Upload
dinhthien
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
DESKRIPSI KECERDASAN EMOSIONAL PARA SISWA DAN
SISWI KELAS VIII SMP STELLA DUCE I YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
Skripsi
Diajukan untuk Memehuni Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
Sutinah
Nim: 021114039
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
iv
Motto dan Persembahan
Kupercaya tiada jalan yang tak dapat kutempuh, meskipun dengan tertatih -tatih
ku tetap mencari jalan itu hingga semua akan indah pada waktunya (penulis)
You raise me up, so I can stand on your mountains
You raise me up, to walk on stormy seas
I am strong when I am on your shoulders
You raise me up to more than I can be
(Brendam Graham / Rolf lavlaurd)
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Almarhum buah hatiku Mesias Pascal Simanjuntak, suamiku Richard J
Simanjuntak, orang tuaku, mami Lena dan papi Agus, romo Boni Abas, sahabat-
sahabatku di BK ’02, anak-anak SMP Stella Duce I dan semua pihak yang telah
memberiku semangat dan dukungan diberbagai pihak.
vi
ABSTRAK
DESKRIPSI KECERDASAN EMOSIONAL PARA SISWA DAN SISWI
KELAS VIII SMP STELLA DUCE I YOGYAKARTA TAHUN AJARAN
2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK
BIMBINGAN KLASIKAL
Sutinah
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2006
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kecerdasan emosional para
siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce I di Yogyakarta, tahun ajaran
2006/2007. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam penelitian adalah
(1) Bagaimanakah kecerdasan emosional para siswa dan siswi kelas VIII SMP
Stella Duce I Yogyakarta tahun 2006/2007? (2) Bagaimanakah kecerdasan
emosional para siswa kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran
2006/2007? (3) Bagaimanakah kecerdasan emosional para siswi kelas VIII SMP
Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007? (4) Apakah ada perbedaan
yang signifikan antara para siswa dan siswi SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun
ajaran 2006/2007 dalam hal kecerdasan emosional? (5) Topik bimbingan klasikal
apakah yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan emosional para siswa dan
siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007?
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan komparatif. Alat
pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner kecerdasan emosional yang
disusun sendiri oleh penulis. Subjek penelitian adalah sebagian dari siswa dan
siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.
Pengambilan sampel berdasarkan purpose sample (sampel bertujuan) karena
alasan keterbatasan waktu yang diberikan oleh pihak sekolah dan kepentingan
sekolah sehingga sampel ditentukan dari pihak sekolah. Teknik analisis data yang
digunakan adalah penggolongan kecerdasan emosional berdasarkan PAP
(Penilaian Acuan Patokan) tipe I dan t-tes dengan taraf 5%.
Hasil penelitian adalah (1) Para siswa dan siswi kelas VIII yang memiliki
kualifikasi kecerdasan emosional sangat tinggi 0%, tinggi 32%, cukup tinggi 66%,
rendah 2% dan sangat rendah 0%, (2) Para siswa kelas VIII yang memiliki
kualifikasi kecerdasan emosional sangat tinggi 0%, tinggi 32%, cukup tinggi 64%,
rendah 4% dan sangat rendah 0%, (3) Para siswi kelas VIII yang memiliki
kualifikasi kecerdasan emosional sangat tinggi 0%, tinggi 32%, cukup tinggi 68%,
rendah 0% dan sangat rendah 0%, (4) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
para siswa dan siswi kelas VIII dalam hal kecerdasan emosional. Dari hasil
penelitian ditemukan bahwa kecerdasan emosional para siswa dan siswi secara
keseluruhan belum ideal dan membutuhkan bimbingan. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut disusunlah topik-topik bimbingan klasikal.
vii
ABSTRACT
THE DESCRIPTION OF EMOTIONAL INTELLIGENCE OF THE EIGHTH
GRADE STELLA DUCE I JUNIOR HIGH SCHOOLSTUDENTS ACADEMIC
YEAR 2006/2007 AN ITS IMPLICATION TO GUIDANCE TOPICS
PROPOSAL
Sutinah
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2006
This research aimed to describe emotional intelligence of eighth grade Stella
Duce I Junior High School students academic year 2006/2007. There were some
problems in this research (1) What is the level of emotional intelligence of the eighth
grade Stella Duce I Junior High School students academic year 2006/2007? (2) What
is the level of emotional intelligence of the eighth grade Stella Duce I Junior High
School male students academic year 2006/2007? (3) What is the level of emotional
intelligence of the eighth grade Stella Du ce I Junior High School female students
academic year 2006/2007? (4) Are there any significant differences among the eighth
grade students of Stella Duce I Junior High School Yogyakarta? (50 What is the most
appropriate guidance topic to develop the emotional intelligence of the eighth grade
students of Stella Duce I Junior High School Yogyakarta academic year 2006/2007?
This research was a descriptive and xomparative research. In order to collect
the data, the writer used emotional intelligence questionn aires made by the writer.
The subject of this research was some eighth grade students of Stella Duce I Junior
High School Yogyakarta academic 2006/2007. The sample that was used in this
research was purposive sample in accordance with the limitation of ti me given by
school and school’s interest, thus sample was determined by school. Data analysis
technique used in this research was emotional intelligence classification based on
PAP (Measure Reference Assessment) type I and t-test of 5% level.
The results of the research were (1) Students of the eighth grade of Stella
Duce I Junior High School Yogyakarta who have very high emotional intelligence
were 0 %, high were 32 %, quite high were 66 %, low were 2 %, and very low were 0
%, (2) Male students of the eighth grade of Stella Duce I Junior High School
Yogyakarta who have very high emotional intelligence were 0 %, high were 32 %,
quite high were 64 %, low were 4 %, and very low were 0 %, (3) Female students of
the eighth grade of Stella Duce I Junior High School Yogyakarta who have very high
emotional intelligence were 0 %, high were 32 %, quite high were 68 %, low were 0
%, and very low were 0 %, (4) There were not significant differences among the
eighth grade students in terms of emotional intelligence. Bas ed on the research, it was
found that the students emotional intelligence was not ideal thoroughly and needed
some guidance. Based on the research, it was designed guidance topic.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah Tritunggal Maha Kudus atas kelimpahan
kasih dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya. Pengalaman jatuh bangun telah mengantar penulis semakin
menyadari penyertaan akan kasih karuniaNya dalam setiap perjuangan hidup
penulis. Dari berbagai pengalaman senang dan susah, penulis mencoba untuk
terus bangun dan tegar dalam menghadapi kehidupan ini. Pengalaman kehilangan
buah hati yang telah ditunggu-tunggu dan diharapkan, sempat membuat penulis
shock berat yang kemudian berontak dan marah kepada Sang Empunya Hidup.
Perjuangan untuk menghadapi pengalaman yang pahit dan ditambah pengalaman
selama PPL serta melihat kehidupan di luar yang memprihatinkan, penulis
kemudian mendapatkan inspirasi untuk menulis skripsi mengenai kecerdasan
emosional. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan.
Penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan tanpa bantuan dari banyak pihak.
Penulis merasakan dukungan berupa sumbangan pikiran maupun saran, doa,
sapaan dan juga bantuan materiil. Semuanya ini telah menjadi dorongan bagi
penulis untuk terus berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang tulus kepada:
1. Dra. C.L.Milburga, M.Ed selaku pembimbing I yang dengan penuh kerelaan
dan kesabaran mengoreksi, membimbing, mengarahkan dan meneguhkan
penulis dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.
ix
2. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si selaku pembimbing II yang dengan ketulusan,
kerelaan, dan kesabaran yang penuh keibuaan membantu penulis dengan
masukan-masukan yang sangat berarti dan selalu memberi semangat demi
penyelesaian skripsi ini.
3. R.H.Dj. Sinurat selaku dosen tamu yang juga ikut memberikan masukan-
masukan yang positif demi penyempurnaan skirpsi ini.
4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai hal selama penulis
belajar di Universitas Sanata Dharma.
5. Para siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta, para guru
BK dan pihak sekolah yang telah memberi waktu kepada penulis untuk
mengadakan penelitian.
6. Almarhum buah hatiku Mesias Pascal Simanjuntak yang telah memberiku
inspirasi dan menyemangatiku untuk menyelesaikan studiku dengan sebaik-
baiknya.
7. Suamiku Richard J Simanjuntak yang dengan penuh perhatian dan kasih
sayangnya mau mendorong dan memberiku semangat serta mau dengan
susah payah membiayai kuliahku.
8. Orang tuaku yang telah melahirkan dan membesarkanku dengan cintanya.
9. Mami Lena dan Papi Agus yang telah menjadi orang tuaku dan selalu
mendoakanku, memberiku semangat dan membantu biayaku.
10. Romo Boni Abas yang dengan tulusnya mau mendorongku untuk tetap tegar,
membantuku dalam biaya dan dalam setiap doa-doanya.
x
11. Teman-teman pelayanan yang bernaung di bawah KARISMA yang selalu
mendukung dan memberikan spirit.
12. Sahabat-sahabatku di BK ’02 yang selalu memberiku dukungan dengan
banyak cara selama penulis menjalani proses belajar di Universitas Sanata
Dharma.
13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas segala dukungan,
perhatian, dan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang
penulis terima khusus selama penulisan skripsi ini.
Semoga Allah dengan penuh cintaNya membalas segala kebaikan semua
orang yang telah berjasa melalui hidup dan karyanya di kehidupan ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan terutama
bagi mereka yang peduli terhadap perkembangan kecerdasan emosional para
remaja pada umumnya.
Yogyakarta, 15 Januari 2007
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN …………………………... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………….. v
ABSTRAK ………………………………………………………………… vi
ABSTRACT ………………………………………………………………. vii
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. x
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….... xv
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………. 5
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………... 6
D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 7
E. Definisi Operasional …………………………………………. 8
F. Hipotesis ……………………………………………………… 9
BAB II : KAJIAN PUSTAKA …………………………………………… 10
A. Kecerdasan Emosional ……………………………………….. 10
1. Pengertian Kecerdasan Emosional ………………………… 10
2. Unsur-unsur Kecerdasan Emosional ………………………. 13
3. Keterampilan-keterampilan untuk
Meningkatkan Kecerdasan Emosional ……………………. 23
4. Perbedaan Kecerdasan Emosional antara Pria dan Wanita … 27
xii
B. Siswa dan Siswi SMP sebagai Remaja ……………………….. 33
1. Pengertian Remaja …………………………………………. 33
2. Ciri-ciri Masa Remaja ……………………………………… 33
C. Bimbingan Klasikal …………………………………………… 36
1. Pengertian Bimbingan dan Bimbingan Klasikal …………… 36
2. Tujuan Bimbingan …………………………………………. 37
D. Peranan Bimbingan dalam Meningkatkan
Kecerdasan Emosional ……………………………………….. 38
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ………………………………… 40
A. Jenis Penelitian ………………………………………………. 40
B. Subjek Penelitian ……………………………………………… 41
C. Instrumen Penelitian ………………………………………….. 42
D. Prosedur Pengumpulan Data …………………………………. 52
1. Tahap Persiapan …………………………………………… 52
2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data …………………… 53
E. Teknik Analisis Data ………………………………………… 55
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………… 57
A. Kecerdasan Emosional Para Siswa dan Siswi Kelas VIII …… 57
1. Hasil Penelitian ……………………………………………. 57
2. Pembahasan ……………………………………………….. 58
B. Kecerdasan Emosional Para Siswa Kelas VIII ……………… 62
1. Hasil Penelitian ……………………………………………. 62
2. Pembahasan ……………………………………………….. 63
C. Kecerdasan Emosional Para Siswi Kelas VIII ………………. 69
1. Hasil Penelitian …………………………………………….. 69
2. Pembahasan ………………………………………………… 70
D. Perbedaan Kecerdasan Emosional
antara Para Siswa dan Siswi Kelas VIII ……………………… 73
1. Hasil Penelitian …………………………………………….. 73
2. Pembahasan ………………………………………………… 75
xiii
BAB V : USULAN TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL DAN
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
UNTUK KELAS VIII SMP STELLA DUCE I
SEBAGAI IMPLIKASI HASIL PENELITIAN ………………… 77
A. Usulan Topik Bimbingan Klasikal ……………………………. 77
B. Contoh Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling…………… 84
BAB VI : RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN………. 92
A. Ringkasan ……………………………………………………... 92
B. Kesimpulan …………………………………………………… 94
C. Saran-saran ……………………………………………………. 95
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 97
LAMPIRAN ………………………………………………………………. . 100
xiv
TABEL
Halaman
Tabel 3.1 : Rincian Jumlah Siswa dan Siswi Kelas VIII ……………. 41
Tabel 3.2 : Kisi-kisi Item Skala Kecerdasan Emosional
yang Sudah Diuji Cobakan ……………………………… 44
Tabel 3.3 : Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas ……………….. 47
Tabel 3.4 : Penggolongan Tingkat Kecerdasan Emosional
Berdasarkan PAP I ………………………………………. 55
Tabel 4.1 : Penggolongan Kecerdasan Emosional
Para Siswa dan Siswi Kelas VIII ………………………... 57
Tabel 4.2 : Penggolongan Kecerdasan Emosional
Para Siswa Kelas VII ……………………………………. 62
Tabel 4.3 : Penggolongan Kecerdasan Emosional
Para Siswi Kelas VIII ……………………………………. 69
Tabel 4.4 : Perhitungan Mean, Standar Deviasi dan Nilai t
Kecerdasan Emosional Para Siswa dan Siswi Kelas VIII .. 72
xv
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Kuesioner Kecerdasan Emosional untuk Penelitan ……….. 100
Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Taraf Validitas …………………………. 105
Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Reliabilitas ……………………………… 115
Lampiran 4 : Surat Ijin Uji Coba Instrumen ……………………………… 117
Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian ………………………………………… 118
Lampiran 6 : Hasil Analisis Data Penelitian …………………………….. 119
Daftar Kualifikasi Para Siswa Kelas VIII ………………….. 125
Lampiran 7 : Hasil Analisis Data Penelitian …………………………….. 127
Daftar Kualifikasi Para Siswi Kelas VIII ………………….. 133
Lampiran 8 : Tabel Uji Beda ……………………………………………... 135
Hasil Perhitungan Uji Beda ………………………………… 137
Lampiran 9 : Gradasi Skor Tiap Item ……………………………………. 140
20 Gradasi Skor yang Paling Rendah ……………………… 142
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional dari beberapa istilah yang
digunakan dalam penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Tingkat kejahatan yang terjadi di masyarakat kita akhir-akhir ini telah meningkat
tajam. Hal ini bisa kita lihat di berbagai media massa baik cetak, televisi maupun
radio. Tingkat kejahatan tersebut dilakukan tidak hanya oleh orang dewasa, tetapi
juga dilakukan oleh anak -anak usia Sekolah Dasar hingga remaja SMP maupun
SMA. Keprihatinan yang mendalam bagi banyak pihak terutama dunia pendidikan
adalah meningkatnya kenakalan yang dilakukan oleh usia anak -anak dan remaja.
Kenakalan yang dilakukan oleh mereka cukup bervariasi mulai dar i tingkat ringan
seperti pencurian dan perkelahian hingga ke tingkat yang lebih berat seperti
pemerkosaan dan pembunuhan. Meningkatnya tingkat kenakalan tersebut dapat
menandakan adanya kemerosotan dalam hal kecerdasan emosional.
Kemerosotan tersebut dapat terjadi karena banyak hal, misalnya orang tua yang
sibuk bekerja demi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga sehingga kurang memiliki
waktu bersama anak-anak mereka, kurang terpenuhinya keinginan anak sehingga dia
mencari jalan pintas dan terbilang nekat de mi terpenuhinya keinginan tersebut,
2
kurangnya pendampingan yang diberikan orang tua dan orang dewasa lainnya
sewaktu anak menonton acara televisi dan film -film yang sebenarnya bukan untuk
seusianya, jenis permainan seperti video game yang kurang melibatkan anak untuk
belajar berinteraksi dengan orang lain. Selain daripada itu, selama anak berada di
sekolah bisa saja pihak sekolah kurang memperhatikan perkembangan Kecerdasan
Emosional anak tetapi lebih memperhatikan perkembangan kecerdasan intelektualnya
saja. Dengan demikian anak hanya pandai dalam hal akademik belaka dan kurang
bisa untuk belajar menghadapi kenyataan hidup yang semakin sulit ini. Menurut
Shapiro (1999) memiliki EQ yang tinggi sama pentingnya dengan memiliki IQ yang
tinggi.
Kenyataan tersebut telah menunjukkan bahwa keberhasilan orang tidaklah
ditentukan semata-mata oleh tingkat kecerdasan intelektualnya saja, melainkan
dipengaruhi juga oleh faktor lain yaitu Emotional Intelligence atau sering disebut
dengan istilah Kecerdasan Emosional. Ken yataan tersebut diperkuat oleh pendapat
Goleman (Gea, 2002: 175) yang mengatakan bahwa “setinggi-tingginya IQ hanya
menyumbang kira -kira 20% bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup,
sementara 80% diisi oleh faktor-faktor kecerdasan lain seperti kecerdasan
emosional.” Kecerdasan emosional merupakan bagian penting dari apa yang
membuat orang sukses dalam kehidupan praktis sehari -hari.
Melihat hal di atas, perlu agar dilakukan upaya untuk membantu para siswa dan
siswi dalam meningkatkan kecerdas an emosionalnya. Shapiro (1999) berpendapat
bahwa Kecerdasan Emosional tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan,
3
sehingga terbuka kesempatan bagi orang tua dan para pendidik untuk melanjutkan
apa yang sudah disediakan oleh alam agar mereka mempunyai peluang lebih besar
untuk meraih keberhasilan. Teori tersebut didukung pula oleh teorinya Goleman
(2001: 10) yang menyatakan bahwa tingkat kecerdasan emosional tidak terikat
dengan faktor genetis dan tidak juga hanya berkembang selama masa kanak -kanak.
Dilihat dari pentingnya kecerdasan emosional bagi kelangsungan hidup manusia
menuju kebahagiaan dan menjadi salah satu penentu keberhasilan hidup, tertarik
untuk diteliti terutama kaum remaja sebagai generasi penerus bangsa. Hal ini
dikarenakan remaja masih cenderung labil dalam emosinya akibat dari perubahan
fisik dan kelenjar. Dalam hal ini remaja yang diteliti adalah para siswa dan siswi
kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta yang termuat dalam topik skripsi. Topik ini
dipilih karena alasan -alasan tertentu seperti:
Alasan pertama, selama PPL di sekolah yang berlangsung sekitar lima minggu
telah terjadi interaksi dengan para siswa-siswi secara langsung di kelas maupun di
luar kelas pada jam-jam istirahat. Melalui interaksi tersebut dapat terjalin kedekatan
dengan mereka. Dalam waktu kurang lebih lima minggu bersama mereka, dapat
terlihat bahwa dalam menjalani tugas perkembangannya mereka mengalami
kesulitan -kesulitan. Kesulitan yang dimaksud salah satunya berhubungan dengan
kemampuan dalam memantau, mengend alikan dan menerapkan emosi terhadap diri
sendiri maupun terhadap orang lain. Kesulitan tersebut bisa dikarenakan para siswa
dan siswi berasal dari berbagai macam keluarga yang memiliki berbagai macam
karakteristik, latar belakang dan pendidikan keluarga yang berbeda.
4
Alasan kedua adalah berdasarkan fakta yang ada di media massa yaitu sering
terjadi tawuran antar sekolah sehingga terjadi perkelahian antar siswa. Tawuran ini
sebagian besar diikuti oleh siswa putra. Setelah dilihat dari inti masalah yang ada
ternyata tawuran tersebut hanya dipicu dari hal-hal yang kecil seperti ejekan antara
dua orang yang berbeda sekolah, adu pandangan atau tanpa sengaja tersenggol
badannya saat berjalan di jalan raya. Masalah yang dianggap kecil dan sepele apabila
tidak diselesaikan dengan baik akan menyulut masalah yang besar.
Alasan ketiga adalah siswi putri cenderung sulit untuk mengolah perasaan -
perasaanya yang muncul, seperti waktu ia mengalami perasaan cemas tanpa disadari
akan mengganggu perasaan laparnya. Dengan demi kian pola makan akan ikut
terganggu juga. Selain itu, menurut Gottman (1998) anak perempuan yang sulit
mengendalikan dorongan hati pada awal masa remajanya, cenderung untuk hamil di
akhir usia remaja mereka.
Perlakuan yang diberikan orang tua dan orang dewasa lainnya secara berbeda
kepada remaja putra dan putri dapat menimbulkan stereotip atau pandangan yang
berbeda pula. Remaja putra cenderung dididik untuk lebih tegas, berani, tidak
cengeng dan dijauhkan dari pekerjaan -pekerjaan yang berbau wanita seperti
memasak, mencuci, membersihkan rumah dan masih banyak lagi. Dengan pendidikan
semacam itu remaja putra cenderung lebih pemarah dan lebih agresif dibandingkan
remaja putri, sedangkan remaja putri lebih bersikap lembut.
Adanya perbedaan antara remaja putra dan putri tidak hanya dipengaruhi oleh
sistem pendidikan yang mereka dapatkan sejak kecil dari orang tua dan orang dewasa
5
lainnya tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain yaitu adanya tekanan sosial berupa
stereotip yang berbeda, keadaan biologis bagian tertentu yang berbeda tingkatannya
dan peranannya seperti hormon testosteron dan kromosom sehingga dapat
mempengaruhi tingkat emosi dan dorongan agresifnya, kemudian keadaaan secara
jasmani seperti bentuk tubuh yang berbeda pula. Keadaan semacam ini dap at
mempengaruhi emosi mereka.
Melihat dari alasan -alasan di atas, ingin diteliti bagaimanakah kecerdasan
emosional para siswa dan siswi kelas VIII secara keseluruhan dan bagaimana pula
kecerdasan emosional para siswa dan para siswinya secara masing -masing. Kemudian
apakah ada perbedaan yang signifikan dalam hal kecerdasan emosional antara siswa
putra dan siswi putri kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kecerdasan emosional para siswa dan siswi kelas VIII SMP
Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 ?
2. Bagaimanakah kecerdasan emosional para siswa kelas VIII SMP Stella Duce I
Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 ?
3. Bagaimanakah kecerdasan emosional para siswi kelas VIII SMP Stella Duce I
Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 ?
4. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara para siswa dan siswi kelas VIII
SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 dalam hal kecerdasan
emosional ?
6
5. Topik bimbingan klasikal apakah yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan
emosional para siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta
tahun ajaran 2006/2007 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan kecerdasan emosional para siswa dan siswi kelas VIII SMP
Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.
2. Mendeskripsikan kecerdasan emosional pa ra siswa kelas VIII SMP Stella
Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.
3. Mendeskripsikan kecerdasan emosional para siswi kelas VIII SMP Stella
Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.
4. Memperoleh gambaran tentang ada tidaknya perbedaan kecerdasan emosional
antara siswa dan siswi SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran
2006/2007?
5. Dapat memberikan usulan -usulan topik bimbingan yang sesuai untuk
meningkatkan kecerdasan emosional para siswa dan siswi kelas VIII SMP
Stella Duce I Yogyakarta.
7
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
1. Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman dan gambaran tentang kecerdasan emosional
siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran
2006/2007 dan belajar menyusun topik bimbingan yang cocok untuk
meningkatkan kecerdasan emosional siswa dan siswi kelas VIII tersebut.
2. Bagi guru BK:
Peneliti dapat memberikan informasi yang berguna bagi program BK
dalam peningkatan kecerdasan emosional para siswa dan siswi.
3. Bagi para siswa dan siswi
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para siswa dan siswi dalam
membantu meningkatkan kecerdasan emosional.
4. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber inspirasi dan
data apabila kelak ingin mengembangkan penelitian.
