Upload
ilham-wahyu-pamungkas
View
32
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
diameteral tensil
Citation preview
Prinsip minimal intervensi dapat diartikan sebagai perawatan terhadap karies dengan
mengambil jaringan gigi yang terdemineralisasi saja dan mengarah kepada pemeliharaan
struktur gigi yang sehat sebanyak mungkin. Selama ini pendekatan yang di ajarkan oleh GV
Black digunakan sebagai standar perawatan namun diakui besifat merusak karena tidak
memelihara struktur gigi dimana ketika restorasi yang besar diberikan suatu beban berat
maka gigi akan lebih lemah. Pada enamel dapat terjadi remineralisasi melalui penggunaan
flourida selama permukaan enamel halus dan tidak terakumulasi oleh plak. Sedangkan pada
demineralisasi dentin masih terdapat beberapa mineral yang melekat pada matriks kolagen
dan cukup untuk mengisolasi lesi dari aktivitas bakteri dengan menggunakan bahan restoratif
bioaktif sehingga akan terjadi remineralisasi. Ini berarti bahwa prinsip GV black “extention
for prevention” sudah tidak dipakai lagi dimana struktur gigi harus dipertahankan sebanyak
mungkin. Hal ini tidak menyarankan bahwa teknik minimal intervensi lebih mudah namun
jauh lebih konservatif bagi struktur gigi sehingga tidak perlu dilakukan pembuangan sturktur
gigi yang banyak untuk preparasi kavitas yang cukup besar yang didasarkan pada teori
“extention for prevention”.1
Atraumatic Restorative Treatment (ART) adalah bagian dari perawatan minimal
intervensi merupakan metode tata cara perawatan gigi yang berusaha untuk mengontrol
perkembangan lesi karies. Pada dasarnya terdiri dari penyingkiran jaringan karies dan
pengisian kavitas dengan bahan adhesif yang tepat berkaitan dengan prinsip preventif dan
edukasional. Bahan restorasi SIK diindikasikan untuk ART dikarenakan kemampuan
adhesinya dan sifat melepas fluoride sama baiknya seperti mekanisme setting kimiawinya
Universitas Sumatera Utara
sehingga perawatan ini dianjurkan untuk daerah-daerah yang kurang memadai
infrastrukturnya.1
2.1 Klasifikasi Karies
Dengan adanya prinsip minimal intervensi maka berkembang klasifikasi karies yang
baru yang dapat membantu penatalaksanaannya dimana prinsip GV Black “extention for
prevention” sudah tidak digunakan lagi. Klasifikasi ini mengkombinasikan site dan size.
Klasifikasi site yaitu pada permukaan yang sering terjadi akumulasi plak. Oleh karena
itu, untuk klasifikasi site yaitu site 1 pada daerah oklusal, site 2 daerah approksimal, dan site
3 pada daerah servikal. Klasifikasi size sebagai suatu proses perkembangan lesi karies yaitu
size 0, size 1, size 2, size 3, dan size 4. 1
Tabel 1. Klasifikasi Karies
SIZE
SITE Minimal 1 Moderate2 Enlarge 3 Extensive 4
Pit / fissure 1 1.1 1.2 1.3 1.4
Contact area 2 2.1 2.2 2.3 2.4
Servical 3 3.1 3.2 3.3 3.4
Untuk memperkirakan hubungan antara klasifikasi Black dengan konsep site dan size
modern dapat dijelaskan sebagai berikut :
Site 1 : Size 0, 1, 2, 3 dan 4 – karies pit dan fisur1
- Lokasi kavitas pada permukaan oklusal gigi posterior atau ada kerusakan
enamel yang kecil, atau dengan kata lain permukaan yang tidak halus pada
gigi.1
- Klas I Black - klasifikasi Black dimulai dengan Site 1, Size 2 (1.2).
Universitas Sumatera Utara
Site 2: Size 0, 1, 2, 3 dan 4 – Lesi approksimal berhubungan dengan daerah
kontak1
- Kavitas berada di permukaan approksimal beberapa gigi (anterior ataupun
posterior), atau pada daerah kontak diantara dua gigi.
- Klas II Black – lesi terjadi pada gigi posterior saja. Karena sulitnya
identifikasi dan keterbatasan bahan maka tidak menggunakan Size 0 atau 1
maka klasifikasi Black di mulai dengan Site 2, Size 2 (2.2).
- Klas III Black – lesi yang terjadi pada gigi anterior.
