52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat. (Depkes RI, 1999:5) Pembangunan nasional pada hakekatnya bertujuan untuk membangun manusia dan masyarakat Indonesia seutuhnya yang berarti mencipatakan kualitas hidup manusia Indonesia agar mampu melanjutkan pembangunan guna mencapai kesejahteraan lahir dan batin. Untuk mencapai tujuan nasional perlu diselenggarakan upaya pembangunan yang menyeluruh, terarah dan terpadu termasuk pembangunan bidang kesehatan. (Depkes RI, 1999:5) 1

deki flebitis.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: deki flebitis.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya

derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan

Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

perilaku yang sehat. (Depkes RI, 1999:5)

Pembangunan nasional pada hakekatnya bertujuan untuk membangun manusia

dan masyarakat Indonesia seutuhnya yang berarti mencipatakan kualitas hidup manusia

Indonesia agar mampu melanjutkan pembangunan guna mencapai kesejahteraan lahir

dan batin. Untuk mencapai tujuan nasional perlu diselenggarakan upaya pembangunan

yang menyeluruh, terarah dan terpadu termasuk pembangunan bidang kesehatan.

(Depkes RI, 1999:5)

Infeksi yang di dapat di rumah sakit atau disebut juga dengan infeksi nosokomial

merupakan penyebab yang cukup bermakna terhadap angka morbiditas dan mortalitas.

Terjadinya penyebaran nosokomial disebabkan adanya interaksi diantara ketiga

pokok di rumah sakit yaitu host, agent, dan environment sehingga prinsip pencegahannya

adalah dengan memutuskan mata rantai interaksi (Tranmisi) ketiga elemen tersebut, karena

untuk mengontrol ketiganya cukup sulit, maka sasaran yang paling mudah adalah dengan

cara mengontrol tranmisi, misalnya dengan meningkatkan pengetahuan personil rumah sakit

tentang infeksi nosokomial, bagi penderita yang dirawat, melakukan semua prosedur

1

Page 2: deki flebitis.doc

kerja dengan benar dan sempurna baik SOP (Standar Operasional System)

perawatan, tindakan serta penggunaan atau pemilihan alat yang baik juga merupakan

cara untuk mencegah infeksi nosokomial (Hasbullah, 1993). Apabila hal tersebut

tidak dilaksanakan maka akan beresiko lebih besar untuk terjadi infeksi nosokomial

oleh karena tindakan keperawatan.

Infus intravena adalah injeksi sejumlah besar larutan ke dalam vena (pembuluh

darah). Walaupun dokter yang memikul tanggung jawab penetapan jenis dan jumlah

larutan yang akan digunakan. Perawat biasanya memikul beban memulai, memonitor,

dan menghentikan terapi. Seperti halnya dalam penanganan obat, perawat harus

memahami kebutuhan pasien akan terapi, tipe larutan yang digunakan, pengaruhnya

yang diharapkan, dan reaksi buruk yang mungkin terjadi. (Wolff, dkk.1984:631).

Terapi intra vena digunakan untuk mengobati berbagai kondisi penderita

disemua lingkungan perawatan di rumah sakit dan merupakan salah satu terapi

utama. System terapi ini memungkinkan terapi berefek langsung, lebih cepat, lebih

efektif, dapat dilakukan secara kontinu dan penderitapun merasa lebih nyaman jika

dibandingkan dengan cara lainnya. Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus-

menerus dan dalam jangka waktu yang lama tentunya akan meningkatkan

kemungkinan terjadinya komplikasi dari pemasangan infuse, salah satunya adalah

flebitis.

Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia

maupun mekanik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya daerah yang merah, nyeri dan

pembengkakan di daerah penusukan atau sepanjang vena. Insiden flebitis meningkat

sesuai dengan lamanya pemasangan jalur intravena. Komplikasi cairan atau obat

2

Page 3: deki flebitis.doc

yang diinfuskan (terutama PH dan tonisitasnya), ukuran dan tempat kanula

dimasukkan. Pemasangan jalur IV yang tidak sesuai, dan masuknya mikroorganisme

pada saat penusukan (Brunner dan Sudarth, 2002).

Faktor risiko yang berhubungan dengan munculnya flebitis antara lain: trauma

vena karena insersi jarum infus, ukuran infus yang terlalu besar, pemasangan infus lebih

dari 72 jam dan jenis kateter (Millam, 1998), sedangkan Pearson (1995) menyatakan

bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan flebitis adalah bahan dasar kateter,

ukuran kateter, tempat insersi kateter, pengalaman personal yang menginsersi kateter,

lamanya waktu pemakaian kateter, frekuensi penggantian penutup kateter, perawatan

kulit, faktor host dan ruang emergensi insersi.

Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang sakit dirawat. Di tempat ini

pasien mendapatkan terapi untuk dapat sembuh. Terapi rumah sakit selain untuk dapat

mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang

berasal dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan

berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti udara ,air, lantai, makanan dan benda

medis seperti terapi intravena atau non medis. (Retno, 2007)

Terapi infus intravena adalah salah satu teknologi yang paling sering digunakan

dalam pelayanan kesehatan seluruh dunia. Lebih dari 60% pasien yang masuk kerumah

sakit mendapat terapi melalui intravena (Hindley, 2004). Data medis internasional

(1995) dikutip widigdo (2003, hal7) melaporkan “lebih dari 300 juta intravena kateter

yang berupa kateter plastic atau teflon dan jarum logam digunakan pada rumah sakit

dalam negeri. (Jurnal keperawatan soedirman. 2006: 1)

3

Page 4: deki flebitis.doc

Terapi intravena diberikan pada pasien dalam keadaan emergency yang

memungkinkan pemberian obat langsung kedalam intravena, klien yang membutuhkan

koreksi/pencegahan gangguan cairan dan elekrolit, klien yang mendapatkan transfuse

darah, serta upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada

operasi besar dengan resiko perdarahan, dipasang jalur intravena untuk persiapan jika

terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat), (Ariyawit)

Dari suatu penelitian klinis, nosokomial terutama disebabkan infeksi dari kateter

urin, infeksi jarum infuse ,infeksi dari luka operasi dan septicemia. Pemakaian infuse

lama yang tidak diganti-ganti dapat menyebab infeksi. Di ruang penyakit dalam,

diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infuse. Komplikasi kanulasi intravena

ini dapat berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi. Komplikasi tersebut berupa :

flebitis.( Ariyawit )

Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun

mekanik. Kondisi ini dikarakteristikan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat

di sekitar daerah insersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area

insensi atau sepanjang vena, dan pembengkakan. Insiden flebitis meningkat sesuai

dengan lamanya pemasangan jalur intravena (lebih dari 72 jam), komposisi jenis cairan

yang digunakan atau obat yang diinfuskan (terutama pH dan lokasi kanula dimasukan ,

pemasangan jalur intravena yang tidak sesuai, dan masukannya mikroorganisme saat

penusukan. (Brunnert & Suddart, 2001:290)

Infeksi yang terkait dengan pemberian infuse disebabkan oleh tempat fungsi

vena atau lokasi pemasangan. Banyak tempat yang dapat digunakan untuk terapi

intravena, tapi kemudahan akses dan potensi bahaya berbeda-beda di antara tempat-

4

Page 5: deki flebitis.doc

tempat lain. Vena di ekstremitas atas paling sering digunakan karena relative aman dan

mudah dimasuki. Pembuluh metacarpal, sefalica, basilica sering direkomendasikan

sebagai lokasi yang lebih baik untuk memasang infuse, pembuluh darah kaki pada

umumnya tidak ada yang merekomendasikan untuk infuse, kecuali kalau tempat lain

tidak diperbolehkan, karena bahaya stagnasi sirkulasi bagian pinggir, dan komplikasi

serius. (Wolff, dkk.1984:634)

Infeksi yang terkait dengan pemberian infuse dapat dikurangi dengan 4

intervensi. Tindakan-tindakan berikut yang mengurangi resiko flebitis di antaranya cuci

tangan yang aktif untuk menghilangkan organisme gram negative sebelum

menggunakan sarung tangan saat melakukan prosedur fungsi vena. Perawat juga

mengganti larutan intravena setiap 24 jam. Perawatan juga harus mengganti semua

kateter sekurang-kurangnya setiap 72 jam, selain itu perawat harus mempertahankan

teknik sterilitas system IV saat mengganti selang, larutan dan balutan. Balutan diatas

insersi diganti sesuai dengan kebijakan rumah sakit, praktek yang sebelumnya

merekomendasikan penggantian balutan setiap hari, saat ini telah dikurangi menjadi

setiap 48 sampai 72 jam sekali, yakni bersamaan dengan penggantian daerah

pemasangan IV. (Perry & Poter, 2005: 1665)

Berdasarkan data yang peneliti dapat dirumah sakit jumlah pasien yang

mendapat terapi pemasangan infus 3 bulan berakhir sebagai berikut:

5

Page 6: deki flebitis.doc

Tabel 1.1

Jumlah Pasien Yang Mendapat Terapi Pemasangan Infus Dari Bulan April – Juli Dirawat Inap RSUD Solok Tahun 2010

No Ruangan Jumlah pasien dari

april- juli

Jumlah pasien pasang infuse dari April- Juli

1 Interne 456 orang 411 orang

2 Anak 330 orang 273 orang

3 Vip 255 orang 230 orang

4 Kebidanan 246 orang 87 orang

5 Bedah 222 orang 214 orang

6 Neurology 204 orang 184 orang

Jumlah 1713 orang 1399 orang

Dari studi pendahuluan yang dilakukan penelitian pada tanggal 15-19 juli 2010

melalui observasi pada 15 orang pasien yang dirawat diruang rawat inap RSUD Solok

selama 1 minggu sebanyak 8 orang terjadi flebitis dari pasien yang pasang infus dengan

tanda nyeri di sepanjang kanula, pembengkakan sekitar tempat penusukan.

Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

Hubungan Lokasi Pemasangan Infus Dengan Kejadian Flebitis di Ruang Rawat Inap

RSUD Solok tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas masih ada pasien yang flebitis pada

pemasangan infuse dan belum diketahui Hubungan Lokasi Pemasangan Infus Dengan

Kejadian Flebitis di Ruang Rawat Inap RSUD Solok tahun 2010.

6

Page 7: deki flebitis.doc

1.3 Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Diperoleh gambaran lokasi pemasang infus infus dirawat inap RSUD Solok

tahun 2010 ?

