Upload
lamque
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DESAIN INTERIOR
MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA
DI SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun oleh:
HARUN ARROSYID
C 0806013
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
DESAIN INTERIOR
MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA
DI SURAKARTA
Telah disetujui oleh Pembimbing untuk di Uji
Di hadapan Dewan Penguji
Disusun oleh :
HARUN ARROSYID
C 0806013
Pembimbing I Pembimbing II
Anung B Studyanto, SSn, MT Mulyadi,SSn,M.Ds
NIP. 19710816 200501 1 001 NIP. 19730702 200212 1 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Desain Interior
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn
NIP. 19621221 199201 1001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada Sidang Tugas Akhir
Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Selasa, Tanggal 18 Januari 2011
Penguji
1. Ketua : Drs. Ken Sunarko. M.Si
NIP. 19511128 198303 1 001 ( ............................... )
2. Sekretaris : Drs. IF. B. Sulistyono. Sk, MT.arch
NIP. 19621125 199303 1 001 ( ............................... )
3. Pembimbing I : Anung B Studyanto, SSn, MT
NIP. 19710816 200501 1 001 ( .............................. )
4. Pembimbing II : Mulyadi,SSn, M.Ds
NIP. 19730702 200212 1 001 ( ............................... )
Mengetahui,
Ketua Jurusan Desain Interior Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn Drs. Soedarno, M.A
NIP. 19621221 199201 1001 NIP. 19530314 198506 1001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Nama : Harun Arrosyid
NIM : C0806013
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir
berjudul “Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia ” adalah benar-benar
karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya
saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan
dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan
gelar yang diperoleh.
Surakarta, 25 Januari 2011
Yang membuat pernyataan,
Harun Arrosyid
NIM. C 0806013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“ Jangan pernah menyerah. “ (Penulis)
“ Doa Orang tua adalah salah satu kunci kesuksesan. “
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibu yang senantiasa tulus
memberikan doa, cinta dan kasih sayang serta
perjuangannya untukku.
2. kakak-kakaku dan adiku yang selalu
memotifasi supaya selalu semangat dalam
mengerjakan TA ini.
3. Dosen pembimbing maupun dosen pengajar
di Jurusan Desain Interior UNS, terimakasih
untuk semua bimbingan dan nasehat yang
telah diberikan kepada penulis.
4. Sahabat-sahabatku Interior 2006 yang selalu
mengiringi langkahku dan menceriakan
hariku selama 4.5 tahun ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga penulis
mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas
Akhir dengan judul Perencanaan dan Perancangan Interior ”Museum sepak bola
Indonesia”
Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi
oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat bantuan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis
tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas
Sastra dan Seni Rupa.
3. Anung B Studyanto, SSn, MT selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah Tugas
Akhir.
4. Mulyadi,SSn, M.Ds selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah Tugas Akhir.
5. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir.
6. Civitas Akademis dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga
terselesaikannya Tugas akhir ini.
7. Bapak dan ibu yang selalu memberikan doa, motifasi dan segalanya kepada
penulis hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan lancar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8. Kakak-kakaku dan adiku yang selalu memberi doa dan dorongan kepada
penulis untuk tetap semangat dan pantang menyerah dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
9. Sahabatku Interior 2006 (Erlin dan Fahmi yang dari awal bersama-sama dalam
melaksanakan konsultasi dan awal-awal perjuangan saat mengerjakan tugas
akhir), (Didik,Arkhi, yang telah banyak membantu penulis ketika persiapan
pendadaran sampai selesai...terimakasih untuk semuanya teman berkat kalian
pendadaran ku bisa berjalan lancar...!!!), (Ginar, Hafid, Putri, Inung, Hesti,
Adek, Maya, Kartika, Rosi, Mbak Nita, Anik, Nanik, Nur ,Putu, Ari dan semua
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu) terimakasih untuk semua
kerjasama kita selama 4 tahun ini,kalian semua telah menerima penulis sebagai
sahabat dan juga terimakasih untuk segala bantuannya selama ini. Terimakasih
semuanya.........Bravo Interior 2006....
10. Mas Brew’02, Mas Cimi’03, Mas ragil 03, Mas Thom’04, Agus’08 dan semua
teman-teman yang telah membantu penulis dalam menempuh tugas akhir
sampai selesai. Terimakasih untuk semua bantuannya.
11. Mas Candra yang selalu siap setiap waktu buat ngeplot. Terimakasih buat
semua bantuanya .
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu menyelesaikan tugas akhir ini.
Tiada sesuatu apapun yang dapat penulis persembahkan selain do’a semoga
Allah SWT memberi imbalan sesuai dengan jasa dan keikhlasan amalnya,
Amin.
Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membantu sehingga dapat
menyempurnakan penyusunan skripsi ini dari pembaca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Surakarta, Januari 2011
Penulis,
Harun Arrosyid
C 0806013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR
MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA
DI SURAKARTA
Harun Arrosyid
1,
Anung B Studyanto, Ssn.MT2
Mulyadi, Ssn, M.Ds3
ABSTRAK
Harun Arrosyid. C0806013 2011. Perencanaan dan Perancangan Interior Museum
Sepak Bola Indonesia Di Surakarta . Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
” Perencanaan dan Perancangan Interior Museum Sepak Bola Indonesia Di
Surakarta merupakan judul dari proyek perencanaan interior ini. Suatu cara
merencanakan ruangan yang dapat dijadikan wadah memamerkan,merawat dan
menyimpan yang bersifat mendidik dan menghibur. Lokasi perencanaan ini berada di
eks Karisidenan kota Surakarta yang tepatnya berada di kawasan Sriwedari.
” Perencanaan dan Perancangan Interior Museum Sepak Bola Indonesia Di
Surakarta ini dibatasi pada elemen interior terutama pada segi penataan ruang dan
memusatkan perencanaan dan perancangan pada penempatan lay out, furniture dan
mempertimbangkan pemilihan warna yang berkaitan dengan modern dan sesuai
dengan tema. Dimana dari semua pertimbangan tersebut di fungsikan sebagai
pengembangan dari ide dasar yang di tuangkan ke desain yang ingin di ciptakan pada
” Museum Sepak Bola Indonesia Di Surakarta ini.
Rumusan masalah yang ditampilkan adalah bagaimana merancang interior
Museum Sepak Bola Indonesia yang dapat merancang tema yang sesuai dengan gaya
Modern selain itu merancang interior museum sebagai tempat pendidikan, dan
hiburan.
Tujuan dari karya ini adalah merencanakan museum sepak bola yang berada
di Kota Solo yang ditujukan bagi masyarakat penggemar sepak bola yang belum
memiliki tempat kusus untuk menampung,memamerkan koleksi persepak bolaan
indonesia , oleh karena itu dengan adanya perancangan ini diharapkan dapat
mewadahi kegiatan tersebut.
Sasaran desain sebagai wadah berkumpul bagi para penggemar sepak bola
di indonesi dan menambah ilmu mengenai maupun sejarah dari sepak bola terutama
yang masuk ke Indonesia bagi para pengunjung yang datang.
Perancangan interior Museum Sepak Bola Indonesia ini bermanfaat bagi
masyarakat untuk dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang sepak bola
Indonesia.
1Mahasiswa, Jurusan Desain Interior dengan NIM C0806013
2Dosen Pembimbing 1
3Dosen Pembimbing 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….........
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………..........
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………...........
PERNYATAAN …………………………………………………………............
MOTTO ...............................................................................................................
PERSEMBAHAN………………………….........................................................
KATA PENGANTAR ……………………………………………………...........
ABSTRAK ……………………………………………………………….............
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..........
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….............
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..........
DAFTAR SKEMA ……………………………………………………….............
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ………………………………………............
B. BATASAN MASALAH....................................................................
C. RUMUSAN MASALAH …….……………….……….....................
D. TUJUAN …………………………………….………………............
E. SASARAN ……………………………………………………...........
F. MANFAAT ………………...…………………………......................
G. SKEMA POLA PIKIR PERANCANGAN........................................
H. METODE DESAIN............................................................................
I. SISTEMATIKA PENULISAN............................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
ix
x
xv
xvii
xviii
1
2
2
3
3
4
5
6
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II KAJIAN LITERATUR
A. Pengertian Judul.......... …………………………………….............
B. Tinjauan Umum Museum ………….………...…............................
1. Pengertian Museum.................................................................
2. Sejarah Perkembangan Museum..............................................
a. Asal mula museum........................................................
b. Perkembangan Museum di Indonesia..........................
3. Tugas, Fungsi dan Tujuan Museum..............................................
a. Tugas Museum...............................................................
b. Fungsi Museum..............................................................
4. Jenis Museum...............................................................................
a. Menurut koleksinya.........................................................
b. Menurut tingkatan...........................................................
c. Menurut Kedudukan Museum........................................
d. Menurut Penyelenggaraannya.........................................
5. Persyaratan Museum.....................................................................
C. TINJAUAN KHUSUS
1. Tinjauan Loby..............................................................................
a. Pengertian lobby.......................................................................
b. Fungsi lobby.............................................................................
c. Fasilitas lobby...........................................................................
2. Tinjauan Ruang Pamer.................................................................
a. Pengertian Ruang pamer...........................................................
b. Tipe ruang pamer......................................................................
c. Fasilitas Pendukung...................................................................
d. Tata ruang ................................................................................
3. Tinjauan Sirkulasi.........................................................................
a. Pengertian Sirkulasi...................................................................
b. Sirkulasi umum.........................................................................
10
12
12
12
12
14
15
15
15
16
16
16
17
17
18
23
23
24
24
25
25
25
26
27
28
28
29
29
31
32
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c.Penerapan sirkulasi.....................................................................
d. Arus sirkulasi............................................................................
e. Sirkulasi koleksi.......................................................................
f. Sirkulasi khusus...........................................................................
g. Hubungan sirkulasi dengan ruang pamer..................................
h. Orientasi.....................................................................................
i. Pemilihan rute............................................................................
j. Alur lintasan...............................................................................
k. Kejenuhan terhadap objek..........................................................
l. Luas pergerakan manusia dalam ruang pamer ..........................
m. Penarikan perhatian...................................................................
4. Tinjauan organisasi ruang..............................................................
D. Komponen pembentuk ruang
1. Lantai..........................................................................................
2. Dinding......................................................................................
3. Ceiling.......................................................................................
E. Interior Sistem
1. Sistem Pencahayaan...................................................................
2. Sistem Peletakan Sumber Pencahayaan Buatan.........................
3. Sistem Penghawaan...................................................................
4. Sistem Akustika.........................................................................
5. Sistem Keamanan......................................................................
6. Sistem display.............................................................................
7.Furniture.......................................................................................
8.Pertimbangan desain...................................................................
9.Tinjauan tentang sepak bola........................................................
10.Tinjauan tentang Solo.................................................................
29
31
32
33
34
36
39
41
42
43
44
45
47
48
49
50
53
59
61
63
68
74
76
80
91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III. STUDY LAPANGAN
A. Museum POLRI................................................................................
B. Taman Pintar.....................................................................................
C. FX Mall.............................................................................................
D. Museum sepak bola...........................................................................
BAB IV. PEMBAHASAN
A. ANALISA EXISTING
1. Asumsi Lingkungan...................................................................
2. Asumsi lokasi............................................................................
3. Analisa interior..........................................................................
B. PROGRAMING
1. Status Kelembagaan..................................................................
2. Struktur Organisasi...................................................................
3. Sistem Operasional....................................................................
4. Program Kegiatan......................................................................
a. Kegiatan Museum................................................................
b. Kegiatan Manusia................................................................
5. Benda Koleksi............................................................................
6. Fasilitas Ruang...........................................................................
7. Besaran Ruang...........................................................................
8. Furniture.....................................................................................
9. Sistem organisasi ruang.............................................................
10. Program ruang...........................................................................
11. Sistem sirkulasi.........................................................................
12. Hubungan antar ruang...............................................................
13. Zoning dan Grouping................................................................
98
99
101
104
106
106
107
108
108
109
109
109
109
112
112
113
114
117
119
121
122
122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. KONSEP DESAIN
1. Ide Dasar...................................................................................
2. Tema Desain...............................................................................
3. Aspek Suasana...........................................................................
4. Aspek Penataan Ruang/Layout..................................................
5. Pembentuk Ruang.......................................................................
a. Lantai....................................................................................
b. Dinding.................................................................................
c. Ceiling..................................................................................
6. Aspek bentuk dan warna............................................................
7. Interior Sistem...........................................................................
a. Pencahayaan.........................................................................
b. Akustik..................................................................................
c. Penghawaan..........................................................................
8. Sistem Keamanan.......................................................................
9. Aksesbilitas................................................................................
BAB. IV PENUTUP
A. KESIMPULAN..............................................................................
B. SARAN..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
LAMPIRAN
124
125
126
126
128
129
130
130
131
133
133
134
135
137
138
139
139
140
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Sirkulasi pengunjung yang diarahkan dengan sistem tata pamerannya,
untuk pengunjung yang ingin mengamati benda pamer secara sepintas
dan secara cermat/mendetail.....................................................................
Gambar II. 2. Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer..........................
Gambar II.3. Petunjuk Tentang Ruangan di R. Pamer..................................................
Gambar II.4. Objek dari Penunjuk Arah di R. Pamer...................................................
Gambar II.5. Cara Penyerapan Radiasi Ultra Violet dalam Pemanfaatan Cahaya
Alami untuk Penerangan dalam Vitrin....................................................
Gambar II.6. Beragam Sistem Pencahayaan yang digunakan dalam ruang..................
Gambar II 7. Sumber pencahayaan yang dipasang pada sudut langit-langit atas
ruangan...................................................................................................
Gambar II.8. Sumber Pencahayaan yang ditutupi panel atau kaca tembus cahaya yang
berfungsi sebagai pembagi cahaya.........................................................
Gambar II.9. Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan.....
Gambar II.10. Daerah refleksi pencahayaan terhadap benda pamer pada bidang
vertikal...................................................................................................
Gambar II.11. Letak sumber pencahayaan terhadap benda pamer 3D........................
Gambar II.12. Penempatan kisi-kisi di bawah lampu untuk mengatasi pengaruh
refleksi cahaya.......................................................................................
Gambar II.13. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah Vertical........
Gambar II.14. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah horizontal....
Gambar II.15. Jarak dan Sudut Pandang yang Baik.....................................................
Gambar II.16. Daerah Visual Manusia dalam Bidang Horizontal dan Vertical..............
Gambar II.17. Gerakan Kepala Manusia Horizontal dan Vertical dalam Mengamati
Materi Koleksi.........................................................................................
Gambar II.18. Penyajian Display Film........................................................................
35
38
39
39
52
53
55
55
58
57
58
58
59
59
68
69
79
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar II.19. Penyajian Display Komputer................................................................
Gambar II.20. Sistem Display RemoteControl dan Tata Lampu..................................
Gambar II.21.Jenis-jenis vitrin....................................................................................
Gambar II.22 Logo PSSI..............................................................................................
Gambar II.23 Stadion Utama Gelora Bung Karno.......................................................
Gambar II.23 Peta Kota Solo......................................................................................
Gambar II.24 Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo..................................
Gambar III.1 Foto bagian depan.................................................................................
Gambar III.2 Foto teknologi yang dipakai...................................................................
Gambzr III.3 Foto Interior Museum............................................................................
Gambar III.4 Foto alat peraga interaktif......................................................................
Gambar III.5 Foto bangunan FX mall dari depan.........................................................
Gambar III.6 Foto flooring FX mall...............................................................................
Gambar III.7 Foto pengolahan dinding FX mall.........................................................
Gambar III.8 Foto ceiling FX mall..............................................................................
Gambar III.9 Museum Sepak bola Tampak Eksterior..................................................
Gambar III.10 Museum Sepak bola Tampak Interior......................................................
Gambar IV.1 Zoning Grouping Lantai 1........................................................................
72
72
74
89
89
92
93
98
98
99
100
101
101
102
103
104
105
124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel II.1. Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer........................................................
Tabel II. 2. Tipe Sirkulasi................................................................................................
Tabel II.3. Hubungan sirkulasi dengan Ruang Pamer.....................................................
Tabel II.4. Pencarian Orientasi oleh Pengunjung............................................................
Tabel II.5. Pola Pengunjung Dalam Pemilihan Rute.....................................................
Tabel II.6. Pola Pengunjung Dalam Peralihan Rute.......................................................
Tabel II.7. Kejenuhan pengunjung terhadap obyek dan ruang pamer.............................
Tabel II.8. Luas area ruang pamer yang dilalui pengunjung..........................................
Tabel II.9. Penarik dan pengalih perhatian dalam ruang pamer......................................
Tabel II.10. Bentuk Organisasi Ruang...........................................................................
Tabel II.13. Ukuran penggunaan iluminasi cahaya terhadap benda– benda koleksi
ruang pamer...............................................................................................
Tabel IV.1 Fasilitas dan zona ruang...............................................................................
Tabel IV.2 Besaran Ruang Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta......................
Tabel IV.3 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia
di Surakarta...............................................................................................
Tabel IV.4 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia
di Surakarta...............................................................................................
Tabel IV.5 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia
di Surakarta...............................................................................................
Tabel IV.6 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia
di Surakarta..............................................................................................
Tabel IV.7 Alternatif Organisasi Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta..
Tabel 4.8 Hasil analisa Organisasi Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di
Surakarta...................................................................................................
Tabel IV.9 Program Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta......................
Tabel IV.10 Program pendekatan Organisasi Ruang......................................................
28
33
34
38
38
40
41
43
44
45
46
53
112
114
115
116
116
117
118
118
119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel IV.11 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung............................................................
Tabel IV.12 Analisa Sistem Penyajian Koleksi Museum Sepak Bola Indonesia di
Surakarta....................................................................................................
Tabel IV.13 Komponen Pembentuk Ruang (Lantai)......................................................
Tabel IV.14 Komponen Pembentuk Ruang (Dinding)...................................................
Tabel IV.15Komponen Pembentuk Ruang (Langit-langit)............................................
Tabel IV.16 analisa bentuk.............................................................................................
Tabel IV.17 analisa sifat warna......................................................................................
Tabel IV.18 Sistem Interior Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta.....................
Tabel IV.19 Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan........................................
Tabel IV.20 Sistem keamanan.........................................................................................
121
128
129
130
131
131
132
137
137
138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR SKEMA
Skema I.1 Pola Pikir Desain............................................................................................
Skema II.1 Struktur organisasi Museum Swasta.............................................................
Skema II.2 Struktur organisasi Museum Pemerintah......................................................
Skema II.3 Struktur organisasi museum secara umum....................................................
Skema II.4. Arus dan Sirkulasi Pengunjung di dalam Ruang Pamer Museum...............
Skema II.5. Arus dan Sirkulasi Koleksi Museum...........................................................
Skema IV.1 Struktur Organisasi......................................................................................
Skema IV.2 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi Museum Sepak bola
Indonesia di Surakarta...............................................................................
Skema IV.3 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi Museum
Sepak bola indonesia di Surakarta.............................................................
Skema IV.4 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi Museum Sepak
bola indonesia di Surakarta........................................................................
Skema IV.5 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran Museum Sepak bola
Indonesia di Surakarta.......................................................................
Skema IV.6 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Service Museum Sepak bola Indonesia
di Surakarta................................................................................................
Skema IV.7 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan umum Museum Sepak bola
Indonesia di Surakarta.............................................................................
Skema IV.8 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan khusus...........................................
Skema IV.9 Hubungan Antar Ruang..............................................................................
5
21
22
22
31
32
107
108
109
109
109
110
110
110
122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sepak bola merupakan cabang olah raga yang paling populer di
dunia saat ini. Sepak bola berasal dari daratan cina, dalam sebuah
dokumen militer disebutkan, sejak tahun 206 SM, pada masa
pemerintahan dinasti Tsin dan Han orang-orang sudah mempermainkan
sepak bola yang disebut Tsu Chu. Tsu mempunyai arti menerjang bola
dengan kaki. Sedangkan Chu berarti bola yanga ada isinya. Merekapun
bermain bola yang terbuat dari kulit binatang dengan cara menendang dan
menggiringnya kesebuah jaring yang dibentangkan pada dua tiang. Seiring
perkembanganya sepak bola terus berkembang hingga dikenal dengan
sepak bola modern ini mulai dimainkan pada pertengahan abad ke-19 di
sekolah-sekolah di daerah Inggris Raya.
Sepak bola masuk ke Indonesia dibawa oleh para penjajah dan
pedagang yang berasal dari Cina. Seiring perkembangan zaman sepak bola
di Indonesia sepak bola belum seperti di Eropa atau benua lainnya. Untuk
di Indonesia, tim nasional Indonesia juga pernah merasakan puncak
kejayaan di tahun 1938 dengan mengikuti putaran final piala dunia, tetapi
di hanya sampai babak 1. Tahun 1950 Indonesia ikut olimpiade di
Melbourne Australia. Setelah itu di era 90-an Indonesia mengalami
kemunduran karena tidak ada regenerasi dalam tim nasional PSSI.
Solo merupakan salah satu kota yang bersejarah dalam
perkembangan Olah raga di Indonesia antara lain: Merupakan salah satu
kota pendeklarasian PSSI tahun 1930.Pernah menjadi tempat Konggres
olahraga pada Januari 1946 dalam rangka membentuk Organisasi Olahraga
Republik Indonesia (OORI).Pernah menjadi penyelenggara FESPIC IV
atau pekan Olah Raga Cacat pada tahun 1986.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Dari penjabaran diatas maka perlu dibangun sebuah tempat yang
dapat memberikan penghargaan kepada insan sepak bola dan dapat
memberikan pendidikan, pengetahuan dan hiburan tentang sepak bola
yaitu Museum sepak bola Indonesia.
B. BATASAN MASALAH
Dari penjabaran yang telah disebutkan di atas, maka diperlukan
perancangan interior museum sepak bola yang meliputi berbagai fasilitas.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan para pengunjung yang sudah tentu
mengutamakan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang, maka
perancangan interior museum sepak bola dibatasi pada :
1. Membatasi pada perancangan interior ruang yang ruang pamer, lobby,
dan sarana pendukung lainnya.
2. Perancangan interior yang diterapkan pada ruang-ruang utama yang
berhubungan langsung dengan publik sebagai pengunjung.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas maka dapat diajukan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merencanakan dan merancang interior museum sepak bola
sebagai sarana edukasi dan entertaimen yang dapat memenuhi
kebutuhan pengunjung bangunan tersebut ?
2. Bagaimana mengaplikasikan tema yang diambil agar sesuai dan dapat
memecahkan masalah dalam bangunan Museum Sepak Bola ?
3. Bagaimana merencanakan dan merancang fasilitas-fasilitas museum
sepak bola yang dapat memenuhi kebutuhan dan melayani keinginan
pengunjung secara maksimal ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
D. TUJUAN
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka Museum Sebak Bola
ini mempunyai tujuan :
1. Merencanakan dan merancang interior museum sepak bola sebagai
sarana promosi, informasi, hiburan, pendidikan, dan kebudayaan yang
dapat memenuhi kebutuhan pengunjung bangunan tersebut.
2. mengaplikasikan tema yang diambil agar sesuai dan dapat
memecahkan masalah dalam bangunan Museum Sepak Bola.
3. Merencanakan dan merancang fasilitas-fasilitas Museum Sepak Bola
yang dapat memenuhi kebutuhan dan melayani keinginan pengunjung
secara maksimal.
E. SASARAN
1. Sasaran pengunjung:
Wisatawan umum (Nusantara dan Mancanegara)
Pelajar dan Mahasiswa
Penggemar sepak bola.
2. Sasaran perancangan desain:
Memperhatikan dan menyelesaikan kebutuhan fungsional sesuai
dengan aktifitas di dalam museum sepak bola.
Memperhatikan dengan menyelesaikan kebutuhan fisik bangunan,
dengan memperhatikan keamanan, pengamanan dan kenyamanan.
Memperhatikan Museum Sepak Bola dan menyelesaikan kebutuhan
estetis, menyangkut tema sebagai ungkapan citra dan karakter yang
tercipta dari bentuk perencanaan dan perancangan interior museum
sepak bola.
Sarana penelitian bagi para penggemar sepak bola atau masyarakat
yang berminat tentang sepak bola.
Sarana pendidikan bagi masyarakat untuk mengetahui dan belajar
memahami sepak bola dan sejarah sepak bola Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Sarana rekreatif bagi masyarakat untuk dapat melihat koleksi sepak
bola Indonesia secara langsung dari dekat dengan terpenuhinya
faktor keamanan dan kenyamanan.
F. MANFAAT
1. Bagi Penulis/ Desainer
a. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan
merancang suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan
pengunjung dan fungsi dari ruang-ruang yang ada di dalam
“Museum Sepak Bola di Solo ”.
b. Mendapatkan pengalaman untuk memecahkan masalah-masalah
yang ada di dalam proyek perencanaan dan perancangan interior
“Museum Sepak Bola di Solo” dengan menerapkan ide, gagasan
serta analisa yang ada.
2. Bagi pesebak bola/ penggemar sepak bola
a. Dapat memberikan inspirasi untuk lebih berprestasi lagi seperti
para pemain sepak bola jaman dulu.
b. Mengetahui sejarah perkembangan tim nasional Indonesia.
3. Bagi Dunia Akademik
a. Mengetahui bentuk perkembangan interior sebuah “Museum Sepak
Bola di Solo”.
b. Mengenalkan salah satu bentuk perkembangan interior baru dalam
dunia akademik.
4. Bagi Masyarakat
a. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang “Museum
Sepak Bola di Solo”.
b. Menjadi sebuah sarana hiburan yang mampu dijadikan tempat
rekreasi, menjalin hubungan sesama komunitas, berbagi informasi
dan pengalaman dikalangan penggemar sepak bola dan fans club
yang ada di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
G. Skema Pola Pikir.
Skema I.1 Pola Pikir Desain
DESAIN INTERIOR MUSEUM SEPAK BOLA
Studi Literatur Studi Lapangan
Analisis
Konsep Desain
Norma Desain:
1. Fungsi
2. Bahan
3. Teknik
4. Estetik
Alternatif Desain
Skesta Desain
Desain Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
H. Metode Desain
1. Permasalahan
Desain Interior Museum Sepak Bola ini berdasarkan analisa
permasalahan yang menjadi latar belakang perancangan sehingga
membutuhkan bahan pembanding/ referensi dalam rancangan Museum
Sepak Bola di Surakarta.
Perancangan ini membutuhkan pembanding dengan studi
lapangan, studi literatur, dan browsing internet sehingga permasalahan
dalam perancangan semakin jelas terlihat. Permasalahan dalam
perancangan Museum Sepak Bola ini adalah penyediaan ruang-ruang
terapi yang kondusif bagi pengunjung museum. Berdasar dari analisa
permasalahan yang ada dikembangkan menjadi konsep desain yang
didukung oleh aspek-aspeknya.
2. Bentuk Perancangan
Desain Interior Museum Sepak Bola di Surakarta
menggunakan pendekatan modern, hal ini dianalogkan dari
perkembangan pesat sepak bola terjadi pada jaman modern.
Pendekatan modern dirasa diperlukan karena bagi pengunjung dan
pengelola Museum Sepak Bola hal yang simple, menarik, dan edukatif
akan mempermudah pengunjung dapat menikmati dan mengelola
sarana dan prasarana museum. Tetapi ruangan yang mereka gunakan
harus memperhatikan kebutuhan mereka. Dari studi lapangan dan
literatur dihasilkan analisa desain yang sesuai dengan ide gagasan
yaitu menciptakan ruang-ruang museum yang nyaman, aman, menarik,
dan edukatif tetapi tetap modern. Organisasi ruang menyesuaikan
perancangan, pencapaian antar ruang mudah dengan tidak
mengenyampingkan interior system yang aman dan nyaman.
3. Lokasi Penelitian
a. Museum POLRI di Jakarta
b. Taman Pintar di Yogyakarta
c. FX Mall di Jakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
d. Museum Sepak Bola di Inggris
4. Bentuk Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diajukan dalam
penelitian yang memerlukan data-data kualitatif maka bentuk
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif
(uraian yang bersifat informatif dan tidak berbentuk angka). Bentuk ini
mampu menangkap informasi kualitatif yang penuh nuansa daripada
hanya sekedar angka atau frekuensi. “Deskriptif mempersyaratkan
suatu usaha dengan keterbukaan pikiran yang menentukan objek yang
sedang dipelajari.” (H.B Sutopo, dalam Defi Sri Kartikasari. 2010).
