Upload
riindhu-screamo
View
19
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kep anak
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN DEMAM BERDARAH (DBD)
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Dosen Koordintator : Ibu Lucia Endang Hartati,SKep,MN
DISUSUN OLEH :
Novitriya Widiyawan
P.17420113023
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN SEMARANG
2015
1
KATA PENGANTAR
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan
pada anak yang menderita DBD. Penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk menyusun
makalah ini. Namun, makalah ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Semarang, Januari 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL......................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................4
Rumusan Masalah...........................................................................................5
Tujuan Masalah...............................................................................................5
BAB II KONSEP TEORI
Definisi............................................................................................................6
Etiologi............................................................................................................6
Manifestasi klinis............................................................................................6
Discharge planning.........................................................................................7
Patofisiologi....................................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian.......................................................................................................10
Diagnosa keperawatan....................................................................................10
Intervensi........................................................................................................10
Implementasi...................................................................................................14
Evaluasi...........................................................................................................16
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan.....................................................................................................17
Saran...............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau juga dikenal
dengan demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat Indonesia. Hal ini di dukung oleh data-data berikut ini :
Sejak ditemukan kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, angka
kejadian penyakit DBD meningkat dan menyebar ke seluruh daerah kabupaten di
wilayah Republik Indonesia.
Pada pengamatan selama kurun waktu 20-25 tahun sejak awal ditemukan kasus
DBD, angka kejadian luar biasa penyakit DBD diestimasikan setiap 5 tahun dengan
angka kematian tertinggi pada tahun 1968 (awal ditemukannya kasuss DBD) dan
angka kejadian tertinggi pada tahun 1988.
Angka kematian kasus DBD masih tinggi, terutama penderita DBD yang datang
terlambat dengan derajat IV.
Vektor penyakit DBD nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus masih
banyak dijumpai di wilayah Indonesia.
Kemajuan tekhnologi dalam bidang transportasi disertai mobilitas penduduk
yang cepat memudahkan penyebaran sumber penularan dari satu kota ke kota yang
lain.
Selama awat tahun epidemic pada setiap negara, penyakit DBD kebanyakan
menyerang anak-anak dan 95% kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15
tahun walaupun kasus DBD pada usia dewasa juga ikut meningkat. Virus tersebut
menyerang kelompok umur 5-9 tahun, 10-15 tahun, dan 15-44 tahun dalam arti
penyakit ini banyak menyerang kelompok masyarakat yang mempunyai potensi
dalam pembangunan. Selain menjadi penyakit epidemic, DBD juga turut menjadi
penyumbang terbesar akibat kematian anak di Indonesia.
Asuhan keperawatan anak dengan DBD adalah salah satu pelayanan kesehatan
yang diperkirakan dapat menurunkan angka kematian anak. Selain itu, perlu
diadakannya system rujukan yang efektif yang dapat mengurangi angka kematian
yang disebabkan oleh penyakit endemic tersebut. Dengan adanya tingkat
4
terserang penyakit ini yang masih cukup tinggi merupakan tantangan bagi tenaga
kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang komperhensif dan
memuaskan agar dapat menurunkan angka kematian yang terjadi. Dari dasar
tersebut di atas sehingga penulis timbul ketertarikan untuk lebih mencermati
masalah epidemiologi DBD yang sering terjadi pada anak.
1.2 Rumusan Masalah
Apa definisi dari DBD?
Bagaimana perjalanan penyakit DBD?
Bagaimana manifestasi klinis dari DBD?
Bagaimana asuhan keperawatan anak yang terserang DBD?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengerti tentang pentingnya asuhan keperawatan anak
dengan masalah gangguan hematologi khususnya pada anak dengan penyakit
DBD.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada anak yang
terserang penyakit DBD
Mahasiswa mampu menegakan diagnosa berdasarkan daftar masalah yang telah
didapatkan setelah melakukan anamnesa
Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan dengan tujuan SMART
Mahasiswa mampu melakukan implementasi dari tindakan yang telah
direncanakan
Mahasiswa mampu memberikan evaluasi setelah melakukan tindakan
keperawatan
5
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Definisi
Demam dengue(DF), dengue haemorrhagic fever (DHF), atau demam berdarah
degue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leucopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue
(dengue shock syndrome/DSS) adalah DBD ayngditandai dengan renjatan/syok.
