Upload
michiko-mokodompit
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/30/2019 De Vattel Tp Chiko
1/7
Selasa, 27 November 2012
Hasil Diskusi E-Class Teori Politik Internasional 2012
Emerich de Vattel
Kelompok Kacapiring
Inisiator
Michiko Karlina Mujizatya Mokodompit
10/296731/SP/23871
Peserta Diskusi
Willarda Lucky Dwi Ananda 09/281999/SP/23363
Bagyani Widi Kurniasari 09/282756/SP/23567
Natalia Imas Kristi Nugraheni 10/299762/SP/24210
Valentino Samuel Fredrick 10/302205/SP/24263
Nurfadhilah Afandy 10/298232/SP/23988
Aulia Istiqomah K 10/305682/SP/24382
Pertanyaan :
1. Mengacu pada referensi yang diberikan dan pemahaman anda mengenai de Vattel,menurut anda apa poin penting atau adakah ide baru oleh gagasan-gagasan beliau ?
Willarda : Humanitarian intervention menurut Vattel secara garis besar dilaranguntuk dilakukan. Terdapat dua pengecualian di mana humanitarian intervention ini
dapat dilakukan: apabila negara yang akan dilakukan intervensi ini memberikan
persetujuannya, atau apabila negara ini sudah hancur oleh perang sipil. Hal ini
dikarenakan konsep Vattel yang sangat mendukung kedaulatan tertinggi yang dimiliki
oleh sebuah negara. Dalam hal ini, berlawanan dengan konsep-konsep yang telah
diungkapkan sebelumnya oleh pemikir-pemikir yang lain seperti Grotius, Vattel
menyatakan bahwa humanitarian intervention ini dilakukan bukan untuk tujuan
menjaga 'keadilan (justice)' tetapi untuk tujuan self preservation.
Natalia : Ide-ide de Vattel yang baru dibandingkan dengan pemikir-pemikir
sebelumnya adalah bahwa ia memikirkan mengenai status kewarganegaraan
masyarakat. Menurut saya sendiri ia kemudian menekankan bahwa individu
merupakan aktor yang sangat penting. Berbeda dengan pemikir-pemikir sebelumnya
yang memfokuskan pada negara sebagai bentuk kolektif yang belum memikirkan
mengenai peranan individu dalam negara tersebut. Pemikirannya mengenai
kewarganegaraan menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang dinilai dari
7/30/2019 De Vattel Tp Chiko
2/7
Selasa, 27 November 2012
keturunan (patriarkhi) sehingga wilayah tempat kelahiran bukan merupakan parameter
seseorang untuk mempunyai kewarganegaraan. De Vattel juga sempat
mengungkapkan mengenai naturalisasi dalam masyarakat yang menjadi dasar bagi
negara modern di kemudian hari dalam proses pemindahan kewarganegaraan. De
Vattel juga menekankan mengenai adanya humanitarian intervention dilihat sebagai
nilai humanis dan bukan mengenai perebutan kekuasaan. Ia juga sangat menekankan
akan kedaulatan negara sebagai hal yang sangat penting dalam permasalahan perang
dan humanitarian intervention.
Valentino : Menurut saya, poin penting dari pemikiran de Vattel adalah penjelasan
mengenai konsepsi akan perang yang lebih bermartabat dan lebih manusiawi. Hal itu
tercermin dari landasan dasar munculnya prinsip-prinsip mengenai kombatan dan non
kombatan melalui pemikirannya. Selain itu, de Vattel juga mengasumsikan bahwa
perang adalah sesuatu yang natural dan buah pemikiran dari organisasi sosial, serta
sebagai alat untuk melindungi diri, sehingga setiap negara boleh berperang. Pemikiran
penting lainnya yang menurut saya juga merupakan suatu ide baru adalah lahirnya
konsep akan kewarganegaraan, dimana de Vattel meyakini bahwa kewarganegaraan
seseorang merupakan turunan dari kewarganegaraan ayahnya, bukan tempat
kelahirannya.
