Upload
buidang
View
243
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DETERMINAN INTENSI KESIAPSIAGAAN MAHASISWA UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA DALAM ANTISIPASI KEJADIAN GEMPA
BUMI TAHUN 2017
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM)
Disusun Oleh :
YAUMI KHAIRI AZHARI LUBIS
1112101000106
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2017 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
DETERMINAN INTENSI KESIAPSIAGAAN MAHASISWA UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA DALAM ANTISIPASI KEJADIAN GEMPA
BUMI TAHUN 2017
Disusun Oleh :
Yaumi Khairi Azhari Lubis
1112101000106
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Agustus 2017
Mengetahui,
Pembimbing I,
Pembim bing II,
Yuli Amran, S.KM, M.KM Meilani M. Anwar, M.T
NIP. 19800506 200801 2 015
iii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Agustus 2017
Penguji I,
Dr. M. Farid Hamzens, M.Si
NIP. 19630621 199403 1 001
Penguji II,
Dr. Iting Shofwati, S.T., M.KKK
NIP. 19760808 200604 2 001
Penguji III,
Rullyenzy Rasyid, M.KKK
YATAAN PERSETUJUAN
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, Agustus 2017
Yaumi Khairi Azhari Lubis, NIM: 1112101000106
Determinan Intensi Kesiapsiagaan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Dalam Antisipasi Kejadian Gempa Bumi Tahun 2017
(Xvi + 68 halaman, 7 tabel, 3 gambar, 3 lampiran)
ABSTRAK
Gempa bumi merupakan bencana alam terbesar di dunia dan paling banyak
menimbulkan korban jiwa di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Gempa
bumi merupakan kejadian alam yang belum dapat diperhitungkan dan diperkirakan
secara akurat baik kapan dan dimana terjadinya. Walaupun demikian, korban
gempa bisa di hindari jika mengetahui tata cara antisipasi gempa bumi. Hasil studi
pendahuluan yang dilakukan kepada 31 mahasiswa di kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, hanya satu orang memiliki pengetahuan yang baik mengenai
tata cara antisipasi gempa bumi di gedung bertingkat sementara tiga puluh sisanya
memiliki pengetahuan yang kurang.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross
sectional yang dilakukan pada 224 mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sampel acak kelompok. Instrumen
penelitian ini berasal dari buku pedoman Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG,) Komunitas
Siaga Tsunami dan Kementrian Kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki
intensi kuat (53,1 %), sikap positif (58,5 %), Norma subjektif kuat (77,7 %) dan
persepsi kontrol perilaku kuat (60,7 %). Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa
ada hubungan antara variabel intensi antisipasi gempa bumi dengan sikap (Pvalue
0,004), sedangkan tidak ada hubungan antara intensi antisipasi gempa bumi dengan
norma subjektif (Pvalue 0,809) dan persepsi kontrol perilaku (Pvalue 0,411).
Oleh karena itu, peneliti menyarankan kampus dapat meningkatkan
sosialisasi secara menyeluruh mahasiswa mengenai pentingnya antisipasi gempa
bumi di kampus serta membuat informasi tata cara antisipasi gempa bumi di gedung
kampus.
Kata kunci: Intensi, antisipasi gempa
Daftar bacaan: 40 (1975-2015)
v
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
OCCUPATIONAN HEALTH AND SAFETY CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, August 2017
Yaumi Khairi Azhari Lubis, ID Number: 1112101000106
Determinants of Student Preparedness Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta in Anticipating Earthquake Event Year 2017
(Xvi + 68 pages, 7 tables, 3 images, 3 attachments)
ABSTRACT
Earthquake is the massive natural disaster in the world and it caused death
the most for the past few years in Indonesia. This enormous natural disaster is still
cannot be predicted accurately when and where it will happen. Yet, the victims can
be avoided if every person knows how to anticipate it. The result of the preliminary
study which was performed by 30 student members of Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta, showed only one people had good knowledge regarding
the earthquake anticipation procedures in high-rise building, while the 29 had less
knowledge.
This research uses quantitative method with cross sectional study design.
The samples are collected by using cluster random sampling method. The samples
of this research are all of student members of Syarif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta (Faculty of religion and faculty of general), which consist of 224
respondents. The instruments of this research are from the books guide of
Indonesian National Disaster Management Agency (BNPB), Meteorology,
Climatology, and Geophysics Agency (BMKG), Tsunami Alert Community
(KOGAMI), and the Ministry of Health. The results show most of student members
had strong intention (53,1 %), positive attitude (58,0 %), strong subjective norm
(77,7 %) and strong perceived behavior control (60,7 %) on preparedness of
earthquake anticipation. Associate analysis results showed there are the
associations of preparedness of earthquake anticipation intention toward attitude
(Pvalue 0,004).
Therefore, the researcher recommends that every campus improves evenly
the socialization importance preparedness of earthquake anticipation to all of
student members and gives information about the procedures of earthquake
anticipation in high-rise building.
Keywords: Intention, Earthquake anticipation
Reading Lists : 40 (1975-2015)
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Yaumi Khairi Azhari Lubis
Tempat/Tanggal
Lahir
Medan, 25 November1994
Agama Islam
Jenis Kelamin Laki-Laki
Alamat Jl. Benda Timur 1C Blok E 72 No. 9 RT 002 RW
016 Pamulang permai 2, Kelurahan Benda Baru ,
Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan
Nomor Hp +6281311198574
Email [email protected]
Riwayat
Pendidikan
SD Negeri Parakan 1
Pd. Benda, Pamulang -Tangerang Selatan
MTsN Tangerang II Pamulang
Pamulang, Tangerang Selatan
SMAN 4 Kota Tangerang Selatan
Ciputat Timur, Tangerang Selatan,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK), Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3)
Tangerang Selatan, Banten
(2000-2006)
(2006-2009)
(2009-2012)
(2012-
sekarang)
Pengalaman
Organisasi
Anggota Sepak Bola SDN Parakan 1
Anggota Futsal MTsN Tangerang II Pamulang
Anggota Futsal SMAN 4 Kota Tangerang Selatan
Wakil Ketua Futsal Kesehatan Masyarakat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Anggota Pengembangan Ekonomi Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Program Studi
(2005)
(2007)
(2010-2011)
(2013-2014)
(2014-2015)
vii
Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Bendahara Futsal Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Anggota Finance Forum Studi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (FSK3) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Anggota Human Resources Development (HRD)
Forum Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(FSK3) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
Ketua Futsal Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2014-2015)
(2015-2016)
(2015-2016)
(2015-2016)
Pengalaman
Kepanitiaan
Panitia, Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kebangsaan (OPAK) Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
Panitia Seminar Pengembangan Profesi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi
Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Panitia, Entrepreneur Festival 2014 Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014
Panitia Rapat Kerja Forum Studi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (FSK3) Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
(2015)
(2015)
(2013)
(2015)
Pengalaman
Pelatihan
Peserta Seminar Pengembangan Profesi K3
“Gambaran Budaya K3 di RS” di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Peserta Seminar tentang Hari Peringatan
Tembakau Sedunia di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat “Upaya
Menghadapai Tantangan Kesehatan Masyarakat
Indonesia Post MDGs: Healthy People – Healthy
(2013)
(2013)
(2014)
viii
Environment” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Training SMK3 Based on OHSAS 18001 & PP
No.50 Tahun 2012 di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Workshop “Safety In The Process Industries” di
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Workshop “Ergonomics In The Work Place” di
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Seminar Pengembangan Profesi “Optimalisasi
Pemenuhan Regulasi Prasarana Perlintasan
Kereta Api Demi Stabilitas Transportasi
Nasional” di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Seminar Pengembangan Profesi “Have Your
Perfect Weight with a Proper Diet” di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Seminar Pengembangan Profesi “Menstrual and
Pre-Menstrual Syndrome” di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Kajian Ilmu K3 Bersama “Keselamatan
Konstruksi (Lifting Crane)” di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Workshop “Management Of Fire Safety” di FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Workshop “Risk Assessment In The Work Place”
di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Seminar Pengembangan Profesi “Combat The
Neglected Tropical Disease Towards a Filariasis-
Free Country by 2020” di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Kajian Ilmu K3 Bersama “Pengenalan ISO
14001: 2015 dan Implementasinya” di FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
(2014)
(2014)
(2014)
(2014)
(2014)
(2014)
(2015)
(2015)
(2015)
(2015)
(2016)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, seluruh puji serta syukur selalu dilantunkan ke hadirat Allah SWT,
Sang Pemilik Pengetahuan, yang dengan rahmat dan inayahNya jualah maka
penulis mampu merampungkan skripsi yang berjudul “Determinan Intensi
Kesiapsiagaan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Antisipasi
Kejadian Gempa Bumi Tahun 2017”
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
Rasulullah SAW, yang atas perkenan Allah, telah mengantarkan umat manusia ke
pintu gerbang pengetahuan Allah yang Maha luas.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
proses penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Keluarga tercinta, yaitu Ayah, Ibu dan Kakak-kakak saya atas do’a dan
dukungan yang diberikan tidak mengenal batas dan waktu
2. Ibu Yuli Amran, S.KM, M.KM sebagai pembimbing yang telah memberikan
arahan dan saran serta dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini
3. Ibu Meilani M. Anwar, M.T sebagai pembimbing yang telah memberikan
arahan dan saran serta dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini
4. Ibu Fajar Ariyanti, Ph. D selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
para dosen Kesehatan Masyarakat atas semua ilmu yang telah diajarkan.
5. Bapak Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M Kes. selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
6. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengizinkan dan memudahkan
dalam melakukan penelitian
7. Pusat Penelitian dan Pangkalan Data (PUSTIPANDA) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memfasilitasi dalam melakukan penelitian
8. Mahasiswa yang secara sukarela membantu peneliti ketika membutuhkan
informasi dalam penyusunan skripsi
9. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang telah membantu
peneliti ketika membutuhkan data dan informasi dalam penyusunan skripsi
10. Teman-Teman Kesmas Cowo 2012 Alviral Muhamad Dangkua, Richard
Wahyu Pratama, Nova Riski Prakoso, Agin Darojatul Aghnia, Ahmad Faiz,
Tsabit Al Mutawally, Nizar Fathhul Khoir, Rico Adiyatma, Tyo Nugroho, Andi
x
Saiful Mubarak, Muhammad Luqman, Susi Susanto, Abd. Rohim, Agus Dwi
Saputra, Ivan Anggriawan Wibisono, Deni, Syauqi dan Hakim Sholeh Harahap.
11. Teman-teman katiguys 2012 Ayu Sajida Da’ad Arini, Nurvita Hayati, Eka Ari
Nuryanti, Rahfita Ferdinah, Ofin Andina Permata Sari, Elsya Ristia, Anis
Rohmana Malik, Rr. Putri Annisya Affriany Prasetyo, Widyanfri Wira Pratama
Saputri, Atthina Ayu Mustika, Lilis Yuliarti, Nurazizah, Ika Nur Syafitriany,
Nova Elyanti, Devina Koesnatasha Alvionita, Farras Putri Arianti dan Sekar
Wigati Suprapto.
12. Bang Munir, Bang Ikrar, Bang Randhika, Bang Pikih, Bang Muslim dan kakak
kelas lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
13. Teman-teman Agone RW 016 Benda Baru Pamulang.
14. Teman-teman Karang Taruna RW 016 Benda Baru Pamulang.
15. Teman-teman Sepak Bola dan Futsal yang tidak dapat disebutkan satu persatu
oleh penulis.
16. Serta siapa pun yang turut membantu, mendoakan dan memberikan dukungan
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan doa dan harapan,
semoga kebaikan mereka dicatat sebagai amal shaleh/shalehah di hadapan Allah
SWT dan menjadi pemberat bagi timbangan kebaikan mereka kelak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran
yang membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan masukan di
waktu mendatang.
Semoga skripsi ini dapat mendatangkan manfaat kepada penulis khususnya, dan
kepada seluruh pembaca secara keseluruhan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Agustus 2017
Yaumi Khairi Azhari Lubis
xi
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 9
1. Tujuan Umum ................................................................................................ 9
2. Tujuan Khusus ............................................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 10
1. Bagi Mahasiswa ........................................................................................... 10
2. Bagi Pengembangan Keilmuan ................................................................... 10
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 10
A. Gempa Bumi ................................................................................................. 12
1. Definisi Gempa Bumi .................................................................................. 12
2. Penyebab Terjadinya Gempa bumi.............................................................. 12
3. Dampak Gempa Bumi ................................................................................. 14
xii
4. Tanggap Darurat Gempa Bumi .................................................................... 14
5. Saat Gempa .................................................................................................. 17
6. Sesudah Gempa ........................................................................................... 19
7. Prosedur Gempa Bumi................................................................................. 21
8. Sarana Evakuasi Tanggap Darurat .............................................................. 24
B. Intensi ............................................................................................................ 26
C. Teori Intensi .................................................................................................. 26
1. Teori Reasoned Action ................................................................................ 26
2. Teori Planned Behaviour ............................................................................. 27
D. Kerangka Teori.............................................................................................. 33
A. Kerangka Konsep .......................................................................................... 35
B. Definisi Operasional...................................................................................... 36
A. Jenis dan Waktu Penelitian ........................................................................... 38
B. Lokasi Penelitian ........................................................................................... 38
C. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 39
1. Populasi ....................................................................................................... 39
2. Sampel ......................................................................................................... 39
D. Instrumen Penelitian...................................................................................... 40
E. Pengolahan Data............................................................................................ 42
1. Menyunting .................................................................................................. 42
2. Mengkode Data............................................................................................ 42
3. Memasukan Data ......................................................................................... 42
4. Membersihkan Data ..................................................................................... 42
F. Pengumpulan Data ........................................................................................ 43
xiii
G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .................................................................. 43
1. Validitas Kuesioner ..................................................................................... 45
2. Uji Reliabilitas ............................................................................................. 45
H. Analisis Univariat.......................................................................................... 46
I. Analisis Bivariat ............................................................................................ 46
J. Penyajian Data .............................................................................................. 46
A. Analisis Univariat.......................................................................................... 47
1. Gambaran Intensi Kesiapsiagaan Antisipasi Gempa Bumi ......................... 47
2. Gambaran Faktor Intensi Kesiapsiagaan Dalam Antisipasi Kejadian Gempa
Bumi................................................................................................................ 50
B. Analisis Bivariat ............................................................................................ 52
1. Hubungan Antara Sikap Dengan Intensi Intensi Kesiapsiagaan Mahasiswa
Dalam Antisipasi Kejadian Gempa Bumi ....................................................... 53
2. Hubungan Antara Norma Subjektif Dengan Intensi Intensi Kesiapsiagaan
Mahasiswa Dalam Antisipasi Kejadian Gempa Bumi .................................... 53
3. Hubungan Antara Persepsi Kontrol Perilaku Dengan Intensi Intensi
Kesiapsiagaan Mahasiswa Dalam Antisipasi Kejadian Gempa Bumi ............ 54
A. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 55
B. Intensi Kesiapsiagaan Dalam Antisipasi Kejadian Gempa Bumi ................. 55
C. Hubungan Sikap Dengan Intensi Kesiapsiagaan Antisipasi Kejadian Gempa
Bumi ................................................................................................................... 58
D. Hubungan Norma Subjektif Dengan Intensi Kesiapsiagaan Antisipasi
Kejadian Gempa Bumi ....................................................................................... 60
E. Hubungan Antara Persepsi Kontrol Perilaku Dengan Intensi Kesiapsiagaan
Antisipasi Kejadian Gempa Bumi ...................................................................... 62
xiv
A. Simpulan ....................................................................................................... 64
B. Saran .............................................................................................................. 64
1. Bagi Pihak Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ................................ 64
2. Bagi Mahasiswa ........................................................................................... 65
3. Bagi Peneliti Lain ........................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 66
LAMPIRAN ...................................................................................................... 69
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 35
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Intensi antisipasi kejadian Saat Gempa Bumi…..47
Tabel 5.2 Distribusi Intensi kesiapsiagaan saat gempa bumi…………………….47
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Intensi antisipasi kejadian Setelah Gempa Bumi.48
Tabel 5.4 Distribusi Intensi Kesiapsiagaan Setelah Gempa Bumi……………….48
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Intensi Kesiapsiagaan Antisipasi Kejadian Gempa
Bumi……………………………………………………………………………...49
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Faktor Intensi Kesiapsiagaan Mahasiswa
Antisipasi Kejadian Gempa Bumi………………………………………………..50
Tabel 5.7 Hubungan Faktor Intensi Sikap, Norma Subjektif dan Persepsi Kontrol
Perilaku dengan Intensi Kesiapsiagaan Mahasiswa Antisipasi Kejadian Gempa
Bumi………………………………………………………………..………….....51
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Evakuasi Gempa Bumi ....................................................... 23
Gambar 2.2 Kerangka Teori .................................................................................. 34
Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 36
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Output Hasil Analisa Data
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan tempat di mana tiga lempeng
besar dunia bertemu, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan
Lempeng Pasifik. Interaksi antar lempeng-lempeng tersebut lebih lanjut
menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang memiliki aktivitas gunung api
dan gempa yang cukup tinggi. Proses dinamika lempeng yang cukup intensif
juga telah membentuk relief permukaan bumi yang khas dan sangat bervariasi,
dari wilayah pegunungan dengan lereng-lerengnya yang curam (Sadisun, 2005).
