4
PERTUMBUHAN PENDUDUK DI PROVINSI JAWA BARAT “Jumlah penduduk yang besar ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi bisa menjadi keuntungan bagi Jawa Barat dengan jumlah penduduk usia produktif yang berlimpah. Namun di sisi lain bisa menjadi Malapetaka bila jumlah penduduk yang besar itu memiliki kualitas yang rendah Fakta Penting Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Barat masih cukup rendah dan hanya menempati posisi ke-16 diantara provinsi- provinsi lain se-Indonesia. Jawa Barat belum memiliki program khusus untuk menangani masalah kependudukan yang terintegrasi dengan baik ke dalam paradigma pembangunan. Diperlukan beberapa program yang berorientasi pada sektor kependudukan yang dapat memaksimalkan potensi pembangunan berbasis penduduk Data Source : Bappenas (2014) | Photo Credit : flickr.com LATAR BELAKANG Penduduk merupakan suatu aset besar yang dimiliki oleh suatu daerah dalam suatu proses pembangunan. Semakin baik kualitas penduduk dari suatu daerah maka kemungkinan semakin baik juga proses pembangunan di suatu daerah, namun jika kualitasnya rendah maka akan menambah beban suatu daerah melalui meningkatnya tingkat pengangguran dan kemiskianan, terutama di daerah yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi, salah satunya adalah provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Provinsi ini mencapai 43 juta jiwa atau sekitar 18% dari total penduduk di Indonesia. Jumlah tersebut terdiri dari 29% penduduk usia muda (0-15 tahun), 66% penduduk dengan usia produktif (15-64 tahun) serta 5% penduduk dengan usia tua (lebih dari 64 tahun). Hal ini menggambarkan betapa beruntungnya Jawa Barat dengan adanya surplus penduduk terutama tingginya jumlah penduduk usia produktif sehingga bisa meningkatkan produksi regional di berbagai sektor. Data tersebut didukung dengan adanya hasil proyeksi jumlah penduduk yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang menunjukan bahwa kondisi ini masih akan berlanjut di beberapa waktu ke depan. Dengan kondisi tersebut, jelas bahwa Jawa Barat sangat optimis dan diuntungkan dengan tingginya jumlah penduduk usia produktif ini. Namun, optimisme yang berlebihan bisa menjadi malapetaka jika sebagian besar penduduk merupakan penduduk dengan kualitas rendah. DISUSUN OLEH : Drs. H. Lukman Ismail, MA dan Ade Maulana R H JANUARI—MARET 2014 POTENSI PEMBANGUNAN ATAUKAH MALAPETAKA? “Penduduk usia produktif & usia tua menunjukan peningkatan sedangkan penduduk usia muda menunjukan penurunan. Komposisi di atas menunjukan bahwa pada tahun 2030-an Jawa Barat masih bisa menikmati bonus demografi sehingga harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien”.

Diantara Kemanfaatan Dan Permasalahan Dari Laju Pertumbuhan Penduduk Di Jawa Barat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kajian sederhana mengenai pembahasan laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Jawa Barat. Analisis terfokus pada penduduk usia muda, produktif dan tua. Penelitian ini dilengkapi dengan beberapa rekomendasi kebijakan untuk pemerintah.Author : Ade Maulana R HCo-Author : Drs. H. Lukman Ismail, MA>

Citation preview

  • PERTUMBUHAN PENDUDUK DI PROVINSI JAWA BARAT

    Jumlah penduduk yang

    besar ibarat pisau

    bermata dua. Di satu sisi

    bisa menjadi keuntungan

    bagi Jawa Barat dengan

    jumlah penduduk usia

    produktif yang berlimpah.

    Namun di sisi lain bisa

    menjadi Malapetaka bila

    jumlah penduduk yang

    besar itu memiliki kualitas

    yang rendah

    Fakta Penting

    Indeks Pembangunan Manusia

    (IPM) Jawa Barat masih cukup

    rendah dan hanya menempati

    posisi ke-16 diantara provinsi-

    provinsi lain se-Indonesia.

    Jawa Barat belum memiliki

    program khusus untuk menangani

    masalah kependudukan yang

    terintegrasi dengan baik ke

    dalam paradigma pembangunan.

