Upload
akhmed-bobby-z
View
15
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Differential Diagnose of Status Epileptikus
Citation preview
Diagnosis banding SE adalah sebagai berikut :
Ensefalitis
Ensefalitis ialah radang parenkim otak, hadir sebagai disfungsi neuropsikologi difus dan/atau fokal.
Meskipun terutama melibatkan otak, meningen juga sering terlibat (meningoensefalitis).8 Gejalanya
selain nyeri kepala, demam, gejala ISPA, kesadaran menurun sampai koma, serta dapat terjadi kejang
fokal atau umum.5
Heat stroke
Heat stroke dalah suatu bentuk hipertermia dimana suhu tubuh meningkat secara dramatis. Gambaran
klinis dari heat stroke adalah suhu tubuh yang meningkat, tidak adanya keringat, kulit kering kemerahan,
denyut nadi yang cepat,kesulitan bernapas, perilaku aneh, berhalusinasi, kebingungan, gelisah,
disorientasi, kejang bahkan sampai koma. 8
Hipernatremia dalam Kegawatdaruratan
Hipernatremia didefinisikan sebagai tingkat natrium serum lebih dari 145mEq/L. Gejala hipernatremia
cenderung non spesifik. Anoreksia, gelisah, mual, dan muntah terjadi lebih awal. Gejala-gejala ini diikuti
oleh perubahan status mental dan akhirnya pingsan atau koma. Gejala mungkin juga termasuk otot
berkedut, hiperefleksi, ataksia, atau tremor. Gejala neurologis umumnya non fokal (misalnya perubahan
status mental, ataksia, kejang) namun defisit fokal seperti hemiparesis juga dilaporkan terjadi. 8
Hipokalsemia dalam Kegawatdaruratan
Kadar kalsium serum kurang dari 8,5mg/dL atau tingkat kalsium terionisasi kurang dari 1,0 mmol/L
dianggap hipokalsemia. Pasien mungkin mengeluh kram otot, sesak nafas sekunder akibat
bronkospasme, kontraksi berhubung dengan tetanus, mati rasa pada ekstremitas distal, dan sensasi
kesemutan. Manifestasi kronik termasuk katarak, kulit kering,rambut kasar,kuku rapuh, psoriasis,
pruritus kronik dan gigi yang buruk. Hipokalsemia akut dapat menyebabkan sinkop, gagal jantung
congestive (CHF) dan angina karena efek kardiovaskular ganda. 8
Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah situasi klinis yang ditandai dengan penurunan konsentrasi glukosa plasma ke
tingkat yang dapat menyebabkan gejala atau tanda-tanda seperti perubahan status mental dan atau
stimulasi sistem saraf simpatik. Tingkat glukosa seorang individu menimbulkan gejala sangat bervariasi,
meskipun kadar glukosa plasma kurang dari 50 mg / dL umumnya dianggap sebagai ambang batas.
Gejala aktivasi simpatoadrenal termasuk berkeringat, takikardia, kecemasan, dan rasa lapar. Gejala
neuroglikopenik termasuk kelemahan, kelelahan, atau pusing, perilaku yang tidak pantas (kadang-
kadang dianggap mabuk), sulit berkonsentrasi, kebingungan, penglihatan kabur dan dalam kasus yang
ekstrim, koma dan kematian. 8
Hiponatremia
Hiponatremia didefinisikan sebagai tingkat natrium serum kurang dari 135mEq/L dan dianggap parah
ketika tingkat serum di bawah 125mEq/L. Gejala berupa mual dan malaise dengan pengurangan ringan
pada natrium serum, lesu, penurunan tingkat kesadaran, sakit kepala, dan jika parah kejang dan koma.