1.3.2 Apakah ada hubungan antara lokasi pemasang infus dengan kejadian flebitis

dirawat inap RSUD Solok tahun 2010 ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Diketahui hubungan lokasi pemasangan infus dengan kejadian flebitis di

RSUD Solok tahun 2010.

1.4.2 Tujuan khusus

1.4.2.1 Diperoleh gambaran kejadian flebitis pada di ruang rawat inap RSUD Solok

tahun 2010.

1.4.2.2 Diperoleh gambaran lokasi pemasangan infus pada pasien pasang infus di

ruang rawat inap RSUD Solok tahun 2010.

1.4.2.3 Diperoleh hubungan antara lokasi pemasangan infus dengan kejadian flebitis

pada pasien pasang infus di ruang rawat inap RSUD Solok tahun 2010.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi institusi pendidikan

Sebagai sumber masukan dalam bidang ilmu terkait khususnya dan dapat digunakan

oleh pihak lain sebagai bahan perbandingan untuk peneliti selanjutnya.

7

Page 8: deki flebitis.doc

1.5.2 Bagi penulis

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar dalam

mengaplikasikan wawasan penulis dalam melaksanakan penelitian khususnya

penelitian tentang hubungan lokasi pemasangan, kesterilan perawat dalam

pemasangan dengan kejadian flebitis pada pasien pasang infuse.

1.5.3 Bagi institusi tempat penelitian

Hasil penelitian di harapkan dapat sebagai masukan bagi tenaga kesehatan

di RSUD Solok dalam memberikan asuhan keperawatan dalam mengaplikasikan

pengetahuannya tentang factor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya

flebitis, serta rumah sakit dapat membuat kebijakan – kebijakan yang dapat di

ambil dalam meminimkan masalah flebitis.

1.6 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah berhubungan lokasi pemasangan infus

dengan kejadian flebitis di ruang rawat inap RSUD Solok. Dimana variabel dependen

dalam penelitian ini adalah kejadian flebitis, sedangkan variabel independen adalah

lokasi pemasangan infus pada pasien dirawat inap RSUD Solok tahun 2010, Ada pun

yang menjadi responden pada penelitian ini adalah semua pasien yang terpasang infus,

dengan teknik pengambilan sampel “acidental sampling”. penelitian ini dilaksanakan

tanggal 30 November sampai 3 Desember 2010.

8

Page 9: deki flebitis.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terapi Intra Vena

2.1.1 Pengertian

Terapi intravena (VI) bertujuan untuk mengkoreksi atau mencegah gangguan

cairan dan elektrolit. (Perry&Potter, 2005:1646)

Suatu bentuk terapi yang digunakan untuk mengatasi gangguan cairan tubuh

adalah pemakaian berbagai larutan yang diinjeksikan secara intravena. Infuse intravena

adalah injeksi sejumlah besar larutan ke dalam vena (pembuluh balik). (Wolf,dkk.

1984:631).

Terapi intravena adalah sebuah kateter (pipa plastik yang lunak kira-kira

seukuran dengan jarum) atau jarum yang dimasukkan ke dalam vena, biasanya di tangan

dan lengan , kateter atau jarum tersebut dihubungkan dengan slang dan botol cairan

yang berfungsi sebagai jalan untuk memberikan obat dan cairan. (Joanne,

shirey,1998:15)

2.1.2 Tujuan pemberian

a. Untuk mengkoreksi atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit

b. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin dan

protein pada klien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang

adekuat melalui mulut.

c. Menyediakan volume darah terutama pada pasien pasca bedah dan

pasien-pasien yang mengalami kekurangan sel darah merah.

9

Page 10: deki flebitis.doc

2.1.3 Terapi infus dilakukan pada pasien

a. Pasien dengan dehidrasi.

b. Pasien sebelum transfuse

c. Pasien pra dan pasca bedah, sesuai dengan program pengobatan

d. Pasien yang tidak bisa makan dan minum melalui mulut

e. Pasien yang memerlukan pengobatan yang pemberiannya dengan cara infus.

2.1.4 Pemilihan vena

Sesuai aturan yang umum, vena-vena distal pada tangan dan lengan

harus digunakan terlebih dahulu yaitu vena metacarpal. Dan fungsi vena

berikutnya harus proksimal dari tempat sebelumnya. Vena-vena yang umumnya

biasa digunakan untuk terapi IV adalah vena basilica, sefalika, dan metacarpal.

Ekstremitas harus diobservasi dan di palpasi sebelum vena dipilih.

a. Keuntungan dan kerugian dari vena-vena yang biasa digunakan dalam

pemasangan infuse.

b. Vena dorsalis supervisialis (metacarpal atau tangan) berasal dari gabungan

vena digitalis. Keuntungan: memungkinkan pergerakan lengan, mudah

dilihat dan di palpasi, tulang-tulang tangan membelat kateter, balutan

mudah basah dengan mencuci tangan, tempat penusukan IV akan macet

jika penahan pergelangan tangan di pasang.

c. Vena sevalika terletak di lengan bagian bawah pada radial lengan (ibu

jari). Vena ini berjalan keatas sepanjang bagian luar dari lengan bawah

dalam region antekubiti. Vena sefalika lebih kecil dan biasanya lebih

melengkung dari vena basilica. Keuntungan dapat menggunakan kateter

10

Page 11: deki flebitis.doc

ukuran besar untuk infuse yang cepat, di blat oleh tulang –tulang lengan,

pilihan yang baik untuk infuse larutan yang mengiritasi. Kerugian lebih

melengkung dari pada vena sefalika, ini biasanya merupakan kerugian

hanya bila memasang kateter yang panjang.