Bagyani : Vattel memberikan penekanan pada aspek-aspek baru yang sebelumnya
tidak dijamah oleh pemikir-pemikir politik sebelumnya, yang bahkan sama-sama
membahas mengenai just wardan law of nations. Vattel merupakan penggagas dari
penggolongan atas masyarakat di dalam situasi perang, yaitu combatant dan non-
combatant. Vattel menekankan perlindungan pada pihak sipil dan bahkan mengatur
agar senjata pemusnah yang memiliki efek destruktif berlebihan tidak digunakan.
Persoalan kemanusiaan Vattel menjadi poin terpenting yang terus dijadikan acuan
hingga saat ini dalam HHI, selain konsepnya yang memisahkan antara persoalan
agama dan perang. Pemikir sebelumnya selalu mengaitkan moral agama dalam
menganalisa alasan/sebab peperangan, namun Vattel secara percaya diri meyakinkan
bahwa persoalan agama bukan termasuk alasan terjadinyajust war.
Nurfadhilah : Menurut saya, poin penting dari gagasan de Vattel adalah mengenai
prinsip perang dan terjadinya pembatasan dalam perang dengan tujuan untuk
meminimalisir dampak perang dan membuat perang menjadi lebih manusiawi. Prinsip
ini kemudian menjadi awal terbentuknya gagasan mengenai prinsip HHI yaitu
pembedaan antara golongan kombatan dan non kombatan. Selain itu, ide baru yang
7/30/2019 De Vattel Tp Chiko
3/7
Selasa, 27 November 2012
dapat ditangkap dari beliau adalah de Vattel memiliki kepercayaan yang berbeda
mengenai perang yang sebenarnya alamiah, terjadi berasal dari organisasi sosial
mereka. Vattel tidak mencantumkan unsur agama dalam bukunya dan Law of Nation
membahas mengenai karakteristik dasar manusia yang menentukan tindakan negara.
Seperti yang dijelaskan dalam presentasi anda, de Vattel meyakini bahwa interaksi
negara anarki berangkat dari pemikiran bahwa negara lebih mampu memenuhi
kepentingannya daripada individu. Hal ini membuat negara melindungi diri dari pihak
lain dengan menggunakan kekuatan militer. Selain itu, beliau juga membahas dengan
detail mengenai kewarganegaraan suatu penduduk.
Aulia: Menurut saya, gagasan Vattel mengenai perang yang memperhatikan prinsip
kemanusiaan sangat baik untuk mengatur terjadinya perang. Ketika peperangan
berlangsung bisa dipastikan pihak-pihak yang terlibat akan berusaha bagaimanapun
caranya untuk menang, sehingga dikhawatirkan akan meluakai dan merusak tempat-
tempat yang dianggap sebagai sarana publik. Vattel hadir dengan permikiran bahwa
perang yang seperti ini harus diatur agar tidak timbul korban yang tidak diinginkan.
2. de Vattel tidak menjadikan agama sebagai alasan dalam terjadinya perang. Berikankomentar anda (setuju atau tidak) terhadap gagasan ini.
Willarda : Menurut saya, saya kurang setuju apabila agama dijadikan "kambing
hitam" akan terjadinya banyak perang. Alasan Vattel mengeluarkan pendapat ini
sebenarnya dapat dimengerti, mengingat Vattel hidup di abad ke 18 di mana
sebelumnya sebagian besar perang pecah dikarenakan alasan agama, seperti misalnya
Thirty Years War tahun 1618-1648. Namun, mengingat situasi dunia politik
kontemporer, terutama pasca Perang Dunia I,II dan perang-perang proxy yang terjadi
selama Perang Dingin, agama bukan lagi menjadi alasan utama dan satu-satunya yang
dapat menyebabkan perang ini pecah, namun lebih kepada perebutan wilayah
kekuasaan, power politics, ideologi, dsb. Oleh karena itu, menurut saya, pendapat
Vattel ini sudah tidak begitu relevan lagi saat ini.
