19
ETIKA DALAM BERKOMUNIKASI DAN MENGEMBANGKAN EMPATI Pengertian komunikasi Pengiriman informasi atau pertukaran informasi Proses pengiriman ide-ide,emosi melalui symbol-simbol. Pengiriman pesan dari komunikator ke komunikan baik melalui media atau tanpa media, langsung tidak langsung Unsur komunikasi Komunikator : pemberi pesan Komunikan : penerima pesan Jenis komunikasi o Proses : langsung/tidak langsung o Pesan lambang : verbal-non verbal o Cara penyampaian : lisan - tulisan o Arah : 1 arah – 2 arah o Jumlah yang terlibat : individu – kelompok Sebelum komunikasi terjadi kontak/relasi hubungan baik fisik/langsung atau melalui media baru dapat memberi atau menerima pesan A. Arti Definisi / Pengertian Etika ( Etik ) Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan. By Dian Fitriani Puji Astuti,S.Psi.,Psi 1

Dian Mk Unja Part 3.Okey

Embed Size (px)

DESCRIPTION

psikologi

Citation preview

ETIKA DALAM BERKOMUNIKASI DAN MENGEMBANGKAN EMPATI

ETIKA DALAM BERKOMUNIKASI DAN MENGEMBANGKAN EMPATI

Pengertian komunikasi

Pengiriman informasi atau pertukaran informasi

Proses pengiriman ide-ide,emosi melalui symbol-simbol.

Pengiriman pesan dari komunikator ke komunikan baik melalui media atau tanpa media, langsung tidak langsung

Unsur komunikasi

Komunikator: pemberi pesan

Komunikan: penerima pesan

Jenis komunikasi

Proses: langsung/tidak langsung

Pesan lambang: verbal-non verbal

Cara penyampaian: lisan - tulisan

Arah: 1 arah 2 arah

Jumlah yang terlibat: individu kelompok

Sebelum komunikasi terjadi kontak/relasi hubungan baik fisik/langsung atau melalui media baru dapat memberi atau menerima pesan

A. Arti Definisi / Pengertian Etika ( Etik )

Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan.

B. Arti Definisi / Pengertian Etiket

Etiket adalah suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan.

C. Etika Dan Etiket Yang Baik Dalam Komunikasi

Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari :

1.Jujur tidak berbohong2. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan3. Lapang dada dalam berkomunikasi4. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien6. Tidak mudah emosi / emosional7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan9. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan10. Bertingkahlaku yang baik

D. Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik

Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan

Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara

Menatap mata lawan bicara dengan lembut

Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum

Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar

Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara

Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon

Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara

Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi

Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara.

Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.

Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi kanan -cium pipi kiri)

Dan lain sebagainya.

Komunikasi efektif jika tercapai pengertian sama antara komunikator dan komunikan ---tidak terjadi misunderstanding

Misunderstanding bisa terjadi karena :

Medianya

Personalnya

Pesannya

Komponen komunikasi Yang efektif adalah :

Clear: jelas

Correct: benar dapat dipertanggungjawabkan

Concist: singkat, cara penyampaiannya

Compact: padat isinya

Courteous: sopan,sesuai norma

Hambatan dalam proses komunikasi interpersonal

Eksternal: media.situasi social budaya

Internal:kondisi personal, cara penyampaian, daya tangkap

Gangguan dalam proses komunikasi :

Fisik: berkaitan dengan alat pengirim, misal computer, suara bising

Psikologis: semua aspek psikis yang menganggu proses penerimaan pesan, misal kelelahan, stigma, streotipe

Sematik:salah mengartikan makna, tidak bisa menterjemahkan

Bentuk-bentuk pesan

Auditory: pendengaran, misal musik

Taktil: rabaan, misal belaian sayang

Olfaktoris: penciuman, misal bau rokok

Visual: mata

Perasaan: misal menangis, geram, rasa sedih-senang

KONSEP DIRI

Adalah gambaran,pemahaman,penilaian,persepsi atau cara pandang terhadap diri sendiri