Indonesia merupakan negara rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, tanah longsor, badai dan banjir. Bencana tersebut datang
hampir setiap tahun, yang terbesar antara lain gempa bumi dan tsunami di
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) 26 Desember 2004, serta gempa bumi di
Yogyakarta 27 Mei 2006 (Badri dkk, 2008).
Gempa bumi (earthquakes) merupakan salah satu bencana alam terbesar
di dunia di samping letusan gunung berapi dan banjir. Gempa merupakan
kejadian alam yang belum dapat diperhitungkan dan diperkirakan secara akurat
baik kapan dan di mana terjadinya serta magnitudanya (Irsyam, 2010). Menurut
data yang dimuat oleh Centre for Research on the Epidemiology of Disasters
(2014), gempa bumi merupakan bencana alam yang paling menimbulkan
banyak kerugian di Indonesia selama 10 tahun terakhir (Resilience Development
Initiative, 2014).
2
Bencana gempa bumi dapat mengakibatkan korban menjadi shock,
cedera hingga meninggal dunia. Selain itu gempa bumi juga mengakibatkan
kerusakan infrastruktur dan bangunan sehingga membutuhkan dana untuk
melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi. Selain mengakibatkan korban dan
kerusakan infrastruktur serta bangunan, gempa bumi juga dapat mengakibatkan
terganggunya laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah pascabencana alam
(BNPB, 2014). Menurut Pranoto dalam Resilience Development Initiative
(2014), bencana alam menyebabkan terjadinya penyusutan kapasitas produksi
dalam skala besar yang berdampak kepada kerugian finansial, apalagi jika
dampak gempa gempa terjadi di pusat perekonomian dan perkantoran suatu
negara.
Banyaknya korban bencana bukan disebabkan oleh gempa, tetapi
tertimpa bangunan yang runtuh. Oleh karena itu sebaiknya bangunan dirancang
tahan gempa sesuai standar yang berlaku. Bangunan yang dikatakan tahan
gempa adalah digoyang gempa ringan, tidak mengalami kerusakan apa-apa,
digoyang gempa sedang hanya mengalami kerusakan pada elemen non
struktural saja dan digoyang gempa besar boleh mengalami kerusakan pada
elemen non struktural maupun struktural, tetapi bangunan harus tetap berdiri
dan tidak boleh rubuh.
Jakarta merupakan daerah khusus ibu kota negara Republik Indonesia.
Terdapat banyak aktivitas perkantoran, perekonomian, pendidikan yang terjadi
hampir berjalan setiap harinya di kota Jakarta. Jika kota Jakarta terkena dampak
akibat gempa bumi, maka aktivitas sehari-hari di ibu kota negara Indonesia akan
3
berhenti sehingga mengalami kerugian. Berdasarkan data Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tahun 2016, dalam 10 tahun terakhir
gempa yang terjadi di daerah Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat terjadi
sebanyak lima kali, yaitu pada tanggal 9 Agustus 2007 sebesar 7.5 SR di daerah
Indramayu (Jawa Barat), pada tanggal 2 September 2009 sebesar 7.3 SR di
daerah Tasikmalaya (Jawa Barat), gempa di Cianjur sebesar 5,8 SR pada
tanggal 1 November 2012, pada 28 November 2015 sebesar 5,6 SR di
Pandeglang (Banten), dan yang terbaru pada tanggal 6 April 2016 di Garut
sebesar 6,1 SR. Meskipun bukan terjadi di wilayah Jakarta, guncangan gempa
tersebut dapat dirasakan sampai ke wilayah Jakarta.
Meskipun Provinsi DKI Jakarta jarang sekali terjadi bencana alam
gempa bumi, tetapi Provinsi DKI Jakarta dapat merasakan dampak dari gempa
bumi yang terjadi di sekitar Provinsi DKI Jakarta. Menurut Badan Perpustakaan
Arsip dan Daerah Provinsi DKI Jakarta (2015) sebagian besar tanah di Provinsi
DKI Jakarta merupakan tanah endapan (tanah lunak).
Hasil penelitian Seed dan Schnabel (1972) menunjukan bahwa kondisi
geologi dan kondisi tanah setempat mempengaruhi kerusakan struktur akibat
gempa dan intensitas guncangan tanah selama gempa terjadi. Batuan sedimen
yang lunak diketahui memperkuat gerakan tanah selama gempa, oleh karena itu
rata-rata kerusakan yang diakibatkan pada lapisan yang lunak lebih parah dari
pada lapisan keras (Tuladhar, 2002). Batuan sedimen merupakan faktor
amplifikasi amplitudo gelombang gempa. Kota modern yang dibangun di atas
sedimen lunak akan mudah mengalami kerusakan akibat amplifikasi gelombang
4
gempa. Hal tersebut membuat kota Jakarta dapat merasakan dampak gempa
bumi walaupun sumbernya bukan berasal dari wilayahya.
Daerah ibu kota provinsi Jakarta memiliki banyak bangunan gedung
tinggi. Semakin tingginya jumlah bangunan, semakin berpotensi bahaya
bangunan tersebut mengalami kerusakan akibat gempa. Selain itu proses
evakuasi pada saat gempa memiliki waktu yang lebih lama pada gedung
bertingkat.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terletak di Ciputat,
kota Tangerang Selatan. Walaupun terletak di provinsi Banten, namun UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta masih memiliki potensi terkena dampak Gempa
Bumi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai gedung yang memiliki
lebih dari lima lantai, namun belum memiliki tata cara tanggap darurat gempa
bumi. Gedung Kampus UIN Syarif Hidayatullah yang ada saat ini dibangun
bervariasi mulai dari tahun 2003-2016. Sebagian besar gedung UIN syarif
Hidayatullah sudah mengikuti standar nasional bangunan tahan gempa untuk
mengurangi dampak kerugian akibat gempa bumi.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada tiga puluh satu
mahasiswa di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hanya satu orang
memiliki intensi baik mengenai tanggap darurat gempa di gedung sementara
tiga puluh sisanya memiliki pengetahuan yang kurang. Sementara hasil persepsi
semua mahasiswa menunjukan hasil yang baik. Mereka mengatakan bahwa
perlu adanya tata cara evakuasi bencana di gedung bertingkat.
Untuk mengurangi adanya korban, masyarakat harus siap siaga dalam
melakukan proses tanggap darurat. Dalam pedoman kesiapsiagaan tanggap
5
darurat di gedung perkantoran, hal yang harus dilakukan pada saat terjadi
gempa bumi adalah berlari keluar jika masih dapat dilakukan, jika tidak hal
yang harus dilakukan adalah berlindung di tempat yang paling aman seperti di
bawah meja, tempat tidur dan sebagainya (Kementrian Kesehatan, 2010).
Sedangkan jika berada di luar bangunan, hal yang harus dilakukan adalah
menjauhi bangunan untuk menghindari kemungkinan reruntuhan dan
memperhatikan tempat berpijak apabila terjadi rekahan tanah.
Namun berdasarkan fakta yang terjadi, masih banyak masyarakat yang
belum tahu cara melakukan antisipasi ketika sedang terjadi gempa bumi. Seperti
pada saat kejadian gempa bumi yang melanda kawasan kepulauan Mentawai,
Provinsi Sumatera Barat, pada tanggal 2 maret 2016. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menyoroti perilaku masyarakat dalam
mengungsi saat evakuasi sehubungan dengan gempa bumi yang melanda
kawasan kepulauan Mentawai.
BNPB menggunakan penelitian yang dilakukan oleh Unsyiah dan Japan
International Coorperation Agency (JICA) tahun 2012 (BBC, 2016). Dalam
penelitian yang dilakukan Unsyiah dan JICA pada 2012 terhadap perilaku
masyarakat dalam melakukan evakuasi saat menerima peringatan dini tsunami
di Banda Aceh, diketahui 75% masyarakat mengungsi menggunakan kendaraan
bermotor dan sebanyak 78% pengungsi terjebak dalam kemacetan sekitar 20
menit. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, pendidikan
dan latihan yang dimiliki masyarakat. Menurut Pribadi (2009) Beberapa faktor
penyebab utama timbulnya banyak korban akibat bencana gempa bumi adalah
6
karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bencana dan kurangnya
kesiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana tersebut.
Hal tersebut sesuai dengan teori planned behaviour yang dikemukan
oleh Ajzen (2005). Pada perceived behavioral control sebagai fungsi yang
didasarkan oleh keyakinan yang disebut sebagai control belief, yaitu keyakinan
individu mengenai ada atau tidak adanya faktor yang mendukung. Dalam teori
tersebut sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control dapat
mempengaruhi intensi individu dalam berperilaku. informasi yang dimiliki
individu tentang suatu perilaku yang diperoleh dengan melakukan observasi
pada pengetahuan yang dimiliki diri maupun orang lain yang dikenal individu,
dan juga oleh berbagai faktor lain yang dapat meningkatkan ataupun
menurunkan perasaan individu mengenai tingkat kesulitan dalam melakukan
suatu perilaku (Kobbeltvedt, 2009)
Penelitian ini hanya meneliti intensi mahasiswa pada saat terjadi gempa
dan setelah gempa. Intensi sebelum gempa tidak di teliti karena sebagain besar
aspeknya di lakukan oleh pihak kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
determinan intensi kesiapsiagaan mahasiswa dalam antisipasi kejadian gempa
bumi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
B. Rumusan Masalah
Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya memang tidak memiliki potensi
menjadi pusat gempa. Jakarta hanya mungkin mengalami guncangan akibat
aktivitas seismik di pusat gempa luar provinsi DKI Jakarta. Kota Jakarta dapat
merasakan dampak gempa bumi karena memiliki kondisi tanah yang lunak. Hal
7
ini dapat membuat kerusakan apabila bangunan tidak kuat menahan guncangan
gempa sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Menurut pedoman Rencana
Penanggulangan Bencana (2017) Tingkat risiko bencana gempa bumi di DKI
Jakarta berdasarkan hasil kajian risiko bencana mengatakan bahwa hampir
seluruh wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya umumnya mempunyai tingkat
risiko bencana gempa bumi yang sedang, walaupun sedang tapi cakupan daerah
yang berdampak cukup luas. Walaupun demikian tingkat kerugian yang
dihasilkan termasuk dalam kategori tinggi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai gedung yang memiliki 5
lantai lebih. Menurut bapak Sumari selaku Kepala Sub Bagian (Kasubag)
Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pihak umum telah menjalankan
prosedur antisipasi kejadian gempa bumi, namun pihak kampus masih kesulitan
dalam melakukan sosialisasi kepada mahasiswa terkait proses tanggap darurat.
Hasil studi pendahuluan kepada tiga puluh tiga orang di Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, hanya satu orang memiliki pengetahuan baik mengenai
tanggap darurat mitigasi gempa di gedung sementara tiga puluh sisanya
memiliki pengetahuan yang kurang. pengetahuan, sikap dan perilaku dikenal
dengan nama studi KAP (knowledge, attitudes and practice). Studi ini
menjelaskan apa yang orang tahu tentang sesuatu, apa yang dia rasakan, dan
bagaimana dia berperilaku (Siwakoti, 2009). Banyak mahasiswa yang belum
mengetahui proses tanggap darurat saat terjadi gempa bumi. Hal ini tentu sangat
merugikan pihak universitas dan membahayakan nyawa, terutama mereka yang
berada di gedung bertingkat karena membutuhkan evakuasi yang lebih lama.
8
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran intensi kesiapsiagaan mahasiswa dalam antisipasi
kejadian gempa bumi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2017?
2. Bagaimana gambaran sikap kesiapsiagaan mahasiswa dalam antisipasi
kejadian gempa bumi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2017?
3. Bagaimana gambaran norma subjektif kesiapsiagaan mahasiswa dalam
antisipasi kejadian gempa bumi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2017?
4. Bagaimana gambaran persepsi kontrol perilaku kesiapsiagaan mahasiswa
dalam antisipasi kejadian gempa bumi di kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2017?
5. Apakah ada hubungan antara sikap dengan intensi kesiapsiagaan mahasiswa
dalam antisipasi kejadian gempa bumi di kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2017?
6. Apakah ada hubungan antara norma subjektif dengan intensi kesiapsiagaan
mahasiswa dalam antisipasi kejadian gempa bumi di kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2017?
7. Apakah ada hubungan antara persepsi kontrol perilaku dengan intensi
kesiapsiagaan mahasiswa dalam antisipasi kejadian gempa bumi di kampus
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017?
9
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya determinan intensi pada kesiapsiagaan mahasiswa dalam
antisipasi kejadian gempa bumi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2017
2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran intensi kesiapsiagaan mahasiswa dalam antisipasi
kejadian gempa bumi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2017.
2. Diketahuinya gambaran sikap kesiapsiagaan mahasiswa dalam antisipasi
kejadian gempa bumi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2017.
3. Diketahuinya gambaran norma subjektif kesiapsiagaan mahasiswa dalam
antisipasi kejadian gempa bumi di kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2017.
4. Diketahuinya gambaran persepsi kontrol perilaku kesiapsiagaan
mahasiswa dalam antisipasi kejadian gempa bumi di kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
5. Diketahuinya hubungan sikap dengan intensi kesiapsiagaan mahasiswa
dalam antisipasi kejadian gempa bumi di kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2017.
6. Diketahuinya hubungan norma subjektif dengan intensi kesiapsiagaan
mahasiswa dalam antisipasi kejadian gempa bumi di kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
10
7. Diketahuinya hubungan persepsi kontrol perilaku dengan intensi
kesiapsiagaan mahasiswa dalam antisipasi kejadian gempa bumi di
kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi mahasiswa dalam
menghadapi bencana gempa bumi.
2. Bagi Pengembangan Keilmuan
Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi, informasi, dan mitigasi
bencana alam serta menjadi pertimbangan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai mitigasi bencana gempa bumi.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Juli
2017. Penelitian merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain
cross sectional. Penelitian ini hanya meneliti intensi mahasiswa pada saat
terjadi gempa dan setelah gempa. Intensi sebelum gempa tidak di teliti karena
sebagain besar aspeknya di lakukan oleh pihak kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya determinan
intensi kesiapsiagaan mahasiswa dalam antisipasi kejadian gempa bumi di
kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017. Data yang digunakan
adalah data primer yang diperoleh dari wawancara dan kuesioner yang berasal
dari kuesioner buku pedoman Badan Nasional Penanggulangan Bencana
11
(BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), buku
pedoman Komunitas Siaga Tsunami dan buku pedoman Kementrian Kesehatan
dan terkait pengetahuan sikap dan persepsi.
12
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa pergerakan permukaan bumi baik yang
biasanya disebabkan oleh tumbukan lempeng (tektonik) maupun karena
aktivitas gunung api atau biasa disebut dengan vulkanik (RPB DKI Jakarta,
2012). Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada definisi berikut :
1. Definisi Gempa Bumi
Gempa bumi adalah peristiwa pergerakan permukaan bumi baik yang
disebabkan oleh tumbukan lempeng (tektonik) maupun karena aktivitas
gunung api atau biasa disebut dengan vulkanik (RPB DKI Jakarta, 2012).
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa bumi
merupakan gejala alamiah yang berupa gerakan guncangan atau getaran
tanah yang ditimbulkan oleh adanya sumber-sumber getaran tanah akibat
terjadinya patahan atau sesar akibat aktivitas tektonik, letusan gunung api
akibat aktivitas vulkanik, hantaman benda langit (misalnya meteor dan
asteroid), dan atau ledakan bom akibat ulah manusia.
2. Penyebab Terjadinya Gempa bumi
Menurut BNPB (2012), berdasarkan cara terjadinya dan letak
sumbernya gempa bumi dapat dibagi dalam beberapa macam:
a. Gempa Vulkanik
Gempa ini terjadi sebagai akibat getaran yang diakibatkan
oleh letusan gunung api. Getaran tanah hanya terasa lereng gunung
atau di daerah sekitar kaki gunung.