(Sudoyo Aru,dkk 2009)
Penyakt demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue I, II, III, IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. (Soegeng Soegiyanto,2006)
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. (Suriadi,2001)
2.2 Etiologi
Virus dengue sejenis arbovirus. Virus dengue termasuk genus Flavivirus,
keluarga Flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Keempat macam virus tersebut dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia dengan DEN-3 sebagai serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotype
tersebut akan menimbulkan antibody terhadap serotype yang bersangkutan, namun
tidak menutup kemungkinan untuk bisa terjangkit lagi dengan serotype yang lain.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue bahkan dapat terserang oleh 3-4
serotype dalam hidupnya. (Sudoyo Aru,dkk 2009)
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan perdarahan baik yang timbul
secara spontan maupun setelah uji tourniquet.Untuk menegakkan diagnosis klinis
6
DBD, WHO (1986) menentukan beberapa patokan gejala dan laboraturium sebagai
berikut :
Gejala klinis
1) Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari
2) Manifestasi perdarahan
Uji tourniquet positif
Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, dan melena
3) Hepatomegali
4) Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun (<20mmHg) atau
nadi tak teraba, kulit dingin, ansietas
Laboraturium
1) Trombositopeni (<100.000 sel/ml)
2) Hemokonsentrasi (kenaikan Ht 20% dibandingkan fase konvalesen)
WHO juga membagi dejarat DBD (1986) sebagai berikut :
Derajat I : Demam dan uji tourniquet positif
Derajat II : Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya di kulit, dan
atau perdarahan lainnya
Derajat III : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali, dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi
yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi
disertai ekstremitas dingin dan ansietas.
Derajat IV : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan tekanan
darah tak terukur).
Adanya renjatan disertai Ht yang tinggi dan trombositopeni menyokong
diagnosis DBD atau DBD dengan renjatan (dengue shock syndrome/DSS).
2.4 Discharge Planning
1. Minum yang cukup, diselingin minuman sari buah-buahan (tidak harus jus
jambu saja) dan hitung input output cairan
7
2. Upayakan untuk istirahat yang cukup
3. Untuk perlindungan gunakanlah obat anti nyamuk yang mengandung DEET saat
mengunjungi tempat endemic dengue
4. Cegah perkembangbiakan nyamuk dengan melakukan gerakan 3M+
5. Kenali tanda dan gejala penyakit DBD
6. Buang sampah pada tempatnya
7. Jangan memberikan sembarang obat pada pasien DBD (seperti asetosal, aspirin,
antiinflamasi nonsteroid karena potensial mendorong terjadinya perdarahan)
8. Melakukan pemberantasan jentik nyamuk dengan abate
2.5 Patofisiologi
8
Arbovirus (melalui gigitan Aedes aegypti)
Beredar dalam aliran darah
Infeksi virus dengue (viremia)
Mengaktifkan system komplemen
Membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a
PGE2 Hipothalamus
hipertermiPeningkatan reabsorbsi Na dan H2O
Permeabilitas membrane meningkat
Agregasi trombosit
Kerusakan endotel pembuluh darah
Resiko syock hipovolemik
trombositopeni Merangsang dan mengaktifasi factor pembekuan
Renjatan hipovolemik dan hipotensi
DICperdarahan Kebocoran plasmaPerfusi jaringan tidak efektif
Hipoksia jaringan
Asidosis metabolik
Resiko Syock Hipovolemik
Kekurangan Volume Cairan
Ke ekstravaskuler
Paru-paru hepar abdomen
Efusi pleuraKetidakefektifan pola nafas
Penekanan intra abdomen
hepatomegali
ascites
Mual, muntah
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Keterangan :
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks-kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi
system komplemen. Akibat aktifasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,
dua peptide yang melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat
sebagau factor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopeni, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya
factor koagulasi (protrombin, factor V,VII,IX,X dan fibrinogen) merupakan
factor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DBD.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopeni, dan diathesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Nilai Ht meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami
hypovolemik. Apanila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis
metabolic hingga kematian.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Kaji riwayat keperawatan pada anak
Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda-tanda perdarahan, mual muntah,
tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, dan harus diwaspadai
jika terjadi tanda-tanda adanya renjatan (denyut nadi cepat dan lemah,
hipotensi, kulit dingin dan lembab, terutama pada ekstremitas, sianosis,
gelisah, penurunan kesadaran).
