Upload
selvieinandita
View
105
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
RefreshingDERMATOSIS ERITROSKUAMOSA
Disusun oleh :
Fenny Rahayu
2007730054
Pembimbing :
Dr. Sofwan, Sp KK
KEPANITERAAN KULIT DAN KELAMIN RSUD R.SYAMSUDIN, SH
FAKULTAS KESEHATAN DAN KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2012
DERMATOSIS ERITROSKUAMOSA
Penyakit kulit yang terutama ditandai dengan adanya eritema dan skuama. Pembagiannya
terbagi atas :
Psoriasis
Pitiriasis Rosea
Eritroderma
Dermatitis seboroik
Parapsoriasis
Psoriasis
Definisi
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif,
ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang
kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan
Kobner. Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada
psoriasis lain, misalnya psoriasis pustulosa.
Etiologi
Etiologi belum diketahui, yang jelas ialah waktu pulih (turn over time) epidermis
dipercepat menjadi 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari.Berbagai
penyelidikan yang lebih mendalam untuk mengetahui penyebabnya yang pasti masih
banyak dilakukan. Beberapa faktor penting yang disangka menjadi penyebab timbulnya
Psoriasis :
a. Genetik
b. Imunologik
c. Stres Psikis
d. Infeksi focal
Umumnya infeksi disebabkan oleh Kuman Streptococcus
e. Faktor Endokrin
Puncak insidens pada waktu pubertas dan menopause, pada waktu kehamilan membaik tapi menjadi lebih buruk pada masa pascapartus.
f. Gangguan Metabolik
Contohnya hipokalsemia dan dialisis.
g. Obat-obatan
Misalnya beta-adrenergic blocking agents, litium, antimalaria, dan penghentian mendadak korikosteroid sistemik.
h. Alkohol dan merokok
Patofisiologi
Psoriasis merupakan penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap usia. Perjalanan
alamiah penyakit ini sangat berfluktuasi. Pada psoriasis ditunjukan adanya penebalan
epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian
atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah
dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal.
Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi
tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan
kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar
nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan
guanosin monofosfat (GMP) siklik. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada
penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi plak psoriatik belum
dapat dimengerti secara jelas.
Gejala Klinis
Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi,
yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian
ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas
bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas
tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta
transparan.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Fenomena
tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti
lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan
karena papilomatosis. Trauma pada kulit, misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan
yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut kobner. Psoriasis juga dapat
menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang disebut pitting nail atau nail pit berupa
lekukan-lekukan miliar.
Bentuk Klinis :
1. Psoriasis Vulgaris
2. Psoriasis Gutata
3. Psoriasis Inversa ( Psoriasis Fleksural)
4. Psoriasis Eksudativa
5. Psoriasis Seboroik (Seboriasis)
6. Psoriasis Pustulosa ( Pustulosa Palmoplantar & Pustulosa Generalisata Akut)
7. Eritroderma Psoriatik
Diagnosis
Jika gambaran klinisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis. Kalau tidak
khas, maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dermatitis
eritroskuamosa. Pada diagnosis banding hendaknya perlu diingat , bahwa pada psoriasis
terdapat tanda-tanda yang khas, yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis ,
fenomena tetesan lilin, dan fenomena auspitz serta kobner.
Diagnostik banding :
a. Dermatofitosis dengan keluhan gatal sekali dan ditemukan ada jamur.
b. Sifilis Psoriasiformis (sifilis stadium II).
c. Dermatitis seboroik.
Penatalaksanaan Medik
Sampai saat ini belum ditemukan pengobatan yang spesifik karena penyebabnya belum
jelas dan banyak faktor yang berpengaruh. Psoriasis sebaiknya diobati secara topikal. Jika
hasilnya tidak memuaskan, baru dipertimbangkan pengobatan sistemik karena efek samping
pengobatan sistemik lebih banyak.
Pengobatan Sistemik
1. Kortikosteroid ( Prednison ), hanya digunakan pada psoriasis eritroderma dan psoriasis
pustulosa generalisata yaitu 40 – 60 mg.
