.$-,$1 3(0,/,+$1 2%$7 $17,+,3(57(16, 3$'$ 3(1'(5,7$ +,3(57(16, '(1*$1 *$*$/ *,1-$/ .521,6 <$1* 0(1-$/$1, +(02',$/,6,6 0DKDGUL 'KULN $$1JXUDK 3XWUD 5LDQD 3UDVHW\D 6HNRODK 7LQJJL )DUPDVL 0DKDJDQHVKD -DODQ 7XNDG %DULWR 7LPXU 1R 'HQSDVDU ABSTRAK Salah satu komorbid yang berperan penting terhadap terjadinya komplikasi kardiovaskular pada PGK-HD adalah hipertensi. Berdasarkan pedoman KDOQI (Kidney Disease Outcomes Quality Initiative) target pengendalian tekanan darah yang diharapkan pada pasien dialisis adalah tekanan darah pre-HD < 140/90 mmHg dan tekanan darah post-HD <130/80 mmHg. Prevalensi keberhasilan pengendalian tekanan darah pada kondisi ini cukup rendah yang hanya mencapai 10-20%. Tekanan darah pre-HD > 140/90 mmHg diasosiasikan dengan terjadinya gagal jantung serta left ventrikel hipertrophy (LVH), sedangkan tekanan darah post-HD <130/80 mmHg diasosiasikan dengan peningkatan angka mortalitas. Adanya interdependensi yang tinggi antara hipertensi dan PGK khususnya yang telah berada pada stadium akhir dan menjalani hemodialysis menyebabkan perlunya suatu kajian yang menyeluruh mengenai pilihan terapi serta pertimbangan- pertimbangan esensial yang harus diperhatikan dalam manajemen terapi hipertensi pada pasien dengan PGK-HD. Berbagai perubahan fisiologis pada pasien hemodialisis dapat menyebabkan terjadinya hipertensi pada pasien PGK-HD. Pada pasien PGK-HD adanya volume overload merupakan penyebab utama munculnya hipertensi, dimana ketidakmampuan ginjal untuk membuang kelebihan sodium dan air menyebabkan tingginya volume ekstraseluler sehingga meningkatkan cardiac output dan berimplikasi pada peningkatan tekanan darah. Antihipertensi golongan ACE-I dan ARB memegang peranan penting dan merupakan pilihan untuk dikombinasikan dengan antihipertensi lain jika tekanan darah tetap tidak terkontrol. Pada kondisi komorbid tertentu maka dibutuhkan pilihan antihipertensi yang tepat pada komorbid tersebut. Ketika terjadi hipertensi resisten maka regimen seharusnya telah mendekati dosis maksimum dari paling sedikit 3 obat dengan mekanisme farmakologi yang berbeda antara lain ACEI, calcium channel blocker (CCB), b-blocker, antiadrenergik dan vasodilator langsung. Kata kunci: Hipertensi, Penyakit Ginjal Kronis, Hemodialisis, Antihipetensi 'HWDLO ULZD\DW DUWLNHO 'LNLULPNDQ 2NWREHU 'LUHYLVL - 'LWHULPD 1RYHPEHU 3HQXOLV NRUHVSRQGHQVL 0DKDGUL 'KULN $ODPDW NRQWDN SHQXOLV 6HNRODK 7LQJJL )DUPDVL 0DKDJDQHVKD -DODQ 7XNDG %DULWR 7LPXU 1R 'HQSDVDU (-PDLO NRUHVSRQGHQVL - 3HWXQMXN SHQXOLVDQ VLWDVL SXVWDND 'KULN 0 3UDVHW\D $$135 .DMLDQ 3HPLOLKDQ 2EDW $QWLKLSHUWHQVL SDGD 3HQGHULWD +LSHUWHQVL 'HQJDQ *DJDO *LQMDO .URQLV \DQJ 0HQMDODQL +HPRGLDOLVLV $FW +ROLV 3KDUP-,661 -PHGLD RQOLQH $FWD +ROLVW 3KDUP 9RO 1R -'2, - ȋȌ Ǥ ȋȌ ȋǡ ʹͲͳͲȌǤ ȋ-Ȍ ϐ Ǥ ʹͲͳͲ ͻͶͻ ͳͻʹͳ ʹͲͳʹǤ ǡ
