6
1 DESKRIPSI JURNAL Judul : Faktor Resiko Rabun Senja Maternal Di Pedesaan India Selatan ( Risk Factors for Maternal Night Blindness in Rural South India ) Penulis : Joanne Katz 1 , James M. Tielsch 1 , R. D. Thulasiraj 2,3 , Christian Coles 1 , S. Sheeladevi 2,3 ,Elizabeth L. Yanik 4 , and Lakshmi Rahmathullah 2  Publikasi : Ophthalmic Epidemiol. 2009 ; 16(3): 193   197. Penelaah : Eliza Anggraini, S.Ked Tanggal Telaah : 5 Juli 2014 1. Latar Belakang Buta senja dalam kehamilan dan hubungannya dengan diet rendahnya asupan vitamin A telah dilaporkan pada awal abad ke-20 di Eropa. Studi kasus di Asia Selatan pertama dilaporkan pada tahun 1960-an, tapi telah terlupakan sampai serangkaian studi berbasis populasi 30 tahun kemudian yang menggambarkan  prevalensi, faktor risiko dan konsekuensi dari buta senja di Nepal. Penelitian ini dan studi berbasis populasi lainnya mencatat bahwa buta senja pada kehamilan adalah lazim, dikaitkan dengan kekurangan vitamin A, dan lebih umum di antara orang-orang dari sosial ekonomi dan status kesehatan yang rendah. Selain itu, kepercayaan setempat bahwa kondisi tersebut akan menghilang  bersamaan dengan persalinan, bertentangan dengan penelitian yang menunjukan kondisi tersebut bertahan atau kembali selama menyusui pada populasi dengan kekurangan vitamin A dan juga did apatkan pada wanita yang tidak hamil dengan usia subur. Buta senja maternal ternyata dapat meningkatkan kematian ibu dan  bayi, dan suplementasi vitamin A pada wanita buta senja meningkatkan kelangsungan hidup mereka dan keturunan mereka. Telah diperkirakan bahwa lebih dari 6 juta wanita mengalami buta senja selama kehamilan setiap tahun.

DESKRIPSI JURNAL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

telaah jurnal

Citation preview

6

DESKRIPSI JURNAL

Judul:Faktor Resiko Rabun Senja Maternal Di Pedesaan India Selatan( Risk Factors for Maternal Night Blindness in Rural South India )Penulis:Joanne Katz1, James M. Tielsch1, R. D. Thulasiraj2,3, Christian Coles1, S. Sheeladevi2,3,Elizabeth L. Yanik4, and Lakshmi Rahmathullah2Publikasi:Ophthalmic Epidemiol. 2009 ; 16(3): 193197.Penelaah:Eliza Anggraini, S.KedTanggal Telaah:5 Juli 2014

1. Latar BelakangButa senja dalam kehamilan dan hubungannya dengan diet rendahnya asupan vitamin A telah dilaporkan pada awal abad ke-20 di Eropa. Studi kasus di Asia Selatan pertama dilaporkan pada tahun 1960-an, tapi telah terlupakan sampai serangkaian studi berbasis populasi 30 tahun kemudian yang menggambarkan prevalensi, faktor risiko dan konsekuensi dari buta senja di Nepal. Penelitian ini dan studi berbasis populasi lainnya mencatat bahwa buta senja pada kehamilan adalah lazim, dikaitkan dengan kekurangan vitamin A, dan lebih umum di antara orang-orang dari sosial ekonomi dan status kesehatan yang rendah.