2. Obat sitostatik ( Metrotrexat ). Metrotrexat 3 x 2.5 mg, interval 12 jam dalam seminggu.
Dosis total 7.5 mg. Jika tidak ada perbaikan dosis dinaikkan 2.5-5 mg perminggu. Dosis 3
x 5 mg perminggu biasanya sudah tanpak perbaikan.
3. Levodopa, 2 x 250 mg - 3x 500 mg
4. DDS(diaminodifenilsulfon), 2 x 100 mg
5. Etretinat dan Asitretein
6. Siklosporin, 6 mg/KgBB
Pengobatan Topikal
1. Preparat Ter ( fosil, kayu, batubara )
2. Kortikosteroid ( senyawa fluor )
3. Ditranol ( antralin )
4. Pengobatan dengan peyinaran
5. Calcipotrio
Pitiriasis Rosea
Definisi
Pitiriasis Rosea adalah suatu penyakit ringan yang menyebabkan peradangan kulit
disertai pembentukan sisik berwarna kemerahan. Bisa terjadi pada berbagai usia tetapi
paling sering timbul pada dewasa muda. Biasanya muncul selama musim semi dan
musim dingin.
Etiologi
Diduga penyebabnya adalah sejenis virus.
Gejala
- Suatu serangan biasanya berlangsung selama 4-8 minggu.
- Biasanya pitiriasis rosea berawal sebagai suatu bercak tunggal dengan ukuran yang
lebih besar, yang disebut herald patch atau mother patch.
- Beberapa hari kemudian akan muncul bercak lainnya yang lebih kecil.
- Bercak sekunder ini paling banyak ditemukan di batang tubuh, terutama di sepanjang
tulang belakang.
- Ruam memiliki batas yang tegas, bisa menyebar, kelainan kulitnya tampak seperti
sisik yang tengahnya lepas tetapi pinggirannya menempel.
- Kulit tampak merah dan meradang, disertai gatal-gatal yang sifarnya ringan sampai
berat.
- Daerah berbentuk bulat atau oval ini biasanya timbul di batang tubuh.
- Bisa timbul kelelahan, sakit kepala dan kadang rasa gatal yang sangat mengganggu.
Pengobatan
Simptomatik :
o Sedativa untuk gatal
Topikal :
o Asam salisilat + mentol 0,05%
Eritroderma
Definisi
Kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema hampir di seluruh tubuh,
biasanya disertai skuama.
Ditandai adanya eritema seluruh tubuh atau hampir seluruh tubuh, biasanya
disertai skuama. Mutlak harus ada eritema. Skuama tidak selalu terdapat, misalnya : pada
eritroderma karena alergi obat sistemik, awalnya skuama tidak ada baru kemudian pada
masa penyembuhan muncul skuama
Etiologi
Alergi obat biasanya secara sistemik
Perluasan penyakit kulit ,misalnya : psoriasis, pemfigus foliaseus, dermatitis
atopik.
Penyakit sistemik termasuk keganasan
Gejala
Akibat alergi secara sistemik
Konsumsi obat yang dimasukkan ke dalam badan dengan cara :
Melalui mulut, hidung
Dengan suntikan atau infuse
Melalui rektum atau vagina
Yaitu eritema universalis. Bila masih akut tidak terdapat skuama, pada
stadium penyembuhan baru timbul skuama.
Akibat perluasan penyakit kulit yaitu Eritroderma karena psoriasis
Eritem yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat
ditemukan kelainan yang lebih eritromatosa dan agak meninggi daripada
sekitarnya dan skuama di tempat itu lebih tebal.
Akibat penyakit sistemik termasuk keganasan
Sindrom Sezary ditandai dengan eritema berwarna merah membara yang
universal disertai skuama dan rasa gatal.
Pengobatan
Prednison 4x10 mg – 4x15 mg. Bila terjadi perbaikan tappering off.
Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik merupakan penyakit inflamasi kronik yang mengenai daerah kepala
dan badan di mana terdapat glandula sebasea. Prevalensi dermatitis seboroik sebanyak 1% - 5%
populasi. Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Penyakit ini dapat mengenai bayi
sampai dengan orang dewasa. Umumnya pada bayi terjadi pada usia 3 bulan sedangkan pada
dewasa pada usia 30-60 tahun.
