37
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf g Undang–Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang–Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Reklame merupakan jenis Pajak Kabupaten/Kota; b. bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang sangat penting artinya guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah, pembangunan, peningkatan pelayanan masyarakat guna menunjang pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu dibentuk Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara tentang Pajak Reklame. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, 1

DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARAPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA

NOMOR 13 TAHUN 2008TENTANG

PAJAK REKLAMEDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU UTARA,

Menimbang: a. bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) huruf g Undang–Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang–Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Reklame merupakan jenis Pajak Kabupaten/Kota;

b. bahwa Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang sangat penting artinya guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah, pembangunan, peningkatan pelayanan masyarakat guna menunjang pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu dibentuk Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara tentang Pajak Reklame.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

1

Page 2: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 29 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Luwu Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3826);

5. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686);

6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4189);

7. Undang-Undang 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2

Page 3: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

8. Undang-Undang 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

11. Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

12. Undang-Undang 26 Tahun 2007 tentang Pajak Daerah antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran

3

Page 4: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 5 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara Tahun 2006 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 151);

18. Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 8 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Luwu Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara Tahun 2008 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 179).

Dengan Persetujuan Bersama,DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU

UTARAdan

BUPATI LUWU UTARA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK REKLAME

4

Page 5: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Luwu Utara.2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat

Daerah Otonomi yang lain sebagai Badan Eksekutif.3. Bupati adalah Bupati Luwu Utara.4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat

DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Luwu Utara.

5. Dinas adalah Dinas yang mengelolah pajak daerah.6. Reklame adalah benda, alat Pembuatan atau media yang

menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersil, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau mengujikan suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.

7. Panggung/lokasi reklame adalah suatu sarana atau tempat pemasangan satu atau beberapa reklame.

8. Penyelenggaran Reklame adalah perorangan atau badan yang menyelenggarakan reklame, baik untuk yang atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.

9. Kawasan/zone adalah batas-batas wilayah tertentu sesuai dengan pemanfaatan wilayah tesebut yang dapat digunakan untuk pemasangan reklame.

10. Nilai jual objek pengelolaan reklame adalah kesuluruhan pembayaran/pengeluaran biaya yang dikeluarkan oleh pemilik atau penyelenggara reklame termasuk dalam hal ini adalah biaya/harga beli bahan reklame, konstruksi, instalasi listrik, pembayaran / ongkos perakitan pemancaran, peragaan, penayangan, pengecatan, pemasangan dan transportasi pengangkutan dan lain sebagainya sampai bangunan reklame

5

Page 6: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

rampung, dipancarkan, diperagakan, ditayangkan, atau terpasang di tempat yang telah diizinkan.

11. Nilai strategis lokasi reklame adalah ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi pemasangan reklame tersebut berdasarkan kriteria kepadatan kemanfaatan tata ruang kota untuk berbagai aspek bidang usaha.

12. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban menurut peraturan perundang-undangan perpajakan.

13. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah surat setoran yang digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan Bupati.

14. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang.

15. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

17. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

18. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah Surat Keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

19. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah Surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

6

Page 7: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

20. Pengadilan Pajak adalah Pengadilan yang memberikan kepastian hukum dan keadilan atas sengketa pajak yang terjadi antara petugas pajak dengan masyarakat wajib pajak.

21. Sengketa Pajak adalah Sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada pengadilan pajak berdasarkan perundang – undangan perpajakan termasuk gugatan atau pelaksanaan penagihan berdasarkan undang–undang penagihan pajak dengan surat paksa.

22. Banding adalah Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh wajib pajak atau penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding berdasarkan perundang–undangan yang berlaku.

23. Gugatan adalah Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh wajib pajak atau penanggung pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap keputusan yang diajukan gugatan berdasarkan perundang–undangan yang berlaku.

24. Kantor Lelang Negara adalah Kantor yang berwenang melaksanakan penjualan secara lelang.

25. Tim Pertimbangan Reklame adalah bentukan daerah guna menata, memberikan pertimbangan dimana titik reklame yang telah disepakati.

