4
Diagnosis banding SE adalah sebagai berikut : Ensefalitis Ensefalitis ialah radang parenkim otak, hadir sebagai disfungsi neuropsikologi difus dan/atau fokal. Meskipun terutama melibatkan otak, meningen juga sering terlibat (meningoensefalitis).8 Gejalanya selain nyeri kepala, demam, gejala ISPA, kesadaran menurun sampai koma, serta dapat terjadi kejang fokal atau umum.5 Heat stroke Heat stroke dalah suatu bentuk hipertermia dimana suhu tubuh meningkat secara dramatis. Gambaran klinis dari heat stroke adalah suhu tubuh yang meningkat, tidak adanya keringat, kulit kering kemerahan, denyut nadi yang cepat,kesulitan bernapas, perilaku aneh, berhalusinasi, kebingungan, gelisah, disorientasi, kejang bahkan sampai koma. 8 Hipernatremia dalam Kegawatdaruratan Hipernatremia didefinisikan sebagai tingkat natrium serum lebih dari 145mEq/L. Gejala hipernatremia cenderung non spesifik. Anoreksia, gelisah, mual, dan muntah terjadi lebih awal. Gejala-gejala ini diikuti oleh perubahan status mental dan akhirnya pingsan atau koma. Gejala mungkin juga termasuk otot berkedut, hiperefleksi, ataksia, atau tremor. Gejala neurologis umumnya non fokal (misalnya perubahan status mental, ataksia, kejang) namun defisit fokal seperti hemiparesis juga dilaporkan terjadi. 8 Hipokalsemia dalam Kegawatdaruratan Kadar kalsium serum kurang dari 8,5mg/dL atau tingkat kalsium terionisasi kurang dari 1,0 mmol/L dianggap hipokalsemia. Pasien mungkin mengeluh kram otot, sesak nafas sekunder akibat bronkospasme,

Differential Diagnose of Status Epileptikus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Differential Diagnose of Status Epileptikus

Citation preview

Page 1: Differential Diagnose of Status Epileptikus

Diagnosis banding SE adalah sebagai berikut :

Ensefalitis

Ensefalitis ialah radang parenkim otak, hadir sebagai disfungsi neuropsikologi difus dan/atau fokal.

Meskipun terutama melibatkan otak, meningen juga sering terlibat (meningoensefalitis).8 Gejalanya

selain nyeri kepala, demam, gejala ISPA, kesadaran menurun sampai koma, serta dapat terjadi kejang

fokal atau umum.5

Heat stroke

Heat stroke dalah suatu bentuk hipertermia dimana suhu tubuh meningkat secara dramatis. Gambaran

klinis dari heat stroke adalah suhu tubuh yang meningkat, tidak adanya keringat, kulit kering kemerahan,

denyut nadi yang cepat,kesulitan bernapas, perilaku aneh, berhalusinasi, kebingungan, gelisah,

disorientasi, kejang bahkan sampai koma. 8

Hipernatremia dalam Kegawatdaruratan

Hipernatremia didefinisikan sebagai tingkat natrium serum lebih dari 145mEq/L. Gejala hipernatremia

cenderung non spesifik. Anoreksia, gelisah, mual, dan muntah terjadi lebih awal. Gejala-gejala ini diikuti

oleh perubahan status mental dan akhirnya pingsan atau koma. Gejala mungkin juga termasuk otot

berkedut, hiperefleksi, ataksia, atau tremor. Gejala neurologis umumnya non fokal (misalnya perubahan

status mental, ataksia, kejang) namun defisit fokal seperti hemiparesis juga dilaporkan terjadi. 8

Hipokalsemia dalam Kegawatdaruratan

Kadar kalsium serum kurang dari 8,5mg/dL atau tingkat kalsium terionisasi kurang dari 1,0 mmol/L

dianggap hipokalsemia. Pasien mungkin mengeluh kram otot, sesak nafas sekunder akibat

bronkospasme, kontraksi berhubung dengan tetanus, mati rasa pada ekstremitas distal, dan sensasi

kesemutan. Manifestasi kronik termasuk katarak, kulit kering,rambut kasar,kuku rapuh, psoriasis,

pruritus kronik dan gigi yang buruk. Hipokalsemia akut dapat menyebabkan sinkop, gagal jantung

congestive (CHF) dan angina karena efek kardiovaskular ganda. 8

Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah situasi klinis yang ditandai dengan penurunan konsentrasi glukosa plasma ke

tingkat yang dapat menyebabkan gejala atau tanda-tanda seperti perubahan status mental dan atau

stimulasi sistem saraf simpatik. Tingkat glukosa seorang individu menimbulkan gejala sangat bervariasi,

Page 2: Differential Diagnose of Status Epileptikus

meskipun kadar glukosa plasma kurang dari 50 mg / dL umumnya dianggap sebagai ambang batas.