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim muncul diantaranya sebagai berikut :
Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke
intravaskuler
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma darah
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
Perubahan proses keluarga b.d proses infeksi virus
Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue
Resiko perdarahan b.d penurunan factor-faktor pembekuan darah
(trombositopeni)
Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-otot
pernafasan, nyeri, hipoventilasi
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi
Kekurangan volume
cairan b.d pindahnya
cairan intravaskuler ke
intravaskuler
Anak menunjukkan
tanda-tanda
terpenuhinya
kebutuhan cairan
Observasi TTV paling sedikit
setiap 4 jam sekali
Monitor tanda-tanda
meningkatnya kekurangan cairan:
turgor tidak elastic, ubun-ubun
10
cekung, produksi urine menurun
Observasi dan catat intake dan
output
Berikan hidrasi yang adekuat
sesuai dengan kebutuhan tubuh
Monitor nilai laboraturium:
elektrolit darah, Bj urin, serum
albumin
Berikan hidrasi yang adekuat
sesuai dengan kebutuhan tubuh
Pertahankan intake dan output
uang adekuat
Monitor dan mencatat berat
badan
Monitor pemberian cairan
melalui intravena setiap jam
Kurangi kehilangan cairan yang
tidak terlihat (IWL)
Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
b.d kebocoran plasma
darah
Anak menunjukkan
tanda-tanda perfusi
jaringan perifer yang
adekuat.
Kaji dan catat TTV (kualitas dan
frekuensi denyut nadi, tekanan
darah, capillary refill).
Kaji dan catat sirkulasi pada
ekstremitas (suhu, kelembaban,
warna)
Nilai kemungkinan terjadinya
kematian jaringan pada
ekstremitas seperti dingin, nyeri,
pembengkakan kaki
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
intake nutrisi yang
Anak menunjukkan
tanda-tanda
kebutuhan nutrisi
yang adekuat.
Ijinkan anak untuk makan
makanan yang ditoleransinya,
rencanakan untuk perbaikan gizi
saat nafsu makannya mulai
11
tidak adekuat akibat
mual dan nafsu makan
yang menurun
kembali muncul
Berikan makanan yang disetai
dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan nualitas intake
nutrisi
Anjurkan kepada orang tua untuk
memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil namun sering
Timbang berat badan setiap
harinya pada waktu yang sama,
dan skala yang sama
Pertahankan kebersihan mulut
pasien
Jelaskan pentingnya intake nutrisi
yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit
Perubahan proses
keluarga b.d proses
infeksi virus
Keluarga
menunjukkan koping
yang adaptif.
Kaji perasaan dan persepsi orang
tua atau anggota keluarga
terhadap situasi yang penuh
stress
Ijinkan orang tua dan keluarga
untuk memberikan respon secara
panjang lebar, dan identifikasi
factor yang paling mencemaskan
keluarga
Identifikasi koping yang biasa
digunakan dan seberapa besar
keberhasilannya dalam mengatasi
keadaan
Tanyakan kepada keluarga apa
yang dapat dilakukan untuk
membuat anak/keluarga menjadi
12
lebih baik, dan jika
memungkinkan memberikan apa
yang diminta oleh keluarga
Penuhi kebutuhan dasar anak
(jika anak sangat tergantung
dalam beraktifitas)
Hipertermi b.d proses
infeksi virus dengue
Anak menunjukkan
tanda-tanda vital
dalam rentang
normal.
Ukur suhu anak
Ajarkan kepada keluarga untuk
mengukur suhu anak
Lakukan kompres dengan air
biasa
Tingkatkan intake cairan
Berikan terapi untuk menurunkan
suhu
Resiko perdarahan b.d
penurunan factor-faktor
pembekuan darah
(trombositopeni)
Anak tidak
mengalami
trombositopeni dan
terhindar dari resiko
perdarahan
Identifikasi penyebab perdarahan
Monitor ketat tanda-tanda
perdarahan setiap 4 jam
Monitor TTV ortostatik
Ambil sampel darah guna
pemeriksaan Hb dan Ht per 4 jam
lalu bandingkan dengan hasil
pemeriksaan sebelumnya
Kolaborasi dalam pemberian
produk darah (platelet atau fresh
frozen plasma)
Anjurkan anak untuk makan
makanan yang banyak
mengandung vitamin K
Ketidakefektifan pola
nafas b.d jalan nafas
terganggu akibat
spasme otot-otot
Anak mampu
bernafas secara
efektif.