d. Vena basilica ditemukan pada sisi ulnaris lengan bawah, berjalan ke atas

pada bagian posterior atau belakang lengan kemudian melengkung kearah

permukaan anterior atau regon antekubiti. Vena ini kemudian berjalan

lurus keatas dan memasuki jaringan yang lebih dalam. Keuntungan sama

seperti sefalika, biasanya lebih lurus dari vena sefalika. Kerugian

cenderung berputar, posisi pasien mengkin agak kikuk selama pungsi

vena.

e. Vena mediana/ antekubiti berasal dari vena lengan bawah dan umumnya

terbagi dalam dua pembuluh darah, satu berhubungan dengan vena basilica

dan yang lainnya berhubungan dengan vena sefalika. Vena ini biasanya

digunakan untuk pengambilan sampel darah . keuntungan : mudah

dilakukan penusukan, besar, cenderung stabil. Kerugian dapat membatasi

gerakan lengan pasien, sering di perlukan untuk pengambilan sampel

darah.

2.1.5 Pedoman pemilihan vena

a. Gunakan vena-vena distal terlebih dahulu

b. Gunakan lengan pasien yang tidak dominan jika mungkin

c. Pilih vena-vena di atas area fleksi pilih vena yang cukup besar untuk

memungkinkan aliran darah yang adekuat ke dalam kateter

11

Page 12: deki flebitis.doc

d. Palpasi vena untuk menentukan kondisinya. Selalu pilih vena yang lunak,

penuh dan yang tidak tersumbat

e. Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan menggangu aktivitas pasien

sehari-hari

f. Pilih lokasi yang tidak akan mempengaruhi pembedahan atau prosedur-

prosedur yang direncanakan

2.1.6 Tipe vena yang harus dihindari

a. Vena yang sudah digunakan sebelumnya

b. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau flebitis

c. Vena yang keras dan sklerotik

d. Vena-vena dari ekstremitas yang lemah secara pembedahan

e. Area-area fleksi, termasuk fosa antekubiti

f. Vena-vena kaki, karena sirkulasi lambat dan komplikasi lebih sering terjadi

g. Cabang-cabang vena lengan utama yang kecil dan berdinding tipis

h. Ekstremitas lumpuh setelah serangan stroke

i. Vena yang memar dan bengkak

j. Vena-vena yang dekat dengan area yang terinfeksi

2.1.7 Lokasi vena

Untuk menentukan lokasi vena yang tepat, cari posisi yang nyaman di tempat

yang cukup terang dan pasang turniket 4 sampai 6 inci di atas tempat yang dimaksud.

12

Page 13: deki flebitis.doc

Turniket harus cukup ketat untuk menghentikan aliran darah vena tetapi bukan aliran

darah arteri. Untuk menimbulkan distensi vena minta pasien untuk mengepal dan

membuka kepalan tangannya beberapa kali. Bila pengisian vena sulit diperoleh,

menepatkan lengan pada posisi yang tergantung atau melakukan kompres hangat dapat

membantu meringankan masalah. Vena tersebut kemudian harus distabilkan dengan

meregangkan kulit, karena stabilitasasi vena sebelah menusuk adalah kunci untuk

pemasangan kateter yang tidak traumatic.

Pembuluh sepalic dan basilica merupakan saluran yang baik bagi infuse,

pembuluh dangkal pada bagian belakang tangan juga digunakan dengan sukses bagi

beberapa orang. Pembuluh darah metacarpal, cephalic, dan pembuluh darah basilica

direkomendasikan sebagai lokasi yang baik. Pembuluh darah pada kaki tidak ada yang

merekomendasikan untuk infuse, kecuali pada tempat lain tidak ditemukan.

2.1.8 Teknik pemasangan infus

a. Pilih vena yang paling baik

b. Bersihkan kulit dengan gerakan melingkar dari pusat keluar dengan

larutan antiseptic (povidone-iodine, tincctura-indine atau alkohol70%)

dan biarkan mengering.

c. Pasang turniket yang rata dan lunak 4 samapi 6 inci diatas tempat

pemasangan.

d. Pakai sarung tangan

e. Fiksasi vena letakkan ibu jari anda di atas vena untuk mencegah

penarikan kulit melawan arah penusukan.

13

Page 14: deki flebitis.doc

f. Tusuk vena: pegang tabung bening kateter, bukan pusatnya :A metode

langsung tempatkan bevel mengarah ke atas dengan sudut 30 sampai 40

derajat dari kulit pasien: tusukan searah dengan aliran vena:menembus

vena. B . metode tidak langsung tusuk kulit disamping vena dan

kemudian arahkan kateter untuk menembus sisi samping vena sampai

anda melihat aliran balik vena.

g. Rendahkan jarum sampai hampir sejajar dengan kulit

h. Dorong kateter kedalam vena kira-kira ¼ samapai1/2 inci sebelum

melepaskan stylet, lepaskan regangan kulit, pegang stylet dan dorong

kateter

i. Lepaskan turniket dari stylet

j. Pasang ujung selang infuse atau tutup injeksi intermiten

k. Plester kateter IV dan selang

l. Pasang dan balutan steril

m. Beri label pada tempat

2.1.9 Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemberian cairan intravena atau infus

Infeksi beragam dalam keparahannya mulai dari keterlibatan local dan tempat

penusukan sampai penyebaran sistemik organisme melalui aliran aliran darah, seperti

septicemia. Tindakan untuk mencegah infeksi merupakan hal yang penting pada saat

melakukan jalur pemasangan intravena dan sepanjang periode pemberian infuse.

