Upload
others
View
297
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
DRAFT
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya i
KATA PENGANTAR
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalm hal ini Dinas Kebudayan dan Pariwisata
saat ini tengah gencar mendorong pembangunan kepariwisataan di berbagai wilayah di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, tidak terkecuali di Kawasan Muntok dan sekitarnya. Sebagai
Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP), Kawasan Muntok dan sekitarnya memiliki peran
dan fungsi yang sangat strategis dalam konteks pembangunan kepariwisataan, tidak hanya di
tingkat regional, tetapi juga di tingkat nasional. Oleh karena itu, pembangunan kepariwisataan di
KSPP Muntok dan sekitarnya harus dilakukan dengan perencanaan terpadu dan
berkesinambungan baik di lingkup KSPP Muntok dan sekitarnya maupun dalam lingkup regional
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) merupakan kawasan geografis yang berada dalam
satu wilayah administratif provinsi yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi
untuk pengembangan pariwisata, yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih
aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
Penyusunan rencana pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) diamanatkan
dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (Ripparprov). Dalam Ripparprov,
wilayah administratif provinsi sebagai Destinasi Pariwisata (skala provinsi) memiliki beberapa
Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP) yang diantaranya merupakan Kawasan
Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP). Pengembangan KSPP menjadi prioritas pengembangan
pariwisata di tingkat provinsi karena kawasan tersebut memiliki fungsi utama pariwisata dan
memiliki nilai strategis dalam menyelesaikan isu strategis terkait kepariwisataan di tingkat
provinsi.
KSPP Muntok dan sekitarnya yang berada di Kabupaten Bangka Barat memiliki kedudukan
penting dalam sejarah nasional bahkan internasional, sehingga menjadi prioritas pengembangan
pariwisata provinsi. Potensi daya tarik wisata sejarah dan warisan budaya serta wisata kuliner di
kawasan ini menjadi unggulan provinsi maupun kabupaten, sehingga perlu direncanakan dengan
lebih detail dan terintegrasi antarsektor. Mengingat pentingnya peranan kawasan Muntok dan
sekitarnya ini, perlu disusun suatu rencana yang dapat menjadi acuan dan pedoman untuk
pembangunan kepariwisataan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas perencanaan dan pembangunan kepariwisataan di KSPP
Muntok dan sekitarnya maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung bekerjasama dengan Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P-P2Par)
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya ii
Institut Teknologi Bandung melakukan kegiatan penyusunan Rencana Induk Rencana Detail
(RIRD) KSPP Muntok dan sekitarnya dan Rancangan Peraturan Gubernur tentang Rencana Detail
(RIRD) KSPP Muntok dan sekitarnya pada tahun 2018.
Laporan Akhir ini disusun dengan memperhatikan struktur penulisan dan pertimbangan akademik
sehingga didapatkan dokumen laporan yang sistematis yang terdiri dari tujuh bab dengan uraian
sebagai berikut: (1) Pendahuluan, (2) Perencanaan Kawasan Strategis Pariwisata dan Produk
Pariwisata Unggulan, (3) Kajian Kebijakan dan Rencana Terkait Pengembangan KSPP Muntok dan
Sekitarnya, (4) Analisis Kondisi Kepariwisataan KSPP Muntok dan Sekitarnya, (5) Arah
Pembangunan Kepariwisataan KSPP Muntok dan Sekitarnya, (6) Rencana Induk Pengembangan
KSPP Muntok dan Sekitarnya, dan (7) Rencana Detail Pembangunan KSPP Muntok dan
sekitarnya.
Penyusunan Laporan Akhir ini tidak terlepas dari kekurangan sehingga saran dan kritik sangat
kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Ucapan terima kasih tidak lupa
kami ucapkan kepada berbagai pihak atas kerjasama, bantuan, dan kontribusinya pada
penyusunan Laporan ini.
Semoga proses perencanaan pembangunan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya dapat
memberikan kontribusi pada upaya peningkatan kepariwisataan Kawasan Muntok dan sekitarnya
dimasa yang akan datang.
Bandung, Desember 2018
Tim Penyusun
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1-1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1-2
1.2 Tujuan dan Sasaran ................................................................................................................. 1-4
1.1.1 Tujuan .......................................................................................................................... 1-4
1.2.1 Sasaran ........................................................................................................................ 1-5
1.3 Ruang Lingkup .......................................................................................................................... 1-6
1.3.1 Lingkup Wilayah .......................................................................................................... 1-6
1.3.2 Lingkup Substansi ....................................................................................................... 1-6
1.3.3 Lingkup Kegiatan ........................................................................................................ 1-7
1.4 Keluaran ................................................................................................................................... 1-8
1.5 Pendekatan Studi ................................................................................................................... 1-10
1.6 Sistematika Pelaporan ........................................................................................................... 1-13
BAB 2 PERENCANAAN KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA
DAN PRODUK PARIWISATA UNGGULAN ................................................................. 2-1
2.1 Pentingnya Perencanaan dan Perancangan Kawasan Strategis Pariwisata ...................... 2-2
2.1.1 Pengertian Kawasan Strategis Pariwisata ................................................................ 2-5
2.1.2 Komponen-komponen Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata ................. 2-6
2.1.3 Prinsip-prinsip Penting dalam Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata ..... 2-7
2.1.4 Perencanaan dan Perancangan Kawasan Strategis Pariwisata ........................... 2-10
2.2 Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi .................................................... 2-14
2.2.1 Amanat Penyusunan Rencana dan Rancangan Kawasan Strategis
Pariwisata Provinsi ................................................................................................... 2-14
2.2.2 Lingkup Materi Rencana dan Rancangan Pengembangan Kawasan
Strategsi Pariwisata Provinsi ................................................................................... 2-14
2.3 Wisata Sejarah dan Warisan Budaya (Historical and Cultural Heritage Tourism) ............ 2-15
2.4.1 Pengertian, Komponen, dan Elemen ...................................................................... 2-15
2.4.2 Perlindungan Kawasan Heritage/ Bernilai Sejarah ............................................... 2-18
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya iv
2.4 Pariwisata Kuliner ................................................................................................................. 2-20
2.5 Pengembangan Jalur Wisata Tematik ................................................................................. 2-22
BAB 3 KAJIAN KEBIJAKAN DAN RENCANA TERKAIT PENGEMBANGAN KSPP
MUNTOK DAN SEKITARNYA ................................................................................... 3-1
3.1 KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Kebijakan Pembangunan Nasional .......................... 3-2
3.1.1 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional ........................................................................................................ 3-2
3.1.2 Kebijakan Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional ....................................... 3-6
3.2 KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Kebijakan Pembangunan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung ................................................................................................... 3-8
3.2.1 Pembangunan KSPP Muntok dalam RPJPD Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung ...................................................................................... 3-9
3.2.2 Pembangunan KSPP Muntok dalam RPJMD Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung .................................................................................... 3-11
3.2.3 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam RTRW Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung .................................................................................... 3-13
3.2.4 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Ripparprov
Kepulauan Bangka Belitung .................................................................................... 3-18
3.3 KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Kebijakan Pembangunan Kabupaten
Bangka Barat ......................................................................................................................... 3-22
3.3.1 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam RTRW Kabupaten
Bangka Barat ............................................................................................................ 3-22
3.3.2 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Ripparkab
Bangka Barat ............................................................................................................ 3-29
3.3.3 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam RDTR
Perkotaan Muntok ................................................................................................... 3-32
3.3.4 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Rencana Aksi
Kota Pusaka (RAKP) Muntok ................................................................................... 3-38
3.3.5 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan ........................................................................................................ 3-45
BAB 4 ANALISIS KONDISI KEPARIWISATAAN KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA .. 4-1
4.1 Potensi Sumber Daya Alam, Sejarah, dan Budaya KSPP Muntok dan Sekitarnya ............. 4-2
4.1.1 Kondisi Fisik Kawasan ............................................................................................... 4-2
4.1.2 Karakteristik Sosial Kependudukan ......................................................................... 4-6
4.1.3 Karakteristik Ekonomi Wilayah ................................................................................. 4-7
4.1.4 Sejarah sebagai Potensi Pariwisata Kawasan ......................................................... 4-8
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya v
4.2 Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan sekitarnya sebagai
Destinasi Pariwisata .............................................................................................................. 4-21
4.2.1 Daya Tarik Wisata dan Sumber Daya Wisata ......................................................... 4-21
4.2.2 Aksesibilitas .............................................................................................................. 4-62
4.2.3 Fasilitas Pariwisata .................................................................................................. 4-72
4.2.4 Fasilitas Umum ......................................................................................................... 4-80
4.2.5 Prasarana Umum ..................................................................................................... 4-87
4.2.6 Pemberdayaan Masyarakat ..................................................................................... 4-89
4.3 Industri Pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya ........................................................... 4-91
4.4 Pasar Pariwisata dan Upaya Pemasaran KSPP Muntok dan sekitarnya ........................... 4-93
4.4.1 Jumlah dan perkembangan pasar wisatawan ....................................................... 4-93
4.4.2 Karakteristik Wisatawan .......................................................................................... 4-95
4.4.3 Upaya Promosi ........................................................................................................ 4-109
4.5 Kelembagaan Kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya ..................................... 4-110
4.5.1 Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kecamatan ....................................... 4-110
4.5.2 Organisasi Pariwisata di Lingkungan Masyarakat/Komunitas ........................... 4-111
4.5.3 Sumber Daya Manusia di bidang Pariwisata ........................................................ 4-115
4.6 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Kepariwisataan KSPP Muntok
dan Sekitarnya .................................................................................................................... 4-120
4.6.1 Potensi .................................................................................................................... 4-120
4.6.2 Permasalahan ........................................................................................................ 4-122
4.7 Isu Strategis Pengembangan Kepariwisataan KSPP Muntok dan Sekitarnya ................ 4-123
BAB 5 ARAHAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KSPP MUNTOK
DAN SEKITARNYA .................................................................................................. 5-1
5.1 Pendekatan Pengembangan KSPP Muntok dan Sekitarnya ................................................ 5-2
5.2 Konsep Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya ......................................................... 5-9
5.3 Visi, Tujuan, dan Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan KSPP Muntok
dan Sekitarnya ...................................................................................................................... 5-11
BAB 6 RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA ...... 6-1
6.1 Sasaran dan Target Pembangunan Kawasan ....................................................................... 6-2
6.2 Langkah dan Program Strategis Pembangunan Kawasan ................................................... 6-7
6.3 Rencana Fisik ........................................................................................................................ 6-24
6.3.1 Rencana Struktur Ruang Kawasan ......................................................................... 6-24
6.3.2 Rencana Pusat Pelayanan Pariwisata .................................................................... 6-28
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya vi
6.3.3 Rencana Sistem Jaringan Pergerakan .................................................................... 6-32
6.3.4 Rencana Pembangunan Fasilitas Pariwisata, Fasilitas Umum,
dan Prasarana Umum Pendukung Pariwisata ....................................................... 6-42
6.4 Rencana Non Fisik ................................................................................................................ 6-44
6.4.1 Rencana Pengembangan Produk Pariwisata ......................................................... 6-44
6.4.2 Rencana Sistem Kelembagaan Pengelolaan Kawasan ........................................ 6-47
