Upload
eki1hidayat
View
32
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKENARIO
Laki-laki 68 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan menurut keluarganya tiba-tiba
terpeleset dan jatuh terduduk di depan kamar mandi tadi pagi. Setelah itu kedua tungkai
tidak dapat digerakkan, tetapi kalau diraba atau dicubit masih dirasakan oleh penderita.
Sejak seminggu penderita terdengar batuk-batuk dan agak sesak napas serta nafsu makan
sangat berkurang tetapi tidak demam. Penderita selama ini mengidap dan minum obat
penyakit kencing manis dan tekanan darah tinggi, kedua mata dianjurkan untuk operasi
tetapi penderita selalu manolak.
KATA KUNCI
- Laki-laki 68 tahun masuk RS
- Terpeleset di depan kamar mandi, posisi terduduk (pagi hari)
- Kedua tungkai tidak dapat digerakkan
- Diraba atau dicubit masih terasa
- Sejak seminggu batuk-batuk, sesak napas, nafsu makan sangat berkurang, tidak
demam
- Riwayat diabetes melitus dan hipertensi
- Riwayat minum obat diabetes dan hipertensi
- Gangguan penglihatan (kedua mata) menolak operasi
PERTANYAAN
1. Mengapa fungsi motorik pada pasien tersebut terganggu sedangkan fungsi
sensorik baik?
2. Jelaskan teori proses menua!
3. Perubahan apa saja yang terjadi akibat “aging process”?
4. Apa saja yang termasuk faktor resiko jatuh?
5. Bagaimana patomekanisme gejala, riwayat penyakit dan riwayat minum obat
dihubungkan dengan skenario?
6. Sebutkan jenis gangguan penglihatan dihubungkan dengan skenario!
7. Apa hubungan antara penyakit yang diderita sebelumnya dengan keadaan pasien
saat ini?
8. Bagaimana status gizi pasien tersebut?
9. Apa saja yang termasuk komplikasi jatuh?
10. Apa informasi dan pemeriksaan tambahan yang diperlukan?
11. Bagaimana rencana dan prioritas penatalaksanaan terhadap pasien tersebut?
12. Apa upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar pasien tidak jatuh berulang?
13. Bagaimana prognosisnya?
DIABETES MELITUS
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit metabolik di mana tubuh tidak
dapat mengendalikan glukosa akibat kekurangan hormon insulin. Kekurangan hormon ini
dalam tubuh bisa disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Berdasarkan
kedua faktor tersebut, diabetes mellitus (DM) terbagi menjadi DM tipe 1 dan DM tipe 2.
DM tipe 1 disebabkan oleh faktor genetik dan terjadi sejak kanak-kanak di mana
sel-sel beta pankreas tidak dapat memproduksi insulin akibat adanya autoantibodi yang
menyerang sel-sel beta pankreas. Sedangkan DM tipe 2 dipengaruhi oleh faktor genetik
dan lingkungan seperti makanan dengan kadar glukosa tinggi yang dikonsumsi secara
berlebihan dan terus menerus sehingga terjadi gangguan metabolisme glukosa dalam
tubuh, didukung dengan adanya riwayat keluarga yang menderita DM. DM tipe 2 ini
terjadi pada usia dewasa dan usia lanjut.
DIABETES MELITUS PADA USIA LANJUT
Usia lanjut merupakan masa usia di mana terjadi perubahan-perubahan yang
menyebabkan terjadinya kemunduran fungsional pada tubuh. Salah satunya adalah
terjadinya penurunan produksi dan pengeluaran hormon yang diatur oleh enzim-enzim
yang juga mengalami penurunan pada usia lanjut.
Salah satu hormon yang menurun sekresinya pada usia lanjut adalah insulin. Hal
ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya diabetes mellitus pada usia lanjut.
Namun demikian, beberapa faktor resiko seperti resistensi insulin akibat kurangnya
massa otot dan terjadinya perubahan vaskular, kegemukan akibat kurangnya aktivitas
fisik yang tidak diimbangi dengan asupan makanan yang adekuat, sering mengkonsumsi
obat-obatan, faktor genetik, dan keberadaan penyakit lain yang memperberat diabetes
mellitus, juga memegang peran penting.