- Klas IV Black – perluasan dari lesi Klas III meliputi sudut insisal atau tepi
insisal dari gigi anterior. Site 2, Size 4 (2.4).
Site 3: Size 0, 1, 2, 3, dan 4 – Lesi-lesi servikal1
- Lesi berada pada daerah servikal termasuk permukaan akar yang tersingkap
diikuti resesi.
- Klas V Black site 3 dan size 2.
Gambar 1. Mahkota premolar memperlihatkan
adanya 3 sites awal terjadinya lesi karies.
(Mount, 1998).1
2.2 Semen ionomer kaca
Universitas Sumatera Utara
Semen ionomer kaca (SIK) pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada
tahun 1971. SIK merupakan bahan yang terbuat dari powder kalsium dan strontium
aluminiumsilikat glass sebagai basis dikombinasikan dengan polimer asam pada liquidnya.
Ketika komponen tersebut dicampur bersamaan, akan mengalami setting reaksi meliputi
netralisasi kelompok asam oleh powder basis glass padat.14,16,19,22
Ada dua sifat utama SIK yang menjadikan bahan ini diterima sebagai salah satu bahan
kedokteran gigi yaitu karena kemampuannya melekat pada enamel dan dentin dan karena
kemampuannya dalam melepaskan fluoride. Salah satu karakteristik dari SIK adalah
kemampuannya untuk berikatan secara kimiawi dengan jaringan mineralisasi melalui
mekanisme pertukaran ion. Mekanisme perlekatan dengan struktur gigi terjadi oleh karena
adanya peristiwa difusi dan absorbs yang dimulai oleh ketika bahan berkontak dengan
jaringan gigi.
Semen ionomer kaca menggabungkan kualitas adhesif dari semen zinc
polikarboksilat dan dengan sifat melepas fluoride dari semen silikat. Hubungan diantara
bahan yang berbeda tersebut ditampilkan pada Gambar 2. 16
Gambar 2. Skema dari berbagai semen
berdasarkan pada powder zinc oksida
dan alumino-silikat glass, dan liquid yang
mengandung asam phosphor dan asam
poliakrilik (Richard, 2007)16
Komposisi
Universitas Sumatera Utara
Glass pada semen ionomer kaca mengandung tiga komponen utama yaitu silica (SiO2)
dan alumina (Al2 O3) dicampur dalam calsium fluoride (Ca2 F2) seperti yang ditampilkan
pada Gambar 3. Komposisi glass hanya terbatas pada regio tengah dari diagram fase untuk
mendapatkan glass yang translusen. 16
Gambar 3. Komposisi glass yang digunakan
dalam semen ionomer kaca (Richard, 2007)16
Tabel 2. Komposisi SIK (McCabe et al, 2008).18
Bahan powder/liquid
Powder
Sodium aluminosilikat glass sekitar 20% CaF dan sedikit
tambahan bahan lainnya
Liquid
Larutan encer dari asam akrilik/kopolimer asam itaconic atau
larutan encer polimer
asam maleat atau kopolimer akrilik dan asam Tartar di
beberapa produk untuk mengontrol karakteristik pengerasannya
Bahan powder/air
Powder
Glass (seperti di atas) + polyacid yang dikeringkan (akrilik,
maleat atau kopolimer)
Liquid
Pabrik menyediakan botol tetesnya dan operator
mengisinya dengan air atau Pabrik menyediakan larutan encer
asam tartar
Komposisi powder dan liquid ditampilkan pada Tabel 2. Untuk bahan powder/liquid,
powdernya mengandung sodium alumino-silikat glass yang serupa komposisinya dengan
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan pada semen silikat. Komponen liquid bisa mengandung larutan encer dari
asam akrilik atau asam maleat/kopolimer asam akrilik.18
Produk lainnya tersedia dalam bentuk powder/air. Bahan powder/air terbagi atas dua
tipe; keduanya terdiri dari powder yang mengandung polyacid kering yang ditambahkan ke
dalam powder glass. Untuk beberapa produk bahan ini dicampur dengan air dan pabrik
menyediakan botol tetes untuk membantu menakar liquidnya. Sedang pada produk lainnya,
pabrik menyediakan larutan encer asam tartar. 18
Asam tartar yang ditambahkan pada liquid memperbaiki karakteristik manipulasi dan
meningkatkan waktu kerja tetapi memperpendek waktu pengerasan. Terlihat peningkatan
kekentalan secara perlahan pada semen yang tidak mengandung asam tartar. Kekentalan
semen yang mengandung asam tartar tidak menunjukkan perubahan setelah beberapa waktu
namun kemudian tampak kenaikan kekentalan yang tajam.11
