Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Daryono: Dimensi Estetis Tari Bedhaya Senapaten
Volume 17 Nomor 2, Desember 2019 151
A. Pengantar
Tari Bedhaya Senapaten merupakan bentukkarya tari genre bedhaya yang bergaya Mataramandan Mangkunegaran dengan memasukkan elemenbaru yang dikembangkan. Ide gagasan karya tari iniadalah nebu-sauyun. Dua kata yang menjadi satuungkapan dan seakan melekat tidak terpisahkandengan perjuangan laskar Pangeran Sambernyawa.
DIMENSI ESTETIS TARI BEDHAYA SENAPATEN
DaryonoJurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan
Institut Seni Indonesia SurakartaJl. Ki Hajar Dewantara 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126
Email:[email protected]
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul Dimensi Estetis Tari Bedhaya Senapaten ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentukTari Bedhaya Senapaten dan untuk mengetahui nilai estetis elemen-elemen yang membentuk Tari BedhayaSenapaten. Tari ini mengungkapkan nilai Nebu-sauyun yang merupakan semangat kejuangan R.M. Sahid atauPangeran Sambernyawa dengan laskarnya. Selama kurun waktu 16 tahun (1740-1756) semangat perjuangannebu-sauyun mampu menjadi perekat yang sangat kuat terhadap berbagai unsur masyarakat untuk bersama-sama memerangi kedholiman yang terjadi di negeri ini. Abstraksi nilai-nilai wigati tersebut dituangkan kedalam karya tari bergenre bedhaya dengan judul Bedhaya Senapaten. Penelitian ini menggunakan metodedeskriptif analitis. Bentuk tari ini memiliki dimensi estetis pada elemen-elemennya. Parker mengatakan bahwakarya seni harus merupakan kesatuan organis dari berbagai elemen-elemen pembentuknya. Indikatornyaadalah The Principle of Theme, The Principle of Thematic Variation, The Principle of Balance, The Principle ofEvolution, dan The Principle of Hierarchy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari ini merupakan kesatuanorganis yang memiliki indikator estetis pada elemen-elemen pembentuk tari yaitu vokabuler gerak dan polalantai, rias, busana, properti, musik tari, dan tempat pertunjukannya.
Kata kunci: nebu-sauyun, Bedhaya Senapaten, dimensi estetis.
ABSTRACT
The research entitled Dimensi Estetis Tari Bedhaya Senapaten aims to describe the form of Bedhaya SenapatenDance and to find out the aesthetic values of the elements that make up the Bedhaya Senapaten. The danceconveys the values of nebu sauyun that represent the fighting spirit of R.M. Sahid or Prince Sambernyawa withhis army. During the period of 16 years (1740-1756) the spirit of the nebu-sauyun was able to become a verystrong bond for the various elements of society to fight the cruelty that occurred in this country. Abstraction ofthese important values is poured into the Bedhaya dance entitled Bedhaya Senapaten. This research usesdescriptive analytical method. This dance has an aesthetic dimension in its elements. Parker said that thework of art must represent an organic unity of the various elements. The indicators The Principle of Theme,The Principle of Thematic Variation, The Principle of Balance, The Principle of Evolution, and The Principle ofHierarchy. The results show that this dance represents an organic unity that has aesthetic indicators on thedance forming elements, namely the movement vocabularies and floor patterns, make-up, clothing, property,dance music, and the venue.
Keywords: nebu-sauyun, Bedhaya Senapaten, aesthetic dimension.
Inilah yang mengilhami Daryono sebagai penyusunTari Bedhaya Senapaten, untuk menginterpretasikandungan makna atau nilai-nilai yang ada didalamnya. Harapannya adalah agar dapatmenginspirasi ruang-ruang kehidupan maupunkeperluan atau kepentingan yang lebih luas.
Tari Bedhaya Senapaten disajikan oleh tujuhorang penari laki-laki berkualitas alus. Bentukvokabuler gerak tari yang pokok disusun berpijak pada
Jurnal Seni Budaya
152 Volume 17 Nomor 2, Desember 2019
vokabuler gerak tari gaya Yogyakarta, namun tidakmenutup kemungkinan keterlibatan gaya tari laintermasuk gaya Kasunanan dan Mangkunagaranbeserta pengembangannya. Struktur atau alursajiannya, sebagaimana pakem yang ada yaitu majubeksan, beksan merong, beksan inggah, perangan,dan munsur beksan.
Rias wajah semua penari sama yaitu riaskorektif karena memang tidak ada pemeranan tokohtertentu. Busana yang dikenakan adalah menggunakandodot ageng ngumbar kunca dengan selempang hitamdi dada. Asesoris yang dipakai sebagaimana biasayaitu kalung penanggalan, gelang, kelat bahu, danbinggel. Properti yang digunakan adalah tombaksepanjang satu meter, senapan, dan pistol.
