KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiratAllah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikantugas makalah ini dengan tema “Konflik Horisontal Di Indonesia”. Makalah ini bertujuan khususnya untuk memenuhi tugas agama. Selain itu juga untuk memberikan informasi atau gambaran umum mengenai konf antar agama yang telah terjadi di Indonesia. Pada kesempatan ini,kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Andi Sopandi, M.Si dan semua pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan perlu disempurnakan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami menerima kritik saran yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini. Besar harapan, semog makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembacauntuk memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai konflik yang terjadi di negara kita Indonesia. Samarinda, November 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tema
“Konflik
Horisontal Di Indonesia”. Makalah ini bertujuan khususnya untuk
memenuhi tugas agama.
Selain itu juga untuk memberikan informasi atau gambaran umum
mengenai konflik
antar agama yang telah terjadi di Indonesia. Pada kesempatan ini,
kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Andi
Sopandi, M.Si
dan semua pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan
perlu
disempurnakan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami
menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini. Besar
harapan, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembacauntuk memberikan
tambahan
pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai konflik yang terjadi di
negara kita
Indonesia.
Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang
tersebar satu sama lain dan bermacam-
macam suku yang memliki adat istiadat atau budaya dan agama yang
berbeda, harus tetap satu yaitu
untuk Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal
17 Desember 1945. Antara suku
dengan suku yang lain dan antara agama yang satu dengan agama yang
lain serta adat istiadat atau
budaya yang satu dengan yang lainnya harus saling menghormati,
dengan kata lain mengakui
kebaikannya, dan tidak memperuncing perbedaan yang merupakan
kekhasan mereka masing-masing.
Yang pada akhirnya semuanya harus senantiasa menjunjung tinggi
nilai-nilai kebangsaan yaitu bangsa
Indonesia yang dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1945. Penerapan
sila ke 3 ini dalam realita
sekarang yang ada sudah sangat memperihatinkan yakni banyak
perpecahan yang terjadi yang paling
menonjol ini antara sku batak dan madura. Dua suku ini sangat keras
dalam hal sosialisasi itulah yang
menyebabkan dua suku ini sangat sulit untuk
dipersatukan.
Hakikat persatuan sebagai dasar Negara ialah sifat-sifat dan
keadaan Negara harus sesuai dengan
hakikat satu dalam arti mutlak tidak terbagi dan terpisahkan dari
yang lain. Seperti pada pribahasa
"Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh", kita sebagai warga
Negara Indonesia harus bersatu karena
persatuan itu memiliki sinergi yang kuat sehingga permasalahan
apapun akan dengan mudah kita
selesaikan dengan bersatu. Berangkat dari situ terciptalah semangat
gotong royong sebagai bentuk dari
kesadaran bersinergi bangsa ini. Meski begitu, semangat gotong
royong ini mengalami dinamika sendiri.
Pada saat itu lah justru nasionalisme bangsa Indonesia, ditantang
dan dalam kondisi yang agak rapuh,
karena banyak elemen bangsa yang lebih mementingkan kepentingan
pribadi atau golongan daripada
kepentingan bangsa dan negara.Disebutkan bahwa sila ketiga yang
merupakan sila penting untuk
mengamalkan persatuan dapat diartikan sebagai upaya untuk membuat
satu, yang akhirnya menuju
pada persatuan dan kesatuan. Karena itu hakikat sila ini ialah
sifat-sifat dan keadaan yang sesuai
dengan hakikat satu. Hakikat satu ialah mandiri yang terpisahkan
dan terbedakan dari yang lain Akan
Tetapi Banyak juga masyarakat yang Kuraang mengerti Atau kurang
memahami Sila persatuan tersebut
Sehingga menimbulkan Berbagai macam Konflik. Konflik
horisontal yang dimaksudkan adalah konflik
antar kelompok masyarakat yang disebabkan oleh berbagai faktor
seperti ideologi politik, ekonomi dan
faktor primordial.
Tidak dipahaminya SILA PERSATUAN dari pancasila merupakan
salah satu penyebab timbulnya konfliik Horizontal
Konflik horisontal yang ada di Indonesia sering disebabkan dan
bernuanasa SARA (Suku, Agama, Ras
dan Antar golongan). Hal itu disebabkan oleh kondisi masyarakat
Indonesia yang heterogen dan pluralis
yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras dan golongan.
