Upload
anggun-saputri
View
15
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
data ikan batam
Citation preview
5/28/2018 Data ESPL.docx
1/8
PENDAHULUAN
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan
dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Asia, selain
sebagai produsen ikan terbesar, diperkirakan juga menjadi konsumen terbesar dari hasil
perikanan dunia. ADB (2002) mencatat, permintaan ikan di Asia meningkat mencapai 69 juta ton
pada tahun 2010 atau setara dengan 60% dari total permintaan ikan dunia.
Permintaan ikan yang meningkat tentunya memiliki makna positif bagi pengembangan
perikanan, terlebih lagi bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki potensi perairan
yang cukup luas dan potensial untuk pengembangan perikanan baik penangkapan maupun
akuakultur. Potensi perikanan laut Indonesia menurut Dahuri (2001) sebagai berikut :
a. Potensi Perikanan Tangkap
Potensi perikanan tangkap diperkirakan mencapai 6,26 juta ton per tahun dengan jumlah
tangkapan yang diperbolehkan sebesar 5.007 juta ton atau 80% dari MSY (Maximum Sustainable
Yield). Hingga saat ini jumlah tangkapan mencapai 3,5 juta ton sehingga tersisa peluang sebesar
1,5 ton/tahun. Seluruh potensi perikanan tangkap tersebut diperkirakan memiliki nilai ekonomi
sebesar US$15.1 milyar.
b. Potensi Budidaya LautPotensi budidaya laut terdiri dari total potensi budidaya ikan, udang, moluska dan budidaya
rumput laut. Potensi budidaya laut diperkirakan sebesar 46,73 juta ton per tahun.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa potensi perikanan yang terdapat di perairan Indonesia
sangat besar, akan tetapi pemanfaatannya belum mencapai nilai yang optimal.
Kota Batam sebagai salah satu wilayah Provinsi Kepulauan Riau merupakan daerah
penghasil komoditas perikanan. Ikan hasil tangkapan nelayan Kota Batam dan sekitarnya
umumnya dijual di pasar domestik dan pasar ekspor (Singapura). Daerah penghasil komoditas
perikanan di Kota Batam tersebar di beberapa kecamatan. Beberapa kecamatan penyumbang
komoditas perikanan terbesar di Kota Batam adalah Kecamatan Bulang, Kecamatan Galang,
Kecamatan Belakang Padang, dan Kecamatan Nongsa.
5/28/2018 Data ESPL.docx
2/8
POTENSI PERIKANAN KOTA BATAM
Kota Batam adalah salah satu kota di Provinsi Kepulauan Riau yang terletak antara :
0.25'29'' - 1.15'00'' Lintang Utara dan 103.34'35'' - 104.26'04'' Bujur Timur dengan luas
wilayah 1.570,35 km2 dan berbatasan dengan Selat Singapura di bagian Utara, Kabupaten
Lingga di bagian Selatan, Kabupaten Karimun di bagian Barat, dan Kota Tanjungpinang di
bagian Timur. Dengan garis pantai sepanjang 172 km diperkirakan potensi perikanan yang
terdapat di Kota Batam terdiri dari potensi perikanan tangkap yang mencapai 5.285,25 ton/tahun
dan juga potensi perikanan budidaya seluas 61.131,8 ha. Sedangkan dari survei yang dilakukan
Seafdec dugaan potensi perikanan tangkap disekitar Perairan Kota Batam mencapai 4.457,19
ton/tahun.
