248
i DESAIN GEDUNG KULIAH 21 LANTAI DI UNIVERSITAS TRUNOJOYO BANGKALAN MADURA TAHUN 2016 TUGAS AKHIR diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil S1 Oleh Muhammad Eko Prasetyo NIM.5113412073 Damar Wicaksono NIM.5113412080 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

DESAIN GEDUNG KULIAH 21 LANTAI DI UNIVERSITAS …lib.unnes.ac.id/25354/1/5113412073.pdf · 2.2.3 Faktor Keutamaan dan Kategori Risiko Struktur Bangunan 10 ... 2.4 Mutu Baja 13 2.5

  • Upload
    dangthu

  • View
    233

  • Download
    9

Embed Size (px)

Citation preview

i

DESAIN GEDUNG KULIAH 21 LANTAI

DI UNIVERSITAS TRUNOJOYO BANGKALAN

MADURA TAHUN 2016

TUGAS AKHIR

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Sipil S1

Oleh

Muhammad Eko Prasetyo NIM.5113412073

Damar Wicaksono NIM.5113412080

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

ii

20

iii

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto dan Persembahan dari Muhammad Eko Prasetyo

MOTTO :

1. Yang tidak punya ilmu dan prinsip akan mudah tergerus degradasi jaman.

2. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan

kesiapan.

3. Bila pondasi adalah tiang penyangga bangunan, maka harapanku adalah tiang

penyangga dunia.

PERSEMBAHAN :

1. Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga tugas akhir ini

dapat dibuat dan selesai pada waktunya.

2. Untuk bapak dan ibu tercinta, Bapak Khamidi dan Ibu Wasidah yang telah

memberikan dukungan moril dan materi serta doa sehingga bisa

menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Untuk keluarga, adik adik saya (Hendy Waluyo dan Irba Rizqi Aufa) yang

telah memberikan dukungan dan semangat.

4. Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Bapak Drs. Henry Apriyatno,M.T dan

Bapak Ir. Agung Sutarto,M.T. , Dosen Penguji Ibu Endah Kanti

Pangestuti,S.T., MT. terima kasih untuk bimbingan, nasehat dan kesabaran

selama proses penyusunan tugas akhir ini.

5. Dosen wali Bapak Hanggoro Tri Cahyo A, S.T., M.T dan seluruh Dosen

pengajar di Jurusan Teknik Sipil Unnes, terima kasih untuk ilmu yang telah

diajarkan.

6. Rekan tugas akhir saya Damar Wicaksono, teman-teman satu bimbingan Intan,

Bima, Esti, Ulin, Nathali, Shinta, Rosa, Distya, Ririn, Kijul, teman-teman

Cremona rombel dua, teman-teman Teknik Sipil Unnes 2012. Terima kasih

canda tawa, tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama.

vi

Motto dan Persembahan dari Damar Wicaksono

MOTTO :

1. Sesungguhnya setelah sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Al-Insyirah:6).

2. Hanya seseorang yang bijak yang dapat mengamalkan ilmunya kepada orang

lain. Karena kepintaran tak akan ada artinya jika tak ada gunanya untuk orang

lain.

3. Janganlah memikirkan akhirnya, jika memulai saja tak berani.

PERSEMBAHAN :

1. Allah SWT atas segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga tugas akhir ini

dapat dibuat dan selesai pada waktunya.

2. Untuk bapak (Sarwono) dan ibu saya (Sutijah) yang telah memberikan

dukungan moril dan materiil serta mendoakan saya sehingga bisa

menyelesaikan tugas akhir ini.

3. Untuk saudara-saudara saya ( Permanita Putrisari, Setyo Ardi P, Elfara Dewi

R, dan Novida Ayu S) yang telah memberikan dukungan dan semangat.

4. Untuk keluarga, sahabat,dan kekasih tercinta (Artika Biasutra) yang selalu

menemani, membantu, serta memberikan motivasi dan semangat dalam

penyusunan tugas akhir.

5. Rekan tugas akhir saya M. Eko Prasetyo, teman-teman satu bimbingan Intan,

Bima, Esti, Ulin, Nathali, Shinta, Rosa, Distya, Ririn, Kijul, teman-teman

Cremona rombel dua, teman-teman Teknik Sipil Unnes 2012. Terima kasih

canda tawa, tangis dan perjuangan yang kita lewati bersama.

6. Untuk teman suka dan duka pepy,cipi,agil,rian dan rivan.

7. Dan untuk Cremona dan seluruh mahasiswa teknik sipil S1 angkatan 2012

yang berjuang bersama, selalu mendukung dan memberikan semangat serta

semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan, saya ucapkan terimakasih

vii

ABSTRAK

Oleh

Muhammad Eko Prasetyo dan Damar Wicaksono

“Desain Gedung Kuliah 21 Lantai di Universitas Trunojoyo Bangkalan

Madura Tahun 2016”

Teknik Sipil S1 – Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik

Universitas Negeri Semarang

2016

Kebutuhan gedung tinggi menjadi sangat penting seiring perkembangan

jaman saat terbatasnya lahan untuk mendirikan bangunan. Suatu bangunan

gedung yang berlantai banyak perlu direncanakan dengan tepat dan teliti agar

memenuhi kriteria kekuatan, kenyamanan, keselamatan dan umur rencana

bangunan.

Gedung didesain dengan tingkat daktilitas tinggi, agar saat terjadi gempa

kuat struktur gedung tidak runtuh. Dengan menentukan kategori seismik

berdasarkan kategori resiko gempa, bangunan masuk kategori D. Gedung

termasuk ke dalam kategori resiko IV dengan faktor keutamaan gempa Ie =

1,5. Tanah di lokasi yang tergolong tanah lunak didapat dari hasil penyelidikan

tanah dengan N-SPT kedalaman sampai 30 meter. Parameter percepatan

gempa, spektrum respons percepatan dan respons spektrum desain dapat

diketahui secara detail melalui situs online Dinas PU di link:

http://puskim.go.id/Aplikasi/desainspektraindonesia2011/. Struktur didesain

menggunakan Sistem Ganda yaitu gabungan dari sistem rangka pemikul

momen dengan dinding geser dengan nilai koefisien modifikasi respons (R) 7.

Rangka pemikul momen sekurang-kurangnya mampu menahan 25% dari gaya

lateral total dan sisanya ditahan oleh dinding geser. Faktor kegempaan

dirancang menggunakan statik ekivalen dan dinamik respons spektrum.

Periode maksimum untuk syarat batas periode gedung adalah 3,12 detik.

Waktu getar gedung untuk mode satu didapatkan sebesar 1,373 detik dan

mode dua sebesar 1,234 detik, sehingga batasan periode terpenuhi. Persentase

base shear rangka pemikul momen telah memenuhi syarat minimum yaitu 25%

dari gaya lateral total gedung. Simpangan antar lantai baik gempa statik dan

dinamik arah x dan y tidak melebihi simpangan yang diijinkan sehingga

struktur tahan terhadap gempa.

Kata Kunci : Building Frame System , Sistem Ganda, Gempa

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah YME, atas

segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

Akhir, yang berjudul “Desain Gedung Kuliah 21 Lantai Di Universitas

Trunojoyo Bangkalan Madura Tahun 2016”. Shalawat dan salam senantiasa

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, hingga kepada umatnya

hingga akhir jaman. Amiin

Penulisan Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana pada program studi S1 Teknik Sipil, Jurusan Teknik

Sipil, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa

tulisan ini jauh dari kata sempurna baik teori dan metodologinya tanpa bantuan

dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan ketulusan dan kerendahan hati,

penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rockman,M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang atas

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di

Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Nur Qudus, M.T., Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

3. Dra. Sri Handayani, M.Pd. Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri

Semarang

4. Dr. Rini Kusumawardani, S.T.,M.T.,M.Sc. Ketua Prodi Teknik Sipil S1

Universitas Negeri Semarang

5. Hanggoro Tri Cahyo A,S.T,M.T., dosen wali rombel dua Prodi Teknik Sipil

S1 Universitas Negeri Semarang

6. Drs. Henry Apriyatno, M.T. selaku dosen pembimbing pertama dan Ir. Agung

Sutarto, M.T. selaku dosen pembimbing kedua tugas akhir yang penuh

kesabaran dalam membimbing, memberikan masukan, arahan serta motivasi

kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat selesai.

ix

7. Endah Kanti Pangestuti, S.T., M. T., selaku penguji sidang tugas akhir , yang

telah memberikan saran dan masukkan dalam perbaikan tugas akhir.

8. Bapak Ibu tercinta atas semangat dan kasih sayangnya, serta yang tiada

hentinya memanjatkan doa untuk kebahagiaan dan keberhasilan penulis.

9. Seseorang yang selalu ada, yang senantiasa memberikan motivasi, bantuan

dan semangat dalam penyusunan tugas akhir.

10. Semua teman – teman teknik sipil 2012 yang selalu mendukung, memberikan

semangat, motivasi, dan membantu dalam penulisan tugas akhir semua pihak

yang telah berkenan membantu penulis selama penelitian dan penyusunan

tugas akhir ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna,

sehingga masukan, kritik, dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

terkait pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Semarang, September 2016

Penulis

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN v

ABSTRAK vii

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xix

DAFTAR GAMBAR xxi

DAFTAR LAMPIRAN xxiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Maksud dan Tujuan 4

1.5 Sistematika PenyusunanTugas Akhir 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah 6

2.1.1 Definisi Tanah 6

2.2 Gempa 9

2.2.1 Definisi Gempa 9

2.2.2 Gaya Gempa 9

2.2.3 Faktor Keutamaan dan Kategori Risiko Struktur Bangunan 10

2.2.3.1 Kategori Risiko Gempa 10

2.2.3.2 Faktor Keutamaan Gempa 12

2.3 Beton 12

xi

2.3.1 Definisi Beton 12

2.4 Mutu Baja 13

2.5 Struktur Bawah 14

2.5.1 Pondasi 14

2.5.1.1 Definisi Pondasi 14

2.5.1.2 Tipe Pondasi 16

2.5.1.3 Kapasitas Dukung Tiang Pancang 16

2.5.1.3.1 Jumlah Tiang 16

2.5.1.3.2 Jarak Tiang 17

2.5.1.3.3 Susunan Tiang 17

2.5.1.3.4 Efisiensi Kelompok Tiang 17

2.5.2 Tie Beam 18

2.6 Struktur Atas 18

2.6.1 Kolom 18

2.6.2 Balok 19

2.6.3 Plat Lantai 20

2.6.4 Shearwall 20

2.6.4.1 Definisi Shearwall 20

2.6.4.2 Sistem Dinding Geser 21

2.7 Beban beban pada struktur bangunan bertingkat 22

2.7.1 Beban pokok yang bekerja 22

2.7.1.1 Beban Vertikal (Gravitasi) 22

2.7.1.2 Beban Horizontal (Lateral) 23

2.7.2 Kombinasi Pembebanan 24

2.8 ETABS v9.6.0 25

2.9 MathCad v.14 25

2.10 Syarat syarat umum perencanaan struktur gedung 25

2.10.1 Syarat Stabilitas 25

2.10.2 Syarat Kekuatan 26

xii

2.10.3 Syarat Daktailitas 27

2.10.3.1 Elastik 27

2.10.3.2 Daktailitas Parsial 28

2.10.3.3 Daktailitas Penuh 28

2.10.4 Syarat Layak Pakai dalam keadaan Layan 28

2.10.4.1 Arti Lendutan 28

2.10.4.2 Kontrol Lendutan 28

2.10.4.3 Simpangan bangunan dan Simpangan antar Tingkat 29

2.10.4.4 Retakan 30

2.10.4.5 Kontrol Retak Lentur 31

2.10.5 Syarat Durabilitas 32

2.10.5.1 Kuat Tekan Minimum Beton 32

2.10.5.2 Tebal Selimut Beton 32

2.10.5.3 Jenis dan Kandungan Semen 34

2.10.5.4 Tinjauan Korosi 34

2.10.6 Syarat Ketahanan terhadap Kebakaran 35

2.10.6.1 Dimensi Minimum Elemen/ Komponen Struktur 35

2.10.7 Syarat Intergritas 36

2.10.8 Syarat yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Konstruksi 37

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

3.1 Diagram Alur Perencanaan 38

3.2 Tahap Pngumpulan Data 39

3.2.1 Data Tanah 39

3.2.2 Data Lokasi Perencanaan 39

3.2.3 Pemilihan Kriteria Desain 40

3.2.4 Perencanaan Dimensi 41

3.2.4.1 Perencanaan Dimensi Balok 41

3.2.4.2 Perencanaan Dimensi Kolom 41

3.2.4.3 Perencanaan Dimensi Dinding Geser 41

xiii

3.2.5 Pembebanan 41

3.2.5.1 Kombinasi Pembebanan 41

3.2.5.2 Beban Gempa 42

3.3 Rumus Perhitungan Desain Struktur 44

3.3.1 Perencanaan Pelat Lantai 44

3.3.1.1 Menentukan Pembebanan Pelat Lantai 44

3.3.1.2 Perencanaan Tulangan Pelat Lantai 45

3.3.2 Perencanaan Tangga dan Bordes 48

3.3.2.1 Perhitungan Dimensi Tangga 48

3.3.2.2 Pembebanan Tangga 49

3.3.2.3 Perencanaan Tulangan Pelat Tangga 49

3.3.2.4 Perencanaan Tulangan Pelat Bordes 50

3.3.2.5 Perencanaan Balok Bordes Tangga 51

3.3.3 Perencanaan Balok 54

3.3.3.1 Menentukan Persyaratan Komponen Struktur Balok 54

3.3.3.2 Perhitungan Tulangan utama secara Manual 54

3.3.3.3 Penulangan Balok Daerah Tumpuan dan Lapangan 55

3.3.3.4 Perencanaan Tulangan Geser 59

3.3.3.5 Perhitungan Gaya Geser 60

3.3.3.6 Perencanaan Tulangan Torsi 63

3.3.3.7 Perencanaan Tulangan Badan 63

3.3.3.8 Perencanaan Panjang Penyaluran(Ld) 64

3.3.4 Perencanaan Kolom 64

3.3.4.1 Gaya dalam pada Kolom 64

3.3.4.2 Penentuan Stuktur Rangka Portal Bergoyang atau Tidak

Bergoyang 65

3.3.4.3 Perhitungan Faktor Panjang Tekuk Efektif Kolom 65

3.3.4.4 Faktor Pembesaran Momen 68

3.3.4.5 Perhitungan Tulangan Geser 69

3.3.4.6 Panjang Penyaluran pada Tulangan Kolom 72

xiv

3.3.5 Perencanaan Hubungan Balok- Kolom 73

3.3.5.1 Tinjauan hunbungan Balok-Kolom di tengah portal 73

3.3.6 Perencanaan Dinding Geser (Shearwall) 75

3.3.6.1 Penentuan Tebal Dinding Geser 75

3.3.6.2 Menentukan Kuat Geser sesuai SNI 03-2847-2013 Pasal 11.9.6

(Ketentuan untuk Dinding) 75

3.3.6.3 Ketentuan Tambahan Khusus untuk Shearwall Penahan Gempa 76

3.3.7 Perencanaan Pondasi Tiang Pancang 76

3.3.7.1 Menghitung Daya Dukung Ujung Tiang Ultimate 76

3.3.7.2 Penentuan Kapasitas Tiang Group 76

3.3.7.3 Menentukan Jumlah tiang dan Konfigurasi titik tiang 77

3.3.7.4 Cek terhadap geser Pons 77

3.3.7.5 Cek terhadap geser Lentur 78

3.3.7.6 Perhitungan Penulangan Pile Cap 78

3.3.8 Perencanaan Tie Beam 79

3.3.8.1 Gaya Aksial 79

3.3.8.2 Pembebanan Tie Beam 79

3.3.8.3 Perhitungan Tulangan Utama 80

3.3.8.4 Perhitungan Tulangan Transversal (Sengkang) 80

BAB IV DESAIN STRUKTUR

4.1 Permodelan Struktur 81

4.1.1 Material Struktur 82

4.1.1.1 Beton 82

4.1.1.2 Baja Profil 82

4.1.2 Pembebanan Gedung 82

4.1.2.1 Kombinasi Pembebanan 83

4.1.2.2 Perhitungan Beban Mati (Dead Load) 84

4.1.2.3 Perhitungan Beban Hidup (Live Load) 86

4.1.3 Analisis Beban Gempa 87

4.1.3.1 Tahap Analisis Gempa 87

xv

4.1.3.1.1 Menentukan Katagori Resiko Struktur Bangunan dan

Faktor Keutamaan 87

4.1.3.1.2 Menentukan Kelas Situs 87

4.1.3.1.3 Menentukan Parameter Percepatan Gempa (Ss,S1) 89

4.1.3.1.4 Menentukan Koefisien Situs dan Parameter Respons

Spectra Percepatan Gempa 90

4.1.3.1.5 Menentukan Spektrum Respon Desain 91

4.1.3.1.6 Menentukan Kategori Desain Seismik 91

4.1.3.1.7 Menghitung Periode Struktur 92

4.1.3.2 Gempa Statik Ekivalen 96

4.1.3.2.1 Menghitung Berat Struktur 96

4.1.3.2.2 Menghitung Koefisien Respons Seismik 100

4.1.3.2.3 Menghitung Gaya Geser Dasar 101

4.1.3.3 Gempa Dinamik Respons Spektrum 101

4.1.3.3.1 Input Respons Spektrum Gempa Rencana 101

4.1.3.3.2 Menentukan Tipe Analisis Ragam Respons Spektrum 103

4.1.3.3.3 Kontrol Partisispasi Massa 103

4.1.3.3.4 Gaya Geser Dasar Nominal, V (Base Shear) 101

4.1.3.3.5 Kontrol Sistem Ganda 105

4.1.3.3.6 Simpangan Antar Lantai 106

4.2 Perhitungan Praktis Dengan ETABS v9.6.0 109

4.2.1 Perhitungan Plat Lantai 110

4.2.2 Perhitungan Balok Induk 112

4.2.2.1 Perhitungan Tulangan Utama 112

4.2.2.2 Desain Tulangan Geser Balok 113

4.2.2.3 Desain Tulangan Torsi 115

4.2.3 Perhitungan Kolom 118

4.2.3.1 Desain Tulangan Utama Kolom 118

4.2.3.2 Desain Tulangan Geser Kolom 120

4.3 Perhitungan Manual dengan Bantuan Mathcad v.14 122

xvi

4.3.1 Perencanaan Plat Lantai 122

4.3.1.1 Menentukan Pembebanan Pelat Lantai 122

4.3.1.2 Perencanaan Tulangan Pelat Lantai 123

4.3.1.2.1 Menentukan syarat- syarat batas dan bentang perencanaan

plat lantai 123

4.3.1.2.2 Menentukan tulangan pokok daerah lapangan dan tumpuan 127

4.3.2 Perencanaan Tangga dan Bordes 135

4.3.2.1 Perhitungan Dimensi Tangga 135

4.3.2.2 Pembebanan Tangga 136

4.3.2.3 Perencanaan Tulangan Plat Tangga 137

4.3.2.3.1 Desain penulangan plat tangga untuk arah X 137

4.3.2.3.2 Desain penulangan plat tangga untuk arah Y 139

4.3.2.4 Perencanaan Tulangan Plat Bordes 140

4.3.2.4.1 Desain penulangan plat bordes untuk arah X 140

4.3.2.4.2 Desain penulangan plat bordes untuk arah Y 141

4.3.2.5 Perencanaan Balok Bordes Tangga 143

4.3.2.5.1 Pembebanan Balok Tangga 143

4.3.2.4.2 Perhitungan Tulangan Balok Bordes Tangga 143

4.3.3 Perencanaan Balok 148

4.3.3.1 Menentukan Persyaratan Komponen Struktur Balok 148

4.3.3.2 Perhitungan Tulangan utama 150

4.3.3.3 Penulangan Balok Daerah Tumpuan 151

4.3.3.4 Penulangan Balok Daerah Lapangan 154

4.3.3.5 Perhitungan Tulangan Geser 157

4.3.3.6 Perhitungan Gaya Geser 160

4.3.3.7 Perencanaan Tulangan Torsi 164

4.3.3.8 Perencanaan Tulangan Badan 165

4.3.3.9 Perencanaan Panjang Penyaluran(Ld) 166

4.3.4 Perencanaan Kolom 168

4.3.4.1 Denah Struktur Kolom yang ditinjau 168

xvii

4.3.4.2 Gaya dalam pada Kolom 169

4.3.4.3 Penentuan Stuktur Rangka Portal Bergoyang atau Tidak

Bergoyang 169

4.3.4.4 Perhitungan Faktor Panjang Tekuk Efektif Kolom 169

4.3.4.5 Faktor Pembesaran Momen 175

4.3.4.6 Diagram Interaksi Kolom 179

4.3.4.7 Perhitungan Tulangan Geser 180

4.3.4.8 Panjang Penyaluran pada Tulangan Kolom 185

4.3.5 Perencanaan Hubungan Balok- Kolom 187

4.3.5.1 Tinjauan hunbungan Balok-Kolom di tengah portal 187

4.3.6 Perencanaan Shearwall 191

4.3.6.1 Menentukan Kuat Geser sesuai SNI 03-2847-2013 Pasal 11.9.6

(Ketentuan untuk Dinding) 191

4.3.6.2 Ketentuan Tambahan Khusus untuk Shearwall Penahan Gempa193

4.3.7 Perencanaan Pondasi Tiang Pancang 195

4.3.7.1 Pekerjaan Penyelidikan Tanah 195

4.3.7.2 Spesifikasi Pondasi Tiang Pancang 195

4.3.7.3 Prediksi Kapasitas Dukung Tiang Tunggal (Q) 197

4.3.7.4 Cek terhadap Kekuatan Bahan Tiang Pancang 198

4.3.7.5 Penentuan Kapasitas Tiang Group 198

4.3.7.6 Menentukan Jumlah tiang dan Konfigurasi titik tiang 199

4.3.7.7 Distribusi beban kolom ke masing masing tiang 199

4.3.7.8 Kapasitas Ijin Tiang Tunggal Terhadap Beban Horizontal 201

4.3.7.9 Menghitung Tinggi pile cap dan Penulangannya 204

4.3.7.10 Cek Terhadap geser Pons 204

4.3.7.11 Cek Terhadap geser Lentur 205

4.3.7.12 Perhitungan Penulangan Pile Cap 205

4.3.8 Perencanaan Tie Beam 209

4.3.8.1 Gaya Aksial yang bekerja pada tie beam diambil dari kolom

diatasnya 209

xviii

4.3.8.2 Pembebanan Tie Beam 210

4.3.8.3 Perhitungan Tulangan Longitudinal 210

4.3.8.4 Perhitungan Tulangan Transversal (Sengkang) 211

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 214

5.2 Saran 216

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 217

LAMPIRAN

xix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Kelas Tanah ................................................................. 7

Tabel 2.2 Nilai SPT rata-rata dari titik BH2 .................................................. 8

Tabel 2.3 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk

beban gempa ............................................................................. 10

Tabel 2.4 Faktor keutamaan gempa ............................................................. 12

Tabel 2.5 Perhitungan lendutan maksimum yang diizinkan ........................ 29

Tabel 2.6 Tabel selimut beton ...................................................................... 33

Tabel 2.7 Tebal minimum pelat satu arah bila lendutan tidak

dihitung ..................................................................................... 36

Tabel 3.1 Klasifikasi Kelas Tanah ............................................................... 43

Tabel 4.1 Kombinasi Pembebanan pada Struktur Gedung .......................... 84

Tabel 4.2 Jenis Beban Mati pada Gedung .................................................... 85

Tabel 4.3 Nilai N-SPT data tanah ................................................................. 88

Tabel 4.4 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons

Percepatan pada periode pendek ............................................... 91

Tabel 4.5 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons

Percepatan pada Perioda 1 detik ............................................... 92

Tabel 4.6 Nilai Parameter Pendekatan untuk Ct dan x ................................ 93

Tabel 4.7 Koefisien Batas Atas Periode yang Dihitung ............................... 95

Tabel 4.8 Berat Struktur Gedung ................................................................. 99

Tabel 4.9 Nilai Kurva Spektrum gempa ..................................................... 102

Tabel 4.10 Besarnya gaya geser dasar (Base Shear) Nominal

untuk masing-masing Gempa .................................................. 104

Tabel 4.11 Nilai Cek Persentase antara Base Shear SRPM dan

Shearwall dari kombinasi beban Gempa................................. 105

Tabel 4.12 Simpangan Struktur Akibat Gempa Statik arah X dan

Y .............................................................................................. 107

Tabel 4.13 Simpangan Struktur Akibat Gempa Dinamik arah X

dan Y ....................................................................................... 108

Tabel 4.14 Rekapitulasi Penulangan Plat Lantai ....................................... 133

xx

Tabel 4.15 Momen pada tangga ................................................................. 137

Tabel 4.16 Momen pada Bordes ................................................................ 140

Tabel 4.17 Tabel Momen Balok B1-40x80 (B114-Lantai 4) ....................... 148

Tabel 4.18 Posisi Garis Netral dan Nilai Momen Nominal

Tumpuan ................................................................................. 152

Tabel 4.19 Posisi Garis Netral dan Nilai Momen Nominal

Lapangan ................................................................................. 155

Tabel 4.20 Kebutuhan Tulangan Utama (B1-40x80)................................. 156

Tabel 4.21 Data Spesifikasi Pondasi Tiang Pancang ................................. 196

Tabel 4.22 Nilai SPT untuk perhitungan Q friksi BH2 ............................. 197

Tabel 4.23 Gaya- gaya Terfaktor output ETABS v9.6.0 point 91............. 198

Tabel 4.24 Nilai distribusi beban ke tiang ................................................. 201

Tabel 5.1 Perbandingan Perhitungan Praktis dan Perhitungan

Manual..................................................................................... 215

xxi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kelompok tiang ...................................................................... 16

Gambar 2.2 Ilustrasi simpangan .................................................................. 30

Gambar 3.1 Diagram Alur Perencanaan ...................................................... 38

Gambar 3.2 Lokasi Perencanaan di Bangkalan Madura ................................ 39

Gambar 3.3 Lokasi Perencanaan di Lingkungan Universitas Trunojoyo,

Bangkalan Madura ...................................................................... 40

Gambar 3.4 Diagram Regangan -Tegangan Balok ........................................ 55

Gambar 3.5 Rangka Bergoyang Akibat Gempa Arah Kanan ........................ 61

Gambar 3.6 Rangka Bergoyang Akibat Gempa Arah Kiri ............................ 61

Gambar 3.7 Hubungan Balok-Kolom di Tengah Portal ................................ 73

Gambar 4.1 Rencana Pemodelan Struktur Gedung Kuliah 21 Lantai ........... 81

Gambar 4.2 Input Data Kota pada Website puskim pu.go.id ........................ 89

Gambar 4.3 Ouput Desain Spektra pada Website puskim.pu.go.id .............. 90

Gambar 4.4 Respons Spektrum Desain Berdasarkan Website

puskim.pu.go.id ........................................................................... 91

Gambar 4.5 Peristiwa Bergetarnya Struktur dalam 1 Periode ....................... 92

Gambar 4.6 Waktu Getar Struktur Mode 1 (arah Y) dengan T1 =

1,3739 detik ................................................................................. 94

Gambar 4.7 Waktu Getar Struktur Mode 2 (arah X) dengan T2 =

1,2345 detik ................................................................................. 94

Gambar 4.8 Berat dan massa bangunan tiap lantai ........................................... 96

Gambar 4.9 Nilai Partisipasi Massa unruk Arah X dan Arah Y .................. 104

Gambar 4.10 Pendefinisian Struktur Pemikul Momen Khusus

(SRPMK) pada ETABS ............................................................ 109

Gambar 4.11 Analysis Option pada ETABS ............................................... 110

Gambar 4.12 Tegangan yang Terjadi pada Plat Akibat Beban Mati

dan Hidup .................................................................................. 111

Gambar 4.13 Luas Tulangan Utama Balok Arah Memanjang (Satuan :

mm) ........................................................................................... 112

xxii

Gambar 4.14 Tampak Luas Tulangan Geser (sengkang) Arah

Memanjang (Satuan : mm) ........................................................ 114

Gambar 4.15 Tampak Luas Tulangan Torsi Arah Memanjang (Satuan :

mm) ........................................................................................... 116

Gambar 4.16 Diagram Momen Akibat Beban Mati dan Beban Hidup ........ 117

Gambar 4.17 Diagram Momen Akibat Beban Mati, Beban Hidup dan

gempa Statik .............................................................................. 118

Gambar 4.18 Diagram Momen Akibat Beban Mati, Beban Hidup dan

gempa Dinamik ......................................................................... 119

Gambar 4.19 Tampak Luas Tulangan Utama Kolom Arah Memanjang ..... 119

Gambar 4.20 Detail Informasi Luas Tulangan, Momen, Gaya Geser, dan

Torsi, Kolom yang Ditinjau ...................................................... 120

Gambar 4.21 Diagram Interaksi Kolom yang diinjau .................................. 120

Gambar 4.22 Tampak Luas Tulangan Geser (sengkang) Kolom Arah

Memanjang ................................................................................ 121

Gambar 4.23 Momen arah 1-1 (M11) .......................................................... 125

Gambar 4.24 Momen arah 2-2 (M22) .......................................................... 126

Gambar 4.25 Penulangan Plat Lantai Tipe S2 ............................................. 134

Gambar 4.26 Detail Potongan A-A Penulangan Memanjang Pelat

Lantai Tipe S2 ........................................................................... 134

Gambar 4.27 Detail Potongan B-B Penulangan Melintang Pelat

Lantai Tipe S2 ........................................................................... 134

Gambar 4.28 Permodelan Tangga dengan SAP ........................................... 137

Gambar 4.29 Detail Penulangan Tangga ..................................................... 142

Gambar 4.30 Detail Penulangan Balok Bordes ........................................... 147

Gambar 4.31 Diagram bidang momen pada balok yang ditinjau

(B1-40x80) ................................................................................. 149

Gambar 4.32 Nilai geser makasimum pada balok (B1-40x80) .................... 160

Gambar 4.33 Rangka Bergoyang Akibat Gempa Arah Kanan .................... 161

Gambar 4.34 Rangka Bergoyang Akibat Gempa Arah Kiri ........................ 162

Gambar 4.35 Nilai torsi balok yang ditinjau ................................................ 165

Gambar 4.36 Panjang penyaluran pada balok (satuan: mm) ....................... 167

Gambar 4.37 Detail Penulangan Balok B1-40x80 ....................................... 167

xxiii

Gambar 4.38 Kolom yang ditinjau ............................................................... 168

Gambar 4.39 Gaya Dalam yang bekerja pada ujung-ujung Kolom ............ 176

Gambar 4.40 Diagram Interaksi Kolom Kolom........................................... 180

Gambar 4.41 Potongan Melintang dan Detail Kolom K1-100x120 .......... 186

Gambar 4.42 Gaya-gaya yang Bekerja pada Hubungan Balok-Kolom

di Tengah Portal ........................................................................ 187

Gambar 4.43 Detail Tulangan pada Hubungan Balok-Kolom ..................... 190

Gambar 4.44 Cek Syarat Batas Maksimum Rasio Penulangan ................... 191

Gambar 4.45 Detail Pondasi Tipe P14 ......................................................... 200

Gambar 4.46 Grafik Broms Tahanan Lateral ultimit (Das,2004) ................ 203

Gambar 4.47 Detail Penulangan dan Potonga Pile Cap Tipe 14 ................. 208

Gambar 4.48 Diagram Momen Tumpuan dan Geser ................................... 210

Gambar 4.49 Diagram Momen Lapangan ................................................... 210

Gambar 4.50 Diagram interaksi pada tie beam ............................................ 210

Gambar 4.51 Hasil Analisis PCA column ................................................... 211

Gambar 4.52 Detail Penulangan Tie Beam .................................................. 213

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Tanah

Lampiran 2. Gambar Kerja

Lampiran 3. Rencana Kerja dan Syarat

Lampiran 4. Rencana Anggaran Biaya

BAB I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan dalam jumlah banyak menyebabkan semakin

sempitnya lahan yang dapat digunakan. Pembangunan gedung ke arah

vertikal di kota-kota besar menjadi solusi masalah keterbatasan lahan. Suatu

bangunan gedung yang berlantai banyak perlu direncanakan dengan tepat dan

teliti agar memenuhi kriteria kekuatan (strength), kenyamanan

(serviceability), keselamatan (safey), dan umur rencana bangunan (durability)

(Hartono,1999).

Gempa bumi sering terjadi di wilayah Indonesia, baik yang bersifat

tektonik maupun vulkanik menimbulkan dampak kerusakan yang tidak

sedikit khususnya pada sarana dan prasarana maupun infrastruktur secara

umum. Salah satu kerusakan yang sering terjadi adalah pada bangunan sarana

pendidikan terutama gedung perkuliahan lantai tinggi. Bangkalan Madura

menjadi lokasi berdirinya salah satu Universitas Negeri di Indonesia yaitu

Universitas Trunojoyo.

Sebelum mendirikan bangunan, harus diketahui dahulu jenis tanah

yang akan menentukan jenis pondasi yang dipilih untuk mentransfer beban ke

lapisan yang lebih dalam untuk mencapai kedalaman tertentu sampai didapat

jenis tanah yang mendukung daya beban struktur bangunan. Pondasi harus

didesain untuk menahan gaya yang dihasilkan dan mengakomodasi

pergerakan yang disalurkan ke struktur oleh gerak tanah desain.

Pemilihan sistem rangka pemikul momen sangat berpengaruh

terhadap kekuatan dan kestabilan struktur. Maka struktur perlu direncanakan

dengan Sitem Ganda yaitu Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus dan

Dinding Geser. Menurut SNI 03-1726-2012 pasal 7.2.5.1 bahwa Sistem

BAB I - 2

Rangka pemikul momen sekurang-kurangnya mampu menahan 25% dari

gaya lateral total dan sisanya ditahan oleh dinding geser.

Bangunan tahan gempa merupakan bangunan yang mampu meredam

energi gempa yang terjadi, melalui kombinasi gaya dalam bangunan yang

dihasilkan dari komponen struktur dan non struktur bangunan. Syarat-syarat

bangunan tahan gempa sebagai berikut : Bila terkena gempa bumi yang lemah,

bangunan tersebut tidak mengalami kerusakan sama sekali ; Bila terkena

gempa bumi sedang, bangunan tersebut boleh rusak pada elemen-elemen

non-struktural (dinding, plafon, penutup atap, dll), tetapi tidak boleh rusak

pada elemen-elemen struktur ; Bila terkena gempa bumi yang sangat kuat,

bangunan tersebut dapat mengalami dua kondisi: bangunan tidak

mengalami keruntuhan baik sebagian maupun keseluruhan, bangunan tidak

boleh mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, bangunan boleh

mengalami kerusakan, tetapi kerusakan yang terjadi dapat diperbaiki dengan

cepat sehingga dapat berfungsi kembali.