5. Sumber Data
Sumber-sumber data yang digunakan adalah:
1) Data Primer
Sejumlah keterangan yang diperoleh secara langsung dari lapangan
penelitian, melalui pihak-pihak yang terkait secara langsung.
2) Data Sekunder
Sejumlah data yang secara tidak langsung diperoleh dari lapangan
penelitian, tetapi diperoleh melalui studi pustaka, majalah, internet.
6. Tehnik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif, maka sumber data
diperoleh melalui tehnik :
1) Wawancara
Metode ini untuk memperoleh data atau hal yang sifatnya
tidak terungkap secara fisik. Wawancara ini dilakukan dengan
struktur yang lentur tetapi dengan “pertanyaan yang semakin
memfokus sehingga informasi yang dikumpulkan cukup
mendalam” ( H.B.Sutopo, dalam Defi Sri Kartikasari. 2010).
2) Observasi
Observasi dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai
observasi berperan pasif. Observasi ini dilakukan secara formal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dan informal untuk mengamati berbagai kegiatan di lokasi
penelitian yang sesuai dengan daftar masalah. Observasi ini juga
menggunakan alat bantu observasi seperti alat pencatat, kamera
serta alat pendukung lainnya.
3) Kontek Analisa ( Analisa Dokumen )
Tehnik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari dokumen dan arsip yang terdapat pada lokasi
penelitian.
7. Metode pembahasan
Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah
metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada 3 tahap pokok yang
digunakan oleh peneliti, yaitu :
1) Data reduction
Yaitu proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data.
2) Data display
Merupakan suatu penyusunan informasi sebelum menyusun
sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan
3) Concluting Drawing
Dari awal penelitian data penelitian sudah harus memulai
melakukan pencatatan peraturan, pola-pola pertanyaan, arahan
sebab-akibat dan proporsi-proporsi (Sutopo HB, dalam Defi Sri
Kartikasari. 2010).
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri atas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan, sasaran perancangan, manfaat, skema pola
pikir dan metode desain, dan sistematika penulisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II KAJIAN LITERATUR
Mengemukakan hasil proses pengumpulan data dan studi
literatur. Teori-teori ini kemudian digunakan sebagai dasar dan
pedoman perancangan. yang meliputi pembahasan teori tentang
ruang dan manusia, yang di dalamnya mencakup tentang
pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk
ruang, sistem interior, sistem keamanan.
BAB III STUDI LAPANGAN
Data-data hasil survey lapangan yang berhubungan dengan
proyek interior yang akan dikerjakan sehingga menjadi
pembanding dan acuan untuk merancang konsep desain.
Merupakan hasil studi observasi di lapangan, baik sebagai
dasar acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun
sebagai bahan pembanding dan bahan pengayaan bagi proses
analisa dari konsep Desain Interior Museum Sepak Bola di
Surakarta
BAB IV ANALISA DESAIN
Merupakan uraian tentang ide atau gagasan yang akan melatar
belakangi terciptanya karya desain interior.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan
keputusan desain serta saran-saran penulis mengenai
perancangan Interior Museum Sepak Bola di Surakarta.
B. Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. Pengertian Judul
Pengertian judul perancangan dan perencanaan Museum Sepak Bola di
Surakarta adalah sebagai berikut :
Desain : Proses, pembuatan, cara, merencanakan atau merancangkan
(KamusBesar Bahasa Indonesia, 1995, hal : 741)
Interior : Ruang dalam suatu bangunan (Ensiklopedia, 1989 :195)
Museum : 1) Museum awalnya dikenal di Yunani. Museum berasal
dari kata museion yang berarti sebuah gedung tempat
pemujaan para muse, yang merupakan salah satu dari
sembilan dewi pelambang cabang-cabang kegiatan atau
ungkapan pengetahuan ilmu dan kesenian. (Moh.Amir
Sutaarga, Pedoman dan pengelolaan museum , 1983)
2) Adalah suatu badan yang tetap, yang disahkan untuk
kepentingan umum, dengan tujuan untuk memelihara,
menyelidiki dan memperbanyak pada umumnya,
khususnya memamerkan pada khalayak ramai guna
penikmatan dan pendidikan, kumpulan-kumpulan objek
dan barang-barang yang berharga bagi kebudayaan,
koleksi barang-barang kesenian, sejarah, ilmiah dan
teknologi, kebun raya, kebun binatang, akuarium,
perpustakaan umum lembaga-lembaga arsip untuk
umum yang mempunyai ruang pamer yang tetap akan
dianggap museum pula (Moh Amir Sutaarga, Pedoman
dan pengelolaan museum ,1983).
Sepak bola : 1) Merupakan salah satu cabang sepak bola yang di
mainkan 2 tim setiap tim terdiri dari 11 pemain dan
dipimpin 1 wasit dan 2 hakim garis
(http://www.wikipedia.com)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat
populer di dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini
dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang
masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke
gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok
beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya umur.
(www.kampungbiru.wordpress.com/pengertian-sepak-
bola)
Solo : 1) Surakarta (juga disebut Solo atau Sala) adalah nama
sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Di
Indonesia, Surakarta merupakan kota peringkat
kesepuluh terbesar (setelah Yogyakarta). Sisi timur
kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah
satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Kota ini dulu
juga tempat kedudukan dari residen, yang membawahi
Karesidenan Surakarta di masa awal kemerdekaan.
Posisi ini sekarang dihapuskan dan menjadi "daerah
pembantu gubernur". Kota Surakarta memiliki
semboyan BERSERI yang merupakan akronim dari
Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah.
2) Solo juga memiliki slogan pariwisata Solo the Spirit of
Java yang diharapkan bisa membangun pandangan
kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa.
(http://www.wikipedia.com)
Jadi pengertian Desain Interior Museum Sepak Bola di Surakarta
adalah suatu badan yang tetap, yang disahkan untuk kepentingan umum,
dengan tujuan untuk memamerkan pada khalayak ramai guna penikmatan
dan pendidikan tentang sepak bola, yang mana koleksi dari museum ini
adalah koleksi dari pemerintah dan dari para mantan pemain atau para
kolektor sepak bola yang ingin disampaikan oleh museum agar masyarakat
sepak bola lebih mudah dipahami oleh masyarakat (pengunjung museum).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
B. Tinjauan Umum Museum
1. Pengertian Museum
Pengertian museum yang dikenal sekarang ini, awalnya dikenal
di Yunani. Museum berasal dari kata “museion” sebuah gedung tempat
pemujaan para “muse”, yang merupakan salah satu dari sembilan dewi
perlambang cabang-cabang kegiatan atau ungkapan ilmu pengetahuan
dan kesenian. (Moh. Amir Sutaarga, 1987:7).
Arti kata museum yang dapat dianggap resmi secara internasional
adalah pengertian yang ditemukan oleh International Council of
Museum (ICOM), yaitu badan dalam lingkungan UNESCO, seperti
yang dibacakan dalam Statutes of ICOM, setelah sidang umumnya ke-
11, di Kopenhagen pada tahun 1974, yang mengungkapkan :
“Museum” adalah lembaga yang bersifat badan hukum tetap, tidak
mencari keuntungan dalam pelayanannya kepada masyarakat tetapi
untuk kemajuan masyarakat dan lingkungannya serta terbuka untuk
umum. (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 23)
2. Sejarah dan Perkembangan Museum
a. Asal Mula Museum
Naluri manusia untuk melakukan pengumpulan benda-benda
adalah merupakan hal yang lama (Collecting Instinct). Hal ini
dapat dibuktikan oleh para ahli arkeologi di Eropa bahwa naluri
ini sudah ada pada manusia Neanderthal di Eropa sejak 85.000
tahun yang lalu, dan bukti-bukti berupa koleksi kepingan-
kepingan oker (jenis batuan berwarna) yang didapatkan didalam
gua-gua bekas tempat tinggal manusia Neanderthal ini.
Kumpulan koleksi dari benda-benda aneh ini (Curiosities)
dalam bidang permuseuman merupakan “Curio Cabinet” atau
bentuk tata pamer yang tertua. Naluri pengumpulan benda aneh ini
terus berlanjut, sehingga menjadikannya suatu bentuk pamer
tersendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Museum-museum pada permulaannya memang merupakan
koleksi pribadi para bangsawan, para pangeran (Princces) serta
pecinta seni budaya yang kaya raya dimana koleksinya merupakan
cermin yang khusus menjadi minat dan perhatian orang-orang
tersebut.
Kumpulan koleksi ini jarang diperlihatkan kepada orang-
orang lain, dan hanya diperlihatkan pada sahabat dekat atau para
relasi yang dipercaya untuk menunjukan kelebihannya, sehingga
benda-benda tersebut merupakan “ajang prestise” dari pemiliknya.
Dengan memiliki satu galeri yang besar atau curion cabinet
yang luas, dapat meyakinkan bahwa sang pemiliknya memiliki
kekayaan, kedudukan serta kekuasaan untuk memperoleh benda-
benda tersebut dalam perjalanannya jauh ke negeri-negeri asing
yang telah dilakukannya sendiri atau mereka yang memiliki
kemampuan untuk mengirimi utusan-utusan guna untuk
melakukan ekspedisi penyelidikan dan pengumpulan benda-benda
tersebut.
Pada umumnya mereka menyimpan semua benda ini dalam
sebuah “trophy room” (ruang khasanah) dan memamerkanya pada
lemari-lemari khusus. Pameran seperti ini terus “membeku”, tidak
berkembang merupakan pameran isi gudang istilah masa kini
membeku dalam bentuk animasi peragaan sampai pada ahir tahun
1700. Mulai akhir abad ini para pemuka masyarakat mulai
memikirkan bentuk peragaan yang dapat dilihat oleh masyarakat
umum, sehingga benar-benar dapat dinikmati serta ada
manfaatnya.
Bentuk peragaan beralih seperti bentuk peragaan barang
etalase toko, di mulai pada abad ke-20 dan telah dicari bentuk
peragaan yang lebih menarik yang dikaitkan dengan bentuk dunia
pendidikan. Sejak itulah museum menjadi salah satu lambang
kedaulatan rakyat di bidang kebudayaan, seni dan ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pengetahuan tidak lagi menjadi monopoli kaum bangsawan dan
cendikiawan saja, melaikan sudah menjadi milik umum. Dalam
perkembangan selanjutnya, museum juga munuju pada fungsi
rekreasi yang lebih menonjol dari pada fungsi edukatif.
(Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Kebudayaan dalam Proyek Pembinaan Permuseuman, Jakarta,
1993/1994 : 1)
b. Perkembangan Museum di Indonesia
Sejarah permuseuman di Indonesia dimulai ketika
pemerintahan Kolonial Belanda mendirikan Bataviaasch
Genoochop Van Kunstenan Wetenschappen (sekarang dikenal
dengan Museum Nasional), di Batavia pada tanggal 24 April
1778. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan kesenian dan
ilmu pengetahuan di bidang bahasa dan ilmu bumi. Selanjutnya
berkembang dan banyak didirikan museum-museum lain, seperti:
1) Hartus Botanicus Bogorience pada tahun 1817, yang sekarang
dikenal dengan Nama Kebun Raya Bogor.
2) Herbarium Bogorience pada tahun 1884.
3) Setedelijk Historisch Museum (Museum Empu Tantular) pada
tahun 1922 di Surabaya.
4) Museum Bali di Denpasar pada tahun 1932.
5) Museum Sonoboedoyo di Yogyakarta pada tahun 1935.
Setelah Indonesia merdeka para ilmuwan dan usahawan
Belanda pulang kenegerinya, hal ini menyebabkan kondisi
permuseuman di Indonesia mengalami kemunduran, sampai
dengan akhirnya Indonesia masuk dewan museum International
(ICOM), yang pada akhirnya mulai diadakan pembinaan museum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3. Tugas, Fungsi dan Tujuan Museum
a. Tugas Museum
Museum mempunyai tugas yaitu:
1) Menghindari bangsa dari kemiskinan kebudayaan.
2) Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat.
3) Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan dengan cara
massal.
4) Memberikan kesempatan bagi penikmat seni.
5) Membentuk metodik dan didaktik pihak sekolah dengan cara
kerja yang berfaedah pada setiap kunjungan murid-murid ke
museum.
6) Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan
ilmiah.
b. Fungsi Museum
Museum mempunyai tujuan, yaitu:
1) Tujuan Fungsional
Memberi pengertian pada bangsa Indonesia melalui
generasi muda tentang kebudayaan yang pernah ada, hal ini
merupakan watak dan kesadaran bangsa, bahwa kebudayaan
Indonesia sangat agung juga sebagai pelindung dan
pemelihara dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai.
2) Tujuan Institusional
Bermaksud sebagai wadah tujuan institusional agar
berlaku secara efektif yang menjadikan dua kepentingan yang
saling berpengaruh ialah:
a) Kepentingan objek
Memberikan tempat atau wadah untuk menyimpan
serta melindungi benda-benda koleksi yang mempunyai
nilai-nilai budaya dari kerusakan dan kepunahan yang
disebabkan antara lain oleh iklim, alam, biologia dan
manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b) Kepentingan umum
Mengumpulkan penemuan-penemuan benda,
memelihara dari kerusakan, menyajikan benda-benda
koleksi kepada masyarakat umum agar dapat:
(1) Menarik hingga menimbulkan rasa bangga dan
tanggung jawab.
(2) Di pelajari dan menunjang ilmu pengetahuan.
(Moh Amir Sutaarga, 1989: 26)
4. Jenis Museum
Jenis museum ada bermacam-macam dan dapat ditinjau dari
berbagai sudut, baik itu menurut koleksinya, menurut kedudukannya
maupun menurut status penyelenggaraannya. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan dalam Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta
membagi jenis-jenis museum berdasarkan:
a. Menurut koleksinya jenis museum dapat dibagi dalam beberapa
bagian, tetapi secara garis besar dibagi dalam :
1) Museum Umum, adalah museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang
berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan
teknologi.
2) Museum Khusus, adalah museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bukti dari material manusia atau kumpulannya
yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang satu
cabang ilmu atau satu cabang teknologi.
b. Menurut tingkatnya, museum khusus dapat digolongkan atas:
1) Museum Khusus Tingkat Nasional
2) Museum Khusus Tingkat Regional
3) Museum Khusus Tingkat Lokal
4) Museum Situs
Adapun museum khusus ini dapat di klasifikasikan lagi
menjadi 6 museum khusus:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
1) Museum Ilmu-ilmu Hayat (Natural Hitory).
2) Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Science and
Tecnology).
3) Museum Ilmu Purbakala (Archeology).
4) Museum Ilmu Antropologi dan Etnografi (Antropological).
5) Museum Sejarah Seni Rupa (Art History).
6) Museum Sejarah (Historical).
c. Menurut Kedudukan Museum dapat dibagi dalam
1) Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan
dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh
wilayah Indonesia yang bernilai nasional.
2) Museum Provinsi, museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan
dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh
wilayah Provinsi dimana museum itu berada.
3) Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan
dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh
wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum itu
berada.
d. Menurut Penyelenggaraannya, museum dapat dibagi menjadi :
1) Museum Pemerintah, museum yang diselenggarakan dan
dikelola oleh pemerintah. Museum ini juga dapat dibagi lagi
dalam museum yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan
oleh Pemerintah Daerah.
2) Museum Swasta, ialah museum yang diselenggarakan dan
dikelola oleh swasta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
5. Persyaratan Sebuah Museum
Adapun persyaratan berdirinya suatu museum adalah, sbb:
a. Persyaratan Lokasi Museum
1) Lokasi harus Strategis, yaitu mudah dijangkau oleh umum.
2) Lokasi harus sehat, yang dimaksud sehat yaitu berada di daerah
industri, tidak berada di daerah berawa atau berpasir dan
elemen-elemen yang mempengaruhi lokasi, seperti kelembaban
udara antara 55 – 65 %
b. Persyaratan pembagian ruang
Persyaratan ruang secara fungsional untuk museum minimal
terdiri atas:
1) Bangunan Pokok, meliputi:
a) Pameran Tetap
b) Pameran Temporer
c) Auditorium
d) Kantor Administrasi dan Perpustakaan
e) Laboratorium konservasi
f) Storage
2) Bagian Penunjang, meliputi :
a) Keamanan / pos jaga
b) Ghif Shof dan Kafetaria
c) Ticket box dan penitipan barang
d) Lobby / ruang istirahat
e) Toilet
f) Tempat parkir, pertamanan, pagar
c. Persyaratan koleksi museum
Untuk meninjau pengertian koleksi dan objek museum
tersebut oleh Amir Sutaarga dalam bukunya Museografi dan
museologi memberi pengertian sebagai berikut: “Koleksi museum
adalah sebagai objek museum ayng disimpulkan menurut
sistematika dam metode-metode ilmiah atau cabang-cabang ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
pengetahuan yang mempunyai kepentingan atas obyek yang
terhimpun dalam koleksi tertentu”.
Adapun istilah teknis yang dipergunakan oleh kalangan ahli
museologi bagi koleksi museum adalah:
1) Natural materials, untuk segala benda yang masih murni, yang
masih merupakan bagian dari lingkungan hidup.
2) Cultural material, atau benda-benda budaya, seperti archeologi,
ethnographica, numismatika, heraldika, intinya segala macam
buatan manusia, yang kadang-kadang disebut juga tangibel
kultural properties, kekayaan dalam artian abstrak, yang sering
diungkapkan dalam definisi tentang kebudayaan sebagai suatu
sistem nilai, sistem gagasan, sistem ungkapan hidup, yang
diajarkan dari generasi kegenerasi berikutnya (Moh Amir
Sutaarga, 1989: 35).
Adapun persyaratan koleksi museum, adalah:
1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetis).
2) Dapat diintensifikasikan mengenai wujudnya (morfologo),
tipenya (tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya,
asalnya secara histories dan geografis, genusnya (dalam orde
biologi) atau priodenya dalam geologi khususnya untuk benda-
benda sejarah dan teknologi.
3) Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti
kenyataan dan kehadirannya ( realita dan eksistensi) bagi
penelitian ilmiah.
4) Dapat dijadikan suatu momen atau bakal jadi momen dalam
sejarah alam dan budaya.
5) Benda asli (realita), replica atau reproduksi yang sah menurut
persyaratan museum.
Adapun jenis koleksi museum terdiri dari:
1) Etnogarafika, yaitu kumpulan banda-benda hasil budaya suku-
suku bangsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Prehistorika, yaitu kumpulan benda-benda sejarah.
3) Arkheologika, yaitu kumpulan benda-benda arkheologi.
4) Numismatika dan Heraldika, yaitu kumpulan benda-benda alat
tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya mata uang,
cap, lencana, tanda jasa dan surat-surat berharga.
5) Naskah-naskah kuno.
6) Keramik asing.
7) Buku atau majalah antikuariat.
8) Karya seni atau seni kriya
9) Benda-benda grafika, berupa foto, peta asli, atau setiap
reproduksi yang dijadikan dokumentasi.
10) Diorama, yaitu gambar yang berbentuk tiga dimensi.
11) Benda-benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda batuan
maupun mineral.
12) Benda-benda wawasan nusantara, benda asli (realita) atau
reflica yang mewakili sejarah alam budaya dari wilayah
nusantara.
13) Reflika, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya
14) Miniatur, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun
diperkecil.
15) Koleksi hasil abstraksi.
Sedangkan Alam S. Wittlin merumuskan tentang koleksi
museum sbb:
1) Economic hoard collection (koleksi persediaan ekonomi)
2) Social prestige collection (koleksi kepercayaan magis)
3) Magic collection (koleksi kepercayaan magis)
4) Collection as an expression of group loyalty (koleksi sebagai
sebuah pernyataan kesetiaan kelompok)
5) Collection stimulating curiosity and inguire (koleksi
memancing keingintahuan dan pertanyaan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
6) Collection of art stimulating emotional experience (koleksi seni
yang memencing pengalaman emosional) (Moh Amir sutaarga,
1989: 77)
Adapun pengadaan koleksi dilakukan dengan:
1) Penemuan / penggalian.
2) Pembelian.
3) Hadiah / hibah.
4) Titipan dari perorangan atau badan hokum.
d. Persyaratan organisasi
Agar fungsi museum dapat dioptimalkan dengan semaksimal
mungkin untuk masyarakat, maka diperlukan adanya struktur
organisasi museum, khusus di Indonesia di atur oleh Keputusan
Presiden RI no. 45 tahun 1974 dan Keputusan Mentri P dan K no.
079/0/1975. Dari dua keputusan tersebut, kemudian lahirlah
Direktorat Museum, yang terdiri atas dua unsur yaitu: unsur
pembina adalah Direktorat Museum dan unsur objek pembinaan
adalah museum-museum. Struktur Organisasi Museum ditetapkan
berdasarkan keputusan menteri P dan K.
Skema II.1 Struktur organisasi Museum Swasta
Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1987: 37)
BADAN PENDIRI
MUSEUM
BADAN PENGURUS
BADAN
PENGAWAS
BADAN
PENASEHAT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Skema II.2 Struktur organisasi Museum Pemerintah
Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1989: 40)
Skema II.3 :Struktur organisasi museum secara umum
Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1989 : 43)
Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum
mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:
1) Pembidangan tata usaha, meliputi kegiatan dalam registrasi
ketertiban / keamanan, kepegawaian dan keuangan.
2) Pembidangan pengelolaan koleksi yang meliputi kegiatan yang
berhubungan dengan identifikasi, klsifikasi, kalatogisasi koleksi
sesuai dengan jenis koleksi. Menyusun konsepsi dalam
kegiatan presentasi, penelitian/pengkajian koleksi termasuk
penulisan ilmiah dan persiapan bahan koleksi.
BADAN PEMERINTAH
BADAN PEMERINTAH
TEKNIS
PERMUSEUMAN
M,USEUM M,USEUM M,USEUM M,USEUM
KEPALA MUSEUM
TATA USAHA
DAN
PERPUSTAKAAN
KEPALA MUSEUM
KURATOR
KOLEKSI
KONSERVATOR
PERPUSTAKAAN
PREPARATOR
STUDIO
EDUKATOR
PEMBIMBING
EDUKATIF
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Pembinaan pengelolaan koleksi yang meliputi konservasi
preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban
suhu ruang koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium
koleksi
4) Pembidangan preparasi yang meliputi pelaksanaan restorasi
koleksi, reproduksi, penataan pameran, pengadaan alat untuk
menunjang kegiatan edukatif cultural dan penanganan bengkel
reparasi.
5) Pembidangan bimbingan dan publikasi yang meliputi kegiatan
bimbingan edukatif cultural dan penerbitan yang bersifat ilmiah
dan popular dan penanganan peralatan audiovisual.
6) Pembidangan pengelolaan perpustakaan yang meliputi kegiatan
penanganan kepustakaan/referensi.
Setiap pembidangan tersebut diatas dipimpin oleh kepala
yang bertanggung jawab kepada kepala museum. Susunan
organisasi dan tata kerja museum, tergantung kepada tingkat
kedudukan dan status museum.
C. Tinjauan Khusus Museum.
1. Tinjauan Lobby
a. Pengertian Lobby
Hall atau lobby merupakan ruang kontrol dalam
pengorganisasian ruang pada sebuah fasilitas umum, sehingga
dalam perancangan harus cukup lapang, menarik, baik dari segi
sistem interior maupun komponen pembentuk ruangnya. Penataan
dan perlakuan pada dinding hall ini dibuat sedemikian rupa sehingga
bila dipergunakan tidak terlihat kosong. Pencahayaannya merupakan
perpaduan antara sinar matahari yang diperoleh dari media kaca dan
ventilasi dan sinar buatan dengan prinsip tata pencahayaan yang
mengikuti tata pencahayaan pada ruang pamer
(Fred Lawson, 2000: 113).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Fungsi Lobby
1) Sebagai Fungsi Ekonomi, yaitu pengunjung dapat memanfaatkan
fasilitas-fasilitas yang tersedia di lobby dan tanpa harus pergi ke
tempat lain, sehingga menghemat tenaga dan biaya.
2) Sebagai Fungsi Sosial, yaitu lobby dapat memberikan informasi
kepada pengunjung tentang fasilitas-fasilitas yang disediakan di
lobby agar pengunjung dapat saling berinteraksi dengan sesama
pengunjung lain serta karyawan.
3) Lobby sebagai alat penghubung, yaitu memberikan informasi
serta fasilitas sebagai tujuan pendidikan maupun pariwisata.
c. Fasilitas Lobby
1) Tersedianya ruang pengecekan dan meja informasi, ruang
pengecekan berada di kanan pintu masuk, dekat pintu tetapi
tidak menutupi lalu lintas. Meja informasi ada di kiri masuk,
karakter meja ini tergantung pada ukuran bangunan. Posisinya
dapat digantikan dengan papan bulletin atau kalender peristiwa.
2) Tersedianya fasilitas telepon.
3) Tersedianya counter penjualan (bisa dilakukan di meja
informasi) jika menjual kartu pos dapat disediakan meja untuk
menulis.
4) Tersedianya pula tempat display buku dan barang – barang
cetakan.
5) Tersedianya fasilitas pameran pendahuluan (menampung apa
yang menarik dari museum), mungkin dalam minggu ini,
susunannya harus tepat, menarik, tidak menghalangi jalan dan
sirkulasi pengunjung. (Fred Lawson, 2000 : 114).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Tinjauan Ruang Pamer
a) Pengertian Ruang Pamer
1) Ruang Pamer (Show Room) Room Used For The Display Of
Good Merchandise, artinya adalah ruangan yang dipergunakan
untuk kepentingan pemajangan benda koleksi atau barang
dagangan. (Ernest Neufrest, 1980 : 359).
2) Ruang Pamer merupakan tempat untuk mewujudkan
komunikasi antara benda pamer dan pengunjung. Ruang Pamer
dapat dianggap sebagai kunci pameran yang berbicara tentang
kekayaan dari koleksi. (Hadisutjipto,1998: 34).
b) Tipe Ruang Pamer
Ruang pamer dibagi ke dalam dua jenis, yaitu :
1) Ruang Pamer Sementara
Untuk memamerkan materi pameran seperti lukisan,
patung dan materi koleksi yang dapat dipindahkan atau
diganti-ganti di lantai pameran utama, di lantai bawah dekat
Lobby.
2) Ruang Pamer Permanen, dibagi dua :
(a) Ruang Pameran Umum (obyek dasar, ruangan
pengklasifikasian berdasarkan urutan pembuatan,
informasi tentang kain, pameran kerja).
(b) Pameran Penelitian (obyek kecil).
Skala dan proporsi ruang pamer berubah seiring dengan
waktu. Ruangan dengan ukuran sedang paling lazim untuk
bangunan-bangunan masa kini, sedangkan untuk bangunan dengan
ruangan besar banyak ditunjukkan pada bangunan kuno.
Tipe-tipe ruang pamer berdasar ukuran, yaitu :
1) Kamar Sederhana berukuran sedang merupakan bentuk yang
paling lazim.
2) Aula dengan balkon, merupakan bentuk ruangan yang sudah
lazim dan salah satu yang tertua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3) Aula Pengadilan (Ciere Story Hall) merupakan ruang yang
paling umum dalam museum seni.
4) Galeri lukis terbuka (Sky Lighting Picture Galeri), merupakan
tipe ruangan yang paling umum.
5) Koridor pertunjukan merupakan tipe ruang pamer yang
sesungguhnya bukan ruangan, tetapi jalan. Dipergunakan
untuk display supaya tidak tampak kosong.
