28
BAB I PENDAHULUAN Dermatitis merupakan suatu keadaan di mana kulit mengalami suatu peradangan. 1 Klasifikasi dermatitis saat ini masih beragam. Hal tersebut diakibatkan oleh penentuan etiologi dalam dermatitis secara umum berdasarkan sumber agen penyebab dermatitis : dermatitis eksogen dan endogen. Dermatitis eksogen salah satunya adalah dermatitis kontak. Dermatitis kontak merupakan peradangan non-infeksi pada kulit yang disebabkan oleh senyawa yang kontak dengan kulit dimana bahan- bahan tersebut dapat bersifat toksik ataupun alergik pada kulit. Ciri umum dermatitis kontak adalah adanya eritema (kemerahan), edema (bengkak), papul (tonjolan padat diameter kurang dari 5mm), vesikel (tonjolan berisi cairan diameter kurang dari 5mm), crust. 1 Secara umum, dermatitis kontak dibagi menjadi dua, yakni dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi. 1,2 Penyakit kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis dan urtikaria. Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua PAK (penyakit akibat kerja) bersifat nonalergi atau iritan. 3 Ada dua jenis dermatitis kontak, yaitu dermatitis kontak iritan yang merupakan respon nonimunologi dan dermatitis kontak alergik yang 1

Dermatitis Kontak Kerja

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat

Citation preview

Page 1: Dermatitis Kontak Kerja

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis merupakan suatu keadaan di mana kulit mengalami suatu

peradangan.1 Klasifikasi dermatitis saat ini masih beragam. Hal tersebut

diakibatkan oleh penentuan etiologi dalam dermatitis secara umum berdasarkan

sumber agen penyebab dermatitis : dermatitis eksogen dan endogen. Dermatitis

eksogen salah satunya adalah dermatitis kontak.

Dermatitis kontak merupakan peradangan non-infeksi pada kulit yang

disebabkan oleh senyawa yang kontak dengan kulit dimana bahan- bahan tersebut

dapat bersifat toksik ataupun alergik pada kulit. Ciri umum dermatitis kontak

adalah adanya eritema (kemerahan), edema (bengkak), papul (tonjolan padat

diameter kurang dari 5mm), vesikel (tonjolan berisi cairan diameter kurang dari

5mm), crust.1 Secara umum, dermatitis kontak dibagi menjadi dua, yakni

dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi.1,2

Penyakit kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis dan urtikaria.

Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua PAK (penyakit akibat kerja)

bersifat nonalergi atau iritan.3 Ada dua jenis dermatitis kontak, yaitu dermatitis

kontak iritan yang merupakan respon nonimunologi dan dermatitis kontak alergik

yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik spesifik. Keduanya dapat bersifat

akut maupun kronis. Bahan penyebab dermatitis kontak alergik pada umumnya

adalah bahan kimia yang terkandung dalam alat-alat yang dikenakan oleh

penderita, yang berhubungan dengan pekerjaan/hobi, atau oleh bahan yang berada

di sekitarnya. Disamping bahan penyebab tersebut, ada faktor penunjang yang

mempermudah timbulnya dermatitis kontak tersebut yaitu suhu udara,

kelembapan, gesekan, dan oklusi.3

Dermatitis kontak sering dihubungkan dengan risiko dari suatu pekerjaan,

seperti : petugas kehutanan, nelayan, polisi lalu lintas, dan sebagainya. Dermatitis

kontak alergik pada lingkungan kerja terjadi lebih sedikit dari pada dermatitis

kontak iritan.3,4 Dermatitis kontak akibat kerja dapat diartikan dengan kelainan

1

Page 2: Dermatitis Kontak Kerja

kulit yang disebabkan oleh pekerjaan secara langsung atau penyakit kulit yang

dapat diperberat dan merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang dapat

mempengaruhi hasil produksi.2,3

Penelitian survailance di Amerika menyebutkan 80% penyakit kulit akibat

kerja adalah dermatitis kontak. Di antara dermatitis kontak, ternyata dermatitis

kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergi (DKA), menduduki urutan

frekuensi pertama dan kedua dengan 80% berupa DKI dan 14%-20% DKA.4

Di Bavaria Utara, Jerman, insiden terjadinya dermatitis akibat kerja pada

pekerja kostruksi/ bangunan dari tahun 1990-1999 didapatkan sekitar 335 kasus

yang terdaftar, atau sekitar 9%. Dengan proporsi DKI sebesar 44.5%. Sedang di

Jawa Tengah, Prevalensi dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) pada pekerja