Dermatitis seboroik dan Pityriasis capitis (cradle cap) sering terjadi pada masa kanak-
kanak. Berdasarkan hasil suatu survey terhadap 1116 anak-anak yang mencakup semua umur
didapatkan prevalensi dermatitis seboroik adalah 10% pada anak laki-laki dan 9,5% pada anak
perempuan. Prevalensi tertinggi pada anak usia tiga bulan, semakin bertambah umur anaknya
prevalensinya semakin berkurang. Sebagian besar anak-anak ini menderita dermatitis seboroik
ringan.Secara internasional frekuensinya sebanyak 3-5%. Ketombe yang merupakan bentuk
ringan dari dermatitis ini lebih umum dan mengenai 15 - 20% populasi.
Definisi
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah tubuh
berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata dan muka, kronik dan superfisial, didasari
oleh faktor konstitusi.
Etiologi dermatitis seboroik masih belum jelas, meskipun demikian berbagai macam
faktor seperti faktor hormonal, infeksi jamur, kekurangan nutrisi, faktor neurogenik diduga
berhubungan dengan kondisi ini. Menurut Djuanda (1999) faktor predisposisinya adalah
kelainan konstitusi berupa status seboroik.Keterlibatan faktor hormonal dapat menjelaskan
kenapa kondisi ini dapat mengenai bayi, menghilang secara spontan dan kemudian muncul
kembali setelah pubertas. Pada bayi dijumpai kadar hormon transplansenta meninggi
beberapa bulan setelah lahir dan penyakitnya akan membaik bila kadar hormon ini menurun.
Faktor lain yang berperan adalah terjadinya dermatitis seboroik berkaitan dengan
proliferasi spesies Malassezia yang ditemukan di kulit sebagai flora normal. Ragi genus ini
dominan dan ditemukan pada daerah seboroik tubuh yang mengandung banyak lipid sebasea
(misalnya kepala, tubuh, punggung). Selden (2005) menyatakan bahwa Malassezia tidak
menyebabkan dermatitis seboroik tetapi merupakan suatu kofaktor yang berkaitan dengan
depresi sel T, meningkatkan kadar sebum dan aktivasi komplemen.
Dermatitis seboroik juga dicurigai berhubungan dengan kekurangan nutrisi tetapi belum
ada yang menyatakan alasan kenapa hal ini bisa terjadi.
Pada penderita gangguan sistem syaraf pusat (Parkinson, cranial nerve palsies, major truncal
paralyses) juga cenderung berkembang dermatitis seboroik luas dan sukar disembuhkan.
Menurut Johnson (2000) terjadinya dermatitis seboroik pada penderita tersebut sebagai
akibat peningkatan timbunan sebum yang disebabkan kurang pergerakan. Peningkatan sebum
dapat menjadi tempat berkembangnya P. Ovale sehingga menginduksi dermatitis seboroik.
Faktor genetik dan lingkungan dapat merupakan predisposisi pada populasi tertentu,
seperti penyakit komorbid, untuk berkembangnya dermatitis seboroik. Meskipun dermatitis
seboroik hanya terdapat pada 3% populasi, tetapi insidensi pada penderita AIDS dapat
mencapai 85%. Mekanisme pasti infeksi virus AIDS memacu onset dermatitis seboroik
(ataupun penyakit inflamasi kronik pada kulit lainnya) belum diketahui.
Berbagai macam pengobatan dapat menginduksi dermatitis seborok. Obat-obat tersebut
adalah auranofin, aurothioglucose, buspirone, chlorpromazine, cimetidin, ethionamide,
griseofulvin, haloperidol, interferon alfa, lithium, methoxsalen, methyldopa, phenothiazines,
psoralens, stanozolol, thiothixene, and trioxsalen.
C. Klasifikasi dan Manifestasi Klinik
Dermatitis seboroik umumnya berpengaruh pada daerah kulit yang mengandung
kelenjar sebasea dalam frekuensi tinggi dan aktif. Distribusinya simetris dan biasanya
melibatkan daerah berambut pada kepala meliputi kulit kepala, alis mata, kumis dan jenggot.
Adapun lokasi lainnya bisa terdapat pada dahi, lipatan nasolabial, kanalis auditoris external
dan daerah belakang telinga. Sedangkan pada tubuh dermatitis seboroik dapat mengenai
daerah presternal dan lipatan-lipatan kulit seperti aksila, pusar, inguinal, infra mamae, dan
anogenital.