6) Tipe ruangan yang bebas dibagi – bagi saat ada pameran,
ruangan ini tidak berjendela tapi ada tempat yang dapat dibuka
untuk cahaya alami. (Setyawan, 2001 : 35)
c) Fasilitas Pendukung Ruang Pamer
1) Ruang Kerja Teknis Administrasi
Merupakan ruang yang dipergunakan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan pemrosesan bahan pustaka, administrasi, tata
usaha, dsb. Ruang ini meliputi :
(a) Ruang Sekretaris
(b) Ruang Staff
(c) Ruang Kepala dan Wakil Bagian
(d) Ruang Administrasi
(e) Ruang Arsip
(f) Ruang Gudang
2) Ruang Khusus
(a) Ruang Seminar
(b) Cafetaria
(c) Ruang Audio Visual
(d) Ruang Konsultasi
3) Ruang Penunjang Teknis dan Operasional
(a) Lobby
(b) Lavatory
(c) Ruang Pantry
(d) Mushola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
(e) Storage
(f) Refreshment Room
(g) Ruang control listrik. (Mastini Harjoprakoso, 1991 : 5)
d) Tata Ruang
1) Area Pameran
(a) Pengertian Pameran
Pameran adalah suatu bentuk kegiatan promosi yang
bertujuan untuk menstimulir/meningkatkan omzet
penjualan dengan cara memperlihatkan (display),
memperagakan (demo workshop) materi produk secara
langsung kepada masyarakat atau konsumen. (William J
Stanton, 1989).
(b) Lay Out
Pertimbangan dalam merencanakan lay-out ruang
pamer adalah tipe pameran, pengunjung dan aktivitas.
(1) Daya tarik utama dan sirkulasi utama.
(2) Pola aliran, waktu yang diperlukan untuk tiap
aktivitas.
(3) Kapasitas ruang, formasi antrian.
(4) Informasi, petunjuk, rambu, dan pertolongan.
(5) Pelayanan pameran, pembersihan dan pemeliharaan.
(6) Keamanan dan perlindungan.
Dari pertimbangan tersebut, maka alternatif lay-
out pada ruang pamer adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Rencana terbuka, jenis ini biasa diterapkan pada
pameran berskala besar.
Inti dengan galeri satelit, adalah lay-out dimana
bagian tengah menjadi inti pameran dan
dikelilingi oleh display dengan alur
tematik.
Progresi linier, lay-out jenis ini diatur dengan
rangkaian area display dalam rute tertentu.
Kombinasi. Lay-out dengan area display tematik
namun sirkulasinya bebas.
Kombinasi, lay-out jenis ini disesuaikan dengan
tipe display dan bangunan yang
digunakan.
Tabel II.1. Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer
(Sumber : Fred Lawson, 2000 : 117)
3. Tinjauan Tentang Sirkulasi
a) Pengertian Sirkulasi
Sirkulasi dapat mengarah dan membimbing perjalanan atau
tapak yang terjadi dalam ruang. Sirkulasi memberikan
kesinambungan pada pengunjung terhadap fungsi ruang, antara lain
dengan penggunaan tanda pada ruang sebagai penunjuk arah jalan
tersendiri (Pamudji Suptandar, 1999 : 4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b) Sirkulasi Umum Pengunjung (sirkulasi antar ruang pamer)
Sirkulasi atau pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer,
polanya berdasarkan lay out bangunan, namun ada kemungkinan
tergantung pula pada perilaku pengunjung sendiri. Arah sirkulasi
yang umum, pergerakannya ke arah kanan, karena bila arah
pergerakan ke kiri, sering menimbulkan kebingungan.
Penggunaan tangga sebagai penghubung antar lantai, serta
untuk memperlambat pergerakan pengunjung. Yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan tangga ini adalah tidak
menimbulkan kesulitan dalam segi arsitektur, juga memudahkan
bagi penyandang cacat untuk melaluinya disamping pula
kemudahan untuk memindahkan barang-barang.
Tangga hendaknya diatur dalam satu kelompok tingkat dan
tidak terpisah-pisah, seperti 2–3 tingkat dari vestibule ke lobby,
kemudian dari lobby ke ruang pamer. Untuk penanggulangan
kebakaran, sebaiknya setiap tangga diatur serta dihubungkan dengan
pintu-pintu yang dapat dibuka dan ditutup dengan cepat.
Tangga harus mempunyai penerangan buatan yang cukup.
Elevator juga merupakan alternatif pilihan, pada umumnya
memiliki dua elevator. Sebagai alternatif pengganti tangga dan
elevator, dapat dipergunakan jalur landai (ramp) dan eskalator yang
banyak dipergunakan pada bangunan modern.
c) Penerepan Sistem Sirkulasi pada Bangunan
1) Sirkulasi Eksternal Bangunan
(a) Sistem Pencapaian Bangunan
Pencapaian menuju bangunan dipilih pencapaian
berputar dengan pertimbangan salah satu fungsi bangunan
sebagai arena pameran (outdoor dan indoor) yang
menonjolkan unsur informatif dan memerlukan akses yang
mendukung kondisi tersebut, pencapaian berputar juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
sesuai dengan bangunan multi fungsi dimana akan
mempermudah akses terhadap fasilitas-fasilitas yang ada
pada bangunan tersebut.
(b) Pengolahan Sistem Eksternal
Karena bangunan yang direncanakan merupakan
bangunan multi fungsi dengan berbagai macam pelaku
kegiatan, maka perlu dilakukannya pemisahan entrance site
tiap-tiap pelaku tersebut. Pemisahan entrance site juga
dilakukan antara sirkulasi umum dengan sirkulasi kegiatan
service.
2) Sirkulasi Internal Bangunan
(a) Sirkulasi Vertikal
Adalah cara pencapaian pada lantai tertentu dalam
bangunan secara vertikal atau cara mencapai aruang tertentu
yang berada diatasnya dan sebaliknya. Sirkulasi vertikal
juga ditekankan sebagai jalur darurat bila suatu saat terjadi
bencana. Sirkulasi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa fasilitas, seperti : ramp, tangga,
eskalator dan lift.
(b) Sirkulasi Horizontal
(1) Sistem Memusat
Yaitu dimana hall berfungsi sebagai pusat
entrance dari berbagai ruang. Sistem ini sesuai
diterapkan pada ruang-ruang pamer. Untuk lebih
jelasnya pada sistem memusat bisa di lihat pada
diagram berikut :
(2) Sistem Jalur Tunggal
Sistem dengan menggunakan koridor sebagai
penghubung antar ruang-ruang utama dan hall berada
diujung koridor tersebut. Sistem ini seakan diterapkan
pada ruang-ruang pertemuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
d) Arus Sirkulasi Pengunjung
Skema II.4. Arus dan Sirkulasi Pengunjung di dalam Ruang Pamer Museum
Sumber : (Depdikbud, 1992/1993 : 88)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
e) Sirkulasi Koleksi
Skema II.5. Arus dan Sirkulasi Koleksi Museum
Sumber : (Depdikbud,1992/1993 : 89)
A B C D
Kolektor
Ruang Penerimaan
barang Ruang
Isolasi
Karantina
Ruang Sortir
Ruang Reproduksi
Ruang Restorasi
Gudang/Storage
Ruang Pameran
Tetap
R.Pameran
Temporer
R.Ekspedisi
Pameran/Keliling
Museum Lain
Gedung Lain
E
REGISTRASI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
f) Sirkulasi Khusus Pengunjung (Sirkulasi Ruang Pamer)
Menurut D.A Robillard sirkulasi dapat dibagi menjadi
beberapa jenis berdasarkan bentuk konfigurasinya, yaitu :
Tipe Sirkulasi Gambar
Langsung (straight), alur lintasan
pengunjung di arahkan oleh ruang interior
dengan pintu masuk pada salah satu sisi dan
pintu keluar pada sisi lainnya.
Linier (linear), sirkulasi diarahkan oleh
rancangan bangunan yang permanen,
pengunjung biasanya memakai pintu masuk
dan keluar yang sama. Selain itu pengunjung
berjalan melalui jalur yang menerus, tidak
peduli pada area yang sama.
Terbuka (Open), dalam hal ini tidak
disertakan dinding display permanen di
dalam ruang pamer, sehingga elemen
sirkulasi dan ruang pamer benar-benar
menyatu. Ruang-ruang dari jenis pola
terbuka ini cenderung simetris, dan jalan-
jalan masuk yang ada tidak dirancang untuk
mempengaruhi orientasi perjalanan
pengunjung.
Memetar (Loop), partisi/dinding pembatas
menjadi suatu yang dominan pada pola ini.
Ruang-ruang pamer diletakkan sejajar atau
saling berdekatan membentuk suatu yang
teratur yang mengarah pengunjung untuk
mengintari pusat ruang tersebut, seperti
courtyard, bukaan dan kelompok ruang lain.
Membentuk cabang (branch, lobby-foyer),
suatu tipe sirkulasi yang memiliki area pusat
yang kemudian menyebar menuju arah ruang
pamer yang berlainan. Dalam hal ini secara
visual tidak mengganggu sirkulasi.
Membentuk cabang (branch, gallery-lobby),
membentuk cabang (branch, linear).
Tabel II. 2. Tipe Sirkulasi
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
g) Hubungan Sirkulasi dengan Ruang Pamer
Beberapa pola keterkaitan Ruang Pamer dan Sirkulasi,
Menurut D. A. Robillard antara lain :
Pola Keterkaitan Ruang Pamer dan
Sirkulasi
Gambar
Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to
room), pengunjung mengunjungi ruang
pamer secara berurutan dari ruang yang satu
ke ruang pamer berikutmya.
Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer
(corridor to room) . Memungkinkan
pengunjung untuk mengitari jalan sirkulasi
dan memilih untuk memasuki ruang pamer
melaui ruang koridor. Bila pengunjung tidak
menghendaki suatu ruang pamer maka
pengunjung dapat langsung menuju ke ruang
pamer berikutnya.
Sirkulasi dari ruang pusat ke ruang pamer
(nave to room), di sini pengunjung dapat
melihat secara langsung seluruh pintu ruang
pamer, sehingga memudahkan pengunjung
untuk memilih memasuki ruang pamer yang
disukai.
Sirkulasi terbuka (open), sirkulasi
pengunjung menyatu dengan ruang pamer.
Seluruh koleksi yang dapat dipajang dapat
terlihat secara langsung oleh pengunjung dan
pengunjung dapat bergerak bebas dan cepat
untuk memilih koleksi mana yang hendak
diamati.
Sirkulasi Linier, dalam suatu ruang pamer
terdapat sirkulasi utama yang membentuk
linier dan menembus ruang pamer tersebut.
Tabel II.3. Hubungan sirkulasi dengan Ruang Pamer
Sumber : (D. A Robbilard, 1982 : 47)
Pertimbangan yang memungkinkan pengunjung untuk tertarik
bergerak mengunjungi ruang pamer, antara lain :
1). Keragaman antara ruang pamer, pengunjung tertarik memasuki
ruang yang berbeda dengan harapan memperoleh penglaman
yang berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2). Kejelasan pandangan terhadap suatu jalur sirkulasi utama,
sehingga memudahkan pengunjung pada suatu ruang pamer
untuk kembali atau pindah ke ruang lainnya melalui jalur utama
yang dirasakaan cepat.
3). Peta-peta dan tanda-tanda pada jalan masuk ruang pamer.
4). Pandangan keluar, memberikan suasana santai dan menciptakan
kesan tetap adanya kedekatan dengan lingkungan luar.
5). Pembagian ruang dengan memanfaatkan kolom-kolom
bangunan.
6). Laurence Vail Colemen membahas tentang tingkah laku
pengunjung dalam mengamati pameran. Ada yang mengamati
benda yang sepintas saja, tetapi ada yang mengamati secara
cermat dengan waktu yang relatif lama. Untuk itu diperlukan
satu sistem yang sesuai dengaan tuntutan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar pengunjung yang ingin mendalami melihat
pameran tidak terganggu oleh pengunjung yang hanya melihat
secara sepintas saja. Tetapi cara ini memerlukan ruangan yang
lebih luas dan lebih banyak peralatannya.
Gambar II.1. Sirkulasi pengunjung yang diarahkan dengan sistem tata
pamerannya, untuk pengunjung yang ingin mengamati benda
pamer secara sepintas dan secara cermat/mendetail.
Sumber : (Laurence Vail Coleman, 1990 : 148)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Dalam buku Exhebition a Survey of International Design
mengemukakan ada tujuh cara untuk mengarahkan gerak
pengunjung pameran, ketujuh cara tersebut adalah :
1). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana oleh tata
pameran yang menerus dengan satu arah pandang serta memiliki
jalan masuk dan keluar yang terpisah.
2). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata
pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta memiliki
jalan masuk dan keluar yang sama.
3). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata
pameran yang menerus dengan dua arah pandang serta memiliki
jalan masuk dan keluar yang terpisah.
4). Jalan sirkulasi pengunjung dibatasi secara sederhana dengan tata
pameran yang disusun secara melingkar dengan satu atau dua
arah pandang, serta mempunyai jalan masuk dan keluar yang
sama.
5). Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang
bercabang serta memiliki jalan masuk dan keluar yang sama.
6). Jalan sirkulasi pengunjung yang bervariasi dengan pola yang
saling berpotongan dan bercabang, serta memiliki jalan masuk
dan keluar yang sama.
h) Orientasi
Pengunjung sangat membutuhkan penempatan tanda–tanda
dan peta-peta pada titik–titik lintasan utama seperti tangga, elevator,
escalator, teras tempat menunggu, tempat penyeberangan, titik
pertemuan koridor, dan pintu masuk ke ruang pamer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
o Terlalu banyak pilihan
membingungkan pengunjung
o Kebanyakan pengunjung bingung
terhadap posisi arah di dalam ruang
pamer seperti barat, timur, utara
dan selatan
o Pengunjung menghendaki petunjuk
arah untuk membantu mereka
dalam menentukan arah.
o Kebanyakan pengunjung
menemukan peta denah yang sulit
untuk diikuti
o Kebanyakan pengunjung kembali
mengikuti jalur semula selama
mengunjungi ruang – ruang pamer
o Pengunjung menggunakan peta
untuk mencapai semua tempat
mengikuti petunjuk–petunjuk yang
dianggap menunjukkan arah yang
menyenangkan dan menetukan
jalur khusus
o Pengunjung lebih cenderung
tertarik dengan petunjuk arah
daripada membaca peta.
o Pengunjung yang memanfaatkan
buku pedoman, membaca petunjuk
arah daan menanyakan kepada
penjaga cenderung tinggal lebih
lama daripada yang tidak sama
sekali.
o Pengunjung yang tidak terarah
cenderung cepat merasa bosan dan
langsung cepat meninggalkan ruang
pamer.
o Petunjuk yang tidak memadai
merupakan penyebab utama
timbulnya kelelahan pengunjung
o Alat petunjuk biasanya berupa peta
dan denah, buku pedoman, tanda–
tanda staf informasi dan isyarat–
isyarat penting lainnya.
o Pengunjung memerlukan sistem
orientasi fisik yang menunjukkan
arah yang akan dikunjungi baik
jenis koleksi maupun jalur
pencapaian yang mudah dan cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel II.4. Pencarian Orientasi oleh Pengunjung
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
Sirkulasi harus memberikan variasi titik utama (Vocal Point),
pemandangan (Vista), dan perubahan suasana. Selain itu harus
menyediakan pusat orientasi yang jelas dimana pengunjung dengan
mudah dan cepat dapat memetakan ke dalam pemikirannya seluruh
konfigurasi jalur – jalur yang ada di ruang pamer.
Gambar II. 2. Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
Tanda yang dapat digunakan sebagai orientasi adalah
landmark, baik dalam bentuk ruang, bentuk benda, arah sirkulasi.
o Pengunjung mencari titik utama
sebagai acuan arah seperti foyer,
penyeberangan, pertemuan koridor
dan lainnya.
o Beberapa pengunjung cenderung
mengikuti suatu rangkaian sesuai
maksud dari merancang ruang
pamer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar II.3. Petunjuk Tentang Ruangan di R. Pamer
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
Landmark dapat juga dijadikan pedoman dalam pencarian arah
yang tepat, misalnya dalam ruang pamer tersebut di tengah dipasang
materi koleksi yang dapat menarik pengunjung (point of Interest),
tentu tujuan utama pengunjung ke arah materi tersebut baru melihat-
lihat yang lain.
Gambar II.4. Objek dari Penunjuk Arah di R. Pamer
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
i) Pemilihan Rute
Pemilihan rute pengunjung lebih cenderung pada ruang yang
memiliki fungsi pasti, seperti halnya berusaha mencari Lobby dan
ruang pameran utama.
Pengunjung sangat jarang membuat jalur pengamatan lengkap
pada ruang pamer. Mereka cenderung melihat ke arah area dinding
sebelah kanan. Pengunjung lebih banyak mengambil rute terpendek
di antara pintu masuk dan pintu keluar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Setelah memasuki ruang
pamer kebanyakan
pengunjung akan belok ke
kiri membentuk rute
pengamatan berlawanan
dengan arah jarum jam.
Faktor yang mempengaruhi
pengunjung untuk belok ke
kanan setelah memasuki
ruang pamer adalah posisi
pintu keluar ruang pamer,
arah petunjuk pada pintu
masuk
jarak dinding dari
pengunjung pada titik pintu
masuk, ukuran luas ruangan
galeri dan kebiasaan
berjalan pengunjung.
Faktor yang mempengaruhi
pencarian sebuah rute adalah
lokasi pintu masuk dan
keluar, jalur dari pintu
masuk ke pintu keluar yang
dianggap dapat memberikan
suatu hal – hal baru,
landmark dan ruang pamer
yang menarik, lebar dan
keteraturan jalur yang dilalui
Pengunjung tidak akan
memasuki ruang pamer yang
tidak memiliki pintu keluar
atau yang pintu keluarnya
tidak terlihat dengan jelas.
Pengunjung cenderung
melalui jalur yang searah
dari pintu ke pintu.
Kebanyakan pengunjung
tidak memulai untuk
memasuki ruang pamer
secara sistematis (seperti
lantai pertama, kedua dan
ketiga).
Tabel II.5. Pola Pengunjung Dalam Pemilihan Rute.
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
j) Alur Lintasan
Alur lintasan pengunjung merupakan kecenderungan gerak
lintasan pengunjung kepada suasana yang lebih disenangi dalam
memulai pengamatan ketika memasuki ruang pamer. Kepadatan
orang pada ruang dan waktu yang bersamaan dapat mempengaruhi
kualitas komunikasi yang dimaksudkan oleh pengunjung.
Alur lintasan dari kanan ke kiri lebih
sering dilakukan pengunjung
daripada dari kiri ke kanan
Pengelompokan sculpture, tempat
duduk dan lainnya letaknya di
tengah ruangan akan menggangu
alur lintasan.
Peletakan kelompokan koleksi benda
di tengah ruang pamer cenderung
mempercepat alur lintasan
pengunjung.
Ruang pamer yang memberikan
pengontrolan terhadap alur lintasan
pengunjung adalah lebih baik
dibanding yang tanpa kontrol
Tabel II.6. Pola Pengunjung Dalam Peralihan Rute.
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
k) Kejenuhan Terhadap Obyek dan Ruang Pamer
Faktor kejenuhan pengunjung juga bisa diakibatkan oleh
kejenuhan terhadap obyek dan ruang pamer (kemonotonan penataan
obyek koleksi baik mengenai gayanya, periode, pengelompokan
subyek dan lainnya). Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya minat
pengunjung memiliki keterkaitan dengan susunan pameran yaitu
keragamannya, kekontrasan antara ruang-ruang pamer yang
bersebelahan.
Kurangnya keragaman dan
kekontrasan dalam
rancangan ruang pamer
(seperti pencahayaan,
kontras spesial dan lainnya)
akan memperpendek waktu
pengamatan terhadap area
pameran yang dilalui.
Kurangnya keragaman dan
kontras ini menyebabkan
masalah kejenuhan
pengunjung yang paling
utama daripada kelelahan
fisik setelah mengamati
koleksi.
Pengunjung mengamati
sedikit lama pada obyek
yang diminati dan melewati
banyak koleksi dan ruang
pamer yang tidak diminati.
Pengunjung menambah
kecepatan berjalannya bila
tidak ada sesuatu yang
menarik pada ruang pamer
tersebut.
Pengunjung tinggal lebih
lama pada ruang pamer
pertama dan pada ruang
pamer selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pengunjung tinggal
memberikan perhatian
secara luas kadangkala
berhenti sejenak pada obyek
tertentu dan melewatkan
beberapa obyek yang tidak
diminatinya
Lamanya waktu yang
dihabiskan di depan sebuah
pameran dan jumlah obyek
yang diminati semakin
berkurang setelah memasuki
ruang pamer.
Di ruang pamer yang besar
kemungkinan bahwa
pengunjung akan
mengamati beberapa obyek
yang tersedia adalah lebih
kecil daripada di ruang
pamer kecil
Banyaknya obyek yang
dipamerkan kadangkala
sedikit waktu diluangkan
pengunjung untuk
mengamatinya daripada area
yang memiliki obyek tidak
terlalu banyak.
Tabel II.7. Kejenuhan pengunjung terhadap obyek dan ruang pamer
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
l) Luas Pergerakan dalam Ruang Pamer
Luas pergerakan pengunjung ini lebih dipengaruhi oleh
keinginan untuk mengamati benda yang belum pernah dilihatnya
dan memasuki ruangan yang belum pernah dialaminya. Dari data
hasil penelitian menyebutkan ada sejumlah variabel (seperti warna
lantai dan dinding, lokasi pintu masuk dan pintu keluar, dan lainnya)
dapat mempengaruhi luas pergerakan pengunjung di dalam ruang
pamer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Pengunjung lebih banyak memanfaatkan
area dinding sebelah kanan dibanding
area sebelah kiri ruang pamer.
Pengunjung lebih sedikit berjalan-jalan di
ruang tersebut pintu keluar.
Pengunjung cenderung lebih banyak
berjalan-jalan di ruang pamer yang
warna lantai, dinding dan atapnya
yang sedikit lebih gelap bila
dibandingkan dengan ruang pamer
yang bewarna lebih terang.
Pengunjung pria lebih banyak
mengunjungi area pamer dibandingkan
pengunjung wanita.
Pengumjung pria lebih banyak berjalan-
jalan di dalam ruang pamer.
Pengunjung akan berlama-lama dan
banyak berjalan-jalan dalam ruang
pamer bila terpampang banyak
informasi yang dibutuhkan
pengunjung bila terdapat kekontrasan
di dalam ruang pamer.
Tabel II.8. Luas area ruang pamer yang dilalui pengunjung
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
m) Penarik dan Pengalih Perhatian
Penataan atau seluruh bagian ruang pamer juga sama
pentingnya dengan obyek koleksi itu sendiri dilakukan untuk
menghindari konflik antara obyek pameran dan keadaan sekitarnya,
untuk memaksimalkan ruang pamer agar dapat melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
komunikasi yang lebih baik dengan para pengunjung dari berbagai
kalangan dan pengunjung yang hanya bersifat sementara.
Peletakan pintu ruang pamer (terutama
pintu keluar) yang kurang tepat
bisa menyebabkan pengunjung
menuju pintu keluar tanpa
memperhatikan obyek yang
dipamerkan.
Terlalu jauhnya jarak tempuh terhadap
obyek yang harus diamati
pengunjung cenderung
mengabaikannya dan langsung
menuju pintu keluar.
Pengunjung memberikan banyak
perhatian kepada lingkungan yang
belum pernah dikenal sebelumnya.
Ruang pamer yang cenderung
monoton tidak banyak mendapat
perhatian pengunjung
Tabel II.9. Penarik dan pengalih perhatian dalam ruang pamer.
Sumber : (D. A Robbilard, 1982)
4. Tinjauan Organisasi Ruang
Organisasi ruang tergantung pada permintaan atas program
bangunan seperti : hubungan fungsional, persyaratan keluasan ruang
klasifikasi hirarki ruang dan syarat-syarat penempatan pencahayaan atau
pemandangan.
Syarat-syarat organisasi ruang sebagai berikut :
a) Memiliki fungsi-fungsi yang khusus atau kesamaan fungsi secara
jamak.
b) Penggunaan fleksible dan dengan bebas dapat dimanipulasikan.
c) Memiliki fungsi serupa dan dapat dikelompokkan menjadi suatu
cluster fungsional atau dapat diulang dalam suatu urutan linier.
d) Menghendaki adanya celah terbuka untuk mendapatkan cahaya,
ventilasi, pemandangan atau pencapaian keluar bangunan.
e) Pemisahan sesuai dengan fungsi ruang dan mudah dijangkau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Bentuk organisasi ruang dapat dibedakan antara lain sebagai
berikut :
No Bentuk Organisasi Ruang Keterangan
1 Organisasi Ruang Tertutup
a. Sebuah ruang besar dan dominan sebagai pusat
ruang-ruang di sekitarnya.
b. Ruang sekitar mempunyai bentuk, ukuran dan
fungsi sama dengan ruang lainnya.
c. Ruang sektar berbeda dengan ruang yang
lainnya, baik bentuk, ukuran maupun fungsi.
2 Organisasi Ruang Linier
a. Merupakan deretan ruang-ruang.
b. Masing-masing dihubungkan dengan ruang
lain yang sifatnya memanjang.
c. Masing-masing ruang dihubungkan secara
langsung
d. Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang
berbeda, tapi yang berfungsi penting
diletakkan pada deretan ruang.
3 Organisasi Ruang Secara
Radial
a. Kombinasi dari organisasi yang terpusat dan
organisasi linier.
b. Organisasi yang terpusat mengarah ke dalam
sedangkan yang linier mengarah keluar.
c. Lengan radial dapat berbeda satu dengan
yang lainnya, tegantung pada kebutuhan dan
fungsi ruang.
4 Organisasi Ruang
Mengelompok
a. Organisasi ini merupakan pengulangan dari
bentuk fungsi yang sama, tetapi
komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda
ukurannya, bentuk dan fungsi.
b. Pembuatan sumbu membantu susunan
organisasi
5 Organisasi Ruang Secara
Grid
a. Terdiri dari beberapa ruang yang posisi
ruangnya tersusun dengan pola grid.
b. Organisasi ruang terbentuk hubungan antara
ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi.
c. Penggunaan ruang yang disusun secara grid
banyak dijumpai pada interior ruang
perkantoran yang terdiri dari banyak devisi.
Tabel II.10. Bentuk Organisasi Ruang
Sumber: (Francis D.K Ching, Arsitektur, Bentuk Ruang dan Susunannya,1991: 205)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
D. Komponen Pembentuk Ruang
1. Lantai
a) Batasan pengertian lantai adalah :
1) Lantai merupakan bagian bangunan yang berada di bawah dan
diinjak
2) Lantai permukaan bangunan di dalam ruang dimana orang
berjalan.
3) Lantai merupakan bidang datar dan dijadikan sebagai alas dari
ruang dimana aktivitas manusia dilakukan di atasnya dan
mempunyai sifat/fungsi ruang.
4) Sebagai pembagi ruang antar tingkat satu dengan tingkat
berikutnya. (Pamudji Suptandar, 1994 : 27)
b) Persyaratan lantai, adalah :
1) Lantai harus kuat dan dapat menahan beban di atasnya.
2) Mudah dibersihkan.
3) Kedap suara.
4) Tahan terhadap kelembaban.
5) Memberikan rasa hangat pada kaki, dsb
Lantai ruang pamer seharusnya tidak licin dan ekonomis dalam
pemasangan atau perawatannya. Perlu diingat warna permukaan yang
mengkilat akan memantulkan cahaya, permukaan yang terlalu gelap akan
menyerap cahaya dan akan mengkontraskan kecemerlangan yang akan
mempengaruhi penglihatan, demikian pula jika permukaannya terlalui
terang. (Pamudji Suptandar, 1999 :132)
Lantai harus sedikit lebih gelap daripada dinding (faktor refleksi
difusi) kurang lebih 30 %. Sebagai contoh linoleum coklat (12 %) terlalui
gelap, marmer putih (50 %) terlalu terang., contohnya adalah jenis Teraso
warna abu-abu atau terang, atau kayu yang dicat warna hangat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Dinding
a) Fungsi dinding dalam bangunan, antara lain :
(1) Untuk menahan tepi dari urukan atau tumpukan tanah.
(2) Untuk menyokong atau menopang balok, lantai dan langit-langit.
(3) Sebagai penyekat atau pembagi ruang.
(4) Sebagai pelindung api dari bahaya kebakaran.
(5) Sebagai latar belakang dari benda dalam ruangan.
(6) Sebagai unsur dekorasi dalam tata ruang.
(7) menimbulkan kesan luas, tinggi atau sempit pada ruangan.
b) Persyaratan Dinding, adalah :
(1) Keras dan Kuat, Cukup tahan getaran dan tidak retak.