mebel sebesar 4,62% dengan proporsi DKI akibat kerja sebesar 23,53%.4,5

Kulit manusia mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia. Sehingga

kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan menjadi lebih kering yang

memudahkan bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga lebih mudah terkena

dermatitis.6 Usia pekerja yang lebih tua juga menjadi lebih rentan terhadap bahan

iritan. Namun berdasarkan hasil beberapa penelitian, pekerja dengan usia yang

lebih muda justru lebih banyak yang terkena dermatitis kontak.5

Salah satu faktor penyebabnya adalah bahwa pekerja dengan usia yang

lebih muda memiliki pengalaman yang lebih sedikit sehingga kontak bahan kimia

dengan pekerja masih sering terjadi pada pekerja muda. Pada pekerja tua yang

berpengalaman dalam menangani bahan kimia, kontak bahan kimia dengan kulit

semakin lebih sedikit. Selain itu kebanyakan pekerja tua lebih menghargai akan

keselamatan dan kesehatannya, sehingga pekerja usia tua akan menggunakan

APD.4,5

Hasil penelitian Florence menunjukan pekerja yang tidak lengkap

menggunakan APD mengalami dermatitis sebanyak 46%, sedangkan pekerja yang

lengkap menggunakan APD hanya 8% mengalami dermatitis kontak.5

2

Page 3: Dermatitis Kontak Kerja

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Dermatitis

Dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan di mana

kulit mengalami inflamasi. Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis

dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen da atau

faktor endoge, menimbulkan kelainan klinis berpa efloresensi polimorfik

(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan terkadang

disertai keluhan gatal.6,7

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen) misalnya

bahan kimia seperti detergen, asam, basa, oli, semen. Bahan fisik seperti

sinar dan suhu; miroorganisme seperti bakteri dan jamur, dan dapat berupa

endogen misalnya dermatitis atopik.6,7

Dermatitis kontak merupakan peradangan kulit yang disertai

dengan adanya spongiosis /edema interseluler pada epidermis karena kulit

berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan

dengan kulit. Bahan-bahan tersebut dapat bersifat toksik ataupun alergik.6,7

2. Klasifikasi Dermatitis

Berdasarkan etiologi dapat dibedakan sebagai dermatitis kontak,

radiodermatitis, dermatitis medikamentosa. Dermatitis kontak merupakan

dermatitis yang paling sering terjadi pada pekerja. Dermatitis kontak akan

muncul pada permukaan kulit jika zat kimia tersebut memiliki jumlah,

konsentrasi dan durasi (lama pajanan) yang cukup. Dengan kata lain

semakin lama besar jumlah, konsentrasi dan lama pajanan, maka semakin

besar kemungkinan pekerja tersebut terkena dermatitis kontak.5,6

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh

bahan/substansi yang menempel pada kulit. Dermatitis kontak dapat dibagi

menjadi 2 yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi.

Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan kulit

3

Page 4: Dermatitis Kontak Kerja

nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului

proses sensitisasi. Sebaliknya dermatitis kontak alergik (DKA) terjadi

pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu allergen.6,8

a. Dermatitis Kontak Iritan (DKI)

Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari

berbagai golongan umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah penderita DKI

diperkirakan cukup banyak terutama yang berhubungan dengan

pekerjaan (DKI akibat kerja) 6,8

Penyebab munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan yang

bersifat iritan misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam,

alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi ditentukan oleh

ukuran molekuk, daya laru, konsetrasi bahan tersebut dan vehikulum,

juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor-faktor yang dimaksud yaitu

lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang), adanya oklusi

sehingga menyebabkan kulit lebih pemeabel, demikian pula gerakan

dan trauma fisis. Suhu dan kelembapan juga ikut berpengaruh.

