11
TUGAS MATA KULIAH Pembangunan Dan Kebijakan Pertanian DIVERSIFIKASI PANGAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL” Disusun oleh: Mohd. Julian Ginting,

Diversifikasi Pangan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pangan

Citation preview

Page 1: Diversifikasi Pangan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

TUGAS MATA KULIAH

Pembangunan Dan Kebijakan Pertanian

“DIVERSIFIKASI PANGAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL”

Disusun oleh:

Mohd. Julian Ginting,

Page 2: Diversifikasi Pangan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

DIVERSIFIKASI PANGAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Mohd. Julian Ginting

Abstrak

“Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik” merupakan agenda 7 nawacita yang direalisasikan sebagai upaya peningkatan kedaulatan pangan yang dicerminkan pada kekuatan untuk mengatur masalah pangan secara mandiri. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, alih fungsi lahan pertanian menjadi nonpertanian, dan ketergantungan impor untuk bahan pangan beras terhadap negara lain. Maka upaya perwujudan kedaulatan pangan merupakan hal penting karena berkenaan dengan martabat bangsa serta posisi bangsa Indonesia yang hampir berada pada posisi rawan pangan. Untuk itu perlu dilakukan tindakan yang jitu dan bijak untuk mengantisipasi hal tersebut.

Kata kunci : kedaulatan pangan, rawan pangan.

PENDAHULUAN

Persoalan pangan ketika dikaitkan dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, bukanlah perkara yang sederhana untuk diselesaikan. Apalagi jika perkara itu datang pada saat ancaman kelaparan massal tiba-tiba berada di depan mata. Tidaklah pantas meremehkan yang justru mengedepan hanya karena sebuah alasan, bahwa “jumlah defisit pangan bisa dibeli dari negara tetangga yang tampaknya masih akan mengalami banyak kelebihan pangan”. Surplus produksi pangan mereka mungkin akan terjadi sampai satu atau dua dekade ke depan, dan impor pangan kita dari negeri tetangga itu masih bisa terpenuhi seperti diharapkan.

Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia telah mencapai 237.641.326 jiwa. Indonesia merupakan negara terbesar keempat dunia dalam jumlah penduduk. Dalam 10 tahun terakhir, laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,49%.

Ketahanan pangan dapat diwujudkan tanpa kemandirian pangan. Akan tetapi, hal itu akan menghancurkan kesejahteraan jutaan petani dan nelayan serta membuat negara ini rawan secara ekonomi, sosial, dan politik menghadapi perdangangan global. Diversifikasi pangan yang berbasis produksi pangan dalam negeri merupakan salah satu resep jitu bila ingin menyinergikan kemandirian pangan dan ketahanan pangan, sekaligus peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan.

Diversifikasi pangan mencakup dimensi yang luas. Dalam kaitannya dengan sistem pangan, diversifikasi pangan dapat ditinjau dari segi diversifikasi produksi pangan, diversifikasi penyediaan pangan, dan diversifikasi konsumsi pangan. Diversifikasi konsumsi pangan tak mungkin dapat terjadi tanpa disertai diversifikasi produksi dan penyediaan pangan.

Page 3: Diversifikasi Pangan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

Upaya diversifikasi pangan dengan memanfaatkan keragaman pangan yang bersumber dari dalam negeri belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Padahal, Indonesia mempunyai potensi menghasilkan bahan pangan yang berasal dari umbi-umbian dan kacang-kacangan yang sangat besar. Program diversifikasi pangan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan tujuan semula, yaitu memanfaatkan sumber pangan domestik yang sangat kaya dan beragam. Diversifikasi yang berhasil luar biasa justru diversifikasi ke produk berbasis terigu yang notabene berbahan baku gandum yang tidak dapat diproduksi dengan optimal di Indonesia.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka penulis tertarik untuk mengupas masalah ketahanan pangan yang dapat dicapai melalui usaha diversifikasi pangan, karena diversifikasi pangan seyogianya merupakan upaya alternatif yang ditempuh untuk meningkatkan peranan komoditas pangan lain selain beras, dalam mencapai kemandirian pangan, yang pada akhirnya dapat menciptakan ketahanan pangan nasional.