(2) Tahan terhadap panas dan dingin.
(3) Tidak tepengaruh dengan alam dan tahan lama.
(4) Warna tidak berubah.
(5) Tahan terhadap AC.
(6) Tahan terhadap air dan kelembaban.
(7) Kedap Suara.
(8) Mudah dalam pemeliharaannya.
(9) Tidak tembus cahaya dan tembus pandang.
Partisi hendaknya seringan mungkin, untuk membuat
fleksibilitas penyusunan.
Pada ruang pamer, dinding yang rendah (dibawah 2 m)
mempunyai tingkat kerusakan yang tinggi akibat
gesekan/tekanan/tumbukan. Oleh karena itu biasanya disusun dengan
konstruksi beton halus yang dapat dicat sesuai kebutuhan. Sedangkan
untuk bagian atasnya dapat menggunakan sistem panel atau lembaran
yang memenuhi syarat keamanan dan mempunyai tingkat
penyerapan suara yang tinggi. (Fred Lawson. 2000 :111)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Beberapa cara peletakan materi koleksi yang terletak di dinding
adalah menggunakan:
(1) Dinding galeri kayu dilapisi pabrik.
(2) Rel Gantung.
(3) Draperis (sebagai latar belakang obyek yang berdiri bebas).
3. Ceiling
a) Bentuk dan fungsi langit-langit, antara lain :
(1) Penampilan dari langit-langit bias bervariasi, misalnya dengan
penurunan, bergelombang dan sebagainya.
(2) Sebagai bidang penutup, pembatas, pembentuk pada bagian atas
ruang.
(3) Tinggi rendah langit-langit bisa memberikan kesan luas dan
sempitnya ruang.
(4) Untuk menempatkan titik pencahayaan dan penghawaan sistem
ruang.
b) Persyaratan langit-langit, adalah :
(1) Mudah pemeliharaannya.
(2) Meredam suara/akustik.
(3) Menunjang aspek dekoratif.
(4) Tahan terhadap kelembaban.
(5) Memperlihatkan kesan atau sifat ruangan tertentu.
(6) Mencerminkan unsur kemegahan dari bangunan itu.
(7) Pemasangan harus disesuaikan dengan sistem pencahayaan atau
penghawaan baik secara alami maupun buatan.
Pada ruang pamer, agar dapat menarik pegunjung dibuat ceiling
yang kontras, saling bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan
memberi kesan mewah. (Pamudji Suptandar, 1999 : 132)
Khusus untuk ruang pamer yang menggunakan pencahayaan
buatan memerlukan ketinggian antara 12–14 kaki. Apabila
diterapkan penggunaan “skylight” adalah antara 18–19 kaki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Sedangkan apabila diterapkan keduanya (mixed lighting), ketinggian
langit-langit dapat bervariasi. Dari aspek konstruksi harus
dipertimbangkan penempatan ducting udara, sirkuit lampu serta segi
keamanannya karena mungkin terdapat berbagai peralatan elektrik,
AC, lampu, dll.
E. Sistem Interior
1. Pencahayaan
Cahaya terang adalah persyaratan untuk penglihatan manusia,
karena dalam kegelapan total kita tidak dapat melihat apa-apa. Namun
dalam terang yang berlebihan kita tidak tahan juga kesilauannya, maka
perlu suatu daerah maksimum dan minimum untuk bisa melihat sehat
dan nikmat” (Y.B. Mangunwijaya,1997 : 211).
Jenis pencahayaan menurut Sumbernya ada dua, yaitu :
a. Sistem Pencahayaan Alami
Sistem pencahayaan alami ini merupakan sistem yang sangat
sederhana, yaitu dengan mengandalkan cahaya matahari pada siang
hari. Sifat dari sistem pencahayaan alami ini antara lain :
1) Cahaya alami siang tidak continue.
2) Cahaya matahari dapat merusak sebagian benda – benda koleksi
ruang pamer, karena tingkat iluminasinya, dan komposisi
spectrum cahaya.
Cahaya campuran, yaitu sebagian dari cahaya matahari dan
sebagian dari cahaya lampu yang biasa dipakai saat siang hari.
Namun yang banyak adalah lampu, karena bagaimanapun bentuk
ruangannya, selalu ada lampu yang mendukung. Ruang pamer saat
ini lebih menekankan lampu buatan di ruang pamer sehingga tidak
mengherankan bila ruangan itu begitu tertutup dari sinar matahari.
Jendela merupakan alat tradisional untuk membiarkan udara
dan cahaya masuk ke dalam ruangan, tetapi bagi ruang pamer jendela
ini sangat terbatas kegunaannya, karena diganti oleh AC dan lampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
buatan. Jendela di ruang pamer beralih fungsi sebagai tempat
pengunjung dapat melihat ke luar dan membuat suasana baru dengan
perpaduan lampu buatan dan terang sinar matahari. Namun jendela
ini sering menyilaukan dan memantulkan cahaya terutama jendela
yang biasa kita lihat.
Jendela dapat diletakkan tinggi di atas batas mata (kurang lebih
8 kaki dari lantai). Jenis ini tepat jika obyeknya tidak lebih dari 5
kaki. Adapula yang memakai ribbon-window (jendela pita) terutama
yang beratap rendah.
Monitor lentera persegi yang besar di atas ruangan dan
dibentuk dengan mengambil bagian tengah langit–langit
menaikkannya untuk jendela.
(1) Pencahayaan sudut (Corner Lighting) paling berguna bagi ruang
berukuran sedang, hanya perlu satu jendela di dekat sisi ujung
dinding panjang. Obyek display diberi lampu buatan sesuai
dengan sifat obyek.
(2) Pencahayaan ujung (End Lighting) cahaya siang masuk pada
ujung ruangan melalui dinding pendek. Jendela ini memerlukan
tirai (Venetion Blind) untuk mengatur masuknya cahaya alami.
Dinding yang ada akan lebih luas untuk display.
Untuk mengatasi cahaya matahari yang masuk ke dalam ruang
pamer terlebih dahulu dipantulkan terhadap bidang dinding yang
sudah dicat dengan sinc oxide atau titanium trioxide. Dengan cara
seperti itu cahaya yang masuk akan diserap kadar radiasi
ultravioletnya oleh bidang dinding yang sudah dicat.
Cahaya yang dipantulkan ke dalam ruang pamer atau vitrin
sebagai alat pamer, hanyalah cahaya yang dapat dilihat dan tidak
mengandung kadar ultra violet lagi. Hal ini untuk melindungi koleksi
yang rentan seperti yang terbuat dari kertas, tekstil dan benda yang
berwarna karena dicat akan terlindung dari bahaya kerusakan akibat
sinar alami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar II.5 Cara Penyerapan Radiasi Ultra Violet dalam Pemanfaatan Cahaya
Alami untuk Penerangan dalam Vitrin.
Sumber : (M. Brawe, 1981 : 174)
b. Sistem Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan yang sering digunakan dapat dibagi dua
macam, yaitu:
1) Lampu Fluoresensi di sini proses pengubahan energi listrik
menjadi energi cahaya yang berlangsung dalam suatu gas dalam
tingkat atom, dan tidak disertai oleh penghasilan energi panas,
biasanya lampu ini berbentuk pipa.
2) Lampu pijar yang terangnya datang dari benda kawat yang
panas, dimana sebagian energi berubah menjadi energi panas
dan sebagian menampakkan diri sebagai energi cahaya. Disini
energi cahaya timbul dari energi listrik yang berlangsung pada
tingkat molekul dan disertai pengeluaran energi panas.
Pencahayaan buatan dengan kualitas terbaik dengan indeks
penampakan warna minimal 90, suhu warna kurang lebih 4000
Kelvin. Untuk itu dapat digunakan sebagai pencahayaan umum,
lampu-lampu TL putih yang mempunyai arus cahaya khusus.
Meskipun pemakaian lampu “menghidupkan“ benda yang
sedang dipamerkan, tapi berpengaruh buruk pada meteri koleksi di
ruang penyimpanan dalam jangka waktu yang panjang. Bila
pencahayaan ini memang diperlukan, maka pemakaian filter yang
menyerap radiasi sinar ultra violet sangat disarankan, sehingga
diperoleh cahaya dengan intensitas sebesar + 1000 foot candles saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Intensitas sebesar inilah yang terbaik bagi benda – benda yang
mudah rusak oleh pengaruh cahaya.
OBYEK MAX ILUMINASI
Benda – benda yang tidak sensitive terhadap
cahaya antara lain : Logam, batu, kaca,
keramik, barang perhiasan (batu-batu intan,
berlian, dan sebagainya), tulang.
Bebas dari ukuran cahaya
Benda-benda yang sensitive terhadap cahaya,
lukisan, lukisa dinding, kulit, tanduk
150 LUX
Benda-benda yang sangat sensitive terhadap
cahaya, tekstil, pakaian, seragam, lukisan cat
air, lukisan tempera, printing, dan drawing,
naskah, benda-benda etnografi dan yang
sejenis dengan itu.
50 LUX
Tabel II.13. Ukuran penggunaan iluminasi cahaya terhadap benda– benda koleksi
ruang pamer
Sumber : (VJ. Herman, 1981 : 72)
2. Sistem Peletakan Sumber Pencahayaan Buatan
a) Pencahayaan Buatan Umum
Berfungsi untuk menerangi seluruh ruang bagi kegiatan Ruang
Pamer. Ada empat macam sistem pencahayaan secara umum, yaitu :
1) Sistem Pencahayaan Langsung.
2) Sistem Pencahayaan Semi Langsung.
3) Sistem Pencahayaan Semi Tak Langsung.
4) Sistem Pencahayaan Tak Langsung
Gambar II.6. Beragam Sistem Pencahayaan yang digunakan dalam ruang
Sumber : (John E Flyn & Segel, 1970 : 141)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Lampu buatan langsung, digunakan untuk penerangan
obyek, diantaranya :
1) Instalasi loteng (Attic Instalation). Lampu dengan reflector ini
diletakkan di bawah kaca atap. Lampu pijar ditempatkan di empat
baris paralel dengan empat dinding.
2) Kaca atap buatan/palsu (False Skylight). Alat untuk mendapat
efek kaca atap tanpa penggunaan kaca atap. Mengurangi
pembukaan atap. Lebih baik dan ekonomis daripada kaca atap.
3) Spotlight.
4) Lampu Hias (Louvered Lights). Menggunakan satu atau banyak
lampu pijar. Sinarnya ke bawah dan yang diterangi bisa sempit
atau luas. Lampu ini akan membentuk bayangan hias di lantai.
5) Atap Hias (Louvered Ceiling). Atap gantung terbuat dari
lembaran metal atau plastik yang berwujud persegi, bersilang–
silang. Lampunya secara tidak langsung akan menyinari ruangan
tanpa menyilaukan.
6) Lampu palung (Trough Lights). Baik yang terbuka maupun lensa
penutup. Dengan lensa biasa palung harus dimiringkan untuk
mengarahkan cahaya. Sistem ini lazim dipakai di Galery.
7) Lampu Troffer adalah panel cahaya yang diletakkan tinggi di
langit–langit. Untuk ruang pamer, panel ini ditutup oleh lensa
langsung khusus yang menempatkan cahaya di sudut dinding atau
tempat lain yang diinginkan.
8) Lampu Polarisasi, masih terbatas, mengurangi silau, akan
menolong penglihatan.
9) Lampu Kasus (Cases Lighting), bentuk umum dalam
pencahayaan obyek langsung.
Lampu buatan tidak langsung, untuk ruang bukan langsung
obyek:
1) Lampu terpasang gantung (suspended fixture) jenis ini tidak
langsung atau semi tidak langsung menggunakan lampu pijar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Lampu ini menjaga mata dari kesilauan dengan mengarahkan
cahaya ke langit-langit. Bayang-bayang yang tidak
menyenangkan di langit-langit dikurangi dengan penggunaan
alat-alat lain yang memantulkan sedikit cahaya ke bagian luar
peralatan yang sudah terpasang itu.
2) Lampu ke atas tersembunyi (concealed uplights) digunakan
untuk mencurahkan cahaya ke langit-langit dari atas kotak, layar
atau barang lain. Jenis portable lampu ini tidak tepat dipakai di
ruang pamer tapi dapat dipakai di lobby.
Gambar II 7. Sumber pencahayaan yang dipasang pada sudut langit-langit atas
ruangan.
Sumber: (Technical Report of the illuminating Engineering Society, 1970 : 20)
3) Teluk lampu (lighting cases) dengan tempat kecil horizontal di
dinding yang menyembunyikan sumber cahaya sangat efektif
untuk pencahayaan tidak langsung, cocok untuk ruang sedang
atau besar (aula)
4) Panel Lampu (lighting panels) papan yang diangkat terbuka
dengan lampu palung yang tersembunyi di tepinya. Panel langit-
langitnya berbentuk variatif (bulat, persegi, bujur sangkar atau
bebas)
Gambar II.8. Sumber Pencahayaan yang ditutupi panel atau kaca tembus
cahaya yang berfungsi sebagai pembagi cahaya.
Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineering Society, 1970 :18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
b) Pencahayaan Buatan Khusus
Pencahayaan khusus adalah pencahayaan yang ditujukan
terhadap benda pamer museum.
Gambar II.9. Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan.
Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineering Society, 1970 : 20)
Pencahayaan harus disesuaikan dengan sifat benda, yang dalam
hal ini dapat dibagi menjadi :
(1) Pencahayaan khusus terhadap benda koleksi dua dimensi.
(2) Pencahayaan khusus terhadap benda koleksi tiga dimensi.
Penerapan pencahayaan khusus terhadap benda koleksi dua
dimensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
(1) Untuk benda pamer pada bidang vertikal.
Peletakan benda pamer pada bidang vertikal, sebaiknya
sumber cahayanya memiliki sudut 30 derajat dari bidang tempat
pemasangan benda pamer tersebut.
(2) Untuk benda pamer pada bidang horizontal
Benda pamer yang terletak pada bidang horizontal,
sebaiknya peletakan pencahayaan ada di luar daerah refleksi. Hal
ini disebabkan oleh sering terjadinya kesilauan yang mengganggu
pengunjung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar II.10. Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer
diletakkan.
Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineer Society, 1970 : 20)
(3) Untuk mengatasi timbulnya kesilauan perlu dibuat daerah gelap
pada langit-langit atau lantai yang berada pada benda pamer
tersebut. Hal ini berguna untuk menyerap pantulan yang terjadi.
Gambar II.10. Daerah refleksi pencahayaan terhadap benda pamer pada bidang
vertikal.
Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineering Society, 1970:20)
Untuk pencahayaan khusus terhadap benda koleksi tiga dimensi
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
(1) Untuk benda pamer pada kotak terbuka.
Benda pamer yang terletak pada kotak tanpa penutup,
dibutuhkan peletakan sumber cahaya dengan tingkat iluminasinya
yang tinggi dengan tujuan untuk menonjolkan benda pamer serta
menghilangkan bayangan. Salah satu cara yang tepat dalam hal
ini adalah dengan dua buah lampu sorot dengan sudut 30 derajat
dari titik pusat benda. Namun apabila ingin mendapatkan efek
cahaya yang istimewa dapat dicoba dengan mengubah-ubah letak
sumber pencahayaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Gambar II.11. Letak sumber pencahayaan terhadap benda pamer 3D
Sumber : (M Brawe, 1981 : 175)
(2) Untuk benda pamer dalam kotak kaca
Benda pamer dalam kotak kaca harus menghindari
penyilauan. Hal ini karena sifat kaca yang menimbulkan refleksi,
menyebabkan pengamat menjadi silau. Untuk mengatasi refleksi
pada bidang kaca ada tiga cara, yaitu :
(a) Peletakan bidang kaca dengan arah vertikal.
Refleksi dapat diatasi dengan memberikan latar
belakang yang gelap atau menggunakan lampu yang
tersembunyi di bawah ambalan.
Gambar II.12. Penempatan kisi-kisi di bawah lampu untuk mengatasi
pengaruh refleksi cahaya
Sumber : (M Brawe, 1981 : 176)
(b) Peletakan bidang kaca miring ke arah vertikal.
Untuk peletakan bidang kaca dengan arah miring ke
arah vertikal, refleksinya dapat diatasi dengan meletakkan
lampu yang dilengkapi penutup di bagian dalam kotak (pada
bagian atas) dan meletakkan cermin di bagian bawah kotak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gambar II.13. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah
Vertical
Sumber : (Technical Report of the illuminating Engineering Society,
1970 : 21)
(c) Peletakan bidang kaca miring ke arah horisontal
Gambar II.14. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah
horizontal
Sistem Penyerapan Cahaya, dibagi menjadi :
1) Difusi, cahaya alami diserap dengan kaca difusi untuk
mengurangi silau dan juga menyebarkan pemantulan khususnya
dari langit – langit dan dinding
2) Layar (screening) dengan tirai ,kre (venetian blinde), diafragma.
Sulit bila jendela tinggi tapi dapat diatasi dengan kre (venetian
blinde)
3. Penghawaan
a. Penghawaan alami
Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam (Natural).
Dalam buku “Pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan“
dikatakan bahwa, bila harus menggunakan sistem penghawaan alami
di dalam suatu ruangan, maka harus diperhatikan ventilasi horizontal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
yang terbuka secara cermat dan baik agar penghawaan alami yang
dipergunakan itu sesuai dengan kebutuhan. (YB. Mangunwijaya,
1997 : 148).
Untuk Indonesia secara umum, tingkat suhu udara yang cocok
dalam ruangan penyimpanan adalah antara 20oC dan 24
oC,
sedangkan tingkat kelembaban antara 45% dan 60%. Penggunaan
AC tidak dianjurkan untuk menggunakan ventilasi yang baik
sehingga suhu di dalam dan di luar gedung tetap sama. Dengan
ventilasi saja, dapat terjadi tingkat kelembaban di dalam ruangan
menjadi tingkat kelembaban relatif di dalam ruang penyimpanan,
dapat digunakan alat dehumidifier.
Gambar II.14. Kemungkinan yang terjadi pada sistem vertical silang
Sumber : (Y.B Mangunwijaya, 1997 : 149)
Atau untuk menyerap kelembaban yang terjadi di dalam lemari,
rak atau peti penyimpanan, penggunaan silica gel sangat membantu.
Dapat juga dengan pemakaian polyethylene. Untuk mencegah
terjadinya goresan pada benda koleksi, disarankann agar benda-
benda tersebut sebelum dibungkus dengan lembaran tipis
polyethelene lebih dahulu diantari dengan anyaman kapas (cotton
webbing)
Apabila suhu di dalam ruang penyimpanan ruang terlalu tinggi
dan udara terlalu kering, dapat dikurangi dengan pemakaian alat
humidifer.
DAERAH UDARAMATI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Sedangkan untuk mengurangi pencemaran yaitu menyaring
debu gas yang dihasilkan zat-zat kimia, debu garam yang dibawa air
laut, menggunakan airlocks. Pemakaian airlocks ini sangat
membantu kebersihan ruangan gedung secara keseluruhan. (IGN.
Soekono,1996 : 23)
b. Penghawaan Buatan
Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur tangan manusia.
Sistem penghawaan buatan yang umum digunakan dalam sebuah
ruang pamer adalah :
1) Sistem Heating atau Radiator, fungsinya untuk meninggikan suhu
dengan cara sistem pemanasan air. Sistem ini biasa digunakan di
daerah yang beriklim sub tropis.
2) Air Conditioning (AC), berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
temperatur, kelembaban, aliran udara dan untuk menjaga kualitas
udara yang betul dan terpelihara. Sistem penggunaan AC ini pada
umumnya dipakai pada daerah yang beriklim tropis.
4. Akustik
Pengkondisian suara bertujuan mengurangi gangguan bunyi yang
ditimbulkan oleh suara baik dari dalam maupun dari luar bangunan ruang
pamer.
Gangguan bunyi khususnya pada suatu ruang pamer, biasanya
berasal dari faktor kebisingan dari luar (berupa keramaian kendaraan
pada jalur transportasi atau areal parkir) serta faktor dari dalam ruang itu
sendiri (Karena aktivitas/kegiatan yang berlangsung di dalamnya seperti
bunyi langkah kaki dan pembicaraan pengunjung atau bunyi yang
ditimbulkan oleh perangkat sound system pada ruang
audiovisual/auditorium serta materi koleksi peragaan pada ruang pamer
yang menggunakan efek sound system).
Isolasi bunyi merupakan cara untuk menanggulangi gangguan
bunyi dengan pengurangan atau pemisahan dari yang lain sehingga
terjadi penyerapan dan pemantulan bunyi. Pemakaian material interior
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
pada unsur pembentuk ruang (lantai, dinding dan ceiling) sangat
berpengaruh. Selain itu tingkat kekuatan bunyi perlu diatur untuk
mengurangi kebisingan dalam ruang.
Klasifikasi bahan penyerap diantaranya yaitu :
a. Bahan berpori
Karakteristik dari bahan berpori :
1) Penyerapan bunyi lebih efisien pada frekuensi tinggi dibanding
rendah.
2) Efisiensi akustiknya membaik dengan bertambah tebalnya lapisan
penahan dan bertambah jarak dari lapisan penahan.
Contoh : papan serat (fiber board), mineral wools, selimut
isolasi (semacam jaringan dengan pori-pori saling berhubungan),
plester lembut (soft plester).
b. Panel Penyerap
Tiap bahan kedap suara yang dipasang, akan berfungsi sebagai
penyerap panel dan akan bergetar bila tertumbuk oleh gelombang
bunyi. Getaran lentur dari panel tersebut yang akan menyerap energi
bunyi yang datang dan mengubahnya menjadi energi panas.
Karakteristik dari penyerap panel, yaitu merupakan penyerap
bunyi yang efisien pada frekuensi rendah. Contoh : panel kayu (hard
board), plastic board, langit–langit plesteran yang digantung,
gypsum board, lantai kayu/panggung, pelat logam.
c. Resonator Rongga (helm oltz)
Resonator rongga udara terdiri dari sejumlah udara tetutup
yang dibatasi oleh dinding tegar yang dihubungkan oleh lubang/celah
sempit ke ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat.
Karakteristik dari resonator rongga yaitu menyerap energi bunyi
maksimal pada frekuensi rendah yang sempit.
Contoh : Resonator rongga individual (balok beton standar,
soundblox), resonator berlubang (lembaran asbestos semen,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
hardboard mesonite, lembaran baja/aluminium polos), resonator
celah (batasan beton berongga khusus, rusuk/slat kayu)
Selain itu, penggunaan bahan-bahan akustik dalam
perancangan interior, juga memultifungsikan bahan antara fungsi
penyerapan bunyi sekaligus penyelesaian interior.
Oleh karena itu, pemilihan bahan-bahan dengan petimbangan-
pertimbangan di luar segi akustik juga perlu diperhatikan,
diantaranya :
1) Penampilan bahan (ukuran tepi, warna, sambungan)
2) Daya tahan terhadap kebakaran, kelembaban, temperatur dan
kondensasi ruang.
3) Biaya dan kemudahan instalasi.
4) Mudah dalam perawatannya.
5) Kesatuan dengan elemen-elemen ruang (pintu, jendela dan
lighting).
6) Keawetan (daya tahan terhadap tumbukan dan goresan)
7) Pemantulan cahaya dan ketebalan/berat.
5. Sistem Keamanan
Arti pengamanan ruang pamer secara singkat adalah berupa usaha
melindungi gedung museum, segala isinya, staf karyawan dan
pengunjung ruang pamer dari kerusakan dan gangguan yang disebabkan
oleh bencana alam dan ulah manusia dalam bentuk pencurian,
perampokan, kebakaran, vandalisme atau tangan-tangan jahil, konflik
politik, kerusuhan, banjir, gempa bumi dan sebagainya. (IGN Soekono,
1996 : 3)
Tujuan pengamanan ruang pamer adalah terciptanya suatu ruang
pamer yang utuh, lengkap dan tenteram dimana pengunjung, staf ruang
pamer yang terdiri dari kurator, educator, preparatory, konservator serta
tenaga administrasi meseum merasa tenang selama berada di dalam
museum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Sifat pengamanan ruang pamer statis ditujukan khusus kepada
pengunjung ruang pamer, yaitu mengawasi para pengunjung yang
sedang melihat pameran di ruang pameran.
Pengamanan ruang pamer yang kedua bersifat dinamis atau mobil
(keliling) tugasnya melakukan pemeriksaan keliling ke ruangan-ruangan,
pameran tetap, pameran temporer, auditorium, ruang administrasi, ruang
kuratorial, ruang preparasi, ruang edukasi, ruang konservasi dan
laboratorium serta kompleks ruang pamer dimana terdapat koleksi –
koleksi yang terbuka, ketika ruang pamer akan dibuka, ruang pamer
sedang dibuka, ruang pamer menjelang tutup serta pada malam hari.
Ada beberapa faktor unsur pengamanan ruang pamer yang perlu
diperhatikan antara lain :
a) Aspek Manusia, meliputi :
1) Pengunjung ruang pamer yang datang dengan tujuan yang
berbeda. Ada pengunjung ruang pamer yang memanfaatkan
untuk mengadakan studi dan penelitian, ada sekedar untuk
berekreasi dengan keluarga, tetapi ada juga yang memanfaatkan
untuk mencari keuntungan sendiri dengan cara mencuri barang-
barang koleksi yang ada di ruang pamer.
2) Beberapa kebiasaan pengunjung yang secara iseng mengotori,
membuat corat-coret di dinding tembok dan pagar atau merusak
taman, membuang sampah dan kotoran dengan sembarangan.
b) Aspek Fisik bangunan, meliputi :
1) Bahan-bahan kimia untuk laboratorium dan konservasi tidak
disimpan di tempat yang baik dan aman.
2) Pintu jendela dan lemari-lemari koleksi tidak dipasang dengan
kunci-kunci yang baik dan kuat.
3) Memilih dan menentukan bahan-bahan bangunan yang tidak
mudah terbakar oleh api.
4) Dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
c) Aspek Peralatan dan Sarana, meliputi :
1) Belum tersedianya alat pemadam api, sehingga bila timbul
bahaya kebakaran sudah tidak tertolong lagi.
2) Pada umumnya saluran air dari hidran (wall and freezing
hydrant). Tidak mudah diperoleh, karena hanya pada gedung
yang ada di kota besar saja yang sudah ada jaringan saluran dari
PDAM.
Cara pengamanan benda-benda koleksi dapat dilakukan dengan
cara:
a. Pengamanan Umum Melalui Tata Kerja dan Tata Ruang.
Untuk menjamin keamanan benda-benda koleksi ini maka perlu
ada pembagian tugas dan kewajiban yang tegas dan ketat diantara
para petugas. Adapun tugas-tugas itu antara lain :
1) Memeriksa ruang-ruang penyimpanan secara rutin/berkala.
2) Menyelenggarakan pengamanan umum bagi seluruh fasilitas
penyimpanan.
3) Membuat peraturan yang ketat.
Dalam perencanaan sebuah gedung harus diperhatikan
hubungan antara ruang-ruang penyimpanan dan bagian gedung
lainnya agar tidak memudahkan terjadi pencurian atau perusakan.
b. Pengamanan Terhadap Pencurian dan Perusakan.
Ada dua jenis alat pengamanan untuk maksud ini. Dan alat
tersebut sebaiknya dipakai diseluruh bangunan, antara lain adalah :
1) Sistem Perlindungan Sekitar (Perimeter Protection System)
Beberapa kekhawatiran dan kerusakan benda koleksi yang
disebabkan oleh pengunjung juga mepengaruhi perancangan
furniture, diantaranya:
a) Vandalisme
Kebiasaan vandalisme ini banyak terjadi karena
keisengan dan kurangnya kesadaran akan ada benda-benda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
yang bernilai sejarah dan kurangnya apresiasi kepada nilai-
nilai kebudayaan bangsa.
b) Touch Complex (penyakit ingin meraba)
Umumnya orang tidak puas melihat saja, mereka masih
penasaran apabila tidak meraba banda-benda koleksi yang
dilihatnya.