8
E. Definisi Operasional
Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini
1. Deskripsi
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata -kata secara
jelas dan terinci.
2. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional adalah kemampua n untuk bisa mengenali dan
mengelola emosi yang ada di dalam diri, mengenali emosi orang lain
sehingga mampu memotivasi diri sendiri dan dapat menciptakan
hubungan yang baik dengan orang lain .
3. Siswa dan Siswi
Siswa adalah pelajar yang memiliki jenis kel amin putra yang duduk di
kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta.
Siswi adalah pelajar yang memiliki jenis kelamin putri yang duduk di
kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta.
4. Bimbingan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat
bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta
masyarakat.
9
5. Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal adalah proses bimbingan yang diikuti oleh seluruh
siswa dan dilakukan pada jam pelajaran yang telah ditentukan di kelas.
6. Usulan Topik Bimbingan
Adalah suatu topik yang direncanakan menjadi bahan bimbingan sebagai
acuan pelaksanaan bimbingan untuk pembimbing dalam meni ngkatkan
kecerdasan emosional para siswa dan siswi.
F. Hipotesis
Ada perbedaan yang signifikan dalam hal kecerdasan emosional antara para
siswa dan siswi SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian tentang beberapa hal yang berhubungan dengan topik
penelitian yaitu (A) Kecerdasan Emosional yang meliputi: Pengertian Kecerdasan
Emosional, Unsur-unsur Kecerdasan Emosional, Keterampilan -keterampilan untuk
Meningkatkan Kecerdasan Emosional, Perbedaan Kecerdasan Emosional Pria dan
Wanita; (B) Siswa dan siswi SMP sebagai Remaja yang meliputi: Pengertian Remaja,
Ciri-ciri Masa Remaja; (C) Bimbingan Klasikal yang meliputi: Pengertian Bimbingan
dan Bimbingan Klasika l, Tujuan Bimbingan; (D) Peranan Bimbingan dalam
Meningkatkan Kecerdasan Emosional.
A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian kecerdasan emosional
Sebelum banyak orang mengenal kecerdasan emosional, sebagian besar orang
hanya memandang perlu kecerdasan intel ektual (IQ) sebagai ukuran keberhasilan
dalam menjalani kehidupan nyata. Orang menganggap apabila kecerdasan intelektual
seseorang tinggi, ia akan sukses dibidang lainnya. Anggapan tersebut tidak selalu
dapat dibenarkan. Suparno (2004) berpendapat bahwa orang yang memiliki IQ tinggi
karena tidak stabil emosinya dan mudah marah, seringkali keliru dalam menentukan
dan memecahkan persoalan hidup. Hal ini disebabkan karena kurang dapat
berkonsentrasi. Keadaaan semacam itu dapat menimbulkan konflik dalam hidupny a.
11
Goleman (2001: 7-8) beranggapan bahwa kebanyakan orang yang sukses bukanlah
orang yang cerdas secara IQ, tetapi orang yang cerdas secara emosional sehingga
dapat memperkembangkan kecerdasan -kecerdasan yang lain. Pendapat tersebut
selaras dengan pendapa t Shapiro (1999: 4) yang menekankan bahwa memiliki
kecerdasan emosional tinggi mungkin lebih penting dalam pencapaian keberhasilan
ketimbang memiliki IQ tinggi yang hanya diukur berdasarkan uji standar terhadap
kecerdasan kognitif.
Goleman (2001: 10) menekankan bahwa IQ hanya sedikit berubah sesudah
melewati usia remaja, sedangkan Kecerdasan Emosional lebih banyak diperoleh
lewat belajar dan terus berkembang sepanjang hidup. Pendapat ini sejalan dengan
teorinya John Locke (Sujanto dkk, 1984) tentang tabula rasa yang mengatakan bahwa
manusia lahir seperti halnya kertas putih. Akan jadi apa kertas putih tersebut, sangat
tergantung pada proses yang dialami selanjutnya.
Kecerdasan emosional pertama kalinya dipelopori oleh seorang psikolog Israel
yang bernama Reuven Bar-On tahun 1980-an dan dilontarkan untuk pertama kalinya
tahun 1990 oleh dua orang psikolog yang bernama Peter Salovey dan John Mayer
(Goleman, 2001: 513). Kecerdasan emosional dapat diartikan sebagai kemampuan
untuk bisa mengenali dan mengelola em osi yang ada di dalam diri, mengenali emosi
orang lain sehingga mampu memotivasi diri sendiri dan dapat menciptakan hubungan
yang baik dengan orang lain. Definisi di atas ditulis oleh peneliti yang didasarkan dari
berbagai definisi yang dikemukakan oleh be rbagai ahli seperti Goleman, Salovey dan
Mayer, Cooper dan Sawaf dalam teorinya masing-masing.
12
Menurut Goleman (2000; 2001: 512) kecerdasan emosional merupakan
kemampuan untuk mengenali emosi sendiri dan mengelolanya dengan baik,
kemampuan untuk memotivas i diri sendiri dan mampu untuk mengenali emosi orang
lain sehingga mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejalan dengan
Goleman, Salovey dan Mayer (Shapiro, 1999: 8; Goleman, 2001: 513)
mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari k ecerdasan
sosial yang melibatkan kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan serta
emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah -milah semuanya dan
menggunakannya untuk membimbing pikiran dan tindakan.
Cooper dan Sawaf (1998: 15) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
kemampuan untuk merasakan, memahami, dan menerapkan secara efektif kepekaan
emosi sebagai sumber energi, informasi, dan koreksi. Sedangkan Schindler (1992)
dalam mengartikan kecerdasan emosional lebih sederhana yaitu kem ampuan untuk
mengendalikan emosi dalam kehidupan sehari -hari yang sangat kompleks.
Ke empat tokoh tersebut ada kesamaan dalam mengartikan kecerdasan emosional
sebagai kemampuan untuk mengenali serta mengelola emosi diri dan emosi orang
lain sehingga dapa t menerapkannya secara baik dalam kehidupan praktis sehari -hari
demi terciptanya hubungan yang baik dengan orang lain.
13
2. Unsur-unsur kecerdasan emosional
Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosional memiliki beberapa unsur yaitu
mengenali emosi di ri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
orang lain, dan membina hubungan. Masing -masing unsur di atas akan dijelaskan
satu persatu.
a. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri merupakan unsur kecerdasan emosi yang sangat mendasar.
Cara yang sangat penting dalam mengenali emosi diri adalah dengan memberi nama
masing-masing emosi yang dirasakan dan yang akan muncul atau dengan cara
menyebutkan nama emosi yang bersangkutan. Orang yang memiliki kepekaan yang
tinggi atas emosinya adalah orang yang dapat dikatakan berhasil dalam mengenali
emosinya sendiri. Tetapi orang yang tidak mampu untuk mengenali emosinya sendiri
adalah orang yang dapat dikatakan buta emosi. Hal ini akan mempengaruhi
kesuksesannya dalam mengarungi kehidupan ini.
Kemampuan mengenali emosi diri adalah suatu kemampuan untuk mengenali
emosi pada saat emosi itu muncul dan dapat menyebutkan nama emosi tersebut.
Setelah mampu mengenali emosinya sendiri diperlukan suatu kesadaran akan
emosinya sehingga tidak akan dikuasai oleh e mosi tersebut. Orang yang dapat
menyadari emosinya, dapat berpikir jernih dan dapat mengambil keputusan yang baik
bagi dirinya. Kesadaran diri adalah perhatian yang terus menerus terhadap keadaan
batin seseorang. Perhatian terhadap kesadaran diri akan mema ndang setiap kejadian
melalui kesadaran yang netral, bukanlah perhatian yang larut dalam emosi, bereaksi
14
secara berlebihan dan melebih -lebihkan apa yang diserap. Orang yang dapat
menyadari emosinya dapat membantunya dalam menciptakan kebahagiaan diri.
Menurut Goleman (2001) kesadaran diri meliputi kesadaran emosi, penilaian diri, dan
percaya diri.
1) Kesadaran emosi
Goleman (2001: 84) berpendapat bahwa orang yang memiliki kesadaran
emosi yang baik cenderung akan:
a) Mengetahui nama emosi yang sedang dirasakannya dan mempertanyakan
mengapa emosi itu muncul.
b) Menyadari adanya hubungan antara perasaan yang sedang dialami dengan
yang dipikirkan, diperbuat dan dikatakan.
c) Mengetahui bahwa perasaan yang dirasakan dapat mempengaruhi
kinerjanya.
Orang yang kesadaran emosinya kurang baik dapat membuatnya rentan
terhadap akibat ledakan emosi sehingga mudah tergelincir dalam rel kemarahan
yang tidak menentu. Orang dengan kesadaran emosi yang tinggi dapat
membantunya dalam mengelola perasaan yang tidak menentu untuk
mempertahankan motivasi, untuk menyesuaikan diri dengan tepat terhadap
perasaan orang lain, dan untuk mengembangkan hubungan yang baik dengan
orang lain.
2) Penilaian diri
15
Goleman (2001: 96-97) berpendapat bahwa orang yang memiliki kemampuan
dalam menilai diri cen derung akan:
a) Memiliki kesadaran tentang kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahannya.
b) Memberikan waktu untuk berefleksi dan belajar dari pengalaman.
c) Membuka diri terhadap umpan balik yang tulus serta bersedia menerima
perspektif baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri sendiri.
d) Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang diri sendiri
dengan perspektif yang luas.
3) Percaya diri
Orang yang memiliki rasa percaya diri yang baik pada umumnya dapat
memandang diri sendiri sebagai orang yang produktif d an mampu
menghadapi tantangan sehingga mudah menguasai keterampilan baru.
Goleman (2001: 107) memiliki pendapat bahwa orang yang memiliki
kepercayaan diri akan:
a) Berani tampil di muka umum dengan penuh keyakinan diri serta berani
menyatakan “keberadaannya”
b) Berani mengemukakan pandangan yang tidak populer dan bersedia
berkorban demi kebenaran.
c) Tegas dan mampu membuat keputusan yang baik meskipun dalam
keadaan yang sulit dan tertekan.
16
b. Mengelola emosi
Orang yang memiliki kemampuan untuk mengelola emos i secara baik ia mampu :
1) Mengurangi kecemasan -kecemasannya
Orang yang buruk dalam kemampuan mengelola emosinya akan terus
bertarung melawan rasa murung dan rasa cemasnya. Hampir semua orang
pernah mengalami perasaan cema. Perasaan cemas bisa muncul akibat adanya
perasaan takut. Perasaan cemas bisa sangat mengganggu bila menjadi
berlarut-larut dan tidak wajar, sehingga bisa mengganggu kehidupan sehari -
hari. Goble (Etty, 2002: 18) menulis “ Penelitian-penelitian psikosomatik
terus membuktikan bahwa perasaan cemas yang berlarut-larut cenderung
melahirkan akibat -akibat fisik maupun psikologis yang tidak diharapkan”.
2) Bangun dari depresi yang dialaminya
Freud (Etty, 2002:104) berpendapat bahwa depresi adalah rasa permusuhan
terhadap dunia luar yang kemudian beraki bat balik pada diri yang
bersangkutan. Pada umumnya depresi disebabkan oleh rasa kecewa dan
kehilangan yang mendalam, sedangkan penderita depresi adalah orang yang
sudah tidak sanggup lagi menerima kesulitan yang menimpanya. Gambaran
utama orang yang mengalami depresi adalah perasaaan murung yang bisa
menjadi perasaan sedih yang mendalam, kehilangan minat dan gairah dalam
keseharian. Sindrom depresi adalah apabila keadaan di atas sudah disertai
dengan gangguan fungsional, seperti gangguan tidur, gangguan ma kan,
terhambatnya aktivitas sehari-hari. Orang yang bisa menyadari, menerima dan
17
mensyukuri jalan hidupnya melalui pemikiran yang positif akan mampu
mengatasi persoalan-persoalan hidup yang terumit sekalipun. Orang yang
seperti ini adalah orang yang dapat mengelola emosinya dengan baik dan
dapat bangun dari depresi yang dialaminya.
3) Dapat mengurangi ketersinggungan di dalam pergaulan
Lingkungan merupakan tempat untuk melatih mengelola emosi dan sarana
untuk bergaul. Orang yang buruk dalam pengelolaan emosi nya, cenderung
lekas meluapkan emosi tanpa terlebih dahulu menyadari dampak dari luapan
emosi itu. Sebaliknya orang yang baik dalam pengelolaan emosinya dapat
mengurangi ketersinggungan di dalam pergaulan. Orang tersebut cenderung
memiliki banyak teman dan bersikap empati terhadap orang lain.
Menurut Goleman (2001) mengelola emosi terdiri dari :
1) Mengendalikan emosinya sendiri.
Orang yang memiliki kemampuan dalam mengendalikan emosinya sendiri,
maka ia mampu:
a) Mengelola emosi -emosinya yang menekan secara baik.
b) Tetap teguh, bersikap positif serta tidak goyah dalam menghadapi situasi
yang paling berat sekalipun.
c) Berpikir secara jernih meskipun dalam keadaan yang tertekan.
2) Dapat dipercaya
Orang yang memiliki kemampuan untuk dapat dipercaya, mampu:
18
a) Bertindak seturut etika yang ada dalam masyarakat dan berusaha untuk
tidak membuat malu orang lain.
b) Membangun kepercayaan.
c) Mengakui kesalahan yang dilakukan sendiri dan berani menegur
perbuatan yang tidak dapat diterimanya.
d) Berpegang pada prinsip secara teguh.
c. Memotivasi diri sendiri
Menurut Effendy (1988: 51-52) motivasi adalah dorongan untuk mengambil
suatu tindakan yang dikehendaki dalam rangka mencapai tujuan. Menurut Husaini
dan Noor (1981) motivasi adalah dorongan yang timbul dalam diri individu.
Memotivasi diri sendiri adalah kegiatan memberikan dorongan kepada diri sendiri
untuk mengambil tindakan yang dikehendaki. Orang yang dapat mengendalikan
dorongan hati dapat mewujudkan kinerja yang tinggi di segala bidang, cenderung
lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang dia kerjakan. Dengan kemampuan
ini orang dapat mencapai tujuannya.
Dilihat dari asalnya motivasi dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan yang
timbul dari diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Motivasi
ekstrinsik adalah dorongan yang timbul dari luar diri untuk mengambil suatu tindakan
yang dikehendaki. Motivasi intrinsik sering juga disebut dengan motivasi diri.
Menurut Anthony (2004) ada enam hal yang dapat membantu membangkitkan
motivasi diri yaitu
19
1) Sifat bersaing dengan orang lain.
Sifat ini merupakan tempat yang bagus bagi benih kesuksesan. Orang yang
memiliki sifat bersaing akan berusaha memanfaatkan setiap kesalahan,
kelemahan dan kelengahan yang dimiliki untuk dijadikan tantangan. Rasa
bersaing diperlukan oleh setiap orang untuk bisa bertahan hidup. Orang yang
memiliki sifat bersaing cenderung memiliki semangat juang yang tinggi untuk
meraih tujuannya dan berani untuk mengamb il risiko yang terlebih dahulu
diperhitungkannya. Selain itu ia akan terus berusaha untuk mencari informasi
sebanyak mungkin dan mencari cara untuk mencapai tujuan tersebut sehingga
tidak mudah menyerah dengan terus belajar. Sifat bersaing diperlukan untuk
membangkitkan motivasi dari dalam diri untuk menjadi lebih baik.
2) Ingin yang terbaik.
Keinginan ini akan membantu orang dalam membangkitkan motivasinya
untuk selalu berusaha mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Keinginan
ini tanpa disadari akan memuncu lkan ide-ide dan usaha-usaha untuk
mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Orang yang memiliki keinginan yang
terbaik akan berusaha memperhatikan hal -hal yang besar maupun hal -hal yang
kecil dalam hidupnya. Keinginan yang terbaik akan memunculkan energi
dalam diri untuk membangkitkan motivasi.
3) Ingin tahu dan ingin tumbuh.
Orang yang memiliki rasa ingin tahu dan ingin tumbuh memandang belajar
sebagai proses seumur hidup dan terus menerus. Keinginan ini akan
20
membangkitkan semangat orang untuk selalu mencari tahu hal-hal yang
dianggapnya dapat mengembangkan dirinya demi mencapai kebahagiaan dan
kepuasan hidup bersama orang lain. Orang semacam ini tergolong orang yang
gigih dan pantang menyerah. Keinginannya ini akan membuatnya tetap
bersemangat dan memiliki pikira n serta sikap tidak ragu-ragu dalam kondisi
siap bekerja sebaik mungkin.
4) Sikap bersyukur.
Sikap ini membantu orang semakin termotivasi untuk lebih maju dan berusaha
lebih baik tanpa harus merasa kurang. Sikap ini dapat menumbuhkan rasa
optimisme untuk mela kukan tindakan-tindakan yang positif. Orang yang
memiliki sikap bersyukur tidak akan lupa dengan asal muasalnya sehingga ia
akan memiliki sikap rendah hati dan empati terhadap orang lain. Selain itu
sikap bersyukur akan membantu setiap orang dalam memandan g kegagalan
atau kemunduran sebagai situasi yang dapat dikendalikan daripada sebagai
kekurangan pribadi.
5) Ingin membangun hubungan.
Orang yang memiliki keinginan untuk membangun hubungan maupun relasi
dengan orang lain, cenderung mempunyai kecakapan dalam h al:
a) Menumbuhkan dan memelihara jaringan relasi tidak formal yang meluas.
b) Mencari hubungan -hubungan yang saling menguntungkan.
c) Membangun hubungan saling percaya.
d) Membangun dan memelihara persahabatan pribadi di antara sesama.
21
6) Tujuan dan sasaran mulia.
Adanya tujuan dan sasaran yang tepat serta mulia dapat membantu orang
untuk membangkitkan motivasinya supaya berusaha mencapai apa yang telah
menjadi tujuan dan sasaran dalam segala tindakan dan keinginannya. Tujuan
dan sasaran mulia ini tertuang dalam misi da n visi yang ingin dicapai oleh
orang tersebut.
Rahasia sukses menyangkut motivasi diri sendiri adalah memiliki keinginan
yang menyenangkan. Oleh karena itu pertama-tama harus mengetahui apa
yang diinginkan, kemudian dapat mengatur rencana untuk mencapai tu juan.
d. Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi diri adalah hal yang penting, tetapi mengenali emosi orang lain
pun sama pentingnya. Mengenali emosi orang lain merupakan bentuk keterampilan
bergaul yang mendasar. Empati merupakan keterampilan mengenali e mosi orang lain.
Menurut Anthony (2004) empati adalah kemampuan untuk mengenali apa yang
diinginkan orang dan mengenali situasi orang lain. Menurut Goleman (2000: 136)
“kemampuan berempati adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan
orang lain, ikut berperan dalam pergulatan dalam arena kehidupan”. Empati dibangun
berdasarkan kesadaran diri. Semakin orang terbuka kepada emosinya, ia semakin
terampil dalam membaca perasaan. Kunci dari memahami perasaan orang lain adalah
mampu membaca pesan nonverbal yaitu nada bicara, gerak gerik, ekspresi wajah. Hal
ini dikarenakan emosi jarang diungkapkan dengan kata -kata melainkan sering
diungkapkan melalui isyarat.
22
Orang yang memiliki kepekaan ini cenderung mampu untuk mendengarkan orang
lain secara aktif dan memahami sudut pandang orang lain.
e. Membina hubungan
Manusia secara kodrati tidak mungkin hidup sendiri dan tidak bisa terlepas dari
peran orang lain. Manusia hidup bersama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan hidup akan lebih mudah terpenuhi bila ia mengusahakannya bersama
orang lain daripada melakukannya sendiri. Hal ini berlaku meskipun ia anggota suatu
organisasi/komunitas atau independen. Beberapa hal yang diperlukan supaya relasi
dengan orang lain dapat terjalin dengan baik:
1) Kemampuan dalam melak ukan pembukaan diri.
Menurut Johnson (Supratiknya, 1995: 14) pembukaan diri memiliki dua sisi
yaitu bersikap terbuka kepada yang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain.
Bersikap terbuka bukan berarti mengungkapkan sedetail mungkin hal -hal
yang intim/sang at pribadi dengan masa lalu kita. Apabila proses pembukaan
diri dilakukan dengan baik antara ke dua belah pihak yaitu terbuka kepada
yang lain dan terbuka bagi yang lain akan membuahkan relasi yang terbuka.
Pembukaan diri adalah dasar bagi hubungan yang se hat antara dua orang.
2) Kemampuan dalam berkomunikasi secara jelas.
Komunikasi sangat penting demi kelangsungan hidup manusia di dalam
pekerjaan, di dalam keluarga, dan di dalam lingkungan ia tinggal. Menurut
Johnson (Supratiknya, 1995: 9) ada beberapa peranan yang disumbangkan
oleh komunikasi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup:
23
Membantu perkembangan intelektual dan sosial kita.
Lewat komunikasi jati diri dan identitas kita terbentuk.
Memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan -kesan
dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita.
Kesehatan mental kita sebagian besar ditentukan oleh kualitas komunikasi
atau hubungan kita dengan orang lain.
Oleh karena itu setiap orang hendaknya memiliki tanggung jawab masing -masing
untuk kelancaran berkomunikasi.
3) Kemampuan dalam membangun kepercayaan.
Kepercayaan diperlukan supaya relasi dengan orang lain dapat tumbuh dan
berkembang. Kepercayaan dibangun lewat risiko dan peneguhan, serta
dihancurkan lewat risiko dan penolak an. “Kepercayaan tidak mungkin timbul
tanpa risiko, dan relasi tidak akan mengalami kemajuan tanpa kepercayaan.”
(Supratiknya, 1995: 27)
3. Keterampilan-keterampilan untuk meningkatkan kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional turut berperan dalam menentu kan kebahagiaan hidup
manusia sehingga perlu ada perhatian khusus dari pihak -pihak yang bersangkutan.
Handoko (makalah) berpendapat agar orang semakin cerdas secara emosional
diperlukan suatu usaha yang berupa keterampilan -keterampilan dasar, yaitu:
a. Keterampilan untuk mengidentifikasi dan memberi nama perasaan -perasaan
Menurut Lloyd (Sinurat, 1999) ada empat perasaan dasar manusia, beberapa
perasaan merupakan kombinasi dari dua atau lebih dari empat kategori.
1) Marah : jengkel, terganggu, gusar, berang, geram
2) Sedih : muram, kecewa, murung, pilu, terluka
24
3) Senang : puas, bahagia, riang, gembira, bergairah
4) Takut : cemas, khawatir, prihatin, gugup, bimbang
5) Kombinasi : bersalah, cemburu, frustasi, malu, bingung
Menurut Goleman (2000: 411-412) emosi digolongkan menjadi:
1) Amarah : beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,
terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindakan kekerasan
dan kebencian patologis
2) Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasiha ni diri,
kesepian, ditolak, putus asa, depresi berat
3) Rasa takut : cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali,
waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, kecut, fobia, panik
4) Kenikmatan : bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur,
bangga, kenikmatan inderawi, takjub, rasa terpesona, rasa terpenuhi,
kegirangan luar biasa, senang, senang sekali
5) Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,
bakti, hormat, kasmaran
6) Terkejut : terkejut, terkesima, takjub, terpana
7) Jengkel : hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah
8) Malu : rasa salah, malu, sesal, hina, aib, hati hancur lebur
Dengan mengidentifikasi dan memberi nama perasaan -perasaan dapat
menolong seseorang mengubah suatu perasaan y ang tidak jelas, menakutkan
dan tidak nyaman menjadi sesuatu yang dapat dirumuskan dan memiliki
25
batas-batas. Hal ini merupakan bagian yang wajar dari kehidupan sehari -
hari.
