127
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan yang layak, makmur, aman, damai, serta sejahtera bagi penduduknya merupakan suatu cita-cita dan tujuan pembangunan di setiap negara di seluruh dunia. Maka dengan hal tersebut, 191 anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) dalam KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) pada bulan September 2000, mendeklarasikan sebuah deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), yang berdasar pada pemenuhan hak-hak dasar manusia seperti meningkatkan taraf kesehatan, memberantas kemiskinan, kelaparan, buta huruf, kerusakan lingkungan dan diskriminasi terhadap perempuan. Program- program yang tertuang dalam MDGs saling berkaitan satu sama lain, seluruh program akan mempengaruhi kesehatan dan tentu saja kesehatan akan mempengaruhi terlaksananya MDGs. Salah satu contohnya dengan kesehatan yang lebih baik, anak-anak akan mengenyam pendidikan dengan baik, kemudian setelah dewasa akan mendapatkan hasilnya yang lebih baik. (1) Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB adalah suatu organisasi antar negara yang didirikan untuk mempersatukan negara-negara demi tercapainya kedamaian, keamanan, dan 1

DBD

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Demam berdarah dengue

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Kehidupan yang layak, makmur, aman, damai, serta sejahtera bagi penduduknya

merupakan suatu cita-cita dan tujuan pembangunan di setiap negara di seluruh dunia. Maka

dengan hal tersebut, 191 anggota PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) dalam KTT

(Konferensi Tingkat Tinggi) pada bulan September 2000, mendeklarasikan sebuah

deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), yang berdasar pada pemenuhan hak-hak

dasar manusia seperti meningkatkan taraf kesehatan, memberantas kemiskinan, kelaparan,

buta huruf, kerusakan lingkungan dan diskriminasi terhadap perempuan. Program-program

yang tertuang dalam MDGs saling berkaitan satu sama lain, seluruh program akan

mempengaruhi kesehatan dan tentu saja kesehatan akan mempengaruhi terlaksananya

MDGs. Salah satu contohnya dengan kesehatan yang lebih baik, anak-anak akan

mengenyam pendidikan dengan baik, kemudian setelah dewasa akan mendapatkan hasilnya

yang lebih baik.(1)

Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB adalah suatu organisasi antar negara yang

didirikan untuk mempersatukan negara-negara demi tercapainya kedamaian, keamanan,

dan masyarakat yang sehat. Millenium Development Goals (MDG’s) atau tujuan

pembangunan millenium adalah suatu upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan

manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB untuk melaksanakan 8

(delapan) tujuan pembangunan, yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai

pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan

perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi

penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, kelestarian lingkungan

hidup, serta membangun kemitraan global dalam pembangunan. (1)

1

Indonesia adalah salah satu negara yang termasuk anggota PBB dan mempunyai

komitmen untuk melakukan upaya dalam memenuhi hak dasar kebutuhan manusia yang

tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs) atau tujuan pembangunan

milenium.(1)

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang mendukung program MDGs

dengan salah satu targetnya adalah menurunkan angka penyakit DBD di Indonesia. Pada

tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di

Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut

lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita

sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871 penderita. (1)

Demam Berdarah Dengue (DBD) perlu mendapat perhatian serius karena masih

menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan di beberapa daerah masih sering terjadi

kejadian luar biasa. Di Jawa Tengah, kasus DBD cenderung meningkat setiap tahunnya.

Perubahan lingkungan global atau Global Environmental Change (GEC) terutama Global

Warming sedikit banyak ikut berperan terhadap kejadian DBD. Setiap peralihan musim,

terutama dari musim kemarau ke musim penghujan, berbagai masalah kesehatan melanda

termasuk yang paling sering terjadi adalah peningkatan kejadian demam berdarah. Faktor

risiko lain infeksi dengue diantaranya tingkat imunitas host, kepadatan penduduk, interaksi

vektor dan host dan virulensi virus. Kepadatan vektor juga berkontribusi terhadap epidemi

DBD.(2)

Kejadian demam berdarah di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, khususnya di daerah

Jakarta Selatan juga masih banyak ditemui. Di Kecamatan Cilandak pada tahun 2015

menempati urutan kelima setelah Kecamatan Pasar Minggu, Jagakarsa, Kebayoran Lama,

dan Pancoran. Sedangkan Kecamatan Cilandak sendiri terdiri dari 5 Kelurahan, yaitu

kelurahan Cilandak Barat, Gandaria Selatan, Lebak Bulus, Pondok Labu, dan Cipete

Selatan. Dari kelima kelurahan yang ada, Cilandak Barat menempati urutan kedua setelah

Pondok Labu, dilihat dari hasil insiden rate selama 6 bulan ( Januari – Maret 2015).

2

Insiden Rate dari masing – masing data dari Kelurahan CIlandak Barat yaitu : Pondok

Labu 93,11 (jumlah penduduk 93,11), Cilandak Barat 87,86 (jumlah penduduk 59.186),

Lebak Bulus 87,03 (jumlah penduduk 39.096), Cipete Selatan 64,28(jumlah penduduk

31,112), dan terakhir adalah kelurahan Gandaria Selatan 60,96 (jumlah penduduk 24.606).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh instansi kesehatan untuk memutus rantai

penularan demam berdarah di antaranya dengan penemuan dan pengobatan penderita,

pengendalian vektor dan kerja sama lintas sektor. Kegiatan pengendalian vektor yang

pernah dilaksanakan yaitu pengasapan (fogging) dan kegiatan pemberantasan sarang

nyamuk (PSN) dengan melibatkan peran serta masyarakat. Pengamatan vektor Aedes

aegypti sangat penting terutama untuk mengetahui penyebaran, kepadatan, habitat utama

larva/jentik, kemungkinan risiko terjadinya penularan, tingkat kepekaan nyamuk terhadap

insektisida dan memprioritaskan lokasi serta waktu pelaksanaan pemberantasan vektor.(3,4)

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan yaitu :

Apa yang menyebabkan penanganan kasus DBD dari Puskesmas Cilandak Barat Jakarta

Selatan bulan Januari – Maret 2015 belum  memenuhi target, dan bagaimana alternatif

pemecahan masalah untuk penyelesaian masalah tersebut?

1.3 Tujuan penulisan

Tujuan Umum

Kegiatan ini ditujukan untuk mengetahui, mengidentifikasi, menganalisis tentang

penyebab serta menyusun rencana tindak lanjut pemecahan masalah belum tercapainya

target penanganan kasus DBD di puskesmas Cilandak Barat selama periode Januari –

Maret 2015.

Tujuan Khusus

3

a) Mengidentifikasi penyebab masalah dilihat dari input (man, money, machine,

material, method,), proses (perencanaan, pelaksanaan atau pencatatan) maupun lingkungan

yang menyebabkan belum tercapainya target penanganan kasus DBD di Puskesmas

Cilandak Barat Jakarta Selatan, selama periode Januari - Maret 2015.

b) Mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya masalah dalam

penanganan kasus DBD di Puskesmas Cilandak Barat Jakarta Selatan selama periode

Januari - Maret 2015.

c) Memberikan alternatif pemecahan masalah yang ditemukan. Menyusun rencana

tindak lanjut atau Plan of Action dari alternatif pemecahan masalah yang ditemukan

1.4 Manfaat Kegiatan

1. Bagi Mahasiswa :

Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu kesehatan Masyarakat.

Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.

Mengetahui upaya-upaya pokok maupun tambahan yang ada di puskesmas.

Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan di

dalam program puskesmas.

2. Bagi Puskesmas :

Mengetahui upaya puskesmas yang belum memenuhi target SPM.

Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya puskesmas yang

belum memenuhi target SPM.

Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap masalah

tersebut.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

2.1 Kondisi Umum

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih

menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Indonesia. Hampir setiap tahun terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) di beberapa daerah

yang biasanya terjadi pada musim penghujan, namun sejak awal tahun 2011 ini sampai

bulan Agustus 2011 tercatat jumlah kasus relatif menurun.2

Program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun

dan berhasil menurunkan angka kematian dari 41,3% pada tahun 1968 menjadi 0,87 %

pada tahun 2010, tetapi belum berhasil menurunkan angka kesakitan. Jumlah penderita

cenderung meningkat, penyebarannya semakin luas, menyerang tidak hanya anak-anak

tetapi juga golongan umur yang lebih tua. Pada tahun 2011 sampai bulan Agustus tercatat

24.362 kasus dengan 196 kematian (CFR: 0,80 %).2

Berdasarkan rekapitulasi data kasus yang ada sampai tanggal 22 Agustus 2011 tercatat

hanya Provinsi Bali yang masih memiliki angka kesakitan DBD diatas target nasional yaitu

55 per 100.000 penduduk.2

Sedangkan angka kematian akibat DBD di beberapa wilayah masih cukup tinggi di atas

target nasional 1 % antara lain Provinsi Gorontalo, Riau, Sulawesi Utara Bengkulu,

Lampung, NTT, Jambi, Jawa Timur, Sumatra Utara dan Sulawesi Tengah.2

2.2 Isu dan Permasalahan Pengendalian.

DBD sangat endemis di Indonesia, sejak ditemukan pertama kali tahun 1968 jumlah

kasus dan luas daerah terjangkit terus meningkat. Penyebab meluasnya penyakit DBD di

Indonesia multi faktorial antara lain: 2

1. Faktor Manusia dan Sosial Budaya

5

a. Faktor manusia, kepadatan penduduk sangat berpengaruh pada kejadian kasus

DBD, makin padat penduduk makin tinggi kasus DBD di kota tersebut. Hal ini

karena berkaitan dengan penyediaan infra struktur yang kurang memadai seperti

penyediaan sarana air bersih, sarana pembuangan sampah, sehingga terkumpul

barang - barang bekas yang dapat menampung air dan menjadi tempat

perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti penular DBD.5,6

b. Mobilitas manusia : perpindahan manusia dari satu kota ke kota lain

mempengaruhi penyebaran penyakit DBD. 5,6

c. Perilaku manusia : kebiasaan menampung air untuk keperluan sehari-hari seperti

menampung air hujan, air sumur, harus membeli air didalam bak mandi,

membuat bak mandi atau drum/tempayan sebagai tempat perkembangbiakan

nyamuk.5,6

d. Kebiasaan menyimpan barang bekas atau kurang memeriksa lingkungan terhadap

adanya air - air yang tertampung didalam wadah - wadah dan kurang

melaksanakan kebersihan dan 3 M PLUS ( Menguras, Menutup dan Mengubur

PLUS menaburkan Larvasida , memelihara ikan pemakan jentik dll)5,6

2. Faktor agen dan lingkungan

a. Faktor agen/ virus DBD : ada 4 serotipe yang tersebar luas di seluruh wilayah

Indonesia, dan bersirkulasi sepanjang tahun, Dipertahankan siklusnya didalam

tubuh nyamuk 7,8

b. Faktor nyamuk penular, yaitu Aedes aegypti yang tersebar luas diseluruh pelosok

tanah air, populasinya meningkat pada saat musim hujan.7,8

c. Faktor lingkungan: Musim hujan meningkatkan populasi nyamuk, namun di

Indonesia musim kering pun populasinya tetap banyak karena orang cenderung

menampung air dan didaerah sulit air orang menampung air didalam bak air/

drum, sehingga nyamuk dan jentik selalu ada sepanjang tahun.7,8

3. SOP

6

a. Kurangnya pemahaman tentang penegakan diagnosis dan penatalaksanaan

penderita DBD sesuai standar pada sebagian klinisi baik di Rumah Sakit,

Puskesmas maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya, sehingga sering terjadi

over diagnosis. 3

b. Belum semua rumah sakit menggunakan form KDRS/KD-DBD dan seringnya

keterlambatan pelaporan kasus dari rumah sakit ke Dinas Kesehatan atau ke

Puskesmas. Jika sesuai standar, seharusnya setiap kasus yang ditemukan

dilaporkan dalam waktu kurang dari 24 jam agar dapat dilakukan langkah -

langkah penanggulangan kasus secara cepat dan tepat sebelum terjadi

penyebaran lebih luas lagi.3

4. Ketersediaan Tenaga Pelayanan

a. Faktor pelaksana program yang sering berganti-ganti, kurangnya petugas

lapangan dan khususnya kurangnya pendanaan bagi pelaksanaan program

pengendalian DBD.3,5

b. Kegiatan pemeriksaan jentik berjalan namun tidak menyeluruh karena

keterbatasan tenaga. Puskesmas melaksanakan PJB (Pemeriksaan Jentik

Berkala), kader JUMANTIK melaksanakan pemeriksaan jentik seminggu sekali

di lingkungannya, namun tidak tersedia dana operasional maupun biaya

pengganti transport bagi para kader Jumantik sehingga kegiatannya mengendur.

Beberapa kota seperti Jakarta Timur, Pekalongan, Mojokerto sangat aktif

melaksanakan kegiatan Pemeriksaan Jentik melalui peran serta masyarakat dan

Jumantik3,5

5. Kondisi Sarana Pendukung

7

Mesin fogging tersedia disetiap Dinas Kesehatan kota atau Puskesmas jumlahnya

bervariasi, namun biasanya tidak disertai biaya pemeliharaan. Oleh karena itu mesin

- mesin yang rusak tidak tersedia suku cadang, sering kali diambil dari mesin -

mesin yang ada, sehingga banyak mesin fogging yang rusak. 8

6. Sumber Pembiayaan

a. Masalah DBD belum dianggap sebagai masalah prioritas di beberapa wilayah

sehingga alokasi dana APBD untuk penanggulangan DBD masih tergolong kecil

di masing-masing wilayah endemis.8

b. Untuk penyemprotan suatu area , luas radius 100 meter ( 1 HA , estimasi hanya

untuk 20-40 rumah ) dibutuhkan biaya Rp.300.000 - 500.000/ 2 siklus . Area

yang disemprot harus memenuhi kriteria PE tersebut, dengan tujuan membunuh

nyamuk yang mengandung virus.Oleh karena itu apabila masyarakat meminta

penyemprotan tidak memenuhi kriteria PE, mereka harus menanggung biaya itu

sendiri.Penyemprotan (fogging) liar ini biasanya dilakukan oleh perusahaan2

penyemprot/ pihak swata yang hanya mengutamakan aspek keuntungan/komersil

saja.7,8

c. Peningkatan kasus yang umumnya terjadi bulan Januari hingga Maret , dimana

pada bulan-bulan tersebut dana operasional belum turun dari APBD, ini

membuat hambatan dalam pelaksanaan penanggulangan kasus di lapangan. 7,8

7. Faktor kerjasama/peran serta

Faktor peran serta lintas sektor maupun peran serta masyarakat yang masih kurang

dan cenderung mengharapkan sektor kesehatan saja yang mengatasi masalah DBD.