13
b. Gempa Tektonik
Gempa ini terjadi sebagai akibat peristiwa patahnya lapisan
batuan pada lempeng tektonik. Akibat pergerakan lempeng
tektonik, di dalam bumi terjadi proses geologi yang mengakibatkan
teganga tegangan dan regangan-regangan. Jika tegangan dan
regangan ini meningkat dan melampaui batas kekuatannya lapisan
bumi tersebut patah. Akibat dari patahan, tenaga yang dikekang
akhirnya lepas sebagian atau seluruhnya dalam bentuk getaran ke
seluruh permukaan bumi. Getaran yang seperti ini disebut gempa
bumi tektonik.
c. Gempa Runtuhan
Gempa ini terjadi jika suatu gua di daerah pertambangan
atau daerah batuan kapur runtuh. Akibat lapisan batuan terguncang,
terjadilah getaran-getaran yang hanya dirasakan di tempat itu.
Menurut (BNPB, 2012), hal yang menyebabkan terjadinya
gempa bumi adalah sebagai berikut:
1. Gempa bumi disebabkan oleh proses tektonik akibat pergerakan
kulit / lempeng bumi
2. Aktivitas sesar di permukaan bumi.
3. Pergerakan geomorfologi secara lokal, (contohnya terjadi
runtuhan tanah),
4. Aktivitas gunung api dan ledakan nuklir.
14
3. Dampak Gempa Bumi
Bencana gempa bumi dapat mengakibatkan berbagai macam
dampak. Gempa bumi dapat mengakibatkan korban menjadi shock, cedera
hingga meninggal dunia. Kejadian gempa bumi dapat menimbulkan bahaya
ikutan lain yang terkadang lebih banyak membawa korban, dibandingkan
dengan dampak akibat gempa bumi itu seperti tsunami, bangunan roboh,
kebakaran, tanah longsor, runtuhan batuan, rekahan tanah. kecelakaan
industri, seperti di Fukushima, Jepang. banjir, akibat runtuhnya bendungan
maupun tanggul dan lain-lain (BNPB, 2012).
Selain itu gempa bumi juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur
dan bangunan sehingga membutuhkan dana untuk melakukan rehabilitasi
dan rekonstruksi. Menurut Pranoto dalam Resilience Development Initiative
(2014) terganggunya laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
pascabencana alam merupakan salah satu dampak negatif terjadinya bencana
alam. Bencana alam menyebabkan terjadinya penyusutan kapasitas produksi
dalam skala besar yang berdampak kepada kerugian finansial.
4. Tanggap Darurat Gempa Bumi
Dalam keadaan ancaman bahaya gempa bumi, hal yang harus
dilakukan adalah melakukan proses tanggap darurat. Tanggap Darurat adalah
tindakan yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang dalam
menghadapi keadaan darurat. (Kemenkes, 2010). Dalam situasi ancaman
bencana gempa bumi hal yang harus dilakukan seperti penjelasan berikut.
15
a. Sebelum Gempa
Untuk mengurangi tingkat keparahan akibat gempa bumi, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan. Hal yang harus diperhatikan
sebelum menghadapi gempa bumi adalah sebagai berikut:
b. Mengenal Gempa Bumi
Kunci utama untuk selamat dari gempa bumi adalah mengenali
apa yang disebut gempa bumi. Setelah mengenal gempa bumi, hal
yang harus dilakukan adalah memastikan struktur dan letak bangunan.
Hal ini bertujuan agar kita dapat menghindari bahaya akibat dari
gempa bumi itu sendiri seperti tanah longsor, pencairan tanah, tsunami
dan lain-lain. Kemudian lakukan evaluasi dan renovasi jika perlu
untuk mengurangi tingkat resiko keparahan akibat gempa (BMKG,
2014).
c. Mengenali Lingkungan Tempat Bekerja dan Tempat Tinggal
Mengenali lingkungan tempat bekerja dan tinggal, mulai dari
pintu, tangga darurat, hingga tempat aman untuk berlindung
merupakan hal yang paling penting saat terjadi gempa. Hal ini
bertujuan agar mengetahui hal yang harus dilakukan ketika terjadi
gempa, sehingga bisa terhindar dari risiko cedera hingga kematian
bisa. Mempelajari cara menggunakan P3K dan alat pemadam
kebakaran merupakan hal yang juga penting jika sewaktu-waktu
dibutuhkan. Selain itu mencatat nomor telepon penting untuk
dihubungi saat terjadi gempa bumi juga perlu dilakukan (BMKG,
2014).
16
d. Persiapan Rutin
Perabotan (lemari, kabinet dan lain-lain) sebaiknya diatur
menempel pada dinding (diikat, dipaku dan lain-lain) untuk
menghindari jatuh, roboh atau bergeser saat terjadi gempa bumi.
Selain itu simpan bahan mudah terbakar di tempat yang tidak mudah
pecah agar terhindar dari bahaya kebakaran akibat gempa. Mematikan
air, listrik dan gas bila tidak digunakan juga perlu dilakukan untuk
mengurangi bahaya akibat gempa seperti korsleting, tersetrum
kebakaran dan sebagainya (BMKG, 2014).
e. Atur Material yang Berpotensi Terjatuh
Material yang berat sebaiknya diatur sebisa mungkin pada
posisi bagian bawah. Selain itu cek kestabilan benda yang tergantung
di atas (lampu, kipas gantung dan lain-lain). Hal ini bertujuan untuk
mengurangi risiko cedera akibat tertimpa material yang sangat
berpotensi terjatuh saat terjadi gempa (BMKG, 2014).
f. Alat yang Harus Di Sediakan Di Setiap Tempat
Kotak P3K adalah hal yang sangat penting digunakan ketika
terdapat korban yang mengalami cedera akibat gempa bumi agar tidak
semakin parah. Makanan suplemen dan air juga dibutuhkan untuk
bertahan hidup jika sewaktu-waktu terjebak akibat gempa sambil
menunggu bantuan evakuasi datang Selain itu senter dan radio juga
diperlukan untuk mengetahui kondisi terkini terkait gempa (BMKG,
2014).
17
5. Saat Gempa
Dalam menghadapi gempa bumi, ada beberapa hal yang harus
dilakukan. Hal yang harus dilakukan saat menghadapi gempa bumi
adalah sebagai berikut:
a. Lindungi Kepala dan Badan dengan Bersembunyi di Bawah
Meja
Jika sedang berada di dalam ruangan, segera lari keluar jika
masih dapat dilakukan menuju titik kumpul. Jangan menggunakan lift,
gunakan tangga darurat. Jika tidak memungkinkan, tunggu dan tetap
disana sampai gempa mereda. Beranjaklah beberapa langkah menuju
tempat aman terdekat (di bawah meja dan lain-lain) untuk
menghindari reruntuhan akibat gempa. Jauhi kaca atau jendela
(Komunitas Siaga Tsunami, 2007).
b. Jauhi Kaca atau Jendela
Pada saat terjadi gempa, cari tempat yang paling aman. Hindari
berada di sekitar benda yang mulai pecah seperti kaca atau jendela.
Hal ini bertujuan untuk menghindari cedera akibat gempa bumi
(BMKG, 2014)
c. Lari Keluar Apabila Masih Dapat Dilakukan
Pada saat terjadi gempa bumi, segera lari ke luar bangunan
menuju tempat aman. Jangan menggunakan lift atau tangga berjalan.
Jauhi evakuasi di sekitar kaca dan bangunan agar tidak terjadi cedera.
(BMKG 2014)
18
d. Jika Terjebak dalam Lift, Hubungi Orang Lain dengan
Menggunakan interphone Jika Tersedia
Jika terjebak dalam lift, hal yang harus pertama dilakukan
adalah jangan panik. Hubungi petugas dengan interphone jika tersedia
untuk meminta bantuan. Jika tidak tunggu hingga bantuan datang
(BNPB, 2012).
e. Hindari Bangunan Di Sekitar Anda (Gedung, Pohon, Tiang
Listrik dll)
Pada saat keluar bangunan, hindari bangunan di sekitar anda
(gedung, pohon, tiang listrik, dan lain-lain) agar tidak tertimpa.
Kemudian hal yang penting pada saat keluar dari bangunan menuju
tempat yang aman adalah memperhatikan tempat berpijak. Hindari
tempat berpijak apabila terjadi rekahan tanah (BMKG, 2014).
f. Perhatikan Tempat Anda Berpijak Apabila Terjadi Rekahan
Tanah
Pada saat terjadi gempa, perhatikan tempat anda berpijak.
Hindari tempat yang terdapat rekahan. Berhati-hati apabila terjadi
rekahan tanah (BMKG, 2014).
g. Rapatkan Badan Anda Ke Tanah
Pada saat terjadi gempa, usahakan jangan berdiri. Hindari
bersandar pada dinding bangunan, tiang dan sebagainya. Rapatkan
badan anda ke tanah pada tempat yang aman agar dapat menjaga tubuh
19
tetap stabil menghadapi guncangan gempa (Komunitas Siaga
Tsunami, 2007).
h. Keluar dari Mobil
Jika berada di dalam mobil, melambatlah dalam mengendarai
mobil. Kemudikan mobil menuju titik aman. Keluarlah dari kendaraan
dan segera menuju tempat aman (Komunitas Siaga Tsunami, 2007)
i. Beritahukan Kepada Seluruh Orang Bahwa Terjadi Gempa
Pada saat terjadi gempa bumi, beritahukan kepada seluruh
orang bahwa sedang terjadi gempa. Umumkan lewat pengeras suara
di tempat ibadah, bunyikan kentongan dan beduk di pos-pos ronda dan
masjid dengan ketukan tiga kali berirama secara terus menerus
(Komunitas Siaga Tsunami, 2007)
6. Sesudah Gempa
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sesudah terjadi gempa adalah
sebagai berikut:
a. Keluar Dari Bangunan Tersebut
Setelah gempa mereda, segera keluar dari bangunan untuk
menghindari terjadinya gempa susulan atau tertimpa bangunan.
Jangan menggunakan lift karena ada kemungkinan terjadi kerusakan
akibat gempa, gunakan tangga biasa. Keluar dari bangunan menuju
tempat berkumpul sambil memperhatikan tempat berpijak dan
menjauh dari bangunan di sekitar anda (BMKG, 2014).
20
b. Periksa Apa Ada yang Terluka
Setelah berkumpul, periksa kembali apakah ada yang
membutuhkan pertolongan. Apabila ada yang terluka segera lakukan
pertolongan pertama. Telepon ke nomor darurat untuk meminta
pertolongan pada anda atau sekitar anda apabila dibutuhkan
(BMKG, 2014).
c. Jangan Masuk Ke Bangunan Sesudah Terjadi Gempa
Saat berada diluar bangunan, hindari masuk ke dalam bangunan
sesudah terjadi gempa bumi. Hal ini untuk menghindari hal yang tidak
diinginkan karena masih memungkinkan terjadinya reruntuhan atau
bahkan gempa susulan. Kembalilah ke bangunan setelah mendapat
instruksi dari petugas atau sumber yang terpercaya (BMKG, 2014).
d. Periksa Lingkungan Sekitar Anda
Setelah gempa mereda dan sudah diinstruksikan kembali oleh
petugas atau sumber terpercaya ke dalam bangunan, periksa kembali
lingkungan sekitar anda. Periksa lingkungan jika terjadi kebakaran,
arus pendek, kebocoran gas, aliran air dan lain-lain akibat dari
terjadinya gempa bumi. Hindari segala hal yang bisa membahayakan
seperti menyalakan listrik, api dan lain-lain sampai kondisi sudah
dinyatakan aman (BMKG, 2014).
e. Jangan Berjalan Di Sekitar Daerah Gempa
Selain dilarang masuk ke dalam bangunan, hal lain yang tidak
boleh dilakukan adalah dilarang berjalan di sekitar daerah gempa
21
setelah terjadi gempa bumi. Hal ini harus dihindari karena masih bisa
terjadi gempa susulan atau tertimpa reruntuhan. Kembalilah ke
bangunan setelah mendapat instruksi dari sumber yang terpercaya
(BMKG, 2014).
f. Mendengarkan Informasi Mengenai Gempa Bumi dari Sumber
yang Jelas (Berita Radio, dll)
Setelah gempa terjadi, disarankan untuk mendengar informasi
terkait perkembangan gempa (seperti jika ada gempa susulan yang
terjadi). Dengarkan informasi mengenai gempa bumi dari sumber
terpercaya. Jangan mudah terpancing dengan isyu dan berita yang
tidak jelas sumbernya.
g. Mengisi Angket yang Dilakukan Instansi Terkait
Setelah terjadi gempa bumi, isi angket jika diminta oleh
instansi terkait. Isi angket sesuai dengan kondisi yang terjadi sebenar
mungkin. Hal ini bertujuan untuk mengetahui besar kerusakan yang
terjadi (BMKG, 2014).
h. Jangan Panik dan Selalu Berdoa
Hal yang terpenting pada saat terjadi gempa bumi adalah
jangan panik. Selalu berdoa menurut kepercayaan demi keamanan
dan keselamatan (BMKG, 2014).
7. Prosedur Gempa Bumi
Prosedur Tetap (Protap) Tanggap Darurat adalah tata cara atau
pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat dengan
22
memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk menanggulangi akibat
dari suatu kondisi yang tidak normal dengan tujuan untuk mencegah atau
mengurangi kerugian yang lebih besar. Prosedur gempa bumi dilakukan
dengan tujuan untuk memberikan pelaksanaan pada organisasi tanggap
darurat mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil jika adanya
kondisi darurat gempa bumi. Prosedur ini dilaksanakan mulai pada saat
terjadinya gempa sampai adanya pernyataan kondisi aman (Kemenkes,
2010).
Evakuasi adalah perpindahan penghuni bangunan secara paksa
akibat keadaan darurat dari ruang tempat bekerja menuju ke tempat yang
aman (Kementrian Kesehatan, 2010). Cara evakuasi tanggap darurat
bencana alam gempa bumi menurut Kementrian Kesehatan (2010) dalam
pedoman kesiapsiagaan tanggap darurat di gedung perkantoran akan
dijelaskan dalam gambar 2.1:
23
TIDAK
YA
Gambar II.1 Diagram Evakuasi Gempa Bumi
(Kementrian Kesehatan, 2010)
Adanya gempa
Jika berada
didalam
gedung
Lindungi kepala dan
badan dari
reruntuhan/mencari
tempat yang paling aman
dari reruntuhan
Keluar dan menuju ke titik
berkumpul Selesai
mencari tempat yang
paling aman dari
reruntuhan (di bawah meja,
furniture dll)
Menghindari dari
bangunan yang ada di
sekitar
24
8. Sarana Evakuasi Tanggap Darurat
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung, pada pasal 59 ayat 1, menyatakan bahwa
setiap bangunan gedung, kecuali rumah tinggal tunggal dan rumah deret
sederhana, harus menyediakan sarana evakuasi yang meliputi sistem
peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi
yang dapat menjamin kemudahan pengguna bangunan gedung untuk
melakukan evakuasi dari dalam bangunan gedung secara aman apabila
terjadi bencana atau keadaan darurat. Elemen-elemen yang harus terdapat
dalam sarana penyelamatan jiwa adalah sebagai berikut:
a. Pintu Darurat
Menurut SNI 03-1746 tahun 2000, penempatan pintu darurat
harus diatur sedemikian rupa sehingga dimana saja penghuni dapat
menjangkau pintu keluar (exit) tidak melebihi jarak yang telah
ditetapkan. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.26/PRT/M/2008 pintu darurat harus ada pada setiap jalan keluar
dan dilengkapi dengan tanda atau petunjuk. Pintu darurat harus
berhubungan langsung dengan jalan penghubung tangga ke halaman
luar.
b. Tangga Darurat
Menurut SNI 03-1735 tahun 2000, tangga darurat adalah
tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi
kebakaran pada koridor tiap jalan keluar menuju tangga darurat
25
dilengkapi dengan pintu darurat yang tahan api (lebih kurang 2 jam)
dan panic bar sebagai pegangannya sehingga mudah dibuka dari
sebelah tangga (luar) untuk mencegah masuknya asap ke dalam tangga
darurat. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.26/PRT/M/2008 tangga darurat harus cukup lebar untuk dilalui
dua orang bersebelahan. Tidak boleh ada penyempitan lebar tangga
serta pegangan tangga tidak boleh putus-putus.
c. Penunjuk Arah
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.26/PRT/M/2008, selain dari pintu exit utama di bagian luar
bangunan gedung yang jelas dan nyata harus diberi tanda dengan
sebuah tanda yang disetujui yang mudah terlihat dari setiap arah
akses exit.
d. Tempat Berkumpul
Assembly point (tempat berkumpul) adalah tempat evakuasi
sementara untuk tiap kejadian kebakaran, gempa bumi, tumpahan
bahan kimia, bencana alam, huru hara dan lain-lain. Tempat
berhimpun atau titik kumpul adalah tempat di area sekitar atau diluar
lokasi yang dijadikan sebagai tempat berhimpun atau berkumpul
setelah proses evakuasi dan dilakukan perhitungan saat terjadi
kebakaran. Tempat berhimpun darurat harus aman dari bahaya
kebakaran dan lainnya. Tempat ini pula merupakan lokasi akhir
26
yang dituju sebagaimana digambarkan dalam rute evakuasi
(National Fire Protection Association, 2003).
