Upload
vonga
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Nomor: RISALAHDPD/SIPUR-9/II/2018
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
-----------
RISALAH
SIDANG PARIPURNA KE-9
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
MASA SIDANG IV TAHUN SIDANG 2017-2018
I. KETERANGAN
1. Hari : Kamis
2. Tanggal : 15 Februari 2018
3. Waktu : 13.46 WIB – 16.25 WIB
4. Tempat : R. Rapat Nusantara V
5. Pimpinan Sidang : 1. DR (HC) Oesman Sapta (Ketua DPD RI)
2. Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. Nono Sampono, M.Si.
(Wakil Ketua DPD RI)
3. Prof. Dr. Ir. Hj. Darmayanti Lubis (Wakil Ketua DPD
RI)
6. Acara : 1. Laporan pelaksanaan tugas alat kelengkapan,
2. Pengesahan keputusan DPD RI, dan
3. Pidato penutupan pada akhir Masa Sidang III pada Tahun
Sidang 2017-2018.
7. Hadir : Orang
8. Tidak hadir
: Orang
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
1
II. JALANNYA SIDANG:
PIMPINAN SIDANG: DR (HC) OESMAN SAPTA (KETUA DPD RI)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om swastiastu.
Namo buddhaya.
Sebelum memulai Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah, marilah kita
menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Kepada para Anggota DPD serta seluruh
hadirin, dimohon untuk berdiri dan bersama-sama menyanyikan Lagu Indonesia Raya.
PEMBICARA: PADUAN SUARA DAN PESERTA SIDANG
Hiduplah Indonesia raya…
Indonesia tanah airku.
Tanah tumpah darahku.
Disanalah aku berdiri.
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku.
Bangsa dan Tanah Airku.
Marilah kita berseru.
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku.
Hiduplah negriku.
Bangsaku Rakyatku semuanya.
Bangunlah jiwanya.
Bangunlah badannya.
Untuk Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Tanahku negriku yang kucinta.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Tanahku negriku yang kucinta.
Indonesia Raya.
Merdeka Merdeka.
Hiduplah Indonesia Raya.
SIDANG DIBUKA PUKUL 13.46 WIB
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
2
PIMPINAN SIDANG: DR (HC) OESMAN SAPTA (KETUA DPD RI)
Hadirin sekalian duduk kembali.
Berdasarkan catatan daftar hadir yang disampaikan oleh Sekretariat Jenderal, sampai
saat ini telah hadir 68 orang Anggota DPD RI yang telah menandatangani daftar hadir. Maka,
memenuhi korum. Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, Sidang Paripurna ke-9
Dewan Perwakilan Daerah ini kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.
KETOK 1X
Sidang yang mulia, khusus saya ingin mengucapkan selamat datang kepada orang tua
saya, sahabat saya, pembimbing saya waktu masih dulu di Dewan Perwakilan Daerah, masih
Fraksi Utusan Daerah, Pak Sabam Sirait. Ini adalah guru saya dan mohon izin saya sementara
memimpin sidang. Merdeka!
Pak Sabam ini umurnya sudah 82 tahun, lebih tua dari Pak A.M. Fatwa. Saya sudah
buka sidang ini, saya mohon maaf saya harus hadir sebentar ini di pelantikan antarwaktu MPR
RI di mana ini mungkin yang terakhir untuk saya ikut serta dalam MPR RI ini karena saya
sudah mengatakan saya ingin mundur dan nanti mekanismenya tentu akan kita atur berdasarkan
aturan yang ada di dalam DPD. Dan, rapat saya silakan Pak Waka untuk memimpin.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih, Ketua, akan saya lanjutkan memimpin sidang ini
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua.
Shalom.
Om swastiastu.
Namo buddhaya.
Sidang Dewan yang mulia, sesuai dengan jadwal acara, Sidang Paripurna mempunyai
tiga agenda pokok, yaitu:
1. laporan pelaksanaan tugas alat kelengkapan,
2. pengesahan keputusan DPD RI, dan
3. pidato penutupan pada akhir Masa Sidang III pada Tahun Sidang 2017-2018.
Sidang Dewan yang mulia, di awal sidang paripurna ini perlu diinformasikan sebuah
berita duka atas wafatnya Kepala Pusat Perancangan dan Kajian Kebijakan Hukum Sekretariat
Jenderal DPD RI, Saudara Drs. Sadarieli Zebua, M.Si. pada hari ini tanggal 15 Februari 2018
di Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk. Kita mendoakan semoga almarhum diberikan tempat
yang terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Untuk itu, saya ingin mengajak kita sekalian,
marilah kita menundukan kepala sambil berdoa sesuai dengan keyakinan dan agamanya
masing-masing.
Berdoa mulai. Selesai. Terima kasih.
Hadirin sekalian, sebelum Ketua DPD meninggalkan ruang sidang ini, ada hal yang
ingin disampaikan penting sebelum kita melanjutkan sidang paripurna ini. Silakan, Ketua.
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
3
PEMBICARA: DR (HC) OESMAN SAPTA (KETUA DPD RI)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Om swastiastu.
Namo buddhaya.
Bapak Ibu sekalian sahabat-sahabat seperjuangan, kita beberapa hari yang lalu telah
diketok palu oleh DPR tentang kewenangan DPD. Nanti akan dijelaskan, tapi saya hanya
mengingatkan bahwa tugas kita bertambah berat, terutama di dalam perda-perda yang akan
dibangun di daerah. Itu rasanya wajib Perda itu diketahui oleh DPD. Nanti akan dijelaskan
oleh, di dalam penjabaran ini nanti akan dijelaskan oleh pimpinan sidang.
Yang kedua, kita harus lebih meningkatkan lagi kinerja kita yang betul-betul aktif
dalam mensosialisasikan undang-undang itu sendiri. Tentunya juga masalah anggaran. Dulu
anggaran kita harus melapor kepada Komisi III, sekarang tidak lagi. Kita menyusun anggaran
kita sendiri. Dan lagi, apalagi ya? Jumlah ketua, jumlah pimpinan ini nanti akan bertambah
satu. Kita sebetulnya tidak minta tambah. Kalau mau tambah, tambah dua supaya lima. Tapi
cuma ditambah satu, itu pun tidak dikonsultasikan dengan kita penambahan itu. Hanya
diinformasikan, bukan di dalam komunikasi penambahan. Tapi, ya sudahlah namanya juga
ditambah, asal jangan dikurangi saja.
Yang kedua, saya melihat begitu padatnya kerjaan sesuai dengan perjuangan kita
selama ini yang menghasilkan setelah tiga belas tahun kita tunggu-tunggu sulit untuk mengajak
bicara dan akhirnya dengan komunikasi, dengan lobi-lobi kita, dan oleh teman-teman kita
sekarang ini, mampu kita mendapatkan kewenangan yang kita belum tahu sampai di mana nanti
dalam pelaksanaan itu karena itu memerlukan waktu sosialisasi dan waktu melaksanakannya
juga memerlukan waktu dan sistem yang dapat diterima, baik yang akan diatur maupun yang
mengatur. Ini saya membutuhkan pandangan teman-teman semua dalam rangka yang selama
ini kita tunggu-tunggu minta kewenangan, terus kemudian setelah kewenangan didapat,
mudah-mudahan kita bisa melaksanakannya. Jangan sampai nanti kita menuntut ini
kewenangan, ternyata setelah dikasih kewenangan justru tidak mampu mengerjakan
kewenangan itu sendiri. Itu sebabnyalah saya ingin mengundurkan diri di MPR RI agar supaya
bisa konsentrasi penuh di DPD sesuai dengan apa yang sudah kita kerjakan sama-sama selama
ini dalam membangun kewenangan yang harus kita laksanakan yang waktunya tinggal setahun
setengah. Jadi efektif daripada tahun 2018 hanya sebelas bulan. Nah sebelas bulan itu tentu
dalam menata ini, kita membutuhkan waktu paling cepat dua bulan, paling cepat. Kalau bisa
lebih cepat lagi ya syukur alhamdulilah, tapi saya tidak yakin karena tidak gampang
menyosialisasikan kepada yang terkait. Itu sebabnya perlu kita menggaet pers, pers yang terdiri
dari cetak, online, televisi, dan radio karena itu alat komunikasi yang paling ampuh dan paling
dipercaya sekarang ini oleh rakyat. Jangankan yang benar, yang bohong-bohongan saja rakyat
percaya kalau ada berita-berita bohong, apalagi yang benar-benar. Jadi itu sebabnya, kita harus
manfaatkan sumber-sumber dari pemberitaan ini secara efektif untuk kepentingan penguatan
DPD RI. Itu saja pesan saya dan semoga Bapak-ibu sekalian dapat memahami perjuangan kita
ini yang masih panjang yang baru setelah tiga belas tahun, baru sekarang kita mendapatkan
kewenangan yang mudah-mudahan itu lebih mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah.
Itu Pak Ketua, silakan.
Terima kasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
4
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima Kasih, Pak Ketua.
Sidang Dewan yang mulia, selanjutnya mengawali Sidang Paripurna Penutupan Masa
Sidang III ini, marilah kita berdoa bersama agar dalam pelaksanaan tugas kita ke depan dapat
berjalan dengan baik dan lancar serta mendapatkan ridha Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa.
Berkenaan dengan hal tersebut, dimohon untuk kesediaan Saudara Dedi Iskandar Batubara,
S.Sos., S.H., M.Sp., Anggota DPD RI dari Sumatera Utara untuk memandu doa.
PEMBICARA: DEDI ISKANDAR BATUBARA, S.Sos., S.H., M.S.P. (SUMUT)
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Marilah kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Saya akan
memimpin secara Islam.
[DOA DALAM BAHASA ARAB]
Allahuma Ya Allah, ampunkan dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dosa para
pemimpin kami, dosa orang-orang yang mendoakan kami, dosa orang-orang yang berbuat
kebaikan kepada kami, dosa saudara-saudara kami yang hadir di majelis ini maupun yang tidak
berada di tempat ini. Berikan kepada mereka semua balasan kebaikan dari apa yang telah
mereka lakukan.
[DOA DALAM BAHASA ARAB]
Duhai Allah, perkenankan dan kabulkanlah seluruh ikhtiar dan doa kami. Jadikan kami
orang-orang yang kau pilih mendatangkan manfaat bagi diri kami, lingkungan kami, keluarga
kami, bangsa dan negara kami.
[DOA DALAM BAHASA ARAB]
Ya Allah, jadikan majelis ini majelis yang kau rahmati, perpisahan kami juga
perpisahan yang kau berkahi.
[DOA DALAM BAHASA ARAB]
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Pak Dedi yang sudah memandu kita dengan doa.
Selanjutnya kita akan memasuki agenda laporan perkembangan pelaksanaan tugas alat
kelengkapan DPD dan pengesahan keputusan DPD. Karena pada sidang paripurna ini kita akan
mengesahkan rancangan undang-undang usul inisiatif DPD RI, maka kesempatan pertama ini
dipersilakan kepada PPUU untuk menyampaikan laporan hasil harmonisasi rancangan undang-
undang dan pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan.
Dipersilakan.
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
5
PEMBICARA: GEDE PASEK SUARDIKA, S.H., M.H. (KETUA PPUU DPD RI)
Terima kasih, Pimpinan.
Laporan pelaksanaan tugas Panitia Perancang Undang-Undang disampaikan kepada
Sidang Paripurna ke-9 DPD RI Masa Sidang III Tahun Sidang 2017-2018.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Shalom.
Om swastiastu.
Namo buddhaya.
Yang terhormat Pimpinan DPD RI, yang terhormat Anggota DPD RI, dan Bapak Ibu
yang hadir pada sidang paripurna kali ini, serta hadirin yang berbahagia.
Sesuai dengan agenda Sidang Paripurna hari ini, izinkan kami atas nama Anggota dan
Pimpinan Panitia Perancang Undang-Undang menyampaikan pelaksanaan tugas Panitia
Perancang Undang-Undang pada akhir Masa Sidang III Tahun Sidang 2017-2018.
Selama Masa Sidang III ini telah melaksanakan beberapa program dan kegiatan sebagai
berikut.
a. Inventarisasi materi RUU tentang Hak Atas Tanah Adat dalam bentuk kegiatan RDPU
bersama beberapa pakar, hukum agraria, pakar hukum adat, serta kegiatan FGD ke
Provinsi Aceh, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Dalam kegiatan tersebut, kami
memperoleh banyak sekali masukan dan catatan penting akan urgency RUU tentang
Hak Atas Tanah Adat ini.