Dari latar belakang maka Tugas Akhir diambil dengan judul

“DESAIN GEDUNG KULIAH 21 LANTAI DI UNIVERSITAS

TRUNOJOYO BANGKALAN MADURA TAHUN 2016”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pertimbangan dari gagasan-gagasan latar belakang, maka

didapat beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana merencanakan struktur gedung kuliah 21 lantai tahan

gempa yang dapat menahan beban yang bekerja, dengan

memperhitungkan faktor keamanan yang menyangkut kekuatan dan

kestabilan struktur?

BAB I - 3

2. Bagaimana merencanakan dimensi komponen struktur atas dan bawah

secara praktis dengan Program ETABS v9.6.0 dan secara manual

dengan bantuan Mathcad v.14?

3. Bagaimana merencanakan Rencana Anggaran Biaya dari bangunan

gedung kuliah 21 lantai serta Rencana Kerja dan Syarat dari rencana

gedung yang akan dibuat?

1.3. Batasan Masalah

Agar penulisan tugas akhir dapat terarah dan terencana, maka dibuat

suatu batasan masalah sebagai berikut:

1. Struktur gedung yang ditinjau adalah Gedung Kuliah 21 lantai

direncanakan tahan gempa dengan menggunakan Program ETABS

v9.6.0.

2. Perancangan meliputi struktur bawah yaitu pondasi tiang pancang dan

dan tie beam , serta struktur atas yaitu kolom, balok, plat lantai,

shearwall, tangga serta hubungan balok-kolom menggunakan struktur

beton bertulang yang ditinjau hanya satu titik saja.

3. Struktur dirancang dengan menggunakan Sistem Ganda yaitu Sistem

Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan Dinding Geser

4. Perancangan elemen struktur menggunakan analisis yang mengacu

pada Persyaratan Beton Struktur untuk Bangunan Gedung SNI 03-

2847-2013

5. Analisis perencanaan ketahanan gempa mengacu pada Tata Cara

Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung SNI 03-

1726-2012.

6. Analisis pembebanan menggunakan beban mati, beban hidup, dan

beban gempa sesuai dengan Beban minimum untuk perancangan

bangunan gedung dan struktur lain SNI 1727:2015

7. Analisis beban gempa menggunakan metode Statik Ekuivalen dan

Metode Dinamik (Response Spectrum)

BAB I - 4

8. Perhitungan pengecekan manual dimensi dan penulangan

menggunakan bantuan Program Mathcad v.14

1.4. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penyusunan Tugas Akhir adalah:

1. Merencanakan struktur gedung bertingkat berdasarkan SNI 03-1726-

2012 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur

Bangunan Gedung dan Non Gedung) dan SNI 03-2847-2013

(Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung).

2. Merencanakan dimensi komponen struktur atas dan struktur bawah

dari output gaya-gaya dalam pada struktur secara praktis dengan

Program ETABS versi 9.6.0 dan secara manual dengan bantuan

Program Mathcad v.14

3. Merencanakan Rencana Anggaran Biaya yang dibutuhkan serta

Rencana Kerja dan Syarat.

1.5. Sistematika Penyusunan Tugas Akhir

1. BAB I (Pendahuluan)

Berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan dan manfaat Tugas Akhir, serta sistematika penulisan.

2. BAB II (Tinjauan Pustaka)

BAB I - 5

Berisi uraian tentang teori-teori tanah, pondasi, gempa, beton, mutu

baja, struktur atas, tie beam, Syarat bangunan tinggi, syarat bangunan

tahan gempa, ETABS versi 9.6.0, MathCad versi 14.

3. BAB III (Metodologi Perencanaan)

Berisi mengenai langkah-langkah perncanaan struktur, aturan-aturan,

dan rumus yang dipakai dalam perhitungan gedung tinggi meliputi

perhitungan pondasi, tie beam, kolom, balok, plat lantai, shearwall,

tangga serta hubungan balok-kolom.

4. BAB IV (Desain Struktur)

Berisi uraian perhitungan perencanaan gedung kuliah 21 lantai.

Pemodelan Struktur gedung, perhitungan struktur yang didapat dari

software ETABS versi 9.6.0 dan pengecekan manual dimensi struktur

menggunakan sortware MathCAD versi 14, meliputi perhitungan

pondasi, tie beam, kolom, balok, plat lantai, shearwall, tangga dan

hubungan balok-kolom yang hanya ditinjau satu titik saja, perhitungan

Rencana Anggaran Biaya desain struktur gedung serta Rencana Kerja

dan Syarat.

5. BAB V (Penutup)

Berisi mengenai Simpulan dan Saran Tugas Akhir

BAB I - 6

BAB III - 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanah

2.1.1 Definisi Tanah

Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat

(butiran) mineral-mineral padat yang tersementasi satu sama lain dan dari

bahan organik yang telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas yang

mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das,

1991:68)

Secara umum tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu tanah tak

berkohesif dan tanah berkohesif. Tanah tak kohesif adalah tanah yang

berada dalam keadaan basah akibat gaya tarik permukaan di dalam air,

contohnya adalah tanah berpasir. Tanah berkohesif adalah tanah apabila

karakteristik fisis yang selalu terdapat pembasahan dan pengeringan yang

menyusun butiran tanah bersatu sesamanya sehingga sesuatu gaya akan

diperlakukan untuk memisahkan dalam keadaan kering, contohnya pada

tanah lempung (Bowles, 1991:72)

Getaran yang disebabkan oleh gempa cenderung membesar pada

tanah lunak dibandingkan pada tanah keras atau batuan. Proses penentuan

klasifikasi tanah berdasarkan atas data tanah pada kedalaman hingga 30 m,

karena menurut penelitian hanya lapisan-lapisan tanah sampai kedalaman

30 m saja yang menentukan pembesaran gelombang gempa

(Wangsadinata, 2006).

Data tanah tersebut adalah shear wave velocity (kecepatan rambat

gelombang geser), standard penetration resistance (Uji Penetrasi Standard

SPT) dan undrained shear strength (kuat geser undrained). Dari 3 (tiga)

BAB III - 39

parameter tersebut, minimal harus dipenuhi 2 (dua), dimana data yang

terbaik adalah Vs (shear wave velocity) dan data yang digunakan harus

dimulai dari permukaan tanah, bukan dari bawah basement.

Tanah keras yang bergetar akibat gempa, getarannya cenderung

mempunyai kandungan frekuensi tinggi. Getaran frekuensi tinggi tersebut

akan mempunyai panjang gelombang yang relatif pendek. Menurut ilmu

fisika bahwa kemampuan suatu material untuk menyerap energi akan

berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Oleh karena itu

gelombang frekuensi tinggi relatif lebih mudah diserap energinya oleh

media yang dilalui oleh gelombang gempa. Dengan demikian pada tanah

keras, intensitas gempa akan beratenuasi lebih cepat atau amplifikasi

spektrum semakin besar pada tanah yang lunak.

Berikut merupakan klasifikasi jenis tanah menurut SNI 03-1726-

2012

Tabel 2.1 Klasifikasi Kelas Tanah

Kelas situs ῡs (m/detik) N atau Nch Su (kPa)

SA (batuan keras) >1500 N/A N/A

SA (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A

SC (tanah keras,

sangat padat dan

batuan lunak) 350 sampai 750 >50 ≥100

SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 60 50 sampai 60

SE (tanah lunak) <175 <15 <50

Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih

dari 3 m tanah dengan karakteristik sebagai

berikut :

1. Indeks plastisitas, PI > 20

2. Kadar air, w ≥ 40 %

3. Kuat geser niralir, Su <25 kPa

SF (tanah khusus

yang

membutuhkan

investigasi

geoteknik spesifik

dan analisis

Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu

atau lebih dari karakteristik berikut :

- Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh

akibat beban gempa seperti mudah

likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah

tersementasi lemah

BAB III - 40

respons spesifik-

situs yang

mengikuti 6.10.1)

- Lempung sangat organik dan/atau gambut

(ketebalan H>3 m)

- Lempung berplastisitas sangat tinggi

(ketebalan H > 7,5 m dengan Indeks

Plastisitas PI > 75)

Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan

ketebalan H > 35 m dengan Su < 50 kPa

CATATAN : N/A = tidak dapat dipakai

Jenis tanah di lokasi perencanaan yaitu tanah lunak yang didapat

dari perhitungan data SPT dengan hasil nilai N kurang dari 15.

Tabel 2.2 Nilai SPT rata-rata dari titik BH2

LAPIS KEDALAMAN

(M)

TEBAL

(M)

BH2

N

SPT N'= TEBAL/NSPT

1 1.75 2 7 0.286

2 3.75 2 10 0.200

3 5.75 2 10 0.200

4 7.75 2 21 0.095

5 9.75 2 23 0.087

6 11.75 2 8 0.250

7 13.75 2 14 0.143

8 15.75 2 15 0.133

9 17.75 2 18 0.111

10 19.75 2 21 0.095

11 21.75 2 19 0.105

12 23.75 2 20 0.100

13 25.75 2 18 0.111

14 27.75 2 16 0.125

15 29.75 2 18 0.111

30 2.153

N 13.9344729

BAB III - 41

2.2. Gempa

2.2.1 Definisi Gempa

Gempa bumi merupakan sebagian dari proses alam yang

membentuk permukaan bumi dan terbentuknya gunung, bukit dan lembah-

lembah. Gempa bumi yang sering terjadi adalah gempa tektonik yaitu

terlepasnya energi pada kerak bumi yang dilepaskan secara tiba-tiba

sehingga menimbulkan arah gaya yang tidak beraturan.

Pada prinsipnya gempa bekerja sebanding dengan berat massa

bangunan dan dapat dirumuskan dengan hukum newton F=m.a (m=massa

bangunan ; a=percepatan yang dihasilkan). Sehingga semakin berat massa

bangunan semakin besar gaya yang bekerja pada bangunan tersebut. Hal

ini sangat berpengaruh pada konsep dasar perencanaan bangunan untuk

dapat bertahan terhadap gaya gempa yang timbul.

2.2.2 Gaya Gempa

Gaya gempa yang bekerja pada elemen struktur dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu:

2.2.2.1 Gaya vertikal yang berpengaruh terhadap elemen bangunan

pedukung gaya normal, seperti kolom, jenis balok kantilever dan

dinding pendukung.

2.2.2.2 Gaya horizontal yang bekerja pada bangunan akibat respons

bangunan dan sistem pondasinya dan bukan disebabkan oleh

percepatan gerakan tanah. Muatan gempa horizontal dianggap

bekerja dalam arah sumbu-sumbu utama bangunan yang pada

bangunan bertingkat tinggi gaya yang lebih menonjol adalah

gaya-gaya dorong yang berasal dari tiap lantai.

BAB III - 42

2.2.3 Faktor Keutamaan dan Kategori Risiko Struktur Bangunan

2.2.3.1 Kategori Risiko Gempa

Untuk kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung

sesuai dengan SNI 03-1726-2012 ditentukan berdasarkan jenis

pemanfaatan bangunan yang ditunjukkan dengan Tabel 2.3

Tabel 2.3 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk

beban gempa.

Jenis Pemanfaatan Kategori

Resiko

Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap

jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk tapi tidak

dibatasi untuk, antara lain :

- Fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan

perikanan

- Fasilitas sementara

- Gudang penyimpanan

- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya

I

Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam

kategori resiko I, III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :

- Perumahan

- Rumah toko dan rumah kantor

- Pasar

- Gedung perkantoran

- Gedung Apartemen/rimah susun

- Pusat perbelanjaan/mall

- Bangunan industri

- Fasilitas manufaktur

- Pabrik

II

Gedung dan non gedung yang memiliki resiko tinggi terhadap

jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak

dibatasi untuk :

- Bioskop

- Gedung pertemuan

- Stadion

- Fasilitas kesehatan yang memiliki unit bedah dan unit

gawat darurat

III

BAB III - 43

- Fasilitas penitipan anak

- Penjara

- Bangunan untuk orang jompo

Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori

resiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak

ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap

kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegaga;an,

termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :

- Pusat pembangkit listrik biasa

- Fasilitas penanganan air

- Fasilitas penanganan limbah

- Pusat telekomunikasi

Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori

resiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas

manufaktur, prosses, penanganan, penyimpanan, penggunaan

atau tempat pembuangan atau tempat pembuangan bahan bakar

berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya,atau

bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun

atau peledak dimana jumlah kandungan bahannyamelebihi nilai

batas yab=ng diisyaratkan oleh instansi yang berwenang dan

cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi

kebocoran.

Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas

yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk :

- Bangunan-bangunan monumental

- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan

- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang

memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat

- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor

polisi, setta garasi kendaraan darurat lainya

- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi

dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat

- Struktur tambahan (temasuk menara telekominikasi,

tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin,

struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran

atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau

material atau peralatan pemadam kebakaran) yang

diisyaratkan untuk operasi pada saat keadaan darurat

Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk

mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke

dalam kategori risiko IV

IV

BAB III - 44

2.2.3.2 Faktor Keutamaan Gempa

Tabel 2.4 Faktor keutamaan gempa

Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, Ie

I atau II 1,0

III 1,25

IV 1,50

Dari tabel 2.4 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung

untuk beban gempa, dengan jenis pemanfaatan bangunan sebagai

gedung sekolah dan fasilitas pendidikan dengan kategori risiko IV

maka faktor keutamaan gempa (Ie) yaitu 1,50 yang dapat dilihat dari

tabel 2.4.

2.3. Beton

2.3.1 Definisi Beton

Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang

diperoleh dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi

tertentu dari semen, pasir dan angregat kasar, serta air untuk membuat

campuran tersebut menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan

dimensi struktur yang diinginkan (Winter, 1993).

Beton dari berbagai variasi sifat kekuatan dapat diperoleh dengan

pengaturan yang susuai dari perbandingan jumlah material pembentuknya.

Variasi ini tergantung pada proporsi dari campurannya, pada

kesempurnaan dari adukan bahan-bahan pembentuk campuran tersebut

dan pada kondisi kelembaban dan temperatur pada tempat diletakkannya

BAB III - 45

campuran tersebut sejak saat ditempatkannya campuran tersebut dalam

cetakan hingga mengeras sepenuhnya (Winter,1993)

Modulus Elastisitas beton yaitu perbandingan antara tegangan dan

regangan. Nilai Modulus elastisitas dapat ditentukan secara empiris, yaitu

dari nilai kuat tekan beton. Semakin besar kuat tekan beton, semakin besar

pula nilai modulus elastisitasnya . hubungan modulus elastisitas terdapat

kuat tekan beton menurut SNI 03-2847-2013 pasal 8.5.1 adalah sebagai

berikut:

E = 4700√fc

Mutu Beton yang digunakan dalam perencanaan adalah fc:30 Mpa

untuk struktur pondasi, balok, plat lantai, tangga, dan tie beam, fc:35 Mpa

untuk struktur kolom dan shearwall.

2.4. Mutu Baja

Baja tulangan merupakan material berkekuatan tinggi, yang memiliki

kekuatan tarik maupun tekan, kekuatan lelehnya kurang lebih sepuluh kali

dari kekuatan tekan struktur beton yang umum, atau seratus kali dari

kekuatan tariknya. (Winter,1993)

Baja Tulangan yang dipakai ada 2 jenis, yaitu

1. Baja Tulangan Polos (BJTP)

2. Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD)

Tulangan polos digunakan untuk tulangan geser/begel/sengkang, dan

mempunyai tegangan leleh (fy) sebesar 240 MPa (disebut BJTP-24),

dengan ukuran diameter ≤ 13 mm. Sedangkan tulangan ulir/deform

digunakan untuk tulangan longitudinal atau tulangan memanjang, dan

BAB III - 46

mempunyai tegangan leleh (fy) 400 Mpa dengan ukuran diameter ≥ 13

mm.

Salah satu parameter yang paling berpengaruh terhadap perilaku

plastifikasi yang dihasilkan pada elemen struktur tahan gempa adalah

kondisi permukaan baja tulangan yang digunakan. Penggunaan tulangan

polos sebagai baja tulangan struktur dapat memberi dampak yang negatif

terhadap kinerja plastifikasi yang dihasilkan. Kuat lekatan baja tulangan

polos pada beton, yang pada dasarnya hanya terdiri atas mekanisme adhesi

dan friksi, diketahui hanyalah sekitar 10% kuat lekatan tulangan ulir.

Selain itu, degradasi lekatan akibat beban bolak-balik disaat terjadi gempa

pada tulangan polos sangatlah derastis dibandingkan dengan degradasi

lekatan pada tulangan ulir. SNI 03-2847-2013 hanya mengijinkan

penggunaan baja tulangan polos pada tulangan spiral. Sedangkan untuk

penulangan lainnya, disyaratkan untuk menggunakan baja tulangan ulir.

2.5. Struktur Bawah

Komponen – komponen struktus bawah gedung antara lain:

2.5.1. Pondasi

2.5.1.1. Definisi Pondasi

Pondasi merupakan suatu bagian dari konstruksi bangunan yang

berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang

disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat

menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada sistem

strukturnya. Pondasi tiang digunakan untuk mendukung bangunan bila

lapisan tanah kuat terletak di dalam. Pondasi tiang juga digunakan untuk

mendukung bangunan yang menahan gaya angkat ke atas, oleh gaya-gaya

pengulingan akibat beban angin. (Hardiyatmo, 2011:76)

BAB III - 47

Pondasi tiang digunakan untuk beberapa maksud, antara lain:

(Hardiyatmo, 2011:76)

1) Untuk meneruskan beban bangunan yang terletak di atas

tanah lunak, ke pendukung yang kuat.

2) Untuk meneruskan beban ke tanah yang relatif lunak sampai

kedalaman tertentu sehingga pondasi bangunan mampu

memberikan dukungan yang cukup untuk mendukung beban

tersebut oleh gesekan sisi tiang dengan tanah disekitarnya.

3) Untuk menahan gaya-gaya horizontal dan gaya yang arahnya

miring.

Pondasi sebagai struktur bawah tidak boleh gagal dari struktur atas.

Desain detail kekuatan (strength) struktur bawah harus memenuhi

persyaratan beban gempa rencana berdasarkan kombinasi beban untuk

metode ultimit (Indarto,2013:58)

Analisis deformasi dan analisis lain seperti likuifaksi, rambatan

gelombang, penurunan total dan diferensial, tekanan tanah lateral,

deformasi tanah lateral, reduksi kuat geser, reduksi daya dukung akibat

deformasi, reduksi daya dukung aksial dan lateral pondasi tiang

pengapuran (flotation) struktur bawah tanah, dan lain-lain, dapat dilakukan

sesuai dengan persyaratan beban kerja (working stress) yang besarnya

minimum sesuai dengan kombinasi beban untuk metode tegangan ijin

(Indarto, 2013:76)

Pengikat pondasi (pile cap) tiang individu, tiang bor, atau kaison

harus dihubungkan satu sama lain dengan pengikat. Semua pengikat harus

mempunyai kuat tarik atau tekan desain paling sedikit sama dengan gaya

yang sama dengan 10 persen SDs kali beban mati terfaktor ditambah

beban hidup terfaktor pur tiang atau kolom yang lebih besar kecuali bila

ditunjukkan bahwa kekangan ekuivalen akan disediakan oleh balok beton

bertulang dalam plat diatas tanah atau pelat beton bertulang diatas tanah

BAB III - 48

atau pengekangan oleh batu yang memenuhi syarat, tanah kohesif keras,

tanah berbutir sangat padat, atau cara lainnya yang disetujui

(Indarto,2013:76)

2.5.1.2.Tipe Pondasi

Penggunaan tipe pondasi dalam disesuaikan dengan besarnya beban,

kondisi lingkungan, dan lapisan tanah. Klasifikasi tiang yang didasarkan

pada metode pelaksanaan adalah sebagai berikut: Tiang pancang (driven

pile), dipasang dengan cara membuat bahan berbentuk nulat atau bujur

sangkar memanjang yang dicetak lebih dulu dan kemudian dipancang atau

ditekan ke dalam tanah. (Hardiyatmo, 2011:77).

2.5.1.3. Kapasitas Dukung Tiang Pancang

Untuk menghitung nilai kapasitas dukung kelompok tiang, ada

bebarapa hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu, yaitu jumlah tiang

dalam satu kelompok, jarak tiang, susunan tiang dan efisiensi kelompok

tiang. Kelompok tiang dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.1 Kelompok tiang

2.5.1.3.1. Jumlah Tiang (n)

BAB III - 49

Untuk menentukan jumlah tiang yang akan dipasang didasarkan

beban yang bekerja pada pondasi dan kapasitas dukung ijin tiang.

2.5.1.3.2. Jarak Tiang (S)

Jarak antar tiang pancang didalam kelompok tiang sangat

mempengaruhi perhitungan kapasitas dukung dari kelompok tiang

tersebut. Untuk bekerja sebagai kelompok tiang, jarak antar tiang yang

dipakai adalah menurut peraturan – peraturan bangunan pada daerah

masing–masing. Menurut K. Basah Suryolelono (1994), pada

prinsipnya jarak tiang (S) makin rapat, ukuran pile cap makin kecil dan

secara tidak langsung biaya lebih murah. Tetapi bila pondasi memikul

beban momen maka jarak tiang perlu diperbesar yang berarti

menambah atau memperbesar tahanan momen.

2.5.1.3.3. Susunan Tiang

Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas denah pile cap,

yang secara tidak langsung tergantung dari jarak tiang. Bila jarak tiang

kurang teratur atau terlalu lebar, maka luas denah pile cap akan

bertambah besar dan berakibat volume beton menjadi bertambah besar

sehingga biaya konstruksi membengkak (K. Basah Suryolelono, 1994).

2.5.1.3.4. Efisiensi Kelompok Tiang

Efisiensi tiang bergantung pada beberapa faktor, yaitu :

a. Jumlah, panjang, diameter, susunan dan jarak tiang.

b. Model transfer beban (tahanan gesek terhadap tahanan

dukung ujung).

c. Prosedur pelaksanaan pemasangan tiang.

d. Urutan pemasangan tiang

BAB III - 50

e. Macam tanah.

f. Waktu setelah pemasangan.

g. Interaksi antara pelat penutup tiang (pile cap) dengan tanah.

h. Arah dari beban yang bekerja.

2.5.2. Tie Beam

Tie Beam merupakan konstruksi pengaku yang mengikat atau

menghubungkan pondasi satu dengan pondasi yang lainnya. Fungsi dari

Tie Beam adalah untuk mengurangi penurunan akibat pembebanan pada

struktur, khususnya beban lateral akibat gempa bumi dan apabila terjadi

penurunan, maka penurunanya pun seimbang/bersamaan.

2.6. Struktur Atas

Komponen – komponen struktus atas gedung antara lain:

2.6.1 Kolom

Kolom merupakan komponen yang memiliki peran penting

dalam suatu bangunan. Fungsi kolom adalah penerus beban seluruh

bangunan ke pondasi. Kolom termasuk struktur utama untuk

meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup.

Menurut SNI 03-2847-2013, kolom harus dirancang untuk

menahan gaya aksial dari beban terfaktor pada semua lantai atau atap

dan momen maksimum dari bahan terfaktor pada satu bentang lantai

atau atap bersebelahan yang ditinjau. Kondisi pembebanan yang

memberikan rasio momen maksimum terhadap beban aksial harus juga

ditinjau.

Pada rangka atau konstruksi menerus, pertimbangan harus

diberikan pada pengaruh beban lantai atau atap tak seimbang baik

BAB III - 51

kolom interior dan eksterior serta dari pembebanan eksentris akibat

penyebab lainnya (SNI 03-2847-2013)

2.6.2 Balok

Balok adalah bagian dari struktur yang berfungsi untuk

menopang lantai di atasnya serta sebagai penyalur momen ke kolom –

kolom yang menopangnya. Balok yang bertumpu langsung pada

kolom disebut dengan balok induk, sedangkan yang bertumpu pada

balok induk disebut balok anak. Tulangan rangkap pada perancangan

balok pada umumnya ditujukan untuk meningkatkan daktilitas

tampang, pengendalian defleksi jangka panjang akibat adanya rangkak

dan susut. (McCormac,2003).

Berdasarkan jenis keruntuhannya ada beberapa keruntuhan yang

terjadi pada balok diantaranya:

1. Penampang seimbang (balance)

Tulangan tarik beton mulai leleh tepat pada saat beton mencapai

regangan batas dan akan hancur karena tekan. Pada saat awal

terjadinya keruntuhan, regangan tekan yang diijinkan pada serat tepi

yang tertekan adalah 0,003 sedangkan regangan baja sama dengan

regangan lelehnya yaitu Ey = fy/Ec .

2. Penampang over reinforced

Pada keadaan ini keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton

yang tertekan. Pada awal keruntuhan, regangan baja Es yang terjadi

masih lebih kecil dari regangan lelehnya Ey. Dengan demikian

tegangan baja fs juga lebih kecil dari tegangan lelehnya fy. Kondisi ini

BAB III - 52

terjadi apabila tulangan yang digunakan lebih banyak dari yang

diperlukan dalam keaadaan balance.

3. Penampang under reinforced

Keruntuhan terjadi ditandai dengan lelehnya tulangan baja.

Kondisi penampang yang demikian dapat terjadi apabila tulangan tarik

yang dipakai pada balok kurang dari yang diperlukan untuk kondisi

seimbang.

2.6.3 Plat Lantai

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,

jadi merupakan lantai tingkat. Plat lantai ini didukung oleh balok-balok

yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan.

Ketebalan plat lantai di tentukan oleh :

a. Besar lendutan yang diijinkan.

b. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok

pendukung.

c. Bahan konstruksi dan plat lantai.

2.6.4 ShearWall

2.6.4.1. Definisi ShearWall

Dinding Geser (shearwall) adalah suatu struktur balok

kantilever tipis yang langsing vertikal, untuk digunakan menahan

gaya lateral. Biasanya dinding geser berbentuk persegi panjang,

Box core suatu tangga, elevator atau shaft lainnya. Dan biasanya

diletakkan di sekeliling lift, tangga atau shaft guna menahan beban

lateral tanpa mengganggu penyusunan ruang dalam bangunan.

BAB III - 53

Pada umumnya dinding geser dikategorikan berdasarkan

geometrinya, yaitu :

1. Flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang

memiliki rasio hw/l= 2, dimana desain dikontrol terhadap

perilaku lentur,

2. Squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki

rasio hw=2, dimana desain dikontrol terhadap perilaku lentur,

3. Coupled shear wall (dinding berangkai), dimana momen guling

yang terjadi akibat beban gempa ditahan oleh sepasang dinding

geser yang dihubungkan dengan balok-balok penghubung

sebagai gaya tarik dan tekan yang bekerja pada masing-masing

dasar dinding tersebut.

Dalam merencanakan dinding geser, perlu diperhatikan

bahwa dinding geser yang berfungsi untuk menahan gaya lateral

yang besar akibat beban gempa tidak boleh runtuh akibat gaya

lateral, karena apabila dinding geser runtuh karena gaya lateral

maka keseluruhan struktur bangunan akan runtuh karena tidak ada

elemen struktur yang mampu menahan gaya lateral. Oleh karena

itu, dinding geser harus didesain untuk mampu menahan gaya

lateral yang mungkin terjadi akibat beban gempa, dimana

berdasarkan SNI 03-2847-2013 pasal 14.5.3.1, tebal minimum

dinding geser (td) tidak boleh kurang dari 100 mm.

2.6.4.2. Sistem Dinding Geser

Dalam pelaksanaannya dinding geser selalu dihubungkan

dengan sistem rangka pemikul momen. Dinding struktural yang

biasa digunakan pada gedung tinggi adalah dinding geser

kantilever, dinding geser berangkai, dan sistem rangka-dinding

geser (dual system). Kerja sama antara sistem rangka penahan

BAB III - 54

momen dan dinding geser merupakan suatu keadaan khusus,

dimana dua struktur yang berbeda sifat dan perilakunya

digabungkan sehingga diperoleh struktur yang lebih ekonomis.

Kerja sama ini dapat dibedakan menjadi beberapa macam sistem

struktur berdasarkan SNI 03-1726-2012 pasal 7.2.5.1, namun yang

digunakan dalam perencanaan yaitu:

Sistem ganda yaitu sistem struktur yang merupakan

gabungan dari sistem rangka pemikul momen dengan dinding geser

atau bresing. Rangka pemikul momen sekurang-kurangnya mampu

menahan 25% dari gaya lateral dan sisanya ditahan oleh dinding

geser. Nilai koefisien modifikasi respons (R) yang

direkomendasikan untuk sistem ganda dengan Sistem Rangka

Pemikul Momen Khusus (SRPMK) adalah 7.

2.7. Beban-beban pada Struktur Bangunan Bertingkat

Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya.

2.7.1 Beban Pokok yang Bekerja

Beban-beban pada struktur bangunan bertingkat, menurut arah

bekerjanya dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

2.7.1.1 Beban Vertikal (Gravitasi).

2.7.1.1.1 Beban mati (Dead Load).

Beban mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang

bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, pekerjaan

pelengkap (finishing), serta alat atau mesin yang merupakan bagian

tak terpisahkan dari rangka bangunannya

BAB III - 55

Beban mati merupakan berat sendiri bangunan yang

senantiasa bekerja sepanjang waktu selama bangunan tersebut ada

atau sepanjang umur bangunan. Pada perhitungan berat sendiri ini,

seorang analisis struktur tidak mungkin dapat menghitung secara

tepat seluruh elemen yang ada dalam konstruksi, seperti berat

plafond, pipa-pipa ducting, dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam

menghitung berat sendiri konstruksi ini dapat meleset sekitar 15 %

- 20 %

2.7.1.1.2 Beban Hidup (Live Load).

Beban hidup adalah berat dari penghuni dan atau barang-

barang yang dapat berpindah, yang bukan merupakan bagian dari

bangunan. Sedangkan pada atap, beban hidup termasuk air hujan

yang menggenang.

2.7.1.2 Beban Horizontal (Lateral).

2.7.1.2.1 Beban Gempa (Earthquake).

Beban gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam

struktur Pada dasarnya ada dua metode Analisa Perencanaan

Gempa, yaitu :

a. Analisis Beban Statik Ekuivalen (Equivalent Static Load

Analysis).

Analisis ini adalah suatu cara analisa struktur, dimana pengaruh

gempa pada struktur dianggap sebagai beban statik horizontal

untuk menirukan pengaruh gempa yang sesungguhnya akibat

gerakan tanah. Metode ini digunakan untuk bangunan struktur

yang beraturan dengan ketinggian tidak lebih dari 40 m.

BAB III - 56

b. Analisis Dinamik (Dynamic Analysis).

Metode ini digunakan untuk bangunan dengan struktur yang

tidak beraturan. Perhitungan gempa dengan analisis dinamik ini

terdiri dari :

a) Analisa Ragam Spektrum Respons.

Analisa Ragam Spektrum Respons adalah suatu cara

analisa dinamik struktur, dimana suatu model dari

matematik struktur diberlakukan suatu spektrum respons

gempa rencana, dan ditentukan respons struktur terhadap

gempa rencana tersebut.

b) Analisa Respons Riwayat Waktu.

Analisa Respons Riwayat Waktu adalah suatu cara analisa

dinamik struktur, dimana suatu model matematik dari

struktur dikenakan riwayat waktu dari gempa-gempa hasil

pencatatan atau gempa-gempa tiruan terhadap riwayat

waktu dari respons struktur ditentukan.

2.7.2 Kombinasi Pembebanan

Struktur, komponen, dan pondasi harus dirancang sedemikian rupa

sehingga kekuatan desainnya sama atau melebihi efek dari beban terfaktor

dalam kobinasi berikut : (SNI 03-1726-2012)

1. 1,4 DL

2. 1,2 DL + 1,6 LL + 0,5 (Lr atau R)

3. 1,2 DL + 1,0 E + LL

4. 0,9 DL + 1,0 E

DL = Beban mati (Dead Load)

LL = Beban Hidup (Live Load)

Lr = Beban hidup pada atap (roof live load)

E = Beban gempa (Earthquake load )

BAB III - 57

2.8. ETABS v9.6.0

ETABS (Extended Three dimension Analysis of Building Systems)

adalah program komputer yang digunakan untuk membantu dalam

perencanaan gedung bertingkat tinggi dengan konstruksi beton bertulang,

baja, dan komposit. Program komputer ini dikembangkan oleh perusahaan

CSI (Computers and Structures Inc) yaitu salah satu perusahaan software

untuk perencanaan struktur.

2.9. MathCad v.14

MathCAD merupakan suatu software perhitungan matematika.

MathCAD mempunyai kemampuan untuk menurunkan rumus yang masih

dinyatakan dalam variabel dengan bantuan symbolic evaluation. Software

ini dikembangkan oleh MathSoft.Inc. MathCAD berbeda dengan software

perhitungan matematika lainnya, karena pengguna seolah-olah berhadapan

dengan kertas-kertas buram dimana-mana, pengguna dapat menempatkan

sembarang simbol matematis, operasi aritmetika, satuan sebuah besaran,

serta memasukkan gambar ke dalam kalkulasi.

2.10. Syarat-syarat Umum Perencanaan Struktur Gedung

2.10.1 Syarat Stabilitas

Kestabilan memiliki arti bangunan tidak akan runtuh (collapse) jika

mendapat pengaruh gaya-gaya dari luar. Setidaknya ada 3 cara yang bisa

dilakukan untuk membuat struktur yang stabil:

a. Pemasangan pengaku (diagonal bracing) pada struktur

BAB III - 58

Pemasangan pengaku, selain untuk membuat struktur stabil,

dilakukan untuk membantu mencegah struktur mengalami deformasi

yang besar pada arah horizontal. Pengaku banyak dipasang pada

strukur yang terbuat dari kayu atau baja. Pada struktur bangunan tinggi

(lebih dari 30 meter), pemasangan pengaku lebih sering dilakukan

dibandingkan dengan struktur bangunan yang rendah dengan alasan

struktur yang rendah masih sangat rigid (deformasinya kecil) dan tidak

membutuhkan bantuan bracing.

b. Pembuatan bidang rangka yang kaku (diaphragm)

Bidang rangka kaku atau biasa disebut diaphragm adalah sistem

di mana dinding atau pelat lantai dipasang sangat kaku pada rangka

struktur. Hal ini menyebabkan sambungan (joint) tidak lagi berperilaku

sebagai sendi, namun sambungan ini akan kaku dan berubah fungsi

sebagai jepit.

c. Pemasangan sambungan yang kaku (rigid)

Jika pada sistem diaphragm memasang bidang yang akan

mengubah perilaku sambungan, maka pada cara yang ketiga ini,

sambungan secara langsung dipasang dengan kaku tanpa perlu bantuan

dinding atau pelat. Biasanya sistem seperti ini bisa dilakukan pada

sambungan las baja atau sambungan balok kolom pada beton

bertulang.