Pekerjaan yang berisiko tinggi meliputi pembatu rumah tangga, pelayan

rumah sakit, tukang masak, dan penata rambut.1,6

Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan

oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak

lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk

dan mengubah daya ikat air kulit. Kebanyak bahan iritan (toksin)

merusak membran lemak keratinosit tetapi sebagian dapat menembus

membran sel dan merusak lisosom, mitokondria atau komplemen inti.6

Gejala klinis dermatitis kontak iritan dibedakan atas dermatitis

kontak iritan akut dan dermatitis iritan kronik. Pada Dermatitis kontak

iritan akut, reaksi ini bisa beraneka ragam dari nekrosis (korosi) hingga

keadaan yang tidak lebih daripada sedikit dehidrasi (kering) dan

kemerahan. Kekuatan reaksi tergantung dari kerentanan individunya

4

Page 5: Dermatitis Kontak Kerja

dan pada konsentrasi serta ciri kimiawi kontaktan, adanya oklusi dan

lamanya serta frekuensi kontak.6,8

Dermatitis Kontak Iritan kronis disebabkan oleh kontak

dengan iritan lemah yang berulang-ulang, dan mungkin bisa terjadi

oleh karena kerjasama berbagai macam faktor. Bisa jadi suatu bahan

secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi

bila bergabung dengan faktor lain baru mampu. Gejala klasik berupa

kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal dan terjadi

likenifikasi, batas kelainan tidak tegas.6

b. Dermatitis kontak Alergi (DKA)

Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang disebabkan

oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap bahan-bahan kimia

yang kontak dengan kulit dan dapat mengaktivasi reaksi alergi.6

Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah penderita DKA lebih

sedikit, karena hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat

peka (hipersensitif).9

Tabel.1 Alergen yang sering menyebabkan terjadinya DKA

5

Page 6: Dermatitis Kontak Kerja

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak

alergi adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-

mediated immune respons) atau reaksi hipersensitivitas tipe IV. Reaksi

hipersensitivitas di kulit timbul secara lambat (delayed

hypersensitivity), umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan

dengan alergen. Patogenesis hipersensitivitas tipe IV ini sendiri dibagi

menjadi dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.1,6

Sensitasi terjadi sesudah kontak dengan suatu zat (allergen)

tanpa terjadinya perubahan kulit yang jelas. Sensitivitas biasanya

timbul beberapa minggu sesudah pajanan pertama, dan kontak

berikutnya dengan allergen yang sama, walaupun jumlahnya sedikit,

akan menimbulkan dermatitis kontak. Sensitivitas dapat bertahan

selama beberapa bulan, beberapa tahun, bahkan seumur hidup.

Sedangkan fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan

kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah

tersedia di dalam kompartemen dermis.1,6

Beberapa zat kimia dapat bersifat sebagai allergen (sensitizer)

maupun iritan. Beberapa faktor yang membantu terjadinya dermatitis

kontak alergik maupun iritan adalah penyakit kulit yang telah ada

sebelumnya (misalnya dermatitis atopic), suhu panas, kelembaban dan

gesekan.1,6

Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit

bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan

bercak eritema berbatas jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel,

vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi

dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering,

berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak

jelas. Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan

kronis; mungkin penyebabnya juga campuran.1,6

6

Page 7: Dermatitis Kontak Kerja

3. Dermatitis Akibat Lingkungan Kerja

a. Penyebab Dermatitis Akibat Lingkungan Kerja

Dermatitis kontak akibat kerja didefinisikan sebagai penyakit

kulit dimana pajanan di tempat kerja merupakan faktor penyebab yang

utama serta faktor kontributor.9 Pada pemeriksaan dermatitis kontak

terkadang sulit dibedakan antara kelainan kulit yang disebabkan alergi

dengan dermatitis kontak akibat kerja. Jika riwayat alergi telah

diketahui, maka dapat ditelusuri penyebab gangguan kulit tersebut

apakah akibat allergen yang telah diketahui ataukah akibat kerja.

Pada dermatitis akibat lingkungan kerja dapat disebabkan oleh

berbagai faktor. Dermatitis akibat kerja biasanya dikelompokkan

menurut mekanisme yang menyebabkannya yaitu mekanik, fisik,

biologik dan kimiawi.5,7,9

i. Faktor mekanik

Gesekan dan trauma Gesekan dan tekanan akibat

pemakaian terus menerus suatu alat sering menimbulkan

penebalan kulit, kalus, abrasi dan ulkus.

ii. Faktor fisik

Faktor lingkungan misalnya panas, lembab, dingin,

asap, tumbuh–tumbuhan, kayu, sinar matahari dan ultraviolet

dapat menyebabkan berbagai kelainan kulit. Reaksi fototoksik

dan foto alergik dapat juga terjadi akibat pajanan tertentu.

