Upload
dangxuyen
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DESKRIPSI PERCAKAPAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWADENGAN METODE SOCRATES DALAM
PENDEKATAN SAINTIFIK(Penelitian Kualitatif Deskriptif pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1
Natar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)
(Skripsi)
Oleh
JULIA SEKAR MENTARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
DESKRIPSI PERCAKAPAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWADENGAN METODE SOCRATES DALAM
PENDEKATAN SAINTIFIK(Penelitian Kualitatif Deskriptif pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1
Natar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Julia Sekar Mentari
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan percakapan representasi matematis
siswa pada pembelajaran dengan menggunakan metode Socrates dalam pende-
katan saintifik. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 1
Natar semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Data penelitian ini merupakan
data kualitatif tentang deskripsi percakapan representasi matematis siswa yang
diperoleh melalui catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data
dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa perca-
kapan representasi matematis yang muncul: (a) sebagian besar diawali dengan
pertanyaan Socrates yang diajukan oleh guru dengan tipe pertanyaan: klarifikasi,
asumsi-asumsi dan bukti penyelidikan, serta alasan-alasan dan bukti penyelidikan,
(b) memunculkan indikator kemampuan representasi matematis siswa yang
Julia Sekar Mentari
ditetapkan dalam penelitian, dan (c) pada kelompok siswa berkemam-puan
matematis tinggi dan sedang berjalan dengan lancar dan membutuhkan waktu
yang lebih lama daripada kelompok siswa berkemampuan matematis rendah,
namun pada kelompok siswa berkemampuan matematis rendah percakapan belum
berjalan lancar.
Kata kunci: pendekatan saintifik, percakapan representasi matematis, Socrates
DESKRIPSI PERCAKAPAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA
DENGAN METODE SOCRATES DALAM
PENDEKATAN SAINTIFIK
(Penelitian Kualitatif Deskriptif pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1
Natar Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Julia Sekar Mentari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kecamatan Gumawang, Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur, Sumatera Selatan pada tanggal 5 Juli 1995. Penulis merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara pasangan Bapak Anang Setiawan dan Ibu Ida Suriyani, S.E..
Penulis memiliki seorang kakak yang bernama Tazkia Tirta Victorya, S.Pd. Gr.
dan seorang adik yang bernama Muhammad Rama Dharmawan.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Imam Bonjol
Gumawang pada tahun 2001, pendidikan dasar di SD Negeri 3 Gumawang pada
tahun 2007, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Belitang pada tahun
2010, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Belitang pada tahun 2013.
Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui
jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan
mengambil Program Studi Pendidikan Matematika.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)
pada tahun 2016 di Desa Karang Sari, Kecamatan Padang Ratu, dan menjalani
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Padang Ratu, Kabupaten
Lampung Tengah. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif dalam
organisasi tingkat jurusan MEDFU (Mathematic Education Forum Ukhuwah)
sebagai sekretaris divisi pengembangan pada periode 2015/2016.
MOTTO
Today is the beginning of my new life
I am starting over today
All good thing are coming to me
I am grateful to be alive
I see beauty all around me
I live with passion and purpose
I take time to laugh and play everyday
I am awake, energized, and alive
I focus on all good things in life
And give thanks for every one of them
I am at peace and one of everything
I feel the love, the joy, and the abundance
I am free to be my self
I am magnificence in human form
I am the perfection of life
I am so grateful to be
Me
(Rhonda Byrne – The Secret)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil aalamiin...
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dankarunia kepada hamba NyaSholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah RasulullohMuhammad SAW
Dengan segala kerendahan hati dan memohon ridho Allah SWT,Kupersembahkan karya ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku kepada
Mami dan Papi..Yang senantiasa mendoakan serta mengharapkan kebahagiaan Iyi,Yang senantiasa penuh kasih sayang memberikan dukungan kepada Mentari,Yang senantiasa memberikan semangat kepada Kakak,Yang selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.Kakak sayang Mami sama Papi..
Ayuk dan Adek..Yang selalu berbagi keceriaan untuk Kakak,Yang selalu menjadi tempat bercerita semua kebahagiaan dan keluh kesah Kakak,Selalu dan selamanya akan menjadi kebanggaan memiliki ayuk dan adek sepertikalian.
Semua Keluarga ku..Terimakasih atas semua doa dan dukungan kepada Iyi selama ini.
Sahabat dan Teman-teman..
Almamater Tercinta.
SANWACANA
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang
akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi
uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Deskripsi Percakapan Representasi Matematis Siswa
dengan Metode Socrates dalam Pendekatan Saintifik (Penelitian Kualitatif
deskriptif pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Natar Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2016/2017)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Mami (Ida Suriyani, S.E.) dan Papi (Anang Setiawan) atas segala doa,
dukungan, kesabaran, perhatian, dan cinta yang tiada henti tercurah untukku.
2. Ayuk (Tazkia Tirta Victorya, S.Pd., Gr.) dan Adek (Muhammad Rama
Dharmawan) atas semangat, doa, kebahagiaan, serta keceriaan yang ka-lian
bagi untuk kakak.
ii
3. Keluarga besar Bude Indah Kurniasih, S.Pd, Mbak Gita, Mbak Anggi, Mas
Yogi, Mas Inno dan Mbak Resti atas doa dan dukungan serta semangat yang
telah diberikan selama ini.
4. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I sekaligus dosen
Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing, memberikan saran, perhatian, sumbangan pemikiran, motivasi
dan semangat selama proses perkuliahan, penyusunan skripsi sehingga skripsi
ini menjadi lebih baik. Terimakasih telah memberikan kesempatan untuk
terlibat dan ikut serta dalam penelitian kualitatif ini.
5. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan
pemikiran, kritik, dan saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini,
serta memberikan kesempatan dan pengalaman kepada penulis untuk menjadi
asisten dosen pada mata kuliah PB TIK.
6. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendi-dikan
Matematika serta pembahas atas kesediaan memberikan bimbingan, kritik
serta saran dalam memperbaiki penulisan skripsi ini.
7. Ibu Eni Wulandari, S.Pd. selaku guru mitra dan seluruh perangkat sekolah
serta staf SMP Negeri 1 Natar yang telah memberikan kemudahan selama
penelitian.
8. Siswa/siswi kelas VII B SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2016/2017, atas
perhatian dan kerjasama yang telah terjalin selama penelitian ini.
9. Seluruh Dosen Pendidikan Matematika Universitas Lampung yang telah
memberikan bekal ilmu, motivasi, serta dukungan kepada penulis selama ini.
iii
10. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. untuk segala dukungan, motivasi, saran, dan
bantuan selama ini, serta kesempatan dan pengalaman yang diberikan kepada
penulis untuk menjadi asisten dosen pada mata kuliah Statistika Dasar dan
Desain Pembelajaran Matematika .
11. Bapak Dr. Caswita,M.Si., Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., Ibu Dra.
Rini Asnawati, M.Pd., dan Bapak Agung Putra Wijaya, S.Pd., M.Pd. selaku
dosen Pendidikan Matematika yang telah banyak menginspirasi penulis
selama ini.
12. Rekan-rekan seperjuanganku selama menjalankan penelitian sebagai Tim
Penelitian Kualitatif, terima kasih atas kerja sama, semangat, moti-vasi,
masukan, dan arahan sehingga penelitian dan pembuatan skripsi kita berjalan
lancar.
13. Sahabat serta teman-temanku: Ariesta Y.P, Chusna W, Dina C.F, Amalia L,
Ni Wayan Septi S, Husain K, Rizki Hary P, Humedi, Okta Via A, Nuning A,
terimakasih untuk kebersamaan serta segala bentuk bantuan selama ini. Kalian
sangat berarti.
14. Rekan-rekan asisten PB TIK Tahun 2015/2016, Statistika Dasar dan Desain
Pembelajaran Matematika Tahun 2016/2017, terimakasih untuk kebersamaan
selama ini.
15. Mbak Utary dan Mbak Linda, seluruh kakak tingkat, serta adik tingkat yang
telah memberikan bantuan serta dukungan selama ini, terimakasih untuk
semua yang telah kalian lakukan.
16. Teman-teman seluruh angkatan 2013 kelas A dan B Pendidikan Mate-matika
Unila, terimakasih atas kebersamaan dan bantuan selama ini.
iv
17. Keluarga besar Bapak Suwandi dan Ibu Nurhayati, adek Irfan, sahabat serta
rekan seperjuangan KKN-KT Unila Desa Karang Sari Tahun 2016, terima
kasih atas kebersamaan dan bantuan selama ini.
18. Bapak Nanang Kurniawan, S.Pd selaku guru pamong PPL dan keluarga besar
SMP Negeri 3 Padang Ratu, terimakasih untuk dukungan, bantuan, dan
semangat yang telah diberikan selama ini.
19. Almamater tercinta yang telah menjadi tempat untuk belajar serta mendewasa-
kan diri.