Menurut usia dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pada remaja dan dewasa
Dermatitis seboroik pada remaja dan dewasa dimulai sebagai skuama berminyak ringan
pada kulit kepala dengan eritema dan skuama pada lipatan nasolabial atau pada belakang
telinga. Skuama muncul pada kulit yang berminyak di daerah dengan peningkatan kelenjar
sebasea (misalnya aurikula, jenggot, alis mata, tubuh (lipatan dan daerah infra mamae),
kadang-kadang bagian sentral wajah dapat terlibat. Dua tipe dermatitis seboroik dapat
ditemukan di dada yaitu tipe petaloid (lebih umum ) dan tipe pityriasiform (jarang).
Bentuknya awalnya kecil, papul-papul follikular dan perifollikular coklat kemerah-merahan
dengan skuama berminyak. Papul tersebut menjadi patch yang menyerupai bentuk daun
bunga atau seperti medali (medallion seborrheic dermatitis). Tipe pityriasiform umumnya
berbentuk makula dan patch yang menyerupai pityriasis rosea. Patch-patch tersebut jarang
menjadi erupsi.
Pada masa remaja dan dewasa manifestasi kliniknya biasanya sebagai scalp scaling
(ketombe) atau eritema ringan pada lipatan nasolabial pada saat stres atau kekurangan tidur.
2. Pada bayi
Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada verteks kulit
kepala (cradle cap). Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana pada anak-
anak atau dewasa. Pada umumnya tidak terdapat dermatitis akut (dengan dicirikan oleh
oozing dan weeping). Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau kuning. Gejala klinik
pada bayi dan berkembang pada minggu ke tiga atau ke empat setelah kelahiran. Dermatitis
dapat menjadi general. Lipatan-lipatan dapat sering terlibat disertai dengan eksudat seperti
keju yang bermanifestasi sebagai diaper dermatitis yang dapat menjadi general. Dermatitis
seboroik general pada bayi dan anak-anak tidak umum terjadi, dan biasanya berhubungan
dengan defisiensi sistem imun. Anak dengan defisiensi sistem imun yang menderita
dermatitis seboroik general sering disertai dengan diare dan failure to thrive (Leiner’s
disese). Sehingga apabila bayi menunjukkan gejala tersebut harus dievaluasi sistem
imunnya.
Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik dibagi tiga:
1. Seboroik kepala
Pada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna kekuning-
kuningan sehingga rambut saling melengket; kadang-kadang dijumpai krusta yang disebut
Pitriasis Oleosa (Pityriasis steatoides). Kadang-kadang skuamanya kering dan berlapis-
lapis dan sering lepas sendiri disebut Pitiriasis sika (ketombe). Pasien mengeluhkan gatal
di kulit kepala disertai dengan ketombe. Pasien berpikir bahwa gejala-gejala itu timbul
dari kulit kepala yang kering kemudian pasien menurunkan frekuensi pemakaian shampo,
sehingga menyebabkan akumulasi lebih lanjut.
Inflamasi akhirnya terjadi dan kemudian gejala makin memburuk.
Bisa pula jenis seboroik ini menyebabkan rambut rontok, sehingga terjadi alopesia dan
rasa gatal. Perluasan bisa sampai ke belakang telinga. Bila meluas, lesinya dapat sampai
ke dahi, disebut Korona seboroik. Dermatitis seboroik yang terjadi pada kepala bayi
disebut Cradle cap .
Selain kulit kepala terasa gatal, pasien dapat mengeluhkan juga sensasi terbakar
pada wajah yang terkena. Dermatitis seboroik bisa menjadi nyata pada orang dengan
kumis atau jenggot, dan menghilang ketika kumis dan jenggotnya dihilangkan. Jika
dibiarkan tidak diterapi akan menjadi tebal, kuning dan berminyak, kadang-kadang dapat
terjadi infeksi bakterial.