26. Reklame tidak bergerak adalah benda, alat Pembuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersil, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau mengujikan suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah yang sifatnya menetap pada satu titik.

27. Reklame bergerak adalah benda, alat Pembuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersil, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau mengujikan suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah yang sifatnya tidak menetap dan berpindah-pindah.

7

Page 8: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

28. Orang adalah orang perorang dan badan hokum yang mengelola pajak reklame.

BAB IIPERSYARATAN DAN TATA CARA PEROLEHAN IZIN

PENYELENGGARAAN REKLAME

Pasal 2

Reklame tidak bergerak :a. Pajak Reklame tidak bergerak;b. Pajak Reklame bergerak.

BAB IIINAMA, OBYEK DAN SUBYEK PAJAK

Pasal 3

Dengan nama Pajak Pengelolaan Reklame dipungut Pajak atas setiap penyelenggara Reklame.

Pasal 4

(1) Obyek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.

(2) Penyelenggara Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :a. reklame papan/billboard/megatron;b. reklame kain;c. reklame Melekat;d. reklame selebaran;e. reklame berjalan termasuk pada kendaraan;f. reklame udara;g. reklame suara;h. reklame film/slide;

8

Page 9: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

i. reklame peragaan; danj. reklame apung.

Pasal 5

Tidak termasuk obyek Pajak Reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) meliputi :a. penyelenggraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta

harian, warta mingguan, warta bulanan serta papan nama/identitas yang melekat pada tempat usaha/bangunan dan sejenisnya;

b. penyelenggaran reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasal 6

(1) Subyek Pajak adalah Pribadi atau Badan yang menyelenggarakan atau memasang Reklame.

(2) Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame.

BAB IVPERSYARATAN DAN TATA CARA PEROLEHAN IZIN

PENYELENGGARAAN REKLAME

Pasal 7

Setiap orang yang menyelenggarakan reklame wajib memperoleh izin.

Pasal 8

(1) Tata cara memperoleh izin pejak reklame sebagai berikut :a. pemohon mengajukan permohonan kepada dinas yang

mengelola pajak reklame;b. Dinas melakukan penelitian syarat-syarat yang diajukan

dalam kurun waktu paling lama 2 (dua) hari kerja;

9

Page 10: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

c. Reklame tidak bergerak dengan ukuran 2 M keatas dilakukan kajian teknis oleh Tim Pertimbangan Reklame;

d. Hasil kajian teknis dari Tim Pertimbangan Reklame dibuat Berita Acara yang memberikan keputusan diterima atau ditolak.

(2) Tim Pertimbangan yang dimaksud pada ayat (1) huruf c akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

(3) Anggota Tim Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

BAB VTEMPAT PEMASANGAN DAN PELARANGAN

REKLAME TIDAK BERGERAK

Pasal 9

Pemasangan dan Pelarangan Reklame tidak bergerak di kawasan/zona reklame akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB VIWILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 10

Pajak yang terutang dipungut di Wilayah Daerah Kabupaten Luwu Utara.

BAB VII DASAR PENGENAAN, TARIF DAN

CARA PERHITUNGAN PAJAK REKLAME

Pasal 11

(1)Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah nilai sewa reklame.

10

Page 11: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

(2)Nilai sewa reklame sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan pemasangan, lama pemasangan, nilai strategis lokasi dan jenis reklame.

(3)Dalam hal reklame diselenggarakan oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri, maka nilai sewa reklame dihitung berdasarkan besar pemasangan, pemeliharaan, nilai strategis, lokasi dan jenis reklame.

(4)Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, maka nilai sewa reklame ditentukan berdasarkan jumlah pembayaran untuk masa pajak/masa penyelenggara reklame dengan memperhatikan biaya pemasangan, pemeliharaan, lamanya pemasangan, nilai strategis lokasi dan jenis reklame.

