Donor Darah Dalam Perspektif Islam

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/28/2019 Donor Darah Dalam Perspektif Islam

    1/7

    1

    DONOR DARAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM

    dr. Natalina Christanto

    Sejarah transfusi darah dimulai sekitar abad ke-15. Namun

    transfusi pada saat itu dilakukan melalui mulut hal ini

    dikarenakan belum adanya peralatan yang mendukung

    proses transfusi tersebut. Meski begitu baru sekitar tahun

    1667 transfusi berhasil dilakukan untuk yang pertama

    kalinya oleh seorang professor di Paris. Perkembangan ilmu

    transfusi pun berkembang hingga pada abad ke-19

    ditemukan jenis golongan darah yang berbeda, yang padaakhirnya dijadikan acuan untuk pelaksanaan transfuse itu

    sendiri. Ini seperti yang termuat pada media News Medical

    online.

    Dunia kesehatan khususnya ilmu transfusi mengalami perkembangan yang sangat pesat.

    Bahkan kini masyarakat yang sudah mendonorkan darahnya bisa mengambil keuntungan

    dari kegiatan tersebut. Keuntungan yang dapat diperoleh dari seorang pendonor antara lain

    darah yang sudah diambil akan diperiksa apakah ada penyakit yang berbahaya atau tidak.

    Sang pendonor yang rutin mendonorkan darahnya secara tidak langsung akan diperiksa

    setiap tiga bulan sekali secara gratis. Padahal jika kita sengaja melakukan uji darah di

    laboratorium, kita harus membayar sejumlah nominal yang tidak sedikit untuk sekali

    periksa. Semakin jauh yang diperiksa semakin mahal pula biaya yang dikeluarkan. Jika ada

    darah yang mengandung penyakit, maka si pendonor akan diberikan hasil pemeriksaan dan

    rujukan untuk pengobatan. Jadi dengan mendonorkan darah kita akan mendapatkan

    keuntungan yang berlipat.

    Dalam situs pribadinya Ahmad Sarwat, LC mengatakan donor darah itu diperbolehkan. Hal

    ini berdasarkan beberapa fatwa dari beberapa ulama antara lain, Fatwa Syeikh Husamuddin

    bin Musa Ufanah, Fatwa Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, Fatwa Syaikh Zaid Bin Muhammad Al-

    Madkholi. Fatwa ini diambil karena donor darah belum ada ketentuannya jika merujuk pada

    empat mazhab (Imam Abu Hanifah Imam Malik Imam Asy-SyafiI Imam Ahmad bin Hanbal).

  • 7/28/2019 Donor Darah Dalam Perspektif Islam

    2/7

    2

    DONOR DARAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM

    dr. Natalina Christanto

    Pada masa hidup beliau-beliau belum ada istilah donor darah sehingga tidak ada mazhab

    yang membahas mengenai hal itu.

    Dalam situs tersebut juga dijelaskan bahwa donor darah tidak akan menjadikan seseorang

    mahram dengan orang lain. Jadi seorang resipien boleh dinikahi oleh seorang pendonor

    demikian juga sebaliknya. Hal ini disebabkan yang menyebabkan mahramnya seseorang itu

    hanya disebabkan oleh 3 hal yakni nasab, mushaharah (sebab perkawinan) dan radhaah

    (sebab penyusuan). Menurutnya, darah jika dibandingkan dengan air susu maka akan

    berbeda karakter dari keduanya sehingga tidak dapat diqiyaskan. Darah bukanlah unsur

    yang dimakan akan tetapi yang mengantarkan makanan.

