8
1.Definisi Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang, karena tekanan yang diterima tulang melebihi absorbsi tulang. Penyebab terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur (De Jong, 2010). 2.Macam Fraktur a. Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan di sekitar (Price et all, 2005) : 1)Fraktur tertutup (closed) Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. 2)Fraktur terbuka (open/compound) Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Gambar 3. Fraktur berdasarkan Hubungan Tulang b. Berdasarkan bentuk patahan tulang (Price et all, 2005) : 1)Transversal

Definisi, Klasifikasi, Etiologi, Epidemiologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

adad

Citation preview

Page 1: Definisi, Klasifikasi, Etiologi, Epidemiologi

1. Definisi

Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang, karena tekanan

yang diterima tulang melebihi absorbsi tulang. Penyebab terbanyak adalah insiden

kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga dapat berpengaruh

terhadap kejadian fraktur (De Jong, 2010).

2. Macam Fraktur

a. Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan di sekitar (Price et all, 2005) :

1) Fraktur tertutup (closed)

Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

2) Fraktur terbuka (open/compound)

Bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena

adanya perlukaan di kulit.

Gambar 3. Fraktur berdasarkan Hubungan Tulang

b. Berdasarkan bentuk patahan tulang (Price et all, 2005) :

1) Transversal

Merupakan fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang

tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya

mudah dikontrol dengan pembidaian gips.

2) Spiral

Merupakan fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi

ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit

kerusakan jaringan lunak.

3) Oblik

Page 2: Definisi, Klasifikasi, Etiologi, Epidemiologi

Merupakan fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis

patahnya membentuk sudut terhadap tulang.

4) Segmental

Merupakan dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang

retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari

suplai darah.

5) Kominuta

Merupakan fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya

keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.

6) Greenstick

Merupakan fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana

korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis

ini sering terjadi pada anak-anak.

7) Fraktur Impaksi

Merupakan fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga

yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra

lainnya.

8) Fraktur Fissura

Merupakan fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti,

fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.

Page 3: Definisi, Klasifikasi, Etiologi, Epidemiologi

Gambar 4. Fraktur Berdasarkan Bentuk Patahan Tulang

c. Berdasarkan lokasi pada tulang fisis

Tulang fisis adalah bagian tulang yang merupakan lempeng pertumbuhan,

bagian ini relatif lemah sehingga strain pada sendi dapat berakibat pemisahan

fisis pada anak-anak. Fraktur fisis dapat terjadi akibat jatuh atau cedera traksi.

Fraktur fisis juga kebanyakan terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau pada saat

aktivitas olahraga. Klasifikasi yang paling banyak digunakan untuk cedera atau

fraktur fisis adalah klasifikasi fraktur menurut Salter-Harris:

1) Tipe I:

Fraktur transversal melalui sisi metafisis dari lempeng pertumbuhan, prognosis

sangat baik setelah dilakukan reduksi tertutup.

2) Tipe II:

Fraktur melalui sebagian lempeng pertumbuhan, timbul melalui tulang

metafisis, prognosis juga sangat baik dengan reduksi tertutup.

3) Tipe III:

Fraktur epifisis dan kemudian secara transversal melalui sisi metafisis dari

lempeng pertumbuhan. Prognosis cukup baik meskipun hanya dengan reduksi

anatomi.

4) Tipe IV:

Fraktur longitudinal melalui epifisis, lempeng pertumbuhan dan terjadi melalui

tulang metafisis. Reduksi terbuka biasanya penting dan mempunyai resiko

gangguan pertumbuhan lanjut yang lebih besar.

5) Tipe V:

Page 4: Definisi, Klasifikasi, Etiologi, Epidemiologi

Cedera remuk dari lempeng pertumbuhan, insidens dari gangguan

pertumbuhan lanjut adalah tinggi.

Gambar 5. Fraktur Menurut Salter-Harris

3. Klasifikasi Open Fracture

Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat menurut R. Gustillo, yaitu (De Jong, 2010):

a. Derajat I:

1) Luka <1 cm

2) Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk

3) Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan

4) Kontaminasi minimal

b. Derajat II:

1) Laserasi >1 cm

2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi

3) Fraktur kominutif sedang

4) Kontaminasi sedang

c. Derajat III:

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan

neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi.