Jenis Sumber Daya Ikan(SDI)
Stok WPP 711 SDI, 2010 Kajian Seafdec 2006
EstimasiPotensi Kepri
(ton/th)
Potensi KotaBatam
(ton/tahun)*
EstimasiPotensi Kepri
(ton/th)
Potensi KotaBatam
(ton/tahun)**
Ikan Pelagis Besar 53.802,34 330.40 16.483,29 106,58
Ikan Pelagis Kecil 506.025,30 3,107.50 146.309,34 946,01
Ikan Demersal 272.594,16 1,674.00 491.653,06 3.178,95
Ikan Karang 17.562,29 107.85
Lainnya (cumi-cumi,udang, dan lobster)
10.666,02 65.50
Krustase (Udang,Kepiting, Rajungan,Lobster, Mantis)
4.402,70 28,47
Moluska (Cumi, Sotong,
Gurita)
30.496,77 197,19
TOTAL 860.650,11 5.285,25 689.345,17 4.457,19
Ket :
*) Evaluasi Data Komnaskajiskan, 2010 terkoreksi
: **) Dugaan Kajian Seafdec, 2006
5/28/2018 Data ESPL.docx
3/8
Sedangkan Komoditas unggulan dari hasil tangkapan nelayan di Kota Batam terdiri
dari: kelompok pelagis (ikan tongkol krai dan tenggiri). Jenis ikan dari kelompok pelagis kecil
(ikan teri, selar, kembung, tembang dan gulamah). Jenis dari kelompok ikan demersal (manyung,
bawal putih, bawal hitam, belanak, dan kakap putih). Kelompok ikan karang (kakap
merah/bambangan, ekor kuning/pisang-pisang, kerapu karang, ikan baronang dan lencam),
kelompok kustase (udang putih, kepiting dan rajungan) dan kelompok moluska (cumi-cumi dan
sotong).
Berdasarkan dari data tahun 2006 2011, pola hasil tangkapan ikan tongkol krai adalah
berfluktuasi sedangkan pola hasil tangkapan ikan tenggiri cenderung naik. Rata-rata hasil
tangkapan ikan tongkol krai adalah 3.611 ton/tahun (56,83 % dari total tangkapan pelagis besar)
dan rata-raa hasil tangkapan ikan tenggiri adalah 2.743 ton/tahun (43,17 % dari total tangkapan
pelagis besar). Komoditas unggulan untuk kelompok pelagis kecil di Kota Batam tediri dari ikan
teri, selar, kembung, tembang dan gulamah. Ikan teri merupakan kelompok pelagis kecil yang
memiliki produksi tangkapan tertinggi dengan rata-rata produksi tangkapan 2.131 ton/tahun
(31,8 % dari total tangkapan ikan pelagis kecil). Kemudian diikuti oleh ikan kembung sebesar
2.087 ton (31,14 % dari total tangkapan pelagis kecil), ikan selar 1.273 ton (18,9 %), ikan
tembang 718,4 ton (10,7 %) dan ikan gulamah sebesar 277 ton (4,14 %). Berdasarkan data tahun
2006 2011, pola hasil tangkapan untuk ikan teri, ikan selar, dan tembang berfluktuasi,
sedangkan pola hasil tangkapan untuk ikan gulamah adalah cenderung naik.Pola Komoditas utama dari kelompok ikan demersal ini adalah ikan manyung yang
memiliki rata-rata hasil tangkapan sebesar 19,14 % (1767 ton) dari total hasil tangkapan ikan
demersal di Kota Batam. Berdasarkan data tahun 2006-2011, pola hasil tangkapan untuk ikan
manyung cenderung naik. Komoditas unggulan berikutnya dari kelompok ikan demersal ini
adalah ikan bawal putih sebesar 14 % (1317,4 ton) dengan pola hasil tangkapan yang
berfluktuasi. Rata-rata tangkapan ikan bawal hitam 10 % (1003 ton) dengan pola hasil
tangkapan yang cenderung berfluktuasi. Tangkapan ikan belanak 10,5 % (978 ton) dengan pola
hasil tangkapan yang meningkat dan ikan kakap putih sebesar 10,3 % dari total tangkapan ikan
demersal (956 ton) dengan pola hasil tangkapan cenderung meningkat.