Berhubungan dengan komunikasi yaitu jika interpersonal (self control, self monitoring, self image, self esteem) positif

Ciri konsep diri negative dalam komunikasi interpersonal

Peka terhadap kritik

Responsive

Suka mengkritik

Cenderung merasa tidak disukai oleh orang lain/minder

Bersikap pesimis terhadap kompetisi

ciri konsep diri positif dalam komunikasi interpersonal

merasa yakin mampu mengalami orang lain

eksistensinya sama dengan orang lain

menerima pujian tanpa merasa malu

menyadari setiap orang punya perasaan

menghargai perasaan orang lain

asertif mampu mengungkapkan pendapatnya tanpa menyingung perasaan orang lain

MELATIH EMPATI

Kemampuan empati dapat dilatih atau diasah meskipun usia seseorang telah

beranjak dewasa.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar kemampuan empati kita

terbentuk, antara lain :

1. Rekam semua emosi pribadi

Setiap orang pernah mengalami perasaan positif maupun negatif, misalnya sedih, senang, bahagia, marah, kecewa dan lain sebagainya. Pengalaman-pengalaman tersebut apabila kita catat atau rekam akan membantu kita memahami perasaan yang sama saat kondisi tertentu menjumpai kita kembali. Disamping itu ketika kita mengetahui perasaan tersebut sedang dialami oleh seseorang, kita dapat memahami kondisi tersebut sehingga kita dapat memperlakukannya sesuai dengan apa yang diharapkannya. Cara mencatat

atau merekamnya dapat berupa tulisan di buku harian atau sekedar mengingat-ingat dalam alam sadar kita.

2. Perhatikan lingkungan luar (orang lain)

Memperhatikan lingkungan luar atau orang lain akan memberikan banyak

informasi tentang kondisi orang di sekitar kita. Informasi ini sangat penting untuk dijadikan panduan dalam mengambil pilihan perilaku tertentu. Informasi ini juga dapat dijadikan pembanding dengan diri kita tentang apa yang sedang terjadi, sehingga kita dapat mengatahui apakah perasaan dan perilaku kita sudah sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Memperhatikan orang lain merupakan ketrampilan tersendiri yang tidak semua orang menyukainya. Memperhatikan tidak sekedar melihat orang per orang tetapi

juga mencoba menghilangkan perasaan-perasaan subyektif kita saat memperhatikan,sehingga akan muncul keinginan untuk mendalami perasaan orang yang sedang kita lihat tersebut.

3. Dengarkan curhat orang lain

Mendengarkan adalah sebuah kemampuan penting yang sering dibutuhkan untuk memahami masalah atau mendapatkan pemahaman yang lebih jelas terhadap permasalahan yang sedang dihadapi orang lain. Kemampuan mendengarkan juga harus latih agar memberikan dampak yang positif dalam interaksi sosial kita. Syarat yang dibutuhkan untuk dapat mendengarkan adalah menghilangkan atau meminimalkan perasaan negatif atau prasangka terhadap obyek yang menjadi sasaran dengar. Disamping itu juga perlu adanya kemauan untuk membuka diri kita untuk orang lain, khususnya dengan memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara yang dia inginkan tanpa kita potong sebelum selesai pembicaraannya. Mendengar keluh kesah atau cerita gembira orang lain akan mampu memberikan pengalaman lain dalam suasana hati kita. Mendengarkan cerita sedih akan mampu membawa kita kedalam suasana hati orang lain yang sedang bersedih dan dapat membangkitkan keinginan untuk memahami masalah atau perasaan orang tersebut. Begitu pula perasaan yang lain. Semakin banyak cerita, masalah dan ungkapan perasaan yang kita dengarkan akan membuat kita semakin kaya dengan pengalaman tersebut dan pada akhirnya semakin mengetahui bagaimana cara memahami orang lain atau perasaannya.