    Donor darah dalam hukum Islam merupakan sesuatu yang diperbolehkan, karena di

    dalamnya banyak sekali manfaat. Bahkan jika kita mau berfikir panjang donor darah

    merupakan salah satu amalan yang dapat kita jaga untuk membina hubungan dengan

    sesama manusia sekaligus hubungan dengan Allah Sang Pencipta. Menjaga hubungan

    sesama manusia karena donor darah dapat menumbuhkan rasa kasih sayang dan saling

    membutuhkan antar manusia. Sedangkan menjaga hubungan dengan Allah karena amalan

    tersebut bisa bernilai ibadah jika kita niatkan hanya karena Allah. Yang perlu di garis bawahi

    adalah darah itu adalah ciptaan Allah, maka kita dilarang untuk memperjualbelikannya.

    Perkara pertama:

    Yang boleh menerima darah yang didonorkan adalah orang yang berada dalam keadaan

    kritis karena sakit ataupun terluka dan sangat memerlukan tambahan darah.

    Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Ibrahim Aali Syaikh

    rahimahullah secara khusus memaparkan hukum donor darah

    sebagai berikut :

    Ada tiga perkara yang harus dibicarakan untuk menjawab

    pertanyaan di atas :

    Pertama:

    Siapakah orang yang menerima darah yang didonorkan itu ?

    Kedua:Siapakah orang yang mendonorkan darahnya itu ?

    Ketiga:

    Instruksi siapakah yang dipegang dalam pendonoran darah itu ?

  • 7/28/2019 Donor Darah Dalam Perspektif Islam

    3/7

    3

    DONOR DARAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM

    dr. Natalina Christanto

    Dasarnya adalah firman Allah Ta'ala : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu

    bangkai, darah, daging babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama) selain

    Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak

    menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. (QS.

    2:173).

    Dalam ayat lain Allah berfirman : Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa

    sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

    (QS. 5:3).

    Dalam ayat lain Allah juga berfirman : "Dan sungguh telah dijelaskan kepadamu apa-apa

    yang diharamkan atasmu kecuali yang terpaksa kamu memakannya." (QS. 6:119)

    Bentuk pengambilan dalil dari ayat di atas bahwasanya jikalau

    keselamatan jiwa pasien karena sakit atau luka sangat

    tergantung kepada darah yang didonorkan oleh orang lain dan

    tidak ada zat makanan atau obat-obatan yang dapat

    menggantikannya untuk menyelamatkan jiwanya maka

    dibolehkan mendonorkan darah kepadanya. Dan hal itu

    dianggap sebagai pemberian zat makanan bagi si pasien bukan

    sebagai pemberian obat. Dan memakan makanan yang haram

    dalam kondisi darurat boleh hukumnya, seperti memakan

    bangkai bagi orang yang terpaksa memakannya.

    Perkara kedua:

    Boleh mendonorkan darah jika tidak menimbulkan bahaya dan

    akibat buruk terhadap si pendonor darah, berdasarkan hadits

    Nabi SAW : "Tidak boleh melakukan sesuatu yang

    membahayakan jiwa dan tidak boleh pula membahayakan

    orang lain."

    Perkara ketiga:Instruksi yang dipegang dalam pendonoran darah itu adalah instruksi seorang dokter

    muslim. Jika tidak ada, maka kelihatannya tidak ada larangan mengikuti instruksi dokter

    non muslim, baik dokter itu Yahudi, Nasrani ataupun selainnya. Dengan catatan ia adalah

    seorang yang ahli dalam bidang kedokteran dan dipercaya banyak orang. Dasarnya adalah

    sebuah riwayat dalam kitab Ash-Shahih, bahwasanya Rasulullah menyewa seorang lelaki

    dari Bani Ad-Diel sebagai khirrit, sementara ia masih memeluk agama kaum kafir Quraisy.

    Khirrit adalah penunjuk jalan (guide) yang mahir dan mengenal medan. (H.R Al-Bukhari No:

    2104).

  • 7/28/2019 Donor Darah Dalam Perspektif Islam

    4/7

    4

    DONOR DARAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM

    dr. Natalina Christanto

    Pertama:

    Boleh hukumnya mendonorkan darah selama tidak

    membahayakan jiwanya dalam kondisi yang memang

    dibutuhkan untuk menolong kaum muslimin yang benar-benar membutuhkannya.