Dengan kata lain masalah DBD masih dianggap sebagai masalah sektor kesehatan

semata.4

2.3 Arah Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD

Melalui Kepmenkes no. 581/Tahun 1992, telah ditetapkan Program Nasional

Penanggulangan DBD yang terdiri dari 8 pokok program yaitu :2

8

1. Surveilans epidemiologi dan Penanggulangan KLB

2. Pemberantasan Vektor

3. Penatalaksanaan Kasus

4. Penyuluhan

5. Kemitraan dalam wadah POKJANAL DBD

6. Peran Serta Masyarakat : Jumantik

7. Pelatihan

8. Penelitian

Langkah-Langkah Kebijakan Pemerintah :

1. Untuk setiap kasus DBD harus dilakukan Penyelidikan epidemiologi meliputi

radius 100 meter dari rumah penderita. Apabila ditemukan bukti penularan yaitu

adanya penderita DBD lainnya, ada 3 penderita demam atau ada faktor risiko

yaitu ditemukan jentik, maka dilakukan penyemprotan (Fogging Focus) dengan

siklus 2 Kali disertai larvasidasi, dan gerakan PSN.2

2. Puskesmas melaksanakan kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) setahun 4

kali untuk memonitor kepadatan jentik diwilayahnya.2

3. Lebih mengutamakan pencegahan yaitu dengan melaksanakan PSN

(Pemberantasan Sarang Nyamuk) melalui 3 M PLUS, dengan melibatkan

masyarakat. 2

4. Memfasilitasi terbentuknya tenaga JUMANTIK ( Juru Pemantau Jentik).2

5. Kemitraan melalui wadah POKJANAL, bersama DEPDAGRI dan lintas sektor

lainnya terutama DEPDIKNAS.2

6. Penyuluhan kepada masyarakat agar masyarakat tetap waspada.2

2.4 Tantangan Ke Depan

DBD merupakan masalah kita bersama, bukan hanya sektor kesehatan semata.Sektor

kesehatan bertanggung jawab penuh pada perawatan penderita di Puskesmas/ Rumah Sakit

9

dalam rangka menurunkan angka kematian.Namun mengingat begitu kompleksnya

masalah penularan DBD, maka perlu peran berbagai SEKTOR dan Masyarakat sendiri

untuk memberantas penyakit DBD melalui pemberantasan nyamuk dan jentik nya.

Mengingat bahwa kejadian DBD semakin meluas maka DBD perlu mendapat perhatian

dari semua pihak dan menjadi masalah Nasional dan perlu perbaikan di berbagai aspek

mulai dari aspek manajemen kasus, manajemen vektor, manajemen logistik ( insektisida,

larvasida, mesin fogging) , peningkatan peran serta masyarakat dan penelitian-penelitian

termasuk pengembangan vaksin didukung dengan pendanaan yang memadai.3,7

2.5. Prioritas Kegiatan

a. Pengendalian vektor dengan melaksanakan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) terutama pada kabupaten dan kota endemis tinggi, dengan tetap

meningkatkan kewaspadaan di setiap wilayah. 5

b. Peningkatan surveilans kasus & vector. 5

c. Peningkatan kemitraan dengan lintas sektor dan lintas program terkait, diantaranya

melalui wadah POKJANAL (Kelompok Kerja Operasional) DBD, UKS, BMKG,

kalangan Akademisi dan lain-lain.5

d. Penanggulangan kasus / KLB.5

Manajemen kasus di UPK sesuai standar

Setiap kasus yang dilaporkan dari UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) maka

dilakukan langkah – langkah Penanggulangan kasus/fokus yaitu: Penyelidikan

Epidemiologi (PE), Fogging Fokus, Larvasidasi dan Penyuluhan.

Peningkatan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan KLB antara lain dengan

peningkatan surveilans dan memenuhi ketersediaan logistik (insektisida, larvasida,

dll)

BAB III

DATA UMUM PUSKESMAS KELURAHAN CILANDAK BARAT

10

3.1 KEADAAN GEOGRAFI DAN LINGKUNGAN

1. Data Wilayah

a. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat:

- Sebelah Utara : Jl. Jl gaharu .Cipete selatan

- Sebelah Selatan : Dapur susu pondok labu

- Sebelah Timur : Kali Krukut , Kec. Ps. Minggu .

- Sebelah Barat : jl raya fatmawati

Wilayah Kelurahan Cilandak Barat terletak di sebelah Barat Daya Kota Jakarta di

ketingian ± 50 M diatas permukaan laut dengan sudut kemiringan 0.25⁰ serta curah

hujan rata-rata 2.036 mm/tahun.

Gambar 1. Peta Wilayah

b. Luas Wilayah Kerja

Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat terletak di jl. Sakura no. 127 Komplek MPR

RW/RT 04/07 kelurahan Cilandak Barat. Jumlah Karyawan Puskesmas Kelurahan

11

Cilandak Barat adalah 10 orang yang terdiri dari: 6 Pegawai Negri Sipil, & 4 Pegawai

BLUD. Luas wilayah kecamatan Cilandak 6,04 KM² yang terdiri atas 12 RW dan 148

RT.

1. Keadaan Penduduk (Tahun 2015)

Tabel 1. Komposisi Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Cilandak

Umur Jumlah Persentase0-4 5.066 8,56%5-9 4.533 7,66%10-14 4.083 6,9%15-19 4.326 7,31%20-24 5.326 9%25-29 6.291 10,63%30-34 6.143 10,38%35-39 5.451 9,21%40-44 4.409 7,45%45-49 4.054 6,85%50-54 3.048 5,15%55-59 2.201 3,72%60-64 1.538 2,6%65-69 793 1,34%70-74 733 1,24%>75 574 0,97%Total 59.186 100%

Sumber : data puskesmas

12

Gambar 2. Piramida Penduduk

Gambar 3. Grafik Penduduk

Dilihat dari data diatas jumlah penduduk denagn umur 30-39 tahun merupakan

yang terbanyak sedangkan penduduk berumur >70 tahun merupakan jumlah

yang paling sedikit. Kelurahan Cilandak Barat memiliki penduduk terbanyak

sebesar : 59186 jiwa, Dengan kepadatan penduduk 10.038 jiwa /KM2.

13

2. Sosial Budaya

a. Pemeluk Agama

Tabel 2. Data Pemeluk Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan CilandakAgama Persentase

IslamKristen protestanKatolikBudhaHindu

58 %21 %12 %7 %2 %

Sumber : data puskesmas

Penduduk di wilayah kerja puskesmas kelurahan Cilandak Barat mayoritas

beragama Islam.

b. Sarana Pendidikan

Fasilitas Pendidikan yang ada di wilayah puskesmas berjumlah 28 & sarana

yang paling banyak adalah Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidyah yaitu 15.

PT / Akademi : 1

SMTA / MA : 1

SMTP / MTs : 2

SD / MI : 15

SLB : 0

Pond Pesantren : 0

TK / RA : 8

Paud : 4

14

c. Sarana kesehatan

Rumah Sakit : 1

Puskesmas : 1

Rumah Bersalin : 2

Apotik : 5

Optik : 2

Posyandu : 19

3.2 Komponen masukkan (input)

Urusan Tata Usaha Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat terdiri dari :

Kepegawaian, Perlengkapan, Umum. Untuk memudahkan dalam menguraikan dan

memberikan pengertian serta pemahaman, maka hasil kegiatan akan diuraikan secara

berurutan sebagai berikut ;

1. KEPEGAWAIAN

Kegiatan yang dilksanakan oleh Kepegawaian, lebih banyak disampaikan dalam

bentuk table, selengkapnya adalah :

a. Rekapitulasi data pegawai menurut agama

b. Rekapitulasi data pegawai menurut jenis kelamin

c. Rekapitulasi data pegawai menurut status perkawinan

d. Rekapitulasi data pegawai menurut golongan

e. Rekapitulasi data pegawai menurut jenjang pendidikan

f. Rekapitulasi data pegawai pensiun

g. Rekapitulasi data tenaga kontrak

h. Rekapitulasi data kebutuhan tenaga

Tabel 3. Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Menurut Agama

15

NOUNIT KERJA

( PUSKESMAS )A G A M A

JUMLAHISLAM KRISTEN BUDHA HINDU

1. Kel. Cilandak Barat 5 1 - - 6JUMLAH 5 1 - - 6

Tabel 4. Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Menurut Jenis Kelamin

NOUNIT KERJA

( PUSKESMAS )JENIS KELAMIN

JUMLAHPRIA WANITA

1. Kel. Cilandak Barat 0 6 6JUMLAH 0 6 6

Tabel 5. Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Menurut Status Perkawinan

NOUNIT KERJA

( PUSKESMAS )JUMLAHKAWIN BELUM

KAWINJANDA/DUDA

1. Kel. Cilandak Barat 6 - - 6JUMLAH 6 - 6

Tabel 6. Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Menurut Golongan

NOUNIT KERJA

( PUSKESMAS )GOLONGAN

JUMLAHI II III IV

1. Kel. Cilandak Barat - 2 3 1 6JUMLAH - 2 3 1 6

Tabel 7. Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Menurut Jenjang Pendidikan

NOUNIT KERJA

( PUSKESMAS )

GOLONGANJML

S2 S1 D3 D1 SLTA SMP SD

1. Kel. Cilandak Barat - 2 4 - - - - 6

JUMLAH 2 4 - - - - 6

Tabel 8. Rekapitulasi Data Tenaga Kontrak dan BLUD Puskesmas

16

NO N A M ATTL

PENDIDIKAN

MULAIKERJA

JENISKELAMI

N

TEMPATTUGAS

1.NGATNOGn.Kidul.2-2-1980

SMA1-1-2005 Pria

Kel. Cil. Barat

2.MARINI DWIJAYANTIJakarta, 17-7-1985

DIII,FARMASI1-8-2008 Wanita

Kel. Cilbar

3RATNA MULYANIOku timur

DIIIBIDAN

Pasir putih12 Ma1989

Wanta Kel Cil Bar

5 WAHYUDISMA 21 Mei

2014Wanita Kel Cilbar

6.MARDIYANTO SMA

1 -7-2011 PriaKel. Cilbar

7 PUJI RAHARJO SMA 1-1-1995 pria Kel Cilbar

Tabel 9. Rekapitulasi Data Kebutuhan Tenaga

NO JENIS TENAGA ADA BUTUHKEKURANGAN

TENAGA

1 Dokter Gigi 0 0 02 Dokter Umum 0 0 03 Apoteker 0 0 04 Diploma III Perawat 0 0 05 Diploma III Bidan 0 0 0

JUMLAH 0 0 0

2. PENANGGUNG JAWAB PEMEGANG BARANG

Kegiatan Penanggung jawab barang dapat disampaikan dalam bentuk

laporan penerimaan barang dan pemeliharaan adalah :

a. Kendaraan bermotor dinas

b. Alat kesehatan

c. Obat-obatan dan barang non-medis

3. PENANGGUNG JAWAB UMUM

17

Kegiatan Penanggung jawab umum yang dapat disampaikan adalah

pengelolaan surat masuk, surat keluar. Surat yang masuk ke Puskesmas KeL

Cilandak Barat Kotamadya Jakarta Selatan sejumlah 54 surat dan yang keluar

sejumlah 143 surat.

1. Peningkatan Wawasan ANC : 2 orang

2. Pertemuan Koordinasi & Monev Pelaksanaan Case Based Measles : 2 orang

5. LAPORAN SP2TP ( Sistem Pencatatan & Pelaporan Terpadu Puskesmas ) :

Puskesmas Kelurahan masih menggunakan sistem manual.

6. SIK ( Sistem Informasi Kesehatan ) :

Puskesmas Kelurahan cilandak barat memakai software ASIMPUS 2003

7. SARANA FISIK

Ruangan pelayanan yang tersedia:

A. Unit Pelayanan Loket

B. Unit Pelayanan Umum &RTD

C. Unit Pelayanan Gigi

D. Unit Pelayanan KB/KI

E. Unit Pelayanan Imunisasi

F. Unit Pelayanan Obat

G. Laboratorium Sederhana

8. SARANA PENUNJANG PUSKESMAS

1) Mobil ambulans : 1 buah

2) Sepeda motor : 3 buah

3) Alat komunikasi telpon dan alat-alat penyuluhan

18

9. SUMBER DANA

Sumber pendanaan Puskesmas Cilandak Barat berasal dari pendapatan

Puskesmas (Retribusi dan Biaya Pelayanan/ Tindakan Medis) dan APBD.

3.3 VISI DAN MISI PUSKESMAS KELURAHAN CILANDAK BARAT

Visi Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat

Visi puskesmas kelurahan Cilandak Barat adalah:

“Terwujudnya puskesmas kelurahan Cilandak Barat menjadi pusat pelayanan

bermutu dengan tenaga professional dan dapat dijangkau oleh sekuruh lapisan

masyarakat”

Visi diatas bermakna bahwa:

Puskesmas kelurahan Cilandak Barat diharapkan dapat memberi pelayanan

bermutu sesuai prosedur mutu yang telah disepakati sesuai dengan standar

mutu professional, dapat dipertanggungjawabkan, aktualisasi dan terus-

menerus mengadakan perbaikan di semua unit pelayanan

Dapat melayani masyarakat dengan menempatkan tenaga professional

sesuai dengan kompetensi dan keahliannya sehingga dapat memberikan

kepuasan kepada pelanggan

Puskemas kelurahan Cilandak Barat berharap dengan memberikan

pelayanan yang bermutu dengan tarif yang relatif murah sesuai Perda

sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dari kalangan

ekonomi lemah, sedang bahkan kalangan atas

Misi Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat

19

1. Meningkatkan pengetahuan keterampilan SDM dengan mengikuti pelatihan-

pelatihan, pendidikan-pendidikan, seminar-seminar dan kursus-kursus

menuju profersionalisme

2. Meningkatkan daya saing dengan meningkatkan fasilitas pelayanan

kesehatan yang berada di sekitarnya

3. Meningkatkan disiplin dan kinerja karyawan

4. Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai dengan standar pelayanan

untuk memuaskan pelanggan

5. Menggalang kemitraan dengan masyarakat dan lintas sektoral yang

berhubung dengan bidang kesehatan

3.4 MANAJEMEN PUSKESMAS KELURAHAN CILANDAK BARAT

a. Perencanaan

- Minilokakarya (MINLOK) puskesmas dilaksanakan setiap sebulan

sekali (Minggu ke 1). Pertemuan ini membahas tentang rencana bulan

depan dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan.

- Seluruh koordinator program maupun koordinator unit pelayanan

membuat rencana kerja setiap kegiatan rutinnya maupun kegiatan yang

anggarannya disetujui sebagai tupoksinya sebagai koordinator. Rencana

kerja tersebut dilaporkan ke kepala urusan dan diketahui oleh kepala

puskesmas

b. Pelaksanaan

Dalam melaksanakan kegiatan kelompok puskesmas setiap

karyawan/petugas mempunyai tanggung jawab sesuai yang telah ditetapkan.

c. Evaluasi

20

- Laporan hasil kegiatan bulan lalu

- Pertemuan dengan seluruh petugas

- Evaluasi tahunan dengan membahas hasil kegiatan selama satu tahun dan

statifikasi.

- Pemantauan Pelaksanaan dan Pengendalian Program/Kegiatan dilakukan setiap

hari oleh kepala urusan dan diawal bulan melaporkan kegiatan-kegiatannya

maupun anggaran dalam bentuk monitoring. Hasil laporan anggaran ini langsung

dilaporkan ke dinas kesehatan oleh kepala puskesmas dalam rapat monitoring

21

3.5 DESKRIPSI KERJA

1. Dokter/ Kepala Puskesmas

Tugas pokok : Mengusahakan agar fungsi puskesmas terselenggara dengan baik.

Fungsi :

a. Sebagai seorang manager :

Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di Puskesmas.

Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral secara vertikal dan

horizontal.

Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.

b. Sebagai seorang dokter :

Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita

Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi

Melakukan penyuluhan kesehatan kepada penderita dan masyarakat

2. Dokter Umum

Tugas pokok: Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah kerja

Puskesmas dapat berjalan dengan baik.

Fungsi :

a. Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.

b. Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas baik di

Puskesmas, Pustu atau Pusling.

c. Memberikan bimbingan, edukasi dan motivasi kepada penderita dan

masyarakat.

d. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan peran

masyarakat.

e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

3. Dokter Gigi

22

Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di

wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.

Fungsi :

a. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas.

b. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah kerja

Puskesmas secara teratur.

c. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas.

d. Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas.

e. Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan

peran serta masyarakat.

f. Memberikan penyuluhan kesehatan.

g. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

4. Perawat Gigi

Tugas Pokok : Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas.

Fungsi :

a. Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di puskesmas.

b. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan mengobati gigi

yang sakit.

c. Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi.

d. Melaksanakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan UKGS (Usaha

Kesehatan Gigi Sekolah).

e. Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi

5. Tata Usaha

23

Tugas pokok :

a. Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas.

b. Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk.

Fungsi :

a. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi.

b. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas.

c. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas.

d. Melakukan laporan berkala ketatausahaan.

6. Petugas Perkesmas

Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan

Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan baik.

Fungsi :

a. Melaksanakan kegiatan Perkesmas baik di dalam maupun luar gedung.

b. Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Perkesmas.

c. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.

d. Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas.

e. Melakukan pendataan sasaran secara periodik.

7. Petugas Pengobatan

Tugas pokok :

a. Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.

b. Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas delegasi

dari dokter.

c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan.

d. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.

e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

f. Melakukan kegiatan Puskesmas.

g. Ikut dalam kegiatan Puskesling.

8. Petugas P2M

24

Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi :

a. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas.

b. Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular.

c. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular.

d. Melakukan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan.

e. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas delegasi dari

dokter.

f. Melakukan kunjungan rumah.

g. Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang terkait P2P.

h. Memberikan penyuluhan kesehatan.

i. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

9. Petugas KIA

Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja

Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.

Fungsi :

a. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui, bayi,

dan anak.

b. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.

c. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.

d. Melakukan pembinaan dukun bayi.

e. Melakukan pembinaan kepada bidan desa.

f. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang terkait

dengan KIA.

g. Melakukan penyuluhan kesehatan.

h. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

i. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.

10. Petugas Gizi

25

Tugas pokok: Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan gizi di

wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi :

a. Melaksanakan pemberian makanan tambahan.

b. Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus kurang gizi.

c. Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait dengan gizi.

d. Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi.

e. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

f. Melakukan pembagian vitamin A secara periodik.

g. Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik.

h. Melakukan pembinaan Posyandu.

i. Melakukan rujukan kasus gizi.

11. Petugas Sanitarian

Tugas pokok: Merubah, mengendalikan atau menghilangkan semua unsur fisik

dan lingkungan yang memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan

masyarakat.

Fungsi :

a. Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan air bersih, jamban

keluarga, rumah sehat, kebersihan lingkungan dan pekarangan.

b. Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata air,

penampungan air hujan dan sarana air bersih lainnya. Pengawasan

higiene, perusahaan dan tempat – tempat umum. Melakukan pencatatan

dan pelaporan. Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral.

c. Ikut serta dalam Puskesling dan kegiatan terpadu yang terkait dengan H.S.

d. Memberikan penyuluhan kesehatan.

e. Pengawasan, penyehatan perumahan.

f. Pengawasan pembuangan sampah.

g. Pengawasan makanan dan minuman.

h. Pembuatan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah).

26

12. Pelayanan Imunisasi

Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah kerja

Puskesmas.

Fungsi :

a. Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas.

b. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi.

c. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

d. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi.

e. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur.

f. Melakukan sweeping untuk daerah-daerah yang cakupannya kurang.

g. Memberikan penyuluhan kesehatan.

13. Petugas Unit Gawat Darurat

Tugas Pokok: Melaksanakan kegiatan untuk pelayanan kasus gawat darurat

di Puskesmas.

Fungsi :

a. Menyiapkan ruang gawat darurat dalam keadaan siap untuk pelayanan.

b. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

c. Melakukan rujukan kasus gawat darurat bila tidak mampu ke Puskesmas

yang lebih mampu

d. atau ke Rumah Sakit.

e. Melakukan penanganan kasus gawat darurat sesuai standar dan prosedur.

14. Petugas Apotek

Tugas pokok: Menerima resep, memeriksa, meracik dan membungkus dan

memberikan obat.

Fungsi :

a. Melaksanakan sebagian kegiatan pengelolaan obat yang meliputi

peresepan, pembungkusan dan pemberian obat pada pasien.

b. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat.

c. Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di apotek.

27

d. Membantu distribusi obat ke Puskesling, Pustu, dan PKD.

e. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat.

f. Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat.

15. Petugas Laboratorium

Tugas Pokok: Melakukan pelayanan pemeriksaan laboratorium.

Fungsi :

a. Membantu menegakkan diagnosa penyakit.

b. Melaksanakan pemeriksaan spesimen.

c. Membantu rujukan spesimen.

d. Ikut membantu kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan

laboratorium.

e. Memberikan penyuluhan kesehatan.

f. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

16. Petugas Pendaftaran

Tugas Pokok: Melakukan proses pelayanan di loket pendaftaran pada semua

pengunjung Puskesmas.

Fungsi :

a. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan.

b. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran.

c. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien.

d. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku.

e. Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari tersebut.

f. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

17. Petugas Gudang Obat

28

Tugas Pokok: Mengelola obat-obat yang ada di puskesmas.

Fungsi :

a. Membantu dokter atau kepala puskesmas dalam pengelolaan obat di

puskesmas.

b. Mempersiapkan pengadaan obat di puskesmas.

c. Mengatur penyimpanan obat.

d. Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat.

e. Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik Kesehatan Desa

(PKD).

f. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan dalam obat.

DATA KHUSUS PUSKESMAS KELURAHAN CILANDAK BARAT

3.6 PROGRAM POKOK PUSKESMAS

1. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai daya tingkat

tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini

harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :

a. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)

b. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

c. Upaya Kesehatan Lingkungan

d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)

e. Promosi Kesehatan

f. Upaya Pengobatan

29

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang

disesuaikan dengan kemmapuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan

dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni:

a. Upaya Kesehatan Sekolah

b. Upaya Kesehatan Jiwa/ Napza

c. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

d. Upaya Pembinaan Pengobatan tradisional

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulu

3. Upaya Kesehatan inovasi

a. Rawat inap

b. Laboratorium

c. Ekg

d. Radiologi

e. Klinik gizi

f. Klinik sanitasi

g. Apotek

3.7 UPAYA KESEHATAN WAJIB PUSKESMAS

1. Kesehatan Ibu dan Anak

a. KIA

Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya di bidang

kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu

bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Tujuan dari

program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat

melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu menuju NKKBS

(Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) serta meningkatkan derajat

30

kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang

merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

Kegiatan yang dilakukandalam KIA dan KB di puskesmas kecamatan Cilandak, yaitu : Kelas Ibu Hamil Yang Dilakukan 3-4 kali setiapBulan. Sosialisasi deteksi dini tanda bahaya kehamilan dan PMTCT Ke Ibu Hamil. Penyuluhan KB ke Kelompok Wanita Usia Subur atau masyarakat.

Tabel 10. Hasil Kegiatan Pelayanan KIA Januari – Maret 2015

Indikator Target Sasaran 1 tahun

Sasaran bulan

berjalan

cakupan Pencapaiankegiatan Persen

(%)Kunjungan K1 100 % 981 163 479 171 171 %

Kunjungan K4 96 % 941 156 150 96 103 %

Penanganan komplikasi ibu hamil

88 % 863 143 59 41 46,8 %

Persalinan oleh tenaga kesehatan

98 % 961 160 123 76 78,4 %

Kunjungan nifas 98 % 919 153 150 98 100 %

Kunjungan neonatus 1 100 % 893 148 150 101 101 %

Kunjungan neonatus 97 % 866 144 147 102 105 %

Kunjungan bayi 97 % 866 216 319 147 151 %

Kunjungan balita 92 % 4558 1139 2859 251 272 %

Kunjungan balita sakit 92 % 1864 310 511 164 178

Sumber : data puskesmas

31

Pelayanan Imunisasi Pada Bayi

Tabel 11. Jumlah Bayi yang di Imunisasi Januari – Maret 2015

IndikatorTarget

(%)Sasaran1 Tahun

SasaranBulan

Berjalan

CakupanPencapaian

(%)Kegiatan

Persen (%)

HBO 100 1000 250 301 120 120

BCG 1000 250 304 121 121

DPT/HB (1) 100 1000 250 279 108 108

DPT/HB-Hib (2) 100 1000 250 283 113 113

DPT/HB-Hib (3) 100 1000 250 264 105,6 105,6

Polio 1 100 1000 250 291 116,4 116,4

Polio 4 100 1000 250 274 109,6 109,6

Campak 100 1000 250 212 84,8 84,8

Sumber : data puskesmas

b. Keluarga Berencana (KB)

Keluarga Berencana (KB) merupakan perencanaan kehamilan, jarak antara

kehamilan diperpanjang dan kelahiran selanjutnya dapat dicegah apabila jumlah anak

telah mencapai yang dikehendaki.

Tujuan KB dapat dibagi 2, yaitu:

Tujuan umum

Untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta

meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS).

Tujuan khusus

a) Agar dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak.

b) Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu akan pentingnya

memelihara kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan.

32

Tabel 12. Pencapaian Peserta KB Januari – Maret 2015

IndikatorTarget

(%)Sasaran 1 tahun

Sasaran bulan berjalan

Cakupan Pencapaian (%)

Kegiatan

Persen (%)

Keluarga berencana aktif

80% 9369 2342 1928 82,3 102%

Sumber : data puskesmas

GIZI

Tujuan dari program perbaikan gizi adalah untuk menurunkan angka penyakit akibat

kurang gizi yang umumnya diderita oleh masyarakat berpenghasilan rendah, terutama balita

dan wanita. Kegiatan gizi terdiri dari; konseling gizi, pemberian vitamin A dosis tinggi pada

balita dan ibu hamil, pemberian tablet Fe pada ibu hamil.

Kegiatan yang dilakukandalam program gizimasyarakatmeliputi :

PelacakanKasus (BGM danGiziBuruk ) di Masyarakat

Pemberian Vitamin A di TK danPosyandu

Sweeping Vitamin A

Peningkatancakupan ASI ekslusif

Pemeriksaangaramberyodium

Distribusi tablet tambahdarah( anemiagizi ) padabumil

Pemberian PMT pemulihanbalitagiziburuk

Pemberian MP ASI Badutagakin

Pemberian PMT pemulihanbumil KEK

Pos gizi

33

Tabel 13. Pemberian Vitamin A dan Tablet Fe Januari-Maret 2015

Indikator Target (%)

Sasaran1 Tahun

SasaranBulan

Berjalan

Cakupan Pencapaian (%)Kegiatan Persen

(%)Cakupan bayi (6-11 bulan) yang

diberi vitamin A kapsul biru100 866 216 214 99 99

Cakupan anak balita (12-59 bulan) yang diberi vitamin A kapsul merah

100 4558 1139 - - -

Cakupan anak balita yang diberi kapsul vitamin A 2 kali per tahun

100 4558 1139 - - -

Cakupan ibu hamil yang diberi 90 tablet Fe

100 981 163 229 140 140

Cakupan bufas mendapat kapsul vitamin A

100 919 153 126 82,3 82,3

Sumber : data puskesmas

Tabel 14. Balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) Januari – Maret Tahun 2015.

No BulanJumlah Balita

BGM

1 Januari 0

2 Febuari 0

3 Maret 0

Sumber : data puskesmas

Pemberian Makanan Tambahan

Pada balita yang berada di garis merah maka akan diadakan tindakan lanjutan yaitu

pemberian makanan tambahan dan dilakukan pemulihan dilaksanakan untuk Balita Gizi

Buruk selama 90 hari.

34

2. KESEHATAN LINGKUNGAN

Kegiatan yang dilakukan dalam program kesehatan lingkungan yaitu :

PemantauanTempat – tempat umum

PemantauanTempat Pengelolaan Makanan

Pemeriksaan Air Bersih

Pelaksanaan STBM ( SurveiTerpaduBerbasisMasyarakat )

Kegiatan Penyehatan Lingkungan meliputi :

1. Pemantauan tempat – tempat umum

2. Pemantauan tempat pengelolaan makanan

3. Pemeriksaan air bersih

4. Pelaksanaan STBM ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat )

Kegiatan pemantauan tempat – tempat umum (TPU) dan pemantauan tempat

pengelolaan makanan (TPM) oleh puskesmas dilakukan di beberapa tempat, yaitu: sekolah,

tempat ibadah, rumah makan, restoran, kantin dan warteg.

Pada bulan januari – Maret 2015 pemantauan tempat – tempat umum diakukan di

SMKN 28 Jakarta, Masjid Baitussalam, SDN 09 pagi. SDN 04 pagi, SDN 07 pagi, SMPN 86

Jakarta.

Sedangkan untuk pemantauan tempat – tempat pengelolaan makanan dilakukan di

Donat Madu Cimanjuang, Siomay Galih Matak Tibelat, Cilok Bandung, Ayam Bakar Mas

Slamet, Rumah Makan Ganto Minang. Dari 5 tempat yang diperiksa semuanya memenuhi

kelayakan.

Pemeriksaan air bersih belum dilakukan pada bulan Januari, Februari, maupun Maret

2015. Pemeriksaan air bersih baru akan dilaksanakan pada bulan Agustus

35

5. PROMOSI KESEHATAN

Promkes mempunyai Sasaran Mutu, yaitu :

Penyuluhan Dalam Gedung 12 kali / bulan

Penyuluhan Luar gedung 6 kali / bulan ,

Promosi kesehatan melalui Media Sosial

Kegiatan yang dilakukan :

1. Sosialisasi Program Prioritas (DBD, TBC, KIA, KB, gizi, imunisasi, diare, AIDS, Air

dankesehatanlingkungan )

2.Pendataan PHBS Di seluruh RW yang ada di wilayahKecamatanCilandak

3. Pembinaan RW / KelurahanSiaga

4. Pembinaan SMD/MMD

5. Sosialisasi Program Non Proiritas (jiwa, gigidanmulut, penyakit degenerative, keganasan, lain – lain)

Tabel 15. Hasil Kegiatan Penyuluhan di Dalam dan Luar Gedung Januari – Maret 2015

Indikator Target Sasaran 1 tahun

Sasaran bulan berjalan

cakupan Pencapaian

kegiatan persentaseSosialisasi program prioritas 100 % 168 42 49 116 116%

Pendataan PHBS di seluruh RW

- - - - - -

Pembinaan RW siaga - - - - - -

Pembinaan SMD - - - - - -

Sosialisasi program non prioritas

100% 48 12 14 116 116%

36

6. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

a. PTM (PenyakitTidakMenular)

1. Senam DM Dan Hipertensi

2. Sosialisasi PTM dalamdanluargedung

3. Sosialisasi dan Pembinaan Posbindu di wilayah Kecamatan Cilandak

b. Penyakit Menular

1. DBDa.Penyelidikan Epidemiologi

b.Fogging Fokus pada wilayah tempat tingga lpenderita DBD dengan hasil PE +

c.PSN Dilakukan setiap hari Jum’at bersama lintas sektoral, masyarakat dan kader

terkait

d. GJS Dilakukan Padahari Jum’at setiap mingguKe 2-4 tiap bulan

e. Pembentukan Jumantik Sekolah dan Jumantik Mandiri

Tabe16. Kasus DBD pada masing – masing RW di CIlandak Barat pada Januari – Maret 2015

RW Jumlah kasus

1 2

2 2

3 -

4 2

5 -

6 3

7 -

8 -

9 1

10 2

11 4

12 4

13 2

TOTAL : 22

37

Sumber : data puskesmas

Dari 13 RW di keluharan Cilandak Barat, pada bulan Januari – Maret 2015 di dapatkan jumlah kasus DBD terbanyak adalah di RW 11 dan 12, dimana masing – masing RW di dapatkan 4 kasus.

