97
DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI) DAN NAHDLATUL ULAMA (NU): SEBUAH STUDI KOMPARASI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh: Muhammad Qoyyum NIM: 11140321000074 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

  • Upload
    vuthu

  • View
    253

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI WALIGEREJA

INDONESIA (KWI) DAN NAHDLATUL ULAMA (NU):

SEBUAH STUDI KOMPARASI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Muhammad Qoyyum

NIM: 11140321000074

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah
Page 3: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah
Page 4: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah
Page 5: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

iv

ABSTRAK

Muhammad Qoyyum

Judul Skripsi: “Dialog Antaragama dalam Perspektif Konferensi Waligereja

Indonesia (KWI) dan Nahdlatul Ulama (NU)”

Dialog kerap sekali menjadi media untuk mencari sebuah jalan yang damai bagi

para umat beragama bukan untuk saling menyalahkan tetapi bagaimana setiap agama

mampu memberikan solusi bagi masalah-masalah kemanusiaan. Dialog antar agama

bukan untuk saling mengkafirkan antar sesama agama atau saling merendahkan antar

umat beragama, namun dialog ialah saling membangun dalam rangka kepentingan

bersama. Konferensi Waligereja Indonesia dan Nahdlatul Ulama sepakat bahwa dialog

antar agama merupakan interaksi timbal balik yang menghantarkan kepada tujuan

bersama. Dialog merupakan sebuah wadah untuk saling memahami dan menghargai

antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah kembali sikap

saling toleransi diantara umat beragama yang akhirnya akan menumbuhkan kerukunan

hubungan antar umat beragama.

Skripsi ini mencoba untuk memaparkan pemikiran dari kedua organisasi

keagamaan yang berbeda keyakinan tersebut (Muslim dan Kristen) dalam kaitannya

dengan dialog antar agama, baik mengenai pengertian, tujuan dan pentingnya dialog,

maupun gagasan tentang masa depan agama.

Adanya dialog akan menciptakan sebuah solusi-solusi pemecahan masalah dari

dalam agama itu sendiri, bukan menunggu lahirnya pemecah masalah yang datang dari

luar proses keterlibatan agama-agama dalam kehidupan.

Kata Kunci: Dialog Antar Agama, Konferensi Waligereja Indonesia, Nahdlatul Ulama

Page 6: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabil „alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat

kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya begitupun

hingga skripsi ini dengan judul “Dialog Antaragama dalam Perspektif Konferensi

Waligereja Indonesia (KWI) dan Nahdlatul Ulama (NU): Sebuah Studi

Komparasi” dapat terselesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW semoga setiap dari kita kelak mendapat syafaat darinya.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang jauh dari kata sempurna ini tidak

dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan dari banyak pihak baik secara meteril

maupun moril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

terutama kepada yang terhormat:

1. Dr. Sri Mulyati, MA selaku dosen pembimbing Skripsi yang memberikan

arahan, atas kesabaran dan ketelitian dalam membimbing penulis. Beliau

yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, fikiran dan memberikan

arahan, motivasi serta bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Media Zainul Bahri, M.A, selaku Ketua Jurusan Studi Agama-Agama

dan Dra. Halimah Mahmudy M.A, selaku sekretaris Jurusan Studi Agama-

Agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan

pelayanan kepada mahasiswanya dengan baik.

Page 7: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

vi

3. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Barhanuddin

Umar Lubis, Lc., M.A. atas kesempatan belajar dan fasilitas yang

diberikan pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

4. Bapak Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Prof. Dr. Masri Mansoer,

M.A, Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Prof. Dr. Ikhsan Tanggok, M.A, selaku Wadek I bidang Administrasi

Fakultas Ushuluddin. Dr. Bustamin, M.A, selaku Wadek II bidang

Administrasi Umum. Dr. M. Suryadinata, M.A, selaku Wadek III bidang

Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin, para staff Akademik Fakultas

Ushuluddin khususnya dengan bang Jamil yang selalu membantu dalam

informasi tentang skripsi, para staff Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan

para staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Ayahanda dan Ibunda tercinta Djakina dan Tuminah dan seluruh kakak dan

abang yang membuat saya semangat dalam menjalankan skripsi.

8. Teman terbaik yang selalu mensupport dan mendukung dari mula

perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi yaitu Aprilia S. Nasution.

9. Kerabat-kerabat Karang Taruna Perum. Benda-Baru Pamulang RW 017

sebagai salah satu sumber motivasi bagi penulis.

10. Sahabat-sahabat sebagai salah satu sumber keceriaan terampuh bagi

penulis: Fulka Zaydan, Addifa Fawza, Lutfi Zulfikar, Andi Irvan, Fajri

Ramadhan, Wildan Muzaki, Athoillah Tantowi, Irfan maulana, Nurcholis

Swandi, Syauki Maki, Feby Irfanullah dkk.

Page 8: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

vii

11. Teman-teman Event Organizer GC-Adventours yang sangat berperan

besar dalam membentuk karakter penulis, yang mengajarkan banyak

pelajaran berharga

12. Teman-teman UKM KPA ARKADIA yang sangat mengajarkan banyak

pelajaran dan pengalaman berharga yang semoga dapat selalu penulis

amalkan dengan baik.

13. Teman-teman seperjuangan Studi Agama-Agama angkatan 2014 yang

semoga diberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akhir.

14. Dan kepada semua orang yang saya kenal maupun yang mengenal saya,

terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang diberikan. Berdasarkan

peran-peran beliau semua semoga mendapatkan balasan dan dilimpahi

rahmat Allah SWT. Menyadari atas banyaknya kekurangan dalam skripsi

ini, oleh sebab itu penulis berharap kiranya skripsi ini dapat dikembangkan

di kemudian hari dengan lebih baik.

Jakarta, 17 April 2019

Muhammad Qoyyum

Page 9: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

viii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A.Latar Belakang .................................................................................... 1

B.Rumusan Masalah ............................................................................... 7

C.Tujuan Penelitian ................................................................................ 7

D.Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

E.Tinjauan Pustaka ................................................................................. 9

F.Metodologi Penelitian ....................................................................... 10

G.Sistematika Penulisan ....................................................................... 15

BAB II : KERANGKA TEORI DIALOG ANTARAGAMA DAN PERSPEKTIF

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA .................................... 17

A.Kerangka Teori Dialog Antaragama ................................................. 17

B.Definisi Dialog Antaragama dalam Perspektif Konferensi Waligereja

Indonesia ............................................................................................... 20

C.Tema-tema Dialog Antaragama ........................................................ 25

1.Dialog kerukunan ....................................................................... 25

2.Dialog Kebangsaan ..................................................................... 28

3.Dialog Sosial ................................................................................ 33

BAB III : DIALOG ANTARAGAMA MENURUT NAHDLATUL ULAMA ... 39

A.Definisi Dialog Antaragama dalam Perspektif Nahdlatul Ulama .... 39

B.Tema-tema Dialog Antaragama ........................................................ 41

1.Dialog Kerukunan ....................................................................... 41

2.Dialog Kebangsaan ..................................................................... 44

3.Dialog Sosial ................................................................................ 51

BAB IV : ANALISIS TERHADAP DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA

DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA

DAN NAHDLATUL ULAMA ............................................................ 55

A. Hasil Penelitian ........................................................................ 55

1. Dampak Positif Dialog Antaragama .................................... 55

2. Metode..................................................................................... 56

3. Strategi Penyelenggaraan...................................................... 58

Page 10: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

ix

B.Saran66

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 72

BAB V : PENUTUP ............................................................................................ 64

A.Kesimpulan ....................................................................................... 64

Page 11: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era ketika bangsa Indonesia sedang menikmati udara kebebasan setelah

bergulirnya alam reformasi saat ini, peran agama sebagai pembawa kedamaian

benar-benar mendapat ujian seperti munculnya paham radikalisme yang merobek

nilai murni dalam ajaran agama. Semua agama di bumi pertiwi ini telah

menyatakan bahwa masing-masing membawa ajaran kedamaian. Semuanya

sepakat akan hal ini. Sebaliknya semua agama pasti membantah apabila dikatakan

sebagai pembawa kehancuran.1 Artinya, tidak satupun agama di Indonesia ini

yang mengajarkan adanya permusuhan dan penghancuran.

Berdasarkan semua ajaran agama mengajarkan dan menjelaskan dengan

sangat terang bahwa kedamaian dan kasih sayang sangat dijunjung tinggi. Tapi

dewasa ini, nilai-nilai keagamaan itu dinodai karena adanya gerakan radikalisme

dan terorisme yang mengatas namakan agama, sehingga menjadi problem serius

yang harus segera dibenahi. Untuk menghadapi ancaman paham radikalisme dan

terorisme dialog antaragama menjadi solusi penting dalam menyelesaikan

hambatan-hambatan keagamaan, karena dalam prosesnya dialog antaragama

menjadi alat untuk mencapai satu pemahaman yang senantiasa memabawa ke arah

kerukunan dan bersikap toleran dalam bermasyarakat.

Melalui model ini, manusia diharapkan bukan sekedar dapat menyadari

tentang pluralisme kehidupan sebagai suatu realitas konkret yang tidak mungkin

1Ahmad Syafii Mufid, Dialog Agama dan Kebangsaan (Jakarta: Zikrul Hakim, 2001), h.

6.

Page 12: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

2

dihindari lagi, tapi lebih jauh lagi kesadaran itu bisa dibumikan dalam kerja-kerja

kreatif yang berwajah manusiawi.2

Diatas semua itu, manusia perlu merekontruksikan pola keberagaman yang

selama ini mereka jalani. Keberagaman yang menitik beratkan pada formal-

legalistik dan eksklusif sudah saatnya diarahkan kepada pengembangan secara

keagamaan yang lebih berpijak pada nilai-nilai substansial agama. Dengan

demikian, ajaran agama diharapkan dapat dipahami secara holistik, sehingga akan

bermakna konkret bagi kehidupan umat manusia secara keseluruhan. 3

Agama Islam sebagai agama mayoritas, tentunya harus memberikan ruang

kepada kaum minoritas. Salah satu gagasan yang diangkat adalah pelaksanaan

dialog antaragama. Dialog antaragama sebenarnya bukan hal yang baru bagi

masyarakat di Indonesia.4 Pelaksanaan dialog antar agama menjadi suatu harapan

bagi kemanusiaan, yang ditawarkan oleh agama-agama. Ini ditawarkan sebagai

model bagi suatu cara menggalang potensi umat manusia yang semakin hari

semakin terfragmentasi. Dan dipihak lain juga sebagai sebuah model yang

mengilhami seluruh kelompok masyarakat untuk saling terbuka dan saling

menyumbangkan potensinya masing-masing demi membangun kehidupan

manusia yang lebih aman, sejahtra, dan sentosa. Dialog adalah sebuah model yang

lebih manusiawi untuk mengatasi hubungan antara kelompok masyarakat.

Dialog antaragama secara konseptual baru mulai dipikirkan sekitar tahun

1960-an dan menjadi ramai pada dekade tujuh puluhan abad yang lalu. Sebab

2Abd A‟la, Melampaui Dialog Agama (Jakarta: Kompas, 2002), h. 8.

3 Abd A‟la, Melampaui Dialog Agama. h. 9.

4Abdurarrahman Wahid, Dialog: Kritik dan Identitas Agama (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1994), h. 9.

Page 13: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

3

pada kurun waktu itu, Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Departemen

Agama juga menerbitkan pedoman-pedoman yang secara sistematis hendak

menata kehidupan masyarakat beragama di Indonesia.5 Pada tahun 1979, untuk

pertama kalinya proyek pembinaan kerukunan hidup beragama, Departemen

Agama Repulik Indonesia menerbitkan dasar kerukunan hidup beragama. Dari

indikasi nyata ini bahwa persoalan hidup beragama sungguh menjadi perhatian

Pemerintah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia majemuk dalam hal

agama. Oleh karena itu, menciptakan kehidupan yang dialogis di antara pemeluk

agama yang berbeda adalah suatu keharusan agar dapat terjaga kerukunan antar

umat beragama.

Salah satu yang ikut menggelorakan dialog antaragama yaitu Konferensi

Waligereja Indonesia. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) ialah salah satu

organisasi gereja katolik yang beranggotakan para Uskup Indonesia yang

bertujuan menggalang persatuan dan kerja sama. Konferensi Waligereja Indonesia

memiliki peran sentral dalam membangun relasi dengan agama-agama lain,

melalui momentum Konsili Vatikan II menandai sikap terhadap agama-agama

lain. Dalam konteks gereja Indonesia, hal yang paling mendesak adalah

bagaimana membangun hubungan yang kokoh antaragama di Indonesia.

Romo Agustinus Ulahayanan, salah satu Uskup Konferensi Waligereja

Indonesia, mengatakan bahwa kedamaian merupakan kebutuhan yang hakiki dari

setiap komunitas manusia yang merupakan makhluk sosial. Maka kedamaian

harus selalu dipelihara oleh setiap insan manusia. Untuk itu, senantiasa perlu

5Armada Ryanto, Dialog Interreligious: Historisitas, Tesis, Pergumalan, Wajah

(Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 374.

Page 14: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

4

diupayakan pencegahan, penghentian serta pemulihan konflik, serta perwujudan,

pelestarian dan pengembangan kedamaian. Dialog antar umat merupakan suatu

cara terbaik untuk pemeliharaan kedamaian. Maka dengan itu kehadiran

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menjadi lebih relevan dan signifikan.6

Salah satu contoh dialog antaragama yang diselenggarakan Konferensi

Waligereja Indonesia yaitu pada acara seminar yang bertema “Bagaimana

Pandangan Agama Tentang Situasi Kebangsaan” di Ambon pada bulan Oktober

2018. Pembicara seminar saat itu yakni oleh dua pemuka agama Kristen dan

Islam. Perwakilan dari Kristen ialah Uskup dari Konferensi Waligereja Indonesia

sedangkan wakil dari Muslim dari kalangan Nahdlatul Ulama yaitu Bapak. Imam

Pituduh, SH., MH. Dalam seminar tesebut mereka menjelaskan aspek-aspek

penyebab berkembangnya terorisme, cara pencegahan terorisme serta mecari

solusi bagaimana mengatasi terorisme dan paham radikal yang berkembang di

masyarakat.7

Jauh sebelum Konferensi Waligereja Indinesia, Nahdlatul Ulama sudah

sejak lama menggelorakan dialog antar iman. Secara historis, hubungan antarumat

baru mendapat perhatian oleh pemuka agama Islam setelah muncul ketegangan-

ketegangan antarumat beragama pasca pembubaran Partai Komunis Indonesia

(PKI). Kebijakan pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI) dan kewajiban

rakyat indonesia untuk memeluk satu agama tertentu yang diakui pemerintah

membuat jutaan mantan anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) berbondong-

6Romo Agustinus Ulahayanan “Memelihara Kedamaian Melalui Dialog”,

https://komisihakkwi.wordpress.com/ diakses pada tanggal 18 Oktober 2018 Pukul 13:00. 7Wawancara pribadi dengan Bapak Maxi, Bagian komisi HAK di Jakarta 7 November

2018.

Page 15: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

5

bondong memeluk agama baru. Umat Kristen berkembang pesat. Gereja baru

didirikan dimana mana sehingga ketegangan antar umat terjadi di beberapa

tempat. Kenyataan ini disadari oleh para pemimpin negara. Secara resmi

keprihatinan tersebut dibicarakan dengan perwakilan kelompok-kelompok umat

beragama dan dengan diadakannya dialog antarumat beragama. Sejak saat itu,

kerukunan umat beragama menjadi salah satu isu yang banyak mendapat porsi

dalam kegiatan-kegiatan Nahdlatul Ulama (NU).8

Salah satu contoh dialog antar agama yang dilakukan oleh Nahdlatul

Ulama ialah di Sulawesi Utara pada bulan desember 2017. Dalam dialog antar

agama ini dihadiri oleh semua perwakilan agama resmi yang ada di Indonesia.

Bentuk dialog ini berupa seminar, yang bertujuan untuk sesama warga bernegara

agar dapat hidup berdampingan dengan berbagai kepercayaan, untuk bisa saling

memahami antar sesama agama. Pada kesempatan dialog antaragama itu berfokus

pada soal-soal etis atau kemanusiaan yakni pada persoalan keamanan dan

ekonomi tidak pada persoalan teoligis.