BAB VIIIDASAR PERHITUNGAN, NILAI JUAL OBYEK PENGELOLAAN DANNILAI STRATEGIS PEMASANGAN REKLAME TIDAK BERGERAK

Pasal 12

(1) Dasar perhitungan Pajak Reklame tidak bergerak :a. perhitungan Pajak Reklame yang dijadikan dasar adalah Nilai

sewa Reklame (NSR);b. Nilai Sewa Reklame (NSR) diperoleh dari hasil pemjumlahan

Nilai Sewa Pajak Reklame (NSPR) dan Nilai Jual Objek Pajak Reklame (NJOPR);

c. nilai Sewa Pajak Reklame (NSPR) adalah diperoleh dari Hasil Penjumlahan Klasifikasi Jalan Dan Lokasi Pemasangan/Kepadatan Pemanfaatan;

d. Nilai Jual Obyek Pajak Reklame adalah Jenis dan Luas, tarif dan batas minimal; dan

e. pajak terutang adalah hasil perkalian Nilai Sewa Reklame (NSR), lama pemasangan, dan tarif pajak.

11

Page 12: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

(2) Jumlah Pajak Terutang dalam Masa Pajak adalah Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Reklame x Jumlah Pemasangan x Lama Penyelenggaraan x 25% (dua lima puluh persen) untuk penyelenggaraan usaha besar.

(3) Jumlah Pajak Terutang dalam Masa Pajaka adalah Nilai Jual Obyek Penyelenggaraan x 10% (sepuluh persen) untuk penyelenggaraan usaha kecil.

Pasal 13

Nilai jual Obyek Reklame dan Batas Minimal Reklame bergerak ditetapkan sebagai berikut:

NO JENIS REKLAMESATUAN UKURAN

TARIF/M(Rp)

BATAS MINIMAL

MASA PAJAK1 2 3 4 5

1.

2.

3.

4.

5.

BILBOARD

PAPAN :A. PAPAN MEREK

B. NEON SIGN / NEON BOX

C. TIN PLATE

D. BALIGO

MEGATRON

KAIN

MELEKAT/POSTER:A. POSTER

B. FLUG CHAIN

C. GRAFITTI

M2

M2

M2

M2

M2

HARI

M2

Lembar

M2

M2

1.500.000

200.000

500.000

1.000.000

100.000

1.500.000

40.000

100.000

50.000

50.000

1 TAHUN

1 TAHUN

1 TAHUN

1 TAHUN

1 BULAN

1 HARI

1 BULAN

1 BULAN

1 BULAN

1 BULAN

12

Page 13: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

Pasal 14

Nilai strategis pemasangan reklame (NSPR) tidak bergerak sebagai berikut :

a. Klasifikasi Jalan

NO KLASIFIKASI HARGA DASAR PER TITIK (Rp)

1 JALAN NASIONAL 75.000

2 JALAN PROPINSI 60.000

3 JALAN KABUPATEN 50.000

4 JALAN DESA/KOLEKTOR 30.000

b. Lokasi Pemasangan/Kepadatan Pemanfaatan

NO LOKASI HARGA DASAR PER TITIK (Rp)

1 KAWASAN KHUSUS 200.000

2 KAWASAN BISNIS 125.000

3 KAWASAN PERUMAHAN 75.000

4 KAWASAN TERBUKA 60.000

5 KAWASAN INDUSTRI 40.000

13

Page 14: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

6 KAWASAN PERKANTORAN 30.000

7 KAWASAN PENDIDIKAN 20.000

BAB IXDASAR PERHITUNGAN DAN NILAI JUAL PENGELOLAAN

REKLAME BERGERAK

Pasal 15

(1) Nilai Jual Objek Pengelolaan Reklame sebagai dasar perhitungan Pajak Reklame Bergerak di wilayah Kabupaten Luwu Utara.

(2) Jumlah Pajak Terutang dalam Masa Pajak adalah Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Reklame x Jumlah Pemasangan x Lama Penyelenggaraan x 20 % (dua lima puluh persen).