Gottman (1998: 102) mengatakan bahwa:
”studi-studi memperlihatkan bahwa tindakan memberi nama emosi dapat
berefek menenteramkan sistem syaraf. Ini dapat diartikan bahwa apabila kita
berbicara mengenai sebuah emosi sewaktu kita mengalaminya, akan
mengaktifkan belahan otak kiri yang merupakan pusat bahasa dan
penalaran”.
b. Keterampilan untuk mengungkapkan perasaan secara baik.
Kemampuan ini diartikan sebagai kemampuan untuk menyalurkan perasaan
yang memberatkan atau yang membebani hidup orang secara positif.
Dengan kata lain beban dapat berkurang tetapi tidak menyakiti orang lain
dan dir i sendiri. Johnson (Supratiknya, 1995: 52) mengemukakan bahwa ada
beberapa akibat yang mungkin timbul apabila perasaan tidak diungkapkan
secara baik yaitu:
1) Menyangkal dan menekan perasaan dapat menciptakan aneka masalah
dalam hubungan antarpribadi.
2) Menyangkal dan menekan perasaan dapat menyulitkan kita dalam
memahami dan mengatasi aneka masalah yang terlanjur timbul dalam
hubungan antarpribadi.
3) Menyangkal perasaan dapat meningkatkan kecenderungan kita untuk
melakukan persepsi secara selektif.
4) Menekan perasaan dapat menimbulkan distorsi atau penyimpangan dalam
penilaian kita.
c. Keterampilan untuk mengukur intensitas perasaan.
Kemampuan ini diartikan sebagai kemampuan untuk mengetahui secara
akurat derajat kedalaman dari suatu perasaan. Misalnya apakah perasaan itu
dangkal-dangkal saja sehingga mudah dilupakan dan kurang mengesan, atau
26
cukup mendalam masuk ke dalam hati, atau malahan sangat mendalam
sehingga sulit dilupakan.
d. Keterampilan untuk mengelola dan mengontrol perasaan.
Kemampuan ini diartikan sebagai kemampuan untuk menerima,
menampung, menyalurkan, atau pun mengendalikan perasaan -perasaan
secara sehat sehingga tidak mengganggu stabilitas hidup seseorang.
e. Keterampilan untuk menunda pemuasan akan kebutuhan.
Kemampuan ini diartikan sebagai kesanggupan u ntuk tidak segera
memenuhi kebutuhan yang sedang menekan hidupnya, melainkan
menundanya sampai kebutuhan itu sudah tidak terlalu menekan lagi.
f. Keterampilan untuk mengendalikan dorongan emosional.
Kemampuan ini diartikan sebagai kesanggupan untuk menahan a tau
menyalurkan dorongan-dorongan emosional yang sekiranya akan berakibat
merugikan diri sendiri atau orang lain.
g.
Keterampilan untuk mengurangi atau menghilangkan stres.
Kemampuan ini diartikan sebagai kesanggupan untuk menerima dan
menyalurkan ketegangan-ketegangan yang dialami akibat tuntutan keadaan
atau kebutuhan.
h. Keterampilan untuk membedakan antara perasaan dan tindakan.
Setiap orang dapat memiliki perasaan apa saja, bersifat positif maupun
negatif. Tetapi tidak setiap perasaan perlu diikuti dengan tindakan jika
sekiranya akan merugikan diri sendiri ataupun pihak lain.
27
4. Perbedaan kecerdasan emosional antara pria dan wanita
Perbedaan antara pria dan wanita sebagai kaum adam dan hawa sejak semula
sudah menimbulkan tanda tanya bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari -
hari sering terlihat situasi -situasi genting yang disebabkan adanya perselisihan faham
maupun pendapat yang tidak lain bersumber dari tidak adanya pengertian dan
persesuaian faham maupun pendapat antara pria dan wanita. Bahkan pria cenderung
lebih pemarah dan agresif daripada wanita. Bila kita kaji lebih jauh dari eksistensi
hidup manusia, perbedaan antara pria dan wanita haruslah ada supaya keduanya
saling melengkapi dan menyempurnakan.
Perbedaan antara pria dan wanita dalam kecerdasan emosional menurut beberapa
sumber dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor jasmani
Melihat dari segi jasmani sudah sangat jelas adanya perbedaan antara pria dan
wanita. Bentuk tubuh pria pada umumnya memiliki otot dan tulang yang leb ih kuat
serta padat. Sedangkan tubuh wanita terdiri dari tulang dan otot yang relatif lebih
kecil sehingga terkesan halus. Dilihat dari bentuk tubuh yang sedemikian
diasumsikan bahwa kaum wanita lemah. Kelemahan jasmani yang dimiliki kaum
wanita menyebabka n terbentuknya etika pergaulan dimana kaum pria yang kuat
menunjukkan kelebihan kekuatan jasmaninya dengan membantu teman wanitanya
(Gunarsa, 1991). Hal ini dapat terlihat ketika kita berjalan di pusat-pusat perbelanjaan
atau mall-mall dimana kaum pria ser ing membawakan hasil belanjaan teman
wanitanya.
28
Etika pergaulan yang terbentuk antara pria dan wanita dapat membantu proses
perkembangan kecerdasan emosional mereka. Semakin luas pergaulan yang
diperoleh, semakin baik untuk membantu proses perkembangan kecerdasan
emosional. Melalui luasnya pergaulan, maka semakin banyak menemui sifat, karakter
dan perilaku yang bermacam-macam pula. Dengan demikian akan membantu
seseorang dalam mengenali emosi diri yang kemudian mengolahnya, mengenali
emosi orang lain seh ingga bisa menjaga hubungan yang tetap harmonis, kemudian
dapat memotivasi diri sendiri untuk selalu berkembang.
b. Faktor biologis
Faktor biologis ikut berperanan aktif dalam menentukan perkembangan
kecerdasan emosional. Faktor biologis yang ikut berperanan dalam menentukan
kecerdasan emosional baik pria maupun wanita adalah anatomi -saraf emosi yaitu
korteks (neokorteks) dan sistem limbik.
1) Korteks
Korteks sering disebut dengan istilah otak besar. Pengertian korteks adalah
bagian berpikir otak yang memiliki fungsi untuk mengendalikan emosi melalui
pemecahan masalah, bahasa, daya cipta, dan proses kognitif lainnya. Hal ini
sering disebut dengan kegiatan rasional. Selain itu korteks memiliki peranan
penting dalam memahami kecerdasan emosional yaitu memung kinkan kita untuk
memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa mengalami perasaan
tertentu dan kemudian berbuat sesuatu untuk mengatasinya.
29
Korteks memiliki empat belahan otak (lobus). Apabila salah satu lobus
mengalami kerusakan akan mengakibat kan masalah tertentu sesuai dengan lobus
yang rusak tersebut. Korteks memiliki peranan penting dalam memahami
kecerdasan emosional selain dipandang sebagai bagian berpikir otak.
Shapiro (1999: 13) berpendapat bahwa “ Korteks memungkinkan kita memahami
sesuatu secara mendalam, menganalisis mengapa kita mengalami perasaan
tertentu dan berbuat sesuatu untuk mengatasinya.”
2) Sistem limbik
Sistem limbik meliputi :
a) Talamus yang berperanan dalam mengirimkan pesan -pesan ke korteks.
b) Hippocampus yang berperana n dalam ingatan dan penafsiran persepsi.
c) Amigdala yang berperanan sebagai pusat pengendali emosi.
Sistem limbik memiliki peranan sebagai:
a) Pembangkit emosi yang dikenal dengan emosi 3 f yaitu:
Fliening
adalah emosi untuk menghindar
Feeding adalah emosi yang berkaitan dengan makanan
Fighting adalah emosi yang berkaitan dengan melawan
b) Perilaku seksual
c) Ingatan emosional
Kecerdasan emosional yang tinggi akan membantu dalam menjaga hubungan
komunikasi terbuka antara korteks dan sistem limbik (amigdala) karena keduanya
saling mempengaruhi. Orang yang dapat menjaga hubungan komunikasi terbuka
30
antara keduanya dengan baik, maka ia akan mampu untuk menguasai diri, memahami
emosi orang lain secara empatik dan menyesuaikan diri dengan emosi orang lain
maupun dengan lingkungan yang dihadapi (Goleman, 2001: 23 -25). Faktor biologis
anatomi saraf emosi sangat menentukan kecerdasan emosional seseorang. Kecerdasan
emosional yang dibawa oleh anatomi saraf emosi ini diturunkan lewat gen dari orang
tuanya.
Selain dari anatomi saraf emosi, faktor biologis yang lain ikut juga dalam
menentukan perkembangan kecerdasan emosional seseorang dan sekaligus yang
membedakan kecerdasan emosional antara pria dan wanita. Faktor tersebut adalah
hormon testosteron dan kromosom.
Hormon testosteron yang dihasilkan oleh tubuh manusia yang mulai meningkat
produksinya menjelang pubertas. “Sudah diakui bahwa kadar testosteron yang tinggi
pada binatang atau manusia menyebabkan meningkatnya kekuatan otot dan naiknya
tingkat dorongan agresif” (Pearce, 1990: 21). Meningkatnya hormon testosteron juga
dialami oleh kaum wanita menjelang pubertas, tetapi kenaikan ini jauh lebih kecil
dibandingkan pada kaum pria. Namun setelah masa pubertas datang, hormon
testosteron yang ada pada wanita tidak berkembang lagi melainkan hormon yang
berkembang adalah progresteron.
Naiknya dorongan agresif dan kekuatan otot yang lebih besar tingkatannya pada
kaum pria akan mempengaruhi perilakunya dalam kehidupan sehari -hari yang mudah
marah, kurang sabar, kurang tabah dalam menghadapi kesulitan hidup sehingga lekas
putus asa. Dengan demikian hormon testosteron berpengaruh pada pembentukan
31
perilaku seseorang dalam kehidupan sehari -harinya terutama pada pria. Hal ini
disebabkan karena hormon testosteron tidak berkembang la gi pada wanita setelah
masa pubertas datang. Sedangkan pada pria hormon testosteron terus diproduksi oleh
tubuh sehingga mereka cenderung sulit untuk mengelola emosi yang muncul,
misalnya mudah marah dan kurang sabar.
Selain dari hormon testosteron, kromosom dapat juga mempengaruhi tingkat
agresi dan kemarahan. Kromosom X bersifat lembut (bersifat feminim), sedangkan
kromosom Y sebaliknya. Oleh sebab itu wanita dengan kromosom XX memiliki
bahan genetik ekstra sehingga bersifat melindungi dan mengendalikan p ada gen lain
yang tidak ada pada pria. “ Kromosom Y mempunyai pengaruh pada agresi dan
kemarahan”(Pearce, 1990: 21). Oleh sebab itu kaum pria dengan kromosom XY
lebih memiliki kecenderungan untuk lekas agresif dan marah meskipun memiliki sifat
feminim dan pada saat-saat tertentu itu akan muncul.
c. Faktor sosial-budaya
Peranan sosial-budaya yang ada dalam masyarakat sangat berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian seseorang terutama dalam penggolongan peran seks. Hal
ini sudah berlaku semenjak anak itu di lahirkan di dunia ini. Keluarga dan masyarakat
sekitar merupakan orang pertama yang ikut berpengaruh dalam pembentukan
kepribadian seorang anak terutama dalam penggolongan peran seks. Selain keluarga
dan masyarakat, peran media juga ikut mempengaruhinya.
Pandangan tradisional menganggap pria lebih unggul dari wanita. Hal ini masih
sering kita jumpai dalam kehidupan sehari -hari meskipun masalah kesetaraan sudah
32
diperjuangkan sejak lama. Akan tetapi, kenyataan masih menunjukkan masalah
kesetaraan belum terjadi di semua bidang. Pandangan tradisional ini dengan
sendirinya mulai terjadi dari dalam keluarga.
Perlakuan berbeda yang dialami oleh anak pria dan wanita dalam beberapa hal
akan mempengaruhi perilaku mereka. Misalnya, permainan yang berbeda seperti
permainan menggunakan boneka dan permainan perkelahian antara ayah dengan anak
pria, perlakuan yang berbeda, harapan orang tua yang berbeda. Harapan ini tertuang
dalam bentuk sikap yang harus dimiliki oleh masing -masing peran yaitu anak putri
hendaknya bersika p manis, berperangi halus dan lembut dan tidak boleh berkelahi.
Sedangkan anak pria diharapkan lebih bersikap berani, tidak cengeng, kuat dan
agresif. Perilaku yang diberikan orang tua ini merupakan simbol dan harapan dari
orang tua terhadap peran masing-masing jenis kelamin sesuai dengan stereotip dan
pola pikir masyarakat yang sudah mengakar (Dagun, 1990: 77-78). Perbedaan ini
memiliki pengaruh dalam kesempatan untuk meraih cita -cita, misalnya anak pria
diharapkan mempunyai cita -cita yang lebih tinggi dar i pada anak putri. Begitu pula
dalam hal hiburan dan minat juga terpengaruh oleh perilaku yang diterapkan oleh
orang tua (Hurlock, 2000: 168-169).
Perbedaan perlakuan, pandangan dan tuntutan dari orang tua serta masyarakat
terhadap jenis kelamin dapat meni mbulkan efek pada kedua jenis kelamin tersebut.
Anak pria bisa bersikap superior, menganggap dirinya lebih pandai dan maju dari
anak putri. Hal semacam ini akan mengarahkan anak putra pada sikap yang kurang
sabar, mudah marah, lekas putus asa. Sedangkan anak putri cenderung lebih sabar,
33
dapat menguasai dan menyalurkan kemarahan hanya dengan menangis dan lebih kuat
dalam menghadapi kesulitan.
B. Siswa dan siswi SMP sebagai Remaja
1. Pengertian remaja
Siswa dan siswi SMP berada pada masa remaja dimana pada masa itu sudah
mulai terjadi kematangan fisik, mental, emosional dan sosial. Menurut Rifai (1984)
masa remaja merupakan taraf perkembangan dalam kehidupan manusia, di mana
seseorang sudah tidak dapat disebut anak kecil lagi tetapi juga belum dapat disebut
orang dewasa.
Piaget ( Hurlock, 1996) mendefinisikan masa remaja merupakan masa di mana
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa dengan tingkatan hak yang sama .
Erikson ( Gunarso, 1981) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa di mana
terbentuknya perasaan baru mengenai identitas yang dialaminya sendiri.
Dari berbagai pendapat para ahli mengenai pengertian masa remaja dapat
disimpulkan bahwa masa remaja merupakan taraf perkembangan di mana orang
tersebut sudah tidak dapat disebut anak kecil lag i tetapi juga belum dapat disebut
orang dewasa dan masih dalam tahap pencarian identitas diri.
2. Ciri-ciri masa remaja
Menurut Hurlock (1996) ciri-ciri masa remaja adalah sebagai berikut
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
34
Dikatakan periode yang penting karena pada masa ini remaja mengalami banyak
perubahan akibat perkembangan dan pertumbuhan pada aspek fisik dan psikologis
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Pada masa ini remaja berusaha mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk
menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa ini sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Ada empat perubahan yang dialami yaitu
1) Meningginya emosi yang intensitas nya bergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.
2) Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial.
3) Perubahan pada nilai -nilai yang sebabkan oleh perubahan pada minat dan
pola perilaku.
4) Sikap ambivalen terhadap perubahan yang dialami oleh sebagian besar
remaja.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak
laki-laki maupun oleh anak perempuan. Alasan bagi kesulitan itu adalah
1) Kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah, hal
ini dikarenakan pada masa anak -anak masalah mereka sebagian
diselesaikan oleh orang tua dan guru.
35
2) Para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi
masalahnya sendiri dan menolak bantuan dari orang tua maupun guru.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya,
apa peranannya dalam masyarakat.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Adanya stereotip yang mengatakan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak menyebabkan orang
dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut
bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang
normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Cita-cita yang tidak realistik tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi
keluarga dan teman-temannya sehingga menyebabkan meningginya emosi.
h.
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Remaja berusaha berperilaku selayaknya orang dewasa sehingga berusaha
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa seperti
merokok, minum minuman keras.
36
C. Bimbingan Klasikal
1. Pengertian bimbingan dan bimbingan klasikal
a. Pengertian bimbingan
Menurut Grow (Juhana, 1988) bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh
orang yang berwenang dan terlatih kepada individu dari segala umur untuk mengatur
kegiantannya sendiri, mengembangkan pandangannya sendiri, mengambil
keputusannya sendiri. Jones (Juhana, 1988) berpendapat bimbingan adalah bantuan
yang diberikan oleh seorang individu kepada individu lain dalam menentukan
pilihan -pilihannya, penyesuaian -penyesuaiannya, untuk memecahkan masalah dengan
harapan supaya individu yang d ibantu dapat berkembang secara bebas sehingga
akhirnya ia dapat memikul tanggung jawab.
Menurut Natawidjaja (Winkel, 1997) bimbingan adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara terus menerus supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat
bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
Dengan demikian ia dapat merasakan kebahagiaan hidup dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi kehidupan.
Menurut Shertzer dan Stone (Winkel, 1997) bimbingan adalah proses membantu
orang-perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.
Dari berbagai pendapat mengenai pengertian bimbingan dapat disimpulkan bahwa
bimbingan merupakan proses pembe rian bantuan yang diberikan oleh orang yang ahli
kepada individu secara terus menerus dan berkesinambungan dengan harapan
37
individu yang mendapat bantuan tersebut dapat memahami dirinya, dapat bertindak
secara tepat, dapat menentukan pilihan-pilihannya, dap at menyesuaikan diri dengan
lingkungan, dapat mengembangkan pandangannya sendiri, dapat mengambil
keputusan dengan tepat, sehingga individu tersebut akhirnya dapat memikul tanggung
jawab.
b. Pengertian bimbingan klasikal
Menurut Winkel (1997: 523) bimbing an klasikal adalah proses bimbingan yang
diikuti oleh seluruh siswa dan siswi dalam satuan kelas pada tingkatan kelas tertentu
dan pada waktu yang telah ditetapkan dalam jadwal pelajaran, sehingga konselor
sekolah masuk kelas untuk memberikan bimbingan.
Materi bimbingan meliputi hal -hal yang biasanya tidak tercantum dalam silabus
aneka bidang studi, misalnya cara belajar yang tepat, cara berpacaran yang tepat,
tugas-tugas perkembangan masa remaja, dan sebagainya.
2. Tujuan bimbingan
Menurut Juhana (1988) tujuan bimbingan adalah membantu individu dalam
usahanya untuk mencapai :
a. Kebahagiaan hidup pribadi
b. Kehidupan yang efektif dan produktif dalam masyarakat
c. Hidup bersama dengan individu -individu lain
d. Keserasian antara cita-cita individu dengan kemampuan yang d imilikinya.
Menurut Winkel (1997) secara luas tujuan bimbingan adalah
a. Supaya sesama manusia mengatur kehidupan sendiri
38
b. Menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin
c. Memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri
d. Menggunakan kebebasa nnya sebagai manusia secara dewasa dengan
berpedoman pada cita -cita yang mewujudkan semua potensi yang baik
padanya
e. Menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara
memuaskan.
D. Peranan Bimbingan dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosional
Dilihat dari tujuan bimbingan yang telah diuraikan sebelumnya menurut para ahli,
dapat diambil garis besarnya bahwa tujuan bimbingan mencakup perkembangan diri
yang seoptimal mungkin sehingga dapat bertanggung jawab atas hidupnya sendiri dan
dapat menciptakan kehidupan yang efektif serta produktif dengan orang lain.
Sedangkan kecerdasan emosional memiliki lima unsur dasar kecerdasan emosi yang
harus dimiliki oleh setiap orang apabila ingin cerdas secara emosional. Kelima unsur
tersebut adalah tiga unsur mengenai hubungan dengan diri sendiri dan dua unsur
mengatur hubungan dengan orang lain.
Setelah ditinjau dari tujuan bimbingan dan kelima unsur dari kecerdasan
emosional tersebut, dapat dilihat ada keterkaitan diantara keduanya. Keterkaitan itu
meliputi : ketiga unsur dari kecerdasan emosional yang mengatur hubungan dengan
diri sendiri ada kaitannya dengan perkembangan diri yang seoptimal mungkin serta
bertanggung jawab atas hidup binimbing sendiri. Sedangkan kedua unsur lainnya
39
yaitu mengenali emosi ora ng lain dan membina hubungan ada kaitannya dengan
tujuan bimbingan yang mengatakan bahwa dapat hidup bersama orang lain secara
efektif dan produktif.
Dari keterkaitan tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa peranan
bimbingan dalam membantu meningk atkan kecerdasan emosional sangatlah besar.
Kesimpulan tersebut didapat setelah ditinjau dari pengertian bimbingan dan tujuan
bimbingan yang mengatakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan
yang diberikan oleh ahli pada individu secara terus mene rus dan berkesinambungan
supaya individu dapat berkembang seoptimal mungkin, sedangkan kecerdasan
emosional dapat berkembang lewat belajar yang terus menerus. Melihat hal tersebut,
melalui bimbingan diharapkan dapat membantu individu dalam mengembangkan
kecerdasan emosionalnya. Begitu pula dengan meningkatnya kecerdasan emosional
para binimbing akan membantu terlaksananya tujuan bimbingan dengan sebaik -
baiknya.
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang jenis penelitian, subjek penelitian, alat
pengumpul data, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Dikatakan
peneliti an deskriptif karena dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran atau gejala yang terjadi pada saat penelitian dilakukan (Furchan,
1982:415). Sedangkan menurut Best (Sukardi, 2003: 157) “penelitian deskriptif
merupakan metode penelitian yang b erusaha menggambarkan dan menginterpretasi
objek sesuai dengan apa adanya.”
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kecerdasan
emosional para siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun
ajaran 2006/2007, serta menganalisis perbedaan dalam hal kecerdasan emosional
antara para siswa dan para siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun
ajaran 2006/2007 yang kemudian diimplikasikan dengan usulan topik bimbingan
klasikal yang tepat. Dalam penelitian ini tidak ada perlakuan yang diberikan atau
dikendalikan oleh peneliti.
41
B. Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce
I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. Dipilih siswa dan siswi kelas VIII karena
mereka sudah mengenal lingkungan sekolah dengan baik dan tidak dibebani oleh
ujian nasional. Kelas VII dan kelas III SMP tidak diikut sertakan dalam penelitian ini
karena kelas VII masih terlalu dini sebagai remaja awal dan masih dalam tahap
penyesuaian dengan lingkunga n sekolah serta teman-temannya, sedangkan kelas III
karena mereka disibukkan dengan persiapan -persiapan untuk ujian nasional.
Berdasarkan data di SMP Stella Duce I Yogyakarta, jumlah siswa dan siswi kelas
VIII tahun ajaran 2006/2007 berjumlah 235 orang.
Rincian jumlah siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran
2006/2007
Jumlah siswa
Kelas
Laki-laki Perempuan Jumlah
Mijil 17 23 40
Kinanthi 18 22 40
Asmorodono 18 22 40
Gambuh 20 20 40
Dhandanggulo 18 18 39
Sinom 18 22 40
Total 109 127 236
42
Menurut Ary dkk (Sukardi, 2003: 53) “population is all members of well difined
class of people, events or objects”. Menurut Babbie (Sukardi, 2003: 53) populasi
adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama -sama dan secara teoretis
menjadi target hasil penelitian. Menurut Furchan (1982: 189) sampel adalah sebagian
dari populasi. Menurut Wasito (1992: 52) sampel adalah sebagian dari populasi yang
karakteristiknya hendak diselidiki. Pengambilan sampel pada penelitian ini
berdasarkan purpose sample (sampel bertujuan) karena alasan keterbatasan waktu
yang diberikan oleh pihak sekolah dan kepentingan sekolah sehingga sampel untuk
peneli tian telah ditentukan dari pihak sekolah. Subjek yang dipakai sebagai sampel
penelitian ini adalah sebagian dari siswa dan siswi kelas VIII yaitu kelas kinanthi,
asmorodono, gambuh, dan dhandanggulo. Dari sampel yang ada, peneliti mengambil
50 siswa dan 50 siswi sebagai sampel penelitian.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner yang mengungkap
kecerdasan emosional. Kuesioner kecerdasan emosional disusun berdasarkan unsur -
unsur kecerdasan emosional menurut Goleman (2 000) yaitu mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina
hubungan.
Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini dilihat dari cara menjawab adalah
kuesioner berstruktur atau tertutup. Menurut Furchan (1982: 249) kuesioner tertutup
adalah kuesioner yang memiliki arti bahwa kuesioner tersebut berisi pertanyaan -
43
pertanyaan yang disertai dengan pilihan -pilihan jawaban yang telah disediakan.
Dilihat dari jawaban yang diberikan adalah kuesioner langsung. Menu rut Arikunto
(2002: 129) langsung berarti responden menjawab tentang dirinya. Dilihat dari
bentuknya adalah rating scale atau skala bertingkat. Hal-hal yang berkaitan dengan
kuesioner adalah
1. Skala pengukuran
Skala yang digunakan dalam penelitian ini denga n menggunakan skala Likert
atau sering disebut juga dengan skala bertingkat yang terdiri dari lima kategori
jawaban yaitu sangat sering, sering, ragu-ragu, jarang, sangat jarang. Kemudian
skala Likert dimodifikasi menjadi empat kategori jawaban dengan m aksud untuk
menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat (Hadi, 1990).
Hal ini dikarenakan kategori netral mempunyai arti ganda yaitu bisa diartikan
belum dapat memutuskan atau diartikan sebagai ragu-ragu. Tersedianya jawaban
ditengah juga menimbulkan kecenderungan memilih jawaban yang netral,
terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan jawabannya.
2. Unsur penyusunan kuesioner
Dalam penelitian ini, unsur kecerdasan emosional yang digunakan dalam
penyusunan kuesioner berdasarka n Goleman (2000) yaitu 1) mengenali emosi
diri, 2) mengelola emosi, 3) memotivasi diri sendiri, 4) mengenali emosi orang
lain, 5) membina hubungan.
44
3. Jenis Item
Penyusunan kuesioner dibagi atas dua item besar yaitu item positif dan item
negatif.
4. Penskoran
Untuk item positif, skor yang digunakan adalah sangat sering dengan skor 4,
sering dengan skor 3, jarang dengan skor 2, sangat jarang dengan skor 1.
Sedangkan untuk item negatif skor yang digunakan adalah sangat sering dengan
skor 1, sering dengan skor 2, jarang dengan skor 3, sangat jarang dengan skor 4.
Tabel 3.2
Kisi-kisi item skala kecerdasan emosional yang sudah diujicobakan
Unsur Kecerdasan Emosional Positif Negatif Jumlah
1,7 3 3
4,5,12,13 2,10,11 7
8,9 6,14,15 5
1. Mengenali emosi diri
Kesadaran emosi
Penilaian diri
Percaya diri
15
16,20,24 18,21,23,28 7
17,19,22,26 25,27 6
2. Mengelola emosi
Mengendalikan emosinya sendiri
Dapat dipercaya
13
37,46 39,47 4
29,45,48 38 4
3. Memotivasi diri sendiri
Sifat bersaing
Ingin yang terbaik
Ingin tahu dan ingin tumbuh
31,36,40 42 4
45
32,41 30,44 4
33,50 34,43 4
35 49 2
Sikap bersyukur
Ingin membangun hubungan
Tujuan dan sasaran mulia
22
51,60
55,61,64
5
52,59,63 54,62 5
56,57 53,58 4
4. Mengenali emosi orang lain
Empati
Mendengarkan orang lain
Memahami sudut pandang orang lain
14
65,66,75 68,77,78 6
69,73,76 67,71,79 6
70,74 72,80 4
5. Membina hubungan
Pembukaan diri
Mengkomunikasikan apa yang akan
disampaikan secara jelas
Membangun kepercayaan
16
Total item 80
Kuesioner kecerdasan emosional untuk penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.
2. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
a. Validitas
Menurut Azwar (1997: 4) validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Menurut Furchan (1982:281)
validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur
46
{N∑X
2
– (∑X)
2
}{N∑Y
2
– (∑Y)
2
}
√
apa yang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Jadi alat ukur dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dengan mempe rhatikan
kecermatan dan ketepatan.
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk.
Validitas konstruk adalah validitas yang didasarkan pada konsep teoritik. Item
yang dibuat oleh peneliti didasarkan pada konsep teoritik yang ada pada
kajian teori. Item yang telah dibuat kemudian dianalisis untuk mengetahui dan
menghasilkan instrumen yang sesuai dengan konsep teoritiknya.
Metode yang digunakan untuk mencari dan menganalisis validitas dengan
teknik product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Menurut Masidjo
tehnik product moment memiliki rumus
N∑XY – (∑X) (∑Y)
Keterangan rumus:
r
xy
: koefisien korelasi antara X dan Y
X : skor item yang akan di uji validitasnya
Y : skor total dari per unsur yang memuat item yang di uji validitasnya
N : jumlah responden
r
xy
=
r
xy
=
47
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menghitung taraf validitas
kuesioner adalah sebagai berikut:
(1) Menyebarkan kuesioner kepada responden.
(2) Memberikan skor kepada setiap responden untuk semua item pernyataan.
(3) Memasukkan data ke dalam komputer.
(4) Selanjutnya proses perhitungan dilakukan dengan bantuan komputer
program spss.
Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah item yang valid sebesar 83 item dan
yang gugur sebanyak 31 item. Jumlah item yang digunakan dalam penelitian
sebanyak 80 item dan 3 item digugurkan. Item yang digugurkan adalah item
yang memiliki nilai validitas rendah meskipun dinyatakan valid. Item yang
dianggap valid apabila diperoleh koefisien korelasi
r
xy
≥ 0,30. Azwar (1999:65) berpendapat bahwa koefisien validitas dapat
dianggap memuaskan apabila diperoleh koefisien r
xy
≥ 0,30. Hasil rekapitulasi
analisis ujicoba kuesioner dapat dilihat dalam tabel 3.3, sedangkan hasil
perhitungan taraf validitas dapat dilihat dalam lampiran 2.
48
Tabel 3.3
Rekapitulasi hasil analisis uji validit as
No Unsur Kecerdasan Emosional Jumlah Item
Jumlah Item yang
Valid
Jumlah Item yang
Gugur
1 Mengenali Emosi Diri
Kesadaran Emosi 10 3 7
Penilaian Diri 8 7 1
Percaya Diri 6 5 1
2 Mengelola Emosi
Mengendalikan emosinya sendiri 11 7 4
Dapat dipercaya 7 6 1
3 Memotivasi Diri Sendiri
Sifat Bersaing 6 6 0
Ingin yang Terbaik 6 4 2
Ingin tahu dan Ingin Tumbuh 6 4 2
Sikap Bersyukur 6 4 2
Ingin Membangun Hubungan 6 5 1
Tujuan dan Sasaran Mulia 6 2 4
4 Mengenali Emosi Orang Lain
Empati 6 5 1
Mendengarkan Orang Lain 8 5 3
Memahami Sudut Pandang Orang
Lain
6 4 2
5 Membina Hubungan
Pembukaan Diri 6 6 -
Mengkomunikasikan Apa yang
akan Disampaikan Secara Jelas
6 6 -
Membangun Kepercayaan 4 4 -
Jumlah 114 83 31
49
√
b. Reliabilitas
Menurut Furchan (1982: 295) reliabilitas adalah derajat keajegan alat ukur
dalam mengukur apa saja yang diukurnya. Untuk mengukur taraf reliabilitas
alat ukur dalam penelitian ini menggunakan metode belah dua, karena metode
ini lebih efisien dengan satu kali pengukuran pada kelompok siswa dan siswi.
Metode belah dua yang dipakai berdasarkan urutan nomor item kuesioner
yang bernomor ganjil dan genap. Derajat reliabilitas ditentukan dengan
pedoman daftar indeks korelasi reliabilitas (Masidjo, 1995).
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menghitung taraf reliabilitas
kuesioner adalah:
(1) Menyebarkan kuesioner kepada responden.
(2) Memberikan skor kepada setiap responden untuk semua item pernyataan.
(3) Mengelompokkan skor untuk tiap-tiap item dan dimasukkan pada kode
yang telah disediakan sesuai dengan pengelompokannya, yaitu item yang
bernomor ganjil pada kode X dan item yang bernomor genap pada kode
Y.
(4) Mencari korelasi antara skor belahan X dengan skor belahan Y yang
dimiliki setiap responden dengan t eknik korelasi Product Moment Pearson
dengan rumus :
N ∑ XY – (∑X) (∑Y)
{N ∑ X
2
– (∑X)
2
}{N∑Y
2
- (∑Y)
2
}
r
xy
=
50
60 x 1 .682.285 – (9957)(10068)
{60 x 1.665.871 – (9957)
2
}{ 60 x 1703220 – (10068)
2
}
{99.952.260 99.141.849}{ 102.193.200 – 101.364.624}
100.937.100 100.247.076
√
√
810.411 x 828.576
690.024
690.024
819.443,1675
r
tt
2 x r
gg
1 + r
gg
Keterangan rumus
r
xy :
Koefisien korelasi X dan Y
N : Jumlah responden
X : Item yang bernomor ganjil
Y : Item yang bernomor genap
(5) Hasil korelasi Pearson barulah merupakan reliabilitas separoh tes.
Untuk mendapatkan indeks reliabilitas seluruh alat ukur dengan
menggunakan rumus Spearman Brown yaitu:
√
=
=
=
0,842
=
=
51
1 + 0,842
2 x 0,842
r
tt
2 x r
gg
1 + r
gg
r
tt
r
tt
1,684
1,842
r
tt
0,914
Keterangan rumus
r
tt
: koefisien reliabilitas
r
gg
: koefisien korelasi item-item belahan ganjil (X) dan genap (Y).
Atas dasar taraf signifikansi 5% untuk N= 60 dituntut r
xy
= 0,25. Koefisien
reliabilitas yang diperoleh r
tt
= 0,91. Jadi taraf reliabilitas kecerdasan
emosional ternyata signifikan pada taraf signifikansi 5% (r
tt
= 0,91 > 0,25)
dan termasuk sangat tinggi. Hasil perhitungan reliabilitas dengan metode
belah dua dapat dilihat pada lampiran 3.
52
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Tahap Persiapan
Penyusunan kuesioner dilakukan oleh peneliti sendiri dengan cara mempelajari
buku-buku sumber terlebih dahulu. Dalam penyusunan kuesioner tersebut, peneliti
sangat memperhatikan indikator -indikator yang menjadi acuan dalam
penyusunannya. Setelah peneliti selesai menyusun kuesioner, peneliti meminta
bantuan teman untuk membaca dan memeriksa struktur penulisan dan bahasa yang
digunakan sebelum diajukan kepada dosen pembimbing. Selesai dibaca dan diperiksa
oleh teman, peneliti mencoba untuk memperbaiki dengan membaca ulang setiap
itemnya. Kemud ian kuesioner dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Dengan
persetujuan dosen pembimbing, akhirnya peneliti melakukan uji coba instrument
penelitian. Uji coba dilakukan pada hari Senin tanggal 15 Mei 2006 dengan
responden sejumlah 60 siswa yang terdiri d ari kelas VIII A dan VIII B di SMP
Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006. Langkah-langkah yang
ditempuh untuk melakukan uji coba instrument adalah sebagai berikut:
a. Peneliti mencoba mendatangi sekolah dan meminta ijin secara lisan kepada wak il
kepala sekolah untuk mengadakan uji coba instrument. Setelah disetujui, peneliti
dan wakil kepala sekolah menentukan tanggal yang tepat untuk uji coba.
b. Peneliti meminta surat ijin uji coba kepada ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling, kemudian menyerahkan surat tersebut kepada pihak sekolah pada saat
pelaksanaan uji coba. Surat ijin uji coba instrument penelitian dapat dilihat pada
lampiran 4.
53
c. Peneliti membagikan kuesioner kepada para siswa di kelas VIII A dan VIII B.
Kuesioner dibagikan pada jam yang berbeda tetapi pada hari yang sama. Hal ini
ditentukan oleh pihak sekolah. Setelah itu peneliti menjelaskan maksud dari
penelitian serta cara pengisian kuesioner, kemudian memberi kesempatan pada
siswa untuk menanyakan hal -hal yang belum dipahami .
d. Peneliti mempersilahkan siswa untuk mengisi kuesioner dan peneliti tetap
memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan apabila ada siswa yang belum
mengerti.
e. Peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh siswa satu persatu sambil
berusaha untuk meneliti terlebih dahulu.
Data yang diperoleh segera diberi skor dan dianalisis secara statistik dengan
menggunakan program spss.
2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data
Setelah selesai melakukan uji coba alat kuesioner, peneliti kemudian memisahkan
item-item yang gugur dengan item yang valid. Item yang valid kemudian disusun
ulang menjadi sebuah kuesioner yang siap untuk penelitian. Penelitian diadakan di
SMP Stella Duce I Yogyakarta pada tanggal 11 Agustus 2006 dengan jumlah sampel
sebanyak 100 subjek, yang terdiri dari 50 siswa dan 50 siswi.
54
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Peneliti menyampaikan maksud terlebih dahulu kepada koordinator BK melalui
suatu pembicaraan. Setelah itu koordinatar dan guru BK lainnya menyarankan
peneliti untuk mengajukan permohonan secara resmi kepada sekolah.
b. Pada bulan April, peneliti mencoba memasukkan permohonan berupa proposal
dan surat ijin penelitian (lihat lampiran 5). Setelah diproses oleh pihak sekolah,
akhirnya permintaan i jin dikabulkan dan sekalian ditentukan tanggal yang tepat
untuk penelitian yaitu pada tanggal 11 Agustus 2006.
c. Pada tanggal yang telah ditentukan, peneliti mendatangi sekolah untuk melakukan
penelitian. Peneliti berada di sekolah sebelum jam pertama dimula inya pelajaran
sampai dengan jam terakhir. Hal ini dilakukan karena jadwal untuk penelitian
diambil dari jam BK masuk kelas yang ternyata tidak sama waktunya.
d. Sebelum penelitian diadakan, pihak sekolah terutama unit BK memberikan empat
kelas untuk peneliti an. Dari ke empat kelas tersebut, oleh peneliti diambil sampel
secara acak sebanyak 50 siswa dan 50 siswi sebagai subjek penelitian. Ke empat
kelas tersebut adalah kelas Kinanthi, Asmorodono, Gambuh dan Dhandanggulo.
e. Pada waktu peneliti masuk kelas untuk melakukan penelitian, terlebih dahulu
peneliti melakukan perkenalan sejenak dan menyampaikan maksud serta tujuan
peneliti masuk kelas. Setelah itu, peneliti membacakan petunjuk dan cara -cara
pengisian kuesioner yang benar dengan memberi contoh.
55
f. Peneliti membagikan kuesioner kepada siswa dan siswi dan mempersilahkan
mereka untuk mengisinya. Pada saat pengisian, peneliti selalu siap memberi
waktu apabila ada dari mereka yang bertanya.
g. Pada saat pengisian, peneliti berusaha untuk berkeliling dan memperhatikan
mereka. Setelah selesai, peneliti mengumpulkan hasil pengisian kuesioner dengan
terlebih dahulu menelitinya satu persatu. Setelah data terkumpul, kemudian data
diolah dan dianalisis.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam pene litian ini berdasarkan pada PAP
tipe I sebagai dasar dalam penggolongan pencapaian kecerdasan emosional
siswa/siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta. Penggolongan ini dibagi
menjadi sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, sangat rendah.
Tahap-tahap yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data
1.
Menentukan skor dari setiap alternatif jawaban.
Alternatif jawaban favorabel (positif) SS diberi skor 4, S diberi skor 3, J diberi
skor 2, SJ diberi skor 1. Sedangkan alternatif jawaban unfavorabel (negatif) SS
diberi skor 1, S diberi skor 2, J diberi skor 3, SJ diberi skor 4.
2. Membuat tabulasi data dan menghitung skor masing -masing responden.
3. Menghitung frekuensi dan persentase.
4. Menggolongkan pencapaian kecerdasan emosional dari seluruh responden
berdasarkan PAP tipe I dengan kriteria seperti yang disajikan dalam tabel 3.4
56
Tabel 3.4
Penggolongan Tingkat Kecerdasan Emosional Berdasarkan Pada PAP I
Tingkat Kecerdasan Emosional Kualifikasi
90% - 100% Sangat Tinggi
80% - 89% Tinggi
65% - 79% Cukup
55% - 64% Rendah
< 55% Sangat Rendah
5. Membandingkan tingkat Kecerdasan Emosional para siswa dan siswi melalui uji
perbedaan dengan teknik uji t.
6. Menentukan topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai untuk meningkatkan
Kecerdasan Emosional para siswa dan siswi kela s VIII SMP Stella Duce I
Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 dengan cara:
a. Menjumlahkan skor -skor tiap item semua subjek.
b. Mengurutkan skor-skor tiap item dari yang paling tinggi sampai yang paling
rendah, kemudian dapat ditentukan topik-topik bimbingan untuk
meningkatkan Kecerdasan Emosional para siswa -siswi melalui bimbingan
klasikal berdasarkan gradasi dari skor-skor setiap itemnya.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan gambaran Kecerdasan Emosional para siswa kelas VIII
SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun 2006/2007, Kecerdasan Emosional para siswi
kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun 2006/2007, Kecerdasan Emosional
para siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun 2006/2007 dan
perbedaan Kecerdasan Emosional antara para siswa dan para siswi kelas VIII SMP
Stella Duce I Yogyakarta tahun 2006/2007. Hasil penelitian kemudian dilanjutkan
dengan pembahasan.
A. Kecerdasan Emosional Para Siswa dan Siswi Kelas VIII SMP Stella Duce I
Yogyakarta Tahun 2006.
1. Hasil Penelitian
Tingkat Kecerdasan Emosional para siswa dan siswi kelas VIII digolongkan
dalam PAP tipe I. Subjek penelitian supaya bi sa mendapatkan kualifikasi cukup
tinggi, diperlukan skor minimal 65% dari skor ideal. Hal ini ditetapkan dalam PAP
tipe I. Penggolongan tingkat Kecerdasan Emosional para siswa kelas VIII dapat
dilihat pada tabel 4.1.
58
Tabel 4.1
Penggolongan Kecerdasan Emosional Para Siswa dan Siswi Kelas VIII
Rumus PAP Rentang Skor Frekuensi Persentase Kualifikasi
90% - 100% 288 - 320 0 - Sangat Tinggi
80% - 89% 256 – 287 32 32 Tinggi
65% - 79% 208 – 255 66 66 Cukup Tinggi
55% - 64% 176 – 207 2 2 Rendah
Dibawah 54% 0 - 175 0 - Sangat Rendah
Pada tabel 4.1 telah terlihat bahwa diantara para siswa dan siswi kelas VIII tak
seorang pun siswi yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional sangat tinggi, 32
orang (32%) memiliki kualifikasi tinggi, 66 orang (66%) memili ki kualifikasi yang
cukup tinggi, 2 orang (2%) yang memiliki kualifikasi rendah dan tak seorang pun
yang memiliki kualifikasi kecerdasan emosional yang sangat rendah.
2. Pembahasan
Dilihat dari hasil keseluruhan penelitian dapat dikatakan bahwa kecerdasan
emosional para siswa dan siswi kelas VIII masih belum ideal sehingga memerlukan
bimbingan yang terus menerus dan berkesinambungan. Hal ini dapat disebabkan
karena:
a. Tugas perkembangan yang sedang dilalui remaja.
Dilihat dari para siswa SMP yang masih tergolong remaja, mereka masih
mengalami tugas perkembangan dimana mereka mengalami pergolakan emosi
sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pergolakan itu oleh Hurlock
59
(1996) dianggap sebagai periode badai dan tekanan. Periode ini identik denga n
mudah marah, mudah tersinggung, mudah dirangsang dan emosinya cenderung
meledak. Keadaan semacam ini bisa berpengaruh pada perkembangan Kecerdasan
Emosional mereka.
b. Sifat yang dibawa oleh setiap remaja sejak lahir.
Setiap remaja dilahirkan dengan m embawa sifatnya masing -masing seperti
penakut, pemberani, periang, pemurung. Setiap sifat yang dibawanya sejak lahir
bisa saja berubah setiap saat menurut perkembangannya dan dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar dimana si anak bertumbuh kembang. Pendapat in i diperkuat
oleh hipotesis dari Kagan (Shapiro, 1999) yang mengatakan bahwa:
“ Anak-anak yang berhasil mengatasi sifat pemalu berubah karena orang tua
mereka terus menghadapkan mereka ke rintangan dan tantangan baru,
sedangkan anak-anak yang tidak dihadapkan pada tantangan mempertahankan
sirkuit otak yang sama sehingga mereka tetap menunjukkan reaksi emosi yang
berlebihan.”
Dilihat dari kenyataan yang ada, sifat yang dibawa oleh setiap remaja dan
perilaku yang diberikan oleh lingkungan dapat menentukan p erkembangan
Kecerdasan Emosional si remaja tersebut.
c. Kesibukan orang tua.
Dilihat dari status ekonomi keluarga yang rata-rata tinggi, bisa dikatakan
orang tua mereka sibuk untuk mencari penghasilan demi kesejahteraan
keluarganya. Kesibukan ini terkada ng dimulai pada pagi hari sebelum si anak
bangun tidur dan diakhiri menjelang malam hingga si anak sudah kembali tidur.
Dengan demikian waktu orang tua untuk bertemu dan berkomunikasi dengan
60
anaknya sangat kurang. Karena kesibukan mereka, sering kali orang tua
mempercayakan anaknya kepada pembantu maupun kepada baby sitter semenjak
mereka masih kecil. Apabila dilihat dari pendidikan pembantu maupun baby sitter
yang kurang berpendidikan (atau bahkan tidak memiliki pendidikan sedikit pun).
Dengan demikian sec ara otomatis dalam mendampingi anak asuh mereka hanya
sebatas yang mereka tahu dan bisa mereka lakukan asalkan si anak bisa diam,
tenang, dan tidak banyak membuat ulah sehingga mereka tidak kena marah
majikannya. Dari kenyataan semacam itu, anak dalam menj alani masa
perkembangannya menjadi tak terkontrol dan tidak semaksimal mungkin karena
kurang mendapat perhatian khusus dari orang tuanya.
d. Orang tua yang masih sering menyerahkan seluruh pendidikan anaknya kepada
sekolah.
Pendapat dan pandangan orang tua yang semacam itu cukup keliru apabila
dilihat dari waktu si anak berada di sekolah. Anak berada di sekolah sekitar 6-8
jam, sedangkan sisanya kurang lebih 16 jam anak berada di rumah. Melihat dari
lamanya waktu tersebut, sangat kecil kemungkinan bagi pi hak sekolah untuk
bertanggung jawab penuh terhadap perkembangan Kecerdasan Emosional si anak.
e. Orang tua yang menyuruh anak memiliki nilai akademik yang baik.
Sebagian besar orang tua yang masih memiliki pandangan seperti itu patut
disayangkan. Terkadang mereka hanya menuntut anaknya untuk mendapat nilai
akademik yang bagus hanya demi pemuasan dan kebanggaan si orang tua belaka
61
tanpa mau memberi perhatian kepada aspek yang lain seperti Kecerdasan
Emosional dari si anak.
f. Faktor pendidikan yang diterapkan oleh orang tua kepada anak.
