Upload
dokien
View
216
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP STATUS GIZI, PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL
BALITA (USIA 2 - 5 TAHUN)
(DI DESA PENATARSEWU TANGGULANGIN SIDOARJO JAWATIMUR)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
NUR SAIDAH NIM : S540209224
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HUBUNGAN PENYULUHAN GIZI DENGAN STATUS GIZI,
PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL BALITA
(USIA 2 – 5 TAHUN) DI DESA PENATARSEWU
TANGGULANGIN SIDOARJO JAWATIMUR
TESIS
Oleh :
NUR SAIDAH
NIM S540209224
Telah Disetujui Oleh Tim Pebimbing
Jabatan Nama TandaTangan Tanggal
Pembimbing 1 Prof.Dr.Ambar Mudigdo,dr, SpPA (K) _____________
Pembimbing II dr.Bambang Sukilarso, MS _____________
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Prof. Dr. Didik G. Tamtomo, dr, M. Kes. MM. PAK
NIP. 1948 03 13 1976 10 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Nur Saidah
NIM : S540209224
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul HUBUNGAN
PENYULUHAN GIZI DENGAN STATUS GIZI, PERKEMBANGAN FISIK
DAN PSIKOSOSIAL BALITA (2 -5TAHUN ) DI DESA PENATARSEWU
TANGGULANGIN KABUPAREN SIDOARJO JAWA TIMUR adalah betul-
betul karya saya sendiri.
Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesisi tersebut diberi tanda dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh
dari tesis tersebut.
Surakarta,…………………
Yang membuat pernyataan
Nur Saidah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
ABSTRAK
Nur Saidah, S540209224, 2010.Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Status Gizi, Perkembangan Fisik Dan Psikososial Balita (Usia 2 – 5 Tahun) Di Desa Penatarsewu Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Tesis: Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.
Masalah gizi di Indonesia Khususnya pada Balita menjadi masalah besar, karena berkaitan erat dengan indikator kesehatan umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi, perkembangan fisik dan perkembangan psikososial Balita (usia 2-5 tahun). Jenis Penelitian ini Quasi experiment dalam bentuk one group pre test dan post test design. Variabel independent penelitian ini penyuluhan gizi variabel dependentnya status gizi, perkembangan fisik dan perkembangan psikososial. Sampel seluruh Balita (usia 2 – 5 tahun) di Desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur diambil secara Cluster Random Sampling dengan jumlah 109 Balita dan ibunya. Instrumen yang digunakan adalah quesioner, KMS, timbagan berat badan dan DDST. Selanjutnya data di analisis uji beda Mc Nemar. Penelitian ini menunjukkan hasil uji Mc Nemar p < α = 0,05 Ho diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan antara penyuluhan gizi dengan status gizi, perkembangan fisik dan perkembangan psikososial. Pentingnya peningkatan pengetahuan bagi kaum ibu karena semakin baik pengetahuan ibu akan semakin besar kemungkinannya untuk mempunyai Balita dengan status gizi dan perkembangan fisik dan psikomotor yang baik pula sehingga dapat dicapai perkembangan anak yang optimal Kata kunci : penyuluhan gizi, status gizi, perkembangan fisik dan perkembangan psikososial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
ABSTRACT
Nur Saidah, S540209224, 2010. the relationship between nutrition counseling with growth physical and physicosocial toddler (aged 2-5 years) in Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo of East Java. Thesis : Master of family medicine, Post Graduate Program, Sebelas Maret University.
The nutrition problem in Indonesia especially in toddler become a major problem, because it is closely related to general health indicator. The aim of this research is to know relationship between nutritional status, growth physical and growth physicosocial toddler ( aged 2-5 years). The type of this research is quasy experiment in one group pre test and post test design. The independent variable is nutrition counseling but the dependent variable is nutritioanal status,growth physical and physicosocial. All of toddlers (aged 2-5 years) in Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo of East Java are taken by cluster Random sampling with as number 109 babies and their mothers. The instrument is used by questionnarie, KMS, Weight scales and DDST. Then the data is analyzed by difference wilcoxon test and linear regression. This research shows the result of wilcoxon > α = 0,05 Ho acceptable means no difference significant between pre- and post treatment. The result of regression linear is not related to nutrition counseling with nutritional status (p > α = 0,05). So, the relationship between nutrition counseling with growth physical and physicosocial shows significant relationship p = 0,000 < α = 0,05. The importance of improving knowledge for women because of the better knowledge of the mother will be more likely to have babies with nutritional status and physical and psychomotor development are well too so that they can achieve the optimal development of children Keywords: Nutrition Counseling, Nutritioanal status, Growth Status and Growth
psychosocial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP STATUS GIZI,
PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL
BALITA (USIA 2 – 5 TAHUN)
(DI DESA PENATARSEWU TANGGULANGIN SIDOARJO JAWATIMUR)
Disusun Oleh
NUR SAIDAH
S.540209224
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal..............................
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.Ambar Mudigdo,dr, SpPA (K) Bambang Sukilarso,dr,MS
NIP.19490317 197609 1 001 NIP. 19510306 197903 1 002
Mengetahui :
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Didik Tamtomo,dr.MM,M.Kes.PAK
NIP. 19480313 197610 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
TESIS
PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP STATUS GIZI, PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL
BALITA (USIA 2 – 5 TAHUN)
(DI DESA PENATARSEWU TANGGULANGIN SIDOARJO JAWATIMUR)
Disusun Oleh
NUR SAIDAH
S.540209224
Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal..............................
Jabatan : Nama TandaTangan
Ketua : Prof. Dr. Didik Tamtomo,dr.MM,M.Kes.PAK .................
NIP. 19480313 197610 1 001
Sekretaris : Dr.Nunuk Suryani, MPd ..................
NIP. 19661108 199003 2 001
Anggota : 1. Prof.Dr.Ambar Mudigdo,dr, SpPA (K) .....................
NIP. 19490317 197609 1 001
2. Bambang Sukilarso,dr, MS ......................
NIP. 19510306 197903 1 002
Surakarta,................................................
Mengetahui,
Direktur PPs UNS Ketua Program Studi MKK
Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Prof. Dr.DidikTamtomo,dr.MM,M.Kes.PAK
NIP. 1957 0820 198503 1004 NIP. 19480313 197610 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Nur Saidah
NIM : S540209224
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “ PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP STATUS GIZI, PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL BALITA (USIA 2 – 5 TAHUN) DI DESA PENATARSEWU TANGULANGIN SIDOARJO JAWATIMUR adalah betul – betul karya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Agustus 2010
Yang membuat pernyataan,
Nur Saidah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya
sehingga penyusunan tesis yang berjudul “Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap
Status Gizi, Perkembangan Fisik dan Perkembangan Psikososial Balita (usia
2–5 tahun) di desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten
Sidoarjo Jawa Timur Tahun 2010“dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari semua pihak
yang terkait, penelitian ini tidak dapat terwujud, untuk itu dengan segala hormat
perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, Prof. Dr. H. Samsyul
Hadi,dr, SPKJ (K).
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Prof. Drs. Suranto,
M.Sc.PhD. yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret.
3. Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga, Prof.Dr.Didik
Tamtomo,dr.,M.Kes. PAK, yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret.
4. Pembimbing I, Prof.Dr. Ambar Mudigdo,dr., SpPA ( K ) yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk menanggapi konsultasi saya serta bersedia
membimbing saya dan memberikan nilai yang terbaik untuk semua
muridnya, tidak terkecuali saya. Dengan segala hormat saya mengucapkan
terimakasih atas bantuan dan kepeduliannya.
5. Pembimbing II, Bambang Sukilarso,dr., MS yang telah membimbing saya
sehingga bisa lebih mendalami tentang Ilmu Kedokteran Keluarga serta
bersedia untuk menjadi pembimbing II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
6. Semua guru-guru saya di Program Studi magister Kedokteran Keluarga UNS
serta teman – teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih
atas bekal ilmu yang telah diberikan, semoga menjadi amal jariyah yang
bermanfaat.
7. Bidan desa Penatarsewu, ibu – ibu di Desa penatarsewu dan semua pihak
yang memotivasi sehingga penyusunan tesis ini terselesaikan.
8. Ketua Yayasan Warga Kesejahteraan Warga Kesehatan Mojokerto yang telah
memberikan kesempatan untuk meningkatkan jenjang pendidikan.
9. Suami dan ketiga anak – anakku tersayang serta seluruh keluarga tercinta
yang telah banyak berkorban dengan penuh kasih dan kesabaran hingga
terselesaikannya penulisan tesis ini.
Akhirnya atas bimbingan dan bantuan semuanya kami sampaikan banyak
terima kasih. Harapan penulis semoga tesis yang masih jauh dari sempurna ini
mendapatkan saran dan masukan agar menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat.
Surakarta , Juli 2010
Penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................ iv
PERNYATAAN .................................................................................. vi
KATA PENGANTAR.. .......................................................................... vii
DAFTAR ISI.......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xii
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................ 1 B. Identifikasi masalah ........................................................ 3 C. Pembatasan Masalah ....................................................... 4 D. Rumusan masalah ............................................................ 4 E. Tujuan penelitian ............................................................ 4 F. Manfaat penelitian ......................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori .............................................................................. 6 1. Konsep Dasar Penyuluhan ................................................. 6 2. Konsep Dasar Status Gizi .................................................. 17 3. Konsep Dasar Balita ........................................................... 24 4. KonsepDasar Perkembangan ......................................... 34
B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 39 C. Kerangka Berpikir ................................................................... 42 D. Hipotesis Penelitian .......................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................... 44 B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian.................................. 44 C. Populasi, Sampel dan Sampling................................................. 44 D. Variabel Penelitian................................................................... 46 E. Definisi Operasional dan Alat Ukur..................................... 46 F. Teknik Pengumpulan Data........................................................ 47 G. Teknik Anlisisa Data................................................................. 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Tempat Penelitian ........................................................... 50 1. Gambaran lokasi Penelitian....................................................... 50 2. Data umum Responden ............................................................ 51 3. Karakteristik Individu............................................................... 51
B. Hasil Penelitian................................................................................. 53 1. Analisis Pengaruh Penyuluhan gizi terhadap Status Gizi ....... 54 2. Analisis Pengaruh Penyuluhan GiziTerhadap Perkembangan
Fisik .......................................................................................... 54 3. Analisis Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Perkembangan
Psikososial ................................................................................ 55 C. Pembahasan ..................................................................................... 55
1. Pengaruh Penyuluhan gizi Terhadap Status Gizi ..................... 55 2. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Perkembangan Fisik ....... 60 3. Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Perkembangan Psikososial .. 62
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 65
BAB V. PENUTUP A. Simpulan ......................................................................................... 66 B. Implikasi……………………………………………………….. .... 66 C. Saran ................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 68 LAMPIRAN...................................................................................................... 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
2.1 Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri 22
3.1 Penyebaran Responden Berdasarkan Tempat Posyandu 47
4.1 Distribusi Frekuensi ibu Balita Berdasarkan Usia 51
4.2 Distribusi Frekuensi Ibu Balita Berdasarkan Pekerjaan 52
4.3 Distribusi Frekuensi Ibu Balita Berdasarkan Pendidikan 53
4.4 Pengaruh Penyuluhan Gizi dengan Status Gizi 54
4.5 Pengaruh Penyuluhan Gizi dengan perkembangan
Fisik 54
4.6 Pengaruh Penyuluhan Gizi dengan Perkembangan
Psikososial 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berfikir 42
4.1 Peta Desa Penatarsewu 51
4.2 Grafik Batang berdasarkan umur Ibu 52
4.3 Grafik Batang Berdasarkan Pekerjaan Ibu 52
4.4 Grafik Batang Berdasarkan Pendidikan Ibu 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG/ISTILAH
Daftar Singkatan
Balita : Bawah Lima Tahun
KMS : Kartu Menuju Sehat
NCHS : National Center For Health Statistics
TB/U : Tinggi Badan / Umur
BB/U : Berat Badan / Umur
BB/TB : Berat Badan / Tinggi Badan
MP ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
BPS : Bidan Praktek Swasta
RT : Rukun Tetangga
DDST : Denver Developmental Screening Test
SD : Standart Deviasi
Dinkes : Dinas Kesehatan
Daftar lambang/ Istilah :
% : Persen
α : Alfa
> : Lebih Besar
< : Lebih Kecil
P : Probabilitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman
1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 76
2 Kuesioner 77
3 Kartu Menuju Sehat 81
4 DDST 85
5 Satuan Acara Penyuluhan 86
5 Leaflet Gizi 99
6 Tabel Berat Badan Menurut Umur 100
7 Baku Berat Badan Menurut Umur 104
8 Cara menghitung status gizi cara Z-Score 106
9 Permohonan Ijin Penelitian dari UNS Surakarta 107
10 Jawaban Permohonan dari Kesbanglinmas Kabupaten
Sidoarjo 108
11 Surat Jawaban Permohonan Ijin dari Kecamatan Tanggulangin 109
12 Surat Jawaban Permohonan Ijin DesaPenatarsewu 110
13 Surat Keterangan dari Bidan Desa Penatarsewu 111
14 Rekapitulasi Hasil Penelitian 112
15 Analisis Statistik menggunakan SPSS 122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah
tumbuh kembang seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi
medis maupun statistik. Anak yang sehat akan menunjukkan tumbuh kembang
yang optimal, apabila diberikan lingkungan bio – fisiko – psikososial yang
adekuat. Setiap orang tua berkeinginan agar anaknya dapat tumbuh kembang
optimal, yaitu mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai
dengan potensi genetik yang ada pada anak dan hal ini harus dipenuhi sejak dini
(Soetjiningsih, 2005). Makna pertumbuhan dan perkembangan mencakup dua
peristiwa yang statusnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan
(Supariasa, 2001). Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan
berat sedangkan perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Rusmil, 2008).