Contoh konflik antar suku seperti
perang antar suku di papua beberapa bulan yang lalu. Konflik antar
agama sebagaimana yang terjadi di
Ambon dan Poso beberapa tahun yang lalu Islam Vs Kristen) atau
antara umat satu agama seperti
konflik antara NU dan HTI beberapa bulan lalu atau antara Islam dan
Ahmadiyyah (jika Ahmadiyyah
dianggap Islam seperti pengakuan para pengikutnya) atau antara
Sunni dan Syi’ah. Konflik antar Ras,
misalnya perang antara etnis Melayu dan Dayak di Sambas beberapa
tahun lalu. Adapun contoh konflik
antar golongan seperti tawuran dua desa di Jawa Barat atau di Nusa
Tenggara. Dan masih banyak
contoh lagi. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian
dan perasaan.
setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu
dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu
hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor
penyebab
konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang
tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika
berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan
setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena
berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur. ,Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu,
dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok
memiliki kepentingan yang berbeda- beda. Kadang-kadang orang
dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang
berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam
hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat
menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari
kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang.
Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai
penghalang
bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para
pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor
guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi
pecinta
lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus
dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan
kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga
akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat
perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang
Timbulnya Konflik Horisontal
KONFLIK HORISONTAL Selama era Orde Baru kita merasakan bahwa
konflik horisontal berupa bentrokan
antar masa yang disertai dengan kekerasan nyaris tidak pernah
terjadi. Kehidupan antar umat beragama,
antar suku, antar etnis dan antar kelompok dalam masyarakat
berlangsung dalam kedamaian. Tetapi
pada era reformasi ini, dimana kehidupan dinyatakan oleh para pakar
politik lebih demokratis, justru
diwarnai oleh konflik horisontal dengan disertai oleh tindakan
kekerasan. Penyebab terjadinya
Konflik Horizontal yaitu karna Kurangnya pengetahuan masyarakat
akan Arti Sila Persatuan dari
Pancasila Yang dimana kita tau bahwa Konflik adalah sesuatu
yang hampir tidak mungkin bisa
dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Selama masyarakat masih
memiliki kepentingan, kehendak, serta
cita-cita konflik senantiasa “mengikuti mereka”. Oleh karena dalam
upaya untuk mewujudkan apa yang
mereka inginkan pastilah ada hambatan-hambatan yang menghalangi,
dan halangan tersebut harus
disingkirkan. Tidak menutup kemungkinan akan terjadi
benturan-benturan kepentingan antara individu
dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Jika hal ini
terjadi, maka konflik merupakan
sesuatu yang niscaya terjadi dalam masyarakat. Beberapa
contoh konflik horisontal yang pernah terjadi
di Indonesia misalnya: Konflik antar kampung/desa/wilayah karena
isu etnis, isu aliran kepercayaan, isu
ekonomi (seperti rebutan lahan ekonomi pertanian, perikanan,
pertambangan) isu solidaritas (suporter
olah raga, kebanggaan group), isu ideologi dan isu sosial lainnya
(tawuran antar anak sekolah, antar
kelompok geng). Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan
pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
akan menghasilkan perbedaan
individu yang dapat memicu konflik.Sehingga
kepentingan – kepentingan yang mementingkan
kelompoknya sendiri membuat konflik tak terelakan. Dan biasanya
kelompok – kelompok mayoritas
kurang menghargai kelompok –kelompok minoritas . Selain itu
dendam lama yang belum terselesaikan
membuat konflik bisa terjadi kapan saja. Persatuan yang semu masih
dapat menyebabkan konflik karena
persatuan tersebut masih belum dilandasi hati nurani.
Makna Pancasila Sebagai Pemersatu
Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, pandangan hidup
bangsa Indonesia dan dasar negara kita. Setiap bangsa yang ingin
berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah serta tujuan yang
ingin dicapainya sangat memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjung
sebagai pandangan/filsafat hidup. Sudah
jelas bahwa Pancasila memiliki nilai – nilai
yang luhur. Nilai – nilai luhur tersebut merupakan
hasil dari kumpulan – kumpulan Kulturisasi dari
budaya – budaya bangsa Indosnesia yang dirumuskan
oleh para
pejuang bangsa Indonesia. Setelah ditnjau dari pengertian
diatas berarti Pancasila merupakan sebuah kumpulan ide
– ide dari
Menyelesaikan konflik pada dasarnya dapat melalui 2 ( dua ) cara
:
1 .Mengeliminasi konflik ( conflict elimination )
2. Mengelola konflik ( conflict management )
Pada cara yang pertama, konflik diselesaikan dengan cara
mengeliminasi konflik berupa pemisahan
orang-orang yang konflik pada wilayah yang berbeda. Kasus Sudan
diatas termasuk cara ini. Antara
mereka yang konflik sebenarnya tidak ada upaya perdamaian.
