Upload
eka-vuspita
View
255
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
GAGAL GINJAL KRONIK
Selain faktor keturunan, diabetes, hipertensi, infeksi, batu ginjal, gaya hidup dan pola
makan juga sangat berpengaruh kejadian penyakit ginjal kronik yang berakibat pada gagal
ginjal. Agar kondisi ginjal tidak semakin parah, perlu dilakukan diet khusus bagi pederita
penyakit ginjal kronik.
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,
biasanya berlangsung beberapa tahun, dimana terjadi penurunan faal ginjal secara bertahap,
progresif dan menahun. Pada kasus ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal.
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal.
Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjaldifus dan bilateral, meskipun
lesi obstruktif pada saluran kemih juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik.
Pada awalnya beberapa penyakit ginjal kronik terutama menyerang glomerulus
(glomerulonefritis), sedangkan yang lain terutama menyerang tubulus ginjal(pielonefritis atau
penyakit polistik ginjal atau dapat juga menggangu perfusi darah pada parenkim ginjal
(nefrosklerosis). Tetapi bila proses penyakit tidak dihambat, maka pada semua kasus seluruh
nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut.
Meskipun penyebabnya banyak gambaran klinis gagl ginjal kronik sangat mirip satu
dengan yang lain oleh karena gagal ginjal progresif dapat didefinisikan secara sederhana
sebagai defisiensi secara sederhana sebagai defisiensi jumlah nefron yang berfungsi dan
kombinasi gangguan yang pasti tidak dapat dielakkan lagi.
Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) adalah keadaan dimana terjadi
penurunan fungsi ginjal yang menahun disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit
ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversible). Gejalanya
biasanya ditandai dengan menurunnya nafsu makan, mual, pusing, muntah, rasa lelah,
sesak nafas, edema pada tangan dan kaki serta uremia. Apabila Tes Kliren Kreatinin
(TKK) <> 5,5 mEq), oliguria atau anuria. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin
sehari ditambah pengeluaran melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml)
Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C dan
vitamin D.
. ETIOLOGI
Penyebab Gagal Ginjal kronik menurut Doenges, 1999;626 yaitu Glomerulonefritis,
infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis) proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen
(luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes).
Sedangkan penyebab gagal ginjal menurut Price 1992;817 dibagi menjadi 8 kelas antara
lain :
1. Infeksi Saluran Kemih
Secara mikrobiologis infeksi saluran kemih dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria yang
bermakna (ditemukan mikroorganisme patogen 10 5/ml pada kemih aliran tengah yang
dikumpulkan dengan cara yang benar). Abnormalitas dapat hanya berupa kolonisasai bakteri
dari kemuh ( bakteriuria asomtomatik) atau bakteriuria dapat disertai infeksi simtomatik dari
truktur-struktur saluran kemih. ISK umumnya dibagi menjadi 2 kategoro besar yaitu infeksi
saluran kemih bagian bawah ( uretritis,sistis, prostatis) dan infeksi saluran kemih atas
(pilonefritis akut). Organisme penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering ditemukan
adalah Eschericia coli, pada kebanyakan kasus organisme tersebut dapat mencapai kandung
kemih melalui uretra. Infeksi dimulai dari sistis , dapat terbatas di kandung kemih saja atau
dapat pula merambat ke atas melalui ureter sampai ke ginjal. Organisme juga dapat samapai
ke ginjal melalui aliran darah atau aliran getah bening. Kandung kemih dan bagian atas uretra
biasanya steril meskipun bakteri dapat ditemukan di bagian bawah uretra. Tekanan dari aliran
kemih menyebabkan saluran kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum
bakteri tersebut sempat menyerang mukosa.
2. Penyakit Peradangan misalnya Glomerulonefritis
Peradangan dimulai dalam glomerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau
hematuria. Meskipun lesi petama ditemukan pada glomerulus, tetapi seluruh nefron pada
akhirnya akan mengalami kerusakan , dan mengakibatkan gagal guinjal kronik.