TINJAUAN PUSTAKA

Ketahanan pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang cukup, mutu yang layak dan aman, yang didasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumberdaya lokal. Dari pengertian tersebut, idealnya kemampuan dalam menyediakan pangan bersumber dari dalam negeri sendiri. Sedangkan impor pangan dilakukan sebagai alternatif terakhir untuk mengisi kesenjangan antara produksi dan kebutuhan pangan dalam negeri, serta diatur sedemikian rupa agar tidak merugikan kepentingan para produsen pangan di dalam negeri yang mayoritas petani berskala kecil, juga kepentingan konsumen khususnya kelompok miskin (Pasal 3 ayat (4), PP. No. 68/2002).

Populasi yang sangat besar di Indonesia bagaikan pisau yang kedua sisinya tajam dan merusak. Di satu sisi, penduduk yang demikian banyak akan menggunakan lahan untuk perumahan, perkantoran, pabrik, dan fasilitas lain yang akan mengurangi ketersediaan sumber daya lahan pertanian untuk produksi pangan; disisi lain juga memerlukan lebih banyak lahan pertanian untuk produksi pangan. Dari data terakhir diketahui bahwa terjadi konversi lahan sawah ke bukan sawah seluas 187.720 ha/tahun, dengan rincian dari sawah ke nonpertanian sebanyak 110.164 ha/tahun dan dari sawah ke pertanian lainnya seluas 77.556 ha/tahun (Kementerian Pertanian 2009). Disamping itu, terjadi pula degradasi lahan pertanian akibat desakan populasi, bencana alam, dan pemanasan global. Hal ini menyebabkan menurunnya lahan untuk pertanian dan turunnya produktivitas lahan pertanian.

Ada ironi dalam pertambahan penduduk, yaitu peningkatan kebutuhan pangan, namun sekaligus menurunkan luas dan kemampuan lahan untuk menyediakan pangan. Semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk, ironi ini juga akan semakin cepat terjadi. Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini adalah teknologi. Teknologi akan dapat meningkatkan produktivitas lahan. Dengan demikian, penyempitan luas lahan akan diimbangi dengan peningkatan produktivitas, sehingga produksi pangan dapat ditingkatkan atau paling tidak dipertahankan. Namun teknologi ada batasnya, ada saatnya terjadi levelling off, ketika produktivitas sudah tidak dapat dinaikkan tanpa ada perbaikan teknologi lagi.

Pembangunan ketahanan pangan hendaknya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan setiap orang Indonesia agar dapat hidup aktif dan sehat. Artinya, pangan yang tersedia untuk setiap orang harusnya memenuhi kebutuhan gizi serta aman untuk dikonsumsi. Aspek keamanan pangan menjadi salah satu aspek yang perlu ditangani secara serius. Yang juga harus mendapat perhatian adalah pangan harus tersedia dan terjangkau

Page 4: Diversifikasi Pangan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

bagi setiap orang Indonesia. Kelaparan yang terjadi pada beberapa wilayah Indonesia pada musim kemarau tidak boleh terjadi. Pangan yang tersedia harus memenuhi kriteria mutu tertentu, sesuai dengan martabat dan kehormatan serta halal.

Untuk mencapai ketahanan pangan, seyogianya ditunjang dengan konsep kemandirian pangan. Pangan yang disediakan adalah pangan yang diproduksi sendiri oleh bangsa Indonesia, agar Indonesia tidak tergantung pada impor pangan. Potensi Indonesia untuk menyediakan pangan untuk mencapai ketahanan pangan sebenernya ada. Tetapi apabila konsumsi beras tidak dikendalikan, lahan-lahan yang tersedia saat ini tidak akan mencukupi kebutuhan beras; lebih-lebih apabila laju pertambahan penduduk tidak dikendalikan. Karena itu, aspek yang sangat penting dalam menjaga ketahanan pangan bangsa Indonesia adalah : (1) peningkatan produksi pangan dalam negeri, (2) pengendalian konsumsi beras dengan diversifikasi pangan, dan (3) pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Tanpa upaya tersebut akan ada bahaya besar yang mengancam. Kita akan menjadi negara yang tergantung pada pangan impor.

Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan meningkatkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan, diperlukan target pencapaian angka konsumsi pangan per kapita per tahun sesuai dengan angka kecukupan gizinya. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WKPG) tahun 2004 merekomendasikan kriteria kecukupan pangan bagi rata-rata penduduk Indonesia yaitu kebutuhan kalori minimal 2.000 kkal perkapita/tahun, kebutuhan protein minimal 52 gram perkapita/tahun. Sementara itu, untuk ketersediaannya ditetapkan kriteria kecukupan minimal 2.200 kkal perkapita/hari untuk energi dan minimal 57 gram perkapita/hari untuk protein.

Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia ditegaskan dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan yang merevisi UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, PP No.17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi, dan Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi 2015-2019.

Dalam UU No.18 tahun 2012 disebutkan bahwa penyelenggaraan pangan bertujuan untuk: (a) meningkatkan kemampuan memproduksi pangan secara mandiri; (b) menyediakan pangan yang beraneka ragam dan memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi bagi konsumsi masyarakat; (c) mewujudkan tingkat kecukupan pangan, terutama pangan pokok dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat; (d) mempermudah atau meningkatkan akses pangan bagi masyarakat, terutama masyarakat rawan pangan dan gizi; (e) meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas pangan di pasar dalam negeri dan luar negeri; (f) meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pangan yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat; (g) meningkatkan kesejahteraan bagi petani, nelayan, pembudidaya ikan dan pelaku usaha pangan; dan (h) melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya pangan nasional

Arah kebijakan umum kedaulatan pangan dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2015-2019 adalah: pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan dengan peningkatan produksi pangan pokok, stabilisasi harga bahan pangan, terjaminnya bahan pangan yang aman dan berkualitas dengan nilai gizi yang meningkat serta meningkatnya kesejahteraan pelaku usaha pangan. Arah kebijakan Pemantapan Kedaulatan Pangan tersebut dilakukan dengan 5 strategi utama, meliputi:

a. Peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi dalam negeri, yang meliputi komoditas padi, jagung, kedelai, daging, gula, cabai dan bawang merah.

b. Peningkatan kualitas Distribusi Pangan dan Aksesibilitas Masyarakat terhadap Pangan.

Page 5: Diversifikasi Pangan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

c. Perbaikan kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat d. Mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan dilakukan terutama mengantisipasi

bencana alam dan dampak perubahan iklim dan serangan organisme tanaman dan penyakit hewan.

e. Peningkatan kesejahteraan pelaku utama penghasil bahan pangan.

TANTANGAN KEANEKARAGAMAN PANGAN

Siasat mengurangi tekanan kebutuhan konsumsi pangan pokok dimasa pra-panen perlu diteruskan sepanjang waktu termasuk masa panen dengan hasil berlimpah. Tentu siasat ini erat kaitannya dengan isu keanekaragaman pangan yang juga penting dan harus dapat diangkat melalui teknik kuliner yang dilengkapi teknologi kemasan. Teknik kuliner untuk konsumsi daerah asal tentu tidak terlalu butuh teknologi kemasan. Berbeda untuk tujuan perdagangan antar daerah dan antar pulau, maka teknologi kemasan berspesifikasi bahan dan kandungan gizi serta merek dagang amatlah diperlukan. Disinilah peran SIDa (sistem inovasi daerah) yang dicanangkan oleh pemerintah sejak 2011 sungguh harus diaktifkan oleh setiap daerah kabupaten dan kota. Disini pula makna perlunya gerakan SIDa yang dikoordinasikan Pemprov. Dalam hal ini SIDa sepatutnya mendorong inovasi di bidang usaha berbasis teknologi pengawetan hasil pangan yang tepat nutrisi, dan bidang usaha berbasis teknologi pengolahan tepat gizi.

Keanekaragaman pangan (KRP) adalah isu dan instrumen penting yang harus mendapatkan pertimbangan dan perhatian banyak jika misi kedaulatan pangan hendak direalisasikan. Penting karena terkait 5 alasan : (1) KRP bisa mengurangi jumlah konsumsi beras perkapita dalam keluarga makmur karena kecenderungan konsumsi beras bermutu tinggi saja, lalu ini menaikkan harga jualnya dan merangsang produksi beras mutu baik termasuk beras organik untuk segmen konsumen khusus berpendapatan tinggi; (2) KRP mendorong kecukupan nutrisi, sebab jumlah konsumsi beras dikurangi dengan tambahan bahan lain sebagai sumber nutrisi asalkan dinaikkan daya tariknya sesuai selera konsumen tanpa ada zat pengawet berkategori B3; (3) KRP menggerakkan intensitas pertanaman pada setiap bidang lahan produktif karena ada sinyal permintaan pasar terhadap aneka ragam hasil pertanian segar dan sehat; (4) KRP akan memicu tumbuh sistem transaksi jual beli aneka produk pangan dan rantai agribisnis yang kuat, dan; (5) KRP tentu meningkatkan lapangan usaha agroindustri rumahan dan usaha oleh-oleh wisata sebagai sumber mata pencaharian warga khususnya UMKM di daerah.