Musik tari disusun oleh Wahyu SantosoPrabowo sesuai dengan struktur bentuk sajiannya.Pada bagian maju beksan, gendhing-gendhing beksanyang dimainkan adalah Gendhing Tri Gatra LadrangSoran Pelog Nem dan Pathetan Sukapratama PelogNem. Bagian beksan merong dimainkan GendhingSukapratama, Ketawang Gendhing Kemanak LarasPelog Patet Nem. Pada bagian perangan denganGendhing Ladrang Tebu Sauyun irama tanggungdilanjutkan Gendhing Monggangan. Beksan terakhirdengan Gendhing Kaliling, Ketawang Laras Slendro.Bagian mundur beksan dimainkan Gending LadrangBabar Layar Laras Pelog.
Gambaran yang telah dipaparkan tersebutmerupakan deskripsi singkat Tari Bedhaya Senapaten.Sebuah karya tari tentu sangat dituntut memiliki bentukestetik dari elemen-elemen pembentuknya. Olehkarena itu permasalahan tersebut memerlukanperhatian khusus untuk diteliti. Nilai estetik semuladianggap hanya terdiri atas hal-hal yang indahsaja, yang elok, yang menyenangkan, memuaskanjiwa.
Terjadi banyak pendapat dalmperkembangannya, bahwa nilai estetis meliputisejumlah kategori-kategori estetis. Kategori-kategoriestetis merupakan persyaratan suatu karya seni itudikatakan indah dengan kata lain ada keseriusan,kesungguhan dalam penggarapan denganmempertimbangkan kategori tadi. Dengan demikiannilai estetis tersebut akan menggugah batin,menimbulkan kepuasan jiwa, rasa dalam yangmenggebu-gebu.
Latar belakang yang telah dipaparkan, makapermasalahan yang muncul adalah bagaimana bentukpenyajian Tari Bedhaya Senapaten dan bagaimanapengaplikasian indikator estetis pada Tari Bedhaya
Senapaten. Dengan demikian penelitian ini bertujuanmengungkap bentuk penyajian dan indikator-indikator estetis yang terdapat dalam Tari BedhayaSenapaten.
Pembahasan tentang metode penelitian inimeliputi hal-hal yang berkenaan dengan (a) materipenelitian, (b) alat-alat yang digunakan, (c) jalannyapenelitian atau prosedur, dan (d) metode analisis.Materi penelitian ini adalah Bedhaya Senapaten karyatugas akhir Daryono. Alat-alat yang digunakan untukmemahami materi penelitian adalah rekaman audio-visual/video Tari Bedhaya. Jalannya penelitian atauprosedur penelitian diawali dengan pengumpulan dataKarya Seni Bedhaya Senapaten. Adapun unsur-unsuryang hendak dipelajari adalah semua elemen-elemenpembentuk Bedhaya Senapaten yaitu gerak, rias,busana, properti, musik tari, dan tempat pertunjukan.Metode analisis yang digunakan adalah deskriptifanalitis. Metode deskriptif analitis dilakukan denganmenjelaskan secara kualitatif terhadap data-datadisesuaikan dengan elemen-elemen yang diteliti,memilah-milah, selanjutnya menyusun dalam bentuklaporan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatifyang dimaknai sebagai prosedur yang menghasilkandata deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dariorang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong,1996:3). Objek material penelitian ini menyelidiki karyatari Bedhaya Senapaten sedangkan objek formalnyaadalah estetika.
Kompleksitas sebuah pertunjukan tidak akancukup hanya dilihat dari sisi kreativitas aktor ataupenyaji di atas panggung, melainkan termasuk didalamnya unsur-unsur pertunjukan antara lain situasidan kondisi tempat pertunjukan, karakter ruangpertunjukan, dan pertimbangan suasana wibawalingkungan yang semuanya itu menjadi penting dalamikut menciptakan atmosfir pertunjukan.
Lingkup yang lebih kecil yakni garapanpertunjukan, pembicaraannya akan menyangkutbagaimana dan sejauh mana semua penari dan musisimelibatkan diri secara aktif dalam proses kreatif.Dalam konteks nebu-sauyun semua unsur pertunjukanitu tidak ada yang lebih penting, melainkan bersinergibersama-sama menciptakan kesatuan pertunjukanyang indah dan bermakna. Jadi sebenarnya dimensiestetis menjadi nilai intrinsik dalam sebuah karya seni.
Menurut filosof ahli estetik, seperti Augustinus(345-430 SM) sebagaimana yang dipaparkan oleh TheLiang Gie (1978:176) bahwa hal yang indah dalamkarya seni adalah kesatuan (unity). Kesatuansusunan, kesatuan bentuk dan isi, kesatuan
Daryono: Dimensi Estetis Tari Bedhaya Senapaten
Volume 17 Nomor 2, Desember 2019 153
perimbangan, kesatuan perkembangan, kesatuankebenaran dan kebaikan.