3. Penyakit vaskuler Hipertensif misalnya nefrosklerosis maligna, stenosis arteri
renalis
4. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritmatosus sisitemik,poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal.
6. Penyakit metabolik misalnya DM , gout, hiperparatiroidisme,amiliodosis
7. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal
8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitonela. Saluran kemih bagian bawah : hipertropi prostat, struktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus)
diduga sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi
dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat yang disertai reabsorbsi walaupun dalam
keadaan penurunun GFR atau daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal uintuk
berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih
besar daripada yang bisa direabsorbsi berakibat deurisis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai
retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjalbila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80 % -
90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai
15ml/menit atau lebih rendah. (Barbara C Long,1996 ;368).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein ( yang normalnya diekskresikan di
dalam urin) tertimbun di dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis ( Brunner & Suddarth, 2001 : 1448). Perjalanan umum gagal
ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu :
a. Stadium I (penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan
penderita asimtomatik.
b. Stadium 2 (Infusiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (glumerulo Filtriation Rate besarnya 25%
dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar
kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar nurmal, azotemia ringan timbul nokturia dan
poliuria.
c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari
norma,l kreatinin klirens 5-10ml permenit atau kurang . pada tahap ini kreatinin serum dan
kadar blood ureum nitrogen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.
MANIFESTASIKLINIS
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369):
a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas
baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada
tapi mungkin juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin – aldosteron), gagal jantung
kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada
lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot,
kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a.Sistem kardiovaskuler
•Hipertensi
•Pitting edema
•Edema periorbital
•Pembesaran vena leher
•Friction subpericardial
b. Sistem Pulmoner
Krekel
• Nafas dangkal
• Kusmaull
• Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
• Anoreksia, mual dan muntah
• Perdarahan saluran GI
• Ulserasi dan pardarahan mulut
• Nafas berbau amonia
d. Sistem muskuloskeletal
• Kram otot
• Kehilangan kekuatan otot
• Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
• Warna kulit abu-abu mengkilat
• Pruritis
• Kulit kering bersisik
• Ekimosis
• Kuku tipis dan rapuh
• Rambut tipis dan kasar
f.Sistem Reproduksi
•Amenore
• Atrofi testis
PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali
tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan
kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan
kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi
sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis
dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress
(infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001)
KOMPLIKASI
1. Diabetes Melitus
2. Hipertensi
3. Hiperkalemia
4. Perikarditis
5. Anemia
6. Penyakit tulang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu
menetapkan etiologi.
2. Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa
pembesaran ginjal.
3. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan
gangguan elektrolit
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan
Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen
tulang, foto polos
PENATALAKSANAAN
1. Dialisis (cuci darah)
2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid (membantu berkemih)
3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
4. Transfusi darah
5. Transplantasi ginjal
Penatalaksanaan Medis
Menurut Mansjoer (2001), penatalaksanaan medis pada pasien dengan gagal ginjal kronik
yaitu :
Tentukan dan tata laksana penyebabnya.
Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250-1000 mg/hari) atau diuretik loop
(bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk mencegah kelebihan cairan.
Diet tinggi kalori dan rendah protein
Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan
nausea dari uremia.
Kontrol hipertensi
Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan diatur
tersendiri tanpa tergantung tekanan darah. Diperlukan diuretik loop, selain obat
antihipertensi.
Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Hindari masukan kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari) atau diuretik hemat kalium,
obat-obat yang berhubungan dengan ekskresi kalium (misalnya, penghambat ACE dan obat
antiinflamasi nonsteroid).
Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal
Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti aluminium hidroksida
(300 – 1800 mg) atau kalsium karbonat (500– 3000 mg) pada setiap makan.
Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan diterapi lebih ketat.
Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal
Banyak obat yang harus diturunkan dosisnya karena metaboliknya toksis dan dikeluarkan
oleh ginjal. Misal : digoksin, aminoglikosid, analgesik opiat, amfoterisin.
Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis, neuropati perifer,
hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam
jiwa, sehingga diperlukan dialisis.
Persiapkan dialisis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi.
