Upload
dwi-hutami-agustiningrum
View
34
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Acara 1. Keadaan Fisik Daerah dan Penduduk
ACARA I KEADAAN FISIK DAERAH DAN PENDUDUK
I. KEADAAN FISIK DAERAH
A. Lokasi dan Topografi Lokasi merupakan posisi desa tersebut dilihat dari ibukota kecamatan dan ibukota
kabupaten, sehingga dengan hanya membaca dapat dibayangkan letak desa untuk dijangkau.
Point-point yang perlu diperhatikan adalah: 1. Arah-arah jarak
Contoh: jarak dari desa ke kecamatan, dsb 2. Batas- batas desa:
a. Secara administratif Contoh: batas utara s/d selatan: Desa ... / Sungai .... / Bukit ....
b. Secara alamiah Contoh: batas utara s/d selatan: jalan raya, gunung, dsb.
3. Luas dan bagian-bagiannya
Bagian Luas (ha) Persentase (%) Sawah 55 55 Tegalan 20 20 ..
Jumlah 100 100
4. Topografi permukaan daerah: rata, bergelombang, kemiringan, sungai, gunung. Hubungkan dengan kegiatan sosial ekonomi dan pemerintah desa (pembagian RT, RW dan Dusun dll).
5. Pola pemukiman penduduk, hubungkan keadaan dengan aktifitas di bidang sosial ekonomi pertanian.
B. Keadaan Tanah dan Pengairan 1. Jenis Tanah : Pengamatan secara visual atau laporan instansi
Jenis tanah akan mempengaruhi macam tanaman maupun penggunaan tanah.
Misalnya, tanah sawah liat di dataran rendah cocok ditanami padi, tanah pegunungan
2
Acara 1. Keadaan Fisik Daerah dan Penduduk
sesuai untuk padi ladang, tanah liat lebih baik digunakan untuk bahan baku genting dan batu bata.
2. Klasifikasi Tanah
a. Klas I : Paling subur, drainase baik, permukaan hampir rata/datar, respon tanaman terhadap pupuk baik, kapasitas menampung air tinggi, dialiri dengan sistem irigasi.
b. Klas II : Agak subur, agak jauh dari irigasi, perlu perlakuan pengawetan tanah, agak lereng, erosi sedang, kedalaman tanah kurang, perlu terasering, penanaman secara alur, pengolahan sesuai konstur, rotasi tanaman, jalan perlu rumput.
c. Klas III : Kesuburan rendah, kedalaman tanah dangkal, lereng agak curam, perlu tindakan khusus untuk pengawetan tanah.
d. Klas IV : Dapat ditanami dengan tanaman tertentu dan pengolaan harus dibatasi, tanaman harus rapat karena lereng peka erosi, tanah dangkal, drainase buruk.
3. Keadaan dan sistem pengairan Daerah mana dan luasnya yang memperoleh pengairan dari masing-masing sistem
pengairan serta dari mana sumber pengairannya dan akibatnya terhadap kegiatan pertanian. Macam pengairan atau irigasi antara lain sistem teknis, semi teknis,
sederhana, dan tadah hujan. 4. Sistem hak penguasaan tanah di lokasi dan bagaimana aturan-aturan pada masing-
masing hak.
Menurut UUPA pasal 16 ayat 1, sistem hak penguasaan tanah antara lain hak milik, guna usaha, guna bangunan, pakai, sewa, membuka hutan, memungut hasil hutan.
C. Keadaan Iklim Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca di suatu tempat atau gabungan berbagai kondisi
cuaca sehari-hari, yang meliputi lokasi yang luas dan waktu yang relatif lama. Sedangkan cuaca adalah keadaan udara saat itu, bersifat sementara, dan meliputi wilayah yang lebih kecil.