Perkembangan SIK selanjutnya difokuskan kepada rasio powder dan liquid yang
lebih tinggi guna untuk meningkatan sifat fisik dari bahan tersebut. Komposisi dan ukuran
partikel powder dari SIK memberikan pengaruh yang besar terhadap sifat fisiknya seperti
setting time, nilai estetik, resistensi terhadap erosi, kekuatan dan viskositas semen.17
FUJI IX GP GCcorporation merupakan high viscosity semen ionomer kaca dimana
komposisinya telah mengalami perkembangan dibanding dengan yang konvensional. SIK
tipe ini pertama kali diindikasikan untuk restorasi minimal intervensi.25
SIK tipe extra high-
viscosity (Ketac Molar Easymix) dengan perkembangan rasio powder liquid lebih banyak
dibanding SIK tipe high viscosity yang memiliki ukuran partikel yaitu 90% dari semua
partikel glass lebih kecil dari 9μm dan 10% lebih kecil daripada 1μm, 50% dari partikel glass
SIK extra high viscosity berukuran 2.8μm. Ketac Molar memiliki filler utama dari powder
Universitas Sumatera Utara
SIK konvensional yang kemudian diproses untuk menghasilkan granula-granula khusus.
Granula tersebut menggumpalkan filler-filler tunggal yang dihubungkan dengan media
granulasi. Granula powder Ketac Molar Easymix berbeda dari powder semen ionomer kaca
konvensional yang kelembabannya ditingkatkan secara signifikan.24
Penambahan asam tartar
pada liquidnya menyebabkan bahan ini memiliki viskositas dan kekuatan yang lebih tinggi
dibanding SIK high viscosity.27
Perbedaan komposisi pada masing masing produsen SIK
berpengaruh terhadap kekuatan dari bahan tersebut. Keterangan perbedaan komposisi antara
kedua bahan SIK yang banyak dipakai sekarang ini dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Komposisi semen ionomer kaca Fuji IX dan Ketac Molar Easymix.3
Bahan Tipe Komposisi Pabrik
Ketac Molar ART SIK Powder:
kalsium aluminium fluoro
silikat glass
Liquid:
asam akrilik
asam maleat kopolimer
asam tartar
asam benzoat.
3M/ESPE, St. Paul,
MN, USA.
Fuji IX ART SIK Powder:
Aluminosilikat glass
Liquid:
asam poliakrilik
asam polibasik
GC Corp., Tokyo,
Japan
SIK memiliki kemampuan untuk melekat secara fisikokimia pada enamel dan dentin,
biokompatibel dengan jaringan dentin, melepaskan ion-ion fluorida yang memiliki kontribusi
dalam penghambatan karies sekunder dalam struktur gigi dan semen ini memiliki koefisien
thermal ekspansi yang rendah serupa dengan yang dimiliki jaringan gigi.19,23
Secara invitro
bahan restorasi ini ditemukan untuk memberikan pengaruh pada remineralisasi enamel dan
mengurangi demineralisasi enamel. Beberapa peneliti telah membuktikan sifat antikariogenik
Universitas Sumatera Utara
SIK dalam melawan mikroorganisme kariogenik. Penelitian yang dilakukan oleh Forss dkk
membuktikan bahwa ternyata tidak hanya fluorida yang dilepas tetapi juga aluminium,
sodium, silikon, kalsium dan strontium.21
Walaupun memiliki karakteristik yang menguntungkan semen ionomer kaca
konvensional memiliki sifat-sifat fisik dan mekanis yang rendah seperti ketahanan terhadap
fraktur, tekstur permukaan dan opasitas yang kasar serta rentan terhadap kelembaban dan
dehidrasi pada setting awal.19
SIK telah digunakan dalam berbagai aplikasi klinis melebihi rata-rata penyebaran
penggunaannya sejak diperkenalkan dalam bidang kedokteran gigi. Bahan ini memiliki sifat-
sifat tertentu yang membuatnya sangat berguna dalam kedokteran gigi restoratif. Sifat dari
SIK yaitu :
1.Adhesi
Perlekatan adhesif tersebut timbul berkaitan dengan proses pertukaran antara ion-ion
dimana strontium bermigrasi dari semen ke bagian permukaan gigi yang lebih dalam dan
kalsium bermigrasi dari gigi ke permukaan dalam semen. Hasilnya perlekatan ke gigi sangat
tahan lama.20
2.Tampilan
SIK konvensional sewarna gigi dan memiliki derajat translusensi yang baik namun
SIK kurang estetis jika dibandingkan dengan resin komposit.20
3.Pelepasan fluorida
Fluorida terdapat didalam glass dan beberapa fluorida ditransferkan ke dalam matriks
