Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DENPASAR SMART ORANGE ECONOMY
DALAM MULTI PERSPEKTIF
BAPPEDA KOTA DENPASAR
Denpasar, 2017
Editor:
I Gusti Wayan Murjana Yasa
Sampul Depan:
Patung Catur Muka dan Canang Sari
Design/Lay Out: Mandra, Kt
(MDR)
Diterbitkan oleh:
SWASTA NULUS
Jl. Tukad Batanghari VI.B No. 9 Denpasar-Bali
Telp. (0361) 241340
Email: [email protected]
Cetakan Pertama:
20172017, viii + 413 hlm, , xviii + 186, 16 x 24 cm16 x 24 cm
ISBN xxxxxxxxxxxxx
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta Pasal 2 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana Pasal 72 1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49
Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terbit sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Om Swastyastu
Komitmen Pemerintah Kota Denpasar dalam pengembangan dan pemberdayaan
aktivitas ekonomi secara kreatif berbasis budaya unggul ditunjukkan dengan dicanangkannya
Denpasar sebagai kota kreatif sejak tahun 2010. Secara konseptual pengembangan kreatifitas
berbasis budaya unggul yang disebut dengan oranye ekonomi digagas, dikonseptualisasikan,
disosialisasikan dan diimplementasikan dalam masyarakat. Sejatinya sebagai masyarakat
dengan adat istiadat yang kuat dan beragam implementasi oranye ekonomi pada masyarakat
Kota Denpasar sudah terjadi sejak lama, terbukti dari berkembangkanya berbagai produk
kerajinan dengan ciri dan karakteristik yang mencerminkan jati diri adat dan budaya seperti
berbagai produk dari logam (misalnya kris), berbagai produk tenun serta berbagai produk dari
kayu. Berbagai produk tersebut yang berkembang dan dikembangkan merupakan produk-
produk kreatif berjati diri yang menjadi tren pada pasar global. Pada gilirannya produk-produk
kreatif berjati diri ini yang berkembang dan dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat sekaligus juga menjadi produk kreatif sebagai
alat diplomasi kebudayaan ditingkat internasional. Buku yang memuat berbagai artikel
mengenai oranye ekonomi ini di maksudkan untuk mempertajam konseptualisasi
implementasi yang lebih terukur terkait dengan telah dicanangkannya smart heritage city di
Kota Denpasar yang meliputi smart economy, smart living, smart governance, smart mobility
dan smart environment ditambah dengan unsure spesifik Kota Denpasar dalam smart city
yaitu smart filosophi dan smart creativity. Sebagai kota yang memiliki komitmen tinggi dalam
pengembangan adat dan budaya buku ini juga memuat satu tulisan yang khusus bagaimana
smart heritage city terimplementasi pada desa pakraman. Tulisan tersebut merupakan
rangkaian dari masing-masing keahlian kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota
Denpasar sesuai dengan bidang keahliannya. Berbagai tulisan ini diharapkan dapat
mempertegas komitmen Pemerintah Kota Denpasar dalam pengembangan kota kreatif
berwawasan budaya dan smart heritage city baik dari sisi kebijakan, pendekatan konseptual
dan implementasi yang lebih terukur. Secara lebih spesifik artikel dari kelompok Ahli
Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar tersebut menekankan pada beberapa hal sebagai
berikut.
Sebagai pembuka, I Wayan Geriya menyebutkan Konstruksi Model Unity In Diversity
Melalui Sinergi Konsep Orange Economy dan Tipologi Kota UNESCO Menuju Kelestarian dan
Kebahagiaan terispirasi dari Model Unity in Diversity tentang konsep Bhinneka Tunggal Ika di
tengah keragaman masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang mampu merawat persatuan
dan kesatuan bangsa menuju tujuan kehidupan yang mensejahterakan dalam keragaman
secara berkelanjutan. Orange Economy yang tengah berkembang dan dikembangkan di Kota
tipologi Kota UNESCO (Kota Sastra, Kota Fashion, Kota Musik, Kota Gastronomi, Kota
Kerajinan) yang hidup berkembang maju berbasis kearifan lokal merupakan representasi
Diversity, keragaman dengan spesifikasi berbasis potensi lokal dan peluang nasional serta
internasional.
Selanjutnya, untuk lebih membumikan konseptual dan implementasi oranye
ekonomi secara lebih terukur I Gusti Wayan Murjana Yasa memaparkan Ekosistem Oranye
Ekonomi. Tulisan ini berawal dari ekonomi dunia saat ini telah masuk kategori perkembangan
ekonomi tahap keempat yang sering disebut sebagai ekonomi kreatif. Orange economy
merupakan grup berbagai aktivitas berkaitan yang ide-idenya ditransformasi ke dalam barang
dan jasa bernilai budaya, yang ditentukan oleh kekayaan intelektual yang didalamnya
terangkum dalam suatu ekosistem orange economy yang mendukung program Smart orange
economy berwawasan budaya unggul di Kota Denpasar. Sinergitas di dalam program dan
aktivitas masing-masing oranye ekonomi akan mengakselerasi dan sekaligus meningkatkan
produktivitas serta nilai tambah ekonomi dalam penguatan rantai nilai yang lebih
berkeadilan.
I Wayan Norken yang menulis tentang Orange Economy dalam Perspektif Smart
Governance. Pada intinya menyebutkan dalam era ekonomi kreatif, sistem “triple helix”
menjadi payung yang menghubungkan antara Cendekiawan (Intellectuals), Bisnis (Business),
dan Pemerintah (Government) dalam kerangka bangunan ekonomi kreatif dan didukungan
pemerintah sebagai katalisator, fasilitator dan advokasi dalam mengembangkan ekonomi
kreatif tidak selamanya dukungan itu haruslah berupa bantuan finansial, insentif ataupun
proteksi, tetapi dapat juga berupa komitmen pemerintah untuk menggunakan kekuatan
politiknya dengan proporsional dan dengan memberikan pelayanan administrasi publik
dengan baik lewat program Smart Government melalui media E-Government untuk
meningkatkan kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
I Wayan Ramantha dalam tulisannya yang berjudul Orange Economy Dalam
Perspektif Smart Living. Memaparkan bahwa Orange Economy sebagai industri yang
mengkombinasikan kreasi, produksi, serta komersialisasi konten kreatif yang tak berwujud
dan alam kebudayaan yang menjadikan industri kultural dan kreatif sebagai orange ekonomi
yang menyejahterakan masyarakat secara berkelanjutan, harus menjaga ekosistem agar
tetap seimbang. Sebagai upaya perwujudan pembangunan Kota Denpasar yang Smart-Living,
maka keberlanjutan pembangunan harus ditopang dengan keterpaduan antar beberapa pilar,
yakni keberlanjutan pembangunan dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan budaya.
konsep dan indikator pembangunan masyarakatnya yang bahagia demi tercapainya
kebahagiaan, kemakmuran, keamanan dan kenyamanan dalam pengembangan smart city
yang berbasis smart living secara berkelanjutan dan berkeadilan.
Orange Economy dalam Persfektif Smart Environment and Natural Resources yang
dikemukakan oleh Indayati Lanya yang isinya memuat tentang Denpasar sebagai Smart
Heritage City berkomitmen akan mengembangkan orange economy sebagai pusat ekonomi
yang berbasis budaya yang bertumpu pada ekonomi kreatif dalam meningkatkan pengolahan
sumber daya alam dan lingkungan seperti pengolahan pantai, subak dan pasar tradisional
secara cerdas dan berkesinambungan.