2. Seboroik muka
Pada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabialis, dagu, dan lain-lain terdapat
makula eritem, yang diatasnya dijumpai skuama berminyak berwarna kekuning-
kuningan. Bila sampai palpebra, bisa terjadi blefaritis. Sering dijumpai pada wanita. Bisa
didapati di daerah berambut, seperti dagu dan di atas bibir, dapat terjadi folikulitis. Hal
ini sering dijumpai pada laki-laki yang sering mencukur janggut dan kumisnya. Seboroik
muka di daerah jenggot disebut sikosis barbe.
3. Seboroik badan dan sela-sela
Jenis ini mengenai daerah presternal, interskapula, ketiak, inframama, umbilicus,
krural (lipatan paha, perineum). Dijumpai ruam berbentuk makula eritema yang pada
permukaannya ada skuama berminyak berwarna kekuning-kuningan. Pada daerah badan,
lesinya bisa berbentuk seperti lingkaran dengan penyembuhan sentral. Di daerah
intertrigo, kadang-kadang bisa timbul fisura sehingga menyebabkan infeksi sekunder.
D. Diagnosis
1. Anamnesis
Bentuk yang banyak dikenal dan dikeluhkan pasien adalah ketombe/ dandruft.
Walaupun demikian, masih terdapat kontroversi para ahli. Sebagian mengganggap
dandruft adalah bentuk dermatitis seboroik ringan tetapi sebagian berpendapat lain.
2. Pemeriksaan fisik
Secara klinis kelainan ditandai dengan eritema dan skuama yang berbatas relatif
tegas. Skuama dapat kering, halus berwarna putih sampai berminyak kekuningan,
umumnya tidak disertai rasa gatal. Kulit kepala tampak skuama patch ringan sampai
dengan menyebar, tebal, krusta keras. Bentuk plak jarang. Dari kulit kepala dermatitis
seboroik dapat menyebar ke kulit dahi, belakang leher dan belakang telinga.
Distribusi mengikuti daerah berambut pada kulit dan kepala seperti kulit kepala, dahi,
alis lipatan nasolabial, jenggot dan belakang telinga. Perluasan ke daerah submental
dapat terjadi.
3. Histologis
Pemeriksaan histologis pada dermatitis seboroik tidak spesifik. Dapat
ditemukan hiperkeratosis, akantosis, spongiosis fokal dan paraketatosis.
Biopsi kulit dapat efektif membedakan dermatitis seboroik dengan penyakit sejenis.
Pada dermatitis seboroik terdapat neutrofil dalam skuama krusta pada sisi ostia
follicular. AIDS berkaitan dengan dermatitis seboroik tampak sebagai parakeratosis,
nekrotik keratinosites dalam epidermis dan sel plasma dalam dermis. Ragi kadang
tampak dalam keratinosites dengan pengecatan khusus.
E. Diagnosis Banding
1. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik pada dewasa tampak pada fossa antecutabital dan poplitae.
Bayi dapat menderita dermatitis atopi predileksi terutama pada bagian tubuh tertentu
(misalnya kulit kepala, wajah, daerah sekitar popok, permukaan otot ekstensor)
menyerupai dermatitis seboroik. Akan tetapi dermatitis seboroik pada bayi memiliki
ciri-ciri axillary patches, kurang oozing dan weeping dan kurang gatal.
Membedakannnya berdasarkan gejala klinis karena kenaikan kadar immunoglobulin E
pada dermatitis atopik tidak spesifik.
2. Kandidiasis
Pada pemeriksaan histologis kandidiasis menghasilkan pseudohipa.
3. Langenhan cell histiocytosis
Bayi jarang menderita Langenhan cell histiocytosis. Langenhan cell
histiocytosis cirinya seborrheic dermatitis-like eruptions pada kulit kepala disertai
demam.
4. Psoriasis
Pada psoriasis dijumpai skuama yang lebih tebal, kasar, berlapis-lapis, putih
seperti mutiara dan tak berminyak. Selain itu ada gejala yang khusus untuk psoriasis5.
Tanda lain dari psoriasi seperti pitting nail atau onycholysis distal dapat untuk
membantu membedakan.
5. Pitiriasis rosasea
Pitiriaris rosasea dapat terjadi eritem pada wajah menyerupai dermatitis
seboroik. Meskipun rosasea cenderung melibatkan daerah sentral wajah tetapi dapat
juga hanya pada dahi3. Pada pitiriasis rosea, skuamanya halus dan tak berminyak.