20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga
skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, 1 Februari 2017
Penulis
Julia Sekar Mentari
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian .................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10
E. Ruang Lingkup................................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Percakapan Matematis ....................................................................... 12
B. Kemampuan Representasi Matematis ................................................ 14
C. Percakapan Representasi Matematis .................................................. 17
D. Metode Socrates ................................................................................. 20
E. Pendekatan Saintifik........................................................................... 23
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................... 28
B. Subjek Penelitian................................................................................ 29
vi
C. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 30
D. Instrumen Penelitian........................................................................... 32
E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 34
F. Tahap-tahap Penelitian....................................................................... 36
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 38
1. Pertemuan Pertama....................................................................... 40
2. Pertemuan Kedua ......................................................................... 47
3. Pertemuan Ketiga ........................................................................ 56
4. Pertemuan Keempat ..................................................................... 64
B. Pembahasan........................................................................................ 69
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................... 79
B. Saran................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Bentuk-bentuk Operasional Representasi Matematis ............................. 17
4.2 Jenis-jenis Pertanyaan Socrates Serta Contohnya................................... 22
4.1 Indikator Kemampuan Representasi Matematis Siswa yang Berkaitan
dengan Percakapan Representasi Matematis pada Setiap Pertemuan..... 39
4.2 Pertanyaan Socrates yang Muncul pada Setiap Pertemuan .................... 40
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Suasana Pembelajaran pada Pertemuan Pertama .................................... 44
4.2 B16 dan B18 Saat Mengerjakan LKPD1 ................................................ 45
4.3 Jawaban B16 dan B18 pada Aktivitas 2 LKPD1 .................................... 46
4.4 Kesalahan yang Dilakukan Oleh B6 ....................................................... 50
4.5 Suasana Pembelajaran Saat Permainan Ular Tangga.............................. 51
4.6 Jawaban B4 pada Permasalahan 1 LKP2................................................ 54
4.7 Jawaban B28 pada Permasalahan 1 LKPD 2 .......................................... 54
4.8 Kelompok Siswa Berkemampuan Sedang Saat Mengerjakan LKPD3... 59
4.9 Jawaban B16 pada Poin (1b) LKPD3 ..................................................... 60
4.10Jawaban B16 pada Poin (2a) LKPD3 ..................................................... 61
4.11Suasana Pembelajaran pada Pertemuan Keempat................................... 64
4.12Kelompok Siswa Berkemampuan Matematis Sedang saat Melakukan
Permainan Tebakan Pintar ...................................................................... 67
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A: INSTRUMEN PENELITIAN
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................ 88
A.2 Lembar Kerja Peserta Didik............................................................. 135
A.3 Daftar Kode Siswa .......................................................................... 144
A.4 Catatan Lapangan............................................................................. 145
A.5 Hasil Wawancara ............................................................................ 187
LAMPIRAN B: LAIN-LAIN
B.1 Kartu Kendali Bimbingan Skripsi ................................................... 195
B.2 Daftar Hadir Seminar Proposal ........................................................ 197
B.3 Daftar Hadir Seminar Proposal ........................................................ 199
B.4 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ................................................... 201
B.5 Surat Izin Penelitian ........................................................................ 202
B.6 Surat Keterangan Penelitian ............................................................ 203
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia berpengaruh terhadap
perkembangan bangsa Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi semua ranah kehidu-
pan di Indonesia, contohnya seperti pada bidang pendidikan, kesejahteraan, per-
ekonomian yang saat ini ditandai dengan keberadaan masyarakat ekonomi Asean,
dan lain sebagainya. Pengaruh tersebut dapat menjadi pengaruh yang positif
apabila perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan adanya
sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada secara tepat dan efisien. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui banyak
cara salah satunya adalah melalui bidang pendidikan. Hal ini sesuai dengan tujuan
pendidikan yang tercantum dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidi-
kan Nasional Bab 1 Pasal 1 yang menyatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengem-bangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilanyang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
2
Sesuai dengan tujuan pendidikan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan
berperan mengembangkan pengetahuan maupun perilaku manusia sehingga sese-
orang harus mendapatkan pedidikan dalam rangka meningkatkan kualitas dirinya.
Pemerintah sebagai salah satu penanggung jawab terciptanya sumber daya manu-
sia yang berkualitas telah menerapkan sistem pendidikan di Indonesia yang terba-
gi dalam tiga jenjang pendidikan formal, yaitu pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pada setiap jenjang tersebut, pendidikan
mengandung proses pembelajaran. Menurut Sudjana (2004: 28) pembelajaran
dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk mencip-
takan kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik
(warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan pembela-
jaran. Dengan demikian pembelajaran yang baik dan sesuai sangat memengaruhi
proses pendidikan.
Pembelajaran mencakup beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah matema-
tika. Matematika merupakan mata pelajaran nasional yang sudah ada sejak jenjang
sekolah dasar. Matematika memiliki peranan penting dalam meningkatkan
kemampuan kognitif maupun keterampilan lain. Hal ini sejalan dengan hakikat
matematika dalam kurikulum 2006 yakni matematika adalah ilmu universal yang
mendasari dari perkembangan teknologi modern saat ini yang memiliki peran
penting dalam berbagai disiplin ilmu serta untuk memajukan daya pikir manusia.
Secara lebih rinci, dalam mata pelajaran matematika terdapat beberapa
kemampuan yang dikembangkan melalui proses pembelajarannya. Kemampuan-
kemampuan itu disebut dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order
3
Thinking). Setiap kemampuan matematis dibangun untuk mencapai tujuan dari
pembelajaran matematika itu sendiri. Salah satu kemampuan yang dibangun
adalah kemampuan representasi matematis siswa.
Kemampuan representasi matematis dapat melatih seseorang untuk mengambil
metode yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Hal ini sesuai
dengan peran dari kemampuan representasi matematis dalam NCTM (2000) yakni
representasi membantu menggambarkan, menjelaskan, atau memperluas ide
matematika dengan berfokus pada fitur-fitur pentingnya. Hal ini mengindikasikan
semakin banyak siswa terlibat dalam kegiatan merepresentasikan maka semakin
banyak ide matematika yang diperolehnya melalui kegiatan menghubungkan satu
jenis representasi dengan representasi yang lain untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.
Pernyataan lain disampaikan oleh Brenner (Neria & Amit, 2004: 409), proses
pemecahan masalah yang sukses bergantung kepada keterampilan merepresentasi
masalah seperti mengontruksi dan menggunakan representasi matematika di
dalam kata-kata, grafik, tabel, dan persamaan-persamaan, penyelesaian dan
manipulasi simbol. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika yang secara
umum meminta siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan, memiliki
kemampuan representasi matematis yang baik merupakan hal yang sangat
penting.
Pentingnya kemampuan representasi matematis yang lain dapat dilihat dari
standar representasi yang ditetapkan oleh NCTM. NCTM (2000) menetapkan
bahwa program pembelajaran dari pra-taman kanak-kanak sampai kelas 12 harus
4
memungkinkan siswa untuk: (1) menciptakan dan menggunakan representasi un-
tuk mengorganisir, mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide matematis; (2) me-
milih, menerapkan, dan menerjemahkan representasi matematis untuk memecah-
kan masalah; dan (3) menggunakan representasi untuk memodelkan dan meng-
interpretasikan fenomena fisik, sosial, dan fenomena matematis. Dengan demi-
kian, kemampuan representasi matematis juga diperlukan siswa dalam mengko-
munikasikan gagasan matematika yang sifatnya abstrak sehingga gagasan tersebut
lebih mudah dipahami.
Dalam membangun kemampuan representasi matematis diikuti pula oleh proses
berpikir yang sistematis. Namun ada hal lain yang seharusnya menjadi fokus
pendidik dalam mengembangkan kemampuan representasi yaitu sikap untuk
merepresentasikan ide yang muncul. Salah satu sikap yang dapat secara nyata
dilihat dan dibandingkan adalah percakapan yang mengiringi proses representasi
tersebut.
Meskipun peningkatan frekuensi percakapan matematis siswa dinilai sangat
penting, namun dalam prosesnya hal ini jarang menjadi fokus utama. Padahal
melalui percakapan matematis, seorang pendidik dapat mengidentifikasi apakah
siswa telah memenuhi kompetensi terkait materi matematika yang diberikan. Hal
tersebut didukung oleh hasil penelitian Anderson, et.al, (2003: 5) yakni “teacher
can spot students misunderstandings much more easily when they are revealed by
a discussion instead of remaining unspoken”. Hal itu berarti guru dapat lebih
mudah mengetahui letak ketidakpahaman siswa ketika mereka mengemukakannya
dalam suatu percakapan atau diskusi daripada saat mereka tidak berbicara.
5
Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Anderson, et.al, (2011) yang merinci lima
faktor utama pentingnya percakapan matematis di kelas yaitu :
“Five major reasons that talk is critical in teaching and learning : (1) talkcan reveal understanding and misunderstanding; (2) talk supports robustlearning by boosting memory; (3) talk supports deeper reasoning; (4) talksupports language development; (5) talk support development of socialskills”
Hal ini berarti terdapat lima faktor pentingnya percakapan matematis dalam
proses belajar dan mengajar, yaitu:
(1) percakapan dapat mengungkap pemahaman dan kesalahpahaman; (2)percakapan mendukung pembelajaran dengan cara meningkatkan memori;(3) percakapan mendukung penalaran secara mendalam; (4) percakapanmendukung perkembangan berbahasa; (5) percakapan mendukung ke-mampuan bersosialisasi.