Gejala aktivasi simpatoadrenal termasuk berkeringat, takikardia, kecemasan, dan rasa lapar. Gejala

neuroglikopenik termasuk kelemahan, kelelahan, atau pusing, perilaku yang tidak pantas (kadang-

kadang dianggap mabuk), sulit berkonsentrasi, kebingungan, penglihatan kabur dan dalam kasus yang

ekstrim, koma dan kematian. 8

Hiponatremia

Hiponatremia didefinisikan sebagai tingkat natrium serum kurang dari 135mEq/L dan dianggap parah

ketika tingkat serum di bawah 125mEq/L. Gejala berupa mual dan malaise dengan pengurangan ringan

pada natrium serum, lesu, penurunan tingkat kesadaran, sakit kepala, dan jika parah kejang dan koma.

Gejala neurologis yang jelas paling sering adalah karena sangat rendahnya kadar natrium serum

(biasanya <115 mEq/L), sehingga terjadi pergeseran cairan osmotik intraserebral dan menyebabkan

terjadinya edema otak. Kompleks gejala neurologis dapat menyebabkan herniasi tentorial dengan

kompresi batang otak dan pernapasan berikutnya mengakibatkan kematian dalam kasus yang paling

parah.8

Tingkat keparahan gejala neurologis berkorelasi baik dengan tingkat dan derajat penurunan natrium

serum. Penurunan bertahap natrium serum, bahkan untuk tingkat yang sangat rendah, dapat ditoleransi

dengan baik jika terjadi selama beberapa hari atau minggu, karena adaptasi saraf. Kehadiran penyakit

neurologis yang mendasari, seperti gangguan kejang, atau kelainan metabolik non neurologik, seperti

hipoksia, hiperkapnia, atau asidosis, juga mempengaruhi tingkat keparahan gejala neurologis.8

Medication-Induced Dystonic Reactions

Medication-Induced Dystonic Reactions yang merugikan sering terjadi tak lama setelah mulai terapi obat

neuroleptik. Reaksi-reaksi ini dapat terjadi karena berbagai macam obat-obatan. Reaksi distonik (yaitu

diskinesia) ditandai dengan kontraksi intermiten spasmodik atau berkedutnya otot di wajah, leher,

panggul, dan ekstremitas. Reaksi distonik jarang mengancam kehidupan, namun sangat tidak nyaman

dan sering menghasilkan kecemasan yang signifikan dan kesusahan bagi pasien. Untungnya, pengobatan

sangat efektif, dan gangguan motorik dapat diatasi dalam beberapa menit.8

Sindrom neuroleptik maligna

Page 3: Differential Diagnose of Status Epileptikus

Sindrom neuroleptik maligna (NMS) mengacu pada kombinasi hipertermia, kekakuan, dan disregulasi

otonom yang dapat terjadi sebagai komplikasi serius dari penggunaan obat antipsikotik. Adapun gejala

klinis dari NMS yaitu diaforesis, disfagia, tremor, inkontinensia, delirium yang dapat berkembang

menjadi lesu, pingsan dan koma,tekanan darah yang tidak stabil, pucat, dispnea,agitasi psikomotor,

kekakuan, hipertermia, takikardia serta cara jalan menyeret.8

Ensefalopati Uremikum

Uremia menggambarkan tahap akhir dari insufisiensi ginjal progresif dan kegagalan multiorgan yang

dihasilkan. Ini merupakan hasil dari akumulasi metabolit protein dan asam amino dan kegagalan seiring

proses katabolik, metabolisme, dan endokrinologik ginjal. Tidak ada metabolit tunggal telah

diidentifikasi sebagai satu-satunya penyebab uremia. Ensefalopatiuremik (UE) adalah salah satu dari

banyak manifestasi gagal ginjal (Renal Failure). Gejala dapat berkembang perlahan atau cepat.

Perubahan sensoris termasuk kehilangan memori, gangguan konsentrasi, depresi, delusi, lesu, lekas

marah, kelelahan, insomnia, psikosis, stupor, katatonia, dan koma. Pasien mungkin mengeluh bicara

cadel, pruritus, otot berkedut, atau kaki resah.8

Withdrawal Syndromes

Withdrawal syndromes merupakan sindrom penarikan diri setelah penghentian konsumsi bahan-bahan

kimia termasuk obat-obatan dan alkohol. Gejala terdiri dari persecutori, pendengaran, atau paling sering

halusinasi visual dan taktil, namun, sensoris pasien dinyatakan jelas. Pada tahap awal, pasien jujur

mengakui telah mengalami halusinasi tetapi dalam stadium lanjut, halusinasi dianggap nyata dan dapat

menimbulkan ketakutan dan kecemasan yang ekstrim. Pasien dapat terlihat menarik benda-benda

imajiner, pakaian, dan lembaran kertas. Sekitar 23-33% pasien dengan withdrawal alcohol signifikan

mengalami kejang akibat penarikan alkohol (Rum fits).8