9
LIDAH Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa. Serabut-serabut otot satu sama lain saling bersilangan dalam 3 bidang, berkelompok dalam berkas-berkas, biasanya dipisahkan oleh jaringan penyambung. Pada permukaan bawah lidah, membran mukosanya halus, sedangkan permukaan dorsalnya ireguler, diliputi oleh banyak tonjolan-tonjolan kecil yang dinamakan papilae. Papilae lidah merupakan tonjolan-tonjolan epitel mulut dan lamina propria yang diduga bentuk dan fungsinya berbeda. Terdapat 4 jenis papilae yaitu : 1. Papilae filiformis: mepunyai bentuk penonjolan langsing dan konis, sangat banyak, dan terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak mengandung puting kecap (reseptor). 2. Papilae fungiformis menyerupai bentuk jamur karena mereka mempunyai tangkai sempit dan permukaan atasnya melebar. Papilae ini, mengandung puting pengecap yang tersebar pada permukaan atas, secara tidak teratur terdapat di sela-sela antara papilae filoformis yang banyak jumlahnya. 3. Papilae foliatae, tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang sangat padat sepanjang pinggir lateral belakang lidah, papila ini mengandung banyak puting kecap. 4. Papilae circumfalatae merupakan papilae yang sangat besar yang permukaannya pipih meluas di atas papilae

dkp1 uu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bvcff

Citation preview

LIDAHLidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa. Serabut-serabut otot satu sama lain saling bersilangan dalam 3 bidang, berkelompok dalam berkas-berkas, biasanya dipisahkan oleh jaringan penyambung. Pada permukaan bawah lidah, membran mukosanya halus, sedangkan permukaan dorsalnya ireguler, diliputi oleh banyak tonjolan-tonjolan kecil yang dinamakan papilae. Papilae lidah merupakan tonjolan-tonjolan epitel mulut dan lamina propria yang diduga bentuk dan fungsinya berbeda. Terdapat 4 jenis papilae yaitu :

1. Papilae filiformis: mepunyai bentuk penonjolan langsing dan konis, sangat banyak, dan terdapat di seluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak mengandung puting kecap (reseptor).2. Papilae fungiformis menyerupai bentuk jamur karena mereka mempunyai tangkai sempit dan permukaan atasnya melebar. Papilae ini, mengandung puting pengecap yang tersebar pada permukaan atas, secara tidak teratur terdapat di sela-sela antara papilae filoformis yang banyak jumlahnya.3. Papilae foliatae, tersusun sebagai tonjolan-tonjolan yang sangat padat sepanjang pinggir lateral belakang lidah, papila ini mengandung banyak puting kecap.4. Papilae circumfalatae merupakan papilae yang sangat besar yang permukaannya pipih meluas di atas papilae lain. Papilae circumvalate tersebar pada daerah V pada bagian posterior lidah. Banyak kelenjar mukosa dan serosa (von Ebner) mengalirkan isinya ke dalam alur dalam yang mengelilingi pinggir masing-masing papila. Susunan yang menyerupai parit ini memungkinkan aliran cairan yang kontinyu di atas banyak puting kecap yang terdapat sepanjang sisi papila ini. Aliran sekresi ini penting untuk menyingkirkan partikel-partikel dari sekitar puting kecap sehingga mereka dapat menerima dan memproses rangsangan pengencapan yang baru.

Selain kelenjar-kelenjar serosa yang berkaitan dengan jenis papila ini, terdapat kelenjar mukosa dan serosa kecil yang tersebar di seluruh dinding rongga mulut lain-epiglotis, pharynx, palatum, dan sebagainya-untuk memberi respon terhadap rangsangan kecap.

GIGISecara histologi gigi mempunyai lapisan lapisan sebagai berikut:a. Lapisan emailLapsan terluar yang berfungsi sebagai alat pelindung bagi bagian gigi sebelah dalam.b. Lapisan dentin (tulang gigi)Lapisan terbesar gigi yang menjadi penguat bagi batang tubuh gigi.c. Lapisan semintum gigi Lapisan yang membungkus akar gigi.d. lapisan jaringan pengikat gigiSerat-serat jaringan yang berfungsi sebagai bantalan kepada gigi. Jaringan ini menjaga supanya gigi jangan bergesekan dengan tulang rahang pada waktu menggigit makanan yang agak karas.e. Lapisan sumsum gigiLapisan paling tengah mempunyai saluran yang berisi pembuluh -pembuluh darah, lympha, urat syaraf yang halus. Itulah sebabnya bila ada tulang yang sampai lapisan ini kita merasa ngilu.

Email adalah jaringan terkeras dari gigi dan merupakan sistem biologis kompleks yang dibentuk oleh sel-sel ameloblast. Histologi pembentukan email dapat dilihat pada gambar 1. Email gigi berguna untuk memotong makanan menjadi partikel yang kecil agar dapat dicernakan secara efektif oleh enzim pencernaan. Ketebalan dan kepadatannya mempengaruhi permukaan mahkota gigi. Hal ini membentuk lapisan pelindung dengan ketebalan yang berbeda (1,0-2,5 mm) pada setiap area gigi. Lapisan email yang paling tebal terdapat pada permukaan insisal dan oklusal gigi dan semakin menipis hingga ke pertemuan cementoenamel junction. Kepadatan email adalah sekitar 2,9 g/cm3. Email mengandung hidroksiapatit yang memberikan kekerasan pada gigi, sehingga gigi dapat bertahan lebih lama apabila dijaga dengan baik. Kekerasan email juga semakin berkurang apabila mendekati ke arah dentin. Hal ini disebabkan komponen anorganik pada dentin dan sementum lebih rendah dari email.