Percakapan matematis juga berperan dalam membangun pola pikir siswa ketika
berusaha memperoleh konsep atau ide matematika. Hal ini sangat mungkin terjadi
karena siswa saling bertukar pemikiran dengan guru serta teman-temannya dan
hal tersebut membuat mereka saling membantu satu sama lain dalam menemukan
konsep atau ide matematika. Wagganer (2015: 250) melakukan eksperimen pada
kelas yang diajarnya berupa pengaktifan kegiatan percakapan matematis selama
pelajaran berlangsung. Hasilnya, setelah beberapa waktu, Wagganer bertanya
kepada siswanya “why math talk is important?” dan jawaban yang diberikan
siswanya adalah “mathematics discussions help us learn from each other and we
get to help others learn”.
Selanjutnya, hubungan yang sangat erat dapat ditemukan antara kemampuan
representasi matematis siswa dengan percakapan matematis. Hal tersebut
didukung dengan pernyataan Anderson, et.al, (2003: 95) yakni, : “classroom talk
6
can help them (student) transform their understanding of the representation and
its potential”. Maksudnya adalah dengan adanya percakapan di dalam kelas akan
membantu siswa untuk membangun pemahaman mereka terhadap cara represen-
tasi dan hal pendukung lainnya. Percakapan matematis ini selalu mengiringi pro-
ses representasi matematis secara khususnya dan kemampuan matematis pada
umumnya.
Agar timbul suatu percakapan matematis, perlu dibentuk lingkungan pembela-
jaran yang mendukung terciptanya percakapan matematis tersebut. Kenyataan
yang ada di lapangan saat ini, secara umum pendidik masih belum memberi per-
hatian lebih terhadap terciptanya suatu lingkungan pembelajaran yang mendukung
percakapan matematis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anderson, et.al, (2003:
5) yakni “most classroom talk consists of the teacher lecturing, asking students to
recite, or posing simple questions with known answers. However, they have
limitations, as do all forms of talk”. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
sebagian besar kegiatan pembelajaran di kelas berupa memberikan penjelasan
materi, meminta siswa untuk membaca, atau memberikan pertanyaan sederhana
dengan jawaban yang sudah pasti diketahui belum mampu menunjang percakapan
matematis siswa. Kegiatan demikian juga terjadi di kelas VII B SMP Negeri 1
Natar. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan, pembelajaran yang dilakukan di
kelas VII B SMP Negeri 1 Natar belum menerapkan suatu metode dan
lingkungan pembelajaran yang mampu meningkatkan percakapan matematis
siswa. SMP Negeri 1 Natar diambil sebagai salah satu sekolah menengah pertama
yang dijadikan tempat penelitian di Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian
kualitatif ini dilakukan secara kolaborasi antara guru, dosen, dan mahasiswa untuk
7
mengetahui bagaimana percakapan matematis pada siswa kelas VII sekolah
menengah pertama yang ada di tiga kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Tiga
kabupaten/kota tersebut adalah Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung
Selatan dan Kabupaten Pesawaran.
Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam upaya menumbuhkan percakapan
matematis adalah dengan pertanyaan-pertanyaan matematis. Fuson (2015: 7)
membagi jenis pertanyaan matematis yang dapat digunakan dalam meningkatkan
percakapan matematis sebagai berikut yaitu:
(1) elicit student thinking (mendapatkan pemikiran siswa), (2) support stu-dent thinking (mendukung pemikiran siswa), (3) extend student thinking(memperjelas pemikiran siswa), (4) increase participation of other studentsin conversation (meningkatkan partisipasi siswa lain dalam percakapanmatematis), dan (5) probe specific math topics (menyelidiki topik matema-tika).
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membangun pemikiran dan konsep siswa
untuk selanjutnya mampu merepresentasikan ide secara matematis sebagai hasil
sistematika berpikir yang dijalaninya.
Metode pembelajaran yang dalam prosesnya berisi pertanyaan-pertanyaan mate-
matis salah satunya adalah metode Socrates. Metode ini berisi pengajaran-penga-
jaran Socrates (469-399 SM) yang merupakan filsuf dari Athena, Yunani, dan
menjadi salah satu figur filsuf Barat yang paling penting. Socrates memfokuskan
gaya pembelajarannya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendu-
kung proses berpikir siswa, seperti yang terdapat dalam Alro dan Skovsmose
(2002: 114) :
“This is the main inspiration from Socratic dialogue : the teacher’s task isnot to tell something to students or to provide information, but to askquestions. However, these questions do not have the function of ‘checking’
8
the students but to bring back their memory or using the terminology ofconstructivism, to support the students in their knowledge.”
Berdasarkan uraian tersebut, Socrates beranggapan bahwa tugas guru bukan untuk
memberi informasi atau menjelaskan sesuatu kepada siswanya, tetapi untuk
memberikan pertanyaan. Namun, pertanyaan itu tidak berfungsi untuk memeriksa
jawaban siswa melainkan untuk membawa kembali memori mereka atau meng-
gunakan terminologi konstruktivisme siswa dalam mendapatkan pengetahuan.
Meskipun telah diuraikan bahwa pembelajaran Socrates dapat menimbulkan
percakapan matematis siswa saat melakukan representasi matematis, terdapat
beberapa hal yang muncul pada siswa seiring pemberian pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Ketika siswa terus-menerus diberikan pertanyaan dalam proses
pembelajaran, kebanyakan siswa merasa bosan bahkan takut. Seperti yang
dikatakan oleh Lammendola (Baharun, 2014: 5), yaitu salah satu kelemahan
metode Socrates adalah “creates a fear-ful learning environment” yang berarti
metode Socrates dapat menciptakan lingkungan belajar yang menakutkan. Untuk
itu perlu diadakan variasi pendekatan yang dilakukan untuk mengiringi metode
pembelajaran Socrates ini.
NSTA dalam Wulandari (2015: 25) mendefiniskan pendekatan saintifik sebagai
belajar/mengajar sains dalam konteks pengalaman manusia. Adapun rangkaian
proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik dalam lampiran Permendikbud
No. 103 Tahun 2014 adalah mengamati, merumuskan pertanyaan, mencoba/
mengumpulkan data, mengasosiasi/menganalisis/mengolah data, dan menarik
kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil pengamatan.
9
Pendekatan ini dapat menumbuhkan minat siswa dalam belajar karena siswa
dibebaskan dalam mengeksplorasi ide yang diperoleh berdasarkan hasil penga-
matan untuk menjawab masalah yang diberikan, tetapi tentunya dalam proses
yang tidak menyimpang dari kegiatan pembelajaran. Selain itu juga, kemampuan
siswa khususnya kemampuan matematis lebih mudah dikembangkan apabila
siswa langsung dihadapkan dengan contoh permasalahan yang ada di dunia nyata.
Dengan demikian apabila pendekatan ini digunakan dalam pembelajaran Socrates,
pendekatan ini dapat mengurangi rasa bosan dan takut siswa dengan pertanyaan-
pertanyaan yang menjadi ciri khas Socrates.
Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran dengan metode Socrates serta
digabungkan dengan pendekatan saintifik mampu menunjang percakapan repre-
sentasi matematis siswa. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mendeskrip-
sikan percakapan representasi matematis siswa dengan metode Socrates dalam
pendekatan saintifik di kelas VII B SMP Negeri 1 Natar.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat dibuat pertanyaan penelitian yaitu “Bagaimanakah deskripsi percakapan
representasi matematis siswa dengan metode Socrates dalam pendekatan Saintifik
pada siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Natar semester ganjil tahun pelajaran
2016/2017?”
10
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang diajukan, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan percakapan representasi matematis siswa dengan
metode Socrates dalam pendekatan Saintifik pada siswa kelas VII B SMP Negeri
1 Natar semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut,
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam pendidikan
matematika yang berkaitan dengan percakapan representasi matematis siswa
khususnya dengan pembelajaran metode Socrates dalam pendekatan saintifik.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
guru dalam melaksanakan pembelajaran yang mampu menambah frekuensi dan
mengembangkan percakapan matematis siswa. Selain itu, hasil penelitian ini
dapat dijadikan referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang penerapan metode
pembelajaran Socrates dalam pendekatan saintifik.
E. Ruang Lingkup
Dengan memperhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu dijelas-
kan agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara penyusun dengan pembaca.
Adapun uraian mengenai istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
11
1. Pecakapan Representasi Matematis merupakan percakapan matematis yang
timbul sebagai akibat adanya kegiatan merepresentasikan ide matematis.
Percakapan representasi matematis yang akan dideskripsikan dalam penelitian
ini adalah percakapan representasi matematis pada materi persamaan dan
pertidaksamaan linier satu variabel.
a. Percakapan Matematis adalah percakapan yang timbul sebagai akibat
adanya kegiatan menemukan pengetahuan dalam matematika yang dalam
hal ini kegiatan tersebut dipersempit dalam pembelajaran.
b. Kemampuan Representasi Matematis adalah kemampuan untuk meng-
komunikasikan ide matematis ke dalam suatu bentuk representasi eksternal
berupa lisan, simbol tertulis, gambar atau objek fisik yang dapat dilihat..