2) Sistem Perlindungan Dalam (Interior Protection System)
Bermanfaat dalam pengamanan gedung, apabila ternyata
sistem parameter gagal berfungsi, misalnya bila pelaku kriminal
telah berhasil menyelinap masuk dan bersembunyi di dalam
gedung sebelum saatnya pintu-pintu ditutup. Contohnya yang
paling sederhana dari jenis ini ialah kunci.
Interior protection system diantaranya adalah:
a) Saklar magnetic (magnetic contac switch).
b) Pita kertas logam (metal foil tape).
c) Sensor pemberitahuan/pencegah bila kaca pecah (glass
breaking sensor).
d) Kamera pemantau (photo electronic eyes).
e) Pendeteksi getaran (vibration detectors).
f) Pemberitahuan/peringatan getaran (internal vibration sensor).
g) Alat pemasuk data pada pintu (acces control by remote door
control).
h) Pengubah sinar infra merah (passive infra-red)
c. Pengamanan Terhadap Kebakaran.
Ruangan perlu memiliki pintu-pintu api. Juga dapat pula
digunakan dinding-dinding khusus.
Bagian penting dalam perencanaan pengisolasian bencana (api)
adalah dengan menempatkan tangga pada tempat yang tepat. Tangga
utama mungkin tidak dapat didesain seperti ini, tapi tangga sekunder
untuk umum dan staf hendaknya diletakkan di dekat dinding dan
pintu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Berkaitan dengan bencana kebakaran, ruangan ruang pamer
terbagi dua :
1) Ruangan-ruangan dimana air untuk memadamkan api dapat juga
merusak seperti halnya api itu sendiri. (Contoh : Ruang Pamer,
Ruang Kuratorial, Ruang Penyimpanan)
2) Ruang yang bila ada kerusakan tidak akan terlalu serius. (Contoh
: Bengkel mekanik, penyimpanan barang persediaan peralatan,
peti).
Ruang yang disebutkan pertama sebaiknya tidak menggunakan
air sebagai pemadam tapi CO2 yang dapat dipasang otomatis ataupun
portable.
Basement adalah ruang yang biasa menggunakan instalasi air
sebagai pengamanan kebakaran. Ruangan di atasnya bisa diawasi
manual atau dengan sistem deteksi.
Ada dua sistem alat pendeteksi yang dikenal yaitu:
1) Pendeteksi panas (thermal detector), yang akan bereaksi terhadap
perubahan suhu.
2) Pendeteksi asap (smoke detector), yang bereaksi terhadap gas
atau aerosol yang keluar pada saat kebakaran.
Mengenai alat pemadam kebakaran yang dapat dipilih dibawah
ini:
1) Sistem penyemprotan (sprinkle system)
2) Sistem pemadam dengan gas (gas system)
3) Tabung pemadam api (portable fire extinguisher)
Untuk ruang penyimpanan koleksi seperti ini, maka portble fire
extinguisher, yaitu dari jenis dry chemical extinguisher kiranya
paling menguntungkan, karena tepung residu yang ditinggalkan tidak
merusak semua jenis benda. (IGN Soekono, 1996 : 15).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
6. Sistem Display
a. Faktor yang Mempengaruhi
1) Benda koleksi
Sistem display pada museum menyangkut beberapa hal,
yaitu mudah tidaknya barang pajang dapat dinikmati pada suatu
pameran dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu :
a) Ukuran barang detail kritisnya.
b) Kontras benda-benda dengan latar belakangnya dan kontras
sekitarnya.
c) Penerangan dan kecerahan benda tersebut.
d) Warna cahaya yang menerangi benda itu.
e) Waktu saat melihat. (Ahmad Natahamijaya, 197:24).
2) Medan Penglihatan Manusia
Secara geometris medan penglihatan pada mata
dipengaruhi anatomi tubuh manusia. Gerakan kepala yang wajar
adalah 30 derajat ke atas dan ke bawah, gerakan ke samping
kanan maupun kiri adalah 45 derajat. medan pengamatan
dipengaruhi jarak pandang agar pengunjung dapat melihat
dengan seksama secara keseluruhan.
Gambar II.15. Jarak dan Sudut Pandang yang Baik
Sumber: (Julius Panero, Human Dimension and Interior Space, 1979 : 195)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Gambar II.16. Daerah Visual Manusia dalam Bidang Horizontal dan Vertical
Sumber : (Julius Panero, Human Dimension and Interior Space, 2003 : 290)
Gambar II.17. Gerakan Kepala Manusia Horizontal dan Vertical dalam
Mengamati Materi Koleksi
Sumber : (Julius Panero Human Dimension and Interior Space, 2003 : 290)
Garis pandang baku berada pada garis horizontal 0 derajat,
tapi pada kenyataanya garis pandang alami berada di bawah garis
horizontal dan sedikit beragam dan tergantung pada masing-
masing orang. Saat berdiri garis pandang normal berada pada 10o,
saat duduk 15o, saat rileks 30
odan 38
o di bawah garis horizontal.
Keterbatasan jarak pandang mata manusia berupa batas
pandangan mata manusia tanpa menggerakkan bola matanya
(Polychromatic). Batas pandangan itu dalam bidang vertikal dan
horisontal.
Batas pandangan mata manusia normal yaitu:
a) Vertikal : - max.50 , min 27 di atas sumbu mata
- max 40 , min 10 di bawah sumbu mata
b) Horizontal :- max 79 di bawah sumbu mata
Gerakan kepala pada garis horizontal, tersusun berdasar
rotasi leher dan gerak sekitar 45o kekiri dan kanan, dapat dicapai
tanpa kesulitan oleh semua orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Cara penyajian materi koleksi :
a) Berdasarkan Bentuk Penyajian (wadah materi koleksi yang
ditampilkan) dibagi menjadi 4, yaitu:
1) Bentuk sistem panel (Panel System)
Panel, terdiri dari panel dinding, panel transparan,
panel elektroli. Biasa digunakan untuk benda 2D, misal :
gambar, bagan grafik, lukisan, dan foto.
2) Sistem Pedestal (Alas Koleksi)
Pedestal/alas koleksi, terdiri dari sistem box standar
dan sistem box khusus. Biasa digunakan untuk penyajian
benda 2D dan 3D, misal : foto, benda kecil yang berharga,
benda dari kulit dan tekstil.
3) Sistem Vitrin
4) Sistem Diorama
Penyajian untuk benda 3D, diorama suatu
peristiwa/kisah, diorama suatu tema pameran. dll
b) Berdasarkan aspek aksentualisasi materi yang ditampilkan.
Aksentualisasi dari materi yang ditampilkan dapat
dilakukan dengan beberapa cara, hal ini dimaksudkan agar :
1) Benda/materi koleksi dapat sebagai point of interest.
2) Aspek estetika lebih ditonjolkan pada materi koleksi
sehingga menambah daya tarik pengamat.
3) Persepsi dan penghayatan komunikasi dapat lebih detail
dan teliti.
Adapun cara yang dilakukan adalah dengan :
1) Perbedaan tinggi lantai (split level)
Penyajian untuk benda 3D, peralatan, miniatur,
replika, patung.
2) Sistem Mezanin
Dipakai pada ruang pamer yang multi level
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi pengamat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dari ruang atas dengan materi koleksi di ruang bawah
untuk penyajian untuk benda 3D, peralatan, miniatur,
replika patung, dll. Aksentualisasi yang ditampilkan
mengurangi penggunaan sekat dinding sehingga
kebebasan ruang gerak terbentuk.
3) Memasukkan dalam dinding dengan Dekorasi Mural
Penyajian untuk benda 2D dan 3D yang berkaitan
dengan dekoratif mural.
Aksentualisasi yang ditampilkan ;
- Materi koleksi diperagakan pada lubang yang
terfokus.
- Aksentualisasi menunjukkan materi koleksi lebih
menonjol
4) Split Level Plafon/Langit – langit
Penyajian untuk benda 3D, Aksentualisasi yang
ditampilkan :
- Penurunan ceiling pada materi koleksi dengan fokus
penerangan dapat meningkatkan daya tarik obyek
pamer.
- Materi koleksi sebagai pusat utama.
c) Berdasarkan Faktor Teknologi
Penggunaan teknologi modern sangat mendukung
fungsi dan suasana yang ingin ditampilkan. Hal ini akan
menimbulkan persepsi pengamatan yang lebih detail dan
teliti.
1) Sistem Display Film/Sinematografi
Penyajian berupa teater film/multi media yang
menggambarkan suatu peristiwa/kisah yang sesuai dengan
tema ruang pamernya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Gambar II.18. Penyajian Display Film
Sumber : (Fred Lawson, 2000 : 111)
2) Sistem Display Komputer/Monitor TV
Penyajian menggunakan program komputer baik
dengan sistem layar lebar atau tidak.
Gambar II.19. Penyajian Display Komputer
Sumber: (Fred Lawson, 2000 : 111)
3) Sistem Display Remote Control dan Tata Lampu
Penyajian materi dapat berupa materi koleksi 2D
dan 3D dengan dilengkapi tombol pengatur.
Gambar II.20. Sistem Display RemoteControl dan Tata Lampu (Sumber : Fred Lawson, 2000 : 112)
4) Sistem Materi Koleksi Berputar
Penyajian berupa materi 3D dengan ukuran kecil
dan sedang (0,5 m² - 3,0 m²) serta persyaratan berat
maksimum 150 kg
CONTROL PROGRAMING
TV LAYAR LEBAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
d) Berdasarkan Kronologis
Yaitu koleksi yang dipamerkan disusun dari yang
muda usianya.
e) Persyaratan Media Display Koleksi
Persyaratan-persyaratan dalam perencanaan pembuatan
vitrin sebagai berikut :
1) Keamanan benda koleksi harus terjamin.
2) Memberi kesempatan kepada pengunjung agar lebih
leluasa dan mudah serta enak melihat koleksi yang ditata
di dalamnya.
3) Pengaturan cahaya dalam vitrin tidak boleh mengganggu
koleksi maupun menyilaukan pengunjung.
4) Bentuk vitrin harus disesuaikan dengan dinding.
Menurut jenisnya, vitrin terbagi atas :
(a) Vitrin Dinding
Vitrin dinding adalah vitrin yang diletakkan
berhimpit dengan dinding. Pandangan hanya dari sisi
samping kanan, kiri dan dari depan.
(b) Vitrin Tengah.
Vitrin tengah adalah vitrin yang diletakkan
berada di tengah ruangan. Arah pandang dari sisi
depan, belakang dan samping kanan maupun kiri.
(c) Vitrin Sudut
Vitrin sudut adalah vitrin yang diletakkan di
sudut ruangan dan hanya dapat dilihat dari arah
depan.
(d) Vitrin lantai
Vitrin lantai adalah vitrin yang diletakkan di
lantai mendatar ke bawah pandangan mata kita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
(e) Vitrin Tiang
Vitrin Tiang adalah vitrin yang letaknya di
seputar tiang atau kolom, vitrin ini juga termasuk
golongan vitrin tengah.
Gambar II.19. Vitrin LantaiSumber : (Depdikbud, 1994 : 45)
Gambar II.18. dindingSumber : (Depdikbud, 1993/1994 : 43)
Gambar II.16. Vitrin SudutSumber : (Depdikbud, 1993/1994 : 40)
Gambar II.17. Vitrin tengahSumber : (Depdikbud, 1993/1994 : 37)
Gambar II.21.Jenis-jenis vitrin
(Sumber : Depdikbud 1993/1994)
Menurut bentuknya vitrin terbagi atas dua macam yaitu:
(a) Vitrin Tunggal
Vitrin berdiri sendiri dalam satu fungsi.
(b) Vitrin Ganda
Vitrin yang mempunyai dua fungsi, yaitu; selain
untuk memajang benda koleksi yang dipamerkan, juga
berguna untuk menyimpan benda yang tidak
dipamerkan (baik di atas maupun di bawahnya)
F. Furniture
Furniture merupakan bagian penting dalam interior, dan secara garis
besar dibagi menjadi dua yaitu :
1. Barang-barang bergerak bebas, dalam arti ini tidak menyatu atau tidak
terlihat pada elemen-elemen ruang, misalnya kursi dan meja.
2. Barang-barang yang masih terikat dengan ruang dimana barang itu
berada (built-in). Contohnya : rak, lemari yang menyatu dengan
dinding, tempat duduk yang menjadi satu dengan lantai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Furniture yang dibutuhkan dapat ditentukan melalui macam
kegiatannya untuk itu perlu adanya pengelompokan furniture seperti
dibawah ini :
1. Sifat Peletakan.
Terdiri dari Bulit – in dan Furniture yang bergerak bebas.
2. Ukuran.
Ukuran adalah penting terutama dalam penyesuaian dengan
besaran ruang dan kebutuhan dalam penggunaan.
3. Bentuk.
a) Fungsional/Struktural, adalah furniture yang didesain atas dasar
kepentingan fungsi dan pemanfaatan bahan dan teknik yang
maksimal.
b) Tema, adalah kelompok furniture yang secara visual memberi suatu
tema tertentu.
c) Khusus, adalah furniture yang direncanakan khusus guna suatu
kepentingan.
Penyusunan letak furniture (lay-out furniture) dilakukan dengan
pertimbangan yang seksama dari pokok-pokok permasalahan berikut ini :
1. Penentuan daerah aktif dan pasif.
1. Daerah aktif adalah daerah dimana terjadi kegiatan dengan frekuensi
tinggi dan bersifat cepat, misalnya jalan untuk lalu lintas (flow),
gang (lorong), daerah depan pintu, dan sebagainya.
2. Daerah pasif adalah daerah yang mempunyai kegiatan dengan
frekuensi rendah dan bersifat lambat dan lama. Daerah ini sesuai
digunakan untuk kegiatan seperti untuk tempat duduk.
2. Bentuk Kegiatan.
Bentuk kegiatan menentukan susunan letak serta kelengkapan
furniture.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3. Ukuran Gerak.
Ukuran gerak dimaksudkan untuk memperhitungkan ruang/jarak
yang dibutuhkan oleh sikap gerak/kegiatan manusia. (Drs. Ken
Soenarko. 1999 : 6-9)
G. Pertimbangan Desain
1. Bentuk
Ciri – ciri visual bentuk yaitu :
a) Wujud adalah ciri-ciri pokok yang mewujudkan bentuk. Wujud
ialah hasil konfigurasi tertentu dari permukaan dan sisi suatu
bentuk.
b) Dimensi adalah panjang, lebar dan tinggi, dimensi-dimensi ini
memerlukan proporsinya, adapun skalanya ditentukan oleh ukuran
relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain di sekelilingnya.
c) Warna adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu
bentuk. Warna adalah atribut yang paling mencolok yang
membedakan suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga
mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.
d) Tekstur adalah karakter permukaan suatu bentuk, tekstur
mempengaruhi baik perasaan kita pada waktu menyentuh maupun
kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaaan bentuk tersebut.
e) Posisi adalah letak relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar arah
mata angin atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya.
f) Inersia visual adalah derajat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk
tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya terhadap bidang
dasar dan garis pandangan kita. (D.K Ching, 1996 : 50)
2. Unsur-Unsur Desain
Beberapa unsur dasar di dalam desain, meliputi unsur visual
(yang dapat dilihat) maupun yang tidak terlihat tetapi dapat dirasakan
adalah garis, nada, warna, tekstur, ruang, ritme, aksen, tension, arah dan
ukuran. (Arfial A.H, 1993 : 3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Unsur-unsur yang melebur dalam desain membentuk satu
kesatuan atau unity. Kesatuan bentuk diperoleh pula dari pertimbangan:
a) Proporsi adalah hubungan antara ukuran bagian terhadap
keseluruhan, antara bagian yang satu dengan yang lain.
b) Keseimbangan adalah suatu kondisi atau kesan berat, tekanan,
tegangan, sehingga memberi kesan kestabilaan, tenang dan
seimbang.
c) Irama diartikan sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud dan
warna secara teratur atau harmonis.
d) Emphasis atau tekanan suatu bentuk yang mendapat perhatian atau
tingkat kekuatan tertentu atau penonjolan bagian tertentu.
3. Warna
Warna adalah satu hal yang sangat vital, hubungan ini
dikarenakan warna membawa misi untuk masing-masing ruang dan
benda tentang keberadaannya.
a) Pemahaman Sifat Warna terhadap cahaya menurut ilmu Fisika
Adalah sifat cahaya yang bergantung dari panjang
gelombang yang dipantulkan benda tersebut. Benda yang
memantulkan semua panjang gelombang terlihat putih, benda yang
sama sekali tidak memantulkan terlihat hitam. Dispersi terjadi
apabila sinar matahari melalui prisma kaca yang berbentuk
spektrum dan kecepatan menjalarnya tergantung pada panjang
gelombangnya. Warna utama dari cahaya atau spektrum adalah
biru, kuning dan merah dengan kombinasi-kombinasi yang dapat
membentuk segala warna.
b) Pemahaman Warna menurut ilmu Bahan
Adalah sembarang zat tertentu yang memberikan warna.
Pigmen memberikan warna pada tumbuh-tumbuhan, hewan, juga
pada cat, plastik dan barang produksi lainnya kecuali pada tekstil
yang menggunakan istilah zat celup untuk mewarnainya. Suatu
pigmen berwarna khas karena menghisap beberapa panjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
gelombang sinar dan memantulkan yang lain. Pigmen banyak
digunakan dalam industri, misalnya plastik, tinta karet dan
lenolum.
c) Pemahaman Warna secara Psikologis
Sebagai bagian dari unsur desain, warna memegang peran
sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan
atau tujuan dari ruang tersebut. menurut Henry Dreyfuss, bahwa
warna digunakan dalam simbol-simbol untuk mempertegas
maksud dari simbol-simbol tersebut .
Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan
efek-efek tertentu. Secara psikologis diuraikan oleh J. Linschoten dan
Drs. Mansyur bahwa warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat
diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan
penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita
akan bermacam-macam benda.
Dari pemahaman diatas dapat dijelaskan bahwa warna, selain
hanya dapat dilihat dengan mata ternyata mampu mempengaruhi
perilaku seseorang, mempengaruhi penilaian estetis dan turut
menentukan suka tidaknya seseorang pada suatu benda. Sifat dan
pengaruh warna :
a) Hitam, sebagai warna yang tertua (gelap) dengan sendirinya
menjadi lambang untuk sifat gulita dan kegelapan (juga dalam hal
emosi).
b) Putih, sebagai warna yang paling terang, melambangkan cahaya,
kesulitan dsb.
c) Abu-abu, merupakan warna yang paling netral dengan tidak
adanya sifat atau kehidupan spesifik.
d) Merah, bersifat menaklukkan, ekspansif (meluas), dominan
(berkuasa), aktif dan vital (hidup).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
e) Kuning, dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam, merupakan
wakil dari hal-hal atau benda yang bersifat cahaya, momentum dan
mengesankan sesuatu.
f) Biru, sebagai warna yang menimbulkan kesan dalamnya sesuatu
(dediepte), sifat yang tak terhingga dan transenden, disamping itu
memiliki sifat tantangan.
g) Hijau, mempunyai sifat keseimbangan dan selaras,
membangkitkan ketenangan dan tempat mengumpulkan daya-daya
baru.
(Henry Dreyfuss, Symbol Sourcebook. 1972 , J. Linschoten dan Drs.
Mansyur, Pengantar Ilmu Jiwa Fenomenologi. 1983).
Dari sekian banyak warna, dapat dibagi dalam beberapa bagian
Prang System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876 meliputi :
a) Hue, adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari
suatu warna, seperti merah, biru, hijau dsb.
b) Value, adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya
warna. Contohnya adalah tingkatan warna dari putih hingga hitam.
Intensity, seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang
berhubungan dengan cerah atau suramnya warna.
4. Elemen Estetis
Aksesoris dalam Desain Interior merujuk pada benda-benda yang
memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang, benda-benda
tersebut dapat menimbulkan kegembiraan visual untuk mata, tekstur
yang menarik untuk diraba atau sebagai stimulan perasaan. Pada
akhirnya, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama, aksesoris adalah bukti
jelas hunian.
Kekayaan visual dan rasa pada suatu tatanan interior dapat
berupa :
1). Manfaat : alat-alat dan objek-objek yang memang berguna.
2). Incidental : Elemen-elemen dan kelengkapan arsitektur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
3). Dekoratif : benda seni dan tanaman. (Francis DK Ching, 1996:
272-275).
5. Tema
Tema dalam perancangan Desain Interior merupakan hal yang
penting, tema dapat menimbulkan suatu suasana dan membentuk
karakter ruangan tertentu.
Sebuah tema harus dapat menjawab dan memberikan pemecahan
bagi permasalahan desain, sehingga tampilan desain yang dihasilkan
dapat memenuhi tuntutan kegiatan dan fungsi ruang yang
sesungguhnya.
H. Tinjauan Tentang Sepak bola.
a. Sejarah sepak bola dunia
Menurut Bill Muray, dalam bukunya The World Game :a history
of soccer,sepak bola sudah di mainkan Sejak awal masehi.saat itu
orang-oarang di era mesir kuno sudah mengenal permainan membawa
dan menendang bola yang dibuat dari bantalan kain linen. sejarah
yunani kuno juga mencatat ada sebuah permainan yang disebut
episcuro,permainan menggunakan bola.bukti itu tergambar pada relief-
relief di dinding museum yang melukiskan anak muda memegang bola
bulat dan memainkanya dengan paha
Sepak bola juga disebut-sebut berasal dari daratan cina.dalam
sebuah dokumen militer disebutkan,Sejas tahun 206 SM,pada masa
pemerintahan dinasti Tsin dan Han orang-orang sudah mempermainkan
sepak bola yang disebut Tsu Chu.Tsu mempunyai arti menerjang bola
dengan kaki.Sedangkan Chu berarti bola yanga ada isinya.merekapun
bermain bola yang terbuat dari kulit binatang dengan cara menendang
dan menggiringnya kesebuah jaring yang dibentangkan pada dua tiang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
b. Sejarah sepak bola modern
Sepak bola modern yang kita kenal sekarang diakui oleh
berbagai pihak berasal dari Inggris. Sepak bola modern ini mulai
dimainkan pada pertengahan abad ke-19 di sekolah-sekolah di daerah
Inggris Raya. Pada tahun 1857 beridiri klub sepak bola pertama di
dunia, dengan nama Sheffield Football Club. Klub sepak bola ini
merupakan gabungan dari beberapa sekolah yang memainkan
permainan sepak bola. Pada saat yang sama, tepatnya tahun 1863,
berdiri badan asosiasi sepak bola di Inggris, dengan nama Football
Association (FA). Pada saat itu badan inilah yang mengeluarkan
peraturan dasar permainan sepak bola, sehingga sepak bola menjadi
terorganisir.
Pada tahun 1886 terbentuk badan yang mengeluarkan peraturan
sepak bola modern di dunia, dengan nama International Football
Association Board (IFAB). IFAB terbentuk setelah adanya pertemuan
antara FA dengan Scottish Football Association, Football Association
of Wales, dan Irish Football Association di Manchester, Inggris. Hingga
saat ini IFAB adalah badan yang mengeluarkan berbagai peraturan pada
permainan sepak bola, mulai dari peraturan dasar hingga peraturan yang
menyangkutteknik permainan serta perpindahan pemain.
Tidak adanya badan yang mengatur permainan sepak bola di
dunia internasional membuat perkembangan olah raga ini agak
terhambat. Disadari oleh para pelaku sepak bola bahwa penting untuk
membentuk sebuah organisasi yang membawahi dan mengatur
permainan sepak bola secara global. Karena itu pada tanggal 21 Mei
1904 dibentuk sebuah badan sepak bola internasional di Perancis
dengan nama Fédération Internatinale de Football Association (FIFA).
Meskipun tebentuk di Perancis, namun kantor pusat dari FIFA terdapat
di Zurich, Swiss. Sedangkan presiden pertama FIFA adalah Robert
Guérin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Sejak FIFA terbentuk, perkembangan sepak bola di dunia pun
semakin pesat. Hal ini karena salah satu tugas utama dari FIFA adalah
melakukan promosi dan sosialisasi tentang sepak bola ke berbagai
belahan dunia. Perkembangan sepak bola yang pesat di dunia ini dapat
dilihat dari banyaknya negara yang masuk menjadi anggota FIFA.
Hingga saat ini sudah lebih dari 200 negara yang masuk menjadi
anggota FIFA.
c. Sejarah sepak bola eropa
Berawal dari ide Sekretaris Federasi Sepakbola Prancis (FFF)
Henri Delaunay pada akhir dekade 1920-an. Kala itu, ia melihat kutub
sepakbola dunia terbagi dua. Yakni, Eropa dan Amerika Latin. Ia telah
melihat ada kepincangan di antara dua kutub itu, di mana negara
Amerika Latin terlalu kuat bagi Eropa. Uruguay meraih medali emas di
Olimpiade 1924 dan 1928. Bahkan, Uruguay ditunjuk sebagai tuan
rumah Piala Dunia I tahun 1930 sebagai penghormatan atas prestasinya.
. Untuk mengimbangi prestasi Uruguay dan negara Amerika Latin
lainnya, Delauney ingin memperbanyak frekuensi pertandingan di
Eropa. Caranya dengan menggelar kejuaraan antarnegara. Sayang, ide
Delauney diabaikan UEFA (Uni Sepakbola Eropa). UEFA malah
menggelar kejuaraan antarklub Eropa yang kelak dikenal sebagai Liga
Champions, Piala UEFA dan Piala Winners mulai 1954.
Keputusan itu memukul Delauney sehingga pria kelahiran Paris
15 Juni 1905 itu jatuh sakit dan meninggal dunia pada November 1955.
Hal ini membuat para pengurus UEFA tersentak. Dalam kongres UEFA
1957, barulah ide Delauney itu disetujui. Kongres juga memutuskan
Prancis sebagai tuan rumah Piala Eropa 1960 sekaligus menghormati
Delauney. Sebagai tuan rumah, Prancis langsung lolos ke putaran final.
Babak penyisihan diikuti 17 negara. Dari kualifikasi itu loloslah
Yugoslavia, Cekoslowakia, Uni Soviet. Di putaran final, Uni Soviet
mengalahkan Cekoslowakia 3-0, sedangkan Yugoslavia mengalahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
tuan rumah Prancis 5-4. Dengan demikian, Uni Soviet jumpa
Yugoslavia di final
Dalam partai final yang dimainkan di Stade de Frances, Paris,
Yugoslavia unggul lebih dulu melalui Milan Galic. Keunggulan ini
berlangsung cukup lama sehingga banyak yang mengira Yugoslavia
bakal juara dan Soviet “habis”. Namun, beberapa menit sebelum
pertandingan usai, Slava Metreveli menyamakan kedudukan menjadi 1-
1. Pertandingan diperpanjang 2 x 15 menit. Saat itulah, sundulan Viktor
Ponedelnik membuyarkan harapan Yugoslavia dan mengantarkan
Soviet juara. Mungkin dari alam sana, si pemilik ide, Henri Delauney
berkata,” Regardez C’est fantastique! C’est magnifique!” Lihatlah,
betapa fantastis, betapa menariknya.
Jumlah peserta Piala Eropa II, yang berlangsung di Spanyol,
1964, membengkak dari 17 negara menjadi 29 negara. Pembengkakan
ini antara lain ditandai masuk masuknya Inggris dan Italia dalam kancah
perhelatan akbar se-Eropa ini. Namun, formatnya sama, putaran final
hanya diikuti empat tim. Di final di Stadion Santiago Bernabeu, yang
salah satu penontonnya adalah diktator Spanyol, Jendral Franco, tuan
rumah mengalahkan Uni Soviet. Spanyol pun juara.
Italia menjadi tuan rumah Piala Eropa ketiga pada 1968. Italia jumpa
Yugoslavia pada partai final di Roma. Kedudukan tetap 1-1 kendati
sudah dilakukan perpanjangan waktu. Pertandingan dilanjutkan dua hari
kemudian, Italia mengalahkan Yugoslavia 2-0. Karena pesertanya
makin banyak, formatnya diubah. Setiap peserta harus menjadi juara
dan runner up grup terlebih dahulu untuk lolos final.