B. Intensi
Intensi memiliki kata lain ambisi, maksud, niat, pamrih, semangat
ataupun tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, intensi adalah
perangkat atribut atau ciri yang menjelaskan sesuatu yang dapat diacu dengan
kata tertentu. Sedangkan menurut kamus psikologi karya J.P. Chaplin (2004)
intensi adalah satu perjuangan guna mencapai satu tujuan. Menurut Ajzen
(2005) intensi merupakan anteseden dari sebuah perilaku yang nampak. Intensi
dapat meramalkan secara akurat berbagai kecenderungan perilaku. Berdasarkan
Planned Behaviour Theory, intensi memiliki tiga determinan utama, yaitu
sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol diri. Semakin menyenangkan suatu
sikap dan norma subjektif terhadap suatu perilaku, ditambah semakin besar
persepsi kontrol diri terhadap perilaku, maka semakin besar pula intensi
individu untuk menampilkan perilaku tertentu dan begitu juga sebaliknya
(Ajzen, 2005).
Menurut hasil penelitian Saptari (2013) seseorang yang memiliki
dorongan norma subjektif yang kuat diikuti dengan kontrol persepsi diri yang
kuat akan memiliki sikap yang positif sehingga menimbulkan niat untuk
memunculkan suatu perilaku.
C. Teori Intensi
1. Teori Reasoned Action
Toeri reasoned action digunakan untuk mencari hubungan antara
intensi dan perilaku. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) terdapat dua faktor
27
penentu pada intensi, yaitu sikap pribadi dan norma subjektif. Sikap
merupakan evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu.
Sedangkan norma subjektif adalah persepsi seseorang terhadap tekanan
sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu.
Menurut teori reasoned action, tindakan seseorang adalah realisasi
dari keinginan atau niat seseorang untuk memunculkan perilaku. Faktor yang
mempengaruhi niat adalah sikap pada tindakan, dan norma subjektif
menyangkut persepsi seseorang, apakah orang lain yang dianggap penting
akan mempengaruhi perilakunya. Teori reasoned action menggambarkan
keterpaduan yang menyeluruh dari komponen sikap dalam struktur yang di
desain untuk mengarahkan prediksi dan penjelasan yang lebih baik dari
perilaku (Schiffman dan Kanuk, 2000).
2. Teori Planned Behaviour
Teori Reasoned Action yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen
menjelaskan bahwa intensi untuk berperilaku dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu sikap dan norma subjektif. Namun Ajzen melakukan meta analisis
terhadap teori reasoned action. Berdasarkan hasil meta analisis, teori
reasoned action hanya berlaku bagi tingkah laku yang berada di bawah
kontrol penuh individu, namun tidak sesuai untuk kontrol yang tidak
sepenuhnya di bawah kontrol individu, karena ada faktor yang menghambat
intensi untuk berperilaku. Kemudian Ajzen menambah satu faktor bagi
intensi, yaitu perceived behavior control (Ajzen, 2005).
Dalam teori Planned Behavior, ada tiga faktor yang saling berkaitan
dalam membentuk intensi individu untuk bertingkah laku, yaitu sikap,
28
norma subjektif, serta perceived behavior control (Ajzen, 2005). Menurut
Ajzen, model teoritik dari Theory of Planned Behavior (perilaku yang
direncanakan) mengandung berbagai variabel yaitu:
a. Faktor Latar Belakang (Background Factors)
Usia, jenis kelamin, suku, status sosial ekonomi, suasana hati, sifat
kepribadian, dan pengetahuan mempengaruhi sikap dan perilaku individu
terhadap sesuatu hal. Faktor latar belakang pada dasarnya adalah sifat
yang hadir di dalam diri seseorang. Ajzen (2005), memasukkan tiga faktor
latar belakang, yakni personal, sosial, dan informasi. Faktor personal
adalah sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian
(personality traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang
dimilikinya. Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender),
etnis, pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor informasi adalah
pengalaman, pengetahuan, dan ekspos pada media.
Menurut Pribadi (2009) beberapa faktor penyebab utama timbulnya
banyak korban akibat bencana gempa bumi adalah karena kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang bencana dan kurangnya kesiapan
masyarakat dalam mengantisipasi bencana tersebut. Khusus untuk gempa
bumi korban yang meninggal banyak terjadi karena tertimpa reruntuhan
akibat bangunan yang roboh.
b. Keyakinan Perilaku (Behavioral Belief)
Keyakinan perilaku (behaviour belief) adalah kepercayaan-
kepercayaan yang terdapat dalam sikap. Sikap adalah kepercayaan positif
29
atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Seorang individu
akan berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia
menilainya secara positif. Sikap ditentukan oleh kepercayaan-
kepercayaan individu mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu
perilaku (behavioral beliefs) dengan mempertimbangkan hasil evaluasi
terhadap konsekuensinya (outcome evaluation) (Achmat, 2010).
c. Keyakinan Normatif (Normative Belief)
Menurut Field Theory yang dikemukan oleh Kurt Lewin,
lingkungan sosial berpengaruh dengan kehidupan individu. Pendapat
Lewin ini disetujui oleh Ajzen melalui perceived behavioral control.
Faktor lingkungan sosial khususnya orang-orang yang berpengaruh bagi
kehidupan individu (significant others) dapat mempengaruhi keputusan
individu (Ajzen, 2005).
d. Kemampuan Mengontrol (Control Belief)
Control Belief adalah kepercayaan mengenai kemampuan dalam
mengendalikan perilaku, atau keyakinan tentang adanya faktor untuk
mendukung atau menghambat munculnya suatu perilaku dan persepsi
terhadap kekuatan faktor tersebut. Jika seseorang memiliki control beliefs
yang kuat mengenai faktor-faktor yang ada yang akan memfasilitasi suatu
perilaku, maka seseorang tersebut memiliki persepsi yang tinggi untuk
mampu mengendalikan suatu perilaku. Sebaliknya, seseorang tersebut
akan memiliki persepsi yang rendah dalam mengendalikan suatu perilaku
30
jika ia memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor-faktor yang
menghambat perilaku (Achmat, 2010).
e. Sikap Terhadap Perilaku (Attitude Toward The Behaviour)
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah respon evaluatif
dalam bentuk kognitif meliputi beliefs yang dimiliki individu terhadap
objek sikap dengan berbagai atributnya. Menurut Newcomb dalam
Notoadmodjo (2003) sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak, yang menjadi predisposisi tindakan suatu perilaku, bukan
pelaksanaan motif tertentu.
Apabila sikap terhadap perilaku merupakan fungsi dari keyakinan
individu terhadap perilaku yang akan dilakukan (behavioral belief)
(Ramdhani, 2011). Semakin individu memiliki evaluasi bahwa suatu
perilaku akan menghasilkan konsekuensi positif maka individu akan
cenderung bersikap favorable terhadap perilaku tersebut. Begitu juga
sebaliknya, semakin individu memiliki evaluasi negatif maka individu
akan cenderung bersikap unfavorable terhadap perilaku tersebut (Ajzen,
2005).
f. Norma Subjektif (Subjective Norm)
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) norma subjektif adalah
keyakinan individu mengenai harapan orang-orang yang berpengaruh di
sekitarnya (perorangan maupun kelompok) untuk menampilkan atau tidak
suatu perilaku tertentu. Ajzen (2005) mendefinisikan norma subjektif
sebagai persepsi individu tentang tekanan sosial untuk melakukan atau
31
tidak melakukan suatu perilaku (Ajzen, 2005). Norma subjektif adalah
fungsi dari keyakinan individu yang diperoleh atas pandangan orang-
orang lain terhadap objek sikap yang berhubungan dengan individu
(normative belief) (Ramdhani, 2011).
Didalam kehidupan sehari-hari, hubungan yang dijalin setiap
individu dapat dikategorikan ke dalam hubungan yang bersifat vertikal
dan horizontal. Hubungan vertikal adalah hubungan antara atasan–
bawahan; guru–murid; profesor–mahasiswa, atau orang tua–anak.
Hubungan horizontal terjadi antara individu dengan teman-teman atau
orang lain yang bersifat setara. Pola hubungan ini dapat menjadi sumber
perbedaan persepsi. Pada hubungan yang bersifat vertikal, harapan dapat
dipersepsi sebagai tuntutan (injunctive) sehingga pembentukan norma
subjektif akan diwarnai oleh adanya motivasi untuk patuh terhadap
tuntutan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.
Sebaliknya, pada hubungan yang bersifat horizontal harapan terbentuk
secara deskriptif sehingga konsekuensinya adalah keinginan untuk meniru
atau mengikuti (identifikasi) perilaku orang lain di sekitarnya (Ramdhani,
2011).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saptari (2013),
dalam menentukan keputusan seseorang yang memiliki dorongan dari
sudut pandang keluarga, teman, tenaga kesehatan dan paparan informasi
dari media massa dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Semakin
seseorang percaya akan pendapat orang-orang terdekatnya untuk
melakukan perilaku, maka ia harus melakukan perilaku tersebut. Begitu
32
juga sebaliknya, semakin seseorang percaya akan pendapat orang-orang
terdekatnya untuk tidak melakukan perilaku, maka individu cenderung
tidak melakukan perilaku tersebut (Ludin, 2010).
g. Persepsi Kontrol Perilaku (Perceived Behaviour Control)
Ajzen (2005) memaparkan perceived behaviour control sebagai
fungsi yang didasarkan oleh belief yang disebut control belief. Control belief
adalah belief mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat untuk
memunculkan suatu perilaku. Control belief didasarkan atas pengalaman
terdahulu individu tentang suatu perilaku, informasi yang dimiliki individu
tentang suatu perilaku dengan observasi yang dimiliki diri sendiri maupun
orang lain serta dari berbagai faktor lain.
Persepsi kontrol perilaku adalah persepsi individu mengenai
kemudahan atau kesulitan untuk melakukan suatu perilaku. Semakin individu
merasa banyak faktor pendukung dan sedikit faktor penghambat untuk
berperilaku, maka individu cenderung mudah untuk memunculkan perilaku
tersebut. Dan sebaliknya, semakin individu merasa banyak faktor
penghambat dan sedikit faktor pendukung untuk berperilaku, maka individu
cenderung sulit untuk memunculkan suatu perilaku tersebut (Ajzen, 2005).
Menurut Saptari (2013) persepsi kontrol diri seseorang dikatagorikan
menjadi persepsi kontrol diri lemah dan kuat. Hasil dari penelitian yang
dilakukan menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki persepsi kontrol diri
yang kuat akan lebih bersikap positif. Persepsi kontrol diri berhubungan
signifikan dengan niat seseorang dalam melakukan suatu tindakan tertentu.
33
D. Kerangka Teori
Menurut Ajzen, sikap individu berasal dari keyakinan individu terhadap
suatu perilaku (behaviour beliefs), yaitu konsekuensi yang akan ditimbulkan
oleh perilaku tersebut. Norma subjektif merupakan persepsi seseorang tentang
apakah orang lain akan menyetujui atau tidak menyetujui suatu tingkah laku
yang ditampilkan oleh individu. Norma subjektif ditentukan oleh adanya
keyakinan normatif (normative belief). Percieved behavior control didasari
oleh kepercayaan mengenai faktor pendukung dan penghambat individu untuk
memunculkan suatu perilaku (control belief).
Ketiga faktor tersebut dilatar belakangi oleh faktor-faktor lainnya, yaitu
faktor pribadi, sosial demografi dan informasi. Untuk lebih jelasnya akan
dijelaskan dalam gambar 2.2:
34
Theory of Planned Behaviour (Ajzen, 2005)
Gambar II.2 Kerangka Teori
Faktor Latar Belakang:
Pribadi:
- Sikap general
- Kepribadian
- Nilai
- Emosi
- Kecerdasan
Sosial Demografi:
- Umur, ras, etnik
dan gender
- Pendidikan
- Pendapatan
- Agama
Informasi
- Pengalaman
- Pengetahuan
- Eksposur Media
Keyakinan
Normatif
Norma
Subjektif
Keyakinan
terhadap
perilaku
Sikap terhadap
perilaku
Kemampuan
mengontrol
Persepsi
kontrol perilaku
Intensi Perilaku
35
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini berasal dari kerangka Planned
Behaviour Theory (Ajzen, 2005). Menurut teori Planned Beahviour, intensi
atau niat seseorang untuk berperilaku terbentuk dari tiga faktor dominan, yaitu
sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku. Ketiga faktor tersebut dilatar
belakangi oleh faktor sosial demografi yang meliputi umur, pendidikan, status
pekerjaan, jenis kelamin dan status pernikahan. Selain itu, faktor informasi
berupa pengetahuan dan pengalaman juga mempengaruhi teori faktor dominan
tersebut.
Berdasarkan kerangka teori dalam tinjauan pustaka, tidak semua
variabel masuk ke dalam konsep, hal ini dikarenakan faktor-faktor yang masuk
dalam kerangka konsep merupakan faktor-faktor penting yang harus diketahui
dan diamati terlebih dahulu sebagai faktor yang mempengaruhi mahasiswa
untuk melakukan proses tanggap darurat bencana gempa bumi. Adapun variabel
yang tidak diteliti adalah:
- Perilaku
Perilaku tidak diteliti karena belum ada mahasiswa yang melakukan
antisipasi kejadian gempa bumi sesuai prosedur di kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Berdasarkan kerangka teori, maka kerangka konsep yang akan
digunakan dijelaskan pada gambar 3.1.
36
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
Intensi
Keinginan atau
kecenderungan
responden untuk
melaksanakan
atau tidak
melaksanakan
antisipasi apabila
terjadi gempa
bumi di gedung
kampus UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
Kuesioner
yang
dibagikan
dan diisi
oleh
responden
Kuesioner 1 = Kuat jika
skor ≥ nilai
median
2 = Lemah
jika skor <
nilai median
Ordinal
Sikap Pendapat atau
respon
mahasiswa
terhadap
antisipasi
kejadian gempa
Kuesioner
yang
dibagikan
dan diisi
oleh
responden
Kuesioner 1= Positif
jika skor ≥
nilai median
2= Negatif
jika skor <
nilai median
Ordinal
Sikap Terhadap
Perilaku
Norma Subjektif
Persepsi Kontrol
Perilaku
Determinan Intensi
Kesiapsiagaan
Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Dalam Antisipasi
Kejadian Gempa Bumi
Tahun 2017
37
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
bumi di kampus
UIN Jakarta
Norma
Subjektif
Pandangan orang
-orang terdekat
responden
(orang tua,
teman dan pihak
kampus)
terhadap
antisipasi
kejadian gempa
bumi dan
seberapa
berpengaruh
pandangan
orang- orang
tersebut terhadap
keputusan
responden untuk
melakukan
antisipasi
kejadian gempa
bumi
Kuesioner
yang
dibagikan
dan diisi
oleh
responden
Kuesioner 1 = Kuat
jika jumlah
skor ≥ nilai
median
2 = Lemah
jika jumlah
skor < nilai
median
Ordinal
Persepsi
Kontrol
Perilaku
Keyakinan
responden
mengenai
kemudahan dan
kesulitan
terhadap
antisipasi
kejadian di
kampus UIN
Jakarta
Kuesioner
yang
dibagikan
dan diisi
oleh
responden
Kuesioner 1 = Kuat
jika jumlah
skor ≥ nilai
median
2 = Lemah
jika jumlah
skor < nilai
median
Ordinal
38
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Waktu Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian desain deskriptif.
Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan intensi kesiapsiagaan
mahasiswa dengan sikap, norma subjektif dan persepsi mahasiswa terhadap
proses tanggap darurat bencana gempa bumi. Penelitian dengan metode
kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional study (potong lintang)
dimana variabel independen dan dependen diamati pada waktu (periode) yang
sama. Pendekatan yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu dilakukan
sekaligus pada suatu saat (point time approach), artinya pengukuran variabel
dependen dan variabel independen dilakukan bersamaan pada tiap subjek
penelitian. Adapun kelemahan dari desain cross sectional masih kurang bisa
menggambarkan hubungan antar variabel, namun desain ini tetap dipilih
sebagai desain dalam penelitian ini karena desain ini cukup sederhana sehingga
sesuai dengan waktu, dana, dan kemampuan peneliti.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2017- Juli 2017 di kampus
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
39
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster sampling,
dimana sampel yang diambil berdasarkan gedung fakultas yang dimiliki oleh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Teknik pengambilan sampel yang akan
digunakan adalah teknik pengambilan bertahap (Multi-Stage Sampling).
Multi-Stage Sampling adalah teknik pengambilan sampling yang dilakukan
dalam dua atau lebih tahapan dalam populasi yang besar dan tersebar. Teknik
pengambilan Multi-Stage Sampling sering dilakukan dalam penelitian
berbasis komunitas (Lapau, 2013).
Dalam pengambilan sampel, mahasiswa UIN Jakarta dibagi menjadi
2 kelompok jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Sampel nantinya
akan tersebar dalam beberapa fakultas. Fakultas-fakultas yang ada di UIN
Jakarta kemudian dikelompokan jika memiliki karakteristik yang sama.
Kemudian fakultas tiap-tiap kelompok yang terpilih kemudian dibuat daftar-
daftar nama mahasiswa. Nama-nama mahasiswa tersebut kemudian akan di
pilih secara acak untuk menjadi sampel sampai dengan jumlah sampel yang
diinginkan terpenuhi. Berdasarkan cluster random sampling, fakultas yang
terpilih adalah Fakultas Ushuluddin, Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, Fakultas Sains dan Teknologi dan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
40
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung besar sample
minimal dengan rumus estimasi proporsi adalah sebagai berikut:
𝑛 = 𝑍2
1−𝑎/2𝑃(1−𝑃)
𝑑2 𝑋 𝑑𝑒𝑓= 1,962 𝑥 0,5(1−0,5)
0.12 𝑥2 =
194
n = jumlah atau besar sampel minimal
Z 1-α/2 = nilai baku distribusi normal pada α tertentu (1,96)
P = Proporsi variabel dependen dan variabel independen pada penelitian
sebelumnya.
d = derajat akurasi / presisi mutlak (10%)
Hasil perhitungan minimal sampel yang dibutuhkan dengan
menggunakan rumus estimasi proporsi adalah 194 orang. Peneliti kemudian
menambahkan responden cadangan untuk menghindari terjadinya
kehilangan data saat di lapangan atau hal yang tidak diinginkan lainnya. Oleh
karena itu, jumlah responden dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 220
responden.
Sampel kemudian terbagi pada beberapa fakultas terpilih, dengan
penyebaran ke masing-masing fakultas terpilih berjumlah 56 sampel.
Berdasarkan random sampling daftar nama, terpilih nama-nama mahasiswa
dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 96 sampel dan jenis kelamin
perempuan berjumlah 124 sampel.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan instrumen
yang diambil dari buku pedoman Badan Nasional Penanggulangan Bencana
41
(BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG,) buku
pedoman Komunitas Siaga Tsunami dan buku pedoman Kementrian
Kesehatan. Instrumen dilakukan uji validitas oleh peneliti sebelum digunakan
untuk mengumpulkan data. Kuesioner yang dibuat mencakup beberapa
variabel yang diteliti, yaitu intensi, sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol
perilaku,
Penentuan variabel intensi terhadap proses tanggap darurat ditentukan
dari jawaban responden pada kuesioner. Katagori untuk variabel ini adalah:
1. Intensi kuat jika nilai total ≥ median
2. Intensi lemah jika nilai total < median
Penentuan variabel sikap positif terhadap proses tanggap darurat
gempa bumi atau sikap negatif terhadap proses tanggap darurat gempa bumi
ditentukan dari jawaban responden pada kuesioner. Kuesioner ini
menggunakan skala yang terdiri dari 4 Likert dimana apabila responden
memilih sangat tidak setuju bernilai poin 1 hingga sangat setuju bernilai 4 poin.
Katagori untuk variabel ini adalah:
1. Sikap positif jika nilai total ≥ median
2. Sikap negatif jika nilai total < median
Penentuan variabel norma subjektif dengan dorongan kuat atau norma
subjektif dengan dorongan lemah ditentukan dari jawaban responden pada
kuesioner. Kuesioner ini menggunakan skala yang terdiri dari 4 Likert dimana
apabila responden memilih sangat tidak setuju bernilai poin 1 hingga sangat
setuju bernilai 4 poin. Katagori untuk variabel ini adalah:
1. Norma subjektif kuat jika nilai total ≥ median
42
2. Norma subjektif lemah jika nilai total < median
Penentuan variabel persepsi kontrol perilaku kuat atau persepsi
kontrol perilaku lemah terhadap proses tanggap darurat ditentukan dari
jawaban responden pada kuesioner. Kuesioner ini menggunakan skala 4 Likert
dimana apabila responden memilih sangat tidak setuju bernilai poin 1 hingga
sangat setuju bernilai 4 poin. Katagori untuk variabel ini adalah:
1. Persepsi kontrol perilaku kuat jika nilai total ≥ median
2. Persepsi kontrol perilaku lemah jika nilai total < median
E. Pengolahan Data
1. Menyunting
Proses memeriksa data yang dikumpulkan untuk memastikan tidak ada
missing data atau tidak isi oleh responden. Data yang telah didapat kemudian
diperiksa, diteliti, dan diedit untuk melihat kelengkapan data.
2. Mengkode Data
Proses pendeskripsian data dan pemberian kode pada jawaban
responden, dilakukan pada pembuatan kuesioner untuk mempermudah
pengolahan data selanjutnya.
3. Memasukan Data
Memasukkan data dalam program atau fasilitas analisis data
berdasarkan klasifikasi.
4. Membersihkan Data
Data yang telah dimasukkan diperiksa kembali untuk memastikan tidak
ada yang salah dan menghindari kesalahan dalam menganalisis (error).
43
F. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer melalui
pengisian kuesioner. Data primer atau data tangan pertama adalah data yang
diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai informasi
yang dicari (Siswanto dkk., 2014). Pengumpulan data primer dilakukan dengan
pengisian kuesioner oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data
primer yang dikumpulkan adalah keseluruhan variabel yang diteliti dalam
penelitian ini.
Menurut Sugiyono (2001), kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Teknik pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner
kepada mahasiswa yang terlebih dahulu akan dijelaskan maksud dan tujuan
penelitian serta cara pengisian kuesioner. Kuesioner dibagikan oleh tim yang
terdiri dari 5 orang. Tim tersebut sebelumnya sudah diberi pengarahan untuk
menyebarkan kuesioner sesuai maksud dan tujuan penelitian. Kuesioner
tersebut akan dibagikan kepada empat fakultas terpilih yang terdapat di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
G. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan kepada mahasiswa yang
memiliki karakteristik sama dengan bangunan gedung dan mahasiswa UIN
44
Syarif Hidayatullah Jakarta. Sugiyono (2009) menyebutkan bahwa instumen
yang valid adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Untuk mengetahui validitas kuesioner, peneliti kemudian
membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung. Nilai r hitung adalah nilai-
nilai yang berada dalam kolom “corrected item total correlation” pada output
software analisis data.
Peneliti menentukan r tabel dengan melihat “tabel r” dengan
menggunakan df=n-2. Setelah mendapatkan nilai r tabel, hal yang dilakukan
peneliti selanjutnya adalah membandingkan nilai r hasil perhitungan dengan
nilai r tabel. Jika r hasil positif, dan r hitung > r tabel, maka butir pertanyaan
atau variabel tersebut valid.
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa
kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan nilai atau data yang
sama. Menurut Notoatmodjo (2010) alat ukur yang dikatakan reliabel jika alat
tersebut dapat menghasilkan pengukuran yang sama meskipun digunakan oleh
peneliti yang berbeda pada waktu yang sama atau sebaliknya. Untuk
mengetahui reliabilitas, peneliti membandingkan nilai r tabel dengan r hasil.
Dalam uji reliabilitas, nilai r hasil adalah nilai alpha yang terletak di akhir
output software komputer. Apabila nilai r alpha lebih besar dari nilai r tabel,
maka pertanyaan tersebut reliabel.
Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan pada 34 mahasiswa akademik
Universitas Muhamadiyah Jakarta. Universitas Muhamadiyah Jakarta dipilih
karena memiliki karakteristik fakultas yang sama seperti Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
45
1. Validitas Kuesioner
Instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung (r pearson) ≥ nilai r tabel
(Oktavia, 2015). Nilai r tabel yang digunakan untuk sampel dengan jumlah
34 orang yaitu 0,339. Uji validitas pada variabel yang memiliki jawaban
dengan menggunakan skala guttman dilakukan dengan cara validitas
konten. Selain itu, validitas konten dilakukan dengan melihat estimasi
waktu responden dalam mengisi kuesioner dan pemahaman responden
terhadap isi kuesioner. Instrumen dikatakan valid jika mahasiswa dapat
mengerjakan kuesioner dengan waktu yang tidak terlalu lama dan
memahami seluruh pertanyaan dalam kuesioner.
Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa terdapat empat
pertanyaan (dua pertanyaan pada kuesioner sikap dan dua pertanyaan pada
kuesioner persepsi) memiliki nilai di bawah r tabel, sehingga pertanyaan
tersebut tidak valid. Namun pertanyaan tersebut tetap disertakan ke dalam
kuesioner dikarenakan pertanyaan tersebut sangat diperlukan untuk proses
analisis.
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel belum tentu valid. Namun reliabilitas
instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Oleh
karena itu pengujian instrumen perlu dilakukan sebab instrumen yang valid
umumnya pasti reliabel. Uji reliabilitas dilakukan dengan cara
membandingkan nilai Cronbach’s Alpha pada tabel Reliability Statistics.
Instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 (Oktavia,
2015). Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diketahui bahwa seluruh variabel
46
dalam penelitian ini memiliki nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini
reliabel.
H. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk memperoleh
gambaran frekuensi dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel
penelitian ini terdiri dari pengetahuan, sikap, persepsi, norma subjektif dan
karakteristik responden. Analisis dilakukan dengan bantuan software pengolah
data. Hasil dari analisis univariat kemudian dideskripsikan dalam bentuk
persentase.
I. Analisis Bivariat
Analisa dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square
dengan derajat kepercayaan 95%. Jika Pvalue ≤ 0,05 maka dapat diartikan ada
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Namun, jika
Pvalue > 0,05 maka dapat diartikan tidak ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
J. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan untuk menyusun informasi secara baik dan
akurat sehingga memudahkan pengambilan kesimpulan. Hasil analisis
penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel menurut variabel-variabel yang
diteliti disertai uraian mengenai isi tabel tersebut.
47
HASIL PENELITIAN
A. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah distribusi frekuensi untuk mendapatkan
gambaran dari variabel dependen maupun variabel independen. Berikut hasil
analisis univariat yang terdiri dari gambaran intensi mahasiswa dalam
kesiapsiagaan antisipasi gempa bumi, gambaran norma subjektif, gambaran
karakteristik responden, gambaran sikap, gambaran norma subjektif dan
gambaran persepsi kontrol perilaku.
1. Gambaran Intensi Kesiapsiagaan Antisipasi Gempa Bumi
Intensi kesiapsiagaan gempa bumi mahasiswa diukur melalui
pernyataan-pernyataan terkait tata cara antisipasi kejadian gempa bumi di
Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Uji statistik berskala ordinal
dilakukan untuk mengetahui distribusi intensi pada kesiapsiagaan
mahasiswa dalam antisipasi gempa bumi.
Hasil distribusi frekuensi mahasiswa dalam antisipasi gempa bumi
di kelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu intensi antisipasi gempa bumi
kuat dan intensi antisipasi gempa bumi lemah.
48
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Intensi Kesiapsiagaan Antisipasi
Kejadian Gempa Bumi
Variabel Kategori Frekuensi
(n= 224)
Presentase
(%)
Intensi
Kuat 131 58,5
Lemah 93 41.5
Total 224 100
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 224 responden sebagian
besar memiliki intensi kesiapsiagaan gempa bumi yang kuat dengan
persentase sebesar 58,5 %.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Intensi antisipasi kejadian Saat Gempa
Bumi
Variabel Kategori Frekuensi
(n= 224)
Presentase
(%)
Intensi Saat Gempa
Bumi
Kuat 120 53,6
Lemah 104 46,4
Total 224 100
Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa
memiliki intensi yang kuat pada saat kondisi terjadi gempa dengan
persentase sebesar 53,6 %.
49
Tabel 5.3 Distribusi Intensi kesiapsiagaan saat gempa bumi
Berdasarkan tabel 5.3 apabila saat terjadi gempa bumi hal yang
dilakukan paling pertama oleh mahasiswa adalah memilih berlari keluar
gedung.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Intensi antisipasi kejadian Setelah
Gempa Bumi
Variabel Kategori Frekuensi
(n= 224)
Presentase
(%)
Intensi Setelah Gempa
Bumi
Kuat 119 53,1
Lemah 105 46,9
Total 224 100
No.
Pertanyaan Intensi Kuat
Frekuensi
(n= 224)
Presentase
(%)
1. Berlari keluar gedung 219 97,8
2. Menghubungi petugas dengan
interphone pada jika terjebak
didalamnya
205 91,5
3. Berlindung di bawah meja sampai
menunggu kondisi / Instruksi yang
aman untuk keluar bangunan Kampus
135 60,3
4. Tidak berlindung di sekitar kaca yang
ada dibangunan
209 93,3
5. Memperlambat laju kendaraan,
kemudian
Pergi meninggalkan kendaraan
menuju tempat yang aman
167 74,6
6. Berhati-hati (menjauhi gedung,
pohon, tiang listrik dsb) agar tidak
tertimpa
214 95,5
7. Memperhatikan tempat berpijak
untuk menghindari retakan tanah
195 87,1
8. Tidak berdiri karena dapat
mengakibatkan tubuh tidak seimbang
dalam menahan guncangan gempa
135 60,3
9. Memberitahukan orang-orang sekitar
bahwa sedang terjadi gempa
186 83
50
Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa
memiliki intensi yang kuat pada kondisi setelah terjadi gempa bumi dengan
persentase sebesar 53,1 %.
Tabel 5.5 Distribusi Intensi Kesiapsiagaan Setelah Gempa Bumi
Berdasarkan tabel 5.5 apabila setelah terjadi gempa bumi hal yang
dilakukan paling pertama oleh mahasiswa adalah berlari menuju titik
kumpul dengan presentase sebesar 96,4 %.
2. Gambaran Faktor Intensi Kesiapsiagaan Dalam Antisipasi Kejadian
Gempa Bumi
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini yaitu sikap, norma subjektif
dan persepsi kontrol perilaku. Uji statistik dilakukan untuk mengetahui
No.
Pertanyaan Intensi Kuat
Frekuensi
(n= 224)
Presentase
(%)
1. Turun melakukan evakuasi
menggunakan tangga daruat
211 94,2
2. Berlari menuju titik kumpul 216 96,4
3. Memeriksa lingkungan sekitar apakah
ada yang membutuhkan pertolongan
191 85,3
4. Tidak masuk kembali ke dalam
bangunan sampai menunggu instruksi
dari keamanan
167 74,6
5. Memeriksa lingkungan sekitar untuk
mengetahui adanya kerusakan
(korsleting listrik, kebocoran gas,
kebocoran pipa dsb)
141 62,9
6. Tidak berjalan di sekitar area gempa
karena dikhawatirkan terjadi gempa
susulan
193 86,2
7. Mengisi angket dari instansi terkait
untuk mengetahui seberapa besar
kerusakan yang terjadi.
126 56,3
8. Senantiasa berdoa dan tidak panik 205 91,5
51
distribusi frekuensi. Hasil distribusi frekuensi dikelompokkan dalam dua
kategori yaitu positif-negatif untuk variabel sikap dan persepsi kontrol
perilaku, serta kuat lemah untuk variabel norma subjektif.