2. Metode Socrates adalah suatu proses pembelajaran yang berisi kegiatan tanya
jawab dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan khas Socrates yang
berperan dalam mengklarifikasi jawaban yang diberikan siswa.
3. Pendekatan saintifik merupakan kegiatan pembelajaran yang melatih siswa
dalam melakukan prosedur ilmiah yang terdiri atas observing, questioning,
experimenting, associating dan communicating sehingga siswa dapat
menemukan sendiri pengetahuan yang ingin dikaji serta membantu mengem-
bangkan karakter dan sikap siswa selama prosedur tersebut berlangsung.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Percakapan Matematis
Percakapan merupakan hal yang sangat mendasar untuk adanya suatu hubungan
antara dua orang atau lebih yang memungkinkan mereka untuk belajar satu sama
lain melalui kegiatan mendengar dan menerima. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Feire (1972) dalam Alro dan Skomvsmose (2002: 3) yakni “...., dialogue is not
just any conversation. Dialogue is fundamental for the freedom to learn.”, yang
berarti percakapan bukan hanya sekedar pembicaraan, dan percakapan adalah hal
menjadi hal dasar bagi kebebasan dalam belajar. Selanjutnya Feire dan Rogers
(Alro dan Skomvsmose, 2002: 3) menyebutkan bahwa ”...., dialogue as
encompassing interpersonal relationships, where listening and accepting on the
part of the participants is fundamental.”, yang berarti percakapan meliputi
hubungan antar pribadi dimana mendengarkan dan menerima menjadi bagian dari
hal yang sangat mendasar.
Percakapan bisa memuat berbagai topik sesuai dengan keperluan perckapan itu
sendiri salah satunya yaitu percakapan matematis. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, matematis diartikan sebagai hal yang bersangkutan dengan matematika
atau bersifat matematika. Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
percakapan matematis adalah percakapan yang timbul sebagai akibat adanya
13
kegiatan menemukan pengetahuan dalam matematika dan dalam hal ini kegiatan
tersebut dipersempit dalam pembelajaran.
Pengertian percakapan matematis (discourse) dalam NCTM (1991):
“discourse as ways of representing, thinking, talking, agreeing, anddisagreeing; the way ideas are exchanged and what the ideas entail; and asbeing shaped by the tasks in which students engage as well as by the natureof the learning environment.”
Dengan demikian, percakapan adalah cara untuk merepresentasi, berpikir,
berbicara, menyetujui, dan tidak menyetujui; cara untuk bertukar ide-ide yang
diperlukan; dan terbentuk oleh adanya tugas yang menjadikan siswa terlibat
secara alami dalam lingkungan belajar.
Percakapan matematis dinilai sangat penting dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Hal ini sudah dibuktikan oleh beberapa ahli pendidik yang melakukan penelitian
serta uji coba penerapan percakapan matematis (math talk/classroom talk/class-
room dialogue/classroom discourse) pada berbagai tingkatan pendidikan siswa.
Anderson, et.al, (2003: 6) mengatakan bahwa :
“Classroom talk may support and promote student learning in mathematicsboth directly and indirectly. Classroom dialogue may provide direct access toideas, relationships among those ideas, strategies, procedures, facts,mathematical history, and more. Through classroom discourse, all of theseaspects of mathematical thinking can be discussed, dissected, andunderstood.”
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa percakapan matematis di kelas
dapat mendukung proses belajar siswa, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Percakapan di kelas juga memungkinkan pengaksesan secara langsung
suatu ide, hubungan antar ide, strategi, prosedur, fakta, alur matematika, dan lain
14
sebagainya. Lebih lanjut melalui percakapan di kelas, semua aspek berpikir secara
matematika dapat didiskusikan, dibahas, dan dimengerti.
Selanjutnya Hufferd-Ackles, et.al, (2004) dalam Wagganer (2015: 250) me-
ngatakan hal sama tentang fungsi percakapan matematis yaitu: “a math-talk
learning community is a place where meaningful mathematical discussions
construct knowledge and support the mathematical learning of all participants”.
Hal ini berarti kelompok belajar percakapan matematis adalah tempat dimana
terdapat proses diskusi yang mendukung pembentukan pengetahuan dan
pembelajaran matematika. Dalam kegiatan percakapan matematis, guru tidak
berperan sebagai pembawa pengetahuan namun guru bertugas untuk membimbing
dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa, hal tersebut sesuai dengan
penjelasan Ball (1993) dalam Wagganer (2015: 250) yakni: ”teachers are not the
bearers of knowledge, but instead, they guide and extend students’ thinking as the
class listens and learns to accept other students’ ideas”.
Dengan demikian, keberadaan percakapan matematis sudah seharusnya di-
perhatikan dan dikembangkan lebih lanjut oleh guru. Menciptakan suatu per-
cakapan matematis juga merupakan hal yang penting sehingga perlu dibuat suatu
lingkungan belajar yang dapat mendukung munculnya percakapan tersebut.
B. Kemampuan Representasi Matematis
Dalam pembelajaran matematika, siswa melalui tahap dimana dirinya perlu
mengkomunikasikan atau menyampaikan ide-ide yang dimilikinya kedalam
bentuk matematika dan sebaliknya. Proses tersebut berjalan terus hingga siswa
15
mampu mendapatkan jawaban dari masalah yang dihadapinya. Proses ini
dinamakan representasi matematis siswa. Penjelasan tersebut sesuai dengan
pendapat Kalathil dan Sherin (Kartini, 2009: 367), secara lebih sederhana mereka
menyatakan bahwa segala sesuatu yang dibuat siswa untuk mengeksternalisasikan
dan memperlihatkan kerjanya disebut representasi. Selanjutnya Kartini (2009:
361) menyatakan bahwa representasi juga berguna sebagai sarana meng-
komunikasikan gagasan atau ide matematis siswa kepada siswa lain maupun
kepada guru.
Ada banyak cara yang dapat digunakan siswa untuk mengkomunikasikan ide
matematika, seperti yang disampaikan Cai, Lane dan Jacobsin dalam Suparlan
(2005: 11) bahwa:
Representasi matematis merupakan cara yang digunakan seseorang untukmengemukakan jawaban atau gagasan matematis yang bersangkutan. Ragamrepresentasi yang sering digunakan dalam mengkomunikasikan matematikaantara lain tabel (tables), gambar (drawing), grafik (graph), ekspresi ataunotasi matematis (mathematical expressions), serta menulis dengan bahasasendiri baik formal maupun informal (written text).
Hudiono (2005: 25) mengatakan bahwa kemampuan representasi matematis
memungkinkan siswa untuk memahami hubungan antar konsep-konsep yang
berkaitan dengan mengaplikasikan matematika ke dalam masalah yang realistis.
Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan representasi
matematis sangat penting dimiliki oleh siswa untuk membantu mereka memahami
konsep matematika yang terbilang abstrak. Adanya representasi dari ide-ide
matematika membuat masalah matematika lebih bersifat realistik dan nyata.
Siswa diminta untuk menguasai standar kemampuan representasi matematis yang
16
sesuai dengan jenjang pendidikan yang dijalaninya. Hal ini dibuat berdasarkan
pola pikir siswa yang terus mengalami peningkatan seiring bertambahnya
pengetahuan. Adapun standar representasi yang ditetapkan National Council of
Teacher of Mathematics (NCTM) untuk program pembelajaran dari pra-taman
kanak-kanak sampai kelas 12 adalah bahwa harus memungkinkan siswa untuk:
1. Membuat dan menggunakan representasi untuk mengatur, mencatat, danmengkomunikasikan ide-ide matematika,
2. Memilih, menerapkan, dan menterjemahkan antar representasi matematikauntuk memecahkan masalah,
3. Menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikanfenomena fisik, sosial, dan matematika. (NCTM, 2000)
Penjelasan diatas mengindikasikan bahwa lingkungan pembelajaran harus bisa
mendukung terjadinya kegiatan representasi matematis siswa. Lingkungan
pembelajaran yang termasuk didalamya meliputi metode, pendekatan, media dan
lain sebagainya harus mampu membuat siswa mengkomunikasikan ide-ide
matematika, mencatat, mengumpulkan dan selanjutnya menyusun ide-ide tersebut
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Goldin, Ostad, Hiebert, dan Carpenter (2002) dalam Kartini (2009: 365) membagi
representasi menjadi dua bagian yakni representasi eksternal dan internal.
Representasi eksternal, dalam bentuk bahasa lisan, simbol tertulis, gambar atau
objek fisik. Sementara untuk berfikir tentang gagasan matematika maka
mengharuskan adanya representasi internal. Representasi internal (representasi
mental) tidak bisa secara langsung diamati karena merupakan aktivitas mental
dalam otaknya. Bentuk-bentuk operasional dari representasi matematis disajikan
pada Tabel 2.1 seperti yang dikemukakan oleh Jaenudin (2008: 10) :
17
Tabel 2.1 Bentuk-bentuk Operasional Representasi MatematisNo Representasi Bentuk Operasional1 Visual
a) Diagram, grafikatau tabel
b) Gambar
Menyajikan kembali data atau informasi darisuatu representasi ke representasi diagram,grafik, atau tabel
Menggunakan representasi visual untukmenyelesaikan masalah
Membuat pola-pola geometri Membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasipenyelesaiannya.