Sebagai produk makanan hasil olahan kreatif dan inovatif dengan sumber nutrisi bahan mentah yang ada diseluruh penjuru nusantara, maka perniagaan yang memanfaatkan kebesaran pasar domestik sengat diperlukan untuk mendewasakan satuan industri aneka produk yang masih balita. Apalagi dalam rangka memperkuat struktur persediaan pangan dalam negeri, sesungguhnya masih banyak spesies tumbuhan yang liar dalam jumlah yang masih bertambun dan belum dibudidayakan.

Menggalakkan program diversifikasi pangan tentu akan sangat besar pengaruhnya melunakkan tekanan peningkatan produksi bahan pangan pokok (padi beras) terhadap pendayagunaan bentangan ekosistem. Untuk kawasan ekosistem hutan berlahan basah yang memang masih banyak terdapat, pada kenyataannya amat lamban persiapannya untuk bisa menjadi agro-ekosistem mapan. Dukungan ipteksi yang khas lokasi seharusnya cepat tersedia karena kian mendesak untuk didayagunakan.

Keanekaragaman pangan akan berarti juga upaya mengurangi resiko krisis pangan ketika terjadi cuaca yang tidak bersahabat atau saat muncul dampak bencana alam yang menggagalkan pertanaman padi. KRP itu tentu bersifat mengoptimalkan manfaat hasil

Page 6: Diversifikasi Pangan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

produksi aneka pertanaman pangan sekaligus menciptakan nilai tambah yang sangat banyak ragam dan jenis aroma maupun cita-rasanya, tinggal menunggu sentuhan teknologi pangan modern dan upaya manajemen pemasaran yang harus dimulai dari pasar tradisional, pasar lokal hingga lingkup pasar domestik yang keberadaannya bersifat antar pulau diseantero nusantara.

Jadi jelas bahwa potensi pengembangan industri aneka ragam pangan olahan dinegeri ini sangat didukung oleh potensi hasil bumi yang ada, sementara tingkat konsumsinya juga kini masih rendah. Dengan program KRP akan banyak sekali dampak ikutannya yang bernada positif yang bersifat menambah kedaulatan pangan bangsa karena diyakini ketergantungan pada impor pangan dari negara lain dapat dilunakkan secara nyata.

Diversifikasi pangan yang terprogram dengan baik serta jelas tujuan dan sasarannya dapat dipastikan akan mengangkat harkat bangsa, tidak akan terjadi pelemahan harkat itu ketika krisis pangan terjadi. Apalagi hal itu tidak akan terjadi ketika keadaan normal pangan yang justru akan memungkinkan ekspor surplus stok pangan dalam suatu tahun berjalan. Tinggal lagi strategi kesiagaan pangan harus dipastikan bisa menunjang keadaan seperti apapun yang masih mungkin terjadi dan tidak semulus yang dibayangkan atau diharapkan.

Tegasnya, siasat keanekaragaman pangan tak hanya merupakan tantangan produksi melainkan juga tantangan pengawetan nutrisi segar dan pengolahan gizi lewat resep kulier termasuk tantangan anti pemubaziran makanan. Aneka jenis tanaman dan hasil pangan dan aneka olah kuliner adalah juga kekayaan khas negeri ini. Apalagi aneka budaya makan dan masak suku bangsa yang berjumlah sekitar 400 etnik seantero nusantara ini hingga kini kebanyakan masih kering dari sentuhan teknologi modern yang hemat dan sehat konsumsi juga sehat lingkungan. Bagi warga nusantara sumber-sumber nutrisi sehat tersedia berlimpah ruah.

Keunggulan rupa dan rasa memang harus masuk ke dalam isu teknik produksi dan teknik produksi dan teknik kuliner serta kemasan yang bisa memperjelas kadar gizi setiap bentuk tampilan akhirnya. Akan tetapi hal ini masih perlu waktu dan perjalanan panjang sebelum rasa dan rupa itu menjadi informasi yang jelas dan berhasil memikat warga bangsa dalam daerah lintasan pemasarannya dari Aceh di wilayah barat hingga Papua daerah timur.