PENANGANAN GAGAL GINJAL KRONIK
Terapi Non Farmako
1. banyak protein disesuaikan dengan keadaan faal ginjal. Ini dapat diketahui dari nilai uji
kreatinin ( creatinine clearanse test = CCT) atau glomerulo filtration rate (GFR). Protein
dipilih yang bernilai biologi tinggi seperti yang terdapat dalam susu, telur dan daging.
2. lemak terbatas, diutamakan penggunakan lemak tak jenuh ganda.
3. natrium dibatasi pada kegagalan faal ginjal dengan hypertensi berat, hyperkalemia, edema,
oliguria, atau anuria.
4. kalsium dibatasi pada kegagalan faal ginjal glomerulus, bila urin kurang dari 400 ml per hari.
Pada kegagalan faal ginjal tubular pembatasan K tidak diperlukan.
5. Kalori adekuat, agar protein tubuh tidak di pecah untuk energi
6. banyak cairan adalah banyak urin maksimal sehari di tambah banyak cairan yang keluar
melalui keringant dan pernafasan ( ± 500ml perhari)
Macam-macam diet dan indikasi pemberian
Diet Sesuai Berat Badan
Bagi anda Penderita gagal ginjal kronik, tentu perlu mengganti pola makan. Pengaturan pola
makan atau diet ini bertujuan untuk menjaga kesimbangan elektrolit, mineral, dan cairan pada
pada tubuh. Diet ini juga berfungsi untuk membatasi jumlah zat sisa metabolisme yang
tertimbun di dalam tubuh. Pengaturan diet sangat dianjurkan untuk disesuaikan sesuai dengan
tingkat gangguan fungsi ginjal pasien, dan secara umum harus memperhatikan beberapa
aspek sebagai berikut:
Tujuan Diet Ginjal:
1. Mempertahankan dan memperbaiki status gizi pasien,
2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
3. Menjaga agar penumpukan produk sisa metabolism tubuh tidak berlebihan,
4. Agar pasien dapat melakukan aktifitas dengan normal
Perbedaan pengaturan Diet Ginjal dengan Diet yang Lain:
1. Energy harus cukup untuk mencegah terjadinya katabolisme tubuh berlebihan,
2. Untuk pasien gagal ginjal dianjurkan diet rendah protein,
3. Pembatasan kalium
4. Pembatasan cairan, yaitu cairan yang masuk harus lebih sedikit dibandingkan yang
keluar tubuh, yaitu jumlah urine 24 jam dikurangi 500 cc,
5. Pembatasan jumlah garam (natrium)
Cara mengatur Diet Ginjal
1. Hindarkan makanan dengan sebaik-baiknya dan menarik, sehingga menimbulkan
selera makan,
2. Makan makanan yang padat kalori,
3. Bila ada oedem (bengkak di kaki, tangan atau bagian tubuh lain) dan atau tekanan
darah tinggi, pasien harus mengurangi garam dan makanan yang mengadung natrium
dalam pengolahannya,
4. Sesuaikan jumlah cairan yang dikonsumsi dengan jumlah urine selama 24 jam
5. Kurangi penggunaan lemak jenuh seperti santan dan lemak dari hewani seperti usus,
babat, ginjal, jantung otak dan lainnya,
6. Jauhi minuman beralkohol, kopi dan minuman berenergi,
7. Hindari bumbu penyedap rasa dan makanan yang mengandung pengawet
Tips Memasak Makanan untuk Pasien Gagal Ginjal
1. Masakan lebih baik dibuat dalam bentuk kering, ditumis, dikukus, atau dipanggang,
2. Bila harus mengurangi garam, gunakan lebih banyak bumbu seperti bawang,
3. Cairan lebih baik dibuat dalam bentuk minuman.
Cara mengurangi kalium dalam bahan makanan:
1. Cuci sayuran, umbi, dan buah yang telah dikupas dan dipotong,
2. Rendam dengan air hangat minimal 2 jam (jumlah air 10 kali lipat dari berat bahan
makanan)
3. Cuci bahan makanan dengan air mengalir dalam beberapa menit,
4. Rebus bahan makanan dengan jumlah air 5 kali berat bahan makanan.
Bahan makanan yang mengandung kalium tinggi:
1. Kelompok buah yang mengandung kalium tinggi: durian, nangka, nanas, pisang,
melon, jeruk
2. Kelompok buah yang memiliki kalium sedang: Apel Merah, apel hijau, belimbing,
semangka,
3. Kelompok Sayur memiliki kalium tinggi: bayam, kol, slada, tobat dan jenis kacang-
kacangan.