1. Terhadap tanah hak ulayat yang kewenangan masyarakat hukum adatnya
bersifat publik sekaligus perdata. Tanahnya harus didaftarkan tetapi tidak perlu
dibuat sertifikat. Akan tetapi, terhadap tanah bersama atau tanah komunal yang
berciri keperdataan seperti tanah di kaum Sumatera Barat, tanahnya harus
terdaftar dan dibuat sertifikat. Sedangkan dalam Undang-Undang Pokok
Agraria, hanya mengatur tentang konversi tanah adat perorangan.
2. Dalam Undang-Undang Pokok Agraria dinyatakan bahwa hukum agraria di
Indonesia merupakan hukum adat sehingga tata aturan serta pengakuan atas
tanah adat harus diatur. Namun faktanya sampai saat ini setelah 72 tahun
Indonesia merdeka, ternyata hukum adat belum juga diatur dengan detail, maka
dengan hak atas tanah adat. Pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria hanya
mengatur tentang hak bentuk-bentuk hukum antara orang dengan tanah, yaitu
hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan hak yang bersifat
sementara. Pada Pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria tersebut, tidak
dimasukkan jenis hak atas tanah adat sebagai salah satu bentuk hak yang dapat
dimiliki oleh masyarakat atas tanah. Oleh karena itu, perlu diatur dalam undang-
undang tersendiri tentang Hak Atas Tanah Adat.
b. Rapat gabungan dengan PPUU bersama Komite, Pimpinan Komite, dalam rangka
pembahasan penyusunan RUU DPD tahun 2018. Dalam rapat gabungan yang
berlangsung 25 Januari telah disepakati ditentukan RUU yang akan disusun oleh
Komite dan PPUU untuk tahun 2018, antara lain:
1. Komite I, RUU tentang Perlindungan dan Pengakuan Hak Masyarakat Adat
yang ini kemudian di dalam RUU yang sudah disahkan dalam bentuk draft oleh
DPR berubah menjadi RUU tentang Masyarakat Hukum Adat. Namun di
Prolegnas masih tertulis seperti yang tadi. Dua, RUU tentang Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal.
2. Komite II, RUU tentang Kedaulatan Pangan. Dua, RUU tentang Pelestarian dan
Pemanfaatan Sumber Daya Genetik.
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
6
3. Komite III RUU tentang Perlindungan Pasien dan RUU tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Ini juga
sempat menjadi perdebatan karena fungsi pendidikan, posisinya DPD adalah
pertimbangan. Namun, karena ini juga terkait dengan profesi yang ada di daerah
di mana guru itu juga guru SD, SMP, SMA itu juga kewenangan ada di daerah.
Jadi kita tetap siapkan dalam bentuk RUU.
4. Komite IV, RUU tentang Pengurusan Piutang Negara dan Daerah dan RUU
tentang Peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Untuk RUU tentang Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah memang menjadi kewenangan DPD, sementara RUU
tentang Pengurusan Piutang Negara dan Daerah ini masih debatable, tapi kita
tetap persiapkan dalam bentuk RUU. Sementara, PPUU tetap untuk RUU
tentang Hak Atas Tanah Adat.
Dalam rapat gabungan tersebut juga mengemuka permasalahan komite dalam
menyusun RUU yang bukan merupakan bidang kewenangan DPD RI sebagaimana
Pasal 22D Ayat (1) Undang-undang Dasar 1945. Melainkan, lebih pada fungsi
pertimbangan terhadap undang-undang dan RUU. Berbagai alternatif solusi juga telah
dibahas, di antaranya me-review kembali pembidangan komite khusus untuk
penyusunan RUU atau terkait dengan penyusunan pertimbangan terhadap RUU agar
diberikan dukungan anggaran dan kegiatan yang sama seperti halnya tahapan kegiatan
dalam penyusunan RUU inisiatif DPD. Jadi, baik pertimbangan terhadap undang-
undang maupun pembuatan penyusunan RUU, diharapkan diperlakukan dengan
pembiayaan dan anggaran yang sama. Hal ini mengingat telah adanya keberatan dari
pihak pemerintah dan DPR terkait dengan pembahasan di Prolegnas tentang banyaknya
RUU yang dianggap bukan jadi kewenangan DPD, tetapi dilaksanakan oleh DPD.
c. Harmonisasi pembulatan dan pemantapan konsepsi terhadap RUU tentang Kegeologian
dan RUU tentang Energi Terbarukan sebagai usul inisiatif dari Komite II. Pada tanggal
12–13 Februari 2018 PPUU dan Komite II telah melakukan rapat gabungan dalam
rangka harmonisasi terhadap kedua RUU tersebut. Hasilnya telah disepakati beberapa
substansi perubahan dalam draft RUU dan kedua draft RUU tersebut telah kami
sesuaikan dengan kaidah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Dalam harmonisasi tersebut,
juga disepakati agar tetap titik tekan pada pengelolaan secara desentralisasi dengan
memberdayakan dan mengoptimalkan potensi daerah dalam melakukan pengusahaan
energi terbarukan dan potensi kegeologian. Selain itu, sesuai dengan kesepakatan antara
DPR, DPD, dan pemerintah di dalam rapat-rapat Prolegnas, bahwa disepakati dalam
setiap pembentukan RUU tidak membuat ataupun melahirkan suatu badan baru lagi,
namun memaksimalkan lembaga yang sudah ada. Sehingga, dalam harmonisasi
kemarin disepakati beberapa ketentuan tentang norma kehadiran sebuah lembaga itu
disesuaikan. Oleh karena itu dalam sidang paripurna kali ini, RUU tentang Kegeologian
dan RUU tentang Energi Terbarukan dari Komite II secara teknis yuridis sudah bisa
disahkan menjadi RUU dari DPD RI. Nanti lebih lengkapnya tentu Komite II yang
menjelaskan.
Hadirin yang kami hormati, berkenaan dengan adanya perubahan kedua atas Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, Undang-Undang MD3
yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 12 Febuari 2018 secara prinsip kami
memandang perlu ada perubahan strategis untuk DPD, yaitu:
a. penambahan tugas sebagaimana ketentuan Pasal 249 Ayat (1) huruf J bahwa DPD
mempunyai wewenang dan tugas melakukan pemantauan dan evaluasi atas rancangan
peraturan daerah dan peraturan daerah,
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
7
b. implementasi keputusan Mahkamah Konstitusi perkara Nomor 79/PPUU/XII/2014
sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 250 Ayat (1) bahwa dalam
melaksanakan wewenang dan tugas, DPD memiliki kemandirian dalam menyusun
anggaran yang dituangkan ke dalam program dan kegiatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan,
c. menambah komposisi DPD sebagaimana ketentuan Pasal 260 Ayat (1), Pimpinan DPD
terdiri atas 1 orang ketua dan 3 orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh Anggota
DPD dalam Sidang Paripurna DPD.
Oleh karena hal-hal tersebut di atas, PPUU memandang perlu untuk menyusun kembali,
pertama, yaitu buku panduan tentang Peraturan Daerah, tentang Mekanisme Legislasi Daerah,
tentang tata cara bagaimana membuat Perda dan pengawasan Perda di mana buku ini bisa
menjadi buku pegangan bagi seluruh Anggota DPD di dalam menjalankan tugas
konstitusionalnya terhadap munculnya kewenangan yang baru tersebut. Selain itu, kami juga
mengusulkan dari PPUU untuk bisa melaksanakan workshop secara khusus untuk
meningkatkan kapasitas anggota, khususnya di bidang memahami legislasi daerah, sehingga
ketika pelaksanaan tugasnya di daerah bisa berjalan dengan maksimal. Tentunya mekanisme
keikutsertaan DPD harus sesuai dengan kewenangan konstitusional DPD dan tidak malah nanti
menjadi bumerang, semakin melemahkan DPD secara kelembagaan.
Hadirin yang kami hormati, dalam kesempatan ini juga kami ingin menyampaikan
bahwa perlu ada perubahan, penyelarasan, penyesuaian terhadap Peraturan DPD tentang Tata
Tertib karena beberapa norma baru yang muncul dalam Undang-Undang MD3 belum diatur di
dalam tata tertib ini. Oleh karena itu, sesuai dengan Pasal 87 Ayat (2) huruf C Tatib DPD,
sebenarnya segala peraturan DPD, rancangan peraturan DPD, itu yang diberikan tugas
menyusun adalah Panja Perancang Undang-Undang. Namun dalam praktik yang sudah
berjalan saat ini, kita cukup juga melakukan harmonisasi. Saya kira itu sama, yang penting
nanti keluarnya terakhir adalah dari PPUU. Contoh, Tata Beracara BK ditangani oleh BK,
namun dilakukan harmonisasi oleh PPUU sehingga keluarnya menjadi satu antara PPUU
dengan BK. Ini pun juga sama karena kewenangan untuk melakukan revisi terbatas itu ada juga
di dalam BK, itu bisa diusulkan oleh BK ataupun menggunakan mekanisme pansus. Kami
persilakan kepada forum paripurna yang mulia untuk memutuskan namun kami dari PPUU
menyatakan siap untuk bisa segera bekerja dengan cepat, singkat, karena kami harapkan di
masa sidang yang akan datang kita sudah memiliki peraturan tata tertib yang sesuai dengan
Undang-Undang MD3 yang baru. Sehingga begitu pembukaan masa sidang, 1 – 2 minggu
kemudian kita sudah bisa secara efektif melaksanakan tugas-tugas konstitusional yang baru,
yaitu melaksanakan pemantauan dan pengawasan Perda maupun peran Perda. Saya kira itu
yang bisa kami sampaikan.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
PIMPINAN RAPAT: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Pak Gede Pasek Suardika sudah menyampaikan laporan tentang Panitia
Perancang Undang-Undang. Berikutnya dipersilakan kepada Komite II untuk menyampaikan
laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya.
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
8
PEMBICARA: PARLINDUNGAN PURBA, S.H., M.M. (KETUA KOMITE II DPD RI)
Baik, terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita.
Om swastiastu.
Namo buddhaya.
Horas.
Nuwun sewu.
Yang terhormat Pimpinan DPD RI, para anggota alat kelengkapan dan kita sekalian.
Pertama kami, marilah kita menyampaikan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha
Kuasa karena kita diberikan kelimpahan sehingga pada hari ini kita dapat mengikuti Sidang
Paripurna ke-9 DPD RI. Pada kesempatan ini, izinkan kami mewakili Komite II menyampaikan
secara singkat sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Panitia Perancang Undang-Undang
tentang pengesahan dua RUU dari inisiatif Komite II yang terkait dengan RUU Energi
Terbarukan dan RUU Kegeologian.
Pada kesempatan ini, saya hanya memberikan sedikit garis besar apa yang menonjol di
dalam RUU tentang Energi Terbarukan tersebut. Maksud kami, yang menarik sehingga Komite
II mengusulkan. Pertama, bahwa kita memahami adanya perjanjian Paris terkait komitmen
untuk menjaga kenaikan temperatur dunia tidak lebih dari dua derajat celsius sehingga
mendorong Indonesia untuk lebih banyak memanfaatkan sumber daya energi terbarukan yang
ramah lingkungan yang akan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang tidak dapat
diperbaharui. Kedua penyusunan energi terbarukan ini terkait juga dengan pengaturan masalah
pengurusan pembangkit, jaringan, dan distribusi yang saat ini masih dipegang oleh PLN di
dalam RUU Energi Terbarukan. Dalam RUU ini kita mengusulkan agar keterlibatan bukan
hanya PLN saja, tetapi juga adalah BUMD, BUMDes dan pihak swasta sehingga daerah-daerah
terpencil juga bisa mengembangkan energi terbarukan, dalam arti energi terbarukan itu adalah
sumbernya adalah angin, matahari, dan air laut, ombak laut. Kami menyampaikan bahwa ini
adalah penting selain Undang-Undang tentang Geotermal sudah ada atau panas bumi. Jadi
dengan adanya Undang-Undang Energi Terbarukan tadi, maka diharapkan peranan daerah akan
lebih besar lagi. Juga kita berharap bahwa rencana umum energi nasional sebesar 23% harus
dipenuhi oleh energi terbarukan itu dapat tercapai. Kalau dengan memakai sistem sekarang, ini
kekhawatiran akan menjadi kenyataan kesulitan pencapaian tersebut.
