Diagram Pareto n Fishbone Cat Kul 4

Embed Size (px)

Citation preview

CATATAN KULIAH IV

PARETO DAN FISHBONE DIAGRAM

Oleh :

NAMA No.BP

: GUSRYAN ZARI KHAMSYA : 0910952066

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2010

KULIAH #6 : DIAGRAM PARETO DAN DIAGRAM FISHBONENama Kuliah : TLE 206 Probabilitas dan Statistik Dosen : Mumuh Muharam Catatan Kuliah: IV Tanggal : 5 Januari 2011

BAB I PENDAHULUAN1. Latar Belakang Pareto Chart dikembangkan oleh seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilredo Pareto pada abad ke 19. Pareto Diagram digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar disebelah kiri ke yang paling kecil disebelah kanan. Susunan tersebut akan membantu kita untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji. Berbagai Pareto Chart dapat digambarkan dengan menggunakan data yang sama, tetapi digambarkan secara berlainan Diagram Fishbone ditemukan oleh seorang ilmuwan Jepang pada tahun 60-an, yang bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Karena itulah sering juga diagram tulang ikan ini disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga diperkirakan sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart. Kenapa di sebut sebagai Diagram tulang ikan? Karena bentuknya menyerupai tulang ikan yang bagian moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. 2. Tujuan Untuk meningkatkan pemahaman tentang Diagram Pareto Untuk meningkatkan pemahaman tentang Diagram Fishbone 3. Ruang Lingkup Diagram Pareto Diagram Fishbone

BAB II ISI

DIAGRAM PARETOFungsi dari Diagram Pareto adalah untuk dipergunakan mengidentifikasi dan mengevaluasi tipe-tipe/jenis-jenis Non Conformance. Pareto Chart dikembangkan oleh seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilredo Pareto pada abad ke 19. Pareto Diagram digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar disebelah kiri ke yang paling kecil disebelah kanan. Susunan tersebut akan membantu kita untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji. Dengan bantuan Pareto Diagram tersebut kegiatan akan lebih efektif dengan memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak yang paling besar terhadap kejadian daripada meninjau berbagai sebab suatu waktu. Berbagai Pareto Chart dapat digambarkan dengan menggunakan data yang sama, tetapi digambarkan secara berlainan. Dengan cara menunjukkan data menurut frekuensi terjadinya, menurut biaya, menurut waktu terjadinya, dapat diungkapkan berbagai prioritas penanganannya tergantung pada kebutuhan spesifik yang ada. Dengan demikian tidak dapat begitu saja ditentukan bar yang terbesar dalam Pareto Chart sebagai persoalan yang terbesar. Dalam hal ini harus dikumpulkan terlebih dahulu informasi secukupnya. Dalam mengadakan Analisis Pareto, yang diatasi adalah sebab kejadian, bukannya gejalanya. Langkah yang dipergunakan ialah (Eugene L. Grant, 1988): Mengidentifikasi tipe-tipe/jenis-jenis yang akan diperbandingkan. Jika pengkategorian Peta Kontrol sudah dibuat maka untuk membuat identifikasi ini adalah mudah. Setelah itu merencanakan dan melaksanakan pengumpulan data, yaitu: Menentukan masalah yang akan diteliti. Menentukan data apa yang akan diperlukan dan bagaimana mengklasifikasikan atau mengkategorikan data itu. Menentukan metode dan periode pengumpulan data. Menentukan frekuensi dari kategori Non Conformance yaitu dengan membuat suatu ringkasan daftar atau tabel yang mencatat frekuensi kejadian dari masalah yang telah diteliti dengan menggunakan Check Sheet. Mengurutkan menurut frekuensinya yaitu dengan membuat daftar masalah secara berurut berdasarkan frekuensi kejadian dari yang tertinggi sampai yang terendah. Menghitung prosentase dari frekuansi tersebut yaitu dengan menghitung frekuensi kumulatif, prosentase dari total kejadian dan prosentase dari total kejadian secara kumulatif. Membuat diagram berdasarkan pada urutan diatas. Memutuskan untuk mengambil tindakan peningkatan atas Penyebab Utama dari masalah yang sedang terjadi tersebut. Dengan demikian dapat diketahui frekuensi Non Conformance yang paling tinggi, meskipun tidak harus yang paling penting. Diagram Pareto untuk analisis dapat dibagi dua yaitu (Vincent Gaspersz, 2001):