Dalam seminar ini dimunculkan satu rekomendasi bahwa harus ada yang

mampu membangun masyarakat yang bersikap dan berwawasan multikultural dan

perlu dikembangkan melalui beberapa proses seperti: 1) Menjauhkan masyarakat

untuk tidak berpikiran dan berprilaku konflik, 2) Mengajak masyarakat untuk

lebih bersikap toleran, 3) Mengembangkan dialog untuk tukar menukar informasi

8J.B. Banawiratma, Dialog Antar Umat Beragama (Yogyakarta: Mizan Media Utama),

h.67-68.

Page 16: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

6

dan menumbuhkan saling pengertian bersama tentang berbagai hal, 4)

Menumbuhkan persaudaraan dan kerjasama sejati.9

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Nahdlatul Ulama (NU) kerap

sekali menjadi organisasi yang penting dalam membangun kehidupan keagamaan

yang toleran. Berbagai kegiatan-kegiatan dialog lintas agamanya mampu

menjadikan peran sentral untuk menjaga kerukunan umat beragama. Salah satu

bentuk kerjasamanya untuk menjaga kedamaian berbangsa dan bertanah air

seperti dalam acara apel kebhinekaan lintas iman bela negara dengan mengambil

tema “Menolak Radikalisme, Terorisme dan Narkoba” yang dihadiri oleh

berbagai organisasi dari berbagai agama untuk mengdeklarasikan aksi damai umat

beragama pada 17 Januari 2016.

Berdasarkan usaha-usaha yang dilakukan Konferensi Waligereja Indonesia

dan Nahdlatul Ulama dalam dialog antaragama, maka penulis merasa tertarik

untuk menggali lebih dalam lagi mengenai perspektif dialog antaragama. Untuk

itu penulis merasa perlu untuk menuangkan serta menuliskan dalam bentuk skripsi

dengan judul “Dialog Antaragama dalam Perspektif Konferensi Waligereja

Indonesia (KWI) dan Nahdlatul Ulama (NU): Sebuah Studi Komparasi”

9Wawancara Pribadi dengan Ketua PBNU Abd Manan Ghani di Jakarta 21 November

2018.

Page 17: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Dialog Antaragama dalam Perspektif Konferensi Waligereja

Indonesia dan Nahdlatul Ulama?

2. Bagaimana Perbandingan Model Dialog Antaragama Konferensi

Waligereja Indonesia dan Nahdlatul Ulama?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ada, maka tujuannya hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan dialog antaragama menurut

Konferensi Waligereja Indonesia dan Nahdlatul Ulama.

2. Untuk mengetahui apa perbandingan dialog antaragama menurut

Konferensi Waligereja Indonesia dan menurut Nahdlatul Ulama.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis

maupun secara praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian mengenai Dialog Agama dalam Perspektif Konferensi

Waligereja Indonesia dan Nahdlatul Ulama, diharapkan dapat berguna

bagi penelitian-penelitian dengan tema yang sama atau relevan sehingga

Page 18: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

8

dapat memeberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan

tentang dialog antar agama dengan lingkup yang lebih luas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Bagi peneliti ini, peneliti dapat mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang didapatkan selama menempuh pada jurusan Studi

Agama-agama dalam karya yang nyata. Melalui penelitian ini, peneliti

juga dapat mengetahui informasi-informasi yang berhubungan dengan

dialog-dialog antar agama menurut Konferensi Waligereja Indonesia

dan Nahdlatul Ulama.

b. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi empiris tentang fenomena dialog antar agama, hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi almamater

sebagai bahan referensi kajian untuk pengembangan penelitian

selanjutnya yang relevan.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang

pemikiran sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam

proses pembangunan masyarakat. Kemudian, melalui penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi empiris kepada masyarakat.

Page 19: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

9

d. Bagi Universitas dan Lembaga Pendidikan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah

ilmu pengetahuan bagi para akademisi tentang fenomena dialog antar

Agama.

E. Tinjauan Pustaka

Peneliti telah berusaha melakukan penelitian terhadap pustaka yang ada,

berupa karya-karya penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi dengan topik

yang diteliti, diantaranya:

1. Karya bentuk Skripsi ditulis oleh Achmad Subhi yang berjudul

“Pandangan Gereja Katolik Tentang Dialog Agama dalam

Konsili Vatikan II” dalam Skripsi ini yang ditulis oleh penulisnya

menjelaskan alasan tentang kekonkretan mengapa gereja memandang

positif agama lain dan mengakui nilai-nilai keselamatan. Oleh

karenanya itu sangat diperlukan dialog dengan mereka. Karena gereja

meyakini tentang roh kudus yang aktif dan real, karya roh yang

bersifat universal. Oleh karena itu konsili menegaskan bahwa roh

kudus telah berkarya di dunia bahkan sebelum yesus kristus

dimuiliakan. Disimpulkan bahwa roh kudus diyakini masih

melakukan fungsi penyelenggaraan illahiyah dalam tata keselamatan

manusia bahkan lewat tradisi-tradisi keagamaan lain yang bukan

Kristen. Persamaan penelitian Ahmad Subhi dengan penulis yaitu

sama-sama meneliti tentang pandangan gereja tentang dialog agama,

Page 20: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

10

hanya saja perbedaannya di sini penulis juga akan menguak tentang

perspektif dialog agama dari KWI.

2. Skripsi Mukhlis Huda mahasiswa fakultas ushuluddin Universitas

Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Dialog antar Umat

Beragama di Indonesia dalam Perspektif Th. Sumartana” dalam

skripsi ini penulis menuliskan tentang dialog antar umat beragama

harus didahului dengan dialog teologis, dan ditindak lanjuti pada

tingkatan praksis, yang bertujuan dialog antar umat beragama adalah

untuk kerjasama, maka seharusnya dialog antar umat beragama lebih

diorientasikan untuk kerjasama antar umat beragama.

Perbedaan penulis dengan skripsi diatas ialah ingin mengetahui

perbandingan dialog antar umat beragama yang dilaksanakan Konferensi

Waligereja Indonesia (KWI) dan yang dilaksanakan juga oleh Nahdlatul Ulama

(NU).

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dimaksudkan sebagai

sebuah jenis penelitian yang temuan temuannya tidak diperoleh melalui prosedur

statistic atau bentuk hitungan lainnnya. Seperti berupa penelitian tentang

kehidupan, riwayat, dan perilaku seseorang, juga tentang peranan organisasi,

pergerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Sebagian datanya dapat dihitung

sebagaimana data sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif. Prosedur ini

Page 21: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

11

menghasilkan temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dengan

menggunakan beragam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan wawancara,

namun dapat juga mencakup dokumen buku, kaset, video, dan bahkan data data

yang telah dihitung.

Metode kualitatif ini dapat juga digunakan untuk mengungkap dan memahami

sesuatu di balik fenomena yang sedikitpun belum diketahui.10

2. Pendekatan Penelitan

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan historis

dan komparatif. Pendekatan historis adalah pendekatan yang bertujuan untuk

mempelajari, menyelidiki, dan meneliti agama-agama baik sebelum ilmu agama

menjadi disiplin yang berdiri sendiri atau sesudahnya. Dengan pendekatan

historis, suatu studi berusaha menelusuri asal usul dan pertumbuhan ide-ide dan

pranata-pranata keagamaan melalui periode-periode perkembangan historis

tertentu dan menilai peranan kekuatan-kekuatan yang dimiliki agama.11

Pendekatan komparatif adalah pendekatan yang bersifat memperbandingkan.

Menggambarkan empat proyek perbandingan, yaitu: (a) penyaringan, ialah

bagaimana melakukan seleksi terhadap beberapa fenomena atau lingkungan sosial

yang berbeda, (b) menggambarkan garis-garis evolusi fenomena atau keadaan

sosial itu, (c) melakukan pengamatan atas kesamaan dan perbedaan-perbedaan

diantara mereka, dan (d) sejauh kemungkinan yang dapat dicapai adalah

memberikan penjelasan dan analisa kritis. Perbandingan ini juga sesungguhnya

10

Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:

Pustakapelajar, 2015), h. 4-5. 11

Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015),

h. 15.

Page 22: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

12

merupakan aktivitas kognitif umum yang dilakukan manusia dimana saja, baik

secara eksplisit maupun implisit.12

3. Teknik Pengumpulan data

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk

mendapatkan data dari kepustakaan buku, jurnal, e-book, dan sebagainya yang

diolah untuk kemudian disimpulkan.13

Artinya mencari dan mempelajari bahan-

bahan tulisan yang berkenaan dengan obyek penelitian. Penelaahan kepustakaan

dilakuikan untuk menemukan topik serta pembuatan kerangka konsep dan

kerangka teori dengan menggali data yang relevan.14

b. Penelitian Lapangan

Observasi berasal dari kata observation yang berarti pengamatan. Metode

observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku, kejadian atau kegiatan

orang atau sekelompok orang yang diteliti. kemudian mencatat hasil pengamatan

tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dengan pengamatan

peneliti dapat melihat kejadian sebagaimana subyek yang diamati mengalaminya,

menangkap, merasakan fenomena sesuai pengertian subyek dan obyek yang

diteliti.15

Selain melalui observasi, peneliti dapat mengumpulkan data melalui

wawancara mendalam, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan

12

Media Zainul Bahri, Wajah study Agama-Agama. h. 26-27. 13

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004), cet.1, h.3. 14

Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2010), h.45. 15

Aunu Rofiq Djaelani, Teknik Pengumpulan Data dalam Metode Kualitatif, Vol: XX No.

1, Maret 2013, h. 84.

Page 23: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

13

informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan antara pewawancara

dengan yang diwawancarai. Bahkan keduanya dapat dilakukan bersamaan, di

mana wawancara dapat digunakan untuk menggali lebih dalam lagi data yang

didapat dari observasi. Seperti yang dikemukakan Sugiyono (2006) yang

mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik

observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi,

peneliti juga melakukan wawancara kepada orang-orang yang ada di dalamnya. 16

Dokumen diartikan sebagai suatu catatan tertulis / gambar yang tersimpan

tentang sesuatu yang sudah terjadi. Dokumen merupakan fakta dan data tersimpan

dalam berbagai bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang

tersedia adalah berbentuk surat-surat, laporan, peraturan, catatan harian, biografi,

simbol, artefak, foto, sketsa dan data lainya yang tersimpan. Dokumen tak terbatas

pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk

mengetahui hal-hal yang pernah terjadi untuk penguat data observasi dan

wawancara dalam memeriksa keabsahan data, membuat interprestasi dan

penarikan kesimpulan. Kajian dokumen dilakukan dengan cara menyelidiki data

yang didapat dari dokumen, catatan, file, dan hal-hal lain yang sudah

didokumentasikan. Metode ini relatif mudah dilaksanakan dan apabila ada

kekeliruan mudah diganti karena sumber datanya tetap. Dengan membuat

panduan / pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar data yang akan

16

Aunu Rofiq Djaelani, Teknik Pengumpulan Data dalam Metode Kualitatif, h. 87.

Page 24: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

14

dicari akan mempermudah kerja di lapangan dalam melacak data dari dokumen

satu ke dokumen berikutnya.17

4. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dalam penulisan ini dilakukan melalui:

1. Usaha yang bersifat kompilatif, yaitu mengumpulkan data secara

keseluruhan baik yang bersumber dari literatur maupun dari hasil

lapangan.

2. Usaha selektif komparatif, yaitu menyeleksi sumber yang dikumpulkan,

dipilih yang paling relevan dengan pokok pembahasan dengan

dibandingkan dengan data yang lain untuk mencapai penyajian yang

mengarah.

5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini, penulis merujuk pada buku Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah (skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif HIdayatullah Jakarta yang

diterbitkan oleh Biro Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2014/2015.

6. Sumber data

Sumber ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data

sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data

penelitian secara langsung. Beberapa karya tulis menjadi sumber data primer ialah

seperti buku, artikel, jurnal, arsip, dokumen, dan wawancara langsung kepada

17

Aunu Rofiq Djaelani, Teknik Pengumpulan Data dalam Metode Kualitatif, h. 88.

Page 25: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

15

beberapa pengurus Konferensi Waligereja Indonesia dan Pengurus Besar

Nahdlatul Ulama.

Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang materinya secara tidak

langsung berhubungan dengan masalah yang diungkapkan. Sumber data sekunder

ini digunakan sebagai pelengkap dari sumber data primer.18

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan, skripsi tersebut dibagi menjadi

beberapa bab dan sub bab, yaitu:

Bab pertama, Pendahuluan. Bab ini membahas tentang alasan pemilihan

judul, dengan menunjukan faktor yang mendorong pemilihan judul skripsi,

kemudian diikuti dengan menuliskan rumusan masalah, tujuan penelitian dan

kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika

penulisan. Secara garis besar bagian ini bertujuan sebagai landasan teoritis

metodologis dalam penelitian.

Bab kedua, penulis akan menjelaskan kerangka teori dialog antaragama

serta gambaran secara rinci tentang latar belakang Konferensi Waligereja

Indonesia (KWI) dan sejarah KWI, serta definisi dialog antaragama menurut

KWI, kemudian menjelaskan tema-tema dialog agama yang dilakukan KWI

seperti, dialog kerukunan, dialog kebangsaan, dialog sosial.

18

Suharsini Ari Kunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), h.117.

Page 26: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

16

Bab ketiga, penulis akan menjelaskan tentang gambaran secara rinci latar

belakang Nahdlatul Ulama (NU) dan sejarah NU, serta definisi dialog antaragama

menurut NU, kemudian menjelaskan tema-tema dialog agama yang dilakukan NU

seperti, dialog kerukunan, dialog kebangsaan, dialog soial.

Bab keempat, penulis akan menganalisa dampak positif dialog antaragama

beserta strategi penyelenggaraan dan pembahasan model dialog antar agama

dalam perspektif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Nahdlatul Ulama

(NU).

Bab kelima, kesimpulan, saran dan kata penutup, yaitu memuat

kesimpulan yang mencakup semua isi skripsi, saran dan diakhiri dengan kata

penutup.

Page 27: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

17

BAB II

KERANGKA TEORI DIALOG ANTARAGAMA DAN PERSPEKTIF

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA

Penulis akan menguraikan terlebih dahulu latar belakang serta sejarah

singkat Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) berada di Indonesia. Adapun juga

persoalan-persoalan dialog antar agama yang diselenggarakan Konferensi

Waligereja Indonesia guna menjaga toleransi beragama.

A. Kerangka Teori Dialog Antaragama

Indonesia adalah Negara kepulauan dan ribuan pulau kecil yang dihuni

oleh berbagai suku. Sebagai Negara kepulauan yang memiliki banyak suku,

bahasa dan agama tetapi kita dipersatukan oleh pancasila sebagai dasar Negara

dengan semboyan, “Bhineka Tunggal Ika”, yang artinya meskipun berbeda-beda

tetapi satu dalam kesatuan Negara Indonesia. Kelima sila yang ada pada pancasila

tersebut memberikan jaminan kepada kita untuk selalu hidup rukun aman dan

tentram dibumi tercinta Indonesia.

Kerukunan merupakan hal penting buat kita semua di tengah-tengah

perbedaan. Perbedaan yang tidak menjadi hambatan untuk hidup rukun antar umat

beragama. Kerukunan harus bersifat dinamis, Humanis Demokratis. Karena

dengan mengutamakan persamaan hak kewajiban dan perlakuan bagi semua

warga negara agar kerukunan agama dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak

merugikan kalangan manapun.19

19

Diakses dari https://victoriousnews.com/2018/02/14/dialog-antar-umat-beragama-

konspirasi-dan-toleransi/ Pada tanggal 16 Mei 2019 Pukul 21:45 WIB

Page 28: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

18

Pluralisme agama memang merupakan keniscayaan dan pluralisme dalam

kehidupan sosial dapat menjadi stabil selama dalam organisasi-organisasi

keagamaan tidak terdapat satupun dari mereka yang terlalu kuat. Begitupun

sebaliknya.

Dalam hal pluralisme agama perlu adanya untuk mensukseskan dialog

antaragama atau antariman, oleh karena itu penting pemahaman tentang agama

yang diperlukan oleh seluruh masyarakat yang kerap sekali bergesekan dengan

pemeluk agama-agama lain, ilmu perbandingan agama dan pemahaman tentang

agama lain merupakan syaratnya.

Dialog antar umat beragama yang benar dapat menimbulkan pemahaman

dan pencerahan kepada umat dalam wadah kerukunan hidup antarumat beragama.

Dalam dialog ini diperlukan sikap saling terbuka antar-pemeluk agama yang

berdialog. Sebenarnya menganggap bahwa agama yang di peluk itu adalah agama

yang paling benar bukanlah anggapan yang salah, bahkan yakin bahwa agama

yang ia peluk adalah agama yang paling benar, dan orang lain pun dipersilahkan

untuk meyakini bahwa agama yang ia peluk adalah agama yang paling benar.