Pada kelompok ikan karang, komoditas utama adalah ikan ekor kuning rata-rata hasil
tangkapan 1642 ton (33,7 % dari total hasil tangkapan ikan karang di Kota Batam), kemudian
diikuti oleh ikan kakap merah dengan rata-rata hasil tangkapan sebesar 1474 ton (30,2 % dari
5/28/2018 Data ESPL.docx
4/8
total tangkapan ikan karang). Berdasarkan data dari tahun 2006-2011, pola hasil tangkapan
untuk ikan kakap merah dan ikan ekor kuning ini adalah berfluktuasi. Komoditas unggulan
berikutnya dari ikan karang adalah Ikan lencam sebesar 12,7 % (619 ton), ikan baronang sebesar
12,5 % (599 ton) dan ikan kerapu karang sebesar 11 % (597 ton). Pola hasil tangkapan untuk
ikan kerapu karang dan ikan baronang adalah cenderung turun, dan pola hasil tangkapan untuk
ikan lencam adalah berfluktuasi.
Berdasarkan data tahun 2006 2011, pola hasil tangkapan rajungan adalah berfluktuasi
dan pola hasil tangkapan udang putih adalah cenderung meningkat. Rajungan merupakan
komoditas utama dari kelompok krustase yang ditangkap di Kota Batam, dimana rata-rata hasil
tangkapan kepiting ini adalah sebesar 523 ton (32 % dari total hasil tangkapan krustase).
Sedangkan rajungan adalah omoditas utama selanjutnya dari kelompok krustase dengan rata-rata
hasil tangkapan sebesar 312 ton (19,3 % dari total hasil tangkapan krustase di Kota Batam).
Cumi-cumi dan sotong merupakan komoditas unggulan dari kelompok moluska di Kota
Batam. Hasil tangkapan cumi-cumi menempati urutan pertama dengan rata-rata tangkapan
sebesar 259 ton atau 52,5 % dari total hasil tangkapan moluska di Kota Batam, dan hasil
tangkapan sotong menempati urutan ke dua dari kelompok moluska yaitu sebesar 234,3 ton
(47%). Bedasarkan data tahun 2006-2011, pola hasil tangkapan untuk cumi-cumi adalah
cenderung turun sedangkan pola hasil tangkapan untuk sotong cenderung naik. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Jenis Sumberdaya Ikan Jenis IkanRata-rata Hasil
Tangkapan(ton/tahun)
Pelagis BesarTongkol Krai 3.611
Tenggiri 2.743
Pelagis Kecil
Teri 2.131
Kembung 2.087
Selar 1.273
Tembang 718,4
Gulamah 277
Demersal
Manyung 1767
Bawal Putih 1317,4
Bawal Hitam 1003
5/28/2018 Data ESPL.docx
5/8
Belanak 978
Kakap Putih 956
Ikan Karang
Ekor Kuning 1642
Kakap Merah 1474Lencam 619
Baronang 599
Kerapu Karang 597
KrustaseKepiting 523
Rajungan 312
MoluskaCumi-cumi 259
Sotong 234,3
Untuk perikanan budidaya diperkirakan memiliki potensi pengembangan budidaya laut
seluas 61.131,8 ha, yang terdiri dari 10.709,7 ha untuk coastal marine culturedan 50.422,0 ha
untuk offshore marine culture. Kawasan laut yang berpotensi untuk pengembangan coastal
marine culture tersebar di 5 kecamatan, yakni Kecamatan Galang, Kecamatan Kuala Kampar,
Kecamatan Bulang, Kecamatan Belakang Padang dan Kecamatan Nongsa.
Tabel 1 Lokasi potensial untuk pengembangan marikultur pesisir di Kota Batam Provinsi
Kepulauan Rian (Kepri).No. Kecamatan Lokasi Luas Potensial
(ha)
1 Galang Selat antara Pulau Galang Baru denganPulau Ngual; Utara Pulau Tanjung Dahandan Pulau Galang
1.011,90
2 Kuala Kampar Barat daya Pulau Rempang 304,61
3 Bulang Sekitar Pulau Setoko dan Pulau Tonton;antar Pulau Awi dan Pulau Tonton
349,37
4 BelakangPadang Antara Pulau Belakang Padangdengan Pulau Kepalajerih 6.094,24
5 Nongsa Sekitar Pulau Tanjung Sau dan PulauNginang
2.949,61
Jumlah 10.709,73
5/28/2018 Data ESPL.docx
6/8
Kawasan laut di Kecamatan Belakang Padang, yakni selat di antara Pulau Belakang
Padang dengan Pulau Kepalajerih memiliki potensi pengembangan marikultur yang cukup
besar. Sebagian potensi tersebut sudah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk budidaya ikan
napoleon, ikan kerapu dan ikan lainnya dalam karamba jaring tancap dan karamba jaring apung.
