If you can't read please download the document
Upload
doanbao
View
305
Download
45
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2 DISAIN PIPA BAWAH LAUT
Laporan Tugas Akhir II - 1 Analisis On-Bottom Stability dan Instalasi Pipa Bawah Laut di Daerah Shore Approach
BAB
2 DISAIN PIPA BAWAH LAUT
2.1 Pendahuluan
Seperti umumnya pada sebuah proyek konstruksi dalam konstruksi pipa bawah laut juga
mencakup tiga langkah disain, yaitu: Conceptual Engineering, Preliminary Engineering,
dan Detail Engineering.
Conceptual engineering adalah langkah yang membahas mengenai batasan dan
kelayakan teknis disain dan konstruksi yang akan dilakukan. Dalam langkah ini juga akan
dipertimbangkan mengenai penjadwalan (scheduling) dan perkiraan biaya secara kasar,
hasil pada langkah disain ini akan menjadi acuan untuk langkah selanjutnya. Dalam
Preliminary engineering dilakukan pendefinisian konsep (ukuran pipeline dan grade/klas),
mempersiapkan aplikasi otoritas, dan menyediakan detail disain sehingga cukup untuk
melakukan pemesanan pipa. Sedangkan pada detail engineering dilaksanakan proses
disain secara lengkap untuk menggambarkan masukan teknis untuk proses pengadaan
dan tender konstruksi.
Dalam proses disain pipa bawah laut dilakukan serangkaian proses yang sistematis,
tahapan tersebut tentunya harus disesuaikan dengan standar internasional yang umum
digunakan seperti DNV, API, ASME dan lain-lain. Gambar 2.1 merupakan flow cart dari langkah-langkah disain yang umum dilakukan.
Perinsip utama dalam proses mendisain pipa bawah laut adalah agar sistem pipa yang
akan dibangun dapat kuat dan aman baik pada saat proses instalasi, hydrotest dan
selama masa layan/oprasional yang direncanakan. Berdasarkan standar DNV OS F101
Submarine Pipeline Systems 2000, kemanan dari sebuah sistem pipa dapat dipastikan
dengan menggunakan safety class methodology. Dalam metodologi ini sebuah sistem
pipa bawah laut dapat dikategorikan kedalam satu klas atau lebih berdasarkan pada
konsekuensi kegagalan yang dapat ditimbulkan, umumnya suatu sistem pipa bawah laut
diklasifikasikan bedasarkan sifat fluida yang dialirkan dan lokasi pemasangan.
BAB 2 DISAIN PIPA BAWAH LAUT
Laporan Tugas Akhir II - 2 Analisis On-Bottom Stability dan Instalasi Pipa Bawah Laut di Daerah Shore Approach
Gambar 2. 1 Flow chart langkah disain pipa bawah laut.
Bedasarkan Load and Resistance Factor Design (LRFD), sebuah sistem pipa bawah laut
dapat diklasifikasikan menjadi :
2.1.1 Klasifikasi Sistem Pipa Bawah Laut Berdasarkan Fluida Yang Dialirkan
BAB 2 DISAIN PIPA BAWAH LAUT
Laporan Tugas Akhir II - 3 Analisis On-Bottom Stability dan Instalasi Pipa Bawah Laut di Daerah Shore Approach
Jenis fluida yang dialirkan dalam sebuah pipa bawah laut bermacam jenisnya, dalam hal
ini jenis fluida yang dialirkan dikatagorikan menjadi lima seperti yang terdapat dalam
Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Klasifikasi Keamanan Sistem Pipa Bawah Laut Berdasarkan Fluida Yang Dialirkan
Kategori Fluida Keterangan
A Fluida tidak terbakar, fluida yang berbasis air B Fluida yang dapat terbakar dan beracun yang
berbentuk cair pada kamar dan kondisi tekanan atmosfir.
C Fluida yang terbakar dan tidak beracun pada suhu kamar dan kondisi tekanan atmosfir.
D Gas berfasa satu, tidak beracun E Fluida yang dapat terbakar dan beracun yang
berbentuk gas pada suhu kamar dan kondisi tekanan atmosfer.
2.1.2 Klasifikasi Sistem Pipa Bawah Laut Berdasarkan Lokasi Pipa
Sistem pipa bawah laut dibagi menjadi dua klas berdasarkan lokasi pipa pemasangan
tersebut, dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2. 2 Klasifikasi Sistem Pipa Bawah Laut Berdasarkan Lokasi Pipa
Klasifikasi lokasi pipa Keterangan
1 Lokasi dimana tidak terjadi akitifitas manusia yang rutin sepanjang jalur pipa
2 Bagian dari pipa yang dekat dengan platform dengan aktifitas manusia yang banyak , luas dari lokasi ini harus berdasakan analisis resiko, atau dapat asumsikan sebagai area yang berjarak 500 meter dari platform bila data yang diperlukan untuk analisis resiko tidak ada.
2.1.3 Klasifikasi Sistem Pipa Bawah Laut Berdasarkan Tingkat Keamanan
BAB 2 DISAIN PIPA BAWAH LAUT
Laporan Tugas Akhir II - 4 Analisis On-Bottom Stability dan Instalasi Pipa Bawah Laut di Daerah Shore Approach
Dalam mendisain system pipa bawah laut harus berdasarkan pada konsekuensi
kegagalan yang dapat terjadi, klasifikasi berdasarkan tingkat kemanan pipa dapat dibagi
menjadi tiga seperti pada Tabel 2.3. Tabel 2. 3 Klasifikasi Sistem Pipa Bawah Laut Berdasarkan Tingkat Keamanan
Kelas Kemanan Keterangan
Rendah Dimana kegagalan yang mungkin terjadi menyebabkan resiko yang sangat kecil terhadap manusia dan lingkungan, klasifikasi ini diterapkan pada saat instalasi.