6.4.3 Rencana Pelibatan Masyarakat .............................................................................. 6-50
6.4.4 Rencana Pengelolaan Dampak Pariwisata ............................................................ 6-51
BAB 7 RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA ..... 7-1
7.1 Lokasi Prioritas Pengembangan KSPP Muntok dan Sekitarnya .......................................... 7-2
7.2 Rencana Fisik .......................................................................................................................... 7-9
7.3 Rencana Non Fisik ................................................................................................................ 7-22
7.3.1 Rencana Pengembangan Program dan Tematik Jalur Wisata .............................. 7-22
7.3.2 Rencana Informasi Pariwisata ................................................................................ 7-56
7.3.3 Rencana Lembaga Pengelolaan Kawasan ............................................................. 7-57
7.3.4 Rencana Pengembangan Kapasitas Masyarakat .................................................. 7-57
7.3.5 Rencana Pengelolaan Pengunjung ......................................................................... 7-59
7.4 Program Pengembangan Lokasi Prioritas ........................................................................... 7-62
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lingkup Wilayah Studi .............................................................................................. 1-6
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Studi ..................................................................................... 1-12
Gambar 2.1 Hubungan Perencanaan dan Perancangan ............................................................ 2-4
Gambar 2.2 Tahapan Perencanaan dan Perancangan Kawasan Strategis Pariwisata ......... 2-11
Gambar 3.1 Kawasan Andalan Bangka dan sekitarnya ............................................................. 3-6
Gambar 3.2 Peta DPN Palembang-Bangka Belitung dan sekitarnya ......................................... 3-8
Gambar 3.3 Peta Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ................................. 3-14
Gambar 3.4 Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ....................... 3-16
Gambar 3.5 Peta Kawasan Strategis Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung ........................... 3-18
Gambar 3.6 Peta Perwilayahan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ................. 3-20
Gambar 3.7 Peta KSPP Muntok dan Sekitarnya ....................................................................... 3-21
Gambar 3.8 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bangka Barat ................................... 3-24
Gambar 3.9 Kawasan Strategis Kabupaten Bangka Barat ...................................................... 3-29
Gambar 3.10 Peta Perwilayahan Pariwisata Kabupaten Bangka Barat .................................... 3-32
Gambar 3.11 Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Muntok ..................................... 3-34
Gambar 3.12 Peta Rencana Struktur Ruang Perkotaan Muntok ............................................... 3-36
Gambar 3.13 Klaster Kota Pusaka Muntok ................................................................................. 3-40
Gambar 4.1 Grafik Curah Hujan per Bulan di Kabupaten Bangka Barat, 2017 ........................ 4-3
Gambar 4.2 Grafik Pasang Surut untuk Wwilayah Muntok Bulan Desember 2017 .................. 4-4
Gambar 4.3 Grafik Pasang Surut untuk Wilayah Muntok Bulan Januari 2018 ......................... 4-4
Gambar 4.4 Grafik Pasang Surut untuk Wilayah Muntok Bulan Maret 2018 ............................ 4-5
Gambar 4.5 Grafik Pasang Surut untuk Wilayah Muntok Bulan Juni 2018 ............................... 4-5
Gambar 4.6 Sebaran Daya Tarik Wisata di KSPP Muntok dan Sekitarnya .............................. 4-27
Gambar 4.7 Sebaran Daya Tarik Wisata di Kecamatan Muntok .............................................. 4-28
Gambar 4.8 Sebaran Daya Tarik Wisata di Kota Tua Muntok ................................................... 4-29
Gambar 4.9 Pantai Batu Rakit ..................................................................................................... 4-30
Gambar 4.10 Pantai Muntok Asin ................................................................................................. 4-31
Gambar 4.11 Pantai Batu Berani .................................................................................................. 4-31
Gambar 4.12 Pantai Tembelok ...................................................................................................... 4-32
Gambar 4.13 Pantai Asmara ......................................................................................................... 4-32
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya viii
Gambar 4.14 Batu Balai ................................................................................................................. 4-33
Gambar 4.15 Pantai Tanjung Ular ................................................................................................. 4-33
Gambar 4.16 Pantai Tanjung Kalian ............................................................................................. 4-34
Gambar 4.17 Aek Biru .................................................................................................................... 4-35
Gambar 4.18 Pasanggrahan Muntok ............................................................................................ 4-36
Gambar 4.19 Pasanggrahan Menumbing di Muntok ................................................................... 4-37
Gambar 4.20 Klenteng Kong Fuk Miaw ........................................................................................ 4-37
Gambar 4.21 Masjid Jami .............................................................................................................. 4-38
Gambar 4.22 Menara Suar Tanjung Kalian .................................................................................. 4-38
Gambar 4.23 Jembatan Inggris ..................................................................................................... 4-39
Gambar 4.24 Rumah Mayor Cina .................................................................................................. 4-39
Gambar 4.25 Rumah Tahanan Muntok ........................................................................................ 4-40
Gambar 4.26 Rumah Eks Karyawan Timah .................................................................................. 4-30
Gambar 4.27 Eks Gedung Concordia ............................................................................................ 4-41
Gambar 4.28 Gereja Katolik Muntok ............................................................................................ 4-42
Gambar 4.29 Tugu Proklamasi Muntok ........................................................................................ 4-42
Gambar 4.30 Museum Timah ........................................................................................................ 4-43
Gambar 4.31 Teras Kite ................................................................................................................. 4-43
Gambar 4.32 Gudang Inggris ......................................................................................................... 4-44
Gambar 4.33 Eks Kantor Syahbandar Belanda ........................................................................... 4-44
Gambar 4.34 Rumah Tumenggung ............................................................................................... 4-45
Gambar 4.35 Benteng Kota Seribu ............................................................................................... 4-45
Gambar 4.36 Eks Hotel Centrum ................................................................................................... 4-46
Gambar 4.37 Makam Pangeran Hario Pakuningprang ................................................................ 4-46
Gambar 4.38 Eks Gudang Mayor Cina .......................................................................................... 4-47
Gambar 4.39 SDN 1 Muntok ......................................................................................................... 4-47
Gambar 4.40 Langgam Arsitektur Indische Style dan Contohnya ............................................... 4-53
Gambar 4.41 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Indische Style:
(a) Rumah Dinas Bupati Bangka Barat (Eks Kantor Residen); (b) Rumah
Tumenggung; (c) Café Teras Kite; (d) Kantor Administrasi Pelabuhan
(Eks Kantor Syahbandar Belanda/ Habur Master) .............................................. 4-54
Gambar 4.42 Langgam Arsitektur Kolonia Belanda dan Contohnya .......................................... 4-54
Gambar 4.43 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Kolonial Belanda:
(a) Pesanggrahan Muntok; (b) Rumah Sudirman 12 (Eks Rumah Kavilasi 2/
Kepala BTW); (c) Museum Timah .......................................................................... 4-55
Gambar 4.44 Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas (Melayu Awal) .............................. 4-55
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya ix
Gambar 4.45 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Panggung Limas
(Melayu Awal): Rumah-rumah Melayu di Kampung Ulu ....................................... 4-56
Gambar 4.46 Langgam Arsitektur Rumah Melayu Bubung Panjang .......................................... 4-56
Gambar 4.47 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Melayu Bubung Panjang:
Rumah-rumah Melayu di Kampung Tanjung ......................................................... 4-57
Gambar 4.48 Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa ....................................................... 4-57
Gambar 4.49 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa:
Rumah-rumah Tionghoa di area Pasar Muntok (Klaster CIna) ............................ 4-58
Gambar 4.50 Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa setelah Abad 19 .......................... 4-58
Gambar 4.51 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Rumah Tinggal Tionghoa
setelah Abad 19: Rumah Mayor Cina ................................................................... 4-59
Gambar 4.52 Langgam Arsitektur Ruko Tionghoa ....................................................................... 4-59
Gambar 4.53 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Ruko Tionghoa: Ruko-ruko
di Pasar Muntok (Klaster Cina) .............................................................................. 4-60
Gambar 4.54 Langgam Arsitektur Kelenteng ............................................................................... 4-60
Gambar 4.55 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Kelenteng:
Kelenteng Kung Fuk Miaw ...................................................................................... 4-61
Gambar 4.56 Langgam Arsitektur Gabungan Melayu, Tionghoa, dan Eropa ............................. 4-61
Gambar 4.57 Daya Tarik Wisata dengan Langgam Arsitektur Gabungan Melayu, Tionghoa,
dan Eropa: Masjid Jami’ Muntok ........................................................................... 4-62
Gambar 4.58 Jarak Tempuh dari Bandara Depati Amir ............................................................... 4-65
Gambar 4.59 Jarak Tempuh dari Tanjung Kalian ke Tanjung Api-api dan Boom Baru ............. 4-66
Gambar 4.60 Layout Fasilitas Sisi Darat Pelabuhan Tanjung Kalian ........................................ 4-67
Gambar 4.61 Jalan Nasional di Pulau Bangka ............................................................................ 4-70
Gambar 4.62 Fasilitas Agen Perjalanan Wisata ........................................................................... 4-78
Gambar 4.63 Persebaran Fasilitas Pariwisata di Kota Tua Muntok ........................................... 4-79
Gambar 4.64 Sebaran Fasilitas Keuangan di KSPP Muntok dan sekitarnya ............................. 4-81
Gambar 4.65 Sebaran Fasilitas Kesehatan di KSPP Muntok dan sekitarnya ............................ 4-83
Gambar 4.66 Sebaran Fasilitas umum di Kota Tua Muntok ....................................................... 4-86
Gambar 4.67 Pelatihan Tenun Cual .............................................................................................. 4-91
Gambar 4.68 Pertumbuhan Jumlah Hotel di Kabupaten Bangka Barat ..................................... 4-91
Gambar 4.69 Pertumbuhan Jumlah Kamar dan Tempat Tidur Hotel di Kecamatan Muntok ... 4-92
Gambar 4.70 Profil Wisatawan Berdasarkan Daerah Asal .......................................................... 4-95
Gambar 4.71 Daya Tarik Wisata yang Dikunjungi di Bangka Barat ............................................ 4-98
Gambar 4.72 Daya Tarik Wisata yang disukai di Bangka Bara ................................................... 4-99
Gambar 4.73 Hal yang disukai di Bangka Barat ........................................................................ 4-100
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya x
Gambar 4.74 Struktur organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Bangka Barat ..................................................................................... 4-116
Gambar 4.75 Pemandu Wisata di Wisma Ranggam .................................................................. 4-117
Gambar 4.76 Pelaku Pembuat Kue di KSPP Muntok dsk ......................................................... 4-119
Gambar 5.1 Tahapan Perumusan Konsep Pengembangan KSPP Muntok dan Sekitarnya .. 5-11
Gambar 5.2 Proses Perumusan Visi KSPP Muntok dan sekitarnya ......................................... 5-12
Gambar 6.1 Peta Rencana Struktur Ruang Kawasan KSPP Muntok dan Sekitarnya ............ 6-26
Gambar 6.2 Peta Rencana Pusat Pelayanan Pariwisata Utama .............................................. 6-30
Gambar 6.3 Lokasi Pusat Pelayanan Pariwisata Utama di Kota Muntok ................................ 6-31
Gambar 6.4 Rencana Sistem Jaringan Pergerakan KSPP Muntok dan Sekitarnya ................ 6-33
Gambar 6.5 Rencana Sistem Jaringan Pergerakan Kota Tua Muntok .................................... 6-34
Gambar 6.6 Rencana Pengembangan Jalur Dan Fasilitas Sepeda Di Kota Tua Muntok ....... 6-37
Gambar 6.7 Rencana Pengembangan Jalur Pejalan Kaki Di Kota Tua Muntok ..................... 6-38
Gambar 6.8 Peta Jaringan Pelayanan Angkutan Umum di Kecamatan Muntok .................... 6-40
Gambar 6.9 Peta Jaringan Pelayanan Angkutan Umum di Kota Tua Muntok ......................... 6-41
Gambar 6.10 Peta Rencana Simpul Angkutan Umum di Kota Tua Muntok .............................. 6-42
Gambar 7.1 Peta Lokasi Prioritas Pengembangan KSPP Muntok dan Sekitarnya ................... 7-4
Gambar 7.2 Contoh Papan Penunjuk Rute Heritage trail dan Foto Oobjek di Nara, Jepang . 7-25
Gambar 7.3 Contoh papan interpretasi di Kyoto, Jepang ......................................................... 7-26
Gambar 7.4 Contoh Bangunan Kolonial Belanda di Muntok ................................................... 7-28
Gambar 7.5 Jalur Wisata Sejarah Perkembangan Komunitas Eropa di Muntok .................... 7-29
Gambar 7.6 Jalur Wisata Sejarah Peninggalan Taman-Taman Kolonial ................................. 7-31
Gambar 7.7 Surau Tanjung ......................................................................................................... 7-32