    Kedua:

    Boleh hukumnya mendirikan Bank donor darah Islami untuk menerima orang-orang yang

    bersedia mendonorkan darahnya guna menolong kaum muslimin yang membutuhkannya.

    Dan hendaknya bank tersebut tidak menerima imbalan harta dari si sakit ataupun ahli waris

    dan walinya sebagai ganti darah yang di donorkan. Dan tidak dibolehkan menjadikan hal itu

    sebagai lahan bisnis untuk mencari keuntungan, karena hal itu berkaitan dengan

    kemaslahatan umum kaum muslimin.

    Hukum mendonorkan darah adalah boleh dengan syarat dia tidak

    boleh menjual darahnya, karena Rasulullah -Shallallahu alaihi

    wasallam- bersabda dalam hadits Ibnu Abbas -radhiyallahu anhuma-:

    ,

    "Sesungguhnya jika Allah mengharamkan sebuah kaum untuk memakan sesuatu makaAllah akan haramkan harganya."

    Sedangkan darah termasuk dari hal-hal yang dilarang untuk memakannya, sehingga

    harganya pun (baca: diperjual belikan) diharamkan.

    Adapun jika yang membutuhkan darah memberikan kepadanya sesuatu sebagai balas

    jasanya, maka boleh bagi sang pendonor untuk mengambilnya, tapi dengan syarat, dia tidak

    memintanya sebelum dan sesudah donor, tidak mempersyaratkannya, baik secara langsung

    maupun tidak langsung, baik secara jelas maupun dengan isyarat, baik secara zhohir

    maupun batin. Kapan dia melaksanakan salah satu dari perkara-perkara di atas, maka haram

    baginya untuk menerima pemberian dari orang tersebut.

  • 7/28/2019 Donor Darah Dalam Perspektif Islam

    5/7

    5

    DONOR DARAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM

    dr. Natalina Christanto

    Adapun orang yang membutuhkan darah, sementara dia tidak mendapatkan darah yang

    gratis, maka boleh baginya membeli darah dari orang lainkarena darurat-, sedangkan

    dosanya ditanggung oleh yang menjualnya. Wallahu Alam.

    Ini adalah rincian dari Syaikh Abdurrahman bin Mari Al-Adani sebagaimana dalam Syarhul

    Buyu min Kitab Ad-Durori hal. 14.

    Syaikh Zaid bin Muhammad Al-Madkhali menjawab ketika ditanya dengan pertanyaan di

    atas, Jika maslahat pasti terhasilkan, dan tidak timbul mudharat yang parah pada dirinya

    ketika darahnya dihisap, maka tidak ada larangan untuk mendonorkannya dan di dalamnya

    ada pahala yang besar, dengan dalil AL-Kitab dan As-Sunnah, berdasarkan firman Allah

    Taala, Barangsiapa yang berbuat kebaikan walaupun sekecil semut maka dia akan melihat

    (pahala)nya, dan barangsiapa yang beramal dengan kebaikan walaupun

    sekecil semut niscaya dia akan melihat (balasan) nya.

    Juga sebagaimana Nabi -shallallahu alaihio wasallam bersabda,Allah senantiasa menolong

    hambanya selama hamba itu menolong saudaranya. Akan tetapi, tidak boleh menjual

    darahnya dan memakan hasilnya, wallahu Alam. Lihat Al-Aqdil Mandhid hal. 340.