Bapak-bapak, Ibu-ibu, Pak Ketua, Ibu yang saya hormati, bahwa sampai saat ini PPA
(Purchasing Power Agreement) yang terkait tentang energi terbarukan ini masih sangat rendah
sekali. RUU Energi Terbarukan terdiri daripada 10 bab dan 37 pasal yang mengatur hal sebagai
berikut.
1. Sumber energi terbarukan, pengelolaan energi terbarukan, penyediaan dan
pemanfaatan, pengembangan, pembinaan, pengawasan, dan partisipasi masyarakat.
Adapun tentang kelembagaan, kita sepakat bahwa tidak ada lembaga yang baru
sehingga ini memperkuat fungsi kementerian yang ada.
2. Tentang RUU Kegeologian. Hal ini terkait juga adalah karena Indonesia berada di
kawasan rawan bencana sehingga perlu upaya preventif agar terjadinya berbagai
bencana dapat dideteksi dengan cepat melalui pengaturan di bidang geologi.
Penyusunan RUU ini memang diperlukan mengingat geologi merupakan kekayaan
nasional yang perlu dilindungi karena berbagai fungsi yang dimiliki, yaitu fungsi
ekonomi, fungsi konservasi dan lingkungan, serta fungsi keperwarisan nasional. Pada
prinsipnya, RUU ini diperlukan sebagai payung hukum untuk pengaturan lebih lanjut
berbagai aspek kegeologian. Substansi penting yang memerlukan payung hukum di
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
9
dalam RUU ini adalah menyangkut aktivitas, pemanfaatan potensi serta data dan
informasi kegeologian yang berkaitan dengan keselamatan dan kesejahteraan publik.
Bapak-ibu, saudara-saudara sekalian, kami sampaikan bahwa ini terkait dengan kasus
yang pernah terjadi dengan data tambang Busang yang ternyata datanya sangat valid, tetapi
waktu diadakan survei tidak ada sama sekali. Jadi dengan ada ini, diharapkan ini kepastian
kepada para pengusaha dan kepastian kepada daerah lebih diberikan oleh suatu lembaga yang
memberikan dan mempunyai akreditasi internasional. Selanjutnya dalam RUU ini, terdiri
daripada 14 bab dan 47 pasal yang ruang lingkupnya meliputi kegiatan kegeologian,
pengelolaan kegeologian, pemanfaaatan kegeologian, pengembangan kegeologian, tanggung
jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kelembagaan, pengawasan dan partisipasi
masyarakat. Bapak-ibu, kami sampaikan juga bahwa di dalam kelembagaan tidak akan
melahirkan lembaga baru, tetapi badan geologi yang ada itu, itu yang diperkuat.
Perlu juga kami sampaikan pada Masa Sidang III ini, Komite II juga telah
menyampaikan menyelesaikan pandangan DPD terhadap Rancangan Undang Undang
Perkelapasawitan. Bapak-ibu, perlu kami sampaikan bahwa ini adalah usul inisiatif daripada
DPR dan sudah disampaikan di dalam sidang dan kita sudah dimintakan pendapatnya. Dan
pada kesempatan ini, kami juga mohon pengesahan terkait tentang Undang-undang
Perkelapasawitan sebagai berikut.
1. Bahwa RUU Perkelapasawitan tersebut harus menempatkan kepentingan nasional dan
daerah di atas segala-galanya. RUU ini tidak boleh bersifat sektoral dan dirancang di
atas kepentingan golongan dan kepentingan politik tertentu. Kepentingan RUU ini
harus memberikan kontribusi, baik langsung maupun tidak langsung terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat yang diperoleh dari
pengembangan komoditas sawit di Indonesia. Pada kesempatan ini, secara garis besar
Dewan Perwakilan Daerah kurang sependapat dengan adanya undang-undang ini
karena setelah ditelaah, ini isinya hampir sama dengan Undang Undang Perkebunan
yang sudah ada sedemikian rupa.
2. Berkaitan dengan kelembagaan, di dalam RUU Perkelapasawitan ini akan ada undang,
akan ada lembaga baru. Padahal, di dalam Undang-undang Perkebunan saat ini sudah
ada PDKB, yaitu suatu badan yang menghimpun dana-dana untuk investasi
berkesinambungan daripada kelapa sawit. Jadi, kami melihat bahwa RUU
Perkelapasawitan ini seharusnya ditujukan untuk melindungi pelaku usaha, khususnya
para pekebun kecil yang sering kali menjadi pihak yang mendapat keuntungan terkecil
dari kegiatan usaha perkelapasawitan.
3. DPD RI menilai bahwa perizinan yang diatur dalam RUU Perkelapasawitan ini justru
semakin membuat proses kegiatan usaha di bidang perkelapasawitan menjadi semakin
birokratis. Aspek lainnya yang perlu menjadi perhatian adalah aspek tanggung jawab
sosial dan lingkungan. DPD RI menilai bahwa aspek tanggung jawab sosial dan
pelaksaanaan usaha di bidang perkelapasawitan harus dapat membentuk dan
mendapatkan nilai tambah dari kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Dan,
sebagaimana kami sebut tadi bahwa DPD RI tidak sependapat dengan dibentuknya
lembaga baru sebagaimana amanat RUU Perkelapasawitan ini. Pembentukan lembaga
ini dinilai tidak akan menjadi solusi karena tidak akan efisien dan tidak ada urgensinya,
terlebih pemerintah saat ini memiliki target untuk mengefisienkan keberadaan lembaga
dan pembentukan badan baru dalam undang-undang.
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
10
Pimpinan DPD RI, Pimpinan Alat Kelengkapan, para Anggota, Sesjen, rekan media,
dan saudara-saudara sekalian, pada kesempatan ini kami juga menyampaikan laporan
perkembangan pelaksanaan tugas Komite II.
1. Adalah terkait dengan kelangkaan gas industri di Sumatera Utara, lebih kurang hampir
20 hari, 26 hari, dan juga kaitannya dengan industri pupuk Iskandar Muda di
Lhokseumawe, Aceh. Komite II juga sudah mengupayakan dan syukur kita sampaikan
saat ini gas industri sudah mengalir berkat advokasi daripadaAnggota DPD RI,
khususnya yang ada di rungan ini.
2. Kami juga menyampaikan bahwa diskusi yang berkembang di Komite II adalah agar
kiranya pemerintah segera mengusulkan dan membuat asuransi bencana alam karena
kita memahami hal ini adalah masalah yang sangat serius dan komunikasi kepada pihak
pemerintah sudah kita sampaikan. Pada kesempatan ini, kita juga mengharapkan
paripurna ini bisa juga merekomendasikan dan menyepakati kiranya bisa di Indonesia
dipikirkan adanya asuransi bencana alam sebagaimana yang telah ada di Taiwan dan
beberapa negara Eropa lainnya.
3. Perlu kami sampaikan juga bahwa Komite II dan teman teman sudah menerima keluhan
dari para pengusaha terkait hak guna bangunan di kawasan industri Medan di mana
pada kesempatan itu disampaikan bahwa untuk memperpanjang hak guna bangunan itu
dikenakan 25% tarif, dan kita sudah sepakat agar ini ditunda dan diberikan insentif yang
lebih murah sehingga para pengusaha bukan hanya di Sumatera Utara, tetapi di seluruh
Indonesia di kawasan industri akan dapat bergerak dengan baik. Dan juga, kami juga
menyikapi terkait dengan masalah impor beras dan impor jagung pada beberapa periode
yang lalu.
Komite II tetap menolak dengan tegas kebijakan tersebut tetapi kami juga
mengingatkan agar kementerian terkait mempunyai data yang lebih akurat sehingga tidak
terjadi keributan sebagaimana yang berkembang sekarang, di antara kementerian teknis yang
berurusan dengan pangan tersebut. Oleh sebab itu Komite II juga mengusulkan RUU tentang
Kedaulatan Pangan mudah-mudahan ini bisa menyelesaikan permasalahan. Bapak-ibu yang
kami hormati sebelum menutup laporan perkembangan Komite II DPD RI kami mohon kepada
Sidang Paripurna yang mulia untuk mengesahkan dua hasil penyusunan RUU yakni RUU
terbarukan sebagaimana yang disampaikan tadi RUU Terbarukan dan RUU Kegeologian serta
satu hasil pandangan DPD RI terkait RUU tentang Perkelapasawitan. Demikian laporan
perkembangan dan pelaksanaan tugas Komite II pada Sidang Paripurna Ke-9 Masa Sidang III
Tahun Sidang 2017–2018 yang dapat kami sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita.
Om shanti shanti shanti om.
Horas.
Nuwun sewu.
Tertanda H.Mirza, Kadek Arimbawa, dan Parlindungan Purba.
Terima kasih.
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
11
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI
Terima kasih Pak Parlindungan Purba sudah membacakan laporan dari Komite II.
Sidang Dewan yang Mulia setelah kita bersama mendengar laporan Pimpinan Komite II
tentang :
1. Rancangan Undang-undang tentang Inisiatif DPD RI tentang Energi terbarukan.
2. Rancangan Undang-undang inisiatif DPD RI tentang Kegeologian, dan
3. Pandangan DPD RI terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perkelapasawitan.
Apakah kita dapat menyetujui laporan dari Komite II? Setuju. Terima kasih.
KETOK 2X
Selanjutnya dipersilakan kepada Komite IV untuk menyampaikan laporan hasil
pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan.
PEMBICARA: SISKA MARLENI, S.E., M.Si. (WAKIL KETUA KOMITE IV DPD RI)
Bismillahirrahmanirrahiim.
Laporan pelaksanaan tugas Komite IV DPD RI pada sidang paripurna ke-9 masa sidang
III tahun 2017 -2018 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Kamis 15 Februari 2018.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
Yang terhormat pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, yang
terhormat Sekretariat Jendral DPD RI beserta jajaran, yang terhormat Bapak-ibu anggota
Dewan Perwakilan daerah Republik Indonesia. Puji dan syukur kehadirat Allah Tuhan yang
Maha Esa karena dengan segala limpahan rahmat serta karunianya pada kesempatan hari ini
kita semua dapat menghadiri sidang Paripurna ke-9 ini dalam keadaan sehat walafiat dan
tentunya semoga kita semua selalu dalam lindunganya amien ya robbal ‘alamien.
Atas nama pimpinan dan segenap Anggota Komite IV DPD RI Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah
diberikan, dan selanjutnya sesuai dengan jadwal rapat pada hari ini, perkenankan kami
menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Komite IV meliputi, satu hasil pengawasan dalam
pelaksanaan Undang Undang No XIX tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara, yang
ke dua Perkembangan pembahasan Rancangan Undang-undang di sini ada dua Rancangan
Undang-undang yang pertama adalah Rancangan Undang-undang Pengurusan Piutang Negara
dan Daerah lalu yang ke-2 Rancangan Undang-undang Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
Hadirin yang berbahagia adapun laporan pelaksanaan tugas Komite IV DPD RI akan
sampaikan dalam tiga bagian,bagian yang pertama yaitu hasil pengawasan atas pelaksanaan
Undang-undang BUMN bagian ke dua yaitu tentang RUU Usul Inisiatif dan bagian yang ke-
3 tentang yang lain lain. Mengingat ini adalah hal yang perlu mendapat perhatian kita bersama
dan seyogyanya saya akan menyingkat pembacaaan laporan pelaksanaan tugas namun saya
khawatir jika nanti disampaikan secar terpotong, maka logika redaksional laporan tidak
tersampaikan dengan baik maka izinkan saya untuk menyampaikan hampir secara lengkap.
Hadirin yang berbahagia, hasil laporan pelaksanaan tugas Komite IV yang pertama
adalah hasil pengawasan Undang-undang BUMN sebagaimana dalam mekanisme melakukan
pengawasan kami Komite IV juga melakukan beberapa mekanisme mulai melakukan kegiatan
Rapat Dengar Pendapat dengan para pemangku kepentingan dan atau stockholder di bidang
BUMN jajaran Kementrian BUMN dengan Kementrian Keuangan dengan Direksi dan
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
12
Komisaris Badan Usaha Milik Negara dan juga Badan Layanan Umum, selain RDP kami juga
melakukan RDPU dengan para pegiat dengan para pakar dan juga akademisi dibidang BUMN
dan juga dengan Badan Pengelolaan Dana yang mana RDP dan RDPU tidak lain tidak bukan
adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan juga masukan terkait.