Sumbu panjang lesi sejajar dengan garis kulit.
6. Tinea
Pada tinea kapitis, dijumpai alopesia, kadang-kadang dijumpai kerion. Pada
tinia kapitis dan tine kruris eritem lebih menonjuo di pinggir dan pinggirnya lebih aktif
dibandingkan tengahnya (Hrahap, 2000). Tinea capitis, facei dan korporis dapat
ditemukan hipa pada pemeriksaan sitologik dengan potassium hydroksida.
F. Penatalaksanaan
Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik yaitu obat anti inflamasi
(immunomodulatory), keratolitik, anti jamur dan pengobatan alternatif.
1. Obat anti inflamasi (immunomodulatory)
Terapi konvensional untuk dermatitis seboroik dewasa pada kulit kepala dengan
steroid topikal atau inhibitor calcineuron. Terapi tersebut pemberiannya dapat berupa
shampo seperti fluocinolon (Synalar), solusio steroid topikal, losio yang dioleskan pada
kulit kepala atau krim pada kulit.
Kortikosteroid merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal
yang pembuatan bahan sintetik analognya telah berkembang dengan pesat. Efek utama
penggunaan kortikosteroid secara topikal pada epidermis dan dermis ialah efek
vasokonstriksi, efek anti inflamasi, dan efek antimitosis. Adanya efek vasokonstriksi
akan mengakibatkan berkurangnya eritema. Adanya efek anti inflamasi yang terutama
terhadap leukosit akan efektif terhadap berbagai dermatoses yang didasari oleh proses
inflamasi seperti dermatitis. Sedangkan adanya efek antimitosis terjadi karena
kortikosteroid bersifat menghambat sintesis DNA berbagai jenis sel.
Terapi dermatitis seboroik pada dewasa umumnya menggunakan steroid topikal
satu atau dua kali sehari, sering diberikan sebagai tambahan ke shampo. Steroid topikal
potensi rendah efektif untuk terapi dermatitis seboroik pada bayi terletak di daerah
lipatan atau dewasa pada persisten recalcitrant seborrheic dermatitis. Topikal azole
dapat dikombinasikan dengan regimen desonide (dosis tunggal perhari selama dua
minggu). Akan tetapi penggunaan kortikosteroid topikal ini memiliki efek samping
pada kulit dimana dapat terjadi atrofi, teleangiectasi dan dermatitis perioral.
Topikal inhibitor calcineurin (misalnya oinment tacrolimus (Protopix), krim
pimecrolimus (Elidel)) memiliki efek fungisidal dan anti inflamasi tanpa resiko atropi
kutaneus. Inhibittor calcineurin juga baik untuk terapi dimana wajah dan telinga
terlibat, tetapi efeknya baru bisa dilihat setelah pemberian tiap hari selama seminggu.
2. Keratolitik
Terapi lain untuk dermatitis seboroik dengan menggunakan keratolitik.
Keratolitik yang secara luas dipakai untuk dermatitis seboroik adalah tar, asam
salisiklik dan shampo zinc pyrithion. Zinc pyrithion memliki efek keratolitik non
spesifik dan anti fungi, dapat diberikan dua atau tiga kali per minggu. Pasien sebaiknya
membiarkan rambutnya dengan shampo tersebut selama lima menit agar shampo
mencapai kulit kepala. Pasien dapat menggunakannya juga untuk tempat lain yang
terkena seperti wajah.
3. Anti fungi
Sebagian besar anti jamur menyerang Malassezia yang berkaitan dengan
dermatitis seboroik. Dosis satu kali sehari gel ketokonazol (Nizoral) dalam dua minggu,
satu kali sehari regimen desonide (Desowan) dapat berguna untuk dermatitis seboroik
pada wajah. Shampo yang mengandung selenium sulfide (Selsun) atau azole dapat
dipakai. Shampo tersebut dapat diberikan dua sampai tiga kali seminggu. Ketokonazole
(krim atau gel foaming) dan terbinfin (Lamisil) oral dapat berguna. Anti jamur topikal
lainnya seperti ciclopirox (Loprox) dan flukonazole (Diflucan) mempunyai efek anti
inflamasi juga. Anti jamur (selenium sulfide, pytrithion zinc, azola, sodium
sulfasetamid dan topical terbinafin) dapat menurunkan kolonisasi oleh ragi lipopilik.