Malapetaka akan timbul apabila orang yang yakin bahwa agama yang ia peluk

adalah agama yang paling benar, lalu beranggapan bahwa karena itu orang lain

harus ikut ia untuk memeluk agama yang ia peluk.

Menurut Azyumardi Azra, ada beberapa model dialog antarumat

beragama, yaitu: Pertama, dialog parlementer, yakni dialog yang melibatkan

ratusan peserta, seperti dialog World’s Parliament of Religions pada tahun 1873 di

Chicago, dan dialog-dialog yang pernah diselenggarakan oleh World Conference

Page 29: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

19

on Religion and Peace (WCRP) pada dekade 1980-an dan 1990-an. Kedua, dialog

kelembagaan, yakni dialog diantara wakil-wakil institusional berbagai organisasi

agama. Dialog kelembagaan ini sering dilakukan untuk membicarakan masalah-

masalah mendesak yang dihadapi umat beragama. Seperti, persoalan terorisme,

paham radikal, konflik sosial yang mengatasnamakan agama serta masalah

nasional lainnya. Dialog seperti ini biasa-nya melibatkan majelis-majelis agama

yang diakui pemerintah seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persatuan Gereja

Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Parisada Hindu

Darmadan Perwalian Umat Budha Indonesia(WALUBI). Ketiga, dialog teologi.

Dialog ini mencakup pertemuan-pertemuan reguler maupun tidak, untuk

membahas persoalan-persoalan teologis. Dialog teologi pada umumnya

diselenggarakan kalangan intelektual atau organisasi-organisasi yang dibentuk

untuk mengembangkan dialog antaragama, seperti interfidei, paramadina, LKiS,

LP3M, MADIA, dan lain-lain. Ke-empat, dialog dalam masyarakat (dialogue in

community), dialog kehidupan, dialog seperti ini pada umumnya berkonsentrasi

pada penyelesaian "hal-hal praktis dan aktual" dalam kehidupan yang menjadi

perhatian bersama dan berbangsa dan bernegara. Dialog dalam kategori ini

biasanya diselenggarakan kelompok-kelompok kajian dan LSM atau NGO.

Kelima, dialog kerohanian (spritual dialogue), yaitu dialog yang bertujuan untuk

menyuburkan dan memperdalam kehidupan spiritual di antara berbagai agama.20

20

Muhammadong, Pluralitas dan Dialog Antarumat Beragama, VOL V, No. 1, Juni 2011,

h. 3.

Page 30: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

20

B. Definisi Dialog Antaragama dalam Perspektif Konferensi Waligereja

Indonesia

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) adalah organisasi Gereja Katolik

yang beranggotakan para Uskup di Indonesia dan bertujuan menggalang persatuan

dan kerja sama dalam tugas pastoral memimpin umat Katolik Indonesia.

Masing-masing Uskup adalah otonom dan KWI tidak berada di atas

maupun membawahi para Uskup dan KWI tidak mempunyai cabang di daerah.

Keuskupan bukanlah KWI daerah. Yang menjadi anggota KWI adalah para Uskup

di Indonesia yang masih aktif, tidak termasuk yang sudah pensiun. KWI bekerja

melalui komisi-komisi yang diketuai oleh Uskup-Uskup.

Setiap Uskup, karena tahbisannya, dengan sendirinya menjadi bagian dari

jajaran para Uskup sedunia (Collegium Episcopale) dan bersama dengan para

Uskup sedunia, di bawah pimpinan Sri Paus, bertanggungjawab atas seluruh

Gereja Katolik.

Para Uskup dalam satu negara bersama-sama membentuk suatu wadah

kerjasama yang dinamakan Konferensi Para Uskup. Di dalam wadah ini mereka

bekerjasama merundingkan dan memutuskan sesuatu mengenai umat katolik di

seluruh negara tersebut.

Seorang Uskup adalah pimpinan Gereja setempat yang bernama

keuskupan. Dengan demikian dia disebut juga Waligereja. Karena itu Konferensi

Page 31: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

21

para Uskup di Indonesia disebut Majelis Agung Waligereja Indonesia (MAWI)

yang kemudian diubah menjadi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).21

Dalam buku sejarah Gereja Katolik Indonesia yang diterbitkan oleh

Bagian Dokumentasi Penerangan kantor Waligereja Indonesia ia menulis tentang

“Setengah Abad Majlis Agung Waligereja Indonesia (MAWI). Berdasarkan data

dan tanggal yang tercantum pada buku tersebut, maka diambillah sebagai pijakan

penentuan tanggal dan tahun kelahiran MAWI (yang sekarang menjadi KWI).

Merunut tahun sidang pertama para waligereja, yaitu tanggal 15-16 Mei 1924

dijakarta, maka tahun itulah disebut sebagai awal berdirinya MAWI yang hingga

tahun 2019 ini tepat berusia 95 tahun.

Bangsa Indonesia mengalami suatu pembaharuan hidup dalam

hubungannya dengan berbangsa dan bernegara dengan peristiwa pergerakan

massa yang disebut Gerakan Reformasi. Kelahiran Reformasi ini menandai

berakhirnya masa yang disebut Orde Baru (ORBA) yang berjalan sekitar 32

tahun. Tanggal 20 Mei 1998 puncak gerakan massa dan sekaligus awal bagi

lahirnya Reformasi itu.

Terhadap pembaharuan hidup berbangsa dan bernegara ini Konferensi

Waligereja Indonesia mewujudkan dukungannya dengan memberikan sumbangan

pemikiran melalui berbagai kebijakan pastoral yang diputuskannya. Beberapa hal

yang penting yang dikeluarkan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dalam

periode ini antara lain: pesan Natal bersama KWI-PGI secara konsisten berisi

ajakan kepada umat kristiani untuk hadir ditengah masyarakat bangsa sebagai

21

Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Waligereja_Indonesia, tanggal 29

Januari 2019 pukul 10:00 WIB.

Page 32: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

22

penabur benih-benih persaudaraan, pelopor dalam mengatasi budaya kekerasan

dengan budaya membangun budaya hidup aktif tanpa kekerasan, penerbitan nota

pemilu yang menegaskan pentingnya umat Katolik untuk ambil bagian dalam

proses pesta demokrasi itu dengan aktif memberikan suaranya dan aktif juga

berkerja sama dengan masyarakat.

Dalam usianya yang tepat 95 tahun ini, KWI konsisten menegaskan

prinsip-prinsip pembangunan, kehidupan politik dan pengelolaan hidup berbangsa

dan bernegara. Seperti, proses pembangunan harus selalu menghormati harkat dan

martabat kemanusiaan segenap warga, kelompok, golongan dan masyarakat, perlu

dikembangkan semangat persaudaraan dan kebersamaan antara golongan budaya,

etnis, agama dan kepercayaan sebagai kerangka hidup bersama.22

Demi mencapai prinsip pembangunan tersebut, perlu adanya pemahaman

terhadap Agama-agama lain tidak hanya diperlukan oleh para elit agama, tetapi

harus merambah kepada masyarakat lapisan terbawah atau masyarakat awam yang

bergesekan secara langsung dengan para pemeluk Agama-agama lain dalam

kehidupan sehari-hari. Ilmu perbandingan agama dan pemahaman terhadap agama

lain merupakan salah satu persyaratan dialog antar agama, karena dengan ilmu

perbandingan agama dipergunakan untuk mempelancar dialog antaragama. Dialog

antaragama sendiri merupakan media untuk memahami agama lain secara benar

dan komprehensip. Dialog antarumat beragama ini juga dapat memberikan

22

90 Tahun Perjalanan sejarah KWI, diakses dari

http://www.mirifica.net/2014/11/01/perjalanan-sejarah-konferensi-waligereja-indonesia/ tanggal

29 Januari 2019 pukul 10:45 WIB.

Page 33: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

23

pemahaman dan pencerahan kepada umat dalam wadah kerukunan hidup umat

beragama.

Pemahaman tentang dialog antaragama salah satu tujuannya ialah untuk

memberikan pemahaman yang tepat dan jelas. Pengertian dialog antar umat

beragama menurut Gereja Katolik, agar menjadi acuan dan pegangan bagi

segenap warga Gereja Katolik pada umumnya dan penggiat hubungan antar umat

beragama dan kepercayaan pada khususnya.

1. Pada tatanan manusiawi biasa dan umum, dialog merupakan suatu

komunikasi timbal balik yang menghantar pada tujuan bersama. Tujuan

bersama yang paling mendasar dan utama adalah saling mengerti,

memahami, menghargai, menerima, hidup rukun damai, serta bekerja

sama untuk mencapai kesejahteraan bersama, baik lahir maupun batin.

2. Secara spesifik dalam konteks pluralitas agama, dialog merupakan:

Praktek kehidupan bersama

Sharing dan diskusi bersama

Tanggapan bersama atau kerja sama

Ungkapan/tindakan kasih23

Dialog hendaknya tidak hanya berhenti pada mengidentifikasi sederet nilai

yang diakui bersama tetapi berangkat lebih jauh lagi, yakni menyelidiki dasarnya

yang paling dalam, yakni kebenaran yang membuka relasi yang hakiki antara

dunia dan Allah. Paus Benediktus menegaskan bahwa ini adalah sebuah tugas

mendesak dari agama-agama masa kini untuk menyingkap potensi besar yang

23

Pastor Agustinus Ulahayanan, Dialog Antar Umat Beragama (Jakarta: Komisi

Hubungan Antaragama Kepercayaan KWI, 2016), h. 9-10.

Page 34: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

24

dimiliki oleh akal budi manusia yang pada dasarnya adalah anugerah Allah

sendiri, dan diangkat oleh wahyu dan iman. Percaya akan satu Allah, tentu tidak

mengkerdilkan kemampuan kita untuk memahami diri kita sendiri dan dunia,

tetapi akan memperluas akal budi manusia. Iman juga tidak membuat kita

melawan dunia, melainkan membuat kita terlibat dan bertanggungawab terhadap

dunia ini. Kita semua dipanggil untuk membantu orang lain agar dapat melihat

jejak-jejak halus dan penuh misteri dari kehadiran Allah didalam dunia yang telah

diciptakan-Nya secara sangat mengagumkan, dan terus menjaga dunia ini dengan

kasih-Nya yang tak terlukiskan serta merangkul semua orang.

Didalam deklarasi Dominus lesus, Kongregasi untuk Ajaran iman

mengukuhkan tempat dialog antarumat beragama di dalam kehidupan Gereja,

mengorelasikannya dengan misi ad gentes, yang “sekarang ini seperti selalu tetap

sepenuhnya mempunyai daya kekuatan dan sifat keharusan”. Menurut deklarasi

itu, “Allah menghendaki keselamatan setiap orang melalui pengetahuan akan

kebenaran”. Mereka yang mendengarkan bisikan Roh kebenaran, sudah berada

dijalan keselamatan. Tetapi Gereja yang diserahi kebenaran ini harus keluar untuk

menemukan hasrat mereka dan membawa kebenaran kepada mereka. Oleh karena

itu Gereja percaya akan rencana keselamatan Allah yang universal, Gereja harus

bersifat misioner. Dialog antarumat beragama sebagai bagian dari misi

evangelisasi, hanya merupakan salah satu dari berbagai aktivitas Gereja didalam

misinya yang ad gentes. Adalah merupakan kewajiban pertama dari Gereja, untuk

mengabarkan kepada semua orang “kebenaran yang diwahyukan secara definitif

oleh Tuhan”, dan memaklumkan keharusan untuk berbalik kepada Yesus Kristus

Page 35: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

25

dan mengikuti Gereja melalui pembabtisan dan sakramen-sakramen yang lain

untuk mengambil bagian secara penuh di dalam persekutuan dengan Allah Bapa,

Putra dan Roh Kudus. Deklarasi yang sama juga mengukuhkan bahwa semua

peserta dialog adalah sama, akan tetapi kesamaan ini merujuk terutama kepada

“martabat manusianya yang sama bukan kepada isi ajaran (dari agama-agama

mereka), dan tentu saja tidak merujuk kepada posisi Yesus Kristus yang adalah

Allah didalam diri manusia dalam kaitannya dengan tokoh-tokoh pendiri agama

lain.24

C. Tema-tema Dialog Antaragama

1. Dialog kerukunan

Secara historis, gereja Katolik sangat menekankan sisi kemanusiaan,

oleh karena itu setiap dialog antaragama yang berlangsung demi menjaga

kerukunan umat harus berlandaskan unsur kemanusiaan, unsur persaudaraan.

Diyakini dengan menjadikan sesama manusia seperti saudara sendiri akan

sangat mudah untuk menjaga keanekaragaman agama.

Seperti yang dikemukakan Prof. Dr. H. M. Ridwan lubis, dalam

tulisannya buku yang berjudul Agama dan Perdamaian. Buku ini

menyinggung penjelasan tentang bagaimana agama menuju sistem ketertiban

sosial, yaitu dengan sebuah sistem yang komponen-komponennya terdiri atas

benda-benda yang berjiwa. Sementara dalam tradisi ilmu-ilmu kealaman kata

sistem digunakan sebagai penjelasan sebuah sistem anorganik yaitu sebuah

sistem yang komponennya terdiri atas yang tidak bernyawa. Sekalipun dua

24

Dewan Kepausan, Dialog dalam Kebenaran & Kasih (Jakarta: Komisi Hubungan

Antaragama dan kepercayaan KWI), h. 19.

Page 36: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

26

jenis keilmuan tersebut memiliki perbedaan, tetapi secara esensi tidaklah

berbeda. Karena sistem dalam dua pengertian ini menjelaskan bahwa sistem

adalah himpunan yang terdiri atas berbagai komponen yang berhubungan

secara teratur dan merupakan kesatuan. Begitupun jika kita kaitkan dengan

pranata sosial, karena berbagai pranata sosial itu sangat berkaitan antara satu

dan lainnya, yaitu bahasa dan komunikasi, ilmu pengetahuan, ekonomi,

organisasi sosial dan agama. Demikianlah agama merupakan salah satu

subsistem yang berperan sebagai perwujudan kebudayaan.25

Dinamika sosial yang terjadi akbat dari gerakan reformasi tidak bisa

dielakan melahirkan berbagai kerenggangan ikatan sosial sebagai proses

menuju ekilibirum baru. Atas dasar itu pula, sekalipun secara alamiah

fenomena menuju keseimbangan baru itu akan terjadi namun prosesnya

memerlukan waktu yang relatif lama maka sebagai upaya untuk memelihara

kelangsungan Indonesia sebagai bangsa dan sekaligus melanjutkan berbagai

momentum pembangunan, diperlukan berbagai langkah baru sebagai konsep,

struktur, lembaga dan program dalam membangun kerukunan umat

beragama.

Dirunut kemasa keberhasilan Indonesia menjadi bangsa, peristiwa

sumpah pemuda tanggal 28 oktober 1928 merupakan tonggak penting sebagai

wujud kesadaran semangat kerukunan di Indonesia. Bangsa ini berdiri

melalui semangat kesatuan kebangsaan yang dimulai Sarikat Dagang Islam

(1905) yang menyatukan nilai agama khususnya dalam menata aktivitas

25

Prof. Dr. H. Ridwan Lubis adalah guru besar sekaligus tenaga pengajar di jurusan Studi

Agama-agama, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Perhatian utama beliau

bidang pemikiran modern dalam Islam serta kerukunan hidup umat beragama.

Page 37: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

27

sosial dalam bidang perekonomian masyarakat menempatkan diri sebagai

landasan tumbuhnya kesadaran nasionalisme yang kemudian diteruskan

Sarikat Islam (1912) di bawah kepemimpinan HOS Cokroaminoto. Pada

tanggal 28 Oktober 1928 emosi keagamaan, ras maupun kesukuan melebur

dalam semangat persatuan. Dasar terbentuknya keagamaan adalah komitmen

penderitaan seluruh warga bangsa yang terjajah yang melahirkan perasaan

senasib dan sepenanggungan kemudian tekad itu memuncak saat dikukuhkan

dalam sumpah pemuda. Inilah kemudian yang mendorong lahirnya Indonesia

sebagai sebuah negeri perjanjian yang dirajut dalam semboyan pengakuan

terhadap keragaman simbol namun memiliki tujuan satu yaitu merdeka. Akan

tetapi jauh sebelum semangat sebagai satu bangsa muncul pada sumpah

pemuda tersebut, bibit nasionalisme itu telah ditabur terdahulu oleh nilai-nilai

keagamaan dalam berbagai doktrin teologi, ritual agama serta kesadaran budi

pekerti sebagai warga bermasyarakat. Keyakinan kepada keesaan Tuhan

menjadi dasar inspirasi terbentuknya titik temu diantara manusia apapun

suku, ras maupun agamanya.26

Selanjutnya, menurut katolik, menjadi penganut agama adalah sebuah

takdir yang tidak perlu dirubah. Jika suatu saat akan berubah semua itu

tergantung tentang hati nurani pribadi masing-masing, karena pada

hakikatnya menghargai hak asasi manusia itu sangat penting.