Gambar 7.8 Jalur Wisata Sejarah Perkembangan Komunitas Melayu .................................... 7-34
Gambar 7.9 Rumah Mayor China ............................................................................................... 7-35
Gambar 7.10 Jalur Wisata Sejarah Perkembangan Komunitas Tionghoa ................................ 7-36
Gambar 7.11 Jalur Wisata Napak Tilas Jejak Kesultanan Palembang ...................................... 7-38
Gambar 7.12 Relik Kapal Perang di Tanjung Kalian ................................................................... 7-39
Gambar 7.13 Jalur Wisata Sejarah Perang Dunia II .................................................................... 7-40
Gambar 7.14 Pesanggrahan Muntok ........................................................................................... 7-41
Gambar 7.15 Jalur Wisata Jejak Pengasingan Soekarno-Hatta ................................................. 7-42
Gambar 7.16 Bangunan Museum Timah Indonesia Muntok ..................................................... 7-43
Gambar 7.17 Jalur Wisata Sejarah Penambangan Timah .......................................................... 7-44
Gambar 7.18 Satu sudut pelabuhan nelayan di Muntok ............................................................ 7-45
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya xi
Gambar 7.19 Jalur Wisata Pelabuhan Ikan dan Pasar Ikan Tradisional .................................... 7-46
Gambar 7.20 Produk di pasar tradisonal Muntok
yang dapat menarik minat wisatawan asing ........................................................ 7-47
Gambar 7.21 Jalur Wisata Pasar Tradisional .............................................................................. 7-48
Gambar 7.22 Aneka makanan ringan khas Muntok ................................................................... 7-49
Gambar 7.23 Koridor Dua Pecinan yang Dapat Dikembangkan Sebagai Pasar Malam yang
Menjual Penganan Khas Muntok .......................................................................... 7-50
Gambar 7.24 Jalur Wisata Penganan Khas Muntok ................................................................... 7-51
Gambar 7.25 Jalur Wisata Muntok White Pepper ....................................................................... 7-53
Gambar 7.26 Jalur Wisata Tematik di KSPP Muntok dan Sekitarnya ........................................ 7-55
Gambar 7.27 Ilustrasi Infografis Perencanaan Area Muntok Gateway ...................................... 7-67
Gambar 7.28 Ilustrasi Suasana Area Muntok Gateway .............................................................. 7-68
Gambar 7.29 Ilustrasi Infografis Perencanaan Area Taman Segitiga ........................................ 7-69
Gambar 7.30 Ilustrasi Suasana Area Taman Segitiga ................................................................ 7-70
Gambar 7.31 Ilustrasi Infografis Perencanaan Area Pelabuhan Lama ..................................... 7-71
Gambar 7.32 Ilustrasi Suasana Area Pelabuhan Lama .............................................................. 7-72
Gambar 7.33 Ilustrasi Infografis Perencanaan Area Oriental CBD ............................................ 7-73
Gambar 7.34 Ilustrasi Suasana Area Oriental CBD ..................................................................... 7-74
Gambar 7.35 Ilustrasi Infografis Perencanaan Area Kampung Ulu ........................................... 7-75
Gambar 7.36 Ilustrasi Suasana Area Kampung Ulu .................................................................... 7-76
Gambar 7.37 Ilustrasi Infografis Perencanaan Area Waterfront City ......................................... 7-77
Gambar 7.38 Ilustrasi Suasana Area Waterfront City ................................................................. 7-78
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Proses Perencanaan ..................................................................................................... 2-2
Tabel 2.2 Perbedaan Antara Destinasi Pariwisata dan Kawasan Strategis Pariwisata ............ 2-5
Tabel 2.3 Komponen dan Lingkup Pengembangan Kawasan Pariwisata .................................. 2-6
Tabel 2.4 Prinsip-prinsip Penting yang Harus Diperhatikan dalam Pengembangan
Kawasan Strategis Pariwisata ...................................................................................... 2-9
Tabel 2.5 Lingkup Materi Rencana dan Rancangan Pengembangan Kawasan Strategis
Pariwisata Provinsi ...................................................................................................... 2-15
Tabel 3.1 Tahap Pembangunan Lima Tahunan dan Fokus Pembangunan
dalam RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2005-2025 ................. 3-10
Tabel 3. 2 Rencana Zonasi Perkotaan Muntok ........................................................................... 3-33
Tabel 3.3 Visi, Misi, Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Rencana Aksi
Kota Pusaka Muntok ................................................................................................... 3-39
Tabel 3. 4 Tabel Tingkat Signifikasi per Bangunan Pusaka di Kota Muntok ............................ 3-41
Tabel 3. 5 Tabel Tingkat Signifikasi per Kawasan di Kota Muntok ........................................... 3-42
Tabel 3.6 Matriks Aksi Pelestarian dalam 5 Tahun Kedepan ................................................... 3-43
Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Tinggi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bangka Barat .............. 4-2
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bangka Barat 2017 .... 4-6
Tabel 4.3 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Bangka Barat
Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2014-2017 .................................................. 4-8
Tabel 4.4 Kategorisasi Jenis Daya Tarik Wisata ......................................................................... 4-21
Tabel 4.5 Daya Tarik Wisata KSPP Muntok dan Sekitarnya Berdasarkan Kategorisasi
Jenis Daya Tarik Wisata ............................................................................................... 4-22
Tabel 4.6 Sumber Daya Wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya .............................................. 4-48
Tabel 4.7 Keterkaitan Daya Tarik Wisata di KSPP Muntok dan sekitarnya dengan Periode
Sejarah .......................................................................................................................... 4-49
Tabel 4.8 Daftar Maskapai Penerbangan menuju Ke Bandara Depati Amir ............................ 4-63
Tabel 4.9 Jumlah Sarana Angkutan Darat menurut Jenis Angkutan
di Kecamatan Muntok 2016 ....................................................................................... 4-64
Tabel 4.10 Daftar Dermaga di Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat .......................... 4-65
Tabel 4.11 Angkutan Penyebrangan di Kabupaten Bangka Barat ............................................. 4-66
Tabel 4.12 Rata-rata Jumlah Penumpang di Pelabuhan Tanjung Kalian ................................... 4-68
Tabel 4.13 Panjang Jalan menurut Jenis Jalan dan Jenis Permukaan
di Kecamatan Muntok 2016 ....................................................................................... 4-69
Tabel 4.14 Ruas Jalan Nasional di Kabupaten Bangka Barat .................................................... 4-69
Tabel 4.15 Jumlah Armada Perusahaan Otobus di Kecamatan Muntok .................................... 4-70
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya xiii
Tabel 4.16 Jumlah Penumpang yang Datang dan Berangkat di Terminal Muntok
Tahun 2013-2016 ........................................................................................................ 4-71
Tabel 4.17 Jumlah Armada yang Datang dan Berangkat pada Terminal Muntok
Tahun 2013-2016 ........................................................................................................ 4-71
Tabel 4.18 Jumlah Jasa Akomodasi di Kecamatan Muntok 2016 .............................................. 4-72
Tabel 4.19 Daftar Lokasi Hotel/ Penginapan di Kecamatan Muntok.......................................... 4-72
Tabel 4.20 Daftar Lokasi Homestay di Kecamatan Muntok ........................................................ 4-73
Tabel 4.21 Jumlah Restoran, Rumah Makan dan Katering menurut Kelurahan
di Kecamatan Muntok 2016 ....................................................................................... 4-75
Tabel 4.22 Daftar Fasilitas Makan dan Minum di Kecamatan Muntok ...................................... 4-75
Tabel 4.23 Jumlah Pasar dan Supermarket/Minimarket Menurut Kelurahan/Desa
di Kecamatan Muntok 2016 ....................................................................................... 4-77
Tabel 4.24 Jumlah Usaha Perdagangan Makanan di Kecamatan Muntok 2016 ...................... 4-78
Tabel 4.25 Jumlah Lembaga Keuangan Menurut Kelurahan/Desa
di Kecamatan Muntok 2016 ....................................................................................... 4-80
Tabel 4.26 Fasilitas Keuangan dan Perbankan di Kecamatan Muntok ...................................... 4-80
Tabel 4.27 Jumlah Fasilitas Sarana dan Kesehatan di Kecamatan Muntok 2016 .................... 4-82
Tabel 4.28 Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Muntok ............................................................... 4-82
Tabel 4.29 Daftar Fasilitas Sanitasi dan Kebersihan di Kecamatan Muntok ............................. 4-84
Tabel 4.30 Fasilitas Peribadatan di Kecamatan Muntok ............................................................. 4-84
Tabel 4.31 Jumlah Pelanggan Listrik PLN di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2009-2013 ..... 4-87
Tabel 4.32 Penggunaan Air Bersih di Kabupaten Bangka Barat 2013-2014 ............................ 4-88
Tabel 4.33 Jumlah Tower Telepon Selular Menurut Kelurahan/Desa
di Kecamatan Muntok 2016 ....................................................................................... 4-89
Tabel 4.34 Kegiatan Pelatihan di Kabupaten Bangka Barat Tahun 2017-2018 ....................... 4-90
Tabel 4.35 Direktori UMKM Kuliner Lokal di Kecamatan Muntok ............................................... 4-92
Tabel 4.36 Perkembangan Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara yang Menginap
di Hotel Tahun 2011-2015 .......................................................................................... 4-94
Tabel 4.37 Kunjungan Wisatawan Ke Kabupaten dan Kota di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2010-2016 ......................................................................................... 4-94
Tabel 4.38 Profil Sosio-Demografis Wisatawan Kabupaten Bangka Barat (dalam Persen ) .... 4-96
Tabel 4.39 Karakteristik Perjalanan Wisatawan Kabupaten Bangka Barat (dalam Persen) .... 4-97
Tabel 4.40 Profil Sosio Demografis Responden Kuesioner Online ............................................ 4-100
Tabel 4.41 Persepsi Responden Kuesioner Online Terhadap Kota Muntok ............................. 4-101
Tabel 4.42 Data Even Pariwisata di Kecamtan Muntok Tahun 2018 ....................................... 4-109
Tabel 4.43 Perangkat Daerah di Kabupaten Bangka Barat ....................................................... 4-110
Tabel 4.44 Sumber Daya Manusiia di Fasilitas Akomodasi ....................................................... 4-117
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya xiv
Tabel 4.45 Sumber Daya Manusia di Fasilitas Makan dan Minum ........................................... 4-118
Tabel 6.1 Muatan Rencana Induk Pengembangan KSPP Muntok dan Sekitarnya ................... 6-2
Tabel 6.2 Perhitungan Pertumbuhan Jumlah Kunjungan Wisatawan
Pendekatan Moving Average ........................................................................................ 6-3
Tabel 6.3 Proyeksi Jumlah Kunjungan Wisatawan Pendekatan Moving Average
Tahun 2018-2025 ......................................................................................................... 6-3
Tabel 6.4 Proyeksi Jumlah Kunjungan Wisatawan Pendekatan Benchmark
Tahun 2018-2025 ......................................................................................................... 6-4
Tabel 6.5 Target Pembangunan Kepariwisataan KSPP Muntok dan Sekitarnya (Skenario
Pesimis) .......................................................................................................................... 6-6
Tabel 6.6 Target Pembangunan Kepariwisataan KSPP Muntok dan Sekitarnya (Skenario
Optimis) .......................................................................................................................... 6-6
Tabel 6.7 Program Strategis Pengembangan Kepariwisataan KSPP Muntok dan Sekitarnya . 6-7
Tabel 6.8 Tema Kawasan Pariwisata di KSPP Muntok dan Sekitarnya ................................... 6-25
Tabel 6.9 Rencana Pembangunan Fasilitas Pariwisata, Fasilitas Umum,
dan Prasarana Umum Pendukung di KSPP Muntok dan Sekitarnya ....................... 6-43
Tabel 6.10 Potensi Dampak Sosial Budaya Pengembangan Pariwisata dan Pengendaliannya
di KSPP Muntok dan Sekitarnya ................................................................................. 6-52
Tabel 6.11 Potensi Dampak Sosial Ekonomi Pengembangan Pariwisata
dan Pengendaliannya di KSPP Muntok dan Sekitarnya .......................................... 6-52
Tabel 6.12 Potensi Dampak Lingkungan Pengembangan Pariwisata dan Pengendaliannya
di KSPP Muntok dan Sekitarnya ................................................................................. 6-53
Tabel 7.1 Kajian Arahan Kebijakan di Lokasi Prioritas ............................................................... 7-5
Tabel 7.2 Standar Pembangunan Pusat Informasi Wisata ....................................................... 7-10
Tabel 7.3 Standar Pembangunan Ruang Ganti dan/atau Toilet .............................................. 7-14
Tabel 7.4 Standar Pembangunan Panggung Kesenian/Pertunjukan ...................................... 7-16
Tabel 7.5 Standar Pembangunan Kios Cinderamata ................................................................ 7-16
Tabel 7.6 Standar Pembangunan Plaza Pusat Jajanan/Kuliner ............................................... 7-17
Tabel 7.7 Standar Pembangunan Tempat Ibadah ..................................................................... 7-18
Tabel 7.8 Standar Pembangunan Jalur Pejalan Kaki/Pedestrian ............................................ 7-19
Tabel 7.9 Standar Pembangunan Tempat Parkir ...................................................................... 7-20
Tabel 7.10 Standar Pembangunan Rambu-rambu Petunjuk Arah, Daya Tarik Wisata,
dan Layanan Pariwisata .............................................................................................. 7-21
Tabel 7.11 Perencanaan Informasi Pariwisata ........................................................................... 7-56
Tabel 7.12 Rencana Lembaga Pengelolaan Kawasan ................................................................ 7-57
Tabel 7.13 Rencana Pengelolaan Pengunjung ............................................................................ 7-59
Tabel 7.14 Indikasi Program Pengembangan Kepariwisataan di Lokasi Prioritas .................... 7-65
BAB 1 PENDAHULUAN
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 1-2
Bab ini merupakan bagian dari Laporan Akhir kegiatan penyusunan Rencana Induk Rencana Detail
(RIRD) Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan sekitarnya, yang meliputi latar
belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, keluaran, pendekatan studi dan sistematika
pelaporan.