2. Malaria

SosialisasiMalaria kemasyarakat

3. Pengendalian HIV / AIDS dan IMS

a. Sosialisasi HIV/IMS Kemasyarakat

b. Sosialisasi HIV / IMS ke Populasi Kunci dan orang yang beresiko

( panti pijat, anak jalanan )

c. Sosialisasi Program Aku Bangga Aku Tahu terkait HIV Ke Sekolah

d. Dokling / Mobile VCT ke Populasi Kunci Bekerjasama dengan LSM

e. Pertemuan ODHA

f. Layanan CST / ARV / IMS yang ada di Puskesmas Kecamatan Cilandak

4. Sosialisasi Penyakit yang dapat di cegah dengan Imunisasi ke kader, posyandu atau masyarakat

Tabel 17. Hasil Kegiatan P2PM Januari - Maret 2015

PENYAKIT JANUARI FEBRUARI MARET TOTAL

Cakupan suspek TB paru

47 63 49 159

Penemuan kasus TB BTA (+) (Case Detection Rate)

7 11 6 24

Diare 173 165 181 521

DBD 7 9 11 22

ISPA 1332 1213 1451 3997

Sumber : data puskesmas

38

Tabel 18. Data penemuan kasus suspek TB dan TB baru BTA (+) pada Januari – Maret 2015

Indikator Target (%)Sasaran1 Tahun

SasaranBulan

Berjalan

CakupanPencapaian

(%)Kegiatan

Persen (%)

Penemuan kasus TB BTA (+) (Case Detection Rate)

100 58 15 24 160 160

Cakupan suspek TB paru

100 580 145 159 109 109

Sumber : data puskesmas

Tabel 19. Data penemuan kasus DBD pada Januari – Maret 2015

Indikator

Target penemuan kasus DBD

untuk 1 tahun

Sasaranpemerintah

SasaranCilandak

barat

Kasus yang didapat dalam

3 bulan

Penemuan kasus yang

melebihi dari angka yang

diharapkan (%)

Penemuan kasus DBD

< 29 100.000 59.186 22 303

Sumber : data puskesmas

6. UPAYA PENGOBATAN

Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan gejalanya, yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan yang khusus untuk keperluan tersebut.

Pada program pengobatan, keberhasilan program dapat dilihat dengan menilai jumlah

kasus yang ada. Kunjungan ini dapat dibagi menjadi 3 kriteria yang merupakan indikator

kinerja kerja pada program pengobatan, yaitu:

1. Kasus baru: pernyataan diagnosa pertama kali oleh dokter/paramedis bahwa

seseorang menderita penyakit tertentu.

39

2. Kasus lama: kunjungan kedua suatu kasus baru penyakit yang sama dalam satu

periode penyakit yang bersangkutan.

3. Kunjungan kasus lama: kunjungan ketiga dan seterusnya suatu kasus (lama) penyakit

yang masih dalam periode penyakit yang bersangkutan. Untuk penyakit menahun adalah

kunjungan kedua dan seterusnya pada tahun berikutnya. Frekuensi kunjungan adalah rata-

rata jumlah kunjungan setiap kasus ke puskesmas dan jaringannya sampai sembuh.

A. Unit Pelayanan Umum

B. Layanan Unit Pelayanan Gigi

Layanan kesehatan mulut dan gigi ini meliputi :

Unit Pelayanan Gigi ( UPG )

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

Kegiatan Rujukan

Pencatatan dan pelaporan

Program kesehatan gigi dalam dan luar gedung

Tabel 20. Diagnosis dan Jumlah Kunjungan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas Cilandak

NO KETERANGAN JUMLAHL P

I Pemeriksaan/Diagnosa1 Dental karies 248 5172 Kelainan pulpa dan

periapikal362 751

3 Penyakit gusi dan periodontal

61 154

4 Penyakit rongga mulut dan rahang

4 1

II1 Kunjungan seluruhnya 973 17122 Kunjungan golongan umur

1-4 tahun45 14

3 Kunjungan golongan umur 5-9tahun

182 253

4 Kunjunga ngolongan umur 10-14 tahun

62 91

5 Kunjungan golongan umur 15-19 tahun

47 118

40

Sumber : Data puskesmas

C. Pelayanan Farmasi

Pelayanan farmasi berupa pemberian obat sesuai resep serta edukasi cara pemakaian

obat. Pendataan obat masuk dan keluar menggunakan sistem FIFO (First In First Out).

D. Pelayanan Laboratorium

Kegiatan upaya kesehatan laboratorium ini merupakan kegiatan yang sangat

penting untuk menunjang kegiatan diagnosa penyakit. Kegiatan Pemeriksaan

laboratorium yang ada adalah pemeriksaan spesimen darah, spesimen urin, sputum BTA.

- Spesimen darah :

Darah lengkap, LED, WIDAL, golongan darah, kolesterol, trigliserida,

ADL, LDL, SGPT, SGOT, asam urat, BUN, kreatinin, HbsAg, gula

darah, HIV, sifilis.

- Spesimen urin :

HCG, narkoba, protein urin, reduksi urin, urin lengkap.

- Sputum BTA.

3.8 PROGRAM PENGEMBANGAN

A. UKGS DAN UKGMD

PelayananKesehatan Gigi di sekolah

PelayananKesehatan Gigi Masyarakat di Posyandu

B.UKS /PKPR

SkreeningAnakSekolah( TK- SMA ) rutindilakukan di tahunajaranbaru

Pertemuandengan guru UKS dan PKPR di wilayahkecamatanCilandak

Pelaksanaan BIAS

SosialisasiDokterkecil, UKS, kaderkesehatanremaja,

lingkungansekolahsehat

Pembentukan Peer Konselor( usia 10-19 tahun )

terkaitpenyuluhankesehatanreproduksiremaja, kesehatanjiwaremaja,

NAPZA, HIV/AIDS

41

Poli PKPR di PuskesmasKecamatanCilandak

C. LANSIA

Posyandu Lansia di setiap kelurahan masing-masing

PoliLansia yang ada di Puskesmas Kecamatan Cilandak

Tabel 21. Hasil Kegiatan Program Kesehatan Lansia

Indikator Target Sasaran 1 tahun

Sasaran bulan

berjalan

cakupan pencapaiankegiatan persentase

Senamaerobik 100 % 36 9 10 111 111 %

Penyuluhan 100 % 36 9 9 100 100 %

Posyandu lansia 100% 36 9 7 77,8 77,8 %

Pembinaan mental 100 % - - - - -

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan

100% - - - - -

Sumber : data puskesmas

42

BAB VI

METODE PENULISAN

4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dimana penelitian dilakukan dengan

tujuan utama untuk memberikan gambaran mengenai suau keadaan secara objektif.

Rancangan penelitian yang digunakan berupa survei dengan tujuan untuk membuat

penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program dan hasilnya digunakan

untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut

4.2 Metode Pengumpulan Data

Desain penelitian ini menggunakan analisis kualitatif metode survei yaitu cakupan

penemuan kasus DBD di Puskesmas Cilandak Barat dengan pendekatan sistem. Data yang

dikumpulkan melalui telah dokumen, wawancara mendalam (indepth interview) terhadap

Koordinator pemegang program DBD, Kepala Puskesmas kecamatan Cilandak dan kepala

puskesmas kelurahan Cilandak Barat, warga yang pernah terkena DBD dan kader PSN di

wilayah Cilandak Barat.

Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian survei yang di lakukan pada Bulan

Januari – Maret 2015 di Puskesmas Kecamatan Cilandak dan Puskesmas kelurahan Cilandak

Barat.

Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan koordinator pemegang program

DBD dari Puskesmas Kecamatan Cilandak dan Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat serta

dari hasil wawancara dengan kepala puskesmas, kader PSN, dan warga yang pernah terkena

DBD di RW 12 Cilandak Barat dengan cara kunjungan rumah.

Data sekunder diperoleh dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas

Kecamatan Cilandak dan Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat serta laporan kegiatan bagian

43

program DBD Puskesmas Kecamatan Cilandak dan Puskesmas Kelurahan Cilandak Barat.

4.3 Batasan Judul

“LAPORAN EVALUASI PROGRAM DEMAM BERDARAH DI PUSKESMAS

CILANDAK BARAT DARI BULAN JANUARI – MARET 2015”

Batasan Judul :

1. Evaluasi :

Proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi, dan

pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas permasalahan yang digunaan

sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.

2. Program :

Rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan.

3. Demam beradarah :

Kasus demam berdarah.

4. Puskesmas Cilandak Barat :

Salah satu puskesmas kelurahan yang ada di kecamatan Cilandak.

5. Periode Januari – Maret 2015 :

Periode waktu yang digunakan untuk melakukan evaluasi mengenai cakupan penemuan

kasus DBD.

4.4 Definisi Operasional

- Sasaran :

Jumlah penemuan kasus DBD dalam bulan Januari - Maret 2015 di wilayah Cilandak Barat,

Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.

44

- Cakupan :

Perbandingan antara jumlah penemuan kasus DBD dengan jumlah penduduk di wilayah

Cilandak Barat, kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.

- Perilaku : Tanggapan atau reaksi individu di wilayah Cilandak Barat merespon

terhadap penemuan kasus DBD

- Pengetahuan : Tingkat pemahaman masyarakat di wilayah Cilandak Barat terhadap

penemuan kasus DBD.

- Tingkat kepatuhan terhadap pencatatan DBD:

Perilaku tenaga kesehatan dalam melakukan pencatatan laporan penemuan kasus DBD.

- Pencapaian : Presentase hasil perbandingan antara cakupan penemuan kasus DBD di

puskesmas Cilandak dari bulan Januari – Maret 2015.

4.5 Ruang Lingkup

Lingkup lokasi : Wilayah kerja Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan

Cilandak, Jakarta Selatan

Lingkup waktu : Data dari Januari - Maret 2015

Lingkup Metode : Wawancara, pencatatan dan pengamatan (observasi)

Lingkup Materi : Penemuan kasus DBD

4.6 Populasi dan Sampel

Populasi terjangkau adalah penemuan kasus DBD yang terdapat di wilayah Cilandak

Barat.

Perkiraan besar sampel

Dari data yang diambil diperoleh mengenai penemuan kasus DBD dari bulan

Januari – Maret 2015 yaitu 22 orang. Besarnya sampel penelitian dihitung

menggunakan rumus Slovin:

n = N / (1+(Nx 0,05 X 0,05)

n = 22 / 1,055

n = 20

45

sampel data diambil 10% dari populasi = 2 orang

4.7 Analisis Data

Data yang sudah terkumpul di analisa secara deskriptif dilakukan berdasarkan

kerangka pemikiran pendekatan sistem yang diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man,

money, method, material, machine, kemudian dilanjutkan dengan proses yang meliputi

fungsi manajeman (P1, P2, P3) dan manajemen mutu sehingga didapatkanlah output. Input

dan proses dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan. Data kemudian diolah untuk

mengidentifikasi permasalahan dan mencari penyebab yang paling mungkin. Langkah

selanjutnya menentukan alternatif pemecahan masalah kemudian penetapan pemecahan

masalah terpilih dengan menggunakan kriteria matrixdengan rumus m.i.v/c. Selanjutnya

menyusun rencana kegiatan terpilih dan membuat Plan of Action (POA) dari rencana

kegiatan kemudian di jadwalkan dalam sebuah Gant Chart.

46

BAB V

ANALISIS MASALAH

5.1 Kerangka Pikir Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara harapan atau tujuan yang ingin dicapai

dengan kenyataan sesungguhnya sehingga menimbulkan rasa tidak puas.

Dengan demikian untuk memutuskan adanya masalah perlu tiga syarat yang

harus dipenuhi, yaitu:

1. Adanya kesenjangan.

2. Adanya rasa tidak puas.

3. Adanya rasa tanggung jawab untuk menanggulangi masalah tersebut.

Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:

1. Identifikasi atau inventarisasi masalah

2. Penentuan prioritas masalah

3. Penentuan penyebab masalah

4. Memilih penyebab yang paling mungkin

5. Menentukan alternatif pemecahan masalah

6. Penetapan pemecahan masalah

7. Penyusunan rencana penerapan

8. Monitoring dan evaluasi

47

Gambar 4. Siklus Pemecahan Masalah

Urutan dalam siklus pemecahan masalah antara lain:

1. Identifikasi/inventarisasi masalah

Menggunakan SPM dapat ditetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran

kinerja. Lalu mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur

hasil pencapaian. Kemudian membandingkan antara keadaan fakta yang terjadi.

2. Penentuan prioritas masalah

Pada tahap ini, hasil identifikasi masalah yang sudah dilakukan dengan

menggunakan SPM Puskesmas Cilandak Barat, lalu disusun peringkat masalah.

Tahap ini lebih baik dilakukan oleh banyak orang secara musyawarah daripada oleh

1. Identifikasi Masalah

2. Penentuan Prioritas Masalah

3. Penentuan Penyebab Masalah

4. Memilih Penyebab yang paling mungkin

5. Menentukan alternatif pemecahan masalah

6. Penetapan pemecahan

masalah terpilih

7. Penyusunan rencana

penerapan

8. Monitoring & Evaluasi

48

satu orang saja. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain: Hanlon, Delbeq,

CARL, Pareto, dan sebagainya.

3. Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah

pendapat antara pemegang program di Puskesmas.

4. Memilih penyebab yang paling mungkin

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang

didukung oleh data atau konfirmasi.

5. Menentukan alternatif pemecahan masalah

Seringkali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang

sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif

pemecahan masalah.

6. Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan

pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan

Hanlon kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.

7. Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of Action

atau Rencana Kegiatan)

8. Monitoring dan evaluasi

Pemantauan dan evaluasi disini terdiri dari dua segi pemantauan yaitu apakah

kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan

dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat

dipecahkan.