Untuk membuat sistem struktur yang stabil, paling tidak

diperlukan sejumlah elemen-elemen minimum yang dipasang pada

struktur. Struktur pada kondisi sudah dibuat kaku sudah stabil, namun

jika ada gaya horizontal pada arah tegak lurus bracing, struktur akan

mengalami torsi yang cukup besar akibat pemasangan struktur yang

tidak simetris. Untuk itulah diperlukan pemasangan elemen-elemen

yang simetris pada struktur.

BAB III - 59

2.10.2 Syarat Kekuatan

Syarat kekuatan ini mencakup seluruh elemen struktur baik plat,

kolom, balok, dan shearwall. Cara mengeceknya pun sesuai dengan

perilaku elemen-elemen tersebut. Misalnya kolom, cari terlebih dahulu

diagram interaksi dan tentukan dimana titik Pu, Mu maksimum pada

diagram interaksi tersebut, jika titik tersebut berada di luar dan di bawah

keadaan balance, maka terjadi kegagalan tarik. Jika berada di luar sebelah

atas keadaan balance maka terjadi kegagalan tekan. Sedangkan pada balok

dan plat, di cek dengan mengukur kemampuan balok dengan ukuran dan

tulangan terpasang kemudian bandingkan dengan momen yang terjadi.

Bila momen kapasitas balok di atas momen yang terjadi di lapangan, baik

itu tekan maupun tarik, maka balok dan pelat tersebut aman. Sedangkan

pada shearwall, ada beberapa pakar yang mengasumsikan shearwall

sebagai kolom pendek karena itu pengecekannya pun sama dengan kolom,

yaitu dengan mencari diagram interaksi tersebut.

2.10.3 Syarat Daktilitas

Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung

SNI 03-1726-2012, memberikan pengertian daktilitas dan faktor daktilitas.

Daktilitas adalah kemampuan struktur gedung untuk mengalami

simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik

akibat beban gempa di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya

pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang

cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah

berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.

Faktor daktilitas adalah rasio antara simpangan maksimum struktur

gedung pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan dan simpangan

struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan pertama di dalam struktur

gedung.

BAB III - 60

2.10.3.1 Elastik (Fully Elastic)

Elastik adalah suatu tingkat daktilitas struktur gedung dengan nilai

faktor daktilitas sebesar 1,0.

2.10.3.2 Daktilitas Parsial

Daktilitas parsial adalah seluruh tingkat daktilitas struktur

gedung dengan nilai faktor daktilias diantara untuk struktur gedung

yang elastik penuh sebesar 1,0 dan untuk struktur gedung yang daktail

penuh sebesar 5,3

2.10.3.3 Daktilitas Penuh (Full Ductility)

Daktilitas penuh adalah suatu tingkat daktilitas struktur gedung,

di mana strukturnya mampu mengalami simpangan pasca-elastik pada

saat mencapai kondisi diambang keruntuhan yang paling besar, yaitu

dengan mencapai nilai faktor daktilitas sebesar 5,3

2.10.4 Syarat Layak Pakai dalam keadaan Layan

2.10.4.1 Arti Lendutan

Besarnya lendutan pada batang-batang beton menjadi sangat

penting saat batang struktur didesain dengan ukuran relatif langsing.

Lendutan yang berlebihan pada balok dan plat dapat menyebabkan

penurunan lantai, cekungan pada atap datar, getaran yang berlebihan,

dan bahkan mengganggu operasi mesin yang ditopang struktur.

Lendutan seperti ini biasanya merusak partisi bata ringan

(McCormac,2003:158)

BAB III - 61

2.10.4.2 Kontrol Lendutan

Salah satu cara terbaik untuk mengurangi lendutan adalah dengan

meningkatkan ketebalan struktur. Spesifikasi beton bertulang biasanya

membatasi lendutan dengan cara menentukan batas maksimum

lendutan hasil perhitungan yang diizinkan.

Tabel 2.5 Perhitungan lendutan maksimum yang diizinkan

Jenis batang struktur Lendutan yang harus

diperhitungkan

Batas

lendutan

Atap datar yang tidak menopang atau

menempel pada batang nonstruktural

yang dapat rusak karena lendutan

besar

Lendutan yang segera

terjadi karena beban

hidup L

L/180

Lantai yang tidak menopang atau

menempel pada batang nonstruktural

yang dapat rusak karena lendutan

besar

Lendutan yang segera

terjadi karena beban

hidup L

L/360

Konstruksi atap atau lantai yang

menopang atau menempel pada batang

nonstruktural yang dapat rusak karena

lendutan besar

Bagian dari lendutan

total yang terjadi

setelah

L/480

Konstruksi atap atau lantai yang

menopang atau menempel pada batang

nonstruktural yang tidak akan rusak

karena lendutan besar

L/240

2.10.4.3 Simpangan Bangunan dan Simpangan Antar Lantai

Suatu struktur harus memiliki kekakuan yang cukup sehingga

pergerakkannya dapat dibatasi. Kekakuan struktur dapat diukur dari

besarnya simpangan antar lantai (drift) bangunan, semakin kecil

simpangan struktur maka bangunan tersebut akan semakin kaku

Ada perbedaan antara displacement dan drift, displacement adalah

simpangan suatu lantai di ukur dari dasar lantai sedangkan drift adalah

simpangan suatu lantai di ukur dari dasar lantai di bawahnya. Kekakuan

BAB III - 62

bahan itu sendiri dipengaruhi oleh modulus elastisitas bahan dan ukuran

elemen tersebut. Dan modulus elastisitas berbanding lurus dengan

kekuatan bahan, maka semakin kuat bahan maka bahan tersebut juga

semakin kaku. Namun bahan yang terlalu kaku bisa menjadi getas (patah

seketika).

SNI 03-1726-2012 pasal 7.12.1 dengan kategori resiko IV

mensyaratkan simpangan antar lantai yang terjadi tidak boleh melampaui

0,015 kali tinggi tingkat yang bersangkutan. SNI 03-1726-2012

menetapkan ini untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan

beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah kerusakan non

struktural dan ketidaknyamanan penghuni. Hal ini diperlukan untuk

membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur yang akan

membawa korban jiwa manusia (Purwono, 2005:77).

Gambar 2.2 Ilustrasi simpangan

2.10.4.4 Retakan

Retak Lentur adalah retak vertikal yang memanjang dari sisi tarik

balok dan mengarah ke atas sampai daerah sumbu netralnya. Jika

balok mempunyai web yang sangat tinggi (lebih dari 3 atau 4 ft), jarak

BAB III - 63

retak akan sangat dekat, dengan sebagian retak terjadi bersamaan

sampai di atas tulangan, dan sebagian lagi tidak sampai ke tulangan.

Retak ini akan lebih lebar di pertengahan balok daripada di bagian

dasarnya (McCormac,2003:175)

Retak miring karena geser dapat terjadi pada bagian web balok

beton bertulang baik sebagai retak bebas atau perpanjangan retak

lentur. Kadang-kadang retak miring akan berkembang secara bebas

pada balok meskipun tidak ada retak lentur pada daerah tersebut. Retak

ini, yang disebut retak geser web, kadang-kadang terjadi pada web–

web penampang prategang, terutama penampang dengan flens yang

besar dan web yang tipis.

Retak puntir (tension crack), cukup mirip dengan retak geser

terkecuali retak puntir ini melingkar di sekeliling balok. Jika sebuah

batang beton tanpa tulangan menerima torsi murni, batang tersebut

akan retak dan runtuh di sepanjang garis spiral 45º karena tarik

diagonal yang disebabkan tegangan puntir. Meskipun tegangan puntir

sangat mirip dengan tegangan geser, namun tegangan puntir terjadi di

seluruh permukaan batang. Akibatnya, tegangan puntir ini menambah

tegangan geser pada satu sisi dan mengurangi tegangan geser pada sisi

yang lain.

Retak juga dapat terjadi pada beton akibat penyusutan, perubahan

temperatur, penurunan, dan sebagainya.

2.10.4.5 Kontrol Retak Lentur

Retak akan terjadi pada struktur beton bertulang karena kekuatan

tarik beton yang rendah. Untuk batang dengan tegangan tulangan yang

lebih rendah pada saat menerima beban layan, retak yang terjadi akan

sangat kecil. (McCormac,2003:176)

BAB III - 64

Meskipun retak tidak dapat dicegah, namun ukurannya dapat

dibatasi dengan menyebar atau mendistribusikan tulangan. Dengan

kata lain, retak akan lebih kecil dihasilkan jika beberapa tulangan kecil

digunakan dengan jarak yang sedang ketimbang menggunakan lebih

sedikit tulangan besar dengan jarak yang yang lebar. Praktek seperti ini

biasanya akan menghasilkan kontrol retak yang memuaskan bahkan

untuk baja mutu 60 atau 75. Acuan yang benar mengenai retak adalah

jangan menggunakan tulangan lebih besar dari 9 in.

(McCormac,2003:177)

Lebar retak maksimum yang dapat diterima bervariasi dari

sekitar 0,004 sampai 0,016 in. Tergantung lokasi, jenis struktur, tekstur

permukaan beton, iluminasi, dan faktor-faktor lain. Lebar retak yang

lebih kecil mungkin diperlukan untuk batang yang terekspos dengan

lingkungan yang sangat agresif, seperti larutan bahan kimia,dan

percikan air asin (McCormac,2003:177)

2.10.5 Syarat Durabilitas

2.10.5.1 Kuat Tekan Minimum Beton

Kuat tekan beton (fc) sesuai pasal 21.1.4 SNI 2847-2013 untuk

rangka momen khusus,dinding struktur khusus, dan semua komponen

dinding struktur khusus termasuk balok kopel dan pier dinding tidak

boleh kurang dari 20 Mpa. Kuat tekan beton 20 MPa atau lebih

dipandang menjamin kualitas perilaku beton. Pemakaian beton ringan

harus memenuhi syarat yang tercantum di pasal 21.4.3

2.10.5.2 Tebal Selimut Beton

BAB III - 65

Berdasarkan SNI 03-2847 2013 pasal 7.5.2.1 Toleransi untuk d

dan untuk selimut beton minimum pada struktur lentur, dinding, dan

komponen struktur tekan harus sebagai berikut:

Tabel 2.6 Tabel selimut beton

Kecuali bahwa ketentuan toleransi untuk jarak bersih ke sisi

bawah (soffits) harus minus 6 mm. Sebagai tambahan, toleransi untuk

selimut tidak boleh melampaui minus 1/3 beton yang disyaratkan.

Berdasarkan SNI 03 2847-2013 Tebal selimut beton untuk beton

non-prategang tidak boleh kurang dari berikut:

a. Beton yang di cor selalu berhubungan dengan tanah : 75 mm

b. Beton yang berhubungan dengan tanah dan cuaca:

Batang tulangan D-19 hingga D-57 : 50 mm

Batang tulangan D-16, kawat M-16 ulir atau polos, dan yang

lebih kecil : 40 mm

c. Beton yang tidak berhubungan dengan cuaca atau berhubungan

dengan tanah:

Slab, dinding, balok usuk:

Batang tulangan D-44 san D-57 : 40 mm

Batang tulangan D-36 dan yang lebih kecil : 20 mm

Balok, Kolom:

Tulangan utama, pengikat, sengkang, spiral : 40 mm

Komponen struktur cangkang, pelat lipat:

Batang tulangan D-19 dan yang lebih besar : 20 mm

Batang tulangan D-16, kawat M-16 ulir atau polos, dan

yang lebih kecil :13 mm

BAB III - 66

2.10.5.3 Jenis dan Kandungan Semen

Berdasarkan SNI 03 2847-2013, material semen harus

memenuhi salah satu dari ketentuan berikut:

a. Semen Portland: ASTM C150M

b. Semen hidrolis blended: ASTM C595M Kecuali tipe IS

(≥70), yang tidak diperuntukan sebagai unsur pengikat

utama beton struktural

c. Semen hidrolis ekspansif: ASTM C845

d. Semen hidrolis: ASTM C1157M

e. Abu terbang (fly ash) dan pozzolan alami: ASTM C618

f. Semen flag: ASTM C989

g. Silica fume: ASTM C1240

2.10.5.4 Tinjauan Korosi

Menurut SNI 03 2847-2013 Pasal 7.7.6 Pada lingkungan korosif

atau kondidi paparan parah lainnya, selimut beton harus ditingkatkan

bilamana diperlukan. Sebagai tambahan untuk proteksi korosi, seimut

beton yang ditetapkan untuk tulangan tidak kuang dari 50 mm untuk

dinding dan slab dan tidak kurang dari 65 mm untuk komponen

struktur lainnya direkomendasikan. Untuk komponen struktur beton

pracetak yang dibuat dibawah kondisi kontrol pabrik, selimut beton

yang ditetapkan tidak kurang dari 40 mm untuk dinding dan slab dan

tidak kurang dari 50 mm untuk komponen struktur lainnya

direkomendasikan.

BAB III - 67

2.10.6 Syarat Ketahanan terhadap Kebakaran

Dimana standar ini mensyaratkan tebal selimut beton untuk perlindungan

terhadap kebakaran sebih besar dari tebal minimum selimut beton diatas,

tebal yang lebih besar tersebut harus disyaratkan.

2.10.6.1 Dimensi minimum Elemen/Komponen Struktur

a. Pelat

Tinggi minimum pelat satu arah

Tabel 2.7 Tebal minimum pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung

Komponen

Struktur Tebal minimum h

Tertumpu

sederhana

Satu ujung

menerus

Kedua

ujung

menerus

Kantilever

Komponen struktur tidak menumpu atau tidak

berhubungan dengan partisi atau konstruksi lainnya

yang mungkin rusak oleh lendutan yang besar

Pelat masif

satu arah l/20 l/24 l/28 l/10

Balok atau

pelat rusuk

satu arah l/16 l/18.5 l/21 l/18

Dikutip dari tabel 9.5 (a) SNI 2847:2013 halaman 70

BAB III - 68

Luasan tulangan susut dan suhu harus menyediakan paling

sedikit memiliki rasio luas tulangan terhadap luas bruto penampang

beton sebagai berikut, tetapi tidak kurang dari 0,0014:

a. Batang tulangan ulir mutu 280 atau 350, Asmin= 0,002 b h

b. Batang tulangan ulir mutu 420, Asmin = 0,0018 b h

c. Batang tulangan ulir mutu >420, Asmin =b h

Spasi tulangan utama, dipilih nilai yang terkecil dari:

a. s < 3 h ( h = tebal pelat )

b. s < 450 mm.

Spasi tulangan susut dan suhu, dipilih nilai yang terkecil dari:

c. s < 5 h ( h = tebal pelat )

d. s < 450 mm.

b. Balok

Menentukan nilai h (pembulatan keatas kelipatan 50 mm) dengan:

a. Tinggi balok minimum yang disyaratkan agar lendutan tidak

diperiksa.

b. Bila haktual < hmin balok, lendutan perlu diperiksa sesuai dengan

tabel 9.5(a) SNI 2847:2013.

c. bw > 0,3 h atau bw ≥ 250 mm (Pasal 21.5.1.3 SNI 2847:2013).

c. Kolom

Estimasi dimensi kolom ditentukan berdasarkan beban aksial

yang bekerja diatas kolom tersebut. Beban yang bekerja meliputi

beban mati dan hidup balok, pelat, serta berat dari lantai di atas kolom

tersebut. Untuk komponen struktur non-prategang dengan tulangan

sengkang berdasarkan pasal 10.3.6.2 SNI 2847:2013:

ФPn(max)= 0,8 Ф [ 0,85 f’ c (Ag – Ast) + fy Ast ]

Dengan nilai Ф = 0,65

BAB III - 69

2.10.7 Syarat Integritas

Dalam pendetailan tulangan dan sambungan, komponen struktur

harus diikat secara efektif bersama untuk meningkatkan integritas

struktur secara menyeluruh.

Persyaratan minimum untuk konstruksi cor di tempat:

a. Pada konstruksi balok usuk, paling sedikit terdapat satu batang

tulangan bawah yang menerus atau harus disambung lewatan

dengan sambungan lewatan tarik kelas B atau sambungan mekanis

atau las yang memenuhi paling sedikit 1,25fy dan pada tumpuan

tak menerus harus diangkur untuk mengembangkan fy pada muka

tumpuan menggunakan kait standar yang memenuhi penyaluran

kait satandar dalam kondisi tarik atau batang tulangan ulir

berkepala

b. Balok sepanjang perimeter struktur harus memiliki tulangan

menerus melebihi panjang bentang yang melalui daerah yang

dibatasi oleh tulangan longitudinal

c. Tulangan menerus diperlukan pada poin (b) harus dilingkupi oleh

tulangan transversal yang tidak perlu diteruskan melalui kolom

d. Bilamana sambungan tulangan diperlukan poin (b) pada ujung

tulangan harus disambung pada atau dekat dengan tengah bentang

dan dibawah tulangan harus disambung pada atau dekat

tumpuannya.

BAB III - 70

2.10.8 Syarat yang berhubungan dengan Pelaksanaan Konstruksi

Pemilihan metode konstruksi yang tepat untuk diterapkan pada

daerah lokasi perencanaan, bahan bangunan yang digunakan serta mutu

bahan yang tersedia, meninjau kendala pelaksanaan seperti cuaca serta

kondisi medan, selain itu sumber daya tenaga kerja di daerah tersebut.

BAB III - 71

ya

BAB III

METODOLOGI PERENCANAAN

3.1. Diagram Alur Perencanaan

Alur Perencanaan Desain Gedung Kuliah 21 lantai dapat dilihat sebagai

berikut:

Gambar 3.1 Diagram Alur Perencanaan

Analisis Gempa

Perhitungan Praktis dengan ETABS

versi 9.6.0 meliputi Plat, Balok, dan

Kolom

Gambar Kerja,RAB, RKS

tidak

Mulai

Data Tanah berupa N-SPT, Kriteria desain,

Penentuan kelas Gempa, Parameter input data,

pembebanan

Selesai

Pembuatan model struktur di software

ETABS versi 9.6.0 dan menentukan balok

terlemah

Perhitungan manual dengan bantuan

Mathcad versi 14 meliputi perhitungan

Pondasi Tiang Pancang, Plat lantai,

Tangga, Balok, Kolom, tie beam, dan

Shearwall

BAB III - 72

3.2. Tahap Pengumpulan Data

3.2.1 Data Tanah

Pekerjaan Bor dan Tes SPT

Pada rencana lokasi perencanaan gedung kuliah 21 lantai, yang

berlokasikan di Bangkalan Madura dapat dikemukakan sebagai berikut:

Pada data tanah BH-2

0.0 – 02.10 dengan jenis tanah Lempung (CH)

02.10 – 06.00 dengan jenis tanah Lempung (CL)

06.00 – 12.00 dengan jenis tanah Lanau

12.00 – 30.00 dengan jenis tanah lempung (CH)

3.2.2. Data Lokasi Perencanaan.

Gambar 3.2 Lokasi Perencanaan di Bangkalan Madura

BAB III - 73

Gambar 3.3 Lokasi Perencanaan di Universitas Trunojoyo, Bangkalan

Madura

3.2.3. Pemilihan Kriteria Desain

Type bangunan : Gedung Pendidikan

Tinggi bangunan : 73,5 m

Jumlah lantai : 21 lantai

Struktur bangunan : Beton bertulang

Struktur pondasi : Pondasi Tiang Pancang

Mutu beton (f’c) : 30 MPa (Pondasi, Balok ,Plat lantai, dan

Tangga)

35 MPa (Kolom dan Shearwall)

Mutu baja (fy) : BJTP 240 MPa BJTD 400 MPa

Atap : Dak

BAB III - 74

3.2.4. Perencanaan Dimensi

3.2.4.1. Perencanaan Dimensi Balok

Menurut SNI 03-2847-2013 dalam tabel 8 disebutkan

tebal minimum balok di atas dua tumpuan sederhana

disyaratkan L /16.

3.2.4.2. Perencanaan Dimensi Kolom

Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 10.8.1 : kolom harus

direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang

bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum

dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai

atau atap yang ditinjau.

3.2.4.3. Perencanaan Dimensi Dinding Geser

Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 16.5.3.(1) : ketebalan

dinding pendukung tidak boleh kurang daripada L/25 tinggi

atau panjang bagian dinding yang ditopang secara lateral,

diambil yang terkecil, dan tidak kurang daripada 100 mm.

3.2.5. Pembebanan

3.2.5.1. Kombinasi Pembebanan

Berdasarkan SNI 1726:2012 bahwa : Struktur,

komponen, dan fondasi harus dirancang sedemikian rupa

sehingga kekuatan desainnya sama atau melebihi efek dari

beban terfaktor dalam kombinasi berikut:

5. 1,4 DL

6. 1,2 DL + 1,6 LL + 0,5 (Lr atau R)

7. 1,2 DL + 1,0 E + LL

8. 0,9 DL + 1,0 E

BAB III - 75

DL = Beban mati (Dead Load)

LL = Beban Hidup (Live Load)

Lr = Beban hidup pada atap (roof live load)

E = Beban gempa (Earthquake load )

3.2.5.2. Beban Gempa

Perhitungan analisis struktur gedung terhadap beban

gempa mengacu pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa

untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-

2012) dengan tahapan sebagai berikut.

a).Menentukan Katagori Resiko Struktur Bangunan dan Faktor

Keutamaan

Berdasarkan Pasal 4.1.2 SNI 03-1726-2012 disebutkan

bahwa Gedung Apartemen atau Rumah Susun termasuk dalam

katagori resiko IV dengan faktor keutamaan gempa Ie sebesar

1,5.

b). Menentukan Kelas Situs

Getaran yang disebabkan oleh gempa cenderung

membesar pada tanah lunak dibandingkan pada tanah keras atau

batuan. Proses penentuan klasifikasi tanah tersebut berdasarkan

data tanah pada kedalaman hingga 30 m, karena menurut

penelitian hanya lapisan- lapisan tanah sampai kedalaman 30 m

saja yang menentukan pembesaran gelombang gempa

(Wangsadinata, 2006). Data tanah tersebut adalah :

Shear wave velocity (kecepatan rambat gelombang geser),

Standard penetration resistance (uji penetrasi standard SPT),

Undrained shear strength (kuat geser undrained,Cu/Su).

BAB III - 76

Dari data tanah yang akan digunakan, diketahui nilai N-SPT.

Dimana , : nilai hasil test penetrasi standar rata- rata,

ti : tebal lapisan tanah ke-i,

Ni :hasil test penetrasi lapisan tanah ke-i.

Dari nilai rata-rata hasil N-SPT yang didapatkan, dapat

ditentukan kelas situs berdasarkan SNI Gempa 03-1726- 2012

Pasal 5.3.

Tabel 3.1 Klasifikasi Kelas Tanah

Kelas situs ῡs (m/detik) N atau Nch Su (kPa)

SA (batuan keras) >1500 N/A N/A

SA (batuan) 750 sampai 1500 N/A N/A

SC (tanah keras,

sangat padat dan

batuan lunak)

350 sampai 750 >50 ≥100

SD (tanah sedang) 175 sampai 350 15 sampai 60 50 sampai 60

SE (tanah lunak) <175 <15 <50

Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih dari 3

m tanah dengan karakteristik sebagai berikut :

4. Indeks plastisitas, PI > 20

5. Kadar air, w ≥ 40 %

6. Kuat geser niralir, Su <25 kPa

SF (tanah khusus

yang

membutuhkan

investigasi

geoteknik spesifik

dan analisis

respons spesifik-

situs yang

mengikuti 6.10.1)

Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu

atau lebih dari karakteristik berikut :

- Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat

beban gempa seperti mudah likuifaksi, lempung

sangat sensitif, tanah tersementasi lemah

- Lempung sangat organik dan/atau gambut

(ketebalan H>3 m)

- Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan

H > 7,5 m dengan Indeks Plastisitas PI > 75)

Lapisan lempung lunak/setengah teguh dengan

ketebalan H > 35 m dengan Su < 50 kPa

BAB III - 77

3.3. Rumus Perhitungan Desain Struktur

3.3.1 Perencanaan Plat Lantai

Perencanaan plat lantai seluruhnya menggunakan beton bertulang

dengan mutu beton f’c =30 MPa dan baja untuk tulangan menggunakan

mutu baja fy = 240 MPa. Asumsi perhitungan plat lantai dilakukan

dengan menganggap bahwa setiap plat lantai dibatasi oleh balok, baik

balok anak maupun balok induk.

Langkah- langkah perencanaan plat lantai meliputi :

a. Menentukan syarat- syarat batas dan bentang plat lantai.

b. Menentukan tebal plat lantai

c. Menghitung beban yang bekerja pada plat lantai

yang meliputi beban mati dan hidup.

d. Menentukan nilai momen yang paling berpengaruh.

e. Menghitung keamanan plat lantai dalam memikul beban.

3.3.1.1 Menentukan Pembebanan Plat Lantai

Jenis beban yang bekerja pada plat lantai yaitu

1. Beban Mati (D)

Beban mati merata yang bekerja pada Lantai dasar – lantai 21

meliputi

a. Beban plat lantai

b. Beban pasir setebal 1 cm

c. Beban spesi setebal 3 cm

d. Beban keramik setebal 1 cm

e. Beban plafond menggantung

f. Beban instalasi ME

2. Beban Hidup (L)

a. Beban hidup ditentukan yaitu:

BAB III - 78

b. Ruang Kelas : 1,92 KN/m2

c. Koridor di atas lantai pertama : 3,83 KN/m2

d. Koridor lantai pertama : 4,79 KN/m2

3. Beban Rencana (Wu) = 1,2 D + 1,6 L

3.3.1.2 Perencanaan Tulangan Plat Lantai

Perencanaan penulangan plat lantai dilakukan dengan

mengambil lebar plat lantai (b) sebesar 1 satuan panjang (b = 1

meter atau 1000 mm). Cara perhitungan tulangan pada plat lantai

adalah sebagai berikut.

3.3.1.2.1. Menentukan syarat- syarat batas dan bentang

perencanaan plat lantai

Bentang terpanjang, selanjutnya disebut ly

Bentang pendek, selanjutnya disebut Ix

=Iy

Ix

1. Menentukan Tebal Plat Lantai

Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2013, rasio kekakuan

lentur balok terhadap plat lantai ditentukan dengan langkah

sebagai berikut:

a. Sisi balok induk ataupun anak

I=EcbIb

EcpIp

b. Rasio kekuatan rata-rata

m= 1 . . . . . ke n

n

BAB III - 79

2. Menentukan Tebal Selimut Beton

Berdasarkan SNI 03-2847-2013 untuk:

a. D ≤ 36 mm, ts = 20 mm

b. D > 36 mm, ts = 40 mm

3. Menentukan Nilai momen

Nilai momen dapat diperoleh dari output ETABS.v9.6.0

4. Menghitung tinggi efektif Plat Lantai (dx)

dx = h – ts – (0.5 x D)

5. Menentukan besarnya Nilai

f’c ≤ 30 MPa, = 0,85

f’c > 30 MPa, = 0,85 – 0,008 (f’c – 30)

balance

=0.85 f

c

fy[600

(600 fy)]

6. Menentukan besarnya rasio penulangan minumum dan maksimum

min=1,4

fy

min=√fc

4xfy

maks

=0,75 x balance

3.3.1.2.2. Menentukan tulangan pokok daerah lapangan dan

tumpuan

Faktor Tahanan Momen

Mn= (Mu

)

Rn= (Mn

b. x2)

BAB III - 80

m= (fy

0.85xfc)

Rasio penulangan

=1

m*1 √1

2.m.Rn

fy+

Rnb= bx fy [1 1

2x

b x m]

Jika Rn < R maks, maka digunakan tulangan tunggal

Rasio penulangan

min

maks

Luas tulangan yang dibutuhkan

Ast = min. b .dx

Tinggi balok regangan,

a = (As. Fy

0,85 . fc.xb)

Momen nominal,

Mn = As. Fy. (d-a/2) .10-6

Kontrol Kekuatan

ΦMn ≥ Mu

Jarak Antar Tulangan

S =(0,25 . .

2. b

As)

BAB III - 81

3.3.2. Perencanaan Tangga dan Bordes

Perencanaan tangga dan bordes meliputi dimensi, kemiringan,dan

penulangan plat tangga. Perencanaan struktur tangga menggunakan

beton bertulang dengan mutu beton f’c = 30 MPa.

3.3.2.1. Perhitungan Dimensi Tangga

Perhitungan anak tangga meliputi jumlah antrede (injakan),

optrade (tanjakan), dan plat tangga adalah sebagai berikut :

1. Menghitung antrede (injakan)

a. Menghitung sudut kemiringan tangga ( )

tan =H 2

L

b. Menghitung panjang antrede (injakan)

Menurut Diktat Konstruksi Bangunan Sipil karangan Ir.

Supriyono :

2X + Y = 61~65

2 ( Y. tan ) Y = 61~65

2. Menghitung optrade (tanjakan)

a. Menghitung tinggi optrade (tanjakan)

X = Y . tan

b. Menghitung jumlah optrade (tanjakan)

Jumlah optrade = H 2

X

c. Menghitung tebal plat tangga

Tinggi dari plat tangga minimal (hmin) adalah sebagai

berikut :hmin=L

27

BAB III - 82

3.3.2.2.Pembebanan Tangga

Beban yang bekerja pada struktur tangga meliputi beban

mati dan hidup. Distribusi beban yang bekerja pada elemen tangga

ditunjukkan sebagai berikut:

a. Beban Mati tangga dan bordes = 150 Kg/m2

b. Beban Hidup tangga dan bordes = 500 Kg/m2

3.3.2.3.Perencanaan Tulangan Plat Tangga

Penulangan plat tangga direncanakan arah X dan Y. (arah X

menggunakan M11 dan arah Y menggunakan M22)

a. Tinggi efektif plat bordes (d)

dx= h – ts – 0,5 x Ø

b. Momen nominal

M11 = Mu

Mn =Mu

c. Rasio tulangan ( )

min =1.4

4fy

balance

=0.85 f

c

fy[600

(600 fy)]

maks

=0,75 balance

m =fy

0,85.fc

Rn =Mn

b x dx2

BAB III - 83

=1

m (1 √1

2(m)(Rn)

fy)

Jika min

, maka dipakai min

d. Kebutuhan Tulangan

As = x b x d

Luas satu tulangan,

As = ¼ x x D2

Jumlah tulangan

N = Ast/As

Jarak antar tulangan :

s = (0,25 x x D x b

Ast)

3.3.2.4.Perencanaan Tulangan Plat Bordes

Desain penulangan plat bordes meliputi arah X dan arah Y adalah

sebagai berikut : (arah X menggunakan M11 dan arah Y menggunakan

M22)

a. Tinggi efektif plat bordes (d)

dx= h – ts – 0,5 x Ø

b. Momen nominal

M11 = Mu

c. Rasio tulangan ( )

min =1.4

4fy

BAB III - 84

balance

=0.85 f

c

fy[600

(600 fy)]

maks

=0,75 balance

m =fy

0,85.fc

Rn =Mn

b x dx2

=1

m (1 √1

2(m)(Rn)

fy)

Jika min

, maka dipakai min

d. Kebutuhan Tulangan

As = x b x d

Luas satu tulangan,

As = ¼ x x D2

Jumlah tulangan

N = Ast/As

Jarak antar tulangan :

s = (0,25 x x D x b

Ast)

3.3.2.5. Perencanaan Balok Bordes Tangga

Balok bordes tangga direncanakan dengan dimensi tinggi h =

(1/10 – 1/15) L dan lebar b = (1/2 – 2/3) h. Pembebanan Balok

Tangga

3.3.2.5.1. Pembebanan Balok Tangga

a. Beban Mati (D)

Berat plat bordes

BAB III - 85

Spesi

Keramik

Berat dinding

Berat sendiri balok

Beban mati total, DL

b. Beban Hidup (L) = 3 kN/m2

Beban rencana (Wu) = 1,2 DL + 1,6 LL

Gaya dalam yang terjadi :

Mtump = 1/12 x Wu x L2

Mlap = 1/24 x Wu x L2

Vu = ½ x Wu x L2

3.3.2.5.2. Perhitungan Tulangan Balok Bordes Tangga

a. Tinggi Efektif

d = h – ts – ds – 0,5 x D

b. Perhitungan Tulangan

Meliputi perhitungan tulangan tekan dan tulangan lentur di

tumpuan

Mu = didapat dari output ETABS v9.6.0

Mn =Mu

Rn =Mn

b x dx2

m =fy

0,85.fc

balance

=0.85 f

c

fy[600

(600 fy)]

BAB III - 86

Menghitung rasio tulangan :

=1

m (1 √1

2(m)(Rn)

fy)

maks

=0,75 balance

Jika min

, maka dipakai min

Menghitung luas tulangan yang dibutuhkan :

As = min

x b x d

Tulangan yang dibutuhkan (n) :

n = Ast/As

c. Perhitungn Tulangan Geser

Dari hasil perhitungan gaya dalam pada balok bordes tangga

didapat nilai bidang geser Vu

Vc =1

6√f c x b x d

Ø Vc = 0,75 .Vc

Vu > Ø Vc (KN)

Jika Vu ≥ Vc,maka diperlukan tulangan geser

Vs =Vu

- Vc

Vs max =2

3√f c x b x d

S =Av x fy x d

Vs

BAB III - 87

3.3.3. Perencanaan Balok

3.3.3.1. Menentukan Persyaratan Komponen Struktur Balok

Prinsip perencanaan balok induk SNI 03-2847-2013 Pasal 21.5.1.1

adalah sebagai berikut:

a. Gaya Tekan Terfaktor

Gaya aksial tekan terfaktor komponen struktur tidak melebihi

0.1 Ag f c

b. Bentang Bersih Balok

Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari 4 kali

tinggi efektif elemen struktur.

Tinggi efektif, d = h – ts – ds – ½ dtul

c. Rasio Perbandingan Lebar dengan Tinggi

Perbandingan lebar terhadap tinggi balok (b/h) tidak boleh

kurang dari 0,3.

3.3.3.2. Perhitungan Tulangan Utama secara Manual

Tahapan perhitungan tulangan balok induk adalah sebagai berikut :

Tinggi efektif balok,

d = h – d’

= h – ts – ds – ½ dtul

Luas tulangan tarik tidak boleh kurang dari (SNI 03-2847-2013

Pasal 10.5.1) :

Asmin=√fc

4fy bw d

BAB III - 88

Dan tidak boleh lebih kecil dari (SNI 03-2847-2013 Pasal

10.5.1) :

Asmin=1,4

fy bw d

Rasio tulangan harus memenuhi min

< < maks

, dimana (SNI

03-2847-2013 B.8.4.2) :

balance

=0.85 f

c

fy[600

(600 fy)]

min=1,4 fy

m=fy (0.85 f c)

3.3.3.3. Penulangan Balok Daerah Tumpuan dan Lapamgan

Mu diperoleh dari output ETABS v9.6.0

Mn=Mu

0,8

Diagram regangan- tegangan pada balok yang ditinjau ditunjukkan

pada gambar 3.4 berikut.