1.1 Latar Belakang
Pembangunan sektor pariwisata merupakan salah satu fokus pemerintah dan menjadi alasan
utama pembangunan kepariwisataan di daerah. Perkembangan pariwisata yang pesat serta
dampak positif maupun negatif dari pembangunan kepariwisataan, baik bagi lingkungan fisik,
sosial budaya maupun sosial ekonomi masyarakat membutuhkan perencanaan dan pengendalian
pembangunan kepariwisataan yang terpadu dan sinergis dengan sektor pembangunan lainnya di
wilayah.
Amanat pembangunan kepariwisataan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yaitu dalam Pasal 8 yang menjelaskan bahwa pembangunan
kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri
atas rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan
kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota.
Rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional (Ripparnas) merupakan dokumen
perencanaan pembangunan kepariwisataan nasional yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2011. Ripparnas menjadi pedoman bagi pembangunan kepariwisataan nasional
dan menjadi pedoman bagi penyusunan rencana induk pembangunan kepariwisataan provinsi
(Ripparprov). Lebih lanjut, Ripparprov menjadi pedoman pembangunan kepariwisataan di tingkat
provinsi dan menjadi salah satu acuan utama bagi penyusunan rencana induk pembangunan
kepariwisataan kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan.
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pasal 1 telah disebutkan
Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau
memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu
atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan. Kawasan strategis
pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi dalam terciptanya persatuan dan kesatuan
bangsa, keutuhan NKRI, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat (Pasal 12, ayat 2).
Lebih lanjut, kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial, dan agama
masyarakat setempat.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 1-3
Kawasan Strategis Pariwisata terdiri dari Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, Kawasan
Strategis Pariwisata Provinsi, dan Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten/Kota (Pasal 13, Ayat
1). Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) Nasional ditetapkan oleh Pemerintah, KSP Provinsi
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi, KSP Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten / Kota (Pasal 13 Ayat 3).
Lebih lanjut, dalam Ripparnas 2010-2025 telah ditetapkan 50 Destinasi Pariwisata Nasional
(DPN), 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), serta 222 Kawasan Pengembangan
Pariwisata Nasional (KPPN). DPN merupakan kawasan geografis dengan cakupan wilayah provinsi
dan/atau lintas provinsi yang di dalamnya terdapat kawasan-kawasan pengembangan pariwisata
nasional, yang diantaranya merupakan KSPN (Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011;
Pasal 10 ayat 1).
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung termasuk dalam salah satu dari 50 (lima puluh) Destinasi
Pariwisata Nasional (DPN), yaitu DPN Palembang-Babel dan sekitarnya. Di dalam DPN Palembang-
Babel dan sekitarnya terdapat 3 (tiga) KPPN, yaitu KPPN Pangkalpinang-Sungai Liat dan
sekitarnya, KPPN Belinyu dan sekitarnya, KPPN Punai-Belitung dan sekitarnya, serta 2 KSPN, yaitu
KSPN Palembang Kota dan sekitarnya serta KSPN Tanjung Kelayang-Belitung dan sekitarnya.
Potensi kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang bernilai tinggi telah menjadi
salah satu andalan bagi perekonomian wilayah Bangka Belitung. Pariwisata memegang peranan
penting dalam pembangunan daerah karena menciptakan lapangan kerja, berkontribusi dalam
perekonomian wilayah, mendorong daya saing wilayah, dan diharapkan dapat turut menjaga
kelestarian lingkungan wilayah Kepulauan Bangka Belitung.
Untuk mengarahkan perkembangan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telah
disusun Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (Ripparprov) yang telah diatur
dalam Perda Nomor 7 Tahun 2016 tentang Ripparprov Kepulauan Bangka Belitung. Dalam
Ripparprov ini telah dirumuskan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan dan strategi pembangunan
kepariwisataan wilayah yang didasarkan pada potensi, permasalahan dan isu-isu strategis yang
dihadapi dalam pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Lebih lanjut, dalam Ripparprov ini telah ditetapkan perwilayahan pariwisata provinsi menjadi 2
(dua) Destinasi Pariwisata Provinsi (DPP), yang didalamnya terdapat 4 (empat) Kawasan Strategis
Pariwisata Provinsi (KSPP), dan 2 (dua) Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP). DPP
Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari DPP Wilayah Utara, dan DPP Wilayah Selatan. Sedangkan
KSPP terdiri dari KSPP Muntok dan sekitarnya, KSPP Belinyu-Sungailiat dan sekitarnya, KSPP
Pangkalpinang-Mendo Barat-Bangka Tengah dan sekitarnya, serta KSPP Pulau Belitong dan
sekitarnya. Adapun 2 (dua) KPPP di provinsi ini adalah KPPP Gugusan Pulau di Selat Gaspar dan
sekitarnya, serta KPPP Toboali dan sekitarnya.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 1-4
KSPP Muntok dan sekitarnya yang berada di Kabupaten Bangka Barat memiliki kedudukan
penting dalam sejarah nasional bahkan internasional, sehingga menjadi prioritas pengembangan
pariwisata provinsi. Potensi daya tarik wisata sejarah dan warisan budaya serta wisata kuliner di
kawasan ini menjadi unggulan provinsi maupun kabupaten, sehingga perlu direncanakan dengan
lebih detail dan terintegrasi antarsektor antarwilayah.
Dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten (Ripparkab) Bangka Barat yang
telah diatur dalam Perda Nomor 4 tahun 2018, Kawasan Muntok dan sekitarnya juga termasuk
dalam Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK). Ripparkab Bangka Barat telah membagi
wilayah kabupaten menjadi 2 KSPK dan 4 KPPK. Kota Tua Muntok dan sekitarnya merupakan
salah satu KSPK yang diprioritaskan pembangunannya.
Mengingat pentingnya peranan kawasan Muntok dan sekitarnya ini, perlu disusun rencana yang
akan menjadi acuan dan pedoman untuk pembangunan kepariwisataan daerah dalam bentuk
Rencana Induk Rencana Detail (RIRD) KSPP Muntok dan sekitarnya. RIRD KSPP merupakan
rencana khusus yang menjabarkan KSPP yang termuat di dalam Ripparprov untuk mewujudkan
fungsi kestrategisan kawasan dalam skala provinsi. Rencana Induk akan mencakup strategi
pengembangan dan pengelolaan kawasan berdasarkan isu strategis yang dihadapi kawasan,
sementara Rencana Detail akan meliputi indikasi program prioritas di lokasi prioritas yang terpilih,
untuk mendukung pengembangan KSPP Muntok dan sekitarnya.
Dengan disusunnya RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya diharapkan kawasan ini dapat
berkontribusi dalam menyelesaikan isu strategis pembangunan kepariwisataan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung maupun kepariwisataan Kabupaten Bangka Barat, dengan
memberikan nilai tambah yang positif bagi identitas provinsi sebagai wilayah pertambangan timah
di Indonesia, memberikan perlindungan terhadap sumber daya alam dan budaya, serta
meningkatkan kualitas ekosistem alam dan pemulihan kerusakan lingkungan.
1.2 Tujuan dan Sasaran
1.2.1 Tujuan
Studi ini bertujuan untuk menghasilkan dokumen rencana induk dan rencana detail
pengembangan pariwisata yang terintegrasi, yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan
pembangunan dan pengendalian kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya, dalam rangka
menjalankan fungsi strategis kawasan dalam pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dan kepariwisataan Kabupaten Bangka Barat.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 1-5
1.2.2 Sasaran
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang harus dicapai dari studi ini adalah :
1. Terkajinya berbagai kebijakan dan rencana terkait pengembangan kepariwisataan di KSPP
Muntok dan sekitarnya, khususnya kebijakan yang terkait dengan tema utama pengembangan
KSPP Muntok dan sekitarnya, yaitu pariwisata warisan budaya dan wisata kuliner;
2. Teranalisisnya potensi dan permasalahan kondisi wilayah, masyarakat, dan perkembangan
kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya;
3. Teridentifikasinya isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok dan
sekitarnya;
4. Terumuskannya konsep, visi, tujuan, dan sasaran pengembangan kepariwisataan KSPP
Muntok dan sekitarnya.
5. Terumuskannya kebijakan dan strategi pengembangan pariwisata KSPP Muntok dan
sekitarnya berdasarkan isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan kawasan untuk aspek
pembangunan destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, industri pariwisata, dan
kelembagaan kepariwisataan, yang mencakup :
a. Rencana struktur kawasan, yang meliputi rencana pusat pelayanan pariwisata kawasan
dan jaringan penghubung antarpusat pelayanan dan kawasan;
b. Rencana sistem jaringan pergerakan, untuk mendukung pengelolaan pengunjung dan
keterpaduan produk pariwisata;
c. Rencana pembangunan fasilitas pariwisata, fasilitas umum, dan prasarana umum
pendukung pariwisata.
6. Terumuskannya rencana detail area prioritas yang meliputi :
a. Rencana Fisik : standar pembangunan dan kualitas pariwisata, serta standar kualitas
fasilitas umum dan prasarana umum pendukung pariwisata;
b. Rencana Non-fisik, meliputi pengembangan program dan jalur wisata tematik,
perencanaan informasi pariwisata, pengembangan kapasitas masyarakat, serta
pengelolaan pengunjung; serta
7. Terumuskannya program prioritas pengembangan kepariwisataan di lokasi prioritas.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 1-6
1.3 Ruang Lingkup
1.3.1 Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah studi ini adalah Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan
sekitarnya sesuai dengan lampiran Perda Nomor 7 Tahun 2016 tentang Ripparprov Kepulauan
Bangka Belitung, dengan fokus pada Kecamatan Muntok dan sekitarnya, khususnya Kawasan
Kota Tua Muntok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut.
Gambar 1.1 Lingkup Wilayah studi
1.3.2 Lingkup Substansi
Lingkup substansi penyusunan RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, meliputi:
1. Teori dan pustaka terkait perencanaan dan pengembangan kawasan strategis pariwisata,
pariwisata warisan budaya dan wisata kuliner, serta pariwisata tematik.
2. Kebijakan dan rencana terkait pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP)
Muntok dan sekitarnya;
3. Isu-isu strategis pembangunan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 1-7
4. Konsep pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya;
5. Kebijakan dan strategi pengembangan pariwisata KSPP Muntok dan sekitarnya;
6. Indikasi program di lokasi prioritas.
7. Draft rancangan Peraturan Gubernur tentang RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya.
1.3.3 Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan studi penyusunan RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya secara garis besar akan
meliputi:
1. Persiapan Studi: kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah :
a. Persiapan personil yang akan dilibatkan dalam pekerjaan penyusunan RIRD KSPP Muntok
dan sekitarnya,
b. Pemahaman terhadap kerangka acuan kerja, meliputi tujuan dan sasaran, lingkup
kegiatan, keluaran, hingga waktu pelaksanaan, dan lainnya,
c. Pengayaan substansi pekerjaan, meliputi pemahaman berbagai teori terkait,
pengembangan ide/gagasan, pengenalan awal kondisi kepariwisataan KSPP Muntok dan
sekitarnya, serta pemahaman terhadap kebijakan kepariwisataan baik nasional, Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, maupun Kabupaten Bangka Barat,
d. Identifikasi kebutuhan penyusunan RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, meliputi
penyusunan metodologi dan rencana kerja rinci, perumusan rancangan survei, daftar
kebutuhan data dan informasi, serta alat survei (kuesioner, pedoman wawancara),
e. Penyamaan persepsi antara pelaksana pekerjaan dengan tim teknis atau pihak yang
terlibat dalam penyusunan kegiatan.