sewaktu setting. Disinilah fluorida dilepas yang pada dasarnya tidak mempengaruhi sifat-
Universitas Sumatera Utara
sifat fisik dari semen. Pelepasan fluorida jangka panjang dapat berlanjut paling sedikit
selama lima tahun.20
Semen ionomer kaca juga dapat menyerap fluorida dari kondisi yang tepat, contohnya
pasta gigi, obat kumur dan larutan topikal fluorida. Kondisi tersebut membuat semen
ionomer kaca secara permanen mensuplai fluorida, hal ini menguntungkan untuk pasien
dengan kerentanan yang tinggi terhadap karies.20
4. Sifat mekanis
SIK memiliki kekuatan tekan (compressive strength) sampai 200 MPa. Kekuatannya
relatif lemah mengakibatkan bahan ini menjadi mudah pecah dimana resin komposit
memiliki keuntungan lebih mengenai kekuatan. Daya tahan paling lama yang tercatat untuk
SIK konvensional adalah pada daerah rendah tekanan seperti pada Klas III dan klas V.20
5. Sifat Fisik
Compressive strength SIK lebih rendah daripada silikat, sama juga halnya dengan
tensile strength. Namun demikian, ketika semen ionomer kaca diuji secara in vitro cenderung
resisten terhadap serangan asam. Satu penelitian in vivo membuktikan bahwa lebih sedikit
material dari spesimen semen ionomer kaca yang hilang dibandingkan dengan spesimen dari
jenis semen lainnya. Sama seperti jenis semen lainnya pengurangan rasio powder liquid
menghasilkan penurunan sifat-sifat fisik semen ionomer kaca.22
Reaksi pengerasan
Reaksi pengerasannya menyerupai amalgam yakni asam hanya sekedar bereaksi
dengan permukaan partikel kaca dan membentuk lapisan semen tipis yang bersama – sama
mengikat inti tumpatan yang terdiri atas partikel kaca yang tidak bereaksi. Mula – mula
terbentuk garam kalsium, tetapi ion kalsium ini kemudian akan diganti oleh ion aluminium
Universitas Sumatera Utara
dan membentuk semen yang keras. Garam fluor keluar terus menerus dari partikel kaca dan
hal ini dianggap sebagai pencegah timbulnya karies sekunder.29
Ada tiga tahap dari reaksi pengerasan yakni :
1. Tahap pelarutan ( dissolution )
Lapisan permukaan dari partikel kaca diikat oleh polyacid untuk menghasilkan adhesi
antara partikel kaca dengan matriks secara difusi. Sekitar 20-30% glass terdiri dari
dekomposisi dan ion-ion, termasuk kalsium/stronsium, aluminium dan fluorida yang
dilepaskan untuk membentuk semen (Gambar 4). 1,16
Gambar 4. Tahap pelarutan semen ionomer kaca.1
2. Tahap pembentukan garam, gelatin dan pengerasan
Selama fase ini ion-ion kalsium/stronsium, aluminium dan fluorida berikatan dengan
polyanion pada kelompok polikarboksilat. Tahap awal secara klinis diperoleh dari reaksi
silang dari beberapa ion kalsium yang tersedia. Reaksi ini berlangsung relatif cepat biasanya
membentuk sebuah permukaan yang keras secara klinis dalam waktu 4 - 10 menit dari awal
pencampuran pada fase ini semen mudah pecah dan larut dalam air. Maturasi terjadi dalam
Universitas Sumatera Utara
waktu 24 jam berikutnya yang akhirnya sedikit ion-ion aluminium yang bebas berikatan
dengan matriks. Ion fluorida dan phosphat membentuk garam yang tidak dapat larut. Ion
kalsium membentuk asam ortosilikat pada permukaan partikel dan meningkatkan pH,
perubahan ini membentuk silica gel yang membantu dalam pengikatan bubuk terhadap
matriks (Gambar 5) . 1,16
Gambar 5. Fase Maturasi Semen Ionomer Kaca.1
3. Tahap Hidrasi garam ( hydration of salts )
Fase ketiga ini berkaitan dengan fase maturasi yang berhubungan dengan hidrasi
garam matriks yang menghasilkan peningkatan yang sangat signifikan dalam hal sifat-sifat
fisik semen ionomer kaca. 1,16
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pengerasan
Beberapa faktor kimia dan fisik mempengaruhi karakteristik pengerasan bahan semen
ionomer kaca. Meskipun telah disepakati bahwa setting semen ionomer kaca dengan reaksi
asam-basa namun sebenarnya begitu kompleks. Hal ini berpengaruh kepada pelepasan dan
pengendapan ion-ion kalsium dan aluminium dikarenakan ion-ion fluorida dan tartar.
