2
630 OPINI CDK-207/ vol. 40 no. 8, th. 2013 Profesi kedokteran selalu menjadi sorotan publik. Akibat berbagai berita tentang kasus malpraktek, kalangan “berjas putih” ini sempat dipertanyakan kredibilitas, kapabilitas, kompetensi, dan profesionalismenya. Berbagai kalangan juga mempertanyakan mampukah dokter Indonesia bersaing dengan dokter asing? Di sisi lain, banyak dokter-dokter berotak brilian dari Indonesia yang setelah studi di luar negeri enggan kembali untuk membangun negeri ini. Mereka berasumsi bahwa di luar negeri kehidupan mereka akan lebih terjamin. Sudah lunturkah nasionalisme mereka? Renungan reflektif ini bertujuan untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan profesionalisme di kalangan dokter Indonesia sebagai “dokter lokal, berkualitas internasional”. Juga untuk merumuskan konsep nasionalisme “bercita rasa” kedokteran. Di samping juga ingin menyumbangkan pemikiran untuk mengubah dunia ini menjadi lebih baik, dimulai dari diri sendiri dan saat ini. Konsep“dokter cahaya”ini boleh pula dikatakan sebagai ruh, pondasi, atau pilar kepemimpinan kedokteran (medical leadership), kedokteran wirausaha atau kewirausahaan berbasis kedokteran (medical entrepreneurship), dan kecerdasan kedokteran (medical intelligence atau medical quotient). Dokter cahaya adalah dokter yang dirinya telah tercerahkan sepenuhnya sehingga dapat mencerahkan keluarganya, orang lain, masyarakat, dan dunia. Karakteristiknya antara lain: perkataannya menyejukkan, pemikirannya mencerahkan, tulisannya menggerakkan, cinta-kasihnya mendamaikan, senyumnya penuh kemesraan, hatinya penuh ketulusan, dan perilakunya penuh ketenangan. Dialah satu dari berjuta bintang yang menerangi semesta raya. Konsep “dokter cahaya” ini berlandaskan pada prinsip ABC, yakni: Prinsip A adalah Agama dan Akal. Prinsip B adalah Budaya dan Bisnis. Prinsip C adalah Cinta. Prinsip A: Agama-Akal Prinsip ini diperlukan mengingat keduanya penting untuk menciptakan keseimbangan sekaligus menjembatani kesenjangan antara sisi imanen dan transenden, yang mutlak dengan yang relatif, segi duniawi dan surgawi di dalam semua aspek kehidupan. Selain itu, prinsip ini dapat menciptakan dokter yang religius, jenius, sekaligus mengikuti perkembangan teknologi terkini. Berbagai cara dapat dilakukan dokter cahaya untuk menajamkan dan mengasah hati nurani dan pikiran dalam rangka menerapkan prinsip ini, antara lain: mengenali diri, karena inilah kunci untuk mengenali Ilahi. Merumuskan dan mencari tujuan hidup (sangkan paraning dumadi) melalui jalan pendakian menuju puncak keabadian. Mendengarkan panggilan Ilahi melalui jeritan insani, misalnya: rintihan pengemis, teriakan rakyat jelata yang teraniaya. Bukankah mereka juga utusan Ilahi untuk mengetuk hati nurani? Berusaha untuk selalu menghadirkanNya di setiap nafas-langkah kehidupan. Ikhlas, tidak berharap kecuali kepada Allah. Menge-nol-kan diri, dengan cara tidak merasa lebih dari orang lain dan selalu melihat sisi kebaikan setiap orang. Belajar dari alam, lingkungan, manusia, semesta, berikut proses penciptaannya. Sebagai guru kehidupan, alam menyediakan berbagai hikmah dan teladan, misalnya: kita dapat belajar kerendahan hati dari padi, kita dapat belajar dari kelapa untuk menjadi manusia yang bermanfaat, dsb. Selalu membaca, memahami literatur kedokteran dari berbagai sumber (misalnya: perpustakaan, internet) dan mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari. Belajar dari sejarah. Bung Karno pernah mengatakan “Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah!” - hendaknya dokter cahaya dapat mengambil hikmah dari sejarah, kemudian menjadi bagian dari sejarah yang mencerahkan bangsa Indonesia. Contoh prinsip ini adalah: tidak membeda- bedakan (agama, suku, bangsa, dsb.) pasien saat memberikan pelayanan kesehatan, melayani pasien dengan semangat mengabdi pada Allah, mengikuti pendidikan kedokteran berkelanjutan, mengikuti seminar, kursus, workshop, dsb. Di samping itu, ada hal penting. Dokter cahaya perlu mewaspadai “tuhan-tuhan modern”, yakni: berbagai “tuhan ilusi” yang membuatnya lupa kepada “Tuhan Sejati”. Teknologi dan riset dalam berbagai bentuknya, seperti: internet, handphone, game, komputer, mobil, dsb hanyalah sebagian contoh dari “tuhan-tuhan modern”. Jika terlena, maka akan membuat. sang Dokter Cahaya melupakan Allah, Tuhan Sejati. Prinsip B: Budaya – Bisnis Prinsip ini perlu mengingat keduanya penting untuk menciptakan dokter yang berkecerdasan budaya, beretika, dan berkecerdasan bisnis. Prinsip ini diperlukan mengingat budaya dan bisnis amatlah penting untuk mengharmoniskan antara teori dengan apa yang sesungguhnya terjadi di masyarakat, juga untuk menyeimbangkan antara impian, harapan, dan kenyataan; untuk menyelaraskan fakta, data, dan realita. Dokter cahaya perlu membaca dan memahami baik buku kedokteran maupun buku kehidupan. Beragam cara yang dapat ditempuh untuk memiliki dan mengembangkan kecerdasan budaya dan bisnis, antara lain: membuka matahati, jiwa, dan pikiran untuk semua bentuk budaya lokal dan budaya internasional (yang positif ), dengan tetap mengenal, mempertahankan, dan melestarikan nilai-nilai kearifan masyarakat setempat. Contoh nyata misalnya dengan berpartisipasi aktif dalam Menjadi Dokter Cahaya Dito Anurogo Brain and Circulation Institute of Indonesia, Surya University Tangerang, Banten, Indonesia Alamat korespondensi email: [email protected]