2 Kata-kata atau tekstertulis
Menuliskan interprestasi dari suatu representasi. Menuliskan langkah-langkah penyelesaian
masalah matematika dengan kata-kata. Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu
representasi yang disajikan. Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata
atau teks tertulis. Dapat menyatakan ide matematika dengan
menggunakan kata-kata teks tertulis.3 Persamaan atau ekspresi
matematis Membuat persamaan atau model matematika
dari representasi lain yang diberikan. Membuat konjektur dari suatu pola bilangan Penyelesaian masalah dengan melibatkan
ekspresi matematika
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan representasi matematis
adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan ide matematis ke dalam suatu
bentuk representasi eksternal berupa lisan, simbol tertulis, gambar atau objek fisik
yang dapat dilihat.
C. Percakapan Representasi Matematis
Berdasarkan penjelasan sebelumnya diperoleh bahwa kemampuan representasi
matematis adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan ide matematis ke dalam
suatu bentuk representasi eksternal berupa lisan, simbol tertulis, gambar atau
objek fisik yang dapat dilihat, selanjutnya percakapan matematis adalah
percakapan yang timbul sebagai akibat adanya kegiatan menemukan pengetahuan
18
dalam matematika dan dalam hal ini kegiatan tersebut dipersempit dalam
pembelajaran. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa percakapan
representasi matematis merupakan percakapan yang timbul sebagai akibat adanya
kegiatan merepresentasikan ide matematis kedalam bentuk representasi eksternal
berupa lisan, simbol tertulis, gambar atau objek fisik yang dapat dilihat.
Pada percakapan matematis, banyak kegiatan yang memudahkan siswa dalam
proses representasi ide-ide matematika yang diperolehnya. Beberapa tahapan
berikut adalah cara guru dalam mengembangkan percakapan matematis siswa
dikelas menurut Garcia (2010: 1-3):
1. Talk moves that engage students in discourse
Tahap awal adalah berusaha untuk membuat siswa berbicara sehingga percakapan
bisa muncul. Cara yang ditempuh adalah dengan memberikan pertanyaan
revoicing, sebagai contoh “dapatkah kamu menyebutkan jawaban yang dibuat
oleh temanmu tadi dengan bahasamu sendiri?”, “menurut pendapatmu bagaimana
jawaban temanmu tadi?”.
2. The art of questioning
Tahap kedua adalah memberikan pertanyaan yang membantu siswa untuk
mengandalkan diri mereka sendiri dalam menemukan kebenaran dari jawaban
yang dibuatnya, sebagai contoh “"Bagaimana kamu mencapai kesimpulan
bahwa...? Apakah itu masuk akal? Bisakah kamu membuat model dan
menunjukkan bahwa...? " atau pertanyaan," Apakah itu selalu bekerja? Apakah itu
benar untuk semua kasus?”
19
3. Using student thinking to propel discussions
Pada saat mengupayakan suatu percakapan matematis di dalam kelas, sering kali
muncul kesalahpahaman antar guru dan siswa akibat adanya pendapat yang
beragam. Untuk mengatasi hal ini, guru perlu merespon agar siswa menyadari
dengan sendirinya kesalahpahaman tersebut. Hal yang dapat dilakukan adalah
mengedarkan pertanyaan ke seluruh kelas, seperti contoh “Apa yang kalian
pikirkan tentang itu? Bagaimana pendapat kalian?”. Guru juga perlu memilih
siapa saja yang akan memberikan pendapat, karena tujuan utama melakukan
percakapan adalah memilih ide, strategi, dan representasi dengan cara yang
bermanfaat.
4. Setting up a supportive environment
Pengaturan lingkungan yang mendukung kegiatan percakapan matematis juga
sangat penting, sebagai contoh pengaturan tempat duduk yang melingkar atau
dalam suatu kelompok kecil. Hal ini akan memudahkan siswa melihat dan
mengarahkan komentar mereka satu sama lain.
5. Orchestrating the discourse
Dalam mengembangkan percakapan matematis, guru bertindak sebagai konduktor
sebuah pertunjukan percakapan di dalam kelas. Berikut lima aturan dalam
mengarahkan percakapan menurut Smith, Hughes, Engle, dan Stein dalam Garcia
(2010: 3) :
“(1) anticipate student responses to challenging mathematical tasks; (2)monitor students’ work on and engagement with the tasks; (3) selectparticular students to present their mathematical work; (4) sequence thestudent responses that will be displayed in specific order; and (5) connectdifferent students’ responses and connect the responses to key mathematicalideas.”
20
Dengan demikian, hal yang perlu dilakukan untuk mengarahkan suatu percakapan
matematis adalah:
(1) mengantisipasi respon siswa dalam mengerjakan tugas mate-matika; (2)memonitor siswa dalam mengerjakan dan memahami tugas matema-tika; (3)memilih beberapa siswa untuk mempresentasikan pekerjaan matematika-nya; (4) urutkan respon siswa yang akan ditampilkan, dan (5) hubungkanbebera-pa respon siswa yang berbeda dan hubungkan respon tersebutdengan ide pokok matematika yang dibahas.
Penjelasan di atas mengindikasikan bahwa percakapan matematis mendukung
kemampuan representasi matematis. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
setiap proses menciptakan percakapan representasi sangat beragam, dan akan
membuat siswa berusaha menghubungkan ide-ide matematika yang dimilikinya.
Siswa akan terfasilitasi dengan pertanyaan dari guru sehingga representasi secara
lisan akan tercipta untuk selanjutnya membuat tulisan atau gambar yang mewakili
ide tersebut.
D. Metode Socrates
Maxwell dalam Muhammad (2016: 12) menyatakan bahwa metode Socrates
diberi nama sesuai dengan nama penciptanya yaitu Socrates (470SM – 399SM).
Socrates merupakan salah satu figur tradisi filosofis Barat yang tinggal di Athena,
Yunani. Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue yang isinya
berupa percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates
merupakan salah satu dari generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar Yunani,
yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles. Tidak banyak catatan-catatan yang
ditinggalkan Socrates, semua teori berdasarkan atas apa yang ia ucapkan.
21
Kebanyakan pemikiran yang ditinggalkan Socrates justru diketahui berasal dari
catatan muridnya, yaitu Plato.
Menurut Renyi (1967: 1) pada salah satu dialog antara Socrates dengan salah
seorang muridnya yaitu Hippocrates, Socrates berkata “I always tell myself quite
frankly that I know nothing, the difference between me and most other people is
that I do not imagine I know what in really I do not know” . Dalam setiap proses
pembelajaran, Socrates selalu menganggap bahwa siswanya belum mengetahui
apa-apa. Untuk itu Socrates mengarahkan siswanya untuk membangun suatu
pemahaman oleh mereka sendiri. Socrates melakukan hal tersebut dengan
mengajukan serangkaian pertanyaan. Socrates memiliki pandangan bahwa melalui
serangkaian pertanyaan yang diberikan, setiap individu dapat menemukan
jawaban dari masalah-masalah yang dimilikinya.
Dalam perkembangannya, metode Socrates dikenal dengan pembelajaran yang
memiliki karakteristik pertanyaan-pertanyaan untuk membangun pemahaman
siswa dalam prosesnya. Hal tersebut sesuai dengan cara mengajar Socrates pada
murid-muridnya. Magee dalam Cahyono (2015: 16), mendefinisikan metode
Socrates sebagai “an approach by which one seeks the truth via a process of
questions and answers”, yaitu metode Socrates adalah sebuah pendekatan yang
mencari satu kebenaran melalui proses tanya jawab. Selanjutnya, Maxwell dalam
Muhammad (2016: 13) mendefinisikan metode Socrates sebagai “a process of
inductive questioning used to successfully lead a person to knowledge through
small steps”. Sedangkan Jones, Bagford, dan Walen (Yunarti, 2011: 47)
mendefinisikan metode Socrates sebagai sebuah proses diskusi yang dipimpin
22
guru untuk membuat siswa mempertanyakan validitas penalarannya atau untuk
mencapai sebuah kesimpulan.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam metode Socrates memiliki ciri
menguji bagaimana proses siswa mendapatkan jawaban yang diberikan. Proses
tersebut nantinya akan disesuaikan dengan jawaban akhir siswa, hal ini dapat
disebut juga dengan menguji keabsahan jawaban. Menurut Permalink
(Sulistiowati, 2015: 26), Richard Paul telah menyusun enam jenis pertanyaan
Socrates dan memberi contoh-contohnya. Jenis-jenis pertanyaan Socrates serta
contohnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Jenis-jenis Pertanyaan Socrates Serta Contohnya
No Tipe Pertanyaan Contoh Pertanyaan
1 Klarifikasi Apa yang anda maksud dengan ....?Dapatkah anda mengambil cara lain?Dapatkah anda memberikan saya sebuah contoh?