49

5.2 Identifikasi Masalah

Data pencapaian upaya kegiatan pokok upaya Puskesmas, Berdasarkan Standar

Pelayanan Minimal di Puskesmas Cilandak, ditemukan masalah – masalah sebagai berikut :

Tabel 22. Daftar Pencapaian Program Pelayanan Puskesmas Januari – Maret 2015

NoJENIS PELAYANAN INDIKATOR TARGET PENCAPAIAN

I PELAYANAN KESEHATAN DASAR  1 Cakupan penanganan komplikasi Bumil 88% 46,8%

  2

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetesi kebidanan

96% 66.3%

 3

Imunisasi campak100% 84,8%

  4 Cakupan Ibu Nifas yang mendapat Vit.A 100% 82,3%

  5Cakupan Bayi (6-11 bulan) yang mendapat Vit.A kapsul biru

100% 99%

  6 Posyandu lansia 100% 77,8%

7 DBD < 29 303%

II KESEHATAN RUJUKAN

  12Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien keluarga

80% -

  13 cakupan pelayanan gawat darurat level 1 90% -

III EPIDEMIOLOGI DAN PENANGGULANGAN KLB

  14Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi<24 jam

90% -

IV PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT  15 RW Siaga Aktif 90% -

Untuk data DBD yang didapat adalah data mengenai penemuan kasus dimana data yang

didapat adalah 22 kasus dari 59.186 penduduk yang ada, sementara target tahunan penemuan

kasus DBD yang disesuaikan dengan jumlah penduduk di Cilandak Barat adalah <29.

Setelah dilakukan penghitungan maka didapatkan penemuan kasus DBD dalam 3 bulan

terhitung sejak bulan Januari hingga Maret 2015 melebihi ekspektasi sebesar 303%

50

5.3. Prioritas Masalah

Setelah masalah ditemukan, kemudian ditentukan prioritas dan diurutkan sesuai

presentasi tinggi rendahnya masalah. Penentuan prioritas masalah menggunakan metode

Hanlon Kuantitatif, dengan menggunakan kriteria :

Kriteria A: Besarnya masalah

Kriteria B: Kegawatan masalah

Kriteria C: Kemudahan dalam penganggunalan

Kriteria D: Faktor PEARL

1. Kriteria A: Besarnya Masalah

Besarnya masalah dapat ditentukan melalui langkah-langkah berikut:

Langkah 1: Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih presentasi

pencapaian dengan target 100%.

Tabel 23. Tabel Penghitungan Besar Masalah Berdasarkan Pencapaian

NO INDIKATOR TARGET PENCAPAIAN BESAR MASALAH

1Cakupan penanganan

komplikasi Bumil88% 46,8%

41,2 %

2 Imunisasi campak 100% 84,8% 15,2 %

3Cakupan Ibu Nifas yang

mendapat Vit.A100% 82,3%

17,7 %

4Cakupan Bayi (6-11 bulan) yang

mendapat Vit.A kapsul biru100% 99%

1 %

5 Posyandu lansia 100% 77,8% 22,2 %

6 DBD < 29 0,13 % 28,87%

7

cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga

kesehatan yang memiliki kompetesi kebidanan

96% 66.3%29,7 %

Langkah 2:

Menentukan kolom/kelas interval dengan Rumus Sturgess :

k = 1 + 3,3 Log n

Keterangan:

k = jumlah kolom/kelas

n = jumlah masalah

51

masukkan ke rumus : k = 1 + 3.3 log n

= 1 + 3,3 log 7

= 1 + 2,78

= 3,78 4

Langkah 3 :

Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah terbesar

dengan terkecil kemudian di bagi kelas/kolom.

Nilai besar masalah : terbesar 41,1

terkecil 1

Interval : nilai terbesar – nilai terkecil

k

: 41,1– 1 10

Langkah 4:

Menentukan skala interval dan nilai tiap interval sesuai jumlah kolom/kelas:

Tabel 24. Tabel Interval KelasKolom/Kelas Skala Interval Nilai

Skala 1 1 – 11 1

Skala 2 12 – 22 2

Skala 3 23– 33 3

Skala 4 34– 44 4

52

Tabel 25. Tabel Penentuan Besar Masalah Berdasarkan Kelas

NO Masalah

Besarnya masalah terhadap presentasi pencapaian

1 – 11(1)

12-22(2)

22-33(3)

34-44(4)

Nilai

1. Cakupan penanganan komplikasi Bumil

X 4

2. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetesi kebidanan

X 3

3.Imunisasi campak X 2

4. Cakupan Ibu Nifas yang mendapat Vit.A

X 2

5. Cakupan Bayi (6-11 bulan) yang mendapat Vit.A kapsul biru

X 1

6. Posyandu lansia X 3

7 DBD X 3

2. Kriteria B: Kegawatan masalah

Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan keganasan, tingkat urgensi, dan

tingkat penyebaran/meluasnya tiap masalah dengan sistem skoring dengan skor 1 – 5.

Tingkat urgensi dinilai sbb:

Sangat mendesak : 5

Mendesak : 4

Cukup mendesak : 3

53

Kurang mendesak : 2

Tidak mendesak : 1

Keganasan dinilai sbb:

Sangat ganas : 5

Ganas : 4

Cukup ganas : 3

Kurang ganas : 2

Tidak ganas : 1

Tingkat penyebaran/meluasnya masalah dinilai sbb:

Sangat mudah menyebar/meluas : 5

Mudah menyebar/meluas : 4

Cukup menyebar/meluas : 3

Sulit menyebar/meluas : 2

Tidak menyebar/meluas : 1

Tabel 26. Penilaian Masalah Berdasarkan Kegawatan

NO MASALAH U S G JUMLAH

1 Cakupan penanganan komplikasi Bumil 4,25 4 2,5 10,75

2 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetesi kebidanan

3,25 2,75 3,25 9,25

3 Imunisasi campak 4,25 4 3,75 12

4 Cakupan Ibu Nifas yang mendapat Vit.A 3,25 3,5 2 8,75

5 Cakupan Bayi (6-11 bulan) yang mendapat Vit.A kapsul biru

4,5 3,75 4,25 12,5

6 Posyandu lansia 3 2,75 3 8,75

7 DBD 4 3,75 4,25 12

54

3. Kriteria C: Kemudahan dalam penanggulangan

Kemudahan dalam penganggulangan masalah diukur dengan sistem skoring dengan

nilai 1 – 5 dimana:

Sangat mudah : 5

Mudah : 4

Cukup mudah : 3

Sulit : 2

Sangat sulit : 1

Tabel 27. Penilaian Masalah Berdasarkan Kemudahan Dalam PenganggulanganNo Masalah Nilai

1. Cakupan penanganan komplikasi Bumil 3

2. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetesi kebidanan

4

3. Imunisasi campak 4

4. Cakupan Ibu Nifas yang mendapat Vit.A 3

5. Cakupan Bayi (6-11 bulan) yang mendapat Vit.A kapsul biru 4

6. Posyandu lansia 3

7 DBD 4

4. Kriteria D. PEARL faktor

Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat atau

tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:

Kesesuaian (Propriety)

Secara Ekonomis murah (Economic)

Dapat diterima (Acceptability)

Tersedianya sumber (Resources availability)

55

Legalitas terjamin (Legality)

Tabel 28. Kriteria D (PEARL FAKTOR)Masalah

P E A R LHasil Kali

Cakupan penanganan komplikasi Bumil

1 1 1 1 1 1

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetesi kebidanan

1 1 1 1 1 1

Imunisasi campak 1 1 1 1 1 1

Cakupan Ibu Nifas yang mendapat Vit.A

1 1 1 1 1 1

Cakupan Bayi (6-11 bulan) yang mendapat Vit.A kapsul biru

1 1 1 1 1 1

Posyandu lansia 1 1 1 1 1 1

DBD 1 1 1 1 1 1

5.4 Penilaian Prioritas Masalah

Setelah nilai dari kriteria A,B,C dan D didapat, hasil tersebut dimasukan dalam

formula nilai prioritas dasar (NPD), serta nilai prioritas total (NPT) untuk menentukan

prioritas masalah yang dihadapi:

NPD = (A+B) x C

NPT = (A+B) x C x D

56

Tabel 29. Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif

No Masalah A B C D NPD NPTUrutan

Prioritas

1Cakupan penanganan komplikasi Bumil

4 10,75 3 1 36,25 36,25 V

2

Cakupan Pertolongan Persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetesi kebidanan

3 9,25 4 1 40 40 IV

3 Imunisasi campak 2 12 4 1 56 56 II

4Cakupan Ibu Nifas yang mendapat Vit.A

2 8,75 3 1 32,25 32,25 VII

5

Cakupan Bayi (6-11 bulan) yang mendapat Vit.A kapsul biru

1 12,5 4 1 55 55 III

6 Posyandu lansia 3 8,75 3 1 35,25 35,25 VI

7 DBD 3 12 4 1 60 60 I

5.4 Urutan Prioritas Masalah

1. DBD

2. Imunisasi campak

3. Cakupan bayi (6-11 bulan) yang mendapat vit.A kapsul biru

4.Cakupan Pertolongan Persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki

kompetesi kebidanan

5. Cakupan penanganan komplikasi Bumil

6. Posyandu lansia

7. Cakupan ibu nifas yang mendapat vit.A

57

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1 Kegiatan/Indikator Kegiatan yang Bermasalah

Berdasarkan prioritas masalah yang sudah dibahas pada bab sebelumnya, maka

ditemukan masalah dengan urutan prioritas pertama (utama) adalah penemuan kasus

demam berdarah (DBD). Setelah diadakan diskusi dengan Kepala Puskesmas

Kecamatan Cilandak, beliau juga berkenan akan prioritas masalah tersebut dengan

alasan masih banyak ditemukannnya kasus DBD di daerah kelurahan Cilandak Barat.

HASIL PENELITIAN

Dari jawaban para warga yang menjadi partisipan, dapat diketahui bahwa

sebagian besar partisipan kurang mengetahui pengertian tentang DBD, mereka pada

dasarnya hanya mengetahui DBD berasal dari gigitan nyamuk seperti kuotasi dari

beberapa partisipan dibawah ini saat ditanyakan mengenai DBD:

"DBD itu kan digigit nyamuk ya, sedangkan digigit nyamuk itu... Jadi kalo

fisiknya kuat mungkin nggak kena ya, yang fisiknya lemah baru ya kena itu kan"

(partisipan M)

"Gigitan nyamuk" (partisipan Y)

Kemudian saat ditanyakan mengenai bagaimana cara penyebaran dan penularan

DBD sebagian besar warga hanya mengetahui bahwa DBD menular melalui gigitan

nyamuk, hanya sebagian kecil partisipan yang mengetahui dan menjelaskan bagaimana

penularan DBD secara gamblang, seperti kuotasi partisipan di bawah ini:

58

".... secara kasat mata susah untuk membedakan mana yang nyamuk biasa jadi

saya tangkap informasinya, bahwa dari nyamuk aedes aegepty itu menggigit dan

menularkan penyakitnya, berarti kita harus hati-hati jika ada air bisa menggenang dan

harus perhatikan kebersihan lingkungan karena penyakit seperti ini kan sifatnya

sporadis" (partisipan S)

Saat ditanyakan mengenai gejala sebagian besar warga dapat menjawabnya

dengan tepat seperti kutipan dari partisipasi berikut ini:

"Panas 3 hari, turun naik, tidak stabil, setelah menjelang fase kritisnya, empat

hari atau lima hari dingin terus panas lagi, dingin, dingin sekali, keluar keringat kan,

keluar bintik-bintik merah terakhir, terus mismisan perdarahan"(partisipan M)

"Ya, sudah, seperti contoh anak saya sendiri, gejalanya panas-dingin, panas-

dingin, mual, muntah dan tidak ada batuk pilek sampai hari ke-3 seperti itu terus ya

itulah gejala DBD yang saya ketemu dari pengalaman sakit DBD yang dialami oleh

anak saya sendiri" (partisipan S)

Kemudian saat ditanyakan mengenai bahaya DBD hanya sebagian kecil yang

mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan dari DBD, seperti yang dikutip dari

pernyataan salah satu partisipan berikut ini:

"Menurut saya berbahaya, karena saya juga mendengar informasi dari TV

yang memberitahu bahwa ada beberapa pasien yang meninggal karena penyakit DBD

ini adalah penyakit yang luar biasa oleh karena itu seyogyanya warga masyarakat

seharusnya sudah banyak yang sadar akan kebersihan lingkungan untuk menghindari

penyakit DBD itu sebagai tindakan pencegahan, preventif, karena penyakit DBD ini

tidak hanya menjangkiti orang-orang dewasa baik tua dan muda saja melainkan

berpotensi juga menjangkiti anak-anak dan bahkan bisa terjadi pada bayi, oleh karena

itu menurut saya memang tindakan pencegahan itu lebih baik" (partisipan S)

Berbeda dengan partisipan S, partisipan lain hanya menjawab bahwa bahaya

DBD dapat menimbulkan kematian saja. Beralih ke pertanyaan selanjutnya saat

59

ditanyakan mengenai bagaimana cara pencegahan DBD sebagian besar partisipan

mengetahuinya seperti salah satu kuotasi berikut ini:

"Lingkungan harus bersih, seperti pot bunga yang ada air tergenang harus

diganti secara berkala, selain itu memberikan sosialisasi dari petugas-petugas yang

melakukan pengecekan ke rumah masing-masing warga, tapi kadang-kadang

kendalanya ada beberapa warga yang menolak untuk dilakukan pengecekan dan

sosialisasi tersebut, disini yang merepotkan..." (Partisipan S)

Kemudian saat ditanyakan mengenai program untuk menangani kasus DBD

sebagian besar partisipan tidak mengetahui apa-apa saja programnya dengan alasan

mereka bekerja, seperti kuotasi berikut ini:

"Wah kurang tau saya kerja sih mba" (partisipan Y)

"Paling fogging aja" (partisipan M)

"Itu yang suka liat jentik-jentik nyamuk" (partisipan Su)

Saat ditanyakan apakah partisipan mempunyai gagasan atau ide suatu program

untuk menangani kasus DBD hanya satu partisipan yang terkesan antusias, sedangkan

partisipan lainnya seperti tidak tertarik memikirkan gagasan atau ide untuk program

kasus DBD seperti kuotasi berikut ini:

"Ya paling beres-beres lingkungan, biar ga ada sarang nyamuk" (partisipan Y)

Berbeda dengan kuotasi dari partisipan S yang terlihat antusias dalam

memberikan gagasana dan idenya:

"Kalau menurut saya program dari pemerintah sudah cukup baik, tapi karena

penyakit DBD ini juga salah satu cobaan dari Tuhan juga, sehingga menurut saya

jangan pernah berhenti berbuat untuk mencegah penyakit DBD itu seperti dengan

berikan penyuluhan, harus terus ditumbuhkan rasa kesadaran yang tinggi akan

pencegahan penyakit DBD ini, karena masyarakat kita ini harus terus berkembang dan

kadang-kadang yang generasi muda ini kan harus terus bisa diberikan sosialisasi

informasi dan penyuluhan"

60

Saat dilanjutkan dengan pertanyaan berikutnya mengenai penyuluhan, sebagian

partisipan menganggap perlu dan mengetahui berapa kali dalam berapa minggu atau

bulan di lingkungannya, hanya saja mereka tidak selalu mengikuti penyuluhan yang

diadakan bahkan ada yang belum oernah mengikuti penyuluhan, seperti kuotasi

beberapa partisipan berikut ini:

"Iya belum mba (saat ditanyakan sudah pernah mengikuti penyuluhan atau

belum sama sekali)"

"Biasanya kalau penyuluhan di balai ya, ada balai pertemuan gitu, dikasih

undangan dulu, takutnya ibu-ibu suka belum tentu bisa dateng" (partisipan M)

6.2 Analisis Penyebab Masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan

dengar pendapat. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah dapat

dipergunakan diagram fish bone. Metode ini berdasarkan pada kerangka pendekatan

sistem, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar 5. Diagram Fish Bone 5

MASALAHMASALAH

PROSESPROSESLINGKUNGANLINGKUNGAN

P1P1

P2P2P3P3

INPUTINPUT

MONEYMONEYMANMAN

MACHINEMACHINE

METHODEMETHODE

MATERIALMATERIAL

61

6.3 Inventarisasi Penyebab Masalah

Terdapat beberapa hal yang mendasari timbulnya kesenjangan antara target hasil

yang ditetapkan dengan hasil nyata yang dicapai dapat disebabkan oleh berbagai faktor.

Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan penyebab masalah adalah dengan

membuat diagram fish bone. Cara menganalisis penyebab masalah digunakan

pendekatan sistem yang meliputi input, proses, output, outcome, serta environment

sehingga dapat ditemukan dan disimpulkan hal-hal yang menyebabkan munculnya

permasalahan.

62

Tabel 30. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Banyaknya Penemuan Kasus DBD dari Faktor Input

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

MAN

(Tenaga Kerja)

Tersedia tenaga kesehatan (dokter dan perawat) dalam menemukan kasus DBD.

Tersedianya petugas kader PSN (pemberantasan sarang nyamuk)

Dokter kurang aktif melakukan pemeriksaan kembali terhadap orang yang terindikasi DBD

Kader jumantik tidak maksimal dalam melaksanakan tugasnya.

MONEY

(Pembiayaan)

ada dana untuk gaji kader jumantik

ada dana untuk pelaksanaan jumantik dari masyarakat

dana untuk kader sedikit dan tidak turun tepat waktu

belum ada dana khusus untuk pelaksanaan jumantik dari puskesmas

METHOD

(Metode)

PSN/ jumantik dilakukan secara rutin setiap hari jumat

Ada penyuluhan dari puskesmas untuk warga

Penemuan kasus DBD dari poli UPU

Dilakukan fogging pada setiap kasus penemuan DBD

PSN dilakukan di 2 RW setiap minggunya.

Penyuluhan dan penerangan hanya dilakukan pada ketua RT, RW, dan petugas kader. Tidak diketahui apakah materi penyuluhan disampaikan ke masyarakat.

Pelaksanaan penyuluhan saat jam kerja, sehingga warga tidak datang ke penyuluhan

Masih kurangnya kesadaran warga terhadap pencegahan DBD

Masyarakat kurang kesadaran untuk melekukan pemeriksaan secara kontinyu setelah pemeriksaan awal

Asumsi masyarakat yang salah mengenai pentingnya dilakukan fogging terlebih dahulu dibandingkan pencegahannya saat PSN

MATERIAL

(Perlengkapan)

Tersedianya tempat penyuluhan Penyuluhan biasa dilakukan di balai desa, tidak cukup untuk menampung semua warga

MACHINE

(Peralatan)

Ada sarana media (brosur, pamflet, dll) mengenai DBD

Ada blangko jumantik

Brosur dan pamflet belum terbagi merata di masyarakat

Brosur kurang menarik

Blangko jumantik mandiri tidak tersebar merata di rumah.

Warga tidak tahu cara mengisi blangko jumantik mandiri.

63

Tabel 31. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Dari Faktor Proses dan Lingkungan

PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN

P1(Perencanaan)

Tersedianya jadwal kunjungan untuk PSN.

Tersedianya data jumlah rumah di setiap RW di kelurahan Cilandak barat.

Kurangnya komunikasi antara puskesmas dengan kader mengenai penjadwalan pelaksanaan PSN. (biasanya H-1 baru menghubungi kader)

Tidak setiap rumah dapat dikunjungi karena beberapa warga menolak untuk diperiksa jumantik

P2(Penggerakan & Pelaksanaan)

Dilaksanakan gerakan PSN satu kali setiap minggu dengan melakukan program 3M, dipantau oleh ketua RW dan RT serta staf puskesmas, dengan masyarakat sebagai pelaksana

Tidak semua masyarakat melakukan gerakan PSN dan kader jumantik tidak melakukan pemeriksaan jentik secara menyeluruh di tiap-tiap rumah.

P3(Penilaian, Pengawasan,& Pengendalian)

Adanya catatan, penilaian dan pelaporan hasil kegiatan penanggulangan DBD yang telah dicapai secara teratur dan sistematis dalam periode waktu tertentu

Pelaporan hasil PSN dari kader kurang tepat.

Lingkungan Terjangkaunya sarana pelayanan kesehatan dari wilayah tempat tinggal masyarakat.

Pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat yang baik dalam pemberantasan penyakit DBD dan mengenai program DBD

Keterlambatan datang ke tempat pelayanan kesehatan

Pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat masih kurang dalam pemberantasan penyakit DBD khususnya program PSN.

64

Penyuluhan biasa dilakukan di balai desa, tidak cukup untuk menampung semua warga

dana untuk kader sedikit dan tidak turun tepat waktu

belum ada dana khusus untuk pelaksanaan jumantik dari puskesmas

P2

P1

Man

Money

Material

Method

INPUT

LINGKUNGAN

PROSES

Machine

P3

Kurangnya komunikasi antara puskesmas dengan kader mengenai penjadwalan pelaksanaan PSN. (biasanya H-1 baru menghubungi kader ).

Tidak setiap rumah dapat dikunjungi karena beberapa warga menolak untuk diperiksa jumantik.

tidak semua masyarakat melakukan gerakan PSN dan kader jumantik tidak melakukan pemeriksaan jentik secara menyeluruh di tiap-tiap rumah.

Pelaporan hasil PSN dari kader kurang tepat.

Dokter kurang aktif melakukan pemeriksaan kembali terhadap orang yang terindikasi DBD

Kader jumantik tidak maksimal dalam melaksanakan tugasnya.

Brosur dan pamflet belum terbagi merata di masyarakat

Brosur kurang menarik

Blangko jumantik mandiri tidak tersebar merata di rumah.

Warga tidak tahu cara mengisi blangko jumantik mandiri.

PSN dilakukan di 2 RW setiap minggunya. Penyuluhan dan penerangan hanya dilakukan pada ketua RT,

RW, dan petugas kader. Tidak diketahui apakah materi penyuluhan disampaikan ke masyarakat.

Pelaksanaan penyuluhan saat jam kerja, sehingga warga tidak datang ke penyuluhan

Masih kurangnya kesadaran warga terhadap pencegahan DBD Masyarakat kurang kesadaran untuk melekukan pemeriksaan

secara kontinyu setelah pemeriksaan awal Asumsi masyarakat yang salah mengenai pentingnya dilakukan

fogging terlebih dahulu dibandingkan pencegahannya saat PSN

Keterlambatan datang ke tempat pelayanan kesehatan

Pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat masih kurang dalam pemberantasan penyakit DBD khususnya program PSN.

Masalah penemuan kasus DBD

65

6.4 Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Setelah melakukan konfirmasi kepada koordinator program pemberantasan penyakit menular

khususnya penemuan kasus DBD, dari kemungkinan penyebab masalah diatas didapatkan

masalah yang paling mungkin yaitu :

A. Kader jumantik tidak maksimal dalam melaksanakan tugasnya.

B. Tidak semua masyarakat melakukan gerakan PSN dan kader jumantik tidak melakukan

pemeriksaan jentik secara menyeluruh di tiap-tiap rumah

C. Tidak setiap rumah dapat dikunjungi karena beberapa warga menolak untuk diperiksa

jumantik

D. Pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat masih kurang dalam pemberantasan

penyakit DBD khususnya program PSN.

E. Masih kurangnya kesadaran warga terhadap pencegahan DBD

F. Penyuluhan dan penerangan hanya dilakukan pada ketua RT, RW, dan petugas kader.

Tidak diketahui apakah materi penyuluhan disampaikan ke masyarakat.

66

BAB VII

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

7.1 Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah diperoleh daftar masalah, maka langkah selanjutnya ialah menyusun alternatif

pemecahan penyebab masalah. Alternatif pemecahan masalah tersebut di atas dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 32. Alternatif Pemecahan Masalah

No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

1. Pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat masih kurang dalam pemberantasan penyakit DBD

Penyuluhan mengenai DBD dan bahaya yang diakibatkan oleh penyakit DBD dan pemberian informasi dalam bentuk media yang lebih menarik (poster, pamflet, brosur).

2. Penyuluhan dan penerangan hanya dilakukan

pada ketua RT, RW, dan petugas kader. Tidak

diketahui apakah materi penyuluhan

disampaikan ke masyarakat.

Melakukan pendekatan terhadap warga dan tokoh masyarakat guna membina kerja sama yang baik antara warga dan pihak penyelenggara PSN agar warga mau ikut berpatisipasi penyuluhan dan PSN. (pendekatan tokoh masyarakat)

3. Masih kurangnya kesadaran warga terhadap pencegahan DBD (misal : dalam melakukan 3M+)

Penyuluhan mengenai pentingnya melakukan 3M untuk mencegah DBD.

4. Tidak setiap rumah dapat dikunjungi karena beberapa warga menolak untuk diperiksa jumantik.

Memberikan pengarahan kepada warga agar dapat berperan aktif dalam mendeteksi kasus DBD sebagai jumantik mandiri.

5. Tidak semua masyarakat melakukan gerakan PSN dan kader jumantik tidak melakukan pemeriksaan jentik secara menyeluruh di tiap-tiap rumah

Melakukan pendekatan terhadap warga dengan memberikan hadiah untuk masyarakat yang sudah melaksanakan kegiatan dengan dengan baik.

6. Kader jumantik tidak maksimal dalam

melaksanakan tugasnya.

Memberikan motivasi dan pemberian hadiah kepada kader jumantik yang sudah melaksanakan tugas dengan baik

67

7.2 Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 33. Alternatif Pemecahan Masalah

Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

Pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat masih kurang dalam pemberantasan penyakit DBD

Penyuluhan mengenai DBD, bahaya yang di akibatkan oleh penyakit DBD, cara melakukan 3M dalam bentuk media yang menarik seperti poster, pamflet dan brosur. (penyuluhan)

Masih kurangnya kesadaran warga terhadap pencegahan DBD (misal : dalam melakukan 3M+)

Penyuluhan dan penerangan

hanya dilakukan pada ketua RT,

RW, dan petugas kader. Tidak

diketahui apakah materi

penyuluhan disampaikan ke

masyarakat.

Melakukan pendekatan terhadap warga dan tokoh masyarakat guna membina kerja sama yang baik antara warga dan pihak penyelenggara PSN agar warga mau ikut berpatisipasi penyuluhan dan PSN. (pendekatan tokoh masyarakat)

Tidak setiap rumah dapat dikunjungi karena beberapa warga menolak untuk diperiksa jumantik.

Memberikan pengarahan kepada warga agar dapat berperan aktif dalam mendeteksi kasus DBD sebagai jumantik mandiri. (sosialisai jumantik mandiri)

Tidak semua masyarakat melakukan gerakan PSN dan kader jumantik tidak melakukan pemeriksaan jentik secara menyeluruh di tiap-tiap rumah

Memberikan hadiah untuk masyarakat yang sudah melaksanakan kegiatan dengan dengan baik.

Kader jumantik tidak maksimal

dalam melaksanakan tugasnya.

Memberikan motivasi dan pemberian hadiah kepada kader jumantik yang sudah melaksanakan tugas dengan baik (pendekatan kader jumantik)

68

7.3 Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan

masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks dengan rumus M x I x V/ C .

Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasarkan kriteria:

2 Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan.

Dengan nilai 1-5 dimana semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan maka

nilainya mendekati angka 5.

3 Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah.

Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan maka

nilainya mendekati angka 5.

4 Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah.

Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah maka nilainya

mendekati angka 5.

5 Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan.

Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya mendekati

angka 1.

7.4 Daftar Alternatif Pemecahan Masalah

Dari hasil analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan masalah sebagai

berikut:

A. Melakukan pendekatan terhadap warga dan tokoh masyarakat guna membina

kerja sama yang baik antara warga dan pihak penyelenggara PSN agar warga

mau ikut berpatisipasi penyuluhan dan PSN. (pendekatan tokoh masyarakat)

B. Penyuluhan mengenai DBD, bahaya yang di akibatkan oleh penyakit DBD,

cara melakukan 3M dalam bentuk media yang menarik seperti poster, pamflet

dan brosur. (penyuluhan)

C. Memberikan hadiah untuk masyarakat yang sudah melaksanakan kegiatan

69

dengan dengan baik. (penghargaan kepada warga)

D. Memberikan pengarahan kepada warga agar dapat berperan aktif dalam

mendeteksi kasus DBD sebagai jumantik mandiri. (sosialisai jumantik

mandiri)

E. Memberikan motivasi dan pemberian hadiah kepada kader jumantik yang

sudah melaksanakan tugas dengan baik (pendekatan kader jumantik)

Tabel 34. Hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah

Penyelesaian

MasalahNilai Kriteria Hasil akhir Urutan

M I V C (M x I x V) / C

A 3 4 4 2 24 II

B 3 4 4 1 48 I

C 4 3 3 3 12 IV

D 3 3 4 3 16 III

E 3 3 3 3 9 V

Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif penyebab pemecahan masalah dengan

menggunakan kriteria matriks maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan penyebab

masalah penemuan kasus DBD pada wilayah Cilandak Barat adalah sebagai berikut :

1. Penyuluhan mengenai DBD, bahaya yang di akibatkan oleh penyakit DBD, cara

melakukan 3M dalam bentuk media yang menarik seperti poster, pamflet dan brosur.

(penyuluhan)

2. Melakukan pendekatan terhadap warga dan tokoh masyarakat guna membina kerja sama

yang baik antara warga dan pihak penyelenggara PSN agar warga mau ikut berpatisipasi

penyuluhan dan PSN. (pendekatan tokoh masyarakat)

70

3. Memberikan pengarahan kepada warga agar dapat berperan aktif dalam mendeteksi kasus

DBD sebagai jumantik mandiri. (sosialisai jumantik mandiri)

4. Memberikan hadiah untuk masyarakat yang sudah melaksanakan kegiatan dengan dengan

baik. (penghargaan kepada warga)

5. Memberikan motivasi dan pemberian hadiah kepada kader jumantik yang sudah

melaksanakan tugas dengan baik (pendekatan kader jumantik)

71

7.5 PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

Tabel 35. Plan of Action Cakupan Kasus DBD Puskesmas

Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Tolak ukur

Penyuluhan Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang DBD

Masyarakat Cilandak Barat

Puskesmas (penyuluhan dalam gedung)

balai warga rumah tokoh masyarakat (penyuluhan luar gedung)

PJ :Koordinator program DBD

PJ: Koordinator program DBD

Dibantu dokter muda & kader

1 kali / bulan

1 kali / 3 bulan(saat akhir pekan

Anggaran Puskesmas

Dana swadaya

Melalui mikrofon & pembagian brosur

Dialog interaktif

Terlaksananya penyuluhan , Meningkatnya pengetahuan dan perubahan pola hidup yang baik.