Diabetes melitus yang terdapat pada usia lanjut mempunyai gambaran klinis yang
bervariasi luas, dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata dan kadang-kadang
menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut. Keluhan umum
pasien DM seperti poliuria, polidipsia dan polifagia, pada DM usia lanjut tidak ada.
Umumnya pasien datang dengan keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada usia lanjut,
respon tubuh terhadap berbagai perubahan/gejala penyakit mengalami penurunan.
Biasanya yang menyebabkan pasien usia lanjut datang berobat adalah karena
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot
(neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan biasa.
KOMPLIKASI-KOMPLIKASI YANG DIALAMI OLEH PASIEN USIA LANJUT
YANG MENDERITA DIABETES MELITUS DAN MENGAKIBATKAN JATUH
Komplikasi DM pada usia lanjut ada yang akut dan ada pula yang kronik.
Komplikasi DM akut antara lain ketoasidosis, koma diabetikum, dan sebagainya.
Sedangkan komplikasi DM kronik antara lain makroangiopati, mikroangiopati dan
neuropati. Komplikasi akibat makroangiopati terutama akan meningkatkan mortalitas,
sedangkan komplikasi mikroangiopati akan meningkatkan morbiditas. Komplikasi
mikroangiopati antara lain retinopati diabetik dan nefropati diabetik; komplikasi
makroangiopati antara lain terjadinya atherosklerosis yang menimbulkan komplikasi
lebih lanjut pada serebrovaskular; sedangkan komplikasi berupa neuropati, disebut juga
neuropati diabetik, yang tersering adalah neuropati perifer. Berbagai komplikasi yang
disebutkan di atas dapat menyebabkan jatuh pada usia lanjut. Selain itu, kesalahan dalam
mengkonsumsi obat antidiabetik oral oleh karena kelebihan/kekurangan dosis dan
ketidakseimbangan antara asupan makanan dan obat antidiabetik oral dengan aktivitas
sehari-hari yang menyebabkan hipoglikemi/hiperglikemi juga dapat membuat jatuh pada
usia lanjut. Semuanya akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.
Retinopati Diabetik dan Katarak Komplikata
Ada kaitan yang kuat antara hiperglikemia pada penderita DM dengan dengan
insidens dan berkembangnya retinopati. Manifestasi dini retinopati berupa
mikroaneurisma (pelebaran vaskular kecil) dari arteriole retina. Akibatnya terjadi
perdarahan, neovaskularisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan
kebutaan.
Ganguan penglihatan lainnya adalah katarak disebabkan komplikasi dari penyakit
diabetes melitus (katarak komplikata). Pada katarak komplikata akibat DM ini, terjadi
penimbunan sorbitol dalam lensa oleh karena kekurangan insulin. Perlu diketahui, bahwa
hiperglikemi pada DM menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan
yang dapat mentranspor glukosa tanpa memerlukan insulin. Glukosa yang berlebihan ini
tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan
perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol yang akan tertumpuk
dalam sel/jaringan dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi jaringan tersebut.
Penumpukan sorbitol pada lensa ini mengakibatkan katarak dan kebutaan.
Kedua penyakit tersebut merupakan faktor resiko intrinsik sebagai komplikasi
DM. Pasien pada skenario dianjurkan untuk operasi mata akan tetapi pasien selalu
menolak. Sementara itu, retinopati diabetik dan katarak sebenarnya dapat diobati jika
ditangani lebih dini. Katarak dapat dioperasi dengan cara memasang lensa artifisial,
sedangkan retinopati diabetik dapat diobati dengan fotokoagulasi retina di mana sinar
laser difokuskan pada retina sehingga menghasilkan parut korioretinal yang di tempatkan
dikutub posterior retina. Pengobatan ini juga dapat menekan neovaskularisasi dan
perdarahan yang terjadi pada retinopati diabetik. Oleh karena tidak diobati, maka mata
pasien tersebut menjadi kabur dan dapat menyebabkan pasien terjatuh, apalagi jika
didukung oleh kelemahan otot akibat proses penuaan dan faktor lingkungan, seperti lantai
yang licin, dan sebagainya.