Beberapa ahli di bidang tumbuh kembang anak, mengungkapkan konsep
yang berbeda-beda tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
seseorang. Namun demikian perbedaan tersebut dapat pula ditarik beberapa
persamaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Persamaan
tersebut mengatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
utama yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal seperti biologis,
termasuk genetik dan faktor eksternal seperti status gizi. Gizi merupakan suatu
proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui
proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan (Supariasa,
2001). Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui orang tua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta
bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini bersifat irreversible (Nita,
2008).
Kekurangan gizi pada masa balita akan berpengaruh besar pada kualitas
seseorang nantinya. Asupan gizi yang kurang pada dua tahun pertama
pertumbuhan, bisa menyebabkan gangguan serius pada perkembangan otak yang
mengakibatkan tingkat kecerdasan anak terhambat (Siswono, 2009). Kurang gizi
pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya.
Anak kelihatan pendek, kurus dibandingkan dengan teman sebayanya yang lebih
sehat. Ketika memasuki usia sekolah tidak bisa berprestasi menonjol karena
kecerdasannya terganggu (Khomsan, 2008).
Masalah gizi di Indonesia khususnya pada balita, menjadi masalah besar
karena berkaitan erat dengan indikator kesehatan umum seperti tingginya angka
kesakitan serta angka kematian bayi dan balita sehingga menilik catatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), Indonesia masih berada pada peringkat 108 dari
177 negara di dunia. Hingga pertengahan tahun 2008 jumlah balita yang
mengalami kekurangan gizi masih pada kisaran 4 juta jiwa dari 110 juta balita di
Indonesia. Dilihat dari kacamata statistik, angka ini presentasenya sangat kecil
jika dibandingkan dengan keseluruhan penduduk Indonesia yang jumlahnya lebih
dari 220 juta orang. Namun tidak bisa diabaikan karena ini menyangkut masalah
kemanusiaan. Departemen Kesehatan mengklasifikasikan angka tersebut dalam
beberapa kategori yaitu gizi kurang, risiko gizi buruk, dan gizi buruk. Data
Depkes awal Maret 2008, jumlah balita penderita malnutrisi pada tahun 2007
adalah 4,1 juta jiwa. Sebanyak 3,38 juta jiwa berstatus gizi kurang dan 755 ribu
termasuk kategori risiko gizi buruk (Siswono, 2009).
Khusus daerah Jawa Timur, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Jawa
Timur pada bulan Maret 2008, prevalensi gizi buruk mencapai 20 persen,
sementara balita gizi buruknya 8,7 persen (Adiningsih, 2008). Kabupaten Sidoarjo
merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang juga rawan kasus gizi buruk.
Dari data status gizi balita provinsi Jawa Timur tahun 2007, Prevalensi balita gizi
buruk 0,71% dari 81.495 balita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 25 Februari 2010 yang
dilaksanakan di Desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin-Sidoarjo pada bulan
Desember 2009, prevalensi balita 2 – 5 tahun yang mengalami gizi buruk sebesar
2,85 persen dari 140 balita dan berdasarkan wawancara dari 10 orang didapatkan
(70%) tidak mengetahui bahwa pengetahuan gizi dapat mempengaruhi status gizi
dan perkembangan balita .
Menurut Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan Bogor Trintrin Tjukani
menemukan sebuah konsep bagaimana menanggulangi masalah kekurangan gizi
pada anak balita atau enam langkah membuat status gizi balita meningkat yang
diuji cobakan melalui sebuah penelitian di Kabupaten Pandeglang
Banten.Pertama, pengorganisasian masyarakat. Kedua, pelatihan. Ketiga,
penimbangan balita. Keempat, penyuluhan gizi. Kelima, pemberian makanan
tambahan. Dan keenam, penggalangan dana ( Republika, 27 September 2001).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “pengaruh peyuluhan gizi terhadap status gizi,
perkembangan fisik dan perkembangan psikososial Balita (usia 2 – 5 tahun) di
Desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur
Tahun 2010” .
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Pertumbuhan dan perkembangan balita dipengaruhi oleh dua faktor antara
lain faktor genetik dan faktor lingkungan (Aziz Alimul, 2005). Penilaian
pertumbuhan dan perkembangan anak sangat bermanfaat, baik secara klinik
maupun di lapangan. Cara penilaiannya meliputi anamnesa, pemeriksaan
antropometrik, gejala klinis, pemeriksaan laboratorium dan radiologik sesuai
dengan kebutuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. PEMBATASAN MASALAH
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi,
perkembangan fisik dan perkembangan psikososial Balita (usia 2 – 5 tahun) di
Desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur
Tahun 2010.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang masalah maka rumusan masalah yang
dapat di kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi Balita (usia 2– 5
tahun)?
2. Adakah pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik Balita (usia 2
– 5 tahun) ?
3. Adakah pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial Balita
(usia 2 – 5 tahun) ?
E. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi Balita (usia 2 – 5
tahun).
2. Mengetahui pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik Balita
(usia 2 – 5 tahun ).
3. Mengetahui pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial
Balita (usia 2-5 tahun).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti-bukti
empiris tentang teori bahwa perkembangan psikomotor dan perkembangan
fisik dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Penyuluhan gizi dan
Status Gizi termasuk dalam faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
perkembangan fisik dan psikomotor tersebut.
2. Manfaat Praktis
a. Dinas Kesehatan
Penelitian ini dapat digunakan untuk membantu pemerintah
dalam bidang kesehatan untuk menjalankan program-program kesehatan
yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak sehingga dapat dicapai
derajat kesehatan anak yang optimal.
b. Tempat penelitian
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah
desa untuk meningkatkan program kesehatan Balita sehingga kwalitas
Balita di desa sama dengan kwalitas Balita yang di kota.
c. Ibu Balita Desa Penatarsewu
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu Balita tentang
cara meningkatkan status gizi bagi balitanya sehingga perkembangan fisik
dan psikososial anak di masa depan lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Konsep Dasar Penyuluhan
a. Pengertian penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, sehingga masyarakat tidak saja sadar,
tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah
gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-
prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, atau
bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara
perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan (Nasrul
effendy dalam Eli dan Neil, 2008 ).
Menurut Azrul Anwar, penyuluhan kesehatan adalah kegiatan
pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan ,menanamkan
keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar ,tahu dan mengerti ,tetapi
juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungan nya
dengan kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan
individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan
kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus
dilaksanakan atau suatu prdoduk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya
suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang di
dalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap maupun
praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, 2002)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Tujuan pendidikan kesehatan adalah (Nasrul Effendy dalam Eli dan Neil,
2008):
1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan
lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan
derajat yang optimal.
2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga kelompok dan
masyarakat sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan
sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3) Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk mengubah
perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
c. Faktor-faktor yang diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan
penyuluhan kesehatan adalah:
1) Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang
terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah seseorang
menerima informasi yang didapatnya.
2) Tingkat sosial ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin
mudah pula dalam menerima informasi baru.
3) Adat istiadat
Pengaruh adat istiadat dalam menerima informasi baru
merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita
masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh
diabaikan.
4) Kepercayaan masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang
disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena
sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
5) Ketersediaan waktu di masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat
aktivitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat
dalam penyuluhan.
d. Metode Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2003:105), metode yang dapat
dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah:
1) Metode ceramah
Merupakan suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan
suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok
sasaran, sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.
2) Metode diskusi kelompok.
Merupakan pembicaraan yang direncanakan dan telah
dipersiapkan. tentang suatu topik pembicaraan diantara 5-20 peserta
(sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
3) Metode curah pendapat.
Merupakan suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap
anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang
terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan evaluasi atas pendapat-
pendapat tadi dilakukan kemudian.
4) Metode panel.
Merupakan pembicaraan yang telah direncanakan di depan
pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau
lebih panelis dengan seorang pemimpin.
5) Metode bermain peran.
Merupakan memerankan sebuah situasi dalam kehidupan
manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau
lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
6) Metode demonstrasi.
Merupakan suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan
prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti
untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan
terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya.
7) Metode simposium.
Merupakan serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai
5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
8) Metode seminar.
Merupakan suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul
untuk membahas suatu masalah di bawah bimbingan seorang ahli
yang menguasai bidangnya.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan :
1) Masukan sendiri juga metode materi atau pesan nya
2) Pendidik atau petugas yang melakukannya
3) Alat-alat bantu atau alat peraga pendidikan (Notoadmodjo,2003:103)
f. Tujuan pendidikan kesehatan :
1) Mengubah pengetahuan/pengertian ,pendapat dan konsep –konsep
2) Mengubah sikap dan persepsi
3) Menanamkan tingkah laku atau kebisaan yng baru (Notoadmodjo,
2003:113)
Di bawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan
individual, kelompok dan massa:
a) Metode pendidikan Individual (Perorangan)
Metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk
membina perilaku baru ,atau seseorang yang mulai tertarik kepda
sesuatu perubahan perilaku atau inovasi, hal ini disebapkan
karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-
beda sehubungan dengan penerimaa atau perilaku baru.
Bentuk dari pendekatan ini ,antara lain :
(1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)
Dengan cara ini kontak antara klien dengn petugas
kesehatan lebih intensif setiap masalah yang dihadapi oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaianya
(Notoadmojo,2003:104)
(2) Interview (wawancara)
Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan
klien untuk mengali informasi mengapa ia tidak mau atau
belum menerima perubahaan.ia tertarik atau belum menerima
prubahan untuk megtahui pakah perilaku yang sudah atau yang
akan diabdosi itu mempunyai dasar pengrtian dan kesadaran
yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih
mendalam lagi (Notoadmodjo;2003:104)
b) Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok harus
mengingat besanya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan
formal pada sasaran.Unuk keompok yang besar, metodenya akan
lain dengan kelompok kecil .Efektivitas suatu metode akan
tergatung pula pada besarnya sasaran pendidikan.
(1) Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar apabila peserta
penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar antara lain :
(a) Ceramah: Metode ini baik untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam menggunakan
metode ceramah :
i) Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah
menguasai materi yang akan diceramahkan .Untuk itu
penceramah harus mempersiapkaan diri dengan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
(i) Mempelajari materi dengan sistematik yang baik
,lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau
skema.
(ii) Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran.
ii) Pelaksana
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah
adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran
ceramah untuk dapat menguasai sasaran penceramah
dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
(i) Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh
ragu-ragu dan gelisah.
(ii) Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
(iii) Pandangan harus tertuju keseluruh peserta ceramah.
(Notoadmodjo, 2003:105).
(b) Seminar
Metode ini hanya cook unuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan menengah ke atas.Seminar adalah suatu
penyajian dari satu satu ahli atau beberapa ahli tentang
suatu topik yang di anggap penting dan biasanya di anggap
hangat di masyarakat(Notoadmodjo,2003:106)
(2) Kelompok Kecil
Apabila pesrta kegiatan kurang dari 15 orang biasanya
disebut kelompok kecil.Metode metode yang cocok untuk
kelompok kecil,antara lain:
(a) Diskusi kelompok
Dalam diskusi kelompok semua anggota bebas
berpartisipasi dalam diskusi,maka formasi duduk para
peserta diatur sedemikian rupa sehingga dapat berhadap-
hadapan atau saling memandang satu sama lain.Untuk
memulai diskusi,harus memberi pancingan berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pertanyaan atau kasus sehubungan dengn topic yang di
bahasa.