26

Prof. Dr. H. Ridwan Lubis, Sumbangan Agama Membangun Kerukunan di Indonesia

(Jakarta: Kemenag RI, 2017), h. 380-381.

Page 38: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

28

Melihat pernyataan diatas, kenyamanan dalam kehidupan bersosial

adalah hak bagi segala umat.27

Sesungguhnya masyarakat di Indonesia telah

memiliki modal sosial dan modal budaya dalam hubungan umat beragama,

oleh karena itu adanya ketimpangan hubungan tidak selamanya menjurus

kepada konflik. Tetapi pada sisi lain, akan bisa mendorong terjadinya

negosiasi sehingga mampu melahirkan proses berbagi baik dalam bentuk

pemanfaatan sumber daya kasat mata maupun sumber daya tidak kasat mata.

Proses adaptasi dan akomodasi akan terwujud melalui pengembangan

intensitas musyawarah setiap kelompok sosial sehingga masing-masing dapat

hidup secara seimbang antara hak dan kewajibannya.28

2. Dialog Kebangsaan

Dalam dialog kebangsaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI),

Katolik jika berbicara terkait kebangsaan ia memiliki semboyan yang disebut

“Kasimo”. Kasimo yang dimaksud katolik ialah sebuah kecintaan terhadap

negara yang berasumsi bahwa 100% katolik juga 100% Indonesia. Semboyan

khas itu dimaksudkan sebagai bukti cinta warga asli negara Indonesia.

Sebagai umat beragama Vatikan tetap menjadi kiblat umat Katolik. Namun,

dalam ajaran Katolik dan Paus yang ada di Vatikan tidak ada larangan atau

aturan tentang kecintaan terhadap negara.29

27

Wawancara pribadi dengan Bapak Maxi, Bagian komisi HAK KWI di Jakarta 28

Januari 2019. 28

Ridwan Lubis, Sumbangan Agama Membangun Kerukunan di Indonesia, h.442. 29

Wawancara pribadi dengan Bapak Maxi, Bagian komisi HAK KWI di Jakarta 28

Januari 2019.

Page 39: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

29

Dasar dan filsafat digali dari akar budaya Indonesia dengan

menemukan nilai dasar dalam kehidupan bermasyarakat dan selanjutnya

berbangsa dan bernegara. Kelima dasar itu adalah ketuhanan Yang Maha Esa,

Kemanusiaan Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoesia. Apabila ada negara

yang menjadi dasar berdirinya karena adanya persamaan darah dan warna

kulit maka Indonesia menurut Soekarno, berdiri bukan karena persamaan

darah dan warna kulit atau ras, tetapi karna perasaan senasib dan

sependeritaan akibat dijajah oleh kolonial selama ratusan tahun.

Hal ini dimaksudkan agar tidak ada pembedaan antara warga negara

Indonesia karena semuanya sama-sama pernah merasakan sebagai manusia

terjajah. Kelima dasar itu sama sekali tidak ada menyebut keterkaitannya

dengan ajaran agama tertentu kecuali bahwa terdapat kesamaan antara nilai

ajaran agama tertentu kecuali bahwa terdapat kesamaan antara nilai ajaran

agama dan lima dasar itu. Dasar pertama Ketuhanan Yang Maha Esa

mengandung pesan bahwa seluruh rakyat Indonesia adalah manusia yang

mengenal dan meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi sumber

kebaikan.

Oleh karena itu, prinsip ketuhanan adalah dimiliki oleh semua penganut

agama, maka setiap warga negara tidak bisa memonopoli pengertian

ketuhanan itu. Dalam kaitan itulah, semua warga negara dari rumah besar

yang disebut Indonesia hendaklah memiliki kesadaran untuk saling

Page 40: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

30

mewujudkan kerukunan dalam segala prilaku sosialnya. Kerukunan bukan

dimaksudkan bahwa setiap orang harus melebur keragamannya sehingga

menjadi suatu yang seragam, tetapi setiap orang ataupun kelompok suku

memiliki kebebasan untuk terus memelihara keberadaan unsur kemajemukan

itu. Yang terpenting adalah adanya kesatuan cita-cita untuk mewujudkan

masyarakat yang adil dan makmur guna menuju kepada perwujudan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setiap warga negara Indonesia memiliki

kesempatan dan peluang yang sama untuk merumuskan persepsinya tentang

Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinan ajaran agama yang

dianutnya.

Platform nilai berketuhanan tidak hanya berkenan dengan kehidupan

pribadi, tetapi juga terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Seluruh

peraturan, perundang-undangan di negri ini haruslah sejalan untuk memberi

dukungan terhadap relasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Atas dasar itu, maka

ada ajaran agama yang memerlukan partisipasi negara secara formal karena

hal itu merupakan bentuk pelaksanaan tugas dan tanggungjawab negara untuk

memberikan perlindungan, fasilitasi, dan pengawasan untuk menuju kepada

terwujudnya keyakinan terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa itu. Hal inilah

yang dapat menerangkan kenapa negara itu mengurus perkawinan,

penyelenggaraan haji dan umroh, pelaksanaan zakat, wakaf, perbankan

syariat, dan sebagainya.30

30

Ridwan Lubis, Agama dan Perdamaian (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2017),

h. 366.

Page 41: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

31

Secara faktual, kita adalah satu bangsa yang majemuk, jika ada

seseorang yang tidak suka dengan kemajemukan maka ia mengingkari

identitas negara. Untuk menjaga dan mempertahankan bangsa negara kita,

mau tidak mau suka tidak suka indentitas kita majemuk. Dari sisi suku,

budaya, maupun agama dan segala macamnya. Bahwa di dalam

kemajemukan terdapat macam-macam jika dihitung secara jumlah akan

terdapat istilah mayoritas dan minoritas. Akan tetapi bukan berarti yang

minoritas memiliki peran yang kecil dan yang mayoritas memiliki peran yang

besar. Jika kita mengukur dalam hal kebaikan, mayoritas maupun minoritas

memiliki ajaran yang sama yaitu ajaran kebaikan, tidak harus diperdebatkan

persoalan ajaran tersebut sampai masuk kepemahaman yg lain untuk saling

jaga dan menghormati sampai pada konsep yang besar melindungi yang kecil

dan yang kecil menghormati yang besar.31

Adanya partisipasi negara dalam memberikan pengaturan secara formal

terhadap berbagai hal diatas bukanlah berarti dasar negara telah tergeser dari

Pancasila, melainkan sebagai relasi Pancasila dalam kehidupan yang nyata.

Demikian juga andai kita penganut agama lain memerlukan hal yang sama

maka negara harus memberikan pelayanan yang sama. Sejalan dengan itu

pula, setiap penganut agama hendaknya berlomba-lomba untuk menggali

nilai-nilai ajaran agamanya untuk disumbangkan kepada pembangunan

bangsa. Bentuk partisipasi kedua negara terhadap pelaksanaan nilai-nilai

ajaran agama adalah pendekatan substantif yaitu nilai substansinya yang

31

Wawancara pribadi dengan Agustinus Ulahayanan sekretaris komisi HAK KWI di

Jakarta 25 januari 2019

Page 42: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

32

diundangkan atau dijadikan peraturan seperti misalnya larangan terhadap

pornografi karena hal itu merendahkan martabat kemanusiaan,

penyalahgunaan narkoba, dan lain sebagainya.

Selain dari itu, adalah suatu kebijakan yang penting apabila setiap nilai-

nilai dasar ajaran agama dijadikan sebagai landasan dalam menyusun

undang-undang yang menjadi hukum positif sehingga bangsa Indonesia

menjadi bangsa yang sosio-religius.

Indonesia bagaikan negara mahakarya Tuhan, yang terdiri atas ribuan

pulau dari Sabang sampai Merauke dan kaya terhadap keragaman atau

kemajemukan masyarakat (pluralistic society). Kemajemukan ini ditandai

oleh keragaman suku bangsa, bahasa, agama, adat, tradisi, dan kepercayaan.

Namun demikian, negara menghendaki agar segenap unsur dan kelompok

bangsa yang beragama tetap bersatu demi tercapainya kedaulatan, keadilan

dan kemakmuran sebagaimana dirumuskan oleh para pendiri bangsa dalam

Undang-Undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Pengelolaan kehidupan beragama di Indonesia berpatokan kepada

landasan ideal yaitu Pancasila, landasan instrumental yaitu Undang-Undang

Dasar 1945 dan landasan oprasional yaitu semua Undang-Undang Peraturan

Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan Mentri, Peraturan Daerah,

Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati peraturan Walikota dan seterusnya.

Kesadaran beragama di Indonesia memegang peranan penting dalam

kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia,

Page 43: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

33

Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sejumlah agama di Indonesia

berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Teks

UUD 1945 menyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan

untuk memilih dan mempraktikan kepercayannya” dan “menjamin semuanya

akan kebebasan untuk menyembah Tuhan masing-masing, menurut agama

atau kepercayaan itu”. Pemerintah sampai saat ini secara resmi hanya

melayani enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan

Konghucu.32

3. Dialog Sosial

Gejala agama bukanlah gejala ilmu kealaman, seperti air yang selalu

mengalir dari atas kebawah atau seperti gejala electron yang selalu bergerak

mengejar proton. Agama biasanya didefinisikan sebagai kepercayaan akan

adanya sesuatu yang Mahakuasa dan hubungan dengan yang Mahakuasa itu.

Karena agama adalah kepercayaan, maka agama adalah gejala budaya.

Sedangkan interaksi antara sesama pemeluk agama dan agama lain yaitu

gejala sosial. Jadi, agama dapat dilihat sebagai gejala budaya.

Perhatian para sosiolog terhadap keberadaan agama tidak kalah banyak

dibandingkan dengan para teolog. Perbedaanya, bila para teolog melihat

agama dalam kerangka benar atau salah, para sosiolog melihat agama sebagai

bagian dari proses perkembangan budaya manusia. Bahkan, agama itu sendiri

dinilai sebagai gejala budaya dan gejala sosial, yang sendirinya mempunyai

sifat tidak terulang.

32

Ridwan Lubis, Agama dan Perdamaian, h. 368.

Page 44: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

34

Dengan melihat agama sebagai sistem budaya, maka agama dapat

diteliti secara ilmiah. Agama sebagai sistem budaya akan senantiasa bergerak

secara dinamis, sehingga dalam kurun waktu tertentu wajah agama akan

senantiasa berubah. Oleh karena itu, bagi mereka yang hendak meneliti

fenomena keagamaan yang diekspresikan oleh individu atau kelompok harus

dimulai oleh kesadaran bahwa agama selalu berada dalam proses menjadi,

dipengaruhi oleh persepsi terhadap apa yang dipahami sebagai ultimate

reality tergantung kepada konstruksi keberagamaan. Dengan demikian,

perbedaan cara mengekspresikan keberagamaan antara individu dan

antarkelompok keagamaan bukan sesuatu yang salah, tapi kebenaran-

kebenaran dengan rasionalitas yang berbeda-beda. Kesalahan yang sering

terjadi dalam meneliti ekspresi keberagamaan adalah memosisikan agama

sebagai bangunan yang tidak boleh berubah dengan menggunakan konsep

kebenaran tunggal dalam mengkaji agama, seperti yang biasa terjadi bila

memakai pendekatan teologis.

Agama-dalam pengertian teologis sebagai seperangkat ajaran yang

mengatur hubungan antara manusia dan Tuhannya, antara manusia dengan

manusia lainnya, dan antara manusia dan alam lingkungannya, tak lagi

dipakai untuk menjelaskan gejala-gejala sosiologis hubungan interaksional

timbal balik antara agama dan masyarakat. Alasanya, definisi agama seperti

itu, ternyata lebih menekan kan peran agama sebagai pengatur kehidupan dan

kurang memberikan tekanan pada faktor manusia sebagai penganut dan

menginterprestasi ajaran agama. Dari definisi seperti itu tidak dapat dilihat

Page 45: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

35

bagaimana orang merasakannya agamanya sebagai sesuatu yang misteri dan

menakutkan, bagaimana orang merasakan bercengkrama dalam nuansa

percintaan dengan Tuhannya, bagaimana penganut agama bisa berlaku

agresif dan fundamental, dan bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang

lain melalui symbol-simbol agama; bagaiamana seorang Madonna penyanyi

pop terkenal bernyanyi dengan pakaian minim yang memperlihatkan lekuk-

lekuk tubuhnya, bahkan lebih, sementara didadanya menggelantung symbol

salib dan sejumlah pertanyaan lain, yang intinya keterlibatan manusia dengan

keyakinan agamanya menjadi sangat dominan.

Dengan demikian, setiap agama akan memiliki sistem symbol yang

disebut dengan symbol suci yang menggambarkan keberadaan etos dan

pandangan hidup yang secara hakiki merupakan bagian penting bagi

eksistensi manusia. Dengan adanya etos dan pandangan hidup (world view)

yang memancarkan simbol-simbol suci tersebut, manusia mengadakan

kehidupan sehari-hari. Dengan cara demikian, agama menjadi sesuatu yang

eksis dalam kehidupan manusia, karena manusia menginterprestasikan

kehidupannya berdasarkan dan dipedomani oleh agamanya atau simbol-

simbol suci yang diyakini itu.

Tanpa bermaksud melebih-lebihkan paradigma definisi sosial

sebagaimana interaksionisme simbolik dan fenomenologi dalam memandang

agama sebagai gejala kehidupan manusia, namun definisi agama sebagai

tersebut diatas, terasa lebih menjanjikan peran manusia dalam melakukan

tindakan keagamaannya. Jadi, agama lebih dimaknai sebagai bagian dari

Page 46: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

36

kehidupan individual yang masing-masing pemeluk agama memiliki otoritas

dalam memahami agamanya dan mengaplikasikannya, kendati interprestasi

tersebut masih saja selalu dikaitkan dengan tokoh agama (religious leader).

Suatu kenyataan, bahwa kebanyakan orang tak dapat menginterprestasikan

ajaran agama, dikarenakan keterbatasan persyaratan intelektual. Dengan cara

seperti ini, kita telah sedikit memasuki relung paradigma fakta sosial dengan

anggapan bahwa struktur keulamaan memiliki peran dan fungsi dalam

menentukan kehidupan keberagamaan penganut agama tertentu. Dengan

demikian, paradigma fakta sosial akan mengkaji mengenai peran dan fungsi

struktur dan pranata keagamaan yang memiliki sejumlah pengaruh terhadap

kehidupan masyarakat. Adapun paradigma definisi sosial akan mengkaji arti

penting dan makna agama bagi kehidupan manusia.

Dalam kehidupan masyarakat terdapat sejumlah struktur dan pranata

yang dipengaruhi oleh ajaran agama dan dibentuk oleh masyarakat untuk

mengatur kehidupannya, seperti pranata perkawinan, keluarga, pendidikan,

struktur, keulamaan, dan kenegaraan. Semua ini dapat dikaji oleh paradigma

fakta sosial, untuk melihat aspek fungsionalitasnya bagi kehidupan

masyarakat. Adapun dalam kehidupan manusia terdapat makna agama atau

tindak subyektif pelaku agama yang tentu saja membutuhkan paradigma

definisi soisal. Ramlan Surbakti (1996) menyebutkan dengan istilah, What

does religion do for other; dan What is religion. Pengertian pertama mengacu

kepada apa fungsi agama bagi kehidupan masyarakat, dan yang kedua

mengacu kepada apa makna agama bagi kehidupan manusia.

Page 47: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

37

Berikut pandangan tentang agama dalam perspektif sosiologis. Thomas

F. O‟dea sebagaimana dikutip oleh Prof. Ridwan Lubis, dalam bukunya

Sosiologi of religion, mengawali tulisannya dengan suatu kalimat menarik,

menurutnya bahwa penjelasan yang bagaimanapun adanya tentang agama,

tidak akan pernah tuntas tanpa mengikutsertakan aspek-aspek sosiologisnya.