Seorang filsuf Jerman, Gottfried WilhelmLeibniez (1646-1716 M) merumuskan keindahan ataunilai estetik dengan ungkapan ‘kesatuan dalamkeanekaan’ (unity in variety) (Gie, 1978:176).Sedangkan George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) mendefinisikan beauty is the perfect identityof the ideal and real. Definisi ini artinya bahwakeindahan itu persamaan yang sempurna dari yangideal dan yang nyata. Herbert Read, filsof seni terkenaldari Inggris merumuskan bahwa beauty is unityof formal relations among our sense-perceptions.Rumusan ini menyatakan bahwa keindahan adalahkesatuan dari hubungan-hubungan bentuk yangterdapat di antara pencerapan-pencerapan inderawi.(Gie, 1978:176).
De Witt H. Parker (1978:177) menyatakanbahwa prinsip induk dari suatu karya seni adalah asaskesatuan organis.
Nilai dari sesuatu karya seni sebagai sesuatukeseluruhan tergantung pada hubungan timbal balikdari unsur-unsurnya, yakni setiap unsur memerlukan,menanggapi, dan mensyaratkan setiap unsur lainnya.Jadi harus terdapat kesatuan yang organis pada suatubenda estetis, khususnya yang diciptakan olehseseorang seniman. (1978:177)
Lebih lanjut diterangkan bahwa asas kesatuanorganis itu terdiri atas sejumlah asas lainnya yaitu:1. Asas tema (The Principle of Theme) adalah ide
induk atau peranan yang unggul berupa apa saja(bentuk, warna, pola irama, tokoh atau makna) yangmenjadi titik pemusatan dari nilai keseluruhan karyaseni yang bersangkutan.
2. Asas variasi tematik (The Principle of ThematicVariation) yaitu bahwa tema dari suatu karya seniharus disempurnakan dan diperbagus dengan terusmenerus mengumandangkannya.
3. Asas keseimbangan (The Principle of Balance)adalah kesamaan dari unsur-unsur yangberlawanan. Dalam suatu karya seni walaupununsur-unsurnya tampak berlawanan tetapisesungguhnya saling memerlukan karenabersama-sama mereka menciptakan suatukebulatan.
4. Asas perkembangan (The Principle of Evolution)yaitu kesatuan dari proses yang bagian-bagianawalnya menentukan bagian-bagian selanjutnyadan bersama-sama menciptakan suatu maknayang menyeluruh.
5. Asas tatajenjang (The Principle of Hierarchy). Asasini merupakan penyusunan khusus dari unsur-unsurdalam asas-asas tersebut. Dalam suatu karya seniyang cukup rumit terdapat satu unsur yangmemegang kedudukan memimpin yang penting.(Gie, 1978:177-178).
Teori kesatuan organis yang memiliki limakategori ini dipilih untuk membedah nilai estetis padakarya tari Bedhaya Senapaten dari sisi ontologis yaitunilai intrinsiknya. Keindahan dan hal yang indah ituselain memiliki dasar ontologis juga memiliki dasarpsikologis. Dasar psikologis itu melekat padaperasaan manusia dalam hal ini penghayatnya. Olehkarena itu, bekal penghayatan berupa kehidupanemosional dari penghayat menjadi sumber utama baginilai estetis yang merupakan ekspresi keindahan.
B. Pembahasan
1. Bentuk Penyajian Tari Bedhaya SenapatenSebuah karya tari memiliki dua bentuk yaitu
bentuk tampak dan tidak tampak. Bentuk tampakatau physical form dapat diamati dengan panca inderasedangkan bentuk tidak tampak atau non physicalform diamati dengan penghayatan rasa, misalnyagagasan isi, suasana yang diungkapkan, makna yangtersirat atau significant form. Keduanya merupakankesatuan organis yang tidak dapat dipisahkan dalamsebuah pertunjukan.
Penelitian ini menguraikan kedua bentuktersebut secara deskriptif sehingga dapat dilakukananalisis untuk mendapatkan jawaban dimensi estetisTari Bedhaya Senapaten.
a. Gagasan Isi Tari Bedhaya SenapatenTari Bedhaya Senapaten diilhami dari spirit
nebu-sauyun. Penafsiran kembali nebu-sauyun adalahsikap mengutamakan kesadaran gotong-royong,bekerja bersama-sama, bersinergi, saling mengisi,saling menghormati, kebersatuan, dan kesetaraanmenjadi dasar pijakan dalam mbedhaya. Filosofi nebu-sauyun, hingga kini dipegang teguh oleh KGPAAMangkunagara IX. Hal ini sebagaimana dapat kita lihatdokumentasi berupa penyerahan setangkup batangtebu yang dihias secukupnya, untuk diserahkanlangsung oleh K.G.P.A.A. Mangkunagara IX sebagaipimpinan tertinggi Praja Mangkunagaran kepadaDaradjadi selaku Ketua Himpunan KerabatMangkunagaran (HKMN) Pusat Jakarta.