    Diperlukan beberapa program

    yang berorientasi pada sektor

    kependudukan yang dapat

    memaksimalkan potensi

    pembangunan berbasis penduduk

    Data Source : Bappenas (2014) | Photo Credit : flickr.com

    LATAR BELAKANG Penduduk merupakan suatu aset besar yang dimiliki oleh suatu daerah dalam suatu

    proses pembangunan. Semakin baik kualitas penduduk dari suatu daerah maka

    kemungkinan semakin baik juga proses pembangunan di suatu daerah, namun jika

    kualitasnya rendah maka akan menambah beban suatu daerah melalui meningkatnya

    tingkat pengangguran dan kemiskianan, terutama di daerah yang memiliki jumlah

    penduduk yang tinggi, salah satunya adalah provinsi Jawa Barat.

    Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia.

    Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Provinsi ini mencapai 43

    juta jiwa atau sekitar 18% dari total penduduk di Indonesia. Jumlah tersebut terdiri

    dari 29% penduduk usia muda (0-15 tahun), 66% penduduk dengan usia produktif (15-64

    tahun) serta 5% penduduk dengan usia tua (lebih dari 64 tahun). Hal ini menggambarkan

    betapa beruntungnya Jawa Barat dengan adanya surplus penduduk terutama tingginya

    jumlah penduduk usia produktif sehingga bisa meningkatkan produksi regional di

    berbagai sektor. Data tersebut didukung dengan adanya hasil proyeksi jumlah penduduk

    yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang

    menunjukan bahwa kondisi ini masih akan berlanjut di beberapa waktu ke depan. Dengan

    kondisi tersebut, jelas bahwa Jawa Barat sangat optimis dan diuntungkan dengan

    tingginya jumlah penduduk usia produktif ini. Namun, optimisme yang berlebihan bisa

    menjadi malapetaka jika sebagian besar penduduk merupakan penduduk dengan kualitas

    rendah.

    DISUSUN OLEH : Drs. H. Lukman Ismail, MA dan Ade Maulana R H JANUARIMARET 2014

    POTENSI PEMBANGUNAN ATAUKAH MALAPETAKA?

    Penduduk usia produktif & usia tua menunjukan peningkatan sedangkan penduduk usia muda

    menunjukan penurunan. Komposisi di atas menunjukan bahwa pada tahun 2030-an Jawa Barat

    masih bisa menikmati bonus demografi sehingga harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

  • PERMASALAHAN & SOLUSI

    Kurang Diperhatikannya Asupan Gizi Usia Dini

    Sosialisasi mengenai pentingnya masukan gizi semasa anak masih dalam kategori

    balita dan bahkan pada saat masih dalam kandungan. Berdasarkan penelitian yang

    dilakukan Badan Pusat Statistik, hal ini dapat mempengaruhi kesehatan anak,

    terutama dengan hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan untuk berfikir dan

    menerima pelajaran ketika anak tersebut sudah dalam usia sekolah. Selain itu,

    pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamilpun mutlak dilakukan, baik melalui program

    bantuan pemerintah ataupun pihak lain, sehingga kelak akan didapat generasi

    penduduk yang cerdas dan pintar yang ditunjang dengan sistem dan program

    pendidikan yang baik.

    Rendahnya Rata-Rata Lama-Sekolah (8,2 Tahun)

    Penelitian yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika yang didukung oleh Hafiza (2013)

    menyebutkan bahwa rendahnya tingkat rata-rata lama sekolah sangat dipengaruhi oleh

    faktor kemiskinan, ekonomi dan budaya masyarakat. Tak jarang anak tidak bersekolah

    karena ketidakmampuan untuk membayar biaya sekolah (Ekonomi & Kemiskinan) serta

    masih adanya anggapan bahwa anak perempuan tidak memerlukan tingkat pendidikan yang

    tinggi serta anak laki-laki yang harus bekerja dan menjadi tulang punggung ekonomi

    keluarga (Budaya). Oleh karena itu, pengendalian biaya pendidikan melalui subsidi seperti

    halnya pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pemberian bagi beasiswa bagi

    siswa yang orang tuanya tergolong miskin serta pemberian beasiswa bagi siswa-siswi

    yang berprestasi harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan sumber daya

    manusia di Jawa Barat. Program tersebut harus disertai pengawasan penggunaan

    anggaran dan didukung oleh aturan pelarangan pekerja usia dini yang artinya usia minimum

    untuk bekerja ditetapkan tidak lebih rendah dari usia wajib sekolah. Dengan demikian

    Program Wajib Belajar 12 tahun harus segera direalisasikan sehingga dapat meminimalisir

    permasalahan rendahnya tingkat pendidikan dan kualitas SDM Provinsi Jawa Barat guna

    menciptakan generasi muda yang memiliki daya saing dan karakter yang kuat dalam

    pembangunan ekonomi daerah.