4. Kelompok sayur memiliki kelium sedang: kangkung, timun
Kebutuhan nutrisi tubuh sangat dipengaruhi dengan berat badan, karenanya diet
diberikan disesuaikan dengan berat badan pasien. Berdasarkan Penuntun Diet yang
disarankan oleh Instalasi Gizi Perjan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), jenis diet
digolongkan menjadi tiga, yaitu diet rendah protein I: Asupan protein 30 g dan diberikan
kepada pasien dengan berat badan 50 kg. Diet protein rendah II, asupan protein 35 g
diberikan pasien dengan berat badan 60 kg. Diet protein rendah III, diberikan kepada pasien
dengan berat badan 65 kg. Makanan diberikan dalam bentuk makanan cair atau lunak untuk
meringankan organ pencernaan.
Menurut keadaan penderita dan berat penyakit dapat diberikan :
1. diit rendah protein 1 : 20 g protein
Di berikan kepada penderita kegagal faal ginjal berat dengan CCT 5-20 ml/ menit
dan kadar ureum darah di atas 100 mg %. Bentuk makanan tergantung keadaan penderita :
dapat cair, saring atau lunak. Makanan ini kurang dalam kalori, protein, kalsium, besi dan
tiamin. Diit ini hanya diberikan beberapa hari saja, sementara menunggu tindakan yang lebih
tepat seperti dialisa
Contoh menu diit protein 1
pagi Siang Sore
Bubur Bubur/nasi tim Bubur/nasi tim
Susu Telur ceplok Daging bistik
Tumis sayur Sup sayuran
Pepaya Pisang
Teh manis Teh manis
Pukul : 10.00 Pukul 16 .00 Pukul 20.00
Kue talam Agar-agar Sirup
Teh manis Teh manis
2. diit rendah protein II : 40 g protein
Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diit protein I , atau pada kegagalan faal
ginjal kronis yang tidak terlalu berat (CCT = 20-30 ml/menit) atau pada kegagalan faal ginjal
dengan pengobatan konservatif ( tanpa dialisa). Bentuk makanan lunak atau biasa. Makanan
ini cukup kalori dan semua zat gizi kecuali protein dan tiamin.
Pagi siang Sore
Nasi tim Nasi tim nasi tim
Telur ceplok Ikan panggang Daging bistik
Tumis labu Ca sayur Sup sayuran
Susu Pepaya Pisang
Teh manis Teh manis
Pukul : 10.00 Pukul 16 .00 Pukul 20.00
Kue talam Agar-agar Pisang
Teh manis Teh manis susu
3. diit protein sedang : 60 g protein
Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diit rendah protein II atau pada
penderita kegagalan faal ginjal kronis ringan (CCT = 30-50 ml/menit) atau pada penderita
yang menjalani dialisa. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini
cukup kalori dan semua zat-zat gizi.
Bahan makanan yang harus di batasi
Sumber protein boleh di berikan dalam jumlah yang telah di tentukan ; sedapat mungkin
diberikan berbentuk protein hewan yang benilai biologi tinggi.