Berikut hasil distribusi frekuensi faktor intensi pada mahasiswa
dalam antisipasi gempa bumi di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2017:
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Faktor Intensi Kesiapsiagaan
Mahasiswa Antisipasi Kejadian Gempa Bumi
No. Variabel Kategori Frekuensi
(n= 224)
Presentase
(%)
1. Sikap Positif 130 58,5
Negatif 94 41,5
2. Norma Subjektif Kuat 174 77,7
Lemah 50 22,3
3. Persepsi Kontrol
Perilaku
Kuat 136 60,7
Lemah 88 39,3
a. Gambaran Distribusi Frekuensi Sikap
Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa dari 224 responden
penelitian sebagian besar memiliki sikap positif dengan persentase
sebesar 58,5 %.
52
b. Gambaran Distribusi Frekuensi Norma Subjektif
Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa dari 224 responden
penelitian sebagian besar memiliki norma subjektif kuat dengan
persentase sebesar 77,7 %.
c. Gambaran Distribusi Frekuensi Persepsi Kontrol Perilaku
Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa dari 224 responden
penelitian sebagian besar memiliki persepsi kontrol perilaku kuat
dengan persentase sebesar 60,7 %.
B. Analisis Bivariat
Hasil analisis hubungan antara faktor intensi dengan intensi adalah sebagai
berikut.
Tabel 5.7 Hubungan Sikap, Norma Subjektif dan Persepsi Kontrol
Perilaku dengan Intensi Kesiapsiagaan Mahasiswa Dalam Antisipasi
Kejadian Gempa Bumi
Variabel
Kategori
Intensi Total OR (95 %
CI)
P Value
Kuat Lemah
N =
131
% N=
93
% N=
224
%
Sikap
Positif 87 66,9 43 33,1 `130 100 2,203
(1,332-3,967)
0,04 Negatif 44 46,8 50 53,1 94 100
Norma
Subjektif
Kuat 103 59,2 71 40,8 `174 100 1,140
(0,604-2,151)
0,809 Lemah 28 56,0 22 44,0 50 100
Persepsi
Kontrol
Perilaku
Kuat 83 61,0 53 39,0 `136 100 1,246
(0,724-2,417)
0,411 Lemah 48 54,5 40 45,5 88 100
53
1. Hubungan Antara Sikap Dengan Intensi Intensi Kesiapsiagaan Mahasiswa
Dalam Antisipasi Kejadian Gempa Bumi
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa responden dengan sikap positif
sebagian besar memiliki intensi kuat dengan persentase sebesar 66,9 %. Sedangkan
responden dengan sikap negatif sebagian besar memiliki intensi lemah dengan
persentase sebesar 56,8 %. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar
0,04, artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan intensi
kesiapsiagaan antisipasi gempa bumi. Kemudian, diketahui nilai OR sebesar 2,203
(95% CI; 1,332-3,967), yang artinya mahasiswa dengan sikap positif berpeluang
sebesar 2,203 kali untuk memiliki intensi kuat dibandingkan mahasiswa dengan
sikap negatif.
2. Hubungan Antara Norma Subjektif Dengan Intensi Intensi Kesiapsiagaan
Mahasiswa Dalam Antisipasi Kejadian Gempa Bumi
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa responden dengan norma subjektif
kuat sebagian besar memiliki intensi kuat dengan persentase sebesar 59,2 %.
Sedangkan responden dengan norma subjektif negatif sebagian besar memiliki
intensi kuat dengan persentase sebesar 56,0 %. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai
Pvalue sebesar 0,809, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara norma
subjektif dengan intensi kesiapsiagaan antisipasi gempa bumi. Kemudian, diketahui
nilai OR sebesar 1,140 (95% CI; 0,604-2,151), yang artinya mahasiswa dengan
norma subjektif kuat berpeluang sebesar 1,140 kali untuk memiliki intensi kuat
dibandingkan mahasiswa dengan norma subjektif lemah.
54
3. Hubungan Antara Persepsi Kontrol Perilaku Dengan Intensi Intensi
Kesiapsiagaan Mahasiswa Dalam Antisipasi Kejadian Gempa Bumi
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa responden dengan persepsi kontrol
perilaku sebagian besar memiliki intensi kuat dengan persentase sebesar 61,0 %.
Sedangkan responden dengan persepsi kontrol perlikau negatif sebagian besar
memiliki intensi kuat dengan persentase sebesar 54,5 %. Dari hasil uji statistik
diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,411, artinya tidak ada hubungan yang bermakna
antara sikap dengan intensi kesiapsiagaan antisipasi gempa bumi. Kemudian,
diketahui nilai OR sebesar 1,246 (95% CI; ,724-2,417), yang artinya mahasiswa
dengan persepsi kontrol perilaku kuat berpeluang sebesar 1,140 kali untuk memiliki
intensi kuat dibandingkan mahasiswa dengan persepsi kontrol perilaku lemah.
55
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Tidak terdapat pertanyaan mengenai informasi mengenai sumber gempa,
sehingga item tersebut tidak dapat tergambarkan.
B. Intensi Kesiapsiagaan Dalam Antisipasi Kejadian Gempa Bumi
Gempa bumi dapat menimbulkan banyak korban jiwa. Beberapa faktor
penyebab utama timbulnya banyak korban akibat bencana gempa bumi adalah
karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bencana dan kurangnya
kesiapan masyarakat dalam mengantisipasi bencana tersebut (Pribadi, 2009).
Untuk itu manusia harus siaga dalam menghadapi bencana gempa bumi. Intensi
dapat meramalkan secara akurat berbagai kecenderungan perilaku. Menurut
Ajzen (2005) intensi merupakan anteseden dari sebuah perilaku yang nampak.
Berdasarkan hasil penelitian intensi kesiapsiagaan antisipasi gempa
bumi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagian besar mahasiswa
memiliki intensi kesiapsiagaan gempa bumi yang kuat dibandingkan intensi
yang lemah. Pada saat terjadi gempa, ada hal yang harus dilakukan untuk
menghindari hal yang tidak diinginkan.
Menurut prosedur evakuasi gempa bumi Kementrian Kesehatan (2010),
hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa apabila berada didalam gedung
adalah melindungi kepala dan badan dari reruntuhan atau mencari tempat yang
paling aman. Berdasarkan analisis lebih lanjut terkait intensi apabila terjadi
gempa, mahasiswa yang memilih berlindung di bawah meja masih sedikit.
56
Mahasiswa lebih banyak memilih berlari keluar bangunan. Apabila mahasiswa
langsung melakukan evakuasi saat terjadi gempa tanpa memperhatikan kondisi
dan situasi gempa bumi, maka akan banyak terdapat korban dari mulai cedera
hingga kematian. Seharusnya melakukan evakuasi mempertimbangkan kondisi
dan situasi gempa, mengingat waktu yang dibutuhkan hanya sedikit karena
gempa bumi terjadi sangat cepat (BMKG, 2014).
Pada saat berada diluar bangunan, hal yang harus dilakukan adalah
menghindari bangunan yang ada di sekitar (Kementrian Kesehatan, 2010).
Berdasarkan analisis lebih lanjut, mahasiswa sudah banyak yang menghindari
hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan seperti tidak berlindung di sekitar kaca
yang ada dibangunan, menghubungi petugas apabila terjebak didalamnya,
menjauhi benda-benda yang dapat menimpa sesorang dan memperhatikan
tempat berpijak untuk menghindari rekahan tanah. Akan tetapi masih sedikit
mahasiswa yang tidak memilih berdiri pada saat terjadi gempa. Berdiri dapat
mengakibatkan tubuh tidak seimbang dalam menahan guncangan gempa.
Guncangan gempa membuat tubuh manusia menjadi tidak stabil karena tidak
mampu menahannya. Akan lebih baik jika mahasiswa tidak berdiri agar tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan.
Pada saat gempa sudah selesai, hal yang seharusnya dilakukan adalah
melakukan evakuasi menuju titik kumpul (Kementrian Kesehatan, 2010). Titik
kumpul merupakan sarana evakuasi berkumpul sementara apabila terjadi
keadaan darurat. Berdasarkan analisis lebih lanjut, mahasiswa banyak yang
memilih melakukan evakuasi setelah terjadi gempa menggunakan tangga
57
darurat menuju titik kumpul. Akan tetapi masih ada sarana evakuasi tanggap
darurat yang masih belum berjalan sesuai fungsinya.
Berdasarkan hasil observasi, kampus UIN Syarif Hidayatullah sudah
memiliki jalur evakuasi keadaan darurat. Petunjuk arah UIN Syarif
Hidayatullah sudah tersedia dan berfungsi dengan baik dan benar. Selanjutnya
pintu dan tangga darurat di gedung kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
juga telah tersedia, namun belum berfungsi dengan baik. Banyak pintu darurat
yang pintunya terkunci dan akses tangga darurat yang terhalang oleh benda
yang terdapat di sekitarnya. Menurut Menteri Pekerjaan Umum
No.26/Prt/M/2008 tangga darurat harus bebas halangan sehingga proses
evakuasi menjadi tidak terhambat.
Titik kumpul (assembly point) di kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sudah tersedia di ruang terbuka setiap gedung di bangunan, akan tetapi
ukurannya masih kurang luas untuk menampung jumlah penghuni kampus.
Selain itu akses menuju titik kumpul masih ada yang terhalang oleh parkir
kendaraan. Tidak berfungsinya jalur evakuasi darurat sesuai dengan standarnya
merupakan sesuatu hal yang sangat berbahaya. Apabila terjadi gempa bumi
penghuni kampus tidak bisa melakukan evakuasi dengan lancar. Terhambatnya
akses evakuasi dan kurang luasnya titik kumpul dapat menimbulkan banyak
korban jiwa. Selain itu jumlah petugas kegawatdaruratan belum mampu
mencakup jumlah penghuni kampus apabila terjadi kondisi gawat darurat.
Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (2014), setelah terjadi
gempa, sebaiknya menunggu instruksi dari petugas mengenai hal yang harus
dilakukan. Berdasarkan analisis lebih lanjut, masih ada mahasiswa yang
58
memilih masuk kembali ke dalam bangunan sampai menunggu instruksi dari
keamanan, padahal masih ada kemungkinanan terjadi kerusakan bangunan dan
gempa susulan sebelum mendapatkan instruksi aman dari petugas. Selain itu
masih sedikit mahasiswa yang memilih memeriksa lingkungan sekitar untuk
mengetahui adanya kerusakan (korsleting listrik, kebocoran gas, kebocoran
pipa dsb) dan mengisi angket dari instansi terkait untuk mengetahui seberapa
besar kerusakan yang terjadi. Hal ini dikarenakan mahasiswa merasa hal
tersebut bukan merupakan tugas mereka dan belum pernah mereka alami.
Selain hal-hal tersebut, intensi kesiapsiagaan gempa juga ditentukan
oleh tiga faktor, yaitu sikap, norma subjektif dan persepsi kontrol perilaku.
Ketiga faktor tersebut akan di jelaskan pada bab berikutnya.
C. Hubungan Sikap Dengan Intensi Kesiapsiagaan Antisipasi Kejadian
Gempa Bumi
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah respon evaluatif
dalam bentuk kognitif meliputi beliefs yang dimiliki individu terhadap objek
sikap dengan berbagai atributnya. Menurut Newcomb dalam Notoadmodjo
(2003) sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, yang menjadi
predisposisi tindakan suatu perilaku, bukan pelaksanaan motif tertentu.
Semakin individu memiliki evaluasi bahwa suatu perilaku akan menghasilkan
konsekuensi positif maka individu akan cenderung bersikap favorable terhadap
perilaku tersebut. Begitu juga sebaliknya, semakin individu memiliki evaluasi
negatif maka individu akan cenderung bersikap unfavorable terhadap perilaku
tersebut (Ajzen, 2005).
59
Berdasarkan hasil analisis penelitian, diketahui bahwa mahasiswa
memiliki sikap positif antisipasi gempa bumi lebih besar dibandingkan sikap
negatif. Berdasarkan hasil analisis bivariat, ada hubungan antara sikap dengan
intensi kesiapsiagaan mahasiswa dalam antisipasi gempa bumi. Kemudian,
diketahui bahwa mahasiswa dengan sikap positif berpeluang sebesar 2,203 kali
untuk memiliki intensi kuat dibandingkan mahasiswa dengan sikap negatif.
Berdasarkan hasil analisis pertanyaan terkait sikap, mahasiswa yang
memiliki sikap positif cenderung mengatakan bahwa antisipasi merupakan hal
yang penting. Berdasarkan analisis selanjutnya, mahasiswa yang mengatakan
bahwa antisipasi merupakan hal yang mudah dilakukan juga cenderung
memiliki sikap positif, tetapi persentasenya lebih sedikit dibandingkan
mahasiswa yang mengatakan bahwa antisipasi merupakan hal yang penting. Hal
ini dikarenakan kurang meratanya sosialisasi antisipasi terhadap seluruh
mahasiswa, sehingga masih banyak mahasiswa yang memiliki sikap negatif.
Akan tetapi pihak kampus harus menyiapkan prosedur mitigasi gempa bumi
sesuai standar yang berlaku terlebih dahulu sebelum melakukan sosialisasi.
Menurut hasil analisis pertanyaaan intensi berdasarkan sikap,
mahasiswa yang mengatakan bahwa antisipasi merupakan hal yang penting
cenderung memiliki intensi yang kuat. Begitu juga dengan mahasiswa yang
mengatakan bahwa antisipasi merupakan hal yang mudah cenderung memiliki
intensi yang kuat. Berdasarkan hasil analisis bivariat, ada hubungan yang
bermakna antara sikap dengan intensi kesiapsiagaan antisipasi gempa bumi.
Kemudian, diketahui bahwa mahasiswa dengan sikap positif berpeluang
60
sebesar 2,203 kali untuk memiliki intensi kuat dibandingkan dengan mahasiswa
dengan dengan sikap negatif.
Menurut teori Ajzen (2005), semakin individu memiliki evaluasi bahwa
suatu perilaku akan menghasilkan konsekuensi positif maka individu akan
cenderung bersikap menguntungkan terhadap perilaku tersebut. Begitu juga
sebaliknya, semakin individu memiliki evaluasi negatif maka individu akan
cenderung bersikap tidak menguntungkan terhadap perilaku tersebut. Salah satu
hal yang melatarbelakangi sikap adalah pengetahuan. Pengetahuan yang baik
tentang antisipasi gempa bumi akan membentuk sikap positf. Menurut Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan United Nations Educational, Scientific
and Cultural Organization (UNESCO) (2006), salah satu faktor yang
mempengaruhi kesiapsiagaan bencana yaitu pengetahuan dan sikap terhadap
risiko bencana.
D. Hubungan Norma Subjektif Dengan Intensi Kesiapsiagaan Antisipasi
Kejadian Gempa Bumi
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) norma subjektif adalah keyakinan
individu mengenai harapan orang-orang yang berpengaruh di sekitarnya
(perorangan maupun kelompok) untuk menampilkan atau tidak suatu perilaku
tertentu. Ajzen (2005) mendefinisikan norma subjektif sebagai persepsi
individu tentang tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
perilaku (Ajzen, 2005). Norma subjektif adalah fungsi dari keyakinan individu
yang diperoleh atas pandangan orang-orang lain terhadap objek sikap yang
berhubungan dengan individu (normative belief) (Ramdhani, 2011).
61
Berdasarkan hasil analisis intensi berdasarkan norma subjektif, sebagian
besar mahasiswa memiliki norma subjektif kuat dibandingkan norma subjektif
lemah terhadap intensi. Berdasarkan hasil analisis bivariat, tidak ada hubungan
yang bermakna antara sikap dengan intensi kesiapsiagaan antisipasi gempa
bumi. Kemudian, diketahui bahwa mahasiswa dengan norma subjektif kuat
berpeluang sebesar 1,140 kali untuk memiliki intensi kuat dibandingkan dengan
mahasiswa dengan dengan norma subjektif lemah.
Berdasarkan analisis tekait norma subjektif, kecenderungan mahasiswa
mengatakan bahwa adanya pengaruh kuat keluarga terhadap antisipasi gempa.
Menurut Ramdhani (2011), pengaruh keluarga sangat penting dalam
menentukan keputusan seseorang. Hal ini juga disebut sebagai hubungan
vertikal. Hubungan vertikal adalah hubungan antara atasan-bawahan, guru-
murid, profesor-mahasiswa, atau orang tua-anak. Pada hubungan yang bersifat
vertikal, harapan dapat dipersepsi sebagai tuntutan (injunctive) sehingga
pembentukan norma subjektif akan diwarnai oleh adanya motivasi untuk patuh
terhadap tuntutan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.