Beberapa cara ini termasuk berikut:

14

Page 15: deki flebitis.doc

a. Mencuci tangan dengan teliti sebelum kontak dengan bagian apapun

dari system infuse atau dengan pasien.

b. Mengevaluasi penampung intravena akan adanya keretakan, kebocoran,

atau kekeruhan, yang mungkin menandakan suatu larutan yang

terkontaminasi.

c. Menggunakan larutan aseptic yang kuat

d. Menepatkan kanula intravena dengan kuat untuk mencegah pergerakan

keluar masuk

e. Memeriksa daerah penusukan intravena setiap hari dan mengganti

balutan steril

f. Memeriksa daerah penusukan intravena setiap hari dan mengganti

balutan steril

g. Melepas kateter intravena pada adanya tanda pertama pada peradangan

local, kontaminasi dan komplikasi.

h. Mengganti kanula intravena dipasang saat keadaan gawat sesegera

mungkin.

i. Mengganti kantong setiap 24 jam dan seluruh set pemberian sedikitnya

setiap 48 samapi 72 jam dan setiap 24 jam jika produk darah atau lemak

yang diinfuskan.

15

Page 16: deki flebitis.doc

2.1.10 Peran perawat dalam pemberian terapi intravena

a. Peran dependen

Perawat melaksanakan order dokter berupa jenis cairan yang akan

diberikan pada pasien, obat-obatan yang akan diberikan melalui slang

infuse.

intravena dan jumlah tetesan permenit.

b. Peran independen

Perawat berperan dalam menentukan masukan terapi intravena yang

tepat bagi pasien dengan dokter (kolaborasi). Dalam keadaan emergency

jika di lapangan tidak ada ditemukan dokter, perawat berperan atau

berhak untuk memberikan terapi intravena yaitu jenis cairan, jumlah

tetesan permenit sesuai protap.

2.2 Flebitis

2.2.1 Pengertian

Flebitis adalah peradangan vena yang disebabkan oleh kateter atau iritasi

kimiawi zat adiktif dan obat-obatan yang diberikan secara intravena. Flebitis pada

beberapa kasus dapat menyebabkan pembentukan emboli.(Potter&Perry, 2006:1664)

Flebitis adalah peradangan pada pembuluh vena. Gejala ini merupakan salah

satu potensi yang menghambat infuse intravena. Trauma mekanis dan gangguan

kimiawi menyebabakan timbulnya peradangan yang terasa sakit disepanjang pembuluh

(Wolf,dkk 1984:631)

Flebitis didefinisikan sebagai inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi

kimia maupun mekanik.(Brunet& Suddarth, 2002:290)

16

Page 17: deki flebitis.doc

2.2.2 Tanda dan gejala

a. Nyeri pada daerah sekitar penusukan intravena

Pasien mengeluh nyeri di daerah di sekitar nyeri tekan. Klien mengeluh

nyeri pada waktu menggerakkan lengan pada gerakan otot tertentu. Kadang

teraba pengembungan vena di daerah katup. Secara umum dolor atau rasa sakit

dan reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Perubahan Ph

local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung syaraf. Hal

yang sama, pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamine atau zat kimia

bioaktif lainnya dapat merasangsan saraf. Selain itu mengembangkan jaringan

yang meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal yang tanpa diragukan

lagi dapat menimbulkan rasa sakit.

b. Kemerahan dan rasa hangat pada daerah sekitar penusukan intravena

Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol yang mensuplai

daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah mengalir ke

dalam mikrosirkulasi local. Kapiler-kapiler yang tadinya kosong atau

sebagian saja yang merenggang dengan cepat terisi penuh dengan darah,

daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab

darah pada suhu 37c yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang

terkena lebih banyak dari pada yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah

yang terkena lebih banyak dari pada yang disalurkan ke daerah normal.

c. Pembengkakan lokasi

Adanya pembengkakan local di sekitar penusukan kateter intravena

dengan indurasi ≥ 7 cm atau > 7cm, akibat dari pelebaran dari pembuluh

darah kecil di sekitar jaringan vena dan akibat penimbunan cairan secara

17

Page 18: deki flebitis.doc

berlebih di antara sel-sel tubuh (intertitial). Edema juga disebabkan karena

peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan peningkatan tekanan

osmotic koloid cairan intertisial seperti pada keadaan inflamasi atau cidera.