Gambar 3.4. Diagram Regangan- Tegangan Balok

BAB III - 89

Asumsi :

Luas tulangan tekan diambil sebesar As’ = 0,5As

Tulangan Tekan Belum Leleh:

s

(c d )=0.003

c

s=c d

c 0.003

s=As S ES

Gaya Tekan pada Beton (SNI 03-2847-2013 Pasal 10.2.7.1) :

a=0,85 c

=0,85 f c a b

Tulangan Tarik Sudah Leleh:

Ts=As fy

Kesetimbangan Gaya Dalam :

Tekan = Tarik

s=Ts

Kesetimbangan Momen Terhadap T :

Mn

= (d

a

2) s(d d )

Cek asumsi :

min

maks

s=c d

c 0.003

s=d c

c 0.003

Maka Mn≥ Mu (SNI 03-2847-2013 Pasal 22.5.1)

BAB III - 90

Luas Tulangan Tarik (As)

As = x b x d

As = ¼ d2

Luas Tulangan Tekan (As’) :

As’= 0,5As

As = ¼ d2

Kontrol Kekuatan

Kontrol kekuatan dilakukan pada kondisi lentur negatif dan lentur

positif

Asumsi :

Tulangan Tekan Belum Leleh :

s

(c d )=0.003

c

s=c d

c 0.003

s=As S ES

Gaya Tekan pada Beton (SNI 03-2847-2013 Pasal 10.2.7.1):

a=0,85 c

=0,85 f c a b

Tulangan Tarik sudah Leleh :

Ts=Ast fy

Kesetimbangan Gaya Dalam :

Tekan = Tarik

s=Ts

BAB III - 91

Cek asumsi :

s=c d

c 0.003

s=d c

c 0.003

Asumsi tulangan tekan belum mengalami leleh dan tulangan tarik

sudah mengalami leleh sudah terpenuhi.

Kapasitas Momen terhadap T :

Mn= (d a

2) s(d d )

Cek Momen Nominal :

Mn≥ Mu

Berdasarkan SNI 2847-2013 pasal 21.1-8, untuk Sistem Rangka

Pemikul Momen Khusus (SRPMK) kuat lentur positif komponen

struktur lentur pada muka kolom tidak boleh lebih kecil dari setengah

kuat lentur negatifnya pada muka tersebut.

Periksa Kuat Lentur :

Mn+ ≥ 0,5 x Mn

-

Periksa Batasan Rasio Tulangan :

=As

b d

=As

b d

BAB III - 92

3.3.3.4. Perencanaan Tulangan Geser

Tahap perencanaan sengkang atau tulangan geser adalah

sebagai berikut.

1. Menentukan Kapasitas Momen Positif dan Negatif

Kapasitas momen positif dan negatif minimum pada sembarang

penampang disepanjang bentang balok tidak boleh kurang dari 1/4

kali kapasitas momen maksimum yang disediakan pada kedua muka

kolom-balok maka didapat nilai momen positif-negatif pada bentang,

dan kapasitas momen terkecil harus kurang dari 1/4 momen negatif

terbesar.

2. Kapasitas Momen Probabilitas

Geser seismik pada balok dihitung dengan mengasumsikan

sendi plastis terbentuk di ujung-ujung balok dengan tegangan

tulangan lentur mencapai hingga 1,25 x fy dan Ø = 1.

Asumsi :

Tulangan Tekan belum Leleh :

s

c d =0.003

c

s=c d

c 0.003

s=As S ES

Gaya Tekan pada Beton :

a=0,85 c

=0,85 f c a b

Tulangan Tarik sudah Leleh :

Ts=Ast fy

BAB III - 93

Kesetimbangan Gaya Dalam :

Tekan = Tarik

s=Ts

Cek asumsi :

s=c d

c 0.003

s=d c

c 0.003

Kapasitas Momen terhadap T :

Mn= (d a

2) s(d d )

Mpr1=Mn

3.3.3.5. Perhitungan Gaya Geser

Besarnya gaya geser ultimate dihitung sebagai berikut :

Vu = 1,2 VD + 1,6 VL (output ETABS v9.6.0)

Vgravitasi=Vu Ln

2

Besarnya gaya geser yang terjadi akibat pengaruh gempa

dihitung sebagai berikut.

a. Rangka Bergoyang ke Kanan

Arah gaya dalam yang bekerja akibat beban gempa ke arah kanan

ditunjukkan pada Gambar 3.5 berikut.

BAB III - 94

Gambar 3.5 Rangka Bergoyang Akibat Gempa Arah Kanan

Vsway=Mpr1 Mpr2

ln

Vswaytotal=Mpr1 Mpr2

ln Vu Ln

2

b. Rangka Bergoyang ke Kiri

Arah gaya dalam yang bekerja akibat beban gempa ke arah kanan

ditunjukkan pada Gambar 3.6 berikut.

Gambar 3.6 Rangka Bergoyang Akibat Gempa Arah Kiri

Vsway=Mpr1 Mpr2

ln

Vswaytotal=Mpr1 Mpr2

ln Vu Ln

2

BAB III - 95

Berdasarkan SNI 03-2847-2012 Pasal 21.5.4.2 nilai Vc dapat

diambil = 0, jika :

a. Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung-ujung balok

melebihi 1/2 atau lebih kuat geser perlu maksimum

b. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan

seismik kurang dari

Vsway=Ag f c

20

Maka :

1) Vsway > 0,5 Vu

2) Pu < Ag f c

20

Sehingga :

Vc=0

Karena Vc < Vu maka dibutuhkan tulangan geser.

Vs=VU

V

Vsmaks=2

3√f c bw d

Vs Vsmaks

s= As fy d

Vs

Tulangan Geser Lapangan :

Perhitungan gaya geser yang terjadi di daerah lapangan sebagai

berikut.

Vul=Gaya geser yang bekerja pada balok jarak per bentang

1 2L

BAB III - 96

Vs=Vul

Vc

Vsmaks=2

3√f c bw d

s= As fy d

Vs

Jarak Tulangan Geser:

Syarat spasi maksimum tulangan geser menurut SNI 03-2847-2013

Pasal 21.3.4.2

S < d/4

S < 8 db longitudinal terkecil

S < 24 db tulangan geser

S < 300 mm

Maksimum spasi yang dipasang pada balok :

Smak=d 2

3.3.3.6. Perencanaan Tulangan Torsi

Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2013 Pasal 11.5.1

disebutkan bahwa torsi/ puntir dapat diabaikan jika besarnya momen

puntir terfaktor (Tu) kurang dari

Tu < 0,083 √f c (A2cp

Pcp)

3.3.3.7. Perencanaan Tulangan Badan

Jika dimensi balok yang relatif tinggi (lebih dari 400 mm)

membuat resiko retak pada bagian badan semakin besar. Maka harus

diberi tulangan pinggang dengan jarak antar tulangan maksimal 400

mm.

BAB III - 97

3.3.3.8. Perencanaan Panjang Penyaluran (Ld)

Perhitungan panjang penyaluran adalah sebagai berikut :

a. Panjang Penyaluran Tulangan Momen Positif

Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2013 Pasal 12.11. disebutkan

bahwa tulangan harus diteruskan melampaui titik dimana tulangan

tersebut sudah tidak diperlukan lagi untuk menahan lentur sebesar

tinggi efektif dan tidak kurang dari 12 D.

Id≤Mn

Vu la

b. Tulangan Momen Negatif

Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2013 Pasal 12.12. tulangan

momen negatif harus diperpanjang tidak kurang dari d, 12 D, atau

1/16 ln.

3.3.4. Perencanaan Kolom

Perencanaan kolom meliputi perhitungan tulangan utama, tulangan

geser/ sengkang, dan panjang penyaluran. Langkah perencanaan kolom

sebagai berikut :

3.3.4.1.Gaya Dalam pada Kolom

Gaya dalam yang bekerja pada kolom yang ditinjau akibat

pengaruh kombinasi beban mati (D), beban hidup (L), dan beban

gempa (E) dapat dilihat pada Program ETABS v9.6.0

BAB III - 98

3.3.4.2.Penentuan Struktur Rangka Portal Bergoyang atau Tidak

Bergoyang

Peraturan SNI 03-2847-2013 Pasal 10.10.5.2 menyatakan bahwa

kolom suatu struktur boleh dianggap tak bergoyang, apabila nilai Q

tidak melebihi 5% dari momen- momen ujung orde- satu.

Q=∑ Pu 0Vu lc

≤0.05

Dimana:

Q = perbesaran momen-momen ujung akibat pengaruh orde dua

ΣPu = beban vertikal total pada tingkat yang ditinjau

Δo = simpangan relatif antar tingkat orde pertama pada tingkat yang

ditinjau akibat Vu

Vu = gaya geser lantai total pada tingkat yang ditinjau

lc = panjang komponen struktur tekan pada sistem rangka yang

diukur dari sumbu ke sumbu joint.

3.3.4.3.Perhitungan Faktor Panjang Tekuk Efektif Kolom

Menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 10.10.1, komponen tekan

yang tidak ditahan terhadap goyangan samping, pengaruh batas

kelangsingannya boleh diabaikan jika memenuhi persamaan berikut.

k lu

r ≤22

Faktor panjang efektif komponen struktur tekan atau kolom (k)

sangat dipengaruhi oleh rasio komponen struktur tekan terhadap

komponen struktur lentur pada salah satu ujung komponen struktur

tekan yang dihitung dalam bidang rangka yang ditinjau (Ψ).

BAB III - 99

=

∑(EcIklu)

∑(EcIblu)

Menghitung faktor panjang efektif kolom

a. Kolom yang ditinjau

d=

1,2 D

1,2D 1,6 L

Menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 8.5.1 :

Ec=4700 √f c

Ig= 1

12 bh

3

Maka

EIk= 0,4 EIg

1 d

b. Menghitung inersia balok

Menurut SNI 03-2847:2013 Pasal 8.5.1:

Ec = 4700√f’c

Ig= 1

12 bh

3

c. Kolom atas

d=

1,2 D

1,2D 1,6 L

Menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 8.5.1 :

Ec=4700 √f c

Ig= 1

12 bh

3

BAB III - 100

Maka

EIk= 0,4 EIg

1 d

Rasio kekakuan ujung kolom dihitung sebagai berikut.

=

(Ec2x Ic2H2

) (Ec1x Ic1H1

)

(E A1x I A

L1) (

E A2x I A2L2

)

Nilai faktor tekuk sebagai berikut.

avg= A

2

Cek terhadap kelangsingan kolom arah x dan arah y

Menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 10.10.1:

r=√I

A

k lu

r

Jika kolom bangunan yang ditinjau termasuk kolom panjang

(langsing), maka perlu dipertimbangkan besarnya beban tekut

atau beban kapasitas tekan (Pc) yang dihitung dengan rumus

menurut SNI 03-2847:2013 Pasal 10.10.6:

Pc= 2EIk

(k x lu)2

BAB III - 101

3.3.4.4.Faktor Pembesaran Momen

Nilai faktor pembesaran momen dihitung untuk arah X dan Y,

dengan memperhitungkan pengaruh momen sebagai berikut :

M1ns = Nilai momen yang lebih kecil dari momen- momen

ujung terfaktor akibat beban yang tidak menimbulkan

goyangan ke samping yang berarti (non sway).

M1s = Nilai momen yang lebih kecil dari momen- momen

ujung terfaktor akibat beban yang menimbulkan

goyangan ke samping yang berarti (sway).

M2ns = Nilai momen yang lebih besar dari momen- momen

ujung terfaktor akibat beban yang tidak menimbulkan

goyangan ke samping yang berarti (non sway).

M2s = Nilai momen yang lebih besar dari momen- momen

ujung terfaktor akibat beban yang menimbulkan

goyangan ke samping yang berarti (sway).

a. Faktor Pembesaran Momen arah X dan arah Y

Hasil analisis menggunakan program ETABS v9.6.0

didapatkan momen (M33 untuk arah X dan M22 untuk arah

Y) pada ujung- ujung kolom akibat beban mati, hidup, dan

gempa

Menghitung nilai faktor yang menghubungkan diagram

momen aktual dengan suatu diagram momen merata

ekuivalen (Cm)

m=0,6 0,4 M1

M2

Faktor pembesar momen

ns= m

1 ∑Pu0,75 Pc

BAB III - 102

Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2013 Pasal 10.10.6 syarat

nilai ns ≥ 1, maka diambil nilai ns = 1. Nilai momen

terfaktor yang diperbesar dapat dihitung menggunakan rumus

berdasarkan SNI 03-2847-2013 Pasal 10.10.7 sebagai berikut.

M1= M1ns M1s

M2= M2ns M2s

Nilai momen kolom (Mpr) yang dihitung berdasarkan disain

kapasitas pada sendi plastis di ujung-ujung balok tidak boleh

lebih kecil dari nilai momen hasil analisis struktur ETABS

v9.6.0 yang telah dikalikan dengan pembesaran momen

(Mu).

Balok direncanakan mengalami leleh terlebih dahulu

daripada kolom, sehingga kekuatan pada kolom perlu

dinaikkan sebesar 20% dari kekuatan balok. Kolom atas dan

kolom bawah memiliki nilai kekakuan yang sama, sehingga

didapat nilai DF = 0,5 untuk setiap kolom, maka:

Arah X

Mprkolom=1,2 x

(Mpr1balok

Mpr2balok)

2

Arah Y

Mprkolom=1,2 x

(Mpr1balok

Mpr2balok)

2

3.3.4.5.Perhitungan Tulangan Geser

Perencanaan tulangan sengkang meliputi sengkang yang

dipasang di sepanjang bentang lo dan di luar bentang lo.

a. Dalam Bentang lo

BAB III - 103

Perhitungan Ve

Ve tidak perlu lebih besar dari Vsway, maka :

Kekakuan kolom atas dan bawah sama, didapat nilai DF

kolom atas dan DF kolom bawah = 0,5, sehingga :

Vsway= Mpr topDFtop Mpr btm DFbtm

ln

Ve > Vsway , maka digunakan Vsway

Jika Ve ≥ Vu → OK

Perhitungan Ve

Vc dapat diambil = 0 jika :

1. Ve akibat gempa lebih besar dari 0,5Vu

Ve ≥ 0,5Vu

2. Gaya aksial terfaktor tidak melampaui Agf’c 20

Pu > Agf’c 20

Sehingga :

Vn= Vu

Vc= (1 Nu

14 Ag) (

√fc

6) bwd

Jika didapat 0,5Vc ≤ Vn ≤ Vc, sehingga digunakan tulangan

geser minimum.

Av

s=bw

3 fy

Menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 11.4.7.2:

Vs= Av x fy x d

s

Jarak tulangan dirumuskan sebagai berikut.

BAB III - 104

s= Av x fy x d

Vs

b. Diluar Bentang lo

Vc= (1 Nu

14 Ag) (

√fc

6) bwd

Jika Vu

≤ Vc untuk bentang di luar lo, maka hanya

dibutuhkan sengkang minimum.

Berdasarkan SNI 03-2847-2013 disebutkan bahwa luas total

penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh kurang dari

salah satu yang terbesar antara dua persamaan berikut ini :

Ash=0,3 ( shc x f

c

fyh ) (

Ag

Ach-1 ) Persamaan 1

Ash= 0,09shc x f c

fyh Persamaan 2

Maka didapatkan :

Shc = bw – 2(p +0,5 db)

Ach = (bw – 2p)2

Berdasarkan SNI-2847-2013 Pasal 21.6.4.3, Spasi maksimum

adalah yang terkecil di antara :

1/4 cross section dimensi kolom

6 kali diameter tulangan longitudinal.

Sx menurut persamaan berikut :

hx = 2

3 hc

sx = 100 +

BAB III - 105

Nilai sx tidak perlu lebih besar dari pada 150 mm dan tidak

pula lebih kecil sama dengan 100 mm, maka digunakan spasi

150 mm.

Syarat : Ash_hoops ≤ As

Tulangan sengkang di atas diperlukan sepanjang lo dari

ujung-ujung kolom, lo dipilih yang terbesar antara :

Tinggi elemen struktur di joint (d)

1/6 tinggi bersih kolom

500 mm

Berdasarkan SNI 03-2847-2013 dinyatakan bahwa sepanjang

sisa bentang kolom bersih (bentang kolom total dikurangi lo

dari ujung-ujung kolom) diberi tulangan sengkang dengan

spasi minimum 150 mm.

3.3.4.6.Panjang Penyaluran pada Tulangan Kolom

Panjang penyaluran tulangan pada kolom dihitung dengan

persyaratan sebagai berikut :

a. Berdasarkan SNI-2847-2013 Pasal 12.17.2.4panjang

minimum sambungan lewatan tarik harus diambil

berdasarkan persyaratan kelas yang sesuai tetapi tidak

kurang dari 300 mm.

b. Berdasarkan SNI-2847-2013 sambungan lewatan hanya

boleh dipasang ditengah tinggi kolom, dan harus diikat

dengan tulangan sengkang (confinement) dengan spasi

tulangan sesuai dengan tulangan pengekang sebelumnya,

yaitu sejarak 100 mm.

BAB III - 106

c. Berdasarkan SNI-2847-2013 Pasal 12.2.3 sambungan

lewatan harus dipenuhi rumus berikut:

ld

db=

9 fy

10√f c x

( c Ktrdb

)

= 1,0

Ktr = 0 (asumsi)

nilai ( c + Ktr)/db ≤ 2,5 maka diambil (c Ktr ) db = 2,5

Id

db =

9fy

10√f c x

c Ktr

db

Maka :

Panjang penyaluran adalah: 1,3 x d

3.3.5. Perencanaan Hubungan Balok – Kolom

3.3.5.1.Tinjauan hubungan Balok-Kolom ditengah Portal

Gambar 3.7 Hubungan Balok-Kolom di Tengah Portal

Perhitungan hubungan balok-kolom ditengah portal untuk

setiap kondisi adalah sebgai berikut :

a. Kondisi 2 (Bagian Kiri)

BAB III - 107

Nilai gaya gaya yang bekerja pada balok arah melintang

dalam kondisi plastis berdasarkan tulangan tarik yang

terpasang, dihitung menggunakan rumus :

Ts= Ts2=1,25 Astx f

= 0,85 x f’c x a x b

s= Asx sx Es

b. Kondisi 1 (Bagian Kanan)

Kondisi 1 dihitung menggunakan cara yang sama

dengan perhitungan kondisi 2. Kekakuan kolom atas dan

kekakuan kolom pada joint memiliki nilai yang sama,

sehingga DF=0,5 untuk setiap kolom.

Vsway= Mpr topDFtop Mpr btm DFbtm

ln

Ve = V sway

Sehingga gaya geser yang bekerja pada joint adalah :

Vu= T1 T2 Ve

Batas ijin tegangan geser hubungan balok-kolom yang

terkekang pada keempat sisinya adalah :

Aj= bwx h

Vn=1,7 √f c x Aj

Dimana Vn < 1,7 √f c x Aj

Kebutuhan Tulangan Transversal :

Vc= (1 Nu

1,4.Ag)(√fc6) bw.d

Jika Vn > Vc maka digunakan pengekang tertutup.

BAB III - 108

3.3.6. Perencanaan Dinding Geser (Shear Wall)

Dalam perencanaan sebuah dinding geser proses desain dilakukan

dalam beberapa tahap yaitu permodelan dinding geser (shear wall),

perhitungan gaya-gaya yang terjadi pada struktur serta menggunakan

kombinasi pembebanan untuk desain, dan analisa struktur untuk

mendesain tulangan dinding geser (shear wall). Menurut SNI 03-2847-

2013 pasal 14.5.3.(1) : ketebalan dinding pendukung tidak boleh

kurang dari 1/25 tinggi atau panjang bagian dinding yang dipotong

secara lateral, diambil yang terkecil, dan tidak kurang dari 100 mm.

3.3.6.1.Menentukan Kuat Geser sesuai SNI 03-2847-2013 Pasal 11.9.6

(Ketentuan untuk Dinding)

Menentukan Kapasitas Geser:

Vc =0,27 √fc hd Nu d

4 lw

Dan Vc tidak boleh lebih besar dari:

Vc= *0,05 √fc Lw (0,1 √fc 2

NuLw h

)

MuVu

Lp2

+

Sesuai SNI 03-2847-2013 pasal 11.9.8: Apabila gaya geser

terfaktor Vu adalah kurang daripada Vc/2, dimana = 0,55 maka

tulangan harus sesuai dengan SNI 03-2847-2013 pasal 11.9.9 atau

sesuai ketentuan 03-2847-2013 pasal 14. Bila Vu melebihi Vc/2

tulangan geser harus dipasang menurut SNI 03-2847-2013 pasal

11.9.9

Maka : Vs =

BAB III - 109

Vn = (Vs+Vs)

3.3.6.2.Ketentuan Tambahan Khusus untuk Shearwall Penahan Gempa

Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 21.11.9 sedikitnya harus

dipakai 2 tirai tulangan pada dinding apabila geser terfaktor melebihi

Vn= Acv(0,17x𝜆 √fc

Batas Kuat Geser sesuai SNI 03-2847-2013 pasal 21.11.9.2

0,66 Acv √fc

Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 21.11.9.1 Kuat geser tidak boleh

melebihi:

Vn=0,55 Acv[0,17 √fc t fy],

Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 21.11.7 Rasio tulangan

transversal tidak kurang dari 0,0025 dan spasi tulangan masing-

masing lapis tidak lebih dari 450 mm

3.3.7. Perencanaan Pondasi Tiang Pancang

3.3.7.1. Menghitung Daya Dukung Ujung Tiang Ultimate

Q = 40 x N x ( L / D ) < 400 x N

Qultimit

= Aujung

.q + O. f

totsl

Qijin

= Qultimit / SF

3.3.7.2.Penentuan Kapasitas Tiang Group

Gaya- gaya yang diterima pondasi untuk beberapa kombinasi

terbesar ditunjukkan dari output ETABS v9.6.0

BAB III - 110

Perkiraan kebutuhan tiang dengan efisiensi:

Nilai efisiensi tiang kelompok (Eg) adalah:

Eg : 1,0 untuk End Bearing Pile

Eg : 0,7 untuk Floating/Friction Pile

3.3.7.3.Menentukan Jumlah tiang dan Konfigurasi titik tiang

n =

Fz

Qall group

Jarak antar as tiang pancang kelompok (pile group) adalah:

a) Syarat jarak tiang (jarak antar as tiang)

jarak tiang diambil 3.D

b) Syarat jarak as tiang ke tepi

Jarak ke tepi diambil 0,5 D + 25 cm

Distribusi beban kolom ke masing masing tiang dalam pile cap

adalah:

Qi =

±

( ) ±

( )

3.3.7.4.Cek terhadap geser Pons

Perhitungan geser pons bertujuan untuk mengetahui apakah tebal

pile cap cukup kuat untuk menahan beban terpusat yang terjadi. Bidang

kritis untuk perhitungan geser pons dapat dianggap tegak lurus

bidang plat yang terletak pada jarak 0,5d dari keliling beban reaksi

terpusat tersebut, dimana d adalah tinggi efektif plat.

Keliling bidang kritis geser pons (bo):

Bo = 2 (b + d) + 2 (h + d)

Φ Vc pons = 0,6 . 0,33 . √fc . bo. d

Vu pons Φ Vc pons

BAB III - 111

3.3.7.5.Cek Terhadap Geser Lentur

Pengecekan Geser Lentur perlu dilakukan karena untuk d = 170

cm tiang pancang sebagian berada di luar bidang geser yang

terbentuk.

Vu geser lentur = Total Qu di luar bidang geser yang terbentuk.

Φ Vc geser lentur = 0,6 . 0,17 . √fc . . d

Vu geser lentur Φ Vc geser lentur

Sehingga tebal pile cap (th) :

th = d + 15 cm + selimut beton + 0,5 diameter tulangan pile cap

3.3.7.6.Perhitungan Penulangan Pile Cap

Menghitung momen terhadap titik berat kolom

Mencari nilai 1

Jika fc ≤ 300 kg cm2, maka 1 = 0,85

fc > 300 kg cm2, maka 1 = 0,85-0,0008(fc-300)

Jika 1 0,65 maka 1 = 0,65

Jadi untuk fc =300 Mpa menggunakan 1 = 0,85

Mencari nilai Mn

Mn = Mu /0,8

Mencari Jenis Penulangan

K=Mn

d2.0,85.fc

F = 1- √

F max = 1 4500

6000 fy

BAB III - 112

Jika kondisi F < F max maka digunakan tulangan tunggal

As = F . . d. 0,85 . fc

fy

As min = p min . B. d

3.3.8. Perencanaan Tie Beam

Perencanaan tie beam (balok pengikat) meliputi penulangan

utama dan geser/sengkang. Balok pengikat yang didesain dan

ditempatkan pada dasar kolom-kolom struktur berfungsi untuk

menyeragamkan penurunan yang terjadi pada struktur tersebut dan

untuk mengantisipasi tarikan atau tekanan yang terjadi pada kolom

yang bergoyang.

3.3.8.1 Gaya Aksial

Penulangan tie beam didasarkan pada kondisi pembebanan dimana

beban yang diterima adalah beban aksial dan lentur , sehingga

perhitungan tulangan. Gaya aksial tarik yang diterima diasumsikan

sebesar 10% dari gaya tekan pada dasar kolom.

Besarnya gaya aksial pada kolom :

Pu = 10% x Pmaks

Tegangan ijin tarik beton :

frijin = 0,70√f c

Tegangan tarik yang terjadi :

fr = Pu

x b x h

Kontrol kemanan :

Tegangan tarik (fr) < Tegangan izin (frizin)

3.3.8.2 Pembebanan Tie Beam

BAB III - 113

Gaya dalam yang bekerja pada tie beam didapat dari output

ETABS v9.6.0

3.3.8.3.Perhitungan Tulangan Utama

Perencanaan tulangan tie beam didapat dari perhitungan

praktis dari output ETABS v9.6.0

3.3.8.4.Perhitungan Tulangan Transversal (Sengkang)

Besarnya gaya geser yang bekerja pada tie beam

Gaya geser nominal

Vn = Vu /

Kuat geser yang disumbangkan oleh beton untuk komponen

struktur yang dibebani tarik tarik aksial

Vc = (1 Nu

14Ag) x (

√f,c

6 ) x bw x d

Jika 0,5Vc ≤ Vn ≤ Vc, maka menggunakan persamaan :

Av

s =

bw

3fy

Apabila tulangan geser terdiri dari tulangan tunggal atau satu

kumpulan tunggal paralel tunggal yang semuanya

dibengkokkan pada jarak sama dari perletakan dimana (V-Vc)

tidak boleh melebihi 3/8√f c Sedangkan pada tempat-tempat

tertentu pada komponen struktur dimana nilai v > 1/2Vc perlu

dipasang sejumlah tulangan geser minimum :

Vs = Av x Fy x d

s

Persamaan jarak tulangan

s = Av x Fy x d

s

Syarat spasi maksimum tulangan geser adalah :

S < d/2

BAB III - 114

BAB IV - 81

BAB IV

DESAIN STRUKTUR

4.1. Pemodelan Struktur

Gedung pendidikan 21 lantai yang lokasi perencanaan berada di

Bangkalan Madura dengan kondisi tanah lunak direncanakan dengan struktur

beton. Sistem perencanaan dengan Sistem Ganda yaitu SRPMK (Struktur

Rangka Pemikul Momen Khusus) dan Dinding Geser, sehingga beban gempa

yang diperhitungkan dapat direduksi dengan faktor reduksi penuh (R = 7),

agar gedung mempunyai simpangan lebih besar dalam menerima beban

gempa yang bekerja dengan cara pembentukan sendi plastis pada ujung- ujung

balok dan dengan prinsip strong column weak beam.

Pemodelan struktur dibuat dengan Program ETABS v9.6.0 (Extended

Three- dimensional Analysis of Building Systems yang ditunjukkan pada

Gambar 4.1

Gambar 4.1 Rencana Pemodelan Struktur Gedung Kuliah 21 Lantai

BAB IV - 82

4.1.1. Material Struktur

Struktur gedung di desain menggunakan beton bertulang dengan mutu

dan persyaratan sesuai dengan standar peraturan yang ada sebagai berikut:

4.1.1.1.Beton

Kuat beton yang disyaratkan, fc = 35 MPa dan 30 MPa

Modulus Elastisitas beton, Ec = 4700 √fc

Angka poison, v = 0,2

Modulus Geser, G = Ec/(2(1+v))

4.1.1.2.Baja Profil

Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus

memenuhi persyaratan setara dengan BJ 40 dengan tegangan leleh fy :

400 MPa. Bahan struktur beton yang digunakan adalah dengan spesifikasi

sebagai berikut:

Mass per unit volume = 2,4

fc = 35 MPa dan 30 MPa

fy = 400 MPa

fys = 240 MPa

4.1.2. Pembebanan Gedung

Jenis beban yang bekerja pada gedung meliputi :

1. Beban mati sendiri elemen struktur (Self Weight)

Meliputi : balok, kolom, shearwall, dan plat lantai.

2. Beban mati elemen tambahan

Meliputi : dinding, keramik, plesteran, plumbing, ME (mechanical

electrical) , dll.

3. Beban hidup (Live Load)

Meliputi : beban luasan per m² yang ditinjau berdasarkan fungsi bangunan.

BAB IV - 83

4. Beban Gempa (Earthquake Load)

Meliputi : beban gempa statik ekuivalen dan dinamik (respons spectrum).

4.1.2.1. Kombinasi Pembebanan

Struktur gedung dirancang mampu menahan beban mati, hidup,

dan gempa sesuai SNI Gempa 03-1726-2012 Pasal 4.1.1 dimana

gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga

probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun.

Kombinasi pembebanan yang digunakan mengacu pada SNI Beton 03-

2847-2013 sebagai berikut :

9. 1,4 DL

10. 1,2 DL + 1,6 LL + 0,5 (Lr atau R)

11. 1,2 DL + 1,0 E + LL

12. 0,9 DL + 1,0 E

Kererangan :

D : beban mati (dead load), meliputi berat sendiri gedung (self weight,

SW) dan beban mati tambahan (D),

L : beban hidup (live load) dengan fungsi bangunan gedung sekolah

Lr : beban hidup yang boleh direduksi dengan faktor pengali 0,5 kecuali

untuk gedung yang berfungsi sebagai garasi, ruang pertemuan, dan

ruangan yang beban hidupnya

E : beban gempa (earthquake load), ditinjau terhadap gempa statik

(EQX, EQY), dan gempa dinamik respons spektrum (RSPx, RSPy)

Kombinasi pembebanan yang dipilih adalah yang memberikan pengaruh

paling besar pada struktur. Rincian kombinasi beban yang direncanakan

ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut :

BAB IV - 84

Tabel 4.1. Kombinasi Pembebanan pada Struktur Gedung

Nama

Kombinasi

Kombinasi

Pembebanan

Jenis Kombinasi

Kombinasi 1

Kombinasi 2

1,4 D

1,2 D + 1,6 L

Kombinasi pembebanan tetap

(akibat beban mati dan hidup)

Kombinasi 3

Kombinasi 4

Kombinasi 5

Kombinasi 6

1,2 D + 1 L + 1 EQX

1,2 D + 1 L - 1 EQX

1,2 D + 1 L + 1 EQY

1,2 D + 1 L – 1 EQY

Kombinasi pembebanan

sementara (akibat beban mati,

hidup, dan gempa statik)

Kombinasi 7

Kombinasi 8

Kombinasi 9

Kombinasi 10

1,2 D + 1 L + 1 RSPX

1,2 D + 1 L – 1 RSPX

1,2 D + 1 L + 1 RSPY

1,2 D + 1 L – 1 RSPY

Kombinasi pembebanan

sementara (akibat beban mati,

hidup, dan gempa dinamik respons

spektrum)

Kombinasi 11

Kombinasi 12

Kombinasi 13

Kombinasi 14

0,9 D + 1 EQX

0,9 D - 1 EQX

0,9 D + 1 EQY

0,9 D – 1 EQY

Kombinasi pembebanan

sementara (akibat beban mati ,

dan gempa statik)

Kombinasi 15

Kombinasi 16

Kombinasi 17

Kombinasi 18

0,9 D + 1 RSPX

0,9 D– 1 RSPX

0,9 D + 1 RSPY

0,9 D – 1 RSPY

Kombinasi pembebanan

sementara (akibat beban mati, dan

gempa dinamik respons spektrum)

4.1.2.2. Perhitungan Beban Mati (Dead Load)

Beban mati adalah beban dari semua elemen gedung yang bersifat

permanen termasuk peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari gedung. Jenis- jenis beban mati pada gedung ditunjukkan

pada Tabel 4.2 berikut :

BAB IV - 85

Tabel 4.2. Jenis Beban Mati pada Gedung

No

.

Jenis Beban Mati Berat Satua

n 1 Beton 22 kN/m3

2 Pasangan batu kali 22 kN/m3

3 Mortar, spesi 22 kN/m3

4 Beton bertulang 24 kN/m3

5 Pasir 16 kN/m3

6 Lapisan Aspal 14 kN/m3

7 Air 10 kN/m3

8 Dinding pasangan bata ½ batu 2,5 kN/m2

9 Curtain wall kaca + rangka 0,6 kN/m2

10 Langit- langit dan penggantung 0,2 kN/m2

11 Cladding metal sheet + rangka 0,2 kN/m2

12 Finishing lantai (tegel atau

keramik)

22 kN/m3

13 Instalasi plumbing (ME) 0,25 kN/m2

4.1.2.2.1. Beban Mati pada Plat Lantai

Beban mati yang bekerja pada plat lantai meliputi :

Beban pasir setebal 1 cm = 0,01 x 16 = 0,16

kN/m2

Beban spesi setebal 3 cm = 0,03 x 22 = 0,66

kN/m2

Beban keramik setebal 1 cm = 0,01 x 22 = 0,22

kN/m2

BAB IV - 86

Beban plafon dan penggantung = 0,2

kN/m2

Beban Instalasi ME = 0,25

kN/m2

Total beban mati pada plat lantai = 1,49 kN/m2

4.1.2.2.2. Beban Mati pada Plat Atap

Beban mati yang bekerja pada plat atap meliputi :

Berat waterproofing dengan aspal tebal 2 cm = 0,02 x 14 = 0,28 kN/m2

Berat plafon dan penggantung = 0,2

kN/m2

Berat Instalasi ME = 0,25 kN/m2

Total beban mati pada plat atap = 0,73 kN/m2

4.1.2.2.3. Beban Mati pada Balok

Beban mati yang bekerja pada balok meliputi:

Beban dinding pasangan bata ½ batu = 3,5 x 2,50 = 8,75 kN/m

Beban Curtain wall kaca + rangka = 3,5 x 0,6 = 2,1 Kn/m

Beban dinding partisi (cladding) = 3,5 x 0,20 = 0,70 kN/m

Beban reaksi pada balok akibat tangga = 13,65 kN/m

Beban reaksi pada balok akibat lift = 70 kN

4.1.2.3. Beban Hidup (Live Load)

BAB IV - 87

Beban hidup adalah beban yang bekerja pada lantai bangunan ruang

yang digunakan. Besarnya beban hidup lantai bangunan ditunjukkan

sebagai berikut :

e. Ruang Kelas : 1,92 KN/m2

f. Koridor di atas lantai pertama : 3,83 KN/m2

g. Koridor lantai pertama : 4,79 KN/m2

h. Lantai atap : 1 KN/m2

Reduksi beban dapat dilakukan dengan cara mengalikan beban

hidup dengan koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan

bangunan. Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan gedung

pendidikan adalah 0,90 dan reduksi untuk gempa adalah 0,50.