Dokter Cahaya (Dito Anurogo)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Dokter Cahaya (Dito Anurogo)

Citation preview

  • 630

    OPINI

    CDK-207/ vol. 40 no. 8, th. 2013

    Profesi kedokteran selalu menjadi sorotan publik. Akibat berbagai berita tentang kasus malpraktek, kalangan berjas putih ini sempat dipertanyakan kredibilitas, kapabilitas, kompetensi, dan profesionalismenya. Berbagai kalangan juga mempertanyakan mampukah dokter Indonesia bersaing dengan dokter asing? Di sisi lain, banyak dokter-dokter berotak brilian dari Indonesia yang setelah studi di luar negeri enggan kembali untuk membangun negeri ini. Mereka berasumsi bahwa di luar negeri kehidupan mereka akan lebih terjamin. Sudah lunturkah nasionalisme mereka?

    Renungan refl ektif ini bertujuan untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan profesionalisme di kalangan dokter Indonesia sebagai dokter lokal, berkualitas internasional. Juga untuk merumuskan konsep nasionalisme bercita rasa kedokteran. Di samping juga ingin menyumbangkan pemikiran untuk mengubah dunia ini menjadi lebih baik, dimulai dari diri sendiri dan saat ini.

    Konsep dokter cahaya ini boleh pula dikatakan sebagai ruh, pondasi, atau pilar kepemimpinan kedokteran (medical leadership), kedokteran wirausaha atau kewirausahaan berbasis kedokteran (medical entrepreneurship), dan kecerdasan kedokteran (medical intelligence atau medical quotient).

    Dokter cahaya adalah dokter yang dirinya telah tercerahkan sepenuhnya sehingga dapat mencerahkan keluarganya, orang lain, masyarakat, dan dunia. Karakteristiknya antara lain: perkataannya menyejukkan, pemikirannya mencerahkan, tulisannya menggerakkan, cinta-kasihnya mendamaikan, senyumnya penuh kemesraan, hatinya penuh ketulusan, dan perilakunya penuh ketenangan. Dialah satu dari berjuta bintang yang menerangi semesta raya.

    Konsep dokter cahaya ini berlandaskan pada

    prinsip ABC, yakni: Prinsip A adalah Agama dan Akal. Prinsip B adalah Budaya dan Bisnis. Prinsip C adalah Cinta.

    Prinsip A: Agama-Akal Prinsip ini diperlukan mengingat keduanya penting untuk menciptakan keseimbangan sekaligus menjembatani kesenjangan antara sisi imanen dan transenden, yang mutlak dengan yang relatif, segi duniawi dan surgawi di dalam semua aspek kehidupan. Selain itu, prinsip ini dapat menciptakan dokter yang religius, jenius, sekaligus mengikuti perkembangan teknologi terkini.