Jurnal Seni Budaya
154 Volume 17 Nomor 2, Desember 2019
Gambar 1. Serah terima setangkup batang tebu(tebu sauyun) sebagai simbol spirit nebu-sauyun
dari KGPAA Mangkunegara IX (sebelah kiri) kepadaR.M. Daradjadi Gondodipura (sebelah kanan)
(Sumber: akun facebook Daradjadi, 2007; dalamDaryono 2019:10)
Serah-terima setangkup batang tebu itudimaksudkan untuk mengingatkan dan meneladanikembali spirit nebu-sauyun, yang pada awalnya kataitu dimunculkan ke permukaan oleh R.M. Sahid atauPangeran Sambernyawa. Pada saat bergerilyadidayagunakan sebagai penyemangat pasukannyamelawan ketidakadilan yang dilakukan oleh KompeniBelanda bersama antek-anteknya (Daryono 2019:9-10)
Tari Bedhaya Senapaten bertemakanpeperangan. Senapati adalah istilah yang digunakanuntuk menyebut jabatan panglima dalam sejarahkerajaan-kerajaan di Jawa. Istilah ini merupakan kataserapan dari bahasa Sanskerta, yaitu sena yangbermakna ‘prajurit’ dan pati yang bermakna ‘pemimpin’.(https//id.m.wikipedia.org>wiki>Senapati). Jadisenapati adalah pemimpin prajurit atau panglimaperang. Bedhaya Senapaten merupakan sebuah karyatari yang mengekspresikan para prajurit yang berjuangdi medan perang. Pada karya tari ini terdapat tigaorang punggawa baku dan empat orang punggawaprajurit.
Garapan tiga tokoh yang disamarkan dalamsusunan tari ini, adalah ide tentang telu-teluneatunggal atau tiga serangkai atau anebu-sauyun, yaknibertemunya figur R.M. Sahid atau PangeranSambernyawa, Patih Kudanawarsa, dan RanggaPanambang. Pangeran Sambernyawa dikenal sebagaileader (pemimpin) yang bijaksana, Patih Kudanawarsa
sebagai ahli strategi yang ulet, dan RanggaPanambang dikenal sebagai orang kuat di kehartaan.Ketiga tokoh hebat itu kiranya sangat mungkinmenginspirasi Mangkunagara IV sehingga munculkaryanya yang mengedepankan prinsip hidup yangterdiri atas tiga komponen atau unsur, yaitu wirya(harkat martabat), arta (alat, termasuk harta), danwinasis (keterampilan atau kepandaian).
b. Bentuk Tari Bedhaya SenapatenBentuk Tari Bedhaya Senapaten merupakan
hasil interpretasi bentuk tari bedhaya yang disajikanoleh tujuh orang penari laki-laki. Bedhaya Senapatenini menggunakan kualitas gerak putra alus dengangaya Mataraman dan Mangkunegaran. Nama-namavokabuler tersebut antara lain kapang-kapang,sembahan, pramusinta, kebyok sampur ngeneti,mucang kanginan, nggajah glebagan, ngenceng encot,kebyok encot, ngundhuh sekar, lampah encotglebagan, rimong encot, junjung-junjungan mundur,lawungan, erekan, dodoran, dan pistulan.
Karya tari ini menggunakan rias dan busanatari tradisi yang dimodifikasi antara desain dodotdengan kain wiru Jawa. Rias wajah penari adalah riaskorektif yaitu memberi aksen pada bagian-bagian wajahseperti alis, mata, hidung, dan bibir. Tujuan rias korektifini agar wajah penari tampak jelas dari jarak tempatduduk penonton. Busana tari dipilahkan menjadi tigabagian yaitu bagian atas, bagian tengah, dan bagianbawah. Busana bagian atas untuk kepala berupa iketjingkeng (kain iket lembaran yang dibuat langsung dikepala dengan mondholan di bagian belakang). Telingamengenakan sumping, bagian leher mengenakankalung penanggalan. Lengan atas memakai kelat bahudan pergelangan tangan mengenakan gelang. Busanabagian bawah memakai celana panjen yang ditutupikain bermotif poleng didesain cancutan, memakaisampur berwarna polos/tanpa motif. Pinggangmengenakan sabuk yang bagian belakangnyadiselipkan sebuah keris berhiaskan bunga melati ataukolong keris.
Karya tari ini dilengkapi penyimping berjumlahsebelas orang yang terdiri atas tujuh orang putri danempat orang putra yang bertugas sebagai pembawaproperti tari. Properti tersebut berupa tombak dansenapan tiruan laras pendek dan pistol. Parapenyimping putri mengenakan busana kain cuwirisedangkan untuk penyimping putra mengenakanbusana kejawen ngliga. Kegunaan penyimping selainsebagai pembawa properti tari, juga dirancang untukmembantu penyajian karya tari secara keseluruhanagar menjadi grande, agung, dan berwibawa.
Daryono: Dimensi Estetis Tari Bedhaya Senapaten
Volume 17 Nomor 2, Desember 2019 155
c. Penyajian Tari Bedhaya SenapatenTari Bedhaya Senapaten ini disajikan di
Pendapa Prangwedanan Mangkunagaran denganstruktur penyajian adalah sebagai berikut:1) Maju beksan: semua penari dan penyimping
muncul dari ndalem Prangwedanan menujupendapa dengan berjalan kapang-kapang ketengah pendapa tempat menari (mapan gawang),semua penari duduk bersila. Para penyimping putradan putri menempati tempat di luar gawang penariyaitu tiga penyimping putri masing-masingmenempati pada sisi kanan dan kiri gawang. Satuorang penyimping putri dan empat orangpenyimping putra menempati bagian belakanggawang penari. Bagian ini dimainkan Gendhing TriGatra Ladrang Soran Pelog Nem dan PathetanSenapaten Pelog Nem.
