4
Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Risiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan disfungsi sensori atau neuromuskular sekunder terhadap hipomagnesemia. Hasil yang diharapkan : Pasien tidak menunjukkan bukti cedera yang disebabkan oleh komplikasi hipomagnesemia berat. Kadar magnesium serum dalam batas normal (1,5-2,5 mEq/L). 1. Pantau kadar magnesium serum pada pasien beresiko terhadap terjadinya hipomagnesemia, sebagai contoh orang pecandu alkohol (alkoholik) atau menerima obat yang meningkatkan ekskresi melalui urine. Waspadakan dokter terhadap nilai abnormal. Catatan : Hipomagnesemia simptomatik mungkin secara salah diatribusikan terhadap delirium tremens dari alkoholisme kronis. Waspada khusus terhadap indikator kekurangan magnesium pada pasien ini. 2. Berikan MgSO 4 IV dengan kewaspadaan. Rujuk pada pedoman pabrik. Pemberian terlalu cepat dapat menimbulkan hipermagnesemia berbahaya dengan henti jantung atau pernafasan. Pasien yang menerima magnesium IV harus dipantau terhadap penurunan TD, nafas payah, dan penurunan refleks patela. Tak adanya refleks patela adalah tanda hiporefleksia karena hipermagnesemia berbahaya. Bila tanda perubahan ini terjadi, hentikan penginfusan dan beri tahu dokter stat (lihat “Hipermagnesemia,” hal.136). Pertahankan kalsium glukonat pada sisi tempat tidur pada peristiwa hipokalsemia tetani atau hipermagnesemia tiba-tiba. 3. Untuk pasien dengan hipomagnesemia kronis, berikan suplemen magnesium oral sesuai program. Semua suplemen magnesium harus diberikan dengan kewaspadaan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal karena peningkatan risiko terjadinya hipermagnesemia. Diare adalah efek samping umum dari suplemen magnesium oral. Waspadakan dokter bila terjadi diare.

Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

keperawatan

Citation preview

Page 1: Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Risiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan disfungsi sensori atau neuromuskular sekunder terhadap hipomagnesemia.Hasil yang diharapkan : Pasien tidak menunjukkan bukti cedera yang disebabkan oleh komplikasi hipomagnesemia berat. Kadar magnesium serum dalam batas normal (1,5-2,5 mEq/L).

1. Pantau kadar magnesium serum pada pasien beresiko terhadap terjadinya hipomagnesemia, sebagai contoh orang pecandu alkohol (alkoholik) atau menerima obat yang meningkatkan ekskresi melalui urine. Waspadakan dokter terhadap nilai abnormal.Catatan : Hipomagnesemia simptomatik mungkin secara salah diatribusikan terhadap delirium tremens dari alkoholisme kronis. Waspada khusus terhadap indikator kekurangan magnesium pada pasien ini.

2. Berikan MgSO4 IV dengan kewaspadaan. Rujuk pada pedoman pabrik. Pemberian terlalu cepat dapat menimbulkan hipermagnesemia berbahaya dengan henti jantung atau pernafasan. Pasien yang menerima magnesium IV harus dipantau terhadap penurunan TD, nafas payah, dan penurunan refleks patela. Tak adanya refleks patela adalah tanda hiporefleksia karena hipermagnesemia berbahaya. Bila tanda perubahan ini terjadi, hentikan penginfusan dan beri tahu dokter stat (lihat “Hipermagnesemia,” hal.136). Pertahankan kalsium glukonat pada sisi tempat tidur pada peristiwa hipokalsemia tetani atau hipermagnesemia tiba-tiba.

3. Untuk pasien dengan hipomagnesemia kronis, berikan suplemen magnesium oral sesuai program. Semua suplemen magnesium harus diberikan dengan kewaspadaan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal karena peningkatan risiko terjadinya hipermagnesemia. Diare adalah efek samping umum dari suplemen magnesium oral. Waspadakan dokter bila terjadi diare.

4. Anjurkan masukan makanan tinggi magnesium pada pasien yang tepat (lihat table 11-1). Catatan : untuk kebanyakan pasien, diet regular biasanya adekuat.