Selanjutnya I Nyoman Widana Negara memaparkan dalam tulisannya mengenai
Orange Economy dalam Perspektif Smart Mobility menyebutkan mobilitas cerdas dalam
orange ekonomi adalah kreativitas dan inovasi pemecahan masalah transportasi melalui
program dan kegiatan yang berkelanjutan. Berbagai metode atau pendekatan dalam
pemecahan masalah transportasi kota salah satunya adalah manajemen mobilitas atau
Travel Demand Management (TDM). Solusi pintar (smart) dalam pemecahan masalah
transportasi kota Denpasar adalah dengan study yang comprehensive, didahului dengan
Study Trasnportasi Kota Denpasar, dimana hasil study berupa paket program dan kegiatan
yang intergrasi antar OPD agar berjalan secara berkelanjutan.
Secara komprehensif Putu Rumawan Salain dalam tulisannya yang berjudul Orange
Economy dalam Perspektif Smart People memaparkan bahwa pada era saat ini memilih dan
menerapkan Orange Economy atau ekonomi yang berlandaskan budaya adalah suatu
keputusan cerdas oleh masyarakat yang cerdas. Selanjutnya penduduk di Kota Denpasar
harus selalu berpikir, bertindak cerdas dalam bingkai ekonomi berbasis budaya dalam
menghadapi ketatnya arus perubahan “satu dunia” agar tidak tergerus oleh beragam
perubahan. Modal sosial dan budaya yang merupakan aset kota Denpasar menjadi titik tolak
keberlanjutan pembangunan di Kota Denpasar.
I Gusti Putu Anindya Putra dalam tulisannya yang berjudul: Orange Economy dalam
Perspektif Smart Creativity memaparkan bahwa kreatifitas dapat mendukung pembangunan
kota, dengan jalan mendorong beberapa potensi unggulan yang masuk dalam sub sektor
ekonomi kreatif untuk dapat berperan lebih besar melalui kurasi kualitas produk, kemasan,
dan capacity building pada para pelaku kreatif akan memberikan ruang lebih besar pada
kelompok potensi unggulan yang belum memberikan kontribusi signifikan kepada
pembangunan dengan peningkatan kapasitas produk, kemasan, permodalan, dan promosi.
Dari adanya kreatifitas terhadap pembangunan kota adalah pengembangan inovasi yang
dapat mengintegrasikan lebih dari satu sub sektor kreatif, munculnya komunitas dan tempat
beraktifitas kreatif sebagai dampak positif.
Sebagai pemungkas I Made Mudra mengaitkan Orang Economy dalam Perspektif
Keberpihakan pada Lembaga Tradisional (Desa Pekraman). Menurutnya Desa Pekraman/Desa
Adat harus dijadikan sebagai pengembangan kebudayaan Bali juga harus sebagai wahana
untuk menjadikan program-program pembangunan dari Bali baik yang berskala lokal maupun
nasional sebagai benteng dari kebudayaan Bali. Dengan keberadaannya tersebut
diperlukannya penguatan dan pengembangan sumber daya manusia (krama) Desa
Pakraman/Desa Adat dengan cara memberikan pembinaan kelembagaan dan penguatan
perekonomian berdasarkan kerangka dasar agama hindu (Tatwa, Upakara dan Susila). Orange
economy juga telah diperkenalkan oleh Pemerintah Kota Denpasar dengan berbasis budaya
lokal sehingga akan memberikan prioritas dan ruang dalam pembangunan ekonomi berbasis
Desa Pakraman/Desa Adat.
Penghargaan dan ucapan terima kasih disampaikan kepada Pemerintah Kota
Denpasar kepada Bapak Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, wakil
walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jayanegara, Bapak Sekda I Gusti Rai Iswara serta seluruh
jajaran Pemerintah Kota Denpasar yang telah memberi ruang dan kesempatan sehingga
memungkinkan beragam pemikiran yang dibingkai dalam oranye ekonomi dalam multi
perspektif ini dapat diselesaikan. Mudah-mudahan dapat menjadi pedoman bagi kita semua
dalam melaksanakan tugas-tugas khusunya yang terkait dengan pengembangan aktivitas
ekonomi yang berbasis pada kreatifitas dan ekonomi cultural dalam upaya mendukung dan
menajamkan implementasi Denpasar Smart City, Denpasar Kota Pusaka, Denpasar Kota
Kompeten dan Denpasar Kota Hijau.
Om Shantih, Shantih, Shantih Om
Denpasar, 5 Oktober 2017
Editor
I Gusti Wayan Murjana Yasa
Om Swastyatu,
Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa,
buku Bunga Rampai Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar dengan
judul Denpasar Smart Orange Economi dalam Multi Perspektif dapat terbit sebagai suatu
karya ilmiah yang menginspirasi. Hadirnya buku ini memiliki momentum yang sangat
tepat ditengah-tengah berbagai upaya yang dilakukan dalam penguatan jati diri bangsa
termasuk juga pengembangan ekonomi sebagai basis persaingan di era global.
Orange economy yang merupakan perpaduan antara ekonomi kreatif dan ekonomi
cultural yang memiliki nilai tambah tinggi berbasis ilmu pengetahuan ditunjang oleh
perkembangan teknologi informasi diharapkan semakin mengokohkan basis ekonomi.
Denpasar sebagai barometer perkembangan ekonomi Bali juga semakin menguatkan diri
dengan mengembangkan kreatifitas yang berbasis budaya unggul untuk pengembangan
produk-produk kreatif yang bernilai tambah. Penguatan ini menjadi landasan penting
ditengah-tengah berkembangnya konsumerisme dan komersialisasi yang melanda
perekonomian Bali dengan demikian diharapkan pengembangan oranye ekonomi
sebagai perpaduan kreatifitas dan ekonomi cultural mengingatkan kita semua akan
pentingnya pengembangan moral dan etika dalam berekonomi.
Pengembangan dan penguatan orange economy merupakan bagian penting dari
program smart heritage city yang telah digulirkan pemerintah Kota Denpasar dalam
mengakselerasi kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat. Pengembangan orange
ekonomi sebagai ekonomi pusaka juga diharapkan saling menguatkan antara pusaka
alam, budaya dan suajana dengan aspek-aspek ekonomi.
Hadirnya buku bunga rampai ini selain diharapkan dapat menguatkan aspek
konseptual pengembangan oranye ekonomi juga diharapkan semakin implementatif dan
terukur sehingga dapat menjadi pedoman masing-masing stakeholders dalam
pengambilan keputusan dalam pengembangan ekonomi. Selain itu buku ini diharapkan
menjadi bahan komunikasi antar berbagai stakeholders dalam rangka membangun
komitmen bersama untuk masyarakat khususnya masyarakat Kota Denpasar yang
semakin cerdas, sejahtera dan bahagia.
Akhirnya semoga buku dengan ide-ide cerdas ini mampu aplikatif dan menginspirasi
bagi pengembangan semangat inovasi masyarakat Denpasar kreatif, serta mendorong
tampilnya Kota Denpasar sebagai jembatan peradaban.
Om Shantih, Shantih, Shantih Om
Denpasar, 5 Oktober 2017
IB. Rai Dharmawijaya Mantra
Om Swastyatu,
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, buku Bunga
Rampai Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar ke XVIII, tahun 2017 hadir
ditengah kita. Buku Kelompok Ahli ini terbit setiap tahun secara keberlanjutan (2000-2017)
dan tahun ini mengangkat judul: Denpasar Smart Orange Economy dalam Multi Perspektif.
Kami mengapresiasi kehadiran buku ini: pertama, relevan dengan dinamika actual Kota
Denpasar sebagai representative Kota Pusaka, Kota kreatif dan Kota cerdas yang eksis
secara sinergis dalam citra dan realita; kedua, urgen terkait dengan ekspektasi masyarakat
Kota Denpasar yang ingin terus bergerak maju menuju peningkatan kesejahteraan dan
kebahagian; ketiga, penguatan Kota Denpasar sebagai salah satu anggota jaringan
Organization of World Heritage City (OWHC); keempat, lahirnya Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan menjadi bukti bahwa
betapa pentingnya Kebudayaan bagi pemerintah, bukan hanya sebagai identitas belaka
namun juga dapat menjadi aset meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya.