C:\Users\user\AppData\Local\Temp\mso521D.tmp+(02',$/,6,6
0DKDGUL'KULN$$1JXUDK3XWUD5LDQD3UDVHW\D
6HNRODK7LQJJL)DUPDVL0DKDJDQHVKD
-DODQ7XNDG%DULWR7LPXU1R'HQSDVDU
ABSTRAK Salah satu komorbid yang berperan penting terhadap
terjadinya komplikasi
kardiovaskular pada PGK-HD adalah hipertensi. Berdasarkan pedoman
KDOQI (Kidney Disease Outcomes Quality Initiative) target
pengendalian tekanan darah yang diharapkan pada pasien dialisis
adalah tekanan darah pre-HD < 140/90 mmHg dan tekanan darah
post-HD <130/80 mmHg. Prevalensi keberhasilan pengendalian
tekanan darah pada kondisi ini cukup rendah yang hanya mencapai
10-20%. Tekanan darah pre-HD > 140/90 mmHg diasosiasikan dengan
terjadinya gagal jantung serta left ventrikel hipertrophy (LVH),
sedangkan tekanan darah post-HD <130/80 mmHg diasosiasikan
dengan peningkatan angka mortalitas. Adanya interdependensi yang
tinggi antara hipertensi dan PGK khususnya yang telah berada pada
stadium akhir dan menjalani hemodialysis menyebabkan perlunya suatu
kajian yang menyeluruh mengenai pilihan terapi serta pertimbangan-
pertimbangan esensial yang harus diperhatikan dalam manajemen
terapi hipertensi pada pasien dengan PGK-HD.
Berbagai perubahan fisiologis pada pasien hemodialisis dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi pada pasien PGK-HD. Pada pasien
PGK-HD adanya volume overload merupakan penyebab utama munculnya
hipertensi, dimana ketidakmampuan ginjal untuk membuang kelebihan
sodium dan air menyebabkan tingginya volume ekstraseluler sehingga
meningkatkan cardiac output dan berimplikasi pada peningkatan
tekanan darah.
Antihipertensi golongan ACE-I dan ARB memegang peranan penting dan
merupakan pilihan untuk dikombinasikan dengan antihipertensi lain
jika tekanan darah tetap tidak terkontrol. Pada kondisi komorbid
tertentu maka dibutuhkan pilihan antihipertensi yang tepat pada
komorbid tersebut. Ketika terjadi hipertensi resisten maka regimen
seharusnya telah mendekati dosis maksimum dari paling sedikit 3
obat dengan mekanisme farmakologi yang berbeda antara lain ACEI,
calcium channel blocker (CCB), b-blocker, antiadrenergik dan
vasodilator langsung. Kata kunci: Hipertensi, Penyakit Ginjal
Kronis, Hemodialisis, Antihipetensi
'HWDLOULZD\DWDUWLNHO 'LNLULPNDQ2NWREHU 'LUHYLVL- 'LWHULPD1RYHPEHU
3HQXOLVNRUHVSRQGHQVL 0DKDGUL'KULN $ODPDWNRQWDNSHQXOLV
6HNRODK7LQJJL)DUPDVL 0DKDJDQHVKD -DODQ7XNDG%DULWR7LPXU 1R'HQSDVDU
(-PDLONRUHVSRQGHQVL - 3HWXQMXNSHQXOLVDQVLWDVL SXVWDND
'KULN03UDVHW\D$$135 .DMLDQ3HPLOLKDQ2EDW $QWLKLSHUWHQVLSDGD3HQGHULWD
+LSHUWHQVL'HQJDQ*DJDO *LQMDO.URQLV\DQJ0HQMDODQL
+HPRGLDOLVLV$FW+ROLV3KDUP -
,661-PHGLDRQOLQH $FWD+ROLVW3KDUP9RO1R- '2,-