2 Asumsi-asumsipenyelidikan
Apa yang anda asumsikan?Bagaimana anda bisa memilih asumsi-asumsi itu?
3 Alasan-alasan dan buktipenyelidikan
Bagaimana anda bisa tahu?Mengapaanda berpikir bahwa itu benar?Apa yang dapat mengubah pemikiran anda?
4 Titik pandang danpersepsi
Apa yang anda bayangkan dengan hal tersebut?Efek apa yang dapat diperoleh?Apa alternatifnya?
5 Implikasi dankonsekuensipenyelidikan
Bagaimana kitadapat menemukannya?Apa isu pentingnya?Generalisasi apa yang dapat kita buat?
6 Pertanyaan tentangpertanyaan
Apa maksudnya?Apa yang menjadi poin dari pertanyaan ini?Mengapa anda berpikir saya bisa menjawabpertanyaan ini?
Terdapat enam tahapan prosedural metode Socrates yang dapat digunakan
menurut Qosyim dalam Khairuntika (2016: 91) yaitu: (1) menentukan topik
materi pokok bahasan apa yang akan dipelajari, (2) mengembangkan dua atau tiga
23
pertanyaaan umum dan memulai pelaksanaan tanya jawab, (3) melihat atau
mengobservasi apakah pada diri siswa ada kemungkinan terjadi ketidakcocokan,
pertentangan, atau konflik kognitif, (4) menanyakan kembali tentang hal-hal yang
menimbulkan konflik kognitif, (5) melanjutkan tanya jawab sehingga siswa dapat
memecahkan konflik sampai bergerak ke tingkat analisis lebih dalam, dan (6)
menyimpulkan hasil tanya jawab dengan menunjukkan hal-hal penting yang
seharusnya diperoleh siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode Socrates adalah suatu
proses pembelajaran yang berisi kegiatan tanya jawab dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan khas Socrates yang berperan dalam mengklarifikasi
jawaban yang diberikan siswa.
E. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan kegiatan pembelajaran yang mengadopsi dan
mengadaptasi langkah-langkah para ilmuwan dalam memperoleh sikap,
pengetahuan dan keterampilan melalui metode ilmiah (Maprokhi, 2015: 170). Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Rudolph (Atsnan dan
Gazali, 2013: 430) yakni pendekatan saintifik sebagai penekanan pada metode
laboratorium formalistik yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah. Sejalan dengan
pernyataan itu, Daryanto (Meliana dan Suparkun, 2016: 2) mengatakan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengontruksi konsep,
hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
24
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang ditemukan.
Direktorat Pembinaan SMP (Maprokhi, 2015: 170) mengatakan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan saintifik didefinisikan sebagai pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa secara aktif memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap melalui tahapan-tahapan:
(1) mengamati (untuk mengidentifikasi masalah yang ingin diketahui), (2)merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), (3) mengumpulkandata/informasi dengan berbagai teknik, (4) mengolah/menganalisis data/informasi dan menarik kesimpulan, dan (5) mengomunikasikan hasil yangterdiri atas kesimpulan dan mungkin juga temuan lain yang di luar rumusanmasalah.
Selanjutnya secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau
mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan
pada suatu metode ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau
nilai-nilai non ilmiah. Pendekatan non ilmiah yang dimaksud meliputi semata-
mata berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan
asal berpikir kritis (Kemendikbud dalam Atsnan dan Gazali, 2013: 431).
Seperti yang telah dipaparkan diatas, pendekatan saintifik sangat berkaitan erat
dengan metode ilmiah. Aragon (Untayana dan Harta, 2016: 48) menyatakan
bahwa metode ilmiah didefinisikan sebagai:
“systematic process for acquiring new knowledge that uses the basicprinciple of deductive (and to a lesser extent inductive) reasoning. It’sconsidered the most rigorous way to elucidate cause and effect, as well asdiscover and analyze less direct relationships between agents and theirassociated phenomena.”
25
Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa dalam memperoleh suatu
pengetahuan terdapat sistematika proses yang harus dilalui dan proses tersebut
berdasarkan oleh prinsip penalaran deduktif. Lebih lanjut pernyataan tersebut
memaparkan metode ilmiah sebagai cara yang sangat teliti dalam mengungkap
sebab akibat serta mampu menganalisis hubungan tidak langsung antara peneliti
dan fenomena terkait.
Pendekatan saintifik mendorong siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan
terhadap materi yang sedang dikaji, ini artinya siswa tidak menerima secara
langsung deskripsi pengetahuan tersebut dari guru. Pendekatan saintifik
menyebabkan adanya perubahan proses pembelajaran dari siswa diberi tahu
menjadi siswa mencari tahu dan proses penilaian dari berbasis output menjadi
berbasis proses dan output (Permendikbud No. 65 Tahun 2013). Selanjutnya,
Haerudin (2014: 239) menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan
saintifik digunakan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan cara-cara ilmiah. Informasi
bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah
dari guru.
Hosnan (Utami, 2015) menyatakan bahwa proses pembelajaran menyentuh tiga
ranah, yaitu attitude (sikap), knowledge (pengetahuan), dan skill (keterampilan)
(disingkat KSA= knowledge, skill, dan attitude). Hasil belajar melahirkan siswa
yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi, dijabarkan sebagai berikut:
26
a. Ranah sikap menggamit transformasi materi pelajaran agar peserta “tahu
mengapa”.
b. Ranah keterampilan menggamit transformasi materi pelajaran agar peserta
“tahu bagaimana”.
c. Ranah pengetahuan menggamit transformasi materi pelajaran agar peserta
“tahu apa”.
d. Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang
memiliki kecakapan serta pengetahuan untuk hidup layak (hard skills) dari
siswa yang meliputi kopetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
e. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi.
Berikut ini merupakan contoh kegiatan belajar pada setiap langkah pendekatan
saintifik berdasarkan Lampiran Permendikbud nomor 103 tahun 2014.
a. Observing (mengamati): mengamati dengan indra (membaca, mendengar,
menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.
b. Questioning (menanya): membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab,
berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang
ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.
c. Experimenting (mengumpulkan informasi): mengeksplorasi, mencoba, ber-
diskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen,
membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber
melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan
27
d. Associating (menalar/mengasosiasi): mengolah informasi yang sudah di-
kumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi
atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka
menemukan suatu pola dan menyimpulkan.
e. Communicating (mengkomunikasikan): menyajikan laporan dalam bentuk ba-
gan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan
meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik
merupakan kegiatan pembelajaran yang melatih siswa dalam melakukan prosedur
ilmiah yang terdiri atas observing, questioning, experimenting, associating dan
communicating sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan yang ingin
dikaji serta membantu mengembangkan karakter dan sikap siswa selama prosedur
tersebut berlangsung.
28
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian dengan menggunakan metode kualitatif.
Menurut Sugiyono (2014: 8), metode penelitian kualitatif adalah metode peneli-
tian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah,
disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya
lebih bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif juga diartikan sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui secara detail,
intensif, dan komprehensif atas percakapan representasi matematis siswa pada
saat pelaksanaan pembelajaran matematika dengan metode Socrates dalam
pendekatan saintifik. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dilokasi dimana
pembelajaran dengan menggunakan metode Socrates dalam pendekatan saintifik
tersebut berlangsung. Penelitian dilakukan dengan cara mengamati, mencatat,
bertanya, dan menggali sumber yang memunculkan percakapan representasi
matematis dalam pembelajaran tersebut. Hasil-hasil yang diperoleh pada saat itu
segera disusun saat itu pula. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan,
wawancara, rekaman, pemotretan atau dokumentasi, dan catatan lapangan yang
29
disusun tidak dituangkan dalam angka-angka. Akan tetapi, hasil analisis data
berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk
uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab pertanyaan
bagaimanakah deskripsi percakapan representasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan metode Socrates dalam pendekatan saintifik.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B di SMP Negeri 1 Natar
tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 32 siswa. Dari seluruh siswa yang
menjadi subjek penelitian di kelas VII B, subjek direduksi menjadi enam siswa
yang terdiri dari 2 siswa berkemampuan matematis tinggi, 2 siswa berkemampuan
matematis sedang, dan 2 siswa berkemampuan matematis rendah untuk
selanjutnya diamati percakapan representasi matematisnya. Mereduksi subjek
penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih dalam dan detail
mengenai percakapan representasi matematis serta didasarkan pada indikator
kemampuan representasi matematis yang muncul pada saat proses pembelajaran
menggunakan metode Socrates dengan pendekatan saintifik.
Karakteristik subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B tidak termasuk siswa
yang diunggulkan di SMP Negeri 1 Natar, nilai rata-rata ulangan harian siswa
kelas VII B pada materi aljabar yang merupakan materi prasyarat untuk materi
PLSV dan PtLSV adalah 72,6 dengan KKM 71, serta siswa kelas VII B belum
pernah menerima pembelajaran dengan menggunakan metode Socrates.