Menurut analisis selanjutnya, mahasiswa mengatakan bahwa adanya
pengaruh teman dalam antisipasi gempa. Hal ini juga disebut sebagai hubungan
horizontal. Hubungan horizontal terjadi antara individu dengan teman-teman
atau orang lain yang bersifat setara. Pada hubungan yang bersifat horizontal,
harapan dapat dipersepsi untuk meniru atau mengikuti (identifikasi) perilaku
orang lain di sekitarnya (Ramdhani, 2011). Menurut analisis selanjutnya,
sebagian besar mahasiswa mengatakan bahwa adanya pengaruh dari pihak
kampus terhadap antisipasi gempa, namun selisihnya tidak begitu besar. Hal ini
62
dikarenakan belum adanya informasi tata cara antisipasi gempa serta kurang
meratanya sosialisasi antisipasi terhadap seluruh mahasiswa, sehingga masih
dianggap belum berperan dalam antisipasi gempa bumi dikampus.
E. Hubungan Antara Persepsi Kontrol Perilaku Dengan Intensi
Kesiapsiagaan Antisipasi Kejadian Gempa Bumi
Persepsi Kontrol Perilaku adalah persepsi individu mengenai
kemudahan atau kesulitan untuk melakukan suatu perilaku. Ajzen (2005)
memaparkan perceived behaviour control sebagai fungsi yang didasarkan oleh
belief yang disebut control belief. Control belief adalah belief mengenai faktor
pendukung dan faktor penghambat untuk memunculkan suatu perilaku. Control
belief didasarkan atas pengalaman terdahulu individu tentang suatu perilaku,
informasi yang dimiliki individu tentang suatu perilaku dengan observasi yang
dimiliki diri sendiri maupun orang lain serta dari berbagai faktor lain.
Berdasarkan hasil analisis penelitian, sebagian besar mahasiswa
memiliki persepsi kontrol perilaku yang kuat dibandingkan lemah dalam
antisipasi gempa bumi. Berdasarkan hasil analisis bivariat, tidak ada hubungan
yang bermakna antara persepsi kontrol perilaku dengan intensi kesiapsiagaan
antisipasi gempa bumi. Kemudian, diketahui bahwa mahasiswa dengan persepsi
kontrol perilaku kuat berpeluang sebesar 1,140 kali untuk memiliki intensi kuat
dibandingkan mahasiswa dengan persepsi kontrol perilaku lemah
Menurut hasil analisis terkait persepsi kontrol perilaku, sebagian besar
mahasiswa menganggap antisipasi gempa bumi merupakan hal yang mudah
dilakukan. Selanjutnya mahasiswa menganggap mengetahui antisipasi gempa
merupakan hal tidak menganggu pekerjaan. Mahasiswa yang menganggap
63
bahwa antisipasi gempa terkait bumi merupakan hal yang mudah dilakukan
serta mahasiswa yang menganggap mengetahui antisipasi gempa merupakan
hal tidak menganggu pekerjaan memiliki intensi yang kuat. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa menganggap bahwa antisipasi gempa bumi
bukan merupakan hambatan.
Menurut teori Ajzen (2005), semakin individu merasa banyak faktor
penghambat dan sedikit faktor pendukung untuk berperilaku, maka individu
cenderung sulit untuk memunculkan suatu perilaku tersebut. Begitu juga
sebaliknya, semakin individu merasa banyak faktor pendukung dan sedikit
faktor penghambat untuk berperilaku, maka individu cenderung mudah untuk
memunculkan perilaku tersebut. Mahasiswa sebagian besar tidak menganggap
bahwa antisipasi merupakan hal yang menganggu, selain itu mahasiswa juga
menganggap bahwa antisipasi merupakan hal yang penting dilakukan apabila
terjadi gempa bumi.
64
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dapat disimpulkan bahwa:
1. Mahasiswa yang memiliki intensi kesiapsiagaan antisipasi kejadian gempa
bumi mempunyai persentase kategori kuat sebesar 58,5 %.
2. Mahasiswa yang memiliki sikap kesiapsiagaan antisipasi kejadian gempa
bumi mempunyai persentase kategori positif sebesar 58,5 %.
3. Mahasiswa yang memiliki norma subjektif kesiapsiagaan antisipasi
kejadian gempa bumi mempunyai persentase kategori positif sebesar 77,1
%.
4. Mahasiswa yang memiliki persepsi kontrol perilaku kesiapsiagaan
antisipasi kejadian gempa bumi mempunyai persentase kategori positif
sebesar 60,7 %.
5. Ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan intensi kesiapsiagaan
antisipasi gempa bumi.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan simpulan di atas, maka penulis memberikan saran
sebagai bahan pertimbangan perbaikan kedepannya, yaitu:
1. Bagi Pihak Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Kampus dapat membuat prosedur tata cara antisipasi sebelum, sesudah
dan setelah gempa bumi sesuai dengan standar yang berlaku di gedung
65
bertingkat serta meningkatkan sosialisasi secara merata kepada seluruh
mahasiswa mengenai pentingnya antisipasi tanggap darurat bencana.
b. Kampus memperbaiki fasilitas evakuasi tanggap darurat dan menambah
personil kegawatdaruratan.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat menganggap bahwa antisipasi gempa
bumi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan hal yang sangat
penting walaupun jarang terjadi.
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain, diharapkan dapat meneliti antisipasi sebelum
terjadi gempa bumi di gedung bertingkat.
66
DAFTAR PUSTAKA
Achmat, Zakarija. (2010). Theory of Planned Behaviour Masihkah Relevan.
Achmad, Astri Andromeda (2007). Hubungan Antara Keberagamaan Dengan
Intensi Prososial Terhadap Korban Bencana Gempa Bumi Yogyakarta Dan Jawa
Tengah Pada Mahasiswa Muslim Program Studi Psikologi Universitas Diponegoro
Semarang
Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personality And Behavior 2nd Edition. New York:Open
University Press, Mcgraw-Hill Education.
Amawidyawati, Sukma A & Utami, Muhana. (2007). Religiusitas dan Pychological
Well-being pada Korban Gempa. Jurnal Psikologi Fakultas Psukologi Universitas
Gajah Mada. Vol. 34, No.2, 164-176. ISSN.0215-8884.
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2015. Diakses pada 3
Maret 2017 dari
http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Karakteristik_Tanah_DKI_Jakarta
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012. Buku saku Tanggap Tangkas
Tangguh Menghadapi Bencana. BNPB: Jakarta.
Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan Dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak Dan Slang Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah Dan Gedung.
Badan Standar Nasional Indonesia. 2000. SNI 03-3985-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan, Pemasangan, dan Pengujian Sistem Deteksi Dan Alarm Kebakaran
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung.
Badri, M. Hubeis M dan Maksum. 2008. Pemberdayaan Komunikasi Pemuka
Pendapat
Barends, M.S. 2004 Overcoming adversity: An investigation of the role of resilience
constructs in the relationship between socioeconomic and demographic factors and
academic coping
BBC. 2016. Soal gempa Mentawai, BNPB sebut pengetahuan evakuasi masyarakat
masih terbatas. Diakses pada pada 11 Juli 2016
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160302_indonesia_gem
pa_bnpb_evakuasi
BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika). Diakses pada 30 desmber
2015 dari http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Geofisika/Antisipasi_Gempa.bmkg
Dirjen Bina Kesehatan Kerja Kementrian Kesehatan RI, 2010 Pedoman
Kesiapsiagaan Tanggap darurat di gedung perkantoran.
67
Irsyam, Mahstur dkk. 2010. Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa
Indonesia 2010.
Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi, terj.Kartini-Kartono (Cetakan ke-
9). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Fisehbein M. dan Ajzen I. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behaviour: An
Introduction to Theory and Research. Reading, MA: Addison-Wesley.
Kobbeltvedt, Therese dan Katharina Wolff. The Risk-as-feelings hypothesis in a
Theory-of-planned-behaviour perspective. 2009. Norwegian School of Economics
and Business Administration and University of Bergen, Norway.
Komunitas Siaga Tsunami. 2007. Pedoman Menghadapi Gempa dan Tsunami.
diakses pada 22 Desember 2012 dari
http://unesdoc.unesco.org/images/0015/001547/154757ind.pdf
Lapau, Buchari. 2013. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
LIPI & UNESCO (2006). Pengembangan framework untuk mengukur
kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana alam.
Ludin, H.B. 2010. Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Tindakan
Pemberian ASI Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesma Kecamatan Rumbai Pesisir
Kota Pekanbaru. Medan: Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Muhamadiyah
Sumatera Utara.
National Fire Protection Association (NFPA). 2003. National Fire Codes NFPA
101, 2003 Edition.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Cetakan
Pertama. PT. Rineka Cipta : Jakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/Prt/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan
Pribadi, Krishna S. dan Ayu Krishna Yuliawati. 2009. Pendidikan Siaga Bencana
Gempa Bumi Sebagai Upaya Meningkatkan Keselamatan Siswa (Studi Kasus Pada
SDN Cirateun dan SDN Padasuka 2 Kabupaten Bandung).
Ramdhani, Neila. 2011. Penyusunan Alat Pengukur Berbasis: Theory of Planned
Behavior. Buletin Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Volume
19, No. 2, 2011: 55 – 69.
Resilience Development Initiative (RDI) . 2014. Penilaian Dampak Bencana Alam
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Jangka Pendek (Studi Kasus: Provinsi
68
Sumatera Barat Pasca Bencana Gempa Bumi Tahun 2009). Diakses pada 22
desember 2015 dari Resilience Development Initiative (RDI).
Tim Revisi Gempa Indonesia. 2010. Peta Gempa Indonesia 2010: Ringkasan Hasil
Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010.
Saptari, Adila Fahmida. 2013. Hubungan Sikap Dan Pengetahuan Dengan Niat
Mendukung Praktikan Pemberian Asi Ekslusif Pada Mahasiswa Magister Pria
Universitas Indonesia Tahun 2013. Depok: Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
Sadiusn, Imam A. 2005. Strategi Hidup Di Wilayah Berpotensi Bencana
Schiffman, Leon G., & Leslie Lazar Kanuk (2000), Consumer Behavior, 7th ed
Prentice Hall: International
Seed, H. B. and Schnabel, P. B., 1972. Soil and Geological Effects on Site Response
During Earthquakes. Proc. of First International Conf. on Microzonation for Safer
Construction – Research and Application, vol. I, pp 61-74.
Setyawan, Arief, Kartika E.W. 2012. Studi Eksploratif Tingkat Kesadaran
Penghuni Gedung Bertingkat Terhadap Bahaya Kebakaran: Studi Kasus Di
Universitas Kristen Petrra Surabaya. Jurnal Manajemen Perhotelan. 2012;4.1:28-
38
Sukamta, Davy, 2006. Hidup Bersama Gempa Di Jakarta.
Siwakoti, S. (2009). Knowledge, Attitudes, and Practices of Women and Men
towards Recycling in North St James Town, Toronto. Wellesley Institute.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suyanto, B. dan Sutinah. 2007. Metode Penelitian Sosial. Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Tuladhar, R. 2002. Seismic microzonation of greater bangkok of greater Bangkok
using microtremor observations. Thesis Asian Institute of Technology School of
Civil Engineering. Thailand.
Zein, ceisy Alfiani. 2014. Penilaian Dampak Bencana Alam Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Jangka Pendek (Studi Kasus: Provinsi Sumatera
Barat Pasca Bencana Gempa Bumi Tahun 2009).
69
LAMPIRAN
70
71
LAMPIRAN 2 Kuesioner Penelitian
DETERMINAN INTENSI KESIAPSIAGAAN MAHASISWA UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA DALAM ANTISIPASI KEJADIAN GEMPA BUMI
TAHUN 2017
Assalamu’alaikum wr.wb.
Saya Yaumi Khairi Azhari Lubis dari mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Jurusan Kesehatan Masyarakat sedang melakukan penelitian
untuk tugas akhir. Sehubungan dengan hal ini, saya memohon kesediaan
Anda/Saudara untuk mengisi kuesioner ini yang akan membantu dalam
proses penelitian ini. Jawaban saudara akan dijaga kerahasiaannya.
Jawaban tidak dinilai benar atau salah dan tidak memberikan negatif
bagi saudara. Hasilnya dapat dijadikan sebagai saran bagi pihak yang
terkait dengan objek penelitian. Oleh sebab itu, kejujuran saudara dalam
menjawab kuesioner ini akan sangat saya hargai. Atas partisipasinya
saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.’
Ciputat, __________ 2017
Responden
_____________
72
KUESIONER
No. Responden
Nama enumerator:
Tanggal:
Bagian 1 (A) (Di isi Oleh
Peneliti) Karakteristik Responden
1 Nama: [ ] A1
2 Usia: [ ] A2
3 Fakultas dan Jurusan:
[ ] A3
4 Pekerjaan:
1. Tenaga Pendidik
2. Tenaga Non Pendidik
3. Mahasiswa
[ ] A4
5 Jenis Kelamin:
1. Laki- Laki
2. Perempuan
[ ] A5
6 No. Hp: [ ] A6
73
Bagian 2 (B) (Di isi
oleh
peneliti)
Setiap Petanyaan dalam bagian ini mengacu pada intensi terhadap kesiapsiagaan
Civitas Akademika dalam mengantisipasi kejadian gempa bumi di Kampus
NO Pertanyaan Tidak Ya
1 Apabila terjadi gempa, saya berlari keluar gedung kampus
jika dapat dilakukan
1 2 [ ] B1
2 Apabila terjadi gempa, saya menghubungi petugas dengan
interphone pada lift jika terjebak didalamnya
1 2 [ ] B2
3 Apabila terjadi gempa, saya turun melakukan evakuasi
menggunakan tangga daruat
1 2 [ ] B3
4 Apabila terjadi gempa, saya berlindung di bawah meja
sampai menunggu kondisi / instruksi yang aman untuk
keluar bangunan kampus
1 2 [ ] B4
5 Apabila terjadi gempa, saya berlindung di sekitar kaca yang
ada dibangunan
1 2 [ ] B5
6 Apabila terjadi gempa bumi, saya menurunkan kecepatan
kendaraan kemudian pergi menuju tempat yang aman
1 2 [ ] B6
7 Setelah terjadi gempa, saya berlari menuju titik kumpul 1 2 [ ] B7
8 Apabila berada di luar bangunan saat terjadi gempa, saya
berhati-hati (menjauhi gedung, pohon, tiang listrik dsb) agar
tidak tertimpa
1 2 [ ] B8
9 Apabila terjadi gempa, saya memperhatikan tempat berpijak
karena bisa terjadi rekahan
1 2 [ ] B9
10. Apabila terjadi gempa, saya merapatkan badan ke tanah agar
bisa menahan guncangan gempa
1 2 [ ] B10
11 Apabila terjadi gempa, saya tidak memberitahukan orang-
orang sekitar bahwa sedang terjadi gempa
1 2 [ ] B11
12 Apabila sudah terjadi gempa, saya memeriksa apakah ada
yang membutuhkan pertolongan
1 2 [ ] B12
13 Setelah gempa selesai, saya segera masuk kembali ke dalam
bangunan tanpa menunggu instruksi
1 2 [ ] B13
74
Bagian 2 (B) (Di isi
oleh
peneliti)
Setiap Petanyaan dalam bagian ini mengacu pada intensi terhadap kesiapsiagaan
Civitas Akademika dalam mengantisipasi kejadian gempa bumi di Kampus
NO Pertanyaan Tidak Ya
14 Apabila sudah aman, saya memeriksa lingkungan sekitar
untuk mengetahui adanya kerusakan (korsleting listrik,
kebocoran gas, kebocoran pipa dsb)
1 2 [ ] B14
15 Apabila sudah terjadi gempa, saya tidak berjalan di sekitar
area gempa karena dikhawatirkan terjadi gempa susulan
1 2 [ ] B15
16 Apabila sudah terjadi gempa, saya mengisi angket dari
instansi terkait untuk mengetahui seberapa besar kerusakan
yang terjadi.