Metode yang digunakan pada tahap ini adalah kajian pustaka (desk study), diskusi, penilaian
kebutuhan (need assessment), dan analisis isi.
2. Identifikasi dan Analisis; kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:
a. Pengumpulan data dan informasi tentang kebijakan pariwisata dan yang terkait, berupa
peraturan perundangan di tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten, serta data yang
berasal dari dokumen perencanaan atau dokumen kebijakan terkait lainnya;
b. Pengumpulan data dan informasi tentang kondisi kepariwisataan KSPP Muntok dan
sekitarnya yang terdiri dari kondisi destinasi pariwisata, kondisi industri pariwisata, kondisi
pemasaran pariwisata, serta keberadaan kelembagaan kepariwisataan;
c. Pengolahan data berupa entri data, kompilasi, dan tabulasi data;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 1-8
d. Analisis mengenai kondisi kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya yang terdiri dari
analisis aspek destinasi, industri, pemasaran, dan kelembagaan.
Metode yang digunakan pada tahap ini adalah desk study, diskusi, wawancara, penyebaran
kuesioner, pengamatan lapangan, survei instansi, analisis deskripsi, tabulasi frekuensi, dan
tabulasi silang.
3. Perumusan Konsep, Sasaran, dan Target Pengembangan Kawasan; kegiatan yang dilakukan
pada tahapan ini adalah :
a. Analisis dan sintesis kondisi kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya;
b. Perumusan isu strategis pembangunan KSPP Muntok dan sekitarnya;
c. Perumusan konsep, sasaran, dan target pengembangan kepariwisataan KSPP Muntok
dan sekitarnya.
Metode yang digunakan pada tahap ini adalah desk study, diskusi, analisis deskripsi, dan
analisis komparasi.
4. Perumusan Rencana; merupakan proses perumusan dan penyepakatan muatan materi RIRD
KSPP Muntok dan sekitarnya, berupa perumusan rencana induk dan rencana detail, hingga
perumusan indikasi program prioritas. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah :
a. Perumusan rencana induk KSPP Muntok dan sekitarnya, baik fisik maupun non fisik;
b. Perumusan rencana detail KSPP Muntok dan sekitarnya di lokasi prioritas, meliputi
rencana fisik dan non fisik.
Metode yang digunakan pada tahap ini adalah desk study, diskusi, analisis deskripsi, dan
analisis komparasi.
1.4 Keluaran
Keluaran studi ini adalah dokumen RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya serta draft Rancangan
Peraturan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung tentang RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya.
1. Rencana Induk KSPP Muntok dan sekitarnya, terdiri dari rencana fisik dan rencana non-fisik:
a. Rencana Fisik
1) Rencana struktur ruang kawasan pariwisata:
a) Pusat pelayanan pariwisata kawasan
b) Rencana jaringan penghubung pusat pelayanan dan pusat kegiatan pariwisata
2) Rencana pusat pelayanan pariwisata kawasan.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 1-9
3) Rencana sistem jaringan pergerakan untuk mendukung pengelolaan pengunjung dan
keterpaduan produk pariwisata.
4) Rencana pembangunan fasilitas pariwisata, fasilitas umum, dan prasarana umum
pendukung pariwisata.
b. Rencana Non-Fisik
1) Pengembangan produk pariwisata
a) Pengembangan daya tarik wisata baru
b) Pengembangan keterpaduan daya tarik wisata
c) Peningkatan kualitas daya tarik wisata
2) Pengembangan industri pariwisata
3) Pemasaran pariwisata
a) Pengembangan pasar wisatawan
b) Strategi promosi pariwisata
4) Kelembagaan pengelolaan kawasan
5) Pelibatan masyarakat
a) Aspek-aspek yang memerlukan keterlibatan
b) Peran dan tingkat pelibatan masyarakat
c) Proses pelibatan masyarakat
6) Pengelolaan dampak pariwisata
a) Mitigasi dampak pariwisata
b) Adaptasi dampak pariwisata
2. Rencana Detail Lokasi Prioritas di KSPP Muntok dan sekitarnya yang meliputi:
a. Rencana Fisik
1) Standar pembangunan dan kualitas fasilitas pariwisata
2) Standar kualitas fasilitas umum dan prasarana umum pendukung pariwisata
b. Rencana Non Fisik
1) Pengembangan program dan jalur wisata sesuai tema
2) Perencanaan informasi pariwisata (pusat informasi, papan informasi, papan petunjuk
arah)
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 1-10
3) Lembaga pengelolaan kawasan
4) Pengembangan kapasitas masyarakat
5) Pengelolaan pengunjung
a. Alur pengunjung
b. Strategi pengelolaan pengunjung
1.5 Pendekatan Studi
Studi penyusunan RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya ini dilatarbelakangi oleh amanat Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan yang menyatakan tentang pentingnya
pembangunan kepariwisataan nasional maupun daerah, terkait pengembangan perwilayahan
pariwisata khususnya tentang Kawasan Strategis Pariwisata.
Dalam undang-undang tersebut telah dijelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan
dilaksanakan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana
induk pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan kepariwisataan
provinsi, dan rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota.
Menindaklanjuti Undang-undang tersebut, pemerintah pusat telah menyusun Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) untuk tahun perencanaan 2010-2025
sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan kepariwisataan nasional yang kemudian
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 Tahun 2011. Perwilayahan nasional
dibagi menjadi 50 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN).
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pun menindaklanjuti dengan menyusun Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi (Ripparprov) Kepulauan Bangka Belitung tahun
2016-2025 yang telah ditetapkan dalam Perda Nomor 7 Tahun 2016. Dalam Ripparprov ini,
perwilayahan destinasi pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibagi menjadi 2 Destinasi
Pariwisata Provinsi (DPP), yang terdiri dari 4 Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) dan 2
Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP).
Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata daerah provinsi yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek seperti pertumbuhan ekonomi, sosial
dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, dan daya dukung lingkungan hidup. Sementara
itu KPPP adalah kawasan pariwisata dengan komponen kepariwisataannya, serta memiliki
karakter produk dan tema pengembangan pariwisata alam, budaya dan buatan. KSPP Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari KSPP Muntok dan sekitarnya, KSPP Belinyu-Sungailiat dan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 1-11
sekitarnya, KSPP Pangkalpinang-Mendo Barat-Bangka Tengah dan sekitarnya, serta KSPP Pulau
Belitong dan sekitarnya.
Salah satu kawasan strategis pariwisata provinsi yang memiliki kedudukan penting dalam sejarah
nasional dan bahkan internasional adalah KSPP Muntok dan sekitarnya yang terletak di
Kabupaten Bangka Barat. Dalam Ripparprov, sasaran pengembangan KSPP Muntok dan
sekitarnya adalah integrasi potensi pariwisata sejarah dan warisan budaya dengan budaya
masyarakat. Tema primer kawasan ini adalah pariwisata warisan budaya, dan tema sekunder
adalah wisata kuliner. Hal ini sesuai dengan potensi daya tarik wisata unggulan kawasan Muntok
yaitu daya tarik wisata warisan budaya dan kuliner lokal.
Dalam lingkup Kabupaten Bangka Barat, arahan pembangunan kepariwisataan kabupaten telah
tercantum dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten (Ripparkab) Bangka
Barat yang telah disahkan dalam Perda Nomor 4 Tahun 2018 tentang Ripparkab Bangka Barat.
Rencana perwilayahan pariwisata Kabupaten Bangka Barat telah membagi wilayah kabupaten ke
dalam 2 Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK), dan 4 Kawasan Pengembangan
Pariwisata Kabupaten (KPPK). Salah satu KSPK Bangka Barat adalah kawasan Kota Tua Muntok
dan sekitarnya, yang memiliki tema utama pariwisata warisan budaya, serta tema sekunder wisata
kuliner. Perkembangan kepariwisataan di kawasan Muntok dan sekitarnya serta isu-isu strategis
yang dihadapi kawasan mendorong perlunya menyusun rencana yang lebih detail di KSPP ini, baik
fisik maupun non fisik, khususnya yang terkait dengan pengelolaan pariwisata warisan budaya
dan kuliner.
Mengingat pentingnya fungsi dan peran KSPP Muntok dan sekitarnya dalam lingkup provinsi dan
bahkan nasional maupun internasional, perlu disusun rencana yang lebih detil, yang dapat
menjadi acuan dan pedoman perencanaan pembangunan kepariwisataan di kawasan Muntok dan
sekitarnya dalam bentuk Rencana Induk Rencana Detail (RIRD) KSPP Muntok dan sekitarnya.
Rencana induk dan rencana rencana detail ini harus terintegrasi dengan kebijakan dan rencana
lainnya di kawasan, khususnya yang terkait dengan pariwisata warisan budaya yang sudah
disusun di kawasan Muntok, termasuk rencana yang terkait dengan keruangan seperti RTRW
Kabupaten Bangka Barat, RDTR Perkotaan Muntok, RTBL Klaster Eropa, Melayu, dan Cina,
maupun Rencana Aksi Kota Pusaka (RAKP) Muntok. Sebagai pedoman detail, RIRD KSPP Muntok
dan sekitarnya akan mengarahkan perkembangan kepariwisataan kawasan sesuai dengan
konsep, tujuan dan sasaran pengembangan kawasan. Rencana Induk dalam lingkup kawasan
akan mencakup rencana fisik dan non fisik dalam bentuk strategi pengembangan kepariwisataan
kawasan terkait perwilayahan ruang kawasan serta produk pariwisata dan pendukungnya.
Sedangkan rencana detail di area prioritas akan dijabarkan dalam indikasi program prioritas baik
fisik dan non fisik.
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran studi ini dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 1-12
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Studi
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 1-13
1.6 Sistematika Pelaporan
SIstematika Laporan Akhir studi RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya akan terdiri dari 7 (tujuh) bab
sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan, yang berisikan latar belakang, tujuan dan sasaran studi, lingkup wilayah,
substansi dan kegiatan, keluaran studi RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, serta kerangka
pendekatan studi.
Bab 2 Perencanaan Kawasan Strategis Pariwisata dan Produk Pariwisata Unggulan merupakan
tinjauan berbagai teori yang mendasari studi RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya, yang mencakup
pentingnya perencanaan dan perancangan Kawasan Strategis Pariwisata, pengembangan
kawasan strategis pariwisata provinsi, serta tinjauan tentang pengembangan produk pariwisata
warisan budaya dan wisata kuliner sebagai tema utama dan pendukung pengembangan KSPP
Muntok dan sekitarnya.
Bab 3 Kajian Kebijakan dan Rencana terkait Pengembangan KSPP Muntok dan Sekitarnya, baik
dalam skala nasional, provinsi, maupun wilayah Kabupaten Bangka Barat, terkait aspek tata ruang
wilayah, maupun kepariwisataan, serta perkembangan kota pusaka Muntok.
Bab 4 Analisis Kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya menjelaskan tentang potensi dan
permasalahan sumber daya alam, sejarah dan budaya kawasan; tinjauan KSPP Muntok dan
sekitarnya sebagai destinasi pariwisata, kondisi industri pariwisata, pasar pariwisata, serta
kelembagaan kepariwisataan di KSPP Muntok dan sekitarnya, serta isu-isu strategis yang dihadapi
dalam pengembangan kepariwisataan kawasan.
Bab 5 Arah Pengembangan Kepariwisataan KSPP Muntok dan Sekitarnya, yang menjelaskan
pendekatan dan konsep pengembangan kawasan, visi, misi serta tujuan pengembangan yang
akan dicapai.