Denpasar sebagai Kota Pusaka telah tumbuh dan berkembang dalam akar sejarah yang
panjang dengan kekayan dan keragaman pusaka alam, budaya dan saujana. Denpasar
sebagai Kota kreatif telah membangun linkage konstruktif antara basis budaya unggulan
dengan delapan belas sektor ekonomi kreatif dan Denpasar sebagai kota cerdas atau smart
city telah bergerak dalam enam domain kota cerdas yang mencangkup: smart governance,
smart economy, smart environment, smart mobility, smart people, sampai smart living dan
khsus untuk Kota Denpasar ditetapkan dua domain lagi yaitu smart philosofi dan smart
kreativiti. Sinergi ketiganya sedang direncanakan melalui roadmap yang holistic, integrative
dan aplikatif menuju Denpasar yang lebih sejahtera dan bahagia di tengah komunikasi
berskala nasional, regional dan global.
Harapan kami semoga buku ini menginspirasi, mengembangkan wawsan dan aplikatif
secara terstruktur, terukur dan bermakna. Kami menyampaikan penghargaan dan ucapan
terimakasih kepada Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar atas dedikasi,
kerja kreatif dalam kebersamaan untuk memajukan dan memuliakan Kota Denpasar.
Om Shantih, Shantih, Shantih Om
Denpasar, 5 Oktober 2017
Drs. Ida Bagus Subrata, MM
Pembina Utama Madya
NIP. 19591231 198610 1029
Om Swastyastu,
Rasa syukur, ucapan terima kasih, disertai lantunan puja dan puji kehadapan Ida Sang
Hyang Widhi Washa atas berbagai karunia dan kenikmatan yang telah diberikan dalam
setiap celah ruang dan waktu sehingga buah pikir yang di cita-citakan oleh Kelompok Ahli
dapat terwujud sebagai puncak karya di tahun 2017 ini.
Buku Bunga Rampai dari Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota Denpasar
merupakan persembahan ke 18 ini merupakan buku edisi kedua sejak Bapak Rai Mantra
dan Jayanegara menjabat sebagai walikota dan wakil walikota Denpasar. Program yang
ditawarkan ketika masa kampanye sudah mulai bergulir berbarengan dengan
perubahan/pengembangan organisasi, dahulu disebut SKPD kini dikenal OPD. Bahkan
bersamaan dengan itu ada beberapa pimpinan OPD yang pensiun dan juga ada yang masih
PLT. Dinamika tersebut mengharuskan semua pihak harus berkonsentrasi untuk kerja,
berkoordinasi, tukar menukar informasi, memupus ego sektoral dengan spirit pada
kesinambungan pembangunan dari dimensi kultural-lingkungan-sosial/budaya. Sehingga
penduduk merasa terlayani, terlindungi, menyejahtera, dan nyaman.
Fenomena yang berlangsung di Kota Denpasar akhir-akhir ini adalah menguatnya
wacana Smart City, Heritage City, dan Orange Economy. Ketigatiganya sama-sama
bermuara pada pembangunan berkelanjutan. Konsepnya adalah membangun Orange
Economy diatas landasan Heritage City dan Smart City. Oleh karenanya Kelompok Ahli
Pembangunan Kota Denpasar memilih dan menetapkan Orange Economy sebagai topik
bahasan yang sangat relevan dengan potensi Kota Denpasar. Kuatnya sinyal Orange
Economy atau Ekonomi Kebudayaan ataupun Ekonomi Kreatif untuk meningkatkan
pembangunan Kota Denpasar yang jauh dari potensi sumber daya alam,
menjadikannya harus di dekonstruksi, dicari benang merahnya. Melimpahnya
kemampuan kreativitas masyarakat yang bersumber dari adat dan kebudayaan
masyarakat kota, diyakini merupakan sumber daya yang tidak pernah habis selama
ideologi yang ada dalam pikiran mereka masing-masing tidak berpindah kelain hati.
Persoalan Orange Economy merupakan persoalan baru yang belum begitu dikenal,
padahal perannya layak dijadikan pilihan yang sangat signifikan bagi kota/kabupaten
ataupun negara yang memiliki potensi budaya dan menumbuhkan daya saing, daya juang,
dan tentunya inovasi. Oleh karenanya Kelompok Ahli Pembangunan Pemerintah Kota
Denpasar memandang bahwa Kebudayaan merupakan dasar inspirasi pembangunan
terutama di bidang Ekonomi. Lahirnya Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan menjadi bukti bahwa betapa pentingnya
Kebudayaan bagi pemerintah, bukan hanya sebagai identitas belaka namun juga dapat
menjadi aset meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Dengan latar belakang
tersebut disusunlah buku berthema “Orange Economy Di Kota Denpasar Dalam Multi
Perspektif”.
Masing-masing tulisan dari Kelompok Ahli ini dilandasi oleh kompetensi ke ilmuannya
serta berbagai pengalaman yang dilampauinya. Tulisan ini merupakan sumbangan awal
sebagai pemicu bahwa apa yang akan dihadapi bersama dan bagaimana
menanggulanginya tanpa tercerabut dari akar budaya dan identitas adalah suatu yang
wajib diupayakan bersama. Diperlukan tindakan lanjutan yang lebih mendalam, rinci,
terhubung, ataupun ketergantungan dalam bentuk riset, loka karya, atau bahkan
membuat cetak biru sebagai Guide Lines Orange Economy, juklak dan juknis, institusi dan
regulasinya. Kajian singkat ini ditulis dalam tataran konsepsual-perspektiffenomenal
hasilnya belumlah membumi. Kebenaran dari análisis ini hanyalah waktu yang akan
menjawabnya. Oleh karenanya saran dan kritik ke arah perbaikan sangat diharapkan.
Selamat dan terima kasih disertai dengan penghargaan disampaikan kehadapan
Walikota, Bapak Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dan Wakil Walikota, Bapak I Gusti
Ngurah Jayanegara beserta seluruh jajarannya, Rektor Universitas Udayana, Ibu
Prof.DR.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S (K), Ketua Bappeda Kota Denpasar, Bapak Drs. Ida Bagus
Subrata,MM beserta staf, serta semua pihak yang telah membantu dan bekerjasama sejak
menetapkan judul, pengumpulan data sampai dengan tersusunnya bunga rampai ini.
Buku berupa bunga rampai ini juga diniatkan sebagai persembahan dari Kelompok
Ahli Pembangunan kepada Pemerintah Kota Denpasar yang merayakan HUT yang ke XXVI
pada 2018 mendatang. Semoga visi Denpasar Kreatif Berwawasan Budaya Dalam
Keseimbangan Menuju Keharmonisan tercapai.
Om Shanti, Shanti, Shanti Om.