5. Pertahankan pasien simptomatik pada kewaspadaan kejang. Turunkan rasang lingkungan (misalnya, pertahankan ruangan tenang, gunakan penerangan remang-remang).

6. Untuk pasien yang dicurigai hipokalsemia, waspadai terhadap hiperventilasi. Alkalosis respiratori dapat mencetuskan tetani, karena peningkatan ikatan kalsium.

7. Disfagia dapat terjadi pada hipomagnesemia. Tes kemampuan pasien terhadap penelanan air sebelum memberikan makanan atau obat.

8. Kaji dan dokumentasi tingkat kesadaran, orientasi dan status neurologis pada setiap pemeriksaan tanda vital. Orientasikan ulang pasien sesuai kebutuhan. Waspadakan dokter terhadap perubahan bermakna. Informasikan pasien dan orang terdekat bahwa perubahan alam perasaan dan sensorium adalah sementara dan akan membaik dengan perngobatan.

9. Waspadakan dokter pada pasien yang menerima larutan bebas magnesium (mis., nutrisi parenteral total) untuk periode panjang.

Page 2: Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan

10. Lihat “Hipokalemia,: hal 92-101 dan “Hipokalsemia,” hal. 103-112, untuk asuhan keperawatan gangguan ini. Catatan: Karena magnesium perlu untuk penggerakan kalium ke dalam sel, kekurangan kalium intraseluler tidak dapat diperbaiki sampai hipomagnesemia telah diatasi secara efektif.

Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan listrik berkenaan dengan takiaritmia atau toksisitas digitalis sekunder terhadap hipomagnesemia.

Hasil yang diharapkan: Elektrokariogram (EKG) menunjukkan konfigurasi normal dan frekuensi jantung dalam batasan normal untuk pasien.

1. Pantau frekuensi dan keteraturan jantung pada setiap pemeriksaan TV. Waspadakan dokter terhadap perubahan.

2. Kaji EKG pada pasien dengan pemantauan EKG kontinu.3. Karena hipomagnesemia (dan hipokalemia) memperkuat efek digitalis jantung, pantau

pasien yang menggunakan digitalis terhadap disritmia karena digitalis. Perubahan EKG dapat meliputi KVP bigeminal atau multifokal, takikardia atrium paroksismal dengan berbagai blok AV, dan blok jantung Wenckebach (AV Tipe I). Pantau terhadap perubahan nadi pada situasi pemantauan non-EKG.

Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh terhadap magnesium yang berhubungan dengan riwayat masukan buruk atau anoreksia, mual, dan muntah sekunder terhadap hipomagnesemia.

Hasil yang diharapkan: Pasien mengungkapkan pengetahuan tentang makanan tinggi kandungan magnesium dan menunjukkan konsumsi makanan ini selama makan.

1. Anjurkan masukan sedikit dan sering.2. Ajarkan pasien tentang makanan tinggi kandungan magnesium (lihat Tabel 11-1) dan

anjurkan masukan makanan ini.3. Obati dengan antiemetik sesuai program.4. Libatkan pasien, orang terdekat, dan ahli diet pada perencanaan makan yang sesuai.5. Berikan higiene oral sebelum makan untuk meningkatkan napsu makan.

Pedoman Penyuluhan Pasien-Keluarga

Beri pasien dan orang terdekat instruksi verbal dan tertulis mengenai hal berikut:

1. Obat-obatan, termasuk nama obat, tujuan, dosis, frekuensi, kewaspadaan, dan potensial efek samping.

2. Indikator hipo- dan hipermagnesemia dan hipokalsemia. Tekankan gejala yang memerlukan perhatian medis segera: kebas dan kesemutan jari dan region sirkumoral, kram otot, perubahan sensorium, dan nadi cepat tak teratur.

Page 3: Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan

3. Makanan yang tinggi magnesium (lihat Tabel 11-1). Tinjau ulang diet yang diprogramkan dengan pasien.

4. Rujukan ke Alcoholic Anonymous, Al-anom, dan al-ateen yang sesuai untuk pasien alkoholik dan orang terdekatnya.