Dengan demikian, pengaruh disiplin ilmu sosial dan sosial pada umumnya

untuk mengkaji masyarakat beragama mau tidak mau harus tidak lepas dari

kajian agama itu dalam konteks sosialnya. Ini artinya bahwa agama yang

selalu berkaitan dengan kepercayaan sereta berbagai praktik ritualnya yang

diwujudkan dalam bentuk tingkah laku secara empiris dalam pandangan

O‟dea, benar-benar sebagai masalah sosial. Berangkat dari pernyataan

tersebut, maka persoalan berikutnya yaitu bagaimana ilmuwan sosial atau

para sosiolog khususnya mendefinisikan agama, persoalan apakah dalam

masalah agama ini yang telah menjadi perhatian sosiologi serta bagaimana

mendekati masalah ini dari sudut pandang sosiologis.33

Dalam paham katolik, faktor sosiologis membuat semua manusia bisa

terbuka, yaitu dengan adanya dialog antaragama dalam kehidupan sehari-hari

mampu membuat keterbukaan yang menyatakan bahwa pada hakikatnya

semua agama itu mengajarkan kepada kebenaran. Menurutnya, manusia

33

Ridwan Lubis, Sisiologi Agama: Memahami Perkembangan Agama dalam Interaksi

Sosial (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2017), h. 86-89.

Page 48: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

38

semua dibumi ini ada yang mengatur, alangkah baik dan indahnya jika

manusia hidup berbeda namun tetap rukun dan saling kerja sama.34

34

Wawancara pribadi dengan Bapak Maxi, Bagian komisi HAK KWI di Jakarta 28

Januari 2019.

Page 49: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

39

BAB III

DIALOG ANTARAGAMA MENURUT NAHDLATUL ULAMA

Pada bab ini penulis akan menguraikan terlebih dahulu latar belakang serta

sejarah singkat Nahdlatul Ulama berada di Indonesia. Adapun juga persoalan-

persoalan dialog antar agama yang diselenggarakan Nahdlatul Ulama guna

menjaga toleransi beragama.

A. Definisi Dialog Antaragama dalam Perspektif Nahdlatul Ulama

Berbicara tentang Nahdlatul Ulama (NU) rasanya cukup menarik

setidaknya karena berbagai hal. Kurang lebih 4 dasawarsa kebelakang, Nahdlatul

Ulama tampak mendapat perhatian lebih setelah tulisan-tulisan Abdurrahman

Wahid mengenai Nahdlatul Ulama dipublikasikan. Nahdlatul Ulama memiliki arti

kebangkitran ulama. Organisasi keagamaan ini berdiri pada tanggal 31 Januari

1926 di kota Surabaya. Latar belakang berdirinya Nahdlatul Ulama (NU)

memiliki banyak faktor, diantara faktor itu ialah perkembangan dan pembaharuan

pemikiran Islam yang merumuskan tentang larangan segala macam bentuk

amaliah kaum sunni. Sebuah pemikiran agar umat Islam kembali pada ajaran

murni, yaitu dengan umat Islam melepaskan diri dari sistem madzhab. Bagi para

kiai pesantren, pembaharuan pemikiran keagamaan sejatinya tetap merupakan

keniscayaan, namun tetap tidak meninggalkan tradisi keilmuan ulama terdahulu

yang masih sangat relevan. Oleh karena itu, organisasi Nahdlatul Ulama cukup

mendesak untuk segera di dirikan.

Nahdlatul Ulama menganut faham Ahlussunah waljama‟ah, merupakan

sebuah pola pikir yang mengambil antara jalan tengah ekstreem aqli (rasionalis)

Page 50: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

40

dengan ekstreem naqli (skripturalis). Oleh karena itu sumber hukum Islam bagi

NU tidak hanya Al-Qur‟an dan Sunnah, tetapi juga mensertakan kemampuan akal

ditambah dengan realitas empirik. Cara pemikiran semacam itu dirujuk dari

pemikiran terdahulu seperti Abu al-Hasan al-Asy‟ari dan Abu mansur Al maturidi

dalam bidang teologi/tauhid/ketuhanan. Kemudian dalam bidang ilmu fiqih lebih

ke arah mengikuti madzhab Imam syafi‟i dan mengakui tiga madzhab yang lain

yaitu Imam Hanafi, Imam Maliki dan Imam Hambali. Sementara dalam bidang

tasawuf, yaitu dengan mengembangkan metode Al Ghazali dan Syeikh al-

Bagdadi, yang menyatukan antara tasawuf dengan syariat. Tujuan konsep

pemikiran organisai keagamaan ini yaitu menegakkan ajaran Islam menurut

paham Ahlussunah waljama‟ah ditengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam

wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.35

Dalam hubungan antarumat beragama, Nahdlatul Ulama sangat

menjunjung tinggi nilai toleransi, karena pada dasarnya Islam adalah agama

Rahmatan lil alamin. NU sendiri memiliki program yang namanya Refleksi akhir

tahun dengan menyelenggarakan dialog antarumat beragama yang bertujuan untuk

memperkokoh hubungan antar umat beragama.36

Dalam forum kerukunan umat beragama, mendefinisikan tentang dialog

antaragama yang memiliki peran penting didalamnya, karena dialog antaragama

adalah sebuah pola untuk mambangun titik temu antar umat beragama yang

bertujuan untuk membangun bangsa. Seperti kita ketahui, bangsa kita adalah

35

H. Muhammad Syakur, “Sejarah Konsep-Konsep Nahdlatul Ulama”, http://www.nu.or.id/post/read/92775/sejarah-konsep-konsep-nahdlatul-ulama diakses pada

Tanggal 1 Maret 2019 pukul 15:38. 36

Wawancara pribadi dengan H. Amsori bagian wakil ketua LPBHNU pada tanggal 14

Februari 2019.

Page 51: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

41

bangsa majemuk yang di dalamnya memiliki berbagai macam agama, oleh karena

itu sangat amat penting untuk di dialogkan yang bertujuan membangun bangsa

yang utuh dan bangsa sejahtera, guna mempererat ukhuwah wathoniyyah

(persaudaraan kenegaraan).37

B. Tema-tema Dialog Antaragama

1. Dialog Kerukunan

Kita ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa menjadi satu bangsa

dan hidup dalam satu negara. Kita hidup dalam pengayoman satu pemerintah

dan satu landasan ideologi yaitu Pancasila. Semuanya itu merupakan titik

tolak kita dalam membangun bangsa dan negara. Disamping itu kitapun

ditakdirkan berbeda dalam suku, adat istiadat dan agama. Namun, kita

bersyukur karena perbedaan-perbedaan tersebut tidak menimbulkan

perpecahan diantara bangsa kita. Bahkan satu dengan yang lain saling

memperkokoh persatuan antara sesama kita. Kita sudah sepakat menerima

kenyataan adanya perbedaan itu, tetapi tetap dalam persatuan Indonesia yang

Bhineka Tunggal Ika.

Mengingat kenyataan tersebut, kerukunan antar umat beragama di

Indonesia termasuk salah satu masalah yang cukup mendapat perhatian

Pemerintah. Diantara hal-hal yang menyebabkan Pemerintah harus

memberikan perhatian yang cukup besar terhadap masalah kerukunan hidup

antar umat beragama adalah karena hal ini mempunyai kaitan yang erat

dengan usaha pembangunan. Kita semua maklum, bila kerukunan hidup umat

37

Wawancara pribadi dengan K.H Abdul Manan Ghani Ketua PBNU pada tanggal 06

Februari 2019.

Page 52: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

42

beragama di Indonesia dapat tercipta dengan baik, usaha-usaha pembangunan

yang sedang kita laksanakan sekarang akan lebih lancar dan terarah. Sebab

dengan adanya kerukunan hidup antarumat beragama akan terjamin dan

terpelihara stabilitas sosial sebagai syarat mutlak untuk berhasilnya

pembangunan. Selain itu, dengan adanya kerukunan hidup beragama, potensi

umat beragama yang demikian besar dapat dikerahkan dan dimanfaatkan

untuk memperlancar pembangunan. Sebaliknya apabila tidak terdapat

kerukunan hidup antarumat beragama di Indonesia stabilitas sosial pasti akan

terpengaruh dan terganggu. Akibatnya, potensi umat beragama di Indonesia

yang demikian besar itu tidak dapat digerakkan untuk usaha-usaha

mensukseskan pembangunan. Bahkan ketidakrukunan antara penganut agama

dapat menimbulkan bentrokan dan perang agama, yang akibatnya akan lebih

fatal, yakni mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara. Kejadian-

kejadian dibeberapa negara didunia telah membuktikan kebenaran hal itu.

Kita bangsa Indonesia merasa bersyukur sekali, karena di negara kita

kerukunan hidup antarumat beragama itu selalu terpelihara dengan baik sejak

dulu kala sampai sekarang ini. Karena itu tidaklah mengherankan apabila ahli

sejarah inggris, Arnold J. Toynbee, dalam suatu tulisannya sehabis

kunjungannya ke Indonesia dalam tahun 1957, menamakan Indonesia sebagai

“The Land Where The Religions are Good Neighbours” (Negri dimana

Agama-agama Hidup Bertetangga Baik). Dalam tulisannya ia berkata:

“Sungguhpun negri ini berhadapan dengan berbagai persoalan dan kesulitan

dengan masyarakatnya yang serba aneka namun selalu bebas dari salah satu

Page 53: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

43

kebatilan umat manusia, yakni sengketa agama. Tidak pernah terjadi di

Indonesia perselisihan agama, apalagi perang agama seperti di negri-negri

lain, baik di Timur maupun di Barat. Kalaupun bangsa Indonesia

mempergunakan agama dalam peperangan, hal itu adalah perang sabil

melawan penjajahan, bukan melawan agama lain”. Demikianlah Arnold J.

Toynbee.38

Secara historis, Indonesia adalah negara besar yang memiliki berbagai

macam agama oleh karena itu harus di dialogkan yang bertujuan untuk

membangun bangsa yang utuh, makmur dan sejahtera. Dalam dialognya,

setiap agama yang ada di negri ini harus memiliki visi yang sama yaitu aman,

damai dan merata. Dalam rangka berdialog antaragama dan memiliki visi yang

sama kita bisa membangun yang namanya persaudaraan kemanusiaan untuk

menjaga kerukunan.39

Memang pada masa permulaan kebangkitan Orde Baru, yaitu

menjelang akhir tahun 1967 di negara kita pernah terjadi konflik diantara

peganut umat beragama dibeberapa daerah, akibat tindakan berlebihan dari

beberapa oknum penganut agama tertentu. Untuk menghindari terulangnya

peristiwa demikian, sejak tahun 1967 itu juga pemerintah telah mengajak para

pemimpin dan tokoh-tokoh dari berbagai agama untuk bermusyawarah dan

berdialog. Dengan bermusyawarah dan berdialog dari hati ke hati diantara

38

Alamasyah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama

(Jakarta: Departemen Agama RI, 1982), h. 46. 39

Wawancara Pribadi dengan Abdul Manan Ghani Ketua PBNU di Jakarta tanggal 06

Februari 2019.

Page 54: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

44

tokoh-tokoh agama itu, akan menemukan penyelesaiannya dan menjernihkan

hal-hal yang keruh.

Dalam masalah kerukunan hidup antarumat beragama ini akan lebih

ditingkatkan sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan

Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4). Tentang kerukunan

hidup antarumat beragama dalam GBHN disebutkan: “Kehidupan Keagamaan

dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa makin dikembangkan,

sehingga terbina hidup rukun di antara sesama umat beragama, rukun diantara

sesama penganut Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan di antara

semua umat beragama dan sesama penganut kepercayaan Terhadap Tuhan

Yang Maha Esa adalah usaha memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa

dan meningkatkan amal untuk bersama-sama membangun masyarakat.40

2. Dialog Kebangsaan

Dalam taun 1936 Muktamar Nahdlatul Ulama di Banjarmasin membuat

keputusan yang unik, yang nantinya akan melandasi sikap Nahdlatul Ulama

terhadap ideologi, politik, dan pemerintahan di Indonesia. Dikutip dalam

“kitab kuning” yang berjudul Buhgyatul Musytarsyidin karya Syaikh Hasan

Al-Hadrami, dikemukakan alasan pendapat: Negeri ini pernah mengenal

adanya kerajaan-kerajaan Islam, penduduknya sebagian masih menganut dan

melaksanakan ajaran Islam, dan Islam sendiri tidak sedang dalam keadaan

diganggu atau diusik.

40

Alamasyah Ratu Perwiranegara, Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama

(Jakarta: Departemen Agama RI, 1982), h. 46-47.

Page 55: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

45

Secara teoritik, Pancasila sebagai ideologi negara tidak akan lebih

buruk dari hasil pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Duduk persoalannya

jelas sekali, selama kaum muslimin dapat menyelenggarakan kehidupan

beragama mereka secara penuh, konteks pemerintahannya tidak lagi menjadi

pusat pemikiran. Pikiran ini pula yang melandasi pandangan dasar kaum

ahlussunnah wal jama’ah, seperti penerimaan mereka atas kekhalifahan

Usmaniyah di Turki atas seluruh Dunia Islam, padahal mereka bukan dari

suku Quraisy. Menurut pandangan klasik paham Sunni, kepemimpinan

negara atau Immah, termasuk yang berbentuk kekhalifahan, haruslah berada

ditangan orang Quraisy, karena adanya ketentuan dari Nabi Muhammad

SAW saat itu. Dengan ungkapan lain, pemerintah ditilik dan dinilai dari

fungsionalisasinya, bukan dari norma formal dari eksistensinya, negara Islam

atau bukan.

Konsep yang seperti itu dalam mendudukkan pemerintahan pada

“posisi netral” adalah inti dari pandangan madzhab Syafi‟i tentang “tiga jenis

negara”: Dar Islam, Dar Harb, Dar Sulh (negara Islam, negara perang dan

negara damai). Menurut faham ini, negara Islam harus di pertahankan dari

serangan luar, karena ia merupakan perwujudan normatif dan fungsional dari

cita-cita kenegaraan dalam Islam, dengan ciri utamanya berlakunya syariah

Islam sebagai undang-undang negara. Negara perang atau negara anti-Islam,

harus diperangi, karena berbahaya bagi kelangsungan hidup negara Islam,

dan dengan demikian akan mengakibatkan dihilangkannya pemberlakuan

Syariah Islam dari undang-undang negara, negara damai harus

Page 56: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

46

dipertahankan, karena syariah (dalam bentuk hukum agama/fiqhI atau etika

masyarakat) masih dilaksanakan oleh kaum muslimin didalamnya, walaupun

tidak melalui legislasi dalam bentuk undang-undang negara.

Hukum yang demikian rinci, yang selama ini terpendam dalam

khazanah kitab kuning bacaan para ulama madzhab Syafi‟i, ternyata

diaplikasikan dengan tuntas dalam kehidupan bernegara kita dewasa ini oleh

Nahdlatul Ulama. Kalau hakikat keagamaan dari sikap Nahdlatul Ulama ini

tidak dimengerti, orang akan dengan mudah melihat Nahdlatul Ulama tidak

konsisten dalam pandangannya tentang Republik Indonesia. Di tahun 1945

menerima adanya negara berideologi Pancasila, kurang-lebihnya negara dari

kategori dar-Sulh atau negara damai, bukan negara damai, bukan negara

Islam dan tidak pula menentang Islam. Dalam Konstituate ditahun 1958-59

memperjuangkan berlakunya Syariah dalam undang-undang negara, di tahun

1959 menerima dektrit Presiden Soekarno untuk memberlakukan kembali

Undang-Undang Dasar 1945, dan di tahun 1983-84 menerima Pancasila

sebagai satu-satunya asas bagi organisasi politik dan organisasi

kemasyarakatan. Penerimaan lain-lainnya adalah dalam konteks Republik

Indonesia sebagai dar Sulh, sedangkan “perjuangan” di konstituante sebagai

komitmen kepada idealisme dar Islam, gagasan mengaplikasikan syariah

melalui legislasi undang-undang negara. Dengan ungkapan lain, sikap

mencoba mendirikan dar Islam pernah dilakukan, karena memang

demikianlah perintah keagamaan yang harus diikuti. Namun, begitu upaya itu

menemui jalan buntu, kenyataan adanya dar Sulh harus diterima dengan

Page 57: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

47

penuh kesungguhan. Atas dasar cara berpikir beginilah diikuti kaidah fiqh

(legal maxim) yang berbunyi “apa yang tak mungkin terwujud seluruhnya,

tidak boleh ditinggalkan yang terpenting (didalamnya)”. Secara keseluruhan,

tentu wujud formal negara Islam yang semula diharapkan, tetapi dengan

lahirnya Republik Indonesia, harus diterima yang terpenting didalamnya,

yaitu adanya negara yang memungkinkan kaum muslimin melaksanakan

ajaran agama mereka secara nyata.