Denpasar, 5 Oktober 2017
Kelompok Ahli Pembangunan
Pemerintah Kota Denpasar
Ketua,
Putu Rumawan Salain
Daftar Isi
Pengantar Editor ------------------------------------------------------------ v
Sambutan Walikota Denpasar --------------------------------------------- xi
Sambutan Kepala Bappeda Kota Denpasar -------------------------------- xiii
Sambutan Ketua Kelompok Ahli Pembangunan
Pemerintah Kota Denpasar ------------------------------------------------ xv
Daftar Isi
1. Konstruksi Model Unity in Diversity Melalui Sinergi
Konsep Orange Economy dan Tipologi Kota UNESCO
Menuju Kelestarian dan Kebahagiaan -------------------------------- 1
I Wayan Geriya
2. Ekosistem Smart Orange Economy ----------------------------------- 11
I Gusti Wayan Murjana Yasa
3. Orange Economy Dalam Perspektif Smart Governance ------------- 29
I Nyoman Norken
4. Orange Economy Dalam Perspektif Smart Living -------------------- 53
I Wayan Ramantha
5. Orange Economy Dalam Perspektif Smart Environment
and Natural Resoursces ------------------------------------------------ 65
Indayati Lanya
6. Ekonomi dalam Perspektif Mobilitas Pintar
di Kota Denpasar ------------------------------------------------------ 85
I Nyoman Widana Negara
7. Orange Economy Dalam Perspektif Smart People
di Kota Denpasar ------------------------------------------------------- 105
Putu Rumawan Salain
8. Kreativitas Masyarakat dalam Mendukung Pembangunan Kota ----------------------------------------------------- 127
I Gusti Putu Anindya Putra
9. Orang Economy dalam Perspektif Smart Culture (Keberpihakan Pada Lembaga Tradisional/ Desa Pakraman) -------- 151 I
Made Mudra
EKONOMI DALAM PERSPEKTIF MOBILITAS
PINTAR DI KOTA DENPASAR
Oleh : I Nyoman Widana Negara
ABSTRAK
Masa lalu sampai sekarang kebijakan pembangunan infrastuktur transportsi berpihak
kepada angkutan pribadi, dampaknya kemecatan dan masalah transportasi kian rumit, moda
angkutan umum dan moda pejalan kaki serta bersepeda serta dampak lingkungan terabaikan.
Bapak Wali Kota Denpasar dalam berbagai pertemuan mengatakan salah satu masalah kota
adalah transportasi yang harus dicarikan jalan keluarnya.
Tinggalkan praktik instan dan trail and error dalam pemecahan transportasi, hasilnya
justru menambah masalah transportasi dan kreativitas dan inovasi OPD buntu, sekarang
lakukan pemecahan dengan pintar (smart) mulai dengan study comprehensive transportasi
kota Denpasar. Perspektif mobilitas pintar dalam orange ekonomi adalah kreativitas dan
inovasi pemecahan masalah transportasi melalui program dan kegiatan yang berkelanjutan.
Berbagai metode/ pendekatan dalam pemecahan masalah transportasi kota salah satunya
adalah manajemen mobilitas atau travel Demand Management (TDM). Konsep pemecahan
transportasi dengan pendekatan TDM sejalan Undangundang No. 22 tahun 2009 dan
RPJMNas Bappenas serta Perda No.27 Tuhun 2011 tentang RTRW kota Denpasar, Perda
No.16 Tahun 2009 Tentang RTRW provinsi.
Solusi pintar (smart) dalam pemecahan masalah transportasi kota Denpasar adalah
dengan study yang comprehensive, didahului dengan Study Trasnportasi Kota Denpasar,
dimana hasil study berupa paket program dan kegiatan yang intergrasi antar OPD, dampak
lainnya program kreatif dan inovasi OPD menjadi berkelanjutan.
Kata kunci : Mobilitas Pintar, kota Denpasar,TDM
1. PENDAHULUAN
Denpasar sebagai Ibu Kota Provinsi Bali dan sekaligus sebagai Pusat Kota
kawasan Metropolitan SARBAGITA yang tertuang dalam Perda Prov. No.9 tahun 2009
tentang RTRW Bali (Pemerintah Provinsi Bali, 2009). Luas cakupan wilayah SARBAGITA
1.754 Km2, jumlah penduduk mencapai 2.222.611 jiwa, dengan laju pertumbuhan
penduduk 1,44% pertahun (Bali Dalam Angka 2014). Sedangkan Kota Denpasar dengan
luas wilayahnya sekitar 12,778 km2 dengan jumlah penduduk 833.900 dan laju
perkembangan penduduk sekitar 2 % per tahun (Denpasar dalam Angka 2014). Luas
wilayah yang sempit dan terkosentrasi penduduk, kegiatan ekonomi menyebabkan
perubahan pada tata guna lahan kota sebagai indikasi adalah rasio ruang terbangun
diatas 60%. Infrastruktur transportasi kota Denpasar terdiri jaringan jalan sepanjang
565,2 Km terdiri dari jalan kota sebesar 563,1 Km (85,5%), Jalan Provinsi sebesar 42,84
km (6,5%) dan Jalan Nasional sebesar 50,58 Km (7,7%), (Denpasar Dalam Angka,2014).
Aspek fasilitas transportasi terdiri APILL sebanyak 57 unit dan Flashing 11 unit serta
rambu 3872 unit, pagar pengaman 2000 m, marka dan rambu lalu lintas, terminal
penumpang 3 unit, terminal barang 1 unit, sedangkan moda angkutan angkutan kota
(angkot) sebanyak tahun 2011 sebanyak 1047 unit dan pada tahun 2017 tersisa 300
unit (turun -70%), paratransit taxi, taxi daring, Gojek di kota Denpasar 4.075, (Dinas
Pehubungan Denpasar, 2010)
Perubahan fisik Kota, memicu masalah lain yaitu ketersesakan kota, pelayanan
umum, sampah, banjir, transportasi yaitu kemacaten, RTHK, kumuh dan kesehatan dan
pendidikan masyarakat kota. Dampak kebijakan keberpihakan terhadap angkutan
pribadi adalah angkutan umum bukan pilihan (choise) dengan indikasi jumlah moda
angkutan Angkutan Kota (angkot) saat ini tersisi hanya 300 unit (turun 70%) dengan
tingkat isian (loaf factor) antara 20-50%. Dipertegas Widana Negara (2010), hasil studi
memprediksi titik kemacetan pada ruas jalan dari 45% pada tahun 2004 meningkat
menjadi 75% pada tahun 2014 (DUTS, 1996), dan (PTS, 2000).
Kota Denpasar cukup aktif dalam mencari solusi permasalah transportasi yang
pelik baik berupa program dan kegiatan regular maupuan program inovasi merentang
inovasi pelayanan public KIR, dari sisi manajemen lalu lintas dan rekayasa berupa ATCS,
pengendalian persimpangan, sistim jalan satu arah (SSA) dan inovasi angkutan public
adalah Bus Sekolah upaya untuk menambah moda angkutan dan mobilitas kepeda
peserta didik di Kota Denpasar, serta car freeday.Namun upaya Inovasi Dinas
Perhubungan untuk mengatasi masalah transportasi belum memberikan hasil, sebab
program dan kegiatan belum hasil kajian/ study yang koprehensive dan pelaksanaan
masih lepas-lepas (islolated), belum terintegrasi, dampak lain program kraetivitas dan
inovasi setiap tahun mandek (buntu) dan sulit berkelanjutan (Widana Negara, 2015).
Tawaran pemecahan masalah transportasi perkotaan yang comprehensive
melalaui suatu kajian/ study transportasi; Martha Maulidia (2010)) dengan metode
multi pacet yaitu pemecahan maslah transportasi dengan 3 (tiga) jenjang / tingkat
meliputi penanganan di tingkat makro, meso maupun mikro. Undang-Undang No.22
tahun 2009 (Dep. Perhubungan, 2009), dengan teknik Manajemen dan rekayasa lalu
lintas pemecahan masalah transportasi kota dengan 5 (lima) strategi yaitu manajemen
prioritas, manajemen kendaraan tidak bermotor, manajemen kapasitas, manajemen
pembatasan dan manajemen transportasi berkelanjutan.Andre Broadus dkk (2009)
telah banyak meneliti di Negara Sedang Berkembang seperti Indonesia menawarkan
metode pemecahan masalah transportasi perkotaan dengan dengan 2 (dua) strategi
utama yaitu strategi dorong (push) dan strategi Tarik (pull) keduanya memiliki 4
(empat) sub strategi meliputi yaitu a) upaya peraturan dan upaya ekonomi, b) upaya
pisik/ teknis, c) upaya perencanaan dan perancangan dan d) upaya pendudkung.