4.1.3. Analisis Beban Gempa

Perhitungan analisis struktur gedung terhadap beban gempa mengacu

pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan

Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012) dengan tahapan sebagai berikut.

4.1.3.1.Tahap Analisis Gempa

4.1.3.1.1 Menentukan Katagori Resiko Struktur Bangunan dan Faktor

Keutamaan

Berdasarkan Pasal 4.1.2 SNI 03-1726-2012 disebutkan bahwa

Gedung Sekolah dan fasilitas pendidikan termasuk dalam katagori

resiko IV dengan faktor keutamaan gempa I e sebesar 1,5.

4.1.3.1.2. Menentukan Kelas Situs

BAB IV - 88

Penetapan kelas situs melalui penyelidikan tanah dilakukan

dengan mengolah data N-SPT sampai kedalaman 30 m sesuai SNI

Gempa 03-1726-2012 Pasal 5.1. Hasil data tanah berdasarkan nilai SPT

(Soil Penetration Test) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

N : nilai hasil test penetrasi standar rata- rata,

ti : tebal lapisan tanah ke-i,

Ni : hasil test penetrasi standar lapisan tanah ke-i.

Tabel 4.3. Nilai N-SPT data tanah

LAPIS KEDALAMAN

(m)

TEBAL

(m)

BH2

N

SPT N'= TEBAL/NSPT

1 1.75 2 7 0.286

2 3.75 2 10 0.200

3 5.75 2 10 0.200

4 7.75 2 21 0.095

5 9.75 2 23 0.087

6 11.75 2 8 0.250

7 13.75 2 14 0.143

8 15.75 2 15 0.133

9 17.75 2 18 0.111

10 19.75 2 21 0.095

11 21.75 2 19 0.105

12 23.75 2 20 0.100

13 25.75 2 18 0.111

14 27.75 2 16 0.125

15 29.75 2 18 0.111

BAB IV - 89

30 2.153

N 13.9344729

Berdasarkan SNI Gempa 03-1726- 2012 Pasal 5.3, nilai rata- rata

N sebesar 13,93 masuk ke dalam katagori tanah lunak (SE)

4.1.3.1.3 Menentukan Parameter Percepatan Gempa (Ss, S1)

Parameter percepatan gempa (Ss, S1) dapat diketahui secara detail

melalui situs online Dinas PU di link :

http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

Data yang diinput dalam situs tersebut adalah sebagai berikut :

Jenis input = diisikan Bangkalan Madura.

Jenis batuan = lunak.

Input parameter percepatan gempa melalui situs online PU ditunjukkan

pada Gambar 4.2. berikut.

Gambar 4.2. Input Data Kota pada Website puskim.pu.go.id

BAB IV - 90

Setelah input data akan didapatkan output seperti yang ditunjukkan

pada Gambar 4.3. berikut :

Gambar 4.3. Output Desain Spektra pada Website puskim.pu.go.id

Hasil output percepatan gempa (Ss, S1) untuk lokasi perencanaan

gedung kuliah 21 di Bangkalan Madura adalah sebesar SS = 0,669 g dan S1 =

0,239.

4.1.3.1.4. Menentukan Koefisien Situs dan Parameter Respons

Spectra Percepatan Gempa

Berdasarkan website

http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

didapatkan nilai parameter spektrum respons percepatan pada perioda

pendek (SMS) dan perioda 1 detik (SM1) sesuai ditunjukkan sebagai

berikut.

BAB IV - 91

SMS(g) =0,911

SM1(g) =0,728

SDS (g) =0,607

SD1(g) =0,486

4.1.3.1.5. Menentukan Spectrum Respon Desain

Penentuan respons spektrum desain berdasarkan website

resmi Dinas PU di link

http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/ yang

ditunjukkan pada Gambar 4.4 berikut.

Gambar 4.4. Respons Spektrum Desain Berdasarkan Website puskim.pu.go.id

4.1.3.1.6. Menentukan Kategori Desain Seismik

Penentuan Kategori Desain Seismik (KDS) berdasarkan kategori

risiko dan parameter respons spektral percepatan desain sesuai Tabel 6 dan

Tabel 7 SNI Gempa 03-1276-2012 Pasal 6.5 sebagai berikut.

Tabel 4.4 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan

pada periode pendek

BAB IV - 92

Tabel 4.5. Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons

Percepatan pada Perioda 1 detik

Berdasarkan perhitungan sebelumnya, didapatkan nilai parameter

percepatan respons spektral pada perioda pendek, SDS = 0,607g dan

parameter percepatan respons spektral pada perioda 1 detik, SD1 = 0,486g,

maka termasuk katagori resiko D.

4.1.3.1.7. Menghitung Periode Struktur (T)

BAB IV - 93

Waktu getar struktur adalah peristiwa bergetar dan bergoyangnya

struktur dalam 1 periode. Peristiwa tersebut dimodelkan sebagai model

massa terpusat (lump mass model) ditunjukkan pada Gambar 4.5 sebagai

berikut.

Gambar 4.5. Peristiwa Bergetarnya Struktur dalam 1 Periode

Perioda

BAB IV - 94

fundamental pendekatan Ta (detik) ditentukan dari persamaan Ta =

Ct . hx

n ,

Dimana :

hn : ketinggian struktur (m) di atas dasar sampai tingkat

tertinggi struktur, Ct

dan x : ditentukan sesuai SNI Gempa 03-1726-2012 Pasal 7.8.2.1

seperti pada Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6. Nilai Parameter Pendekatan untuk Ct dan x

Tipe Struktur Ct x

Rangka baja pemikul momen

Rangka beton pemikul momen

Rangka baja dengan bresing eksentris

Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap

tekuk

Semua sistem struktur lainnya

0,0724

0,0466

0,0731

0,0731

0,0488

0,8

0,9

0,75

0,75

0,75

Perhitungan perkiraan periode struktur untuk rangka beton pemikul

momen adalah sebagai berikut:

Ta= tx hnx=0,0466 x 73,5

0,9= 2,228 detik

BAB IV - 95

Waktu getar analisis ETABS untuk Mode 1 ditunjukkan pada

Gambar 4.6. berikut.

Gambar 4.6. Waktu Getar Struktur Mode 1 (arah Y) dengan T1 = 1,3739 detik

Waktu getar struktur Mode 1 (Tcy) pada arah Y adalah sebesar

1,3739 detik,

Waktu getar gedung pada Mode 2 ditunjukkan pada Gambar 4.7 berikut.

Gambar 4.7. Waktu Getar Struktur Mode 2 (arah X) dengan T2 = 1,2345 detik

BAB IV - 96

Waktu getar struktur pada Mode 2 (Tcx) pada arah X adalah sebesar

1,2345 detik

Nilai waktu fundamental struktur awal bangunan (Tc) yang

didapatkan dari hasil analisis model program struktur dibatasi tidak boleh

melebihi hasil koefisien untuk batasan atas pada perioda yang dihitung (Cu)

dari Tabel 14 SNI 03-1726-2012 dan perioda fundamental pendekatan Ta

seperti ditunjukkan pada Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7. Koefisien Batas Atas Periode yang Dihitung

Parameter percepatan respons spektral

desain pada 1 detik, SD1

Koefisien Cu

≥ 0,4

0,3

0,2

0,15

≤ 0,1

1,4

1,4

1,5

1,6

1,7

Dari perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai SD1 sebesar

0,486 g dan Ta 2,228 detik. maka besarnya periode maksimum adalah

sebagai berikut :

= 1,4 x 2,228

= 3,120 detik.

Kontrol batasan waktu getar :

Tcx < Tmaks

1,2345 < 3,120 detik → OK, batasan periode terpenuhi.

Tcx < Tmaks

1,3739 < 3,120 detik → OK, batasan periode terpenuhi

BAB IV - 97

4.1.3.2. Gempa Statik Ekivalen

Beban gempa statik ekuivalen adalah penyederhanaan dari

perhitungan beban gempa yang sebenarnya, dengan asumsi tanah dasar

dianggap tetap (tidak bergetar), sehingga beban gempa diekuivalensikan

menjadi beban lateral statik yang bekerja pada pusat massa struktur tiap

lantai bangunan..

Tahap perhitungan gempa statik ekuivalen adalah sebagai berikut.

4.1.3.2.1. Menghitung Berat Struktur

Berat gedung (W) akibat berat sendiri secara otomatis dapat dihitung

dengan ETABS v9.6.0 dengan cara menyeleksi luasan masing- masing

lantai, hasil output berat gedung (W) akibat berat sendiri dapat dilihat

pada gambar 4.8 berikut:

Gambar 4.8 Berat dan massa bangunan tiap lantai

BAB IV - 98

Berat gedung tambahan seperti plesteran, dinding, keramik, dan

lain-lain harus dihitung secara manual ditambah dengan 30% beban hidup.

Beban Mati Tambahan

Beban Mati Tambahan Plat Lantai dasar – sampai 20 (Luas 837 m2)

Beban mati yang bekerja pada plat lantai gedung meliputi :

Beban Pasir setebal 1 cm = 0,01 x 16 = 0,16 KN/m2

Beban Spesi setebal 3 cm = 0,03 x 22 = 0,66 KN/m2

Beban keramik setebal 1 cm = 0,01 x 22 = 0,22 KN/m2

Beban Plafon dan penggantung = 0,2 KN/m2

Beban Instalasi ME = 0,25 KN/m2

Beban mati pada plat lantai dasar -20 = 1,49 KN/m2 x luas

lantai

= 1,49 x 837 = 1247.13 KN

Beban mati yang bekerja pada balok meliputi :

Beban dinding bata 3,5 m panjang total 60 m = 2,5 x 3,5 x 64,5 =

564,375 kN.

Beban dinding partisi 3,5 m panjang total 114 m = 0,2 x 3,5 x 114 =

79.8 kN.

Beban curtain wall + rangka 3,5 m panjang total 71,5 m = 0,6 x 3,5 x

71,5 = 150,15 KN

Total beban mati pada plat lantai Dasar- lantai 20

WD = 564,375 + 79,8 + 150,15 = 794,325 kN

Beban Mati Tambahan Plat Lantai Atap (Luas 864 m2)

Beban mati yang bekerja pada plat lantai gedung meliputi :

Beban waterproofing tebal 2 cm = 0,02 x 14 = 0,28 KN/m2

Beban Plafon dan penggantung = 0,2 KN/m2

BAB IV - 99

Beban Instalasi ME = 0,25 KN/m2

Beban mati pada plat lantai dak = 0,73 KN/m2 x luas lantai

= 0,73 x 864 = 630,72 KN

Beban HidupTambahan

Beban Hidup Tambahan Plat Lantai dasar – sampai 20 (Luas 837

m2)

Beban hidup yang bekerja pada ruang kuliah gedung pendidikan :

(1,92 KN/m2

Total Beban pada plat lantai dasar – 20 = 1,92 KN/m2 x luas lantai

= 1,92 x 540 = 1036,8 KN

Reduksi beban hidup sebesar 25% = 0,25 x 1036,8 = 259,2 KN

Beban hidup yang bekerja pada koridor selain lantai utama gedung

pendidikan : (3,83 KN/m2)

Total Beban pada plat lantai dasar – 20 = 3,83 KN/m2 x luas lantai

= 3,83 x 270 = 1034,1 KN

Reduksi beban hidup sebesar 25% = 0,25 x 1034,1 = 258,525 KN

Beban hidup yang bekerja pada koridor lantai utama gedung

pendidikan : (4,79 KN/m2)

Total Beban pada plat lantai dasar – 20 = 4,79 KN/m2 x luas lantai

= 4,79 x 270 = 1293,3 KN

Reduksi beban hidup sebesar 25% = 0,25 x 1293,3 = 323,325 KN

Beban hidup yang bekerja pada Dak: (1 KN/m2)

Total Beban pada plat lantai dasar – 20 = 1 KN/m2 x luas lantai

= 1 x 864 = 864 KN

BAB IV - 100

Reduksi beban hidup sebesar 25% = 0,25 x 864 = 216 KN

Berat struktur yang digunakan dalam perhitungan gempa

berdasarkan SNI Gempa 1726-2012 Pasal 7.7.2 adalah beban mati

sendiri struktur, beban mati tambahan, dan beban hidup tereduksi 25%

seperti ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Berat Struktur Gedung

Lantai

Beban Mati

Tambahan

(KN)

Beban Hidup

Tereduksi

(KN)

Berat

Sendiri

(KN)

Beban Total

(KN)

LANTAI DAK 630.72 216 7580.02 8426.74

LANTAI 20 794.325 517.725 3571.234 4883.284

LANTAI 19 794.325 517.725 3571.234 4883.284

LANTAI 18 794.325 517.725 3571.234 4883.284

LANTAI 17 794.325 517.725 3654.389 4966.439

LANTAI 16 794.325 517.725 3670.511 4982.561

LANTAI 15 794.325 517.725 3981.458 5293.508

LANTAI 14 794.325 517.725 3994.185 5306.235

LANTAI 13 794.325 517.725 3838.529 5150.579

LANTAI 12 794.325 517.725 3917.394 5229.444

LANTAI 11 794.325 517.725 3930.122 5242.172

LANTAI 10 794.325 517.725 4207.505 5519.555

LANTAI 09 794.325 517.725 4230.415 5542.465

LANTAI 08 794.325 517.725 4230.415 5542.465

LANTAI 07 794.325 517.725 4232.112 5544.162

LANTAI 06 794.325 517.725 4247.386 5559.436

LANTAI 05 794.325 517.725 4516.236 5828.286

LANTAI 04 794.325 517.725 4489.508 5801.558

LANTAI 03 794.325 517.725 4385.423 5697.473

LANTAI 02 794.325 517.725 4308.405 5620.455

LANTAI 01 794.325 582.525 4299.354 5676.204

LANTAI

DASAR 794.325 582.525 3598.953 4975.803

Beban Total

120555.392

BAB IV - 101

4.1.3.2.2. Menghitung Koefisien Respons Seismik

Koefisien respons seismik dihitung berdasarkan SNI 03-1726-2012

Pasal 7.8.1.1

V= s x W

s= SDS

(RIe)=0,607

(71,5)=0,130 g

Keterangan :

CS : koefisien respons seismic

W : berat seismic efektif

SDS : parameter percepatan spectrum respons desain dalam rentang

periode pendek seperti ditetukan dalam SNI 03-1726-2012

Pasal 7.8.1.1

Ie : faktor keutamaan gempa seperti ditentukan dalam SNI 03-

1726-2012 Pasal 4.1.2

Berdasarkan SNI 03-1726-2012 Pasal 7.8.1.1 nilai koefisien

respons seismik tidak boleh kurang dari :

Csmin = 0,044 SDS Ie ≥ 0,01

= 0,044 x 0,607 x 1,5 ≥ 0,01

= 0,040062 ≥ 0,01

smaks X = SDS

T (RIe)=

0,607

1,3739 (71,5)= 0,095 g

smaks Y = SDS

T (RIe)=

0,607

1,2345 (71,5)= 0,105 g

BAB IV - 102

4.1.3.2.3. Menghitung Gaya Geser Dasar

Perhitungan nilai gaya geser dalam arah yang ditentukan dihitung

berdasarkan SNI Gempa 1726-2012 Pasal 7.8.1 sebagai berikut :

Vx= sx x W= 0,095 x 120555,392 = 11413,358 KN

Vy= sy x W= 0,105 x 120555,392 = 12702,156 KN

4.1.3.3. Gempa Dinamik Respons Spektrum

Analisis beban gempa dinamik respons spektrum ditentukan oleh

percepatan gempa rencana dan massa total struktur. Dalam analisis

struktur terhadap beban gempa dinamik, massa bangunan sangat

menentukan besarnya gaya inersia akibat gempa. Maka massa

tambahan yang diinput pada ETABS v9.6.0 meliputi massa akibat beban

mati tambahan dan beban hidup yang direduksi dengan faktor reduksi 0,3

4.1.3.3.1. Input Respons Spektrum Gempa Rencana

Desain gempa dinamik respons spektrum disusun berdasarkan

respons terhadap percepatan tanah (ground acceleration) hasil rekaman

gempa. Desain kurva respons spektrum untuk untuk kondisi tanah lunak

ditunjukkan pada tabel 4.8. berikut:

BAB IV - 103

Tabel 4.9. Nilai Kurva Spektrum gempa

T Sa (g) T Sa (g)

0 0.243 0 0.243

T0 0.607 0.16 0.607

TS 0.607 0.799 0.607

TS+0 0.54 0.799 0.54

TS+0.1 0.486 0.899 0.486

TS+0.2 0.442 0.999 0.442

TS+0.3 0.405 1.099 0.405

TS+0.4 0.374 1.199 0.374

TS+0.5 0.347 1.299 0.347

TS+0.6 0.324 1.399 0.324

TS+0.7 0.304 1.499 0.304

TS+0.8 0.286 1.599 0.286

TS+0.9 0.27 1.699 0.27

TS+1 0.256 1.799 0.256

TS+1.1 0.243 1.899 0.243

TS+1.2 0.231 1.999 0.231

TS+1.3 0.221 2.099 0.221

TS+1.4 0.211 2.199 0.211

TS+1.5 0.202 2.299 0.202

TS+1.6 0.194 2.399 0.194

TS+1.7 0.187 2.499 0.187

TS+1.8 0.18 2.599 0.18

TS+1.9 0.173 2.699 0.173

TS+2 0.167 2.799 0.167

TS+2.1 0.162 2.899 0.162

TS+2.2 0.157 2.999 0.157

TS+2.3 0.152 3.099 0.152

TS+2.4 0.147 3.199 0.147

TS+2.5 0.143 3.299 0.143

TS+2.6 0.139 3.399 0.139

TS+2.7 0.135 3.499 0.135

TS+2.8 0.131 3.599 0.131

TS+2.9 0.128 3.699 0.128

TS+3 0.125 3.799 0.125

TS+3.1 0.121 3.899 0.121

4 0.121 3.999 0.121

BAB IV - 104

4.1.3.3.2. Menentukan Tipe Analisis Ragam Respons Spektrum

Penentuan tipe ragam respons spektrum mengacu SNI 03-1726-2012

Pasal 7.2.2 sebagai berikut :

1. CQC (Complete Quadratic Combination)

Jika struktur gedung memiliki waktu getar alami yang

berdekatan atau selisih nilainya kurang dari 15%

2. SRSS (Square Root of the Sum of Squares)

Jika struktur gedung memiliki waktu getar alami yang berjauhan.

3. Redaman struktur beton (damping) = 0,05

Merupakan perbandingan redaman struktur beton dengan redaman

kritis = 0,05.

4. Input Response Spectra

Faktor keutamaan (I) = 1,5 (untuk gedung pendidikan)

Faktor reduksi gempa (R) = 7 (untuk daktalitas penuh)

Faktor skala gempa arah X = (G x I)/ R = 9,81 x 1,5/ 7 = 2,1

Faktor skala gempa arah Y = 30% x Gempa arah X = 0,63

4.1.3.3.3. Kontrol Partisipasi Massa

Menurut SNI 03-1726-2012 Pasal 7.2.1 bahwa perhitungan

Respons Dinamik Struktur harus sedemikian rupa sehingga

Partisipasi Massa dalam menghasilkan Respons total harus

sekurang-kurangnya 90%.

BAB IV - 105

Gambar 4.9. Nilai Partisipasi Massa unruk Arah X dan Arah Y

4.1.3.3.4. Gaya Geser Dasar Nominal, V (Base Shear)

Pada SNI Gempa 03-1726-2012 Pasal 7.1.3 disebutkan

bahwa : Nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap

pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam

suatu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai

respons ragam yang pertama. Bila respons dinamik struktur gedung

dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V, seperti persamaan

berikut :

Vdinamik > 0,8 Vstatik

Tabel 4.10. Besarnya gaya geser dasar (Base Shear) Nominal untuk

masing-masing Gempa

Tipe Beban Gempa Fx Fy 80% Statik

X

80% Statik

Y

Statik Eqx -21718 0.32 -17374.048 0.256

Eqy 0.3 -19558 0.24 -15646.696

Dinamik RSPx 15274.9 5398.44

RSPy 5564.52 14051.9

BAB IV - 106

Dari nilai dari Tabel 4.9. tersebut dapat disimpulkan persyaratan

gaya geser gempa dinamik belum terpenuhi (V dinamik < 0,8 V statik),

maka besarnya V dinamik harus dikalikan nilainya dengan faktor skala

sebagai berikut:

Arah X= 17374,048

15274,9 = 1,137

Arah Y= 15646,696

14051,9 = 1,113

4.1.3.3.5. Kontrol Sistem Ganda

Menurut SNI 03-1726-2012 pasal 7.2.5.1 bahwa Sistem Rangka

Pemikul momen (SRPM) harus memikul minimum 25% dari beban

Geser Nominal Total yang bekerja dalam arah kerja beban gempa

tersebut. Maka dilakukan pengecekan presentase antara Base Shear

yang dihasilkan oleh SRPM dan Shearwall dari masing-masing

kombinasi Pembebanan Gempa.

Tabel 4.11 Nilai Cek Persentase antara Base Shear SRPM dan

Shearwall dari kombinasi beban Gempa

No Kombinasi

Presentase Dalam Menahan Gempa (%)

Fx Fy

SRPM Shearwall SRPM Shearwall

1 1,2D + 1L + 1EQx 76.56 23.44 83.68 16.32

2 1,2D + 1L - 1EQx 76.96 23.04 84.28 15.72

3 1,2D + 1L + 1EQy 88.58 11.42 77.10 22.90

4 1,2D + 1L - 1EQy 87.98 12.02 77.59 22.41

5 1,2D + 1L ± RSPx max 76.53 23.47 82.47 17.53

6 1,2D + 1L ± RSPx min 76.06 23.94 81.88 18.12

7 1,2D + 1L ± RSPx max 83.54 16.46 77.03 22.97

8 1,2D + 1L ± RSPx min 83.41 16.59 76.65 23.35

9 0,9D + 1EQx 75.48 24.52 80.75 19.25

BAB IV - 107

10 0,9D - 1EQx 76.05 23.95 81.45 18.55

11 0,9D + 1EQy 81.78 18.22 77.27 22.73

12 0,9D - 1EQy 78.80 21.20 77.42 22.58

13 0,9D ± RSPx max 76.17 23.83 78.77 21.23

14 0,9D ± RSPx min 76.10 23.90 78.14 21.86

15 0,9D ± RSPy max 77.50 22.50 76.92 23.08

16 0,9D ± RSPy min 77.31 22.69 76.75 23.25

Dari hasil tabel dapat diketahui bahwa persentase dari SRPM

untuk semua kombinasi Pembebanan Gempa selalu nilainya lebih

dari 25%, Sehingga Konfigurasi Struktur Gedung telah memenuhi

syarat sebagai Sruktur Sistem Ganda menurut SNI 03-1726-2012

pasal 7.2.5.1

4.1.3.3.6. Simpangan Antar Lantai

Kriteria persyaratan simpangan mengacu pada SNI Gempa

2012 dengan faktor- faktor sebagai berikut :

1. Faktor pembesaran defleksi (Cd) untuk SRPMK = 5,5 (Tabel 20

SNI 1726- 2012).

2. Faktor Keutamaan Gempa (Ie) = 1,5 (Tabel 2 SNI 1726- 2012).

3. Faktor redundansi untuk gedung dengan KDS D adalah =

1,3 (Pasal 7.3.4.2 1726-2012).

4. Simpangan antar lantai yang diijinkan untuk gedung dengan

kriteria resiko IV adalah a = (0,015) x H, dimana H : tinggi tingkat

(Tabel 16 SNI 1726- 2012).

BAB IV - 108

Besarnya simpangan struktur Akibat Gempa Statik arah X dan Y

ditunjukkan pada Tabel 4.12 berikut

Tabel 4.12. Simpangan Struktur Akibat Gempa Statik arah X dan Y

X (mm) Y (mm) X (mm) Y (mm) (mm)

20 73.5 0.738 0.111 0.029 0.883 52.500 OK

19 70 0.741 0.029 0.039 0.808 52.500 OK

18 66.5 0.797 0.027 0.040 0.875 52.500 OK

17 63 0.852 0.028 0.042 0.943 52.500 OK

16 59.5 0.906 0.030 0.043 1.011 52.500 OK

15 56 0.960 0.032 0.044 1.080 52.500 OK

14 52.5 0.992 0.033 0.045 1.116 52.500 OK

13 49 1.029 0.034 0.045 1.162 52.500 OK

12 45.5 1.063 0.036 0.046 1.205 52.500 OK

11 42 1.088 0.037 0.046 1.238 52.500 OK

10 38.5 1.106 0.037 0.046 1.265 52.500 OK

9 35 1.109 0.037 0.045 1.268 52.500 OK

8 31.5 1.096 0.037 0.043 1.253 52.500 OK

7 28 1.094 0.037 0.042 1.250 52.500 OK

6 24.5 1.079 0.036 0.041 1.235 52.500 OK

5 21 1.052 0.035 0.039 1.206 52.500 OK

4 17.5 1.011 0.033 0.037 1.161 52.500 OK

3 14 0.945 0.030 0.034 1.080 52.500 OK

2 10.5 0.886 0.028 0.032 1.012 52.500 OK

1 7 0.808 0.025 0.028 0.916 52.500 OK

Dasar 3.5 0.709 0.022 0.025 0.797 52.500 OK

KetArah ArahTingkat zi (m)

Statik X Statik Y Simpang

an yang

BAB IV - 109

Besarnya simpangan struktur Akibat Gempa Dinamik arah X dan Y

ditunjukkan pada Tabel 4.13

Tabel 4.13. Simpangan Struktur Akibat Gempa Dinamik arah X dan Y

X (mm) Y (mm) X (mm) Y (mm) (mm)

20 73.5 0.543 0.290 0.167 0.694 52.500 OK

19 70 0.577 0.200 0.184 0.617 52.500 OK

18 66.5 0.622 0.216 0.198 0.668 52.500 OK

17 63 0.664 0.232 0.211 0.719 52.500 OK

16 59.5 0.705 0.247 0.223 0.768 52.500 OK

15 56 0.744 0.262 0.235 0.815 52.500 OK

14 52.5 0.766 0.269 0.242 0.839 52.500 OK

13 49 0.792 0.278 0.250 0.868 52.500 OK

12 45.5 0.815 0.287 0.257 0.897 52.500 OK

11 42 0.832 0.294 0.262 0.919 52.500 OK

10 38.5 0.845 0.300 0.266 0.937 52.500 OK

9 35 0.847 0.300 0.266 0.940 52.500 OK

8 31.5 0.838 0.297 0.263 0.930 52.500 OK

7 28 0.837 0.297 0.262 0.930 52.500 OK

6 24.5 0.828 0.294 0.259 0.923 52.500 OK

5 21 0.811 0.289 0.254 0.906 52.500 OK

4 17.5 0.784 0.280 0.245 0.879 52.500 OK

3 14 0.737 0.262 0.230 0.825 52.500 OK

2 10.5 0.697 0.248 0.217 0.780 52.500 OK

1 7 0.641 0.227 0.200 0.714 52.500 OK

Dasar 3.5 0.568 0.200 0.177 0.629 52.500 OK

KetArah ArahTingkat zi (m)

Dinamik X Dinamik Y Simpang

an yang

BAB IV - 110

4.2. Perhitungan Praktis dengan ETABS v9.6.0

Perhitungan struktur secara praktis dengan ETABS v9.6.0 meliputi

desain plat lantai, balok, dan kolom. Struktur rangka direncanakan dengan

SRPMK (Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus) atau SMF (Special

Moment Frames) berdasarkan SNI Beton 03-2847-2012, khususnya untuk balok

induk dan kolom utama. Balok anak tidak didesain dengan SRPMK, karena

balok anak hanya berfungsi untuk menahan beban mati dan hidup, serta untuk

membagi luasan plat agar tidak melendut.

Pendefinisian sistem SRPMK pada ETABS v9.6.0 dilakukan dengan cara

Select – By Frame Sections – Pilih elemen balok induk dan kolom. Kemudian

Design – Concrete Frame Design – View/ Revise Overwrites – Elemen Type –

Sway Special.

Gambar 4.10. Pendefinisian Struktur Pemikul Momen Khusus

(SRPMK) pada ETABS v9.6.0

Analisis untuk mengetahui perilaku struktur dan besarnya gaya dalam

berupa momen, gaya geser, dan aksial dapat dilakukan dengan cara Analyze – Set

Analysis Options. Untuk analisis dinamik, jumlah mode diisi sesuai jumlah massa

tingkat

BAB IV - 111

Gambar 4.11 Analysis Option pada ETABS

Setelah analysis options didefinisikan, kemudian struktur bisa

dianalisis dengan cara Analize – Run Analysis. Gaya- gaya dalam berupa

momen, aksial, dan geser yang bekerja pada struktur dapat ditunjukkan

dengan cara Display – Show Member Forces/ Stress Diagram – Frame/

Pier/ Spandrel Forces.

4.2.1. Perhitungan Plat Lantai

Besarnya nilai tegangan yang terjadi pada plat lantai secara

otomatis dapat diketahui dengan cara Run – Display – Show Member

Forces/ Stress Diagram – Shell Stresses/ Forces sesuai ditunjukkan pada

Gambar 4.12 berikut.

BAB IV - 112

Gambar 4.12. Tegangan yang Terjadi pada Plat Akibat Beban Mati dan Hidup

Dari hasil analis didapatkan Mu = 5,9528 kNm

Digunakan tulangan polos P10- 150

Luas tulangan terpakai, As = ¼ x x d² x b/S

= ¼ x 3,14 x 10² x 1000/150 = 523,33 mm²

Tinggi blok regangan, a= As x fy

0,85 x fc x b

a= x 240

0,85 x 30 x 1000 = 4,92 mm

Momen nominal, Mn = As x fy x (d -a/2) x 10-6

= 523,33 x 240 x (85 – 4,92/2) x 10-6

= 10,36

kNm

Syarat : Mn ≥ Mu

0,8 x 10,36 ≥ 5,9528

8,28 ≥ 5,9528 → OK, Plat mampu menerima beban

6 m

4,5m

BAB IV - 113

4.2.2. Perhitungan Balok Induk

Perhitungan balok induk meliputi tulangan utama, tulangan geser/ sengkang

dan torsi.

4.2.2.1. Perhitungan Tulangan Utama

Perhitungan luas tulangan utama balok secara otomatis dapat

diketahui dengan cara Design – Concrete Frame Design – Display

Design Info – Longitudinal Reinforcing. Balok yang akan dianalisis

ditunjukkan pada Gambar 4.13 berikut.

Gambar 4.13 Luas Tulangan Utama Balok Arah Memanjang (Satuan : mm)

Detail luas tulangan utama yang ditinjau adalah sebagai berikut.

1645 611 1654

1103 873 1096

BAB IV - 114

Daerah tumpuan Daerah lapangan Daerah tumpuan

Digunakan tulangan ulir diameter 22

(D22) → As = ¼ Л d2

= ¼ x 3,14 x 222 = 379,94 mm

2

a. Tulangan utama daerah tumpuan :

Luas tulangan bagian atas = 1654 mm2 → jumlah tulangan = 1654 /

379,94 = 4,353 ≈ 5

Luas tulangan bagian bawah = 1103 mm2 → jumlah tulangan =

1103/ 379,94 = 2,903 ≈ 3

b. Tulangan utama daerah lapangan :

Luas tulangan bagian atas = 611 mm2 → jumlah tulangan = 611 /

379,94 = 1,6 ≈ 2

Luas tulangan bagian bawah = 873 mm2 → jumlah tulangan = 873 /

379,94 = 2,298 ≈ 3

4.2.2.2. Desain Tulangan Geser Balok

Luas tulangan geser (sengkang) secara otomatis dapat diketahui dengan

cara Design – Concrete Frame Design – Display Design Info – Shear

Reinforcing sesuai ditunjukkan pada Gambar 4.14 berikut.

BAB IV - 115

Gambar 4.14 Tampak Luas Tulangan Geser (sengkang) Arah

Memanjang (Satuan : mm)

Detail luas tulangan geser (sengkang) yang ditinjau adalah sebagai berikut.

Daerah tumpuan Daerah lapangan Daerah tumpuan

Digunakan tulangan polos diameter 10 → As = ¼ Л d2

= ¼ x 3,14 x 102

= 78,5 mm2

.

a. Tulangan geser daerah tumpuan :

Asumsi digunakan sengkang 2D10-70 (sengkang 2 kaki diameter

10 mm setiap jarak 70 mm),

maka luas tulangan per 1 m = 2 x ¼ Л d2

x 1000/70

= 2 x ¼ x 3,14 x 102

x 1000/70 = 2242,857 mm2

.

Sehingga luas tulangan per meter panjang = 2242,857 /1000 = 2,242

mm2

/ mm.

2,204 1,933 2,214

BAB IV - 116

Kontrol keamanan : 2,242 > 2,214 → OK, sengkang aman

digunakan.

b. Tulangan geser daerah lapangan :

Asumsi digunakan sengkang 2D10-80 (sengkang 2 kaki diameter

10 mm setiap jarak 80 mm),

maka luas tulangan per 1 m = 2 x ¼ Л d2

x 1000/80

= 2 x ¼ x 3,14 x 102

x 1000/80 = 1962,5 mm2

.

Sehingga luas tulangan per meter panjang=1962,5/1000=1,962mm2

/ mm.

Kontrol keamanan : 1,962 > 1,933 → sengkang aman dan

mampu menahan gaya geser

2.3. Desain Tulangan Torsi

Luas tulangan torsi secara otomatis dapat diketahui dengan cara Design –

Concrete Frame Design – Display Design Info – Torsion Reinforcing

sesuai ditunjukkan pada Gambar 4.15 berikut

BAB IV - 117

Gambar 4.15 Tampak Luas Tulangan Torsi Arah Memanjang (Satuan : mm)

Detail dari luas tulangan torsi pada balok yang adalah sebagai berikut

Bagian atas menunjukkan luas tulangan torsi untuk sengkang dan

bagian bawah menunjukkan luas tulangan torsi untuk tulangan utama (atas

dan bawah). Karena luas tulangan torsi lebih kecil dari luas tulangan

sengkang, maka tidak diperlukan tulangan untuk torsi. Namun karena luas

tulangan torsi bawah lebih besar dari luas tulangan utama, maka tulangan

torsi perlu untuk diperhitungkan.