Pasal 16

Nilai Jual Obyek Pajak Reklame dan Batas Minimal masa Pajak Reklame Tidak Bergerak ditetapkan sebagai berikut :

NO JENIS REKLAME SATUAN UKURAN NJOPR Per SATUAN

BATAS MINIMAL MASA

PAJAK

1 2 3 4 5

12

34

SELEBARANBERJALAN PADAKENDARAANUDARASUARA

100/lembar

M2

BuahHariHari

30.000

200.000 350.000300.000

1 BULAN

1 TAHUN1 HARI1 HARI

14

Page 15: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

56

FILM/SLIDEPERAGAAN :a. di luar ruangan yang

bersifat permanenb. tidak permanen

1 (satu) kali peragaan

1 (satu) kali peragaan

300.000

50.000

50.000

1 HARI

1 HARI

1 HARI

BAB XMASA PAJAK, SAAT PAJAK TERUTANG, DAN SURAT

PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH

Pasal 17

(1) Masa Pajak yaitu jangka waktu yang lamanya sama dengan jangka waktu penyelenggaraan reklame.

(2) Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat penyelenggaraan reklame.

Pasal 18

Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat diterbitkannya SKPD.

Pasal 19

(1) Setiap wajib pajak mengisi SPTPD.

(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya.

(3) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disampaikan kepada Bupati paling lambat 15 hari, setelah berakhirnya masa pajak.

15

Page 16: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

(4) Bentuk isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Bupati.

BAB XITATA CARA PENDAFTARAN DAN PENDATAAN

Pasal 20

(1) Untuk mendapatkan data Wajib Pajak, dilaksanakan Pendaftaran dan pendataan terhadap wajib pajak.

(2) Kegiatan pendaftaran dan pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diawali dengan mempersiapkan dokumen yang diperlukan, berupa formulir pendaftaran dan pendataan serta diberikan kepada wajib pajak.

(3) Setelah dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikirim atau diserahkan kepada Wajib Pajak, Wajib Pajak mengisi formulir pendaftaran dan pendataan dengan jelas, lengkap dan benar serta mengembalikan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterimanya formulir pendaftaran kepada petugas pajak.

(4) Petugas Pajak mencatat formulir pendaftaran dan pendataan yang dikembalikan oleh Wajib Pajak dalam buku Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

(5) Untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada Wajib Pajak, NPWPD dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan daerah.

Pasal 21

(1) Wajib Pajak yanag telah memiliki NPWPD, setiap awal bulan wajib mengisi SPTPD masa pajak bulan yang lalu.

(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diiisi dengan jelas, lengkap dengan benar serta ditanda tangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan disampaikan ke Bupati Cq. Kepala SKPD yang membidangi pajak daerah paling lambat 15 (lima belas) hari setelah berakhir masa pajak.

16

Page 17: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

(3) Seluruh data perpajakan yang diperoleh dari daftar isian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihimpun dan dicatat atau dituangkan dalam berkas kartu data, yang merupakan hasil akhir yang dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan penetapan pajak.

BAB XIPENETAPAN, TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENAGIHAN PAJAK

Pasal 22

(1) Pajak dipungut berdasarkan Penetapan Bupati C.q Dinas atau dibayar sendiri Wajib Pajak yang berdomisili di dalam maupun di luar daerah, yang memiliki objek pajak di Kabupaten Luwu Utara.

(2) Wajib Pajak harus memenuhi kewajiban Pajak yang terutang yang menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan, SPPD, SKPDKB, dan atau SKPDKBT.

(3) Terhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak.

(4) Tata cara pengisian dan penyampaian SPPD, SKPD, SKPDKB, diatur dengan Peraturan Bupati.

(5) Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Pasal 23

17

Page 18: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

(1) Wajib Pajak yang membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang.

(2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terhutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan :a. SKPDKB;b. SKPDKBT; danc. SKPDN

(3) SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

Pasal 24

(1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.

(2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

(3) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran anggaran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XIIIPENGURANGAN, KERINGANAN DAN

PEMBEBASAN PAJAK

Pasal 25

(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan keringanan dan pembebasan pajak.

(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

18

Page 19: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

BAB XIVTATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN,

PENGURANGAN KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 26

(1) Bupati karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat :a. membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD

yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penetapan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah;

b. membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar; dan

c. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan pajak yang terutang, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilapan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya.

(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau kekurangan sanksi administrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, dan STPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Pajak kepada Bupati Cq. Kepala SKPD yang membidangi pajak daerah paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, atau STPD dengan memberikan alasan yang jelas.