    Studi Literatur :

    Di tahun 2020-an, proyeksi

    menunjukan bahwa jumlah

    penduduk usia muda akan menurun

    (Bappenas, 2014)

    Turunnya jumlah penduduk usia

    muda dalam beberapa periode ke

    depan diasumsikan karena adanya

    penurunan angka kelahiran

    (Bappenas, 2014)

    Penurunan angka kelahiran akan

    memberikan kontribusi relevan

    terhadap angka kemiskinan (Remi,

    2008)

    Sehingga :

    Penurunan inipun bisa dijadikan

    pertimbangan pemerintah untuk

    merencanakan, mensosialisasikan

    dan melaksanakan program

    pembangunan yang berorientasi

    pada kependudukan se-dini

    mungkin terutama di bidang

    kesehatan dan pendidikan.

    Photo Credit : http://khabarsoutheastasia.com/

    Data Source : Bappenas (2014) | Photo Credit : http://www.facebook.com/ronald.irwanto/photos/

    *Dalam Juta Penduduk

    PROYEKSI

    Baru disadari sejak tahun 1987

    kualitas SDM terlambat jika dilakukan

    sejak SD ke atas. Ternyata, kualitas

    terpenting dibangun 1000 hari

    kehidupan, 9 bulan 10 hari tambah 2

    tahun kehidupan

    -Fasli Jalal (Kepala BKKBN, 2014)-

  • Fakta Penting :

    Sekitar 18% Jumlah penduduk

    usia produktif di Indonesia

    berasal dari Provinsi Jawa Barat

    (Sensus Penduduk, 2010)

    Sekitar 30-40 % Penduduk usia

    produktif merupakan lulusan

    Sekolah Dasar (Sensus

    Penduduk, 2010)

    Sebesar 38% tenaga kerja di

    Provinsi Jawa Barat merupakan

    tenaga kerja yang tidak memiliki

    kontrak yang jelas (World Bank,

    2012).

    54% atau lebih dari setengah

    tenaga kerja di jawa barat

    pekerja informal di sektor

    pertanian dan non-pertanian

    (World Bank, 2012)

    Sisanya hanya sekitar 8% yaitu

    tenaga kerja yang memiliki

    kontrak yang jelas (3%),

    Pegawai tetap (3%) serta

    pengusaha dan lain-lain (2%).

    Bonus demografi yang dimiliki

    Jawa barat jika tidak disikapi

    dengan baik akan menjadi suatu

    beban statistic bahkan menjadi

    bencana daerah di sektor

    kependudukan.

    Data Source : Bappenas (2014) | Photo Credit : http://www.flickr.com/photos/desrianeristha

    Rendahnya kualitas penduduk produktif di Jawa barat yang dilihat dari IPM (Kesehatan,

    Pendidikan dan Daya beli), RLS dan disertai dengan masalah status pekerjaan dapat

    mengakibatkan sebagian besar penduduk tersebut mengalami beberapa ketidakpastian.

    Ketidakpastian kapan mendapatkan penghasilan, ketidakpastian transparasi penghasilan,

    kemungkinan pemutusan kerja sama yang disebabkan tidak adanya kejelasan kontrak,

    ketidakpastian cuaca bagi tenaga kerja di sektor pertanian dan lainnya sehingga pada

    akhirnya dikhwatirkan akan menghadapi ketidakpastian akan masa depan.

    Dengan kondisi tersebut, penduduk Jawa Barat di khwatirkan akan mengalami kesulitan untuk

    bersaing menghadapi era Asean Economic Community (AEC). Bagaimana tidak? Dengan adanya

    AEC maka akan semakin memberikan kemudahan bagi tenaga kerja asing di kawasan asia

    tenggara untuk bekerja di Indonesia. Dengan Demikian penduduk usia produktif harus mampu

    bersaing dengan tenaga kerja asing yang memiliki skill yang lebih baik.