1. Diagram Pareto mengenai Fenomena: Yaitu yang berkaitan dengan hasil-hasil yang tidak

diinginkan dan digunakan untuk mengetahui masalah utama yang ada. Misalnya: Kualitas: kerusakan, kegagalan, keluhan, perbaikan dan lain-lain. Biaya: jumlah kerugian, ongkos pengeluaran dan lain-lain. Delivery: penundaan delivery, keterlambatan pembayaran dan lain-lain. Keamanan: kecelakaan, kesalahan, gangguan dan lain-lain. 2. Diagram Pareto mengenai Penyebab: Yaitu yang berkaitan dengan penyebab dalam proses dan dipergunakan untuk mengetahui apa penyebab utama dari masalah yang ada. Misalnya: Operator: umur, pengalaman, ketrampilan, sifat individual dan lain-lain. Mesin: peralatan, istrumen dan lain-lain. Bahan Baku: pembuatan bahan baku, macamnya dan lain-lain. Metode Operasi: kondisi operasi, metode kerja, sistem pengaturan dan lainlain. Jadi kegunaan Pareto Diagram adalah: a. Menunjukkan prioritas sebab-sebab kejadian atau persoalan yang perlu ditangani. Pareto Chart dapat membantu kita untuk memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani dalam upaya perbaikan. b. Menunjukkan hasil upaya perbaikan. Sesudah dilakukan tindakan korektif berdasarkan prioritas, kita dapat mengadakan pengukuran ulang dan membuat Pareto Chart yang baru. Apabila terdapat perubahan dalam Pareto Chart yang baru itu, maka tindakan korektif tersebut ada dampaknya. c. Menyusun data menjadi informasi yang berguna. Dengan Pareto Chart sejunlah data yang besar dapat disaring menjadi informasi yang signifikan. Kegunaan dari diagram pareto yaitu:1. Menyajikan faktor dominan yang mempengaruhi peristiwa

2. Penentuan 2 atau 3 faktor yg menyumbang lebih dari 50% dari total frekuensi Prosedur pembuatan diagram pareto: Penggunaan diagram batang dan poligon (diagram garis). Penyajian diagram batang disusun berdasarkan data terbesar ke terkecil Penyajian diagram garis untuk frekuensi kumulatif. Contoh Diagram Pareto :

DIAGRAM FISHBONE ATAU DIAGRAM SEBAB AKIBATTeknik diagram fishbone sebenarnya dibentuk untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan produk yang berkualitas. Bagaimanapun, Diagram fishbone bisa digunakan sebagai alat untuk menganalisis informasi yang berhubungan dengan sebuah analisis kebutuhan dan intervensi alternative pilihan untuk meningkatkan penampilan. Dengan menggunakan cara ini, diagram fishbone akan membantu untuk menghasilkan ide-ide tentang perkiraan penyebab masalah, mengidentifikasi komponen-komponen dalam proses yang bertanggung jawab untuk masalah yang terjadi. Diagram fishbone ini juga bisa digunakan untuk merencanakan proses baru untuk memperoleh inisiatif peningkatan kualitas atau kesempatan bisnis baru. Secara khas, kita bisa melihat, sebuah diagram fishbone dapat digunakan sebagai berikut: Untuk mengidentifikasi alasan-alasan utama dan pendukung untuk sebuah masalah yang lebih spesifik dari penampilan. Untuk mengidentifikasi akar penyebab atau kunci masalah, yang mengakibatkan beberapa efek dan hasil yang terukur (indikator penampilan). Untuk mengidentifikasi penyebab kunci untuk data tambahan yang dibutuhkan. Diagram sebab akibat sering juga disebut sebagai diagram fishbone atau ishikawa diagram. Diagram ini diperkenalkan oleh Kaoru Ishikawa, yang menyatakan bahwa diagram ini merupakan metode garfik yang simpel untuk mencatat dan mengklasifikasikan sebuah rentetan sebab akibat agar menyelesaikan masalah kualitas. Bentuk Skema Diagram Fishbone :

Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan cause effect diagram. Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. bernama Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tokyo Jepang yang juga alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Karena itulah sering juga diagram tulang ikan ini disebut dengan diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal (non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga diperkirakan sebagai orang pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run chart, histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart. Kenapa di sebut sebagai Diagram tulang ikan? Karena bentuknya menyerupai tulang ikan yang bagian moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Umumnya penggunaan fishbone adalah untuk design produk dan mencegah kualitas produk yang jelek (defect). Mekanisme penggunaan metoda Diagram Tulang Ikan ini adalah melalui pengklasifikasian sesuai dengan sebab-sebab, berikut adalah beberapa pendekatannya. The 4 Ms (digunakan untuk perusahaan manufaktur) : Machine (Equipment), Method (Process/Inspection) Material (Raw,Consumables etc.)