Bab 6 Rencana Induk Pengembangan KSPP Muntok dan sekitarnya, berisikan sasaran dan target
pengembangan, serta strategi pengembangan KSPP Muntok dan sekitarnya. Selain itu dalam bab
ini juga akan diuraikan muatan Rencana Fisik yang terdiri dari rencana struktur ruang kawasan,
rencana pusat pelayanan pariwisata, sistem jaringan pergerakan serta rencana pembangunan
fasilitas pariwisata, fasilitas umum, dan prasarana umum untuk mendukung pengembangan
pariwisata di KSPP Muntok dan sekitarnya. Adapun Rencana Non Fisik akan memuat rencana
pengembangan produk pariwisata, rencana sistem kelembagaan pengelolaan kawasan, rencana
pelibatan masyarakat, serta rencana pengelolaan dampak pariwisata.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 1-14
Bab 7 Rencana Detail Pengembangan KSPP Muntok dan Sekitarnya, berisi dasar pertimbangan
pemilihan lokasi prioritas yang akan didetailkan, yang juga terbagi atas Rencana Fisik berisikan
standar pembangunan kualitas fasilitas pariwisata, serta standar kualitas fasilitas umum dan
prasarana umum pendukung pariwisata. Sedangkan Rencana Non Fisik mencakup rencana
pengembangan program dan rematik jalur wisata, rencana informasi pariwisata, rencana lembaga
pengelolaan kawasan, rencana pengembangan kapasitas masyarakat, serta rencana pengelolaan
pengunjung. Pada bagian akhir bab ini juga akan disampaikan indikasi program prioritas di KSPP
Muntok dan sekitarnya.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-1
BAB 2 PERENCANAAN
KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA
DAN PRODUK PARIWISATA UNGGULAN
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-2
Pada awal bagian ini akan dijelaskan tentang pentingnya perencanaan dan perancangan kawasan
strategis pariwisata serta hal-hal yang terkait dengan pengembangan kawasan strategis
pariwisata provinsi. Bahasan berikutnya menjelaskan tentang kajian teoritis terkait pariwisata
warisan budaya dan pariwisata kuliner yang menjadi tema primer dan sekunder produk pariwisata
di kawasan studi serta pembahasan terkait pengembangan jalur wisata tematik.
2.1 Pentingnya Perencanaan dan Perancangan Kawasan
Strategis Pariwisata
Perencanaan merupakan suatu langkah awal dalam mempersiapkan suatu kegiatan.
Perencanaan yang baik tentang suatu kegiatan tertentu merupakan perencanaan yang
mempertimbangkan kondisi waktu di masa mendatang, yaitu waktu dimana pelaksanaan kegiatan
tersebut akan dilakukan. Para perencana tidak dapat mengendalikan suatu kondisi di masa
depan, tetapi dengan mengidentifikasi kondisi saat ini, suatu tujuan (kondisi) tertentu dimasa
depan dapat diperkirakan.
Pengertian perencanaan sangat beranekaragam sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan
tertentu. Namun, secara umum perencanaan merupakan proses yang meliputi 5 (lima) tahapan,
yaitu (1) seleksi tujuan; (2) himpunan asumsi untuk mencapai tujuan; (3) rasionalitas; (4)
pemilihan alternatif dan alokasi sumber daya; dan (5) proses penentuan masa depan (Wrihatnolo
dan Dwidjowijoto, 2006:39-40).
Tabel 2.1 Proses Perencanaan
Proses Perencanaan Penjelasan
Seleksi tujuan Proses dasar untuk memilih tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara
mencapai tujuan tersebut.
Himpunan asumsi
untuk mencapai tujuan
Pemilihan dan menghubungkan fakta-fakta, membuat serta menggunakan
asumsi-asumsi yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan
dan merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk
mencapai tujuan.
Rasionalitas Pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan atau perkiraan yang
mendekati (estimasi) sebagai persiapan untuk melaksanakan tindakan-
tindakan kemudian.
Pemilihan alternatif
dan alokasi sumber
daya
Pemilihan alternatif dan pengalokasian berbagai sumber daya yang tersedia.
Proses penentuan
masa depan
Keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang
akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditentukan.
Sumber: Diadaptasi dari Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 2006:39-40
Perencanaan merupakan hal yang sangat penting karena dapat memberikan suatu “Protective
Benefits”, yaitu manfaat yang diperoleh dari pengurangan kemungkinan kesalahan keputusan dan
“Positive Benefits”, yaitu manfaat dalam bentuk peningkatan kualitas tujuan yang akan dicapai.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-3
Suatu perencanaan dapat memberikan banyak manfaat diantaranya adalah (1) dapat
menyesuaikan dengan perubahan lingkungan; (2) mengkristalisasi masalah-masalah utama; (3)
memperjelas gambaran operasional; (4) menempatkan tanggungjawab secara lebih tepat; (5)
memberikan petunjuk operasional; (6) mengoordinasi aktivitas antarbagian; (7) merinci tujuan
secara praktis; (8) menghilangkan ketidakpastian aktivitas; dan (9) meningkatkan efisiensi waktu,
tenaga dan biaya (Bastian, 2007:30-31).
Suatu perencanaan perlu dijelaskan lebih detail dalam suatu perancangan. Perancangan
merupakan proses skema pembangunan atau pengembangan yang dituangkan dalam suatu
model atau gambar (New Encyclopedia Britannica, Vol. 4, 15th Edition dalam Venkatraman,
2010:8). Terminologi perencanaan selalu dikaitkan dengan perancangan. Kedua kata tersebut
secara harfiah merupakan terjemahan dari planning dan design. Lingkup arti yang dipakai kedua
istilah tersebut di Indonesia telah mengalami perkembangan.
Pada awalnya perancangan diartikan sebagai hasil perumusan keinginan atau cita-cita pada masa
mendatang, yang lingkupnya lebih luas, dalam konteks makro. Sedangkan perencanaan
merupakan produk perumusan keinginan atau cita-cita pada masa mendatang yang lebih terbatas
dalam konteks mikro. Namun dalam perkembangannya, lingkup arti dari perencanaan dan
perancangan menjadi terbalik dimana perencanaan yang merupakan terjemahan dari planning
memiliki lingkup yang lebih luas dalam konteks makro. Sedangkan perancangan yang merupakan
terjemahan dari design menjadi bagian dari produk perencanaan yang lebih terbatas dalam
konteks mikro.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa rencana adalah pedoman atau arahan untuk mencapai
tujuan di masa depan yang merupakan hasil dari proses perencanaan yang meliputi penyeleksian
tujuan, perumusan berbagai kegiatan secara rasional dengan mempertimbangkan alternatif
sumber daya dan pengalokasiannya dalam jangka waktu tertentu.
Sedangkan rancangan adalah hasil dari proses perancangan yang merupakan tindak lanjut dari
hasil perencanaan berupa penjabaran dan perincian dalam suatu model atau gambar.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-4
Gambar 2.1 Hubungan Perencanaan dan Perancangan
Sumber: Diadaptasi dari Venkatraman, 2010:8; Wrihatnolo dan Dwijowinoto, 2006:39-40
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan disebutkan bahwa
pembangunan kepariwisataan didasarkan pada rencana induk pembangunan kepariwisataan
yang dalam tingkat nasional disebut Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional
(Ripparnas), dalam tingkat provinsi disebut Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi
(Ripparprov), dan dalam tingkat kabupaten/kota disebut Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Kabupaten/Kota (Ripparkab/Ripparkot). Arah pembangunan kepariwisataan
nasional dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) telah
mengamanatkan pembangunan Destinasi Pariwisata Nasional (DPN), pemasaran pariwisata,
industri pariwisata, dan kelembagaan kepariwisataan nasional.
Wilayah pembangunan DPN meliputi kawasan-kawasan pengembangan pariwisata nasional, yang
diantaranya merupakan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Amanat pembangunan
tersebut memberikan implikasi pada pentingnya suatu perencanaan dan perancangan agar
pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata dapat berjalan
dengan baik dan terarah (Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Ripparnas, Pasal
10).
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-5
2.1.1 Pengertian Kawasan Strategis Pariwisata
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pasal 1, disebutkan
bahwa daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan
geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya
tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait
dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Dalam skala nasional, perwilayahan pembangunan Destinasi Pariwisata Nasional (DPN)
merupakan kawasan geografis dengan cakupan wilayah provinsi dan/atau lintas provinsi yang di
dalamnya terdapat Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN), dan Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN).
Kawasan Strategis Pariwisata merupakan kawasan pengembangan pariwisata yang memiliki
fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai
pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan
keamanan. Perbedaan antara Destinasi Pariwisata dengan Kawasan Strategis Pariwisata dapat
dilihat pada tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Perbedaan Antara Destinasi Pariwisata dan Kawasan Strategis Pariwisata
Destinasi Pariwisata Kawasan Strategis Pariwisata
Merupakan kawasan geografis yang
berada di dalam satu atau lebih
wilayah administratif (tingkat
Nasional, Provinsi, Kota atau
Kabupaten) yang di dalamnya
terdapat Kawasan – kawasan
Pengembangan Pariwisata yang
memiliki kriteria:
1. Memiliki daya tarik wisata yang
berkualitas dan dikenal secara
luas, serta membentuk jejaring
produk wisata dalam bentuk pola
pemaketan produk dan pola
kunjungan wisatawan;
2. Memiliki kesesuaian tema daya
tarik wisata yang mendukung
penguatan daya saing;
3. Memiliki dukungan jejaring
aksesibilitas dan infrastruktur
yang mendukung pergerakan
wisatawan dan kegiatan
Kepariwisataan; dan
4. Memiliki keterpaduan dengan
rencana sektor terkait.
Merupakan kawasan pengembangan pariwisata di wilayah destinasi
pariwisata (skala Nasional, Provinsi, Kota atau Kabupaten) yang
memiliki kriteria:
1. Memiliki fungsi utama pariwisata atau potensi pengembangan
pariwisata;
2. Memiliki sumber daya pariwisata potensial untuk menjadi Daya
Tarik Wisata unggulan dan memiliki citra yang sudah dikenal
secara luas;
3. Memiliki potensi pasar, baik skala nasional maupun khususnya
internasional;
4. Memiliki posisi dan peran potensial sebagai penggerak investasi;
5. Memiliki lokasi strategis yang berperan menjaga persatuan dan
keutuhan wilayah;
6. Memiliki fungsi dan peran strategis dalam menjaga fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup;
7. Memiliki fungsi dan peran strategis dalam usaha pelestarian dan
pemanfaatan aset budaya, termasuk di dalamnya aspek sejarah
dan kepurbakalaan;
8. Memiliki kesiapan dan dukungan masyarakat;
9. Memiliki kekhususan dari wilayah;
10. Berada di wilayah tujuan kunjungan pasar wisatawan utama dan
pasar wisatawan potensial nasional; dan
11. Memiliki potensi kecenderungan produk wisata masa depan.
Sumber: Diadaptasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 - 2025
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-6
2.1.2 Komponen-komponen Pengembangan Kawasan Strategis
Pariwisata
Pada bahasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa perwilayahan pembangunan Destinasi
Pariwisata Nasional (DPN) merupakan kawasan geografis dengan cakupan wilayah provinsi
dan/atau lintas provinsi yang di dalamnya terdapat Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional
(KPPN), yang diantaranya merupakan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Maka suatu
kawasan pariwisata dapat meliputi destinasi pariwisata, baik dalam skala nasional, provinsi,
maupun kota/kabupaten dan Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP) di wilayah destinasi
pariwisata termasuk diantaranya adalah Kawasan Strategis Pariwisata (KSP).
Amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan
nasional meliputi: pembangunan destinasi pariwisata; pemasaran pariwisata; industri pariwisata;
dan pembangunan kelembagaan kepariwisataan. Sedangkan pembangunan destinasi pariwisata
meliputi: pembangunan daya tarik wisata; aksesibilitas pariwisata; prasarana umum, fasilitas
umum dan fasilitas pariwisata; pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan; dan
pengembangan investasi di bidang pariwisata.
