi yang kompleks. Kapang mampu memproduksi enzim hidrolitik, seperti amilase, pektinase, proteinase dan lipase.  Maka dari itu kapang mampu tumbuh pada bahan yang mengandung pati, pektin, protein atau lipid.

5. Komponen penghambat

Beberapa kapang mengeluarkan komponen yang dapat menghambat pertumbuhan organisme lainnya. Komponen ini disebut antibiotik, misalnya penisilin yang diproduksi oleh Penicillium chrysogenum, dan clavasin yang diproduksi oleh Aspergillus clavatus. Sebaliknya, beberapa komponen lain bersifat mikostatik atau fungistatik, yaitu menghambat pertumbuhan kapang, misalnya asam sorbat, propionat dan asetat, atau bersifat fungisidal yaitu membunuh kapang (Fardiaz, 1992).

Daftar Pustaka

Ali, A., 2005. Mikrobiologi Dasar Jilid I. State University of Makassar Press. Makassar.Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.Pelczar, M.J dan E.C.S. Chan., 1986.  Dasar-dasar Mikrobiologi I. Diterjemahkan oleh Hadioetomo, dkk. Universitas Indonesia Press. Jakarta.Waluyo, L., 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.

Page 6: DASTER MIKRO.docx

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangattinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agarsemua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agarmenghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).

Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang.

v 2.3 Teknik InokulasiAda beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murnimikroorganisme yaitu :2.3.1 Metode goresTeknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapimemerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yangsempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaanmedia agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antaragaris-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuhmenjadi koloni (Winarni, 1997).Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS :Surabaya.

Metode tebarSetetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawanpetridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itudisebarkan dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat menginokulasikanpinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Padabeberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah-pisah (Winarni, 1997).

Metode tuangIsolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukanpengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanyaditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997).2.3.4 Metode tusukMetode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum

Page 7: DASTER MIKRO.docx

ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media (Winarni,1997)

Dengan pengenceranSuatu sampel dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam spesiesdiencerkan dalam suatu tabung tersendiri. Dari enceran inii kemudian diambil sampel 1 mluntuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 ml untukdisebarkan pada suatu koloni tumbuh dalam medium tersebut, tetapi mungkin juga kitahanya memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang demikian ini kita memperoleh satukoloni saja. Dalam hal yang demikian ini kita memperoleh satu koloni murni. Kalau kitabelum yakin, bahwa koloni tunggal yang kita peroleh itu murni, kita dapat mengulangpengenceran dengan menggunakan koloni ini sebagai sampel (Waluyo, 2005).

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.