Selain itu kami Komite IV juga melakukan kunjungan kerja. Kunjungan kerja
dimaksudkan untuk menggali tentang kondisi di lapangan dan permasalahan-permasalahan
yang keterkaitan dengan Undang-undang No XIX Tahun 2003 Tentang BUMN dan instrumen
yang kami gunakan adalah diskusi kelompok terarah atau focus group discusion. Setelah kami
mendapatkan aspirasi daerah kami juga melakukakan klarifikasi melalui dialog dan tinjauan
lapangan dengan para pelaksana dan para pemangku kepentingan di daerah. Selain itu, untuk
lebih mendapatkan sasaran dan target dalam pengawaasan Komite IV juga melakukan RDP,
pembahasan pengawasan Undang-undang No XIX tahun 2003 Tentang BUMN dengan
Kementrian BUMN dengan PT RNI dengan Bulog dengan Dirjen Kekayaaan Negara
Kementerian Keuangan RI, lalu juga melakukakan RDP juga dengan PT. Pegadaian dan PT.
POS Indonesia.
Adapun yang menjadi fokus pada saat pembahasan RDP yang pertama adalah tentang
dana pungutan explorat CPO atau Crude Palm Oil dengan Ketua Badan Pengelola dan
Perkebunan Kelapa Sawit ( BPDPKS ). Lalu yang kedua yang menjadi pokok bahasan kami
juga tentang dan cost recovery daerah tambang dan yang ke 3 PP No 72 Tahun 2016 mengenai
pembentukan holding company untuk BUMN, BUMN tambang dan juga perkebunan dan
tentunya setelah serangkaian RDP, RDPU dan kunjungan kerja kami melakukan kegiatan
finalisasi.
Hadirin yang kami hormati, hasil pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang
BUMN adalah sebagai berikut:
a. Penyertaan Modal Negara (PMN) dalam BUMN:
1. Penyertaan Modal Negara dalam BUMN pada tahun 2017 mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kebijakan Pemerintah terkait dengan PMN
terlihat tidak memberikan prioritas kepada BUMN di sektor perkebunan. Kebijakan
penempatan modal belum memberikan sumbangan yang optimal karena lebih banyak
dialokasikan pada BUMN infrastruktur dibandingkan dengan BUMN perkebunan.
2. Kebijakan PMN mengalami peningkatan dari 2013 hingga tahun 2016, namun tidak
ada PMN kepada BUMN sektor perkebunan, hal ini memperlihatkan implementasi PP
Nomor 72 Tahun 2014 tidak terlihat.
3. PT. Pos Indonesia sebagai salah satu BUMN yang penting selain terkait dengan
memberikan pelayanan kepada pada masyarakat, PT. Pos Indonesia juga memiliki
peran strategis dalam mempertahankan kedaulatan wilayah NKRI sebagaimana
terekam kita bersama hilangnya Pulau Sipadan Ligitan salah satu yang menyebabkan
kekalahan kita karena tidak ada data history mengenai korespondensi melalui PT. POS
di sana. Ini belum juga mendapatkan tidak mendapatkan dukungan dana dari
Pemerintah dan regulasi yang cukup dalam menjalankan fungsi usaha dan fungsi publik
service obligation. PT. Pos yang tidak mendapat tambahan modal tersebut namun
masih mampu memberikan kontribusi kepada negara berupa pajak dan juga deviden
dan masih mampu memberikan pelayanan yang kompetitif kepada masyarakat.
b. Kontribusi BUMN terhadap pendapatan negara dan APBN:
1. BUMN belum optimal meningkatkan pendapatan bersihnya sehingga kontribusi
BUMN terhadap pendapatan berupa defiden dan pajak kepada APBN masih kecil.
2. BUMN masih memiliki utang pajak negara dan daerah, total utang pajak BUMN yang
terjadi yang menjadi sample pengawasan DPD RI mencapai 462 miliar di tahun 2014,
1,2 trilyun di tahun 2015, 317 miliar di tahun 2016, hal ini menandakan pajak terutang
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
13
yang cukup tinggi dan harus menjadi fokus perhatian DJP atau Direktorat Jenderal
Pajak.
c. Kontribusi BUMN kepada daerah:
1. BUMN telah berperan serta dalam pembinaan UMKM dan pembangunan ekonomi
masyarakat daerah melalui dana pembinaan dan juga dana bina lingkungan.
2. Adanya BUMN sektor kehutanan yang belum membayar pajak PBB, PAT kepada
Pemda dan bagi hasil menghambat kepastian penerimaan daerah karena DJP masih
membutuhkan waktu untuk melakukan konversi dan juga perhitungan.
3. Belum ada regulasi yang mengatur bagi hasil antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Pusat pada sektor perkebunan.
d. Konstribusi BUMN terhadap perekonomian nasional:
1. Monopoli pembelian gula produksi PT. PN hanya oleh perum Bulog merugikan
pendapatan negara PT. PN dan juga petani gula.
2. Pengunaan dana untuk masyarakat daerah penghasil sawit terutama pada penanaman
kembali (replanting), peningkatan sumber daya manusia dan sarana dan prasarana dan
yang sangat mendesak yang dibutuhkan oleh masyarakat petani sawit adalah sarana dan
prasarana yang berkaitan dengan dibangunnya pabrik kelapa sawit. Belum terlaksana
karena belum adanya PMK penggunanan dana BPDPKS tidak produktif dan habis
pakai.
3. Lahan kelola perkebunan oleh PT. PN yang masih sangat kecil atau sedikit, hanya pada
angka 6,4% mengakibatkan rendahnya konstribusi deviden kepada negara serta
penguasaan swasta modal asing yang begitu besar hingga mencapai 52,7% terhadap
lahan sawit tidak memberikan kontribusi deviden kepada negara.
4. Regulasi penentuan tarif kiriman barang PT. Pos dari Kominfo lebih rendah daripada
tarif logistik swasta dan tidak ada penyertaan dana pemerintah dalam program
pengiriman buku gratis setiap tanggal 17, dan hal ini membebani PT. Pos Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan hasil penguasaan tersebut direkomendasikan kepada DPR RI
sebagai berikut:
Penyertaan modal negara dalam BUMN:
1. Pemerintah perlu meningkatkan PMN pada BUMN dalam rangka penguatan modal
dan perluasan kebijakan dalam mencapai tujuan BUMN;
2. Pemerintah perlu memberikan PMN kepada PT. Pos Indonesia dalam
melaksanakan program Pemerintah dan PSO serta pengembangan produk dalam
mencapai keuntungan,
Konstribusi BUMN terhadap pendapatan negara dan APBN:
1. BUMN harus meningkatkan pendapatan bersihnya (net profit) dan meningkatkan
kontribusi terhadap pendapatan negara dan APBN;
2. DPD RI berperan melakukan mediasi antara BUMN dan Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah dalam pembayaran utang pajak.
Kontribusi BUMN kepada daerah:
1. BUMN perlu meningkatkan manfaat bagi masyarakat sekitar wilayah
operasionalnya melalui program kemitraan dan juga bina lingkungan
2. Terbatasnya wewenang daerah hanya meliputi pada PBBP2, BPHTB, PAT, tidak
meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah dari BUMN yang beroperasional
di wilayah mereka.
3. Pemerintah perlu membuat kebijakan agar Pemerintah Daerah dapat memperoleh
manfaat dan penerimaan PAD lebih besar dari operasional BUMN di wilayahnya.
4. DPD RI berperan sebagai mediator antara Pemerintah Daerah penghasil
perkebunan, BUMN dan juga Pemerintah Pusat untuk mengatur besaran bagi hasil
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
14
sehingga tidak terdapat perbedaan perhitungan bagi hasil dalam meningkatkan PAD
dan perekonomian.
Kontribusi BUMN terhadap perekonomian nasional:
1. Pemerintah perlu membuka monopoli tata niaga gula produksi dalam negeri dan
menutup atau mengurangi gula impor dalam negeri, gula impor dalam rangka
melindungi pendapatan PT. PN, pendapatan petani gula juga pendapatan
pemerintah. Kementerian Teknis dan Kementerian Keuangan perlu untuk
menerbitkan PMK penggunaan dana BPDPKS, untuk peremajaan (replanting),
peningkatan sumber daya manusia, peningkatan sarana dan prasarana, serta
aturan penggunaan yang bersifat produktif dan tidak habis pakai. Pemerintah
perlu meningkatkan lahan sawit yang dikelola oleh PTPN serta meningkatkan
tata kelola PT.PN dalam mencapai keuntungan yang besar dan peningkatan
pendapatan negara pada APBN, pemerintah juga perlu membatasi kepemilikan
swasta modal asing atas penguasaan lahan sawit.
Pemerintah juga perlu menetapkan tarif pengiriman barang PT. Pos Indonesia sesuai
dengan tarif yang berlaku di swasta agar dapat bersaing dan memberikan keuntungan bagi PT.
Pos Indonesia serta perlu penyertaan modal negara dalam mendukung program pemerintah
serta public service obligation.
Hadirin yang kami hormati, Pada Sidang Paripurna ini kami sampaikan hasil
pengawasan ini untuk diambil putusan sebagai putusan DPD RI tentang hasil pengawasan DPD
RI atas pelaksanaan Undang-Undang 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
Laporan pelaksanaan tugas pada bagian yang kedua, RUU usul inisiatif jadi pada masa sidang
ketiga tahun sidang 2017-2018 Komite IV DPD RI juga melaksanakan fungsi legislasi
walaupun masih dalam proses perkembangannya yaitu RUU tentang Pengurusan Piutang
Negara juga RUU Peningkatan Pedapatan Hasil Daerah. Untuk kedua RUU ini yang
merupakan usulan inisiatif kami memulainya dengan melakukan kegiatan RDPU, lalu juga
pembentukan tim ahli RUU dan juga melakukan kegiatan Kunker DIM (Kunjungan Kerja
Daftar Inventaris Masalah). Untuk kedua RUU ini kami melakukan kunker DIM tanggal 29-
31 Januari ditiga Provinsi untuk RUU Pengurusan Piutang Negara, dan juga kegiatan Kunker
DIM tanggal 11-13 Februari dan juga tanggal 12-14 Februari untuk pembahasan RUU
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.
Pada bagian ketiga laporan pelaksanaan tugas Komite IV yang berkaitan dengan lain-
lain, jadi pada masa sidang ini kami juga melakukan kegiatan RDP dengan BPKP berkaitan
dengan pelaksana atau implementasi Siskudes (Sistem Keuangan Desa), dan yang ada poin
yang menurut kami perlu kita garis bawahi secara bersama-sama ini untuk kita semua Anggota
DPD RI, bahwa kami juga Komite IV melakukan kegiatan RPDP dengan apa namanya dengan
LPDB (Lembaga Pengelola Dana Bergulir) koperasi, Kementerian Kooperasi, LPDB
KUMKM., bahwa dalam RDP tersebut kami melakukan pembahasan dan bersepakat antara
Komite IV DPD RI dengan Dirut Utama dari pada LPDB KUMKM untuk mengadakan
sosialisasi bersama di daerah, dan nanti personal kontaknya bisa di-share di dalam grup
mungkin programer yang akan membagikannya, jika keterkaitan dengan program LPDB dari
KUMKM. Selain itu Komite IV juga tengah menyusun revisi Peraturan DPD RI Nomor 4
Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberian Pertimbangan DPD RI Atas Rancangan
Undang-undang Tentang APBN, perubahan yang dilakukan antara lain:
1. Struktur Pusat Kajian Daerah dan Anggaran (PKDA) yang menggantikan PUSKADA
dan Budget Office;
2. Adanya Sistem Informasi Usulan Program Prioritas Daerah (SIUPPD);
3. Fokus pertimbangan kebijakan transfer daerah, khususnya mengenai atau terkait
dengan dana alokasi khusus dan juga dana desa.
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
15
Akhirnya terima kasih kami tujukan kepada Pimpinan DPD RI kepada segenap
Anggota Komite IV DPD RI dan juga Sekretariat Jenderal beserta jajaran, dan juga tidak lupa
rekan-rekan media yang selama ini telah membantu kami Komite IV dalam melaksanakan
tugas, izinkan sebelum saya mengakhiri pembacaan laporan tugas ini, saya juga mengucapkan
selamat merayakan tahun baru Imlek 2569 kepada yang merayakannya rekan-rekan senator
semoga tahun ini tambah berjaya. Aamiin.
Dan satu pantun manis untuk kita semua, semoga benar-benar manis.
Jalan-jalan ke kota Batu Raja.
Jangan lupa membawa kebaya.