4. Pengobatan Alternatif
Terapi alami menjadi semakin popular. Tea tree oil (Melaleuca oil) merupakan
minyak essensial dari seak belukar Australia. Terapi ini efektif dan ditoleransi dengan
baik jika digunakan setiap hari sebagai shampo 5%.
Penatalaksanaan dermatitis seboroik pada kulit kepala dan daerah jenggot
Banyak kasus dermatitis seboroik di kulit kepala dapat diterapi secara efektif
dengan memakai shampo tiap hari atau berselang satu hari dengan shampo anti
ketombe yang mengandung 2,5 persen selenium sulfide atau 1-2 persen pyrithione
zinc. Alternatif lain shampo ketoconazole dapat dipakai. Shampo sebaiknya
mengenai kulit kepala dan daerah jenggot selama 5 sampai 10 menit sebelum
dibilas. Shampo moisturizing dapat dipakai setelah itu untuk mencegah kerontokan
rambut. Setelah penyakit dapat dikendalikan frekuensi memakan shampo dapat
dikurangi menjadi dua kali seminggu atau seperlunya. Solusio topical terbinafin 1
% efektif untuk terapi dermatitis seboroik pada kulit kepala.
Jika kulit kepala tertutupi oleh skuama difus dan tebal, skuama dapat dihilangkan
dengan memberikan minyak mineral hangat atau minyak zaitun pada kulit kepala
dan dibersihkan dengan deterjen seperti dishwashing liquid atau shampoo tar
beberapa jam setelahnya.
Skuama ekstensif dengan peradangan dapat diterapi dengan moistening kulit
kepala dan kemudian memberikan fluocinolone asetonid 0,01% dalam minyak
pada malam hari diikuti dengan shampo pada pagi harinya. Terapi ini dilakukan
sampai dengan peradangan bersih, kemudian frekuensinya diturunkan menjadi satu
sampai tiga kali seminggu. Solusio kortikostreroid, losion atau ointment dipakai
satu atau dua kali sehari di tempat fluocinolon acetonid dan dihentikan pada saat
gatal dan eritema hilang. Pemberian kortikosteroid dapat diulang satu sampai tiga
minggu sampai gatal dan eritemanya hilang dan kemudian dipakai lagi jika
diperlukan. Pemeliharaan dengan shampo anti ketombe dapat secara adekuat.
Pasien dianjurkan agar memakai steroid topikal poten dengan hemat sebab
pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan atrofi dan telangiectasi pada kulit.
Bayi sering terkena dermatitis seboroik, disebut “cradle cap”. Dapat
mengenai kulit kepala, wajah dan intertrigo. Daerah yang terkena dapat luas tetapi
kelainan ini dapat sembuh secara spontan 6-12 bulan dan tidak kambuh sampai
dengan pubertas. Terapinya dapat dengan memakai shampo antiketombe. Jika
skuama mencakup daerah luas pada kepala, skuama dapat dilembutkan dengan
minyak yang disikan ke sikat rambut bayi kemudian dibilas.
Penatalaksanaan pada wajah
Daerah pada wajah yang terkena dapat sering di cuci dengan shampo yang
efektif untuk seborik. Alternatif lain dapat dipakai kream ketokonazone 2%,
diberikan 1-2 kali. Hidrokortison 1% sering kali diberikan 1-2 kali dan akan
menghasilkan proses resolusi eritema dan gatal. Losion Sodium sulfacetamide
10% juga efektif sebagai agen topikal untuk dermatitis seboroik.
Penatalaksaan pada tubuh
Dapat diterapi dengan zinc atau shampo yang mengandung tar batu bara atau
dengan dicuci dengan sabun yang mengandung zinc. Sebagai tambahan dapat
dipakai krim ketokonazole 2 % dan atau krim kortikosteroid, losion atau solusion
yang dipakai 1-2 kali sehari. Benzoil peroksida dapat dipakai untuk dermatitis
seboroik pada tubuh. Pasien harus membilas secara menyeluruh setelah pemakaian
zat tersebut.