(b) Curah pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi
kelompok.Prinsipnya sama metode diskusi kelompok
memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta
memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan(cara
pendapat). Tanggapan atau Jawaban-jawaban tersebut
ditampung dan di tulis dalam flipchart atau papan
tulis.Sebelum semua peserta mencurahkan
pendapatnya,tidak boleh diberi komentar oleh siapapun.
(c) Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1
pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan
atau masalah,setelah ebih kurang 5 menit tiap 2 pasang
bergabung menjadi satu.Mereka tetep mendiskusikan
masalah terebut dan mencari kesimpulan.Kemdian tiap dua
pasang yang sudah beranggotakan 4 orang bergabung
dengan pasangan lainya dan sedemikian akhirnya terjadi
diskusi seluruh kelas.
(d) Kelompok Kecil-kecil ( Bruzz group)
Kelompok langsung di bagi menjadi kelompok
kecil-kecil (buzz group) kemudian dilontarkan suatu
pemasalahan-permasalahan sama atau tidak dengan
kelompok lainya dan masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut.
(e) Role play (Memainkan Peranan)
Dalam metode ini beberapa anggota ditunjuk
sebagai pemenang peranan tertentu untuk memainkan
peranan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
(f) Permainan Simulasi (Simulation Game)
Gambaran antara role play dengan diskusi
kelompok,pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa
bentuk permainan seperti permainan monopoli.
c) Metode Pendidikan Massa (public)
Metode pendidikan massa untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang
sifat nya massa atau public.Sasaran pendidikan bersifat umum
dalam arti tidak membedakan golongan umur,jenis kelamin
pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan maka pesan
kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang demikian rupa.
Contoh metode melalui media massa:
(1) Ceramah umum
Pada acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan
Nasional Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainya
bepidato di hadapan masa rakyat untuk menyampaikan pesan -
pesan kesehatan Safari KB juga merupakan salah satu bentuk
pendekatan massa.
(2) Pidato-pidato diskusi tenang kesehatan melalui media
elektronik baik TV maupun radio
(3) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas
kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah
kesehatan tentang suatu penyakit atau mlah kesehtan melaui
TV atau rdio.
(4) Sinetron “Dokter Sartika”di dalam acara TV juga merupakan
pendekatan pendidikan kesehatan massa.
(5) Tulisan di majalah atau koran baik dalam bentuk artikel
maupun tanya jawab tentang kesehatan
(Notoadmodjo,2003:18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d) Alat Bantu dan Media Pendidikan kesehatan
(1) Alat Bantu (Peraga)
Yang dimakud alat bantu pendidikan adalah alat-alat
yan di gunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan
pendidikan atau pengajaran.Alat bantu ini lebih sering dsebut
“alat peraga”karena berfungsi untuk membantu dan meragakan
sesuatu dalam proses pendidikan pengajaran
(Notoadmodjo,2003:108).
(2) Media Pendidikan Kesehatan
Alat yang digunakan untuk mempermudah penerimaan
pesan-pesan kesehatan bagi msyarakat atau
“klien”.Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan
kesehatan (media),media ini di bagi menjadi 3 yaitu :
(a) Media cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain :
i) Booklet adalah suatu media untuk mnyampaikan pesan
kesehatan dan bentuk buku,baik tulisan maupun gambar
ii) Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau
pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat
iii) Flyer (selebaran) adalah seperti leaflet tetapi tidk dalam
bentuk selebaran
iv) Flip chart(lembar balik) adalah media penyampaian
pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar
balik
v) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau
majalah
vi) Poster adalah bentukmedia cetakberisi pesan-pesan atau
informasi kesehatan
vii) Foto yang mengungkapkan informsi kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(b) Media elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk
menyampaikan pesan atau informasi kesehatan jenisnya
beda-beda,antara lain :
i) Televisi adalah penyampaian pesan atau informasi
kesehatan melalui media televisi
ii) Radio adalah penyampaian informasi atau pesan
kesehatan melalui radio
iii) Video adalah penyampaian informasi atau pesan
kesehatan dapat melalui video
iv) Slide :slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan atau infomasi kesehatan
v) Film stripe juga dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan kesehatan
vi) Media papan (bill board)
Papan (bill board) yang dipasang ditempat umum
untuk dipakai diisi dengan pesan atau informasi
kesehatan.Media papan disini juga mencakup pesan-
pesan yang di tulis pada lembaran seng yang ditempel
pada kendaraan umum (bus atau taksi).
g. Penyuluhan gizi
Pengetahuan yang kurang tentang gizi dan kesehatan akan
menyebabkan asupan makanan yang tidak cukup serta meningkatnya
risiko penyakit infeksi diantaranya Diare dan ISPA. Peningkatan
pengetahuan dapat dilakukan dengan penyuluhan. Penyuluhan terdiri dari
beberapa model diantaranya adalah pendampingan dengan fokus
pemberdayaan keluarga ( Amir, Aswita & Muis, Siti Fatimah &
Suyatno,2008).
Berbagai program perbaikan gizi yang dalam beberapa tahun
terakhir dijalankan pemerintah, dinilai belum berjalan optimal. "Program
perbaikan gizi belum berjalan optimal, ini bisa kita lihat dari kegiatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dilakukan di tingkat terbawah, di posyandu," kata Guru Besar Pangan dan
Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Ali Khomsan di Jakarta. Menurut
beliau, sebagian besar posyandu di desa-desa sekadar melakukan kegiatan
penimbangan balita dan pada saat-saat tertentu imunisasi. Sementara
fungsi-fungsi pokok posyandu yang lain, seperti sebagai pembawa pesan
kesehatan dan pelaku utama upaya perbaikan gizi balita belum berjalan
dengan baik. "Penyuluhan gizi, yang merupakan bagian penting dalam
upaya perbaikan gizi, belum sepenuhnya jalan," katanya. Ia mengatakan
hal itu antara lain terjadi karena program pembangkitan kembali
(revitalisasi) peran posyandu yang dicanangkan pemerintah pada 2005
hingga kini belum berjalan dengan baik. "Saat ini ada sekitar 240 ribu
posyandu di Indonesia, tapi bagaimana kualitasnya? Meski kita dengar
revitalisasi posyandu dilakukan sejak beberapa tahun lalu, tapi bagaimana
kondisinya di desa-desa sekarang, seharusnya dicek sudah benar-benar
jalan atau belum,"jelasnya. Kondisi dan kegiatan posyandu, jelas dia,
mesti dipantau, dievaluasi, dan optimalkan untuk memastikan fungsinya
sebagai ujung tombak berbagai upaya kesehatan, utamanya dalam upaya
perbaikan gizi balita, berjalan sesuaitarget.
Lebih lanjut dia menjelaskan, upaya perbaikan gizi balita melalui
pembagian Makanan Pendamping ASI bagi balita dari keluarga kurang
mampu pun masih tanggung. Atas persetujuan DPR, kata dia, pemerintah
telah menyediakan dana Rp300 miliar per tahun untuk penyediaan
Makanan Pendamping ASI bagi balita dari keluarga kurang mampu namun
upaya itu hanya mampu menjangkau 15% balita di desa-desa. "Kader di
daerah selalu bilang bahwa itu hanya cukup untuk 15 persen anak kita,
artinya dari 100 balita di desa hanya 15 anak yang dapat MP ASI. Dana
Rp300 miliar itu jadi tidak besar karena saking banyaknya balita Indonesia
yang butuh bantuan," jelasnya. Lebih lanjut ia menjelaskan, guna
mencegah terjadinya masalah gizi buruk pada balita pada masa mendatang
pemerintah harus mulai memadukan dan mengoptimalkan program-
program perbaikan gizi yang dijalankan. Penyuluhan gizi, pemberian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
makanan tambahan, fortifikasi bahan pangan dan program yang lainnya,
kata dia, harus dipastikan berjalan dengan baik dan dievaluasi secara
berkala. "Dan tentunya kemiskinan harus terus dikurangi, karena ini
adalah faktor kunci munculnya masalah gizi," demikian Ali Khomsan
(2008).
2. Kosep Dasar Status Gizi
a. Pengertian Gizi
“Gizi” berasal dari bahasa Arab, “gizzah”, yang artinya zat
makanan sehat (Irianto dan Waluyo, 2004).
Gizi adalah suatu proses orgenisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui prosepsi, digesti, absorsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat – zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ – organ, serta menghasilkan energi (Supariasa,
2002:17)
b. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2003).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu (Supariasa 2001).
c. Faktor -faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Pada prinsipnya ada dua faktor yang mempengaruhi status gizi
balita, yaitu:
1) Faktor Langsung
Faktor langsung yang berpengaruh adalah :
a) Asupan makanan
Menurut Worthington Roberts (1993) dalam Bobak
(2004) pemberian ASI Eksklusif memiliki banyak manfaat,
salah satunya yaitu bayi akan mendapat imunologi untuk
melindunginya dari banyak penyakit dan infeksi. ASI Eksklusif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
adalah pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman
lainnya selama 6 bulan pertama usia bayi (Dinkes, JATIM
2005).
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk
menerima makanan pengganti ASI yang kadang-kadang mutu
gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian
pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat
mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi
buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan
menyebabkan kematian. Selain itu dapat pula mempengaruhi
status gizi pada usia balita akibat adanya penyakit pada masa
bayi (Setiawan, 2008).
Menyapih adalah proses berhentinya menyusui secara
berangsur-angsur atau sekaligus. Anak usia 1-5 tahun dapat pula
dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan
prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami
perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya
juga harus disesuaikan dengan keadaannya (Setiawan, 2008).
b) Tingkat kebutuhan gizi
c) Faktor kesehatan (misalnya penyakit infeksi, penyakit
metabolisme, paska operasi).
Penyakit infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa
lapar dan tidak mau makan sehingga dapat mempengaruhi status
gizi anak (Harsono, 2008).
2) Faktor Tidak Langsung
Faktor tidak langsung yang berpengaruh adalah :
a) Tingkat kemiskinan
Penyebab utama kurang gizi pada balita adalah
kemiskinan sehingga akses pangan anak terganggu (Khomsan,
2008). Bekerja adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
untuk menunjang kebutuhan dan kehidupan keluarga (Nursalam
dan Pariani, 2001).
b) Tingkat pendidikan orang tua
Menurut teori Koentjoroningrat (1997) dalam Nursalam
(2001) mengatakan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin
banyak pengetahuan yang dimiliki.
c) Budaya
Adat-istiadat, norma, dan sesuatu yamg tabu dalam
masyarakat akan berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Misalnya pada kebudayaan orang Bali sering diadakan upacara
sehingga tersedia banyak makanan dan buah-buahan. Maka
jarang terdapat anak yang gizi buruk karena pada saat upacara
tersebut akan dimakan bersama saat selamatan (Soetjiningsih,
2004).
d. Penilaian Status Gizi
Menurut Supariasa (2001), penilaian status gizi dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung.
1) Penilaian Secara Langsung
Dibagi menjadi empat penilaian yaitu:
a) Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Secara umum digunakan untuk
melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi yang terlihat
pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh sepserti
lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b) Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan metode penting untuk
menilai status gizi yang didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan
tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya
untuk survei klinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk
mendeteksi sacara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan
salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit.
c) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara labolatoris yang dilakukan pada
berbagai macam anggota tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain: darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Penggunaan metode ini digunakan untuk
suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan
malnutrisi yang lebih parah lagi. Penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang
spesifik.
d) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode
penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi
(khusunya jaringan) dan melihat perubahan struktur jaringan.
Umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta
senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Penilaian Secara Tidak Langsung
a) Survei Konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status
gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
b) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentudan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator
tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
c) Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan
masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia
sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi
dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting
untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai
dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
e. Indeks Antropometri Gizi
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status
gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks
BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air, lemak, tulang
dam otot. Indeks berat badan menurut umur adalah pertumbuhan linier
dan LLA adalah pengukuran terhadap otot, lemak dan tulang pada area
yang diukur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Berat Badan menurut Umur (BB/U) merupakan indikator yang
paling umum digunakan sejak tahun 1972 dan dianjurkan juga
menggunakan indeks TB/U dan BB/TB untuk membedakan kekurangan
gizi terjadi kronis atau akut.
Tahun 1978, WHO lebih mengajurkan penggunaan BB/TB, karena
menghilangkan faktor umur yang menurut pengalaman sulit didapat
secara benar, khususnya di daerah terpencil dimana terdapat masalah
tentang pencatatan kelahiran anak. Indeks BB/TB juga menggambarkan
keadaan kurang gizi akut waktu sekarang, walaupun tidak dapat
menggambarkan keadaan gizi waktu lampau.