    Adapun memasukkan darah ke tubuh orang lain, maka itu adalah haram, karena dia

    termasuk ke dalam perbuatan memakan darah, sementara Allah -Azza wa Jalla- berfirman,

    "Diharamkan atas kalian (untuk memakan) bangkai, darah, daging babi, dan apa yang

    disembelih untuk selain Allah." (Al-Ma`idah: 3)

    Akan tetapi jika keadaannya mendesak dan darurat, sehingga bisa membahayakan nyawa

    pasien jika dia tidak diberi darah, maka hal itu dibolehkan sesuai dengan kadar yang

    dibutuhkan. Ini terambil dari dua kaidah yang masyhur di kalangan ulama: Hal yang darurat

    membolehkan dikerjakannya hal-hal yang dilarang (Adh-Dhoruroh tubihul mahzhuroh), dan

    hal yang darurat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan (Adh-Dhoruroh tuqaddaru

    biqadariha).

    Ini merupakan kesimpulan dari fatwa Al-Lajnah Ad-Da`imah dan Asy-Syaikh Abdurrahman

    bin Mari Al-Adani, sebagaimana bisa dilihat dalam Syarhul Buyu min Kitab Ad-Durori hal.

    14.

  • 7/28/2019 Donor Darah Dalam Perspektif Islam

    6/7

    6

    DONOR DARAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM

    dr. Natalina Christanto

    22-:

    .Pertanyaan, Apakah donor darah itu berpahala? Apakah donor darah itu termasuk dalam

    firman Allah yang artinya, Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia

    maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya [QS al Maidah:32]?

    -

    Jawaban Syaikh Abdullah al Jibrin, Donor darah itu tidaklah terkenal di masa silam. Oleh

    karenanya para dokter masa silam dan orang-orang terdahulu tidak pernah menyebut-

    nyebut metode pengobatan dengan memasukkan darah ke saluran darah. Donor darah

    hanya dijumpai dalam metode pengobatan modern. Tidaklah diragukan bahwa donor darah

    adalah sebuah metode yang memiliki pengaruh dan manfaat serta mempengaruhi kondisi si

    sakit. Karenanya donor darah adalah metode pengobatan yang diperbolehkan dan terkenal.

    Tidaklah diragukan bahwa orang yang mendonorkan sebagian darahnya yang berlebih tanpa

    membahayakan tubuhnya untuk menyelamatkan orang yang sakit keras dan menjadi sebab

    hilang atau berkurangnya penyakit adalah suatu amal yang berpahala jika dilakukan dengan

    ikhlas karena Allah semata.

    http://abufarhah.wordpress.com/2009/04/08/syaikh-abdullah-bin-abdurrahman-al-jibrin/http://abufarhah.wordpress.com/2009/04/08/syaikh-abdullah-bin-abdurrahman-al-jibrin/http://abufarhah.wordpress.com/2009/04/08/syaikh-abdullah-bin-abdurrahman-al-jibrin/
  • 7/28/2019 Donor Darah Dalam Perspektif Islam

    7/7

    7

    DONOR DARAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM

    dr. Natalina Christanto

    Boleh jadi donor darah termasuk dalam ayat di atas dengan syarat terwujudnya

    kesembuhan atau tidak sangat tergantung dengan donor darah tersebut-jika Allah

    mengizinkannya-.

    .

    -Banyak ulama terdahulu yang berfatwa melarang pengobatan dengan darah dengan alasan

    darah itu najis sehingga haram dimasukkan ke dalam tubuh, ditambah hadits yang

    mengatakan bahwa Allah tidaklah meletakkan kesembuhan umatku dalam hal yang haram.

    Akan tetapi menimbang bahwa manfaat donor darah adalah suatu yang terbukti ditambah

    dokter yang menangani pasien yang membutuhkan tambahan darah tidaklah bersentuhan

    langsung dengan darah para ulama generasi belakangan menganjurkan donor darah.

    Mereka membolehkan dengan alasan darurat atau dengan alasan bahwa pengobatandengan donor darah adalah cara pengobatan yang bermanfaat dengan sesuatu yang belum

    jelas keharamannya [Al Fatawa Asy Syariyyah fi Al Masail Ath Thibbiyyah juz 2 hal 23].

    Dari : berbagai sumber