Akan didapat 3 manfaat jika pangan olahan tradisional diolah dengan teknologi modern, yaitu :

(1) Unsur gengsi lokal berubah jadi apresiasi, dan rasa muak berubah jadi selera nostalgia, serta sikap malu berubah jadi bangga, kesan tak tau berubah jadi ingin kenal rasa;

(2) Unsur teknis yang jorok bisa diganti dengan teknis yang higinis, tampilan yang hanya menggugah emosi berubah menjadi jelas gizi dan menambah percaya diri konsumen;

(3) Unsur pemasaran cara tradisional dibenah dengan promosi gaya hidup masa kini, dan cara jual beli tawar menawar berubah jadi aneka cara mengumbar daya beli dan kepuasan konsumen.

Untuk kebanyakan olah pangan yang masih tingkat industri rumahan upaya demikian perlu dipacu agar lebih berwawasan lingkungan, sehingga dapat dipastikan tidak ada B3 digunakan oleh pelaku olah industri, juga tidak menimbulkan aneka zat cemar yang membahayakan air permukaan dan media lingkungan lainnya. Hal yang dimaksud harus diupayakan pula dengan strategi Iptek dan siasat kerja keras, karena jika tercapai maka tekanan terhadap ekosistem akan berkurang; bukan sekedar mengurangi laju konversi ekosistem jadi agro-ekosistem pangan, tapi juga mengurangi buangan yang meracuni media lingkungan (khususnya perairan kawasan lahan basah yang diketahui amat peka terhadap pencemaran air).

Page 7: Diversifikasi Pangan Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional

Apabila diversifikasi pangan dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan persoalan pangan dapat diatasi. Pembangunan ketahanan pangan yang berbasis sumberdaya dan kearifan lokal harus terus digali dan ditingkatkan, mengingat penduduk terus bertambah dan aktivitas ekonomi pangan terus berkembang secara dinamis. Ketahanan pangan yang mantap akan mampu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pembangunan. Tanpa ketahanan pangan yang mantap, tidak mungkin tersedia sumberdaya manusia berkualitas tinggi yang sangat diperlukan sebagai motor penggerak pembangunan. Ketahanan pangan yang mantap merupakan syarat bagi stabilitas politik, sedangkan stabilitas politik merupakan syarat mutlak bagi pelaksanaan pembangunan.

KESIMPULAN

Upaya diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal dan oleh masyarakat lokal dengan pengolahan modern harus terus digali dan ditingkatkan. Karena melalui keanekaragaman pangan, (1) Jumlah konsumsi beras yang merupakan pangan pokok sebagian besar penduduk Indonesia akan berkurang; (2) Mendorong kecukupan nutrisi karena jumlah konsumsi beras dikurangi dengan tambahan bahan lain sebagai sumber nutrisi; (3) Adanya permintaan pasar terhadap aneka ragam hasil pertanian yang akan menggerakkan intensitas pertanaman pada setiap bidang lahan produktif karena ada sinyal permintaan pasar terhadap aneka ragam hasil pertanian segar dan sehat; (4) Memicu tumbuh sistem transaksi jual beli aneka produk pangan dan rantai agribisnis yang kuat, dan; (5) Meningkatkan lapangan usaha agroindustri rumahan dan usaha oleh-oleh wisata sebagai sumber mata pencaharian warga khususnya UMKM di daerah.

Dengan program KRP akan banyak sekali dampak ikutannya yang bernada positif yang bersifat menambah kedaulatan pangan bangsa karena diyakini ketergantungan pada impor pangan dari negara lain dapat dilunakkan secara nyata. Diversifikasi pangan yang terprogram dengan baik serta jelas tujuan dan sasarannya dapat dipastikan akan mengangkat harkat bangsa, tidak akan terjadi pelemahan harkat itu ketika krisis pangan terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Mewa. 2015. Penguatan Ketahanan Pangan Daerah Untuk Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Lastinawati, Endang. 2010. Diversifikasi Pangan dalam Mencapai Ketahanan Pangan. Agronobis, Vol.2, No. 4, September 2010. Hal 11-19.

Sjarkowi, F. 2015. Teori Kedaulatan Pangan “Etika-Pragmatika Bijak Pembangunan Untuk Membumikannya”. Baldad Grafiti Press, 362 hal.

Suhendang, Endang, dkk. 2012. Merevolusi Revolusi Hijau. PT. Penerbit IPB Press, Bogor. 786 hal.