Secara teoritis, Indonesia dalam menjaga kerukunan umat beragama

harus adanya pembangunan persaudaraan. Pembangunan yang dibentuk

bermula dengan dialog antar agama yang mengusung persaudaraan secara

kebangsaan. Yang mengartikan bahwa kita berbeda namun tetap sebangsa

satu tanah air apapun agamanya, sukunya, selagi masih dalam garis NKRI

akan tetap menjadi persaudaraan bernegara (ukhuwah wathoniyyah) dan

persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah insaniyah), secara internasional

siapapun itu hubungan kemanusiaan harus tetap terjalin demi menjaga

persaudaraan se-Islam (ukhuwah islamiyah).41

Jika ditelusuri dengan tekun, dapatlah dibuat garis linear dari sikap

Nahdlatul Ulama terhadap berbagai aspek pemerintahan dan negara kita.

Sebagaimana dikemukakan, Muktamar Banjarmasin membabahas dan

menentukan sikap dalam hubungan dengan status Indonesia sebagai tanah air

dan bangsa, yang wajib dipertahankan dari serangan luar, tanpa melihat

sistem kekuasaan yang memerintahnya. Kemudian, dalam tahun 1945

41

Wawancara Pribadi dengan Abdul Manan Ghani Ketua PBNU di Jakarta tanggal 06

Februari 2019.

Page 58: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

48

Nahdlatul Ulama turut menerima dan merumuskan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 (melalui kehadiran K.H.A Wahid Hasyim, K.H

Masykur, dan Zainul Arifin). Keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan

nasional untuk menyongsong lahirnya kemerdekaan, berjuang pada Resolusi

Jihad pada bulan Oktober 1945, yang mewajibkan umat Islam untuk

memperjuangkan kemerdekaan dan membela tanah air sebagai perjuangan

dijalan Allah. Sikap itu merupakan tahap baru dalam pandangan Nahdlatul

Ulama, yaitu tahap menerima Indonesia tidak hanya sebagai tanah air nusa

dan bangsa belaka, tetapi sebagai negara. Tahap berikutnya ialah penempatan

Presiden Republik Indonesia sebagai pemegang kekuasaan temporer atas

pemerintahan. Tahap tersebut merupakan tahap penerimaan pemerintahan

dari sudut pandangan keagamaan Islam, setelah itu tahap penerimaan atas

negara beserta ideologinya. Jika dilihat dari kacamata pandangan Nahdlatul

Ulama atas berbagai bidang kenegaraan kita selama ini secara linear, kita

dapati kulminasinya dalam penerimaan asas Pancasila oleh Nahdlatul Ulama.

Setelah keharusan mempertahankan nusa-bangsa, kemudian negara dan

pemerintahan, pada akhirnya diterimalah supremisasi ideologi nasional dalam

kehidupan kolektif bangsa secara keseluruhan, dengan menjadikan ideologi

tersebut sebagai asas bagi semua organisasi politik dan kemasyarakatan.

Namun, penerimaan atas Pancasila sebagai asas itu juga dilakukan

secara keagamaan, dalam arti mendudukan agama dan Pancasila pada tempat

masing-masing dan Pancasila pada tempat masing-masing, tanpa harus

dipertentangkan. Antara Pancasila sebagai landasan ideologis-konstitusional

Page 59: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

49

dan akidah Islam menurut paham ahlussunnah waljama’ah sebagai landasan

keimanan, tidak dapat saling dipertentangkan, karena pada hakikatnya orang

berasas Pancasila karena kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

sedangkan ber-akidah adalah tindakakan mengkongketkan Pancasila dalam

salah satu bidang kehidupan bangsa, yaitu kehidupan beragama. Hubungan

yang saling mendukung antara akidah dan asas, antara Islam sebagai

Pancasila sebagai ideologi, adalah hubungan saling mengisi yang kreatif,

yang akan menyuburkan kedua-duanya.

Syariah, dalam arti semula, adalah totalitas cara hidup yang dianut oleh

kaum muslimin. Kemudian ia menyusut dalam pengertian, dan digunakan

hanya untuk sejumlah aturan formal yang diundangkan melalui perangkat

kenegaraan. Kemudian lambat laun ia lebih banyak diartikan sebagai hukum

agama atau fiqh. Dan pengertian inilah yang kemudian dibakukan oleh

Nahdlatul Ulama secara intern. Dengan tidak menutup kemungkinan adanya

partikel-partikel syariah yang diundangkan, seperti halnya Undang-Undang

Perkawinan No.1 tahun 1974, pada dasarnya syariah dalam pengertian orang

Nahdlatul Ulama adalah pengertian sebagai hukum agama itu. Umpamanya

saja, akomodasi terhadap kepercayaan setempat tidak boleh bertentangan

dengan syariah, dengan sendirinya arti istilah syariah tidak tergantung

kepada penumbuhan undang-undang negara, walaupun tidak tertutup upaya

untuk melakukan hal itu. Dalam konteks kehidupan bernegara kita, dengan

sendirinya pengertian syariah adalah melalui persuasi kepada msyarakat,

bukanya melalui pengundangan, atau dengan kata lain melalui kesadaran

Page 60: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

50

masyarakat sendiri, atau lebih tepatnya sebagai etika sosial atau akhlak

masyarakat. Kemungkinan melakukan fungsionalisasi syariah dalam konteks

kontemporer seperti dikemukakan sebagai model pemecahan masalah dimasa

datang, bila di inginkan rekonsiliasi antara agama dan ideologi bangsa ingin

di kembangkan secara kreatif.42

Pada hakikatnya dialog antaragama sangat penting dan kerap sekali

menjadi solusi persoalan keagamaan, karena dalam ajaran Nahdlatul Ulama

tidak pernah mengajarkan kaum muslimin untuk bersikap intoleran,

melainkan toleransi antarumat beragama. Nahdlatul Ulama mengakui bahwa

ia menjujung tinggi yang disebut ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyyah,

dan ukhuwah insaniyyah. Nahdlatul Ulama lahir sebelum Indonesia merdeka,

pada saat itu ukhuwan insaniyyah dipersatukan. Hakikatnya manusiawi itu

tidak boleh dijajah. Sehingga dalam pembukaan UUD 1945 bahwa

penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karna tidak sesuai dengan pri

kemanusiaan dan pri keadilan. Menurut H. Amsori wakil ketua bagian

LPBHNU, jika ditanya Nahdlatul Ulama tentang kebangsaan dan kecintaan

terhadap tanah air mungkin itu sudah konkret. Karena Nahdlatul Ulama

mengistilahkan bahwa PBNU artinya ialah P= Pancasila B= Bhineka tunggal

ika N= NKRI U= UUD 1945.43

42

Abdurrahman Wahid, Mengurai Hubungan Agama dan Negara (Jakarta: PT Gramedia

Widiasarana, 1999), h. 339-342. 43

Wawancara pribadi dengan H. Amsori bagian LPBHNU pada tanggal 14 Februari 2019.

Page 61: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

51

3. Dialog Sosial

Berdasarkan elaborasi terdahulu, dapat disimpulkan bahwa sosiologi

agama dirumuskan secara luas sebagai suatu bentuk interelasi dari agama dan

masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antarmereka.

Anggapannya para sosiolog bahwa dorongan, gagasan dan kelembagaan

agama memengaruhi, dan sebaliknya juga dipengaruhi, oleh kekuatan sosial,

organisasi, dan stratifikasi sosial adalah tepat.

Berkaitan dengan kehidupan sosial, salah satu objek kajian sosiologi

agama yaitu hendak melihat berkerjanya agama dalam kehidupan sosial,

termasuk melihat fungsi agama dalam ikut serta menciptakan perubahan

sosial. Dalam hal ini agama diposisikan membawa perubahan sosial. Semakin

kuat komitmen seseorang terhadap agamanya, maka semakin kuat pula

terjadinya perubahan dalam dirinya. Pada bentuk persaudaraan yang dibentuk

agama, maka dengan sendirinya perubahan itu menjadi gejala yang kuat pada

setiap warga masyarakat. Bahkan perubahan itu dapat berkembang menjadi

suatu ideologi. Hal ini disebabkan karena setiap agamawan menginginkan

terjadinya perubahan yang signifikan dalam lingkungan kehidupannya. Inilah

antara lain yang menjadi dasar pembentukan pribadi setiap Muslim, yaitu

“manusia yang baik adalah yang paling memberi manfaat bagi manusia

lainnya”.

Dalam ajaran Islam, seseorang didorong untuk memberikan sumbangsih

bagi kehidupan manusia. Hal ini dapat tercapai apabila manusia memiliki

komitmen dalam dirinya untuk selalu menuju kepada kebaikan dan yang

Page 62: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

52

terbaik serta meninggalkan kerusakan. Sebagai sarana untuk menuju kepada

kebaikan itu, maka Islam menegaskan bahwa ruang gerak beribadah itu begitu

luas. Oleh karena itu, pengertian ibadah mencakup dua hal, yaitu pengertian

khusus yang secara bentuk lahiriyahnya menjadi ibadah. Suksesnya Islam

yang menghasilkan terwujudnya peradaban paripurna selama lebih kurang

enam abad, berakar dari tradisi berkeadaban. Tradisi keadaban itu bukan saja

melahirkan keilmuan, melainkan juga menghasilkan berbagai perubahan untuk

kejayaan umat manusia. Sumbangan pemikiran itu tidak saja di nikmati ole

umat Islam, akan tetapi juga umat lain yang berbeda iman.

Menurut Broom dan Selznick, sebagaimana dikutip kelangsungan

masyarakat di tentukan oleh adanya semangat kooperatif anggota-anggotanya.

Dan, semangat kooperatif anggota tersebut diperoleh melalui sosialisasi, dan

agamalah sebagai sumber utama terjadinya proses sosialisasi itu. Karena

agama, selain mengatasi adanya kebingungan manusia terhadap kekuatan yang

tidak terbatas itu juga memberikan kekuatan moral. Kekuatan kooperatif

diantara manusia dengan dasar keberagamaan dan kelihatan, misalnya pada

bagaimana sekelompok aliran keagamaan berusaha mempertahankan

kedudukannya mereka sekalipun harus mengorbankan nyawanya dalam

peperangan, apalagi adanya bayang-bayang surga yang dijanjikan oleh para

pemimpin agama.44

Secara sosiologis agama memiliki peran sebagai pemersatu bagi umat

beragama yang sama. Fungsi integratif ini biasanya menjadi luntur atau

44

Ridwan Lubis, Sosiologi Agama: Memahami Perkembangan Agama dalam Interaksi

Sosial, h. 100.

Page 63: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

53

melemah ketika dalam kehidupan beragama melibatkan unsur-unsur

keyakinan berbeda. Menurut Hendropuspito agama memiliki fungsi sebagai

pemupuk persaudaraan terutama internal umat beragama. Namun, dalam

realitas sosial agama memiliki peran ganda antara fungsi integratif maupun

fungsi disintegratif, tergantung konteks hubungan internal atau eksternal umat

beragama.

Kontribusi agama dalam kehidupan sosial terutama bila ditinjau dari

fungsi integratif, faktor terhadap terciptanya perdamaian suatu masyarakat

adalah effective channels of communication. Saluran komunikasi yang efektif

merupakan faktor yang menentukan terciptanya sebuah perdamaian dan

harmoninya sebuah tata hubungan antaranggota masyarakat. Saluran

komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya intensitas komunikasi antar

anggota masyarakat, dimana anggota masyarakat dapat menyuarakan dan

menyalurkan ide-ide atau gagasan sebagai bagian dari anggota masyarakat.

Saluran komunikasi yang efektif akan memberikan peluang bagi

anggota masyarakat untuk berkontribusi secara langsung terhadap

perkembangan masyarakat, sekalipun hanya sebatas ide atau gagasan. Dengan

adanya dialog, maka permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat

akan dapat didiskusikan dan diselesaikan secara seksama. Tanpa adanya

dialog, maka masalah-masalah yang dihadapi berpotensi dapat menimbulkan

perpecahan antaranggota masyarakat terutama pada masyarakat yang

heterogen, baik dari aspek sosial, budaya, maupun keyakinan. Dengan

Page 64: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

54

demikian dialog merupakan solusi utama dalam menciptakan sebuah

perdamaian masyarakat menuju kehidupan yang harmoni.45

45

Nurkholik Affandi, Harmoni dalam Keragaman, VOL XV, No. 1, Juni 2012, h. 77.

Page 65: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

55

BAB IV

ANALISIS TERHADAP DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM

PERSPEKTIF KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA DAN

NAHDLATUL ULAMA

A. Hasil Penelitian

1. Dampak Positif Dialog Antaragama

Masyarakat Indonesia yang plural, dengan ragam budaya, suku, etnis

dan agama merupakan kekayaan tersendiri. Oleh karena itu, keragaman

agama, etnis ataupun budaya membutuhkan sikap arif dan kedewasaan berfikir

dari berbagai lapisan masyarakat, tanpa memandang agama, status sosial dan

etnis. Tanpa ada sikap saling curiga dan berperasangka buruk kepada

kelompok lain, kita sebagai bangsa sudah majemuk dan konsekuensinya ialah

adanya penghormatan atas pluralitas masyarakat itu.46

Agama merupakan salah satu pembatas peradaban. Artinya, umat

manusia terkelompok dalam agama Islam, Kristen, Katolik, Budha dan

sebagainya. Potensi konflik antar umat tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,

untuk mengantisipasi perpecahan konflik antarumat beragama perlu

dikembangkan upaya-upaya dialog untuk mengeliminasi perbedaan-perbedaan

pembatas.

Dialog merupakan upaya untuk menjembatani bagaimana benturan

dapat dieliminasi. Dialog antar umat beragama merupakan sarana yang efektif

menghadapi konflik antarumat beragama. Pentingnya dialog sebagai sarana

46

Rasimin, Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama di Masyakarat Randuacir, VOL 1,

NO. 1, Juni 2016, h. 100.

Page 66: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

56

untuk mencapai kerukunan, karena masih banyak konflik agama yang

melakukan kekerasan.47

Dialog merupakan suatu pembicaraan yang menghubungkan satu orang

atau lebih, dan dialog tersebut memiliki manfaat. Diantaranya manfaat

tersebut ialah:

1) Dialog dapat meningkatkan sikap saling percaya, serta mengembangkan

kebersamaan dan saling menghormati.

2) Dialog dapat menjadi sarana untuk saling memahami, dan kerjasama antar

berbagai kelompok yang berbeda latar belakangnya.

3) Dalam hal kebangsaan, dapat mencegah masalah nasional untuk

merencanakan dan melaksanakan pembangunan bangsa.48

2. Metode

Dialog antaragama merupakan sebuah solusi dan menjadi titik inti dalam

perubahan dari kehidupan egosentris ke kehidupan dialogis, karena semua itu

akan mengajak diri kita dan orang lain untuk melakukan transformasi agar kita

tetap dapat eksis dan terbuka pada orang lain dari dunia yang berbeda.

Hal ini sejalan dengan hal apa yang diungkapkan seorang teolog Katolik

pastor Hans Kung: “Tak ada perdamaian dunia tanpa perdamaian Antar

Agama”. Di satu pihak, kita melihat bahwa perdamaian antar agama menjadi

prasyarat bagi perdamaian dunia. Namun, dipihak lain pernyataan ini juga

47

Leo Fernando Hutabarat, “Dialog Antar Umat Beragama”, http://dialog-antar-umat-

beragama.blogspot.com/.Diakses pada tanggal 12 Maret 2019, Pukul 15:00 WIB. 48

Wawancara Pribadi dengan Abdul Manan Ghani Ketua PBNU di Jakarta tanggal 06

Februari 2019.

Page 67: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

57

dapat diartikan bahwa perdamaian dunia tersebut sekaligus merupakan

lingkungan yang kondusif bagi perdamaian antar agama.49

Tujuan dialog antaragama adalah pemahaman yang dimaksudkan bukan

untuk mengalahkan yang lain, namun untuk mencapai kesepakatan penuh

pada suatu agama universal. Cita-citanya ialah komunikasi untuk

menjembatani jurang ketidaktahuan dan ketidakpahaman timbal balik antara

budaya yang berbeda-beda. Membiarkan mereka bicara dan mengungkapkan

pandangan mereka dalam bahasa mereka sendiri. Berdasarkan fenomena

tersebut maka dibutuhkan suatu cara atau metode untuk melakukan dialog

antar agama, agar dialog antar agama dapat saling berkomunikasi.

Dialog antar agama terjadi pada tataran wacana atau intelektual dan pada

tataran praktis. Pada tataran wacana atau intelektual, dialog didekati secara

formalistik, verbal dan administratif. Sedangkan pada tataran praktis biasanya

pendekatan yang digunakan adalah sosiologis.