2) Beksan merong: seorang penari Punggawa Bakuyang berada di posisi tengah pendapa melakukansembahan dilanjutkan gerak Pramusinta 1 danPramusinta 2, jengkeng. Disusul semua penarimelakukan jengkeng seba, nggroda mayuk,mucang kanginan, nglawe glebagan, nggajah oling1, nggajah oling 2, ngetap suwiwi 1, ngetap suwiwi2, dan encotan. Bagian ini dimainkan GendhingSenapaten, Ketawang Gendhing Kemanak LarasPelog Patet Nem.
3) Beksan inggah: semua penari berpindah posisi danmenarikan gerak nginguk hoyog encot, ngundhuhsekar, lumaksana entragan, dan rimong glebagan.Bagian ini dimainkan Inggah Gendhing Senapaten,Ketawang Gendhing Kemanak Laras Pelog PatetNem.
4) Perangan: semua penari nampa tombakdilanjutkan menarikan gerak junjungan trecet,eregan, ancapan, cakra byuha, pistulanula-ulap,sabetan sampur, tintingan, atrap jamang, danpendhapan. Pada bagian perangan dimainkanGendhing Ladrang Tebu Sauyun irama tanggungdilanjutkan Gendhing Monggangan.
5) Mundur beksan: semua penari melakukan geraktari sembahan jengkeng dan seblakan. Semuapenari dan penyimping berjalan kapang-kapangmulai dari gawang mundur beksan menuju ndalemPrangwedanan. Bagian akhir yaitu mundur beksandimainkan Gending Ladrang Babar Layar LarasPelog. Penyajian Tari Bedhaya Senapaten selesai.
d. Dimensi Estetis Tari Bedhaya SenapatenElemen-elemen Tari Bedhaya Senapaten yang
akan diungkap nilai estetisnya adalah: 1) vokabulergerak; 2) rias; 3) busana; 4) properti; 5) musik tari
yang meliputi gendhing dan cakepan; dan 6) tempatpertunjukan. Berikut ini akan kami paparkan indikator-indikator masing-masing elemen1) Dimensi Estetis pada Vokabuler Geraka) Kapang-kapang
Theme: Pengenalan ruang pertujukanThematic Variation: Gerak dalam garis dan arahmemecah ruangBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Penampilan awal sebagaiHierarchy: Alur perubahan arah dari kotak silammenuju mapan gawang pembuka pertunjukan
b) Mapan GawangTheme: Konsentrasi kesiapan menariThematic Variation: Penyatuan rasa di antara penariBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Pondasi keseluruan tarianHierarchy: Awal tarian bagian pertama merong
c) SembahanTheme: Awalan tarian dilakukan tunggal olehpimpinan punggawa bakuThematic Variation: Berangkat dari satuan gerakyang terkecilBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Pembuka tarian bagian merongHierarchy: Tarian setelah selesai bersila
d) Pramusinta 1Theme: Memecah/ mendinamisasi ruang atasThematic Variation: Mengkombinasikan arahhadapBalance: Penekanan pusat ruangEvolution: Pemunculan peranHierarchy: Tarian lanjutan selesai sembahan
e) Pramusinta2Theme: Semangat kepemimpinanThematic Variation: Membuka ruang depanBalance: Simetris tatanan ruangEvolution: Penguatan peranHierarchy: Tarian di depan selesai tarian di tengah
f) Sembahan SilaTheme: Awal tarian bersamaThematic Variation: Mulai dari satuan gerak terkeciloleh kelompokBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Penguatan tarian kelompokHierarchy: Tarian setelah sila hanoraga
g) JengkengTheme: Mendinamisasi level tengah dengankelompokThematic Variation: Mulai dari satuan gerak terkeciloleh kelompokBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruang
Jurnal Seni Budaya
156 Volume 17 Nomor 2, Desember 2019
Evolution: Penguatan tarian kelompokHierarchy: Tarian lanjutan setelah selesaisembahan sila
h) Jengkeng SebaTheme: Penghormatan kepada pimpinan punggawabakuThematic Variation: Terciptanya suasana ruangpasebanBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Penguatan tarian kelompokHierarchy: Gerak berpindah tempat selesaisembahan jengkeng
i) Ngrodha MayukTheme: Suasana agung pasebanThematic Variation: Keakraban dalam pasebanBalance: Asimetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Pemimpin punggawa baku, punggawabaku, dan punggawa dalam level yang samaHierarchy: Berdiri adu lawan selesai jengkeng seba
j) Mucang KanginanTheme: Suasana agung pasebanThematic Variation: Keakraban dalam pasebanBalance: Asimetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Saling memberi penguatanHierarchy: Adu kiri dua kelompok selesai tariannggrodha mayuk