Dari berbagai jenis indeks bias, untuk menginterpretasikannya
dibutuhkan ambang batas. Ambang batas dapat disajikan kedalam tiga
cara yaitu:
1) Persen Terhadap Median
Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam
antropometri median sama dengan persentil 50. Nilai median ini
dinyatakan sama dengan 100% (untuk standar). Setelah itu dihitung
presentase terhadap nilai median untuk mendapatkan ambang batas
Tabel 2.1 Status gizi berdasarkan Indeks Antropometri
Status Gizi Indeks
BB/U TB/U BB/TB Gizi Baik
Gizi Sedang Gizi Kurang Gizi Buruk
> 80% 71% - 80%
61% - 70%
≤ 60%
> 90% 81% - 90%
71% - 80%
≤ 70%
> 90% 81% - 90%
71% - 80%
≤ 70% Sumber:Supariasa(2001)
Indeks antropometri lainnya seperti TB/U dan BB/TB dapat
pula dihitung berdasarkan persen terhadap median.
2) Persentil
Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen
terhasap median untuk menentukan ambang batas sehingga mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai
tengah dari jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada
dibawahnya. National Center for Health Statistics (NCHS)
merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang,
serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik.
3) Standart Deviasi Unit
Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan
menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau
pertumbuhan.
a) 1 SD unit (1 Z-Skor) kurang lebih sama dengan 11% dari median
BB/U.
b) 1 SD unit (1 Z-Skor) kira-kira 10% dari median BB/TB.
c) 1 SD unit (1 Z-Skor) kira-kira 5% dari median TB/U.
Waterlow juga merekomendasikan penggunaan SD untuk
menyatakan hasil pengukuran pertumbuhan. WHO memberikan
gambaran perhitungan SD unit terhadap baku NCHS. Pertumbuhan
nasional untuk suatu populasi dinyatakan dalam positif dan negatif
2 SD unit (Z-Skor) dari median, yang termasuk hampir 98% dari
orang-orang yang diukur yang berasal dari referens populasi.
Dibawah median -2 SD unit dinyatakan sebagai kurang gizi yang
ekuivalen dengan :
(1) 78% dari median untuk BB/U (± 3 persentil)
(2) 80% median untuk BB/TB
(3) 90% median untuk TB/U
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Rumus menghitung status gizi dengan cara Z-skor adalah :
a. Bila nilai riel hasil pengukuran >= nilai median, BB/umur
rumusnya :
b. Bila nilai riel hasil pengukuran < nilai median BB/umur
rumusnya :
c. Cara menghitung status gizi dengan cara prosen terhadap
median rumusnya :
3. Konsep Dasar Balita
a. Pengertian Balita
Balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari
lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam
golongan ini (Setiawan, 2008).
Balita merupakan singkatan bawah lima tahun, salah satu periode
usia manusia dengan rentang usia dua hingga lima tahun., Ada juga yang
menyebut dengan periode usia prasekolah. Pada fase ini, anak berkembang
dengan sangat pesat (AnneAhira, 2008).
b. Perkembangan Balita Usia 2 – 5 Tahun ( Riyadi dan Sukarmin, 2009 )
1) Perkembangan fisik
a) Umur 24 bulan ( 2 tahun)
(1) Motorik Kasar
Berlari sudah baik, dapat naik tangga sendiri dengan
kedua kaki tiap tahap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
(2) Motorik Halus
Sudah bisa membuka pintu, membuka kunci,
menggunting sederhana, minum dengan menggunakan gelas
atau cangkir, sudah dapat memggunakan sendok dengan baik
b) Umur 36 bulan (3 tahun)
(1) Motorik Kasar
Sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai
baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda roda tiga.
(2) Motorik Halus
Bisa menggambar lingkaran, mencuci tangannya
sendiri, menggosok gigi.
c) Umur 4 tahun
(1) Motorik Kasar
Berjalan berjinjit, melompat, melompat dengan satu
kaki.
(2) Motorik Halus
Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar,
sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis vertikal
maupun horizontal, belajar membuka dan memasang kancing
baju.
d) Umur 5 tahun
(1) Motorik Kasar
Berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat
menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah dapat
melompat dengan kaki secara bergantian.
(2) Motorik Halus
Menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf,
menulis dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar
mengikat tali sepatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(3) Sosial emosional
Bermain sendiri mulai berkurang, sering berkumpul
dengan teman sebaya, interaksi sosial selama bermain
meningkat, sudah siap untuk menggunakan alat-alat bermain.
2) Perkembangan psikososial anak
Tahapan perkembangan psikososial anak:
a) Percaya versus tidak percaya (umur 0 – 1 tahun)
Komponen yang paling utama untuk berkembang pada
seorang anak adalah rasa percaya diri. Rasa percaya diri pada anak
harus kita bangun sejak tahun pertama kehidupan anak. Begitu
seorang bayi lahir dan melakukan kontak dengan dunia luar maka
ia sangat ketergantungan dengan orang lain yang ada di sekitarnya.
Rasa aman dan rasa percaya terhadap lingkungan merupakan
kebutuhan primer. Adapun alat yang digunakan oleh bayi untuk
berhubungan dengan dunia luar adalah mulut dan panca indera,
sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan
adalah seorang ibu.
b) Otonomi versus rasa malu (umur 1 – 3 tahun)
Pada usia ini alat gerak dan rasa telah matang dan ada rasa
percaya terhadap ibu dan lingkungannya. Perkembangan otonomi
selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak
untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak
menyadari bahwa ia dapat menggunakan kekuatannya untuk
bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya sendiri. Selain itu
anak akan menggunakan kekuatan mentalnya untuk mmenolak dan
mengambil sebuah keputusan. Rasa otonomi ini perlu
dikembangkan karena sangat penting untuk terbentuknya rasa
percaya diri dan harga diri di kemudian hari.
c) Inisiatif versus rasa bersalah (umur 3 – 5 tahun)
Tahap ini anak mulai belajar untuk mengendalikan diri dan
memanipulasi lingkungan. Rasa inisiatif mulai menguasai anak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
anak sudah mulai untuk diikutsertakan sebagai individu atau
membantu orang tua dan lingkungan.
3) Perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa
a) 2 – 3 tahun
Seorang anak mulai menguasai 200 – 300 kata dan senang
bicara sendiri (monolog). Sewaktu ia akan memperhatikan kata-
kata yang baru didengarnya untuk dipelajari secara diam-diam.
Mereka mulai mendengarkan pesan-pesan yang penuh makna,
yang memerlukan perhatian dengan penuh minat dan perhatian.
Perhatian mereka juga semakin luas dan semakin bervariasi.
Mereka juga lancar bercakap-cakap meskipun pengucapannya
belum sempurna.
b) 3 – 5 tahun
Anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang bersifat
perintah. Hal ini juga menunjukkan adanya rasa percaya diri yang
kuat dalam menggunakan kata-kata dan menguasai keadaan.
Mereka senang sekali mengenali kata-kata baru dan terus berlatih
untuk menguasainya. Mereka menyadari bahwa dengan kata-kata
mereka bisa mengendalikan situasi seperti yang diinginkannya,
bisa mempengaruhi orang lain, bisa mengajak teman-temannya
atau ibunya (Zaviera, 2008).
c. Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver Developmental Screening
Test (DDST).
1) Pengertian DDST
DDST adalah salah satu dari metode skrining terhadap
kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan merupakan tes
diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang
diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat
(15 – 20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang
tinggi. Dari beberapa penilaian yang pernah dilakukan ternyata
DDST secara efektif dapat mengidentifikasikan antara 85 – 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
bayi dan anak-anak pra sekolah yang mengalami keterlambatan
perkembangan, dan pada “follow-up” selanjutnya ternyata 89 % dari
kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5 – 6
tahun kemudian.
DDST adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan
secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0 – 6
tahun ( Heru Santoso, 2009 )
2) Tujuan pemeriksaan Denver antara lain :
a) Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usia
b) Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat
c) Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan
gejala, kemungkinan adanya kelainan perkembangan
d) Memastikan anak yang di duga mengalami kelainan
perkembangan
e) Memantau anak yang beresiko mengalami kelainan
perkembangan.
3) Sektor perkembangan yang dinilai dalam DDST
Aspek perkembangan yang dinilai terdiri dari 125 tugas
perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya
berkisar 25 – 30 tugas.
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:
a) Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
b) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak
untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
c) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
d) Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh.
4) Alat yang digunakan
a) Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, icik – icik
dengan ganggang kecil, peralatan makan, peralatan gosok gigi,
kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas,
pensil, kubus dengan warna merah-kuning-hijau-biru, kertas
warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).
b) Lembar formulir Denver II.
c) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara
melakukan tes dan cara penilaiannya.
5) Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
a) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang
berusia: 3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5
tahun.
b) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya
hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian
dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
6) Penilaian
Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak
mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).
7) Cara pemeriksaan DDST II
a) Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak
yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan
dan 12 bulan untuk satu tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b) Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke
bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke
atas.
c) Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis
horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
d) Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P
dan berapa yang F.
e) Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: normal,
abnormal, meragukan dan tidak dapat dites.
(1) Abnormal
(a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2
sektor atau lebih.
(b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau
lebih keterlambatan Plus 1 sektor atau lebih dengan
1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia .
(2) Meragukan
(a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau
lebih.
(b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1
keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan
garis vertikal usia
(3) Tidak dapat di tes
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes
menjadi abnormal atau meragukan.
(4) Normal Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di
atas.
Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan
hanya sampai anak usia 2 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
8) Interpretasi dari nilai Denver II menurut Heru Santoso tahun 2009
a) Lebih atau Advanced
Nilai lebih diberikan anak dapat lulus / lewat ( L ) dari
item tes di sebelah kanan garis usia. Anak dinilai memiliki
kelebihan karena dapat melakukan tugas perkembangan yang
seharusnya dikuasai oleh anak yang lebih tua.
b) OK atau normal
(1) Anak gagal ( G ), atau menolak ( M ) melakukan tugas untuk
item di sebelah kanan garis usia. Kondisi ini wajar karena
item di sebelah kanan garis usia pada dasarnya merupakan
tugas untuk anak yang lebih tua. Dengan demikian masalah
jika anak gagal atau menolak melakukan tugas tersebut karena
masih banyak kesempatan bagi anak untuk melakukan tugas
tersebut jika usianya sudah mencukupi.
(2) Anak lulus / lewat ( L ), gagal ( G ) atau menolak ( M )
melakukan tugas untuk item di daerah putih kotak ( daerah 25
% - 75 % ). Jika anak lulus sudah tentu hal ini dianggap
normal, sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak di
usia tersebut. Lalu, mengapa saat anak gagal atau menolak
melakukan tugas masih kita simpulkan OK ? perlu kita
ketahui, daerah putih pada kotak menandakan bahwa
sebanyak 25 – 75 % anak di usia tersebut mampu atau lulus
melakukan tugas tersebut. Dengan kata lain, masih ada
sebagian anak di usia tersebut yang belum berhasil
melakukannya. Jadi, jika anak gagal atau menolak melakukan
tugas pada daerah itu, hal ini masih di anggap wajar dan anak
masih memiliki kesempatan untuk melakukannya pada tes
yang akan datang.
c) Caution = C atau peringatan ( P )
Nilai ini diberikan jika anak gagal (G) atau menolak (M)
melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis usia pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
daerah gelap kotak ( daerah 75 % - 90 % ). Mengapa demikian
hasil riset menunjukkan bahwa sebanyak 75% - 90% anak diusia
tersebut sudah berhasil ( lulus ) melakukan tugas tersebut. Dengan
kata lain mayoritas anak sudah bisa melaksanakan tugas itu
dengan baik. Dengan demikian jika ada anak yang ternyata belum
lulus atau menolakmelakukan tugas tersebut, berarti anak tersebut
ke dalam kelompok minoritas ( 10 -25 % anak belum berhasil
melakukannya ). Perlu diperhatikan meskipun dalam hal ini anak
masih memiliki kesempatan untuk memperbaikinya karena masih
berada dalam kelompok usianya, anak tersebut tetap memerlukan
perhatian yang lebih mengingat mayoritas teman sebayanya sudah
berhasil. Oleh karena itu anak tersebut mendapat nilai penilaian P
( peringatan ). Huruf P ditulis sebelah kanan item dngan hsil
penilaian peringatan. Peringatan sendiri terdiri atas dua macam :
pertama peringatan karena anak mengalami kegagalan (G).