Secara tataran intelektual, metode yang digunakan dalam dialog

antaragama adalah metodologi fenomenologis yaitu suatu cara memahami

agama yang ada dengan sikap apresiasif tanpa semangat penaklukan atau

pengkafiran. Dalam metode ini sangat terasa aspek dakwahnya, akan tetapi hal

ini sudah cukup positif karena selain melahirkan kompetisi di bidang

intelektual, juga tidak berpotensi melakukan falsifikasi terhadap keyakinan

orang dalam rangka membenarkan agamanya sendiri, metode ini mengajak

pada pemerhati yang mendalami agama-agama untuk bersikap rendah hati,

49

Muhammad Zainal Arifin, “Dialog Antar Agama dalam Pandangan Hans Kung”

(Skripsi S-1 Fakuiltas Ushuluddin, Universitas Muhammadiyah Surakarta), h. 2.

Page 68: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

58

jujur sehingga bisa melihat kenyataan dan kebenaran yang ada pada agama

orang lain sebagaimana dipahami, diyakini dan dimuliakan oleh pemeluknya.

Namun jika dialog antar agama berhenti pada metode ini saja, maka hasil

jauh yang di dapatkan adalah adanya struktur-struktur yang sama dalam setiap

agama yang diapresiasikan dalam berbagai cara.

Jadi dialog antaragama dapat dipandang sebagai pelaksanaan ajaran

agama yang paling asasi, dan kerjasama kemanunisaan yang dihasilkan yang

berdasarkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.50

3. Strategi Penyelenggaraan

Seacara teoritik, manusia beriman yang ideal adalah secara religius dan

sosial. Artinya bagaimana manusia beriman mengimplementasikan Hablum

minallah dan Hablum minannas secara seimbang dalam kehidupan sehari-

hari.

Dalam konteks itulah agama sebagai sumber nilai, sumber etika dan

pandangan hidup bagi manusia beragama dan dapat diperankan di kehidupan

masyarakat, khususnya pembangunan bangsa. Karena agama mengandung

beberapa faktor. Pertama, faktor kreatif, yaitu ajaran agama dapat mendorong

manusia melakukan kerja produktif dan kreatif. Kedua, faktor inovatif, yaitu

ajaran agama dapat melandasi cita cita dan amal perbuatan manusia dalam

seluruh aspek kehidupan manusia. Ketiga, faktor sublimatif, yaitu ajaran

agama dapat meningkatkan dan mensucikan fenomena kegiatan manusia tidak

hanya hal keagamaan tapi juga bersifat keduniaan. Keempat, faktor integratif,

50

Muhammad Zainal Arifin, Dialog Antar Agama dalam Pandangan Hans Kung, h. 4-6.

Page 69: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

59

yaitu ajaran agama dapat mempersatukan sikap dan pandangan manusia serta

aktivitasnya baik secara individual maupun secara kolektif dalam menghadapi

berbagai tantangan hidup.51

Maraknya inisiatif penyelenggaraan dialog antar agama jika

disandingkan dengan kemajuan pendidikan dan teknologi, khususnya dalam

bidang informasi dan komunikasi, serta maraknya berbagai konflik dan

kekerasan serta radikalisme yang bernuansa agama, tentu mendorong dan

memungkinkan banyak orang untuk memprakarsai macam-macam aktivitas

maupun informasi dan penulisan dalam bidang dialog antaragama. Hal ini

tentu mendorong lembaga agama dan para pemuka agama, untuk memberi

perhatian khusus pada bidang ini.

Perlunya strategi penyelenggaraan dialog antaragama, serta untuk

menanamkan rasa saling percaya dalam kerukunan hidup beragama. Untuk

mengembangkan persahabatan solidaritas keagamaan di negri ini, yaitu

dengan membangun jembatan dengan kelompok-kelompok dari agama lain

melalui gerakan dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan penting. Seperti,

perlu diberikan perhatian khusus kepada universitas-universitas, agar dapat

berperan dalam memajukan perdamaian dan saling memahami antarumat

beragama, misalnya dengan mengadakan seperti program studi agama-agama,

relasi antar umat beragama dan topik-topik lain yang terkait. Serta universitas

menawarkan kesempatan penelitian dan menyediakan ruang-ruang pertemuan

51

Hamidah, Strategi Membangun Kerukunan Umat Beragama, VOL. 17, No. 2, Juli 2016,

h. 126.

Page 70: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

60

dengan berbagai macam kegiatan para mahasiswa bisa menerangkan kekhasan

dan kekayaan berbagai macam agama.52

Merujuk pendapat Agustinus Ulahayanan, strategi penyelenggaraan

dialog antar agama yang sangat efektif ialah dengan sebuah pergaulan. Karena

dipercayai membangun dialog antaragama harus disejajarkan dengan makna

kemanusiaan dan persaudaraan dan diwujudkan nyata dengan kehidupan

sehari-hari. Melalui hidup bertetangga dengan baik, bersosial yang baik

dengan bermacam-macam umat beragama. Seperti, berbagai pemeluk agama

mengadakan kerjasama, dalam melaksanakan proyek-proyek pembangunan,

dalam meningkatkan kehidupan berkeluarga, proyek bersama untuk

membantu rakyat dari kemiskinan, hak-hak asasi manusia dan perdamaian.53

Leonard Swidler (1984) menyatakan beberapa prinsip dalam strategi

penyelenggaraan dialog antar umat beragama, tujuan dialog antar agama ialah

untuk merubah dan meningkatkan persepsi dan pemahaman terhadap realitas,

dialog antar umat beragama merupakan suatu kebutuhan bersama oleh karena

itu setiap pesertanya harus meliputi:

1) setiap peserta dialog merupakan pribadi-pribadi yang jujur dan bersungguh-

sungguh.

2) setiap peserta juga mempunyai anggapan bahwa partner dialognya

merupakan pribadi-pribadi yang jujur dan bersungguh-sungguh pula.

52

Agustinus Ulahayanan, Dialog Antar Umat Beragama, h. 40-41. 53

Wawancara pribadi dengan Agustinus Ulahayanan sekretaris komisi HAK KWI di

Jakarta 25 januari 2019

Page 71: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

61

3) setiap partisipan merupakan pribadi yang autentik, dan sadar akan

keagamaannya masing-masing.

4) setiap peserta yang berdialog hendaknya tidak terlalu mempunyai asumsi

yang berlebihan, khususnya dalam isu-isu yang sulit untuk disepakati.

5) dialog hanya dapat dilakukan dalam kesederajatan.

6) melaksanakan dialog harus dilakukan dalam suasana saling mempercayai.

7) peserta yang hendak berdialog, hendaknya secara minimal mampu

mengkritisi tradisi keagamaannya sendiri.

8) setiap peserta juga secara minimal mempunyai pemahaman terhadap agama

lain.54

Segala bentuk perbedaan seperti agama, budaya dan etnis tidak

menjadi hambatan di dalam masyarakat untuk bisa saling memahami dan

mengasihi. Segala macam bentuk perbedaan menunjukan bahwa dengan

adanya dialog antarumat beragama merupakan salah satu instrumen efektif

untuk pencegahan konflik dikalangan masyarakat. Interaksi positif melalui

dialog antar umat beragama harus tetap dipelihara dan dilestarikan. Agar

kemungkinan terjadinya konflik karena perbedaan agama dapat dihindari

sebagai usaha preventif.

B. Pembahasan

Secara konseptual, model dialog antaragama dari dua organisasi ini

memilki pandangan masing-masing. Seperti dalam KWI yang dikatakan oleh

54

Saifudin Asrori, Politik Kerukunan di Indonesia; Model Dialog Kelembagaan Antar

Umat Beragama (Tangerang Selatan: Young Progresive Muslim, November 2017), h. 13-14.

Page 72: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

62

Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan

Konferensi Waligereja Indonesia Pastor Agustinus Ulahayanan yang

mengatakan bahwa dalam hal toleransi antarumat beragama di Indonesia,

Gereja Katolik lebih menekankan dialog kehidupan, artinya bukan pada

tataran konsep, melainkan berdialog dalam hidup nyata, interaksi nyata, dan

pekerjaan bersama. Karena dianggap masalah yang sering muncul, adalah

persoalan sosial, ekonomi bahkan politik. Maka tidak ada cara lain

menyelesaikannya selain dengan kehidupan yang nyata.

Menurut Pastor Ulahayanan, akar dari persoalan intoleransi yang kerap

terjadi di Indonesia adalah faktor kemiskinan. Untuk itu umat Katolik harus

tanggap dengan terlibat dengan ekonomi. Artinya, umat Katolik harus

memberikan perhatian dalam program pembangunan tanpa membedakan latar

belakang agama, dan menyerukan agar umat Katolik menghindari cara hidup

ekslusif, karena bertentangan dengan iman Katolik.

Berbicara tentang persaudaraan sejati yang menjadi penekanan dalam

Gereja Katolik, Pastor Ulahayanan berharap agar kerukunan dan kebersamaan

dipelihara bersama, dan persaudaraan antarumat beragama ditumbuhkan.55

Dialog antar agama yang diusung KWI dalam penjelasan Romo

Agustinus Ulahayanan, tidak jauh berbeda dengan model dialog yang di

gelorakan oleh Nahdlatul Ulama. Dalam penjelasannya oleh KH. Andul

Manan Ghani mengatakan, dialog antarumat agama sangat penting untuk

55

Diakses dari https://penakatolik.com/2015/07/31/dialog-kehidupan-jadi-penekanan-

gereja-katolik-dalam-toleransi-umat-beragama/ Pada Tanggal 17 Mei 2019 Pukul 01:35 WIB

Page 73: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

63

dilakukan untuk menciptakan kebersamaan dan persaudaraan. Melalui dialog

antaragama, diharapkan tidak ada perasaan sikap saling mencurigai di antara

semua pemeluk agama.

Menurut Abdul Manan, sangat perlu menciptakan dialog antarumat

beragama yang berkesinambungan. Namun, lanjutnya, dialog itu dilakukan

bukan untuk menyamakan pemahaman atau keyakinan beragama masing-

masing pemeluk agama. masalah teologi, akidah tidak perlu untuk disamakan.

Persamaan juga tidak perlu untuk dibeda-bedakan.

KH. Abdul Manan Ghani meyakini, bahwa setiap agama terdapat

ajaran-ajaran yang bersifat sosial. Misal, ajaran tentang kesejahteraan sosial,

pemberantasan korupsi, penegakan hukum, dan sebagainya. Hal itu, yang

menurut KH Manan untuk di dialogkan. Karena agama katanya, juga memiliki

kewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan umatnya. Jangan sampai agama

menjadi sebuah masalah untuk umatnya, tapi juga turut mencairkan

solusinya.56

56

Diakses dari http://www.nu.or.id/post/read/12401/pbnu-dialog-antar-umat-beragama-

untuk-ciptakan-kebersamaan Pada 17 Mei 2019 Pukul 09:30 WIB

Page 74: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian atau pembahasan tentang dialog antar umat beragama

dalam perspektif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Nahdlatul Ulama

(NU): Sebuah Studi Komparasi, yang telah penulis uraikan didepan, maka penulis

dapat menyimpulkan pembahasan skripsi ini sebagai berikut:

1. Pada dasarnya tidak ada satupun agama di Indonesia ini yang mengajarkan

adanya permusuhan, melainkan setiap agama mengajarkan dan menjelaskan

dengan sangat terang bahwa kedamaian dan kasih sayang sangat dijunjung

tinggi. Tapi dewasa ini, nilai-nilai keagamaan itu dinodai karena adanya

gerakan radikalisme yang mengatas namakan agama. sehingga menjadi

problem serius yang harus dibenahi. Untuk menghadapi ancaman radikalisme

tersebut perlu adanya dialog antar agama untuk menjadi solusi penting dalam

menyelesaikan hambatan-hambatan keagamaan, karena dalam prosesnya

dialog antar agama menjadi alat untuk mencapai satu pemahaman yang

senantiasa membawa ke arah kerukunan dan bersikap toleran dalam

bermasyarakat.

2. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) merupakan salah satu organisasi

yang menggelorakan tentang pentingnya dialog antaragama, KWI konsisten

menegaskan prinsip-prinsip pembangunan, kehidupan politik dan

pengelolaan hidup berbangsa dan bernegara. Seperti, proses pembangunan

harus selalu menghormati harkat dan martabat kemanusiaan segenap warga,

kelompok, golongan dan masyarakat, perlu dikembangkan semangat

Page 75: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

65

persaudaraan dan kebersamaan antara golongan budaya, etnis, agama dan

kepercayaan sebagai kerangka hidup bersama. Demi mencapai prinsip

pembangunan tersebut, perlu adanya pemahan terhadap Agama-agama lain

tidak hanya diperlukan oleh para elit agama, tetapi harus merambah kepada

masyarakat lapisan terbawah atau masyarakat awam yang bergesekan

langsung dengan pemeluk Agama-agama lain dalam kehidupan sehari-hari.

Ilmu perbandingan agama dan pemahaman terhadap agama lain merupakan

salah satu persyaratan dialog antaragama, karena dengan ilmu perbandingan

agama dipergunakan memperlancar dialog antaragama. Adapun, pemahaman

tentang dialog antaragama menurut Gereja Katolik salah satu tujuannya ialah

untuk memberikan pemahaman yang jelas dan tepat.

3. Dalam hubungan antar umat beragama, Nahdlatul Ulama sangat menjunjung

tinggi nilai toleransi, karena pada dasarnya Islam adalah agama Rahmatan lil

alamin. Nahdlatul Ulama dalam menjaga kerukunan umat beragama ia

memiliki program tahunan yang dinamakan Refleksi akhir tahun dengan

menyelenggarakan dialog antaragama yang bertujuan untuk memperkokoh

hubungan antarumat beragama. NU mendefinisikan bahwa dialog antaragama

memiliki peran penting didalamnya, karena dialog antaragama adalah sebuah

pola untuk membangun titik temu antarumat beragama yang bertujuan untuk

membangun bangsa. Seperti kita ketahui, bangsa kita merupakan bangsa yang

majemuk yang didalamnya memiliki berbagai macam agama, oleh karena itu

sangat penting untuk di dialogkan yang bertujuan untuk membangun bangsa

yang utuh, damai dan sejahtera, guna memperetar Ukhuwah Wathoniyyah

Page 76: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

66

(persaudaraan sebangsa) dan Ukhuwah Insaniyyah (persaudaraan sesama

manusia).

4. Dalam melaksanakan dialog antar agama guna menjaga kerukunan umat

beragama, kedua organisasi ini sepakat bahwa dialog antaragama merupakan

upaya untuk menejmbatani bagaimana benturan dapat di eliminasi. Dialog

merupakan sarana yang efektif menghadapi konflik antarumat beragama.

Pentingnya dialog sebagai sarana untuk mencapai kerukunan, karena masih

banyak konflik agama yang melakukan kekerasan. Dalam proses

pelaksanaanya perlu strategi dialog antaragama untuk menanamkan rasa

saling percaya dalam kerukunan hidup beragama. Yaitu dengan membangun

jembatan penghubung dengan kelompok-kelompok dari agama lain melalui

gerakan dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan penting yang bertujuan

untuk pembangunan bangsa.

B. Saran

Dialog hakikatnya merupakan kebutuhan bagi setiap agama, karena

dengan adanya dialog kita bisa mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam

agama sendiri maupun agama lain, dialog juga sangat diperlukan untuk bisa

meraih pembelajaran agama dari pihak agama lain yang akan membantu

menemukan nilai-nilai yang masih tersembunyi dari ajaran agama kita sendiri.

Bagi setiap umat beragama hendaknya janganlah enggan untuk melakukan

dialog, sebab mau tidak mau sebagai manusia kita telah memiliki dasar embrio

untuk melakukannya, hanya terkadang memang manusia lebih menampakkan

egonya dibanding unsur kebersaman dan sosialnya. Maka dengan dialog tentu

Page 77: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

67

akan sangat menumbuhkan rasa kebersamaan karena telah mendengar dan melihat

keberadaan umat beragama yang lain.

Oleh karena itu, pengembangan dialog harus terus dilakukan, karena

dialog dan kerjasama antar agama merupakan kebutuhan bagi setiap pemeluknya.

Karena dengan dialog dapat menciptakan sharing antar umat beragama dan

menciptakan keinginan bersama menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Karena

bagaimana kita bisa mengerti kemauan orang lain tanpa adanya dialog, oleh

karenanya pengembangan dan langkah nyata harus terus dilakukan.

Page 78: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

68

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Affandi, Nurkholik. Harmoni Dalam Keragaman. Juni, 2012.