Contoh Bahan Makanan Satu Hari
Diet 30 g Protein
Beras 100 g
Telur ayam 50 g
daging 50 g
Sayuran 100 g
Papaya 200 g
Minyak 35 g
Gula pasir 60 g
Susu bubuk 10 g
Kue rendah protein seperti kue lapis, kue talam 150 g
Madu 20 g
Agar-agar 1 porsi
Diet 35 g Protein
Beras 150 g
Telur ayam 50 g
Daging 50 g
Sayuran 150 g
Papaya 200 g
Minyak 40 g
Gula pasir 80 g
Susu bubuk 15 g
Kue rendah protein 150 g
Madu 20 g
Agar-agar 1 porsi
Diet 40 g Protein
Beras 150 g
Telur ayam 50 g
Daging 75 g
Sayuran 150 g
Papaya 200 g
Minyak 40 g
Gula pasir 100 g
Susu bubuk 20 g
Kue kue rendah protein 150 g
Madu 30 g
Agar-agar 1 porsi
Dianjurkan
Nasi, bihun, jagung, kentang, makaroni, mi, tepung-tepungan, singkong, ubi, selai,
madu, telur, daging ayam, daging, ikan, susu, minyak jagung, minyak sawit, semua sayuran
dan buah kecuali yan mengandung kalium tinggi bagi penderita hiperkalemia tidak
disarankan
Tidak Dianjurkan
Kacang-kacangan dan hasil olahannya (tahu tempe), kelapa, santan, minyak kelapa,
margarin, lemak hewan dan sayuran dan buah yang tinggi kalum
Untuk sayuran dan buah-buahan, sebaiknya dipilih yang kandungan kaliumnya rendah.
Beirkut ini daftar sayuran rendah dan tinggi kalium
Tinggi Kalium
Pisang
Tomat
Ubi jalar
Kelapa muda
Nangka
Bayam
Sawi
Durian
Petai
Jantung pisang
Kentang
Rendah Kalium
Timun
Tauge
Kol
Pare
Semangka
Nanas
Jambu air
Belimbing
Pir
Jambu biji
Daun bawang
Lobak
Menu Diet Rendah Protein
Chicken Poridge
Bahan:
3 sdm tepung maizena, larutkan dengan sedikit air
50 g daging ayam cincang
40 g wortel, parut
400 ml air
1 siung bawang putih, haluskan
½ sdm minyak jagung
¼ sdt garam halus
¼ sdt lada halus
Cara Membuat:
Panaskan minyak jagung, tumis bawang putih hingga harum. masukkan daging ayam
cincang, aduk hingga berubah warna.
Tuang air, masak sampai mendidih. Tambahkan wortel, lada dan garam. Masak sambil terus
di aduk hingga semua bahan matang. Angkat. Hidangkan.
Untuk 1 Porsi
Kurang Lebih Nutrisi/Porsi:
Protein: 8.8 g
Energi: 225.1 kkal
Lemak: 1.05 g
Kabohidrat: 47.6 g
Fruit Juice
Bahan:
60 g semangka, potong-potong
60 g kiwi, kupas, potong-potong
100 ml air jeruk manis
1 sdm air jeruk nipis
1 potong es batu
Cara Membuat:
Masukkan potongan semangka, kiwi, air jeruk nipis, air jeruk manis dan potongan es batu ke
dalam tabung blender. Haluskan hingga lembut.
Tuang ke dalam gelas saji. Hidangkan.
Untuk 1 Porsi
Kurang Lebih Nutrisi/Porsi:
Protein: 0.8 g
Lemak: 0.6 g
Karbohidrat: 11.2 g
Energi: 98 kkal
PERAN KELUARGA
DEPRESI sering kali menghantui pasien yang tengah menjalani proses cuci darah
atau hemodialisa. Dukungan dari keluarga dan orang terdekat diperlukan untuk
menumbuhkan semangat pasien dalam menjalani pengobatan.
Penderita penyakit apapun, apalagi yang sudah masuk dalam tahap lanjut, umumnya
diliputi kemarahan dan depresi karena memikirkan kesakitan yang dideritanya. Karena itu,
selain faktor penanganan medis dengan peralatan memadai yang digunakan para dokter,
dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sangat diperlukan dalam perawatan pasien
tersebut.