Suhu tinggi ditempat kerja dapat menyebabkan miliara,

dan combustion.

Suhu rendah ditempat kerja menyebabkan frostbite.

Kelembaban terlalu rendah dapat menyebabkan kulit

dan selaput lendir saluran perfasan menjadi kering dan

pecah-pecah sehingga dapat terjadi perdarahan pada

kulit dan selaput lendir.

7

Page 8: Dermatitis Kontak Kerja

Radiasi elektromagnetik non ionisasi seperti ultraviolet

dan infra merah.

Kelembaban yang menyebabkan kulit menjadi basah,

hal ini dapat menyebabkan timbulnya jamur.

Perneranganyang kurang baik di tempat kerja dapat

menyebabkan terganggunya indra penglihatan sehingga

cenderung terjadinya kecelakaan kerja.

Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan

kemungkinan kontak dengan bahan kimia dalam bentuk

gas.

Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan

kemungkinan kontak dengan bahan kimia dalam bentuk

gas, uap, asap, kabut menjadi lebih besar.

iii. Faktor biologik

Bakteri, ragi, jamur, virus, dan parasit dapat

menimbulkan penyakit kulit primer pada lingkungan pekerjaan.

Infeksi bacterial skunder dapat merupakan komplikasi suatu

erupsi eksematosa.

iv. Faktor kimiawi

Zat kimia merupakan penyebab tersering suatu

dermatosis akibat kerja, dan biasanya digolongkan menurut

pengaruhnya pada permukaan kulit sebagai iritan atau

sensitizer. Zat Iritan digolongkan sesuai dengan kerjanya pada

kulit yaitu

Zat yang merusak lapisan tanduk : alkali, sabun, pelarut

organic

Zat yang melarutkan lipid permukaan kulit : pelarut

anorganik dan organic, deterjen

Zat penghidrasi : asam anorganik, anhidrida, alkali

8

Page 9: Dermatitis Kontak Kerja

Zat pengoksidasi : pemutih, krom, garam arsen dan seng,

peroksida

Zat pengendap protein : krom, arsen, garam seng’

Zat penghidrolisa : senyawa kalsium

Zat pereduksi : asam oksalat, asam format

Photosensitizer : ter batubara, zat pewarna dan petroleum

Zat teratogenik : arsen, arang batubara, petroleum, radiasi

matahari, radiasi berion

Selain itu pada dermatitis dalam lingkungan kerja dapat juga

terjadi sebagai reaksi alergi. Pada orang yang peka, suatu reaksi alergik

dapat terjadi setelah terpajan dengan zat kimia. Keadaan ini sangat khas

dan penyebabnya adalah reaksi hipersensitivitas.8,9 Gejala klinis reaksi

ini tidak terjadi pada pajanan pertama, tetapi timbul setelah melewati

periode sensititasi sekitar 2 minggu dan pajanan berikutnya

menyebabkan dermatitis kontak eksematosa. Alergen industry sangat

banyak jumlahnya dan bersifat khas untuk setiap industry. Allergen

yang paling sering ialah garam nikel, kromat alkali, etilendiamin,

senyawa air raksa, resin (epoksi, fenolformaldehid), dinitroklorobenzen,

parafenilendiamin.8,9

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dermatitis dalam

lingkungan kerja

i. Lama kontak

Lama kontak mempengaruhi kejadian dermatitis kontak

akibat kerja. Lama kontak dengan bahan kimia yang terjadi akan

meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Semakin

lama kontak dengan bahan kimia, maka peradangan atau iritasi

kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit.

Pengendalian risiko, yaitu dengan cara membatasi jumlah dan

lama kontak yang terjadi perlu dilakukan. Misalnya seperti upaya

9

Page 10: Dermatitis Kontak Kerja

pengendalian lama kontak dengan bahan kimia dengan

menggunakan terminologi yang bervariasi seperti Occupational

Exposure Limits (OELs) atau Threshold Limit Values (TLVs)

yang dapat diterapkan bagi pekerja yang melakukan kontak

dengan bahan kimia selama rata-rata 8 jam per hari.5,8,9

ii. Frekuensi kontak

Frekuensi kontak yang berulang untuk bahan yang

mempunyai sifat sensitisasi akan menyebabkan terjadinya

dermatitis kontak jenis alergi, yang mana bahan kimia dengan

jumlah sedikit akan menyebabkan dermatitis yang berlebih baik

luasnya maupun beratnya tidak proporsional. Oleh karena itu

upaya menurunkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja

adalah dengan menurunkan frekuensi kontak dengan bahan kimia.