Natalia : Saya setuju dengan pendapat dari de Vattel mengenai perang tidak ada
kaitannya dengan agama. Menurut saya sendiri memang agama berperan penting bagi
manusia untuk kemudian memunculkan norma-norma dalam masyarakat, namun
tidak semua aspek dalam agama kemudian entah dijadikan landasan berperang
ataupun sebagai aturan-aturan dalam perang. Agama menurut saya sendiri akan
memicu masyarakat dan negara menciptakan apa yang kita kemudian sebut sebagai
norma yang nantinya menurut de Vattel akan jadi jus ad bello (aturan-aturan dalam
7/30/2019 De Vattel Tp Chiko
4/7
Selasa, 27 November 2012
perang) dalam rangka untuk melindungi setiap individu di dalam negara. De Vattel
seakan ingin menyatakan bahwa perang dan agama adalah dua hal yang jauh berbeda
dan harus dipisahkan. Perang dan agama tidak berhubungan sehingga diharapkan
bahwa perang juga nantinya tidak akan menggangu ataupun menghancurkan entah itu
bangunan agama dan lainnya yang berhubungan dengan agama. Perang merupakan
hal di luar dari agama itu sendiri karena perang tidak ditentukan atau diputuskan oleh
institusi agama namun dari kedaulatan negara seperti yang dijelaskan oleh de Vattel.
Sepenangkapan saya sendiri bahwa negara memiliki kedaulatan untuk mengatur
masyarakatnya seperti apa yang diidealkan oleh de Vattel, namun kemudian agama
tidak memiliki kedaulatan tersebut. Negara lebih pada penyadaran dalam diri manusia
untuk berperilaku dan bertindak sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab yang
dimiliki oleh masing-masing agama. Ia seakan ingin menyatakan bahwa jaman
kegelapan jangan sampai terulang kembali di dunia.
Nurfadhilah : Menurut saya, agama tidak lagi relevan untuk dapat dikatakan sebagai
alasan terjadinya perang. Hal ini dikarenakan alasan utama terjadinya perang bukan
hanya agama. Di era kontemporer, terjadinya perang lebih ke alasan kekuasaan
(power), kepentingan, wilayah dan ideologi.
Valentino : Saya setuju dengan pendapat de Vattel mengenai agama bukanlah alasan
terjadinya perang karena perang merupakan alat untuk melindungi diri dan kini alasan
terjadinya perang, terutama di era modern seperti sekarang adalah untuk mencapai
kepentingan politik, ekspansi kekuasaan, dan atau memecahkan situasi perbatasan
wilayah, penyebaran ideologi seperti komunisme, hanya saja masyarakat sosial
terkadang mengaitkan perang ini sebagai bentuk pertengkaran antar agama karena
masing-masing pihak yang berperang memiliki perbedaan dalam hal agama yang
dominannya, seperti misalnya Israel yang mayoritas beragama Yahudi dan Palestina
yang mayoritas beragama Islam.
Bagyani : Dari pemikirannya yang meyakinkan bahwa agama bukanlah the cause of
just war, kita bisa melihat Vattel adalah seorang yang sekuler. Menurutnya moral
dari negara berbeda dengan apa yang dimiliki individu. Negara, menurut Vattel, tidak
serentan manusia dalam interaksinya dengan negara lain seperti rentannya interaksi
manusia dengan manusia lain, sehingga pertimbangan-pertimbangan moral tidak
terlalu penting bagi negara. Yang dijadikan batasan bagi perilaku negara adalah
hukum dasar keadilan, pertimbangan-pertimbangan moral digantikan sepenuhnya
7/30/2019 De Vattel Tp Chiko
5/7
Selasa, 27 November 2012
dengan pertimbangan-pertimbangan praktis, pemikiran teologis digusur oleh
pemikiran-pemikiran tentang 'ideals' dan 'rights'.
Saya menyetujui pendapat ini sebab pada dasarnya agama di dalam perang lebih
sering hanya digunakan sebagai legitimasi dari kalangan elite yang memiliki
kepentingan dalam perang untuk mendapatkan dukungan dari masyarakatnya. Ajaran
agama sendiri menekankan pada perdamaian dan usaha penyebaran agama (gospel)
dalam imperialisme 3G cenderung dilakukan dengan pemaksaan/kekerasan sehingga
makna penting di dalam ajarannya telah terabaikan.