Peringatan jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi
penilaian akhir “ suspect “. Kedua peringatan karena anak
menolak melaksanakan tugas (M). Peringatan jenis ini
memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “ tidak
dapat di uji.
d) Terlambat (T) (D=Delayed)
Nilai terlambat diberikan jika anak gagal (G) atau
menolaka (M) melakukan tugas untuk item disebelah kiri garis
usia sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak yang
lebih muda. Seorang anak seharusnya mampu melakukan tugas
untuk kelompok usia yang lebih muda, yang tentunyaberupa tugas
– tugas yang lebh ringan. Jika tugas untuk anak yang lebih muda
tidak dapt dilakukan atau ditolak, anak tentu akan mendapatkan
penilaian T ( terlambat). Huruf T ditulis sebelah kanan item
dengan hasil penilaian terlambat. Perlu diperhatikan bahwa ada
dua macam T.Pertama terlambat karena anak mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
kegagalan (G). T Jenis ini memungkinkan anak mendapat
interpretasi penilaian akhir “ suspek”. Kedua , terlambat karena
anak menolak melaksanakan tugas (M). T jenis ini
memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “ tak
dapat di uji”.
e) Tak dapat kesempatan( no opportunity)
Nilai”tak” ini tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes
secara keseluruhan. Nilai tak ada kesempatan diberikan jika anak
mendapat skor “tak” atau tidak ada kesempatan untuk mencoba
atau melakukan tes
9) Penilaian keseluruhan tes ( Heru Santoso, 2009:21).
Hasil interpretasi untuk keseluruhan tes dikategorikan
menjadi 3 yaitu normal, suspek dan tidak dapat diuji. Penjelasan
mengenai ketiga kategori tersebut adalah sebagai berikut :
a) Normal
Interpretasi normal diberikan jika tidak ada skor terlambat
(0 T) dan/ atau maksimal 1 peringatan (1 P).
b) Suspek
Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih
skor terlambat (1 T) dan/ atau dua atau lebih peringatan (2 P).
Ingat dalam hal ini T dan P harus disebabkan oleh kegagalan (G)
bukan oleh penolakan (M). Jika hasil ini didapat, lakukan uji
ulang dalam 1 – 2 minggu mendatang untuk menghilangkan
faktor – faktor sesaat, seperti rasa takut, sakit atau kelelahan.
c) Tidak dapat di uji
Interpretasi tidak dapat di uji diberikan jika terdapat satu
atau lebih skor terlambat (1 T) dan / atau dua atau lebih
peringatan (2 P). Ingat dalam hal ini T dan P harus disebabkan
oleh penolakan (M), bukan oleh kegagalan (G). Jika hasil ini
didapat, lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu mendatang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Jika hasil tes berulang kali menunjukkan Suspek atau tidak
dapat di uji, anak perlu menjalani sesi konsultasi dengan seorang
ahli guna menentukan keadaan klinis anak berdasarkan :
Profil hasil tes (item yang mendapat nilai peringatan atau
terlambat, jumlah peringatan dan terlambat, tingkat
perkembangan sebelumnya, perhatian klinis lainnya ( riwayat
klinis, pemeriksaankeshatan , dll) dan sumber rujukan tersedia.
4. Konsep Dasar Perkembangan
a. Pengertian Perkembangan
1) Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang
dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar (Aziz Alimul,
2005).
2) Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dan
struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil proses
diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ – organ dan sistemnya yang
terorganisasi. (IDAI, 2002). Dengan demikian aspek perkembangan ini
bersifat kualitatif yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing –
masing bagian tubuh. Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung
untuk memompa darah, kemampuan untuk bernafas, sampai
kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, bicara, memungut
benda – benda disekelilingnya, serta kematangan emosi dan sosial
anak. Tahap perkembangan awal akan menentukan tahap
perkembangan selanjutnya ( Nursalam,2005:33).
3) Pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses kearah yang
lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.
Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak
dapat diputar kembali (Nursalam, 2005).
4) Perkembangan fisik adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi motorik halus dan motorik kasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
5) Perkembangan psikososial adalah perkembangan anak yang ditinjau
dari aspek psikososial artinya bahwa anak dalam perkembangannya
selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial ( Aziz Alimul,
2005,).Perkembangan psikososial adalah balita mulai terampil dalam
pergerakan seperti berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit,
menggenggam, melempar yang berguna untuk mengelola
keseimbangan tubuhnya (Anne Ahira, 2008).
b. Ciri – ciri tumbuh kembang anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang
saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1) Perkembangan menimbulkan perubahan.
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai
pertumbuhan otak dan serabut saraf.
c. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya.
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
d. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan
yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan
fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
e. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan juga
demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan
lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi
badannya serta bertambah kepandaiannya.
f. Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum
yang tetap yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju
ke arah kaudal / anggota tubuh (pola sefalokaudal).
b) Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal (gerak
kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
c) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur,
berurutan dan tidak bisa terjadi terbalik.
g. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Kualitas Perkembangan
( Nursalam,2005:390)
1) Faktor dalam (internal)
a) Genetika
Faktor genetis akan mempengaruhi kualitas perkembangan.
b) Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia
tidak memiliki faktor herediter ras / bangsa Indonesia atau
sebaliknya.
c) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang
lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa
pubertas, perkembangan anak laki-laki akan lebih cepat.
2) Faktor luar (eksternal).
a) Faktor Prenatal
(1) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir
kehamilan akan mempengaruhi perkembangan janin.
(2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan
kelainan kongenital seperti club foot.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
(3) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin,
Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti
palatoskisis.
(4) Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat
mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali,
spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota
gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung.
(5) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh
TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes
simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak,
bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung
kongenital.
(6) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan
golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu
membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah
janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang
akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
(7) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan
salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.
(Rusmil, 2008)
b) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala,
asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak (Rusmil,
2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
c) Faktor Paskasalin
(1) Gizi
Tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan
yang adekuat.
Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang
anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak
yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di
dalam pertumbuhan dan perkembangannya ((Rusmil,
2008).
(2) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak
sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak (Rusmil,
2008). Lingkungan pengasuhan juga dipengaruhi oleh
jumlah anak. Jumlah saudara yang banyak pada keluarga
yang keadaan sosial ekonominya cukup akan
mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang
yang diterima anak (Dhamayanti, 2008).
(3) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi
khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat
mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak (Rusmil, 2008)
(4) Pendidikan Ibu
Pendidikan ibu yang baik dapat menerima informasi
dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik,
menjaga kesehatan, dan pendidikan yng baik pula
(Dhamayanti, 2008).
3) Faktor Pelayanan Kesehatan
Adanya pelayanan kesehatan yang memadai yang ada di
sekitar lingkungan di mana anak tumbuh dan berkembang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
diharapkan tumbuh kembang anak dapat dipantau, sehingga apabila
terdapat sesuatu hal yang meragukan atau terdapat keterlambatan
dalam perkembangannya, anak dapat segera mendapatkan pelayanan
kesehatan dan diberikan solusi pencegahannya (Riyadi dan
Sukarmin, 2009). Ada enam langkah membuat status gizi balita
Meningkat Puslitbang Gizi Departemen Kesehatan Bogor
menemukan sebuah konsep bagaimana menanggulangi masalah
kekurangan gizi pada anak balita. Peneliti Puslitbang Gizi Bogor,
Trintrin Tjukani (2001) menjelaskan, ada enam tahap dalam konsep
yang diujicobakan melalui sebuah penelitian di Kabupaten
PandeglangBanten.
Pertama, pengorganisasian masyarakat. Kedua, pelatihan.
Ketiga, penimbangan balita. Keempat, penyuluhan gizi. Kelima,
pemberian makanan tambahan. Dan keenam, penggalangan dana.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Kekurangan gizi pada masa balita akan berpengaruh besar pada kualitas
seseorang nantinya. Asupan gizi yang kurang pada dua tahun pertama
pertumbuhan, bisa menyebabkan gangguan serius pada perkembangan otak yang
mengakibatkan tingkat kecerdasan anak terhambat (Siswono, 2009). Kurang gizi
pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya.
Anak kelihatan pendek, kurus dibandingkan dengan teman sebayanya yang lebih
sehat. Ketika memasuki usia sekolah tidak bisa berprestasi menonjol karena
kecerdasannya terganggu (Khomsan, 2008). Penelitian ini pernah dilakukan oleh
Amir, Aswita, Muis, Siti Fatimah dan Suyatno, tahun 2008 dengan judul
Pengaruh penyuluhan Model Pendampingan Terhadap Perubahan status Gizi
Anak Usia 6 sampai 24 Bulan dalam Jurnal Gizi Indonesia . ISSN 1858-4942.
Metode Penelitian : Desain penelitian adalah Quasi Experiment berupa non
randomized pre post test control group. Kelompok intervensi mendapat
penyuluhan model pendampingan oleh Tenaga Gizi Pendamping (TGP) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kelompok kontrol mendapat penyuluhan konvensional oleh Tenaga Gizi
Puskesmas. Penelitian dilakukan di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.
Wilayah kerja Puskesmas Sudiang Raya sebagai lokasi intervensi dan Puskesmas
Bira sebagai lokasi kontrol. Subjek penelitian adalah anak usia 6 â “ 24 bulan
dengan skor Z BB/U -3 sd 0 SD. Jumlah subjek untuk kelompok intervensi 32 dan
kontrol 37 anak. Variabel yang diamati meliputi perubahan dari pengetahuan ibu,
Tingkat Kecukupan Energi (TKE), Tingkat Kecukupan Protein (TKP), hari sakit
(Diare dan ISPA) dan status gizi (skor Z BB/U, PB/U dan BB/PB). Analisis data
dilakukan dengan menggunakan uji beda dan analisis multivariat dengan regresi
linear variabel dummy.
Penelitian lain juga pernah dilakukan di Puslitbang Gizi Bogor Trintrin
Tjukani tahun 2001 dengan judul Enam langkah membuat Status gizi Balita
meningkat. Hasil penelitian menjelaskan, ada enam tahap dalam konsep yang
diujicobakan melalui sebuah penelitian di Kabupaten Pandeglang Banten.
Pertama, pengorganisasian masyarakat. Kedua, pelatihan. Ketiga, penimbangan
balita. Keempat, penyuluhan gizi. Kelima, pemberian makanan tambahan. Dan
keenam, penggalangan dana.“Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji
konsep tersebut. Sehingga diharapkan dapat diperoleh suatu model pemberdayaan
masyarakat untuk menanggulangi KEP (Kurang Energi Protein) pada balita.
Kemudian bisa diimplementasikan ke daerah lain,” ujarnya dalam Diseminasi
Hasil Penelitian Puslitbang Gizi di Bogor.Uji coba dilakukan di enam desa di tiga
kecamatan. Masing-masing desa diwakili oleh satu posyandu sebagai lokasi
penelitian. Sedang sampel diambil tokoh masyarakat yang menjadi pengurus
pengentasan KEP, anaka balita yang menderita KEP, dan ibu balita yang
menderita KEP.
Penelitian di UNS judul ini pernah dilakukan Anik Lestari dengan judul
pengaruh status gizi terhadap perkembangan psikomotor pada anak enam bulan
sampai dengan duapuluh bulan tahun 2006 di wilayah kerja Puskesmas Kartasura
I. Subjek terdiri dari 50 orang anak berumur 6-24 bulan beserta ibunya, dapat
disimpulkan bahwa status gizi mempunyai peranan terbalik terhadap
perkembangan psikomotor baduta, Semakin baik status gizi, semakin kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
perkembangan psikomotornya. Confounding factor tingkat pendidikan ibu
mempunyai pengaruh besar terhadap terhadap perkembangan psikomotor dan
secara statistik bermakna.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel
bebasnya adalah penyuluhan gizi yang alat ukurnya memakai quesioner dengan
beberapa pertanyaan dan diberikan pada saat sebelum penyuluhan dilakukan
(pretest) dan setelah diberikan penyuluhan (post test). Variabel terikatnya juga ada
tiga antara lain status gizi, perkembangan fisik dan perkembangan psikososial
balita usia 2 – 5 tahun di Desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo.