Hitung tulangan longitudinal terhadap torsi,

Syarat diameter tulangan longitudinal minimum untuk torsi :

> 1/24 . spasi sengkang = 1/24 . 100 = 4,1 mm (OK)

> 10 mm (OK)

Dibutuhkan As = 1467 mm2

Digunakan 4D12 didaerah tengah = 4 . ¼ . 3,14 . 122 = 452 mm

2

Sisa luas tulangan = 1467 – 452 = 1015 mm2, dipakai 3D25 = 1139,82 mm

2

yaitu ditambahkan disisi atas dan bawah.

0,441 0,408 0,467

1467 1467 1467

BAB IV - 118

Contoh diagram momen yang terjadi akibat berbagai macam kombinasi

pembebanan ditunjukkan pada Gambar berikut

Gambar 4.16 Diagram Momen Akibat Beban Mati dan Beban Hidup

Gambar 4.17 Diagram Momen Akibat Beban Mati, Beban Hidup dan gempa

Statik

BAB IV - 119

Gambar 4.18 Diagram Momen Akibat Beban Mati, Beban Hidup dan gempa

Dinamik

4.2.3. Perhitungan Kolom

Perhitungan balok induk meliputi tulangan utama, tulangan geser/

sengkang dan torsi.

4.2.3.1.Desain Tulangan Utama Kolom

Luas tulangan utama kolom dapat diketahui dengan cara Design –

Concrete Frame Design – Display Design Info – Longitudinal

Reinforcing. Kolom yang akan dianalisis ditunjukkan pada Gambar

4.20 berikut.

BAB IV - 120

Gambar 4.19 Tampak Luas Tulangan Utama Kolom Arah Memanjang

Detail Informasi luas tulangan, momen, dan gaya geser dapat dilakukan dengan

klik kanan pada kolom yang ditinjau

Gambar 4.20 Detail Informasi Luas Tulangan, Momen, Gaya Geser, dan

Torsi, Kolom yang Ditinjau

BAB IV - 121

Untuk menampilkan diagram interaksi kolom yang ditinjau, dapat

dilakukan dengan cara klik kanan kolom, kemudian Interaction

Gambar 4.21 Diagram Interaksi Kolom yang diinjau

Detail dari luas tulangan utama kolom yang ditinjau = 12000 mm2

.

Digunakan tulangan ulir diameter 22 → As = ¼ Л d2

= ¼ x 3,14 x 222

= 380 mm2

Maka jumlah tulangan yang dibutuhkan = 12000/ 380 = 31,579

→ digunakan 32 tulangan agar dapat tersebar disemua sisi kolom.

Jadi tulangan utama kolom adalah 32D22.

4.3.3.2. Desain Tulangan Geser Kolom

Luas tulangan geser (sengkang) secara otomatis dapat diketahui dengan

cara Design – Concrete Frame Design – Display Design Info – Shear

Reinforcing sesuai ditunjukkan pada Gambar 4.22 berikut

BAB IV - 122

Gambar 4.22 Tampak Luas Tulangan Geser (sengkang) Kolom

Arah Memanjang

Dari ETABS v.9.6.0 detail luas tulangan geser (sengkang)

kolom yang ditinjau = 0,000 mm2

.

Digunakan tulangan polos 2D13 → As = 2 x ¼ Л d2

= 2 x ¼ x 3,14 x 132

= 265,33 mm2

Jarak sengkang = tidak diketahui → digunakan 200 mm (sesuai

persyaratan). Jadi tulangan geser (sengkang) kolom adalah 2D13-200

BAB IV - 123

4.3. Perhitungan Manual dengan Bantuan Mathcad v.14

4.3.1 Perencanaan Plat Lantai

Perencanaan plat lantai seluruhnya menggunakan beton bertulang

dengan mutu beton f’c =30 MPa dan baja untuk tulangan menggunakan mutu

baja fy = 240 MPa. Perhitungan plat lantai dilakukan dengan menganggap

bahwa setiap plat lantai dibatasi oleh balok, baik balok anak maupun balok

induk.

Langkah- langkah perencanaan plat lantai meliputi :

a. Menentukan syarat- syarat batas dan bentang plat lantai.

b. Menentukan tebal plat lantai.

c. Menghitung beban yang bekerja pada plat lantai yang meliputi

beban mati dan hidup.

d. Menentukan nilai momen yang paling berpengaruh.

e. Menghitung keamanan plat lantai dalam memikul beban.

5.3.1.1 Menentukan Pembebanan Plat Lantai

Jenis beban yang bekerja pada plat lantai yaitu

4. Beban Mati (D) = 4,37 kN/m2

Beban mati merata yang bekerja pada Lantai Dasar– 20 meliputi:

g. Beban plat lantai = 0,12 x 24 = 2,88 kN/m2

h. Beban pasir setebal 1 cm = 0,01 x 16 = 0,16 kN/m2

i. Beban spesi setebal 3 cm = 0,03 x 22 = 0,66 kN/m2

j. Beban keramik setebal 1 cm = 0,01 x 22 = 0,22 kN/m2

k. Beban plafond menggantung = 0,2 kN/m2

l. Beban instalasi ME = 0,25 kN/m2

Total beban mati pada plat lantai = 4,37 kN/m2

BAB IV - 124

5. Beban Hidup (L) = 4,79 kN/m2

Beban hidup ditentukan yaitu: Ruang Kelas : 1,92 KN/m2

Koridor di atas lantai pertama : 3,83 KN/m2

Koridor lantai pertama : 4,79 KN/m2

6. Beban Rencana (Wu) =1,2D+1,6L =1,2 x 4,37+1,6 x 4,79=

12,908 kN/m2

5.3.1.2 Perencanaan Tulangan Plat Lantai

Perencanaan penulangan plat lantai dilakukan dengan

mengambil lebar plat lantai (b) sebesar 1 satuan panjang (b = 1

meter atau 1000 mm). Cara perhitungan tulangan pada plat lantai

adalah sebagai berikut.

4.3.1.2.1. Menentukan syarat- syarat batas dan bentang perencanaan

plat lantai

Bentang terpanjang, ly = 4500 mm

Bentang pendek, Ix = 3000 mm

=Iy

Ix= 4500

3000=1,5

1. Menentukan Tebal Plat Lantai

Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2013 Pasal 9.5.3.3, rasio

kekakuan lentur balok terhadap plat lantai ditentukan dengan

langkah sebagai berikut:

c. Sisi balok induk B1

h = 800 mm, b = 400 mm, L = 3000 mm, dan

tebal plat lantai h = 120 mm

BAB IV - 125

I=EcbIb

EcpIp= 4700 x √30 x

112 x 400 x 800

4700 x √30 x 112 x 3000 x 120

=39,506

d. Sisi balok induk B2

h = 800 mm, b = 400 mm, L = 4500 mm, dan

tebal plat lantai h = 120 mm

2=EcbIb

EcpIp= 4700 x √30 x

112 x 400 x 800

4700 x √30 x 112 x 4500 x 120

=26,337

e. Sisi balok anak B3

h = 500 mm, b = 250 mm, L = 4500 mm, dan

tebal plat lantai h = 120 mm

3=EcbIb

EcpIp= 4700 x √30 x

112 x 250 x 500

4700 x √30 x 112 x 4500 x 120

=4,019

f. Rasio kekuatan rata-rata

m= 1 1 2 3

4=

39,506 39,506 26,337 4,019

4=27,342

Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2013 Pasal 9.5.3.3.

mengatur tebal plat lantai minimum dengan balok yang

menghubungkan tumpuan pada semua sisinya tidak boleh kurang

dari hmin. dimana tebal minimum plat lantai dengan m > 2 dihitung

sebagai berikut :

h=

In (0,8 fy1400

)

36 9

BAB IV - 126

hmin= 4500 (0,8

2401500

)

36 9 x 2,25=76,8 120 mm

Digunakan tebal plat h = 120 mm

2. Menentukan Tebal Selimut Beton

Berdasarkan SNI 03-2847-2013 untuk:

a. D ≤ 36 mm, ts = 20 mm

b. D > 36 mm, ts = 40 mm

Maka digunakan tebal selimut beton (ts) = 20 mm

3. Menentukan Nilai momen

Nilai momen dapat diperoleh dari output ETABS.v9.6.0

c

Gambar 4.23 Momen arah 1-1 (M11)

6 m

4,5m

BAB IV - 127

Gambar 4.24 Momen arah 2-2 (M22)

MIx (M11 lapangan arah x) = 5,9528 kNm

MIy (M22 lapangan arah y) = 2,7009 kNm

Mtx (M11 tumpuan arah x) = -6,8867 kNm

Mty (M22 tumpuan arah y) = -4.5783 kNm

4. Menghitung tinggi efektif Plat Lantai (dx)

Digunakan tulangan pokok Ø10

dx = h – ts - 0.5 x D

dx = 120 – 20 – 0,5 x 10 = 95 mm

5. Menentukan besarnya Nilai

f’c ≤ 30 MPa, = 0,85

f’c > 30 MPa, = 0,85 – 0,008 (f’c – 30)

6 m

4,5m

BAB IV - 128

balance

=0.85 f

c

fy[600

(600 fy)]

balance

=0.85 0,85 30

240[

600

(600 240)]=0,065

6. Menentukan besarnya rasio penulangan minumum dan maksimum

min=1,4

fy= 1,4

240=0,0058

min=√fc

4xfy= √30

4x240=0,0057

maks

=0,75 x balance

=0,75 x 0,065=0,048

4.3.1.2.2. Menentukan tulangan pokok daerah lapangan dan

tumpuan

1. Perhitungan tulangan pokok lapangan arah Ix

MIx = Mu = 5,9528 kNm

Faktor Tahanan Momen

Mn= (Mu

)=

5,9528

0,8= 7,441

Rn= (Mn

b. x2)=

7441000

1000 x 952= 0,824

m= (fy

0.85xfc)=

240

0.85x30= 9,412

Rasio penulangan

=1

m[1-√1-

2.m.Rn

fy]

=1

9,412*1-√1-

2.9,412.0,824

240+=0,001

BAB IV - 129

Rnb= bx fy *1-1

2x

b x m+

Rnb=0,065x 240 *1-1

2x 0,065 x 9,412+=10,782

Rmaks=0,75 x 10,782= 8,087

Karena Rn < R maks, maka digunakan tulangan tunggal

Rasio penulangan

min

maks

Luas tulangan yang dibutuhkan

Ast = min. b .dx=0,005833 x 1000 x 95=554.167 mm

Tinggi balok regangan,

a = (As. Fy

0,85 . fc.xb)=

554,167 . 240

0,85 . 30 . 1000= 5,216 mm

Momen nominal,

Mn = As. Fy. (d-a/2) .10-6

Mn = 554,167. 30 . (95 – 5,216/2) .10-6

= 12,288 kNm

Kontrol Kekuatan

ΦMn ≥ Mu

0,8 x 12,288 ≥ 5,9528

9,831 ≥ 5,9528 → OK

Jarak Antar Tulangan

S =(0,25 . .

2. b

As)=

0,25 . . 102. 1000

554,167=141,73 140 mm

Digunakan tulangan lapangan arah x Ø10-140

BAB IV - 130

2. Perhitungan tulangan pokok lapangan arah Iy

MIy = Mu = 2,7009 kNm

Faktor Tahanan Momen

Mn= (Mu

)=

2,7009

0,8= 3,376

Rn= (Mn

b. x2)=

3376000

1000 x 952= 0,374

m= (fy

0.85xfc)=

240

0.85x30= 9,412

Rasio penulangan

=1

m[1-√1-

2.m.Rn

fy]

=1

9,412*1-√1-

2.9,412.0,374

240+= 0,0002

Rnb= bx fy *1-1

2x

b x m+

Rnb=0,065x 240 *1-1

2x 0,065 x 9,412+=10,782

Rmaks=0,75 x 10,782= 8,087

Karena Rn < R maks, maka digunakan tulangan tunggal

Rasio penulangan

min

maks

Luas tulangan yang dibutuhkan

Ast = min. b .dx = 0,005833 x 1000 x 95 = 554.167 mm

BAB IV - 131

Tinggi balok regangan,

a = (As. Fy

0,85 . fc.xb)=

554,167 . 240

0,85 . 30 . 1000=5,216 mm

Momen nominal,

Mn = As. Fy. (d-a/2) .10-6

Mn = 554,167. 30 . (95 – 5,216/2) .10-6

= 12,288 kNm

Kontrol Kekuatan

ΦMn ≥ Mu

0,8 x 12,288 ≥ 2,7009

9,831 ≥ 2,7009 → OK

Jarak Antar Tulangan

S =(0,25 . .

2. b

As)=

0,25 . . 102. 1000

554,167=141,73 140 mm

Digunakan tulangan lapangan arah y Ø10-140

3. Perhitungan tulangan pokok daerah tumpuan

Perhitungan tulangan pokok tumpuan arah Ix

Mtx = Mu = 6,8867 kNm

Faktor tahanan momen

Mn= (Mu

)=6,8867

0,8= 8,608

Rn= (Mn

b. x2)=8608000

1000.95 = 0,954

m= (fy

0.85xfc)=

240

0,85 x 30= 9,412

Rasio Penulangan

=1

m[1-√1-

2.m.Rn

fy]

BAB IV - 132

=1

9,412*1-√1-

2.9,412.0,954

240+=0,0006

Rnb= bx fy *1-1

2x

b x m+

Rnb=0,065x 240 *1-1

2x 0,065 x 9,412+=10,782

Rmaks=0,75 x Rnb=0,75 x 10,782=8,087

Karena Rn < R maks, maka digunakan tulangan tunggal

Luas tulangan yang dibutuhkan

Ast = min. b .dx=0,005833 x 1000 x 95=554,167 mm

Tinggi blok regangan

a = (As. Fy

0,85 . fc.xb)=

554,167 . 240

0,85 . 30 . 1000=5,216 mm

Momen nominal,

Mn = As. Fy. (d-a/2) .10-6

Mn = 554,167. 30 . (95 – 5,216/2) .10-6

= 12,288 kNm

Kontrol Kekuatan

ΦMn ≥ Mu

0,8 x 12,288 ≥ 6,8867

9,831 ≥ 6,8867 → OK

Jarak antar tulangan

S =(0,25 . .

2. b

As)=

0,25 . . 102. 1000

554,167=141,73 140 mm

Digunakan tulangan tumpuan arah x Ø10-140

BAB IV - 133

4. Perhitungan tulangan pokok tumpuan arah Iy

Mty = Mu = 4.5783 kNm

Faktor tahanan momen

Mn= (Mu

)=3,3151

0,8= 5,723

Rn= (Mn

b. x2)=5723000

1000.95 = 0,634

m= (fy

0.85xfc)=

240

0,85 x 30= 9,412

Rasio Penulangan

=1

m[1-√1-

2.m.Rn

fy]

=1

9,412*1-√1-

2.9,412.0,634

240+=0,0004

Rnb= bx fy *1-1

2x

b x m+

Rnb=0,065x 240 [1 1

2x 0,065 x 9,412]= 10,782

Rmaks=0,75 x Rnb=0,75 x 10,782= 8,087

Karena Rn < R maks, maka digunakan tulangan tunggal

Luas tulangan yang dibutuhkan

Ast = min. b .dx=0,005833 x 1000 x 95=554,167 mm

Tinggi blok regangan

a = (As. Fy

0,85 . fc.xb)=

554,167 . 240

0,85 . 30 . 1000=5,216 mm

Momen nominal,

Mn = As. Fy. (d-a/2) .10-6

BAB IV - 134

Mn = 554,167. 30 . (95 – 5,216/2) .10-6

= 12,288 kNm

Kontrol Kekuatan

ΦMn ≥ Mu

0,8 x 12,288 ≥ 4.5783

9,831 ≥ 4.5783 → OK

Jarak antar tulangan

S =(0,25 . .

2. b

As)=

0,25 . . 102. 1000

554,167=141,73 140 mm

Digunakan tulangan tumpuan arah y Ø10-140

Tabel 4.14 Rekapitulasi Penulangan Plat Lantai

No Momen yang

ditinjau

Penulangan

Diameter

(mm)

Jarak (mm)

1 Mlx 10 140

2 Mly 10 140

3 Mtx 10 140

4 Mty 10 140

BAB IV - 135

Gambar detail penulangan plat lantai ditunjukan pada gambar berikut:

Gambar 4.25 Penulangan Plat Lantai Tipe S2

Gambar 4.26 Detail Potonga A-A Penulangan Memanjang Pelat Lantai Tipe S2

Gambar 4.27 Detail Potonga B-B Penulangan Melintang Pelat Lantai Tipe S2

BAB IV - 136

4.3.2. Perencanaan Tangga dan Bordes

Perencanaan tangga dan bordes meliputi dimensi, kemiringan,dan

penulangan plat tangga. Perencanaan struktur tangga menggunakan beton

bertulang dengan mutu beton f’c = 30 MPa. Tangga yang direncanakan

mempunyai konfigurasi yang sama setiap lantainya (typical) dengan

ketinggian 3,5 meter.

10.3.3.1 Perhitungan Dimensi Tangga

Perhitungan anak tangga meliputi jumlah antrede (injakan),

optrade (tanjakan), dan plat tangga adalah sebagai berikut :

3. Menghitung antrede (injakan)

c. Menghitung sudut kemiringan tangga ( )

=

= 0,777

tan = 37,5o

d. Menghitung panjang antrede (injakan)

Menurut Diktat Konstruksi Bangunan Sipil karangan Ir.

Supriyono :

2X + Y = 61~65

2 ( Y. tan ) Y = 61~65

2 ( Y. tan 37,5o ) + Y = 61~65

2,5 Y = 64

Y = 25,6 ≈ 30cm

Keterangan :

X = Optrade

Y = Antrede

4. Menghitung optrade (tanjakan)

d. Menghitung tinggi optrade (tanjakan)

BAB IV - 137

X = Y . tan

X = 30 . tan 37,5o

X = 20 cm

e. Menghitung jumlah optrade (tanjakan)

Jumlah optrade = 17,5/20 = 9 buah

Jumlah optrade = 9 – 1 = 8 buah

f. Menghitung tebal plat tangga

Tinggi dari plat tangga minimal (hmin) adalah sebagai berikut :

hmin=L

27 = √2250 1750

27=105,57 110 mm

Data perencanaan tangga adalah sebagai berikut :

1) Tinggi antar lantai , h = 3,5 m

2) Lebar tangga , L = 2250 mm

3) Tinggi optrade , O = 200 mm

4) Lebar antrede , A = 300 mm

5) Panjang bordes, Pb = 1370 mm

6) Kemiringan tangga, = 37,5 o

7) Diameter tulangan, D = 10 mm

8) Tebal selimut beton, ts = 20 mm

9) Tebal plat tangga, t = 150 mm

10.3.3.2 Pembebanan Tangga

Beban yang bekerja pada struktur tangga meliputi beban mati

dan hidup. Distribusi beban yang bekerja pada elemen tangga

ditunjukkan sebagai berikut:

c. Beban Mati tangga dan bordes = 150 Kg/m2

d. Beban Hidup tangga dan bordes = 500 Kg/m2

BAB IV - 138

10.3.3.3 Perencanaan Tulangan Plat Tangga

Gambar 4.28Permodelan Tangga dengan SAP

Penulangan plat tangga direncanakan arah X dan Y.

4.3.2.3.1. Desain penulangan plat tangga untuk arah X

Tabel 4.15 Momen pada tangga

Jenis

Struktur

Gaya

Dalam Momen (N.mm)

Tangga M11 6048

M22 7780

Direncanakan tulangan polos Ø 10

e. Tinggi efektif plat bordes (d)

dx = h – ts – 0,5 x Ø

= 150 – 20 – 0,5 x 10 = 125 mm

f. Momen nominal

M11 = Mu = 6048 Nmm

Mn =Mu

= 6048

0,8=7560 Nmm

g. Rasio tulangan ( )

BAB IV - 139

min =1.4

fy =

1,4

240 = 0,00583

balance

=0.85 f

c

fy*

600

(600 fy)+

=0.85 30 0,85

240*

600

(600 240)+= 0,0645

maks

=0,75 balance

=0,75 x 0,0645=0,048

m =fy

0,85.fc =

240

0,85.30=9,412

Rn =Mn

b x dx2 =

7560

1000 x 1252=0,0004838 MPa

=1

m (1-√1-

2(m)(Rn)

fy)

= 1

9,412 (1-√1-

2(9,412)(0,0004838)

240)= 0,00000202

Jika min, maka dipakai min = 0,00583

h. Kebutuhan Tulangan

Ast = min x b x d = 0,00583 x 1000 x 125 = 729,167 mm2

Digunakan tulangan polos Ø 10

Luas satu tulangan, As

As = ¼ x x D2 = ¼ x x 10

2 = 78,54 mm

2

Jumlah tulangan

N = Ast/As = 729,167/78,54 = 9,289 = 10 buah

Jarak antar tulangan :

s = (0,25 x x D x b

Ast)=(

0,25 x x 10 x 1000

729,167)= 107,657 = 100 mm

Jadi tulangan plat lantai arah X digunakan Ø10-100 mm

BAB IV - 140

4.3.2.3.2. Desain penulangan plat tangga untuk arah Y

Momen nominal

M22 = Mu = 7780 Nmm

=

= 9725 Nmm

a. Rasio tulangan ( )

m =fy

0,85.fc=

240

0,85.30=9,412

Rn =Mn

b x dx2 =

9725

1000 x 1252=0,000622

=1

m (1-√1-

2(m)(Rn)

fy)

= 1

9,412 (1-√1-

2(9,412)(0,000622)

240) = 0,00000259

Jika min

, maka dipakai min

0,0058

b. Kebutuhan Tulangan

Ast = min x b x d = 0,0058 x 1000 x 125 = 729,167 mm2

Digunakan tulangan polos Ø 10

Luas satu tulangan, As

As = ¼ x x D2 = ¼ x x 10

2 = 78,54 mm

2

Jumlah tulangan

N = Ast/As = 729,167/78,54 = 9,287 = 10 buah

Jarak antar tulangan :

s = (0,25 x x D x b

Ast)=(

) 107,657 = 100 mm

Jadi tulangan plat lantai arah Y digunakan Ø10-100 mm

BAB IV - 141

10.3.3.4 Perencanaan Tulangan Plat Bordes

4.3.2.4.1. Desain penulangan plat bordes untuk arah X

Direncanakan tulangan polos Ø 10.

Tabel 4.16 Momen pada Bordes

Jenis Struktur

Gaya

Dalam

Momen

(N.mm)

Bordes M11 -2653

M22 -5803

e. Tinggi efektif plat bordes (d)

dx = h – ts – 0,5 x Ø

= 150 – 20 – 0,5 x 10 = 125 mm

f. Momen nominal

M11 = Mu = 2653 Nmm

Mn =Mu

= 2653

0,8=3316,25 Nmm

g. Rasio tulangan ( )

min =1.4

fy =

1,4

240 = 0,00583

balance

=0.85 f

c

fy*

600

(600 fy)+

=0.85 30 0,85

240*

600

(600 240)+= 0,065

maks

=0,75 balance

=0,75 x 0,065=0,048

m =fy

0,85.fc =

240

0,85.30=9,412

Rn =Mn

b x dx2 =

3316,25

1000 x 1252=0,000212 MPa

=1

m (1-√1-

2(m)(Rn)

fy)

BAB IV - 142

= 1

9,412 (1-√1-

2(9,412)(0,000212)

240) = 0,000001

Jika min

, maka dipakai min

0,0058

h. Kebutuhan Tulangan

Ast = min x b x d = 0,0058 x 1000 x 125 = 729,167 mm2

Digunakan tulangan polos Ø 10

Luas satu tulangan, As

As = ¼ x x D2 = ¼ x x 10

2 = 78,54 mm

2

Jumlah tulangan

N = Ast/As = 729,167/78,54 = 9,289 = 10 buah

Jarak antar tulangan :

s = (0,25 x x D x b

Ast)=(

0,25 x x 10 x 1000

729,167)= 107,657 = 100 mm

Jadi tulangan plat lantai arah X digunakan Ø10-100 mm

4.3.2.4.2. Desain penulangan plat tangga untuk arah Y

a. Momen nominal

M22 = Mu = -5803 Nmm

Mn = Mu

= 5803

0,8=7253,75 Nmm

b. Rasio tulangan ( )

m =fy

0,85.fc =

240

0,85.30=9,412

Rn =Mn

b x dx2 =

7253,75

1000 x 1252=0,000464 MPa

=1

m (1-√1-

2(m)(Rn)

fy)

= 1

9,412 (1-√1-

2(9,412)(0,000464)

240)= 0,00000193

BAB IV - 143

Jika min

, maka dipakai min

0,0058

c. Kebutuhan Tulangan

Ast = min x b x d = 0,0058 x 1000 x 125 = 729,167 mm2

Luas satu tulangan,

As = ¼ x x D2 = ¼ x x 10

2 = 78,54 mm

2

Jumlah tulangan

N = Ast/As = 729,167/78,54 = 9,289 = 10 buah

Jarak antar tulangan :

s = (0,25 x x D x b

Ast) = (

0,25 x x 10 x 1000

729,167)= 107,657 = 100 mm

Jadi tulangan plat lantai arah Y digunakan Ø10-100 mm

Gambar 4.29 Detail Penulangan Tangga

BAB IV - 144

10.3.3.5 Perencanaan Balok Bordes Tangga

Balok bordes tangga direncanakan dengan dimensi tinggi h = (1/10 –

1/15) L dan lebar b = (1/2 – 2/3) h (Vis dan Gideon, 1997). Dimensi

balok bordes yang ditinjau (B) adalah h = mm dan b = mm.

4.3.2.5.1. Pembebanan Balok Tangga

c. Beban Mati (D)

Berat plat bordes = 0,20 x 1 x 24 =12 kN/m

Spesi = 0,02 x 1 x 21 = 0,42 kN/m

Keramik = 0,01 x 1 x 22 = 0,22 kN/m

Berat dinding = 1,85 x 2,5 = 4,62 kN/m

Berat sendiri balok = 0,2 x 0,4 x 24 = 1,92 kN/m

Beban mati total, DL =19,18 kN/m

d. Beban Hidul (L) = 3 kN/m2

Beban rencana (Wu) = 1,2 DL + 1,6 LL

= (1,2 x 19,18)+(1,6 x 3 x 1)=24,62 kN/m

Gaya dalam yang terjadi :

Mtump = 1/12 x Wu x L2 = 1/12 x 24,62 x 2,4

2 = 11,82 kN/m

Mlap = 1/24 x Wu x L2 = 1/24 x 24,62 x 2,4

2 = 5,91 kN/m

Vu = ½ x Wu x L2 = 1/2 x 24,62 X 2,4

2 = 70,91 kN/m

4.3.2.5.2. Perhitungan Tulangan Balok Bordes Tangga

Perhitungan tulangan pada balok bordes tangga (B) yang

direncanakan adalah B- 200 x 400 mm, dengan panjang L= 4500

mm dan kriteria desain sebagai berikut :

h = 400 mm Es= 200000 N/mm2 D = 13 mm

BAB IV - 145

b = 200 mm fy = 400 N/mm2 ds = 8 mm

ts = 30 mm f’c = 30 N mm2

c. Tinggi Efektif

d = h – ts – ds – 0,5 x D

= 400 – 30 – 8 – 0,5 x 13 = 355,5 mm

d. Perhitungan Tulangan

1. Menghitung Tulangan Tekan di Tumpuan

Mu = 11,82 kNm

Mn =Mu

=

11,82

0,8=14,77 kNm

Rn =Mn

b x dx2 =

14,77 x 1000000

200 x 355,52=0,585

m =fy

0,85.fc=

400

0,85 x 30=15,686

balance

=0.85 f

c

fy*

600

(600 fy)+

= 0.85 30 0,85

400*

600

(600 400)+=0,0325

Menghitung rasio tulangan :

=1

m (1-√1-

2(m)(Rn)

fy )

= 1

15,686 (1-√1-

2(15,686)(0,585)

400)

= 0,0015

maks

=0,75 balance

= 0.75 x 0,0325 =0,0243

Jika min

, maka dipakai min

= 0,0035

BAB IV - 146

Menghitung luas tulangan yang dibutuhkan :

Ast = min x b x d = 0,0035 x 200 x 355,5 = 248,85 mm2

Tulangan yang dibutuhkan (n) :

n = Ast/As = 248,85 ( 4 x 13 ) = 1,875 3 buah

Maka digunakan tulangan 3D13.

2. Perhitungan Tulangan Lentur di lapangan

Mu = 5,91 kNm

Mn =Mu

= 5,91

0,8=7,387 kNm

Rn =Mn

b x dx2= 7,39 x 1000000

200 x 3562

=0,29

m =fy

0,85.fc=

400

0,85.30=15,686

balance

=0.85 f

c

fy[600

(600 fy)]

= 0.85 30 0,85

400*

600

(600 400)+=0,0325

Menghitung rasio tulangan :

=1

m (1-√1-

2(m)(Rn)

fy)

= 1

15,686 (1-√1-

2(15,686)(0,292)

400)

= 0,0007

Jika min

, maka dipakai min

= 0,0035

Menghitung luas tulangan yang dibutuhkan :

BAB IV - 147

Ast = x b x d = 0,0035 x 200 x 355,5 = 248,85 mm2

Tulangan yang dibutuhkan (n) :

n = Ast/As = 248,85 ( 4 x 13 ) = 1,875 2 buah

Maka digunakan tulangan 2D13.

d. Perhitungan Tulangan Geser

Dari hasil perhitungan gaya dalam pada balok bordes tangga

didapat nilai bidang geser Vu = 70,91 kN

Vc =1

6√f c x b x d=

1

6√30 x 200 x 355,5 = 64905 N = 64,905 kN

Ø Vc = 0,75 .Vc = 0,75 x 64,905 = 48,68 kN

Vu = 70,91 kN > Ø Vc = 48,68 kN

Jika Vu ≥ Vc,maka diperlukan tulangan geser

Vs =Vu

- Vc=

70,91

0,75- 64,905=29,642 kN

Vs max =2

3√f c x b x d=

2

3√30 x 200 x 356 = 259 kN

Maka dipakai Vs = 29,642 kN

Digunakan sengkang 2 Ø 10 , Av = 2 x (1/4 x 3,14 x 102) =

157 mm²

S =Av x fy x d

Vs= 157 x 400 x 355,5

29,642 x 1000=753mm≈200mm

Digunakan sengkang 2Ø10-200 mm

BAB IV - 148

Detail penulangan balok bordes ditunjukkan pada gambar

beikut:

Gambar 4.30 Detail Penulangan Balok Bordes

BAB IV - 149

4.3.3. Perencanaan Balok

Tabel 4.17 Tabel Momen Balok B1-40x80 (B114-Lantai 4)

Nama Kombinasi Diagram Momen

Analisis ETABS

Besarnya Momen (kNm)

Mu Kiri Mu

Tengah

Mu

Kanan

Kombinasi 1

1,4 D

- 103,227 + 59,897 - 103,616

Kombinasi 2

1,2 D + 1,6 L

-155,250 +94,803 -161,535

Kombinasi 3

1,2 D + 0,5 L + 1 EQX

+246,898 +80,312 -519,643

Kombinasi 4

1,2 D + 0,5 L - 1 EQX

-518,381 +83,114 +240,011

Kombinasi 5

1,2 D + 0,5 L + 1 EQY

-105,214 +79,023 -162,559

Kombinasi 6

1,2 D + 0,5 L - 1 EQY

-166,269 +84,404 -117,073

Kombinasi 7

1,2 D + 0,5 L + RSPX

+151,672

-307,858

20,96

+83,256

-80,494

+147,379

-310,157

+23,87 Kombinasi 8

1,2 D + 0,5 L - RSPX

+151,672

-307,858

20,96

+83,256

-80,494

+147,379

-310,157

+23,87

Kombinasi 9

1,2 D + 0,5 L + RSPY

+9,629

-146,557

200,09

+84,174

-79,709

+13,609

-149,169

Kombinasi 10

1,2 D + 0,5 L - RSPY

+9,629

-146,557

200,09

+84,174

-79,709

+13,609

-149,169

BAB IV - 150

Diagram momen yang bekerja pada balok dapat digambarkan pada

gambar 4.28 sebagai berikut :

Gambar 4.31 Diagram bidang momen pada balok yang ditinjau (B1-40x80)

4.3.3.1. Menentukan Persyaratan Komponen Struktur Balok

Prinsip perencanaan balok induk berdasarkan SNI 03-2847-2013

Pasal 21.5.1.1 adalah sebagai berikut:

a. Gaya Tekan Terfaktor

Gaya aksial tekan terfaktor komponen struktur tidak melebihi

Agxf c/10

b. Bentang Bersih Balok

Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari 4 kali

tinggi efektif elemen struktur.