4. Bayangkan apa yang sedang dirasakan orang lain dan akibatnya untuk diri kita.

Membayangkan sebuah kejadian yang dialami orang lain akan menarik diri kita ke dalam sebuah situasi yang hampir sama dengan yang dialami orang tersebut. Refleksi keadaan orang lain dapat membuat kita merasakan apa yang sedang dialami orang tersebut dan mampu membangkitkan suasana emosional. Membayangkan sebuah kondisi tersebut dapat lebih mudah manakala kita pernah mengalami perasaan atau kondisi yang sama. Seseorang yang sering membayangkan apa yang dialami atau dirasakan orang lain dan akibat yang akan ditimbulkan manakala hal tersebut terjadi pada diri kita saat kejadian atau setelah kejadian akan memudahkan kita merasakan suasana emosi seseorang manakala melihat kejadian-kejadian yang berkaitan dengan situasi penuh dengan emosi-emosi tertentu.

5. Lakukan bantuan secepatnya.

Memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan dapat membangkitkan kemampuan empati. Respon yang cepat terhadap situasi di lingkungan sekitar yang membutuhkan bantuan akan melatih kemampuan kita untuk empati. Bantuan yang kita berikan tidak perlu menunggu waktu yang lebih lama tetapi kita berusaha memberikan segenap kemampuan kita saat melihat atau menyaksikan orang-orang yang membutuhkan. Pertolongan yang kita berikan akan menstimulus keadaan emosi kita untuk melihat lebih jauh perasaan orang yang kita beri pertolongan

dan semakin sering kita memberikan respon dengan cepat akan semakin mudah kita mengembangkan kemampuan empati kepada orang lain.

Ada beberapa manfaat yang dapat kita temukan dalam kehidupan pribadi dan

sosial manakala kita mempunyai kemampuan berempati, diantaranya :

1. Menghilangkan sikap egois

Orang yang telah mampu mengembangkan kemampuan empati dapat

menghilangkan sikap egois (mementingkan diri sendiri). Ketika kita dapat merasakan apa yang sedang dialami orang lain, memasuki pola pikir orang lain dan memahami perilaku orang tersebut, maka kita tidak akan berbicara dan berperilaku hanya untuk kepentingan diri kita tetapi kita akan berusaha berbicara, berpikir dan berperilaku yang dapat diterima juga oleh orang lain serta akan mudah memberikan pertolongan kepada orang lain. Kita akan berhati-hati dalam mengembangkan sikap dan perilaku kita sehari-hari, khususnya jika berada pada kondisi yang membutuhkan pertolongan kita.

2. Menghilangkan kesombongan

Salah satu cara mengembangkan empati adalah membayangkan apa yang terjadi pada diri orang lain akan terjadi pula pada diri kita. Manakala kita membayangkan kondisi ini maka kita akan terhindar dari kesombongan atau tinggi hati karena apapun akan bisa terjadi pada diri kita jika Tuhan berkehendak. Kita tidak akan merendahkan orang lain karena kita telah mengetahui perasaan dan memahami apa yang sebenarnya terjadi, sehingga orang yang mempunyai kemampuan empati akan cenderung memiliki jiwa rendah hati dan senantiasa memahami kehidupan ini dengan baik. RODA SENANTIASA BERPUTAR, ITULAH KEHIDUPAN.

3. Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri

Pada dasarnya empati adalah salah satu usaha kita untuk melakukan evaluasi diri sekaligus mengembangkan kontrol diri yang positif. Kemampuan melihat diri orang lain baik perasaan, pikiran maupun perilakunya merupakan bagian dari bagaimana kita akan merefleksikan keadaan tersebut dalam diri kita. Jika kita telah mempunyai kemampuan ini maka kita telah dapat mengembangkan kemampuan evaluasi diri yang baik dan akhirnya kita dapat melakukan kontrol diri yang baik artinya kita akan senantiasa berhatihati dalam melakukan perbuatan atau memahami lingkungan sekitar kita

Contoh

Sekelompok anak kecil sedang meneriaki, bahkan melempar batu-batu kecil kepada orang gila yang kebetulan lewat di depan mereka bermain. Beberapa anak kecil berusia 5-12 tahun ikut mengejar orang gila tersebut sambil berteriak-teriak untuk menakuti orang gila tersebut. Laki-laki tua yang terlihat lusuh tersebut lari menjauhi kerumunan anak-anak. Ia sangat ketakutan sampai terjatuh saat melarikan diri. Anak-anak itu malah menertawakan menyaksikan orang gila tersebut terjerembab di tanah dengan tanpa rasa kasihan.