Sedangkan beberapa faktor lainnya seperti temperatur, ukuran partikel dari powder, hanya
mempercepat atau memperlambat reaksi, tentu saja bahan kimia sangat memberikan
Universitas Sumatera Utara
pengaruh dan memiliki peranan penting dalam memodifikasi reaksinya sendiri. Bahan kimia
yang sangat berpengaruh penting adalah fluorida dan asam tartar.24
Aplikasi klinis dari semen ionomer kaca konvensional
Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil klinis dari
prosedur ini baik meskipun penelitian in vitro berpendapat bahwa semen ionomer kaca
modifikasi resin dengan ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan kekuatan
perlekatan memberikan hasil yang jauh lebih baik. Beberapa penelitian berpendapat bahwa
versi capsulated lebih menguntungkan karena pencampuran oleh mesin sehingga
memberikan sifat merekatkan yang lebih baik.20
Penggunaan semen ionomer kaca telah
meluas antara lain sebagai bahan perekat, pelapik dan bahan restoratif untuk restorasi
konservatif Klas I dan Klas II karena sifatnya yang berikatan secara kimia pada struktur gigi
dan melepaskan fluorida. Selain itu respon pasien juga baik karena teknik penempatan bahan
yang konservatif dimana hanya memerlukan sedikit pengeboran sehingga pasien tidak
merasakan sakit dan tidak memerlukan anastesi lokal.
Meskipun demikian SIK tidak
dianjurkan untuk restorasi Klas II dan klas IV karena sampai saat ini formulanya masih
kurang kuat dan lebih peka terhadap keausan penggunaan jika dibandingkan dengan
komposit.11
2.3 Atraumatic Restorative Treatment (ART)
Alasan penggunaan semen ionomer kaca dalam ART, adalah:26
a) Karena semen ionomer kaca berikatan secara kimiawi ke enamel dan dentin,
sehingga mengurangi kebutuhan untuk mengambil jaringan gigi yang sehat
b) Pelepasan fluorida dari restorasi untuk mencegah karies sekunder
Universitas Sumatera Utara
c) Lebih mirip dengan jaringan keras gigi dan biokompatibel
Terdapat dua prinsip utama dari ART, antara lain :26
a) Menyingkirkan jaringan karies gigi dengan menggunakan instrumen tangan
b) Merestorasi kavitas dengan bahan adhesif yang melepaskan flourida
Untuk alasan inilah, ART hanya dilakukan untuk perawatan prefentif dan kuratif dalam satu
prosedur kerja.
Alasan untuk menggunakan instrumen tangan daripada handpiece elektrik, antara
lain:26
a) Membuat perawatan restoratif lebih dapat di akses untuk seluruh kelompok
populasi
b) Prinsip preparasi minimal yang dibutuhkan adalah memelihara jaringan gigi yang
sehat dan tidak menimbulkan banyak trauma
c) Mengurangi rasa sakit yang berarti mengurangi kebutuhan terhadap anestesi lokal
untuk meminimalisir trauma psikologis terhadap pasien.
ART tidak boleh digunakan ketika : 26
a) Dijumpai adanya pembengkakan (abses) atau fistula (terbukanya abses terhadap
lingkungan rongga mulut) berdekatan dengan gigi yang karies
b) Pulpa gigi terbuka
c) Dijumpai adanya rasa sakit yang lama dan mungkin terjadi inflamasi pulpa
d) Terdapat kavitas karies yang tersembunyi yang tidak dapat di akses oleh instrumen
tangan
Universitas Sumatera Utara
e) Dijumpai adanya tanda-tanda yang jelas dari kavitas sebagai contoh pada
permukaan proksimal tetapi kavitas tidak dapat dimasuki dari arah proksimal ataupun
oklusal.