Neuropati Diabetik
Diabetes melitus seringkali juga menimbulkan komplikasi di susunan saraf pusat
dan perifer. Baik di pusat maupun perifer, kerusakan akibat diabetes melitus bersifat
sekunder yaitu melalui vaskulitis. Karena itu, endotelium arteri-arteri menjadi rusak yang
mempermudah pembentukan trombus. Permeabilitasnya menjadi lebih besar yang
memperbesar kemungkinan masuknya mikroorganisme dan toksin dari sawar darah otak
dan mempermudah terbentuknya mikro-aneurisme.
Neuropati diabetika merupakan komplikasi vaskulitis di susunan saraf perifer.
Anoksia akibat mikrotrombosis dan mudah terkena substansi toksik merupakan
mekanisme yang mendasari disfungsi susunan saraf perifer, terutama komponen
sensoriknya.
Neuropati diabetik, selain sebagai komplikasi dari vaskulitis juga disebabkan
karena pada jaringan saraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa serta penurunan
kadar mioinositol yang menimbulkan neuropati. Perubahan biokimia dalam jaringan saraf
akan mengganggu aktivitas metabolik sel-sel Schwann dan menyebabkan kehilangan
akson. Akibatnya, kecepatan konduksi motorik akan berkurang, selanjutnya timbul nyeri,
parestesia, berkurangnya sensasi getar dan proprioseptik dan gangguan motorik yang
disertai hilangnya refleks-refleks tendon dalam dan kelemahan otot. Hal-hal tersebut
dapat memungkinkan pasien lansia pada kasus mengalami jatuh.
Nefropati Diabetik
Nefropati diabetik bermanifestasi secara dini sebagai proteinuria dan merupakan
komplikasi dari penyakit hipertensi yang mengenai ginjal. Selain itu, pada nefropati
diabetik, terjadi kebocoran pembuluh darah glomerulus akibat penyakit diabetes sehingga
glukosa dapat keluar bersama urin dan terjadilah glukosuria.
Jatuh yang dialami oleh penderita usia lanjut pada skenario kemungkinan
disebabkan oleh karena banyaknya glukosa darah yang terbuang melalui urin akibat
nefropati diabetik sehingga kadar glukosa dalam darah kurang. Terlebih lagi jika ternyata
pada anamnesis tambahan, pasien seringkali melakukan aktivitas fisik yang cukup berat
untuk orang seusianya tanpa didukung asupan makanan yang adekuat disertai
mengkonsumsi obat antidiabetik, maka akan terjadi hipoglikemia dan otak kekurangan
gukosa sebagai satu-satunya sumber energi sehingga mengakibatkankan pasien tersebut
jatuh.
Hipoglikemi
Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita yang tidak mendapat dosis obat
antidiabetik yang tepat, tidak makan cukup atau dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.
Kecenderungan hipoglikemia pada orang tua disebabkan oleh mekanisme kompensasi
dalam tubuh berkurang dan asupan makanan yang tidak adekuat karena kurangnya nafsu
makan yang umumnya terjadi pada orang tua. Selain itu, hipoglikemia tidak mudah
dikenali pada orang tua karena timbul perlahan-lahan tanpa tanda akut (akibat tidak ada
refleks simpatis) dan dapat menimbulkan disfungsi otak sampai koma yang jika
berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan otak permanen.
Hipoglikemia juga dapat terjadi akibat penurunan ekskresi dan metabolisme
klorpropamid (salah satu obat antidiabetik oral golongan sulfonilurea dengan waktu
paruh yang lama) pada usia lanjut. Oleh karena itu, pasien pada skenario kemungkinan
terjatuh akibat hipoglikemi setelah mengkonsumsi obat antidiabetik oral tersebut
sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Hiperglikemia
Hiperglikemia juga dapat menyebabkan jatuh pada pasien tersebut. Akan tetapi,
sebelum menyimpulkan bahwa pasien jatuh oleh karena hiperglikemia, perlu anamnesis
tambahan apakah pasien meminum obat antidiabetiknya teratur atau tidak, bagaimana
aktivitasnya sehari-hari dan jumlah kalori dan kandungan glukosa makanan yang
dikonsumsinya sehari-hari. Jika ternyata pasien tidak patuh meminum obat sesuai yang
dianjurkan oleh dokter (jarang minum obat), disertai aktivitas fisik yang kurang, misalnya
kurang olahraga dan sering diet dengan makanan tinggi kalori, maka kemungkinan pasien
jatuh oleh karena hiperglikemi meskipun ia minum obat.