    Berbagai cara dapat dilakukan dokter cahaya untuk menajamkan dan mengasah hati nurani dan pikiran dalam rangka menerapkan prinsip ini, antara lain: mengenali diri, karena inilah kunci untuk mengenali Ilahi. Merumuskan dan mencari tujuan hidup (sangkan paraning dumadi) melalui jalan pendakian menuju puncak keabadian. Mendengarkan panggilan Ilahi melalui jeritan insani, misalnya: rintihan pengemis, teriakan rakyat jelata yang teraniaya. Bukankah mereka juga utusan Ilahi untuk mengetuk hati nurani? Berusaha untuk selalu menghadirkanNya di setiap nafas-langkah kehidupan. Ikhlas, tidak berharap kecuali kepada Allah. Menge-nol-kan diri, dengan cara tidak merasa lebih dari orang lain dan selalu melihat sisi kebaikan setiap orang. Belajar dari alam, lingkungan, manusia, semesta, berikut proses penciptaannya. Sebagai guru kehidupan, alam menyediakan berbagai hikmah dan teladan, misalnya: kita dapat belajar kerendahan hati dari padi, kita dapat belajar dari kelapa untuk menjadi manusia yang bermanfaat, dsb. Selalu membaca, memahami literatur kedokteran dari berbagai sumber (misalnya: perpustakaan, internet) dan mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari. Belajar dari sejarah. Bung Karno pernah mengatakan Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah! - hendaknya dokter cahaya dapat mengambil hikmah dari sejarah,

    kemudian menjadi bagian dari sejarah yang mencerahkan bangsa Indonesia.

    Contoh prinsip ini adalah: tidak membeda-bedakan (agama, suku, bangsa, dsb.) pasien saat memberikan pelayanan kesehatan, melayani pasien dengan semangat mengabdi pada Allah, mengikuti pendidikan kedokteran berkelanjutan, mengikuti seminar, kursus, workshop, dsb.

    Di samping itu, ada hal penting. Dokter cahaya perlu mewaspadai tuhan-tuhan modern, yakni: berbagai tuhan ilusi yang membuatnya lupa kepada Tuhan Sejati. Teknologi dan riset dalam berbagai bentuknya, seperti: internet, handphone, game, komputer, mobil, dsb hanyalah sebagian contoh dari tuhan-tuhan modern. Jika terlena, maka akan membuat.sang Dokter Cahaya melupakan Allah, Tuhan Sejati.

    Prinsip B: Budaya BisnisPrinsip ini perlu mengingat keduanya penting untuk menciptakan dokter yang berkecerdasan budaya, beretika, dan berkecerdasan bisnis.

    Prinsip ini diperlukan mengingat budaya dan bisnis amatlah penting untuk mengharmoniskan antara teori dengan apa yang sesungguhnya terjadi di masyarakat, juga untuk menyeimbangkan antara impian, harapan, dan kenyataan; untuk menyelaraskan fakta, data, dan realita. Dokter cahaya perlu membaca dan memahami baik buku kedokteran maupun buku kehidupan.

    Beragam cara yang dapat ditempuh untuk memiliki dan mengembangkan kecerdasan budaya dan bisnis, antara lain: membuka matahati, jiwa, dan pikiran untuk semua bentuk budaya lokal dan budaya internasional (yang positif ), dengan tetap mengenal, mempertahankan, dan melestarikan nilai-nilai kearifan masyarakat setempat. Contoh nyata misalnya dengan berpartisipasi aktif dalam

    Menjadi Dokter Cahaya Dito Anurogo

    Brain and Circulation Institute of Indonesia, Surya UniversityTangerang, Banten, Indonesia

    Alamat korespondensi email: [email protected]

  • 631

    OPINI

    CDK-207/ vol. 40 no. 8, th. 2013

    Pengorbanan tanpa keikhlasan, 4. Keikhlasan tanpa waktu, 5. Waktu tanpa ilmu, 6. Ilmu tanpa amal, 7. Amal tanpa Cinta kasih.

    Di kehidupan nyata, seorang dokter cahaya bisa mengobati pasien Gakin (keluarga miskin), juga Askeskin (asuransi kesehatan untuk masyarakat miskin) dengan obat generik disertai mimik bersahabat, senyuman tulus, dan kata-kata yang penuh cinta-kasih serta memotivasi.

    Seorang dokter cahaya perlu menerapkan prinsip ABC (Agama-Akal, Budaya-Bisnis, Cinta) secara holistik, utuh, menyeluruh di dalam hidup dan kehidupannya, dimanapun, dan kapanpun.

    Dengan menjadi dokter cahaya, maka kredibilitas, kapabilitas, kompetensi, dan profesionalisme dokter-dokter Indonesia tak perlu diragukan lagi. Diharapkan suatu masa, dokter luar negeri akan belajar kepada dokter Indonesia. Saat itulah nama bangsa Indonesia akan menjadi harum di mata dunia. Semoga.