Italia, yang menjadi runner up di Piala Dunia 1970 setelah
dikalahkan Brasil, difavoritkan bakal menjuarai Piala Eropa 1972 di
Belgia. Namun, ternyata penampilan Italia di bawah standar dan
tersingkir. Jerman Barat yang ditangani Helmut Schoen menjadi juara
dengan mengalahkan Uni Soviet 3-0 di final. Materi pemain Jerman
waktu itu antara lain Franz Beckenbauer, Paul Breitner, Uli Hoeness,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Gunter Netzer dan Gerd Mueller yang dua tahun kemudian menjadi
juara Piala Dunia 1974 dengan meredam “total football” Belanda 2-1 di
final.
Piala Eropa 1976 untuk pertama kalinya digelar di negara Blok
Timur, Yugoslavia. Jerman Barat terlalu tanggung bagi lawan-
lawannya. Tanpa hambatan yang berarti, Der Panzer melenggang ke
final. Pasukan Schoen jumpa Cekoslowakia. Der Panzer sempat
tertinggal 0-2, tapi kemudian Dieter Muller dan Bernd Holsenbein
menyamakan 2-2. Cekoslowakia menang lewat adu penalti, yang
ditentukan oleh tendangan Antonin Panenka. Keberhasilan
Cekoslowakia mengubah peta sepakbola Eropa yang selama ini
didominasi Jerman, Belanda, Spanyol, Inggris, Uni Soviet dan
Yugoslavia. Salah satu pemain Cekoslowakia adalah Joseph Masopust,
yang kemudian sempat menjadi pelatih nasional PSSI.
Piala Eropa pun makin gemerlap, bahkan disebut-sebut sebagai
Piala Dunia Mini. Jumlah peserta Piala Eropa 1980 menjadi dua kali
lipat dari 17 negara yang ikut Piala Eropa pertama. Piala Eropa 1980
dimenangi Jerman yang mengalahkan Belanda 2-1 di final. Gol penentu
kemenangan Jerman dicetak “mesin giling” Horst Hrubesch.Empat
tahun berikutnya, Piala Eropa 1984, adalah zaman keemasan Michel
Platini, Alain Giresse, Jean Tigana dan Luis Fernandez yang dijuluki
“Le Carre Magique” atau segi empat ajaib. Platini, yang juga bintang di
Juventus, mencetak satu gol dan mengantarkan Prancis juara Piala
Eropa 1984 dengan mengalahkan Spanyol 2-0 di final.
Peta kekuatan bergeser ke Belanda empat tahun kemudian. Trio
Belanda yang sehari-hari merumput di AC Milan: Frank Rijkard, Ruud
Gullit dan Marco van Basten terlalu sulit untuk dibendung. Mereka
mengantarkan Belanda juara Eropa 1988, dengan mengalahkan Uni
Soviet di final. Salah satu gol Belanda dicetak Van Basten dengan
tendangan voli sudut sempit dan gagal diblok kiper Rinat Dessayev. Gol
ini dianggap sebagai gol terindah dalam sejarah Piala Eropa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Jumlah peserta Piala Eropa 1992 semakin banyak. Hal ini
disebabkan pecahnya Uni Soviet menjadi Rusia, Ukraina, Georgia,
Kazakhstan, Turkmenistan, Tajikistan, Uzbekistan dan sebagainya. Kala
itu, Yugoslavia juga sedang berada di ambang perpecahan. Akibatnya,
Yugoslavia dikenai sanksi internasional oleh PBB. Sanksi itu berbuntut
ke UEFA, di mana Yugoslavia dilarang ikut walaupun lolos kualifikasi
Denmark yang berposisi sebagai tim peringkat ketiga di babak
kualifikasi, otomatis naik ke peringkat kedua dan lolos ke putaran final.
Inilah kejutan terbesar sepanjang sejarah, Denmark yang tampil tanpa
beban, melaju ke final dan mengalahkan Jerman. Orang pun makin
percaya bahwa Denmark memang “dinamit”.
Peserta Piala Eropa 2000 di Belgia dan Belanda makin banyak
setelah Yugoslavia juga pecah menjadi negara-negara kecil seperti
Kroasia, Serbia, Montenegro, Serbia Herzegovina, Slovenia, Macedonia
dan sebagainya. Situasi ini menguntungkan negara-negara raksasa
sepakbola. Sebab, sejak itu peta kekuatan sepakbola Eropa sepertinya
kembali ke jalur semula. Piala Eropa 1996 dijuarai Jerman, Piala Eropa
2000 dijuarai Prancis yang baru saja juara dunia 1998. Baru pada 2004
terjadi lagi kejutan ketika tim underdog,yunani menjadi juaranya
Sepakbola adalah sebuah misteri yang jawabannya hanya ditemukan
pada hari pertandingan.
Sepakbola adalah sebuah misteri yang jawabannya hanya
ditemukan pada hari pertandingan.
d. Perkembangan sepak bola di Asia
Beralih ke asia perkembangan sepak bola di asia tidak seperti di
eropa walaupun sepak bola berasal dari China.Perkembangan sepak
bola di asia cukup lamban hal ini dapat dilihat dari ke ikut sertaan
negara-negara asia dalam piala dunia,ini terbukti belum ada negara di
asia belum pernah menjadi juara dunia. bahkan kompetisi di asia belum
bisa bersaing dengan kompetisi eropa.Hal ini terjadi karena sepak bola
di asia dulu bukan olah raga yang terpopuler di asia,sekitar beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
tahun belakangan ini setelah piala dunia 2002 di Korea dan Japan sepak
bola asia semakin berkembang karena ternyata sepak bola asia tidak
tertinggal jauh dari eropa,Hal ini dilihat dari prestasi korea yang lolos
ke semifinal dengan mengalahkan italia.Dan membuat negara lain di
asia ingin menyaingi prestasi tersebut
Sejarah berkembangnya sepak bola di indonesia dibawa oleh
kaum penjajah.hal ini terbukti indonesia pernah mengikuti piala dunia
pada tahun 1938 dan tidak terlepas pula peran dari PSSI(Persatuan
sepak bola seluruh Indonesia)
e. Sejarah PSSI (Persatuan sepak bola seluruh Indonesia)
PSSI dibentuk pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta
dengan nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Sebagai
organisasi olahraga yang lahir pada masa penjajahan Belanda, kelahiran
PSSI ada kaitannya dengan upaya politik untuk menentang penjajahan.
Apabila mau meneliti dan menganalisa lebih lanjut saat-saat sebelum,
selama, dan sesudah kelahirannya hingga 5 tahun pasca proklamasi
kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, terlihat jelas bahwa PSSI lahir
dibidani oleh muatan politis, baik secara langsung maupun tidak, untuk
menentang penjajahan dengan strategi menyemai benih-benih
nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia yang ikut bergabung.
PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin
Sosrosoegondo. Beliau menyelesaikan pendidikannya di Sekolah
Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman, pada tahun 1927 dan kembali
ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali, Soeratin bekerja pada
sebuah perusahaan bangunan Belanda, Sizten en Lausada, yang
berkantor pusat di Yogyakarta. Di sana beliau merupakan satu-satunya
orang Indonesia yang duduk sejajar dengan komisaris perusahaan
konstruksi besar itu. Akan tetapi, didorong oleh semangat nasionalisme
yang tinggi, beliau kemudian memutuskan untuk mundur dari
perusahaan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Setelah berhenti dari Sizten en Lausada, Soeratin lebih banyak
aktif di bidang pergerakan. Sebagai seorang pemuda yang gemar
bermain sepak bola, beliau menyadari kepentingan pelaksanaan butir-
butir keputusan yang telah disepakati bersama dalam pertemuan para
pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda).
Soeratin melihat sepak bola sebagai wadah terbaik untuk menyemai
nasionalisme di kalangan pemuda sebagai sarana untuk menentang
Belanda.
Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Soeratin rajin mengadakan
pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta, dan
Bandung. Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi secara diam-
diam untuk menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian,
ketika mengadakan pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat
17, Jakarta, Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta), dan
juga pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk
sebuah organisasi sepak bola nasional. Selanjutnya, pematangan
gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung, Yogyakarta, dan Solo
yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti
Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A. Hamid, dan Soekarno
(bukan Bung Karno). Sementara itu, untuk kota-kota lainnya,
pematangan dilakukan dengan cara kontak pribadi atau melalui kurir,
seperti dengan Soediro yang menjadi Ketua Asosiasi Muda Magelang.
Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpulah wakil dari
VIJ (Sjamsoedin, mahasiswa RHS), BIVB - Bandoengsche
Indonesische Voetbal Bond (Gatot), PSM - Persatuan Sepakbola
Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito, A. Hamid, dan M. Amir
Notopratomo), VVB - Vortenlandsche Voetbal Bond Solo (Soekarno),
MVB - Madioensche Voetbal Bond (Kartodarmoedjo), IVBM -
Indonesische Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB -
Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Pamoedji). Dari pertemuan
tersebut, diambillah keputusan untuk mendirikan PSSI, singkatan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia. Nama PSSI lalu diubah
dalam kongres PSSI di Solo pada tahun 1930 menjadi Persatuan
Sepakbola Seluruh Indonesia sekaligus menetapkan Ir. Soeratin sebagai
ketua umumnya.dan perkembangan sepak bola Indonesia mengalami
system periodesasi
Tim nasional sepak bola Indonesia memiliki kebanggaan
tersendiri, menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia
FIFA pada tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia
Belanda dan kalah 6-0 dari Hungaria, yang hingga kini menjadi satu-
satunya pertandingan mereka di turnamen final Piala Dunia. Indonesia,
meski merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat
besar.tim nasional indonesia penah dijuluki macan asia pada tahun
50,60,70n
Pada tahun 50n di olimpiade Melbourne australia tim nasional
indonesia berhasil menahan uni soviet 0-0 dan pemain bintang pada saat
itu adalah Ramang dan dilatih oleh Tony Pogacnik yang menemukan
bakat Ramang
Pada tanggal 26 februari 1976 di Stadion Senayan Jakarta ,tim
nasional berhadapan dengan korea utara di final penyisihan indonesia
hampir saja meraih tiket ke olimpiade 1972 andai Suab Rizal dapat
mencetak gol dari penalti dan akhirnya indonesia kalah adu penalti
dengan skor 4-5dengan fomasi pemain Sutjipto
soentoro(penyerang)Abdul kadir(kiri luar)jakop
sihasale(penyerang)M.basri(kanan dalam) iswadi idris(kanan luar)Sinyo
aliando(kiri dalam)Surya lesmana(gelandang kiri)Mulyadi (gelandang
kanan)Anwar ujang(gelandang tengah)Yuswardi (bek)Sunarto
(bek)Ronny pasla(kiper) setelah itu muncul nama-nama generasi emas
berikutnya di antaranya Junaidi Abdulah,Andi lala,Rony
patinasaranidan banyak lagi
Di Era 80n PSSI prestasinya cukup menggembirakan saat Asian
Games di Seoul dengan menembus semifinal sebelumnya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
kulifikasi piala dunia 1986 indonesia nyaris lolos ke putaran final
karena kalah 0-4 dari Korsel.Prestasi lain ,juara SEA Ganes di Jakarta
tahun1987 mengalahkan malaysia 1-0.
Memasuki era 90n tim nasional hanya merasakan sekali gelar
menjadi juara SEA Games di Manila.Setelah itu tak pernah lagi menjadi
juara dengan materi pemain binaan dari Italia atau yang biasa disebut
dengan PSSI Primavera diantarnnya kuniawan dwi yulianto,Bima
sakti,Kurnia sandi dan banyak lagi
Di tahun 2000 atau abad 21 prestasi tim nasional melorot tajam
hanya mendapatkan piala kemerdekaan di tahun 2008 dan itupun setelah
Saudi Arabia tidak mau bertanding dan prestasi individu Bambang
pamungkas yang menjadi pencetak gol terbanyak.
Gambar II.22 Logo PSSI
Gambar II.23 Stadion Utama Gelora Bung Karno
Nama Stadion: Stadion Utama Gelora Bung Karno
Dibangun : 1962
Kapasitas : 110.000 Penonton (Duduk Semua & Beratap)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Rekor di Piala Dunia
1930 - Tidak ikut
1934 - Tidak ikut
1938 - Babak ke-1 (sebagai Hindia Belanda)
1950 - Mengundurkan diri
1954 - Tidak ikut
1958 - Mengundurkan diri selama kualifikasi
1962 - Mengundurkan diri
1966 - Tidak ikut
1970 - Tidak ikut
1974 hingga 2010 - Tidak lolos
Rekor di Piala Asia
1956 hingga 1964 - Tidak ikut
1968 hingga 1992 - Tidak lolos
1996 - Babak ke-1
2000 - Babak ke-1
2004 - Babak ke-1
2007 - Babak ke-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
H. Tinjauan Tentang Kota Solo
1. Sejarah Kota Solo
Kota Surakarta didirikan pada tahun 1745, ditandai dengan
dimulai pembangunan Keraton Mataram sebagai ganti keraton di
Kartasura yang hancur akibat pemberontakan orang-orang Tionghoa
melawan kekuasaan Pakubuwono (PB) II yang bertahta di Kartasura
pada tahun 1742. Pemberontakan ini bahkan mengakibatkan PB II
menyingkir ke Ponorogo.
Dengan bantuan VOC, pemberontakan dapat ditumpas dan
Kartasura direbut kembali, tapi keraton sudah hancur dan dianggap
"tercemar". Sunan Pakubuwana II kemudian memerintahkan
Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta
komandan pasukan Belanda J.A.B. van Hohendorff untuk mencari
lokasi Ibukota Kerajaan Mataram Islam yang baru. Maka dibangunlah
keraton baru di Surakarta (menurut pihak tertentu, nama asli adalah
"Salakarta"), 20 km ke arah tenggara dari Kartasura, pada 1745, di desa
Sala di tepi Bengawan Solo. Pembangunan kraton baru ini menurut
catatan menggunakan bahan kayu jati dari kawasan hutan didekat
Wonogiri (Alas Kethu) dan kayunya dihanyutkan melalui sungai.
Berlakunya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan
Surakarta menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta, dengan
rajanya PB III. Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan Kasultanan
Yogyakarta, dengan rajanya Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono
(HB) I). Keraton dan kota Yogyakarta mulai dibangun pada 1755,
dengan pola tata kota yang sama dengan Surakarta yang lebih dulu
dibangun.
Perjanjian Salatiga 1757 memperluas wilayah kota Solo, dengan
diberikannya wilayah sebelah utara keraton kepada pihak Pangeran
Sambernyawa (Mangkunagara I). Sejak saat itu, Solo merupakan kota
dengan dua sistem administrasi, yang berlaku hingga 1946, pada masa
Perang Kemerdekaan Republik Indonesia. (www.wikipedia.org)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
2. Keadaan Geografis Kota Solo
Kota Solo terletak di dataran rendah dengan ketinggian kurang
lebih 92 meter diatas permukaan air laut, yang berarti lebih rendah atau
hampir sama tingginya dengan permukaan sungai Bengawan Solo.
Selain Bengawan Solo dilalui juga beberapa sungai, yaitu Kali Pepe,
Kali Anyar dan Kali Jenes yang semuanya bermuara di Bengawan Solo.
Kota Surakarta terletak diantara: 110 45’ 15”- 110 45’35” Bujur Timur,
70 36’ - 70 56’ Lintang Selatan.
Batas Wilayah Kota Solo yakni di sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, di sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Sukoharjo, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo,
di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan
Kabupaten Karanganyar.
(Sumber : www.surakarta.go.id.)
Gambar II.23 Peta Kota Solo
Keadaan Cuaca Kota Solo yakni suhu udara maksimum 32,4 C
dan suhu udara minimum 21,6 C sedangkan tekanan udara rata-rata
adalah 1008,74 mbs dengan kelembaban udara 79 %. Kecepatan angin
berkisar 4 knot dengan arah angin 188 serta beriklim panas.
(www.surakarta.go.id)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Gambar II.24 Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo.
(Sumber : RUTRK Surakarta)
Dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) tahun 1993-
2013, Kota Surakarta dibagi dalam 10 SWP
(Sub Pembangunan
Wilayah), yaitu:
a) Pucang Sawit, meliputi Pucang Sawit, Jagalan, Gandekan,
Sangkrah, Kampung Sewu, dan Semanggi
b) Kampung Baru, meliputi Kampung Baru, Kepatihan Kulon,
Kepatihan Wetan, Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon,
Ketelan, Timuran, Punggawan, Stabelan, dan Dinoprajan.
c) Gajahan, meliputi Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Kratonan,
Jayengan, Kemlayan, Pasar Kliwon, Gajahan, Kauman, Baluwarti,
Kedung Lumbu dan Jogosuran.
d) Sriwedari, meliputi Tipes, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari,
Purwosari, Manahan, dan Mangkubumen.
e) Sondakan, meliputi Pajang, Laweyan, dan Sondakan.
f) Jajar, meliputi Jajar, Karang Asem, dan Kerten.
g) Sumber, meliputi Sumber dan Banyuanyar.
h) Jebres, meliputi Jebres dan Tegalharjo.
i) Kadipiro, meliputi Kadipiro dan Nusukan.
j) Mojosongo.
1 3
8
7
6
5 4 2
10 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
3. Keadaan Demografi Kota Solo
Kota Solo mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2003 adalah
552.542 jiwa terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, tersebar
di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan. Sex ratio nya 96,06%
yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka
ketergantungan penduduk sebesar 66%. Jumlah penduduk tahun 2003
jika dibandingkan dengan jumlah penduduk hasil sensus tahun 2000
yang sebesar 488.834 jiwa, berarti dalam 3 tahun mengalami kenaikan
sebanyak 83.708 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk ini disebabkan
oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam bidang pendidikan, Kota Solo mempunyai 2 Perguruan
Tinggi negeri dan 24 perguruan tinggi swasta.. Keberadaan pendidikan
tinggi tersebut menunjukkan bahwa Kota Solo telah memiliki lembaga
pendidikan tinggi yang relatif lengkap, sehingga cukup layak untuk
disebut sebagai kota pendidikan juga. Aset tersebut merupakan sarana
dan prasarana yang penting bagi penyediaan sumber daya manusia
terdidik di Kota Solo.
4. Solo sebagai kota olah raga
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, dalam
bulan Januari 1947, bertempat di Balai Pertemuan Hadipraja
Solo(Surakarta) berkumpullah para pemimpin olahraga dari seluruh
wilayah Republik Indonesia dalam Usaha menentukan langkah-langkah
yang harus diambil untuk menggerakkan olahraga secara teratur.
Pertemuan tersebut terkenal sebagai Kongres olahraga pertama
yang diselenggarakan dalam Negara Republik Indonesia Merdeka.
Kongres tersebut dipimpin oleh almarhum dr.Abdul Rachman Saleh,
salah seorang tokoh olahraga terkemuka. Kongres ini telah melahirkan
dua organisasi dengan nama satu Persatuan Olahraga Republik
Indonesia disingkat dengan PORi. Dengan didirikannya PORI tadi,
maka Republik Indonesia adalah telah memiliki suatu organisasi
olahraga tingkat nasional, sedang organisasi olahraga bernama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Geerakan olahraga disingkat Gelora yang dipimpin oleh Sri Paku Alam
VIII, telah meleburkan diri dengan PORI tersebut.
Tujuan PORI kecuali memperatukan gerakan-gerakan
keolahragaan di Tanah Air adalah juga sebagai organisasi untuk
memperkuat kesatuan bangsa guna mempertahankan Negara Republik
Indonesia yang telah diproklamirkan tanggal 17 Agutus 1945.
Dalam Rangka keinginan untuk ikut serta daam Olympic Games
XIV Di London, yang diselenggarakan dalam tahun 1948, maka
dipandang perlu adanya suatu organisasi khusus yang mendapat tugas
menyelenggarakan hubungan dengan Komite Olimpiade Internasional
dan yang memenuhi ketentuan-ketentuan Komite Olimpiade
Internasional tersebut. Dan unuk itu dibentuklah organisasi Olahraga
organisasi Olahraga Kedua yang bernama Komite Olimpiade Republik
Indonesia yang berkedudukan di yogyakarta dan diketuai oleh Sri
Sultan Hamengkubuwono IX yang merupakan organisasi keolahragaan
yang memenuhi ketentuan dimaksud.
Dengan demikian terdapatlah dua organisasi yang mengurus
/membina keolahragaan di Indonesia pada masa itu,yaitu:
1. Persatuan Olahraga Republik Indonesia Disingkat PORI yang
mendapat tugas khusus menyelenggarakan kegiatan-kegiatan
olahraga dalam negeri.
2. Komite Olimpiade Republik Indonesia disingkat KORI yang
mendapat tugas menyelenggarakn hubungan dengan Komite
Olimpiade Internasional Dan Federasi-Federasi olahraga
Internasional lainnya.
Untuk mewujudkan keinginan guna ikut serta dalam Olympic
Games XIV diLondon tersebut.KORI mengadakan persiapan-persiapan
yang menyusun delegasinya. Namun karena adanya serbuan tentara
Belanda ke wilayah Republik ndonesia yang dikenal dengan nama
Agresi Belanda I, maka semua potensi dikerahkan untuk menghadapi
serbuan Belanda tersebut hingga semua soal-soal keolahragaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
khususnya persiapan untuk mengikuti Olmpiade XIV terpaksa tidak
dapat dilaksanakan sebagai mana mestinya . Baru setelah adanya
persetujuan Renville pada tanggal 13 Januari 1948, kegiatan-kegiatan
keolahragaan itu dapat dihidupkan kembali.
Akan tetapi karena persiapan untuk memilih atlit-atlit tidak
dapat dilakukan berhubung waktunya yang sangat sempit serta pula
adanya macam-macam kesulitan lainnya, maka cita-cita untuk ikut
dalam olimpiade XIV di London tidak dapat diwujudkan.
Atas dasar inilah, timbul gagasan untuk menghidupkan kembali
Pekan olah raga yang dilakukan oleh ISI (ikatan sport indonesia)pada
tahun 1938 di Solo. Insyaf akan pentingnya olahraga untuk perjuangan
dan pembangunan negara , maka pekan Olahraga yang akan dihidupkan
kembali itu harus didasarkan kepada tujuan yang luas , yaitu bukan saja
untuk meningkatkan prestasi olahraga, tetapi juga dimaksudkan untuk
kepentingan politik baik ke dalam maupun ke luar negeri. Ke dalam
negeri dimaksudkan ntuk membina integrasi bangsa, sedang ke luar
negeri digunakan untuk mewujudkan bahwa bangsa Indonesia mampu
meakukan suatu pekerjaan besar di tengah-tengah kesulitan negara
akibat rongrongan kaum penjajah Belanda pada waktu itu, yang
penyelenggaraannya dengan menggunakan seluruh potensi masyarakat.
Dan dengan kesepakatan bersama dari para olahragawan Indonesia
maka penylenggaraan PON akan dilaksanakan dimaksudkan untuk
meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa melalui sarana olahraga,
dengan konep dasar sebagaimana telah ada yaitu adanya 1)Pembukaan;
2)Penyelenggaraan Pertandingan; dan Perlombaan serta 3)Penutupan
(Tim IT Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia
© 2008)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Sebagai catatan bahwa kota Surakarta pernah menjadi tempat
berbagai peristiwa penting olah raga penting antara lain:
a) Merupakan salah satu kota pendeklarasian PSSI tahun 1930
b) Pernah menjadi tempat Konggres olahraga pada Januari 1946
dalam rangka membentuk Organisasi Olahraga Republik Indonesia
(OORI).
c) Pernah menjadi penyelenggara FESPIC IV atau pekan Olah Raga
Cacat pada tahun 1986.
Berdasarkan RUTRKI 1993-2013 kota Solo memiliki
kesempatan dalam strategi penyediaan fasilitas berskala nasional
maupun internasional (www.surakarta.go.id)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
BAB III
STUDI LAPANGAN
A. MUSEUM POLRI
Museum ini berada di daerah Blok M, Jakarta Selatan. Merupakan
museum modern yang menggunakan teknologi dalam penyajian materi
koleksi. Yaitu pada media informasi yang memberi informasi tentang
materi – materi yang ada di tiap ruag masing – masing lantai.
1. Waktu Operasional :
Buka pada hari Selasa hingga Minggu pada pukul 09.00 hingga
16.00 WIB.
2. Dokumentasi
Gambar III.1 Foto bagian depan
Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar III.2 Foto teknologi yang dipakai
Sumber : dokumentasi pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Gambzr III.3 Foto Interior Museum
Sumber : dokumentasi pribadi
B. TAMAN PINTAR
1. Alamat :
Jl. Panembahan Senopati No. 1-3 Yogyakarta INDONESIA
55122 telp: +62-274-583631, 583713 fax: +62-274-583664
Taman Pintar dibangun sebagai wahana ekpresi, apresiasi dan
kreasi dalam suasana yang menyenangkan dengan moto
“mencerdaskan dan menyenangkan”.
2. Waktu Operasional :
Setiap hari Selasa hingga Minggu pukul 09.00 - 16.00 WIB
(Hari Senin Tutup).
3. Fasilitas:
- Alat peraga iptek interaktif
- ruang pameran dan audiovisual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
- Food court
- Mushola
- Toko suvenir
- Pusat Informasi
4. Dokumentasi display yang interaktif
Gambar III.4 Foto alat peraga interaktif
Sumber : dokumentasi pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
C. FX MALL
Sebuah bangunan komersial di Jakarta Selatan yang menggunakan
pendekatan gaya Modern pada interiornya.
- Foto Dokumentasi
Gambar III.5 Foto bangunan FX mall dari depan
Dokumetasi pribadi
Gambar III.6 Foto flooring FX mall
Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Gambar III.7 Foto pengolahan dinding FX mall
Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Gambar III.8 Foto ceiling FX mall
Dokumentasi Pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
D. Museum Sepak Bola
Bertempat di Kota Preston, ada sebuah museum tentang sejarah
nasional sepakbola Inggris. Museum ini berada di samping stadion tertua
di Inggris yaitu Deepdale Stadium. Alasannya adalah Preston yang
memiliki klub sepakbola Preston North End adalah juara 2x Liga Inggris
pertama kali (Liga Profesional Dunia) yaitu pada tahun 1888-1889 dan
1889-1890.
Gambar III.9 Museum Sepak bola Tampak Eksterior
Sumber : internet
Beberapa foto tentang sejarah sepakbola Inggris dan film pendek
dari keseluruhan museum ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Gambar III.10 Museum Sepak bola Tampak Interior
Sumber : internet
Kaos timnas Inggris terbuat dari wol di pertandingan sepakbola
pertama kalinya antar negara. Inggris vs Skotlandia tahun 1872.
Simulator elektronik untuk tendangan penalti. Disini kita bisa
melihat kekuatan tendangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
BAB IV
ANALISA DESAIN INTERIOR MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA
DI SURAKARTA
A. Analisa Eksisting
1. Asumsi Lingkungan
Lokasi museum harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Lokasi museum harus strategis, yaitu mudah dijangkau oleh umum
b. Lokasi museum harus sehat, pengertiannya yaitu :
1) Lokasinya tidak berada di daerah perindustrian yang banyak terjadi
polusi udara maupun pencemaran lainnya.
2) Lokasi tersebut bukan daerah dengan tanah berlumpur atau tanah rawa
maupun tanah yang berpasir disamping didukung pula oleh elemen -
elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi tersebut, seperti misalnya
kelembaban udara setidaknya harus terkontrol mencapai kenetralan
antara 55% sampai 65%.
3) Tersedianya sarana maupun fasilitas penunjang operasional.
4) Memiliki daya tarik wisata yang tinggi, sehingga menarik banyak
pengunjung untuk datang ke lokasi tersebut.
2. Asumsi Lokasi
Dalam menentukan pemilihan lokasi perancangan yang tepat perlu
adanya berbagai pertimbangan baik secara fisik maupun secara ekologis,
yang tentunya ini sangat berpengaruh terhadap minat pengunjung. Adapun
pertimbangan-pertimbangan tersebut, antara lain:
a. Lokasinya tidak jauh dari Stadion Sriwedari,Markas Persis Solo .
b. Lokasi tersebut mempunyai akses yang tinggi terhadap fasilitas
kepariwisataan, seperti hotel, mall dan tempat perdagangan.
c. Lokasi tersebut mempunyai akses terhadap fasilitas dan sarana penunjang
operasional.
d. Lokasi tersebut merupakan salah satu tempat konsentrasi publik sehingga
mudah untuk dijangkau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Dengan adanya pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka dapat
ditentukan lokasi proyek Desin Interior Museum Sepak Bola Indonesia yaitu
berada di kawasan Slamet Riyadi .