Dengan mengacu kepada amanat tersebut, maka komponen-komponen pengembangan kawasan
pariwisata meliputi: pengembangan destinasi pariwisata (yang terdiri dari pengembangan daya
tarik wisata, aksesibilitas pariwisata, prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata;
pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan; dan pengembangan investasi di bidang
pariwisata); pengembangan pemasaran pariwisata; pengembangan industri pariwisata; dan
pengembangan kelembagaan pariwisata. Berikut adalah komponen-komponen pengembangan
destinasi pariwisata dan lingkup pengembangannya:
Tabel 2.3 Komponen dan Lingkup Pengembangan Kawasan Pariwisata
Komponen Pengembangan Kawasan Pariwisata Lingkup Pengembangan
1. Destinasi Pariwisata a. Daya tarik wisata
b. Aksesibilitas pariwisata
c. Prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas
pariwisata
d. Pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata
e. Pengembangan investasi di bidang pariwisata
2. Pemasaran Pariwisata a. Pengembangan pasar wisatawan
b. Pengembangan citra pariwisata
c. Pengembangan kemitraan pemasaran
pariwisata
d. Pengembangan promosi pariwisata
3. Industri Pariwisata a. Penguatan struktur industri pariwisata
b. Peningkatan daya saing produk pariwisata
c. Pengembangan kemitraan usaha pariwisata
d. Penciptaan kredibilitas bisnis
e. Pengembangan tanggung jawab terhadap
lingkungan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-7
Komponen Pengembangan Kawasan Pariwisata Lingkup Pengembangan
4. Kelembagaan Kepariwisataan a. Penguatan organisasi kepariwisataan
b. Pembangunan SDM pariwisata
c. Penyelenggaraan penelitian dan
pengembangan
Sumber: Diadaptasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025
2.1.3 Prinsip-prinsip Penting dalam Pengembangan Kawasan Strategis
Pariwisata
Prinsip-prinsip penting yang harus diperhatikan dalam pengembangan Kawasan Strategis
Pariwisata mencakup prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan pada tingkat internasional dan
tingkat nasional.
1. Prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan di tingkat internasional
Pada skala internasional, prinsip-prinsip yang menjadi ideologi dalam pembangunan
kepariwisataan adalah:
a. Pembangunan kepariwisataan global saat ini yang semula dihadapkan pada tantangan
pencapaian tujuan pembangunan global Millennium Development Goals (MDGs) yang
harus dicapai tahun 2015, mulai diarahkan pada tujuan-tujuan pembangunan yang
berkelanjutan atau dikenal sebagai Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs
merupakan prinsip pembangunan yang menggabungkan antara green growth, yang
mengaitkan elemen ekonomi dengan lingkungan; dengan inclusive growth, yang
mengaitkan elemen sosial dengan lingkungan. SDGs merupakan suatu upaya untuk
menghubungkan sejumlah titik isu global, yaitu ketidakadilan, pertumbuhan penduduk,
perubahan iklim, tekanan terhadap lingkungan, air, energi, dan ketahanan pangan.
Mengacu pada SDGs tersebut, organisasi pariwisata dunia (United Nations World Tourism
Organization/UNWTO) mengembangkan program pembangunan kepariwisataan
berkelanjutan dengan prinsip pembangunan yang menjaga keseimbangan pada aspek
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya dalam pembangunan kepariwisataan.
Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan diharapkan dapat:
1) Mengoptimalkan dengan baik penggunaan sumber daya alam yang merupakan
elemen penting dalam pembangunan kepariwisataan, menjaga ekosistem lingkungan
dan membantu melestarikan keanekaragaman hayati dan warisan alam;
2) Menghormati keaslian sosial budaya masyarakat lokal, membantu melestarikan
warisan budaya dan nilai-nilai tradisional serta memberikan kontribusi dalam
membangun toleransi dan pemahaman lintas budaya;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-8
3) Menggiatkan kegiatan perekonomian dalam jangka panjang, memberikan manfaat
ekonomi kepada seluruh stakeholder terkait secara merata, termasuk adanya peluang
pemberdayaan tenaga kerja dan pendapatan tambahan serta pelayanan sosial
kepada masyarakat lokal dan memberikan kontribusi pada pengentasan kemiskinan.
b. Kode Etik Kepariwisataan Dunia (Global Code of Ethics for Tourism) yang menjadi
kesepakatan seluruh negara, perusahaan, institusi, dan lembaga kepariwisataan. Kode
Etik Kepariwisataan Dunia memiliki sepuluh pasal, terdiri dari sembilan pasal berisi
prinsip-prinsip umum yang menjadi etika kepariwisataan dunia, dan satu pasal berisi
prinsip-prinsip dalam pelaksanaan Kode Etik Kepariwisataan Dunia. Sembilan prinsip
umum dalam Kode Etik Kepariwisataan Dunia adalah:
1) Kontribusi kepariwisataan untuk membangun saling pengertian dan saling
menghormati antarpenduduk dan masyarakat;
2) Kepariwisataan sebagai media untuk memenuhi kebutuhan kualitas hidup baik secara
perseorang maupun secara kolektif;
3) Kepariwisataan sebagai faktor pembangunan berkelanjutan;
4) Kepariwisataan sebagai pemakai warisan budaya kemanusiaan serta sebagai
penyumbang pengembangan warisan budaya itu sendiri;
5) Kepariwisataan adalah kegiatan yang menguntungkan bagi masyarakat dan negara
penerima wisatawan;
6) Kewajiban para pemangku kepentingan pembangunan kepariwisataan;
7) Hak dasar berwisata;
8) Kebebasan bergerak wisatawan;
9) Hak para pekerja dan pengusaha dalam industri pariwisata.
Sementara itu, satu pasal yang terkait dengan pelaksanaan prinsip-prinsip Kode Etik
Kepariwisataan Dunia adalah: pemerintah dan para pelaku usaha pariwisata harus
bekerjasama dalam melaksanakan prinsip-prinsip Kode Etik Kepariwisataan Dunia serta
memantau efektifitas pelaksanaannya.
Para pemangku kepentingan pembangunan kepariwisataan harus mengakui peranan
berbagai organisasi internasional, diantaranya pada urutan pertama adalah Organisasi
Kepariwisataan Dunia, dan berbagai lembaga swadaya masyarakat yang memiliki
kompetensi serta bergerak di bidang pembangunan kepariwisataan, perlindungan Hak
Azasi Manusia, lingkungan hidup maupun kesehatan, dengan tetap mengikuti prinsip-
prinsip umum hukum internasional.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-9
Para pemangku kepentingan yang sama harus menyampaikan keinginannya, dalam hal
terjadi perselisihan dalam penerapan atau penafsiran terhadap Kode Etik Kepariwisataan
Dunia untuk melakukan mediasi kepada lembaga ketiga yang tidak memihak yang disebut
sebagai Komisi Dunia untuk Etika Kepariwisataan.
2. Prinsip-prinsip pembangunan kepariwisataan yang berkembang pada skala nasional
Prinsip penyelenggaraan kepariwisataan termuat dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009
tentang Kepariwisataan. Pasal 5 Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa prinsip
penyelenggaraan kepariwisataan di Indonesia adalah:
a. Menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep
hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa,
hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan
lingkungan;
b. Menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;
c. Memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas;
d. Memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
e. Memberdayakan masyarakat setempat;
f. Menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang
merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan
antarpemangku kepentingan;
g. Mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang
pariwisata;
h. Memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tabel 2.4 Prinsip-prinsip Penting yang Harus Diperhatikan
dalam Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata
Prinsip-prinsip Pembangunan
Kepariwisataan di Tingkat Internasional
Prinsip-prinsip Pembangunan
Kepariwisataan di Tingkat Nasional
1. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (UN’s
Sustainable Development Goals/ SDGs);
2. Pembangunan Kepariwisataan yang
Berkelanjutan (UNWTO’s Sustainable
Development of Tourism (SDT)/ Sustainable
Tourism Development (STD));
3. Kode Etik Kepariwisataan Dunia (Global Code
of Ethics for Tourism/ GCET).
1. Pembangunan Kepariwisataan yang
Berkelanjutan;
2. Integrasi/keterpaduan lintas sektor,
lintas wilayah, antara pusat dan
daerah, serta antarpemangku
kepentingan;
3. Memperkukuh keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Sumber: Diadaptasi dari UN’s SDGs; UNWTO’s SDT; UNWTO’s GCET; UU Nomor 10 Tahun 2009; dan PP
Nomor 50 Tahun 2011
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-10
Prinsip pembangunan kepariwisataan juga termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 yang
menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan nasional dilaksanakan dengan berprinsip pada
pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.
Berdasarkan kedua peraturan perundang-undangan tersebut, prinsip-prinsip yang menjadi
ideologi pembangunan kepariwisataan nasional pada dasarnya terdiri dari tiga, yaitu:
a. Pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan;
b. Integrasi/keterpaduan lintas sektor, lintas wilayah, antara pusat dan daerah, serta
antarpemangku kepentingan;
c. Memperkukuh keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.
2.1.4 Perencanaan dan Perancangan Kawasan Strategis Pariwisata
Dalam memformulasikan kebijakan dan strategi pembangunan kepariwisataan, dan untuk
memberikan arah bagi penyusunan indikasi program dan pembangunan kepariwisataan serta
dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian maka perlu dilakukan suatu Perencanaan dan
Perencangan Kawasan Strategis Pariwisata. Proses perencanaan dan perancangan Kawasan
Strategis Pariwisata meliputi tahap persiapan, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data,
perumusan konsep Kawasan Strategis Pariwisata.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan perencanaan dan perancangan Kawasan Strategis Pariwisata meliputi:
a. Kajian awal data sekunder mencakup kajian kebijakan Kawasan Strategis Pariwisata,
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan kajian kebijakan lainnya yang terkait dengan
wilayah perencanaan;
b. Persiapan teknis pelaksanaan yang terdiri dari:
1) Penyimpulan data awal;
2) Penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan;
3) Penyiapan rencana kerja rinci;
4) Penyiapan perangkat survey (checklist data yang dibutuhkan, panduan wawancara,
kuesioner, panduan observasi dan dokumentasi, dan lain-lain), serta mobilisasi
peralatan dan personil yang dibutuhkan.
c. Informasi kepada publik perihal akan dilakukannya perencanaan dan perancangan
Kawasan Strategis Pariwisata;
d. Pemantapan kerjasama melalui koordinasi dan nota kesepahaman.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-11
Gambar 2.2 Tahapan Perencanaan dan Perancangan Kawasan Strategis Pariwisata
Sumber: Diadaptasi dari Pedoman Perencanaan dan Perancangan KSPN
Hasil dari pelaksanaan tahap persiapan adalah:
a. Gambaran umum wilayah perencanaan terpilih dan penetapan lokasi.
b. Hasil studi pendahuluan dan studi kelayakan sebagai kajian awal terhadap kebijakan terkait
wilayah perencanaan, isu strategis, potensi dan permasalahan awal wilayah perencanaan,
serta gagasan awal pengembangan wilayah perencanaan.
c. Metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan.
d. Rencana kerja pelaksanaan.
e. Perangkat survey data primer dan data sekunder yang akan digunakan pada saat proses
pengumpulan data dan informasi.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-12
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan untuk keperluan pengenalan karakteristik dan potensi
wilayah melalui pengumpulan data primer dan data sekunder.
a. Pengumpulan data primer dapat meliputi:
1) Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui penyebaran angket,
temu wicara, wawancara, dan sebagainya;
2) Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah secara langsung melalui survey
lapangan ke wilayah Kawasan Strategis Pariwisata;
b. Pengumpulan data sekunder sekurang-kurangnya meliputi:
1) Peta-peta yang dapat berupa;
a) Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) atau peta topografi sebagai peta dasar dengan
skala berdasarkan delineasi wilayah Kawasan Strategis Pariwisata;
b) Citra satelit untuk memperbaharui peta dasar dan membuat peta tutupan lahan,
harus berumur tidak lebih dari satu tahun pada saat penyusunan rencana;
c) Peta batas wilayah administrasi;
d) Peta-peta masukan untuk analisis konektivitas;
e) Peta-peta masukan untuk identifikasi daya tarik wisata.