(Brunnert&Suddarth, 2002:290)

Tanda- tanda flebitis menurut (Joanne Shirly, 1998:4) adalah

1. Nyeri sepanjang kanula

2. Kemerahan atau eritema

3. Bengkak

4. Indurasi

5. Cord.

Skor visual untuk flebitis telah dikembangkan oleh Andrew Jackson sebagai berikut :

Tanda dan gejala Skor Keterangan

Tempat suntikan tampak sehat

0 Tidak terjadi flebitis

Nyeri pada tempat suntikan

1 Mungkin tanda dini flebitis

Observasi

Nyeri

Eritema

Pembengkakan

2 Stadium dini flebitis,

Ganti kanula

Pikirkan terapi

Nyeri sepanjang kanula

Eritema

3 Stadium moderat flebitis

Ganti kanula

18

Page 19: deki flebitis.doc

Indurasi Pikirkan terapi

Nyeri sepanjang kanula

Eritema

Indurasi

Venus cord teraba

4 Stadium lanjut atau awal trombiflebitis

Ganti kanula

Pikirkan terapi

2.2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian flebitis

a. Tempat atau lokasi pemasangan kanula intravena

Pikirkan lamanya terapi infuse menjadi factor yang sangat penting dalam

seleksi pembuluh. Pilih pembuluh darah yang panjang dan tidak bercabang.

Untuk lokasi penusukan jarum infuse mulai dari sejauh mungkin dari dan

berpindah dalam arah prosikmal pada kedua tangan secara bergantian.

Vena-vena yang di gunakan untuk terapi intravena adalah vena metacarpal,

sefalika dan basilica. Pembuluh darah kaki pada umumnya tidak ada yang

merekomendasikan untuk infuse, kecuali kalau tempat lain tidak diperoleh,

karena bahaya stagnasi sirkulasi bagian pinggir dan komplikasi yang serius

Idealnya kedua lengan dan tangan harus di inspeksi dengan cermat

sebelum tempat fungsi vena spesifik di pilih yang tidak mengganggu

mobilisasi. Untuk alasan ini, fosa antekubiti dihindari, kecuali sebagai

upaya terakhir. Tempat yang paling distal dari lengan atau tangan umumnya

digunakan pertama kali sehingga intravena yang berikutnya dapat di

lakukan kearah atas. (Brunner&Suddarth, 2002)

19

Page 20: deki flebitis.doc

2.2.4 Mencegah dan mengatasi flebitis

Perawatan termasuk menghentikan intravena dan memulai di daerah lain, dan

memberikan kompres hangat dan asah di tempat yang terkena. Flebitis dapat

dicegah dengan menggunakan teknik aseptic selama pemasangan, menggunakan

ukuran kateter dan ukuran jarum yang sesuai untuk vena, mempertimbangkan

komposisi apapun setiap jam dan menepatkan kateter atau jarum setiap jam.

20

Page 21: deki flebitis.doc

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangkan konsep

Adapun berhubungan dengan dengan kejadian flebitis ini diantaranya adalah

lokasi pemasangan, (Perry&potter, 2005:1665) . penelitian ini dilakukan ruang

Anak, Bedah, Neuro, Vip dan Interne berdasarkan hal tersebut di atas dapat

dituangkan dalam bagan atau kerangka konsep sebagai berikut:

Variable independen variable dependen

3.2 Definisi operasional

No VariabelDefenisi

operasional

Alat

Ukur

Cara

ukur

Hasil

Ukur

Skala ukur

1. Varibel independen

Lokasi pemasangan

Lokasi pemasangan adalah tempat lokasi kanula intarvena yaitu pembuluh darah lengan seperti vena metacarpal, sefelika dan basilica

Observasi Pedoman

observasi

1. Vena Metacarpal

2. Vena Sevalika

3. Vena Basilika

Ordinal

21

Lokasi pemasangan Kejadian flebitis

Page 22: deki flebitis.doc

2. Variabel dependen

Kejadian flebilitis

Apabila terjadi tanda dan gejala seperti nyeri sepanjang kanula, eritema, bengkak,indurasi, cord teraba.

Observasi Pedoman

observasi

1.terjadi bila ≥ 2

2.tidak terjadi bila <2

Ordinal

3.3 Hipotesa

3.3.1 Ada hubungan antara lokasi pemasangan infuse dengan kejadian flebitis pada

pasien pasang infus.

22

Page 23: deki flebitis.doc

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini bersifat deskriptik korelasi. Dimana variabel independen

dan dependen di observasi secara bersamaan pada waktu yang sama.

4.2 Variabel penelitian

Kegiatan penelitian ini menggunakan rancangan “Cross sectional “ dimana data

yang menyangkut variabel bebas dan terikat dikumpulkan dalam waktu yang

bersamaan. (Natoatmodjo, 2005:27)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di semua ruang rawat inap yaitu bedah, neurologi,

interne, anak, VIP di RSUD Solok pada bulan November 2010

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang mempunyai masalah yang

diteliti.(Nursalam, 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang

pasang infus diruang rawat inap RSUD Solok Tahun 2010.

4.4.2 Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang dipilih oleh penelitian untuk

berpartisipasi dalam suatu proyeksi riset.

23

Page 24: deki flebitis.doc

Teknik pengumpulan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling

yang sampel seadanya. Di mana setiap bangsal yang berkesempatan yang sama untuk

dipilih menjadi sampel penelitian. Adalah kriteria sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Pasien yang di pasang infus di ruang rawat inap RSUD Solok Tahun 2010.

2. Pasien yang dirawat lebih dari 3 hari, karena infeksi dapat terjadi setelah

3hari pemasangan infus.

3. Pasien yang pasang infus di eksremitas atas.

4. Pasien dalam keadaan sadar.

5. Pasien bersedia menjadi responden

6. Pasien yang berusia 12 tahun ke atas.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi melalui kuesioner

kepada masing-masing responden, tentang “Hubungan Lokasi Pemasangan Infus

dengan Kejadian Flebitis di Ruang Rawat Inap RSUD Solok Tahun 2010.