    Oleh karena itu, perlu dilakukan beberapa program yang dapat meningkatkan kualitas SDM

    penduduk usia produktif. Upaya tersebut harus meliputi kegiatan yang menggandeng pelatihan,

    sertifikasi dan penempatan secara terpadu sehingga peserta yang dilatih menjadi kompeten,

    mendapatkan sertifikat dan untuk mendapatkan pekerjaan atau mampu berusaha sendiri. Selain

    itu kegiatan tersebut juga harus mampu merangkul tenaga kerja untuk dapat meningkatkan

    kualitasnya. Upaya tersebut sudah diupayakan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat dengan

    *Dalam Juta Penduduk

    Data Source : World bank (2012) | Photo Credit : http://www.flickr.com/photos/basrimarzuki

    Bonus Demografi merupakan suatu

    potensi. Potensi tersebut harus

    disertai dengan beberapa program

    dan kebijakan PRO kependudukan

    yang terintegrasi dengan rencana

    pembangunan berjangka agar

    dapat menjadi hasil realisasi. Jika

    tidak hal itu hanya akan menjadi

    bebasn statistic bahkan malapetaka

    pembangunan daerah

  • Fakta Penting : Jumlah Rumah Sakit di Provinsi

    Jawa Barat sebanyak 268 yang

    sebagian besar berada di pusat

    Kabupaten/Kota. (Dinkes Provinsi

    Jawa Barat, 2013)

    Jumlah Puskesmas sebanyak 1046

    unit, 220 unit diantaranya memiliki

    fasilitas perawatan sedangkan 826

    unit tidak memiliki fasilitas

    perawatan. (Dinkes Provinsi Jawa

    Barat, 2013)

    Jika Jumlah RS ditambah dengan jumlah

    Puskesmas maka akan terdapat 1294

    unit pelayanan kesehatan rumah sakit

    dan puskesmas, artinya setiap

    puskesmas dan rumah sakit harus siap

    siaga melayani 2500 penduduk usia tua.

    Hanya 14% desa yang termasuk ke

    dalam kategori desa dengan

    infrastruktur kesehatan baik

    (Pusdalisbang, 2013)

    Proyeksi Menunjukan Kenaikan Peningkatan jumlah penduduk usia tua ini kemungkinan akan menimbulkan suatu

    permasalahan kependudukan. Hal ini dikarenakan oleh rendahnya produktifitas yang

    disertai dengan tingginya tingkat kerentanan terhadap penyakit. Dengan demikian

    program kesehatan bagi penduduk usia tua harus segera direncanakan dan

    direalisasikan dalam beberapa periode ke depan.

    Oleh karena itu, upaya renovasi, peningkatan kualitas layanan dan meningkatkan jumlah

    unit pelayanan kesehatan merupakan salah satu opsi bisa dilakukan oleh pemerintah

    untuk meningkatkan kualitas kesehatan terutama untuk penduduk usia tua.

    Data Sources : Bappenas (2014) | Photo Credit : http://www.flickr.com/photos/arms_photography/

    *Dalam Juta Penduduk

    Kesimpulan & Rekomendasi

    Hasil proyeksi jumlah penduduk yang dilakukan oleh Bappenas (2014) menunjukan adanya peningkatan jumlah penduduk di Jawa Barat terutama

    pada penduduk usia produktif. Hal tersebut dapat menjadi potensi pembangunan daerah jika disertai dengan peningkatan kualitas SDM yang

    mampu berinovasi dan memiliki daya saing yang tinggi. Jika tidak, pertumbuhan jumlah ini akan menambah permasalahan daerah, terutama yang

    berkaitan dengan peningkatan angka kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan distribusi pendapatan. Oleh karena itu, program investasi jangka

    panjang dalam sektor kependudukan harus diintegrasikan dengan baik ke dalam pradigma pembangunan di Jawa Barat, sehingga dapat

    meningkatkan kualitas SDM yang mampu menurunkan angka kemiskinan, pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan guna mencapai

    kehidupan masyarakat yang sejahtera.

    Dengan adanya lonjakan penduduk maka pemerintah daerah harus membuat kebijakan untuk merespon fenomena ini. Adapun beberapa saran dalam

    menghadapi kondisi ini diantaranya adalah :

    1. Pembuatan kebijakan yang dapat meningkatkan produksi pangan, mendorong investasi padat karya dan membangun jiwa kewirausahaan

    di kalangan masyarakat. Selain itu, Pemerintah Daerah harus dapat menyediakan lapangan kerja yang memadai agar masyarakat dapat

    memperoleh penghasilan yang cukup sehingga dapat menabung dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

    2. Perbaikan kualitas SDM sehingga nantinya akan mampu menciptakan produk-produk inovatif yang memiliki daya saing tinggi. Hal ini

    dapat dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan dengan disertai konsep kedisiplinan.

    3. Perencanaan dan Pelaksanaan program yang pro poor & pro job yang merupakan proyek padat karya sehingga dapat melibatkan RTS

    untuk ikut bekerja.