k) Nglawe GlebaganTheme: Suasana akrab ameng-amengThematic Variation: Keakraban dalam pasebanBalance: Asimetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Saling memberi penguatanHierarchy: Gerak mengarah ke samping kananpenonton dengan ruang zig-zag selesai gerakmucang kanginan
l) Nggajah Oling ITheme: Suasana dialogis kelompokThematic Variation: Keakraban dalam pasebanBalance: Lingkaran memusatEvolution: Bersatu paduHierarchy: Alur gerak melingkar selesai nglaweglebagan
m) Nggajah Oling IITheme: Suasana dialogis kelompokThematic Variation: Keakraban dalam pasebanBalance: Lingkaran memusatEvolution: Bersatu paduHierarchy: Saling berhadapan seimbang selesainggajah oling I
n) Ngetap Swiwi ITheme: Miling waspadaThematic Variation: Keruangan berlapis zig-zagBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruang
Evolution: Saling melindungiHierarchy: Selang-seling merapat selesai nggajaholing II
o) Ngetap Swiwi IITheme: Miling waspadaThematic Variation: Bertekat bulatBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Berbanjar menyamping rapatHierarchy: Gerak lanjutan ngetap swiwi I
p) EncotanTheme: Kewaspadaan diriThematic Variation: Memecah medan ruangBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Masing masing menuju arah yangberbedaHierarchy: Gerak lanjutan ngetap swiwi II
q) Nginguk hoyog encotTheme: Kewaspadaan bersamaThematic Variation: Gelar perangBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Formasi montor-maburHierarchy: Lanjutan gerak encotan
r) Ngundhuh SekarTheme: Kewaspadaan bersamaThematic Variation: Gelar perangBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: BlumbanganHierarchy: Lanjutan gerak nginguk hoyog
s) Lumaksana EntraganTheme: Kewaspadaan bersamaThematic Variation: Gelar perangBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: BlumbanganHierarchy: Selesai gerak ngundhuh sekar
t) Rimong GlebaganTheme: Cancut taliwandaThematic Variation: Gelar perangBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Sekawan mengku tigaHierarchy: Selesai gerak lumaksana encot
u) Nampa TombakTheme: Siaga perangThematic Variation: KaprayitnanBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Kalih-kalihHierarchy: Selesai gerak rimong glebagan
v) Junjungan TrecetTheme: Siaga perangThematic Variation: KaprayitnanBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Kalih-kalihHierarchy: Selesai menerima tombak
Daryono: Dimensi Estetis Tari Bedhaya Senapaten
Volume 17 Nomor 2, Desember 2019 157
w) EreganTheme: PeranganThematic Variation: KaprayitnanBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Kalih-kalihHierarchy: Lanjutan gerak junjungan trecet
x) AncapanTheme: PeranganThematic Variation: KaprayitnanBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Aben tengenHierarchy: Lanjutan gerak eregan
y) TandhinganTheme: PeranganThematic Variation: KaprayitnanBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Aben keringHierarchy: Selesai gerak ancapan
z) Cakra ByuhaTheme: PeranganThematic Variation: KaprayitnanBalance: Simetris dalam tatanan gerak dan ruangEvolution: Tepung gelangHierarchy: Selesai gerak tandhinganaa)Pistulan
Theme: PeranganThematic Variation: KaprayitnanBalance: Simetris dalam tatanan gerak danruangEvolution: Ke semua penjuruHierarchy: Selesai gerak cakra byuha
bb)Ulap-ulapTheme: RacutanThematic Variation: Bersatu dalam kedamaianBalance: Simetris dalam tatanan gerak danruangEvolution: Tiga kawengku sekawanHierarchy: Selesai gerak pistulan
cc)Sabetan SampurTheme: RacutanThematic Variation: Bersatu dalam kedamaianBalance: Simetris dalam tatanan gerak danruangEvolution: Tiga kawengku sekawanHierarchy: Selesai gerak ulap-ulap
dd)TintinganTheme: AparisukaThematic Variation: Bersatu dalam kedamaian
Balance: Asimetris dalam tatanan gerak danruangEvolution: Bregada alitHierarchy: Selesai gerak sabetan sampur
ee)Atrap JamangTheme: AparisukaThematic Variation: Bersatu dalam kedamaianBalance: Simetris dalam tatanan gerak danruangEvolution: Bregada alitHierarchy: Selesai gerak atrap jamang
ff) PendhapanTheme: AparisukaThematic Variation: Bersatu dalam kedamaianBalance: Simetris dalam tatanan gerak danruangEvolution: Bregada agengHierarchy: Selesai gerak atrap jamang