Adapun alasannya, antara lain adalah sebagai berikut :
a. Jalan Slamet Riyadi merupakan pusat keramaian malam maupun jalan
utama kota Solo.
b. Tidak jauh dengan Stadion bersejarah Sriwedari.
c. Dekat dengan pusat perbelanjaan, yakni Solo Grandmall.
d. Merupakan salah satu titik konsentrasi massa di kota Solo
3. Analisa Interior
Urutan akses masuk museum sebagai berikut :
a. Area Penerima
1) Lobby
2) Area resepsionis dan informasi
3) Area penitipan barang
4) Ruang introduksi
b. Area Edukasi dan Rekreasi
1) Ruang Pamer tetap
2) Ruang Audio visual dan Ruang Auditorium dan Seminar
3) Library
c. Area service
1) Counter souvenir
2) Lavatory Mushola
3) Mushola
d. Area Private
1) Ruang Pengelola
2) Ruang Konservasi (restorasi)
Dalam penerapan ruang pamer dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Ruang pamer tetap museum sejarah, ruang berdiri sendiri dalam satu
fungsi.
Dasar pertimbangan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
1) Penyajian materi koleksi yang harus didisplay secara runtut, sesuai
dengan kronologisnya.
2) Materi display lebih bersifat pemanen, karena ditujukan lebih kepada
kajian sejarah.
b. Ruang pamer temporer, berdiri menjadi satu fungsi dengan ruang
auditorium.
Dasar pertimbangan :
1) Kegiatan pameran bersifat temporer, bukan merupakan kegiatan
utama sebuah museum sepak bola ini.
2) Ruang auditorium memiliki frekuensi penggunaan yang tidak tetap,
sehingga akan lebih efisien jika dalam satu ruangan mempunyai dua
fungsi yang tidak saling mengganggu.
B. Programing
1. Status Kelembagaan
Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta ini merupakan museum
yang dikelola oleh lembaga swasta, dengan melibatkan instansi pemerintah
daerah dan Dinas Pariwisata Kota Surakarta.
2. Struktur Organisasi
Skema IV.1 Struktur Organisasi
KEPALA MUSEUM
SUB BAG
TATA USAHA
SEKSI PAMERAN
DAN EDUKASI
SEKSI KOLEKSI DAN
PERAWATAN SUB KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
3. Sistem Operasional
Waktu operasional Museum Musik Rock Indonesia adalah :
a. Hari Selasa - Jum’at : pukul 08.00 – 16.00 WIB
b. Hari Sabtu dan Minggu/Libur : pukul 08.00 – 17.00 WIB
4. Program Kegiatan
a. Program kegiatan Museum
1) Kegiatan pengelolaan museum yang meliputi kegiatan menjalankan
dan mengkoordinasi seluruh kegiatan yang ada di dalam museum agar
dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
2) Kegiatan pendidikan (edukatif), bimbingan dan penyebarluasan
informasi melalui sarana pameran, pemutaran film, perpustakaan,
penelitian, dan sebagainya.
3) Kegiatan pendukung, antara lain yaitu kegiatan merawat,
memperbaiki dan mendokumentasi materi koleksi dan sarana
pendukungnya.
4) Kegiatan servis, yaitu semua kegiatan pelayanan baik pada
pengunjung maupun pada gedung itu sendiri. Kegiatan tersebut antara
lain : menjaga keamanan gedung, menjaga kebersihan gedung,
memberi pelayanan dalam bidang logistik dan sebagainya.
b. Pola Kegiatan Manusia
1) Kegiatan Pengelola
a) Pengelola Administrasi
Skema IV.2 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi Museum Sepak bola
Indonesia di Surakarta.
Datang/Pulang
ME/SE
- Musholla
- Lavatory
- Kafetaria
Kantor /
Adminstrasi
Rapat,diskusi,
pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
b) Pengelola Perawatan dan Dokumentasi
Skema IV.3 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi
Museum Sepak bola indonesia di Surakarta. .
c) Pengelola Bimbingan dan Edukasi
Skema IV.4 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi Museum
Sepak bola indonesia di Surakarta.
d) Pengelola Persiapan Pameran
Skema IV.5 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran Museum Sepak
bola Indonesia di Surakarta.
Kantor /
Adminstrasi
- Musholla
- Lavatory
- R. Pamer
- R. Audio Visual
- R.Serbaguna
- Perpustakaan
Datang/Pulang
ME/SE
Rapat,diskusi,
pertemuan
- R. Informasi
- R. Data
- R. Kontrol / Jaga
- Loket Tiket
- R. Penitipan Barang
- Gudang
- Toko Souvenir - Musholla
- Lavatory
- Kafetaria
Rapat,diskusi,
pertemuan
Kantor /
Adminstrasi
Datang/Pulang
ME/SE
Datang/Pulang
ME/SE
Rapat,diskusi,
pertemuan
Kantor/
Administrasi
- Musholla
- Lavatory
- Kafetaria
- R. Penerimaan Barang
- R. Koleksi
- Konservasi
- R. Preparasi
- Storage
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
e) Kegiatan Servis
Skema IV.6 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Service Museum Sepak bola
Indonesia di Surakarta.
2) Kegiatan Pengunjung Museum
a) Wisatawan Umum
Skema IV.7 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan umum Museum Sepak bola
Indonesia di Surakarta.
b) Pelajar dan Mahasiswa serta Peneliti (wisatawan khusus)
Skema IV.8 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan khusus
Datang/Pulang
ME
Membeli Tiket
Menitipkan
barang
- Melakukan penelitian/ R. konservasi & Storage
- Melihat pemutaran film/audiovisual
- Membaca buku/ perpustakaan
- Mushola
- Lavatory
- Istirahat
R.Tamu/
R.Tunggu
R.Informasi
- Musholla
- Lavatory
- Kafetaria
- R. Informasi
- R. Kontrol/ Jaga
- Loket Tiket
- Storage
- Toko Souvenir
Datang/Pulang
SE
Merawat dan
menjaga gedung/
bangunan
Datang/Pulang
ME Membeli Tiket
Menitipkan
barang
- Melihat pameran
- Melihat pemutaran
film/audiovisual
- Membaca buku/
perpustakaan
- Ke mushola
- Ke lavatory
- Istirahat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
5. Benda Koleksi
Materi (benda) koleksi yang akan di pamerkan antara lain :
a. Kostum
b. Majalah, koran, poster, fotografi dan dokumen
c. Perangkat pertandingan.
d. Film, video clip, dan dokumentasi.
e. Oral historis
f. Patung
g. Tropi dan Medali
Pengelompokan :
a. Menurut kronologis (sesuai perkembangan sejarahnya)
b. Menurut bentuk 2D (lukisan,photo,poster) dan 3D (patung, miniature)
c. Menurut ukuran (besar – kecil sesuai standard NAD)
d. Menurut tingkat sensitivitas material(standard NAD).
6. Fasilitas Ruang
Fasilitas dan Program Ruang
ZONA KEGIATAN RUANG SIFAT RUANG
Penerimaan - Menerima pengunjung
- R. tamu/R.tunggu
- Menjual tiket
- Memberi informasi
- Penitipan barang
- Menjaga keamanan gedung
Lobby / hall
Publik
Bimbingan dan
Edukasi - Pameran tetap
- Pameran temporer
- Pemutaran
film/audiovisual
- Membaca
- Seminar
R. Pamer
Lobby
R. Audiovisual
Library
auditorium
Semi publik
Pengelola Pengelolaan R. Administrasi
R. Kantor/staf
R. Security Kontrol
R. Konservasi
R. Persiapan pamer
Privat
Service Kebersihan
Penyimpanan
Ke kamar kecil
Sholat
R.Cleaning Service
Gudang
Lavatory
Mushola
Servis
Tabel IV.1 Fasilitas dan zona ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
7. Besaran Ruang
a. Lobby ( ruang pamer Temporer)
ruang kapasitas standard luasan sumber
Loket tiket
Ruang
informasi
Toko
souvenir
Ruang
tunggu dan
sirkulasi
Lavatory
Telepon
umum
2 orang
2 orang
1 ruang
1 ruang
2 ruang
2 unit
Diperlukan ruang
180 cm x 180 cm = 3,42 m²
Diperlukan ruang
315 cm x 180 cm = 4,725 m²
Diperlukan ruang
500 cm x 600 cm = 30 m²
Diperlukan ruang
10 m x 9 m = 90 m²
Diperlukan ruang
120 cm x 120 cm = 1,44 m²
3,42 m² x 2 = 6,84 m²
4,725 m² x 2 = 9,45 m²
30 m² x 1 = 30 m²
90 m² x 1 = 90 m²
24 m² x 2 = 48 m²
1,44 m² x 2 = 2,88 m²
NAD
NAD
NAD
TSS
TSS
NAD
Total minimun ruang yang dibutuhkan 187,17 m²
b. Ruang pamer
ruang kapasitas standard luasan sumber
R. Introduksi
R.Pamer
Pengertian
Sepak
Bola
R.sepak Bola
Dunia
R.Pamer
Dekade 38-
60an
R.Pamer
Dekade 70an
R.Pamer
Dekade 80an
R.Pamer
Dekade 90an
15 orang
8 orang
18 orang
8 orang
35 orang
10 orang
40 orang
Diperlukan ruang
180 cm x 180 cm = 3,42
m²
Diperlukan ruang
180 cm x 180 cm = 3,42
m²
Diperlukan ruang
180 cm x 180 cm = 3,42
m²
Diperlukan ruang
180 cm x 180 cm = 3,42
m²
Diperlukan ruang
180 cm x 180 cm = 3,42
m²
Diperlukan ruang
180 cm x 180 cm = 3,42
m²
Diperlukan ruang
180 cm x 180 cm = 3,42
m²
3,42 m² x 20 = 68,4 m²
3,42 m² x 8 = 27,36 m²
3,42 m² x 18 = 61,56 m²
3,42 m² x 8 = 27,36 m²
3,42 m² x 35 = 119,7 m²
3,42 m² x 10 = 34,2 m²
3,42 m² x 40 = 136,8 m²
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
R.Pamer
Dekade 00an
R.Pamer Hall
of Fame
R.Interval 1
R.Interval 2
R.Interval 3
35 orang
30 orang
10 orang
10 orang
20 orang
Diperlukan ruang
180 cm x 180 cm = 3,42
m²
Diperlukan ruang
180 cm x 180 cm = 3,42
m²
Diperlukan ruang
90 cm x 90 cm = 1,8 m²
Diperlukan ruang
90 cm x 90 cm = 1,8 m²
Diperlukan ruang
90 cm x 90 cm = 1,8 m²
3,42 m² x 35 = 119,7 m²
3,42 m² x 30 = 102,6 m²
1,8 m² x 10 = 18 m²
1,8 m² x 10 = 18 m²
1,8 m² x 20 = 36 m²
NAD
NAD
NAD
NAD
NAD
Total minimun ruang yang dibutuhkan 769,68 m²
Tabel IV.2 Besaran Ruang Museum Sepak bola indonesia di Surakarta.
Besaran ruang direncnakan disesuaikan menurut kebutuhan dan
standard yang telah diterapkan dengan menggunakan standard dari :
- NAD : Neufert Architect Data
- TSS : Time Saver Standart for Buildings Type, Joseph de Chiara
- DM : Dimensi Manusia & Ruang Interior
- Analisa kebutuhan ruang
8. Furniture
a. Analisa
Pertimbangan dalam pemilihan bentuk dan desain furniture di
dalam Museum Sepak Bola Indonesia secara umum adalah:
1) Furniture didesain dan disesuaikan dengan tema ruangan, dengan
bentuk yang lebih fleksibel, tidak kaku dan cenderung atraktif.
2) Furniture didesain sesuai dengan ruang gerak dan dimensi manusia
(ergonomic).
3) Furniture digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan dan aktivitas
di dalam Museum (compatible).
4) Bentuk dan bahan furniture harus mampu mengurangi resiko dalam
ruang museum dan memberikan kenyamanan bagi
penggunannya(savety)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
5) Bentuk dan bahan furniture harus memberikan kontribusi positif bagi
museum dan memberikan efek psikologis bagi para penggunanya
(positive effect)
b. Dimensi
Diambil total ukuran rata –rata kebutuhan aktifitas.
1) Kelompok Kegiatan Pengelolaan
Pelaku Kegiatan Fasilitas Dimensi
Pimpinan
- Kepala Museum
- Wakil
- Sekretaris
- Kabag. Umum
- Kabag.Teknis
Operasional
- Rapat/ Pertemuan
- Kerja
- Meja & kursi rapat
- Meja & kursi kerja
- Meja computer
- Lemari cabinet
- Meja & kursi tamu
- Rak buku
150 x 250 x 75
100 x 80 x 75
60 x 80 x 75
80 x 40 x 180
150 x 150 x 45
100 x 40 x 180
Administrasi
- Kerja
- Pengarsipan data
- Meja & kusi kerja
- Meja computer
- Lemari /loker
- Rak buku
100 x 80 x 75
60 x 80 x 75
80 x 40 x 180
100 x 40 x 180
Humas &
Pemasaran
- Kerja
- Berhub. dgn dlm &
luar. (instansi
&masyarakat)
- Meja&kursi kerja
- Meja komp
- Lemari cabinet
- Loker
- Rak Buku
100 x 80 x 75
60 x 80 x 75
80 x 40 x 180
100 x 40 x 180
Keuangan
- Kerja
- Pembukuan Keluar
& Masuk Keuangan
- Meja&kursi kerja
- Meja komp
- Lemari cabinet
- Loker
- Rak Buku
100 x 80 x 75
60 x 80 x 75
80 x 40 x 180
100 x 40 x 180
Operasional
Bangunan &
Service
- Koordinasi Staf
- Menjaga, merawat,
operasional
bangunan.
- Meja & kursi kerja
- Meja komp
- Lemari cabinet
- Loker
- Rak Buku
100 x 80 x 75
60 x 80 x 75
80 x 40 x 180
100 x 40 x 180
Bimbingan &
edukasi
- Kabid bimb &
edukasi
- Kerja
- Meja & kursi kerja
- Meja komp
- Cabinet
- Loker
- Rak Buku
100 x 80 x 75
60 x 80 x 75
80 x 40 x 180
100 x 40 x 180
Tabel IV.3 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola indonesia di
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
2) Kelompok Kegiatan Bimbingan dan Edukasi
Pelaku Kegiatan Fasilitas Dimensi
Pengunjung - Melihat pemutaran
film
- Melihat informasi
dalam computer
- Membaca buku
- Mengikuti seminar
- Kursi pengunjung
- Meja computer
- Meja & kursi baca
- Stage
50 x 45 x 90
60 x 80 x 75
100 x 80 x 75
Pengelola - Mengontrol
pemutaran film
- Mengelola buku-
buku
- Mengatur acara
seminar
- Meja & kursi kerja
- Lemari/cabinet
- Lemari peralatan
- Rak buku
- Meja computer
100 x 80 x 75
80 x 40 x 180
100 x 40 x 180
60 x 80 x 75
Tabel IV.4 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola indonesia di
Surakarta.
3) Kelompok Kegiatan Penunjang dan Service
Pelaku Kegiatan Fasilitas dan
furniture
Dimensi
Pengelolaan
Pengelola
Divisi
Dokumentasi,
perawatan &
persiapan
Pameran
- Koordinasi Kerja TU
& Administrasi
- Mendokumentasikan
- Menerima &
mengolah koleksi
- Menyimpan koleksi
sementara
- Menyimpan alat
perbaikan koleksi &
alat pamer
- Medokumentasi
koleksi
- Meja, kursi kerja
- Cabinet
- Kursi kerja
- Lemari peralatan
- Lemari cabinet
- Meja gambar
- Lemari simpan
koleksi
150 x 200 x 75
80 40 x 180
40 x 40 x 90
150 x 60 x 180
80 x 40 180
80 x 100 x 75
300 x 60 x 200
Service
- Pengelola
- Keamanan
- Cleaning
service
- Teknisi
mesin &
listrik
- Koordinasi
- Pengamanan
- Membersihkan
- Kegiatan mechanical
& electrical
- Mengelola
- Instalasi listrik
- Meja, kursi kerja
- Rak penyimpanan
150 x 200 x 75
60 x 80 x 180
Tabel IV.5 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola indonesia di
Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
4) Kelompok Kegiatan Penerimaan
Pelaku Kegiatan Fasilitas Dimensi
Pengunjung - Datang/ pulang
- Persiapan/
menunggu
- Membeli tiket masuk
- Menelpon
- Mencari informasi
- Menitipkan barang
- Masuk
- Loket tiket
- Box telephone
- Lemari/rak
penitipan barang.
200 x 150
150 x 150
200 x 40 x 180
50 x 200 x 180
Pengelola - Datang/ Pulang
- Menerima Tamu
- Meja resepsionis
& informasi
- Kursi kerja
- Lemari/rak
penitipan barang.
200 x60 x 100
40 x 40 x 45
80 x 40 x 180
Tabel IV.6 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola indonesia di
Surakarta.
9. Sistem Organisasi Ruang
Sebagai pertimbangan dalam pemilihan organisasi ruang yang selaras
dengan fungsi dan sasaran desain Museum Sepak Bola Indonesia , dengan
pertimbangan tema dan ide pemikiran desain meliputi :
a. Pengelompokan jenis koleksi dan penyajian
b. Pengelompokan fungsi ruang
c. Tingkat efisiensi sirkulasi
d. Kebutuhan pencapaian
e. Interior sistem
f. Ruang gerak yang cukup
g. Tingkat efisiensi ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Analisa Alternatif Organisasi Ruang
Bentuk Organisasi Ruang Keterangan
Organisasi Ruang
Tertutup
Analisa pertama, penataan ruang pada Museum Sepak
Bola Indonesia dengan memilih sebuah ruang besar dan
dominan sebagai pusat ruang-ruang di sekitarnya,. Ruang
sekitar mempunyai bentuk, ukuran dan fungsi berbeda
dengan ruang lainnya.
Kelebihan pada tingkat efisiensi ruang dan aksibilitas
ruang sedangkan kekurangan pada pengelompokan fungsi
ruang dan arah pandang.
Organisasi Ruang Linier
Analisa kedua, penataaan ruang pada Museum Sepak Bola
Indonesia dibentuk dengan deretan ruang, Masing-masing
dihubungkan dengan ruang lain yang sifatnya memanjang,
ruang dihubungkan secara langsung
Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda, tapi
yang berfungsi penting seperti ruang pamer diletakkan
pada urutan pertama
Kelebihan pada pengelompokan fungsi ruang san sirkulasi
lebih sederhana.
Kekurangan pada tingkat efisiensi ruang dan arah
pandangnya, memungkinkan terjadi persilangan sirkulasi
jika penataan tidak runtut. Pemisahan atau batasan ruang
terlalu vulgar , mungkin terkesan kaku
Organisasi Ruang Secara
Radial
Analisa ketiga, penataaan ruang pada Museum Sepak
Bola Indonesia menggunakan kombinasi dari organisasi
yang terpusat dan organisasi linier. Beberapa fungsi ruang
terpusat mengarah ke dalam sedangkan yang linier
mengarah keluar atau sebaliknya, lengan radial dapat
berbeda satu sama lainnya, tegantung pada kebutuhan dan
fungsi ruang.
Kelebihan ruang dapat diatur sesuai kebutuhan dan fungsi,
pemisahan zoning grouping lebih mudah, penentuan arah
sirkulasi lebih effektif
Kekurangan kemungkinan jalur sirkulasi berjarak lebih
jauh
Tabel IV.7 Alternatif Organisasi Ruang Museum Sepak Bola indonesia di Surakarta.
Hasil Analisa bentuk organisasi Ruang
Pertimbangan Penilaian
Alt. 1 Alt. 2
Tingkat efisiensi ruang
Pengelompokan fungsi ruang
Aksesbilitas
Arah pandang
-
+
-
+
-
+
+
+
Tabel 4.8 Hasil analisa Organisasi Ruang Museum Sepak Bola indonesia di Surakarta.
Dari analisis di atas, secara umum penerapan organisasi ruang dan
keruntutan penyajian yang menjadi pertimbangan, maka organisasi ruang
yang terpilih adalah organisasi ruang linier.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
10. Program ruang
ZONA KEGIATAN RUANG SIFAT RUANG
Penerimaan Menerima
pengunjung
(ticketing)
Memberi informasi
Pameran temporer
Lobby / hall Publik
Bimbingan &
Edukasi
Pameran tetap
Membaca
Melihat film
dokumenter
R. Pamer
r.audio visual
R. Auditorium
Perpustakaan
publik
Pengelola Pengelolaan R. Kantor/staff
R. konservasi
Privat & semi
Privat
Service Kebersihan
Penyimpanan
Ke kamar kecil
Sholat
R. Cleaning Service
Gudang
Lavatory
Mushola
Service
Tabel IV.9 Program Ruang Museum Sepak Bola indonesia di Surakarta.
Analisa Pendekatan Perencanaan Ruang
No. Ruang Pertimbangan Analisa Pemecahan
1. Lobby Keterbukaan
Menarik Perhatian
Orientasi Publik
Arah Sirkulasi
Membuat batasan maya antar-
ruang yang berorientasi pada
lobby.
Meciptakan elemen estetik
pada bagian-bagian lobby.
Luas ruang yang tidak terlalu
luas dan tidak terlalu tinggi.
2. Receptionist/ +
informasi
Penerima Tamu
First Eye Cather
dalam ruang
Berada pada area lobby yang
ditempatkan searah dengan
sirkulasi pengunjung.
Receptionist sebagai tempat
pertama yang dilalui
pengunjung memiliki daya
tarik untuk memikat
pengunjung lainnya.
Background dengan logo atau
simbol Museum
3. Cloakroom/
Tempat
Penitipan Barang
Keamanan
Kapasitas
Penitipan barang diterima oleh
2 orang petugas yang akan
menempatkannya pada locker
yang tersedia dan pengunjung
mendapatkan nomor locker.
Ukuran locker bervariasi dan
penempatan barang
disesuaiakan berdasarkan besar
kecilnya ukuran.
5. R. Sirkulasi Kemudahan
Penempatan meja sirkulasi
berada pada ruang transisi
antar-ruang lobby dan ruang
koleksi sehingga sirkulasi dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Keamanan
berjalan lancar sekaligus
memudahkan petugas untuk
mengembalikan ke ruang
koleksi.
Penempatan meja sirkulasi
menunjang keamanan koleksi
tanpa sepengetahuan petugas
dengan adanya sensor pada
tempat keluar masuknya
pengunjung.
6. R. Koleksi
ruang pamer
tetap
r. pamer
temporer
perpustakaan
(koleksi
buku)
Kapasitas
Perlindungan
terhadap material
koleksi
Sistem Pelayanan
Layout
Kapasitas ruang disesuakan
dengan banyaknya koleksi dan
memungkinkan adanya penam-
bahan koleksi dengan besarnya
ruang dan rak-rak yang
movable.
Ruang koleksi ditempatkan
pada tempat dengan resiko
kerusakan koleksi rendah, yaitu
jauh dari sinar matahari,
memiliki tingkat kelembaban
tinggi. Suhu ruangan yang
dapat mengubah kimia bahan
pustaka. Furnitur didesain
dengan bahan tahan serangga,
awet, dan dihindarkan dari
jangkauan sinar matahari
langsung.
Pada library Sistem pelayanan
menggunakan sistem pelayanan
terbuka (open access), dimana
penunjung dapat langsung
memilih dan mengambil bahan
pustaka yang diinginkan.
Sedangkan pada sistem
pelayanan tertutup (closed
access), dapat dilakukan
dengan permintaan secara
online pada meja masing-
masing pengunjung yang
selanjutnya akan diantarkan
kemudian oleh petugas
museum.
layout diterapkan untuk
memudahkan menjangkau
wilaya-wilayah lainnya seperti
ruang baca, ruang diskusi dan
lainnya.
Tabel IV.10 Program pendekatan Organisasi Ruang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
11. Sistem Sirkulasi
Analisa konfigurasi sirkulasi yang dipakai secara global , yaitu :
Sirkulasi horizontal Gambar Squential Circulation (linier)
Linier (linear), sirkuasi diarahkan oleh rancangan
bangunan yang permanen, pengunjung atau berbeda
membentuk satu jalur memakai pintu masuk dan
keluar yang sama. Selain itu pengunjung berjalan
melalui jalur yang menerus, tidak peduli pada area
yang sama.
Random Circulation
Pengunjung pada umumnya merasa lebih nyaman
dengan memilih sendiri jalur yang ingin dikunjungi
dan menikmati karya seni dari ruang tersebut, ruang
yang dibentuk tanpa adanya batasan – batasan
dinding pemisah Linier baercabang
Sirkulasi pengunjung tidak terganggu, pembagian
koleksi jelas dan pengunjung bebas memilih
Keterkaitan sirkulasi dan ruang yang dipakai Gambar
Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to room),
pengunjung mengunjungi ruang pamer secara
berurutan dari ruang yang satu ke ruang pamer
berikutmya.
Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer (corridor to
room). Memungkinkan pengunjung untuk mengitari
jalan sirkulasi dan memilih untuk memasuki ruang
pamer melaui ruang koridor. Bila pengunjung tidak
menghendaki suatu ruang pamer maka pengunjung
dapat langsung menuju ke ruang pamer berikutnya.
Sirkulasi vertikal keterangan
ramp
tangga
Kelebihan :
1. Memperlambat arus gerak sirkulasi, sehingga
pengunjung dapat lebih lama menghayati koleksi
yang dipamerkan.
2. Memberikan nilai lebih bagi koleksi yang
ditampilkan.
3. Memberikan suasana yang tidak
membosankan / monoton bagi pengunjung
Kekurangan :
Kemungkinan pengunjung lebih cepat lelah
Tabel IV.11 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
12. Hubungan Antar Ruang
Proses penentuan pola hubungan antar ruang bertujuan untuk
mendapatkan hubungan dan pola organisasi baik secara makro maupun
mikro, yang didasarkan pada hasil analisis adalah sebagai berikut :
Skema IV.9 Hubungan Antar Ruang
13. Zoning dan Grouping
Dalam penentuan zoning dan grouping pada Museum Sepak bola
Indonesia di Surakarta, terdapat beberapa pertimbangan antara lain :
a. Pertimbangan umum :
1) Pencapaian sirkulasi dari pengelola, pengunjung dan materi koleksi
yang baik dan terarah
2) Menghindari sirkulasi silang pada tiap ruang.
3) Menciptakan hubungan antar ruang saling terkait dan aksesibilitasnya
terarah
b. Pertimbangan khusus :
1) Kelompok kegiatan
a) Kelompok penggemar sepak bola : Pemain, pelajar atau
mahasiswa, supporter , kolektor dan masyarakat umum.
b) Kelompok diskusi dan mediator : pengamat musik/musisi dengan
pelajar, mahasiswa, pengelola terhadap pengunjung dan materi
koleksi, kurator dengan musisi, wartawan terhadap masyarakat
umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
c) Kelompok ”intelektual audience” : mahasiswa atau pelajar,
musisi, kolektor, pengamat Sepak Bola.
2) Jenis kegiatan
a) Menikmati materi koleksi (sejarah perkembangan sepak bola
indonesia dari awal hingga sekarang)
b) Pendidikan informal (diskusi atau seminar)
c) Wacana tentang Sepak bola secara literatural (biografi Pemain,
perjalanan tim nasional,hingga peraturan sepak bola).
3) Formasi kegiatan
Bersifat linier searah pada display materi koleksi yang diatur
sesuai dengan pola kebutuhan fungsi dan kenyamanan ruang.
a) Tuntutan : dapat menikmati materi koleksi dengan posisi yang
nyaman tanpa saling mengganggu antara aktivitas keduanya.
b) Persyaratan : ruang memenuhi kebutuhan untuk sirkulasi dan
aktivitas museum
c) Tujuan : pembagian dan penempatan ruang dapat berfungsi secara
maksimal sesuai kebutuhan pemakai.