Normal Dimana kegagalan yang mungkin terjadi menyebabkan resiko yang cukup besar terhadap manusia dan lingkungan, juga bidang politik dan ekonomi. Klasifikasi ini biasanya diterapkan untuk keadaan oprasi pipa yang jauh dari platform
Tinggi Dimana kegagalan yang mungkin terjadi dapat menyebabkan resiko yang sangat besar terhadap manusia, lingkungan, ekonomi dan politik. Klasifikasi ini biasanya diterapkan untuk keadaan oprasi dilokasi dekat dengan platform.
Klasifikasi keamanan pipa bawah laut mungkin akan berbeda-beda untuk fase konstruksi
dan lokasi yang berbeda. Dalam keadaan normal, DNV 2000 mengklasifikasi system pipa
bawah laut berdasarkan tingkat kemanan menjadi dua fase keadaan pipa seperti pada
Tabel 2.4.
Tabel 2. 4 Klasifikasi Sistem Pipa Bawah Laut Tingkat Keamanan Untuk Kondisi Normal.
Kategori fluida A,C Kategori fluida B,D dan E Fase
Kelas Lokasi Kelas Lokasi
1 2 1 2
Temporer Rendah Rendah Rendah Rendah Oprasional Rendah Normal Normal Tinggi
Fase temporer merupakan fase dari proses instalasi sampai dengan pre-commissioning
yaitu tahap sampai dengan dilakukan proses hydrotest.
2.2 Pemilihan Jalur Pipa
BAB 2 DISAIN PIPA BAWAH LAUT
Laporan Tugas Akhir II - 5 Analisis On-Bottom Stability dan Instalasi Pipa Bawah Laut di Daerah Shore Approach
Dalam melakukan pemilihan jalur pipa harus memperhatikan adanya kepentingan umum
dan perseorangan, perlindungan terhadap lingkungan, dan kemungkinan adanya
kerusakan dari pipa atau fasilitas yang lain. Beberapa faktor yang harus menjadi
pertimbangan dalam pemilihan lokasi jalur pipa yaitu:
Lalulintas kapal dan aktifitas nelayan.
Struktur lepas pantai.
Kondisi existing pipa dan kabel.
Keadaan dasar laut dan aktifitas gempa (seismic).
Aktifitas pertambangan dan militer.
Situs arkeologi, dll.
Kriteria dasar dalam memilih jalur pipa terkait dengan kondisi dasar lautnya meliputi hal-
hal berikut:
Hindari halangan-halangan didasar laut atau bentangan menggantung pipa yang
mungkin terjadi disepanjang jalur yang direncanakan.
Hindari persilangan dengan jalur pipa yang lain jika memungkinkan.
Hindari daerah-daerah dimana kapal banyak membuang jangkarnya.
Hindari bentang pipa dari tanah yang tidak stabil dan pasang pipa di daerah yang
relatif lebih stabil, jika hal ini dapat diindentifikasikan.
Hindari gundukan-gundukan tanah atau cekungan yang dapat menyebabkan
timbulnya daerah menggantung disepanjang jalur pipa.
Khusus untuk daerah yang terdapat aliran lumpur, perkecil resiko terjadinya
kerusakan terhadap pipa akibat pergerakan tanah dengan memilih jalur pipa
tegak lurus terhadap kontur kedalaman.
2.3 Pembebanan Pada Pipa
Berdasarkan pada strandar DNV OS F101 Submarine Pipeline Systems 2000
pembebanan pada pipa dibagi menjadi 2 yaitu beban fungsional dan beban lingkungan,
dimana beban-beban tersebut akan ditentukan terlebih dahulu sebelum proses disain
dimulai.
BAB 2 DISAIN PIPA BAWAH LAUT
Laporan Tugas Akhir II - 6 Analisis On-Bottom Stability dan Instalasi Pipa Bawah Laut di Daerah Shore Approach
i) Beban Fungsional
Beban fungsional merupakan beban yang berasal dari keberadaan fisik pipa dan hal
tersebut sangat menentukan integritas dari sistem pipa baik selama proses instalasi,
hydrotest, maupun keadanan oprasional. Dantara yang termasuk kedalam beban
fungsional adalah sebagai berikut:
Gaya Berat
Yang termasuk kedalam beban ini adalah berat pipa secara keseluruhan, berat
isi yang ditransportasikan baik pada saat kondisi oprasi dan hydrotest, serta gaya
angkat.
Tekanan
Beban tekanan yang dimaksud adalah tekanan yang terjadi pada pipa yang
terdiri tekanan internal, tekanan eksternal dan tekanan tanah untuk pipa yang
dikubur.
Thermal ekspansion dan contraction
Beban ini biasanya diakibatkan oleh temperature dari isi yang ditrasportasikan
dalam pipa.
Pre- stressing
Beban yang termasuk kedalam beban pre-stressing biasanya adalah tekanan
yang diakibatkan oleh aktifitas pada saat instalasi pipa.
ii) Beban Lingkungan
Beban lingkungan adalah beban yang bekerja pada pipa yang diakibatkan oleh
lingkungan sekitar dan bukan merupakan beban fungsional atau beban accidental.
Beban lingkungan yang bekerja pada pipa biasanya terdiri atas beban angin,
gelombang, arus, beban hidrodinamik dan fenomena lingkungan lainya.
Selain beban fungsional dan lingkungan diatas dalam disain pipa juga dikenal adanya
beban accidental yaitu beban yang diakibatkan oleh keadaan yang tidak
direncanakan, yang te