Selamat menjalankan tugas di daerah.
Demi masyarakat Indonesia makmur dan sejahtera.
Jakarta, 15 Februari 2018, Komite IV DPD RI , Pimpinan, Ketua (ditandatangani) Dr. H. Ajiep
Padindang, S.E., M.M. Wakil Ketua (ditandatangani) Ir. H. Ayi Hambali, M.M. dan saya,
Siska Marleni. Terimakasih atas perhatian. Mohon maaf atas segala kekurangan, dan kepada
Allah saya mohonkan magfiroh-nya.
Wabillahitaufik walhidayah.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Merdeka!
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih, Bu Siska Marleni sudah membacakan laporan dari Komite IV, yang
paling keras jawabnya merdeka itu Pak Sabam tadi dari semuanya. Sidang Dewan yang mulia
setelah kita bersama mendengarkan laporan pimpinan Komite IV, apakah kita dapat
menyetujui hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-undang Nomor 19 Tahun
2003 Tentang BUMN? Setuju. Terimakasih.
KETOK 2X
Selanjutnya dipersilahkan kepada Pimpinan Pansus TKA untuk menyampaikan laporan hasil
pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan.
PEMBICARA: dr. DELIS JULKARSON HEHI, MARS (WAKIL KETUA KOMITE III
DPD RI)
Izin Pimpinan. Komite III belum.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si
(WAKIL KETUA DPD RI)
Tidak ambil keputusan Komite III, ini yang ambil keputusan. Ini mau buru-buru ini
mau reses.
PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes (PANSUS TKA)
Yang terhormat pimpinan DPD RI, yang terhormat Saudara-saudara pimpinan alat
kelengkapan DPD RI, yang terhormat Anggota DPD RI serta hadirin yang berbahagia.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera buat kita semua.
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
16
Om swastiastu
Pada sidang paripurna yang mulia ini perkenankan kami menyampaikan pelaksanaan tugas
Pansus TKA DPD RI di masa sidang III tahun sidang 2017-2018 yang merupakan masa
pelaksanaan tugas akhir dari kerja Pansus TKA yang berakhir pada tanggal 18 Februari 2018.
Berdasarkan hasil temuan serta pengawasan terhadap penempatan dan penggunaan tenaga
kerja asing yang berkenaan dengan Undang-undang Nomor 18 tahun 2018 tentang
ketenagakerjaan serta peraturan terkait lainnya Pansus TKA DPD RI merekomendasikan
kepada pemerintah agar melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menetapkan dan menyusun grand design politik ekonomi ketenagakerjaan dan politik
hukum ketenagakerjaan sebagai rencana pembangunan jangka panjang Indonesia
yang memperhatikan secara seimbang aspek investasi, pertumbuhan ekonomi,
pemberdayaan ekonomi kerakyatan, serta perlindungan TKI secara proposional
dengan mempertimbangkan aspek geopolitik dan strategis Indonesia dalam konsepsi
wawasan nusantara.
2. Merevisi Peraturan Presiden nomor 21 Tahun 2016 tentang Kebijakan Bebas Visa
Kunjungan utntuk membatasi pemberian bebas visa, hanya pada negara-negara yang
melakukan hal sama dengan Indonesia berdasarkan asas resiptropiksi asas timbal
balik dan asas selectivity policy atau asas manfaat.
3. Merevisi Pemenaker Nomor 36 tahun 2015 untuk mengendalikan dan mengatur
penggunaan tenaga kerja asing di Indonesia dengan menetapkan hal-hal sebagai
berikut :
1. Pengguna tenaga kerja asing atau dalam hal ini perusahaan wajib melakukan alih
teknologi dan ahli pengetahuan dari tenaga kerja asing ketenaga kerja Indonesia,
yang secara teknis dilakukan dengan cara penempatan tenaga pedamping bagi
setiap tenaga kerja asing yang digunakan.
2. Pengguna tenaga kerja asing dalam hal ini perusahaan, secara berkala wajib
memberikan pendidikan pelatihan dan sertifikasi kepada tenaga kerja Indonesia
termasuk pelatihan kemampuan berbahasa asing yang diarahkan untuk mengganti
posisi atau jabatan yang didukung tenaga kerja asing pada saat kontak kerja tenaga
asing berakhir. Pengguna tenaga kerja asing dalam hal ini perusahaan wajib
mendapat atau memperoleh rekomendasi dari pemerintah provinsi atau kabupaten
kota sebagai syarat pengesahan RPTKA dan penerbitan INTA untuk pertama kali.
3. Setiap tenaga kerja asing wajib menguasai Bahasa Indonesia untuk memudahkan
proses adapsi tenaga kerja asing dengan lingkungan sosial serta dengan budaya
dan masyarakat Indonesia.
4. Memperkuat diplomasi internasional dalam kesepakatan investasi asing untuk
meminimalkan kebijakan tanki proyek manajemen guna mengendalikan
penggunaaan TKA di Indonesia yang merugikan posisi tenaga kerja Indonesia
serta memastikan hukum ketenagakerjaan Indonesia berlaku bagi pengguna tenaga
kerja asing Indonesia.
5. Merevisi Undang-undang no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah agar
memperkuat daerah dalam pengawasan ketenagakerjaan khususnya berkenaan
dengan :
1. Pengambilan kewenangan pengawasan ketenagakerjaan dari Pemerintah
Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten Kota dengan diikuti alokasi anggaran
pelatihan kompetensi dan keahlian pengawasan ketenagakerjaan serta
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
17
ketersediaan pengawas ketenagakerjaan yang sebanding dengan koorporasi
yang diawasi.
2. Pemberian kewenangan kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota agar
terlibat dalam pengesahan RPTKA dan penerbitan INTA untuk pertama kali
dengan cara memberikan rekomendasi kepada anggota TKA atau perusahaan
3. Pemberian dorongan kepada Pemerintah Provinsi atau Kabupaten Kota agar
membentuk Peraturan Daerah untuk mengendalikan penggunaan TKA dan
memberikan perlindungan TKI disertai dengan sanksi administratif dan sanksi
pidana kepada pengguna TKA atau perusahaan untuk memberikan efek jera.
6. Membenahi sistem ketenagakerjaan yang berkenaan dengan :
1. Validasi informasi dan database yang akurat antara Kementerian Tenaga
Kerja dan Imigrasi terkait secara terintegrasi.
2. Revitalisasi balai pelatihan kerja oleh Pemerintah.
3. Pembinaan, pendampingan, dan pelatihan bagi TKI agar memiliki kompetensi
keahlian, sertifikasi, dan integritas sehingga memiliki daya saing di pasar
global.
4. Penguatan penerbitan INTA pada tahap validasi yang dilakukan tidak hanya
secara dering atau e-document tetapi juga fisik dokumen untuk memastikan
keakuratan kebenaran data.
7. Meningkatkan pencatatan, pengawasan jalur masuknya orang asing ke Indonesia
yang juga menjadi jalur TKA non-procedural disertai penambahan petugas
imigrasi pada tempat pemeriksaan imigrasi, mulai dari pelabuhan dan bandara
besar, sehingga pelabuhan dan bandara kecil ataupun pos lintas batas.
8. Meningkatkan koordinasi komunikasi dan sinkronisasi antara Kementerian Riset
Pendidikan Tinggi dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan
Kementerian Ketenagakerjaan dalam mempersiapkan lulusan satuan pendidikan
agar dapat memenuhi pasar kerja dalam negeri dan luar negeri dalam hal ini link
and match.
9. Melakukan perubahan kelembagaan tim pengawas orang asing dalam hal ini
dikatakan dengan tim pora yang dibentuk berdasarkan Pemenhuk dan HAM
nomor 50 tahun 2016 menjadi satuan tugas pengawasan orang asing untuk
memastikan hal-hal sebagai berikut :
1. Ketersediaan alokasi anggaran yang bersumber dari APBN dan APBD yang
pembentukannya hingga tingkat kecamatan.
2. Kejelasan adanya mekanisme kerja satuan tugas pengawas orang asing yang
terukur dan terencana.
3. Kepastian kecukupan dukungan sumber daya manusia serta sarana dan
prasarana.
4. Peningkatan pemberdayaan masyarakat secara mandiri untuk terlibat dalam
pelaporan orang asing melalui aplikasi pelaporan orang asing secara dering
atau apoa.
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
18
Pimpinan Bapak-ibu anggota DPD RI yang kami hormati, Sidang Dewan yang kami
muliakan sehubungan dengan telah selesainya pelaksanaannya tugas pansus TKA DPD RI,
maka melalui sidang paripurna yang mulia ini Pansus TKA DPD RI meminta kepada
pimpinan dan seluruh Anggota Dewan Perwakilan Daerah yang terhormat, untuk
memutuskan dan mengesahkan laporan Pansus TKA sebagai produk DPD RI untuk
selanjutnya disampaikan kepada pemerintah. Demikian laporan pelaksanaan tugas Pansus
TKA DPD RI tahun sidang 2017-2018 dan pada akhirnya perkenankan kami mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat Pimpinan dan semua pihak yang telah banyak membantu
pelaksaan tugas Pansus TKA semoga segala upaya yang diberikan mendapatkan balasan
kebaikan yang berlipat dari Allah SWT. Amin ya Robbal a’lamin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Damai sejahtera bagi kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
Jakarta 15 februari 2018.
Pansus Tenaga Kerja Asing Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia
Ketua: Fahira Idris.
Wakil Ketua: Dra. Hj. Eni Sumarni, M.Kes.
Wakil Ketua Mamberob Y. Rumakiyek, S.Si. M.Kesos.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Ibu Dra. Ir. Hj. Eni Sumarni., M.Kes. yang sudah membacakan laporan
dari Pansus TKA. Sidang Dewan yang mulia setelah kita bersama mendengar laporan Pimpinan
Pansus TKA apakah kita dapat menyetujui rekomendasi DPD RI tentang permasalahan tenaga
kerja asing di Indonesia? Setuju, terimakasih.
Selanjutnya kita akan mendengarkan laporan perkembangan pelaksanaan tugas alat
kelengkapan yang tidak diambil keputusan berturut-turut mulai dari Komite I, persilakan.
PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (WAKIL KETUA KOMITE I DPD RI)
Bismillahirrahmanirrahim.
Laporan pelaksanaan tugas Komite I DPD RI Masa Sidang Tahun III, Tahun Sidang
2017-2018 pada masa sidang paripurna ke IX DPD RI, Kamis 15 Februari 2018.
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Dalam nama dan kasih Tuhan, Salam sejatera bagi kita sekalian.
Om swastiastu.
Namo buddhaya.
Salam kebajikan.
Pimpinan DPD RI dan rekan-rekan anggota yang terhormat, hadirin serta undangan
yang berbahagia, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., Tuhan yang Maha Kuasa
karna atas limpahan karunianya kita dapat hadir dalam sidang paripurna DPD RI yang hari ini
dalam keadaan sehat wal’afiat. Sebelum menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Komite I
pada Masa Sidang III ini, izinkan kami menyampaikan sikap terkait telah disahkannya
perubahan ke 2 Undang-Undang MD3 pada tanggal 13 Februari 2018, khususnya implikasinya
terhadap wewenang DPD RI sebagaimana diketahui bersama bahwa salah satu substansi dalam
perubahan MD3 adalah penambahan wewenang dan tugas DPD RI ya ini melakukan
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
19
pemantauan dan evaluasi atas Rancangan Peraturan Daerah dan peraturan daerah lainnya.
Penambahan wewenang dan tugas ini mengandung 2 pengertian yakni:
1. Penguatan kewenangan DPD RI utamanya dalam penyusunan proleknas
pertimbangan DPD RI terhadap RUU APBN dan kemandirian anggaran.
2. Penambahan kewenangan DPD RI untuk melakukan pemantauan dan evaluasi atas
Ranperda dan Perda khususnya terhadap penambahan kewenangan ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat DPD RI mempunyai penambahan 4 klasifikasi
wewenang dan tugas yakni pemantauan Ranperda, pemantauan Perda, evaluasi
Ranperda dan evaluasi Perda. Penguatan dan penambahan kewenangan dapat
dipastikan akan berimplikasi terhadap mekanisme kerja di Alat-alat Kelengkapan
DPD RI. Oleh karna itu perlu dilakukan penyesuaian Peraturan DPD RI Nomor 4
tahun 2017 tentang Tata Tertib terhadap perubahan ke-2 Undang-undang MD3.