A'la, Abd. Melampaui Dialog Agama. Jakarta: Kompas, 2002.

Asrori, Saifudin. Politik Kerukunan di Indonesia: Model Dialog Kelembagaan

Antar Umat Beragama. Tangerang Selatan: Young Progressive Muslim, 2017

Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2015.

Banawiratma, J. B. Dialog Antar Umat Beragama. Yogyakarta: Mizan Media

Utama , 2010.

Corbin, Anselm Strauss dan Juliet. Dasar-Dasar Penelitian Kualitaatif.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Kepausan, Dewan. Dialog Dalam Kebenaran dan Kasih. Jakarta : Komisi

Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan KWI, n.d.

Kunto, Suharsini Ari. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta, 2002.

Lubis, Ridwan. Agama dan Perdamaian. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2017.

Lubis, Ridwan. Sosiologi Agama: Memahami Perkembangan Agama Dalam

Interaksi Sosial . Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri , 2017.

Lubis, Ridwan. Sumbangan Agama Membangun Kerukunan di Indonesia.

Jakarta: Kemenag RI, 2017.

Mufid, Ahmad Syafii. Dialog Agama dan Kebangsaan. Jakarta: Zikrul Hakim,

2001.

Perwiranegara, Alamsyah Ratu. Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama.

Jakarta: Departemen Agama RI, 1982.

Page 79: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

69

Ryanto, Armada. Dialog Interreligious : Historitas, Tesis, Pergumalan, Wajah .

Yogyakarta: Kanisius, 2010.

Suryabrata, Sumardi. Metode Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2010.

Ulahayanan, Pastor Agustinus. Dialog Antar Umat Beragama. Jakarta: Komisi

Hubungan Antar Agama Kepercayaan KWI, 2016.

Wahid, Abdurrahman. Dialog: Kritik dan Identitas Agama. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1994.

Wahid, Abdurrahman. Mengurai Hubungan Agama dan Negara. Jakarta: PT

Gramedia Widiasarana, 1999.

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004.

Jurnal :

Affandi, Nurkholik. “Harmoni dalam Keragaman”, Vol. XV, No. 1, Juni 2012, h.

77.

Hamidah. “Strategi Membangun Kerukunan Umat Beragama” Vol. 17, No. 2, Juli

2016, h. 126.

Djaelani, Aunu Rofiq. "Teknik Pengumpulan Data Dalam Metode Kualitatif",

Vol. XX No.1, Maret 2013, h. 84.

Rasimin. "Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama di Masyarakat Randuacir",

Vol. 1, No. 1, Juni 2016, h. 100.

Muhammadong, “Pluralitas dan Dialog Antarumat Beragama”, Vol. 1, No. 1, Juni

2011, h. 3.

Skripsi :

Muhammad Zainal Arifin. 2014. Dialog Antar Agama Dalam Pandangan Hans

Kung. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah.

Page 80: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

70

Website :

Ghani, Abdul Manan. Dialog Antarumat Beragama Untuk Ciptakan Kebersamaan.

Mei 16, 2010. http://www.nu.or.id/post/read/12401/pbnu-dialog-antar-

umat-beragama-untuk-ciptakan-kebersamaan. (di akses Mei 17, 2019)

Hutabarat, Leo Fernando. Dialog Antar Umat Beragama. Juli 9, 2011.

http://dialog-antar-umat-beragama.blogspot.com/. (di akses Maret 12,

2019).

Purwanto, RD. Edy. 90 Tahun Perjalanan Sejarah Konferensi Waligereja

Indonesia (KWI). November 01, 2014.

http://www.mirifica.net/2014/11/01/perjalanan-sejarah-konferensi-

waligereja-indonesia/ (di akses Januari 29, 2019).

Syakur, H. Muhammad. Sejarah Konsep-Konsep Nahdlatul Ulama. Juli 11, 2018.

http://www.nu.or.id/post/read/92775/sejarah-konsep-konsep-nahdlatul-

ulama (di akses Maret 1, 2019).

Ulahayanan, Romo Agustinus. Memelihara Kedamaian Melalui Dialog . Februari

19, 2014. https://komisihakkwi.wordpress.com/ (di akses Oktober 18,

2018).

Ulahayanan, Romo Agustinus. Dialog Kehidupan, Penekanan Gereja Katolik

dalam Toleransi umat Beragama. Juli 31, 2015.

https://penakatolik.com/2015/07/31/dialog-kehidupan-jadi-penekanan-

gereja-katolik-dalam-toleransi-umat-beragama/ (di akses Mei 17, 2019)

Wawancara :

Amsori, H., Oleh Muhammad Qoyyum. Wakil Ketua Lembaga Penyuluhan

Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama (Februari 14, 2019).

Manan, Abd, Oleh Muhammad Qoyyum. Wawancara Pribadi dengan Ketua

PBNU (11 21, 2018).

Page 81: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

71

Maxi, Oleh Muhammad Qoyyum. Wawancara Mengenai Dialog Antar Agama

(11 7, 2018).

Ghani, K.H. Abdul Manan, Oleh Muhammad Qoyyum. Ketua PBNU (Februari 6,

2019).

Page 82: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

72

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 83: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

73

LAMPIRAN I

SURAT BUKTI WAWANCARA

Page 84: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

74

LAMPIRAN II

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Page 85: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

75

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Page 86: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

76

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Page 87: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

77

SURAT KETERANGAN WAWANCARA

Page 88: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

78

LAMPIRAN III

PERTANYAAN WAWANCARA

1. Apa definisi dialog antar agama menurut KWI/NU?

2. Tema-tema dialog antar agama:

Seperti apa dialog kerukunan menurut KWI/NU?

Seperti apa dialog kebangsaan menurut KWI/NU?

Seperti apa dialog sosiologis menurut KWI/NU?

3. Dalam melaksanakan dialog antar agama, apa manfaat yang dapat

dirasakan setelah melaksanakan program dialog antar agama?

4. Bagaimana strategi penyelenggaraan dialog antar agama yang dilakukan

KWI/NU?

5. Apakah pernah mengalami hambatan/kegagalan dalam melaksanakan

program dialog antar agama? Jika pernah apa dampaknya.

6. Bagaimana strategi penyelenggaraannya sehingga menemui

hambatan/kegagalan tersebut?

Page 89: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

79

LAMPIRAN IV

HASIL WAWANCARA

Wawancara dengan Bapak Maxi

1. Apa definisi dialog antar agama menurut KWI?

- Dialog antar agama merupakan interaksi timbal balik demi menjaga

keutuhan bangsa dan pembangunan kerukunan umat beragama

2. Tema-tema dialog antar agama:

Seperti apa dialog kerukunan menurut KWI?

Seperti apa dialog kebangsaan menurut KWI?

Seperti apa dialog sosiologis menurut KWI?

- Dialog kerukunan dalam katolik mengajarkan agar kita saling

komunikasi antar agama dalam hidup bermasyarakat dengan baik.

Karena pada hakikatnya kita hidup di negri yang sama oleh karenanya

harus menjaga kerukunan demi keselamatan bersama.

- Dialog kebangsaan dalam KWI memiliki semboyan yaitu “Kasimo”

yang artinya 100% Katolik 100% Indonesia. Dialog kebangsaan

merupakan interaksi keagamaan demi tujuan bersama yaitu sama-sama

melakukan pembangunan bangsa dan sama-sama menjaga bangsa yang

kita cintai ini dengan baik.

- Dialog sosiologis ialah komunikasi antar agama demi kenyamanan

hidup bersosial di atas bumi yang sama untuk membangun masyarakat

yang utuh.

3. Dalam melaksanakan dialog antar agama, apa manfaat yang dapat

dirasakan setelah melaksanakan program dialog antar agama?

- Manfaat yang dirasakan ialah dengan adanya dialog akan

meningkatkan sikap toleransi beragama karena dengan dialog mampu

menciptakan pengetahuan baru yang membuat kita bisa saling

memahami dan saling mengerti tentang agama lain.

4. Bagaimana strategi penyelenggaraan dialog antar agama yang

dilakukan KWI?

Page 90: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

80

- Strategi yang dilakukan ialah dengan menemui para tokoh agama

untuk menyepakati program dialog antar agama serta melihat lokasi

mana yang masih tinggi tingkat intoleran.

5. Apakah pernah mengalami hambatan/kegagalan dalam melaksanakan

program dialog antar agama? apa dampaknya.

- Hambatan dalam melaksanakan dialog antar agama ialah seperti

enggannya masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengikuti forum

dialog antar agama. Dampak dari semua itu mengakibatkan

ketidaktauan masyarakat akan pentingnya toleransi beragama.

6. Bagaimana strategi penyelenggaraannya sehingga menemui

hambatan/kegagalan tersebut?

- Strateginya yaitu kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat setempat

dan kurangnya pengetahuan lebih tentang agama lain.

Wawancara dengan Romo Agustinus Ulahayanan

1. Apa definisi dialog antar agama menurut KWI?

- Dialog antar agama merupakan saling interaksi untuk menyampaikan

masing-masing yang di imani dan diyakini dan saling bertukar pikiran

menyampaikan gagasan agar orang bisa saling mengerti satu sama lain,

atau bisa mendapatkan solusi dari suatu permasalahan.

2. Tema-tema dialog antar agama:

Seperti apa dialog kerukunan menurut KWI?

Seperti apa dialog kebangsaan menurut KWI?

Seperti apa dialog sosiologis menurut KWI?

- Dialog kerukunan ialah bagaimana orang hidup saling berdampingan

secara baik dalam komunikasi kemanusiaan dan persaudaraan

- Dialog kebangsaan ialah mengakui kemajemukan bangsa kita dengan

saling melindungi dan saling jaga.

Page 91: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

81

- Dialog sosiologis ialah sebuah interaksi melalui bersahabat dengan

antar agama dan mengusung konsep kemanusiaan yang di wujudkan

secara nyata melalui hidup bertetangga dengan baik.

3. Dalam melaksanakan dialog antar agama, apa manfaat yang dapat

dirasakan setelah melaksanakan program dialog antar agama?

- Manfaat yang dirasakan merupakan sarana kesempatan untuk saling

berjumpa, saling mendengarkan, saling mengenal dan saling

memahami, saling menghormati, saling terbuka satu sama yang lain.

4. Bagaimana strategi penyelenggaraan dialog antar agama yang

dilakukan KWI?

- Strategi yang dilakukan ialah dengan menanamkan kepada masyarakat

bahwa Gereja sangat bersifat inkulsif dengan mengembangkan

pendidikan multikultural agama agar masyarakat setempat bisa

mengerti tentang agama lain yang bertujuan untuk saling memahami

dan saling terbuka, sehingga dialog antar agama di masyarakat mampu

terus berkembang dan menjaga kemajemukan bangsa ini.

5. Apakah pernah mengalami hambatan/kegagalan dalam melaksanakan

program dialog antar agama? Jika pernah apa dampaknya.

- Hambatan pada saat itu adanya penolakan dari suatu masyarakat yang

disebabkan oleh beberapa provokator yang menyebabkan kurang

berjalan lancarnya pada saat itu melakukan dialog antar agama,

walaupun dialog antar agama saat itu tetap berjalan. Yang berdampak

hanya segelintir masyarakat yang berpartisipasi pada saat itu.

6. Bagaimana strategi penyelenggaraannya sehingga menemui

hambatan/kegagalan tersebut?

- Strategi yang dilakukan saat itu kurangnya sosialisasi tentang

pengadaan program dialog antar agama di masyarakat setempat, serta

kurangnya penjelasan secara rinci yang dipublikasikan ke masyarakat

tentang program dialog antar agama yang akan dilaksanakan.

Page 92: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

82

Wawancara dengan K.H Abdul Manan Ghani

1. Apa definisi dialog antar agama menurut NU?

- Dialog antar agama ialah membangun titik temu dalam membangun

bangsa.

2. Dialog antar agama merupakan Tema-tema dialog antar agama:

Seperti apa dialog kerukunan menurut NU?

Seperti apa dialog kebangsaan menurut NU?

Seperti apa dialog sosiologis menurut NU?

- Dialog kerukunan di artikan secara internasional hakikatnya sesama

manusia harus saling rukun tetap menjalin hubungan kemanusiaan

apapun agamanya.

- Dialog kebangsaan mengartikan bahwa Indonesia merupakan bangsa

besar yang memiliki berbagai macam agama, oleh karena itu harus di

dialogkan guna membangun bangsa yang utuh, bangsa yang damai,

bangsa yang sejahtera dan merata. Siapapun agamanya harus memiliki

visi tersebut, untuk membangun ukhuwah wathoniyyah (persaudaraan

sebangsa).

- Dialog sosiologis ialah ukhuwah insaniyyah (persaudaraan sesama

manusia), membangun interaksi antar sesama apapun agamanya guna

mempererat hubungan umat beragama untuk kehidupan yang rukun.

3. Dalam melaksanakan dialog antar agama, apa manfaat yang dapat

dirasakan setelah melaksanakan program dialog antar agama?

- Manfaat yang dirasakan ialah untuk menumbuhkan rasa percaya antar

agama agar saling memahami dan menghormati yang bertujuan saling

kerja sama untuk pembangunan bangsa.

4. Bagaimana strategi penyelenggaraan dialog antar agama yang

dilakukan NU?

- Strategi yang dilakukan ialah dengan mengundang para tokoh agama

untuk merencanakan secara matang program dialog antar agama yang

akan dilaksanakan.

Page 93: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

83

5. Apakah pernah mengalami hambatan/kegagalan dalam melaksanakan

program dialog antar agama? Jika pernah apa dampaknya?

- Hambatan dalam melaksanakan dialog antar agama yang dirasakan

tidak ada, semua berjalan lancar.

6. Bagaimana strategi penyelenggaraannya sehingga menemui

hambatan/kegagalan tersebut?

- -

Wawancara dengan Bapak H. Amsori

1. Apa definisi dialog antar agama menurut NU?

- Dialog antar agama merupakan interaksi antar agama untuk mencapai

tujuan bersama.

2. Tema-tema dialog antar agama:

Seperti apa dialog kerukunan menurut NU?

Seperti apa dialog kebangsaan menurut NU?

Seperti apa dialog sosiologis menurut NU?

- Dialog kerukunan ialah membina dan menjalin kerukunan dengan

menjaga fanatisme agama yang ada dengan prinsip lakum dinukum

waliyadin.

- Dialog kebangsaan ialah Allah menciptakan manusia berbeda-beda

untuk saling mengenal dan hidup bernegara dengan toleransi. Unsur

Pancasila yang pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi

dasar untuk menjalin hubungan antar keagamaan. Bicara hidup

bernegara menurut NU semua sudah konkret karena NU

mengistilahkan PBNU berarti P: Pancasila B:Bhineka Tunggal Ika

N:NKRI U:UUD 1945.

- Dialog sosiologis ialah interaksi sesama manusia apapun agamanya,

mengakui apabila tetangga terdapat non muslim tetap saling

menghormati. Seperti yang diajarkan oleh Rosulullah SAW saat

Page 94: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

84

mendatangi pemakaman umat yahudi yang tetap menjaga ukhuwah

insaniyyah.

3. Dalam melaksanakan dialog antar agama, apa manfaat yang dapat

dirasakan setelah melaksanakan program dialog antar agama?

- Manfaat yang dirasakan ialah agar tumbuh sifat saling mengerti dan

menghormati.

4. Bagaimana strategi penyelenggaraan dialog antar agama yang

dilakukan NU?

- NU memiliki program refleksi tahunan dialog antar agama yang

mengundang para pemuka agama untuk berdialog dalam rangka

mempererat hubungan antar umat agama, berkerjasama dengan Forum

Komunikasi Umat beragama.

5. Apakah pernah mengalami hambatan/kegagalan dalam melaksanakan

program dialog antar agama? Apa dampaknya.

- Hambatan dalam melaksanakan program dialog antar agama tidak ada.

6. Bagaimana strategi penyelenggaraannya sehingga menemui

hambatan/kegagalan tersebut?

-

Page 95: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

85

Foto Bersama dengan Rm. Agustinus Ulahayanan (Wakil Sekretaris HAK KWI)

LAMPIRAN V

FOTO KEGIATAN LAPANGAN

Foto Bersama dengan Bapak Maxi Paat (Bagian HAK KWI)

Page 96: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

86

Page 97: DIALOG ANTAR AGAMA DALAM PERSPEKTIF KONFERENSI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45692/1/MUHAMMAD...antara perbedaan dan persamaan antar agama sehingga dapat mengasah

87

Foto Bersama dengan H. Amsori (Wakil Ketua LPBHNU)

Foto Bersama dengan KH. Abdul Manan Ghani

(Ketua PBNU)