Kota Denpasar harus mencari solusi secara pintar (smart) melakukan study
komprehensif didekati dengan Manajemen mobilitas (biasa juga disebut Manajemen
Permintaan Tranportasi atau TDM) adalah strategi yang menghasilkan penggunaan
sumber-sumber transportasi yang lebih effektif dan effisien untuk meningkatkan
mobilitas perjalanan masyarakat seperti di ungkap Widana Negara (2016).
Pada tulisan ini mengulas tentang teknik pemecahan masalah perkotaan
adalah dengan TDM dalam kaitan dan keselarasan dengan Undang-undang No. 22
Tahun 2009 (Dep. Perhubungan, 2009) dan peraturan Pemerintah Kota Denpasar dan
Pemerintah Provinsi.
2. ORANGE ECONOMIC DAN SMART MOBILITY
Felipe Buitrago Restrepo, dkk (2015) mengungkapkan Orange Economi,
mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai seluruh sektor yang barang dan jasanya
berdasarkan kekayaan intelektual, periklanan, arsitektur, kerajinan, desain, mode,
game, musik, penerbitan, penelitian dan pengembangan. Kemudian, perangkat lunak,
televisi, radio, seni visual dan pertunjukan (hlm. 15).Potensi ekonomi dari sektor
tersebut sangat menjanjikan.
UNESCO mendefinisikan orange economy sebagai industri yang mengkombinasikan
kreasi, produksi, serta komersialisasi konten kreatif yang tak berwujud dan alam
kebudayaan. Forum Budaya Dunia atau World Culture Forum (WCF) 2016 yang
diadakan di Nusa Dua, Bali, 11 hingga 13 Oktober lalu yang dihadiri oleh perwakilan
dari 47 negara, telah menandaskan kembali kebudayaan sebagai dasar inspirasi
pembangunan, terutama di bidang pendidikan dan ekonomi. Murjana (2016) dan
dipertegas Kausa (Bank Indonesia, 2016) Ekonomi kreatif atau disebut juga orange
economy akan memegang peranan penting dan strategis ke depan. Diyakini dengan
orange ekonomi mampu membangun daya saing berbasis inovasi dan potensi local.
Konsep ini dipertegas Mantan Menteri Pariwisata dan Indutri Kreatif
mengatakan "Go-Jek merupakan salah satu industri kreatif yang melakukan
penyesuaian dalam memberikan jasa transportasi menggunakan platform e-
commerce(Tempo medio Juni 2015) dan pandangan Abdun Nashir Transportasi butuh
Inovasi (2017), menyoroti antara angkutan umum konvensional dengan angkutan
daring (aplikasi) disebutkan dikota besar Indoenesia, Jakarta, bandung, Surabaya,
makasar , Kota di provisni Bali kahusus kota Denpasar begitu kompleknya masalah
angkutan kota (angkot) tidak mampu menjangkau tempat jauh dari jalan
utama,(covering area rendah), mahal, kurang nyaman ditambah setoran ke
perusahaan, tekanan harga BBM, perawatan terbatas, tidak ada komunikasi antara
penumang dengan pengemudi jauh kalah dibandingkan dengan angkutan daring
(online). Pada angkutan Daring (on line) dimana penumpang tingggal klik lewat Iphone/
Gadget dapat memonititor pergerakan kendaraan dengan tracking system melalui GPS
dengan biaya murah dan transparan. Kebutuhan angkutan daring (online), sekarang ini
didukung dengan perilaku konsumen/ penumpang relative “manja “menjadikan pilihan
moda golongan masyarakat menengah dan atas. Jadi kreatifitas dan inivosi angkutan
online (daring) memiliki value / nilai yang tidak dimuliki angkutan umum konvensional,
padahal model bisnis yang sama tetapi memilii perbedaan produk.
Ilustrasi diatas memberikan arahan jelas dalam kontak transportasi adalah tindakan
kreatif dan inovasi pada manajemen mobilitas untuk meningkatkan effesiensi baik
dibidang supply dan Demand pada lalu lintas sehingga tercipta lalu lintas yang nyaman,
aman, murah, ramah lingkungan serta berkelanjutan.
Salah satu unsur indicator kota pintar (smart city) adalah Salah satu mobilitas
pintar (smart mobility) adalah pengaturan sistim pemenuhan terhadap pergerakan
orang, barang dan manusia dengan cepat, nyaman, aman, ekonomis dan ramah
lingkungan. Widana Negara (2016) Konsep implementatif dan pencapian program aksi,
maka mobilitas pintar (smart mobility) memiliki 5 (lima) indikator yaitu a) Indikator-1
adalah kelengkapan infrastruktur yang terdiri jalan, jembatan terminal dan pelabuhan
dsb. Indikator-2 adalah pengembangan aliran sungai meliputi penanganan daerah
aliran sungai (DAS), normalisasi sungai, kualitas sungai, drainase, banjir, dsb. Indikator-
3 adalah peningkatan kualitas dan kuantitas air bersih; meliputi ketersediaan air,
cakupan pelayanan, kualitas pelayanan dsb, dan indikator-4 adalah pengembangan
perumahan dan permukiman, menyangkut Fasilitas sosial dan fasilitas umum,
kelayakan huni, penanganan lingkungan rumah kumuh serta indikator-5 adalah
transportasi umum meliputi unsur sistim transportasi, kelengkapan rambu, jenis dan
kualitas pelayanan moda angkutan dan manajemen lalu lintas. Ketersediaan
sarana/prasarana transportasi dan infrastruktur yang memadai akan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.
Inti dari pergerakan untuk pemenuhan kebutuhan adalah aksesibilitas dan
mobilitas, sistem pergerakan yang baik adalah sistem dengan tingkat aksesibilitas yang
tinggi dan dengan mobilitas yang juga tinggi.Namun tingkat aksesibilitas dan mobilitas
yang tinggi saja tidak cukup untuk mengatakan suatu sistem pergerakan cerdas, sistem
pergerakan cerdas (smart) adalah system pergerakan yang meminimalisir pergerakan
itu sendiri.
3. MANAJEMEN MOBLITAS PERJALANAN ALTERNATIF SOLUSI MASALAH KOTA
3.1 Tatangan Pertumbuhan Lalu Lintas Negara Berkembang
Pada abad ke 21 ini hampir sebagain besar kota Dunia dan Indonesia
mengalami masalah transportasi baik berupa kemaceten dan lingkungan akibat
kendaraan bermotor. Kasus ini juga menimpa kota-kota provinsi Bali, khususnya
kawasan Sarbagita dan Denpasar sebagai pusat kota.
Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesi 6% per tahun sedangkan Bali
pertumbuhan kendaraan ratat-rata berkisar 5-7 % pertahun (Dishubinfokom Bali,
2015). Kalau disimak lebih mendalam data Gaikindo 2016 penjualan kendaraan pribadi
mobil (roda-4) rata-rata 15.000-20.000 perbulan dan sepeda motor 586.000 perbulan.
Ilustrasi diatas kebijakan yang berorientasi pada infrastruktur berupa
pembangunan jalan baru dan pelebaran jalan sangat penting untuk pembangunan
ekonomi masyarakat dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perekonomian
local dan global. Bila perencanaan jalan buruk yaitu tidak terintegrasi dengan
perencanaan tata ruang wilayah (RTRW) hal ini merugikan masyarakat yaitu merusak
lingkungan dan menghambat mobilitas masyarakat. Sekarang ini Negara Maju mulai
memperbaiki kesalahan keberpihakan pada angkutan pribadi menjadi mendorong
penggunaan kendaraan Tidak bermotor seperti pejalan kaki dan bersepeda serta
penggunaan angkutan umum. Negara Berkembang seperti Indonesia, Bali khusus
Denpasar dalam upaya menghindari masalah tersebut harus memulai penerapan
kebijakan dan perencanaan yang lebih comprehensive dengan TDM untuk mnjaga
keseimbangan dan efisensi sistim transportasi perkotaan, melalui study atau kajian
transportasi kota Denpasar berkelanjuatan dalam memecahkan masalah transportasi
secara cerdas (smart).