Perseteruan antara kedua pihak tetap
berlangsung tetapi tidak ada konflik karena mereka dipisahkan dalam
wilayah yang berbeda. Kasus
Pakistan yang memisahkan diri dari India termasuk cara pertama.
Demikian juga kasus pecahnya
Yugoslavia menjadi beberapa negara, yaitu Serbia, Kroasia, Bosnia
Herzegovina, Macedonia dan Slovenia.
Mereka yang konflik mendirikan negara sendiri sesuai etnis dan
agama yang dianut.
Pada cara yang kedua, mereka yang konflik tetap berada di suatu
wilayah yang sama. Tetapi mereka
mulai berdialog, membuat kesepakatan dan menghormati perbedaan.
Mereka menyadari kemajemukan
tidak harus disertai konflik tetapi harus saling toleransi sehingga
terwujud kehidupan yang penuh
kedamaian. Inilah yang terjadi di Swiss, yang memiliki 3 etnis, 3
bahasa dan 3 tradisi tetapi dapat hidup
berdampingan tanpa harus konflik. Cara ini pulalah yang diupayakan
di Indonesia. Keberagaman etnis,
suku bangsa dan agama diupayakan dapat hidup bersama dalam
kerukunan dan perdamaian. Kunci dari
cara yang kedua ini adalah masing-masing pihak yang bertikai
memiliki kesadaran akan pentingnya
wawasan kebangsaan sebagai bangsa yang satu dan bertanah air satu.
Meskipun beraneka ragam tetapi
tetap bersatu.
yg bersumber dari kemajemukan dapat melemahkan persatuan bangsa dan
menghambat pembangunan
nasional.
mufakat, tenggang rasa, menghargai perbedaan dll.
Konflik horisontal dapat mengarah kepada disintegrasi nasional,
separatisme dan mengancam keutuhan
NKRI
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005, pengelolaan
keragaman budaya di
Indonesia dapat dilakukan dengan :
2. Pengembangan multikultural dalam rangka meningkatkan toleransi
dalam
masyarakat.
Dalam rangka memahami keragaman budaya, setiap manusia Indonesia
harus mampu memahami nilai –
nilai kultural yg berbeda dengan nilai – nilai pribadi.
Kemudian sebaiknya dapat mensinergikan
keragaman budaya & melakukan komunikasi lintas budaya serta
berusaha untuk menyesuaikan diri &
menghormati sistem budaya lain.
Menurut Thomas Hobbes dan John Locke, manusia tidak akan dapat
bertahan hidup karena pada
dasarnya sumber kehidupan itu terbatas. Jadi perlu dibatasi dengan
aturan bersama kalau tidak akan
terjadi pertikaian antar sesama manusia atau “War of All Against
All ” dan manusia dapat menjadi srigala
bagi manusia lainnya atau “Homo Homini Lupus”. Manusia sbg mahluk
sosial memang memiliki hak asasi
dari alam : Life, liberty and property. Tetapi kebebasan tersebut
harus ada batasnya ketika manusia
harus hidup bersama dengan manusia lainnya. Pembatasan Justru untuk
menjamin dan menghidupi
Kebebasan Individual. Dan pada gilirannya akan muncul masyarakat yg
demokratis dimana negara
melayani aspirasi dan kepentingan yg beragam untuk menjamin
kebebasan individual.
Sementara itu Rousan Sean menyatakan bahwa sebuah negara terbentuk
karena ada kesepakatan
antara pihak – pihak yg berbeda kepentingannya. Kemudian
setiap orang yang ingin kepentingannya
terjamin menyerahkan kemerdekaan yg dimiliki sejak lahir kepada
organisasi yg dibentuk bersama yang
disebut negara. Dalam hal ini negara adalah organisasi yg berkuasa
yang disepakati untuk mengatur
kehidupan bersama. Untuk itu setiap negara perlu melakukan apa yang
disebut sebagai ”nation building ”
karena selalu ada kelompok masyarakat yg terikat dalam loyalitas
kelompoknya sehingga muncul
konflik kepentingan. Negara harus melakukan intervensi untuk
mengintegrasikan kelompok – kelompok
masyarakat yang beragam. Namun dengan tetap menghormati
karakteristik yg dimiliki kelompok
tersebut ( agama, adat istiadat, dsbnya )
Masalah yang dihadapi setiap agama adalah bagaimana menyatukan
identitas dan karakteristik yg
berbeda menjadi identitas bersama yaitu identitas nasional.