Begitu juga dengan pasien yang harus menjalani cuci darah atau dikenal dengan
istilah medis hemodialisa. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah yang didasarkan
pada pertukaran ion-ion dan partikel cairan darah melalui suatu membran dengan
menggunakan fungsi ginjal buatan (alat dialisa) untuk mengeluarkan sampah dan racun hasil
dari metabolisme tubuh. Tindakan hemodialisa ini dilakukan untuk menolong seseorang yang
fungsi ginjalnya menurun hingga di bawah 15 persen.
Penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan pasien bergantung pada tindakan
hemodialisa. Kenyataan tersebut sangat memengaruhi kesehatan fisik dan psikis pasien.
Spesialis penyakit dalam dari RSPremier Jatinegara dr JF Mukidjam SpPD mengatakan,
keluarga berperan penting dalam mendukung pasien hemodialisa.
”Karena keberhasilan tindakan hemodialisa secara langsung dipengaruhi oleh
kualitas tenaga medis, peralatan medis yang memadai, dan kondisi pasien sendiri,”tuturnya
dalam acara Gathering Pasien Hemodialisa di Auditorium RS Premier Jatinegara, Jakarta.
Saat ini, ungkap dia, tidak sedikit pasien hemodialisa bahkan keluarganya yang kemudian
membatasi komunikasi dengan orang lain saat mengetahui dirinya atau anggota keluarganya
harus menjalani hemodialisa dan berusaha menanggung bebannya sendiri. Padahal, terjadinya
komplikasi pada saat dilakukannya tindakan hemodialisa semakin besar ketika pasien
mengalami penurunan kondisi fisik dan psikis.
Komplikasi seperti kram otot, hipotensi, hingga perdarahan yang umumnya terjadi
saat tindakan hemodialisa disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari tiga hal, yaitu
mesin, pasien, dan teknik dialisa yang dipakai
”Pasien harus menjaga daya tahan tubuhnya dan mengurangi beban pikirannya
karena sakit yang diderita. Pasien harus didukung untuk kreatif dan ceria.Hal ini mutlak
mendapatkan dukungan dan kerja sama keluarga,” kata alumnus Universitas Katolik
Nijmegen, Belanda, ini. Faktor penyebab penderita melakukan hemodialisa, menurut
Mukidjam, umumnya karena infeksi saluran kencing, infeksi ginjal, batu ginjal, gagal ginjal,
dan ginjal bawaan.
”Pasien yang sering melakukan hemodialisa relatif lebih tua dari umurnya karena
metabolisme dalam tubuh, fosfor, dan kalsiumnya terganggu. Dia pun mengalami pengapuran
tulang atau osteoporosis,” ungkap dia
Mukidjam memaparkan, saat ini dikenal terdapat tiga alternatif untuk pengobatan
gagal ginjal. Pertama, membeli ginjal baru untuk dicangkokkan. Namun, di Indonesia masih
agak sulit untuk melakukan hal tersebut. Apalagi, sarana untuk transplantasi masih terbatas.
Kedua, dengan CAPD (continuius ambulatory peritoneal dialysis). Ini adalah sejenis
hemodialisa, tapi yang dibersihkan bukan darah, melainkan cairan dalam perut.
Adapun yang terakhir adalah hemodialisa. Seperti diketahui, menjalani perawatan
dengan hemodialisa bagi penderita gagal ginjal merupakan suatu hal yang cukup
menyesakkan dada, terutama dalam hal biaya. Sebab, satu kali hemodialisa, biayanya
berkisar antara Rp900.000 hingga Rp1 juta. Biaya tersebut di luar obat-obatan yang
dikonsumsinya. Pasien pun umumnya harus menjalani hemodialisa sekitar seminggu dua kali.
Karena itu, Dr Handoyo Rahardjo, Direktur Utama RS Premier Jatinegara, mengakui, masih
banyak masyarakat yang tidak mampu menjalankan pengobatan dengan hemodialisa.
Data terakhir Yayasan Peduli Ginjal (Yadugi) menunjukkan, saat ini terdapat 40.000
penderita gagal ginjal kronik (GGK) di Tanah Air. Dari jumlah itu, hanya sekitar 3.000
penderita yang mampu berobat dengan hemodialisa.