3.2 Dampak kibijakan yang pihak pada angkutan pribadi
Pemilikan kendaraan, jumlah kendaraan di kota Denpasar 1.260.286 unit (
Denpasar Dalam Angka, 2014) dengan komposisi angkutan kota (angkot), dengan
jumlah 418 armada melayani 12 trayek dengan panjang trayek131 Km, Taxi, ojek, Go-
Jek, (Dishub, 2010), serta Light Rapid Transit (LRT) trans Sarbagita, mencakup 17 Trayek
Utama dan 36 Trayek Feeder (dalam kota / kabupaten) kedalam Satu Kesatuan Sistem
Jaringan Pelayanan, dengan koneksitas antar jaringan tinggi dan menjangkau seluruh
wilayah SARBAGITA. Widana Negara (2010) bahwa Hasil studi angkutan umum (PTS,
1999), kegiatan perjalanan di Kota Denpasar dan sekitarnya 96 % menggunakan
angkutan pribadi dan hanya 4% masyarakat masih menggunakan angkutan umum.
Fenomena ini dipertegas dari hasil kajian Depertemen Perhubungan, (2010), bahwa
persentase pengguna angkutan umum perkotaan di Indonesia terus mengalami
penurunan rata-rata sebesar 1% per tahun (MTI, 2005), bahkan di kota Jakarta
diperkirakan mencapai 3% per tahun (Sitramp, 2004, JUTPI, 2010).
Kebijakan yang telah berjalan yang lebih berpihak kepada kendaraan pribadi
baik mobil dan sepeda motor berupa pembangunan jalan baru pelebaran jalan,
implementasi manajemen lalu lintas yang memberikan kemudahan pada kendaraan
pribadi, parkir, penegakan hokum yang lemah memberikan kontribusi tinggi terhadap
masalah transportasi di Provinsi Bali dan khusus kota Denpasar., ruang jalan dan
keterdesakan bagi Kendaraan Tidak Bermotor seperti Pejalan Kaki dan Bersepeda.
Dampak kebijakan beroreintasi pada Kendaraan Pribadi, seperti Gambar-1
Gambar-1. Dampak Kebijakan beroreintasi pada Kendaraan Pribadi
Dampak kebijakan yang beroreintasi pada kendaraan pribadi memicu masalah
transportasi yang lebih parah dan membutuhkan biaya yang mahal dalam
penyelesiannya. Solusi TDM adalah mengurangi atau menghilangkan dominasi
kendaraan pribadi, serta aplikasi TDM membantu kota berkembang untuk mencegah
masalah transportasi yang lebih parah dengan strategi yang lebih effektif dan effisien.
Pemerintah Provinsi Bali dan Khususnya Kota Denpasar sudah memikirkan kebijakan
pembatasan kendaraan pribadi, hal ini tertuang dalam Perda No. tahun Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar dan Perda No.9 Tahun 2009 tentang RTRW
Provisni Bali (pemerintah Provinsi Bali,2009) Bagian ke 4 Rencana Peengambangan
Sistim Transportasi.
3.3 Mengembangkan Transport Demand Management (TDM) yang Komprehensive
Manajemen mobilitas sering disebut dengan manajemen permintaan atau
Travel Demand Management (TDM) adalah strategi untuk memaksimalkan effisiensi
sistim transportasi melalui pembatasan penggunaan kendaraan pribadi dan
mempromosikan moda transportasi yang lebih effektif, sehat, ramah lingkungan
seperti angkutan umum dan pejalan kaki serta bersepeda (Andre Broudus, dkk, 2009).
Martha Maulidia (2010) menyebutkan bahwa Konsep pengelolaan kebutuhan
Transportasi (TDM) adalah penerapan strategi dan kebijakan untuk mengurangi
kebutuhan perjalanan, khususnya untuk kendaraan bermotor pribadi atau untuk
mengatur beban transportasi di tempat dan waktu.
Dalam sudut pandang ekonomi, trasnportasi adalah perpaduan antara
penawaran/ penyediaan (supply) dan permintaan (demand). Dalam praktek pola
kebijakan lebih memaksimalkan penyediaan (suplly) dengan pembangunan
infrastruktur transportasi seperti jalan baru, terminal, parkir agar volume lalu lintas
dengan kecepatan kendaraan lebih meningkat.Pada kenyataan praktek ini bukan
memberikan solusi tetapi menambah masalah transportasi karena tidak terintegrasi
pengembangan infrastruktur dan jaringan transportasi dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Denpasar (RTRW).
Konsep pengembangan TDM yang lebih konprehensive seperti di jabarkan oleh
Martha Maulidia (2010) Kebijakan dan strategi penanganan masalah kemacetan
lalulintas di perkotaan perlu dilakukan secara multifacet dengan mengedepankan
keterpaduan dalam berbagai jenjang dan aspek sekaligus. Jenjang tersebut meliputi
penanganan di tingkat makro, meso maupun mikro, seperti Gambar-2
Gambar-2. Stategi Solusi kemecatan dengan Multi Pacet
Pemerintah Indonesia melalui Undang-undang No.22 Tahun 2009 menjabarkan
konsep pemecahan masalah lalu lintas perkotaan adalah Manajemen dan Rekayasa Lalu
Lintas, didefinisikan sebagai serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan Jalan dalam
rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran Lalu Lintas. Konsep pemecahan dengan 5 strategi seperti Gambar-3
Gambar-2 : Konsep Manajemen dan Rekayasa Unudang-Undang No.22
Tahun 2009
Willam R.Mcshane And Roess, R.P (1990), menawarkan konsep Sistim
Manajemen Transportasi yang sudah diterapka di Negara Maju terdiri 4 tingkat dan 12
strategi, seperti Gambar-4
Gambar-4 : Konsep Transport Manajemen Sumber: Mcshane (1990)
Andre Broadus dkk (2009) telah banyak mempelajari kondisi dan masalah
transportasi Negara Berkembang manawarkan konsep model manajemen mobilitas
untuk negera berkembang.
Kebijakan terhadap kendaraan pribadi (Manfred Breithaupt,GTZ, 2002).
Aplikasi manajemen mobilitas yang ditawarkan cukup cocok untuk diterapkan di kota
Indonesia dengan pertimbangan a) manajemen mobilitas merupakan tanggapan umum
yang semakin meningkat terhadap persoalan tranasportasi, b) biayanya yang rendah
dan keuntungannya yang tinggi dan c) Negara berkembang memiliki : 1) memiliki
sumber daya (dana dan SDM) yang terbatas untuk mencurahkan segenap perhatian
pada infrastruktur transportasi, 2) memiliki jalan yang sempit dan sesak, ruang parkir
yang terbatas dan pengguna jalan yang beragam sehingga memicu konflik pemakaian
ruang dan risiko kecelakaan, 3) memiliki ketimpangan kepemilikan kendaraan dimana
antara golongan miskin, menengah dan kaya dan 4) menerapkan praktek perencanaan
yangcenderung memunculkan perkiraan sendiri (trail and error): yakni mendukung
perjalanan dengan mobil pribadi dibandingkan angkutanan umum dan moda lainnya
seperti jalan kaki dan bersepeda.
Akibatnya, perjalanan dengan mobil cenderung menjadi pilihan (Choise)
karena lebih cepat, lebih nyaman, lebih menyenangkan dan lebih aman ketimbang
moda lain seperti jalan kaki, bersepeda dan angkutan umum. Kebijakan ini semakin
mendorong masyarakat memilih memiliki sebuah mobil atau memakai taksi jika
mungkin.Dampaknya kemacetan lalu lintas, penumpukan di jaringan jalan, ditempat
parkir, polusi, risiko kecelakaan dan lebih parah lagi akan sulit mendorong pemakai
jalan dengan angkutan pribadi beralih menggunakan angkutan umum, berjalan kaki
atau bersepeda. Ketergantungan pada mobil pribadi menciptakan biaya lingkungan,
sosial dan ekonomi yang tinggi, walaupun tidak disadari oleh pemakai kendaraan
bermotor.