Tinggi efektif, d = h–ts–ds–½ dtul = 800-40-10-(1/2x22) = 739 mm

Bentang bersih, Ln = 6000-1200 = 4800 mm = 4,8 m

4d = 4 x 739 mm= 2956mm = 2,95 m

Karena Ln = 4,8 m > 2,95 m (Terpenuhi)

c. Rasio Perbandingan Lebar dengan Tinggi

Perbandingan lebar terhadap tinggi balok (b/h) tidak boleh kurang

dari 0,3.

b/h = 400/800 = 0,5 > 0,3 (Terpenuhi)

518,381

KNm

519,643

KNm

94,803 KNm

BAB IV - 151

4.3.3.2. Perhitungan Tulangan Utama

Data perencanaan (B1-40x80) :

h = 800 mm

b = 400 mm

fc = 30 Mpa

D = 22 mm

ts = 40 mm

= 10 mm

fy = 400 Mpa

fys = 240 MPa

BAB IV - 152

Tahapan perhitungan tulangan balok induk adalah sebagai berikut :

Tinggi efektif balok,

d = h – d’

= h – ts – ds – ½ dtul

= 800 – 40 – 10 – ½ 22

= 739 mm

Menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 10.5.1 Luas tulangan tarik tidak

boleh kurang dari :

Asmin=√fc

4fy b d

= √30

4. 400 400 739 = 1011,917 cm

2

Dan tidak boleh lebih kecil dari (SNI 03-2847-2013 Pasal 10.5.1):

Asmin=1,4

fy b d

=1,4

400 350 739 = 1034,6 cm

2

Rasio tulangan harus memenuhi min

< < maks

, dimana (SNI 03-

2847-2013 B.8.4.2) :

balance

= 0.85 f

c

fy[600

(600 fy)]

= 0.85 0,85 30

400[

600

(600 400)]

= 0,033

maks

=0,75 balance

= 0,75x0,033 = 0,024

min=1,4 fy = 1,4/400 = 0,0035

BAB IV - 153

m=fy (0.85 f c) = 400/(0,85x30) = 15,686

4.3.3.3. Penulangan Balok Daerah Tumpuan

Mu = 519,643 KNm

Mn=Mu

0,8 = 649,553 KNm

Asumsi :

Luas tulangan tekan diambil sebesar As’ = 0,5As

Tulangan Tekan Belum Leleh:

s

(c d )=0.003

c

s=c d

c 0.003

s=As S ES=0,5 b d c 61

c 0.003 200000

s=88680000 c 61

c

Gaya Tekan pada Beton (SNI 03-2847-2013 Pasal 10.2.7.1):

a=0,85 c

=0,85 f c a b = 0,85 30 0,85c 400 = 8670 c N

Tulangan Tarik Sudah Leleh :

Ts=As fy

Ts= b d fy = 350 639 400= 118240000 N

Kesetimbangan Gaya Dalam :

Tekan = Tarik

s=Ts

BAB IV - 154

8670 c N 88680000 (c-61

c) 118240000 N

=8670c

2

118240000c 88680000(c 61) (1)

Kesetimbangan Momen Terhadap T :

Mn

= (d

a

2) s(d d )

Mn

=0,85 f c a b (d

a

2) 0,5 b d

c 61

c 0.003 200000 (d d )

...............................(2)

Subsitusi persamaan (1) ke dalam persamaan (2) diperoleh:

Mn

≤ *0,85 f c a b (d

a

2)+ *0,5(

8670c2

118240000c 88680000(c 61) ) b d

c 61

c 0.003 200000 (d d )+

Nilai c diperoleh dengan cara trial and error menggunakan program

Mathcad versi 14, sehingga memenuhi persamaan diatas. Hasil

perhitungan ditunjukkan pada tabel 4.18 berikut:

Tabel 4.18 Posisi Garis Netral dan Nilai Momen Nominal Tumpuan

c (mm) Mn/ ( KNm) Mn (KNm)

88 0,008 689,906 0,8 551,925

Cek asumsi :

min

maks

0,0035 < 0,009 < 0,024

s =c-61

c 0.003 = 0,001 < s=

400

20000= 0,002.........(OK)

BAB IV - 155

s=739-c

c 0.003 = 0,022 ≥ s=

400

20000= 0,002.........(OK)

Maka Mn≥Mu (SNI 03-2847-2013 Pasal 22.5.1)

551,925 KNm ≥ 519,643 KNm........... (OK)

Luas Tulangan Tarik (As)

As = x b x d = 0,008 x 400 x 739 = 2477,508 mm2

Dipakai tulangan D22 :

As = ¼ d2

= ¼ x 3,14 x 222 = 379,94 mm

2

Jumlah tulangan yang dibutuhkan : 2477,508 / 379,94

= 6,52 ≈ 7 buah

As terpasang = 7 D22 = 7 x 379,94 = 2659,58 mm2

Luas Tulangan Tekan (As’) :

As’= 0,5As = 0,5 x 2659,58 = 1329,79 mm2

Jumlah tulangan yang dibutuhkan : 1329,79 / 379,94

= 3,5 ≈ 4 buah

4.3.3.4. Penulangan Balok Daerah Lapangan

Mu = 94,803KNm

Mn=Mu

0,8 = 118,503 KNm

BAB IV - 156

Asumsi :

Luas tulangan tekan diambil sebesar As’ = 0,5As

Tulangan Tekan Belum Leleh:

s

(c d )=0.003

c

s=c d

c 0.003

s=As S ES=0,5 b d c 61

c 0.003 200000

s=88680000 c 61

c

Gaya Tekan pada Beton :

a=0,85 c

=0,85 f c a b = 0,85 30 0,85c 400 = 8670 c N

Tulangan Tarik Sudah Leleh :

Ts=As fy

Ts= b d fy = 400 739 400= 118240000 N

Kesetimbangan Gaya Dalam :

Tekan = Tarik

s=Ts

8670 c N 88680000 (c-61

c) 118240000 N

=8670 c

2

118240000c 88680000(c 61) (1)

Kesetimbangan Momen Terhadap T :

Mn

= (d

a

2) s(d d )

Mn

=0,85 f c a b (d

a

2) 0,5 b d

c 61

c 0.003 200000 (d d )

BAB IV - 157

...............................(2)

Subsitusi persamaan (1) ke dalam persamaan (2) diperoleh:

Mn

≤ *0,85 f c a b (d

a

2)+ *0,5(

8670c2

118240000c 88680000(c 61) ) b d

c 61

c 0.003 200000 (d d )+

Nilai c diperoleh dengan cara trial and error menggunakan

program Mathcad versi 14, sehingga memenuhi persamaan diatas.

Hasil perhitungan ditunjukkan pada tabel 4.19 berikut:

Tabel 4.19 Posisi Garis Netral dan Nilai Momen Nominal Lapangan

c (mm) Mn/ ( KNm) Mn (KNm)

63 0,005 398,056 0,8 318,445

Cek asumsi :

min

< maks

0,0035 < 0,005 < 0,024

s =c-61

c 0.003 = 0,001 < s=

400

20000= 0,002.........(OK)

s=739-c

c 0.003 = 0,032 ≥ s=

400

20000= 0,002.........(OK)

Maka Mn≥Mu

318,445 KNm ≥ 94,803 KNm........... (OK)

Luas Tulangan Tarik (As)

As = x b x d = 0,005 x 400 x 739 = 1398,83 mm2

Dipakai tulangan D22 :

As = ¼ d2

= ¼ x 3,14 x 222 = 379,94 mm

2

BAB IV - 158

Jumlah tulangan yang dibutuhkan : 1398,83 / 379,94

= 3,68 ≈ 4 buah

As terpasang = 4 D22 = 4 x 379,94 = 1519,76 mm2

Luas Tulangan Tekan (As’) :

As’= 0,5As = 0,5 x 1519,76 = 759,88 mm2

Jumlah tulangan yang dibutuhkan : 759,88 / 379,94

= 2 ≈ 3 buah

Tabel 4.20 Kebutuhan Tulangan Utama (B1-40x80)

Daerah Posisi Tulangan As Total

(mm2) Jumlah Diameter

(mm)

Luas (mm2)

Tumpuan Atas 7 22 379.94 2659,58

Bawah 4 22 379.94 1520,531

Lapangan Atas 3 22 379.94 1140,398

Bawah 4 22 379.94 1520,531

4.3.3.5. Perhitngan Tulangan Geser

1. Menentukan Kapasitas Momen Positif dan Negatif

Momen Positif-Negatif terbesar = 519,643 KNm

Kapasitas momen terkecil = 94,803 KNm

BAB IV - 159

Maka 94,803 < ¼ momen terbesar = 129,911 KNm (Terpenuhi)

2. Kapasitas Momen Probabilitas

Geser seismik pada balok dihitung dengan mengasumsikan

sendi plastis terbentuk di ujung-ujung balok dengan tegangan

tulangan lentur mencapai hingga 1,25 x fy dan Ø = 1.

a. Kondisi 1

Tulangan Tarik : 7D22 (As = 2659,58 mm2)

Tulangan Tekan : 4D22 (As = 1519,76 mm2)

Asumsi :

Tulangan Tekan belum Leleh :

s

c d =0.003

c

s=c d

c 0.003

s=As S ES=1519,76 c-61

c 0.003 200000= 911856

c-61

c N

Gaya Tekan pada Beton :

=0,85 c

=0,85 f c a b = 0,85 30 0,85 c 400 = 8670 cN

Tulangan Tarik sudah Leleh :

Ts=1,25 Ast fy = 1,25 2659,58 400 = 1329790 N

Kesetimbangan Gaya Dalam :

Tekan = Tarik

s=Ts

BAB IV - 160

8670 c + 911856 c-61

c = 1329790 N

Dari hasil coba-coba didapat:

c : 108 mm

Cek asumsi :

s =c-61

c 0.003 = 0,001 < s=

400

20000= 0,002.........(OK)

s=739-c

c 0.003 = 0,018 ≥ s=

400

20000= 0,002.........(OK)

Asumsi tulangan tekan belum mengalami leleh dan tulangan tarik

sudah mengalami leleh sudah terpenuhi

Kapasitas Momen terhadap T :

Mn= (d a

2) s(d d )

Mn= 936360 (739-91,8

2) 396826,22 (739-61) = 918,039 KNm

Mpr1=Mn = 918,039 KNm

b. Kondisi 2

Tulangan Tarik : 4D22 (As = 1519,76 mm2)

Tulangan Tekan : 7D22 (As = 2659,58 mm2)

Asumsi :

Tulangan Tekan belum Leleh :

s

c d =0.003

c

s=c d

c 0.003

s=As S ES= 2659,58 c-61

c 0.003 200000= 1595748

c-61

c N

BAB IV - 161

Gaya Tekan pada Beton :

=0,85 c

=0,85 f c a b = 0,85 30 0,85 c 400 = 8670 cN

Tulangan Tarik sudah Leleh :

Ts=1,25 Ast fy = 1,25 1519,76 400 = 759880 N

Kesetimbangan Gaya Dalam :

Tekan = Tarik

s=Ts

8670 c +1595748 c-61

c = 759880 N

Dari hasil coba-coba didapat:

c : 68,2 mm

Cek asumsi :

s =c-61

c 0.003 = 0,001 < s=

400

20000= 0,002.........(OK)

s=739-c

c 0.003 = 0,003 ≥ s=

400

20000= 0,002.........(OK)

Asumsi tulangan tekan belum mengalami leleh dan tulangan tarik

sudah mengalami leleh sudah terpenuhi

Kapasitas Momen terhadap T :

Mn= (d a

2) s(d d )

Mn= 591294 (739-57,97

2) 168466,065 (739-61) = 534,048 KNm

Mpr1=Mn = 534,048 KNm

BAB IV - 162

4.3.3.6. Perhitungan Gaya Geser

Gaya geser pada balok ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 4.32 Nilai geser makasimum pada balok (B1-40x80)

Besarnya gaya geser ultimate dihitung sebagai berikut :

Vu = 114,37 KNm

Vgravitasi=Vu Ln

2 =

114,37 4,8

2 = 274,488 KN

Besarnya gaya geser yang terjadi akibat pengaruh gempa

dihitung sebagai berikut.

a. Rangka Bergoyang ke Kanan

Arah gaya dalam yang bekerja akibat beban gempa ke arah kanan

ditunjukkan pada gambar berikut.

BAB IV - 163

Gambar 4.33 Rangka Bergoyang Akibat Gempa Arah Kanan

Vsway=Mpr1 Mpr2

ln

=918,039 534,048

4,8 = 302,146 KN

Vswaytotal=Mpr1 Mpr2

ln Vu Ln

2

Total reaksi geser diujung kiri balok = 577,006 KN

Total reaksi geser diujung kanan balok = 28,030 KN

b. Rangka Bergoyang ke Kiri

Arah gaya dalam yang bekerja akibat beban gempa ke arah kanan

ditunjukkan pada Gambar sebagai berikut.

Gambar 4.34 Rangka Bergoyang Akibat Gempa Arah Kiri

BAB IV - 164

Vsway=Mpr1 Mpr2

ln

=918,039 534,048

4,8 = 302,146 KN

Vswaytotal=Mpr1 Mpr2

ln Vu Ln

2

Total reaksi geser diujung kiri balok = 28,030 KN

Total reaksi geser diujung kanan balok = 577,006 KN

Berdasarkan SNI 03-2847-2013 Pasal 21.5.4.2 nilai Vc dapat

diambil = 0, jika :

a. Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung-ujung balok

melebihi 1/2 atau lebih kuat geser perlu maksimum

b. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan

seismik kurang dari

Vsway=Ag f c

20

Maka :

1) Vsway > 0,5 Vu = 302,146 KN > 0,5 x 114,37 = 57,185 KN

2) Pu < Ag f c

20 = Pu <

= 367,5 KN

Sehingga :

Vc=0

Karena Vc < Vu maka dibutuhkan tulangan geser.

Vs=VU

-V =

577,006

0,75- 0 = 769,341 KN

Vsmaks=2

3√f c b d =

2

3√30 400 739 = 1079,379 KN

Vs Vsmaks = 769,341 KN < 1079,379 KN

BAB IV - 165

Direncanakan tulanagan geser tumpuan 2D12 (As = 226.08 mm2)

=

= 52,119 ==== 50 mm

Tulangan Geser Lapangan :

Perhitungan gaya geser yang terjadi di daerah lapangan sebagai

berikut.

Vul=Gaya geser yang bekerja pada balok jarak per bentang

1 2L

=

= 288,503 KN

Vs=Vul

-Vc =

= 384,671 KN

Vsmaks=2

3√f c b d =

2

3√30 400 739 = 1079,379 KN

Vs < Vsmaks = 384,671 KN < 1079,379 KN

Direncanakan tulanagan geser tumpuan 2D12 (As =226.08 mm2)

Jarak Tulangan Geser:

=

= 104,238 ==== 100 mm

Syarat spasi maksimum tulangan geser menurut SNI 03-2847-2013

Pasal 21.3.4.2

S = 100mm < d/4 = 184,75 mm

S = 100mm < 8 db longitudinal terkecil = 8 x 22 = 176 mm

S = 100 mm < 24 db tulangan geser = 24 x 113 = 312 mm

S = 100 mm < 300 mm

BAB IV - 166

Maksimum spasi yang dipasang pada balok :

Smak=d 2 = 739 /2 = 369,5 mm

4.3.3.7. Perencanaan Tulangan Torsi

Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2013 Pasal 11.5.1 disebutkan

bahwa torsi/ puntir dapat diabaikan jika besarnya momen puntir terfaktor

(Tu) kurang dari

0,083 √f c (A2cp

Pcp)

Gambar 4.35 Nilai torsi balok yang ditinjau

Cek:

Tu < 0,083 √f c (A2cp

Pcp)

4,16 KN < 0,75 x 0,083x1x√30 ((400x800)2

2x (400 800))

4,16 KN 14,547 ......... besarnya torsi dapat diabaikan

BAB IV - 167

4.3.3.8. Perencanaan Tulangan Badan

Dimensi balok yang relatif tinggi (lebih dari 400 mm) membuat

resiko retak pada bagian badan semakin besar. Maka harus diberi

tulangan pinggang dengan jarak antar tulangan maksimal 400 mm.

Maka dengan balok 800 mm digunakan 4 buah tulangan badan

pada masing masing sisi dengan diameter D22

4.3.3.9.Perencanaan Panjang Penyaluran (Ld)

Perhitungan panjang penyaluran adalah sebagai berikut :

a. Panjang Penyaluran Tulangan Momen Positif

Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2013 Pasal 12.11. disebutkan

bahwa tulangan harus diteruskan melampaui titik dimana tulangan

tersebut sudah tidak diperlukan lagi untuk menahan lentur sebesar

tinggi efektif dan tidak kurang dari 12 D.

Panjang Id = 12D = 12x 22 = 264 mm , dan tidak boleh kurang dari

tinggi efektif d = 739 mm

Id≤Mu

Vu la

264 ≤94,803

114,37 739 = 739,829 mm

Maka diambil panjang penyaluran = 740 mm

b. Tulangan Momen Negatif

BAB IV - 168

Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2013 Pasal 12.12. tulangan

momen negatif harus diperpanjang tidak kurang dari d, 12 D,

atau 1/16 ln.

d = 739 mm

12D = 12 x 22 = 264 mm

1/16 ln = 1/6 x 4800 = 300 mm

Maka diambil panjang penyaluran = 740 mm

Gambar 4.36 Panjang penyaluran pada balok (satuan: mm)

BAB IV - 169

Gambar 4.37 Detail Penulangan Balok B1-40x80

BAB IV - 170

4.3.4. Perencanaan Kolom

Perencanaan kolom meliputi perhitungan tulangan utama, tulangan

geser/sengkang, dan panjang penyaluran. Langkah perencanaan kolom

sebagai berikut :

4.3.4.1 Denah Struktur Kolom yang Ditinjau

Analisis struktur kolom menerima kombinasi lentur dan beban

aksial pada bangunan dengan kategori gedung Struktur Rangka

Pemikul Momen

Gambar 4.38 Kolom yang ditinjau

4.3.4.2 Gaya Dalam pada Kolom

BAB IV - 171

Gaya dalam yang bekerja pada kolom K1-100x120 akibat

pengaruh kombinasi beban mati (D), beban hidup (L), dan beban

gempa (E).

4.3.4.3 Penentuan Struktur Rangka Portal Bergoyang atau Tidak

Bergoyang

Peraturan SNI 03-2847-2013 Pasal 10.10.5.2 menyatakan

bahwa kolom suatu struktur boleh dianggap tak bergoyang, apabila

nilai Q tidak melebihi 5% dari momen- momen ujung orde- satu.

Q=∑ Pu 0Vu lc

≤0.05

Dimana:

Q = perbesaran momen-momen ujung akibat pengaruh orde

dua

ΣPu = beban vertikal total pada tingkat yang ditinjau

Δo = simpangan relatif antar tingkat orde pertama pada tingkat

yang ditinjau akibat Vu

Vu = gaya geser lantai total pada tingkat yang ditinjau

lc = panjang komponen struktur tekan pada sistem rangka yang

diukur dari sumbu ke sumbu joint.

4.3.4.4 Perhitungan Faktor Panjang Tekuk Efektif Kolom

Menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 10.10.1, komponen

tekan yang tidak ditahan terhadap goyangan samping, pengaruh

batas kelangsingannya boleh diabaikan jika memenuhi

persamaan berikut.

k lu

r ≤22

BAB IV - 172

Faktor panjang efektif komonen struktur tekan atau

kolom (k) sangat dipengaruhi oleh rasio komponen struktur

tekan terhadap komponen struktur lentur pada salah satu ujung

komponen struktur tekan yang dihitung dalam bidamg rangka

yang ditinjau (Ψ) sesuai yang tercantum pada SNI-2847-2013

sebagai berikut :

=

∑(EcIklu)

∑ (EcIblu)

Menghitung faktor panjang efektif kolom arah X = arah Y, ,

karena kolom mempunyai dimensi dan panjang yang sama.

Sisi atas kolom yang ditinjau

d. Kolom yang ditinjau

K1 1000 x 1200 mm

b = 1000 mm

h = 1200 mm

L = 3500 mm

Menurut SNI 03-2847:2013 Pasal 8.5.1:

d=

1,2 D

1,2D 1,6 L=

1,2 x 4084,78

1,2 x 4084,78 1,6 x 888,83=0,775

Ec=4700 √f c= 4700 √35=27805,574 N mm

Ig= 1

12 bh

3= 1

12 x 1000 x 1200

3= 14,4 x 10

10 mm4

Maka

EIk= 0,4 EIg

1 d

=0,4 x 27805,574 x 14,4 x 10

10

1 0,775=9,023 x 10

14 Nmm

BAB IV - 173

e. Menghitung inersia balok

Balok atas kanan = Balok atas kiri (B1 400 x 800)

b = 400 mm

h = 800 mm

L = 4000 mm kiri, 6000 mm kanan

Menurut SNI 03-2847:2013 pasal 8.5.1

Ec=4700 √f c= 4700 √30=25742,960 N mm

Ig= 1

12 bh

3= 1

12 x 400 x 800

3= 1,7 x 10

10 mm4

f. Kolom atas

K1 1000 x 1200 mm

b = 1000 mm

h = 1200 mm

L = 3500 mm

Menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 8.5.1 :

d=

1,2 D

1,2D 1,6 L=

1,2 x 4084,78

1,2 x 4084,78 1,6 x 888,83=0,775

Ec=4700 √f c=4700 √35=27805,574 N mm

Ig= 1

12 bh

3= 1

12 x 1000 x 1200

3= 14,4 x 10

10 mm4

Maka

EIk= 0,4 EIg

1 d

=0,4 x 27805,574 x 14,4 x 10

10

1 0,775=9,023 x 10

14 Nmm

Rasio kekakuan ujung kolom dihitung sebagai berikut.

=

(Ec2x Ic2H2

) (Ec1x Ic1H1

)

(E A1x I A

L1) (

E A2x I A2L2

)

BAB IV - 174

=

(4 x 1015

3500) (

4 x 1015

3500)

(4,39 x 10

14

4000) (

4,39 x 1014

6000)

=1,250

Sisi bawah kolom yang ditinjau :

a. Kolom bawah

K1B 1000 x 1200 mm

b = 1000 mm

h = 1200 mm

L = 3500 mm

Menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 8.5.1 :

d=

1,2 D

1,2D 1,6 L=

1,2 x 4084,78

1,2 x 4084,78 1,6 x 888,83=0,775

Ec=4700 √f c= 4700 √35=27805,574 N mm

Ig= 1

12 bh

3= 1

12 x 1000 x 1200

3= 14,4 x 10

10 mm4

Maka

EIk= 0,4 EIg

1 d

=0,4 x 27805,574 x 14,4 x 10

10

1 0,775=9,023 x 10

14 Nmm

b. Menghitung inersia balok

Menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 8.5.1 :

Balok atas kanan = Balok atas kiri (B1 400x800)

b = 400 mm

h = 800 mm

L = 4000 mm kiri, 6000 mm kanan

Ec=4700 √f c= 4700 √30=25742,960 N mm

BAB IV - 175

Ig= 1

12 bh

3= 1

12 x 400 x 800

3= 1,7 x 10

10 mm4

Rasio kekakuan ujung kolom dihitung sebagai berikut.

=

(Ec2x Ic2H2

) (Ec1x Ic1H1

)

(E A1x I A

L1) (

E A2x I A2L2

)

=

(4 x 1015

3500) (

4 x 1015

3500)

(4,39 x 10

14

4000) (

4,39 x 1014

6000)

=1,250

Nilai faktor tekuk sebagai berikut.

avg= A

2= 1,250 1,250

2=1,250 2

k= 20 avg

20√1 avg

k= 20 1,250

20√1 1,250=1,406

Cek terhadap kelangsingan kolom arah x dan kelangsingan

kolom arah y. Menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 10.10.1 :

ℓu = 3500 – 1000 = 2500

r=√I

A=√112 x 1000 x 1200

3

1000 x 1200=346,41

k lu

r=1,406 x 2500

346,41=10,148 22

ℓu = 3500 – 1200 = 2300

r=√I

A=√112 x 1000 x 1200

3

1000 x 1200=346,41

BAB IV - 176

k lu

r=1,406 x 2300

346,41=9,336 22

Jika kolom bangunan yang ditinjau termasuk kolom panjang

(langsing), maka perlu dipertimbangkan besarnya beban tekut

atau beban kapasitas tekan (Pc) menurut SNI 03-2847:2013

Pasal 10.10.6

Pc= 2EIk

(k x lu)2=3,14

2 x 9,023 x 10

14

(1,406 x 2500)2=720005716 N 720005,72 kN

4.3.4.5 Faktor Pembesaran Momen

Nilai faktor pembesaran momen dihitung untuk arah X dan Y,

dengan memperhitungkan pengaruh momen sebagai berikut :

M1ns = Nilai momen yang lebih kecil dari momen- momen

ujung terfaktor akibat beban yang tidak menimbulkan

goyangan ke samping yang berarti (non sway).

M1s = Nilai momen yang lebih kecil dari momen- momen

ujung terfaktor akibat beban yang menimbulkan

goyangan ke samping yang berarti (sway).

M2ns = Nilai momen yang lebih besar dari momen- momen

ujung terfaktor akibat beban yang tidak menimbulkan

goyangan ke samping yang berarti (non sway).

M2s = Nilai momen yang lebih besar dari momen- momen

ujung terfaktor akibat beban yang menimbulkan

goyangan ke samping yang berarti (sway).

BAB IV - 177

b. Faktor Pembesaran Momen arah X

Hasil analisis menggunakan program ETABS didapatkan

momen M33 pada ujung- ujung kolom.

M1ns(combo2) = 4,23 kNm

M1s(combo7) = 144,09 kNm

M2ns(combo2) = 7,09 kNm

M2s(combo7) = 285,05 kNm

Gaya dalam yang bekerja pada ujung- ujung kolom akibat

beban mati, hidup, dan gempa dapat dilihat pada ETABS

v9.6.0 yang ditunjukkan pada gambar berikut

Gambar 4.39 Gaya Dalam yang bekerja pada ujung-ujung

Kolom

Combi 2 (akibat beban mati dan hidup)

Mytop = 4,23 kN

BAB IV - 178

Mybot = 7,09 kN

Combi 7 (akibat beban mati dan hidup serta beban gempa)

Mytop = 144,09 kN

Mybot = 285,05 kN

Menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 10.10.6.4 menghitung

nilai faktor yang menghubungkan diagram momen aktual

dengan suatu diagram momen merata ekuivalen (Cm) :

m=0,6 0,4 M1

M2=0,6 0,4

144,09

285,05=0,802

ΣPu = 6223,86 kN

Faktor pembesar momen, menurut SNI 03-2847-2013 Pasal

10.10.6 :

ns= m

1 ∑ Pu0,75 Pc

=0,802

1 6223,86

0,75 x 720005,716

=0,812

Berdasarkan SNI-2847-2013 Pasal 10.10.7.3 syarat nilai ns ≥ 1,

maka diambil nilai ns = 1. Nilai momen terfaktor yang

diperbesar dapat dihitung menggunakan rumus berdasarkan

SNI-2847-2013 Pasal 10.10.7 sebagai berikut :

M1= M1ns M1s

= 4,23 (1 x 144,09)= 148,32 kN

M2= M2ns M2s

= 7,09 (1 x 285,05)= 292,14 kN

c. Faktor Pembesaran Momen arah Y

Hasil analisis menggunakan program ETABS didapatkan

momen M22 pada ujung- ujung kolom.

BAB IV - 179

M1ns(combo2) = 21,33 kNm

M1s(combo7) = 78,83 kNm

M2ns(combo2) = 23,04 kNm

M2s(combo7) = 148,54 kNm

Gaya dalam yang bekerja pada ujung- ujung kolom akibat

beban mati, hidup, dan gempa dapat dilihat pada ETABS

v9.6.0

Menghitung nilai faktor yang menghubungkan diagram momen

aktual dengan suatu diagram momen merata ekuivalen (Cm),

menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 10.10.6.4 :

m=0,6 0,4 M1

M2=0,6 0,4

78,83

148,54= 0,812

ΣPu = 6223,86 kN

Faktor pembesar momen, menurut SNI 03-2847-2013 Pasal

10.10.6 :

ns= m

1 ∑Pu0,75 Pc

=0,812

1 6223,86

0,75 x 720005,716

=0,822

Berdasarkan SNI Beton 003-2847-2013 Pasal 10.10.6 syarat

nilai ns ≥ 1, maka diambil nilai ns = 1. Nilai momen terfaktor

yang diperbesar dapat dihitung menggunakan rumus

berdasarkan SNI 03-2847-2013 Pasal 10.10.7 sebagai berikut.

M1= M1ns M1s

= 21,33 (1 x 78,83)= 100,16 kN

M2= M2ns M2s

= 23,04 (1 x 148,54)= 171,58 kN

BAB IV - 180

Nilai momen kolom (Mpr) yang dihitung berdasarkan disain

kapasitas pada sendi plastis di ujung-ujung balok tidak boleh

lebih kecil dari nilai momen hasil analisis struktur ETABS

yang telah dikalikan dengan pembesaran momen (Mu).

Balok direncanakan mengalami leleh terlebih dahulu daripada

kolom, sehingga kekuatan pada kolom perlu dinaikkan sebesar

20% dari kekuatan balok. Kolom atas dan kolom bawah

memiliki nilai kekakuan yang sama, sehingga didapat nilai DF

= 0,5 untuk setiap kolom, maka

:

Arah X

Mprkolom=1,2 x

(Mpr1balok Mpr2balok

)

2

= 1,2 x 918,039 532,048

2=870,052

Arah Y

Mprkolom=1,2 x

(Mpr1balok Mpr2balok

)

2

= 1,2 x 1420,558 794,053

2=1328,767

4.3.4.6 Diagram Interaksi Kolom

Perhitungan kolom dilakukan dengan menggunakan

diagram interaksi, yaitu diagram yang menghubungkan

pasangan gaya aksial (P) dengan momen lentur (M) yang dapat

dipikul oleh suatu penampang kolom beton bertulang.

As = ρ x b x h (mm2)

= 0,011 x 1000 x 1200 = 13200

Digunakan tulangan ulir diameter 22→ As = ¼ Л d2

= ¼ x 3,14 x 22

2 =380 mm

2

BAB IV - 181

Maka jumlah tulangan yang dibutuhkan = As / Ast =

13200/380 = 34. Digunakan 36 tulangan agar dapat tersebar

disemua sisi kolom. Jadi tulangan utama kolom adalah 36D22.

Luas tulangan kolom Ast = 36 x 3,14 x 222 = 54711,36

4.3.4.7 Perhitungan Tulangan Geser

Berdasarkan SNI 03-2847-2013 pasal 21.5.4.1, kuat gaya

geser rencana Ve ditentukan dari kuat momen maksimum (Mpr)

dari setiap ujung komponen struktur yang bertemu di

Hubungan Balok Kolom yang bersangkutan. Namun pasal

tersebut juga dibatasi bahwa Ve tidak perlu lebih besar dari

gaya geser rencana yang ditentukan dari kuat Hubungan Balok-

Kolom berdasarkan Mpr balok- balok melintang dan tidak

boleh diambil kurang dari gaya geser terfaktor hasil analisis

struktur program PCA Col.

Gambar 4.40 Diagram Interaksi Kolom

Dari diagram interaksi P-M, setelah dimasukkan beban

aksial terfaktor Pu = 6223,86 Kn yang bekerja pada kolom

BAB IV - 182

yang ditinjau (K1- 1000 x 1200), setelah ditarik garis tegak

lurus didapatkan kuat momen kolom, Mpr = 4364,99 kNm.

Ve= Mut Mub

h=4364,99 4364,99

3,5= 2494,28 kN

Perencanaan tulangan sengkang meliputi sengkang yang

dipasang di sepanjang bentang lo dan di luar bentang lo.

b. Dalam Bentang lo

Mpr1 Balok = 918,039 kNm

Mpr2 Balok = 532,048 kNm

Perhitungan Ve

Ve tidak perlu lebih besar dari Vsway, maka :

Kekakuan kolom atas dan bawah sama, didapat nilai DF kolom

atas dan DF kolom bawah = 0,5, sehingga :

Vsway= Mpr topDFtop Mpr btm DFbtm

ln

= (918,039 532,048)x 0,5 (918,039 532,048)x 0,5

2,5=580,035 kN

Ve = 2494,28 kN > Vsway = 580,035, maka digunakan Vsway

Jika Ve = 2494,28 kN ≥ Vu= 157,82 kN → OK

Perhitungan Ve

Vc dapat diambil = 0 jika :

1. Ve akibat gempa lebih besar dari 0,5Vu

Ve = 2494,28 kN ≥ 0,5Vu = 0,5 x 157,82 =78,91 kN

(Terpenuhi)

2. Gaya aksial terfaktor tidak melampaui Agf’c 20

Pu 6223,86 kN > Agf’c 20 = (1000 x 1200) x 35 20 =

2100 Kn (Tidak Terpenuhi)

Sehingga :

BAB IV - 183

Vn= Vu

=157,82

0,75=210,427 kN

Vc= (1 Nu

14 Ag) (

√fc

6) bwd

Vc= (1 6223860

14 x 1000 x 1200)(√35

6) x 1000 x 949

=1282383,254 N=1282,383 Kn

1

2Vc=

1

2 x 1282,383 = 641,192 kN

Karena nilai Vn < 0,5 Vc, maka secara teoritis kolom

tidak membutuhkan tulangan geser lapangan. Namun, sesuai

SNI 2847:2013 dimana semua bagian struktur beton bertulang

harus menyediakan tulangan geser maka digunakan tulangan

geser dengan Av minimum.

Menghitung tulangan geser :

Spasi maksimum diambil antara nilai d/2 dengan 600 mm.

Smax=d

2=949

2= 474,5 mm

Spasi maksimum 474,5 mm → diambil spasi s = 150 mm

474,5 mm < 600 mm (OKE)

Avmin=bw

3 fy=1000 x 150

3 x 400= 125 mm

D13=2 x 0,25 x x D =2 x 0,25 x 3,14 x 13 = 265,33 mm >

125 mm²

digunakan sengkang D13 -150 (Av = 265 mm2)

c. Diluar Bentang lo

Vc= (1 Nu

14 Ag) (

√fc

6) bwd

Vc= (1 6223860

14 x 1000 x 1200)(√35

6) x 1000 x 949

BAB IV - 184

=1282383,254 N=1282,383 kN

Jika

untuk bentang di luar lo, maka hanya

dibutuhkan sengkang minimum.

Berdasarkan SNI 03-2847-2013 Pasal 21.6.4.4 disebutkan

bahwa luas total penampang sengkang tertutup persegi tidak

boleh kurang dari salah satu yang terbesar antara dua

persamaan berikut ini :

Ash=0,3 ( shc x f

c

fyh ) (

Ag

Ach-1 ) Persamaan 1

Ash= 0,09shc x f c

fyh Persamaan 2

Maka didapatkan :

Shc = bw – 2(p +0,5 db) = 1000 – 2(40 + 0,5 x 13) = 907 mm

Ach = (bw – 2p)2 = (1000 – 2 x 40)

2 = 846400 mm

2

Sehingga :

Ash

s = 0,3 (

shc x f c

fyh ) (

Ag

Ach-1 )

=0,3 ( 907 x 35

400 ) (

1200000

846400 1 )=9,946 mm mm

Ash

s= 0,09shc x f c

fyh=0,09 (

907 x 35

400 ) =7,142 mm

Berdasarkan SNI-2847-2013 Pasal 21.6.4.3, Spasi maksimum

adalah yang terkecil diantara :

1/4 cross section dimensi kolom = 1000/4 = 250 mm.

6 kali diameter tulangan longitudinal = 6 x 22= 132 mm

Sx menurut persamaan berikut :

hx =

hc =

2

3 x 910=606,667 mm

BAB IV - 185

sx = 100+ 350-hx

3 =100+

350- 606,67

3= 14,443mm≈20 mm

Nilai sx tidak perlu lebih besar dari pada 150 mm dan tidak

pula lebih kecil sama dengan 100 mm, maka digunakan spasi

150 mm.

Maka :

Ash_hoops1 = [ 9,946 mm2/mm x 100] = 994,6 mm

2

Ash_hoops2 = [ 7,142 mm2/mm x 100] = 714,2 mm

2

Syarat :

Ash_hoops ≤ As

994,6 mm2 ≤ 1061,85 mm

2 (Terpenuhi)

Tulangan sengkang di atas diperlukan sepanjang lo dari ujung-

ujung kolom, lo dipilih yang terbesar antara :

a. Tinggi elemen struktur di joint (d) = 1000 mm

b. 1/6 tinggi bersih kolom = 1/6 x 3500 = 583,33 mm

c. 500 mm

Dengan demikian diambil lo = 1000 mm

Menurut SNI 03-2847-2013 Pasal 21.6.4.5 dinyatakan bahwa

sepanjang sisa bentang kolom bersih (bentang kolom total

dikurangi l0 dari ujung-ujung kolom) diberi tulangan sengkang

dengan spasi minimum 150 mm.