Pendekatan terhadap tokoh masyarakat

Membantu proses jumantik mandiri dan PSN

Tokoh masyarakat (ketua RT & RW)

RW yang didatangi PSN seiap minggu

PJ : koordinator program DBD

1 kali/ minggu Dana swadaya

Diskusi mengenai cara sosialisai jumantik mandiri

Terlaksanannya pendekatan,

Tokoh masyarakat mengetahui cara sosialiasi

Warga mau menerima sosialiasi

72

Tabel 35. Plan of Action Cakupan Kasus DBD Puskesmas

Kegiatan Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Biaya Metode Tolak ukur

Sosialisasi jumantik mandiri

Meningkatkan kepatuhan terhadap pemantauan jentik

Kader PSN, masyarakat sebagai pelaku jumantik mandiri

Rumah warga PJ : koordinator program DBD,

Dibantu kader dan dokter muda

1 kali/ minggu(saat PSN)

1 kali / 3 bulan (saat penyuluhan)

Anggaran Puskesmas (untuk bangko)

Diskusi tatap muka mengenai cara pemantauan jentik

Terlaksanannya sosialisasi warga mengetahui dan melaksanakan jumantik mandiri

ABJ meningkat

Penghargaan kepada warga

Meningkatkan semangat warga untuk memberantas DBD

Masyarakat Cilandak Barat

Lingkungan wilayah kerja Cilandak Barat

Kepala puskesmas 1 kali/ 3 bulan

(saat penyuluhan)

Dana swadaya

Piala bergilir, spanduk peringkat yang di pasang di masing – masing RW

Terlaksananya lomba bebas jentik

ABJ meningkat

Pendekatan kepada kader

Memotivasi kader & Meningkatkan kepatuhan terhadap pemantauan jentik

Kader PSN (jumantik)

RW yang dilakukan PSN setiap minggu

PJ : koordinator program DBD

1 kali/ minggu Dana swadaya

Motivasi & Diskusi tatap muka mengenai cara pemantauan jentik

Terlaksanannya pendekatan kepada kader

Kerja kader lebih maksimal

73

Tabel 36. Gan Chart

No.

Kegiatan Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul August Sept

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pendekatan terhadap tokoh masyarakat & kader

2. Sosialisasi jumantik mandiri

3. Penghargaan terhadap warga

4. Penyuluhan

74

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Berdasarkan evaluasi program hasil kegiatan Puskesmas Cilandak Barat pada bulan

Januari – Maret 2015 menurut input, proses dan perhitungan hanlon didapatkan prioritas

masalah yaitu belum tercapainya target penyelesaian masalah penemuan kasus DBD

sebesar <29 kasus per 59.186 penduduk pertahun sedangkan penemuan kasus selama

3 bulan sudah mencapai 22 kasus, hal ini di sebabkan oleh Kader jumantik tidak

maksimal dalam melaksanakan tugasnya, Tidak semua masyarakat melakukan gerakan

PSN dan kader jumantik tidak melakukan pemeriksaan jentik secara menyeluruh di tiap-

tiap rumah, Tidak setiap rumah dapat dikunjungi karena beberapa warga menolak untuk

diperiksa jumantik, Pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat masih kurang dalam

pemberantasan penyakit DBD khususnya program PSN, Masih kurangnya kesadaran

warga terhadap pencegahan DBD, Penyuluhan dan penerangan hanya dilakukan pada

ketua RT, RW, dan petugas kader, tidak diketahui apakah materi penyuluhan

disampaikan ke masyarakat, sehingga menyebabkan belum tercapainya target

penyelesaian masalah DBD. Oleh karena itu alternatif pemecahan masalah yang kami

ambil adalah dengan penyuluhan mengenai DBD, bahaya yang di akibatkan oleh

penyakit DBD, cara melakukan 3M dalam bentuk media yang menarik seperti poster,

pamflet dan brosur, Melakukan pendekatan terhadap warga dan tokoh masyarakat guna

membina kerja sama yang baik antara warga dan pihak penyelenggara PSN agar warga

mau ikut berpatisipasi penyuluhan dan PSN, Memberikan pengarahan kepada warga agar

dapat berperan aktif dalam mendeteksi kasus DBD sebagai jumantik mandiri,

Memberikan hadiah untuk masyarakat yang sudah melaksanakan kegiatan dengan dengan

baik, Memberikan motivasi dan pemberian hadiah kepada kader jumantik yang sudah

melaksanakan tugas dengan baik.

75

2. SARAN

Untuk Masyarakat

1. Menggalakkan masyarakat untuk menjadi jumantik mandiri.

2. Memberikan pemahaman bahwa masyarakat wajib berperan serta dalam memberantas

DBD.

Untuk Puskesmas

1. Meningkatkan pelayanan, promosi dan peran serta masyarakat.

2. Meingkatan dan mengoptimalkan kinerja sumber daya manusia yang sudah ada.

3. Mengalokasikan anggaran khusus untuk penyuluhan mengenai DBD.

4. Mengikutsertakan instansi lain untuk kerjasama lintas sektoral dalam menanggulangi

kasus DBD.

76

DAFTAR PUSTAKA

3. Teddy, J. WHO Millenium Development Goals. Available at:

http://www.who.int/topics/millenium_development_goals/about/en. Accessed on July

30th, 2015

4. Pramestuti, N. (2014) “Surveilans Aedes Aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah

Dengue”. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 8, (8), 423-9.

5. Sudjana, P. Informasi umum demam berdarah dengue. Available at:

http://www.depkes.go.id/download.php. Accessed on July 30th, 2015.

6. Hadisaputro, S., Nizar, M., dan Suwandono, A. Teori dan Aplikasi Epidemiologi

Manajerial. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang; 2012.

7. Soegijanto, S. Demam Berdarah Dengue. Ed ke2. Surabaya: Airlangga University Press;

2006.

8. Soedarmo, S., Garna, H. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Ed ke 3. Jakarta: Badan

Penerbit IDAI; 2008.

9. Waspada DBD di musim pancaroba. Available

at:http://www.depkes.go.id/article/view/15010200002. Accessed on July 12th, 2015.

10. Demam berdarah meningkat di Januari. Available at:

http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003. Accessed on July 13th, 2015.

77

LAMPIRAN

Tanya jawab dengan Ibu Marni

F : Selamat pagi ibu, saya dengan dokter muda Fika, dengan ibu siapa ?

M : Ibu Marni.

F : Ibu Marni ya, baik ibu, sekarang kita akan melakukan tanya jawab untuk warga yang pernah

terkena dbd.

M : Iya.

F : Dulu keluarga ibu pernah ada terkena dbd yaa ?

M : Iya betul, anak saya yang nomer dua.

F : Apakah ibu tahu DBD itu sendiri apa?

M : DBD itu kan digigit nyamuk ya, sedangkan digigit nyamuk itu.

Jadi kalo yang fisiknya kuat mungkin ngga kena ya, yang fisiknya lemah baru ya kena itu kan.

F : Ibu tahu cara penularan DBD itu bagaimana ?

M : Lewat gigitan nyamuk.

F : Nyamuk yang bagaimana ibu ?

M : Jadi nyamuk itu kan awalnya kena ke orang yang sakit dbd, lalu digigit nyamuk, jadi

menularkan ke nyamuk yang gigit itu kan, lalu mengigit orang ynag sedang sakit, jadi nular kan.

F : Untuk nyamuknya sendiri, untuk penyebab dbd ibu tahu?

M : Dbd itu kalau rumahnya tidak bersih atau lingkungan tempat lain atau kotor atau genang –

genangan air, tapi kita rajin dikuras mba. Mungkin di sekolahan kenanya, kita ga tahu. Yang kita

tahu, dia sakit pulang jadi panas.

F : Cara mencegah dbd itu sendiri gimana?

78

M : 3M, membersihkan, me.. menyapu, menguras, apa lagi tu. Menutup, 3 M

F : Untuk demam berdarahnya sendiri ibu tahu gejala – gejalanya seperti apa?

M : Panas 3 hari, turun naik, tidak stabil, setelah menjelang fase kritisnya, empat hari atau lima

hari dingin terus panas lagi. dingin , dingin sekali, keluar keringat kan. Keluar bintik – bintik

merah terakhir, terus mismisan perdarahan.

F : Menurut ibu, DBD berbahaya tidak bu?

M : Berbahaya sekali.

F : Berbahaya bagaimana ?

M : Kalau tidak tertolong ya gitu, pembuluh darah bisa pecah ya.

F : Tadi ibu bilang berbahaya, itu berbahaya kenapa ibu?

M : Berbahayanya ya itu sampe meninggal dunia sih. Ya kan sampai seperti itu

F : Udah ada program belum bu untuk pencegahan DBD?

M: Sabtu kita kerja bakti, lingkungan kita sendiri kita sapu, bersihin kaleng – kaleng. Ya gitu –

gitu saya bersihin..

F : Apakah ada saran untuk program DBD?

M : Sarannya apa ya…….. kalo ga salah 3M

Pertama diri – sendiri, lalu kepada lingkungan. Kita sendiri dulu aja, di rumah baru.

F : Apakah disini pernah diadakan penyuluhan atau tidak bu?

M: Penyuluhan biasanya dari puskesmas. Dari buku – buku saya suka baca – baca, sama

selembaran yang saya suka dapet.

F : Penyuluhan sendiri ibu pernah ikut ?

M : Belum

79

F : Menurut ibu perlu diadakan penyuluhan tidak bu?

M : Perlu, kalo kita tidak repot, ibu – ibu juga pasti pada datang.

F : Menurut ibu seperti apa? Kapan waktunya ? lokasinya dimana?

M : Biasanya kalo penyuluhan di balai ya, ada balai pertemuan gitu. Dikasih undangan dulu.

Takutnya ibu-ibu suka belum tentu bisa dateng.

F : Apakah ibu tahu ada program puskesmas untuk dbd?

M : Belum, paling foging aja

F : Pernah didatengin ga bu dari puskemas ke tiap rumah?

M: Foging aja.

F : Selain foging ?

M: Ngga ada.

F: Baik ibu, terimakasih atas tanya jawabnya.

M : Sama – sama.

80

Tanya jawab dengan Ibu Yani

B: Ibu kita dari puskesmas kecamatan mau wawancara. Kan pernah sakit dbd nih. Ibu, dengan

ibu siapa?

Y: Ibu Yani

B: Boleh ya bu kalau kita Tanya-tanya.

Y: Iya ga apa-apa dok.

B: Ibu, yang ibu tau tentang dbd itu apa? Kan anaknya udah pernah nih terkena dbd.

Y: Gigitan nyamuk.

B: Gigitan nyamuk?

Y: Iya.

B: Jadi yang menjadi penyebab dbd menurut ibu apa?

Y: Ya ga tau, sampe sekarang setau saya Cuma gigitan nyamuk itu doang.

B: Terus kalau untuk penyebaran atau penularan tau ga? Kan disini adeknya, kakaknya, tantenya

kena juga kan?

Y: Iya.. yang saya tau mah cuma dari gigitan nyamuk doang.

B: Menurut ibu dbd itu bahaya ga sih bu?

Y: Iya

B: Bahayanya apa bu?

Y: Ya katanya mematika kalau terlambat di tanganinya. Ga tau yang lainnya.

B: Kalau gejala-gejalanya ibu tau ga apa aja?

Y: Ga tau, yang tau Cuma panas tinggi dikasih minum obat ga mau turun-turun trus nanti 3-4

hari timbul bintik-bintik merah. Kemaren ini pas anak saya sakit bintik-bintik merahnya malah

81

munculnya pas udah dirawat di rumah sakit. Panasnya naik turun terus sama pusing sama mual-

mual.

B: Kalau untuk pencagahan demam berdarah yang ibu tau apa bu?

Y: Ya saya ga tau. Setau saya yang oenting jangan sampe ada genangan-genangan air. Terus

anak jangan main yang kotor-kototran

B: Kalau di lingkungan sini udah ada belum program untuk pencegahan demam berdarah?

Seperti pemeriksaan jentik?

Y: Ada kalau disini seminggu sekali yang pemeriksaan jentik terus setiap dua minggu sekali ada

bersih-bersih.

B: Kerja bakti?

Y: Iya kerja bakti yang dari ibu-ibu pkk

B: Selain itu apa lagi bu?

Y: Udah kayaknya yang saya tau. Saya selalu bersih-bersih bak dan setiap magrib tanaman saya

kasih obat nyamuk dan tutup pintu biara nyamuk ga masuk. Di dapur sama ruang tv dikasih obat

nyamuk.

B: Menurut ibu perlu ga diberikan penyuluhan buat warga?

Y: Perlulah

82

Tanya jawab dengan Bapak Suyadi

W: Selamat pagi bapak

S: pagi

W: Perkenalkan saya dr. Wicaksono sama dr. Fika ya pak ya, ini dengan bapak siapa?

S: Bapak suyadi

W: Bapak suyadi ya, usia bapak berapa?

S: Usia saya 65

W: Kita mulai wawancaranya ya pak

S: Ya

W: Bapak apakah tau tentang dbd

S: Tau, karena saya sebenarnya sudah menjadi pengurus disini lama, jadi ketua rt sudah lima

belas tahun, jadi ketua rw sudah 10 tahun, sudah pernah menangani warga yang kena dbd juga,

sudah lebih paham, .dbd memang penyakit yang susah untuk dideteksi, ya mungkin Tuhan

memberikan cobaan kepada kita, ya meskipun sebenarnya usaha juga sudah, sudah ada jumantik

dan lingkungan saya sendiri, rumah saya sendiri sudah ada jumantik, bak mandi sudah dikuras

setiap 2/3 hari, lingkungan rumah juga saya bersihkan dan ibunya rajin bersihkan, saya juga tidak

menduga ya, karena yang namanya bersih itu kan kasat mata ya tapi ketularan dari luar, apakah

dari diluar itu saya tidak mengerti, apakah anak saya ..... Saya tidak tahu, intinya saya menderita

seperti itu dan anak saya sendiri kena begitu, tapi waktu itu kan kakaknya bekerja sebagai

apoteker, dia tau proses dbd itu dan diobati terus sembuh, terus 3/4 hari setelah diobati kakaknya

itu, anak saya keringatan, kalo malam sampai keringatnya mengucur diobati sama dia, tapi saya

tidak tahu obat apa waktu itu, dan setelah itu panas lagi, terus sembuh, kembali panas lagi, terus

selama 4 hari kakaknya kasih obat lagi dan suruh saya membiarkan anak saya yang sedang

demam itu sebagai proses dari obat yang diberikannya, tapi saya sebagai orang tua karena

sudah4 hari, akhirnya saya bawa ke lab karena panasnya itu dan kalau sama saya agak manja

anaknya, sebelum dibawa ke lab, dibawa ke bidan, saya konsultaskan dengan ibu bidan di

83

tempat, terus diperiksa lidahnya itu ada bercak-bercak putih dan oleh ibu bidan disuruh ke lab

karena ditakutkan terserang dbd. Lalu cepat saya bawa ke lab dan dikasih saran, hasil lab nya

kasih ke dokter yang menangani, yaitu dr. Heru, sedangkan anaknya sudah mengeluh sakit dan

muntah-muntah terus. Lalu saya serahkan ke bu heru, oleh bu heru disarankan untuk langsung

dibawa ke rumah sakit, tadinya saya mau bawa ke rs. Fatmawati yang ada bpjs nya, tapi saya

khawatir penanganannya lambat, jadi saya larikan ke rs lain Sampai disana saya telpon kakaknya

bilang kalau anaknya positif dbd dan langsung masuk ke ugd dan langsung ditangani dan saya

rasa penanganannya masih lebih cepat daripada rs lain, .... Dan diperiksa ternyata memang benar

hasil lab itu sementara anak saya masih mengeluh sakit dan mual muntah, tapi saya percaya

dengan dokter saja karena anaknya sudah ditangani dan bagi saya apapun resikonya masalah

biaya adalah nomor dua yang penting anak saya cepat sehat. Pas awal-awal ditangani sampai 3

hari trombosit anak saya turun terus membuat saya kepikiran. Akhirnya saya cari-cari informasi

dari teman-teman yang pernah punya pengalaman DBD, teman-teman bilang sama saya bahwa

tidak apa-apa pada awal-awal penanganan trombosit turun terus karena nanti trombositnya akan

naik sendiri, akhirnya setelah 4 hari atau 5 hari belum ada trombosit naik, saya menghadap ke

dokter, dan bertanya kenapa trombosit belum naik-naik, lalu kata suster atau perawat disana

menduga ada penyakit lain bukan dbd dan membuat saya jadi ragu dan dokter belum bisa

ditemui dan akhirnya pada malam harinya venar trombositnya semakin naik dan badan sudah

tidak demam lagi dan obat-obatnya diminum lagi. Jadi ternyata proses sakit DBD itu sendiri

membuat orang tua kalang kabut karena trombosit turun dan anaknya mual muntah.