Selain itu, kepercayaan setempat bahwa kondisi tersebut akan menghilang bersamaan dengan persalinan, bertentangan dengan penelitian yang menunjukan kondisi tersebut bertahan atau kembali selama menyusui pada populasi dengan kekurangan vitamin A dan juga didapatkan pada wanita yang tidak hamil dengan usia subur. Buta senja maternal ternyata dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi, dan suplementasi vitamin A pada wanita buta senja meningkatkan kelangsungan hidup mereka dan keturunan mereka. Telah diperkirakan bahwa lebih dari 6 juta wanita mengalami buta senja selama kehamilan setiap tahun.Akibat yang merugikan dari buta senja maternal membuat hal ini penting untuk menggambarkan faktor risiko yang mempengaruhi perempuan dalam kondisi seperti ini. Salah satu model penjelasan yang menggunakan kerangka Mosely-Chen akan menunjukkan bahwa faktor risiko yang paling distal adalah sosial ekonomi, seperti kemiskinan dan buta huruf. Ini mengarah pada pola makan kekurangan vitamin A, terutama vitamin A yang diperoleh dari sumber hewani yang paling bioavailable tetapi juga yang paling mahal. Hal ini menyebabkan sedikitnya penyimpanan vitamin A. Morbiditas, juga merupakan akibat dari kondisi sosial ekonomi dan pola makan yang buruk, sehingga menguras/ menghabiskan penyimpanan vitamin A. Kekurangan vitamin A juga predisposisi pada anak-anak menjadi sakit. Kehamilan adalah keadaan fisiologis yang membutuhkan peningkatan penggunaan vitamin A untuk pertumbuhan janin, dan sedikitnya penyimpanan sebelum kehamilan meningkatkan kemungkinan bahwa wanita akan mengalami buta senja, terutama pada trimester ketiga. Sangat sedikit studi berbasis populasi telah meneliti faktor risiko buta senja maternal, meskipun Survei Demografi dan Kesehatan telah menggabungkan pertanyaan tentang kondisi ini di banyak negara yang menerima kuesioner. Menggunakan DHS Statcompiler untuk survei yang dilakukan dalam 5 tahun terakhir, pelaporan persentasi buta senja pada kehamilan yang terbaru berkisar antara 1,7% (Indonesia, 2002/2003) menjadi 18,2% (Chad, 2004), dengan 8,9% di India pada 2005/2006. Disini kami melaporkan analisis faktor risiko yang terkait dengan buta senja pada kehamilan menggunakan data sebuah uji berbasis populasi dari suplemen vitamin A pada bayi baru lahir yang dilakukan di daerah pedesaan India Selatan.

2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko yang terkait dengan buta senja maternal di pedesaan India Selatan.

3. Metodologi

Data untuk analisis ini berasal dari uji coba secara acak/randomized dari 14.035 wanita hamil yang setuju untuk berpartisipasi dalam uji coba. Dari jumlah ini, 763 keluar dari wilayah studi sebelum melahirkan, 6 perempuan meninggal saat hamil, 82 mengalami keguguran, dan 11 masih hamil pada saat suji coba berakhir. Dan tersisa 13.173 kehamilan. Adapun target populasi adalah semua wanita yang tinggal di dua blok pedesaan Tamil Nadu yang sedang hamil selama masa studi (1998-2000) yang memenuhi syarat untuk berpartisipasi dalam uji coba.

Petugas yang berasal dari desa dilatih untuk mengidentifikasi, izin/persetujuan dan mendaftarkan wanita hamil di desa mereka. Sebuah wawancara dilakukan pada saat pendaftaran yang mencakup informasi mengenai karakteristik sosial ekonomi dan demografi rumah tangga seperti usia, literasi, agama dan pekerjaan kepala rumah tangga, konstruksi rumah, tanah dan ternak, jenis bahan bakar digunakan untuk memasak, pengadaan listrik, jenis transportasi, kepemilikan radio dan televisi, jumlah anak di bawah usia 5 tahun tinggal di rumah tangga, usia wanita hamil, usia saat kehamilan pertama, paritas, graviditas, dan keguguran sebelumnya dan meninggal ketika dilahirkan untuk wanita multigravida. Perempuan yang terdaftar pada pertengahan kehamilan, sekitar 5-6 bulan kehamilan.

Pada saat melahirkan, petugas desa yang terlatih mengunjungi ibu yang melahirkan untuk memberikan bayi tersebut vitamin A atau plasebo dalam waktu 48 jam setelah kelahiran. Pada saat ini, ibu ditanya apakah dia telah mengalami buta senja pada setiap kehamilan.

Regresi logistik multivariat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan sosial ekonomi, demografi, dan kehamilan yang berkaitan dengan buta senja matermal. Yaitu dengan menghitung odds ratio untuk karakteristik sosial ekonomi, demografi dan karakter maternal4. Hasil