Aulia : Vattel menyadari bahwa manusia ketika berperang adalah untuk
mempertahankan kepentingannya, sehingga jika perang dikaitkan dengan keberadaan
Tuhan atau agama, akan membuat perang seakan akan halal dilakukan. Menurutnya
jika alasan perang adalah karena Tuhan, maka perang akan terjadi di mana-mana.
Sehingga justifikasi perang karena agama harus ditiadakan. Saya sependapat dengan
Vattel.
3. Berikan pendapat dan gagasan anda mengenai konsep Just War oleh de Vattel,dengan mengacu pada konsep Just War oleh pemikir-pemikir sebelumnya.
Natalia : Just war yang dikonsepkan oleh de Vattel merupakan konsep yang
memberikan hak bagi negara untuk kemudian berperang namun tidak lagi dikaitkan
terhadap agama seperti yang pada waktu itu banyak terjadi. Konsep ini lebih modern
dan mengedepankan bahwa negara memang memiliki kedaulatan yang harus
dijunjung oleh setiap aktor lainnya. konsep just war milik de Vattel juga melihat
aspek-aspek lainnya dalam perang sehingga just war yang dilakukan lebih rapi dan
lebih mengedepankan aspek negara dan pemerintahnya dan bukan agama.
Willarda : Konsep yang diajukan oleh Vattel dalam hal hubungan antar negara pada
dasarnya sangat menekankan akan pentingnya kedaulatan yang dimiliki oleh setiap
negara dan bahwa setiap negara harus saling menghormati kedaulatan setiap negara
yang lain. Konsep just war yang kemudian dipaparkan oleh Vattel pun kemudian
secara garis besar berdasarkan akan konsep kedaulatan ini, di mana di dalam skema
ini, perang (atau juga humanitarian intervention) tidak dibenarkan apabila melanggar
kedaulatan negara lain, dan tanpa merugikan negara itu sama sekali, misalnya untuk
tujuan conquest (penjajahan), perebutan harta benda / properti, ataupun perbedaan
agama. Selain itu, Vattel juga berusaha untuk memaksimalisasi aspek kemanusiaan di
dalam perang, seperti dengan membedakan antara kombatan dan nonkombatan, dan
sebagainya. Sampai di titik ini, saya setuju akan pendapat Vattel mengenai just war.
7/30/2019 De Vattel Tp Chiko
6/7
Selasa, 27 November 2012
Kemudian Vattel menyatakan bahwa humanitarian intervention ini tidak dibenarkan
apabila tidak menimbulkan kerugian bagi negara itu untuk tujuan menghormati
kedaulatan negara yang dimaksud. Dalam poin ini, saya kurang setuju, karena demi
alasan kemanusiaan, kadang humanitarian intervention oleh negara lain ini perlu
untuk dilakukan, seperti dalam kasus kemanusiaan di Rwanda, dll. Hanya saja, dalam
melakukan humanitarian intervention ini perlu dilakukan pertimbangan dan
pelaksanaan yang sangat matang dan hati-hati dengan konsen (mayoritas) masyarakat
internasional bersama sehingga tidak membawa kasus kemanusiaan yang ada ke arah
yang lebih buruk.
Nurfadhilah : KonsepJust Waroleh Vattel hanya menekankan pada pembatasan perang agar
lebih manusiawi. Pemisahan ini dilakukan untuk memisahkan mana penduduk yang
berpartisipasi aktif dan tidak. Pembatasan ini dijelaskan dalam pemisahan objek perang
yaitu kombatan dan non.
Valentino: Konsep Just War de Vattel adalah mengenai penjelasanaakan aturan-
aturan perang yang lebih manusiawi dan bermartabat, dan peperangan merupakan hak
yang dimiliki oleh setiap negara serta negaralah yang menentukan apakah perang
dapat dilakukan atau tidak, secara garis besar hampir sama dengan para pemikir
sebelumnya. Namun disini, de Vattel menyertakan gagasan mengenai pemisahan
penduduk yang dapat berpartisipasi di dalam peperangan (setuju dengan pendapat
Nurfadhilah). Selain itu, de Vattel juga menyertakan konsepsi jus ad bellum danjus
ad bello. Hal itulah yang saya kira membedakan pemikiran tentang perang milik de
Vattel dengan para pemikir sebelumnya.