W: Ke pertanyaan selanjutnya ya pak, bapak sudah tahu penyebab DBD itu apa?

S: DBD itu dari yang umum disampaikan ke kita dari puskesmas, RS, kedokteran dan dari

mana saja itu datang dari nyamuk aedes aegepty dimana karakter nyamuk itu berbeda dengan

karakter nyamuk yang lain tapi bagi saya secara kasat mata susah untuk membedakan mana yang

nyamuk biasa jadi yang saya tangkap indormasinya, bahwa dari nyamuk aedes aegepty itu

menggigit dan menularkan penyakitnya, berarti kita harus hati-hati jika ada air bisa menggenang

dan harus perhatikan kebersihan lingkungan karena penyakit seperti ini kan sifatnya sporadis

W: Benar pak biasanya kalau satu lingkungan sudah ada yang kena dbd makanlingkungan

yang lain juga bisa terkena DBD

84

S: Waktu saya masih pengurus ketua RT sebenarnya saya sudah memgajukan ke puskesmas dan

ke pengurus kesehatan setempat dan kebetulan kenal dengan dokter disana saya selalu lapor

kalau ada yang sakit DBD supaya bisa dilakukan fogging di lingkungan tersebut sampai pernah

lebih dari 2x difogging, akhirnya berhasillah hasil dari fogging di wilayah kita, tapi yang saya

takutkan kalau hanya di lingkungan saya yang difogging sementara di lingkungan sebelah sana

diluar lingkungam saya tidak ikut difogging juga maka nyamuk aedes aegypty yang dari

lingkungan yang tidak difogging tersebut terbang ke arah lingkungan saya meskipun lingkungan

saya sudah difogging karena menurut info yang saya terima nyamukaedes aegypty tersebut dapat

terbang bisa sejauh 40 meter lebih

W: Kalau menurut bapak untuk pencegahan DBD bagaimana seharusnya?

S: Ya seperti tadi saya bilang bahwa lingkungan harus bersih, seperti pot bunga yang ada air

tergenang harus diganti secara berkala, selain itu memberikan sosialisasi dari petugas-petugas

yang melakukan pengecekan ke rumah masing-masing warga, tapi kadang-kadang kendalanya

ada beberapa warga yang menolak untuk dilakukan pengecekan dan sosialisasi tersebut, disini

yang merepotkan, tapi tidak semua warga menolak seperti itu, sebagian umumnya warga banyak

yang sudah sadar kalau sakit akan repot sendiri, biayanya banyak, sehingga sudah banyak juga

warga yang sadar untuk mencegah penyakit DBD itu

W: Kalau untuk gejala DBDnya sendiri, apakah bapak sudah mengetahui gejala DBD

tersebut?

S: Ya, sudah seperti contoh anak saya sendiri, gejalanya panas-dingin, panas-dingin, mual,

muntah dan tidak ada batuk pilek sampai hari ke3 seperti itu terus ya itulah gejala DBD yang

saya ketemu dari pengalaman sakit DBD yang dialami oleh anak saya sendiri

W: Kalau menurut bapak apakah penyakit DBD itu berbahaya?

S: Menurut saya berbahaya, karena saya juga mendengar informasi dari TV yang

memberitahu bahwa ada beberapa pasien yang meninggal karena penyakit DBD ini adalah

penyakit yang luar biasa oleh karena itu seyogyanya warga masyarakat seharusnya sudah banyak

yang sadar akan kebersihan lingkunga untuk menghindari penyakit DBD itu sebagai tindakan

pencegahan, preventif, karena penyakit DBD ini tidak hanya menjangkiti orang-orang dewasa

85

baik tua dan muda saja melainkan berpotensi juga menjangkiti anak-anak dan bahkan bisa terjadi

pada bayi, oleh karena itu menurut saya memang tindakan pencegahan itu lebih baik.

W: Di lingkungan ini sendiri apakah sudah ada program-program untuk menangani DBD

dan kalau sudah ada, program-program apa sajakah itu?

S: Ya itu ada petugas tim jumantik itu sudah sangat membantu karena potensi nyamuk itu

kan hanya di tempat yang bersih tidak mau di tempat yang kotor dan tugas jumantik itu kan

sebagai pemeriksa atau petugas yang melakukan pengecekan ke rumah-rumah warga, jadi

sebaiknya para petugas jumantik ini menolak untuk dilakukan pengecekan, seharusnya para

petugas jumantik itu segera melaporkan warga tersebut kepada ketua RT setempat agar bisa

ditangani dengan didatangi ke rumah wargabyang menolak tersebut.

W: Kalau dari bapak sendiri, apakah ada saran, ide atau gagasan untuk melengkapi program

pemerintah?

S: Ya kalau menurut saya program dari pemerintah sudah cukup baik, tapi karena penyakit

DBD ini juga salah satu cobaan dari Tuhan juga, sehingga menurut saya jangan pernah berhenti

berbuat untuk mencegah penyakit DBD itu seperti dengan berikan penyuluhan, harus terus

ditumbuhkan rasa kesadaran yang tinggi akan pencegahan penyakit DBD ini, karena masyarakat

kita ini harus terus berkembang dan kadang-kadang yang generasi muda-muda ini kan harus

terus bisa diberikan sosialisasi informasi dan penyuluhan.

W: Jadi menurut bapak perlu diadakan penyuluhan?

S: Perlu karena ilmu kan tidak boleh berhenti, dan harus selalu dicari langkah yang terbaik,

oleh karena itu warga masyarakat bersama-sama dengan para pengurus dan dokter untuk

bersama-sama melakukan pencegahan penyakit DBD itu supaya bisa menciptakan negara yang

aman karena kalau warga masyarakat sehat maka negara bisa menjadi aman karena kesehatan itu

amat berharga dan luar biasa.

W: Jika diadakan penyuluhan menurut bapak apakah akan banyak warga masyarakat yang

turut berpartisipasi?

86

S: Menurut saya banyak warga masyarakat yang akan turut berpartisipasi, tapi kendalamya

masalah waktu, maksud saya, kebanyakan warga bekerja dari pagi sampai malamdi hari-hari

kerja, saran saya apakah bisa penyuluhan tersebut dilakukan malam hari atau di hari libur supaya

bisa maksimal warga masyarakat yang turut berpartisipasi mengikuti penyiuluhan tersebut

karena warga masyarakat kita ini bervariasi pekerjaannya ada yang buruh, ada yang pegawai

outsourcing dan lain lain atau mungkin bisa diwakili oleh istri-istri jika kepala rumah tangganya

berhalangan hadir di tempat penyuluhan karenasedang bekerja.

W: Kalau untuk penyuluhan itu sendiri, harapan yang bapak inginkan seperti apa? Seperti

lokasinya dimana dan metodenya seperti apa?

S: Menurut saya metodenya sebaiknya secara terprogram datang ke tempat para pengurus

karena kalau datang kumpulan satu RT Itu sangat susah, sehingga menurut saya lebih efektif jika

metodenya melalui sharing, koordinasi dan dan silaturahim ke tempat-tempat para pengurus

nanti para pengurus yangbisa melanjutkan sosialisasi dari penyuluhan tersebut kepada warga

masyarakat sekitar atau para pengurus yang akan menyebarkan undangan penyuluhan langsung

ke rumah-rumah warga supaya warga masyarakat bisa mengikuti program penyuluhan tersebut

sehingga warga setelah diberikan penyuluhan, diharapkan warga mayarakat bisa sadar dan

paham pencegahan penyakit DBD tersebut.

W: Selama ini di lingkungan disini, apakah sudah pernah diberikan penyuluhan?

S: Sudah pernah tapi sudah lama sekali, biasanya tiap 3 bulan sekali dan ada petugas

Pemberi penyuluhan yang berkeliling memberikan penyuluhan dan informasi kepada warga

masyarakat sekitar.

W: Baik bapak, terima kasih atas waktunya nanti akan kami evaluasi untuk kelanjutannya

supaya ke depan pencegahan penyeakit DBD bisa lebih efektif lagi

S: Iya dok sama-sama mungkin seperti ini yang bisa saya sampaikan, lebih dan kurangnya

saya minta maaf, semoga ke depan semua warga masyarakat bisa terbebas dari sakit DBD

87

Tanya jawab dengan Ibu Susi

A: Selamat pagi ibu, saya dari puskesmas kecamatan cilandak barat. Saya ingin berbincang-

bincamg dengan ibu mengenai dbd. Anak ibu sebelumnya pernah tekena dbd kan?

S: Iya..si kakak sama adiknya kena dbd barengan

A: Sebelumnya dengan ibu siapa ya?

S: Saya ibu Susi

A: Ibu Susi, ibu tau apa itu dbd?

S: Tau. Ini demam dengue dari nyamuk aedes aegypti itu kan

A: Ibu tau ga cara penularannya?

S: Biasanya sih dari nyamuk ke nyamuk dia gigit

A: Dari nyamuk ke nyamuk? Kalau ke orangnya gimana?

S: Itu si nyamuk gigit ke orang terus gigit lagi ke yang lainnya. Setau saya dia jarak 100 meter

ntar dia gigit lagi yang lain.

A: Biasanya itu jarak terbang nyamuknya. 100 meter ke depan, belakang, samping kanan dan kiri

rumah ibu. Selain demam ibu tau yang lain lagi?

S: Oh itu muntah-muntah juga terus buang-buang air

A: Kalau gejala dbd setau ibu apa aja?

S: Demam tinggi dan naik turun trus trombositnya turun. Pas hari ketiga cek trombositnya tapi

belum turun, besoknya di cek lagi trombosinya udah 60000.

A: Iya bu kalalu dbd memang demamnya naik turun.

S: Seperti pelana kuda kan?

A: Benar bu. Jadi karena anak ibu sudah pernah terkena dbd sekarang sudah tau dong gimana

cara pencagahannya

88

S: Biasalah bersih-bersih, dari nguras bak. Tapi kita ga pake bak sih. Pakenya ember jadinya

airnya selalu habis.

A: Kalau dispenser?

S: Kita ga pake tempat penampungan air yang ada di dispensernya. Disekitar rumah emang kotor

kan soalnya ada ayam sama ban-ban bekas. Pas saya pindah kesini. Ada ban-ban bekas punya

orang di depan rumah. Sering tergenang air bekas hujan, mungkin dari situ jadi kena dbd.

A: Ibu tau kalau dbd bisa menyebabkan kematian?

S: Nggak tau.

A: Apakah ibu tau program-program apa aja buat pencegahan buat dbd?

S: Itu yang suka liat jentik-jentik nyamuk

89

Tanya jawab dengan Ibu Yanti

B : Assalamualaikum saya Bonia dari puskesmas kecamataan, saya ingin wawancara ibu tentang

DBD, sebelumnya ini dengan ibu siapa?

Y: Bu yanti.

B : Kemarin anak ibu sakit DBD ya?

Y : Iya betul.

B : Baik bu, apa yang ibu ketahui tentang DBD?

Y : sejenis nyamuk

B : Lalu apa lagi bu?

Y : Udah itu aja.

B : Jadi menurut ibu DBD itu nyamuk ya bu? Bukan penyakit ?

Y : Ya itu sama, nyamuk yang menyebabkan penyakit.

B : Apakah ibu mengetahui penyebab DBD?

Y : Nyamuk, digigit nyamuk.

B : Kalau cara penyebaran atau penularan DBD itu bagaimana bu?

Y : Ya waktu itu anak saya ketularan, jadi saudadanya Ada yang sakit juga, terus mereka tidur

bareng, ketularan deh. Lewat udara Kali ya?

Y : Sama main ujan-ujanan juga.

B : Menurut ibu DBD bahasa ga?

Y : Bahaya mba.

B : Kenapa?

Y : Ya kalau terlambat di tangani bisa lewat gitu meninggal

B : Setelah ibu tau DBD itu bahaya, Jiwa Ada sesorang yang terkena DBD itu harusnya di bawa

kemana?

Y : Puskesmas.

B : Baik, benar sekali bu harus segera di bawa ke pelayanan kesehatan.

B : Apakah ibu mengetahui cara pencegahan DBD?

Y : Jangan nyimpen barang bekas, jaga kebersihan

B : Ibu tau ga gejala atau ciri-ciri Julia terkena DBD?

Y : Panas lebih dari 5 hari, muntah muntah ga berhenti, keluar bintik marah. 

B : Untuk di lingkungan sini apakah sudah ada program untuk menangani kasus DBD?

90

Y : Wah kurang tau, saya kerja sih mba

B : Ohh jadi ibu tidak tahu ya? Misalnya ada penyemprotan atau pencarian jentik nyamuk?

Y : Ohh ada kalau itu mba, disemprot, sama itu dicari ada jentik nyamuk apa enggak.

B : Apakah ibu punya gagasan atau ide suatu program untuk menangani kasus DBD?

Y : Ya paling beres - beres lingkungan, biar ga ada sarang nyamuk

B : Kira - kira akan banyak warga yang mau ikut berpartisipasi atau tidak bu?

Y : Banyak mba

B : Jadi ibu optimis, program ibu akan sukses ya?

Y : Iya mba sukses

B : Disini sudah ada penyuluhan ?

Y : Udah mba

B : Kalau saat penyuluhan itu banyak yang datang bu?

Y : Banyak mba.

B : Penyuluhan nya dilakukan rutin, atau hanya setelah ada kejadian kasus tertentu saja bu

Y : Kurang tau deh mba, saya kerja sih

B : Jadi ibu belum pernah mengikuti penyuluhan sama sekali ya bu?

Y : Iya belum mba.

B : Disini ada ibu kader juga, jadi untuk penyuluhan itu di adakan nya kapan saja bu?

K : Kita rutin sih tiap bulan sekali

B : Itu penyuluhannya tentang DBD?

K : Ya macem macem, kadang DBD, BPJS, sama yang lain macem macem

B : Baik, kalau begitu. Sampai disini dulu wawancara kita. Terimakasih ibu Yanti dan ibu kader.

91