Peluang Pengembangan
Dengan potensi pengembangan sebesar 61.131,8 ha, yang terdiri dari 10.709,7 ha untuk
coastal marine culture dan 50.422,0 ha untuk offshore marine culture, maka untuk
mengembangkan marikultur pesisir di kawasan perairan laut Kota Batam diperlukan investasi
hampir sebesar Rp 1,4 trilyun (Tabel 2). Investasi ini diperlukan untuk pembangunan dan
pengadaan fasilitas fisik produksi berupa karamba jaring apung (KJA) untuk budidaya ikan dan
tambang longline untuk budidaya rumput laut, secara lengkap. Karamba yang direncanakan
berkerangka yang terbuat dari HDPE (high density polyethelene) menggantikan karamba yang
terbuat dari material kayu dan bambu. Tambang longlineyang digunakan untuk pengembangan
budidaya rumput laut terbuat dari material PE (polyethelene). Budidaya yang akan
dikembangkan untuk budidaya rumput laut ini adalah sistem longline.
Tabel 2 Kebutuhan infrastruktur produksi, investasi, benih, pakan, pembudidaya an
kelompok pembudidaya dalam pengembangan perikanan budidaya laut (marikultur) di
Kota Batam.
KomoditasJumlah
Kantongjaring/panjang
tali
Investasi(Rp, juta)
Kebutuhanbenih
(ekor/tahun)
Kebutuhanpakan
(ton/tahun)
Pembudidaya(RTP)
KelompokPembudidaya
Ikankarang1)
42.839 unit 856.778 17.135.568 10.281 4.284 171
Ikanpelagis2)
10.710 unit 535.487 42.838.920 48.194 2.142 86
Rumput
laut
8.567.784 m 2.142 20.563 - 1.714 69
Jumlah 1.394.407 58.475 8.140 326
1)Ikan kerapu macan, ikan kerapu bebek, ikan kerapu sunu, ikan napoleon, ikan kerapu bakau,ikan kerapu lumpur, dan sebagainya
2)ikan kakap putih, ikan kakap merah, ikan bawal bintang (pompano) ,dan sebagainyaSumber : Data Analisis 2011
5/28/2018 Data ESPL.docx
7/8
Pengembangan marikultur di Kota Batam memerlukan benih ikan karang dan benih ikan
pelagis masing-masing sebanyak 17,14 dan 42,84 juta ekor, atau totalsebanyak 59,98 juta ekor,
serta bibit rumput laut sebanyak 20,6 ribu ton. Selain itu, pengembangan marikultur di bota ini
juga membutuhkan pakan sebanyak 58,5 ribu. Untuk memanfaatkan potensi marikultur Kota
Batam secara optimal diperlukan pelaku usaha (pembudidaya) yang diperkirakan sebanyak 8.140
RTP (rumah tangga perikanan) dan sekitar 326 kelompok pembudidaya yang beranggotakan
sekitar 25 RTP per kelompok.
Potensi produksi yang bisa diperoleh dari pengembangan budidaya laut di Kota Batam
diperkirakan mencapai 57.833 ton atau senilai Rp 2.161,7 milyar per tahun (Tabel
3). Produktivitas tambak yang diharapkan sekitar 56, 260, 28 ton/ha/tahun masing-masing untuk
komoditas ikan karang, ikan pelagis, dan rumput laut.
Tabel 3 Produktivitas, produksi dan nilai produksi yang bisa dicapai dalam
pengembangan budidaya air laut (marikultur) di Kota Batam.