Bagyani : Ada beberapa poin de Vattel yang saya setujui dalam just war. Namun
persoalan intervensi yang menurutnya dilarang dilakukan ketika membahayakan
kedaulatan suatu negara dapat menjadi pisau bermata dua. Alasannya mengemukakan
ini adalah untuk mencegah dicederainya kedaulatan suatu bangsa atas wilayahnya
sendiri namun hal ini terkadang merupakan suatu hal yang harus dilakukan 'untuk
kebaikan yang lebih besar', dalam artian, intervensi menjadi jalan keluar terbaik dari
konflik kemanusiaan yang terjadi. Hal ini banyak berlaku pada saat ini, ketika
berbagai pelanggaran kemanusiaan merebak di berbagai negara tanpa mampu dicegah
oleh badan-badan internasional sebagai justifikasi dari kedaulatan.
Aulia : Vattel hadir dengan konsep yang secara mendasar sama, namun Vattel lebih
menekankan pada keharusan untuk menjalankan perang yang lebih beradab.
7/30/2019 De Vattel Tp Chiko
7/7
Selasa, 27 November 2012
Kesimpulan :
Secara umum, diskusi telah berjalan dengan lancar dan kondusif. Diskusi dimulai
pada pukul 7.45. Peserta diskusi telah menjawab tiga pertanyaan dengan jawaban yang
beragam. Namun, diskusi tidak dapat berjalan dua arah dan lambat dikarenakan
partisipasi peserta diskusi berjumlah enam orang dari sebelas orang.
Pada pertanyaan pertama membahas mengenai pemahaman peserta diskusi terhadap
de Vattel. Peserta diskusi memiliki jawaban yang hampir sama. Dalam menjawab
pertanyaan ini, mereka secara umum memahami bahwa de Vattel memegang konsep
intervensi humaniter yang dilakukan dengan tujuan self-preservation. Selain itu, hal ini
dilihat sebagai nilai humanis. Kesamaan jawaban peserta diskusi juga terlihat dari
pemahaman mereka akan konsep perang Vettel yang lebih manusiawi dan perang adalah
sesuatu yang alamiah, berasal dari organisasi sosial mereka. Sebagai tambahan dari
pengembangan ide baru dari pemikir sebelumnya, de Vattel dipahami telah mengeluarkan
gagasan mengenai status kewarganegaraan masyarakat dan konsep naturalisasi.
Pertanyaan kedua merupakan pertanyaan pemantik mengenai komentar peserta
diskusi mengenai ide de Vattel yang tidak melibatkan agama dalam perang. Semua
peserta diskusi setuju dengan ide de Vattel mengenai keterlibatan agama dalam terjadinya
perang, dan juga berpendapat bahwa agama tidak lagi relevan dengan perang. Alasan-
alasan pendapat ini antara lain; melihat kondisi Vattel jaman saat itu, perang bisa saja
terjadi karena ideologi dan faktor lain, perang dapat mengancurkan agama, perang
merupakan hal diluar agama menyangkut negara dan perang digunakan sebagai legitimasi
dari kalangan elite yang memiliki kepentingan dalam perang untuk mendapatkan
dukungan dari masyarakatnya.
Selanjutnya, pertanyaan ketiga yang melibatkan peserta diskusi dalam pendapat
mereka mengenai konsepJust Warde Vattel. Menurut peserta,just warde Vattel adalah
hak negara untuk berperang namun tidak dikaitkan dengan agama. Terdapat persamaan
pendapat yaitu konsep kedaulatan antar negara yang harus dijunjung tinggi.Just warjuga
meminimalisir dampak terjadinya perang dengan adanya prinsip pemisahan kombatan
dan non-kombatan. Dalam konsep ini juga terdapat intervensi humaniter yang dilakukan
karena pertimbangan yang matang dan hati-hati.
Kesimpulan akhir dari kelompok Kacapiring adalah peserta diskusi setuju dan
memiliki pandangan yang sama terhadap gagasan-gagasan Vattel yaitu pandangan
mereka terhadap agama dalam perang, konsepJust war, prinsip pemisahan kombatan dan
non, dan hak perang.