4.6 Teknik Pengolahan Data

Setelah data dikumpul, selanjutnya data di olah dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

4.6.1 Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau

kuesioner, apakah jawaban yang ada dikuesioner sudah :

24

Page 25: deki flebitis.doc

a. Lengkap : Semua pertanyaan sudah terisi jawabannya.

b. Jelas : Jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca.

c. Relevan : Jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaan.

d. Konsisten : Apakan antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi

jawabannya konsisten.

4.6.2 Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka / bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada

saat analisis data dan mempercepat pada saat entry data.

4.6.3 Processing

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati

pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di

entry dapat di analisis.

4.6.4 Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak, kesalahan tersebut dimungkinkan

terjadi pada saat kita meng-entry ke computer (Hastono, 2006 : 1)

4.7 Teknik Analisa Data

Berdasarkan penelitian ini maka uji statistic yang digunakan adalah univariat

dan bivariat

25

Page 26: deki flebitis.doc

4.7.1 Analisa univariat

Digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan

proporsi dari semua variabel yang diteliti. Hasil analisa univariat ini disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

4.7.2 Analisa bivariat

Analisa ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independent dengan dependen. Hubungan dua variabel tersebut di uji dengan

menggunakan uji statistic Chi-Square dengan tingkat pemaknaan (p < 0,05).

4.8. Pertimbangan etik

4.8.1 Menghormati hak responden

4.8.2 Tidak melakukan ancaman atau tekanan pada responden

4.8.3 Memberikan penjelasan pada responden berhak untuk tidak ikut serta sebagai

responden

4.8.4 Menyediakan informant consent untuk ditanda tangani

4.9 Prosedur Penelitian

4.9.1 Tahap Pra Penelitian

4.9.1.1 Memilih lahan penelitian

4.9.1.2 Melakukan studi pendahuluan untuk mencari permasalahan

4.9.1.3 Menyusun proposal penelitian dan instrumen penelitian yang dibimbing oleh

dosen pembimbing

26

Page 27: deki flebitis.doc

4.9.1.4 Seminar proposal

4.9.2 Tahap Persiapan

4.9.2.1 Menyusun instrument ( kuesioner penelitian )

4.9.2.2 Revisi instrument pengumpulan data

4.9.2.3 Perbanyak instrument pengumpulan dan tahap pelaksanaan

4.9.3 Tahap Pelaksanaan

4.9.3.1 Penjelasan tujuan penelitian pada responden

4.9.3.2 Menyampaikan informed consent pada responden

4.9.3.3 Observasi penelitian dengan responden

4.9.3.4 Pengolahan dan melakukan analisa data

4.9.3.5 Penyusunan laporan penelitian

4.9.3.6 Sidang hasil penelitian

27

Page 28: deki flebitis.doc

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini tentang Hubungan lokasi pemasangan infus dengan kejadian

flebitis di ruang rawat inap yaitu bedah, neurologi, interne, anak, VIP RSUD Solok

yang dilaksanakan pada tanggal 30 November sampai 3 Desember 2010. Hasil

penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Data Geografi

Rumah Sakit Umum Solok ini berbatasan dengan:

a. Di sebelah utara : Perumahan Masyarakat

b. Di sebelah Selatan : Komplek PLN

c. Di sebelah Barat : Komplek PLN

d. Di sebelah Timur : Jalan Raya By Pass

5.1.2 Karakteristik Responden

5.1.2.1 Umur Responden

Kecendrungan distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

28

Page 29: deki flebitis.doc

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelompok Umur Di Ruang Rawat Inap

RSUD Solok Tahun 2010

Umur f %

13 – 19 tahun

20 – 29 tahun

30 - 39 tahun

40 – 50 tahun

> 50 tahun

6

11

12

11

10

12

22

24

22

20

Jumlah 50 100

Dari tabel 5.1 dapat dilihat kurang dari sebagian (24%) responden berada

pada rentang umur 30 – 39 tahun.

5.1.2.2. Jenis Kelamin Responden

Kecendrungan distribusi frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin Di Ruang Rawat Inap

RSUD Solok Tahun 2010

Dari tabel 5.2 dapat dilihat lebih dari sebagian (56%) responden berjenis

kelamin perempuan.

Jenis Kelamin f %

Perempuan

Laki-laki

28

22

56

44

Jumlah 50 100

29

Page 30: deki flebitis.doc

5.1.3 Analisa Univariat

5.1.3.1 Lokasi pemasangan infus di Ruang Rawat Inap RSUD Solok tahun 2010

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Lokasi Pemasangan infus di Ruang

Rawat Inap RSUD Solok Tahun 2010

Lokasi Pemasangan infus

f %

Vena Sevalika

Vena Basilika

32

18

64

36

Jumlah 50 100

Dari tabel 5.3 dapat dilihat lebih dari sebagian (64%) responden lokasi

pemasangan infus di vena sevalika.

5.1.3.2 Kejadian flebitis di Ruang Rawat Inap RSUD Solok tahun 2010

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kejadian Flebitis di Ruang Rawat Inap

RSUD Solok Tahun 2010

Kejadian Flebitis f %

Tidak terjadi

Terjadi

29

21

48

42

Jumlah 50 100

Dari tabel 5.4 dapat dilihat kurang dari sebagian (48 %) responden tidak

mengalami flebitis.