Sementara itu seorang anak bernama Dwaina Brook, seorang anak kecil yang masih bersekolah pada kelas empat SD di kota Dallas, Amerika Serikat, menyediakan 100 porsi makanan untuk tunawisma disekitar rumahnya, hasil usahanya itu menggerakan masyarakat sekitarnya untuk ikut berpartisipasi menyediakan ribuan porsi makanan untuk tunawisma. Dwaina menggambarkan makna empati, ia mampu menmpatkan dirinya dalam posisi orang lain. Lebih dari itu, ia telah melakukan sesuatu untuk meringankan penderitaan orang lain. Dwaina telah memberikan gambaran penting mengenai empati, ia mampu menempatkan dirinya dalam posisi orang lain, ia bersikap empati dengan merasakan penderitaan tunawisma di lingkungannya yang menggerakannya untuk berbuat sesuatu meringankan penderitaan tunawisma.Apakah empati itu? Empati adalah merasakan sesuatu bentuk atau perasaan tertentu seperti apa yang dirasakan atau dideritakan oleh orang lain. Beda halnya dengan simpati yang hanya menimbulkan ketertarikan semata tetapi tidak adanya suatu tindakan ataupun ketertarikan secara emosional. Mengajarkan empati pada anak akan memberikan suatu kemampuan emosi yang luar biasa, anak tidak bersikap agresif dan melibatkan dirinya dalam perbuatan prososial, seperti membantu orang lain. Anak dengan empati yang dimilikinya akan lebih disukai oleh teman-temannya dan orang dewasa. Mereka juga memiliki kemampuan besar dalam menjalinkan hubungan interaksi dengan orang lain di sekolah dan tempat kerja. Empati sebenarnya telah ada sejak usia dini, berkisar pada usia 6 tahun yang terus berkembang dengan seiring perkembangan kognitif. Pada mulanya, bayi akan ikut menangis bila mendengar teman seusianya menangis, Martin Hoffman, seorang psikolog, menjelaskan peristiwa ini sebagai empati global, dimana anak belum dapat membedakan antara dirinya dengan orang lain. Pada usia satu dan dua tahun, anak mulai dapat membedakan antara dirinya dengan orang lain, ia mulai dapat membedakan kesusahan yang dirasakan oleh dirinya dan bukan dari orang lain atau sebaliknya. Seiring dengan pertumbuhan kognitif, anak mulai mengenali kesedihan pada orang lain dan mampu menyesuaikan kepeduliannya dengan perilaku yang tepat. Perilaku empati anak perempuan dan laki-laki mempunyai status sosial yang sama, hanya saja bentuk empati anatara perempuan dan laki-laki berbeda. Perilaku empati pada anak perempuan terlihat pada anak yang membantu adiknya meredam kesedihan, sedangkan pada anak laki-laki seperti membantu temannya mengendarai sepeda.

Melihat perkembangan empati pada anak.