Beberapa teori yang mendukung dalam penelitian ini yang dijabarkan juga beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
C. KERANGKA BERFIKIR
Keterangan
: diteliti
: tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan :
1. Faktor dalam (internal) a. Ras/etnik b. Jenis kelamin
2. Faktor luar (eksternal) a. Faktor prenatal b. Faktor persalinan c. Faktor paskasalin
Penilaian Status gizi balita menurut Indeks Antropometri : 1. Status gizi buruk 2. Status gizi kurang 3. Status gizi baik 4. Status gizi lebih
Penilaian perkembangan psikososial balita menurut Denver:
1. Normal 2. Suspek 3. Untestable
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi : 1. Faktor langsung
a. Asupan makanan b. Tingkat kebutuhan gizi c. Faktor kesehatan
2. Faktor Tidak Langsung
b. Tingkat kemiskinan c. Tingkat pendidikan orang tua d. Budaya
PERKEMBANGAN
STATUS GIZI BALITA (2 – 5 th)
Penilaian perkembangan fisik balita menurut Denver :
1. Normal 2. Suspek 3. Untestable
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluhan: 1. Tingkat pendidikan 2. Tingkat social 3. Adat istiadat 4. Kepercayaan
masyarakat 5. Ketersediaan waktu
PENYULUHAN GIZI
Faktor pelayanan kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
PENJELASAN KERANGKA BERFIKIR :
Dari kerangka berfikir dapat dilihat bahwa status gizi balita usia 2 – 5 tahun
dipengaruhi oleh factor pelayanan kesehatan yaitu penyuluhan gizi, factor
langsung ( asupan makanan, tingkat kebutuhan gizi, factor kesehatan) dan factor
tidak langsung (tingkat kemiskinan dan tingkat pendidikan ibu). Sedangkan
Perkembangan dipengaruhi oleh factor internal dan factor eksternal. Pengetahuan
yang kurang tentang gizi dan kesehatan akan menyebabkan asupan makanan yang
tidak cukup serta meningkatnya risiko status gizi kurang dan perkembangan fisik
dan psikososial yang abnormal. Diharapkan dengan pemberian penyuluhan gizi
akan meningkatkan status gizi, perkembangan fisik dan psikososial balita yang
baik pula.
D. HIPOTESIS
1. Terdapat pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi Balita (usia 2 – 5
tahun).
2. Terdapat pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik Balita (usia
2 – 5 tahun).
3. Terdapat pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial
Balita (usia 2 – 5 tahun).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan Quasi experiment dalam bentuk one
group pre test dan post test design artinya terdapat suatu treatment/ perlakuan
selanjutnya dibandingkan dengan keadaan sebelum di beri perlakuan.
Dapat digambarkan
O1 = nilai pretest sebelum diberikan penyuluhan
O2 = nilai post test setelah diberikan penyuluhan
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Penatarsewu Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo JawaTimur yang terdiri dari dua dusun yaitu
Dusun Sangewu dan Dusun Pelataran. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari sampai bulan Juli 2010.
C. POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita (usia 2 – 5 tahun)
beserta ibunya yang ada di Desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo JawaTimur dengan jumlah 149 balita pada bulan Februari
2010.
O1 x O2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah balita yang ada
di Desa Penatarsewu Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo Jawatimur
dan memenuhi kriteria inklusi.
Besar sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : Tingkat signifikasi (0,05)
(Notoatmodjo, 2005)
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah:
n = 108,56 dibulatkan menjadi 109 balita
Dengan demikian jumlah seluruh sampel sebanyak 109 balita.
Pengambilan sampel menggunakan Cluster Random Sampling yaitu
suatu cara pengambilan sampel jika objek yang diteliti atau sumber data sangat
luas atau besar, yakni populasinya heterogen dan terdiri atas kelompok yang
masing-masing heterogen maka caranya adalah berdasarkan daerah atau populasi
yang telah ditetapkan. Cluster dilakukan dengan cara melakukan randomisasi
dalam dua tahap yaitu randomisasi untuk cluster / sampel daerah dan randomisasi
menentukan orang / unit yang ada di wilayahnya atau dari populasi yang terpilih
(Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 4 POS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 3.1
Penyebaran responden berdasarkan tempat Posyandu
NO Posyandu/POS RT Jumlah Responden
1. I 3,4,5 35
2. II 6,7,8 33
3. III 9,10 20
4 IV 1,2 21
Jumlah 109
Sumber: data Primer (diolah)
D. VARIABEL PENELITIAN
1.Variabel bebas (Independen) dalam penelitian ini adalah : penyuluhan gizi
2.Variabel terikat (Dependen)
a. Status gizi
b. Perkembangan fisik balita ( usia 2 – 5 tahun ).
c. Perkembangan psikososial balita (usia 2 – 5 tahun).
E. DEFINISI OPERASIONAL DAN ALAT UKUR
1. Definisi Operasional
a. Variable independen: penyuluhan gizi
Adalah Kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
pesan ,menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar
,tahu dan mengerti ,tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran
yang ada hubungannya dengan kesehatan. Alat uku : Quesioner. Skala:
nominal. Hasil ukur: pre test (sebelum diberikan penyuluhan) dan post
test (setelah diberikan penyuluhan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
b. Variabel dependen :
1) Status gizi
Adalah tingkat pemenuhan zat-zat gizi dari makanan/minuman yang
dikonsumsi dan diukur dengan Z-Skor.
Alat ukur: KMS, timbangan berat badan. Skala : Ordinal.
Hasil ukur: Indeks BB/U: Gizi Lebih ≥ +2 SD, Gizi Baik ≥ -2 SD dan
< +2 SD, Gizi Kurang ≥ -3 dan < -2SD, Gizi Buruk ≤ -3SD.
2) Perkembangan fisik balita ( usia 2 – 5 tahun )
Adalah Kemampuan anak usia 2 - 5 tahun meliputi motorik kasar dan
motorik halus. Alat ukur: DDST. Skala: Ordinal. Hasil Ukur: Normal,
Suspek, Untestable
3) Perkembangan sosial balita (usia 2–5 tahun)
Adalah kemampuan anak usia 2 - 5 tahun meliputi psikososial sosial,
bahasa.
Alat ukur: DDST. Skala: Ordinal. Hasil Ukur: Normal, suspek,
Untestable.
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer. Teknik Pengumpulan Data
dalam penelitian ini melalui kuesioner dengan cara sebagai berikut:
1. Dilakukan dengan penyebaran kuesioner / pre test pada ibu balita responden
yang akan diteliti guna mendapatkan informasi tentang penyuluhan gizi yang
terdiri dari 20 pertanyaan dan telah di uji validitas dan reabilitasnya.
2. Kemudian diberikan penyuluhan tentang gizi, diskusi, curah pendapat.
3. Tiga bulan setelah diberikan penyuluhan dilakukan post test dengan soal yang
sama.
3. Untuk menilai status gizi balita dilakukan pengukuran berat badan kemudian
dikelompokkan dalam kategori, status gizi balita (gizi baik, gizi lebih, gizi
buruk, gizi kurang).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
4. Sedangkan untuk mengetahui perkembangan fisik balita (motorik halus dan
motorik kasar ) dan perkembangan psikososial balita (psikososial dan bahasa)
di ukur dengan DDST.
5. Pengumpulan data dilakukan pada saat posyandu di masing-masing dusun
dibantu oleh bidan desa, mahasiswa kebidanan Poltekkes Majapahit Mojokerto
dan kader. Jika pengumpulan data di posyandu tidak mencukupi dan ada ibu
dengan balita yang tidak hadir, maka pengumpulan data dilakukan melalui
kunjungan rumah dengan membawa instrumen penelitian. Pada saat posyandu
penilaian status gizi balita lebih diutamakan, karena untuk menilai
perkembangan balita memerlukan waktu yang lebih lama, yaitu 15-20 menit
per anak sehingga penilaian perkembangan dilakukan pada saat kunjungan
rumah.
G. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Pengolahan Data
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2007).
b. Coding
Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2007).
Penyuluhan gizi jika jawaban benar nilai 1 tapi jika jawaban salah 0, status
gizi nilai 4=lebih, 3=normal, 2=kurang, 1=buruk. Sedangkan untuk
perkembangan fisik dan perkembangan psikososial nilai 3= normal,
2=suspek, 1=untestable.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
c. Tabulating (penyusunan data)
Penyusunan data merupakan pengorganisasian data sedemikian
rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk
disajikan dan dianalisis (Budiarto, 2001).
1). Penyuluhan gizi: Baik = jika jawaban 76 – 100 %, Cukup = jika
jawaban 60 – 75 %, Kurang = jika jawaban < 60 %.
2). Status gizi : Indeks BB/U : Gizi Lebih = ≥ +2 SD, Gizi Baik= ≥ -2 SD
< +2 SD, Gizi Kurang= ≥ -3 < -2SD, Gizi Buruk=≤ -3SD.
3). Perkembangan fisik dan perkembangan psikososial: Normal=0
Terlambat (0T), atau 1 peringatan (1P). Suspek=1 atau lebih terlambat
(1T), dua / lebih peringatan (2P) yang disebabkan kegagalan (G)
bukan oleh penolakan (M). Untestable = 1 atau lebih skor terlambat
(1T) dan / 2 atau lebih peringatan (2P) yang disebabkan penolakan
(M) bukan oleh kegagalan.
2. Analisis Data
Pada penelitian ini untuk menganalisis data yang diperoleh ditabulasi
secara manual dan selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan
software SPSS versi 13. Untuk mengetahui perbedaan antara sebelum
diberikan penyuluhan (pre test) dan setelah diberikan penyuluhan (post test)
menggunakan analisis uji beda Mc Nemar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DISKRIPSI TEMPAT PENELITIAN
Subjek penelitian ini ialah anak berumur dua tahun sampai dengan lima
tahun beserta ibunya yang berdomisili di Desa Penatarsewu Kecamatan
Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo Propinsi JawaTimur. Jumlah sampel sebanyak
109 balita dan 109 ibu balita. Data tentang balita diperoleh dari buku kohort anak
kemudian status gizi balita di ukur dengan KMS ( Kartu Menuju Sehat ) dan
timbangan berat badan, sedangkan untuk menilai perkembangan fisik dan
perkembangan psikososial balita menggunakan instrumen lembar formulir DDST.
Untuk penyuluhan gizi data didapatkan dari quesioner yang meliputi data umum
(umur ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan) dan data khusus (quesioner dengan
cara wawancara dan panduan kuesioner).
Data yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam worksheet program
SPSS versi 13 untuk dilakukan pengolahan secara kuantitatif, sehingga diperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang penelitian ini.
1. Gambaran lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Penatarsewu Kecamatan
Tanggulangin Kabupaten JawaTimur, dengan rincian sebagai berikut :
a. Luas Desa Penatarsewu 252,597 m2.
b. Dengan batas wilayah Utara :Desa Banjarasri, Selatan: Desa Sentul,
Barat:Desa Kalidawir, Timur: Desa Plumbon
c. Jarak dari pusat kota: Jarak dari pemerintahan Kecamatan: 5 km. Jarak dari
ibu kota kabupaten: 11 km.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
d. Peta lokasi penelitian
Gambar 4.1
Peta Desa Penatarsewu
e. Kesehatan
Salah satu komponen pembangunan manusia yang vital adalah masalah
kesehatan. Sasaran yang hendak di capai dalam pembangunan kesehatan
masyarakat adalah ketersedianya sarana dan tenaga kesehatan yang
memadai. Di Desa Penatarsewu terdapat 1 Polindes, 2 BPS. Posyandu
terdiri 4 lokasi dengan rincian : POS I = RT 3, 4, 5. POS II = RT 6, 7, 8.
POS III : RT 9 dan 10. POS IV : RT 1 dan 2.
2. Data umum
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Balita
Di Desa Penatarsewu Bulan April Tahun 2010
No Umur Ibu Frekuensi Persen
1. < 20 tahun 2 1,84
2. 20 – 35 tahun 86 78,89
3. > 35 tahun 21 19,26
TOTAL 109 100
Sumber : Data Primer ( diolah)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
0
20
40
60
80
100
frekuensi Persen
< 20thn
20-35 thn
>35 thn
Gambar 4.2 Grafik Batang Frekuensi Berdasarkan Umur
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu Balita
Di Desa Penatarsewu Bulan April Tahun 2010 No Pekerjaan Frekuensi Persen
1. Bekerja 79 72,48
2. Tidak Bekerja 30 27,52
TOTAL 109 100
Sumber : Data Primer (diolah)
01020304050607080
Bekerja tidak bekerja
frekuensi
persen
3-D Column 3
3-D Column 4
Gambar 4.3 Grafik Batang Frekuensi Berdasarkan Umur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu Balita
Di Desa Penatarsewu Bulan April Tahun 2010 No Persen Pendidikan Ibu Frekuensi
1. SD – SMP 15 13,76
2. SMA 76 69,72
3. DIII / S1 18 16,51
TOTAL 109 100
Sumber Data Primer Diolah
Gambar 4.3 Grafik Batang Frekuensi Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Frekuensi Persen
SD-SMPSMADIII/S1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
B. HASIL PENELITIAN
1. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi Balita (usia 2– 5 tahun).