Faktor pendidikan yang diterapkan orang tua sangat mempengaruhi remaja
dalam menentukan langkah hidupnya. Faktor pendidikan otoriter yang diterapkan
orang tua bisa membuat remaja menjadi kurang bisa mandiri, kurang dewasa, dan
kurang bisa dalam mengambil suatu keputusan yang tepat dalam hidupnya. Faktor
pendidikan demokratis bisa membuat remaja belajar untuk lebih dewasa dan
mandiri sehingga mampu mengambil suatu keputusan yang tepat untuk dirinya.
Orang tua yang mendidik remajanya secara demokratis dan memberi kesempatan
pada mereka untuk mengemukakan pendapat sendiri, mendiskusikan pandangan -
pandangannya dan melibatkan mereka dalam mengambil keputusan. Sedangkan
orang tua yang mendidik remajanya secara permisif akan member i kebebasan
pada mereka untuk bertindak dan mengambil keputusannya sendiri serta
bertanggung jawab atas keputusannya itu. Cara pendidikan semacam itu akan
berakibat positif pada remaja apabila ditanggapi secara positif juga. Kebebasan
yang ditanggapi secara positif tersebut antara lain kebebasan dalam berteman,
kebebasan untuk beraktivitas sesuai dengan bakat dan minat, kebebasan
mengemukakan ide dan pendapat, kebebasan dalam mengungkapkan perasaan
tanpa rasa takut. Dari cara pendidikan yang diterapkan orang tua kepada
remajanya ikut pula mempengaruhi perkembangan dalam berpikir dan berperilaku
sehari-hari.
62
Dari beberapa sebab di atas, dapat dikatakan bahwa Kecerdasan Emosional anak
dapat berkembang tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan yang dibawa sejak l ahir
tetapi dipengaruhi juga oleh lingkungan yang ikut membentuk si anak tersebut. Hal
ini diperkuat oleh teori konvergensi (perpaduan) yang dikemukakan oleh William
Stern (Sujanto dkk, 2004:4-5). Teori ini berpendapat bahwa faktor pembawaan dan
faktor lingkungan keduanya saling memberi pengaruh.
Sujanto dkk (2004: 4) berpendapat bahwa:
“Bakat yang ada pada anak, ada kemungkinan tidak akan berkembang kalau tidak
dipengaruhi oleh segala sesuatu yang ada di lingkungannya. Demikian pula pengaruh
dari lingkungan juga tidak akan dapat berfaedah apabila tidak ada yang menanggapi
di dalam jiwa manusia.”
B. Kecerdasan Emosional Para Siswa Kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta
Tahun 2006/2007.
1. Hasil Penelitian
Tingkat Kecerdasan Emosional para siswa kelas VIII digolongkan dalam PAP
tipe I. Subjek penelitian supaya bisa mendapatkan kualifikasi cukup tinggi,
diperlukan skor minimal 65% dari skor ideal. Hal ini ditetapkan dalam PAP tipe I.
Penggolongan tingkat Kecerdasan Emosional para siswa kelas VIII dapat dilihat pada
tabel 4.2. Hasil analisis data Kecerdasan Emosional dan daftar kualifikasi para siswa
kelas VIII selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
63
Tabel 4.2
Penggolongan Kecerdasan Emosional Para Siswa Kelas VIII
Rumus PAP Rentang Skor Frekuensi Persentase Kualifikasi
90% - 100% 288 - 320 0 - Sangat Tinggi
80% - 89% 256 – 287 16 32 Tinggi
65% - 79% 208 – 255 32 64 Cukup Tinggi
55% - 64% 176 – 207 2 4 Rendah
Dibawah 54% 0 - 175 0 - Sangat Rendah
Pada tabel 4.2 telah terlihat bahwa diantara para siswa kelas VIII tak seorang pun
siswa yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional sangat tinggi, 16 orang siswa
(32%) memiliki kualifikasi tinggi, 32 orang siswa (64%) memiliki kualifikasi yang
cukup tinggi, 2 orang siswa (4%) memiliki kualifikasi r endah dan tak seorang pun
yang memiliki kualifikasi sangat rendah.
2. Pembahasan
Tak seorang siswa pun yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional sangat
tinggi. Hal ini sangat memprihatinkan semua pihak terutama pihak sekolah apabila
dilihat dari keseluruhan subjek penelitian yang berjumlah 50 siswa. Apabila dikaji
lebih dalam, perlu diketahui penyebab mengapa tak seorang siswa pun yang memiliki
kualifikasi sangat tinggi. Dilihat dari latar belakang para siswa kelas VIII, sebagian
besar dari mereka tergolong dalam status ekonomi mampu, latar belakang pendidikan
orang tua yang baik, mendapat program pendidikan dari sekolah yang baik. Selain
alasan-alasan yang secara umum telah diungkapkan dalam pembahasan sebelumnya,
64
tak seorang siswa pun yang memiliki kualifikasi kecerdasan emosional yang sangat
tinggi dapat disebabkan oleh:
a. Sifat yang dibawa oleh setiap siswa sejak lahir.
Tak seorang siswa pun yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional sangat
tinggi bisa saja disebabkan karena mereka kurang mendapat kesempatan dalam
mengolah sifat yang dibawanya sejak lahir. Dilihat dari kenyataan yang ada, sifat
yang dibawa oleh setiap siswa dan perilaku yang diberikan oleh lingkungan dapat
menentukan perkembangan Kecerdasan Emosional siswa tersebut.
b. Faktor budaya yang mengkondisikan pria untuk bersikap maskulin.
Sikap ini identik dengan perilaku yang agresif, tidak cengeng, pemberani, tidak
menangis, dan sebagainya. Budaya yang semacam itu tentu akan mempengaruhi
orang tua dalam mengasuh dan mendidik a nak serta akan mempengaruhi anak
dalam berperilaku dan bersikap. Keadaan semacam itu membuat anak laki -laki
tidak terbiasa untuk mengungkapkan emosinya secara tepat, tidak terbiasa untuk
mengenali emosi yang muncul dalam dirinya dan mengelolanya, dan masih
banyak lagi.
Selain faktor budaya yang telah mengkondisikan pria untuk bersikap maskulin,
hormon testosteron dan kromosom Y yang dimiliki oleh pria ikut berperan dalam
pembentukan perilaku sehari -hari seperti mudah marah, kurang sabar dan
cenderung lekas agresif.
65
Para siswa yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional tinggi sebanyak 16
siswa (32%). Dilihat dari jumlah tersebut bisa dibilang lumayan karena sudah
melebihi seperempat dari jumlah keseluruhan subjek. Para siswa yang tinggi
Kecerdasan Emosionalnya sedikitnya mampu dalam mengenali emosinya, mengelola
emosinya, memotivasi dirinya sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina
hubungan secara baik. Meskipun dilihat dari usia mereka yang tergolong dalam
remaja awal yang identik dengan pember ontakan dan hura-hura, namun mereka tetap
mampu memilah -milah kegiatan dan tindakan yang baik untuk mereka lakukan.
Tingginya Kecerdasan Emosional mereka tak lepas dari peranan orang tua maupun
anggota keluarga lain yang ikut membantu dalam mengembangkan d an
memperhatikan perkembangan Kecerdasan Emosional mereka. Walaupun si anak
sudah memiliki sifat/temperamen yang dibawanya semenjak lahir dan bisa
mempengaruhi perkembangan Kecerdasan Emosionalnya, tetapi hal itu tidak
menjamin bahwasannya si anak setelah besar nantinya juga memiliki Kecerdasan
Emosional yang sama atau lebih berkembang dari sebelumnya (Shappiro, 1999).
Orang yang memiliki Kecerdasan Emosional secara baik, dapat terungkap lewat
perilakunya sehari -hari baik dengan keluarganya maupun dengan te man-teman
sebayanya dan dengan orang -orang yang ditemuinya di masyarakat. Hal ini
dikarenakan para siswa juga menjadi anggota dari masyarakat dan tak bisa lepas dari
masyarakat. Orang dengan Kecerdasan Emosional tinggi cenderung menjadi pribadi
yang matang yaitu memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, mampu
menerima kelemahan dan kelebihan yang ada dalam diri serta orang lain, memiliki
66
pemahaman diri secara baik dan mampu memandang dunia secara objektif. Hal ini
didukung oleh teorinya Allport mengen ai kriteria pribadi yang matang (Schultz
Duane, 1991:30-35). Sedangkan pribadi yang matang oleh Goleman (2001: 11)
diartikan sebagai pribadi yang dewasa.
Para siswa yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional cukup tinggi
sebanyak 32 orang (64%). Jumlah ini termasuk besar. Kualifikasi cukup tinggi ini
dapat ditafsirkan kurang ideal. Hal ini disebabkan karena masih banyak subjek yang
memiliki kualifikasi cukup tinggi dapat dikatakan dibawah rata -rata rentang skor
yang ditentukan pada kualifikasi cukup ti nggi. Rentang skor dibawah rata-rata antara
208 – 231 berjumlah 12 orang. Kenyataan ini sungguh memprihatinkan. Melihat
kenyataan ini, muncullah suatu pertanyaan apakah hal ini berkaitan dengan program
BK yang sudah diberikan pihak sekolah selama ini belum dapat mencukupi dalam
membantu perkembangan Kecerdasan Emosional para siswa? Sejauh peneliti amati
dan ketahui dari dunia luar selama ini dan ditambah sewaktu peneliti terjun langsung
dalam ber-PPL untuk mendampingi para siswa baik di kelas maupun dilu ar kelas,
program BK yang diberikan oleh pihak sekolah sudah baik. Tetapi mungkin belum
banyak yang menyentuh bagian Kecerdasan Emosional. Selain daripada itu, menurut
peneliti tidaklah cukup apa yang diberikan dari pihak sekolah tanpa ada kerjasama
dengan pihak orang tua dalam membantu meningkatkan Kecerdasan Emosional para
siswa. Hal ini dikarenakan siswa berada di sekolah hanyalah sebentar dibandingkan
berada di rumah bersama orang tua dan anggota keluarga lainnya. Meskipun
kenyataan ini merupakan suatu keprihatinan, namun justru dapat mendorong peneliti
67
dalam membantu meningkatkan Kecerdasan Emosional para siswa dengan cara
memberikan usulan topik bimbingan klasikal yang sesuai.
Para siswa yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional rendah berjumlah 2
orang (4%). Jumlah ini tidak besar dibandingkan dari jumlah keseluruhan jumlah
subjek yang ada, namun cukup memprihatinkan masih ada siswa yang rendah
Kecerdasan Emosionalnya. Rendahnya Kecerdasan Emosional 2 orang siswa dapat
disebabkan oleh berbagai fak tor, antara lain: pertama , kurangnya kematangan pribadi
yang dimiliki oleh kedua siswa tersebut. Hal ini bisa ditelaah dari usia yang dimiliki
mereka yang tergolong remaja awal yang cenderung masih labil. Kedua , rendahnya
Kecerdasan Emosional kedua siswa t ersebut dapat dapat disebabkan karena kurang
terbiasanya mereka dalam mengungkapkan perasaannya secara tepat sehingga dapat
mempengaruhi perilakunya sehari -hari dengan dirinya maupun dengan orang lain.
Ketiga, rendahnya Kecerdasan Emosional kedua siswa ter sebut juga disebabkan oleh
pola asuh yang diberikan orang tua dan keluarganya. Pola asuh yang dipengaruhi oleh
budaya masyarakat tentang maskulinitas, membuat orang tua memperlakukan
anaknya tanpa disadari sama seperti tuntutan dari budaya tersebut. Pendapat tersebut
didukung oleh teorinya Dagun dan Hurlock yang termuat dalam bab 2 halaman 33.
Keempat, rendahnya Kecerdasan Emosional kedua siswa tersebut dapat juga
disebabkan oleh kurangnya dukungan yang diberikan oleh pihak keluarga dalam
meningkatkan Kecer dasan Emosional si anak tersebut. Bisa jadi orang tua dan
keluarga lainnya hanya menekankan si anak untuk memperkembangkan segi
akademiknya saja. Hal ini bisa saja terjadi, karena anggapan orang tua yang masih
68
keliru tentang keberhasilan anak dimasa datang hanya ditentukan oleh nilai
akademiknya saja tanpa memperhatikan aspek kecerdasan lainya.
Suatu cara untuk membantu dalam meningkatkan Kecerdasan Emosional dapat
berupa :
a. Latihan kesadaran diri yaitu dengan berusaha memperhatikan dan mengamati
perasaan yang muncul dalam dirinya kemudian menamai perasaaan tersebut.
Setelah itu dihubungkan dengan pikiran yang menentukan tindakan yang akan
diambil.
b. Latihan mengambil keputusan yaitu menentukan sikap/tindakan yang akan
diambil berdasarkan perasaan/emosi yang sedang dialami. Pertimbangkan pula
baik buruknya dalam menentukan tindakan tersebut.
c. Latihan mengendalikan emosi yaitu dengan latihan berbicara sendiri dalam hati
serta memperhatikan apakah ada kecenderungan -kecenderungan negatif/destruktif
dalam arah pembicaraan diri itu.
d. Latihan mengatasi stres yaitu dengan cara latihan relaksasi, membaca buku -buku
yang bernuansa humor, olah raga, bermain musik, menari, menyanyi dan masih
banyak lagi bentuk -bentuk kegiatan untuk menghilangkan stres.
e. Latihan empati yaitu dengan mencoba mendengarkan serta mengerti perasaan
orang lain di balik pembicaraannya dengan ikut terlibat dalam kegiatan
masyarakat maupun sekolah yang melibatkan banyak orang.
f. Latihan berkomunikasi yaitu dengan cara mendengarkan pembic araan orang yang
sedang berbicara dengan kita dan menanggapinya secara sabar dan baik, ikut
69
terlibat dalam diskusi/rapat sehingga terdorong untuk berbicara dan
mendengarkan orang lain.
g. Latihan membuka diri yaitu dengan menceritakan pengalaman yang terja di
kepada orang lain, menceritakan perasaaan yang sedang dialaminya. Hal ini bisa
dimulai dari hal -hal yang kecil saja.
h. Latihan menyelesaikan konflik yaitu dengan cara belajar berdialog.
C. Kecerdasan Emosional Para Siswi Kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta
Tahun 2006.
1. Hasil Penelitian
Tingkat Kecerdasan Emosional para siswi kelas VIII digolongkan dalam PAP tipe
I. Subjek penelitian supaya bisa mendapatkan kualifikasi cukup tinggi, diperlukan
skor minimal 65% dari skor ideal. Hal ini ditetapkan dalam PAP tipe I. Penggolongan
tingkat Kecerdasan Emosional para siswa kelas VIII dapat dilihat pada tabel 4.3.
Hasil analisis data Kecerdasan Emosional dan daftar kualifikasi para siswi kelas VIII
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7.
70
Tabel 4.3
Penggolongan Kecerdasan Emosional Para Siswi Kelas VIII
Rumus PAP Rentang Skor Frekuensi Persentase Kualifikasi
90% - 100% 288 - 320 0 - Sangat Tinggi
80% - 89% 256 – 287 16 32 Tinggi
65% - 79% 208 – 255 34 68 Cukup Tinggi
55% - 64% 176 – 207 0 0 Rendah
Dibawah 54% 0 - 175 0 - Sangat Rendah
Pada tabel 4.3 telah terlihat bahwa diantara para siswi kelas VIII tak seorang pun
siswi yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional sangat tinggi, 16 orang siswi
(32%) memiliki kualifikasi tinggi, 34 oran g siswi (68%) memiliki kualifikasi yang
cukup tinggi dan tak seorang siswi pun yang memiliki kualifikasi rendah dan sangat
rendah.
2. Pembahasan
Tak seorang siswi yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional sangat tinggi.
Hal ini sangat memprihatinkan setelah dilihat dari faktor budaya yang lebih
memberikan peluang bagi wanita dalam mengungkapkan perasaannya secara tepat.
Faktor budaya juga sering mengatakan bahwa wanita hendaknya bisa bersikap
feminim. Feminim dalam pengertian ini identik dengan sikap yang patuh, bisa
menangis, cengeng., dan sebagainya. Perilaku menangis adalah salah satu bentuk
katarsis sementara.
Dengan katarsis, orang merasa lega akan emosi yang dirasakannya. Kebiasaan untuk
mengungkapkan perasaan secara tepat dapat membantu seseorang
71
memperkembangkan salah satu unsur dari Kecerdasan Emosional yang dimilikinya.
Selain dari kedua faktor di atas, tak seorang siswi pun yang memiliki kualifikasi
sangat tinggi bisa disebabkan pula oleh faktor pendidikan yang diberikan orang tua
dan perilaku yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya.
Para siswi yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional tinggi sebanyak
16 orang (32%). Jumlah yang diperoleh para siswi sama besarnya dengan jumlah
yang diperoleh para siswa. Siswi dengan kualifikasi Kecer dasan Emosional yang
tinggi bisa dikatakan memiliki kepribadian matang. Hal ini tak lepas dari peranan
orang tua, sekolah dan lingkungan dimana para siswi bertumbuh kembang. Tanpa
mereka para siswi ini tak mungkin bisa mencapai kualifikasi tinggi dalam Ke cerdasan
Emosionalnya.
Para siswi yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional cukup tinggi
sebanyak 34 orang (68%). Jumlah ini cukup besar dan lebih banyak dari jumlah yang
diperoleh oleh para siswa. Dilihat dari jumlah yang ada, para siswi sudah mulai
memperhatikan perkembangan Kecerdasan Emosionalnya tanpa harus meninggalkan
kecerdasan intelektualnya. Kecerdasan Emosional yang dimiliki oleh para siswi ini
tak bisa lepas dari peranan banyak pihak, yaitu orang tua, keluarga, lingkungan
dimana para siswi tinggal dan berinteraksi dengannya, lingkungan sekolah (guru dan
teman-temannya). Besarnya kuantitas yang diperoleh dalam Kecerdasan Emosional
ini, menunjukkan bahwa banyak pihak terutama orang tua, siswi sendiri dan pihak
sekolah sudah mulai memperhatika n bahwa Kecerdasan Emosional sangat perlu
72
untuk membantu para siswi yang masih tergolong remaja dalam bertumbuh kembang
menjadi pribadi yang utuh.
Tak seorang siswi pun yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional yang
rendah dan sangat rendah. Hal ini sangat menggembirakan banyak pihak dan ini
merupakan titik tolak dimana Kecerdasan Emosional mulai diperhatikan dan
dianggap perlu bagi kelangsungan hidup manusia. Orang tua yang mulai
memperhatikan perkembangan para puterinya mulai sadar bahwasannya puter inya itu
memerlukan perhatian dan dukungan untuk memperkembangkan Kecerdasan
Emosional mereka. Hal ini bisa disebabkan karena biasanya para wanita identik
dengan main perasaan dan tenggelam didalamnya sehingga sulit melupakan maupun
mengolah suatu masalah sehingga sulit dalam mengambil suatu keputusan yang tepat.
Tak seorang siswi pun yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional rendah dan
sangat rendah bisa juga dikarenakan mereka mau serius dalam mengerjakan
kuesioner yang telah diberikan dan tidak malu bertanya apabila ada yang tidak
dimengerti dengan suatu kata yang telah dituliskan dalam kuesioner tersebut.
73
D. Perbedaan Kecerdasan Emosional antara Para Siswa dan Siswi Kelas VIII
SMP Stella Duce I Yogyakarta Tahun 2006.
1. Hasil Penelitian
Subjek penelitian ini berjumlah 100 orang yang terdiri dari 50 siswa dan 50
siswi. Dalam mencari ada tidaknya perbedaan Kecerdasan Emosional antara siswa
dan siswi dihitung dengan menggunakan teknik statistik uji beda mean (uji t).
Hipotesis Penelitian (Ha)
Ada perbedaan yang signifikan dalam hal kecerdasan emosional antar para siswa
putra dan siswi putri SMP Stella Duce I Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007.
Hipotesis Nol (Ho)
Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal kecerdasan emosional antara para
siswa putra dan siswi putri SMP Stella Duce I Yogyakarta Tahun Ajaran
2006/2007.
Tabel 4.4
Perhitungan Mean, Standar Deviasi, Nilai t Kecerdasan Emosional Para Siswa dan Siswi
SMP Stella Duce I Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007
Nilai Statistik Siswa putra Siswi putri
N 50 50
M 243,92 249,2
S 22,03 17,44
SM 3,15 2,49
SD
bm
4,01
t 1,32
db 98
74
Keterangan:
N : Jumlah tiap sampel
M : Nilai rata-rata tiap sampel
S : Simpangan baku tiap sampel
SM : Standar kesalahan mean tiap sampel
SD
bm
: Standar kesalahan perbedaan mean kedua sampel
t : Uji perbedaan mean kedua sampel
db : Derajat kebebasan kedua sampel
Berdasarkan t
emp
dengan t
tab
:
Jika t
emp
> t
tab
maka Ha diterima dan Ho ditolak
Jika t
emp
< t
tab
maka Ha ditolak dan Ho diterima
Hasil t
emp
= 1,32 dan db = 98 kemudian dikonsultasikan dengan taraf signifikansi
5% diperoleh t
tab
= 2,00. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
t
emp
= 1,32 < t
tab
= 2,00. Dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima.
Berdasarkan data tersebut berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal
kecerdasan emosional antara para siswa putra dan siswi putri SMP Stella Duce I
Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007. Hasil perhitungan uji beda mean dapat
dilihat pada lampiran 8.
75
2. Pembahasan
Dalam hipotesis penelitian dikat akan bahwa ada perbedaan dalam hal Kecerdasan
Emosional antara para siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta
Tahun 2006. Namun, hasil penelitian telah menunjukkan bahwa secara empiris tidak
ada perbedaan yang signifikan antara para siswa dan siswi dalam hal Kecerdasan
Emosional. Yang menyebabkan tidak adanya perbedaan tersebut bisa saja
dikarenakan beberapa faktor, antara lain: pertama, para siswa dan siswi masih sama-
sama tergolong remaja awal yang harus menjalani tugas perkembangannya masin g-
masing. Sebagai remaja, mereka cenderung masih labil dan mengalami pergolakan
emosi akibat dari perubahan fisik dan kelenjar (Hurlock, 1996). Kedua, para siswa
dan siswi bersekolah ditempat yang sama dengan program yang diberikan sama pula.
Program yang sama ini cenderung akan memacu siswa dan siswi untuk bertumbuh
secara bersama-sama pula. Ketiga, tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam hal
Kecerdasan Emosional antara para siswa dan siswi kelas VIII dapat juga disebabkan
karena peranan gender yang sudah mulai diperlihatkan dalam kehidupan masyarakat
kita saat ini. Dengan adanya peranan gender tersebut, wanita memiliki hak yang sama
dengan pria dalam berbagai bentuk kehidupan sehari -hari seperti dalam mencapai
karier, mengenyam pendidikan, dan lain -lain. Keempat, pernyataan yang mengatakan
bahwa faktor biologis yaitu hormon testosteron serta kromosom dan faktor sosial-
budaya yang memberikan perlakuan serta pandangan berbeda pada pria dan wanita.
Kedua faktor di atas dapat membedakan kecerdasan emosiona l mereka. Pernyataan
tersebut tidak selamanya dapat dibenarkan karena baik pria maupun wanita memiliki
76
peluang yang sama untuk memperkembangkan kecerdasan emosionalnya.
Pernyataan ini diperkuat oleh teorinya Goleman (2001: 10) yang mengatakan bahwa
IQ hanya sedikit berubah sesudah melewati usia remaja, sedangkan kecerdasan
emosional lebih banyak diperoleh lewat belajar dan terus menerus berkembang
sepanjang hidup.