Selain itu, penyakit DM juga dapat mencetuskan terjadinya atherosklerosis.
Resistensi insulin yang terjadi pada penderita DM bertambah dengan semakin
bertambahnya usia. Resistensi insulin ini akan meningkatkan sintesis VLDL di hati dan
pada gilirannya akan menaikkan kadar trigliserid dalam darah. Kenaikan VLDL ini
sedikit banyak juga akan menyebabkan kenaikan LDL karena pada proses
metabolismenya, dari VLDL melalui IDL akhirnya akan terbentuk LDL. IDL dan LDL
ini bersifat aterogenik yang akan mengakibatkan terbentuknya plak atherosklerosis pada
pembuluh darah. Jika atherosklerosis ini terdapat pada pembuluh darah otak, maka
perfusi di otak kurang, otak kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga dapat menyebabkan
jatuh.
Obat Antidiabetik Oral
Pengaruh obat antidiabetik oral terhadap jatuhnya pasien sebagian telah dijelaskan
di atas. Namun demikian, selain oleh karena proses penyakit (patologis), terjadinya
perubahan farmakodinamik pada lansia terhadap obat-obatan yang dikonsumsi di dalam
tubuh penderita juga berperan penting dalam kasus ini. Perubahan-perubahan tersebut
melalui beberapa mekanisme, antara lain: terjadi perubahan jumlah reseptor obat,
perubahan afinitas, transduksi sinyal dan perubahan target organ obat pada lansia. Hal ini
mungkin bisa menjelaskan bahwa meskipun penderita meminum obat antidiabetik
oralnya, efek obat tersebut dalam tubuh tidak maksimal. Adanya polifarmasi yang terjadi
pada usia lanjut yang menyebabkan terjadinya interaksi antara obat yang satu dengan
yang lainnya, dapat menimbulkan hipoglikemia/hiperglikemia yang dapat memperbesar
kemungkinan jatuhnya penderita tersebut.
ANALISA DAN SINTESA SEMUA INFORMASI
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa kemungkinan besar pasien pada
skenario mengalami jatuh disebabkan oleh gangguan penglihatan yang dialami sebagai
komplikasi dari penyakit diabetes melitus yang dialami oleh pasien. Meskipun telah
mendapatkan terapi pengobatan dari dokter mengenai penyakitnya, akan tetapi
kemungkinan pasien tidak teratur dalam meminum obatnya, baik karena kekurangan
dosis akibat jarang minum obat maupun kelebihan dosis akibat menurunnya daya ingat
yang terjadi pada usia lanjut akibat proses menua sehingga dia tidak lupa apakah sudah
minum obat atau belum. Selain itu, ketidakdisiplinan dalam meminum obat bisa jadi
disebabkan karena kurangnya perhatian keluarga dalam hal ini. Untuk itu perlu
anamnesis tambahan mengenai bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarganya
yang terdekat. Kemungkinan lain yang juga bisa menjadi pertimbangan adalah meskipun
pasien meminum obatnya dengan teratur, akan tetapi dalam skenario dikatakan ia kurang
nafsu makan, ditambah lagi dengan batuk-batuk dan sesak nafas yang dialaminya yang
tentu saja memerlukan energi yang diperoleh dari makanan, menyebabkan pasien
mengalami hipoglikemia yang mengakibatkan pasien tersebut jatuh.
Semua yang disebutkan di atas dapat memperparah penyakit diabetes melitus
yang dialami pasien dan komplikasi kronik yang bisa timbul dan yang paling mungkin
terjadi adalah katarak akibat diabetes melitusnya (katarak komplikata) sebab di dalam
skenario dikatakan bahwa pasien sudah dianjurkan untuk operasi mata tetapi ia selalu
menolak. Akibatnya, ia bisa jatuh karena visusnya menurun di samping karena faktor-
faktor lingkungan, seperti pencahayaan lampu yang tidak baik di rumahnya, dan
sebagainya.
TUGAS INDIVIDU PBL
GERIATRIMODUL I
JATUH
FATMAWATY BAHARUDDIN
C11103161
KELOMPOK A1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2006