Tabel 4.4 Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Status Gizi Balita (usia 2-5 tahun)
Di Desa Penatarsewu Bulan April Tahun 2010
Penyuluhan_0 & Penyuluhan_1
Status Gizi Balita sebelum Penyuluhan & Status Gizi Balita Sesudah Penyuluhan
N Chi-Square a 109 109 Asymp. Sig. 30,031 Exact Sig. (2-tailed)
,000 ,000b
Sumber Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik dengan menggunakan α = 5% , nilai p =
0,000<α=0,05 yang artinya ada pengaruh antara sebelum dan setelah diberikan
penyuluhan gizi terhadap status gizi Balita (usia 2 – 5 tahun).
2. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik Balita (usia 2 – 5
tahun).
Tabel 4.5 Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Perkembangan Fisik Balita
Di Desa Penatarsewu Bulan April Tahun 2010
Penyuluhan_0 & Penyuluhan_1
Kondisi Fisik sebelum Penyuluhan & Kondisi Fisik Balita Sesudah Penyuluhan
N Chi-Square a 109 109 Asymp. Sig. 30,031 Exact Sig. (2-tailed)
,000 ,003b
Sumber Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik dengan menggunakan α = 5% , nilai p =
0,003<α=0,05 yang artinya ada pengaruh antara sebelum dan setelah diberikan
penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik Balita (usia 2 – 5 tahun).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial Balita (usia 2 –
5 tahun) ?
Tabel 4.6 Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Perkembangan Psikososial Balita
Di Desa Penatarsewu Bulan April Tahun 2010
Penyuluhan_0 & Penyuluhan_1
Psikososial Balita Sebelum Penyuluhan & Psikososial Balita Sesudah Penyuluhan
N Chi-Square a 109 109 Asymp. Sig. 30,031 Exact Sig. (2-tailed)
,000 ,003b
Sumber Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 4.4 hasil uji statistik dengan menggunakan α = 5% , nilai p =
0,003<α=0,05 yang artinya ada pengaruh antara sebelum dan setelah diberikan
penyuluhan gizi terhadap perkembangan Psikososial Balita (usia 2 – 5 tahun).
C. PEMBAHASAN
1. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap status gizi Balita (usia 2-5 tahun)
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada pengaruh sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan gizi terhadap status gizi (nilai p=0,000<α0,05)
artinya penyuluhan gizi mempengaruhi baik dan buruknya status gizi balita.
Penelitian ini sejalan dengan Yuli Kusumawati (2004) bahwa pendidikan
kesehatan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, jika pengetahuan
gizi ibu baik maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik. Menurut
Suhardjo (1996) sebab dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang
gizi atau kemampuan meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat. Tingkat
pendidikan itu sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi.
Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih baik
mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan, sehingga
sulit menerima informasi baru bidang gizi. Tingkat pendidikan ikut menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan,
semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi
informasi gizi. Dengan pendidikan gizi tersebut diharapkan tercipta pola
kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat mengetahui kandungan gizi,
sanitasi dan pengetahuan yang terkait dengan pola makan lainnya.
Pendidikan gizi merupakan suatu proses belajar tentang pangan,
bagaimana tubuh kita menggunakannya dan mengapa diperlukan untuk kesehatan
umumnya. Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah merupakan hal yang
baru yang mempunyai dampak sangat nyata terhadap timbulnya masalah gizi.
Salah satu faktor yang menyebabkan keadaan ini adalah bertambahnya jumlah
penduduk, disamping itu masalah gizi dapat timbul disebabkan oleh beberapa
faktor yang mencakup aspek-aspek ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya serta
agama. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan
nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan
kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam
masalah kurang gizi / lain sebab yang penting dari gangguan gizi adalah
kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan
informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 1996).
Penelitian ini juga sesuai dengan teori Yuliana,dkk (2006) bahwa
pengetahuan gizi ibu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Artinya terdapat kecenderungan dengan semakin baik pengetahuan gizi ibu maka
status gizi anak juga membaik. Pendidikan gizi merupakan salah satu unsur
penting dalam meningkatkan status gizi masyarakat untuk jangka panjang.
Melalui sosialisasi dan penyampaian pesan gizi yang praktis akan membentuk
suatau kesimbangan bangsa antara gaya hidup dengan pola konsumsi masyarakat
(azrul Azwar,2002).Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang
dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian
status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit. Pengembangan pedoman gizi seimbang baik untuk
petugas maupun masyarakat adalah salah satu strategi dalam pencapaian
perubahan maupun masyarakat adalah salah satu strategi dalam mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
perubahan pola konsumsi makanan yang ada di masyarakat dengan tujuan akhir
yaitu tercapainya status gizi masyarakat yang baik.
Memasuki era globalisasi Indonesia masih menghadapi masalah gizi
ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih dengan resiko penyakit
yang ditimbulkan. Masalah gizi ganda ini terdapat di masyarakat perdesaan dan
perkotaan. Masalah gizi ganda pada hakekatnya merupakan masalah perilaku.
Untuk mengkoreksi masalah gizi ganda tersebut dapat dilakukan dengan
pendekatan melalui pemberian informasi tentang perilaku gizi yang baik dan
benar, di samping pendekatan lain. Untuk itu diperlukan acuan/bahan
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) tentang perilaku gizi yang baik dan
benar. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) merupakan salah satu bahan KIE
bagi setiap individu/orang untuk mencapai status gizi yang baik dan berperilaku
gizi yang baik dan benar (azrul Azwar,2002).
Penelitian ini didapatkan pula rata-rata tingkat pendidikan ibu SMA
(menengah) Tingkat pendidikan itu sangat mempengaruhi kemampuan
penerimaan informasi gizi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah
akan lebih mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan,
sehingga sulit menerima informasi baru bidang gizi (Suhardjo,1996). Tingkat
pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang
menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan
lebih mudah menerima informasi informasi gizi. Dengan pendidikan gizi tersebut
diharapkan tercipta kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat
mengetahui kandungan gizi, sanitasi dan pengetahuan yang terkait dengan pola
makan lainnya. ( Handayani, 1994 ).
Gizi yang baik ibarat bahan bakar bagi otak. Perkembangan sirkuit otak
sangat bergantung pada kualitas nutrisi dan stimulasi yang diberikan pada balita
sejak dalam kandungan sampai usia tiga tahun pertama, atau disebut masa emas
pertumbuhan (golden age period). Cepatnya pertumbuhan sel otak manusia pada
usia bayi hingga usia tiga tahun dan mencapai kesempurnaannya di usia lima
tahun, membuat faktor pemenuhan gizi sebagai faktor yang vital.
"Sampai umur setahun, 60 persen energi makanan bayi digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pertumbuhan otak," kata dr.Soedjatmiko, Sp.A (K), dokter spesialis anak
konsultas tumbuh kembang. Oleh karena itu bayi dan balita membutuhkan
banyak protein, karbohidrat, dan lemak.
Pendapat yang diungkapkan oleh Ali Khomsan bahwa Penyuluhan gizi
merupakan bagian penting dalam upaya perbaikan gizi balita. Tetapi pada
kenyataannya Berbagai program perbaikan gizi yang dalam beberapa tahun
terakhir dijalankan pemerintah, dinilai belum berjalan optimal. "Program
perbaikan gizi belum berjalan optimal, ini bisa kita lihat dari kegiatan yang
dilakukan di tingkat terbawah, di posyandu,". kata Guru Besar Pangan dan Gizi
Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Ali Khomsan di Jakarta. Menurut beliau,
sebagian besar posyandu di desa-desa sekadar melakukan kegiatan penimbangan
balita dan pada saat-saat tertentu imunisasi. Sementara fungsi-fungsi pokok
posyandu yang lain, seperti sebagai pembawa pesan kesehatan dan pelaku utama
upaya perbaikan gizi balita belum berjalan dengan baik. Saat ini ada sekitar 240
ribu posyandu di Indonesia, tapi bagaimana kualitasnya? Meski kita dengar
revitalisasi posyandu dilakukan sejak beberapa tahun lalu, tapi bagaimana
kondisinya di desa-desa sekarang, seharusnya dicek sudah benar-benar jalan atau
belum,"jelasnya. Kondisi dan kegiatan posyandu, jelas dia, mesti dipantau,
dievaluasi, dan optimalkan untuk memastikan fungsinya sebagai ujung tombak
berbagai upaya kesehatan, utamanya dalam upaya perbaikan gizi balita, berjalan
sesuai target.
Berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti 62,5 % rata – rata
baik, hal ini juga dari jawaban mereka muncul bahwa anak mereka 3 bulan ini
setelah mendapatkan penyuluhan gizi ibu – ibu balita berusaha untuk menerapkan
materi yang mereka dapatkan dari penyuluhan yang diberikan oleh peneliti. Oleh
sebab itu metode pendidikan massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifat nya massa atau public
adalah suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan untuk meningkatkan status
gizi balita. Sasaran pendidikan bersifat umum dalam arti tidak membedakan
golongan umur,jenis kelamin pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan
maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang demikian rupa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
sehingga pesan yang disampaikan bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya(
Notoatmojo, 2009)
Gizi buruk pada balita sebenarnya bisa dicegah. Menurut Lubis dan Marsida
(Cermin Dunia Kedokteran,2002), pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian
ASI sampai usia balita mencapai dua tahun, pemberian makanan tambahan yang
bergizi pada usia enam tahun ke atas, pencegahan terjadinya penyakit infeksi
dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perseorangan,
imunisasi, penyuluhan/ pendidikan gizi tentang pemberian makanan, pemantauan
yang teratur pada anak balita dengan cara menimbang berat badan tiap bulan.
Untuk mengetahui bahwa anak-anak mendapatkan asupan gizi yang tepat, maka
yang perlu dipantau terus adalah berat badan dan tinggi badan menurut usia. Berat
badan anak sesungguhnya merupakan hasil langsung dari pola makan anak, gaya
hidup (termasuk di dalamnya pola pengasuhan yang diterima anak, tingkat stres)
dan berbagai aktivitas anak secara fisik (termasuk kualitas bermain, lama waktu
bermain, jenis permainan, dan sebagainya). Berat badan anak dalam kondisi
normal perlu terus dipertahankan, sehingga memberikan kondisi kesehatan anak
yang ideal. Asupan gizi yang sehat seimbang mempengaruhi kecerdasan
adversity, karena kecerdasan ini menuntut tubuh yang prima, bebas dari segala
macam penyakit dan gangguan psikologis. Gizi yang cukup dapat membuat anak
bertahan terhadap penyakit. Persediaan gizi yang cukup akan membuat anak tahan
terhadap tantangan dan permasalahan yang terjadi. Pada saat anak menghadapi hal
yang baru, tantangan, dan permasalahan, tubuh kita memproduksi banyak sekali
adrenalin, dan proses ini menggunakan cadangan energi yang berada dalam tubuh
anak. Pada anak-anak yang mengalami kekurangan gizi, tidak memiliki cukup
cadangan energi untuk melakukan ini, sehingga akan mengalami kehabisan
energi, yang ditampakkan dengan gejala-gejala susah tidur, kelelahan, tubuh yang
lesu, sehingga tidak mampu beraktivitas dengan optimal. Dalam kondisi seperti
ini, zat-zat gizi yang diperlukan bagi perkembangan otak menjadi sangat kurang,
sehingga perkembangan kecerdasan anak juga tidak berkembang optimal.
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik
(Suliha, 2001).
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai
bidang, pada tahun 1992 telah diselenggarakan konggres gizi internasional di
Roma yang membahas tentang pentingnya gizi seimbang sebagai upaya untuk
menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang handal. Salah satu rekomendasi
penting dari konggres itu adalah anjuran kepada setiap negara agar menyusun
pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Di Indonesia pernah diperkenalkan
pedoman 4 sehat 5 sempurna padatahun 1950 dan sampai sekarang pedoman ini
masih dikenal oleh sebagian anak sekolah dasar. Slogan 4 sehat 5 sempurna saat
itu sebenarnya adalah merupakan bentuk implementasi PUGS.
Dalam pedoman umumg gizi seimbang terdapat 12 (dua belas) pesan yang
perlu diperhatikan yaitu : (1) makanlah aneka ragam makanan, (2) makanlah
makanan yang memenuhi kecupan energi, (3) pilihlah makanan berkadar lemak
sedang dan rendah lemak jenuh, (4) gunakan garam beryodium, (5) makanlah
makanan sumber zat besi, (6) berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 4 bulan
dan tambahkan MP-ASI sesudahnya, (7) biasakan makan pagi (8) minumlah air
bersih, aman yang cukup jumlahnya, (9) lakukan aktifitas fisik secara teratur, (10)
hidari minumanyang berakohol, (11) makanlah makanan yang aman bagi
kesehatan, (12) bacalah label pada makanan yang dikemasGizi buruk pada balita
sebenarnya bisa dicegah.
2. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik Balita (usia 2 – 5
tahun).
Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh antara sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik dengan nilai p
0,003<α=0,05 artinya ada pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik
balita (usia 2-5 tahun). Dalam penelitian ini perkembangan fisik balita di desa
penatarsewu 94,7% tergolong baik hanya 5,3% yang mengalami suspek artinya
Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu atau lebih skor terlambat (1 T) dan/
atau dua atau lebih peringatan (2 P). Pengertian perkembangan menunjuk pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang
kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak
dapat diputar kembali. Perkembangan fisik adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi motorik halus dan motorik kasar (Nursalam,
2005).
Ibu Di desa penetarsewu 60,8 % mayoritas bekerja di pabrik sehingga berdasarkan
wawancara peneliti selama penelitian rata – rata balita pada jam kerja dititipkan
pada neneknya, hal ini juga dapat mempengaruhi perkembangan fisik balita
karena perhatian dari ibunya kurang yang mana kebanyakan dari ibu – ibu di desa
ini banyak bekerja di Pabrik dengan jam kerja yang sangat panjang yaitu antara
jam 6 pagi sampai jam 7 malam. oleh sebab itu apa bila semua ibu yang memiliki
balita tidak diberikan penyuluhan dengan benar akan mempengaruhi
perkembangan balita selanjutnya. Pendapat ini juga sesuai dengan teori Rusmil
(2008) bahwa lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak). Pendapat lain juga mengungkapkan bahwa Lingkungan
pengasuhan juga dipengaruhi oleh jumlah anak. Jumlah saudara yang banyak pada
keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak (Dhamayanti,
2008).Perkembangan anak penting dijadikan perhatian khusus bagi orangtua.
Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada
masa mendatang. Jika perkembangan anak luput dari perhatian orangtua (tanpa
arahan dan pendampingan orangtua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai
dengan yang hadir dan menghampiri mereka. Perkembangan fisik (motorik)
merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap
gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari
berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan
motorik halus. Perkembangan motorik kasar adalah kemampuan anak untuk
duduk, berlari, dan melompat dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan
oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar
dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak
lainnya. Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan
anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu.
Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar
dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk
contoh gerakan motorik halus (Anne ahira,2008).
3. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial Balita (usia 2
– 5 tahun).
Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh antara sebelum dan sesudah
diberikan penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial dengan nilai p<α=
0,05 artinya ada pengaruh penyuluhan gizi dengan perkembangan psikososial
balita (usia 2-5 tahun). Perkembangan psikososial adalah perkembangan anak
yang ditinjau dari aspek psikososial artinya bahwa anak dalam perkembangannya
selalu dipengaruhi oleh lingkungan sosial ( Aziz Alimul, 2005,).Perkembangan
psikososial adalah balita mulai terampil dalam pergerakan seperti berlari,
memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam, melempar yang berguna
untuk mengelola keseimbangan tubuhnya (Anne Ahira, 2008).
Penelitian ini didapatkan bahwa balita di desa penatarsewu 64,8 % tergolong
baik hanya 6 % yang mengalami suspek dan tidak dapat di uji yang disebabkan
oleh penolakan (M), bukan oleh kegagalan (G). Setelah di lakukan uji ulang
dalam 1 – 2 minggu ternyata hasilnya normal. Menurut Riyadi ( 2009) anak usia
3 tahun Otonomi versus rasa malu mulai muncul pada usia ini. Pada usia ini alat
gerak dan rasa telah matang dan ada rasa percaya terhadap ibu dan lingkungannya.
Perkembangan otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan
kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungannya. Anak
menyadari bahwa ia dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat
sesuai dengan kemauannya sendiri. Selain itu anak akan menggunakan kekuatan
mentalnya untuk mmenolak dan mengambil sebuah keputusan. Oleh sebab itu
rasa otonomi ini perlu dikembangkan karena sangat penting untuk terbentuknya
rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Hubungan anak dengan orang sekitarnya sangat mempengaruhi
perkembangan psikososial balita di kemudian hari, karena seorang anak yang
tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan
mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya (Rusmil,
2008).. Mengingat pentingnya periode emas ini dalam masa perkembangan anak,
orangtua dan guru perlu memberikan stimulasi yang cukup bagi anak. Karena
hanya dengan stimulasi, perkembangan kognisi, sosial dan emosi anak bisa
mencapaitahapyangoptimal.Merangsang kecerdasan anak sudah bisa dilakukan
sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan terus menerus setiap hari dengan
stimulasi yang bervariasi dan teratur, dengan merangsang otak kiri dan otak kanan
bersama-sama.
"Stimulasi akan memengaruhi pertumbuhan sinaps yang membutuhkan sialic acid
untuk membentuk gangliosida, yang penting untuk kecepatan proses pembelajaran
dan memori," lanjut Soedjatmiko. Mengingat pentingnya periode emas ini dalam
masa perkembangan anak, orangtua dan guru perlu memberikan stimulasi yang
cukup bagi anak. Karena hanya dengan stimulasi, perkembangan kognisi, sosial
dan emosi anak bisa mencapai tahap yang optimal. Merangsang kecerdasan anak
sudah bisa dilakukan sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan terus menerus
setiap hari dengan stimulasi yang bervariasi dan teratur, dengan merangsang otak
kiri dan otak kanan bersama-sama."Stimulasi akan memengaruhi pertumbuhan
sinaps yang membutuhkan sialic acid untuk membentuk gangliosida, yang penting
untuk kecepatan proses pembelajaran dan memori," lanjut Soedjatmiko.
Jelaslah bahwa anak harus terus dikembangkan secara optimal agar dapat
mencapai kondisi yang sebaik – baiknya di masa yang akan datang. Berkaitan
dengan hal tersebut, stimulasi perkembangan menjadi hal yang sangat penting
bagi perkembangan anak. Anak yang yang mendapatkan stimulasi terarah dan
teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang mendapat
stimulasi. Keterlambatan perkembangan tentunya tidak kita harapkan terjadi pada
anak – anak. Masyarakat luas, terutama tenaga profesional, umumnya telah
memahami bahwa keterlambatan terlalu renggang perkembangan harus
diidentifikasi dan ditangani sedini mungkin. Penanganan dan pendidikan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dilakukan sejak dini akan memakan biaya yang lebih sedikit dan memberi hasil
yang labih efektif dalam pencapaian tujuan. Dengan demikian kita memerlukan
suatu metode screning untuk mendeteksi keterlambatan perkembangan pada anak
sejak dini. Di sinilah letak peran startegis DDST (Heru santoso,2009).
Dr. Hendra SpA,(2009) dari Klinik Keluarga menuturkan bahwa masa tiga tahun
pertama anak adalah masa untuk membangun fondasi struktur otak yang
berdampak permanen terhadap karakter anak. Oleh karena itu para orangtua harus
mempunyai pemahaman yang benar tentang pola asuh yang ramah otak,”ucapnya.
Hendra menambahkan, semua pengalaman pada usia dini memegang kunci
penting dalam membangun fondasi dan semua kemampuan otak. Inilah sebabnya
mengapa orang-orang tua harus melindungi anak-anaknya terhadap lingkungan
yang buruk. Apabila lingkungan anak tidak bagus, misalnya penuh kekerasan,
tidak ada stimulasi (sosial,emosi, motorik dan kognitif), maka semua potensi yang
sejatinya dimiliki semua anak, menjadi tidak berkembang.
Sebaiknya apabila lingkungan anak aman, penuh kasih sayang, dan kaya dengan
stimulasi, maka semua potensi anak akan berkembang optimal.”Semua stimulasi
inilah yang akan direspon otak dan akan direkam secara permanen untuk
menanggapi situasi serupa dikemudian hari,” imbuh Hendra. Hendrapun
menyarankan agar para orang-orang tua jangan terlalu banyak melarang anak
terhadap hal-hal yang tidak terlalu prinsip. Misalnya saat anak bermain-main
kotoran, yang penting dia gembira dan dalam pengawasan orangtua,” ucapnya.
. Mengingat pentingnya periode emas ini dalam masa perkembangan anak,
orangtua dan guru perlu memberikan stimulasi yang cukup bagi anak. Karena
hanya dengan stimulasi, perkembangan kognisi, sosial dan emosi anak bisa
mencapai tahap yang optimal. Merangsang kecerdasan anak sudah bisa dilakukan
sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan terus menerus setiap hari dengan
stimulasi yang bervariasi dan teratur, dengan merangsang otak kiri dan otak kanan
bersama-sama."Stimulasi akan memengaruhi pertumbuhan sinaps yang
membutuhkan sialic acid untuk membentuk gangliosida, yang penting untuk
kecepatan proses pembelajaran dan memori," lanjut Soedjatmiko.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
D. KETERBATASAN PENELITIAN
Hasil penelitian yang menunjukkan jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini hanyalah merupakan batas minimal penentuan sampel menurut
Notoatmojo (2005) sehingga untuk penelitian lanjutan diperlukan jumlah sampel
yang lebih besar untuk memperoleh representatif yang lebih baik. Penelitian ini
tidak melihat faktor – faktor lain yang mempengaruhi status gizi, perkembangan
fisik dan psikososial hanya penyuluhan gizi saja, sehingga tidak sesuai dengan
teori.
Metode ini mengukur variabel faktor risiko dan efek dalam tempo
bersamaan, padahal status gizi merupakan hasil akumulasi perumbuhan anak
dalam waktu yang lama, sedangkan perkembangan psikomotor dapat dilihat
akibat/hasilnya dari pertumbuhan anak yang memerlukan jangka waktu lama
tersebut. Sehingga desain penelitian dengan pendekatan cohort lebih tepat untuk
penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan gizi
terhadap status gizi balita (usia 2- 5 tahun) dengan nilai p = 0,000 < α=0,05.
2. Terdapat pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan fisik Balita
(usia 2 – 5 tahun) dengan nilai p= 0,003 < α=0,05.
3. Terdapat pengaruh penyuluhan gizi terhadap perkembangan psikososial
Balita (usia 2 – 5 tahun) dengan nilai p= 0,003 < α=0,05.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi teoritis dalam penelitian ini adalah penyuluhan gizi sangat
diperlukan dalam peningkatan status gizi, perkembangan fisik dan
perkembangan psikososial Balita.
2. Implikasi Kebijakan dalam penelitian ini adalah bahwa Program penyuluhan
gizi bagi ibu Balita sangat diperlukan dan perlu ditingkatkan terutama di
tempat pelayanan kesehatan.
C. SARAN
Dari hasil penelitian tersebut diatas maka diusulkan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi ibu tempat penelitian
Bagi kaum ibu diharapkan dapat lebih banyak mengakses informasi tentang
kesehatan melalui berbagai media masa seperti koran, majalah, radio dan
televisi. Selain itu agar diupayakan juga untuk mendapatkan banyak informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dengan cara ikut aktif dalam berbagai macam organisasi/kegiatan yang
memberdayakan kaum perempuan.
Perlu ditingkatkannya pendidikan kesehatan masyarakat khususnya
mengenai tumbuh kembang anak melalui program-program pemerintah yang
dapat disebarluaskan melalui ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat
yaitu Puskesmas bekerjasama dengan berbagai macam Instansi dan organisasi
baik milik pemerintah maupun swasta, juga organisasi swadaya masyarakat.
2. Bagi petugas kesehatan
Petugas kesehatan memberikan Pelayanan kesehatan yang menyeluruh,
terpadu, berkesinambungan, proaktif serta yang lebih memusatkan perhatian dan
tanggung jawabnya pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan seluruh
anggota keluarga sebagai satu unit, bukan pada golongan umur, jenis kelamin,
organ tubuh, jenis penyakit dan atau keluhan tertentu saja (Azwar, 2003).
Selama ini kebanyakan di Indonesia lebih berorientasi kepada upaya kuratif saja.
Dengan adanya temuan dalam penelitian ini diharapkan supaya para petugas
pelayanan lebih berorientasi kepada upaya kesehatan promotif dan preventif
seimbang dengan upaya kuratif dan rehabilitatif yang telah dilakukannya.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Penelitian-penelitian mendatang perlu menggunakan desain longitudinal
untuk lebih memastikan hubungan status gizi, perkembangan fisik dan
perkembangan psikososial tidak dipengaruhi oleh penyuluhan gizi saja. Selain
itu juga diperlukan jumlah sampel yang lebih besar untuk memperoleh hasil
yang lebih baik.