Manajemen mobilitas menambah pilihan perjalanan, dan mendorong orang
yang bepergian untuk memilih moda yang paling efisien untuk setiap perjalanan
mereka.Konsep manajemen mobilitas tidak menghilangkan perjalanan dengan mobil
pribadi karena salah satu moda terbaik untuk jenis perjalanan tertentu, tapi secara
signifikan cenderung mengurangi jumlah perjalanan dengan menggunakan mobil
pribadi yang akan terjadi terutama di kawasan perkotaan.
Penerapan strategi manajemen mobilitas tergantung kondisi demografi,
geografi dan social-politik masyarakat kota. Pada umumnya yang paling baik adalah
dengan penerapan berbagai strategi.- atau paket strategi (integrasi) ketimbang strategi
tunggal sebab sebagian besar strategi mobilitas individual memiliki dampak yang tidak
besar, jarang dipandang sebagai solusi paling efektif untuk masalah transportasi. Sebab
untuk disadari strategi manajemen mobilitas memilikidampak kumulatif dan sinergis
artinya dampak totalnya lebih besar dari jumlah dampak individualnya. Konsep
pemecahan masalah transportasi dengan manajemen mobilitas ada 2 strategi yaitu
tekanan (push) dan tarikan (pull) seperti Gambar-5
Gambar-3. Konsep Manajemen lalu Lintas Negara Berkembang Sumber GIZSUTP, 2009
Bappenas (2014) Tantangan Transportasi perkotaan mengungkapkan bahwa
Urbanisasi terus meningkat karena diperkirakan 60% dari penduduk Indonesia akan
tinggal di kota sebelum tahun 2025, sehingga membutuhkan perluasan wilayah kota
dan pesatnya pertumbuhan ekonomi menghasilkan suatu peningkatan kebutuhan
pergerakan dan permintaan transportasi yang signifikan. Transportasi perkotaan
mempunyai dampak ekonomi yang penting, aktivitas ekonomi terancam apabila satu
Kota menghadapi masalah kemacetan yang parah.Pemerintah Indonesia telah
memutuskan untuk mendukung pembangunan dan reorganisasi sektor transportasi
perkotaan agar dapat mempertahankan pembangunan ekonomi negara.
Pada tingkat nasional, strategi BAPPENAS adalah memperbanyak penggunaan
transportasi umum, dengan cara meningkatkan persentase saat ini yang berada di 23%
menjadi 32% menjelang akhir 2019. Beberapa tindakan telah dilakukan, termasuk
pelaksanaan lokakarya nasional tentang transportasi umum pada November
2013.Pembangunan transportasi umum berbasis bus (Angkutan Bus Cepat / Bus Rapid
Transit – BRT) di wilayah perkotaan merupakan bagian dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019 (Bappenas, 2009). Sampai saat ini, kira-kira
1.100 BRT bus telah dioperasikan di 17 kota yang meliputi Batam, Palembang,
Pekanbaru, Riau, Jakarta, Tangerang, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Solo,
Manado, Gorontalo, Denpasar, Ambon, Padang dan Makassar. 0,6 juta orang per hari
telah dapat diakomodasi oleh sistem transportasi ini. Untuk mempercepat
pembangunan transportasi perkotaan, Pemerintah Indonesia memberi perhatian
khusus pada lima persoalan yang ditangani dengan strategistrategi berikut ini 1)
Transportasi dan Interaksi Strategi Penggunaan lLahan,pembangunan penggunaan
lahanmelalui fasilitas Parkir dan Park and Ride (P & R), Transit Oriented Development
(TOD), Transportation Impact Control (TIC), 2). Strategi Perbaikan Mobilitas Kota:
mengoptimalkan peran transportasi umum melalui perbaikan prasarana kota (jalan dan
prasarana multimoda), perbaikan transportasi umum kota, 3). Strategi Pengurangan
Kemacetan Kota, dengan memperkuat Manajemen Kebutuhan Transportasi atau
Transportation Demand Management (TDM) melalui efek "dorong” (misalnya Sistem
Jalan Berbayar atau Electronic Road Pricing (ERP), sistem perparkiran, dll.) dan efek
"tarik" (misalnya pembangunan sistem BRT, MRT), dan meningkatkan Traffic Supply
Management (TSM) dengan pembangunan Sistem Transportasi Cerdas atau Intelligent
Transport Systems (ITS) untuk mengatur manajemen kapasitas dan prioritas, 4).
Strategi Pengurangan Polusi Udara Kota: mengurangi emisi Gas Rumah Kaca /GRK,
polusi udara dan kebisingan dan 5). Strategi Peningkatan Keselamatan: meningkatkan
keselamatan transportasi jalan raya dengan menambah tingkat kesadaran semua
warga negara, dan tetap memperbaiki dan membangun fasilitas serta prasarana yang
mendukung keselamatan transportasi jalan raya, sesuai dengan Rencana Umum
Nasional Keselamatan (RUNK) dan Decade of Action for Road Safety.
Gambaran diatas menunjukkan pemerintah Pusat, Provinsi, Kota sangat
menyadari ada masalah transportasi kota harus segera diselesaikan, pemecahan
masalah transportasi kota dengan menerapkan travel demand managemen (TDM).
Konsep TDM sejalana dengan arahan Undang-undang No.22 tahun 2009 (Dep.
Perhubungan, 2009), tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan arahan Bappenas
pada RPJM. Pada tatanan local konsep TDM tertuang Perda No.27 tahun 2011 tentang
RTRW kota Denpasar (Pemerintah Kota Denpasar, 2011) dan Perda No, 16 Tahun 2009
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali (Pemerintah Provinsi Bali, 2009).
4. IMPLENTASI MOBILITAS PINTAR DI KOTA DENPASAR
Widana Negara (2016) mengungkapkan bahwa kota Denpasar dari aspek
penduduk sebsar 860.000 jiwa tergolong kota Besar sesuai undangundang, maka kota
Denpasar harus memiliki sistim angkutan massal berupa Bus Rapid Transit (BRT),
sedangkan Kota Denpasar cakupan pelayanan Sarbagita dkategori Kota Metropolitan
sesuai undang-undang harus mengembangkan sistim angkutan masal Mass Rapid
Transit (MRT) berupa Bus rapid transit (BRT) dan Rail Rapid Transit (LRT). Dalam kontek
geografis, kota Denpasar tidak bisa dilepaskan dari kota/ kabupatn Sekitarnya Badung,
Tabanan, Gianyar (Sarbagita), masalah transportasi tidak dapat diselesaikan oleh kota
Denpasar sendiri, harus terintegrasi dengan kota Sarbagita sehingga penyeselaian
masalah transportasi baik infrastrsktur dan angkutan umum dilakukan secara
komprhensif dan berkelanjuatan.
Terlepas masalah diatas dan tidak perlu menunggu, Kota Denpasar telah
melangkah dan bekerja untuk mengatasi permasalah transportasi yang pelik dengan
tujuan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan mobilitas masyarakat. Patut
diberikan apresiasi kepada Dinas Perhubungan kota Denpasar melaksanakan inovasi
pelayanan public KIR, dari sisi manajemen lalu lintas dan rekayasa berupa ATCS,
pengendalian persimpangan, sistim jalan satu arah (SSA) dan inovasi angkutan public
adalah Bus Sekolah upaya untuk menambah moda angkutan dan mobilitas kepeda
peserta didik di Kota Denpasar.