Pimpinan dan Anggota DPD RI yang kami muliakan pada masa sidang 3 ini Komite I telah
melakukan rangkaian program dan kegiatan dalam pelaksanaan tugas konstitusionalnya, terkait
pelaksanaan fungsi legislasi Komite I tengah melaksanakan penyusunan RUU tentang
Pengakuan dan Perlindungan hak Masyarakat Adat dan RUU tentang Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal. Dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Komite I
telah melakukan beberapa kegiatan dalam rangka pengawasan atas pelaksanaan UU Nomor 23
tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan. Di samping itu pada masa sidang III ini Komite I tetap
melanjutkan kegiatan-kegiatannya dalam rangka melakukan fungsi pengawasan dan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Secara lebih rinci
perkembangan pelaksanaan tugas Komite I pada masa Sidang III Tahun 2017-2018 dapat
disampaikan sebagai berikut;
a. Penyusunan RUU tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat.
1. Dewasa ini dirasa semakin penting dan strategis untuk melestarikan kearifan
lokal dalam khasanah budaya bangsa. Di satu pihak Globalisasi yang ditandai
peniadaan batas-batas wilayah atau Barderlist, derasnya arus informasi,
perputaran jasa, barang, dan uang. Dampak negatif globalisasi dalam
perkembangan masyarakat yang demokratis dan egaliter tidak dapat terhindar
dari konflik. Baik yang bersifat vertikal, masyarakat dengan pemerintah,
maupun secara horizontal, antara masyarakat dengan masyarakat. Selain itu
tidak kalah pentingnya adalah timbulnya konflik antar nilai-nilai lama dengan
nilai-nilai baru yang berujung pada interaksi yang bersifat antagonistik telah
menimbulkan kerentanan di tengah-tengah masyarakat.
2. Sebagaimana halnya Interaksi nilai-nilai Demokrasi dengan nilai-nilai budaya
lokal secara antagonistik telah mengakibatkan berbagai gangguan sosial yang
sangat-sangat serius, sehingga jika tidak ada upaya yang dilakukan secara
sengaja, baik oleh pemerintah maupun masyarakat maka tidak mustahil arah
perubahan itu sendiri dapat menjauh dari tujuan bernegara. Upaya
mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat dengan penuh keadilan tidak akan
menjadi kenyataan jika salah satunya komunitas masyarakat adat dibiarkan
berjalan secara alamiah tanpa ada upaya perlindungan terhadapnya. Padahal
kepudaran nilai-nilai dalam masyarakat hukum adat yang berguna tersebut tidak
terhindarkan. Oleh sebab itu meskipun relevansi norma-norma hukum adat
sebagai The living low untuk di-unifikasi-kan menjadi peraturan hukum tertulis
masih menimbulkan kontroversi dikalangan para ahli.
3. Penulisan berbagai norma-norma hukum adat untuk berbagai kepentingan
dipandang perlu dan strategis terutama yang mendasarkan Argumentasinya
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
20
pada fakta bahwa hak-hak ulayat, tanah, air dan hutan yang selama ini
penguasaannya telah bergeser menjadi milik Negara sehingga perlindungan
terhadap masyarakat adat perlu untuk dituangkan dalam satu Undang-undang
hak-hak masyarakat hukum adat dan kewajibannya tidak dimarginalkan oleh
kekuatan politik dan kekuasaan Pemerintah Pusat apalagi koorporasi asing.
4. Keberadaan masyarakat adat sudah ada sebelum Negara terbentuk. Oleh karena
itu selayaknya Negara hadir dalam rangka mengakui menghormati dan
melindungi keberadaan masyarakat adat. Lebih jauh hadirnya Negara dalam
konteks ini tentu mendorong dan memfasilitasi terciptanya kesejahteraan lahir
dan batin bagi masyarakat adat serta melakukan pembinaan dan pengawasan
agar eksistensi masyarakat adat tetap terpelihara bahkan berkembang secara
baik dalam memperkokoh Kedaulatan Negara. Oleh karena itu diperlukan
payung hukum yang bisa memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap
hak-hak masyarakat adat dalam Prolegnas 2018, pengaturan terhadap
masyarakat hukum adat ini menjadi prioritas segera dibahas dengan
Nomenklatur RUU tentang Perlindungan dan Pengakuan Hak-hak Masyarakat
Adat.
5. Perlu kami sampaikan pada Tahun 2009 DPD RI telah mengasilkan RUU
tentang Perlindungan dan Pengakuan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat. Pada
masa sidang III ini Komite I telah melakukan review terhadap RUU tentang
Pengakuan dan Perlindungan Kesatuan Masyarakat Hukum Adat DPD RI
Tahun 2009 dengan mengundang para pakar terkait yang hasil telaahanya
merekomendasikan Komite I untuk menyempurnakan substansi pengaturan
RUU serta mengikuti kaidah penyusunan Undang-Undang berdasarkan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
6. Pada tahap awal penyusunan RUU Komite I telah melakukan serangkaian
kegiatan diantaranya:
1. Rapat Dengar Pendapat Umum dengan beberapa narasumber yang ini
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara. Sipor Prof. Bagirmanan Asosiasi
Pengajar Hukum Adat, Yando El Zakaria, Idam Alsardz, DR.
Kurniawarman, DR. Widodo, S.H., M.H., DR. Wajahir Tantowi, Sahrul
Arifin, S.H., LMM, Julius Sumbiring, dan Ketua Panja RUU tentang
masyarakat hukum adat DPR RI.
2. Pembentukan tim ahli RUU tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak
Masyarakat Adat yaitu; DR. R Zando Zakaria, DR. Kurniawarman, DR.
Richardo Simarmata, DR. Widodo, S.H., M.H., DR. Kuthi dan Idam
Alshardz, S,Ag. yang saat ini sedang menyusun naskah Akademik draft
RUU tersebut.
7. RUU Pengakuan dan Perlindungan Hak Masyarakat Adat ini ditargetkan selesai
pada masa sidang IV Tahun sidang 2017-2018.
b. Penyusunan RUU tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.
1. Pembangunan pada prinsipnya haruslah bersifat adil, terbuka, demokratis,
partisipatif dan terintegrasi sehingga kesenjangan dalam praktek pembangunan
daerah dapat segera teratasi. Dalam era otonomi daerah saat ini, daerah
menuntut dituntut mampu memajukan daerahnya dengan mengatasi
ketertinggalan secara mandiri namun demikian Pemerintah Pusat perlu
mendorong kemandirian daerah tersebut melalui wewenangnya untuk
memfasilitasi mengkoordinir pemerintah daerah hingga mampu berkembang
dan maju secara otonom.
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
21
2. Daerah tertinggal dimaknai sebagai daerah kabupaten yang wilayah serta
masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala
nasional berdasarkan kriteria perekonomian masyarakat, sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesbilitas dan
karakteristik daerah.
3. Permasalahan daerah tertinggal selalu menjadi perhatian sejak era pemerintahan
orde baru sampai dengan saat ini. Pada masa pemerintahan Jokowi-JK, strategi
percepatan pembangunan daerah tertinggal di Indonesia dimulai ketika
Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah
tertinggal Tahun 2015, 2019 ditetapkan. Dalam Perpres tersebut ditetapkan 122
kabupaten sebagai daerah tertinggal. Perpres tersebut merupakan amanat dari
peraturan pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal. Kemudian melalui peraturan Presiden RI nomer 45 Tahun
2016 tentang Rencana Kerja Pemerintahan tahun 2017 telah ditetapkan 54
daerah tertinggal yang menjadi prioritas pembangunan, 5 daerah tertinggal
dijadikan lokasi terintregasi lintas sektor pada tahun 2017.
4. Keberadaan PP dan Perpres sesungguhnya tidak cukup untuk melakukan
percepatan pembangunan daerah tertinggal di Indonesia. Terbukti saat ini
program percepatan pembangunan daerah tertinggal tidak berjalan masif tanpa
ada payung hukum dalam bentuk Undang-undang. RPJMN di bidang
pengentasan daerah tertinggal akan sulit tercapai, terutama di Indonesia Timur
yang kesenjangan daerah yang tingkat kemiskinannya cukup tinggi. Undang-
undang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal bisa menjadi ruang model
bagi terwujudnya kerja bersama lintas Kementerian dan Lembaga serta lintas
sektor lainnya.
5. Permasalahan pembangunan daerah yang tidak merata merupakan tantangan
bagi pemerintah saat ini, Pemerintah Jokowi-JK. Kondisi tersebut menjadi
momentum politik yang baik bagi DPD RI untuk mengusulkan sebuah sistem
peraturan Perundang-undangan yang baru, yaitu RUU tentang percepatan
pembangunan Daerah Tertinggal sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan daerah.
6. RUU tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal masuk dalam Long
List Prolegnas Tahun 2015-2019 nomer urut 82, dan merupakan salah satu
RUU yang akan disusun oleh Komite I di Tahun 2018.
7. Sebagai tahap awal penyusunan RUU, Komite I telah melakukan serangkaian
kegiatan diantaranya:
1. Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Narasumber; Prof. Ridwan Maksum,
Dr. Imade Swandi, dan Prof. Mahfud Sidik.
2. Komite I telah melakukan Kunjungan Kerja dalam rangka inventarisasi
materi RUU pada Tanggal 5 sampai dengan Tanggal 7 Februari 2017 ke
Sumatra Utara, dalam hal ini Kabupaten Nias dan Nusa Tenggara Timur.
8. RUU tentang Percepatan Pembangunan Daerah tertinggal ini ditargetkan selesai
pada Masa Sidang II Tahun 2018-2019.
c. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang nomer 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2013 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2006 tentang Administrasi kependudukan.
1. Administrasi kependudukan merupakan sistem untuk mengetahui peristiwa-
peristiwa penting yang dialami penduduknya, seperti; kelahiran, perkawinan,
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
22
perceraian, kematian dan peristiwa kependudukan lainya seperti; jejak rekam,
mutasi, domisili penduduknya.
2. Sebagaimana diketahui bersama bahwa pada Tahun 2018 akan dilaksanakan
Pilkada serentak di 171 daerah, 17 provinsi, 39 kota dan 115 kabupaten. Pada
Tahun 2019 akan dilaksanakan pemilihan Presiden dan pemilihan legislatif
secara serentak. Oleh karena itu data kependudukan khususnya terkait dengan
daftar pemilih, harus dipastikan sudah dilakukan kualidasi sehingga tidak ada
lagi kendala dalam Pilkada yang akan datang sehingga agenda pilkada 2018 dan
pemilu 2019 diharapkan berjalan dengan sukses dan berkualitas.
3. Selain permasalahan diatas, di daerah-daerah tertentu masih dijumpai kendala
dalam hal pelayanan administrasi kependudukan karena adanya kendala tertentu
yang tidak terelakan seperti; jarak yang jauh, jaringan komunikasi data yang
seringkali tidak stabil, peralatan perekam banyak yang rusak, dan kendala lainya
yang sangat spesifik terkait masalah lokasi dan persoalan yang sering
mengemuka di daerah pada saat ini adalah mengenai ketersediaan Blangko E-
KTP yang harus dapat diantisipasi oleh pemerintah, mengingat setiap tahun
remaja di Indonesia sebanyak 1 hingga 2 Juta menginjak usia 17 tahun.
4. Pada Masa Sidang III ini Komite I telah melakukan serangkaian kegiatan
diantaranya Rapat Dengar Pendapat dengan; Dirjen Kependudukan dan Catatan
Sipil Kementerian Dalam Negeri.
5. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2013 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan ini ditargetkan dapat
difinalkan, difinalisasi pada Masa Sidang IV Tahun Sidang 2017-2018.
d. Pengawasan atas Undang-Undang nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
1. Komite I DPD RI melanjutkan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang telah dilakukan sejak Tahun
2015. Diawal Tahun 2018 ini Komite I mengawali kegiatannya dalam rangka
melakukan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang tentang
Desa, yakni Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Narasumber; Prof. Dr.
Bagirmanan. Untuk meninjau seberapa jauh peraturan pelaksanaan dari
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dari perspektif hukum.
Pimpinan dan Anggota DPD RI yang terhormat, demikian laporan pelaksanaan
tugas Komite I pada Masa Sidang III Tahun Sidang 2017-2018. Semoga langkah awal yang
dimulai Komite I dalam menyusun 2 Rancangan Undang-Undang dan melakukan fungsi
pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang dapat dilakukan secara optimal dan
menghasilkan output yang tentu berkualitas sebagai kinerja DPD RI yang dapat
dipertanggungjawabkan baik secara moral, politik dan konstitusional.
