Development Theory

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Review of Development Theory by Amartya Sen

Citation preview

PAPER REVIEW TEORI PEMBANGUNAN

PAPER REVIEW TEORI PEMBANGUNAN

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER TEORI PEMBANGUNAN DOSEN: PROF. R. RIJANTA

WIDOWATI TYAS UTAMIMPKD DD XI

REVIEW I

TEORI: DEVELOPMENT AS FREEDOM (AMARTYA SEN)

I. GAMBARAN UMUM

Teori Pembangunan yang dikemukakan oleh amartya sen dalam bukunya Development as Freedom menitikberatkan pada sebuah premis bahwa kemerdekaan (freedom) adalah ukuran pembangunan yang lebih dapat menggambarkan kebutuhan sebenarnya dari berbagai lapisan masyarakat di dunia. Kemeredekaan dan pembangunan disini dilihat sebagai dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pembagunan merupakan sarana untuk mencapai hasil akhir yaitu kemerdekaan. Sebaliknya Kemerdekaan juga bisa menjadi cara untuk mencapai pembangunan yang lebih utuh. Kemerdekaan menjadi sarana dan juga tujuan akhir pembangunan. Terdapat 5 kemerdekaan dasar yang menjadi dasar tercapainya pembangunan:

1. Political Freedom (Free Speech/Liberty)

2. Economic Securities (Employment)

3. Social Opportunities (Education, health, participation)

4. Transparency Guarantees (Openness)

5. Protective Security (Rule of Law)

Kelima hal diatas saling berkaitan satu sama lain dan tidak bisa dilihat secara terpisah satu persatu. Political Freedom akan mendukung terciptanya Economic Securities yang pada akhirnya dapat memperluas Social Opportunities. Transparency Guarantees juga menjamin terciptanya Protective Security. Pembangunan berarti membebaskan seseorg dari ketergantungan dan ketidakberdayaan melalui peningkatan dan pembangunan kapasitas. Kapasitas disini baik berupa kapasitas individual maupun kapasitas institusional. Saat masyarakat telah mencapai kapasitas nya yang optimal, maka masyarakat tersebut dapat menuju kebebasan yang bertanggung jawab karena setiap individu tidak lagi bersaing untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan memiliki tingkat kehidupan yang setara. Peningkatan kapasitas ini diartikan sebagai kemampuan individu untuk dapat memilih berbagai pilihan dalam hidupnya dalam rangka mencapai cita-citanya. Ketidakmampuan memilih dan ketiadaan kesempatan untuk memilih inilah yang menurut Sen menjadi dasar dari kemiskinan yang banyak terjadi di masyarakat. Untuk mencapai kemerdekaan memilih ini maka 5 kemerdekaan dasar diatas merupakan sarana yang dipergunakan dan wajib dijamin oleh negara. Lebih lanjut, teori ini diwujudkan oleh Amartya Sen bersama dengan Mahbub Ul-Haq dalam bentuk Human Development Index untuk mengukur seberapa jauh keberhasilan sebuah negara berhasil membangun warga negaranya. Perhitungan ini kemudian digunakan oleh UNDP untukmmengukur tingkat kesejahteraan sebuah negara hingga saat ini.

II. KEUNGGULAN

Keunggulan dari teori yang dikemukakan oleh Amartya Sen ini adalah parameter yang multidimensional dan komprehensif dalam mengukur pembangunan. Tidak hanya dilihat dari segi ekonomi atau pendapatan per kapita saja, tetapi juga dari aspek sosial dan politik seperti tingkat pendidikan, angka harapan hidup, kebebasan politik dan kesejahteraan.

Lebih lanjut parameter multidimensional ini coba diterjemahkan oleh Sen ke dalam indicator pengkuran yang lebih riil yaitu Human Development Index (HDI) yang lalu lebih dimutakhirkan dalam Multidimensional Poverty Index (MPI). Indikator pengukuran ini memudahkan pengukuran variable-variabel yang digunakan dalam teori tersebut. III. KELEMAHAN

Meskipun Amartya Sen telah memasukkan berbagai aspek Sosial, Ekonomi, dan Politik secara komprehensif dalam teorinya, namun tetap saja terdapat beberapa kekurangan dalam teori ini, yaitu:

1. Pendekatan yang dikemukakan oleh Sen dalam teorinya terlalu berfokus pada individu dan kebebasan individu. Sen beragumen bahwa dengan individu yang bebas, maka secara sendirinya institusi atau organisasi dimana individu itu berada juga akan mendapatkan keuntunga. Amartya Sen seolah-olah lupa bahwa hubungan antar individu rentan terhadap konflik yang dapat mengencam harmoni institusi yang ada.2. Sen juga melihat kapitalisme sebagai sebuah entitas yang baik, transparan dan berjuang untuk kepentingan bersama. Namun pada kenyataanya banyak sekali praktek kapitalisme yang lebih menguntungkan kepentingan sekelompok orang semata dan justru merampas kemerdekaan sekelompok lain.3. Dalam bukunya Development as Freedom, Sen juga sangat sedikit membahas tentang relasi kekuasaan dan ketimpangan yang timbul karenanya serta perjuangan yang kemudian menyertainya. Di negara negara dengan sistem multipartai ketimpangan ini akan sangat terlihat saat partai yang berkuasa dan yang kalah akan saling bersaing untuk mempengaruhi kebijakan yang berdampak pada kehidupan warga negara. Selain itu juga masih ada ketimpangan relasi ekonomi internasional antar negara berkembang dan negara maju yang sangat jelas mempengaruhi kemerdekaan perekonomian negara berkembang.4. Amartya Sen juga seolah-olah melihat setiap bangsa atau komunitas yang ada bukan sebagai bagian dari institusi lain yang jauh lebih besar dengan sistem yang jauh lebih rumit (mikro vs makro). Hal ini tentu saja akan menyebabkan persinggungan antara entitas yang bersangkutan dengan entitas-entitas lain dengan kepentingan yang berbeda beda. Hal ini baik langsung ataupun tidak mempengaruhi kebijakan yang ada di dalam mauapun luar negeri dan berdampak pada warga negaranya. Contohnya adalah Indonesia sebai bagian dari ASEAN, APEC, WTO, IMF.5. Dalam bukunya Amartya Sen juga kurang membahas hubungan yang rumit antara lingkungan, warga negara, politik dan ekonomi. Dengan fenomena penggundulan hutan, praktek ekstraksi SDA besar-besaran dan pemanasan global, hubungan antara aspek-aspek diatas dan pengaruhnya terhadap kemerdekaan menjadi semakin penting dan mengemuka.IV. VARIABEL PENTINGVariabel penting yang perlu diteliti untuk mengukur keberhasilan teori ini adalah: 1. Kesehatan: Angka harapan hidup.

2. Pendidikan: Rata-rata lama sekolah dan Rata-rata harapan lama sekolah3. Kesejahteraan ekonomi: Angka pendapatan netto per kapita dan Power Purchasing Parity (PPP).4. Tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu.

5. Gender Development Index

6. Gender Empowerment Measure

V. ILUSTRASI

Teori ini dapat dilihat penerapannya dalam berbagai Program peningkatan kapasitas yang banyak dijalankan oleh pemerinta di Indonesia, antara lain:

1. Program PNPM

Program ini menitikberatkan pada peningkatan kapasitas warga masyarakat dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat. Masyarakat diajak untuk kreatif membangung lingkungan wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan didampingi fasilitator kelompok. Program pembangunan yang ada tidak boleh hanya berfokus pada segi fisik, namun juga pengembangan aspek sosial dan ekonomi. Bahkan kini juga sudah dimulai dengan program pengarusutamaan gender. 2. Program KB Sejahtera

Pada mulanya program ini dimaksud kan untuk menarik keluarga- keluarga rentan miskin agar mau ikut serta KB dengan kegiatan pemberdayaan ekonomi. Namun pada pekembangannya juga dapat meningkatkan kesejahteraan peserta KB aktif sehingga tingkat sosial ekonomi mereka dapat menjadi lebih baik. Program ini pada akhirnya tidak hanya berfokus pada masalah pengendalian penduduk semata, namun juga berkembang enjadi program pemberdayaan masyarakat dan pemeliharaan kesehatan masyarakat.

REVIEW II

TEORI: DEPENDENCY THEORY

I. GAMBARAN UMUM

Teori dependensi atau ketergantungan adalah teori yang meitikberatkan pada faktor ektsternal yang menyebabkan keterbelakangan pada suatu negara. Faktor eksternal ini adalah relasi yang timpang antara negara-negara kaya dan institusi-institusi internasional dengan negara-negara terbelakang/ dunia ke tiga. Dalam buku Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Todaro mengemukakan bahwa Teori ketergantungan ini memiliki tiga aliran utama yaitu:1. Model ketergantungan neocolonial

2. Model Paradigma Palsu

3. Model Pembangunan DualistikSecara umum, model ketergantungan mengemukakan bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di banyak negara di dunia selatan saat ini sebagai akibat dari ketimpangan hubungan antara negara-negara kaya dan negara-negara miskin dalam sistem kapitalis dunia internasional. Bentuk ketimpangan dan ketergantungan ini dapat dijelaskan dalam beberapa hal sebegai berikut:

1. Keterbelakangan tidak semata karena faktor internal dari sebuah negara saja, tetapi juga karena dampak dari usaha negara-negara maju danperusahaan perusahaan multinasional untuk memperkaya modal mereka dan mempertahankan status quo tersebut.2. Negara-negara di dunia dibagi ke dalam dua kelompok yaitu negara inti (core) yang terdiri dari negara-negara kaya dengan modal besar dan negara-negara periferi yang terdiri dari negara-negara dunia ketiga yang bermodal kecil. Kondisi pembedaan kelas ini bukanlah kondisi yang sementara, dimana negara-negara periferi dapat meningkat menjadi negara inti, melainkan justru kondisi yang dijaga agar tetap dan sulit diubah.3. Ketidakseimbangan pola perdagangan diantara negara-negara periferi dengan negara-negara inti. Negara maju mengekspor barang-barang dengan nilai tambah tinggi yang sangat menguntungkan ke negara-negara periferi, sedangkan negara-negara periferi hanya mengekspor barang-barang mentah dengan harga murah ke negara inti.4. Relasi yang terjadi tidak hanya menimbulkan ketimpangan dalam hal ekonomi, namun juga relasi yang kompleks ini menyebabkan ketimpangan yang rumit secara structural dalam aspek politik dalam dan luar negeri serta struktur sosial dan budaya. Lebih lanjut kondisi ketergantungan dan keterbelakangan ini juga dipelihara dan dipertahankan oleh beberapa kelompok kecil (yang oleh Todaro disebut kelompok comprador) di negara dunia ketiga yang mendapat keuntungan dari status quo yang terjadi. Kelompok ini dengan sadar dan sukarela mengabdi terhadap kelompok kekuatan internasional yang memiliki kepentingan tertentu dan sebagai imbal baliknya mendapat bagian keuntungan. Para comprador sangat tergantung pada belas kasih kelompok internasional yang berkuasa. Ketimpangan yang ada juga dapat dilihat dari preskripsi-preskripsi yang diberikan oleh lembaga-lembaga bantuan donor internasional dan lembaga moneter internasional kepada negara-negara dunia ketiga. Resep-resep penyelesaian masalah yang mereka berikan cenderung menggunakan cara pandang negara kaya dan jika ditelusuri lebih jauh pada akhirnya hanya akan menguntungkan negara maju. Solusi-solusi yang ada lebih sering tidak mengindahkan faktor perbedaan kultur dan sejarah di negara-negara dunia ketiga. Akibatnya solusi yang ada tidak tepat guna dengan kebutuhan negara yang bersangkutan.II. KEUNGGULANBeberapa keunggulan dari teori ini adalah sebagai berikut:

1. Teori ini tidak hanya melihat faktor internal sebuah negara sebagai penyebab keterbelakangan yang mereka alami, namun juga faktor eksternal yaitu sistem ekonomi politik yang tidak adil sebagai pangkal keterbelakangan mereka. Kedua faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain dalam sebuah jalinan struktur yang kompleks.

2. Pada teori-teori pembangunan lain, seperti Teori Kebebasan oleh Amartya Sen, cenderung terlalu fokus pada negara saja dan terkesan bahwa negara tersebut berada pada posisi yang vakum dari pengaruh dunia luar. Sebaliknya, dalam teori dependensi negara dilihat bukanlah sebagi entitas vakum yang mandiri dan tak terpengaruh namun sebuah entitas yang memiliki relasi dengan entitas lain diluar dirinya sendiri dan terpengaruh oleh relasi ini dalam sebuah jaringan yang rumit. Teori dependensi memasukkan unsur sistem ekonomi politik internasional dan perusahaan-perusahaan multinasional yang memilki pengaruh cukup luas di dunia internasional. 3. Jika teori-teori pembangunan lain hanya sekedar ekplanatori terhadap suatu fenomena, maka teori dependensi menjelaskan secara cukup gamblang penyebab terjadinya fenomena tersebut serta sudah mulai menginjak pada ranah solusi bagi ketimpangan yang terjadi. Solusi yang ditawarkan adalah berupa restrukturisasi sistem perekonomian internasional dan menerapkan strategi untuk mengurangi ketergantungan impor pada barang-barang atau komoditas yang pada dasarnya mampu diproduksi sendiri memanfaatkan bahan baku dan teknologi tepat guna lokal untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri 4. Teori-teori pembangunan yang lain memandang bahwa negara-negara sedang berkembang pada akhirnya akan melewati proses pembangunan yang sama seperti negara maju untuk mencapai taraf yang sama seperti negara-negara maju tersebut. Teori dependensi justru melihat bahwa proses tersebut akan sulit terjadi akibat pengaruh dari relasi yang timpang anatara negara-negara maju dan negara-negara duni ketiga. III. KELEMAHAN

Bebarap kelemahan yang ditemukan dalam teori ini adalah:

1. Terlalu mentikberatkan pada persepektif bahwa negara merupakan bagian dari sistem internasional sehingga melihat negara seolah-olah bukan entitas yang tidak signifikan, hanya sebuah entitas yang tidak memiliki kemerdekaan untuk menentukan nasibnya sendiri.