Namun upaya Inovasi Dinas Perhubungan untuk mengatasi masalah
transportasi belum memberikan hasil, sebab program dan kegiatan belum hasil kajian/
study yang koprehensive dan pelaksanaan masih lepas-lepas (islolated), belum
terintegrasi, dampak lain program kraetivitas dan inovasi setiap tahun mandek (buntu)
dan sulit berkelanjutan.
Kota Denpasar harus mencari solusi secara pintar (smart) didekati yaitu
melaksanakan study yang komprehensif. Pelbagai tawaran metode/ cara pemecahan
masalah transportasi yang comprehensive salah satunya adalah Manajemen mobilitas
(Travel Demand Management atau TDM) adalah strategi yang menghasilkan
penggunaan sumber-sumber transportasi yang lebih efisien.
4.1. Pemecahan Masalah Transportasi Kota Denpasar Menuju Mobilitas Pintar melalui Study
yang Komprehensif
Tinggalkan praktek pemecahan masalah transportasi kota dengan pendekatan
instan dan trail and error hasilnya bukan menyelesaikan tetapi menambah masalah
transportasi, lebih parah kreativitas dan inovasi dari OPD terhenti (buntu). Sekarang
berpikir cerdas (smart) bahwa pemecahan transportasi di dahului melalui study yang
benar, mendalam, dan komprehensif dan terintegrasi baik, hasil study memunculkan
paket program dan kegiatan yang terintegrasi antar organisasi Perangkat Daerah (OPD)
serta kreativitas dan inovasi akan berkelanjutan. Pemacahan masalah transportasi kota
mencakup pengembangan infrastruktur transportasi dan pengembangan sistim
Angkutan Umum (public transport) dan Kendaraan Tidak Bermotor (non-motorized
vehicle), serta diikuti dengan rancangan pengendalian pemilikan kendaraan pribadi.
Konsep dan kebijakan pengembangan sistim transportasi untuk mengatasi
masalah transportasi untuk mmpercepat pelaksanaan Denpasar Kota Pintar (Denpasar
Smart City) melalui suatu study dan kajian yang comprehensive sehingga melahirkan
kreativitas dan inovasi solusi pemecahan masalah transportasi dalam bentuk program
dan kegiatan terintgrasi dan berkelanjutan. Kajian dan study komprehensif transportasi
kota Denpasar menghasilkan produk:
1.Program Pengembangan infrastrsuktur transportasi meliputi pengembangan sistim
jaringan jalan tol kota dan simpang susun, infrastruktur angkutan umum massal
(mass rapid transit) baik berupa BRT, dan LRT, beserta Halted serta terminal Park
and Ride.
2.Program pengembangan sistim angkutan umum meliputi revitalisasi angkutan kota
berbasis Sekehe unsur local genius sebagai pengelola nonprofit, pengembangan
tipe, moda angkutan yang cocok untuk kota Denpasar, serta pengembangan lajur
khusus angkutan umum dan bus.
3.Pengembangan sistim Kendaraan Tidak Bermotor kajian dan pembuatan master plan
bersepeda dan pejalan kaki
4.Program ekonomi pintar berupa paket kebijakan untuk pembatasan angkutan pribadi
secara bertahap untuk mendorong masyarakat beralih menggunakan angkutan
umum.
5.Pembentukan Dewan Transportasi Kota Denpasar (DTKD).
5. PENUTUP
Masa berjalanan praktek penyelesaian masalah transportasi kota Denpasar
dilakukan dengan cara coba-coba-salah (trail and error) dan menerapkan kebijakan
keberpihakan kepada angkutan pribadi hasilnya bukan penyelesian tetapi justru
menambah rumit masalah transportasi merentang dari kemecatan bertambah parah,
angkutan public terabaikan (mati suri), pejalan kaki dan bersepeda terbaikan serta
meningkatnya biaya perjalanan dan polusi akibat kemecatan lalu lintas.
Kedepan solusi pintar (smart) pemecahan masalah transportasi untuk
meningkatkan mobilitas perjalanan masyarakat (smart mobility) adalah dengan
melakukan study yang komprehensif dalam bingkai Study Transportasi Kota Denpasar
yang Berkelanjuatan menuju Smart Mobility. Hasil study menghasilkan seperangkat
paket program pengembangan infrastruktur transportasi, paket program
pengembangan kebijakan, manajemen dan moda angkutan umum yang cocok di kota
Denpasar.
DAFTAR RUJUKAN
Abdun Nashir (2017), Transportasi Harus Memiliki Inovasi (Jawa Post medio
29/3/2017)
Andre Broadus dkk (2009), Manajemen Permintaan Trasnportasi, Deutsche
Gesellschaft fur Techniche Zumammenarbeit (GITZ), Bonn, Germany.
Bali Dalam Angka (2016); Penduduk Dan Pertumbuhan Kawasan Sarbagita.
Bappenas (2014), Tantangan Transportasi Perkotaan, Proseding Seminar Indonesia-
France: Menemukan Solusi Tarnsportasi Perkotaan: Tantangan Pembiayaan dan
Integrasi Jaringan.
Bappenas (2015), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMNas)
2015-2019
Depertemen Perhubungan (2009), Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
Depertemen Perhubungan, (2010), Catak Biru Pengembangan Lalu Lintas Perkotaan
Denpasar Dalam Angka 2014, Penduduk, PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi.
Dinas Perhubungan Kota Denpasar (2010), Sarana dan Prasarana Transportasi Kota
Denpasar.
Dinas Perhubungan, informasi dan komunikasi Provinsi Bali (2006) Pertumbuhan
Lalu Lintas di Bali.
Felipe Buitrago Restrepo and, Ivan Duque Marquez (2015), "Orange
Economy", Noura Books, 978-6020-989-61-7: 242 halamam.
Gaikondo (2016) ; Data Penjulan Sepeda Motor di Bali
Martha Maulidia (2010), Aplikasi Transport Demand Management.
Murjana Yasa, (2016) Smart Orange Economic menuju Denpasar Smart Heritage
City, Bappeda Kota Denpasar.
Mcshane, W.R. And Roess, R.P (1990), Traffic Engeering, Prentice all, New Jersey
Pemerintah Kota Denpasar (2011), Perda No.27 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Denpasar tahun 2011-2031.
Pemerintah Provinsi Bali (2009), Perda No.16 Tahun 2009 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Bali tahun 2009 – 2029.
Pemerintah Provinsi Bali (2009), Perda No.9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Sarbagita.
Tempo (2015), Marie Pengestu Dukung Layanan Gojek online.
Widana Negara (2010), Tantangan Prasarana Transportasi Terhadap Dinamika
Perubahan Kota”, Bappeda Kota Denpasar 2005, ISBN 979-9518-00-8, hal. 161-184
Widana negara (2015) Denpasar Smart City Kunci Sukses menyongsong Denpasar
Pusat Kota Metropolitan, Bappeda Kota Denpasar 2015, ISBN 978-979-715-036-5
Widana Negera (2016) Perspektif Mobilitas Pintar Dalam Denpasar Smart City,
Bappeda Kota Denpasar. .
Pemerintah Provinsi Bali (2009), Perda No.9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Sarbagita.
Murjana Yasa, (2016) Smart Orange Economic menuju Denpasar Smart Heritage City, Bappeda Kota Denpasar.
Metropolitan, Bappeda Kota Denpasar 2015, ISBN 978-979-715-036-5
Mcshane, W.R. And Roess, R.P (1990), Traffic Engeering, Prentice all, New Jersey. Widana Negara (2010),Tantangan Prasarana Transportasi Terhadap Dinamika Perubahan
Kota”, Widana negara (2015) Denpasar Smart City Kunci Sukses menyongsong Denpasar Pusat Kota Widana Negera (2016) Perspektif Mobilitas Pintar Dalam Denpasar Smart City, Bappeda Kota
Denpasar.