30
C. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data deskripsi percakapan
representasi matematis siswa selama proses pembelajaran dengan metode Socrates
dalam pendekatan saintifik berlangsung. Data ini dikumpulkan dengan teknik ob-
servasi atau pengamatan, dokumentasi, dan wawancara. Data-data yang diperoleh
dari berbagai teknik tersebut kemudian dibandingkan dengan teknik yang lain
yang disebut dengan triangulasi.
Menurut Sugiyono (2014: 330), triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Terdapat tiga macam teknik triangulasi, yaitu tria-
ngulasi dengan sumber, triangulasi dengan teknik, dan triangulasi dengan waktu.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi teknik.
Triangulasi teknik ini merupakan teknik pengecekan data yang dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang ada dengan teknik yang berbeda, yaitu
observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik triangulasi ini digunakan untuk
menjaring data dari berbagai teknik pengumpulan dan menyilangkan informasi
yang telah diperoleh, sehingga data yang diperoleh lebih lengkap dan akan sesuai
dengan yang diharapkan. Tujuannya yaitu untuk menguji kredibilitas data pene-
litian agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data, sehingga tidak terjadi
subjektivitas. Penjabaran dari teknik pengumpulan data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
31
1. Observasi
Marshall (Sugiyono, 2014: 26) menyatakan bahwa “through observation, the
researcher learn about behaviour and the meaning attached to those
behaviour”. Dengan demikian, melalui observasi, peneliti belajar tentang
perilaku dan makna bagi perilaku tersebut. Dalam penelitian ini perilaku yang
diamati adalah percakapan representasi matematis. Observasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah observasi terbuka, karena ketika dilakukan
pengumpulan data cenderung diketahui oleh siswa/siswi kelas VII B SMP
Negeri 1 Natar. Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat
secara langsung keadaan yang terjadi, situasi dan kondisi yang terjadi, dan
gejala-gejala yang tampak pada subjek penelitian yang berkaitan dengan
percakapan representasi matematis siswa selama proses pembelajaran sedang
berlangsung. Hasil pengamatan tersebut dijadikan dasar untuk melakukan
wawancara, baik wawancara kepada siswa secara langsung, orang-orang yang
terdekat dengan siswa, atau dengan guru mata pelajaran. Hasil observasi
yang dilakukan ini akan dituangkan dalam lembar catatan lapangan.
2. Dokumentasi
Hasil penelitian dari observasi akan lebih kredibel apabila disertai cacatan,
rekaman gambar atau suara, serta foto saat kegiatan yang diamati
berlangsung. Untuk itu pengumpulan data selanjutnya dengan teknik
dokumentasi. Dokumentasi merupakan kegiatan khusus dalam rangka
merekam, menyimpan, dan mengabadikan gambar dan suara terkait dengan
segala kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini
dilakukan untuk memberikan keterangan atau bukti yang menggambarkan
32
suasana kelas terkait percakapan representasi matematis siswa. Pada saat
siswa sedang berdiskusi kelompok dan tidak terekam dengan jelas maka
peneliti turun langsung mendekati subjek yang sedang berdiskusi dan
mengamati serta mencatat hal yang berkaitan dengan percakapan representasi
matematis siswa. Dokumentasi pada penelitian ini dilakukan selama proses
pembelajaran berlangsung, sehingga dapat merekam semua kegiatan
pembelajaran yang berlangsung.
3. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk mengetahui
hal-hal dari sumber data (siswa) secara mendalam. Wawancara adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung
antara peneliti dan sumber data. Wawancara dilakukan setelah pembelajaran
selesai. Wawancara dilakukan secara terstruktur dengan mengacu pada
pertanyaan yang telah ditetapkan sebelum melakukan wawancara. Selain
wawancara terstruktur, peneliti juga melakukan wawancara tidak terstruktur
yang bertujuan untuk memberikan klarifikasi dan menjelaskan sebab dari
tindakan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar
catatan lapangan, pedoman wawancara, dan alat perekam yang akan diuraikan
sebagai berikut:
33
1. Lembar Catatan Lapangan
Lembar catatan lapangan adalah lembaran kertas yang digunakan untuk
mencatat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal-hal yang dituliskan pada lembar catatan lapangan adalah
berupa interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan
perilaku-perilaku siswa yang terkait dengan percakapan representasi
matematis siswa.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan
pada saat proses wawancara. Pedoman wawancara dibuat berdasarkan infor-
masi-informasi yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan indikator-indikator
kemampuan representasi matematis siswa yang diteliti.
3. Alat Perekam
Alat perekam merupakan alat yang digunakan untuk merekam proses pembe-
lajaran matematika dengan metode Socrates dalam pendekatan saintifik. Alat
perekam digunakan untuk melengkapi informasi yang diperoleh. Dengan
adanya alat perekam ini, informasi selama proses pembelajaran berlangsung
dapat diperoleh secara lengkap. Selain itu dapat memeriksa kembali menge-
nai informasi yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung. Alat
perekam yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat perekam gambar,
perekam video, dan perekam suara.
34
Setiap percakapan representasi matematis yang muncul dilihat kaitannya dengan
indikator kemampuan representasi matematis yang ditetapkan dalam penelitian
ini, yakni:
1. Visuala. Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke
representasi diagram, grafik, atau tabelb. Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah
2. Kata-kata atau teks tertulisa. Menuliskan interprestasi dari suatu representasi.b. Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematika dengan
kata-kata.c. Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu representasi yang disajikan.d. Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.e. Dapat menyatakan ide matematika dengan menggunakan kata-kata teks
tertulis.3. Persamaan atau ekspresi matematis
a. Membuat persamaan atau model matematika dari representasi lain yangdiberikan.
b. Penyelesaian masalah dengan melibatkan ekspresi matematika
E. Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014: 246) mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data kualitatif yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification. Adapun penjabaran dari teknik analisis data yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data yang dilakukan pada penelitian ini adalah merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting serta dicari pola
dan temanya. Reduksi data ini berlangsung secara terus menerus selama
35
penelitian kualitatif berlangsung. Sebelum mendeskripsikan hasil, terlebih
dahulu mereduksi data yang ada pada catatan lapangan serta memilah
data/informasi yang tidak relevan dengan indikator penelitian yang dalam hal
ini berupa percakapan representasi matematis siswa. Dengan demikian data
yang direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya. Saat melakukan reduksi
data, tetap dipandu oleh tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan
percakapan matematis pada pembelajaran menggunakan metode Socrates
dalam pendekatan saintifik. Oleh karena itu, ketika ditemukansesuatu yang
dianggap asing atau yang tidak sesuai dengan fokus penelitian maka data
itulah yang akan direduksi.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi selanjutnya adalah menyajikan data. Pada penelitian
kualitatif penyajian data dapat berupa tabel, grafik, chart, pictogram, teks
naratif dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014: 249)
penyajian data penelitian kualitatif yang paling banyak digunakan adalah teks
yang bersifat naratif. Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
dan pengambilan tindakan. Dengan kata lain, penyajian data dilakukan
dengan menuliskan semua informasi yang telah dipilih melalui reduksi data
dalam bentuk naratif, sehingga mempermudah dalam penarikan kesimpulan.
Penyajian data yang dilakukan pada penelitian ini memudahkan dalam
mendeskripsikan percakapan matematis yang terjadi pada subjek penelitian
dan kemudian merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan yang telah
36
dipahami tersebut. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks
naratif dan dialog untuk memperjelas fenomena yang terjadi. Kegiatan ini
memunculkan dan menunjukkan kumpulan data atau informasi yang
terorganisir dan terkategori yang memungkinkan suatu penarikan kesimpulan
atau tindakan.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan
kesimpulan yang dilakukan pada penelitian ini adalah menemukan makna
dari data yang telah disajikan. Peneliti menarik kesimpulan dan melakukan
verifikasi dengan mencari makna dari setiap gejala yang diperolehnya dari
lapangan, mencatat keteraturan, dan konfigurasi yang mungkin ada. Pada
tahap ini, peneliti menarik kesimpulan dari data yang telah disimpulkan
sebelumnya, kemudian mencocokkan catatan lapangan, hasil wawancara, dan
pengamatan yang dilakukan pada saat penelitian.
F. Tahap-tahap Penelitian
Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan
a. Identifikasi Masalah
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Natar. Maka dari itu di-
lakukan identifikasi masalah melalui wawancara dengan guru matematika
dan melakukan penelitian pendahuluan di SMP Negeri 1 Natar.
b. Menyiapkan instrumen penelitian
37
Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah menyiapkan instrumen atau alat
yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu pedoman wawancara,
catatan lapangan, dan alat perekam.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memahami dan memasuki lapangan
Tahap ini adalah tahap mempersiapkan diri untuk mulai melakukan tahap
mengumpulkan data atau informasi dari subjek penelitian. Diantaranya
memahami latar penelitian, yaitu melihat karakteristik siswa dan situasi
atau keadaan lingkungan kelas serta lingkungan sekolah, serta percakapan
matematis yang terjadi.
b. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan dimana
data tersebut ditulis ke dalam lembar catatan lapangan dan didoku-
mentasikan selama proses pembelajaran berlangsung. Pengumpulan data
dengan wawancara juga dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung dan atau setelah selesai jam pelajaran.
c. Pengolahan Data
Setelah itu dilakukan analisis data sesuai dengan langkah-langkah yang
telah dijelaskan pada bagian metode analisis data sebelumnya.