77
BAB V
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL dan SATUAN
PELAYANAN BIMBINGAN UNTUK KELAS VIII SMP STELLA DUCE I
YOGYAKARTA SEBAGAI IMPLIKASI HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini disajikan topik -topik bimbingan klasikal bagi para siswa dan siswi
kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta dan contoh Satuan Pelayanan Bimbingan
(SPB) dalam rangka menjawab pertanyaan “Topik bimbingan klasikal apakah yang
sesuai untuk meningkatkan kecerdasan emosional para siswa dan siswi kelas VIII
SMP Stella Duce I Yogykarta tahun ajaran 2006/2007?”
A. Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal untuk Meningkatkan Kecerdasan
Emosional Para Siswa dan Siswi Kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta
Usulan topik-topik bimbingan klasikal untuk para siswa dan siswi kelas VIII
disajikan berdasa rkan item-item yang memiliki gradasi skor yang paling rendah dan
tercakup dalam ke lima unsur kecerdasan emosional. Dalam hal ini peneliti hanya
mengusulkan 12 topik bimbingan yang didasarkan dari ke 20 item skor yang paling
rendah. Dalam penyusunan urutan topik bimbingan didasarkan pada urutan yang ada
pada unsur kecerdasan emosional yang dimulai dari unsur paling dasar yaitu
mengenali emosi diri. Keputusan ini diambil bukan berarti mengabaikan item -item
yang memiliki skor tinggi. Diharapkan dari ke 12 topik bimbingan tersebut dapat
mewakili ke lima unsur kecerdasan emosional yang ada dan dapat membantu dalam
78
meningkatkan kecerdasan emosional para siswa dan siswi kelas VIII yang sudah ada.
Usulan topik bimbingan yang diberikan tidak membedakan antara pr ia dan wanita.
Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan
kecerdasan emosional antara para siswa dan siswi.
79
80
81
82
83
84
B. Contoh Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN dan KONSELING
Tugas Perkembangan 3
Mencapai Pola Hubungan yang Baik dengan Teman Sebaya dalam Peranannya
Sebagai Pria dan Wanita
Sekolah : SMP Stella Duce I
Kelas : VIII
Tahun : 2007
A. Bahasan/ Topik / Permasalahan : Empati
B. Bidang Bimbingan : Pribadi – Sosial
C. Jenis Layanan : Bimbingan kelompok
D. Fungsi Layanan : Pemahaman, pengembangan
E. Kompetensi yang ingin dicapai : Siswa mampu mendengarkan secara
empatik.
F. Indikator :
1.
Mampu mengidentifikasi perasaan yang diungkapkan oleh orang lain.
2. Mampu mengungkapkan dengan kata -kata sendiri hal yang dikomunikasikan
oleh orang lain.
G. Materi :
1. Pengungkapan perasaan.
2. Pengungkapan kembali dengan kata -kata sendiri hal yang dikomunikasikan oleh
orang lain.
85
H. Strategi Penyajian :
1. Metode : Ceramah singkat, sosiodrama, diskusi,
pemberian tugas.
2. Langkah-langkah :
No Intrakurikuler Kokurikuler
1. Fasilitator memberi pengantar mengenai tujuan
kegiatan.
2. Fasilitator memberi pengantar mengenai topik
yang akan dibahas.
3. Fasilitator memberi satu buah contoh
sosiodrama singkat.
4. Fasilitator meminta siswa terbagi dalam
kelompok.
5. Fasilitator meminta tiap kelompok
mendiskusikan hasil sosiodrama.
6. Pada pertemuan selanjutnya fasilitator meminta
tiap kelompok mempresentasikan
sosiodramanya di depan kelas.
7. Fasilitator menutup pertemuan.
Pada akhir pertemuan
fasilitator meminta tiap
siswa untuk
merefleksikan/merenungkan
hasil yang dapat dipetik
untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari -hari dan
dituliskan dalam buku
harian BK.
I. Tempat Penyelenggaraan : Luar kelas
J. Alokasi Waktu : 3 x 45 menit
K. Pihak yang Disertakan : -
L. Alat dan Perlengkapan : Buku sumber, peragaan dari siswa dan
siswi kelas VIII
M. Rencana Penilaian : Laiseg, laijapen, laijapan
86
Rencana Tindak Lanjut : Konseling individual bagi siswa yang
membutuhkan.
N. Catatan Khusus : -
Yogyakarta, 15 Januari 2007
Kepala Sekolah Guru Pembimbing
( ) ( )
87
HAND OUT EMPATI
Pengungkapan perasaan dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu secara verbal dan non
verbal. Pengungkapan perasaan secara verbal adalah dengan menggunakan kata -kata
baik secara langsung mendeskr ipsikan perasaan yang kita alami maupun tidak.
Pengungkapan perasaan secara non verbal adalah dengan menggunakan isyarat lain
selain kata-kata, misalnya sorot mata, raut muka, kepalan tinju, dan sebagainya.
Supaya komunikasi kita jelas dan efektif, ungkapan verbal dan non verbal dari
perasaan kita itu harus cocok /sesuai, misalnya membisikkan kata cinta disertai suara
lembut, mata berbinar, wajah berseri. Supaya pengungkapan perasaan dapat jelas, kita
perlu untuk mendeskripsikannya terlebih dahulu. Ada 4 ca ra untuk mendeskripsikan
perasaan secara langsung yaitu:
1. Mengidentifikasi/menyebut nama perasaan itu.
Misalnya untuk mengungkapkan perasaan jengkel, kita berkata “Saya
sedang jengkel.”
2. Menggunakan kiasan perasaan.
Misalnya menyatakan “Hati saya seperti dis ayat sembilu” untuk
mendeskripsikan perasaan hati yang pedih karena tersinggung.
3. Menunjukkan bentuk tindakan yang ingin dilakukan karena terdorong oleh
perasaan yang sedang dialami.
Misalnya mengatakan “Saya merasa seperti ingin menjotos hidungmu”
untuk mendeskripsikan perasaan jengkel.
88
4. Menggunakan kiasan kata-kata.
Misalnya mengatakan “Saya merasa seperti layang -layang putus benang”
untuk mendeskripsikan perasaan kecewa karena kehilangan.
Manfaat dari mendeskripsikan perasaan yaitu:
1. Menambah keinsafan men genai perasaan sebenarnya yang sedang dialami.
2. Membuka dialog yang akan meningkatkan hubungan kita dengan orang lain.
Supaya hubungan kita dengan orang lain dapat berjalan dengan baik, diperlukan suatu
kemampuan untuk dapat mengidentifikasi perasaan yang d ikemukakan oleh orang
tersebut. Identifikasi yang dimaksud adalah dengan cara memberi nama setiap
perasaan yang diungkapkan oleh orang tersebut, menggunakan kiasan perasaan,
menggunakan kiasan kata-kata dan menunjukkan bentuk tindakan yang ingin
dilakukan karena terdorong oleh perasaan yang sedang dialami. Selain ke empat cara
di atas, alangkah baiknya memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan kembali ke
dalam kata-kata sendiri perasaan yang dialami oleh orang lain dalam komunikasi
(parafrase).
Misalnya:
“Saya marah dengan teman sekelasku.”
Parafrase: Nampaknya kamu sedang tidak enak hati dengan teman sekelasmu ya?
“Saya rasanya ingin menonjok kepala teman saya itu.”
Parafrase: Kelihatannya kamu sedang marah besar dengan temanmu itu.
89
Berikut ini adalah sebuah contoh mendengarkan dengan empati, yang diambil
dari sebuah percakapan salah seorang ibu dalam kelompok orangtua yang
dilangsungkan dengan Megan, anaknya yang berumur 9 tahun. Perhatikanlah
bahwa urusan pertama ibu itu adalah menerima perasaan-perasaan anaknya.
Megan : Besok aku tidak pergi ke sekolah.
Ibu : Kamu tak mau sekolah? Aneh. Biasanya kamu senang pergi ke sekolah.
Ibu jadi menduga kamu mencemaskan sesuatu.
Megan : Ya, rasanya begitu.
Ibu : Apa yang kamu cemaskan?
Megan : Aku tidak tahu
Ibu : Ada sesuatu yang sepertinya mencemaskanmu, tapi kamu tidak yakin
apa itu.
Megan : Ya.
Ibu : Ibu menduga kamu merasa sedikit tegang.
Megan : (dengan menangis) Ya. Barangkali karena Dawn dan Patty.
Ibu : Apa hari ini di sekolah terjadi sesuatu dengan Dawn dan Patty?
Megan : Ya. Hari ini, waktu istirahat, Dawn dan Patty mencueki aku.
Ibu : Oh, pasti kamu sakit hati.
Megan : Memang.
Ibu : Kedengarannya kamu tak mau pergi ke sekolah besok karena kamu
cemas barangkali Dawn dan Patty akan mencueki kamu lagi pad a waktu
istirahat.
Megan : Ya, setiap aku mendekati mereka, mereka menjauh dan melakukan
sesuatu yang lain.
Ibu : Oh, ya. Ibu pun akan merasa sakit hati bila teman-teman ibu melakukan
itu terhadap ibu.
Megan : Memang. Rasanya aku mau menangis.
90
Ibu : Oh, sayang (sambil memeluknya). Ibu merasa kasihan itu terjadi
padamu. Ibu mengerti kamu merasa sedih sekali dan marah pada cara
teman-temanmu memperlakukan kamu.
Megan : Memang. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan besok. Aku tak
mau sekolah.
Ibu : Karena kamu tidak mau sahabat-sahabatmu menyakiti hatimu lagi.
Megan : Ya, dan mereka itu orang-orang yang selalu main dengan aku. Semua
orang mempunyai sahabat sendiri -sendiri. Aku tidak tahu harus berbuat
apa.
Ibu : Barangkali kamu bisa berbicara dengan Dawn d an Patty tentang
perasaanmu kalau mereka mencueki kamu.
Megan : Aku rasa aku tak bisa. Aku bisa malu sekali kalau begitu.
Ibu : Ya, ibu bisa mengerti kalau kamu mungkin merasa begitu.
Mungkin besok ia akan menjadi sahabat yang lebih baik.
Oh iya apa lagi yang anak-anak lakukan di halaman sekolah waktu
istirahat?
Megan : Main bola.
Ibu : Apa kamu suka main bola?
Megan : Aku belum pernah.
Ibu : Oh.
Megan : Krista yang selalu begitu.
Ibi : Ibu pernah melihat kamu bersama Krista waktu acara api unggun dan
kamu tidak malu sama sekali padanya. Barangkali kamu bisa minta
Krista mengajarimu main bola.
Megan : Barangkali.
Ibu : Bagus.
Megan : Oke. Jadi, boleh tidak aku menelpon Krista? Aku ingin tahu apa Krista
mau mampir ke rumah pulang sekolah besok?
Ibu : Nah, ide bagus.
91
Pertanyaan panduan diskusi:
1. Apa intisari dari kisah tersebut?
2. Apa yang bisa kalian lakukan seandainya kalian menjadi ibu Megan?
3. Situasi seperti apakah yang sering kalian temukan dalam kehidupan sehari -hari?
79
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KLASIKAL
KELAS VIII SMP STELLA DUCE I YOGYAKARTA
Materi Layanan No
Urut
No Item
Tujuan
Pelayanan
Topik Sub Topik
Waktu
Bidang
Bimbingan
Metode Sumber
1 8,6,14,15
Belum
memiliki rasa
percaya diri.
Siswa semakin
memiliki rasa
percaya diri
Percaya diri Arti Percaya diri
Macam-macam
percaya diri
2 45
menit
Pribadi -
sosial
Experiential
learning
(bercerita di
depan kelas),
sharing,
tugas
Lindenfield, Gael.
1994. Mendidik Anak
Agar Percaya Diri.
Jakarta: Arcan
2 12,11
Kurang
memiliki
waktu untuk
berefleksi diri
sehingga
kurang bisa
dalam menilai
diri.
Siswa semakin
memiliki
kemampuan
dalam menilai
diri lewat
berefleksi diri.
Penilaian diri Macam-macam
cinta
Cinta yang perlu
dipupuk
Siapa diriku
1 45
menit
Pribadi -
sosial
Ceramah,
experiential
learning
( refleksi)
1. Goleman, Daniel.
2001. Kecerdasan
Emosi untuk
Mencapai Puncak
Prestasi. Jakarta:
PT Gramedia
Pustaka Utama.
2. Richardson,
Edward. 2002. Love
Yourself.
Yogyakarta:
Kanisius.
80
3 1
Kurang bisa
menyalurkan
emosi secara
tepat.
Siswa semakin
menyadari
pentingnya
untuk
menyalurkan
emosinya secara
tepat
Penyaluran
Emosi
Bentuk-bentuk
penyaluran
emosi
Mengubah
gangguan emosi
menjadi sesuatu
yang
menguntung kan
1 45
menit
Pribadi -
sosial
Experiential
learning
(membaca
kasus),
diskusi
Margatan, Arcole.
1995. Kiat Sehat
Menanggulangi Stres.
Solo: CV Aneka
4 16,18
Belum bisa
mengelola
stres.
Siswa semakin
mampu untuk
mengelola stres.
Mengelola
stres
Arti stres
Pemicu stres
Cara mengatasi
stres
1 45
menit
Pribadi -
sosial
Experiential
learning
(relaksasi),
sharing
Fabella, Armand. 1993.
Anda Sanggup
Mengatasi Stres.
Indonesia:Indonesia
Publising House Ofset.
5 28
Masih
berpikir
negatif
Siswa mampu
mengembangkan
berpikir positif
Berpikir
positif
Manfaat berpikir
positif
Cara untuk
membantu
berpikir positif
1 45
menit
Pribadi -
sosial
Permainan,
sharing,
tugas
1. Lindenfield
Gael. 1994.
Mendidik Anak
Agar Percaya Diri.
Jakarta: Arcan.
2. Peale, Norman. 1992.
Berpikir Positif.
Jakarta: Bina
Aksara.
81
6 22,27
Membuat
malu orang
lain
Siswa semakin
memiliki
kemampuan
untuk tidak
membuat malu
orang lain
sehingga dapat
dipercaya.
Dapat
dipercaya
Hal-hal yang
diperlukan
untuk dapat
dipercaya
1 45
menit
Pribadi -
sosial
Ceramah,
Experiential
learning
(cerita
bergambar).
Goleman, Daniel. 2001.
Kecerdasan Emosi
untuk Mencapai
Puncak Prestasi.
Jakarta: PT Gramedia.
7 51
Kurang
mampu untuk
berempati.
Siswa semakin
mampu untuk
berempati
Empati Pengertian
empati
Langkah-
langkah untuk
memupuk
empati dalam
membina suatu
hubungan
1 45
menit
Pribadi -
sosial
Experiential
learning
(cerita
bergambar),
diskusi.
1. Gottman, John dan
Claire, Joan De.
1998. Kiat-kiat
Membesarkan Anak
yang Memiliki
Kecerdasan
Emosional. Jakarta:
PT Gramedia
Pustaka Utama.
2. Studio A.V
Puskat. 1987. Cerita
Binatang Sarana
Pembangun Sikap.
Yogyakarta:
Laboratorium STFK
PRADNYAWIDYA
82
8 63
Kurang
mampu
mendengarkan
teman yang
sedang
berbicara.
Siswa terampil
dalam
mendengarkan
orang lain
Mendengarkan Hal - hal perlu
dilakukan untuk
mendengarkan
Mengenali
rintangan dalam
mendengarkan
1 45
menit
Pribadi -
sosial
Ceremah,
Experiential
learning
(permainan)
Reed, Warren. 1992.
Mendengarkan Secara
Positif. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia.
9 32
Kurang bisa
mensyukuri
setiap
peristiwa yang
dialami.
Siswa semakin
memiliki sikap
bersyukur lewat
pemahaman
dirinya.
Pemahaman
diri
Kekuatan dan
kelemahan diri
Mengembangkan
kekuatan dan
mengatasi
kelemahan.
1 45
menit
Pribadi -
sosial
Refleksi Gea, Antonius A,
Wulandari, A.P.Y dan
Babari,Yohanes. 2002.
Relasi dengan Diri
Sendiri. Jakarta: PT
Gramedia.
10 40,48
Takut berbuat
salah dan
cepat merasa
puas.
Siswa semakin
memiliki
motivasi untuk
bertumbuh
kembang
Motivasi diri Arti motivasi
Cakupan
motivasi
1 45
menit
Pribadi -
sosial
Experiential
learning
(membaca
kasus),
diskusi,
syaring
1. Goleman, Daniel.
2001. Kecerdasan
Emosi untuk
Mencapai Puncak
Prestasi. Jakarta:
PT Gramedia
Pustaka Utama.
2. Gea, Antonius A,
Wulandari, A.P.Y
dan Babari,
Yohanes. 2002.
Relasi dengan Diri
Sendiri. Jakarta: PT
Gramedia.
83
11 49
Belum
memiliki
tujuan hidup.
Siswa semakin
mengenali
tujuan hidupnya
lewat visi dan
misi
Tujuan hidup Menyebutkan
visi dan misi
1 45
menit
Pribadi Cerita
bergambar,
diskusi
Studio A.V Puskat.
1987. Cerita Binatang
Sarana Pembangun
Sikap. Yogyakarta:
Laboratorium STFK
PRADNYAWIDYA
12 70,72
Kurang
memiliki
kepercayaan
kepada teman.
Siswa semakin
mampu untuk
membangun
kepercayaan
Kepercayaan Unsur
kepercayaan
Tingkah laku
yang dapat
menurunkan
kepercayaan
dalam suatu
relasi
1 45
menit
Pribadi -
sosial
Ceramah,
Experiential
learning
(permainan)
Supratiknya. 1995.
Komunikasi
Antarpribadi.
Yogyakarta:Kanisius
92
BAB VI
RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
Dalam bab ini disajikan ringkasan, kesimpulan dan saran -saran. Ringkasan
memuat rumusan masalah, metodologi penelitian dan hasil penelitian. Kesimpulan
memuat kesimpulan dari penelitian, sedangkan saran -saran memuat saran-saran untuk
pihak SMP Stella Duce I khususnya untuk kelas VIII dan untuk peneliti lain.
A. Ringkasan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat Kecerdasan Emosional
para siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran
2006/2007. Sedangkan hasil penelitiannya digunakan sebagai acuan untuk
penyusunan usulan topik bimbingan klasikal. Pertanyaan yang harus dijawab dalam
penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah Kecerdasan Emosional para siswa kelas VIII
SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007? (2) Bagaimanakah
Kecerdasan Emosional para siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun
ajaran 2006/2007? (3) Bagaimanakah Kecerdasan Emosional para siswa dan siswi
kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007? (4) Apakah ada
perbedaan yang signifikan antara para siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce I
Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 dalam hal Kecerdasan Emosional? (5) Topik
bimbingan klasikal apakah yang sesuai untuk meningkatkan Ke cerdasan Emosional
93
para siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran
2006/2007?
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei dan penelitian
komparatif. Subjek penelitiannya adalah sebagian dari siswa dan siswi kelas VIII
SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 yang berjumlah 100 orang.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 11 Agustus 2006. Instrumen penelitian
yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner tersebut dibuat sendiri oleh peneliti
dengan mengacu pada kisi -kisi Kecerdasan Emosional menurut Goleman (2000)
Teknik analisis data yang digunakan untuk menggolongkan tingkat Kecerdasan
Emosional para siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta tahun
ajaran 2006/2007 berdasarkan rumus PAP tipe I
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa:
1. Para siswa dan siswi kelas VIII yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional
sangat tinggi 0%, tinggi 32%, cukup tinggi 66%, rendah 2% dan sangat rendah
0%.
2. Para siswa kelas VIII yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional sangat
tinggi 0%, tinggi 32%, cukup tinggi 64%, rendah 4% dan sangat rendah 0%.
2. Para siswi kelas VIII yang memiliki kualifikasi Kecerdasan Emosional sangat
tinggi 0%, tinggi 32%, cukup tinggi 68%, rendah 0% dan sangat rendah 0%.
4. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara para siswa dan siswi kelas VIII dalam
hal Kecerdasan Emosional.
94
Topik bimbingan untuk meningkatkan Kecerdasan Emosional para siswa dan
siswi kelas VIII SMP Stella Duce I Yogyakarta antara lain: (1) Percaya Diri,
(2) Penilaian Diri, (3) Penyaluran Emosi, (4) Mengelola Emosi, (5) Berpikir Positif,
(6) Dapat Dipercaya, (7) Empati, (8) Mendengarkan, (9) Pemahaman Diri, (10)
Motivasi Diri, (11) Tujuan Hidup, (12) Kepercayaan
B. Kesimpulan
Kesimpulan ya ng dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
adalah:
1. Tingkat Kecerdasan Emosional para siswa dan siswi kelas VIII SMP Stella Duce
I Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007 belum setinggi yang diharapkan dan masih
perlu ditingkatkan. Peningkatan Kecerdasan Emosional dapat dilakukan apabila
ada kerja sama yang baik antara orang tua dengan pihak sekolah.
2. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara para siswa dan siswi kelas VIII dalam
hal Kecerdasan Emosional. Hal ini telah menunjukkan bahwasann ya tingkat
Kecerdasan Emosional tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin tertentu. Dengan
demikian, dalam pemberian topik bimbingan klasikal di sekolah yang berguna
untuk membantu meningkatkan Kecerdasan Emosional para siswa dan siswi tidak
perlu ada pembedaa n diantara mereka.
95
C. Saran-saran
Berikut ini dikemukakan saran -saran untuk berbagai pihak:
1. Kepala sekolah dan guru pembimbing SMP Stella Duce I Yogyakarta
a. Hendaknya kepala sekolah dan guru pembimbing mulai memperhatikan
perkembangan Kecerdasan Emosional para siswa dan siswinya tanpa harus
mengurangi perhatiannya pada bidang akademik.
a. Hendaknya kepala sekolah dan semua guru termasuk guru pembimbing
bekerja sama untuk membantu meningkatkan kecerdasan emosional para
muridnya.
b. Alangkah baiknya pihak sekolah melibatkan para orang tua murid dalam
meningkatkan kecerdasan emosional murid -muridnya.
c. Topik-topik bimbingan klasikal yang diusulkan dapat digunakan sebagai
acuan pelaksanaan bimbingan klasikal khususnya untuk kelas VIII dengan
harapan dapat membantu meningkatkan Kecerdasan Emosional mereka.
2. Orang tua
a. Alangkah baiknya para orang tua mulai memperhatikan dan ikut berperan
aktif dalam perkembangan kecerdasan para putra putrinya melalui kerjasama
dengan pihak sekolah.
b. Demi berkembangnya kecerdasan emosional para putra putrinya, alangkah
baiknya para orang tua dalam menerapkan pola pendidikan dalam keluarga
bagi anaknya tidak memberi perbedaan antara anak putra dan anak putri,
96
karena keduanya memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangk an
kecerdasan emosionalnya.
3. Peneliti lain
Mengingat pentingnya peranan Kecerdasan Emosional bagi kehidupan manusia,
alangkah baiknya peneliti -peneliti lain mau mengembangkan penelitian lebih
mendalam yang sampelnya tidak hanya terbatas pada siswa sekol ah.
97
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Mitch. 2004. Menjual dengan Kecerdasan Emosional. Batam Center:
Interaksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cooper, R.K dan Sawaf A. 2001. Executive EQ: Kecerdasan Emosional dalam
Kepemimpinan Organisasi. Jakarta: P.T Gramedia.
Dagun, Save M. 1990. Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.
Effendy, Onong Uchjana. 1988. Hubungan Insani. Bandung: Remadja Karya.
Etty, Maria. 2002. Mengelola Emosi . Jakarta: P.T Gramedia Widiasarana Indonesia.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Gea, Antonius A, Wulandari, A.P.Y dan Babari, Yohanes. 2002. Relasi dengan Diri
Sendiri . Jakarta: PT Gramedia.