iii. Ras

Orang berkulit hitam lebih tahan terhadap lingkungan

industry karena kulitnya kaya akan melanin, sehingga jarang

menderita tumor kulit oleh radiasi ultraviolet, kurang peka

terhadap debu kimia, dan bahan pelarut alkali.

iv. Tipe Kulit

Kulit yang berminyak lebih tahan terhadap sabun, bahan,

dan zat-zat yang larut dalam air, sedangkan kulit yang kering

rentan terhadap asam, basa, deterjen, dan bahan pelarut lemak.

v. Pengeluaran Keringat

Keringat melindungi kulit dengan cara mengencerkan dan

menghanyutkan bahan-bahan iritan. Keringat dapat pula merubah

bahan-bahan yang laurt dalam air menjadi bentuk lain dan

mempermudah absorbs kulit melalui pori-pori kulit.

10

Page 11: Dermatitis Kontak Kerja

vi. Iklim/Musim

Dermatitis akibat kerjabanyak dijumpai pada waktu musim

panas karena pengeluaran keringat meningkat dan pekerja kurang

senang memakai alat pelindung diri.

vii. Personal Hygiene

Personal Hygiene merupakan salah satu faktor yang dapat

mencegah terjadinya dermatitis kontak. Pekerja yang kurang

bersih misalnya tidak membersihkan diri setelah selesai bekerja

menjadipenyebab terjadinya dermatitis kontak.

viii. Pengetahuan

Kebanyakan pekerja tidak mengetahui prosedur kerja,

mereka bekerja dengan cara sendiri yang lebih mementingkan

kenyamanan tanpa memperhatikan keselamatan dan kesehatan

kerja.

ix. Tindakan

Tindakan pekerja ketika melakukan pekerjaan, meskipun

pekerja sudah mengetahui prosedur kerja dan risiko pekerja

namun pekerja tidak bertindak seusai dengan pengetahuan yang

merak miliki.

c. Penegakan Diagnosis Dermatitis dalam Lingkungan Kerja

Diagnosis dermatitis akibat kerja didasarkan pada riwayat

penyakit, pemeriksaan jasmani, perjalanan erupsi dan pemeriksaan

laboratorik (uji tempel dan biopsy)8,9

Riwayat penyakit :

Informasi yang tepat yang dapat membantu menegakkan diagnosis

adalah:

Jenis pekerjaan

11

Page 12: Dermatitis Kontak Kerja

Keadaan kulit sebelum erupsi timbul

Zat yang ditangani langsung atau yang terdapat di lingkungan

kerja

Pakaian pelindung, tindakan protektif dan bahan pembersih

yang digunakan

Permulaan dan perjalanan erupsi (perbaikan atau penyembuhan

lesi bila bebas dari pekerjaan untuk periode tertentu).

Pengobatan sebelumnya (sendiri atau tenaga professional)

Pemeriksaan fisik

Penampilan klinis erupsi dan lokasinya dapat member keterangan

tentang kemungkinan penyebabnya. Seluruh permukaan tubuh

seharusnya diperiksa untuk mencari tempat – tempat erupsi.

Pemeriksaan Laboratorik :

Pada uji tempel, sejumlah kecil zat penyebab yang dicurigai dalam

konsentrasi tertentu, dioleskan atau ditempelkan pada permukaan kulit.

Reaksi uji tempel dinilai positif bila dalam 24 sampai 48 jam timbul

kemerahan, edema atau vesikel pada tempat yang ditempelkan. Untuk

mengerjakan dan menilai hasil uji tempel, dibutuhkan pengetahuan

yang khusus. Untuk menghindari terjadinya eksaserbasi erupsi,

sebaiknya hanya dokter yang berpengalaman dalam uji tempel yang

melakukannya. Biopsy dan pemeriksaan histopatologik dilakukan

untuk membatu mengidentifikasi beberapa dermatosis akibat kerja dan

bila telah dicurigai terjadinya suatu keganasan.

d. Bahan-bahan yang menyebabkan dermatitis dalam lingkungan

Kerja

Natrium Hidroksida

12

Page 13: Dermatitis Kontak Kerja

Natrium hidroksida dikenal sebagai kaustik soda, kekuatan

basa sangat bergantung pada kemampuan abasa tersebut

melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa

tersebut. Natrium hidroksida bersifat sebagai basa kuat dalam

air, dan bersifat iritan yang dapat menimbulkan kerusakan dan

peradangan pada kulit. NaOH juga bersifat reaktif, karena bila

berekasi dengan air akan mengeluarkan panas dan gas yang

mudah terbakar.