Penentuan zoning dan grouping berdasarkan atas pertimbangan sifat
kegiatan dan kegunaan ruang terhadap site dalam museum. Dengan dasar
pertimbangan tersebut, kriteria ruang dalam museum terbagi dalam beberapa
zona sebagai berikut :
1) Zona Publik
Merupakan pengelompokan ruang yang berhubungan dengan
kepentingan umum dan dapat dijangkau oleh semua pengunjung dan dapat
dengan mudah dicapai dari luar bangunan yaitu ruang fasilitas penunjang.
2) Zona Semi Publik
Merupakan pengelompokan ruang yang dapat digunakan oleh
publik maupun oleh personalia termasuk zona ini sebagian besar ditempati
oleh fasilitas personalia dan sebagian fasilitas pengunjung yang
memungkinkan interaksi antar pengunjung dengan personalia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
3) Zona Privat
Merupakan pengelompokan ruang yang hanya di gunakan oleh staf
dan karyawan museum dan tertutup untuk umum, yang termasuk di
dalamnya adalah fasilitas pengelola.
4) Zona Servis
Merupakan pengelompokan ruang sebagai area pelayanan yang
menunjang segala kegiatan dalam museum dan digunakan oleh
pengunjung (umum) maupun oleh personalia
ZONING GROUPING
Gambar IV.1 Zoning Grouping Lantai 1
C. Konsep Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta
1. Ide Dasar
Ide gagasan pada perancangan kali ini berawal dari keberadaan
museum saat ini yang kebanyakan kurang representatif dan kurang
komunikatif dalam menampilkan benda-benda koleksinya. Informasi yang
dimiliki hanya disajikan melalui media visual saja, yaitu dengan tulisan,
gambar atau diorama. Hal ini membuat museum menjadi tempat yang
membosankan dan kurang menarik untuk dikunjungi. Hal tersebut seharusnya
tidak terjadi, karena dalam museum menyajikan sejarah, informasi, ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
pengetahuan yang sangat banyak dan bermanfaat, selain juga sebagai tempat
rekreasi.
Dengan perancangan ini diharapkan dapat memberikan citra baru
pada museum, secara visual bahwa museum dapat dikemas modern dan lebih
multifungsi yaitu benar-benar bisa menjadi tempat edukasi yang rekreatif.
Dengan desain yang tepat dan penerapan tema yang sesuai dengan
karakter sepak bola, museum ini akan menjadi tempat yang sangat menarik
untuk dikunjungi, selain dapat menceritakan runtutan perkembangan dan hal
– hal yang berhubungan dengan sepak bola indonesia, juga merupakan tempat
rekreasi yang menyenangkan. Sistem display didukung oleh kemajuan
teknologi saat ini, akan menyajikan materi koleksi dengan keterangan yang
lebih mudah diakses secara privat. Antara lain dengan peggunaan electronic
guide yang disertai ear phone akan menggatikan tugas seorang guide. Dengan
pemberian kode pada setiap display materi koleksi sebagai kode akses untuk
mendapatkan keterangan dari electronic guide tersebut, sehingga pengunjung
dapat menikmati materi koleksi dari media visual sekaligus audio, unsur
privasi akan lebih terasa saat tiap pengunjung.
Selain itu, hal yang belum dijumpai pada museum yang sudah ada
adalah sistem display yang interaktif, yang mengajak pengunjung untuk ikut
berpartisipasi dalam kegiatan materi koleksi. Hal ini akan sangat menarik
bagi pengunjung, karena pengunjung akan dapat ikut merasakan suasana
pertandingan dan dapat memahami permainan sepak bola itu sendiri.
2. Tema
Tema dalam Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia adalah
”Indonesian Football dengan pendekatan gaya modern. Pertimbangan
pengambilan tema merupakan usaha untuk memberikan kedekatan suasana
interior ruang dan materi koleksi. Sepak bola di indonesia mempunyai banyak
ciri permainan di setiap daerah.Hal itu kemudian dilebur menjadi satu dalam
tim nasional Indonesia yang mempunyai karakter yang keras,cepat, atraktif,
yang akan diaplikasikan pada seluruh bagian museum dari lobby, ruang
pamer di tiap dekade hingga akan keluar dari museum. Melalui penataan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
layout yang tidak monoton, bentuk ruang yang dinsmis, hingga bentuk
furniture yang berkarakter atraktif, dengan penataan yang formatif.
Ada beberapa hal sebagai pertimbangan pengambilan arah pendekatan
modern, yang pertama sepak bola mulai dikenal luas pada era modern,
sehingga membutuhkan suasana yang nyaman pula untuk mendukung
kegiatan tersebut, dan dengan gaya modern, suasana yang nyaman akan
tercapai, sehingga dapat menjadi tempat yang nyaman bagi pengunjung
museum. Yang kedua,sepak bola indonesia sendiri mepunyai karakter yang,
keras,cepat, atraktif dan terus berkembang, Yang ketiga, berhubungan dengan
tujuan museum yang edukatif dan rekreatif, gaya dekonstruksi dapat
menyajikan materi koleksi (edukasi) dengan suasana informal.
Penciptaan suasana tiap ruang pamer dekade, disesuaikan dengan
karakter dekade masing – masing.
3. Aspek Suasana dan Karakter Ruang
Suasana yang di ambil dari Desain Museum Sepak Bola Indonesia,
ini mengambil unsur yang ada dalam sepak bola.
Unsur yang diangkat adalah seperti stadion yang kemudian
diaplikasikan pada ruang pamer.Kemudian penataan display menggunakan
formasi yang digunakan tim nasional indonesia pada tahun 1938 yang saat
itu berlaga di Piala Dunia.
Sehingga atmosfer yang diterapkan merupakan bentuk
penerjemahan lagu yang di aplikasikan langsung terhadap ruang interior.
4. Aspek Penataan Ruang/ Lay Out
a. Pertimbangan
Untuk mendapatkan bentuk organisasi ruang yang selaras dengan
fungsi ruang dan kemudahan aksesnya, maka harus memilki kriteria
sebagai berikut :
1) Pengelompokan massa berdasarkan kelompok kegiatan yang
diwadahi.
2) Tingkat efisiensi ruang dan ruang gerak yang cukup.
3) Pengelompokan fungsi ruang dan kebutuhan pencapaiannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
4) Hierarki ruang, adanya urutan ruang berdasarkan kepentingannya.
5) Pencahayaan dan perlindungan terhadap koleksi
6) Arah pandang atau view.
b. Penataan Ruang
1) Analisa Umum
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka organisasi ruang
secara keseluruhan yang sesuai dengan sifat dan karakter Museum
Sepak Bola Indonesia adalah organisasi cluster (berkelompok).
Dengan sistem organisasi ruang cluster (berkelompok), maka
pengelompokan ruang pada Museum Sepak Bola Indonesia Indonesia
ini didasarkan pada zona tiap ruang. Kelompok zona publik yang
meliputi fasilitas-fasilitas lobby dan ruang pamer, zona privat pada
ruang pengelola semi publik pada ruang restorasi dan servis yang
meliputi fasilitas penunjang museum yaitu ruang perpustakaan, coffe
shop, counter souvenir dan ruang penunjang lainnya.
2) Analisa Khusus
a) Ruang pamer tetap
Pengolahan dititikberatkan pada garis, bidang dan volume
yang digunakan untuk menghadirkan ruang imajiner di dalam
ruang pemer tetap sesuai dengan pemecahan masalah dalam tema,
sehingga ruang pamer tetap tidak berkesan terbuka secara mutlak.
Membuat sebuah pola dengan enclose garis dan bidang
sebagai suatu cara membentuk ruang imajiner sebagai ruang
display dan koridor sebagai jalur sirkulasi yang saling
berhubungan (continue).
b) Lobby
Memakai pola penataan ruang terbuka, akan membuat
ruang terkesan luas.
Lobby akan dipisahkan dengan pembatas imajiner yang
akan memisahkan area – area dengan fungsi yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
c. Sistem Display
Sistem Penyajian materi koleksi pada Museum Sepak Bola
Indonesia ditentukan berdasarkan hasil analisis studi lapangan dan studi
literatur, yaitu :
Alternatif tata pameran Analisis
Artistic / Estetik
Kelebihan
Koleksi yang dipamerkan terdiri dari koleksi yang
tampilannya baik dan menarik. Hal ini dapat
memotivasi banyak pengunjung untuk melihatnya
Kekurangan :
Sulitnya mendapat rentetan citra dari sebuah
pagelaran dan seolah-olah benda-benda yang
dipresentasikan berdiri sendiri-sendiri.
Evokatif / romantik
Kelebihan :
Mempermudah penghayatan pengunjung dalam
memahami benda koleksi yang dipamerkan
Kekurangan :
Memerlukan area pamer yang luas karena untuk
menyajikan satu atau dua buah koleksi, diperlukan
pembentukan suasana yang mendukung koleksi.
Sistem penyajian ini dapat dilihat pada
sistemdisplay diorama maupun minirama.
Tematis / Intlektual / edukatif
Kelebihan :
Informasi yang ingin disampaikan akan jelas dan
mudah dipahami oleh pengunjung , karena susunan
koleksi yang disajikan runtut (mempunyai jalan
cerita) dan terkonsep
Kekurangan :
dapat mengakibatkan benda-benda yang dipilih agak
kurang menarik, karena bisa saja benda-benda yang
menarik, tidak sesuai dengan konseptual dengan
jalan cerita yang mendukung pameran tersebut.
Tabel IV.12 Analisa Sistem Penyajian Koleksi Museum Sepak Bola Indonesia di
Surakarta
Dari hasil analisis di atas maka sistem penyajian koleksi di
Museum Spak Bola Indonesia di Surakarta dipilih dari perpaduan antara
penyajian dengan sistem artistik tapi tematis/intelektual dan edukatif.
5. Aspek Pembentuk Ruang
Komponen pembentuk ruang pada Museum Sepak Bola Indonesia di
Serakarta, ditentukan berdasarkan hasil analisis studi lapangan dan studi
literatur, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
a. Lantai
1) Analisa umum
- Lantai harus mudah dalam perawatan (low maintenace) dan
penggantian bahan.
- Lantai pada ruangan yang membutuhkan tingkat ketenangan lebih
tinggi harus mampu meredam sumber bising seperti bunyi langkah
kaki dan suara bising lainnya.
- Lantai harus tahan bahan kimia dan mikroorganisme.
- Lantai pada ruangan yang memerlukan tingkat konsentrasi tinggi,
hendaknya tidak menggunakan banyak warna sehingga dapat
mengganggu aktivitas dan kinerja di dalamya, khususnya pada
ruang staff dan karyawan.
- Lantai harus mampu menjadi penunjuk arah dan mempertegas
batas ruang yang ada.
- Lantai harus mempunyai sistem pendukung seperti rongga untuk
penempatan jaringan kabel dan lain sebagainya.
2) Analisa Khusus
Ruang Kriteria Analisis Alternatif
Bahan
Keterangan
LOBBY
Kuat menahan beban
dan gesek
Tidak licin
Menarik dan berkesan
mewah
Memiliki bermacam
warna
Mudah dlm perawatan
dan pembersihan
Mendukung suasana
tema interior
Granit
Granito
Keramik
Rumput
sintetis
Pola lantai sesuai dan
mendukung arahan tema
serta untuk mempertegas
daerah sirkulasi dan
untuk perbedaan area
R.
PAMER
Kuat menahan beban
dan gesek
Tidak licin
Menarik
warna
Mudah dlm perawatan
dan pembersihan
Mendukung suasana
tema interior
Granito
Keramik
Granito
Rumput
sintetis
Pola lantai sesuai dan
mendukung arahan tema
serta untuk memperjelas
fungsi dan sirkulasi
ruang
Tabel IV.13 Komponen Pembentuk Ruang (Lantai)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
b. Dinding
1) Analisa umum
- Dinding harus melindungi bagian dalam bangunan dari sinar
matahari.
- Dinding harus bersifat isolator yang mengalangi kalor yang datang
dari luar bangunan.
- Dinding berfungsi sebagai pembatas yang memisahkan ruang satu
dengan ruang lainnya.
- Dinding merupakan pembatas yang mempertegas fungsi ruang.
- Dinding mampu meredam bising yang berasal dari dalam maupun
luar ruangan.
2) Analisa Khusus
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan
LOBBY
- tahan lama
- tahan gesekan
- tahan air
- tembus pandang (dapat digunakan
sebagai view)
- tidak mudah kotor
- mudah perawatan dan pembersihan
- alternatif warna dan motif yang
beragam - Mendukung suasana tema interior
- Kaca
- Panel alumunium
dengan berbagai
finishing
R. PAMER
- tahan gesekan, tahan air
- tidak mudah kotor
- mudah perawatan dan pembersihan
- alternatif warna dan motif yang
beragam - Mendukung suasana tema interior
- Dnding plester
- Panel alumunium
dengan berbagai
finishing
- Dinding kaca
Tabel IV.14 Komponen Pembentuk Ruang (Dinding)
c. Langit-langit
1) Analisa Umum
- Ceilling merupakan tempat berbagai instalasi ME (Mechanical
Electrical).
- Ceilling sebagai peredam dan pemantul suara
- Ceilling berfungsi mempertegas fungsi ruang di bawahnya.
- Ceilling mampu memperkuat instalasi pencahayaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
- Ceilling harus memiliki ketinggian yang cukup sehingga tidak
berkesan menekan.
2) Analisa Khusus
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan
LOBBY
- Multi fungsi dengan akustik dan
membantu sitem pencahayaan
alami
- Menarik dan mendukung tema
interior
- Kaya desain, motif dan warna
- Tahan panas dan mudah dalam
perawatan
- Gypsumboard
- Panel kayu
- Fiber
- accrilyc
R. PAMER
- Multi fungsi dengan akustik dan
membantu sitem pencahayaan
alami
- Menarik dan mendukung tema
interior
- Kaya desain, motif dan warna
- Tahan panas dan mudah dalam
perawatan
- Dapat menyerap bunyi
- Gypsumboard
- Fiber
- acrilyc
Tabel IV.15Komponen Pembentuk Ruang (Langit-langit)
6. Aspek Bentuk dan warna
a. Analisa pemilihan bentuk dan warna
Dasar-dasar yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan bentuk
dan warna perancangan interior Museum sepak bola di Indonesia adalah:
1) Analisa Bentuk
Bujur Sangkar
- Suatu bentuk yang murni dan rasional.
- Bersifat Statis dan netral.
- Tidak menpunyai arah tertentu.
Segitiga
- Merupakan bentuk yang sangat stabil dan
kokoh.
- Besifat dinamis.
Lingkaran
- Suatu bentuk yang terpusat ke arah dalam.
- Bersifat stabil dan dinamis.
- Memperkuat sifat sebagai poros.
- Mempunyai pandangan ke segala arah.
Asimetri
- Merupakan bentuk yang tidak stabil
- Bersifat dinamis
- Bebas dan cenderung atraktif
Tabel IV.16 analisa bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Bentuk yang diterapkan dalam Museum ini yaitu bentuk bulat,
asimetris dan, kotak dimana bentuk tersebut sesuai dengan karakter
sepak bola serta dapat mendukung penciptaan karakter dan suasana
ruang yang sesuai tema.
2) Analisa sifat Warna :
Warna yang akan diterapkan dalam Museum ini antara lain :
1. Merah : Hangat, agresif, aktif, mengesankan, halus dan feminim (pink),
memberi semangat, dramatis, memberi ruangan berkesan kecil dan objek
berkesan besar.(pada lis furnitur sebagai aksen juga pada r. pamer sebagai
penciptaan suasana)
2. Oranye : Hangat, akrab, ringan, happy, efektif sebagai aksen pada ruangan dan
menghangatkan ruangan yang berkesan dingin. (pada r. pamer sebagai
penciptaan suasana)
3. Kuning : Ceria, cerah, menstimulasi kesejukan, semangat, aktif,
menghamburkan dan menambah terang refleksi, namun akan membosankan
bila terlalu banyak digunakan. (pada r. pamer sebagai penciptaan suasana)
4. Biru : Mencerminkan perasaan yang kuat baik itu senang ataupun benci,
atraktif, berat, menekan, terbuka, pasif, dapat menurunkan tekanan darah,
menurunkan temperatur atau suhu badan, membuat objek berkesan lebih kecil,
dan membuat warna terang terlihat kontras. (pada ruang interval sebagi kontras
dari r. pamer)
5. Abu-abu : Tenang, netral, tidak menyilaukan bila dipadukan dengan warna
lain, dapat membawa keberuntungan, namun juga bisa berkesan tidak
menyenangkan. (pada hampir di seluruh r. pamer sebagai penetral)
6. Hitam : Menggugah, menekan, kekuatan, serius, gengsi, ketakutan, dramatis
bila dipadukan dengan warna putih dan metalik tone, mengurangi cahaya dan
bayangan. (pada r. pamer sebagai aksen)
7. Putih : Suci, kesederhanaan, ketulusan, bersih, namun juga bisa berarti
kosong, dan membosankan, memantulkan cahaya dengan kuat. (pada hampir
di seluruh bagian museum sebagai penyeimbang dari warna yang lain)
Tabel IV.17 analisa sifat warna
Penerapan warna dalam museum ini didominasi warna merah
putih dan hijau. Pada tiap ruangan dalam museum ini, penerapan
warna disesuaikan dengan karakter warna tim nasional indonesia di
tiap dekade, yaitu pada ruang pamer sepak bola dunia hingga ruang
pamer dekade 00-an didominasi warna Merah Putih dan hijau sebagai
aksen. Pada ruang klub liga indonesia didominasi warna Primer .Pada
ruang pamer Hall of Fame yang didominasi warna hitam karena dapat
mendukung penonjolan materi pamer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
7. Interior Sistem
a. Analisa umum
1) Sistem Pencahayaan
a) Dasar Pertimbangan
(1) Tidak menimbulkan sinar ultra-violet yang dapat merusak
koleksi karya.
(2) Tidak menimbulkan mata lelah.
(3) Dapat mempertegas ruang dan benda.
(4) Disesuaikan dengan kegiatan yang ada di dalam museum.
(5) Memberikan kontribusi pada penampilan eksternal dan
internal.
(6) Tidak meningkatkan suhu ruangan.
b) Analisa Sistem Pencahayaan
(1) Cahaya Alami (Natural Lighting)
Pencahayaan alami didapatkan dari ceiling, sedangkan
untuk menanggulangi pencahayaan yang berlebihan
digunakan twinlight (poly carbonat), acrilyc blur atau vertical
blind pada daerah masuk cahaya metahari dan pada dinding
diberi lapisan sinc oxide atau titanium trioxide.
(2) Cahaya Buatan (Artificial Lighting)
Pencahayaan buatan dilakukan dengan pemasangan
lampu TL sebagai penerangan umum.
c) Teknik Pencahayaan
(1) Teknik pencahayaan pada dinding :
- Backlight, sumber cahaya disembunyikan pada panel
dinding, berfungsi lebih kepada estetis.
(2) Teknik pencahayaan pada plafond :
- Cove, merupakan tipe pencahayaan tidak langsung, dimana
proyeksi pada dinding yang mengandung cahaya lampu
dipantulkan ke arah plafond. Teknik pencahayaan ini
diterapkan pada lobby, dan ruang lounge library.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
- Ceilling Mounted light, adalah teknik penempatan lampu
di dalam plafond untuk mengurangi udara panas dan
mengurangi efek kerusakan terhadap koleksi untuk
menciptakan ruangan yang terang.
- Cornices, adalah type valance yang melekat pada plafond,
dimana seluruh cahayanya langsung dipancarkan ke bawah
menerangi bagian ruang koleksi digunakan pada ruang
pemer karya 3D (patung).
2) Sistem Akustik
a) Dasar Pertimbangan
(1) Sistem akustik mampu menyerap energi dan gelombang bunyi
yang dapat menimbulkan kebisingan.
(2) Sistem akustik harus dapat mengurangi tingkat kebisingan
yang berasal dari dalam dan luar ruangan.
b) Penerapan Sistem Akustik
(1) Sistem pengorganisasian ruang yang harus dijauhkan dari
sumber bising terutama yang berasal dari keramaian lalu lintas
dan sumber bising lainnya yang berasal dari luar ruangan.
(2) Penggunaan bahan-bahan ringan dan berongga seperti panel
plywood, gypsum board, fiber dan lain-lain yang diterapkan
pada ruang museum khusunya ruang pamer tetap dan quiete
room pada lounge library.
(3) Pengguaan bahan karpet pada sebagian besar ruang lounge
library untuk mereduksi bising yang berasal dari langkah
kaki, gesekan kursi dan lain sebagainya.
3) Sound system
Digunakan untuk menyalurkan suara dari alat pemutar music ke
seluruh bagian ruang publik kecuali pada quiteroom ruang
perpustakaan. Selain itu, sound system digunakan juga sebagai alat
informasi untuk memanggil atau mengumumkan informasi kepada
pihak pengunjung museum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
4) Sistem Penghawaan
a) Dasar Pertimbangan
(1) Sistem penghawaan mengendalikan tingkat kelembaban dan
suhu dalam ruang.
(2) Sistem penghawaan dapat mengendalikan dan mengatur suhu
ruangan agar sesuai dengan kondisi lingkungan.
(3) Pengendalian suhu dan kelembaban dengan alat pengatur
penghawaan akan mengurangi serangan jamur dan serangga,
serta menambah secara nyata unsur kimia kertas dari serangan
asam yang lengket.
(4) Penghawaan ruang perpustakaan harus mempunyai cukup
ventilasi lainnya sehingga pertukaran udara dapat terjamin.
b) Penerapan Sistem Penghawaan
(1) Penghawaan dilakukan dengan menggunakan Air Conditioner
(AC) Window dan Split.
(2) Penggunaan exhaust untuk menyerap udara dalam keluar
ruang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
b. Analisa khusus
RUANG
CAPAIAN
KEBUTUHAN
ALTERNATIF SISTEM
INTERIOR
Lo
bb
y
Pencahayaan (uk. Ilum
50 -100 lux) :
Merata
Tidak menimbulkan panas
Berfungsi sebagai
penunjuk arah
Mengandung unsur
decorative
Sifat Fleksibilitas pada
ruang pamer temporer
dalam pemasangan karena
sifatnya yang berubah-
ubah
Sistem alami :
Dengan sinar matahari yang masuk
melalui pintu dan jendela
Sistem buatan :
Penggunaan lampu tabung
fluorescent berefisiensi tinggi
dengan sistem difused lighting,
pemakaian armature.
Dengan pencahayaan langit (down
light),
Fleksibilitas menggunakan track
lampu spot dinding (wall lamp), dan
setempat (spot light).
Fleksibilitas dicapai dengan
pemakaian rel penyambungan
dengan stop contact.
Penghawaan :
Nyaman / standart
sistem alami :
udara masuk melalui pintu dan
ventilasi sistem buatan :
dengan menggunakan AC
Akustik :
Mendukung fungsi ruang
Diterapkan melalui pemakaian
material pada komponen pembentuk
ruang.
Are
a pam
er
corniches lighting,
pencahayaan distribusi
langsung dengan
sumber cahaya
ditempatkan secara
jelas pada langit-langit
dan direfleksikan ke
bawah.
Recessed in ceiling,
yaitu pencahayaaan
distribusi langsung
dengan sumber cahaya
yang ditempatkan
secara tersembunyi
masuk ke dalam langit-
langit.
Pencahayaan (uk ilum
50-100 lux) :
Merata
Penciptan efek khusus
untuk menonjolkan materi
Tidak menimbulkan silau
dan panas
Sistem alami :
Dengan sinar matahari yang
direfleksikan dengan kaca, dan
logam melalui ceiling dan floor.
Kerusakan materi diatasi dengan
menyerap kadar radiasi UV melalui
pemantulan pada bidang yang dicat
dengan sinc oxide atau titanium
trioxide
Sistem buatan :
Pencahayaan umum dicapai dengan
penggunaan luminous ceiling, lampu
tunggal, lampu flourecent
Pencahayaan khusus dicapai dengan
menggunakan spotlight, wall lamp,
lampu dengan efek warna, misalnya;
Lampu fluorescent jenis colour
matching/nor light
Lampu pijar dalam armature dengan
filter warna.
Panas yang ditimbulkan lampu
diatasi dengan pemverian lubang
ventilasi yang cukup pada etalase/
Sistem display lainya.
Penghawaan :
Merata dan nyaman
(kestabilan kelembaban
Sistem alami :
Dengan kisi-kisi didinding yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
udara dalam ruang),
meredam panas
apabila diperlukan dapat dibuka dan
ditutup
Sistem buatan :
Dengan menggunakan AC jenis
central untuk menetralisir panas
Akustik :
Tidak merusak materi
pamer,
Mendukung fungsi ruang.
Diterapkan melalui pemakaian
material komponen pembentuk
ruang.
Tabel IV.18 Sistem Interior Museum Sepak bola indonesia di Surakarta.
8. Sistem Keamanan
Cara pengamanan benda-benda koleksi dilakukan dengan cara:
a) Pengamanan Umum.
Untuk menjamin keamanan benda-benda koleksi dilakukan oleh
para petugas keamanan.
b) Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan.
T
a
b
e
l
4
.
1
9
Tabel IV.19 Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan.
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan
Lobby Dapat bekerja secara
otomatis.
Dapat memantau dan
segera mendeteksi lokasi
kejadian.
Dapat membantu
petugas untuk
mencegah lebih dini
hal – hal yang tidak
diinginkan.
CCTV (Close Circuit Television) Memiliki hasil rekaman gambar pada
setiap bagian ruangan yang perlu
pengawasan, yang rekaman ini
nantinya dapat diputar kembali untuk
keperluan (sebagai bukti dalam suatu
kasus)
Heavy duty door contact
Sejenis sensor yang dipasang untuk
memproteksi pintu dan jendela yang
terbuat dari besi atau logam.
Alat ini baru bereaksi setelah terjadi
proses perusakan pada benda atau
bidang yang diproteksinya.
Shock sensor /vibrationsensor
Ruang
Pamer
Dapat bekerja secara
otomatis.
Dapat memantau dan
segera mendeteksi lokasi
kejadian.
Dapat membantu petugas
untuk mencegah lebih dini
hal – hal yang tidak
diinginkan.
CCTV (Close Circuit Television)
Heavy duty door contact
Shock sensor / vibration sensor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
c) Pengamanan terhadap kebakaran
Tabel IV.20 Sistem keamanan
9. Aksesbilitas
a) Akses masuk museum menggunakan tangga pada pintu masuk utama dan
ramp untuk penyandang cacat.
b) Sirkulasi ruang menggunakan jalur sirkulasi normal (aisel) dan koridor.
Untuk ramp minimal lebar 25 inc (63,5 cm) sesuai standard
(Chairbound people, Barrier free design,1977)
Ruang Kriteria Analisis Alternatif Bahan
Lobby
(ruang pamer
temporer)
dapat mendeteksi api dan bekerja
secara otomatis.
dapat memadamkan api dalam
pencapaian area yang luas.
dapat dengan segera memadamkan
api yang besar.
dapat diletakkan di ruang mana
saja.
Pendeteksi panas
(thermal detector).
Sprinkle
Emergency lighting
and fixture
Multipurpose dry –
cremical extinguisher
Ruang Pamer
tetap
dapat mendeteksi api dan bekerja,
secara otomatis.
dapat memadamkan api dalam
pencapaian area yang luas.
dapat dengan segera memadamkan
api yang besar.
dapat diletakkan di ruang mana
saja.
tidak merusak koleksi karya
Pendeteksi asap
(smoke detector).
Multipurpose dry –
cremical extinguisher
Emergency lighting
and fixture
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Mempelajari dari uraian – uraian yang tertulis dari bab sebelumnya
penyusun dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Museum Sepak Bola diharapkan mampu memberikan pendidikan dan
hiburan kepada masyarakat sehingga mampu memberikan inspirasi
untuk memajukan sepak bola Indonesia
2. Dalam desain ini menerapkan konsep modern, dimana konsep tersebut
dirasa sesuai dengan perkembangan sepak bola saat ini.
B. Saran
Pada dasarnya keberhasilan desain dapat ditinjau dari :
1. Desain yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai
2. Penggunaan bahan dan material yang sesuai dengan fungsi dan
kebutuhan
3. Tema yang mendukung perancangan
4. Tercapainya hasil yang baik dari segi estetis
Untuk itu perlu partisipasi dari semua masyarakat untuk
menciptakan keberhasilan desain.