Gejala neurologis yang jelas paling sering adalah karena sangat rendahnya kadar natrium serum
(biasanya <115 mEq/L), sehingga terjadi pergeseran cairan osmotik intraserebral dan menyebabkan
terjadinya edema otak. Kompleks gejala neurologis dapat menyebabkan herniasi tentorial dengan
kompresi batang otak dan pernapasan berikutnya mengakibatkan kematian dalam kasus yang paling
parah.8
Tingkat keparahan gejala neurologis berkorelasi baik dengan tingkat dan derajat penurunan natrium
serum. Penurunan bertahap natrium serum, bahkan untuk tingkat yang sangat rendah, dapat ditoleransi
dengan baik jika terjadi selama beberapa hari atau minggu, karena adaptasi saraf. Kehadiran penyakit
neurologis yang mendasari, seperti gangguan kejang, atau kelainan metabolik non neurologik, seperti
hipoksia, hiperkapnia, atau asidosis, juga mempengaruhi tingkat keparahan gejala neurologis.8
Medication-Induced Dystonic Reactions
Medication-Induced Dystonic Reactions yang merugikan sering terjadi tak lama setelah mulai terapi obat
neuroleptik. Reaksi-reaksi ini dapat terjadi karena berbagai macam obat-obatan. Reaksi distonik (yaitu
diskinesia) ditandai dengan kontraksi intermiten spasmodik atau berkedutnya otot di wajah, leher,
panggul, dan ekstremitas. Reaksi distonik jarang mengancam kehidupan, namun sangat tidak nyaman
dan sering menghasilkan kecemasan yang signifikan dan kesusahan bagi pasien. Untungnya, pengobatan
sangat efektif, dan gangguan motorik dapat diatasi dalam beberapa menit.8
Sindrom neuroleptik maligna
Sindrom neuroleptik maligna (NMS) mengacu pada kombinasi hipertermia, kekakuan, dan disregulasi
otonom yang dapat terjadi sebagai komplikasi serius dari penggunaan obat antipsikotik. Adapun gejala
klinis dari NMS yaitu diaforesis, disfagia, tremor, inkontinensia, delirium yang dapat berkembang
menjadi lesu, pingsan dan koma,tekanan darah yang tidak stabil, pucat, dispnea,agitasi psikomotor,
kekakuan, hipertermia, takikardia serta cara jalan menyeret.8
Ensefalopati Uremikum
Uremia menggambarkan tahap akhir dari insufisiensi ginjal progresif dan kegagalan multiorgan yang
dihasilkan. Ini merupakan hasil dari akumulasi metabolit protein dan asam amino dan kegagalan seiring
proses katabolik, metabolisme, dan endokrinologik ginjal. Tidak ada metabolit tunggal telah
diidentifikasi sebagai satu-satunya penyebab uremia. Ensefalopatiuremik (UE) adalah salah satu dari
banyak manifestasi gagal ginjal (Renal Failure). Gejala dapat berkembang perlahan atau cepat.
Perubahan sensoris termasuk kehilangan memori, gangguan konsentrasi, depresi, delusi, lesu, lekas
marah, kelelahan, insomnia, psikosis, stupor, katatonia, dan koma. Pasien mungkin mengeluh bicara
cadel, pruritus, otot berkedut, atau kaki resah.8
Withdrawal Syndromes
Withdrawal syndromes merupakan sindrom penarikan diri setelah penghentian konsumsi bahan-bahan
kimia termasuk obat-obatan dan alkohol. Gejala terdiri dari persecutori, pendengaran, atau paling sering
halusinasi visual dan taktil, namun, sensoris pasien dinyatakan jelas. Pada tahap awal, pasien jujur
mengakui telah mengalami halusinasi tetapi dalam stadium lanjut, halusinasi dianggap nyata dan dapat
menimbulkan ketakutan dan kecemasan yang ekstrim. Pasien dapat terlihat menarik benda-benda
imajiner, pakaian, dan lembaran kertas. Sekitar 23-33% pasien dengan withdrawal alcohol signifikan
mengalami kejang akibat penarikan alkohol (Rum fits).8