Kromium

Banyak sekali dermatitis akibat kerja yang disebabkan oleh

iritasi atau sensitasi senyawa kromium. Sensitasi terjadi

perlahan dan baru timbul setelah bertahun-tahun, pekerja

konstruksi dan industri lain yang terpajan dengan senyawa

yang mengandung krom misalnya cat warna kuning atau hijau,

bahan fotografi dan percetakan. Zat anti korosif dan uap las

patri. Kromat yang terdapat dalam semen merupakan penyebab

utama sensitasi pada tukang dan pekerja semen.

Nikel

Pajanan terhadap nikel dan garamnya merupakan penyuebab

paling sering dari dermatitis kontak alergik yang diindukasi

logam. Nikel banayak dipakai diu pabrik peralatan dari logam

dan sebagai bahan pengeras logam lain. Pajanan nikel dapat

merupakan hal yang berhubungan dengan pekerjaan ataupun

tidak. Sensitasi pada pria biasanya akibat pajanan pekerjaan,

namun dapat juga akibat kontak dengan jam tangan, penjepit

atau kacamata. Pada wanita, sumbernya adalah pengait logam

pada pakaian dan perhiasan. Individu yang telah tersensitasi

dapat menderita erupsi beberapa tahun kemudian bila terpajan

dengan nikel atau garamnya di lingkungan kerja. Pekerja yang

13

Page 14: Dermatitis Kontak Kerja

sering terkena ialah pekerja yang memakai alat yang dilapisi

nikel (penata rambut, tukang jahit, pekerja kantor, sering

memegang uang logam). Trauma, tekanan dan keringat yang

berlebihan dapat melepaskan nikel dari benda yang

mengandung nikel.

Tumbuhan dan Kayu

Tumbuhan, serbuk-sari, duri, kayu, sayur-mayur dan zat yang

berasal dari tumbuhan misalnya terpentin, berhubungan dengan

dermatitis kontak pada berbagai jenis pekerjaan. Tanaman dan

serbuk-sarinya : petani, tukang kebun, perangkai bunga,

pengunjung taman bunga, pembangun jalan, ahli kehutanan.

Kayu : tukang tebang, tukang kayu dan perabot, pekerja yang

memakai kayu dalam pekerjaannya. Sayur-mayur :tukang

masak, penjual sayur. Terpentin (balsam yang berasal dari

pinus): artis, tukang cat, tukang ukir, litografer, pekerja

kebersihan yang memakai terpentin sebagai pelarut.

Plastik

Bahan ini banyak digunakan dalam industri dan banyak pula

menyebankan dermatosis. Zat-zat plastik yang dapat

menyebabkan dermatosis kontak:

i. Resin epoksi : merupakan iritan dan sensitizer kuat

yang banyak dipakai dalam pembuatan alat listrik, lem

kantor dan rumah tangga, perekat

(karet,keramik,logam) dan cat.

ii. Plastik urea formaldehis : pelapis pengkilap kayu,

sebagai bahan adesif dalam industri tekstil

iii. Plastik akrilik : diapaki dalam cat, bahan gigi palsu,

kuku palsu, lensa kontak dan protesa ortopedik

14

Page 15: Dermatitis Kontak Kerja

e. Terapi pada dermatitis dalam lingkungan kerja

Pada dermatitis kontak iritan dilakukan dengan cara

menghilangkan inflamasi, mencegah pemaparan lebih lanjut, dan

edukasi pada pasien bagaimana cara untuk mencegah terjadinya

kekambuhan. Sedangkan pada dermatitis kontak alergi melindungi

area yang terpapar sleama fase akut ruam, mencegah gatal dan garukan

yang berlebihan yang dapat memicu membukanya luka yang dapat

menyababkan infeksi kulit sekunder serta mencegah penyebaran

dermatitis.1,6

f. Pencegahan Dermatitis dalam Lingkungan Kerja

Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang

harus digunakan oleh pekerja disuatu tempat yang berbahaya.

