DETERMINAN SOSIAL-EKONOMI YANG MEMPENGARUHI USIA PERKAWINAN PERTAMA DI INDONESIA (Analisis Data Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012)

  • Upload
    irher

  • View
    20

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

DETERMINAN SOSIAL-EKONOMI YANG MEMPENGARUHI USIAPERKAWINAN PERTAMA DI INDONESIA(Analisis Data Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012)

Citation preview

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA PERKAWINAN PERTAMA DI INDONESIA

DETERMINAN SOSIAL-EKONOMI YANG MEMPENGARUHI USIA PERKAWINAN PERTAMA DI INDONESIAAnalisis Data Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012

Kelompok 10 (3SK5)

Bayu Hardika (11.6581)Fakhri Aliyudin (12.7138)Irma Hermaniar (12.7190)Latar Belakang & Tujuan PenelitianLatar BelakangMenurut laporan kerja Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2012 salah satu akar masalah dari tingginya laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah pernikahan dini. Terlihat bahwa usia pada saat seseorang melangsungkan pernikahan secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pertumbuhan pendudukUmur perkawinan pertama dalam suatu masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan (Pusdu) BKKBN, umur perkawinan pertama pada perempuan dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya faktor sosial, ekonomi, budaya dan faktor tempat tinggal desa-kota. Faktor-faktor lainnya pada umumnya tercakup dalam hasil survei demografi dan kesehatan yang dilaksankan oleh hampir setiap negara (Goni dan Rahman, 2011).

TujuanUntuk mengetahui karakteristik sosial dan ekonomi wanita telah kawin di Indonesia tahun 2012. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor sosial dan ekonomi terhadap umur perkawinan pertama perempuan di Indonesia tahun 20122Kajian TeoriUmur Perkawinan Pertama Umur perkawinan pertama adalah usia pada saat wanita melakukan perkawinan secara hukum dan biologis yang pertama kali1. Umur perkawinan pertama selalu dibahas dalam demografi karena mempunyai pengaruh terhadap tingkat fertilitas (Davis & Blake, 1956). Umur perkawinan pertama semakin diperhatikan karena terlihatnya hubungan antara meningkatkan umur perkawinan pertama dengan tingkat fertilitas. (Wong, 2006). Faktor faktor yang mempengaruhi UKPWong (2005) menemukan bahwa di Hongkong, wanita dengan capaian pendidikan yang lebih tinggi dan komitmen karir yang lebih baik cenderung menikah lebih lambat. Selain itu karakteristik latar belakang sosial dan keluarga juga merupakan determinan yang penting bagi umur perkawinan pertama.

1Sistem Rujukan Statistik BPS RIFaktor faktor yang mempengaruhi UKP (lanj.)Goni dan Rahman (2012) menyatakan bahwa dari hasil analisis data DHS Bangladesh, faktor-faktor signifikan yang memengaruhi umur perkawinan pertama adalah pendidikan, tempat tinggal, tingkat kekayaan, pendidikan pasangan dan agama. Fadlyana dan Larasaty (2009) menyatakan bahwa di Indonesia pernikahan yang terjadi pada anak di bawah umur umumnya didorong oleh faktor ekonomi dan budaya.Kajian Teori (2)MetodologiVariabel penenelitian Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu pendidikan, tempat tinggal, pendidikan pasangan/suami responden, indeks kekayaan, status pekerjaan dari wanita pernah kawin yang menjadi sampel SDKI 2012. Sedangkan variabel dependennya adalah umur perkawinan pertama yang digolongkan menjadi 2, yaitu di bawah 20 tahun dan lebih tua atau sama dengan 20 tahun.Metodologi (2)Jenis dan Sumber DataData yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari hasil SDKI 2012Metode Analisis DataMetode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi logistik biner. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Hasil & PembahasanOverall testH0 : 1 = 2 = 3 = = 16H1 : minimal ada 1 i 0 ; j = 1, 2, 3, , 16

Berdasarkan hasil Omnibus Tests of Model terlihat bahwa nilai signifikasinya lebih rendah dari 5%, sehingga H0 ditolak dengan kesimpulan minimal ada satu variabel bebas yang signifikan di dalam model.

Goodness of fit testH0 : Model cocokH1 : Model tidak cocok

Dari signifikasi pada tabel Hosmer & Lemeshow, signifikasinya kurang dari 5% sehingga H0 ditolak yang berarti model tidak cocok (tidak fit)

H0 : j = 0H1 : i 0 ; j = 1, 2, 3, , 16Dari 16 variabel, ada 6 variabel bebas yang tidak signifikan, yaitu education(1) (wanita dengan pendidikan dasar), wealthindex(3) (wanita dengan indeks kekayaan lebih kaya), partneredu(1), (2), dan (4)(tingkat pendidikan suami dasar, menengah dan tidak di ketahui), serta work(2) (tidak diketahui status pekerjaaannya)