Gambar 1: Gambaran histologi pembentukan email

Struktur prismatik email yang terbentuk dari ameloblast mengandung jutaan prisma email atau rod yang memanjang dari arah perbatasan email dan dentin ke permukaan email, serta satu dengan yang lainnya saling mengikat. Arah prisma ke permukaan tidak lurus melainkan bergelombang untuk mempertinggi ketahanan terhadap gaya yang datang. Di bagian kepala prisma terdapat selubung prisma atau dikenal prisma sheath yang didalamnya terdapat kristal hidroksiapatit. Di antara kristal terdapat celah yang terisi oleh air dan komponen organik.

PATOFISIOLOGIANCILOSTOMIASISCacing tambang memiliki alat pengait seperti gunting yang membantu melekatkan dirinya pada mukosa dan submukosa jaringan intestinal. Setelah terjadi pelekatan, otot esofagus cacing menyebabkan tekanan negatif yang menyedot gumpalan jaringan intestinal ke dalam kapsul bukal cacing. Akibat kaitan ini terjadi ruptur kapiler dan arteriol yang menyebabkan perdarahan. Pelepasan enzim hidrolitik oleh cacing tambang akan memperberat kerusakan pembuluh darah. Hal itu ditambah lagi dengan sekresi berbagai antikoagulan termasuk diantaranya inhibitor factor VIIa (tissue inhibitory factor). Cacing ini mencerna sebagian darah yang dihisapnya dengan bantuan enzim hemoglobinase, sedangkan sebagian lagi dari darah tersebut akan keluar melalui saluran cerna. Masa inkubasi mulai dari bentuk dewasa pada usus sampai dengan timbulnya gejala klinis seperti nyeri perut, berkisar antara 1-3 bulan. Untuk meyebabkan anemia diperlukan kurang lebih 500 cacing dewasa. Pada infeksi yang berat dapat terjadi kehilangan darah sampai 200 ml/hari, meskipun pada umumnya didapatkan perdarahan intestinal kronik yang terjadi perlahan-lahan. Terjadinya anemia defisiensi besi pada infeksi cacing tambang tergantung pada status besi tubuh dan gizi pejamu, beratnya infeksi (jumlah cacing dalam usus penderita), serta spesies cacing tambang dalam usus. Infeksi A. duodenale menyebabkan perdarahan yang lebih banyak dibandingkan N. americanus.

ASCARIASISManusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides, jika tertelan telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan pecah dan melepaskan larva infektif dan menembus dinding usus masuk kedalam vena porta hati yang kemudian bersama dengan aliran darah menuju jantung kanan dan selanjutnya melalui arteri pulmonalis ke paru-paru dengan masa migrasi berlangsung selama sekitar 15 hari. Dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanyak 2 kali, kemudian keluar dari kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai ke bronkus, trakhea, laring dan kemudian ke faring, berpindah ke osepagus dan tertelan melalui saliva atau merayap melalui epiglottis masuk kedalam traktus digestivus. Terakhir larva sampai kedalam usus halus bagian atas, larva berganti kulit lagi menjadi cacing dewasa. Umur cacing dewasa kira-kira satu tahun, dan kemudian keluar secara spontan. Siklus hidup cacing ascaris mempunyai masa yang cukup panjang, dua bulan sejak infeksi pertama terjadi, seekor cacing betina mulai mampu mengeluarkan 200.000 250.000 butir telur setiap harinya, waktu yang diperlukan adalah 3 4 minggu untuk tumbuh menjadi bentuk infektif. Menurut penelitian stadium ini merupakan stadium larva, dimana telur tersebut keluar bersama tinja manusia dan diluar akan mengalami perubahan dari stadium larva I sampai stadium III yang bersifat infektif. Telur-telur ini tahan terhadap berbagai desinfektan dan dapat tetap hidup bertahun-tahun di tempat yang lembab. Didaerah hiperendemik, anak-anak terkena infeksi secara terus-menerus sehingga jika beberapa cacing keluar, yang lain menjadi dewasa dan menggantikannya. Jumlah telur ascaris yang cukup besar dan dapat hidup selama beberapa tahun maka larvanya dapat tersebar dimana- mana, menyebar melalui tanah, air, ataupun melalui binatang. Maka bila makanan atau minuman yang mengandung telur ascaris infektif masuk kedalam tubuh maka siklus hidup cacing akan berlanjut sehingga larva itu berubah menjadi cacing. Jadi larva cacing ascaris hanya dapat menginfeksi tubuh melalui makanan yang tidak dimasak ataupun melalui kontak langsung dengan kulit.

TAENIASIS

Telur melekat di rumput bersama tinja, bila orang melakukan defekasi di padang rumput; atau karena tinja yang hanyut dari sungai di waktu banjir. Ternak yang makan rumput terkontaminasi dihinggapi cacing gelembung oleh karena telur yang tertelan dicerna dan embrio heksakan menetas. Embrio heksakan di saluran pencernaan ternak menembus dinding usus, masuk ke saluran getah bening atau darah dan ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di sela-sela otot untuk tumbuh menjadi cacing gelembung, disebut sisterkus bovis yaitu larva taenia saginata. Jika daging yang mengandung sistiserkus termakan oleh manusia, larva akan keluar dari kista dan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam yeyunum dalam waktu 5-12 minggu. Cacing pita dewasa ini bisa hidup sampai 20 tahun dalam usus.DAFTAR PUSTAKA

1. Juncqueira LC, Caniero J. 2007. Histologi Dasar Teks & Atlas. 10th ed. Jakarta : EGC2. Gandahusada, Srisasi. 2006. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta, FKUIStaf 3. Pengajar Departemen Parasitologi FKUI Jakarta. Buku ajar parasitologi kedokteran. In: Susanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S, editor. Helminthologi. 4 th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.p.79-82.