Fraktur terbuka derajat III terbagi atas (De Jong, 2010):

a) Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat

laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat kominutif yang

disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.

b) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau

kontaminasi masif.

Page 5: Definisi, Klasifikasi, Etiologi, Epidemiologi

c) Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat

kerusakan jaringan lunak.

4. Epidemiologi

Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur

dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan, tingginya

angka kecelakaan menyebabkan insiden fraktur yang tinggi yang serig terjadi adalah

fraktur femur, disebabkan benturan yang sangat tinggi akibat kecelakaan mobil atau

motor (Rinanto, 2010).

Insiden fraktur di indonesia dikumpulkan oleh Unit Pelaksana Teknis Makmal

Terpadu FKUI pada tahun 2006 dari 1690 kasus kecelakaan lalu lintas ternyata yang

mengalami fraktur femur 249 kasus atau 14,7, sedangkan berdasarkan data sari

RSPAD Gatot soebroto pada tahun 2011 adalah 178 orang (Rinanto, 2010).

5. Etiologi

a. Peristiwa Trauma Tunggal

Peristiwa trauma tunggal biasanya terjadi pada tulang panjang. Terbagi menjadi

dua berdasarkan kekuatannya, Kekuatan langsung dan Kekuatan tidak langsung.

1) Kekuatan Langsung

Peristiwa trauma terjadi pada tempat yang mengalami kerusakaan. Pada

kekuatan langsung ini ada dua contoh tindakaannya, yaitu pemukulan, yang

menyebabkan fraktur melintang disertai kerusakkan kulit dan jaringan

disekitarnya, dan penghancuran, yang menyebabkan fraktur kominutif, yang

disertai pula dengan kerusakan jaringan lunak yang luas.

2) Kekuatan Tidak Langsung

Peristiwa trauma terjadi pada jarak yang jauh dengan daerah yang mengalami

kerusakan. Trauma yang disebabkan kekautan tidak langsung bisa terjadi

karena bebrapa tindakan seperti, pemuntiran yang menybabkan fraktur spiral,

penekukkan yang menyebabkan fraktur melintang, penekukkan dan penekanan

yang menyebabkan fraktur sebagian melintang yang disertai dengan fragmen

kupu-kupu berbentuk segitiga terpisah. Selain itu juga trauma tidak langsung

juga bisa dikarenakan kombinasi dari tindakan pemuntiran, penekukkan, dan

penekanan, yang mengakibatkan fraktur oblique pendek. Selain itu juga bisa

disebabkan oleh penarikkan yang menyebabkan tendon atau ligament yang

tertarik hingga tulang memisah.

Page 6: Definisi, Klasifikasi, Etiologi, Epidemiologi

b. Fraktur Kelelehan

Fraktur kelelahan biasanya diawali dengan retak yang dapat terjadi pada tulang

yang diakibatkan oleh adanya tekanan yang dating secara berulang-ulang. Kasus

tersebut sering ditemukan pada os.Tibia dan os.Fibula, atau bisa juga terjadi pada

os.Metatarsal. Biasanya penderita fraktur kelelahan antara lain atlet, penari, dan

calon tentara yang sedang berbaris dalam perjalanan jarak ajuh.

c. Fraktur patologi

Fraktur yang terjadi karena adanya kelainan pada tulang seperti kelainan karena

adanya tumor, dan keadaan tulang yang sangat rapuh seperti pada penyakit paget.

(Rasjad, 2003).

Rasjad, Chairuddin, 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit Bintang Lamumpatue

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar

De Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A., Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC

Rinanto, Febri S. 2010. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Mobilisasi

pada Pasien Post Operasi Fraktur. Jakarta : Media Aesculapius Walker.

Salter, Haris. 2011. Salter Haris Classification of Growth Plate Fractures. Available at :

http://www.isu.edu/radsci/papers/101.pdf (Diakses pada tanggal 18 November 2013)