Man power. The 8 Ps (digunakan pada industri jasa) : People Process Policies Procedures Price Promotion Place/Plant Product The 4 Ss (digunakan pada industri jasa) : Surroundings Suppliers Systems Skills The 4 Ps (pendekatan manajemen pemasaran) : Price Product Place Promotion

Langkah-langkah untuk belajar dan menerapkan diagram tulang ikan adalah : a) Fokuskan pada satu hal akibat yang diamati, di ruang lingkup yang lebih kecil dahulu. Kemudian hal yang besar jika sudah terlatih. b) Sebab lebih dari satu. Sehingga jangan berhenti untuk bertanya mengapa? Penentuan sebab-sebab juga bisa dengan branstorming. c) Buatlah usulan perbaikan jangka pendek dan jangka panjang dari sebab-sebab permasalahan. d) Kerja tim dan dukungan kepemimpinan adalah hal penting. e) Teruslah berlatih.

Gambar berikut adalah contoh hasil dari pembuatan diagram tulang ikan. Berkisah mengenai pencarian jawaban mengapa produk sebuah mobil di industri manufaktur tidak bisa berjalan. Sebab-sebab dipilah sesuai dengan pendekatan jenis kelamin operator perakitan (pria atau wanita), lingkungan, metode dan bahan. Semakin dekat garis sebab dengan akibat, semakin perlu diperhatikan. Faktor lingkungan dipilah lagi menjadi dua sub bagian. Yakni faktor temperatur dan cahaya. Diperkirakan cahaya terlalu banyak dan temperatur terlalu rendah. Demikian seterusnya

dilakukan analisis yang sama terhadap sebab-sebab yang ada. Kemudian setelah diketahui betul sebab-sebab yang ada, maka dapat dibuat kerangka pemecahan masalahnya. Misalnya dengan perbaikan lingkungan kerja, metode dan bahan. Diagram ini memang lebih banyak diterapkan oleh departemen kualitas di perusahaan manufacturing atau jasa. Tapi di sektor lain sebenarnya juga bisa, seperti pelayanan masyarakat, sosial dan bahkan politik. Karena sifat metode ini mudah dibuat dan bersifat visual. Walaupun kelemahannya ada pada subjektivitas si pembuat. Dari pengertian di atas terlihat bahwa faktor penyebab problem antara lain bisa digolongkan dalam beberapa bagian: material/bahan baku, mesin, manusia dan metode/cara. Semua yang berhubungan dengan material, mesin, manusia, dan metode yang saat ini dituliskan dan dianalisa faktor mana yang terindikasi menyimpang dan berpotensi terjadi problem. Ingat,..ketika sudah ditemukan satu atau beberapa penyebab jangan puas sampai di situ, karena ada kemungkinan masih ada akar penyebab di dalamnya yang tersembunyi.

BAB III

KESIMPULANFungsi dari Diagram Pareto adalah untuk dipergunakan mengidentifikasi dan mengevaluasi tipe-tipe/jenis-jenis Non Conformance. Pareto Diagram digunakan untuk memperbandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang paling besar disebelah kiri ke yang paling kecil disebelah kanan. Susunan tersebut akan membantu kita untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji. Dengan bantuan Pareto Diagram tersebut kegiatan akan lebih efektif dengan memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak yang paling besar terhadap kejadian daripada meninjau berbagai sebab suatu waktu. Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode / tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan cause effect diagram. Teknik diagram fishbone sebenarnya dibentuk untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan produk yang berkualitas. Bagaimanapun, Diagram fishbone bisa digunakan sebagai alat untuk menganalisis informasi yang berhubungan dengan sebuah analisis kebutuhan dan intervensi alternative pilihan untuk meningkatkan penampilan. Dengan menggunakan cara ini, diagram fishbone akan membantu untuk menghasilkan ide-ide tentang perkiraan penyebab masalah, mengidentifikasi komponen-komponen dalam proses yang bertanggung jawab untuk masalah yang terjadi. Diagram fishbone ini juga bisa digunakan untuk merencanakan proses baru untuk memperoleh inisiatif peningkatan kualitas atau kesempatan bisnis baru.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.blogtopsites.com/outpost/173d96e0c2085a4056e188e2211e8ead diunduh pada tanggal 4 januari 2011 pukul 22.28 WIB http://nurrahmanarif.wordpress.com/2009/12/21/diagram-tulang-ikan/ diunduh pada tanggal 4 januari 2011 pukul 22.30 WIB http://vibizlearning.com/new/articles/72/diagram_tulang_ikan pukul 22.35 WIB

Ishikawa, Kaoru (1990); (Translator: J. H. Loftus); Introduction to Quality Control Dale, Barrie G. et al (2007); Managing Quality 5th ed