    Sebagai penutup, berikut ini marilah kita renungkan bersama:

    BarangsiapaBarangsiapa yang menebar doa,maka dia akan menuai kehidupan.Barangsiapa yang menebar cinta,maka dia akan menuai keabadian.Barangsiapa yang menebar kasih,maka dia akan menuai kedamaian.Barangsiapa yang menebar benci,maka dia akan menuai kesengsaraan.Barangsiapa yang menebar derma,maka dia akan menuai kekayaan.Barangsiapa yang menebar ilmu,maka dia akan menuai kebijaksanaan.Barangsiapa yang menebar semangat,maka dia akan menuai kesuksesan.Barangsiapa yang menebar persahabatan,maka dia akan menuai kebahagiaan.Barangsiapa yang menebar permusuhan,maka dia akan menuai kehancuran.

    Dokter cahaya adalah dokter yang perkataannya menyejukkan, pemikirannya mencerahkan, tulisannya menggerakkan, Cinta-kasihnya mendamaikan, senyumnya penuh kemesraan, hatinya penuh ketulusan, dan perilakunya penuh ketenangan. Dialah satu dari berjuta bintang yang menerangi semesta raya.

    pengobatan masal, penyuluhan, sosialisasi, dsb. Menguasai seni berkomunikasi, berdiplomasi, dan bernegosiasi dengan siapapun, mulai dari kalangan jetset hingga kalangan akar rumput. Mampu mengkombinasikan seni berpikir realistis dengan imajinatif, linier dengan lateral. Berpikir global dan bertindak lokal (glocalization). Mampu mengkomunikasikan pengetahuannya melalui media cetak-massa dengan bahasa sederhana. Mampu membaca dan menangkap peluang untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Sekembalinya ke Indonesia, dapat mengaplikasikan keilmuannya demi kemajuan negeri ini. Selain sebagai perintis, dokter cahaya juga mampu mempersiapkan kader-kader yang dapat menciptakan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia dan ramah lingkungan. Seorang dokter cahaya yang berhasil mendirikan rumah sakit bertaraf internasional, bertarif lokal, dengan pelayanan maksimal dan optimal, dan didukung oleh sarana dan prasarana yang berbasis pada teknologi terkini, akan menjadi kebanggaan tersendiri bangsa Indonesia, dan menaikkan citra dan martabat bangsa di mata dunia.

    Prinsip C: CintaPrinsip ini penting untuk menciptakan dokter yang dapat mengobati dan menyembuhkan pasiennya dengan hati penuh cinta kasih. Di sini tidak digunakan terminologi kecerdasan cinta dengan asumsi bahwa cinta adalah pemberianNya kepada semua makhlukNya, termasuk manusia, sejak kehidupan di muka bumi bermula hingga akhirnya meniada.

    Prinsip ini diperlukan mengingat kekuatan cinta kasih bukan hanya dapat mengobati, menyembuhkan, namun juga dapat menghidupkan: menghidupkan harapan dan mengobarkan semangat mereka yang sedang menderita dan dilanda duka.

    Cinta dapat mengisi ruang dan waktu, namun Cinta juga tiada mengenal keduanya. Cinta, ruang, dan waktu merupakan berbagai unsur yang membentuk senyawa Kehidupan. Sehingga di mana ada Cinta di situ ada Kehidupan. Dokter cahaya yang memiliki Cinta, ibarat lilin yang menerangi kehidupan.

    Beberapa cara yang dapat ditempuh dokter cahaya untuk mengembangkan prinsip ini, antara lain: berusaha untuk tetap setia pada Kebenaran dan berada di jalan Cahaya. Menghindari semua hal yang dapat mengotori pikiran, hati, jiwa, nurani, dan perut. Menerapkan prinsip: takkan membenci walau disakiti, takkan berduka walau menderita, takkan kesepian sekalipun sendirian, takkan mati sebelum berarti, damai bersemi, dirimu abadi. Engkau akan abadi di mata mereka yang mencintaimu. Seorang dokter cahaya berusaha menebarkan bibit-cinta dan menanam benih-kasih agar bersemi tunas-tunas persahabatan, dan. mekar mawar keabadian. Menganggap bahwa manusia pada hakikatnya satu tubuh, jika satu organ sakit, maka yang lainnya akan merasakan sakit. Menghindari tujuh kesia-siaan dalam hidup, yaitu: 1. Cinta kasih tanpa kesetiaan, 2. Kesetiaan tanpa pengorbanan, 3.

    Visualisasi Dokter Cahaya sebagai kupu-kupu yang terbang di atas bebungaan

    Background diambil dari: http://www.glennharris.com.au