30

Page 31: deki flebitis.doc

5.1.4 Analisa Bivariat

Hubungan Lokasi Pemasangan Infus Dengan Kejadian Flebitis di Ruang

Rawat Inap RSUD Solok Tahun 2010

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Hubungan Lokasi Pemasangan Infus

dengan Kejadian Flebitis di Ruang Rawat Inap RSUD Solok Tahun 2010

Kejadian Flebitis

Total

Lokasi Pemasangan

Infus Terjadi Tidak terjadi

f % f % f %

Vena sevalika 18 56,25 14 43,75 32 100

Vena basilika 3 16,7 15 83,3 18 100

Jumlah 21 42 29 58 50 100

X2 hitung 7,5 OR = 6,42

Dari penelitian yang dilakukan, ternyata dari 32 responden yang lokasi

pemasangan infus di vena sevalika sebanyak 18 (56,25%) responden yang terjadi

flebitis, sedangkan dari 18 responden yang lokasi pemasangan infus di vena basilika

terdapat 15 (83,3 %) responden yang tidak terjadi flebitis.

Dari hasil analisis bivariat tentang hubungan lokasi pemasangan infus dengan

kejadian flebitis di ruang rawat inap RSUD Solok tahun 2010. Bila dilihat perbandingan

X2 tabel (3,841) dengan X2 hitung (7,5) artinya (X2 hitung > X2 tabel). Secara statistik

adanya hubungan antara lokasi pemasangan infus dengan kejadian flebitis. Dengan

Odds Ration (6,42) artinya responden yang lokasi pemasangan infus vena sevalika 6,42

31

Page 32: deki flebitis.doc

kali lebih besar akan terjadi flebitis dibandingkan dengan responden yang lokasi

pemasangan infus vena basilika.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Hubungan Lokasi Pemasangan Infus Dengan Kejadian Flebitis di Ruang

Rawat Inap RSUD Solok Tahun 2010

Menurut pendapat Brunet & Suddarth (2002:290) menjelaskan bahwa flebitis

merupakan inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi

ini dikarakteristikan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah

insersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area insensi atau

sepanjang vena, dan pembengkakan. Insiden flebitis meningkat sesuai dengan lokasi

kanula dimasukan , pemasangan jalur intravena yang tidak sesuai, dan masuknya

mikroorganisme saat penusukan.

Kenyataan yang ditemukan di lapangan dari 32 orang yang lokasi pemasangan

infus di vena sevalika terdapat 56,25 % mengalami flebitis, hal ini disebabkan karena

pada umumnya responden lama pemasangan infusnya dan sering menggerakan tangan

yang terpasang infus, dan kurang kebersihan dari lokasi pemasangan infus dan juga

disebabkan karena kurangnya informasi dari petugas tentang apa yang harus dilakukan

pada pasien dengan pemasangan infus.

32

Page 33: deki flebitis.doc

Kejadian Flebitis

Total

Lokasi Pemasangan Infus Terjadi Tidak terjadi

f % f % f %

Vena sevalika 18 56,25 14 43,75 32 100

Vena basilika 3 16,7 15 83,3 18 100

Jumlah 21 42 29 58 50 100

X2 hitung 7,5 OR = 6,42

Nilai Ekspansi (E) = Sub total baris x sub total kolom

Grand total

= 1,6 + 1,1 + 2,8 + 2

X2= 7,5

33

Page 34: deki flebitis.doc

34

Page 35: deki flebitis.doc

BAB VII

P E N U T U P

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dengan 50

responden yaitu pasien yang pasang infus di ruang rawat inap Interne, Anak, Bedah,

Neuro dan VIP RSUD Solok tahun 2010, dapat ditarik kesimpulan:

1. Lebih dari sebagian (64 %) lokasi pemasangan infus responden di vena sevalika

di ruang rawat inap RSUD Solok tahun 2010

2. Kurang dari sebagian (48 %) responden yang terpasang infus di ruang rawat inap

RSUD Solok tahun 2010 mengalami flebitis

3. Ada hubungan antara lokasi pemasangan infus dengan kejadian flebitis di ruang

rawat inap RSUD Solok tahun 2010

7.2 Saran

Untuk mengurangi kejadian flebitis di ruang rawat inap RSUD Solok tahun

2010, peneliti menyarankan :

1. Bagi Institusi tempat penelitian

Di harapkan dapat sebagai masukan bagi tenaga kesehatan di RSUD Solok dalam

memberikan asuhan keperawatan dalam mengaplikasikan pengetahuannya tentang

faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya flebitis, serta rumah sakit dapat

flebitis.

35

Page 36: deki flebitis.doc

2. Bagi bidang Keperawatan

Agar terus memotivasi pelaksanaan keperawatan untuk mengikuti pelatihan,

seminar khususnya tentang infeksi nosokomial sehingga angka kejadian flebitis

dapat ditekan serendah mungkin.

3. Bagi metodologi

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, agar penelitian

ini lebih bermakna perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel

yang lebih besar, waktu yang lebih terencana serta mengumpulan data dengan

teknik wawancara dan observasi sehingga data yang diperoleh akan lebih valid dan

akurat

36