Hasil & Pembahasan (2)PARTIAL TEST

8Hasil & Pembahasan (3)VariablesBExp(B)Place of ResidenceUrban (ref.)-1,00Rural0,371,44Respondent's EducationNo education (ref.)-1,00Primary-0,060,95Secondary-0,740,48Higher-2,300,10Wealth IndexPoorest (ref.)Poorer0,081,09Middle0,081,08Richer0,031,03Richest-0,130,88Partner's EducationNo education (ref.)Primary0,141,15Secondary-0,150,86Higher-0,540,59Don't know-0,360,70Currently WorkingNo (ref.)Yes-0,070,94Don't know-20,750,00Constant0,361,44Dari hasil analisis regresi logistik atas data dapat interpretasikan sebagai berikut :Wanita yang tinggal di daerah rural memiliki kecenderungan 1,44 kali untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun dibandingkan wanita yang tinggal di daerah urban, dengan anggapan variabel lainnya konstanWanita yang berpendidikan, baik tingkat dasar, menengah, atau tinggi memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menikah pada usia 20 tahun atau lebih masing-masing 1,06 kali untuk wanita berpendidikan dasar, 2,09 kali untuk wanita berpendidikan menengah, dan 9,94 kali untuk wanita berpendidikan tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa pendidikan, dengan anggapan variabel lainnya konstanWanita dengan indeks kekayaan rendah, menengah, dan tinggi memiliki kecenderungan untuk menikah pada usia di bawah 20 tahun, yaitu sebesar 1,09 untuk wanita dengan indeks kekayaan rendah, 1,08 untuk wanita dengan indeks kekayaan menegah, dan 1,03 untuk wanita dengan indeks kekayaan tinggi dibandingkan wanita dengan indeks kekayaan terendah. Sedangkan wanita dengan indeks kekayaan tertinggi 1,13 kali cenderung untuk menikah pada usia 20 tahun atau lebih dibandingkan wanita dengan indeks kekayaan terendah dengan variabel lain dianggap konstan.Wanita dengan pasangan berpendidikan dasar memiliki kecenderungan 1,15 kali untuk menikah di usia kurang dari 20 tahun dibandingkan wanita dengan pasangan tanpa pendidikan. Sedangkan wanita dengan pasangan berpendidikan dasar, menengah, dan tinggi memiliki kecenderungan untuk menikah di usia lebih dari 20 tahun dibandingkan wanita dengan pasangan tanpa pendidikan, dengan variabel lain dianggap konstan.Wanita yang berstatus memiliki pekerjaan memiliki kecenderungan 1,07 kali untuk menikah di usia 20 tahun atau lebih dibandingkan wanita yang tidak bekerja dengan variabel lain dianggap konstan.Hasil & Pembahasan (3)Kesimpulan & SaranBerdasarkan Goodness of Fit Test model yang model yang dipakai tidak cocok (tidak fit) hal ini bisa terjadi dikarenakan pemilihan variabel yang kurang tepat ataupun kurangnya sampel.Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, perempuan yang cenderung menikah untuk usia 20 tahun ke bawah yaitu perempuan yang tinggal di daerah pedesaan (rural), perempuan yang tidak berpendidikan, perempuan dengan indeks kekayaan sangat rendah, perempuan dengan pasangan berpendidikan dasar, dan perempuan yang tidak bekerja.Berdasarkan hasil uji parsial terdapat variabel bebas yang tidak signifikan, yaitu education(1) yaitu wanita dengan pendidikan dasar,wealthindex(3) yaitu wanita dengan indeks kekayaan lebih kaya, partneredu(1), (2), dan (4) yaitu tingkat pendidikan suami dasar, menengah dan tidak di ketahui, danwork(2) yaitu tidak diketahui status pekerjaaannyaPemerintah sebaiknya lebih gencar mensosialisasikan pentingnya penundaan usia perkawinan pertama. Meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia KESIMPULANSARANDaftar PustakaAgresti, Alan. (2002). An Introduction to Categorical Data Analysis. Wiley.BPS, UNFP, dan BAPPENAS. (2006). Proyeksi Penduduk Indonesia. BAPPENAS: Jakarta.Bruederl & Diekmann. (1997). Education and Marriage, A Comparative Study. ISA World Congress, Bielefeld.Davis & Blake. (1956). Social Structure and Fertility: An Analytic Framework. Journal of Economic Development and Cultural Change, 4 (3), 211-235Ekawati, R. (2008). Faktor Karakteristik Keluarga, Tingkat Fertilitas dan Pemakaian Kontrasepsi. Jurnal Kependudukan Padjadjaran,10(2), 135-151Fadlyana, dkk. (2009). Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya. Sari Pediatri, 11 (2)Goni, A & Rahman, M. (2012). Age at First Marriage in Bangladesh : Socioeconomic Differentials and Determinants. Middle East Journal of Age and Ageing, 9 (3). 28-34.Lawrence L, Wu. (1988). Age Dependencies in Rates at First Marriages. CDE Working Paper 88-35.Soekarno. (2011). Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Fertilitas Dan Umur Kawin Pertama. Jurnal ilmiah puslitbang KB dan KS. 5(1), Hal. 9-15,Sriudiyani, Ida Ayu dan Soebijanto. (2011). Perkawinan Muda di Kalangan Perempuan : Mengapa...? Policy Brief Seri I No.6 Pusdu-BKKBN.Utina, dkk. (2014). Laporan Akhir Kajian Faktor Sosial Ekonomi yang Berdampak pada Usia Perkawinan Pertama di Provinsi Gorontalo. BKKBN.Wong, Odelia M. H. (2005). The Socioeconomic Determinants of the Age at First Marriage among Women in Hong Kong. Journal of Family and Economic Issues, 26 (4), 529-550.