KomoditasProduksi
(ton/tahun)Nilai Produksi(Rp/tahun, juta)
Produktivitas(ton/ha/tahun)
Ikan karang 5.997 899.617 56
Ikan Kakap/Bawal 27.845 1.058.121 260
Rumput laut 23.990 203.913 28
Jumlah 57.833 2.161.652 115
Sumber : Data Analisis 2011
Prasarana dan Sarana Penunjang
Dari Tabel 3, terlihat bahwa untuk pengembangan marikultur di Kota Batam diperlukan
sebanyak 42.839 unit karamba jaring apung (KJA) berukuran 4x4 m untuk budidaya ikan karang
(coral reef fish), dan sebanyak 10.710 unit KJA ukuran 10x10 m untuk budidaya ikan pelagis,
dan 8,6 juta meter tali ris untuk budidaya rumput laut. Ikan karang yang bisa dikembangkan
mencakup ikan kerapu macan, ikan kerapu bebek, ikan kerapu sunu, ikan naopleon, ikan kerapu
bakau, ikan kerapu lumpur dan sebagainya, termasuk ikan hias laut. Ikan pelagis yang potensial
untuk dikembangkan di kota ini mencakup ikan kakap putih, ikan kakap merah, ikan bawal
5/28/2018 Data ESPL.docx
8/8
bintang (pompano) dan sebagainya. Agar ketersediaan benih ikan laut bisa tepat waktu, tepat
jumlah dan tepat harga diperlukan 1 unit BBI ikan laut (Gambar 1).
Sarana dan prasarana produksi perikanan digunakan untuk mendukung kegiatan
pembenihan mencakup bak pemijahan, bak penetasan telur, bak pemeliharaan larva, kolam
pendederan, kolam pembesaran, kolam induk, tandon, rumah jaga. Sedangkan sarana yang
digunakan adalah : induk ikan, benih ikan, pakan alami, pakan buatan, serokan, jaring, alat
suntik, hormon, dan obat-obatan.
Secara umum Kota Batam memiliki sarana pendukung yang lebih memadai untuk kegitan
perikanan budidaya terutama dalam kemudahan transportasi, komunikasi, dan sarana sarana
pendukung lainnya. Sarana transportasi darat, laut dan udara terhubung dengan baik sehingga
untuk pengangkutan dan distribusi barang sarana dan prasarana produksi dari dan ke luar Batam
akan lebih mudah.
Teknis dan Teknologi
Kegiatan budidaya air laut yang dilakukan adalah pembesaran ikan kerapu, bawal
bintang, dan kakap pada karamba jaring apung (KJA). Komoditas utama pada kegiatan budidaya
ikan laut di Kota Batam adalah ikan kerapu dan bawal bintang. Ukuran kantong KJA yang
digunakan adalah 3 m x 3 m. Ukuran benih yang ditebar di KJA adalah ikan 4-5 cm. Umumnya
pembudidaya memiliki 5-10 kantong pemeliharaan. Padat tebar yang digunakan hingga panenadalah 250-350 ekor/jaring (28 39 ekor/m2). Selama masa pemeliharaan, ikan diberi pakan
berupa pakan rucah yang dibeli dari hasil tangkap nelayan dan pelet dari hasi l beli atau bantuan
pemerintah. Untuk kegiatan pembesaran kerapu, lama pemeliharaan adalah 15-18 bulan dengan
ukuran panen 300-500 g/ekor. Sedangkan untuk pembesaran ikan bawal dilakukan selama 6-9
bulan dengan ukuran panen 300-500 g/ekor.
Peluang Pasar dan Sistem Pemasaran
Untuk kegiatan budidaya, sarana dan prasarana diperoleh di Kota Batam maupun Kota
Tanjungpinang. Pada komoditas budidaya ikan air laut, benih diperoleh dari Balai Budidaya Laut
Batam. Harga benih ikan kerapu adalah Rp 800-Rp1.000/cm. Setelah mencapai ukuran panen
yaitu 500 gram/ekor, produk budidaya langsung ditawarkan atau dijual ke penampung ikan
(Tauke) di Kota Batam yang selanjutnya dipasarkan di tingkat pasar lokal maupun ekspor.