Goleman, Daniel. 2000. Kecerdasan Emosional. Jakarta: P.T Gramedia Pustaka
Utama.
. 2001. Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi.
Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama
Gottman, John dan Claire, Joan De. 1998. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang
Memiliki Kecerdasan Emosional. Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama.
98
Gunarso, Singgih D dan Gunarso, J.Singgih D. 1981. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
. 1991. Psikologi untuk Muda Mudi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hadi, S. 1984. Statistik Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi
UGM.
. 1990. Analisis Butir Instrumen Angket, Tes, dan Skala Nilai dengan
BASICA .Yogyakarta:Andi Offset.
Hurlock, E.B. 1996. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Husaini dan Noor. 1981. Himpunan Istilah Psikologi. Jakarta: Mutiara Indonesia.
Juhana, Wijaya. 1988. Psikologi Bimbingan. Bandung: P.T Eresco
Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Handoko, Martinus. Kecerdasan Emosional dan Spiritual. Salatiga: Institut Roncali.
Makalah. (Tidak diterbitkan)
Pearche, John. 1990. Ledakan Amarah. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Pedoman Penulisan Skripsi Universitas Sanata Dharma. 1998. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Rifai, Melly Sri Sulastri. 1984. Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung: P.T. Bina
Aksara
Schindler, John. 1992. Bagaimana Menikmati Hidup. Jakarta: Bumi Aksara.
Segal, Jeanne. 2000. Meningkatan Kecerdasan Emosional. Citra Aksara Publising.
99
Shapiro, Lawrence E. 1999. Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak. Jakarta:
P.T Gramedia Pustaka Utama.
Sinurat, R H. Dj. 1999. Reader Komunikasi AntarPribadi. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Sujanto, Agus, Lubis, Halem dan Hadi, Taufik. 1984. Psikologi Kepribadian. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suparno, Paul. 2004. Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius.
Supratiknya, A. 1995. Komunikasi Antarpribadi . Yogyakarta: Kanisius.
Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: P.T
Gramedia.
100
KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL
Kata Pengantar
Para siswa yang terkasih, pada kesempatan ini saya memohon kesediaan para
siswa untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujur-jujurnya dan penuh keterbukaan
sesuai dengan pengalaman para siswa sendiri.
Semua informasi dari para siswa akan tetap dirahasiakan. Oleh karena itu demi
kerahasiaan jawaban, nama tidak perlu dituliskan pada lembar kuesioner.
Untuk semua bantuan dari para siswa, saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya.
Identitas:
1. Kelas :
2. Tanggal :
3. Jenis kelamin :
Petunjuk:
Di bawah ini disajikan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan
kecerdasan emosional. Bacalah dengan teliti masing-masing pernyataan tersebut.
Berilah tanda centang (√ ) pada kolom alternatif jawaban yang sesuai dengan
pengalaman Anda. Alternatif jawaban adalah sebagai berikut:
SS : Sangat Sering
S : Sering
J : Jarang
SJ : Sangat Jarang
No Item Pernyataan SS S J SJ
1
Saya dapat melampiaskan rasa marah saya melalui kegiatan
positif, seperti olah raga.
2
Saya tidak suka belajar dari pengalaman, terlebih pengalaman
yang menyedihkan karena akan membuat sakit hati saja.
3
Apabila saya marah saya cenderung melempar barang-barang
yang ada di sekitar saya.
4 Saya menerima kelemahan yang ada dalam diri saya.
101
5
Saya berusaha untuk belajar dari pengalaman saya sendiri demi
kemajuan saya.
6 Saya tidak mengikuti pendapat orang lain meskipun benar.
7 Saya berusaha bangkit dari kesedihan saya.
8 Saya berani berbicara di depan kelas tanpa rasa takut atau malu.
9 Saya memperjuangkan pendapat yang saya rasa benar.
10
Kelemahan yang ada dalam diri saya membuat saya semakin
terpuruk dan malu.
11 Saya tidak mempunyai waktu untuk berefleksi diri.
12
Saya menyisihkan waktu untuk berefleksi diri dengan melihat
pengalaman yang saya alami dalam sehari-hari.
13
Bagi saya, rasa humor adalah penting supaya hidup terasa ringan
dan enak.
14 Saya merasa takut atau malu bila berbicara di depan kelas.
15 Saya cenderung mengikuti pendapat orang lain sewaktu diskusi
16 Saya merasa rileks saat menghadapi ujian.
17
Saya berusaha mencari jalan keluar dari setiap masalah yang saya
hadapi.
18
Saya menjadi susah tidur apabila saya sedang memiliki masalah
yang berat.
19
Saya merasa senang apabila sedang bercanda dengan teman-teman
di sekolah meskipun gurauan itu mengenai diri saya.
20 Apabila nilai ujian saya jelek, saya berusaha lebih giat belajar.
21
Saya merasa sakit perut atau pusing-pusing bahkan keringat dingin
disaat ujian semester berlangsung.
22
Saya berusaha untuk tidak berkecil hati apabila ada teman lain
yang mengolok-olok saya.
23 Saya mudah putus asa apabila mendapatkan nilai jelek saat ujian.
24 Saya mempersiapkan diri dengan baik sebelum ujian.
25
Saya tidak suka apabila teman dekat saya bermain dengan teman-
teman yang lain.
26
Saya merasa senang apabila teman dekat saya mau bermain
dengan teman-teman yang lainnya juga.
27 Saya merasa sakit hati atau malu apabila saya diolok-olok oleh
102
teman-teman saya.
28
Saya merasa geram dan marah apabila melihat teman berbisik
dengan teman lain sambil melihat saya.
29
Saya berusaha mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan
sebaik mungkin.
30
Saya cenderung memandang kegagalan sebagai yang
menyakitkan.
31
Saya mencoba untuk mengerjakan sesuatu yang baru menurut
saya.
32 Saya berusaha untuk mensyukuri setiap peristiwa yang saya alami.
33 Saya berusaha mencari teman sebanyak mungkin.
34 Saya kurang suka memiliki banyak teman.
35 Saya tetap bersemangat dalam menghadapi tantangan hidup.
36
Saya tidak malu bertanya kepada orang yang lebih tahu meskipun
ia lebih kecil usianya dari saya.
37
Kesulitan yang saya hadapi merupakan tantangan yang harus saya
perjuangkan terus.
38
Saya kerja asal-asalan sewaktu diberi tugas oleh guru supaya cepat
selesai.
39
Saya tidak menyukai tantangan karena akan merepotkan saya
sendiri.
40 Saya tidak takut berbuat salah karena saya ingin tahu banyak hal.
41
Saya berusaha untuk memandang kegagalan sebagai usaha yang
harus saya tingkatkan.
42
Saya malu bertanya kepada orang yang usianya lebih kecil dari
saya karena saya takut dianggap bodoh.
43 Saya lebih suka sendirian.
44
Keberhasilan saya sekarang ini cukup buat saya untuk tidak perlu
berusaha keras lagi.
45 Saya ingin yang terbaik dalam hidup saya.
46 Saya tidak menyerah dengan kelemahan saya sendiri.
47 Kesulitan yang saya hadapi membuat saya patah semangat.
48
Saya orangnya tidak akan cepat merasa puas dengan apa yang saya
raih.
103
49 Saya merasa bingung dengan tujuan hidup saya.
50 Saya memiliki banyak teman dalam pergaulan saya.
51 Saya mudah merasakan apa yang dirasakan oleh teman saya.
52
Saya menyediakan waktu saya apabila ada teman yang ingin
bercerita tentang dirinya atau kesulitannya.
53 Saya tidak perlu memahami kehidupan teman saya.
54
Saya berkeberatan jika teman saya ingin bercerita tentang dirinya
atau kesulitannya karena akan menyita waktu saya saja.
55
Saya cenderung cuek atau tidak mau tahu dengan keadaan teman-
teman saya.
56 Saya perlu memahami pendapat teman saya.
57 Saya perlu memahami kehidupan teman saya.
58 Saya tidak mau tahu dengan pendapat teman saya.
59
Saya bersedia dengan senang hati untuk mau mendengarkan
teman yang akan berkeluh kesah.
60
Saya membantu teman-teman saya yang sedang mengalami
kesulitan.
61
Saya tidak mau tahu pada teman-teman yang sedang tertimpa
musibah.
62
Saya merasa capek dan enggan untuk mendengarkan teman saya
yang berkeluh kesah kepada saya.
63
Saya tidak mau memotong pembicaraan teman yang sedang
bercerita kepada saya.
64
Saya merasa keberatan apabila sebagian uang saku saya diberikan
pada orang lain yang mengalami musibah.
65 Saya terbuka kepada teman-teman dekat saya.
66 Saya dan teman-teman dekat saya berusaha untuk saling terbuka.
67
Saya merasa kesusahan dalam menggunakan bahasa yang jelas
dan mudah dimengerti orang lain.
68 Saya sulit untuk bisa menyimpan rahasia teman saya.
69
Saya berani bertanya pada teman yang berbicara dengan saya
apabila saya tidak mengerti apa yang dimaksudkannya.
70
Saya percaya pada teman-teman saya bahwa mereka tidak akan
membuka rahasia saya kepada orang lain.
104
71 Bagi saya, komunikasi dengan orang lain tidak penting.
72
Saya kurang percaya pada teman-teman saya bahwa mereka bisa
menjaga rahasia saya.
73
Saya belajar untuk memahami orang lain lewat komunikasi yang
jelas.
74
Saya harus menjaga kepercayaan yang telah diberikan teman-
teman kepada saya.
75 Saya menjaga rahasia teman yang terbuka kepada saya.
76
Saya berusaha berbicara dengan menggunakan bahasa yang jelas
dan mudah dimengerti.
77
Saya sulit terbuka kepada teman-teman saya meskipun itu teman
dekat saya.
78
Saya dan teman-teman dekat saya tidak saling terbuka satu sama
lainnya.
79
Saya lebih baik diam dan pura-pura tahu isi pembicaraan daripada
harus bertanya.
80
Saya kurang bisa menjaga kepercayaan yang telah diberikan
teman-teman kepada saya.
79 Pearson Correlation 0.356581453 valid
Sig. (1-tailed) 0.002582699
N 60
80 Pearson Correlation 0.581425497 valid
Sig. (1-tailed) 5.55739E-07
N 60
81 Pearson Correlation 0.033084694 gugur
Sig. (1-tailed) 0.400926132
N 60
82 Pearson Correlation 0.386498857 valid
Sig. (1-tailed) 0.001142992
N 60
83 Pearson Correlation 0.120952434 gugur
Sig. (1-tailed) 0.17863727
N 60
84 Pearson Correlation 0.292516565 gugur
Sig. (1-tailed) 0.011664105
N 60
85 Pearson Correlation 0.242654258 gugur
Sig. (1-tailed) 0.030875556
N 60
86 Pearson Correlation 0.68804102 valid
Sig. (1-tailed) 3.64255E-10
N 60
87 Pearson Correlation 0.714383944 valid
Sig. (1-tailed) 2.16244E-11
N 60
88 Pearson Correlation 0.636753132 valid
Sig. (1-tailed) 2.1463E-08
Correlations
Unsur mengenali emosi orang lain
N 60
89 Pearson Correlation 0.611584025 valid
Sig. (1-tailed) 1.03972E-07
N 60
90 Pearson Correlation 0.213467662 gugur
Sig. (1-tailed) 0.050745555
N 60
91 Pearson Correlation 0.528151859 valid
Sig. (1-tailed) 7.22342E-06
N 60
92 Pearson Correlation 0.642972003 valid
Sig. (1-tailed) 1.40569E-08
N 60
93 Pearson Correlation 0.497175877 valid
Sig. (1-tailed) 2.66038E-05
N 60
94 Pearson Correlation 0.593137777 valid
Sig. (1-tailed) 2.9655E-07
N 60
95 Pearson Correlation 0.710737785 valid
Sig. (1-tailed) 3.32737E-11
N 60
96 Pearson Correlation 0.473849808 valid
Sig. (1-tailed) 6.558E-05
N 60
97 Pearson Correlation 0.213831163 gugur
Sig. (1-tailed) 0.050448304
N 60
98 Pearson Correlation 0.668131356 valid
Sig. (1-tailed) 2.11908E-09
N 60
43 Pearson Correlation 0.478951895 valid
Sig. (1-tailed) 5.41331E-05
N 60
44 Pearson Correlation 0.447572288 valid
Sig. (1-tailed) 0.000168161
N 60
45 Pearson Correlation 0.183788638 gugur
Sig. (1-tailed) 0.079909658
N 60
46 Pearson Correlation 0.386167369 valid
Sig. (1-tailed) 0.001153847
N 60
47 Pearson Correlation 0.590699687 valid
Sig. (1-tailed) 3.38721E-07
N 60
48 Pearson Correlation 0.439760844 valid
Sig. (1-tailed) 0.000219316
N 60
49 Pearson Correlation 0.524369747 valid
Sig. (1-tailed) 8.52799E-06
N 60
50 Pearson Correlation 0.080286872 gugur
Sig. (1-tailed) 0.270996214
N 60
51 Pearson Correlation 0.250662835 gugur
Sig. (1-tailed) 0.02669549
N 60
52 Pearson Correlation 0.59913176 valid
Sig. (1-tailed) 2.12741E-07
Correlations
Unsur memotivasi diri sendiri
N 60
53 Pearson Correlation 0.188998213 gugur
Sig. (1-tailed) 0.0740538
N 60
54 Pearson Correlation 0.429383243 valid
Sig. (1-tailed) 0.0003091
N 60
55 Pearson Correlation 0.417144149 valid
Sig. (1-tailed) 0.000456959
N 60
56 Pearson Correlation 0.306319711 valid
Sig. (1-tailed) 0.00864788
N 60
57 Pearson Correlation 0.406720496 valid
Sig. (1-tailed) 0.000630282
N 60
58 Pearson Correlation 0.303585651 valid
Sig. (1-tailed) 0.009185721
N 60
59 Pearson Correlation 0.512426835 valid
Sig. (1-tailed) 1.42236E-05
N 60
60 Pearson Correlation 0.497722971 valid
Sig. (1-tailed) 2.60261E-05
N 60
61 Pearson Correlation 0.262143025 gugur
Sig. (1-tailed) 0.021517439
N 60
62 Pearson Correlation 0.473405364 valid
Sig. (1-tailed) 6.66755E-05
N 60
63 Pearson Correlation 0.454180235 valid
Sig. (1-tailed) 0.000133651
N 60
64 Pearson Correlation 0.413624478 valid
Sig. (1-tailed) 0.000509958
N 60
65 Pearson Correlation 0.49171116 valid
Sig. (1-tailed) 3.30591E-05
N 60
66 Pearson Correlation 0.174435452 gugur
Sig. (1-tailed) 0.091266953
N 60
67 Pearson Correlation 0.249345918 gugur
Sig. (1-tailed) 0.027349347
N 60
68 Pearson Correlation 0.423166973 valid
Sig. (1-tailed) 0.000377681
N 60
69 Pearson Correlation 0.574238738 valid
Sig. (1-tailed) 8.06767E-07
N 60
70 Pearson Correlation 0.437221959 valid
Sig. (1-tailed) 0.000238764
N 60
71 Pearson Correlation 0.356926151 valid
Sig. (1-tailed) 0.002559643
N 60
72 Pearson Correlation 0.292079741 gugur
Sig. (1-tailed) 0.012393736
N 59
73 Pearson Correlation 0.376329128 valid
Sig. (1-tailed) 0.001520857
N 60
74 Pearson Correlation 0.132291963 gugur
Sig. (1-tailed) 0.156820824
N 60
75 Pearson Correlation 0.509677704 valid
Sig. (1-tailed) 1.59583E-05
N 60
76 Pearson Correlation 0.522421848 valid
Sig. (1-tailed) 9.28219E-06
N 60
77 Pearson Correlation 0.20822366 gugur
Sig. (1-tailed) 0.055186546
N 60
78 Pearson Correlation 0.282924395 gugur
Sig. (1-tailed) 0.014248033
N 60
25 Pearson Correlation 0.435052108 valid
Sig. (1-tailed) 0.000256612
N 60
26 Pearson Correlation 0.428139788 valid
Sig. (1-tailed) 0.00032184
N 60
27 Pearson Correlation 0.516965092 valid
Sig. (1-tailed) 1.17372E-05
N 60
28 Pearson Correlation 0.145745171 gugur
Sig. (1-tailed) 0.133255224
N 60
29 Pearson Correlation 0.364744377 valid
Sig. (1-tailed) 0.002083126
N 60
30 Pearson Correlation 0.183516853 gugur
Sig. (1-tailed) 0.080224255
N 60
31 Pearson Correlation 0.401360026 valid
Sig. (1-tailed) 0.000740688
N 60
32 Pearson Correlation 0.405648451 valid
Sig. (1-tailed) 0.000651099
N 60
33 Pearson Correlation 0.274032297 gugur
Sig. (1-tailed) 0.017056443
N 60
34 Pearson Correlation 0.395824796 valid
Sig. (1-tailed) 0.000872607
Correlations
Unsur mengelola emosi
N 60
35 Pearson Correlation 0.367994153 valid
Sig. (1-tailed) 0.001909339
N 60
36 Pearson Correlation 0.36082282 valid
Sig. (1-tailed) 0.002311332
N 60
37 Pearson Correlation 0.174562765 gugur
Sig. (1-tailed) 0.091104924
N 60
38 Pearson Correlation 0.588368391 valid
Sig. (1-tailed) 3.84214E-07
N 60
39 Pearson Correlation 0.471100512 valid
Sig. (1-tailed) 7.26311E-05
N 60
40 Pearson Correlation 0.229814732 gugur
Sig. (1-tailed) 0.038662979
N 60
41 Pearson Correlation 0.470096161 valid
Sig. (1-tailed) 7.53756E-05
N 60
42 Pearson Correlation 0.549574316 valid
Sig. (1-tailed) 2.71464E-06
N 60
1 Pearson Correlation -0.003072985 gugur
Sig. (1-tailed) 0.490704466
N 60
2 Pearson Correlation 0.013230384 gugur
Sig. (1-tailed) 0.460040913
N 60
3 Pearson Correlation 0.02538489 gugur
Sig. (1-tailed) 0.423665431
N 60
4 Pearson Correlation 0.190748578 gugur
Sig. (1-tailed) 0.072159773
N 60
5 Pearson Correlation 0.173793115 gugur
Sig. (1-tailed) 0.092087615
N 60
6 Pearson Correlation 0.143335229 gugur
Sig. (1-tailed) 0.137291846
N 60
7 Pearson Correlation 0.589334024 valid
Sig. (1-tailed) 3.6472E-07
N 60
8 Pearson Correlation 0.349441551 valid
Sig. (1-tailed) 0.003103156
N 60
9 Pearson Correlation 0.318565759 valid
Sig. (1-tailed) 0.006556363
N 60
10 Pearson Correlation 0.326082402 valid
Sig. (1-tailed) 0.005501512
N 60
11 Pearson Correlation 0.596968451 valid
Sig. (1-tailed) 2.40046E-07
N 60
12 Pearson Correlation 0.12124026 gugur
Sig. (1-tailed) 0.178061512
N 60
13 Pearson Correlation 0.370788636 valid
Sig. (1-tailed) 0.001770289
N 60
14 Pearson Correlation 0.451528856 valid
Sig. (1-tailed) 0.000146636
N 60
Correlation
Unsur mengenali emosi diri
15 Pearson Correlation 0.438293086 valid
Sig. (1-tailed) 0.000230376
N 60
16 Pearson Correlation 0.614296824 valid
. Sig. (1-tailed) 8.85062E-08
N 60
17 Pearson Correlation 0.340013118 valid
Sig. (1-tailed) 0.003929973
N 60
18 Pearson Correlation 0.351389035 valid
Sig. (1-tailed) 0.002952792
N 60
19 Pearson Correlation 0.297543546 gugur
Sig. (1-tailed) 0.010476182
N 60
20 Pearson Correlation 0.136052631 gugur
Sig. (1-tailed) 0.149979954
N 60
21 Pearson Correlation 0.391450734 valid
Sig. (1-tailed) 0.000991332
N 60
22 Pearson Correlation 0.311171338 valid
Sig. (1-tailed) 0.007759555
N 60
23 Pearson Correlation 0.409992112 valid
Sig. (1-tailed) 0.000570402
N 60
24 Pearson Correlation 0.427073961 valid
Sig. (1-tailed) 0.000333136
N 60
116
Subjek
1 166 161 27556 25921 26726
2 160 166 25600 27556 26560
3 156 170 24336 28900 26520
4 159 162 25281 26244 25758
5 170 182 28900 33124 30940
6 187 168 34969 28224 31416
7 184 193 33856 37249 35512
8 151 151 22801 22801 22801
9 171 158 29241 24964 27018
10 170 193 28900 37249 32810
11 173 172 29929 29584 29756
12 148 146 21904 21316 21608
13 171 180 29241 32400 30780
14 177 179 31329 32041 31683
15 201 201 40401 40401 40401
16 173 178 29929 31684 30794
17 172 167 29584 27889 28724
18 148 149 21904 22201 22052
19 158 161 24964 25921 25438
20 164 153 26896 23409 25092
21 181 173 32761 29929 31313
22 187 193 34969 37249 36091
23 178 171 31684 29241 30438
24 187 192 34969 36864 35904
25 138 144 19044 20736 19872
26 168 187 28224 34969 31416
27 180 169 32400 28561 30420
28 166 162 27556 26244 26892
29 151 160 22801 25600 24160
30 165 172 27225 29584 28380
31 155 160 24025 25600 24800
32 175 169 30625 28561 29575
33 122 121 14884 14641 14762
34 179 169 32041 28561 30251
35 186 183 34596 33489 34038
36 153 165 23409 27225 25245
37 158 159 24964 25281 25122
38 165 166 27225 27556 27390
39 137 137 18769 18769 18769
40 168 189 28224 35721 31752
41 188 181 35344 32761 34028
42 147 163 21609 26569 23961
43 158 176 24964 30976 27808
Uji Reliabilitas Genap - Ganjil
Ganjil (X) Genap (Y) X2 Y2 XY
116
44 172 166 29584 27556 28552
45 179 171 32041 29241 30609
46 154 159 23716 25281 24486
47 156 149 24336 22201 23244
48 164 170 26896 28900 27880
49 153 161 23409 25921 24633
50 171 181 29241 32761 30951
51 172 171 29584 29241 29412
52 178 181 31684 32761 32218
53 180 175 32400 30625 31500
54 163 168 26569 28224 27384
55 163 165 26569 27225 26895
56 158 158 24964 24964 24964
57 196 194 38416 37636 38024
58 146 151 21316 22801 22046
59 153 151 23409 22801 23103
60 148 146 21904 21316 21608
∑X =
9957
∑Y =
10068
∑X
2
=
1665871
∑Y
2
=
1703220
∑XY =
1682285
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 2 3 4 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4
2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 4 2 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 4 3 4
3 3 4 4 4 4 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 1 3 4 4 3 3 4 4 3 3
4 4 3 4 3 4 2 4 3 3 3 2 1 3 3 4 2 3 4 3 2 4 4 2 2 4 3 4
5 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 2 3 4 2 3 3 4 3 3
6 2 4 4 3 4 2 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 3 2 4 4 4 3 3 3 2 2
7 3 3 3 3 3 1 4 2 4 3 3 3 4 2 3 2 3 3 4 4 4 4 2 3 4 4 3
8 3 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4
9 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 2 3 1 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 2
10 4 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 4 4 4 3 2 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4
11 2 4 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 2 3 2 2 4 4 3 3 3 4 3 2
12 4 4 3 4 4 4 4 1 3 2 4 4 4 1 2 1 2 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4
13 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
14 3 4 4 3 3 2 3 2 3 4 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 4 3 3
15 4 3 3 3 3 2 3 2 4 3 4 2 3 3 4 4 3 3 2 3 4 3 3 2 4 4 3
16 4 2 4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3
17 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 1 3 3 2 3 2
18 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 1 4 3 4
19 3 3 4 2 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3
20 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4
21 3 3 4 3 3 3 3 2 4 2 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3
22 2 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
23 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 4 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2
24 4 2 3 1 2 3 3 1 4 2 2 2 4 2 2 2 1 1 2 2 4 1 2 2 3 3 2
25 3 3 1 2 3 4 3 2 4 3 2 4 3 3 4 4 2 2 4 1 2 4 4 4 3 4 1
26 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2
27 3 3 4 3 3 1 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 1 4 3 4 3 3 2 3 3 4
28 2 2 4 3 2 3 3 2 3 4 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 4 3 3 2 4 3 3
TABULASI DATA PENELITIAN SISWA KELAS VIII STELLA DUCE I YOGYAKARTA
29 3 3 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 4 2 3 3 4 4 3 1 4 3 4 3 3 3 2
30 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 2 2 2 3 1 2 4 3 2 4 4 3 3 2
31 2 3 4 4 3 3 4 2 2 3 3 3 4 3 3 1 4 1 2 4 4 3 4 4 4 3 2
32 2 4 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 4 2 3 3 3 3 4 4 3
33 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
34 2 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 2 2 4 2 3 3 4 2 4 3 3 3 2
35 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 2 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3
36 1 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3
37 3 3 4 3 4 2 3 3 4 3 2 1 4 3 4 4 3 4 2 3 4 1 4 2 3 3 3
38 2 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 3 4 3 3 3 4 1 3 4 4 2 4 4 4 4 2
39 3 2 4 3 2 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 4 2
40 2 4 2 3 4 3 3 2 4 3 2 4 4 1 2 2 3 2 3 4 3 3 3 4 3 3 2
41 4 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3
42 3 3 3 3 4 3 4 3 4 2 3 4 4 3 3 3 4 2 4 4 3 4 2 4 3 3 1
43 3 1 3 3 3 4 4 2 4 4 3 3 4 3 2 3 3 3 1 4 4 4 4 4 4 3 1
44 4 2 4 3 4 3 3 2 4 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 2 3 3 3 3 3
45 2 4 4 4 3 4 3 1 4 3 2 1 3 1 3 2 4 1 4 3 4 4 4 4 4 3 4
46 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 4 2 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 4 1 3
47 3 3 1 4 3 2 3 2 4 2 2 2 4 2 2 1 2 1 4 1 3 3 3 1 3 3 2
48 4 3 3 3 4 2 3 3 4 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 1 2 3 2 3 3 4
49 3 3 3 1 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 1 4 4 1 4 4 3 2 1
50 2 3 4 3 4 3 4 2 3 2 3 3 4 2 2 3 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 3
Total 139 157 162 148 156 139 161 120 167 152 145 136 185 134 143 131 158 125 143 155 180 144 164 151 175 156 138
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 2 4 3 4 3 2 4 2 3 4 4 4
3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 1 3 4 3 3 4 4 3 2 3 4 4 4
2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
4 2 4 2 1 3 4 3 1 2 2 2 3 1 2 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
2 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 3 3 4 2 3 4 3 3 3 3 4 1 3 2 3 3