Pada anak usia 6 tahun ia mulai mengenal ekspresi emosi seseorang, apakah seseorang itu dalam keadaan sedih, bahagia, senang atau susah. Bila pancaran emosi tersebut berasal dari orang-orang sekitarnya ia akan menempatkan perilaku-perilakunya yang sesuai. Misalnya ia melihat ibunya yang senang maka ia akan senang juga dengan memberi dukungan berupa ekspresi atau tindakan yang mendukung ibunya tersebut. Sebaliknya, tanpa berbicara pun seorang anak dapat mengenal wajah ibunya dalam keadaan sedih atau susah, sehingga ia tidak ingin mengganggu ibunya dengan memberi waktu untuk ibunya untuk sendiri. Kepekaan ini akan terus berkembang terhadap dunia sekitarnya, baik dengan orang yang dikenal atau tidak. Kepekaan tersebut akan hilang secara perlahan-lahan bila keluarga tidak terus mengembangkan empatinya. Anak tersebut menjadi apatis, tidak peduli dengan kesusahan yang diderita kelaurga atau orang lain, agresif atau bahkan tidak mau peduli dan egoistik. Pentingnya menanamkan empati sejak dini tidak hanya melatih anak mempunyai kepedulian terhadap lingkungannya, anak dapat menjadi lebih pengertian terhadap situasi tertentu. Anak akan menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan lebih realistis atau mempertahankan kebutuhannya untuk sementara bila keinginannya tidak dapat dipenuhi oleh orangtuanya. Misalnya, anak yang menuntut pada orangtua untuk dibelikan sepeda baru, bila anak tersebut mengetahui orangtua dalam kesulitan ekonomi maka ia tidak akan menuntut untuk dibelikan sepeda baru, lain halnya pada anak-anak yang tidak terlatih, dia akan terus menuntut dengan berbagai cara agar dibelikan sepeda baru tanpa mempedulikan orangtua dalam kesusahan atau tidak.

Sebagai orangtua Anda dapat melihat perkembangan emosi terutama empati pada anak-anak yang sedang mengalami pertumbuhan;

1. Apakah ia tahu ketika Anda dalam keadaan sedih walau tanpa Anda berbicara kepadanya? 2. Apakah ia melakukan sesuatu hal ketika mengetahui Anda dalam keadaan sedih, misalnya berusaha menghibur, atau memberikan sesuatu yang dapat Anda lmelakukan untuk lebih rileks.

3. Ia berusaha menghibur adiknya yang sedang menangis, atau membantu dalam berbagai cara bila melihat adiknya mengalami kesulitan.

4. Merasa iba melihat kesulitan atau kesedihan orang lain. 5. Tergugah emosinya, ikut merasa sedih ketika menonton adegan-adegan film atau kenyataan menyangkut kesedihan.

6. Membantu teman atau adiknya yang sedang mengalami kesulitan mengerjakan PR. 7. Melindungi, seperti mengantar adiknya ke suatu tempat

Menumbuhkan empati pada anak.

1.Memperketat tanggung jawab dan rasa peduli

Beberapa ajaran moral yang diterima anak berupa hafalan tidak begitu berpengaruhi pada anak, mereka begitu sulit menghubungkan hafalan-hafalan tersebut dengan perilaku yang nyata. Keluarga tidak hanya harus menerapkan ajaran moral secara nyata, melainkan juga menerapkan kedisplinan yang mesti diterapkan oleh setiap anggota keluarga. Kebanyakan orangtua merasa takut menerapkan aturan-aturan tertentu yang mesti dipenuhi atau dilakukan oleh oleh anak, hal ini disebabkan ketakutan dari orangtua dianggap konservatif, bodoh, norak dan sebagainya. Padahal, jika Anda menginginkan anak mempunyai empati, lebih penyayang dan lebih bertanggungjawab maka Anda harus membua aturan-aturan keluarga yang jelas dan konsisten dan tidak mudah memberikan keringanan kepada mereka. Anda harus menuntut tanggungjawab dari setiap tingkah lakunya yang menyalahi aturan keluarga yang telah Anda buat.

Beberapa aturan yang perlu diterapkan:

(a) Anak harus ikut bertanggung jawab terhadap keuangan keluarga, misalnya dengan menetapkan uang jajan dan tabungan secara terpisah. Melatih tanggung jawab anak terhadap uang jajannya sendiri sehingga ia tidak mencuri uang di laci bila kekuarangan uang untuk jajan.

(b) Pulang pada waktunya. Berikan batasan-batasan tertentu pada anak untuk menepati waktu pulang dari sekolah, jam bermain, jam belajar atau bahkan batas waktu pulang di malam hari. Aturlah kesepakatan tersebut beserta dengan sanksi bila nantinya anak tidak menepati janjinya.