2. Melihat bahwa hubungan relasi yang terjadi antara negara maju dan negara berkembang hampir selalu berakibat negatif bagi negara berkembang. Namun pada kenyataannya banyak hal bermanfaat yang terjadi dari relasi ini.3. Teori ini memosisikan kondisi dependence dan non-dependence sebagi sebuah dikotomi yang berlawanan. Jika bukan masuk kategori dependence berarti masuk kedalam kategori non-dependence. Pandangan ini cenderung hitam putih dan tidak melihat berbagai keragaman aspek dan spektrum diantaranya.4. Teori ini juga tidak jelas menjelaskan apa yang dimaksud dengan kondisi non-dependence. Hanya menyebutkan bahwa non-dependence adalah lawan dari kondisi dependence dan seolah-olah sebuah kondisi yang mudah dicapai. Teori ini gagal menjelaskan hubungan yang saling terkait dari kedua kondisi ini sehingga sulit untuk memberikan preskripsi untuk mengurangi tingkat dependency. IV. VARIABEL PENTING

Variabel-variabel penting dari teori ini yang perlu diteliti lebih lanjut untuk mengkur kadar keberhasilannya adalah:

1. Nilai ekspor-impor antar negara.

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi under-developed.

3. Pengaruh kebijakan internasional dalam politik dalam negeri.

4. Konstelasi politik dalam negeri sebuah negara dan kebijakan yang dihasilkan.

5. Model kebijakan ekonomi dan pengaruhnya terhadap proses produksi dan kegiatan ekspor-impor.6. Pengaruh bantuan luar negeri terhadap keputusan sosial, ekonomi dan politik di sebuah negara.

7. Parameter pemberian bantuan luar negeri dari satu negara ke negara lain. V. ILUSTRASI

Ketergantungan negara-negara sedang berkembang dapat diilustrasikan sebagai berikut: Negara dunia ketiga adalah negara yang terlebih dahulu menjadi negara jajahan dari negara-negara maju. Negara-negara periferi ini dikondisikan untuk selalu menguntungkan negara-negara pusat (core countries) dengan ketergantungan pada ekspor SDA atau bahan baku mentah yang murah lewat strategi cultuur stelsel pada zaman penjajahan atau eksplotasi SDA pada zaman modern. Bahan baku mentah ini akan diproses lebih lanjut di negara-negara pusat dengan menggunakan teknologi terbaru sehingga mendapatkan nilai tambah (added values) lebih yang kemudian akan diekspor ke negara periferi dengan harga yang lebih mahal. Seperti contohnya minyak bumi, batu bara, karet, bijih besi, tembaga, nikel dll dari Indonesia yang diekspor ke berbagai negara di Eropa dan Amerika. Namun, saat negara periferi berusaha untuk mengejar ketertinggalan ini selalu saja ada berbagai hambatan yang diterapkan oleh negara maju seperti hambatan tariff, regulasi ekspor-impor, hak cipta dll untuk menjaga keunggulan komparatif mereka. Selain tentu saja start yang sudah sangat berbeda dengan negara pusat yang sudah lebih dulu maju. Hal ini menyebabkan negara periferi akan menemui berbagai kendala dalam mengejar ketertinggalan dalam hal proses produksi, teknologi dan modal. Praktek ini memaksa negara periferi untuk tergantung pada kemampuan utamanya dalam usaha untuk meraih modal dengan cepat untuk membiayai proses kejar mengejar ini, yaitu dengan menjual SDA utama mereka. Ironisnya justru hal ini menjadikan negara periferi semakin tergantung pada negara pusat dan rentan terhadap berbagai goncangan ekonomi internasional ataupun goncangan ekonomi dalam negeri negara pusat. Hal ini sangat jelas saat krisis ekonomi tahun 2008-sekarang melanda Eropa, jumlah ekspor kita ke beberapa negara maju di Eropa dan Amerika juga menurun karena lesunya perekonomian dan industri mereka.