Michael Walzer berpendapat bahwa keberagaman dapat diatas ketika
setiap warganegara memiliki
toleransi. Dalam hal ini Walzer berpendapat bahwa toleransi
merupakan salah satu ukuran peradaban
sebuah bangsa. Makin tinggi tingkat toleransi sebuah bangsa maka
makin tinggi
tingkat keadabannya. Toleransi merupakan nilai yang harus
dibudayakan dalam ruang individu dan
ruang publik, karena salah satu tujuan toleransi adalah membangun
hidup damai dalam kerbedaan
kelompok. semestinya agama dikembalikan menjadi landasan untuk
hidup lebih damai. Untuk itu peran
ulama dan pemimpin umat beragama cukup strategis dalam mewujudkan
kerukunan dan kedamaian di
masyarakat. Hal ini sama dengan himbauan Bapak Presiden Susilo
Bambang Yudoyono yang
menghimbau kepada setiap warganegara Indonesia untuk menyelesaikan
setiap permasalahan yang
bersumber dari perbedaan dapat diselesaikan secara damai dan
konstitusional. Artinya tanpa
mencederai orang lain, tanpa merusak fasilitas publik apalgi sampai
merampas hak orang lain untuk
hidup.
Kemudian secara konstitusional berarti bahwa kita harus merujuk
kepada ketentuan dalam UUD 1945.
Dalam pasal 28 tentang Hak Asasi Manusia disebutkan antara lain
:
l Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup
dan kehidupannya ( pasal 28A )
l Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya
( pasal 28E )
l Setiap orang berhak untuk tidak disiksa dan berhak tidak
diperlakukan secara diskriminatif (28 I )
l Penegakkan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara dan
setiap orang wajib menghormati
hak asasi manusia ( 28 J ).
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa :
Konflik horisontal yang terjadi di Indonesia berasal dari
kemajemukan suku, agama ras dan golongan.
Konflik horisontal dapat diatasi ketika setiap warga masyarakat
mengedepankan toleransi, menghargai
perbedaan dan mau menerima kemajemukan sebagai kenyataan dan rahmat
Tuhan.
Kunci dari upaya menghilangkan konflik adalah mau berdialog dan
tetap memiliki semangat Bhineka
Tunggal Ika
Konflik adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin bisa dilepaskan
dari kehidupan masyarakat. Selama masyarakat masih memiliki
kepentingan, kehendak, serta cita-cita konflik senantiasa
“mengikuti mereka”. Oleh karena dalam upaya untuk mewujudkan apa
yang mereka inginkan pastilah ada hambatan-hambatan yang
menghalangi, dan halangan tersebut harus disingkirkan. Tidak
menutup kemungkinan akan terjadi
benturan-benturan kepentingan antara individu dengan
kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Jika hal ini terjadi, maka
konflik merupakan sesuatu yang niscaya terjadi dalam masyarakat.
Konflik – konflik yang terjadi di Indonesia adalah
hal yang terjadi karena kurangnya sifat persatuan. Sifat
– sifat yang masih mementingkan kepentingan
kelompoknya sendiri membuat kita terpecah menjadi
kelompok – kelompok yang memaksakan
kehendaknya.
Saran
Sebaiknya kita harus bisa menerima orang lain dengan apa adanya
tanpa memaksakan kehendak kita. Terjadinya konflik yang terjadi
saat ini adalah karena kurang memaknai sebuah symbol persatuan yang
ada oleh karena itu kita juga sering bersifat kedaerahan. Sifat
– sifat yang tidak dapat mentolerir orang
lain dapat juga menimbulkan masalah yang berbenturan dan itu
membuat sebuah konflik sehigga jangan pernah menyulut api
yang sudah mulai padam. Dan janganlah menggunakan kekerasan sebagai
jalan yang
terbaik untuk menyelesaikan suatu masalah. Kita harus bisa benar
– benar memilih jalan yang menguntungan kita semua
atau jalan tengah.
Referensi