4.3.4.8.Panjang Penyaluran pada Tulangan Kolom

Panjang penyaluran tulangan pada kolom dihitung dengan

persyaratan sebagai berikut :

BAB IV - 186

a. Berdasarkan SNI-2847-2013 Pasal 12.17.2.4, panjang

minimum sambunganlewatan tarik harus diambil berdasarkan

persyaratan kelas yang sesuai tetapi tidak kurang dari 300 mm.

b. Berdasarkan SNI-2846-2013, sambungan lewatan hanya boleh

dipasang di tengah tinggi kolom dan harus diikat dengan

tulangan sengkang (confinement) dengan spasi tulangan sesuai

dengan tulangan pengekang sebelumnya, yaitu sejarak 100 mm.

c. Berdasarkan SNI-2847-2013 Pasal 12.2.3, sambungan lewatan

harus dipenuhi rumus berikut :

ld

db=

9 fy

10√f c x

( c Ktrdb

)

Dimana nilai ( c + Ktr)/db ≤ 2,5

Nilai- nilai berikut diperoleh berdasarkan SNI-2847-2013 Pasal

12.2.4, yaitu:

= 1,0 = 1,0

= 1,0 = 1,0

Ktr = 0 (asumsi)

c1= 40 + 13 +

= 64 mm

c2= ( )

=84 mm

Diambil nilai c terkecil, c = 64 mm

c Ktr

db=64 0

22= 2,91

Berdasarkan SNI-2847-2013 Pasal 12.2.3 nilai ( c + Ktr)/db ≤

2,5 maka diambil (c + Ktr ) / db = 2,5

Id

db =

9fy

10√f c x

c Ktr

db

=9 x 400

10√35 x1 x 1 x 1 x 1

2,5 = 24,340 mm/mm

Maka :

BAB IV - 187

Id = 24,340 x 22 =535,48 ~ 535 mm

Panjang penyaluran adalah:

1,3 x Id = 1,3 x 535 = 695,5 ~ 695 mm

Gambar 4.41 Potongan Melintang dan Detail Kolom K1-100x120

BAB IV - 188

4.3.5. Hubungan Balok dan Kolom

4.3.5.1.Tinjauan hubungan Balok-Kolom ditengah Portal

Gambar 4.42 Gaya-gaya yang Bekerja pada Hubungan Balok-

Kolom di Tengah Portal

Perhitungan hubungan balok-kolom ditengah portal untuk

setiap kondisi adalah sebgai berikut :

c. Kondisi 2 (Bagian Kiri)

Nilai gaya gaya yang bekerja pada balok arah melintang

dalam kondisi plastis berdasarkan tulangan tarik yang

terpasang 10D25

Ts= Ts2=1,25 Astx f = 1,25 x 4906,25 x 400 = 2453125 N

c = 0,85 x f’c x a x b = 0,85 x 30 x (0,85 x 737,5) x 400 =

6394125N

s= Asx sx Es = 4906,25 x (737,5-65,5

737,5)x 0,003 x 200000 =

2682305,085 N

BAB IV - 189

d. Kondisi 1 (Bagian Kanan)

Nilai gaya gaya yang bekerja pada balok arah melintang

dalam kondisi plastis berdasarkan tulangan tarik yang

terpasang 5D25

Ts= Ts2=1,25 Astx f = 1,25 x 2453,125 x 400 = 1226562,5

N

c = 0,85 x f’c x a x b = 0,85 x 30 x (0,85 x 737,5) x 400 =

15985,3125 N

s= Asx sx Es = 2453,125 x (737,5-65,5

737,5)x 0,003 x 200000 =

13941,152 N

Kekakuan kolom atas dan kekakuan kolom pada joint

memiliki nilai yang sama, sehingga DF=0,5 untuk setiap

kolom.

Mpr1 = 1626,305 kNm

Mpr2 = 847,17 kNm

Vsway= Mpr topDFtop Mpr btm DFbtm

ln

Vsway= (1626,305 847,17)x 0,5 (1626,305 847,17)x 0,5

4,8= 515,307 kN

Ve = V sway = 515,307 kN

Sehingga gaya geser yang bekerja pada joint adalah :

Vu= T1 T2 Ve

=1226,562 2453,125 515,307 = 3164,38 kN

Vn=Vu

=3164,38

0,8= 3955,475 kN

Batas ijin tegangan geser hubungan balok-kolom yang

terkekang pada keempat sisinya adalah :

BAB IV - 190

Aj= bwx h=1000 x 1200=1200000 mm

Vn=1,7 √f c x Aj=1,7 x √35 x 1200000

=12068802,757 N 12068,802 kN

Vn < 1,7 √f c x Aj

3955,475 kN < 12068,802 kN (TERPENUHI)

Kebutuhan Tulangan Transversal :

Nu = 6640,84 kN

Vnh = 12068,802 kN

Vc= (1 Nu

1,4.Ag) (

√fc

6) bw.d

Vc= (1 6640840

14 x 1000 x 1200) (

√35

6) 1000 x 949

= 1305608,212 N = 1305,608 kN

Jika Vnh > Vc maka digunakan pengekang tertutup.

Vs = Vnh – Vc = 12068802 – 1305608 = 10763194 N

Dipasang tulangan 8 D22 (As = 3041,062 mm2)

s = Av x fy x d

Vs=3041,062 x 400 x 949

10763194=107,253 mm ≈ 100 mm

Dipasang tulangan 8 D22-100 mm

BAB IV - 191

Detail tulangan pengekang yang terpasang pada hubungan balok

kolom dapat dilihat pada gambar 4.42 berikut

Gambar 4.43 Detail Tulangan pada Hubungan Balok-Kolom

8D22-100

BAB IV - 192

4.3.6. Perencaaan Shearwall

Output Hasil analisa ETABS versi 9.6.0 dalam mengevaluasi

Shearwall dalam menahan Kombinasi Beban Geser lebih kritis dalam

menerima beban geser terbesar, yaitu akibat Kombinasi Beban :0,9D – Eqx

Gambar 4.44 Cek Syarat Batas Maksimum Rasio Penulangan

4.3.6.1. Menentukan Kuat Geser sesuai SNI 03-2847-2013 Pasal 11.9.6

(Ketentuan untuk Dinding)

Pu = 4902315 N

Mu = 16298604 Nmm

Vu = 4831110 N

h = 400 mm

fc = 35 Mpa

Lw = 6000 mm

d = 0,8 lw = 4800 mm

Nu = Pu

= 1

BAB IV - 193

Menentukan Kapasitas Geser:

Vc = 0,27 √fc hd Nu d

4 lw

0,27 1 √35 400 (0,8 6000) 4902315 (0,8 6000)

4 6000

= 3066895,76 + 980463

= 4047358,76 N (terkecil)

Dan Vc tidak boleh lebih besar dari:

Vc= *0.05 √fc Lw (0.1 √fc 2

Nulw h

)

MuVu Lp2

+ hd

= [0.05 1 √35 6000 (0.1 1 √35 2

49023156000 400

)

16298,604 103

4831,110 60002

] (400 0,8 6000)

= [0,296 28061,223

373,667] 1920000

= 30832914,077 N

Sesuai SNI 03-2847-2013 pasal 11.9.8: Apabila gaya geser

terfaktor Vu adalah kurang daripada Vc/2, dimana = 0,55 maka

tulangan harus sesuai dengan SNI 03-2847-2013 pasal 11.9.9 atau sesuai

ketentuan 03-2847-2013 pasal 14. Bila Vu melebihi Vc/2 tulangan

geser harus dipasang menurut SNI 03-2847-2013 pasal 11.9.9

Maka Vc/2 = (0,55 x 4047358,76) /2

= 101183,969 N < Vu : 4831110 N

Sehingga harus dipasang tulangan sesuai SNI 03-2847-

2013 pasal 11.9.

BAB IV - 194

Direncanakan Tulangan Geser 2 19 – 150 mm (566,77 mm2)

Maka : Vs =

=

566,77 400 (0,8 6000)

150

= 7254656 N

Vn = (Vs+Vs)

= 0,55 (4047358,76 N + 7254656 N)

= 6216108,118 N

4.3.6.2.Ketentuan Tambahan Khusus untuk Shearwall Penahan Gempa

Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 21.11.9 sedikitnya harus dipakai 2

tirai tulangan pada dinding apabila geser terfaktor melebihi Vn= Acv(0,17x𝜆

√fc. Maka: Vu : 4831110 N > (6000 x 400) x0,17x𝜆 x √35 = 2413760,552

N

Batas Kuat Geser sesuai SNI 03-2847-2013 pasal 21.11.9.2

0,66 Acv √fc = 0,55 0,66 (400 6000) √35

= 5154088,707 N > Vu: 4831110 N

Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 21.11.9.1 Kuat geser tidak boleh

melebihi:

Vn=0,55 Acv[0,17 √fc t fy], dengan t=

566,77

400 x 100=0,01

= 0,55 (400 6000)[0,17 1 √35 0,014 400]

= 6315144,303 N > Vu: 4831110 N

Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 21.11.7 Rasio tulangan transversal

tidak kurang dari 0,0025 dan spasi tulangan masing-masing lapis tidak lebih

dari 450 mm

BAB IV - 195

Rasio Tulangan Transversal (2 19-150 mm):

566,77

400 150=0,009 > 0,0025

Jarak Kedua tulangan transversal adalah 150 mm < 450 mm

Dari hasil desain manual yaitu 2 19-150 mm sebesar 566,77 mm2

= 5667,7 mm2/m lebih besar daripada As yang terpasang dari desain

ETABS versi 9.6.0 sebesar 4254,875 mm2/m.

BAB IV - 196

4.3.7. Perencanaan Pondasi Tiang Pancang

Perencanaan Pondasi Tiang Pancang meliputi daya dukung tanah, daya

dukung pondasi, penentuan jumlah tiang pondasi, pile cap, dan

penulangannya. Pembebanan pada pondasi yang direncanakan berasal dari

beban kolom yang dimasukkan sebagai input data untuk program ETABS

v9.6.0 yang menghasilkan output berupa gaya- gaya dalam yang bekerja

pada pondasi (reaksi perletakan pada joint tumpuan)

4.3.7.1. Pekerjaan Penyelidikan Tanah

Pekerjaan penyelidikan tanah yang dilakukan yaitu dengan Uji

bor : berupa grafik bor log beserta tabel data hasil pengujian berupa

jenis lapisan tanah, ketebalan masing-masing lapisan tanah, nilai SPT,

dan kedalaman muka air tanah.

4.3.7.2. Spesifikasi Pondasi Tiang Pancang

Perencanaan pondasi tiang pancang menggunakan spesifikasi

produk dari PT. Wijaya Karya Beton (Wika Beton) pada Tabel 4.21

berikut.

BAB IV - 197

Tabel 4.21 Data Spesifikasi Pondasi Tiang Pancang

Data klasifikasi pondasi tiang pancang yang digunakan sebagai berikut :

1) Pondasi kelas = B

2) Diameter tiang pancang luar (DL) = 600 mm ~ 0,6 m

3) Panjang tiang (H) = 15 m per tiang

4) Luas penampang beton (Ab) =

=

= 0,2826 m2

5) Luas Selimut (Ap) = DH = x 0,6 x 10 = 18,84

m2

6) fc tiang pancang = K500 kg/cm2

= (500x0,83)/10 = 41,5 Mpa

7) fc pile cap = K350 kg/cm2

= (350x0,83)/10 = 30 Mpa

8) fy baja tulangan = 400 Mpa

BAB IV - 198

Daya Dukung berdasarkan spesifikasi pondasi tiang pancang dari

WIKA Beton, didapatkan daya dukung tiang Pu max = 238,3 ton/

2383 KN dengan nilai Mu max = 45 ton.m

4.3.7.3. Prediksi Kapasitas Dukung Tiang Tunggal (Q)

Daya Dukung berdasarkan Uji bor atau Soil Penetration Test (SPT)

dilakukan untuk mendapatkan nilai daya dukung ijin pondasi

berdasarkan data nilai N-SPT sampai kedalaman 30 meter ditunjukkan

pada Tabel 4.22 sebagai berikut

Tabel 4.22 Nilai SPT untuk perhitungan Q friksi BH2

No Lapisan Tanah Kedalaman

(m)

Tebal

Li (m) Ni fi

fi.Li

KN/m

1 Lempung (CH) 0 - 2,1 2.1 7 14 29.4

2 Lempung (CL) 2,1 - 6 3.9 10 20 78

3 Lanau 6 - 12 6 17.3333 34.667 208

4 Lempung (CH) 12 - 30 18 17.6667 35.333 636

951.4

Menghitung Daya Dukung Ujung Tiang Ultimate

Q = 40 x N x ( L / D ) < 400 x N

= 40 x 18 x (30 / 0,6) < 400 x 18

= 36000 kN/m2

Nilai maksimum q = 400 x N = 7200 kN/m2

,

sehingga diambil q = 7200 kN/m2

Qultimit

= Aujung

.q + O. f

totsl

= (( ¼ . 3,14. 0,62) x 7200) + ((3,14. 0,6) x 951,4)

= (0,2826 x 7200) + (1,884 x 951,4)

BAB IV - 199

= 2034,72 + 1792,4376

= 3827,1576 KN

= 382,715 ton

Untuk menghitung Q ijin, digunakan rumus rekomendasi oleh

Joseph E. Bowles dalam buku Analisis san Desain Pondasi Jilid 1

Edisi 4, dengan faktor keamanan sebesar 3.

Qijin

= Qultimit / SF

= 382,715/ 3

= 127,571 ton

4.3.7.4. Cek terhadap Kekuatan Bahan Tiang Pancang

Perbandingan hasil hitungan nilai daya dukung tanah (kuat bahan,

NSPT,) diambil nilai daya dukung tanah yang terkecil yaitu

berdasarkan NSPT yaitu Qijin = 127,571 ton

4.3.7.5. Penentuan Kapasitas Tiang Group

Gaya- gaya yang diterima pondasi untuk beberapa kombinasi

terbesar ditunjukkan pada Tabel 4.23 sebagai berikut.

Tabel 4.23 Gaya- gaya Terfaktor output ETABS v9.6.0 point 91

No

.

Kombinasi

Pembebanan

P (ton) Mx

(tm)

My

(tm)

1 1,2 D + 1,6 L 1093,625 -0,440 -13,457

2 1,2 D + 1 L +RSPx 1092,395 -15,051 -65,862

3 1,2 D + 1 L +RSPy 1022,199 -55,320 -28,753

BAB IV - 200

Perkiraan kebutuhan tiang dengan efisiensi:

Nilai efisiensi tiang kelompok (Eg) adalah:

Eg : 1,0 untuk End Bearing Pile

Eg : 0,7 untuk Floating/Friction Pile

Karena Pondasi direncanakan merupakan pondasi Floating/Friction

Pile, maka nilai Eg yang digunakan adalah 0,7

Qall group = Qijin x 0,7

= 127,571 x 0,7

= 89,3 ton

4.3.7.6. Menentukan Jumlah tiang dan Konfigurasi titik tiang

n =

Fz

Qall group= 1093,625 ton

89,3 ton =12,246 . . . . . . . . . . dipakai 14 tiang

Jarak antar as tiang pancang kelompok (pile group) adalah:

a) Syarat jarak tiang (jarak antar as tiang)

jarak tiang diambil 3.D

3D = 3 x 60 = 180 cm

b) Syarat jarak as tiang ke tepi

Jarak ke tepi diambil 0,5 D + 25 cm

0,5 D + 25 cm = 0,5.60 +25

= 55 cm

4.3.7.7. Distribusi beban kolom ke masing masing tiang

Setelah mengetahui jumlah pile yang dibutuhkan adalah 14 buah,

maka desain pile cap dapat dipilih dengan susunan seperti gambar 4.45

berikut:

BAB IV - 201

Gambar 4.45 Detail Pondasi Tipe P14

Distribusi beban kolom ke masing masing tiang dalam pile cap

dapat dihitung menggunakan rumus seperti yang tercantum dalam Diktat

Struktur Pondasi Tiang Pancang oleh Hanggoro Tri Cahyo A. :

Qi =

±

( ) ±

( )

Dimana:

n = 14 buah

P = Pu + Berat Pile Cap dan tiang

BAB IV - 202

Tabel 4.24 Nilai distribusi beban ke tiang

No. Xi Yi

Qi (ton) m m

1 -3.6 1.56 106.201

2 -1.8 1.56 105.925

3 0 1.56 105.650

4 1.8 1.56 105.374

5 3.6 1.56 105.099

6 -2.7 0 106.082

7 -0.9 0 105.806

8 0.9 0 105.531

9 2.7 0 105.255

10 -3.6 -1.56 106.239

11 -1.8 -1.56 105.963

12 0 -1.56 105.688

13 1.8 -1.56 105.412

14 3.6 -1.56 105.137

Nilai Qi maksimum yaitu tiang nomor 10 dengan nilai 106,239 ton

< Qall group 127,572 ton...........OK

4.3.7.8. Kapasitas Ijin Tiang Tunggal Terhadap Beban Horizontal

Untuk menghitung besarnya daya dukung akibat gaya lateral,

Broms membedakan antara perilaku tiang pendek dan panjang serta

membedakan kondisi kepala tiang dalam kondisi bebas dan terjepit. Oleh

karena itu, harus ditentukan terlebih dahulu tiang pancang yang

direncanakan termasuk tiang panjang atau tiang pendek.

=

= 50 > 20

BAB IV - 203

Dapat disimpulkan bahwa tiang yang direncanakan termasuk

tiang panjang dengan kondisi kepala tiang terjepit. Maka digunakan

rumus :

My/Cu.d3

Dimana :

My : 45 ton.m (momen ultimate tiang pancang D60 kelas B)

d : diameter tiang

Karena tidak terdapat nilai Cu, maka dapat digunakan korelasi

antara nilai Cu dan N-SPT untuk tanah lempung sebesar 6,5 N

(Terzaghi dan Peck, 1967)

BH2 = 6,5 N

= 6,5 x 13,934 (N didapat dari rata-rata N-SPT dari semua

kedalaman pada BH2)

= 90,571 KN/m2

= 9,0571 ton/m2

Maka : My/Cu.d3

= 45/0,0571 x (0,63)

= 23,002

Setelah mengetahui nilai My/Cu.d3, selanjtnya mencari nilai

Hu/Cu.d2

berdasarkan grafik Broms berikut:

BAB IV - 204

Gambar 4.46.Grafik Broms Tahanan Lateral ultimit (Das,2004)

Dari grafik maka diperoleh nilai Hu/Cu.d2

adalah 18

Maka nilai Hu = 18 x 9,0571 x 0,62

= 58,69 ton

H ijin = Hu / SF

= 58,69 / 3 = 19,563

Pengecekan Beban Horizontal Terhadap H Ijin

Untuk pengecekan beban horizontal terhadap H ijin, dengan

ketentuan Fx/n dan Fy/n < H ijin. Dengan Pembebanan Fx dan Fy

didapatkan dari kombinasi pembebanan 1,2 DL + 1,6 LL sebagai

berikut:

Fx = 13,260

Fy = 0,178

Fx/n= 0,947

Fy/n= 0,012

BAB IV - 205

Didapatkan hasil Fx/n dan Fy/n < H ijin ( < 19,563 ton ) OK

4.3.7.9. Menghitung Tinggi pile cap dan Penulangannya

Untuk menghitung besarnya momen, geser satu arah dan geser

pons, diperluan data perhitungan:

Dimensi kolom 100 cm x 120 cm

Beban aksial kolom (P) = 1093,625 ton

Dari perhitungan sebelumnya, direncanakan dimensi penampang

pile cap pada Gambar yaitu:

p = 8300 mm

l = 4220 mm

t = 1200 mm

4.3.7.10. Cek terhadap geser Pons

Perhitungan geser pons bertujuan untuk mengetahui apakah tebal

pile cap cukup kuat untuk menahan beban terpusat yang terjadi.

Bidang kritis untuk perhitungan geser pons dapat dianggap tegak

lurus bidang pelat yang terletak pada jarak 0,5d dari keliling

beban reaksi terpusat tersebut, dimana d adalah tinggi efektif pelat.

Vu Pons = Pu = 1093,625 ton

Keliling bidang kritis geser pons (bo):

Bo = 2 (b + d) + 2 (h + d)

= 2 (1200 + 1200) + 2(1000 + 1200)

= 9200 mm

BAB IV - 206

Φ Vc pons = 0,6 . 0,33 . √fc . bo. d

= 0,6. 0,33 . √30. 9200 . 1200

= 12081620 N

= 1208,162 ton

Vu pons Φ Vc pons = 1093,625 ton 1208,162 ton........OK

4.3.7.11. Cek Terhadap Geser Lentur

Pengecekan Geser Lentur perlu dilakukan karena untuk d = 170

cm tiang pancang sebagian berada di luar bidang geser yang terbentuk.

Vu geser lentur = Total Qu di luar bidang geser yang terbentuk.

= Q1+Q2+Q3+Q4+Q5+Q6+Q9+Q10+Q11+Q12+

Q13+ Q14

= 1268.023 ton

Φ Vc geser lentur = 0,6 . 0,17 . √fc . . d

= 0,6 . 0,17 . √30 . 8300 . 1200

= 556,442 ton

Vu geser lentur > Φ Vc geser lentur = 1268,023 ton > 556,442

ton........OK

Sehingga tebal pile cap (th) :

th = d + 15 cm + selimut beton + 0,5 diameter tulangan pile cap

= 120 + 15 + 5 + (0,5 . 2,5)

= 141,25 cm ==== 142 cm

BAB IV - 207

4.3.7.12. Perhitungan Penulangan Pile Cap

Menghitung momen terhadap titik berat kolom

Mu = Q10 . 3,923

= 106,239 . 3,923 ton.m

= 416,775 x 105 kg.cm

d = 120 cm

fc = 30 Mpa

fy = 400 Mpa

Mencari nilai 1

Jika fc ≤ 300 kg cm2, maka 1 = 0,85

fc > 300 kg/cm2, maka 1 = 0,85-0,0008(fc-300)

Jika 1 0,65 maka 1 = 0,65

Jadi untuk fc =300 Mpa menggunakan 1 = 0,85

Mencari nilai Mn

Mn = Mu /0,8

= 416,775 x 105 / 0,8

= 520,969 x105 kg/cm

Mencari Jenis Penulangan

K=Mn

d2.0,85.fc

=520,969 x10

5

830 1202.0,85. 300

=520,969 x10

5

3,047 x 109

BAB IV - 208

= 0,017

F = 1- √ = 0,017

F max = 1 4500

6000 fy = 0,598

Karena kondisi F < F max maka digunakan tulangan tunggal

As = F . . d. 0,85 . fc

fy

= 0,017 .830.120. 0,85 . 300

4000

= 108,54 cm2

As min = min . B. d

= 0,0025. 830. 120

= 249 cm2

Digunakan As min > As

Dipasang diameter tulangan D25 dengan jumlah tulangan:

AsD25 = ¼ . . 2,52

= ¼ . 3,14. 6,25

= 4,90625 cm2

AsD22 = ¼ . . 2,22

= ¼ . 3,14. 3,61

= 3,7994 cm2

Jumlah Tulangan (As) = 249

4,90625

= 50,752 === 51 D 25

Untuk tulangan atas (As’) = 0,15% .B.d

= 39,32 cm2

=== 40 D 22

BAB IV - 209

Detail Penulangan Pile Cap berdasarkan perhitungan yang telah

dilakukan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.47 Detail Penulangan dan Potonga Pile Cap Tipe 14

BAB IV - 210

4.3.8 Perencanaan Tie Beam

Perencanaan tie beam (balok pengikat) meliputi penulangan utama

dan geser/sengkang. Balok pengikat yang didesain dan ditempatkan pada

dasar kolom-kolom struktur berfungsi untuk menyeragamkan penurunan

yang terjadi pada struktur tersebut dan untuk mengantisipasi tarikan atau

tekanan yang terjadi pada kolom yang bergoyang.

4.3.8.1.Gaya aksial yang bekerja pada tie beam diambil dari kolom

diatasnya.

Penulangan tie beam didasarkan pada kondisi pembebanan

dimana beban yang diterima adalah beban aksial dan lentur , sehingga

perhitungan tulangan. Gaya aksial tarik yang diterima diasumsikan

sebesar 10% dari gaya tekan pada dasar kolom.

Besarnya gaya aksial pada kolom = 7710,25 kN

Pu = 10% x Pmaks = 10% x 7710,25 = 771,025 kN

Tegangan ijin tarik beton menurut SNI 03-2847-2013 pasal

9.5.2.3 :

frijin = 0,70√f c = 0,70 x √ = 3,834 MPa

Tegangan tarik yang terjadi menurut SNI 03-2847-2013 pasa

9.5.2.3:

fr = Pu

x b x h=

771,025

0,8 x 350 x 700=0,0039 MPa

Kontrol kemanan :

BAB IV - 211

Tegangan tarik (fr) < Tegangan izin (frizin)

0,0039 3,834 → OK

4.3.8.2.Pembebanan Tie Beam:

Gaya dalam yang bekerja pada tie beam berdasarkan output dari

ETABS v9.6.0 :

Mtump = 126,269 kNm

Mlap = 52,429 kNm

Vu = 99,51 kNm

Gambar 4.48 Diagram Momen Tumpuan dan Geser

Gambar 4.49 Diagram Momen Lapangan

4.3.8.3 Perencanaan Tulangan Longitudinal

Perhitungan kapasitas penampang tie beam menggunakan

program PCA-Column.

BAB IV - 212

Gambar 4.50 Diagram interaksi pada tie beam

Hasil analisis program PCA Column dengan tulangan

12D22 didapatkan rasio penulangan :

Gambar 4.51 Hasil Analisis PCA column

= 1,89%

Syarat :

1% 6%

BAB IV - 213

1% < 1,89 < 6% (OKE)

4.3.8.2 Perhitungan Tulangan Transversal (Sengkang)

Besarnya gaya geser yang bekerja pada tie beam sebesar 99,51

kNm

Gaya geser nominal

Vn = Vu / = 99,51 / 0,75 = 132,68 kN

Kuat geser yang disumbangkan oleh beton untuk komponen

struktur yang dibebani tarik tarik aksial

Menurut SNI 03-2847-2013 pasal 11.2.1.2:

Vc = (1 Nu

14Ag) x (

√f,c

6 ) x bw x d

Vc=(1 819432

14 x 350 x 700) x (

√30

6 ) x 350 x 639=557,995 kN

Karena 0,5Vc ≤ Vn ≤ Vc, maka menggunakan persamaan :

Av

s =

bw

3fy=

350

3x240=0,486

Menurut Istimawan Husodo, apabila tulangan geser terdiri dari

tulangan tunggal atau satu kumpulan tunggal paralel tunggal

yang semuanya dibengkokkan pada jarak sama dari perletakan

dimana (V-Vc) tidak boleh melebihi 3/8√f c Sedangkan pada

tempat-tempat tertentu pada komponen struktur dimana nilai v

> 1/2Vc perlu dipasang sejumlah tulangan geser minimum :

Vs = Av x Fy x d

s= 0,486 x 240 x 629=73366,56 N

BAB IV - 214

Direncanakan tulangan geser 2Ø10

s = Av x Fy x d

Vs= 157 x 240 x 629

73366,56=323,045 mm

dipasang tulangan geser 2Ø10-150 mm

Syarat spasi maksimum tulangan geser adalah :

S = 150 mm < d 2 = 314,5 mm →OK

Detail penulangan ditunjukkan pada gambar berikut

Gambar 4.52 Detail Penulangan Tie Beam

BAB IV - 215

BAB V - 216

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Desain Gedung Kuliah 21 Lantai yang berada di Bangkalan Madura

dirancang dengan Dual System yaitu Sistem Rangka Pemikul Momen

Khusus dan Dinding Geser. Pemodelan dan pembebanan Gedung

menggunakan Program ETABS v9.6.0 yang menghasilkan data-data sebagai

berikut:

1. Dalam perhitungan Pondasi Tiang Pancang secara teori didapatkan

dimensi pile cap 8,33 m x 4,22 m x 1,42 m menggunakan tiang

pancang produk sebanyak 14 buah. Titik perhitungan pondasi

diambil dari beban maksimum dari keseluruhan titik pondasi yang

ada.

2. Dimensi struktur gedung berdasarkan hasil analisa Program

ETABS v9.6.0 dan perhitungan secara manual dengan bantuan

Program Mathcad v.14 menghasilkan dimensi sebagai berikut :

a. Dimensi Balok terdiri dari:

B1-40x80

B2-40x80

B3-25x50

B4-25x40

BB-20x40

b. Dimensi Kolom terdiri dari:

K1-100 x 120 cm (Lantai dasar – lantai 5)

K2-90 x 110 cm (Lantai 6 – lantai 10)

K3-80 x 100 cm (Lantai 11 – lantai 15)

K4-70 x 90 cm (Lantai 16 – lantai 20)

BAB V - 217

c. Dimensi Plat lantai terdiri dari:

S1 : ketebalan 20 cm (Lantai Dasar)

S2 : ketebalan 12 cm (Lantai 1- lantai 20)

S3 : ketebalan 10 cm (Lantai Dak)

3. Dari hasil perhitungan praktis menggunakan ETABS v.9.6.0 dan

perhitungan manual secara teori menurut SNI 03-2847-2013

dengan bantuan Mathcad v.14, terjadi perbedaan yang cukup

signifikan. Perbedaan dari keduanya dapat dilihat pada Tabel 5.1

berikut:

Tabel 5.1 Perbandingan Perhitungan Praktis dan Perhitungan

Manual

DIMENSI STRUKTUR Perhitungan Praktis (mm)

Perhitungan Manual (mm)

Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan

Balok 40x80

Tul Atas 1654 611 2477,508 1398,83

Tul Badan 1520,531 1520,531

Tul Bawah 1103 873 1329,79 759,88

Tul Sengkang 220,4 193,3 265,33 265,33

Kolom 100x120

Tul Utama 12000 12000 13200 13200

Tul Sengkang 0,000 0,000 928,655 928,655

Plat 12 Tul arah x 523,33 523,33 554,167 554,167

Tul arah y 523,33 523,33 554,167 554,167

4. Balok minimum agar terjadi keruntuhan yaitu B6-15x30 yang

terletak di lantai 4.

5. Rencana Anggaran Biaya dari rencana gedung kuliah 21 lantai

yaitu:

Tabel 5.2 Rencana Anggaran Biaya

BAB V - 218

5.2. SARAN

Berdasarkan perancangan yang telah dilakukan maka disarankan:

1. Pada perancangan Pondasi, bila antara masing-masing Poer saling

berdekatan, sebaiknya semua poer dicor monolit menjadi satu. Karena

bila tidak, akan sangat mempersulit proses pelaksanaan pengecoran di

lapangan.

2. Untuk perhitungan secara konservatif maka digunakan perhitungan

menurut SNI 03-2847-2013 dengan hasil yang lebih besar.

3. Terjadi keraguan pada hasil output ETABS v9.6.0 tentang hasil

simpangan antar lantai.

Pekerjaan Pondasi

Pekerjaan Struktur

10,502,043,243.54Rp

160,019,552.42Rp

Rincian Anggaran Biaya

Pekerjaan Tie Beam

18,564,328,389.49Rp

15,921,162,458.67Rp

11,974,884,696.92Rp

57,122,438,341.05Rp

Pekerjaan Plat

Pekerjaan Balok

Pekerjaan Kolom

TOTAL

BAB V - 219

220

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2013. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk

Bangunan Gedung, SNI 03-2847,2013. Jakarta : Standar Nasional Indonesia.

Badan Standarisasi Nasional,2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa

Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung, SNI 03-1726-2012.

Jakarta : Standar Nasional Indonesia.

Badan Standarisasi Nasional,2013. Beban Minimum untuk Perancangan

Bangunan Gedung dan Struktur Lain, SNI 03-1727,2013. Jakarta : Standar

Nasional Indonesia.

Tavio, BennyKusuma,2009.Desain Sistem Rangka Pemikul Momen dan Dinding

Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa.Surabaya: ITS Press

Braja M. Das, Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B, 1991. Mekanika Tanah,

Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis. Jakarta : Erlangga.

Wang, Ciu Kwa, dan Salmon Charles G,1990.Desain Beton

Bertulang.Jakarta:Erlangga, edisi keempat

H Kusuma Gideon-Andriono Takim,1997.Desain Struktur Rangka Beton

Bertulang di Daerah Rawan Gempa (CUR3).Jakarta:Erlangga ,edisi kedua

Dipohusodo, Istimawan, 1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta : Gramedia

Pustaka Utama.

Terzaghi, K.,Peck,R.B.,and Mesri,G.(1996). Soil Mechanics in Engineering

Practice. 3rd Edition. Wiley

Bowles, J E ,1991. Analisis dan Desain Fondasi, Edisi ke-4 (Jilid 1).

Jakarta :Erlangga.

Indarto, dkk (2013). Aplikasi SNI Gempa 2012 for Dummies. Bambang Dewasa

File

221

Basah K.Suryolelono,1994, Teknik Fondasi Bagian II, Nafiri, Yogyakarta

McCormac,JC. 2003. Desain Beton Bertulang Jilid 2. Jakarta :Erlangga edisi

kelima,

Terzaghi, K. dan Peck, R.B. 1967. Soil Mechanics in Engineering Practice. John

Wiley, NewYork. 729.

Wangsadinata,W.(2006). Perencanaan bangunan Tahan Gempa Berdasarkan SNI

1726-2002. Shortcourse HAKI 2006. Jakarta

Hardiyatmo, Hary Christady. 2011. Analisis dan Perancangan Fondasi

1.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Hardiyatmo, Hary Christady. 2011. Analisis dan Perancangan Fondasi

2.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Chua-Kia Wang, Charles G. Salmon. 1993. Disain Beton Bertulang 1. Madison :

University of Wisconsin.

Chua-Kia Wang, Charles G. Salmon. 1992. Disain Beton Bertulang 2. Madison :

University of Wisconsin.

George Winter, Arthur H Nilson. 1993. Perencanaan Struktur Beton Bertulang.

Jakarta. Pt Pradnya Paramita.

Kiyoshi Muto. 1987. Analisis Perancangan Gedung Tahan Gempa. Jakarta.

Erlangga

Gideon H kusuma, Takim Andriono. 1994. Jakarta. PT Gelora Aksara Pratama

Purwono, Rachmat dan Tavio . 2007. Evaluasi cepat Sistem Rangka Pemikul

Momen Tahan Gempa. Prosiding Seminar dan Pameran HAKI 2007.