1. Klasifikasi Iklim
a) Mohr: klasifikasi iklim yang mendasarkan pada data curah hujan yang dikategorikan menjadi bulan basah (BB), bulan kering (BK), dan bulan lembab (BL). Kategorisasinya adalah sebagai berikut:
3
Acara 1. Keadaan Fisik Daerah dan Penduduk
BB : CH > 100 mm
BK : CH < 60 mm
BL : CH antara 60 -100 mm Berdasarkan jumlah BB, BK, dan BL dalam satu tahun, Mohr membagi iklim menjadi 5 golongan: Golongan I : Daerah basah, curah hujan melebihi besarnya penguapan
selama 12 bulan, hampir tanpa periode kering (bulan lembab 1 6 bulan)
Golongan II : Daerah agak basah, dengan periode kering yang lemah, terdapat satu bulan kering
Golongan III : Daerah agak kering, dengan periode kering 34 bulan, pada periode basah curah hujan masih melebihi penguapan
Golongan IV : Daerah kering, dengan periode kering sampai 6 bulan, gejala musim kering mulai nyata
Golongan V : Daerah sangat kering, dengan periode kering yang panjang
Cara kerjanya adalah sebagai berikut: Bulan 1 2 3 ..................... 10 jumlah CH CH Kriteria
1 -
-
12 BB = BK = ........ ......................... Golongan I-IV
b) Schmidt-Fergusson: klasifikasi iklim yang mendasarkan pada data curah hujan yang dikategorikan menjadi bulan basah (BB), bulan kering (BK), dan bulan lembab (BL). Kategorisasi BB, BK, dan BL sama dengan yang diterapkan dalam klasifikasi iklim Mohr. Perbedaannya, klasifikasi iklim Schmidt-Fergusson mengkategorisasikan iklim berdasarkan nilai Q sebagai berikut:
BBjumlah rerataBKjumlah rerataQ =
Dengan Q tersebut, Schimdt dan Ferguson menggolongkan iklim menjadi 8 golongan, yaitu:
4
Acara 1. Keadaan Fisik Daerah dan Penduduk
Golongan A : 0Q
5
Acara 1. Keadaan Fisik Daerah dan Penduduk
interaksi antar penduduk, yang bahkan bisa tidak saling mengenal. Akses ke luar
cukup sulit sehingga pemasaran hasil pertanian dapat menjadi kurang. 2. Line Village
Rumah penduduk berada di pinggir jalan dan lahan pertanian berada di belakang pemukiman penduduk. Pada pola ini, selain interaksi antar penduduk lebih besar,
penduduk juga lebih mudah mendapat informasi dan memasarkan hasil pertaniannya karena akses terhadap fasilitas transportasi yang mudah.
3. Round Village Rumah penduduk berada di tengah desa dan dikelilingi oleh lahan pertanian.
Interaksi antar penduduk besar, bahkan sangat akrab. Namun terkadang penduduk
menemui kesulitan untuk mendapatkan informasi dan akses ke luar desa.
Gambar 1. Pola Pemukiman Penduduk Isolated Farmstead, Line Village, dan Round Village
4. Cross Road Settlement Pola pemukiman yang menunjukkan rumah penduduk berada pada persimpangan
jalan. Penduduk umumnya lebih modern karena kemudahan dalam berkomunikasi dengan pihak luar. Umumnya penduduk bermatapencaharian sebagai pedagang. Lahan
pertanian berada jauh di belakang desa. 5. Market Centre Settlement
Rumah penduduk berpusat di sekitar pasar yang merupakan tempat sebagian
penduduk bekerja sebagai pedagang. Letak rumah yang dekat pasar dimaksudkan agar mempermudah proses jual beli. Interaksi erat antar sesama pedagang di pasar. Umumnya penduduk tidak ada yang bekerja sebagai petani
6
Acara 1. Keadaan Fisik Daerah dan Penduduk
Gambar 2. Pola Pemukiman Penduduk Cross Road Settlement dan Market Center Settlement
II. KEADAAN PENDUDUK
Demografi merupakan ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran, komponesis penduduk serta perubahan-perubahan yang disebabkan oleh faktor demografi yang
meliputi kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk (Philip M. Hauser, Dudley Ducan dalam Mantra I B).