Atas perhatian Pimpinan dan seluruh Anggota DPD RI kami mengucapkan terima
kasih. Sebelum menyampaikan salam penutup, kami ingin mengingatkan dari Mimbar yang
terhormat ini, apa yang dilakukan dan disampaikan oleh Bung Karno. Bung Karno pernah
mengatakan, Memproklamasikan Negara adalah gampang tapi menyusun Negara,
mempertahankan Negara, memiliki Negara buat selama-lamanya adalah sukar. Hanya Bangsa
yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan tegaknya.
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
23
Pimpinan Komite I DPD RI, Ketua Al Muqarom K.H. Drs Akhmad Muqowam,
Wakil Ketua saya sendiri Benny Rhamdani, Wakil ke-2 Drs. H. A. Hudarni Rani.,S.H.
Terima kasih.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Pak Benny sudah menyampaikan laporan Komite I. selanjutnya
dipersilakan Komite III.
PEMBICARA: Ir. H. ABDUL AZIS QAHHAR MUDZAKKAR, M.Si. (SULSEL)
Pimpinan izin izin, Azis Qahhar?
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Silakan Pak Azis.
PEMBICARA: Ir. H. ABDUL AZIS QAHHAR MUDZAKKAR, M.Si. (SULSEL)
Saya minta waktu karena sebenarnya tadinya saya mau ngomong terakhir saja
setelah selesai tapi khawatir karena mau ke bandara juga. Jadi saya hadir untuk pamit hari ini,
tadi saya janji sama Pak Jazuli, iya jadi ini Sidang Paripurna yang terakhir bagi kami yang ikut
Pilkada, dan sekian lama kita bersama di sini, Pimpinan dan sahabat-sahabat kami semuanya
tentu ada kesalahan dan kekeliruan dalam interaksi kita selama ini karena itu kami mohon maaf
dan tentu juga saling memaafkan.
Yang kedua kami yang ikut Pilkada ini: ada Pak Jazuli, Pak Mawardi kayanya
masih berproses? Maaf. Iya mohon doa dan dukungan ya, dari kita semua karena ikutnya kami
ini sedikit banyak ya, bukan, sangat banyak malah sebenarnya membawa nama DPD ya
sehingga ya dalam pertarungan kami pasti kami selalu disebut sebagai Anggota DPD dan juga
kalau menang insya Allah ya tentu ya ada apa namanya ya sangat terkait juga dengan
bagaimana eksistensi DPD atau kami sebagai mantan anggota DPD pasti akan selalu disebut
dalam kaitan dengan DPD.
Saya kira itu saja Pak Ketua pimpinan semuanya yang punya jaringan bisa bekerja
di Sulawesi Selatan ya orang Jawa banyak Bali banyak mana tadi teman-teman saya kira sangat
banyak ya, Maluku sangat banyak ya apalagi yang tetangga saya seperti Sulbar Pak Pendeta
ini Sultra ya, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo saya kira sangat banyak komunitas
di Sulsel ya ya jadi saya kira ini yang saya sampaikan ya terima kasih banyak ya rasanya terharu
juga ya karena saya 13 Tahun di tempat ini ya terima kasih banyak dan maaf.
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Waalaikumsalam.
Atas nama teman-teman tentu kami mendoakan semoga Pak Azis, Pak Nawardi, pak
Jajuli sukses dalam berjuang dalam Pilkada 2018 ini. Silakan Komite III.
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
24
PEMBICARA: dr. DELIS JULKARSON HEHI, MARS (WAKIL KETUA KOMITE III
DPD RI)
Terima kasih pimpinan izinkan kami untuk membacakan laporan pelaksanaan tugas
Komite III DPD RI pada Sidang Paripurna yang mulia ini.
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera bagi kita sekalian.
Om swastiastu
Yang kami hormati Pimpinan DPD RI, Pimpinan alat kelengkapan serta saudara-
saudara Anggota DPD RI yang sama kami hormati dan para hadirin yang berbahagia. Pada
Sidang Paripurna yang mulia ini kami perkenankan kami untuk menyampaikan laporan
perkembangan pelaksanaan tugas Komite III pada Masa Sidang ke III Tahun 2017-2018 ini
yaitu 15 Januari sampai 15 Februari Komite III DPD RI telah melaksanakan serangkaian
kegiatan berupa Rapat Pleno 2 kali, Rapat Dengar Pendapat 2 kali, Rapat Dengar Pendapat
Umum 5 kali dan Kunjungan Kerja 1 kali serta Kunjungan Mendesak sebanyak 1 kali.
Adapun program kegiatan yang menjadi prioritas Pembahasan Komite III pada rentang
waktu tersebut sebagaimana Sidang Pleno Komite III DPD RI pada tanggal 16 Januari 2018
yaitu:
1. Penyusun rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Pasien;
2. Penyusunan rancangan Undang-Undang tentang perubahan Undang-undang No.14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. Pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional;
4. Penyusunan pandangan DPD RI atas rancangan Undang-Undang tentang
Kebidanan.
Selain itu Komite III DPD RI juga melaksanakan serangkaian kegiataan lainya yang
masih memiliki keterkaitan dengan bidang tugas Komite III DPD RI yaitu Kunjungan Kerja
Mendesak Kabupaten Asmat Provinsi Papua terkait kejadian luar biasa gizi buruk pada tanggal
27 sampai dengan 29 Januari 2018. Pimpinan dan Bapak Ibu Anggota DPD RI yang kami
hormati, sidang dewan yang kami muliakan, sehubungan dengan program kegiatan yang diatas
dapat kami laporkan perkembangan pelaksanaan tugas Komite III DPD RI baik di dalam
bidang penyusunan Rancangan Undang-Undang Pengawasan atas pelaksanaan Undang-
Undang dan penyusunan pandangan terhadap rancangan Undang-Undang sebagai berikut;
A. Penyusunan RUU usul inisiatif Komite III DPD RI. Pada tahun 2018 ini Komite III
DPD RI menginisiasi untuk melaksanakan menyusun dua rancangan inisiatif yaitu
RUU tentang Perlindungan Pasien dan RUU tentang perubahan Undang-Undang No.14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Saya singkat saja laporan lengkapnya akan saya
serahkan kepada pimpinan.
B. Pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang sistem keolahragaan nasional.
C. Pandangan DPD RI tentang rancangan Undang-Undang tentang Kebidanan. Pada Masa
Sidang ini Komite III telah menerima surat tembusan dari DPR RI terkait dengan
penyampaian RUU tentang Kebidanan.
Pimpinan Bapak-ibu Anggota DPD RI yang kami hormati, sidang dewan yang kami
muliakan, demikian laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite III DPD RI selama Masa
Sidang III Tahun Sidang 2017-2018 dan pada akhirnya perkenankanlah kami mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat pimpinan bersama seluruh Anggota DPD RI serta semua
pihak yang telah banyak membantu dalam penyelenggaraan kegiatan Komite III. Semoga
segala upaya dukungan yang diberikan dapat balasan kebaikan yang berlipat dari Allah SWT.
dan izinkanlah kami untuk menyampaikan selamat menyambut hari raya Imlek bagi saudara-
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
25
saudara kami yang merayakan, semoga di Tahun yang baru rezeki makin berlimpah Aamiin.
Saya tutup dengan pantun dari Ketua saya, Bapak Hardi Selamat Hood “Daun sirih diatas batu,
terimakasih, thank you.
Wassalamualaikum warrahmatullah wabarakatuh.
Damai sejahtera bagi kita semua.
Om shanti shanti shanti om.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih dr. Delis sudah membacakan laporan dari Komite III. Berikutnya giliran
dari BK silakan.
PEMBICARA: ONI SUWARMAN, A.Md. (WAKIL KETUA BK DPD RI)
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Izinkanlah saya Yang terhormat Ketua, Pimpinan, dan juga Bapak Ibu para senator
untuk membacakan laporan pelaksanaan tugas Badan Kehormatan dalam Sidang Paripurna ke-
9 Masa Sidang III Tahun Sidang 2017-2018 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia,
Kamis 15 Februari 2018.
Bismillahirraḥmanirraḥim.
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Shalom.
Om Swastiastu.
Namo Buddhaya.
Pada Sidang Paripurna ke-9 DPD RI pagi ini Badan Kehormatan menyampaikan
laporan hasil pelaksanaan tugas Masa Sidang ke III Tahun Sidang 2017-2108. Hadirin yang
berbahagia, pada Masa Sidang ke III ini Badan Kehormatan DPD RI fokus pada
penyempurnaan Peraturan DPD RI tentang Kode Etik Anggota DPD RI. Badan Kehormatan
telah membentuk tim kerja Kode Etik yang dikoordinator oleh Wakil Ketua II DPD RI yaitu
saya sendiri yang beranggotakan Bapak Leonardi Harmaini, Bapak Haripinto Tanuwijaya,
Bapak Rugasbinti dan Pak Stefanus BAN Liow. Pada proses penyempurnaan Peraturan DPD
RI tentang Kode Etik anggota DPD RI tim kerja sudah melakukan invetarisasi dan penelaahan
terhadap pasal-pasal yang akan dilakukan penyempurnaan dalam Peraturan DPD RI tentang
Kode Etik Anggota DPD RI.
Hadirin yang berbahagia, selain melakukan penyempurnaan terhadap Peraturan DPD
RI tentang Kode Etik Anggota DPD RI seiring dengan terbentuknya Perarturan DPD RI Nomor
5 Tahun 2017 tentang Tata Beracara Badan Kehormatan maka Badan Kehormatan telah
menindak lanjuti segala bentuk temuan dan pengaduan dari masyarakat terkait dugaan
pelanggaran Tata Tertib dan Kode Etik Anggota DPD RI yang masuk kepada Badan
Kehormatan dan terkait hal-hal tersebut maka masih dalam proses untuk ditindaklanjuti.
Hingga saat ini Badan Kehormatan telah telah menyelesaikan dua kasus dugaaan pelanggaran
Kode Etik yang dilakukan oleh anggota DPD RI dan masih terdapat tiga kasus yang sedang
dalam tahap penyelidikan dan penelahaan.
Hadirin yang berbahagia Badan Kehormatan melakukan rekapitulasi kehadiran
Anggota pada tiap anggota kelengkapan DPD RI akan tetapi untuk Masa Sidang ke III Tahun
Sidang 2017-2018, Januari-Februari 2018 kami belum bisa melaporkan hasil rekapitulasi
tersebut dikarenakan sampai saat ini kami belum mendapat data rapat dari masing-masing alat
kelengkapan namun demikian kami memberikan apresiasi kepada anggota yang rajin hadir
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
26
dalam alat kelengkapan dan kami juga menghimbau kepada anggota yang masih kurang
kehadirannya dalam rapat agar meningkatkan kehadirannya dalam rapat dikarenakan hal
tersebut sudah menjadi kewajiban kita bersama. Demikian yang dapat kami laporkan dalam
Sidang Paripurna yang terhormat ini.
Wassalamualaikum warrahmatullah wabarakatuh.
Salam sejahtera.
Shalom.
Om shanti Shanti shanti om.
Namo buddhaya.
Jakarta 12 Februari 2018 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Pimpinan
Badan Kehormatan Ketua Bapak Mervin IS Komber, Wakil Ketua I Bapak Hendri Zainudin
dan Wakil Ketua saya sendiri Oni Fadlan. Dipercepat karena mau terjun langsung ke daerah
Pak.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Terima kasih Pak Oni Suwarman sudah membacakan laporan dari Badan Kehormatan
berikutnya adalah BAP, silakan.
PEMBICARA: KH. AHMAD SADELI KARIM, LC. (WAKIL KETUA BAP DPD RI)
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua, yang saya hormati Pimpinan dan Anggota DPD RI,
hadirin yang berbahagia izinkan saya membacakan laporan perkembangan pelaksanaan tugas
Badan Akuntabilitas Publik DPD RI pada Sidang Paripurna Ke-9 Masa Sidang III Tahun
Sidang 2017-2018. Hadirin yang berbahagia, sesuai dengan kewenangan BAP DPD RI pada
Sidang III Tahun Sidang 2017-2018 ini telah melaksanakan berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan tindak lanjut terhadap rekomendasi temuan hasil pemeriksaan BPK RI disamping BPK
RI yang juga berkaitan dengan aspirasi dan pengaduan masyarakat yang diterima oleh BAP
DPD RI.