2.3.1.Teknik klinis ART
Aksesnya difasilitasi dengan mengambil jaringan dibawah enamel. Setelah
penyingkiran jaringan dentin lunak yang terdemineralisasi dengan ekskavasi tangan, semen
ionomer kaca diaplikasikan ke dalam kavitas dan mengisi pit dan fisur, kontur gigi direstorasi
dan penyesuaian oklusal. Karena tidak ada instrumen putar yang digunakan, seluruh
konturing dan penyesuaian harus diselesaikan ketika bahan belum mengeras.32
2.3.2 Merestorasi Kavitas ART 26
1. Mempersiapkan Kavitas
Kavitas dibuat dengan menempatkan mata pisau dari hatchet ke dalam kavitas dan
gerakkan ke arah depan dan belakang dalam posisi kunci. Jika kavitas sangat kecil tempatkan
sudut mata pisau hatchet kedalam kavitas dan kemudian gerakkan. Dentin yang karies dapat
disingkirkan dengan ekskavator. Karies lunak disingkirkan dengan membuat gerakan
memutar di sekeliling aksis panjang instrumen.26
Menyingkirkan karies lunak dari enamel-dentin junction dapat meninggalkan enamel
yang tidak didukung oleh dentin. Enamel yang overhanging harus disingkirkan dengan
menggunakan mata pisau dari hatchet. Tempatkan instrumen pada pinggir enamel dan pada
bagian kecil patahan (gambar 6).26
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Gerakan memutar Gambar 7. Gerakan memutar
dari ekskavator (satu permukaan)26
dari ekskavator 26
Gambar 8. Mematahkan enamel
dengan sebuah hatchet 26
2. Membersihkan Kavitas
Dalam usaha untuk meningkatkan ikatan kimiawi semen ionomer kaca ke permukaan
struktur gigi, dinding kavitas tersebut harus sangat bersih. Hal tersebut tidak akan didapatkan
jika menggunakan cotton pellet yang basah dan oleh karena itu digunakan larutan kimiawi.
Ada dua larutan yang bisa dipergunakan untuk hal tersebut :
- sebuah dentin kondisioner atau pembersih gigi, khususnya yang dikembangkan untuk
tujuan ini, atau
- liquid yang tersedia di dalam semen ionomer kaca itu sendiri.
Sebuah dentin kondisioner biasanya mengandung larutan asam poliakrilik 10%.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Pengaplikasian dentin kondisioner 26
3.Merestorasi Kavitas
Pastikan bahwa gigi dijaga tetap kering selama fase restoratif. Pastikan juga bahwa
seluruh instrument dan bahan yang dibutuhkan siap untuk digunakan. Setelah kavitas dicuci
dan dibersihkan maka dapat dimulai untuk mengaduk semen ionomer kaca. Masukkan
campuran semen ionomer kaca dalam jumlah kecil ke dalam kavitas, bahan yang berlebih
dapat dibuang dan dirapikan. 26
Gambar 10. Penambalan kavitas pada Gambar 11. Menekan bahan resroratif
Klas II. 26
dengan jari.26
Gambar 11. Menyingkirkan bahan Gambar 13. Restorasi kavitas Klas II.26
Universitas Sumatera Utara
2.4 Uji Kekuatan Tekan (compressive strength)
Untuk bahan yang rentan pecah secara partikel uji tarik sulit untuk dilakukan. Sebuah
alternatif uji kekuatan tekan (compressive strength) lebih mudah dilakukan terhadap bahan
yang rentan pecah.16
Konfigurasi dari uji compressive strength seperti yang terlihat pada
Gambar 14. Sampel yang diberikan gesekan pada titik yang berkontak dengan silinder bahan
yang diuji. 16
Gambar 14. Skema ilustrasi dari
compressive strength (Bresciani, 2004).12
Efek barreling ini mengakibatkan munculnya berbagai pola stress pada bahan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 15.16
Gambar 15. Sebuah pengaturan
pada uji compressive strength
(Richard, 2006).16
Universitas Sumatera Utara
Uji lainnya yaitu pengukuran diametral tensile strength dimana sebuah disc dari bahan
ditujukan untuk beban tekan. Beban yang diaplikasikan ke disc menghasilkan tensile stress
dalam arah menyebar, seperti yang ditampilkan pada Gambar 16.16
Gambar 16. Sebuah pengaturan untuk mengukur
diametral tensile strength (Richard, 2006).16
Universitas Sumatera Utara