1 2 [ ] B16
17 Apabila terjadi gempa, saya berdoa dan tidak panik 1 2 [ ] B17
75
Bagian 3 (C)
(Diisi
oleh
peneliti)
Setiap Petanyaan dalam bagian ini mengacu pada sikap Civitas Akademiaka
terhadap kesiapsiagaan Civitas Akademika dalam mengantisipasi kejadian
gempa bumi di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No. Pertanyaan Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Setuju Sangat
Setuju
1 Mengetahui cara antisipasi gempa bumi
di wilayah kampus merupakan hal yang
sangat penting untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan
1 2 3 4 [ ] C1
2 Antisipasi gempa bumi merupakan hal
yang sangat berguna walaupun jarang
terjadi di kampus
1 2 3 4 [ ] C2
3 Antisipasi hanya dilakukan saat terjadi
gempa
1 2 3 4 [ ] C3
4 Cara antisipasi gempa bumi merupakan
hal yang mudah dilakukan
1 2 3 4 [ ] C4
5 Antisipasi gempa bumi di kampus
adalah hal yang tidak wajib diketahui
karena jarang terjadi di kampus,
sehingga bukan merupakan suatu hal
yang penting
1 2 3 4 [ ] C5
6 Mengetahui cara antisipasi gempa bumi
menganggu aktivitas saya sehari-hari
1 2 3 4 [ ] C6
76
Bagian 4 (D)
(Di isi
oleh
peneliti)
Setiap Petanyaan dalam bagian ini mengacu pada pengaruh orang sekitar
terhadap kesiapsiagaan Civitas Akademika dalam mengantisipasi kejadian
gempa bumi di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No. Pertanyaan Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Setuju Sangat
Setuju
1 Anggota keluarga saya tidak
menyarankan antisipasi gempa bumi
di wilayah kampus karena jarang
terjadi, sehingga bukan merupakan
suatu hal yang penting
1 2 3 4 [ ] D1
2 Teman saya menyarankan antisipasi
gempa bumi di wilayah kampus untuk
menghindari hal-hal yang tidak di
inginkan walaupun jarang terjadi
1 2 3 4 [ ] D2
3 Pihak kampus tidak menyarankan
antisipasi gempa bumi di wilayah
kampus karena jarang terjadi,
sehingga bukan merupakan suatu hal
yang penting
1 2 3 4 [ ] D3
77
Bagian 5 (E)
(Di isi
oleh
peneliti)
Setiap Petanyaan dalam bagian ini mengacu pada persepsi terhadap
kesiapsiagaan Civitas Akademika dalam mengantisipasi kejadian gempa
bumi di Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No. Pertanyaan Sangat
Tidak
Setuju
Tidak
Setuju
Setuju Sangat
Setuju
1 Menurut saya, mengetahui antisipasi
gempa bumi bukan suatu keharusan
karena jarang terjadi, sehingga bukan
merupakan suatu hal yang penting
1 2 3 4 [ ] E1
2 Menurut saya, mengetahui informasi
tentang cara antisipasi gempa bumi
membutuhkan waktu yang lama
1 2 3 4 [ ] E2
3 Menurut saya, cara antisipasi gempa
bumi dikampus merupakan hal yang
mudah dilakukan
1 2 3 4 [ ] E3
4 Menurut saya, belum adanya
informasi tentang cara antisipasi
gempa bumi membuat saya tidak
tahu bagaimana cara untuk
melakukan antisipasi gempa bumi di
kampus
1 2 3 4 [ ] E4
78
LAMPIRAN 3 OUTPUT
Output Uji Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
C1 37.18 20.210 .348 .784
C2 37.06 20.057 .390 .782
C3 37.59 18.674 .414 .779
C4 37.71 19.487 .375 .782
C5 37.56 18.072 .467 .774
C6 37.41 19.340 .362 .784
D1 37.44 18.799 .635 .763
D2 37.26 19.110 .489 .773
D3 37.41 18.856 .538 .769
E1 37.88 18.410 .374 .786
E2 37.62 19.455 .361 .783
E3 37.79 18.956 .513 .771
E4 37.85 19.099 .351 .786
1. Intensi
Intensi Segala Kondisi
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total_Segala .139 224 .000 .946 224 .000
a. Lilliefors Significance Correction
79
Descriptives
Statistic Std. Error
Total_Segala Mean 13.9063 .13798
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 13.6343
Upper Bound 14.1782
5% Trimmed Mean 13.9911
Median 14.0000
Variance 4.265
Std. Deviation 2.06512
Minimum 6.00
Maximum 17.00
Range 11.00
Interquartile Range 3.00
Skewness -.588 .163
Kurtosis .319 .324
Intensi_Segala
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kuat 131 58.5 58.5 58.5
Lemah 93 41.5 41.5 100.0
Total 224 100.0 100.0
Intensi Saat Gempa
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total_Skor_Saat_Gempa .204 224 .000 .900 224 .000
a. Lilliefors Significance Correction
80
Descriptives
Statistic Std. Error
Total_Skor_Saat_Gempa Mean 7.4598 .08270
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 7.2968
Upper Bound 7.6228
5% Trimmed Mean 7.5308
Median 8.0000
Variance 1.532
Std. Deviation 1.23774
Minimum 3.00
Maximum 9.00
Range 6.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.630 .163
Kurtosis .043 .324
Intensi_Setelah_Gempa
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total_Skor_Setelah_Gempa .197 224 .000 .894 224 .000
a. Lilliefors Significance Correction
81
Descriptives
Statistic Std. Error
Total_Skor_Setelah_Gempa Mean 6.4464 .08622
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 6.2765
Upper Bound 6.6163
5% Trimmed Mean 6.5258
Median 7.0000
Variance 1.665
Std. Deviation 1.29046
Minimum 1.00
Maximum 8.00
Range 7.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.790 .163
Kurtosis .702 .324
Intensi_Setelah_Gempa_Bumi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kuat 119 53.1 53.1 53.1
Lemah 105 46.9 46.9 100.0
Total 224 100.0 100.0
Berlari Keluar Gedung Kampus Jika Dapat Dilakukan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 5 2.2 2.2 2.2
Kuat 219 97.8 97.8 100.0
Total 224 100.0 100.0
Berlari Keluar Gedung Jika Dapat Dilakukan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 19 8.5 8.5 8.5
Kuat 205 91.5 91.5 100.0
Total 224 100.0 100.0
Menghubungi Petugas Dengan Intterphone Jika Terjebak Di Dalam Lift
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 13 5.8 5.8 5.8
82
Kuat 211 94.2 94.2 100.0
Total 224 100.0 100.0
Turun Melakukan Evakuasi Menggunakan Tangga Darurat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 89 39.7 39.7 39.7
Kuat 135 60.3 60.3 100.0
Total 224 100.0 100.0
Berlindung Di Bawah Meja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 15 6.7 6.7 6.7
Kuat 209 93.3 93.3 100.0
Total 224 100.0 100.0
Tidak Berlindung Di Sekitar Kaca
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 57 25.4 25.4 25.4
Kuat 167 74.6 74.6 100.0
Total 224 100.0 100.0
Menurunkan Kecepatan Kemudian Menepi Dan Keluar Menuju Tempat Aman
Saat Berkendara
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 8 3.6 3.6 3.6
Kuat 216 96.4 96.4 100.0
Total 224 100.0 100.0
83
Menuju Titik Kumpul
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 10 4.5 4.5 4.5
Kuat 214 95.5 95.5 100.0
Total 224 100.0 100.0
Menjauhi Gedung, Pohon Tiang Dsb Agar Tidak Tertimpa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 29 12.9 12.9 12.9
Kuat 195 87.1 87.1 100.0
Total 224 100.0 100.0
Merapatkan Badan Ke Tanah Agar Stabil Menahan Guncangan Gempa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 89 39.7 39.7 39.7
Kuat 135 60.3 60.3 100.0
Total 224 100.0 100.0
Memberitahukan Orang Sekitar Bahwa Terjadi Gempa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 38 17.0 17.0 17.0
Kuat 186 83.0 83.0 100.0
Total 224 100.0 100.0
Memeriksa Sekitar Apakah Ada Yang Membutuhkan Pertolongan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 33 14.7 14.7 14.7
Kuat 191 85.3 85.3 100.0
Total 224 100.0 100.0
84
Menunggu Intruksi Untuk Masuk Kembali Ke Dalam Gedung
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 57 25.4 25.4 25.4
Kuat 167 74.6 74.6 100.0
Total 224 100.0 100.0
Memeriksa Lingkungan Sekitar Apakah Ada Korsleting Listrik, Kebocoran
Pipa, Kebocoran Gas Dsb
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 83 37.1 37.1 37.1
Kuat 141 62.9 62.9 100.0
Total 224 100.0 100.0
Tidak Berjalan-Jalan Di Sekitar Bangunan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 31 13.8 13.8 13.8
Kuat 193 86.2 86.2 100.0
Total 224 100.0 100.0
Mengisi Angket
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 98 43.8 43.8 43.8
Kuat 126 56.3 56.3 100.0
Total 224 100.0 100.0
Berdoa dan Tidak Panik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Lemah 19 8.5 8.5 8.5
Kuat 205 91.5 91.5 100.0
Total 224 100.0 100.0
85
2. Sikap
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor_Sikap .134 224 .000 .965 224 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
Skor_Sikap Mean 19.0714 .13753
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 18.8004
Upper Bound 19.3425
5% Trimmed Mean 19.0893
Median 19.0000
Variance 4.237
Std. Deviation 2.05840
Minimum 11.00
Maximum 24.00
Range 13.00
Interquartile Range 3.00
Skewness -.168 .163
Kurtosis .467 .324
Sikap_Antisipasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Positif 131 58.5 58.5 58.5
Negatif 93 41.5 41.5 100.0
Total 224 100.0 100.0
86
Crosstab
Intensi_Segala
Total Kuat Lemah
Sikap Positif Count 87 43 130
% within Sikap 66.9% 33.1% 100.0%
Negatif Count 44 50 94
% within Sikap 46.8% 53.2% 100.0%
Total Count 131 93 224
% within Sikap 58.5% 41.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 9.090a 1 .003
Continuity Correctionb 8.281 1 .004
Likelihood Ratio 9.096 1 .003
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear Association 9.050 1 .003
N of Valid Cases 224
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39.03.
b. Computed only for a 2x2 table
Civitas Menganggap Kesiapsiagaan merupakan Hal Penting
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Sikap_Penting .443 224 .000 .542 224 .000
a. Lilliefors Significance Correction
87
Descriptives
Statistic Std. Error
Sikap_Penting Mean 7.7098 .03747
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 7.6360
Upper Bound 7.7837
5% Trimmed Mean 7.7728
Median 8.0000
Variance .315
Std. Deviation .56082
Minimum 4.00
Maximum 8.00
Range 4.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -2.577 .163
Kurtosis 10.154 .324
Civitas_Sikap_Penting
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Positif 167 74.6 74.6 74.6
Negatif 57 25.4 25.4 100.0
Total 224 100.0 100.0
Civitas Menganggap Kesiapsiagaan Merupakan Hal Mudah
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sikap_Mudah .353 224 .000 .688 224 .000
a. Lilliefors Significance Correction
88
Descriptives
Statistic Std. Error
Sikap_Mudah Mean 3.5179 .03633
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3.4463
Upper Bound 3.5895
5% Trimmed Mean 3.5446
Median 4.0000
Variance .296
Std. Deviation .54373
Minimum 2.00
Maximum 4.00
Range 2.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.494 .163
Kurtosis -.926 .324
89
3. Norma Subjektif
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Norma_Subjektif_Antisipasi .224 224 .000 .919 224 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
Norma_Subjektif_Antisipasi Mean 9.2455 .09032
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 9.0675
Upper Bound 9.4235
5% Trimmed Mean 9.2619
Median 9.0000
Variance 1.827
Std. Deviation 1.35179
Minimum 5.00
Maximum 12.00
Range 7.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.049 .163
Kurtosis .699 .324
Norma_Subjektif
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kuat 174 77.7 77.7 77.7
Lemah 50 22.3 22.3 100.0
Total 224 100.0 100.0
90
Crosstab
Intensi_Segala
Total Kuat Lemah
Norma_Subjektif Kuat Count 103 71 174
% within Norma_Subjektif 59.2% 40.8% 100.0%
Lemah Count 28 22 50
% within Norma_Subjektif 56.0% 44.0% 100.0%
Total Count 131 93 224
% within Norma_Subjektif 58.5% 41.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .163a 1 .686
Continuity Correctionb .058 1 .809
Likelihood Ratio .163 1 .687
Fisher's Exact Test .746 .403
Linear-by-Linear Association .163 1 .687
N of Valid Cases 224
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.76.
b. Computed only for a 2x2 table
Anggota Keluarga Menyarankan Antisipasi
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Anggota_Keluarga .353 224 .000 .741 224 .000
a. Lilliefors Significance Correction
91
Descriptives
Statistic Std. Error
Anggota_Keluarga Mean 3.1920 .03868
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3.1157
Upper Bound 3.2682
5% Trimmed Mean 3.2183
Median 3.0000
Variance .335
Std. Deviation .57895
Minimum 1.00
Maximum 4.00
Range 3.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.178 .163
Kurtosis .405 .324
Norma_Anggota
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kuat 206 92.0 92.0 92.0
Lemah 18 8.0 8.0 100.0
Total 224 100.0 100.0
Teman-teman Saya Menyarankan Antisipasi
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Teman .359 224 .000 .717 224 .000
a. Lilliefors Significance Correction
92
Descriptives
Statistic Std. Error
Teman Mean 3.0357 .03893
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2.9590
Upper Bound 3.1124
5% Trimmed Mean 3.0595
Median 3.0000
Variance .340
Std. Deviation .58269
Minimum 1.00
Maximum 4.00
Range 3.00
Interquartile Range .00
Skewness -.552 .163
Kurtosis 2.029 .324
Norma_Teman
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kuat 198 88.4 88.4 88.4
Lemah 26 11.6 11.6 100.0
Total 224 100.0 100.0
Pihak Kampus Menyarankan Antisipasi
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pihak_Kampus .328 224 .000 .780 224 .000
a. Lilliefors Significance Correction
93
Descriptives
Statistic Std. Error
Pihak_Kampus Mean 3.0179 .04382
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2.9315
Upper Bound 3.1042
5% Trimmed Mean 3.0446
Median 3.0000
Variance .430
Std. Deviation .65588
Minimum 1.00
Maximum 4.00
Range 3.00
Interquartile Range .00
Skewness -.499 .163
Kurtosis .893 .324
Norma_Kampus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kuat 188 83.9 83.9 83.9
Lemah 36 16.1 16.1 100.0
Total 224 100.0 100.0
4. Persepsi Kontrol Perilaku
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Persepsi_Kesiapsiagaan .288 224 .000 .793 224 .000
a. Lilliefors Significance Correction
94
Descriptives
Statistic Std. Error
Persepsi_Kesiapsiagaan Mean 7.2321 .05623
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 7.1213
Upper Bound 7.3429
5% Trimmed Mean 7.2877
Median 7.0000
Variance .708
Std. Deviation .84155
Minimum 5.00
Maximum 8.00
Range 3.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -.735 .163
Kurtosis -.468 .324
Persepsi_Kontrol_Perilaku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kuat 136 60.7 60.7 60.7
Lemah 88 39.3 39.3 100.0
Total 224 100.0 100.0
Crosstab
Intensi_Segala
Total Kuat Lemah
Persepsi_Kontrol_Perilaku Kuat Count 83 53 136
% within
Persepsi_Kontrol_Perilaku 61.0% 39.0% 100.0%
Lemah Count 48 40 88
% within
Persepsi_Kontrol_Perilaku 54.5% 45.5% 100.0%
Total Count 131 93 224
% within
Persepsi_Kontrol_Perilaku 58.5% 41.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
95
Pearson Chi-Square .925a 1 .336
Continuity Correctionb .677 1 .411
Likelihood Ratio .923 1 .337
Fisher's Exact Test .405 .205
Linear-by-Linear Association .921 1 .337
N of Valid Cases 224
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 36.54.
b. Computed only for a 2x2 table
Antisipasi Merupakan Hal Yang Penting
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Persepsi_Penting .407 224 .000 .650 224 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
Persepsi_Penting Mean 3.6205 .03600
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3.5496
Upper Bound 3.6915
5% Trimmed Mean 3.6637
Median 4.0000
Variance .290
Std. Deviation .53883
Minimum 2.00
Maximum 4.00
Range 2.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -1.014 .163
Kurtosis -.024 .324
96
Antisipasi Merupakan Hal Yang Penting
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kuat 145 64.7 64.7 64.7
Lemah 79 35.3 35.3 100.0
Total 224 100.0 100.0
Antisipasi Merupakan Hal Yang Mudah
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Persepsi_Mudah .416 224 .000 .641 224 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives
Statistic Std. Error
Persepsi_Mudah Mean 3.6116 .04081
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3.5312
Upper Bound 3.6920
5% Trimmed Mean 3.6796
Median 4.0000
Variance .373
Std. Deviation .61085
Minimum 2.00
Maximum 4.00
Range 2.00
Interquartile Range 1.00
Skewness -1.328 .163
Kurtosis .685 .324
Antisipasi Merupakan Hal Yang Mudah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kuat 152 67.9 67.9 67.9
Lemah 72 32.1 32.1 100.0
Total 224 100.0 100.0