gg)Sembahan JengkengTheme: Gagah berwibawaThematic Variation: MulihBalance: Simetris dalam tatanan gerak danruangEvolution: Suasana formalHierarchy: Selesai gerak pendhapan
hh)SeblakanTheme: Memecah ruangThematic Variation: MulihBalance: Simetris dalam tatanan gerak danruangEvolution: Undur-undurHierarchy: Selesai gerak sembahan jengkeng
ii) Kapang-kapang Mundur BeksanTheme: Bersatu dalam satu barisanThematic Variation: MulihBalance: Simetris dalam tatanan gerak danruangEvolution: Mapan rakitHierarchy: Lanjutan gerak seblakan
jj) Mapan Gawang Mundur BeksanTheme: Meninggalkan tempat pertunjukanThematic Variation: MulihBalance: Simetris dalam tatanan gerak danruangEvolution: Mungkur-mundurHierarchy: Setelah kapang-kapang mundurbeksan
Jurnal Seni Budaya
158 Volume 17 Nomor 2, Desember 2019
2) Dimensi Estetis pada Rias
Gambar 2. Rias Korektif pada penari
Theme: KasatriyanThematic Variation: KaprayitnanBalance: Simetris disain
3) Dimensi Estetis pada Busana
Gambar 3. Iket Jingkeng
Theme: KasatriyanThematic Variation: PrajuritBalance: Variatif disain
Gambar 4. Busana bagian tengah
Theme: KasatriyanThematic Variation: PrajuritBalance: Variatif disain
Gambar 5. Busana bagian bawah
Theme: KasatriyanThematic Variation: TangguhBalance: Variatif disain
4) Dimensi Estetis pada Rias wajah Penyimping Putri
Gambar 6. Rias wajah Penyimping Putri
Theme: Wulan tumanggalThematic Variation: SumunarBalance: Simetris disain
Daryono: Dimensi Estetis Tari Bedhaya Senapaten
Volume 17 Nomor 2, Desember 2019 159
5) Dimensi Estetis pada Busana Penyimping Putra
Gambar 7. Busana bagian bawah Penyimping Putra
Theme: BimakrodhaThematic Variation: KasantosanBalance: Variatif disain
6) Dimensi Estetis pada Properti
Gambar 8. Tombak
Theme: Brama murubThematic Variation: Landheyan tanggungBalance: Variatif disain
Gambar 9. Senapan
Theme: Laras sangganThematic Variation: Sendhal mayangBalance: Variatif disain
Gambar 10. Pistol
Theme: Dhadhal kabranangThematic Variation: Sebit thathitBalance: Variatif disain
7) Dimensi Estetis pada Tempat Pertunjukan
Gambar 11. Pendhapa Prangwedanan
Jurnal Seni Budaya
160 Volume 17 Nomor 2, Desember 2019
Theme: Gelar sepapan/medan perangThematic Variation: Silih-ungkih saling mengalahkanBalance: Simetris dalam tatanan ruang
8) Dimensi Estetis pada Musik Taria) Gendhing Tri Gatra Ladrang Soran Pelog Nem
memiliki ekspresi estetis bersatu-padu (golong-gilig)
b) Pathetan Senapaten Pelog Nem memiliki ekspresiberwibawa
c) Gendhing Senapaten, Ketawang GendhingKemanak Laras Pelog Patet Nem memilikiekspresi estetis Anggun (wingit-lungit); Peralihaninggah malik Slendro memiliki ekspresi estetislanyap; Inggah Slendro memiliki ekspresi estetisgagah perkasa
d) Ladrang Tebu Sauyun Irama Tanggung memilikiekspresi estetis Gagah terampil
e) Monggangan memiliki ekspresi estetis Agung; Sirep(Tembang) memiliki ekspresi estetis gagahterampil
f) Gendhing Kaliling, Ketawang Laras Slendromemiliki ekspresi estetis lejar
g) Ladrang Babar Layar Laras Pelog (Mundur Beksan)memiliki ekspresi estetis lejar penuh harapan
C. Kesimpulan
Penelitian ini mengambil objek material TariBedhaya Senapaten sedangkan objek formalnyaadalah estetika Tari Bedhaya Senapaten merupakansebuah hasil abstraksi pengalaman hidup ataupengalaman jiwa yang mewujud di alam kesadaran.Tari Bedhaya Senapaten bertemakan nilai nebu-sauyun yang direfleksikan menjadi sebuah bentuktarian. Tari Bedhaya Senapaten adalah sebuah genrebedhaya kakung yang ditarikan oleh sembilan penarilaki-laki dengan gaya tari Surakarta dan Mataram.
Penelitian ini menghasilkan nilai-nilai estetisyang terdapat pada elemen-elemen pembentuk tariyang diketahui dari indikator-indikator estetisnya.Parker berpendapat bahwa karya seni dikatakanbernilai estetis apabila merupakan kesatuan organisyang memiliki indikator estetis yaitu The Principlesof Theme, The Principles of Variation Theme, ThePrinciples of Balanced, The Principles of Evolution,The Principles of Hierarchy. Tari Bedhaya Senapatenmemiliki indikator-indikator tersebut pada vokabulergerak dan pola lantai, rias, busana, properti, musiktari dan tempat pertunjukan.