(3) Bupati Cq. Kepala SKPD yang membidangi pajak daerah paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan keputusan.

(4) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Bupati Cq. Kepala SKPD yang membidangi pajak daerah tidak memberikan keputusan, permohonan, pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dianggap dikabulkan.

19

Page 20: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

BAB XIVKEBERATAN DAN BANDING

Pasal 27

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati Cq. Kepala SKPD yang membidangi pajak daerah atas suatu :a. SKPD;b. SKPDKB;c. SKPDKBT;d. SKPDLB; dan/ataue. SKPDN.

(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(3) Bupati Cq. Kepala SKPD yang membidangi pajak daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal Surat Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah memberikan keputusan.

(4) Apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Bupati Cq. Kepala SKPD yang membidangi pajak daerah tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap dikabulkan.

(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak.

Pasal 28

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding kepada pengadilan pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya keputusan keberatan dari Bupati.

20

Page 21: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

(2) Pengajuan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar pajak.

Pasal 29

Apabila mengajukan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 atau banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dikabulkan sebagian atau seluruhnya kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan tambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

BAB XVIPENGEMBALIAN KELEBIHAN

PEMBAYARAN PAJAK

Pasal 30

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak kepada Bupati Cq. Kepala SKPD yang membidangi pajak daerah secara tertulis dan menyebutkan paling kurang:a. nama dan alamat Wajib Pajak;b. masa pajak;c. besarnya kelebihan pembayaran pajak; dand. alasan yang jelas.

(2) Bupati Cq. Kepala SKPD yang membidangi daerah dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bupati Cq. Kepala SKPD yang membidangi pajak daerah tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

21

Page 22: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

(4) Apabila wajib pajak mempunyai hutang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang pajak dimaksud.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP).

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB Bupati Cq. Kepala SKPD yang membidangi pajak daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.

Pasal 31

Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan hutang pajak lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (4), pembayarannya dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XVIISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 32

(1) SKPDKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf a diterbitkan :a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan

lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang, atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak;

b. Apabila SPTPD tidak disampaikam dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau atau

22

Page 23: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak;

c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak terpenuhi, pajak yang tdrutang dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak dan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

(2) SKPDKBT sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf b ditertibkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

(3) Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak dikenakan apabila Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.

(4) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDBT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf a dan b tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

(5) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.

(6) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.

23

Page 24: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

BAB XVIIIKADALUWARSA

Pasal 33

(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, kadaluwarsa setelah melampui jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali wajib pajak melakukan tindak pindana dibidang perpajakan daerah.

(2) Kadaluarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :

a. diterbitkan surat teguran dan surat paksa; ataub. ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik langsung

maupun tidak langsung.

BAB XIXPENYIDIKAN

Pasal 34

(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintahan daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti

keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran

24

Page 25: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan daerah tersebut;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah;

g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa yang dimaksud pada huruf e di atas;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagaimana tersangka atau sak si;

j. menghentikan penyidikan; dank. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

penyelidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya

25

Page 26: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;

BAB XXKETENTUAN PIDANA

Pasal 35

(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan Keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang.

(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau malampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana paling lama 2 (dua) tahun dan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang terutang.

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah pelanggaran.

BAB XIXKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 36

Terhadap obyek Pajak yang pajaknya telah ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini dan belum beyar, maka besarnya pajak yang terutang didasarkan pada Peraturan Daerah yang berlaku terdahulu.

BAB XXKETENTUAN PENUTUP

Pasal 39

26

Page 27: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang menyangkut tehnik pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Pasal 40

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara.