(c) Berikan pekerjaan-pekerjaan rumahtangga untuk diselesaikan oleh anak. Misalnya pada anak berumur 5 tahun untuk meletakan sendok dan garpu di meja makan, pada anak umur 10 tahun untuk dapat merapikan dan membersihkan tempat tidur

2. Mengajari anak dengan pebuatan baik kepada orang lain.

Mengajarkan anak empati tidaklah dengan berbicara kepada anak mengenai perbuatan baik sebagai bentuk kepdulian kepada orang lain. Anda membutuhkan suatu kerja yang nyata. Andalah yang harus menunjukkan kepada anak perbuatan-perbuatan baik yang melibatkan empati. Misalnya, Anda memberikan tempat duduk kepada ibu tua di dalam bis yang penuh sesak, biarkan anak Anda melihat perbuatan Anda yang peduli dengan orang lain, anak Anda akan memperoleh pendidikan yang paling berharga daripada Anda hanya mengobrol tindakan-tindakan tersebut di meja makan. Beberapa tindakan lain yang dapat Anda lakukan di depan anak Anda adalah, membantu orangtua menyebrangi jalan, mengunjungi sahabat Anda di rumah sakit, membantu membawa barang belanja seorang ibu yang keberatan membawanya kedalam mobil dan sebagainya. Perbuatan baik yang Anda lakukan akan membuka pintu bagi anak Anda, apabila kebaikan sudah menjadi kebiasaan, Anda akan melihat anak Anda ketagihan dan mencari jalan lain dengan caranya sendiri untuk berbuat baik kepada orang lain. Sebuah kebiasaan adiktif yang akan membentuknya kelak.

3. Melibatkan anak dalam kegiatan sosial

Kegiatan sosial untuk membantu orang lain dan sebagainya tidak hanya membentuk empati pada anak, melainkan juga mengjarkan ketrampilan sosial seperti membentuk kerjasama, berinteraksi dengan orang lain, ketekunan, dan kesetiaan. Sebuah pelajaran penting sangat bermanfaat yang menyumbangkan bentuk ketrampilan EQ lainnya. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah;

1. Bekerja di dapur umum

2. Bergabung dalam organisasi tertentu yang bergerak pada kemanusian atau lingkungan 3. Ikut gotong royong yang dilakukan sekitar lingkungan rumah.

4. Menghibur orang jompo di panti wreda

5. Membuat boneka atau kerajinan untuk anak-anak sakit dengan tujuan menghibur mereka.

Mengingat pentingnya kemampuan empati dalam hubungan antarmanusia, upaya melatih dan mengembangkan empati sedini mungkin perlu untuk dilakukan. Role play atau bermain peran dinilai sebagai teknik yang efektif dan akan membantu anak membentuk pemahaman yang lebih dalam dan fleksibel (Harris, 1996), misal bagaimana rasanya berada pada posisi sebagai seorang satpol PP yang "harus" menjalankan perintah menggusur. Lebih lanjut diungkapkan bahwa mengingat pentingnya kemampuan empati dalam hubungan antar manusia, maka upaya melatih dan mengembangkan empati di lingkungan keluarga, sekolah dan lembaga pendidikan lainnya perlu dilakukan sedini mungkin. Hal yang juga penting diungkap dalam konteks peningkatan mutu empati seseorang adalah berlatih menampakkan ekspresi-ekspresi atau isyaral-isyarat non-verbal yang membuat orang lain merasa dimengerti dan diterima. Kehidupan masyarakat kita yang mengalami erosi rasa empati terhadap sesamanya dapat dilihat dan dirasakan dalam berbagai peristiwa kehidupan sehari- hari. Dalam konteks ini para pemimpin dan pejabat perlu menajamkan empati atas persoalan yang dihadapi rakyat, sehingga mereka akan lebih altruistik terhadap rakyat. Tidak hanya di dunia pendidikan dan sosial, pada lingkungan bisnis industri seorang praktisi (staf, penyelia, manajer, direktur) pada hakekatnya juga memerlukan kemampuan empati dalam menjalankan tugas profesionalitasnya berinteraksi dengan orang lain.

PAGE

5

By Dian Fitriani Puji Astuti,S.Psi.,Psi