3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 3
3 4 2 3 2 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 2 2 3 4 4
3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 3 4 2 3 3 3 3 4 4
2 4 4 2 3 3 3 3 4 4 2 3 3 2 2 4 4 4 3 2 4 2 4 4 3 2 3 2
3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 4 4 3
4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 3 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4
3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 3 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3
3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 4 3
3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 2 3 3 2 2 1 3 3 4 4
1 3 2 4 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4
2 2 3 3 2 4 4 4 1 2 4 4 2 3 4 4 4 4 4 2 4 2 4 3 4 3 4 4
4 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 2 2 4 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 4 3 4
3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 2 4 4 3 4 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4
3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3
2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4
3 3 2 3 2 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2
3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 2 2 2 4 2 3 2 2 3
1 3 2 2 1 4 4 2 3 2 2 2 1 2 3 4 3 4 4 2 1 2 4 4 1 3 2 2
2 2 1 3 2 4 2 2 3 4 4 1 3 4 3 1 2 3 4 2 2 1 4 3 3 2 3 3
2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
3 2 3 4 1 4 4 3 2 3 3 4 4 3 2 4 1 2 3 3 4 1 4 1 3 3 4 3
3 4 3 3 2 4 4 3 2 3 3 2 3 2 4 3 4 4 2 4 2 2 3 1 1 1 2 2
2 2 2 2 3 4 4 4 3 3 4 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3
3 3 2 2 3 3 4 2 1 3 4 3 2 2 4 3 4 3 4 4 3 3 2 2 2 4 4 4
3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3
2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 1 3 2 2 3 3 3
2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 2 4 2 3 4 4 4
3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 4 3 2 2 3 3 3
3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 2 4 3 4 3 3 2 3 3 3
2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 1 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 2 3 4 4 1 3 4 3 4 2 3 2 3 4 3 4 4 3 1 4 4 3 3 1 2 3
1 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3
1 2 3 4 3 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3
2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 3 4 3 2 3 4 4 3 4 4 4 4
1 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3
3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4
3 4 2 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4
3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 4 4 2 2 3 4 4 3 3 3 3 4 2 2 3 4 4 4
1 2 2 3 3 3 4 2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 1 4 3 2 2 3 3
4 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3
1 4 4 2 1 4 4 3 3 3 4 2 1 1 3 2 2 4 2 2 2 2 3 1 1 1 1 1
3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4
126 156 144 154 139 173 183 155 152 153 159 151 142 150 163 156 154 180 160 157 142 136 169 127 139 150 162 164
56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 Total
4 4 4 4 3 4 3 2 3 4 4 2 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 273
4 3 4 4 4 4 4 1 1 4 4 2 2 2 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 252
3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 249
2 2 3 2 2 3 3 3 1 2 2 3 4 4 2 2 1 3 3 4 3 1 2 3 3 217
2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 237
4 3 3 1 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 267
3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 2 4 246
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 264
4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 2 1 3 2 1 2 3 3 2 4 4 4 4 3 240
3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 1 3 3 3 3 4 4 3 2 2 3 238
3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 259
4 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 286
3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 228
3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 258
3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 3 243
3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 256
4 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 252
3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 2 4 4 3 4 248
3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 272
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 4 4 3 3 3 4 260
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 4 283
2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 215
3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 230
2 2 2 1 3 3 1 2 2 2 1 4 3 3 2 3 2 1 2 4 1 2 3 2 2 187
4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 3 1 3 2 4 3 4 4 2 2 2 4 4 2 232
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 230
2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 244
2 2 2 2 2 2 1 3 3 1 2 3 3 3 2 4 2 2 3 2 2 1 2 2 3 207
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 226
3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 238
3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 2 4 2 3 4 4 3 3 2 3 3 252
3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 233
2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 216
2 2 3 3 2 4 3 4 2 3 3 3 3 2 1 4 1 4 3 3 3 2 3 3 3 226
2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 1 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 270
2 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 217
3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 3 3 3 3 4 3 1 3 3 4 3 255
4 4 4 4 4 4 4 1 3 1 3 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 4 274
2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 4 1 3 3 3 4 3 3 4 2 242
3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 224
3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 237
4 4 3 4 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 2 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 270
4 3 1 2 3 3 2 4 4 3 2 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 261
3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 4 2 3 4 3 3 2 3 4 2 250
3 2 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 2 4 2 2 4 4 4 3 3 4 4 265
2 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 2 4 3 2 4 4 1 3 3 3 3 4 2 3 241
3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 4 1 3 1 3 3 3 3 1 3 4 1 211
4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 232
1 2 3 1 1 2 2 3 1 3 2 3 3 2 1 3 1 3 4 3 3 1 3 2 2 202
4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 281
149 147 161 149 148 165 151 140 153 155 155 145 157 158 129 173 131 147 168 160 161 152 167 161 154 12196
133
DAFTAR KUALIFIKASI KECERDASAN EMOSIONAL
YANG DIPEROLEH PARA SISWA KELAS VIII
Subjek Skor yang Diperoleh Kualifikasi
1 273 Tinggi
2 252 Cukup
3 249 Cukup
4 217 Cukup
5 237 Cukup
6 267 Tinggi
7 246 Cukup
8 264 Tinggi
9 240 Cukup
10 238 Cukup
11 259 Tinggi
12 286 Tinggi
13 228 Cukup
14 258 Tinggi
15 243 Cukup
16 256 Tinggi
17 252 Cukup
18 248 Cukup
19 272 Tinggi
20 260 Tinggi
21 283 Tinggi
22 215 Cukup
23 230 Cukup
24 187 Rendah
25 232 Cukup
26 230 Cukup
134
27 244 Cukup
28 207 Cukup
29 226 Cukup
30 238 Cukup
31 252 Cukup
32 233 Cukup
33 216 Cukup
34 226 Cukup
35 270 Tinggi
36 217 Cukup
37 255 Cukup
38 274 Tinggi
39 242 Cukup
40 224 Cukup
41 237 Cukup
42 270 Tinggi
43 261 Tinggi
44 250 Cukup
45 265 Tinggi
46 241 Cukup
47 211 Cukup
48 232 Cukup
49 202 Rendah
50 281 Tinggi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 22 23 24 25 26 27 28
1 1 4 1 3 4 4 3 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 1 3 3 2 4 2 3 3 1 1
2 2 2 4 3 3 3 4 2 2 2 2 4 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3
3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 4 1 4 2 3 4 3 3 3 1 1
4 2 4 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3
5 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 4 3 4 3 3 4
6 3 4 4 3 4 4 3 2 2 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 3
7 2 2 4 3 3 2 3 2 3 4 3 2 3 1 3 2 3 4 4 3 2 2 4 4 3 3 2
8 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 2 2 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 1
9 2 2 3 3 2 3 4 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 2 3 3 3 3 4 4 3 3
10 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3
11 1 3 4 2 2 2 3 2 2 3 1 2 4 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 2
12 1 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 4 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2
13 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 2
14 4 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 4 4 3 3
15 2 4 3 2 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 3 3
16 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
17 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3
18 2 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 2 2 2 3 4 4 3 3 4 4 3 2
19 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 2 3
20 2 2 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 3 3
21 2 3 4 2 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 2
22 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3
23 3 4 4 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4 2 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
24 3 4 4 2 4 2 4 1 3 2 3 3 4 4 2 3 4 1 3 4 4 4 3 4 4 2 3
25 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 1 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 2
26 2 3 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 4 1 1 1 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2
27 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3
28 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 2 3
TABULASI DATA PENELITIAN SISWI KELAS VIII STELLA DUCE I YOGYAKARTA
29 2 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 4 3 2 3 2 4 3 3 3 4 4 3 2 3
30 3 1 1 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3
31 2 2 2 3 4 2 4 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 1 4 4 2 3 4 3 4 4 1
32 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 2
33 3 2 4 3 2 1 4 2 4 3 2 2 4 2 4 1 4 2 2 3 2 3 3 3 4 3 3
34 3 4 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2
35 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 1 2 4 2 2 1 4 4 4 2 2 3 3 3 3 3 3
36 3 2 4 3 4 3 4 2 2 2 3 1 4 3 2 2 3 2 4 4 3 3 4 4 4 4 3
37 4 2 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 1 4 1 4 4 3 3 3 4 4 3 4
38 2 4 4 2 4 3 3 3 3 4 3 2 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4
39 3 4 3 4 3 1 3 4 4 2 1 1 3 4 4 2 4 2 4 3 2 3 4 4 3 4 4
40 3 3 1 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 1 3 4 4 3 3 3 4 2 2 3 2
41 3 3 3 3 2 2 3 1 3 3 3 3 4 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2
42 3 3 1 2 2 2 2 4 3 4 3 2 4 4 3 2 3 3 3 2 3 2 4 4 3 4 3
43 2 3 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 4 3 2 3 4 2 3 3 3 4 2 3 3 3 2
44 2 3 2 3 3 3 2 1 2 3 3 2 3 2 2 2 3 4 3 2 3 2 3 4 4 3 3
45 2 4 1 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3
46 3 2 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 2 2 3 1 4 3 3 3 2 1 2 4 2
47 3 3 3 4 4 2 4 3 4 2 2 4 4 3 3 3 4 1 4 4 4 4 3 3 3 3 2
48 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 2 1 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 2
49 2 3 4 3 2 2 4 3 4 4 4 2 4 3 3 2 2 2 4 4 3 4 2 4 2 4 3
50 3 2 4 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3
Total 128 152 158 143 153 134 161 125 151 153 139 129 184 139 137 113 160 119 165 157 142 159 158 169 163 148 130
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
4 3 2 2 4 4 3 4 2 3 3 3 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3
3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 4 4 3 3
3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4
3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 3 4 4 3 3
3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4
2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3
3 2 2 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 2 3 4 4 4 3
2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 4 4 3 3
3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3 3 3 4 4 4 3
3 4 3 3 3 4 2 3 2 3 3 2 2 4 4 4 4 4 3 3 2 4 2 3 3 4 3 3
3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 2 4 3 4 3 3
2 3 4 2 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 2 3 1 3 3 3 3 4 4 4 2 4 3
3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 2 3 3 4 2
2 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 2 4 3 3 4 4 4 4
4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3
3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 3
3 2 2 3 3 4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 4 3
4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4
3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3
4 4 4 3 4 4 3 2 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4
4 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3
3 2 3 2 4 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 4 3 3
3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3
4 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3
TABULASI DATA PENELITIAN SISWI KELAS VIII STELLA DUCE I YOGYAKARTA
3 3 2 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3
3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 4 1 3 3 3 3 4 4 3 3
4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 4 4 2 3 3 4 2 4 4 4 3 3
3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
3 3 4 1 3 3 2 2 3 2 4 2 2 2 3 3 4 3 3 3 1 3 2 3 4 4 4 3
4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3
2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 1 3 3 3 2 3 2 2
3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 2 3 3 4 2 4 3 3 2 3 4 2 3 3 4 4 4
2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 1 3 3 2 4 4 3 2 2 2 4 2 3 3 3 3 3
3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 2 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3
4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4
4 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 2 2 3 4 4 4 4 3
4 3 3 4 3 4 2 2 2 4 4 2 2 2 4 3 4 3 3 2 1 3 4 4 4 4 4 3
4 4 4 4 4 4 2 3 2 4 2 4 3 4 1 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4
3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 2 3 3 4 3 3
3 2 2 3 1 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 4 4 3
4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 2 3 3 3 4 2 2 4 3 3 3
3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 2 4 4 3
3 2 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 1 4 4 4 4 4 4 4
4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 3 4 2 2 4 3 3 2 4 3 3 2 3 2 4 4 3 4 3 2 3 2 3 3 4 4 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
158 159 153 150 177 183 153 144 148 160 163 135 150 155 166 164 181 154 164 141 134 164 140 166 178 189 178 157
57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 Total
3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 3 4 2 3 2 4 4 4 4 3 4 4 4 255
3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 2 3 240
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 4 3 3 3 4 273
3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 245
4 4 4 4 3 4 3 4 2 2 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 2 3 4 4 271
4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 2 3 3 4 4 2 4 3 3 3 4 4 4 273
2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 243
3 4 3 3 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 242
3 3 4 3 3 4 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 225
3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 253
3 4 3 2 3 2 3 2 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 239
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 227
3 3 4 3 2 3 2 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 263
3 4 3 4 4 2 2 4 3 2 2 3 2 3 4 2 2 4 4 3 4 1 4 4 243
3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 263
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 234
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 2 3 1 2 3 3 3 3 3 4 3 3 227
4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 270
3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 278
3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 274
3 4 4 4 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 238
4 4 4 3 4 4 2 3 2 2 4 4 3 2 4 1 3 4 4 4 2 2 4 4 255
2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 244
4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 2 2 4 2 4 2 3 4 3 4 1 2 4 2 265
2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 241
2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 210
3 4 3 3 4 2 3 4 2 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 4 4 250
3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 1 4 4 264
TABULASI DATA PENELITIAN SISWI KELAS VIII STELLA DUCE I YOGYAKARTA
3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 254
3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 225
4 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 255
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4 2 2 3 3 241
4 4 4 3 1 4 2 2 1 1 4 4 4 1 3 1 3 4 4 3 1 3 4 4 226
3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 1 4 4 268
2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 4 3 4 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 209
3 4 4 3 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 261
3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 1 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 240
3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 4 4 4 250
3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 277
3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 4 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 248
3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 243
3 4 3 3 4 4 2 4 4 3 2 4 4 2 4 3 2 3 3 2 3 2 3 4 252
3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 2 4 2 4 4 3 4 2 3 4 3 251
3 4 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 222
3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 244
3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 259
4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 4 1 4 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 3 266
4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 1 4 4 4 3 4 4 4 3 285
2 2 3 2 3 4 1 3 3 4 2 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 243
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 236
153 172 166 154 164 171 136 160 154 161 156 158 164 143 183 141 155 180 171 160 152 162 174 173 12460
125
DAFTAR KUALIFIKASI KECERDASAN EMOSIONAL
YANG DIPEROLEH PARA SISWI KELAS VIII
Subjek Skor yang Diperoleh Kualifikasi
1 255 Cukup
2 240 Cukup
3 273 Tinggi
4 245 Cukup
5 271 Tinggi
6 273 Tinggi
7 243 Cukup
8 242 Cukup
9 225 Cukup
10 253 Cukup
11 239 Cukup
12 227 Cukup
13 263 Tinggi
14 243 Cukup
15 263 Tinggi
16 234 Cukup
17 227 Cukup
18 270 Tinggi
19 278 Tinggi
20 274 Tinggi
21 238 Cukup
22 255 Cukup
23 244 Cukup
24 265 Tinggi
25 241 Cukup
26 210 Cukup
126
27 250 Cukup
28 264 Tinggi
29 254 Cukup
30 225 Cukup
31 255 Cukup
32 241 Cukup
33 226 Cukup
34 268 Tinggi
35 209 Cukup
36 261 Tinggi
37 240 Cukup
38 250 Cukup
39 277 Tinggi
40 248 Cukup
41 243 Cukup
42 252 Cukup
43 251 Cukup
44 222 Cukup
45 244 Cukup
46 259 Tinggi
47 266 Tinggi
48 285 Tinggi
49 243 Cukup
50 236 Cukup
Siswi Putri X X
2
Siswa Putra Y Y
2
1 255 65025 1 273 74529
2 240 57600 2 252 63504
3 273 74529 3 249 62001
4 245 60025 4 217 47089
5 271 73441 5 237 56169
6 273 74529 6 267 71289
7 243 59049 7 246 60516
8 242 58564 8 264 69696
9 225 50625 9 240 57600
10 253 64009 10 238 56644
11 239 57121 11 259 67081
12 227 51529 12 286 81796
13 263 69169 13 228 51984
14 243 59049 14 258 66564
15 263 69169 15 243 59049
16 234 54756 16 256 65536
17 227 51529 17 252 63504
18 270 72900 18 248 61504
19 278 77284 19 272 73984
20 274 75076 20 260 67600
21 238 56644 21 283 80089
22 255 65025 22 215 46225
23 244 59536 23 230 52900
24 265 70225 24 187 34969
25 241 58081 25 232 53824
26 210 44100 26 230 52900
27 250 62500 27 244 59536
28 264 69696 28 207 42849
29 254 64516 29 226 51076
30 225 50625 30 238 56644
31 255 65025 31 252 63504
32 241 58081 32 233 54289
33 226 51076 33 216 46656
34 268 71824 34 226 51076
35 209 43681 35 270 72900
36 261 68121 36 217 47089
37 240 57600 37 255 65025
38 250 62500 38 274 75076
39 277 76729 39 242 58564
40 248 61504 40 224 50176
41 243 59049 41 237 56169
42 252 63504 42 270 72900
43 251 63001 43 261 68121
TABEL UJI BEDA PARA SISWI DAN SISWA KELAS VIII
SMP STELLA DUCE I YOGYAKARTA
44 222 49284 44 250 62500
45 244 59536 45 265 70225
46 259 67081 46 241 58081
47 266 70756 47 211 44521
48 285 81225 48 232 53824
49 243 59049 49 202 40804
50 236 55696 50 281 78961
Jumlah 12460 3120248 Jumlah 12196 2999112
TABEL UJI BEDA PARA SISWI DAN SISWA KELAS VIII
SMP STELLA DUCE I YOGYAKARTA
137
12460
=
50
= 249,2
x
Nx
= Mx
My =
y
Ny
=
12196
50
= 243,9
2
S =
1
N
√ NX
2
(X)
2
S =
50
√ 50.3120248 (12460)
2
S
=
1
1
50
√ 156012400 155251600
S =
1
50
√ 760800
S =
1
50
872,24
S = 17,44
UJI BEDA KECERDASAN EMOSIONAL PARA
SISWA DAN SISWI SMP STELLA DUCE I
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007
N = 100 x = 12460 y = 12196
Nx = 50 x
2
= 3120248 y
2
= 2999112
Ny = 50
138
Sy
=
1
50
√ 50. 2999112 (12196)
2
Sy =
1
50
√ 149955600 148742416
Sy =
1
50
√ 1213184
Sy =
1
50
1101,45
Sy =
22,03
SM =
S
√ N 1
SMx
17,44
=
√ 50 1
=
17,44
√ 49
=
17,44
7
=
2,49
SMx
2
=
6,20
SMy
=
22,03
√ 50 1
=
22,03
√ 49
=
22,03
7
=
3,15
SMy
2
=
9,92
SDbm
=
√ SMx
2
Smy
2
=
=
=
√ 6,20 9,92
√ 16,12
4,01
1
139
t =
Mx My
SDbm
=
=
=
249,2 243,92
4,01
5,28
4,01
1.32
db =
=
=
=
(Na 1) (Nb 1)
(50 1) (50 1)
49 49
98
140
GRADASI SKOR YANG DIPEROLEH TIAP ITEM
PARA SISWA DAN SISWI KELAS VIII
No
item
Skor Peringkat
1. 267 75
2. 309 44
3. 320 26
4. 291 60
5. 309 43
6. 273 70
7. 322 23
8. 245 78
9. 318 32
10. 305 49
11. 284 64
12. 265 76
13. 369 1
14. 273 69
15. 280 66
16. 244 80
17. 318 31
18. 244 79
19. 308 46
20. 312 40
21. 344 9
22. 286 63
23. 323 19
24. 309 42
25. 344 8
26. 319 28
27. 286 62
28. 256 77
29. 314 38
30. 303 52
31. 307 47
32. 289 61
33. 350 6
34. 366 2
35. 308 45
36. 296 59
37. 301 56
38. 319 27
39. 314 37
40. 277 67
141
41. 300 58
42. 318 30
43. 322 22
44. 318 29
45. 361 3
46. 314 36
47. 321 25
48. 283 65
49. 270 73
50. 333 13
51. 267 74
52. 305 50
53. 328 17
54. 351 5
55. 342 10
56. 306 48
57. 300 57
58. 333 12
59. 315 35
60. 302 53
61. 329 16
62. 322 21
63. 276 68
64. 313 39
65. 309 41
66. 316 33
67. 301 55
68. 315 34
69. 322 20
70. 272 72
71. 356 4
72. 272 71
73. 302 54
74. 348 7
75. 331 14
76. 321 24
77. 304 51
78. 329 15
79. 335 11
80. 327 18
142
20 GRADASI SKOR MULAI DARI YANG PALING RENDAH
Peringkat Skor Nomor Item
1 244 16
2 244 18
3 245 8
4 256 28
5 265 12
6 267 1
7 267 51
8 270 49
9 272 70
10 272 72
11 273 6
12 273 14
13 276 63
14 277 40
15 280 15
16 283 48
17 284 11
18 286 22
19 286 27
20 289 32