Penggunaan APD adalah salah satu cara yang efektif untuk

menghindarkan pekerja dari kontak langsung dengan bahan kimia.

Alat Pelindung diri standar untuk bahan kimia berbahaya adalah:4,8,9

Pelindung kepala (safety helmet)

Bertujuan melindungi kepala dari benda jatuh atau benturan.

Pelindung mata (safety glasses)

Pelindung ini dapa menahan sinar ultraviolet sampai persentase

tertentu.

Pelindung wajah (face shield)

Melindungi wajah dari sistuasi yang mungkin terjadi seperti

percikan bahan kimia, uap, serbuk,debu dank abut.

Pelindung tangan (safety gloves)

Untuk mengurangi dan mencegah kecelakaan kerja yang

disebabkan oleh bahan kimia, beracun, listrik, suhu yang terlalu

dingin.

Pelindung kaki

Sepatu dapat melindungi kaki dari asam, basa, ketone, aldehid.

15

Page 16: Dermatitis Kontak Kerja

BAB III

KESIMPULAN

Dermatitis merupakan suatu keadaan di mana kulit mengalami inflamasi.

Penyakit kulit akibat kerja dapat berupa dermatitis dan urtikaria. Dermatitis

kontak merupakan 50% dari semua penyakit akibat kerja dan dapat bersifat

nonalergi atau iritan Kejadian dermatitis kontak yang disebabkan oleh iritan

ataupun alergi sangat berkaitan dengan suatu pekerjaan. Sehingga orang orang

yang memiliki aktivitas pekerjaan diluar memiliki resiko terkena dermatitis.

Pada dermatitis kontak iritan, iritan yang kuat seperti asam kuat atau basa

kuat dapat mengakibatkan dermatitis kontak iritan akut, sedangkan iritan lemah

seperti deterjen membutuhkan waktu yang lama untuk mengakibatkan dermatitis

kontak iritan kronik. Dermatitis kontak alergika lebih jarang terjadi pada pekerja.

Cara yang sebaiknya dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan

dengan memberikan edukasi kepada pekerja tersebut bagaimana cara mencegah

terjadinya dermatitis pada lingkungan kerja. Pencegahan dapat berupa

penggunaan pelindung kepala, pelindung mata, pelindung tangan, pelindung kaki.

Selain itu dapat diberikan edukasi mengenai bahaya-bahaya yang dapat terjadi

saat bekerja. Menjaga higienitas saat sesudah bekerja juga merupakan hal penting

dalam pencegahan terjadinya dermatitis pada pekerja.

16

Page 17: Dermatitis Kontak Kerja

DAFTAR PUSTAKA

1. Emmet, EA. Occupational Dermatoses. Dalam: Fitzpatrick TB, Eisen AZ;Wolff K, Freeberg IM, Austen KF eds Dermatology in General Medicine. Edisi 3. Mc Graw Hill, New York, 2000

2. Susanti, Diah Rifqi. Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri Terhadap Penurunan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Pekerja Bagian Penyelesaian Akhir di CV. Roda Jati Karanganyar. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2010

3. Lestari, F dan Utomo H. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja. Dalam MAKARA kesehatan. Vol 11. 2007:2.

4. Djarismawati H. Pencegahan Dermatitis Kontak Akibat Kerja di Industri Karoseri Mobil. Media Litbang Kesehatan, Vol. XIV No. 2. 2004: 49-53

5. Situmeang S. Analisa Dermatitis Kontak Pada Pekerja Pencuci Botol di PTX Medan. Universitas Sumatera Utara. 2008.

6. Sularsito, S dan Djuanda S. Dermatitis. Dalam ilmu Penyakit Kulit Kelamin, Djuanda A (ed). Edisi 5. Jakarta: FKUI. 2007.

7. Sumantri, S. Dermatitis Kontak swamedikasi. 2007. Diunduh dari pharma-c.blogspot.com

8. Kosasih A. Dermatitis Akibat Kerja. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, 2004

9. World Health Organization (WHO). WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care (Advance Draft): A Summary. Switzerland: WHO Press. 2005

17