Ditetapkan di Masambapada tanggal 2008BUPATI LUWU UTARA,

H. M. LUTHFI A. MUTTY

Diundangkan di Masambapada tanggal 2008SEKRETARIS DAERAH,

H. A. CHAERUL PANGERANG

27

Page 28: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

LEMBARAN DAERAHKABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2008 NOMOR 13

P E N J E L A S A NA T A S

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARANOMOR 13 TAHUN 2008

TENTANG

PAJAK REKLAME

I. UMUM

Dengan semakin meningkatnya pelaksanaan pembangunan, kepentingan dan kemanfaatan umum diarahkan agar tidak menghambat bahkan sebaliknya dapat menunjang usaha pertumbuhan perekonomian di daerah, oleh karena itu diperlukan pembinaan dan pengawasan dari Pemerintah Daerah dibidang pengembangan usaha, sehingga pelaksanaan pembangunan daerah memerlukan peran serta masyarakat untuk memenuhi kewajibannya.

Dalam rangka lebih memantapkan otonomi daerah yang lebih nyata, dinamis serasi dan bertanggung jawab, maka pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang bersumber dari PAD khususnya yang berasal dari Pajak Daerah. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, disebutkan salah satu jenis Pajak Daerah yang dapat dipungut adalah Pajak Reklame.

28

Page 29: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

Bahwa untuk melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta memberikan kepastian hukum maka perlu diatur dan ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pajak Reklame.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Cukup Jelas.Pasal 2 : Cukup Jelas.Pasal 3 : Cukup Jelas. Pasal 4 : Cukup Jelas.Pasal 5 : Cukup JelasPasal 6 : Cukup Jelas.Pasal 7 : Cukup Jelas.Pasal 8 : Huruf a : yang dimaksud dengan papan

nama/identitas dengan ukuran tertentu yang tidak mempromosikan produk barang pada tempat usaha tidak dikenakan pajak reklame.

Huruf b : Cukup Jelas.Pasal 9 : Cukup Jelas.Pasal 10 : Cukup Jelas.Pasal 11 : Ayat (1) : Cukup Jelas.

Ayat (2) : Cukup Jelas.Ayat (3) : Dalam hal reklame diselenggarakan

langsung oleh orang pribadi atau badan hukum yang memanfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri, maka wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau badan hukum tersebut.

Ayat (4) : Apabila penyelenggaraan reklame dilaksanakan melalui pihak ketiga, misalnya perusahaan jasa periklanan, maka pihak ketiga tersebut menjadi wajib pajak reklame.

Pasal 12 : Cukup Jelas.Pasal 13 : Cukup Jelas.

29

Page 30: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

Pasal 14 : Cukup Jelas.Pasal 15 : Ayat (1) : Cukup Jelas.

Ayat (2) : Usaha Besar adalah jenis usaha yang mempunyai modal/asset Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) keatas tidak termasuk nilai tanah dan bangunan serta memiliki volume usaha Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar) keatas dalam 1 (satu) tahun.

Ayat (3) : Usaha Kecil adalah jenis usaha yang mempunyai modal/asset Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) kebawah tidak termasuk nilai tanah danm bangunan serta memiliki volume usaha Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar) kebawah dalam 1 (satu) tahun.

Pasal 16 : Cukup Jelas.Pasal 17 : Cukup Jelas.Pasal 18 : Cukup Jelas.Pasal 19 : Cukup Jelas.Pasal 20 : Cukup Jelas.Pasal 21 : Cukup Jelas.Pasal 22 : Cukup Jelas.Pasal 23 : Cukup Jelas.Pasal 24 : Cukup Jelas.Pasal 25 : Cukup Jelas.Pasal 26 : Cukup Jelas.Pasal 27 : Cukup Jelas.Pasal 28 : Cukup Jelas.Pasal 29 : Cukup Jelas.Pasal 30 : Cukup Jelas.Pasal 31 : Cukup Jelas.Pasal 32 : Cukup Jelas.Pasal 33 : Cukup Jelas.

30

Page 31: DRAF RANCANGAN PERATURAN DAERAH · Web viewTerhadap Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diterbitkan STPD sebagai dasar pemungutan dan penyetoran pajak. Tata cara

Pasal 34 : Cukup Jelas.Pasal 35 : Cukup Jelas.Pasal 36 : Cukup Jelas.Pasal 37 : Cukup Jelas.Pasal 38 : Cukup Jelas.Pasal 39 : Cukup Jelas.Pasal 40 : Cukup Jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAHKABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 184

31