Wanita yang buta senja sebanyak 687 (5,2%) dari 13.171 kehamilan. Pada model multivariat, didapatkan odds Ratio (OR) 0,60, 95% Confidence Interval (CI): 0.47, 0.78), selain agama hindu (OR: 0.46, 95% CI: 0.27, 0.76), maternal literasi (OR: 0.58, 95% CI: 0.49, 0.69), dan usia maternal dari 25 sampai 29 tahun (OR: 0.68, 95%CI: 0.50, 0.93) berkaitan dengan risiko lebih rendah mengalami buta senja pada kehamilan. Kemungkinan buta senja lebih tinggi bagi mereka yang menyewa dari pada memiliki tanah (OR: 1.78, 95%CI: 1.08, 2.93), paritas 6 atau lebih jika dibandingkan dengan paritas 0 (OR: 2.11, 95% CI: 1.09, 4.08), dan dengan kehamilan kembar (OR: 3.23, 95% CI: 1.93, 5.41). Faktor yang tidak terkait dengan buta senja dalam model multivariat adalah tanda lain dari status sosial ekonomi seperti listrik di rumah, kepemilikan radio dan televisi, jenis bahan bakar untuk memasak, dan transportasi rumah tangga, dan jumlah anak di bawah usia 5 tahun dalam rumah tangga.

5. Kesimpulan

Faktor-faktor sosial ekonomi, demografi, dan kehamilan berkaitan dengan buta senja maternal.

6. Rangkuman dan Hasil PembelajaranPada artikel ini melaporkan faktor-faktor sosial ekonomi, demografi, dan kehamilan berkaitan dengan buta senja matermal. Faktor risiko lebih rendah mengalami buta senja pada kehamilan seperti : selain agama hindu, maternal literasi, dan usia maternal dari 25 sampai 29 tahun. Kemungkinan buta senja lebih tinggi bagi mereka yang menyewa dari pada memiliki tanah, paritas 6 atau lebih jika dibandingkan dengan paritas 0, dan dengan kehamilan kembar. Faktor yang tidak terkait dengan buta senja dalam model multivariat adalah tanda lain dari status sosial ekonomi seperti listrik di rumah, kepemilikan radio dan televisi, jenis bahan bakar untuk memasak, dan transportasi rumah tangga, dan jumlah anak di bawah usia 5 tahun dalam rumah tangga.

Kekuatan studi ini adalah berdasarkan populasi sehingga kita mampu memperoleh perkiraan prevalen, dan kehamilan yang terdaftar cenderung mewakili kelompok studi dan dari pedesaan India selatan. Satu keterbatasan penelitian ini adalah bagaimana cara buta senja diketahui. Para wanita ditanya untuk mengingat kembali apakah dia pernah mengalami buta senja selama kehamilan. Hal ini mengakibatkan bias dalam mengingat dan juga menginterpretasikan apa yang dimaksud dengan buta senja. Sehingga dibutuhkan untuk menggunakan kata-kata setempat untuk buta senja. Pertanyaan menggunakan kata setempat cukup sensitif dan spesifik. Pertanyaan untuk memastikan buta senja pada kehamilan saat ini telah direkomendasikan sebagai standar indikator berbasis populasi dari kekurangan vitamin A maternal. Kelemahan lain adalah terbatasnya jumlah faktor risiko maternal dan kehamilan yang dikumpulkan pada percobaan ini, Sebagai contoh, tinggi sebelum kehamilan, morbiditas, diet, dan berat badan selama kehamilan yang tidak diperoleh. Serta dampak dari jarak melahirkan terhadap resiko buta senja. Hubungan dengan paritas cenderung mengarah pada penggunaan/terkurasnya gizi pada banyak kehamilan dalam lingkungan yang kurang gizi. Bisa jadi bahwa mereka dengan jarak kehamilan yang pendek akan lebih beresiko karena mereka mungkin memiliki waktu yang lebih sedikit untuk memulihkan kondisi gizi antara kehamilan.

Di populasi ini, buta senja maternal berhubungan dengan BBLR (berat badan lahir rendah), morbiditas bayi, dan pertumbuhan terhambat sampai usia 6 bulan (12). WHO/IVACG merekomendasikan pengobatan untuk buta senja pada kehamilan dengan 10.000 IU perhari atau 25.000 IU perminggu untuk 4-8 minggu (23, 27). Sangat sedikit Negara telah mengadopsi kebijakan antenatal ini. Nepal memiliki sebuah kebijakan tetapi tidak memiliki program deteksi kasus aktif. Banyak Negara memiliki kebijakan dan program untuk suplementasi postpartum dengan 200.000 IU dalam 6 minggu dari melahirkan. Sejak buta senja pada kehamilan telah terbukti memiliki konsekuensi kesehatan dan kelangsungan hidup bagi perempuan dan bayi mereka, identifikasi dari wanita buta senja melalui antenatal program atau temuan kasus aktif adalah penting, dan karena pengobatan dengan vitamin A murah dan layak di banyak kondisi, sehingga dapat mengurangi insiden buta senja selama masa kehamilan.

1