Penatalaksanaan dermatitis seboroik berat
Pada pasien dengan dermatitis seboroik berat yang tidak responsif dengan
terapi topikal yang biasa dapat di terapi dengan isotretionoin. Isotretinoin dapat
menginduksi pengecilan glandula sebasea sampai dengan 90% dengan mengurangi
produksi sebum. Isotretinoin juga dapat dipakai sebagai anti inflamasi. Terapi
dengan isotretinoin 0,1 – 0,3 mg/ kg BB/ hari dapat memperbaiki dermatitis
seboroiknya. Kemudian dosis pemeliharaan 5-10 mg/ hari efektif untuk beberapa
tahun. Akan tetapi isotretinoin memiliki efek samping serius, yaitu teratogenik,
hiperlipidemia, neutropenia, anemia dan hepatitis. Efek samping mukokutaneus
mencakup khelitis, xerosis, konjungtivitis, uretritis dan kehilangan rambut.
Penggunaan jangka panjang berhubungan dengan perkembangan diffuse idiopathic
skeletal hyperostosis (DISH).
Pendekatan lain pada pasien yang sulit dengan mencoba berbagai macam
kombinasi yang berbeda dari obat-obat yang biasa dipakai : shampo anti ketombe,
anti jamur dan steroid topikal. Jika ini gagal dapat dipakai steroid topikal poten
jangka pendek . Pilihan terapinya mencakup steroid kelas III non fluorinate seperti
mometasone furoate (Elocon) atau menggunakan steroid ekstra poten kelas I atau
steroid topikal kelas II seperti clobetasol propionate (Temovate) atau fluocinonude
(Lidex). Steroid topikal kelas III harus dipakai lebih dulu, tetapi jika masih tidak
resposif dapat menggunakan kelas I. Obat tersebut dapat diberikan satu sampai dua
kali sehari, bahkan untuk wajah, tetapi harus dihentikan setelah dua minggu sebab
terjadinya peningkatan efek samping. Jika pasien respon sebelum dua minggu,
obat harus di stop sesegera mungkin.
Sebagian besar kortikosteroid tersedia sebagai solusio, losion, kream dan
ointment. Penggunaan vehikulum ini tergantung pasien dan lokasi terapi. Losion
dan kream sering digunakan pada wajah dan tubuh sedangkan solusio dan ounment
sering digunakan pada kulit kepala. Umumnya pemakaian solusio kulit kepala
lebih dipilih pada orang kulit putih dan asia, untuk orang kulit hitam mungkin
terlalu kering, ointment merupakan pilihan yang lebih baik.
G. Saran
Penderita harus diberitahu bahwa penyakit berlangsung kronik dan sering
kambuh. Harus dihindari factor pencetus seperti stress emosional, makanan berlemak dan
sebagainya.
H. Prognosis
Pada sebagian kasus yang mempunyai faktor konstitusi penyakit ini agak sukar
disembuhkan.
Parapsoriasis
Definisi
Parapsoriasis merupakan penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, pada
umumnya tanpa keluhan, kalainan kulit terutama terdiri atas eritema dan skuama,
berkembangnya biasanya perlahan-lahan, perjalanannya umumnya kronik.
Klasifikasi
Parapsoriasis gutata
Ruam terdiri atas papul miliar serta lentikular, eritema dan skuama, dapat
hemoragik, kadang – kadang berkonfluens, dan umumnya simetrik. Gambaran
klinik mirip varisela
Parapsoriasis variegata
Predileksi badan, bahu, dan tungkai
Parapsoriasis en plaque
Predileksi badan, dan ekstremitas.Bercak eritematosa, permukaan datar,
bulat atau lonjong, skuama sedikit, merah jambu atau kuning
Pengobatan
Penyinaran UV
Kortikosteroid topikal
Eritromisin dosis 40 mg / KgBB untuk parapsoriasis gutata
DAFTAR PUSTAKA
1. Adji prof. Dr. dr., Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Universitas Indonesia
Ed.IV.2005. Balai Penerbit FK UI .Jakarta.
2. Marwali,Harahap Prof.Dr. Ilmu penyakit kulit.2000.EGC.Jakarta.
3. www.emedicine.com .
4. www.medicastore.com.