Selanjutnya, dibuat kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh.
79
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pada
percakapakan representasi matematis siswa dengan metode Socrates dalam
pendekatan saintifik di kelas VII B SMP Negeri 1 Natar semester ganjil tahun
pelajaran 2016/2017, dapat diuraikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Percakapan representasi matematis siswa yang muncul sebagian besar diawali
dengan pertanyaan Socrates yang diajukan oleh guru dengan tipe pertanyaan
klarifikasi, asumsi-asumsi dan bukti penyelidikan, serta alasan-alasan dan
bukti penyelidikan.
2. Percakapan representasi matematis dapat memunculkan indikator kemam-
puan representasi matematis siswa yang ditetapkan dalam penelitian.
3. Sebagian besar percakapan representasi matematis yang muncul pada
kelompok siswa berkemampuan matematis tinggi dan sedang berjalan dengan
lancar dan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada kelompok siswa
berkemampuan matematis rendah, namun pada kelompok siswa berkemam-
puan matematis rendah percakapan belum berjalan lancar.
a. Percakapan representasi matematis yang terjadi pada kelompok siswa
berkemampuan matematis tinggi dan sedang seringkali berlangsung dalam
waktu yang lama. Hal ini dapat terjadi karena siswa saling
80
mempertahankan alasan pendapat yang dimiliki. Percakapan juga sudah
berjalan lancar karena siswa saling merespon pertanyaan atau pernyataan
yang diajukan rekannya dengan benar sehingga mampu bertukar infor-
masi dengan baik.
b. Percakapan representasi matematis yang terjadi pada kelompok siswa
berkemampuan matematis rendah seringkali terjadi dalam waktu yang
sebentar. Hal ini terjadi karena siswa belum bisa memberikan alasan untuk
memperkuat pendapat yang dimiliki. Percakapan juga belum berjalan
lancar karena siswa belum mampu menyampaikan pendapat atau
mengajukan pertanyaan dengan benar sehingga proses bertukar informasi
menjadi terhambat.
B. Saran
1. Guru dapat menggunakan metode Socrates yang diikuti dengan pendekatan
saintifik sebagai upaya memunculkan percakapan matematis pada siswa.
2. Guru hendaknya menyusun LKPD yang digunakan dalam pembelajaran
dengan banyak kalimat persuasif sebagai upaya untuk meningkatkan
frekuensi percakapan representasi matematis pada siswa.
3. Guru hendaknya lebih memperhatikan percakapan representasi matematis
yang terjadi pada kelompok siswa dengan kemampuan matematis rendah. Hal
ini dikarenakan pada siswa dengan kemampuan matematis rendah percakapan
seringkali tersendat dan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan percakapan,
yaitu mendapatkan penyelesaian dari permasalahan matematika yang di-
diskusikan.
81
4. Guru hendaknya tetap memberikan pertanyaan Socrates yang berguna untuk
melacak alasan dan asumsi pada jawaban siswa yang masih salah untuk
menghindari kesalahan jawaban yang sama pada siswa lain.
82
DAFTAR PUSTAKA
Alro, Helle. & Skovsmose, Ole. 2002. Dialogue and Learning in MathematicsEducation. Melbourne: Kluwer Academic Publishers.
Anderson et.al. 2003. Classroom Discussions-Using Math Talk to Help StudentsLearn. Sausalito: Math Solution Publication.
___________ . 2011. Seeing Math Discourse in Action Gardes K-6. A MultimediaProfessional Learning Resources.
Atsnan, M F, & Gazali, Rahmita Yuliana. 2013. Penerapan Pendekatan Scientificdalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan(Pecahan). Prosiding Seminar Nasional Matematika dan PendidikanMatematika. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Baharun, Hossain. 2014. Metode Pembelajaran Socrates. [Online]. Tersedia:http://id.scribd.com/doc/212772623/Metode-Pembelajaran-Socrates#scribd.Diakses Maret 2016.
Cahyono, Agung. 2015. Efektivitas Pembelajaran Socrates Kontekstual dalamMengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa (Studi padaSiswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Genap TahunPelajaran 2014/2015). Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar KompetensiSMP dan MTs. Jakarta: Depdiknas.
Fuson, Karen. 2015. A Math Talk Community-Math Expressions Common Core.United State of America: Houghton Mifflin Harcourt.
Garcia, Lisa Ann de. 2010. How to Get Students Talking!. Math Solution.
Haerudin. 2014. Pengaruh Pendekatan Scientific Terhadap KemampuanPenalaran dan Komunikasi Matematik dan Kemandirian Belajar. ProdisingSeminar Nasional Pendidikan Mattematika. Cimahi: STKIP SiliwangiBandung.
Hudiono. 2005. Meningkatkan Kemampuan Representasi Multipel Matematis,Pemecahan Masalah Matematis, dan Self Esteem SMP Melalui
83
Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended. Disertasi UPI Bandung:Tidak diterbitkan.
Jaenudin. 2008. Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap KemampuanRepresentasi Matematik Beragam Siswa SMP. Skripsi. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.
Kartini. 2009. Peranan Representasi dalam Pembelajaran Matematika. ProsidingSeminar Nasional Pendidikan Matematika dan Pendidikan Matematika.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Kemendikbud. 2014. Permendikbud No 103 tentang Pembelajaran padaPendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: KementrianPendidikan dan Kebudayaan.
___________. 2013. Permendikbud No 65 tentang Standar Proses padaPendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: KementrianPendidikan dan Kebudayaan.
Khairuntika. 2016. Metode Socrates dalam Mengembangkan KemampuanBerpikir Kritis Siswa. Prosiding. Bandar Lampung: Pasca SarjanaUniversitas Lamupung.
Maprokhi. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika SMPKelas VIII Semester Genap dengan Pendekatan Saintifik. Jurnal PendidikanMatematika Volume 10 –Nomor 2. Yogyakarta: Universitas NegeriYogyakarta.
Meliana, Diyah Ery. & Suparkun. 2016. Pendekatan Saintifik TerhadapKemampuan Menulis Narasi Anak Tunarungu Kelas IV SDLB. JurnalPendidikan Khusus. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Muhammad, Heizlan. 2016. Efektivitas Metode Pembelajaran SocratesKonstektual Untuk Mengembangkan Kemampuan Pemahaman KonsepMatematis Siswa. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
National Council of Teachers of Mathematics. 1991. Principles and EvaluationStandard for School Mathematics. Reston, VA: National Council ofTeachers of Mathematics.
National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standard forSchool Mathematis. Reston, VA: National Council of Teachers ofMathematics.
84
Neria, D. & Amit, M. 2004. Students Preference of Non-AlgebraicRepresentations in Mathematical Communication. Proceedings of the 28thConference of the International Group for the Psychology of MathematicalEducation, 2004. Vol. 3 p 409 – 416.
Republik Indonesia. 2003. Undang-undang No 20 Tahun 2013 tentang SistemPendidikan Nasional. Jakarta: Sekrtariat Negara.
Renyi, Alfred. 1967. Dialogues on Mathematics. San Fransisco: Holden DayPublisher.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.
Sulistiowati, Dwi Laila. 2015. Analisis Deskriptif Disposisi Berpikir KritisMatematis Siswa dalam Pembelajaran Socrates Kontekstual (PenelitianKualitatif Di SMP Al-Kautsar Bandarlampung Tahun Pelajaran2014/2015). Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Suparlan. 2005. Dimensi Mutu Pendidikan. [online]. Tersedia: http://www.suparlan.com/v5/pages/posts/dimensi-mutu-pendidikan.html (16 Mei 2016)
Suranto. 2010. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Untayana, Juliana Rakony, & Harta, Idris. 2016. Pengembangan PerangkatPembelajaran Limit Berbasis Pendekatan Saintifik Berorientasi PrestasiBelajar dan Kemampuan Komunikasi Matematika. Jurnal PendidikanMatematika Volume 3 Nomor 1. Yogyakarta: Universitas NegeriYogyakarta.
Utami, Ika Budhi. 2015. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum2013 pada Siswa Kelas II SDN Prembulan, Pandowan, Galur, KulonProgo. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Utomo, Dwi Priyo. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif : Teori yangMelandasi dan Prakteknya dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar. Malang:UM Malang.
Wagganer, Erin L. 2015. Creating Math Talk Communities. National Council ofTeachers of Mathematics.
Wulandari. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran Matematika InteraktifBerbantuan Geogebra dengan Pendekatan Saintifik Berbasis PenemuanTerbimbing (Guided Discovery) pada Materi Persamaan Lingkaran UntukSiswa SMA Kelas XI. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
85
Yunarti, T. 2011. Pengaruh Metode Socrates terhadap Kemampuan dan DisposisiBerpikir Kritis Matematis Siswa SMA. Disertasi-UPI: tidak diterbitkan.