KEPUSTAKAAN
Bagus, Lorens, 1996, Kamus Filsafat, Jakarta:Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Brakel, Clara-Papenhuyzen. 1995. Classical JavaneseDance. Leiden: KITLV
Djajadiningrat, Madelon-Nieuwenhuis. 1993. NotoSoeroto: Gagasannya dan Iklim Intelektualpada Akhir Zaman Penjajahan. Alih bahasa:KRT. M. Hoesodo Pringgokoesoemo.Surakarta: Perpustakaan Rekso Pustoko
Fananie, Zainuddin. 1980. Restrukturisasi BudayaJawa, Perspektif KGPAA MN I. Surakarta:Muhammadiyah University Press.
Gitosarjono, Sukamdani. 1993. Babad KGPAAMangkunegara I (Pangeran Sambernyawa).Surakarta: Yayasan Mangadeg
Guntur. 2016. Metode Penelitian Artistik. Ed. AsmoroNurhadi Panindias. Surakarta: ISI Press.
Haq, Muhammad Zaairul. 2012. Mangkunegara I KisahKepahlawanan dan Filosofi PerjuanganPangeran Samber Nyawa. Kasihan Bantul:Kreasi Wacana.
Haryanti, Sulistyo. 2010, “Tari Bedhaya Ketawang:Refleksi Mitos Kanjeng Ratu Kidul dalamDimensi Kekuasaan Raja KasunananSurakarta”. Jurnal Greget Volume 9. No 1Juli 2010. Surakarta: ISI Press
Kartika, Dharsono Sony. 2016. Kreasi ArtistikPerjumpaan Tradisi Moderen dalamParadigma Kekaryaan Seni. Karanganyar:Citra Sain.
Kumar, Ann. 1980. Prajurit Perempuan Jawa,Kesaksian Ihwal Istana dan Politik JawaAkhir Abad Ke-18. Jakarta: KomunitasBambu.
Moleong, Lexi J., 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif,Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulder. 1984. Kebatinan dan Hidup Sehari-hari OrangJawa. Jakarta: Gramedia.
Daryono: Dimensi Estetis Tari Bedhaya Senapaten
Volume 17 Nomor 2, Desember 2019 161
Muljono, Iwan, 2017. “Serat Wedhatama: Wirya, Arta,Winasis. http://iwanmuljono.blogspot.com/search/label/Wedhatama.
Pannyavaro, Sri. 2017. Melihat Kehidupan ke Dalam.Medan: Vihara Mahasampatti.
Prabowo, Wahyu Santoso. 1990. “BedhayaAnglirmendhung Monumen PerjuanganMangkunagara I, 1757—1988” Tesis S-2Program Studi Sejarah Jurusan Ilmu-ilmuHumaniora Fakultas Pasca Sarjana Univer-sitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pringgokusumo, KRT. M. Hoesodo. 1993. NotoSoeroto: Gagasannya dan Iklim Intelektualpada Akhir Zaman Penjajahan. NY, USA,Cornell University Southeast Asia Program.
Rokhim, Nur. 2012. “Rekonstruksi Tari Bedhaya DiradaMeta di Mangkunagaran”. Jurnal Dewaruci,Volume 8, No. 1 ISI Surakarta. Surakarta:ISI Press
————————. 2015. “Makna Tujuh dalam TariBedhaya Dirada Meta”. Jurnal Greget, Vol-ume 14, No. 2, ISI Surakarta. Surakarta:ISI Press.
Santoso, Iwan. 2011. Legiun Mangkunegaran (1808-1942), Tentara Jawa Perancis Warisan Na-poleon Bonaparte. Jakarta: PT. KompasMedia Nusantara.
Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan.Jakarta: Sinar Harapan.
Stange, Paul. 1998. Politik Perhatian Rasa dalamKebudayaan Jawa. Terjemah Tim LKIS.Yogyakarta: LKIS.
Sugiharto, Bambang dkk. Untuk Apa Seni?. Ed.Bambang Sugiharto. Bandung: Matahari.
Sumardjo, Jakob. 2014. Estetika Paradoks. Bandung:Kelir.
Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto (editor). 2005.Teori-teori Kebudayaan. Yogyakarta:Kanisius.
Tanoyo, R. 2000. Weddhatama Jinarwa. Sala: Pelajar
The Liang Gie, 1978. Dari Administrasi ke Filsafat.Yogyakarta: Karya Kencana
Warsadiningrat, R.T. 1943. Wedhapradangga.Transliterasi 1972. Surakarta: KonservatoriKarawitan Indonesia Surakarta.
Widaryanto, Fransiscus Xaverius. 2015. “EkokritikismeSardono W. Kusumo: Gagasan, ProsesKreatif , dan Teks-teks Ciptaannya”Ringkasan Desertasi
Widyastutieningrum, Sri Rochana. 2018. Suyati TarwoSumosutargio Maestro Tari GayaMangkunegaran. Surakarta: ISI Press
Zoetmulder. 1983. Kalangwan, Sastra Jawa KunoSelayang Pandang. Jakarta: Jambatan.