Ilmu kependudukan (Population Study) lebih luas daripada demografi karena dalam memahami karakteristik penduduk di suatu wilayah, faktor-faktor non demografis ikut
dipertimbangkan,misalnya aspek sosial ekonomi pertanian.
A. Struktur Penduduk 1. Struktur penduduk menurut umur
Dari struktur penduduk menurut umur, negara dapat dikategorikan menjadi: a. Negara berstruktur umur muda: penduduk yang berumur < 15 tahun dapat
mencapai 35 % atau lebih dan penduduk berumur > 65 tahun berjumlah kurang dari 3 %. Contohnya adalah Indonesia dan India.
b. Negara berstruktur umur tua: penduduk yang berumur < 15 tahun berjumlah kurang dari 35 % dan penduduk berumur > 65 tahun berkisar 15 %. Dari struktur penduduk menurut umur, bisa pula dihitung Rasio Beban
Ketergantungan atau Burden Dependency Ratio (BDR), yaitu perbandingan antara banyaknya penduduk non produktif (umur 0-14 tahun dan >64 tahun) dengan penduduk produktif (umur 15-64 tahun), dalam persen (%). Rumus BDR adalah:
7
Acara 1. Keadaan Fisik Daerah dan Penduduk
Contoh: BDR 85 artinya setiap 1000 penduduk produktif harus menanggung 85 penduduk non produktif.
2. Struktur penduduk menurut jenis kelamin Dari Struktur penduduk menurut jenis kelamin, bisa dihitung Rasio Jenis Kelamin
(Sex Ratio), dengan rumus:
Contoh: SR 90 artinya dalam setiap 100 penduduk wanita terdapat 90 penduduk laki-laki.
Tabel 1. Struktur Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa.Tahun.
Umur Jenis Kelamin
Jumlah L P
0 4 . . .
5 9 . . . 10 14 dst . . .
Piramida Penduduk Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan dalam
sebuah grafik yang disebut piramida penduduk. Ada tiga kelompok piramida penduduk:
a. Ekspansif
Jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda. Terdapat di
daerah dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat akibat tingginya angka
kelahiran dan menurunnya tingkat kematian. Contohnya, Indonesia, Malaysia, dan
Philipina. Bentuk piramida umumnya sebagai berikut:
8
Acara 1. Keadaan Fisik Daerah dan Penduduk
Gambar 3. Piramida Penduduk Ekspansif
b. Konstruktif
Jika penduduk yang berada dalam kelompok umur muda jumlahnya sedikit. Terdapat di daerah dengan tingkat kelahiran turun dengan cepat dan tingkat
kematiannya rendah. Contohnya, Jepang, Swedia. Bentuk piramida umumnya sebagai
berikut:
Gambar 4. Piramida Penduduk Konstruktif
9
Acara 1. Keadaan Fisik Daerah dan Penduduk
c. Stasioner
Jika banyaknya penduduk dalam tiap kelompok umur hampir sama, kecuali pada
kelompok umur tertentu. Terdapat di negara-negara yang mempunyai tingkat kelahiran
dan kematian yang rendah. Contohnya, Jerman. Bentuk piramida umumnya sebagai
berikut:
Gambar 5. Piramida Penduduk Konstruktif
3. Struktur Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui struktur penduduk berdasarkan
pendidikan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:
a. Tidak pernah sekolah
b. Masih SD
c. Tamat SD
d. Masih SLTP
e. Tamat SLTP
f. Masih SMA
g. Tamat SMA
h. dst.
4. Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Jenis mata pencaharian, misalnya petani, pedagang, PNS, wirausaha, dll.
10
Acara 1. Keadaan Fisik Daerah dan Penduduk
B. Perkembangan Penduduk Pekembangan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan
migrasi penduduk.
1. Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah banyaknya kelahiran
pada satu tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Rumusnya:
Dimana, B = jumlah kelahiran pada tahun tertentu dan Pm = Jumlah penduduk pertengahan, dimana:
2. Tingkat Kematian (Crude Death Rate/CBR) Tingkat Kematian Kasar (Crude Death Rate/CBR) adalah banyaknya kematian
pada tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada pertengahan tahun. Rumusnya adalah:
Dimana, D = jumlah kematian pada tahun tertentu.
3. Tingkat Pertambahan Penduduk
a. Tingkat pertambahan penduduk alami (Natural Population Increase / NPI), yaitu pertambahan penduduk yang disebabkan oleh kelahiran dan kematian saja. Rumusnya
NPI =
Contoh: NPI = 2% artinya pertambahan penduduk secara alami dalam 100
penduduk adalah 2 jiwa.
11
Acara 1. Keadaan Fisik Daerah dan Penduduk
b. Pertambahan penduduk yang sebenarnya (Population Increase / PI), yaitu pertambahan penduduk yang tidak hanya disebabkan oleh kelahiran dan kematian
saja, tapi juga imigrasi dan emigrasi. PI = NPI + Migrasi Netto
Migrasi Netto =
Pertumbuhan penduduk dapat diperoleh secara langsung dari jumlah penduduk awal dan pada akhir suatu penduduk.
c. Pertumbuhan Geometri
rumusnya adalah:
Pt = Po (1 + r)t
Keterangan:
Pt = jumlah penduduk pada tahun tertentu Po = jumlah panduduk pada tahun dasar r = tingkat pertumbuhan penduduk
t = jangka waktu
Contoh :
Jumlah penduduk DIY pada tahun 1961 = 2.163.000 jiwa Jumlah penduduk DIY pada tahun 1971 = 2.490.000 jiwa Hitung tingkat pertambahan penduduk!
Jawab :
Pt = Po (1 + r)t 2.490.000 = 2.163.000 (1 + r)t
(1 + r)10 = = 1,151179
10 log (1 + r) = log 1,151179
= 0,0611428
log (1 + r) = 0,0611428 (anti log)
1 + r = 1,014178
r = 0,014178
12
Acara 1. Keadaan Fisik Daerah dan Penduduk
= 1,42 %
Jadi tingkat pertumbuhan penduduk DIY sebesar 1,42% setiap tahun pada periode
tahun 1961-1971.
C. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk dibagi menjadi:
2. Kepadatan penduduk fisiologis = jumlah penduduk per km2 lahan pertanian
Interpretasi: setiap km2 luas lahan pertanian mampu mencukupi kebutuhan pangan
sebanyak X orang.
Interpretasi: jumlah petani yang dibutuhkan untuk mengolah lahan seluas X adalah sejumlah Y jiwa.
4. Tekanan Penduduk Terhadap Lahan
Rumusnya adalah sebagai berikut:
TP =
Menurut Otto Sumarwoto, pesatnya tekanan penduduk (petani) terhadap lahan pertanian (TP) dapat dinilai sebagai berikut: 1. Bila TP < 1, berarti dengan luas lahan yang dimilikinya, penduduk dapat memberikan
penghidupan yang layak.
2. Bila TP = 1, berarti dengan luas lahan yang dimilikinya, penduduk dapat memberikan
penghidupan yang pas-pasan.
3. Bila TP > 1, berarti dengan luas lahan yang dimilikinya, tidak dapat penghidupan yang
layak.
13
Acara 1. Keadaan Fisik Daerah dan Penduduk
D. Mobilitas Penduduk Mobilitas penduduk horizontal/geografis meliputi semua gerakan penduduk yang
melintasi batas wilayah tertentu dalam peride waktu tertentu (batas wilayah = propinsi, kabupaten, kecamatan, desa).
Mobilitas Penduduk:
1) Mobilitas Permanen/migrasi a. Migrasi internasional (imigrasi/masuk dan emigrasi/keluar) b. Migrasi dalam negeri, misalnya transmigrasi, urbanisasi, dll.
2) Mobilitas Penduduk non Permanen/ngelaju. Status sudah bukan menjadi penduduk daerah tersebut.