Upload
regina-wahyu-apriani
View
182
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
adad
Citation preview
1. Definisi
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang, karena tekanan
yang diterima tulang melebihi absorbsi tulang. Penyebab terbanyak adalah insiden
kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh
terhadap kejadian fraktur (De Jong, 2010).
2. Macam Fraktur
a. Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan di sekitar (Price et all, 2005) :
1) Fraktur tertutup (closed)
Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
2) Fraktur terbuka (open/compound)
Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena
adanya perlukaan di kulit.
Gambar 3. Fraktur berdasarkan Hubungan Tulang
b. Berdasarkan bentuk patahan tulang (Price et all, 2005) :
1) Transversal
Merupakan fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya
mudah dikontrol dengan pembidaian gips.
2) Spiral
Merupakan fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi
ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit
kerusakan jaringan lunak.
3) Oblik
Merupakan fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis
patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
4) Segmental
Merupakan dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang
retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari
suplai darah.
5) Kominuta
Merupakan fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya
keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.
6) Greenstick
Merupakan fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana
korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis
ini sering terjadi pada anak-anak.
7) Fraktur Impaksi
Merupakan fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga
yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra
lainnya.
8) Fraktur Fissura
Merupakan fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti,
fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.
Gambar 4. Fraktur Berdasarkan Bentuk Patahan Tulang
c. Berdasarkan lokasi pada tulang fisis
Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan,
bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan
fisis pada anak-anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat jatuh atau cedera traksi.
Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau pada saat
aktivitas olahraga. Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau
fraktur fisis adalah klasifikasi fraktur menurut Salter-Harris:
1) Tipe I:
Fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan, prognosis
sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup.
2) Tipe II:
Fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui tulang
metafisis, prognosis juga sangat baik dengan reduksi tertutup.
3) Tipe III:
Fraktur epifisis dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari
lempeng pertumbuhan. Prognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi
anatomi.
4) Tipe IV:
Fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan terjadi melalui
tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan mempunyai resiko
gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar.
5) Tipe V:
Cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari gangguan
pertumbuhan lanjut adalah tinggi.
Gambar 5. Fraktur Menurut Salter-Harris
3. Klasifikasi Open Fracture
Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat menurut R. Gustillo, yaitu (De Jong, 2010):
a. Derajat I:
1) Luka <1 cm
2) Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
3) Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan
4) Kontaminasi minimal
b. Derajat II:
1) Laserasi >1 cm
2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi
3) Fraktur kominutif sedang
4) Kontaminasi sedang
c. Derajat III:
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi.
Fraktur terbuka derajat III terbagi atas (De Jong, 2010):
a) Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat
laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat kominutif yang
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
b) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau
kontaminasi masif.
c) Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat
kerusakan jaringan lunak.
4. Epidemiologi
Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur
dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, tingginya
angka kecelakaan menyebabkan insiden fraktur yang tinggi yang serig terjadi adalah
fraktur femur, disebabkan benturan yang sangat tinggi akibat kecelakaan mobil atau
motor (Rinanto, 2010).
Insiden fraktur di indonesia dikumpulkan oleh Unit Pelaksana Teknis Makmal
Terpadu FKUI pada tahun 2006 dari 1690 kasus kecelakaan lalu lintas ternyata yang
mengalami fraktur femur 249 kasus atau 14,7, sedangkan berdasarkan data sari
RSPAD Gatot soebroto pada tahun 2011 adalah 178 orang (Rinanto, 2010).
5. Etiologi
a. Peristiwa Trauma Tunggal
Peristiwa trauma tunggal biasanya terjadi pada tulang panjang. Terbagi menjadi
dua berdasarkan kekuatannya, Kekuatan langsung dan Kekuatan tidak langsung.
1) Kekuatan Langsung
Peristiwa trauma terjadi pada tempat yang mengalami kerusakaan. Pada
kekuatan langsung ini ada dua contoh tindakaannya, yaitu pemukulan, yang
menyebabkan fraktur melintang disertai kerusakkan kulit dan jaringan
disekitarnya, dan penghancuran, yang menyebabkan fraktur kominutif, yang
disertai pula dengan kerusakan jaringan lunak yang luas.
2) Kekuatan Tidak Langsung
Peristiwa trauma terjadi pada jarak yang jauh dengan daerah yang mengalami
kerusakan. Trauma yang disebabkan kekautan tidak langsung bisa terjadi
karena bebrapa tindakan seperti, pemuntiran yang menybabkan fraktur spiral,
penekukkan yang menyebabkan fraktur melintang, penekukkan dan penekanan
yang menyebabkan fraktur sebagian melintang yang disertai dengan fragmen
kupu-kupu berbentuk segitiga terpisah. Selain itu juga trauma tidak langsung
juga bisa dikarenakan kombinasi dari tindakan pemuntiran, penekukkan, dan
penekanan, yang mengakibatkan fraktur oblique pendek. Selain itu juga bisa
disebabkan oleh penarikkan yang menyebabkan tendon atau ligament yang
tertarik hingga tulang memisah.
b. Fraktur Kelelehan
Fraktur kelelahan biasanya diawali dengan retak yang dapat terjadi pada tulang
yang diakibatkan oleh adanya tekanan yang dating secara berulang-ulang. Kasus
tersebut sering ditemukan pada os.Tibia dan os.Fibula, atau bisa juga terjadi pada
os.Metatarsal. Biasanya penderita fraktur kelelahan antara lain atlet, penari, dan
calon tentara yang sedang berbaris dalam perjalanan jarak ajuh.
c. Fraktur patologi
Fraktur yang terjadi karena adanya kelainan pada tulang seperti kelainan karena
adanya tumor, dan keadaan tulang yang sangat rapuh seperti pada penyakit paget.
(Rasjad, 2003).
Rasjad, Chairuddin, 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit Bintang Lamumpatue
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar
De Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A., Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC
Rinanto, Febri S. 2010. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Mobilisasi
pada Pasien Post Operasi Fraktur. Jakarta : Media Aesculapius Walker.
Salter, Haris. 2011. Salter Haris Classification of Growth Plate Fractures. Available at :
http://www.isu.edu/radsci/papers/101.pdf (Diakses pada tanggal 18 November 2013)