Hadirin yang berbahagia dalam Sidang ke III ini kami melaksanakan tiga kegiatan,
pertama adalah tindak lanjut hasil temuan BPK, kedua adalah tindak lanjut daripada aspirasi
dengan masyarakat, ketiga adalah RDP. Untuk lanjut hasil pemeriksaan BK kami
melaksanakan Kunjungan Kerja ke tiga Provinsi yaitu Sumatera Selatan, Jawa Timur, dan
Papua. Secara keseluruhan rekomendasi hasil pemeriksaan BPK Tahun sejak (tidak jelas
terdengar, red) sebanyak (tidak jelas terdengar, red) dengan nilai semuanya 60 triliun koma 15
yang terkandung dalam rekomendasi tersebut diretaskan belum (tidak jelas terdengar, red)
dengan sebaik-baiknya oleh pemerintah daerah terbukti baru 29,75% yaitu sekitar 17 triliun
lebih maka dari itu kami mengadakan kunjungan ke tiga tempat itu Alhamdulillah hasilnya
cukup bagus pemerintah daerah merespon dengan baik kunjungan kami ke Provinsi-provinsi
tersebut, dengan demikian kami menjembatani Pemerintah Daerah dengan BPK sehingga
setiap daerah berkompenten untuk mengikuti tindak rekomendasi BPK itu juga setiap daerah
bertekad untuk mencapai opini-opini WTP seperti Papua itu hampir sebagian besar masih TMP
dan ini kita picu dan untuk yang sudah WTP mereka akan pertahankan WTP-nya juga setiap
daerah ingin (tidak jelas terdengar, red) maju SPTGR karena selama ini banyak pemerintah
belum pergunakan majelis ini. Nah ini sangat baik untuk ke depan mudah-mudahan dengan
demikian kerugian negara di daerah ini menjadi berkurang. Bagi Papua yang memang kendala
bagi mereka adalah kurang SDM mereka terhadap yang memang mereka profesional dalam
bidang pengelolaan keuangan daerah. Nah kami mendapat sambutan baik bahwa pemerintah
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
27
Pemda Papua yang sudah dua tahun ini mendapat WTP akan mengadakan pelatihan terhadap
aparat pengelola keuangan daerah di Kabupaten Kota itu dengan didampingi oleh BPKP yang
ada di Provinsi Papua. Ini hal yang sangat positif untuk kita mudah-mudahan menjadi sangat
baik
Kedua tindak lanjut pengaduan masyarakat. Ada 4 pengaduan yang kami hajatkan pada
Sidang ini, sebenarnya banyak kami insya Allah akan sidang yang akan datang. Pertama terkait
persoalan ganti rugi tanah pembangunan Proyek PLTU dua Kanci Cirebon, Jawa barat nah
BAP pada kunjungan waktu adalah memberikan rekomendasi agar Bupati Cirebon
mengkoordinasikan Kantor BPN Cirebon, Camat Kepala Desa atau Kuwu, dalam rangka
melaksanakan sertifikasi dan klarifikasi atas tanah yang diklaim warga desa dengan tanah yang
dikuasai oleh Kementerian Lingkungan Hidup dalam waktu satu bulan sejak tanggal 12 Januari
2018. Dua PP akan mendapatkan DP dengan Bupati Cirebon dan pihak terkait.
Kedua, terkait sengketa lahan antara warga Karang Intan dengan TNI Angkatan Darat
di Banjar Baru Kalimantan Selatan. Dalam pertemuan ini merekomendasikan satu membentuk
tim penyelesaian tingkat provinsi dengan tugas untuk menyelesaikan masalah sengketa tanah
tersebut dan menyampaikan perkembangan penyelesaian sengketa tanah tersebut kepada BAP
DPD RI. Kedua, kami akan melaksanakan RDP dengan Dirjen Kekayaan Negara Kementerian
Keuangan RI untuk mengecek keabsahan tanah yang dikaitkan dengan TNI Angkatan Darat.
Jadi tanah ini d klaim TNI Angkatan Darat tapi masa kan di situ banyak sehingga kemudian
tanah jadi sengketa. Nah TNI tetep pada kekehdia punya TNI, nah masyarakat juga merasa
bahwa ini punya masyarakat sehingga perlu dicek dulu apakah memang di Dirjen asetnya ada
tanah TNI apa tidak, ini perlu kita klarifikasi selanjutnya.
Untuk 3 sengketa antara pedagang pasar bersahati kota Manado dengan Dirut PD. Pasar
Kota Manado. Dalam pertemuan ini BAP merekomendasikan agar pemerintah kota Manado
agar memediasi menyelesaikan permasalahan forum antar pedagang bersatu kota Manado
dengan PD. Pasar Kota Manado tersebut sampai tuntas paling lambat 2 bulan setelah pertemuan
pada 25 Januari sampai 25 Maret 2018. Ke-2 BAP kami meminta BPK RI untuk melakukan
PDTIT terhadap PD Pasar Jaya Manado ini. Ya dalam waktu 2 bulan mudah-mudahan ini bisa
terselesaikan. Ke-4 masalah tanah dan bangunan Basko hotel dan Basko grand mall di kota
Padang antara PT Kereta Api Indonesia dan Basrizal Koto.
Nah dalam hal ini pertemuan waktu di sana BAP merekomendasikan agar Menteri
Agraria dan Tata Ruang atau Kepala BPN RI sesuai kewenangan di bidang ketanahan
melakukan pengecekan atau mengklarifikasi di lapangan untuk memperoleh kepastian
kepemilikan tanah sebagaimana dimaksud oleh PT Kereta api Indonesia dan PT. Basrizal Koto.
2. PT Kereta Api Indonesia dan PT. Basrizal Koto memberikan surat rekomendasi dokumen
atau bukti kepemilikan terkait (tidak jelas, red) kepada Kementerian Agraria dan Tata Ruang
RI serta memberikan izin ke Kementerian Agraria dan Tata Ruang dalam rangka pengecekan
lapangan. Ketiga kegiatan tersebut diatas diselesaikan dalam waktu 2 bulan. Jadi kita kasih
tenggang waktu 2 bulan apabila selesai. Masalah tanah kereta api ini adalah masalah yang
berkaitan dengan masalah tanah gronkat. Nah tanah gronkat ini tanah yang dari zaman balanda
itu hanya peta lokasi. Nah ini dokumen aslinya ada di Belanda. Mereka hanya fotokopi saja.
Ini bukan menyangkut masalah di Padang tapi seluruh Indonesia termasuk di Lampung dan
Jawa Tengah maka dari itu memang harus ada FGD nanti terkait dengan masalah tanah yang
gronkat ini. Mudah-mudahan ke depan kita bisa melaksanakan FGD tentang itu.
Untuk RDP, kami BAP melaksanakan beberapa RDP karena kasus yang ada. Pertama
masalah tuntas tuntunan eks karyawan outsourcing Epson Mobil di Kabupaten Aceh Utara.
Jadi mereka ini berhenti dari pekerjaan di Epson Mobil tapi mereka adalah lewat vendor, jadi
outsourcing nah setelah merek berenti mereka minta uang kerahiman lah gitu istilah dalam
bahasa itunya karena secara aturan sudah diberikan hanya mereka minta kerahiman kepada apa
namanya Epson Mobil. Nah mereka datang ke kita, kita bertemu, kita fasilitasi dan hasilnya
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
28
adalah bahwa epson mobil Indonesia akan menyampaikan hasil pertemuan kepada Pimpinan
Epson Mobil Indonesia untuk mempertimbangkan pemberian kompensasi atau kerohiman
kepada eks karyawan vendor Epson Mobil di kabupaten Aceh Utara, ini adalah janji mereka.
Ke-2 DPD RI mendorong Epson Mobil Indonesia dapat mengakomodir kebutuhan eks
karyawan melalui vendor Epson Mobil Indonesia di Kabupaten Aceh Utara dalam bentuk Esar
melalui pembentukan kelompok usaha bina, ketika jawaban format dari epson mobil Indonesia
(suara tidak jelas, red) dalam waktu 30 hari.
Pemerintah provinsi Aceh,pemerintah kabupaten Aceh utara melakukan pemantauan
tindak lanjut dari pada hasil RDP itu. 2 kasus-kasus sengketa lahan antara masyarakat PT
Kereta Api Indonesia di provinsi Lampung ini masalah juga. Nah ini untuk Lampung juga
rekomendasi adalah Pemerintah Kota Bandar Lampung membentuk tim yang bekerja sama
dengan kantor pertanahan kota bandar lampung maupun kantor wilayah BPN provinsi
lampung melakukan pendataan dan verifikasi atas warga yang ada di dalam lokasi tanah lahan
yang ada di sepanjang jalur kereta api di kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung
Selatan. Kedua tersebut bekerja selama 45 hari dan dilakukan kementrian langsung oleh
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan RI, Ombudsman RI, dan Komnas HAM.
Nah ini malah gronkat juga ini maka dari itu ini masalah gronkat ini bukan hanya di Lampung
tapi juga di beberapa daerah. Nah kita minta nanti mudah-mudahan bisa kita langsung dokumen
aslinya di Belanda ini seperti apa, nah ini menjadi permasalahan. Ketiga, permasalahan
pegawai honorer K2 seluruh Indonesia. Terkait masalah ini telah dilakukan beberapa kali RDP
namun karena ketidakhadiran pihak Kementrian PAN RB maka putusan ini masih belum
terselesaikan. Selain itu karena permasalahan ini juga menyangkut lingkup kewenangan
Komite I dan Komite III, BAP juga melakukan rapat koordinasi terkait dengan hal tersebut.
Dalam rapat gabungan antara pimpinan BAP dengan pimpinan Komite I dan Pimpinan Komite
III, ini kita memanggil Menpan lewat pimpinan tapi rupanya Menpan membatalkan kehadiran
dan meminta diberikan waktu yang lain, sangat menyayangkan sebetulnya, sudah berapa kali
kita panggil Menpan tapi tidak hadir sehingga tuntutan dari Honor K2 ini sampai sekarang
belum terselesaikan. Demikian ringkasan laporan ini kami sampaikan untuk laporan
selengkapnya ada di dalam lampiran laporan ini, terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pimpinan BAP, Bapak H. Abdul Gafar, S.H. M.M., Wakil Ketua Ibu Novita Anakotta
dan saya sendiri.
PEMBICARA: H. ABDURRAHMAN ABUBAKAR BAHMID, Lc. (GORONTALO)
Mohon izin Pimpinan Abdurahman Bahmid.
PIMPINAN SIDANG: Letjen TNI (Marinir) Purn. Dr. NONO SAMPONO, M.Si.
(WAKIL KETUA DPD RI)
Ya silakan.
PEMBICARA: H. ABDURRAHMAN ABUBAKAR BAHMID, Lc. (GORONTALO)
Ada 2 hal terkait tadi yang ingin saya tanggapi yang pertama ketidakhadiran Menpan
yang berulang kali diundang bahkan kemarin sampai rapat gabungan tapi tidak juga hadir dan
itu bukan hanya rapat yang pertama ada sebelumnya rapat yang sempat diundang oleh BAP
dengan alasan yang macam-macam, ada yang karena belum siap, alasan yang terakhir katanya
sudah ada rapat yang sebelumya sudah diagendakan. Intinya sudah berulang ulang diundang
tapi tidak hadir, ini betul-betul bisa menghalangi tugas-tugas konstitusional kita, tugas-tugas
SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-9 MS IV TS 2017-2018
KAMIS, 15 FEBRUARI 2018
29
kenegaraan kita dan ini bisa jadi dalam tanda kutip bisa jadi adalah bentuk peremehan terhadap
alat kita sebagai lembaga negara, jadi mohon perhatian yang sangat besar dari kita sekalian
terutama dari Pimpinan.
Yang kedua yang tadi disebut grondkaart yang tadi disebut-sebutkan ini terkait dengan
banyak pihak menimbulkan konflik dan juga pro kontra dan ini menurut saya harus
diselesaikan sampai ke akar-akarnya sehingga mohon kiranya dukungan dari seluruh teman-
teman terutama dari Pimpinan agar kiranya ada tim yang di bentuk dari BAP untuk bisa
langsung datang ke Belanda untuk bisa langsung melihat dan mempelajari bagaimana
grondkaart tersebut agar masalah ini bisa tuntas. Demikian dari saya Pak Waka, Ibu Waka,
terima kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
KETOK 3X
SIDANG DITUTUP PUKUL 16.25 WIB