Identifikasi penyebab
ketidakefektifan pola nafas
Atur posisi anak semifowler atau
beri bantal
13
pernafasan, nyeri,
hipoventilasi
Identifikasi pasien jika
diperlukan tindakan kolaborasi
pemberian oksigen
3.4 IMPLEMENTASI
1. Kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke
intravaskuler
Mengobservasi TTV paling sedikit setiap 4 jam sekali
Memonitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak
elastic, ubun-ubun cekung, produksi urine menurun
Mengobservasi dan mencatat intake dan output
Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Memonitor nilai laboraturium: elektrolit darah, Bj urin, serum albumin
Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Mempertahankan intake dan output uang adekuat
Memonitor dan mencatat berat badan
Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (IWL)
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d kebocoran plasma darah
Mengkaji dan mencatat TTV (kualitas dan frekuensi denyut nadi,
tekanan darah, capillary refill).
Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas (suhu, kelembaban,
warna)
Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas
seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun
Mengijinkan anak untuk makan makanan yang ditoleransinya,
merencanakan untuk perbaikan gizi saat nafsu makannya mulai kembali
muncul
Memberikan makanan yang disetai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan nualitas intake nutrisi
14
Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan
teknik porsi kecil namun sering
Menimbang berat badan setiap harinya pada waktu yang sama, dan skala
yang sama
Mempertahankan kebersihan mulut pasien
Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan
penyakit
4. Perubahan proses keluarga b.d proses infeksi virus
Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga
terhadap situasi yang penuh stress
Mengijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara
panjang lebar, dan mengdentifikasi factor yang paling mencemaskan
keluarga
Mengidentifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar
keberhasilannya dalammengatasi keadaan
Menanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat
anak/keluarga menjadi lebih baik, dan jika memungkinkan memberikan
apa yang diminta oleh keluarga
Memenuhi kebutuhan dasar anak (jika anak sangat tergantung dalam
beraktifitas)
5. Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue
Mengukur suhu anak
Mengajarkan kepada keluarga untuk mengukur suhu anak
Melakukan kompres dengan air biasa
Meningkatkan intake cairan
Memberikan terapi untuk menurunkan suhu
6. Resiko perdarahan b.d penurunan factor-faktor pembekuan darah
(trombositopeni)
Mengidentifikasi penyebab perdarahan
Memonitor ketat tanda-tanda perdarahan setiap 4 jam
Memonitor TTV ortostatik
15
Mengambil sampel darah guna pemeriksaan Hb dan Ht per 4 jam lalu
bandingkan dengan hasil pemeriksaan sebelumnya
Berkolaborasi dalam pemberian produk darah (platelet atau fresh frozen
plasma)
Menganjurkan anak untuk makan makanan yang banyak mengandung
vitamin K
7. Ketidakefektifan pola nafas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-
otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi
Mengidentifikasi penyebab ketidakefektifan pola nafas
Mengatur posisi anak semifowler atau beri bantal
Mengidentifikasi pasien jika diperlukan tindakan kolaborasi pemberian
oksigen
3.5 EVALUASI
Tindakan keperawatan dinyatakan berhasil jika pada klien berhasil dicapai
tujuan keperawatan berupa :
1. Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
2. Anak menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat.
3. Anak menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.
4. Keluarga menunjukkan koping yang adaptif.
5. Anak menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal.
6. Anak tidak mengalami trombositopeni dan terhindar dari resiko perdarahan
7. Anak mampu bernafas secara efektif.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan sering menyerang anak-anak. DBD telah menjadi
penyakit epidemi dan terbagi menjadi 4 derajat menurut gejala yang dialami
oleh pasien. DBD mampu disembuhkan dengan penanganan yang tepat,
cepat, dan sessuai namun juga mampu menjadi penyakit yang mematikan
jika tidak ditangani dengan baik.
4.2 Saran
Diharapkan untuk ke depannya angka kejadian DBD dapat diturunkan
terutama yang menyerang usia anak. Diharapkan anak yang sudah terjangkit
DBD pun bisa mendapatkan penanganan yang baik sehingga dapat terolong
serta bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang komperhensif dan memuaskan agar dapat mmenghindari
kematian karena DBD.
17
DAFTAR PUSTAKA
Soegijanto,Soegeng.2006.Demam Berdarah Dengue.Airlangga University Press.
Surabaya
Soerdarmo, Sumarmo Sunaryo Poorwo. 1988. Demam Berdarah (Dengue) pada Anak.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Amin, Hardhi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Media Action Publishing,Yogyakarta
Suriadi. Yuliani, Rita. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. PT Fajar Interpratama.
Jakarta
Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Jakarta
18