2) Data dan informasi yang terdiri dari:
a) Data dan informasi tentang sumber daya wisata;
b) Data dan informasi tentang sumber daya sosial, ekonomi dan budaya;
c) Data dan informasi tentang infrastruktur dan fasilitas wisata;
d) Data dan informasi tentang wisatawan;
e) Data dan informasi tentang kelembagaan daerah;
f) Data dan informasi tentang kebijakan pariwisata terkait (Ripparda Provinsi,
Riparda Kabupaten/Kota yang terkait);
g) Data dan informasi tentang kebijakan pembangunan sektoral lainnya terutama
yang merupakan kebijakan pemerintah pusat;
h) Peraturan perundang undangan terkait.
Tingkat akurasi data, sumber penyedia data, kewenangan sumber atau instansi penyedia data,
tingkat kesalahan, variabel ketidakpastian serta variabel-variabel lainnya yang mungkin ada perlu
diperhatikan dalam pengumpulan data. Data dalam bentuk statistik dan peta serta informasi yang
dikumpulkan berupa data tahunan (time series) minimal 5 (lima) tahun terakhir. Dengan data
berdasarkan kurun waktu tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan yang
terjadi pada wilayah KSPN.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-13
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Tahap pengolahan dan analisis data meliputi kegiatan pengolahan dan analisis data primer dan
sekunder yang telah diperoleh dari tahap pengumpulan data. Hasil pengolahan dan analisis data
tersebut dimaksudkan untuk mengenali karakteristik wilayah Kawasan Strategis Pariwisata yang
dapat meliputi:
a. Karakteristik fisik wilayah, sekurangnya meliputi letak geografis, morfologi wilayah, potensi
rawan bencana alam, dan sebagainya.
b. Karakteristik sumber daya wisata, sekurangnya meliputi alam, artifisial, wisata budaya,
produk serta jasa wisata, dan sebagainya.
c. Karakteristik sumber daya sosial, ekonomi dan budaya, sekurangnya meliputi komposisi,
struktur serta dinamika sosial kemasyarakatan, dinamika budaya, aktivitas ekonomi,
dinamika sosial-politik, dan sebagainya.
d. Karakteristik sumber daya infrastruktur dan fasilitas wisata, infrastruktur sekurangnya
meliputi jalan, transportasi publik, bandar udara, pelabuhan, jaringan listrik, air,
telekomunikasi, dan sebagainya. Fasilitas wisata sekurangnya meliputi akomodasi,
restoran/rumah makan, tour operator, pusat informasi, dan sebagainya.
e. Karakteristik wisatawan sekurangnya meliputi jumlah wisatawan per bulan, rata-rata lama
kunjungan wisatawan, rata-rata pengeluaran wisatawan, negara asal wisatawan, pintu
masuk, pola perjalanan wisatawan, persepsi, motivasi, preferensi wisatawan, dan
sebagainya.
Hasil pengolahan dan analisis data tersebut akan menjadi dasar dalam perumusan tujuan,
kebijakan dan strategi perencanaan dan perancangan Kawasan Strategis Pariwisata.
4. Tahap Perumusan Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata
Perumusan konsep pengembangan kawasan strategis pariwisata meliputi:
a. Perumusan visi, misi, tujuan dan strategi pengembangan kawasan;
b. Perumusan konsep dan strategi pengelolaan kawasan;
c. Perumusan indikasi program dan kegiatan pengembangan kawasan.
5. Tahap Penyusunan Rancangan Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata
Penyusunan rancangan pengembangan kawasan strategis pariwisata dapat meliputi:
a. Rancangan struktur perwilayahan kepariwisataan yang disusun berdasarkan karakteristik
wilayah meliputi pusat pelayanan pariwisata primer dan sekunder serta kawasan
pariwisata utama dan pendukung;
b. Rancangan pengembangan kegiatan wisata pada tiap-tiap perwilayahan pariwisata;
c. Rancangan pengembangan fasilitas pariwisata pada tiap-tiap perwilayahan pariwisata;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-14
d. Rancangan pengembangan kawasan terpilih berupa blok plan, site plan (3D);
e. Rancangan perspektif arsitektur pada beberapa titik di kawasan terpilih.
2.2 Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, pasal 13 ayat 1 disebutkan bahwa kawasan
strategis pariwisata terdiri atas kawasan strategis pariwisata nasional, kawasan strategis
pariwisata provinsi, dan kawasan strategis pariwisata kabupaten/kota. Kawasan Strategis
Pariwisata Provinsi (KSPP) merupakan kawasan geografis yang berada di dalam satu wilayah
administratif provinsi yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata, yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek,
seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan (Peraturan Pemerintah Nomor 50
tahun 2011 tentang Ripparnas).
2.2.1 Amanat Penyusunan Rencana dan Rancangan Kawasan Strategis
Pariwisata Provinsi
Penyusunan rencana pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) diamanatkan
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Provinsi (Ripparprov). Dalam Ripparprov, wilayah
administratif provinsi sebagai Destinasi Pariwisata (skala provinsi) memiliki beberapa Kawasan
Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP) yang diantaranya adalah Kawasan Strategis Pariwisata
Provinsi (KSPP). Pengembangan KSPP menjadi prioritas pengembangan pariwisata di tingkat
provinsi karena kawasan tersebut memiliki fungsi utama pariwisata dan memiliki nilai strategis
dalam menyelesaikan isu strategis terkait kepariwisataan di tingkat provinsi.
2.2.2 Lingkup Materi Rencana dan Rancangan Pengembangan
Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi
Lingkup materi rencana pengembangan kawasan strategis pariwisasta provinsi meliputi
perumusan strategi pengembangan 4 (empat) aspek pengembangan kepariwisataan, yaitu
pengembangan destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, industri pariwisata, dan kelembagaan
kepariwisataan.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-15
Tabel 2.5 Lingkup Materi Rencana dan Rancangan Pengembangan
Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi
Rencana dan Rancangan Pengembangan
Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi
Lingkup Materi
Pengembangan
Rencana
Pengembangan
KSPP
Perumusan visi, misi, tujuan dan strategi
pengembangan kawasan;
1. Destinasi Pariwisata
a. Daya Tarik Wisata
b. Aksesibilitas
Pariwisata
c. Prasarana, Fasilitas
umum dan Fasilitas
Pariwisata
d. Pemberdayaan
masyarakat
e. Investasi Pariwisata
2. Pemasaran Pariwisata
3. Industri Pariwisata
4. Kelembagaan
Kepariwisataan
Perumusan konsep dan strategi pengelolaan
kawasan;
Perumusan indikasi program dan kegiatan
pengembangan kawasan
Rancangan
Pengembangan
KSPP
Rancangan struktur perwilayahan kepariwisataan
yang disusun berdasarkan karakteristik wilayah
meliputi pusat pelayanan pariwisata primer dan
sekunder serta kawasan pariwisata utama dan
pendukung;
Rancangan pengembangan kegiatan wisata pada
tiap-tiap perwilayahan pariwisata;
Rancangan pengembangan fasilitas pariwisata pada
tiap-tiap perwilayahan pariwisata;
Rancangan pengembangan kawasan terpilih berupa
blok plan;
Rancangan perspektif arsitektur pada beberapa titik
di kawasan terpilih
Sumber: Diadaptasi dari Pedoman Perencanaan dan Perancangan KSPN dan Peraturan Pemerintah
Nomor 50 Tahun 2011
2.3 Wisata Sejarah dan Warisan Budaya (Historical and
Cultural Heritage Tourism)
2.4.1 Pengertian, Komponen, dan Elemen
Perkembangan pariwisata di Indonesia, berdasarkan Hasil Passenger Exit Survey yang dikeluarkan
oleh Kementerian Pariwisata pada tahun 2014, menunjukkan bahwa pariwisata budaya memiliki
proporsi paling tinggi dalam kontribusi wisatawan terbesar di Indonesia yaitu sekitar 60%, diikuti
oleh pariwisata alam sebesar 35%, dan pariwisata buatan manusia yaitu sebesar 5%. Hal ini
menunjukkan bahwa pariwisata budaya memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan
pariwisata di Indonesia, terkait keberagaman budaya dan etnis yang dimiliki.
Wisata sejarah dan warisan budaya merupakan bagian dari portofolio produk pariwisata budaya.
Wisata ini seringkali memiliki berbagai macam istilah yang mengacu pada pengertian serupa,
salah satunya adalah pariwisata pusaka. Pusaka dapat dimaknai sebagai segala sesuatu baik
yang bersifat materil maupun non materil yang diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya yang ingin dijaga keberadaan dan keberlangsungannya. World Tourism Organization
mendefinisikan pariwisata pusaka sebagai kegiatan untuk menikmati sejarah, alam, peninggalan
budaya manusia, filosofi, dan pranata dari wilayah lain. Secara lebih luas, pariwisata pusaka juga
dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan wisata untuk menikmati berbagai adat istiadat lokal,
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-16
benda-benda cagar budaya, dan alam beserta isinya di tempat asalnya yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman akan keanekaragaman budaya dan alam bagi
pengunjungnya (Pariwisata Pusaka, 2009). Pariwisata pusaka merupakan salah satu bagian dari
industri pariwisata yang paling maju perkembangannya. Hal ini terlihat dari jumlah penyelenggara
(negara, lembaga, dan operator/penyelenggara), dan terutama dari segi jumlah wisatawan
(Jamieson, 1998; Boniface & Flowler, 1993 dalam Pariwisata Pusaka, 2009). Kondisi ini juga
mendukung hasil studi yang telah dijelaskan pada awal paragraph bagian ini.
Warisan budaya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu warisan budaya yang dapat diraba
(tangible cultural heritage) seperti benda dalam museum, dokumen dalam arsip, bangunan-
bangunan bersejarah, dan sebagainya; serta warisan budaya yang tidak dapat diraba (intangible
cultural heritage) seperti nilai, adat-istiadat, upacara, gaya hidup, festival, seni dan acara-acara
kebudayaan.
Salah satu perwujudan dari wisata sejarah dan warisan budaya adalah cagar budaya. Di Indonesia,
perihal cagar budaya telah diatur dalam Undang-Uundang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya. Cagar budaya diartikan sebagai warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan
Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui
proses penetapan. Cagar budaya dapat berbentuk benda, bangunan, struktur, situs, maupun
kawasan. Berikut adalah beberapa pengertian terkait hal-hal tersebut.
1. Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak
maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-
sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan
manusia.
2. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda
buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding dan/atau tidak berdinding, dan
beratap.
3. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda
buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam,
sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.
4. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan/atau Struktur Cagar Budaya.
5. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya
atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-17
Dalam pengembangan pariwisata sejarah dan warisan budaya, beberapa produk wisata yang
dapat dibentuk dan ditawarkan kepada wisatawan adalah sebagai berikut (Cultural and Heritage
Tourism, a Handbook for Community Champions, 2012).
Cultural and Heritage Sites (Situs Warisan Budaya)
• Pameran dan galeri seni
• Pusat interpretasi
• Museum
• Theater
• Peternakan dan pertanian
• Situs-situs bersejarah
• Pusat kebudayaan lokal
• Benteng dan rumah bersejarah
• Patung dan kesenian publik outdoor
Routes (Rute)
• Rute perjalanan bersejarah (historic driving routes)
• Rute perjalanan dengan pemandangan indah (scenic driving routes)
• Walking trail bersejarah/ dengan pemandangan indah (scenic/ historic walking trails)
Cultural/Heritage Themed Services
• Akomodasi
• Pedagang retail
• Barang-barang antik
• Kuliner
• Homestay
• Layanan lain bagi pengunjung
Events (Acara)
• Pertunjukan warga lokal
• Pasar tradisional
• Pertunjukan sejarah
• Festival pertanian
• Festival musik/teater/ film
• Program interpretasi
• Pertunjukan jalanan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-18
2.4.2 Perlindungan Kawasan Heritage/ Bernilai Sejarah
Perlindungan terhadap kawasan heritage telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2010 tentang Cagar Budaya. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar suatu benda, bangunan,
ataupun struktur dapat dikatakan sebagai cagar budaya jika sudah memenuhi kriteria sebagai
berikut.
1. Berusia 50 tahun atau lebih;
2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun;
3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
kebudayaan; dan,
4. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
Di dalam peraturan yang sama, juga sudah dijelaskan hal-hal penting lainnya terkait dengan
pelestarian kawasan yang bernilai sejarah. Pelestarian adalah upaya dinamis untuk
mempertahankan keberadaan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkannya. Selain pelestarian, hal-hal lain yang diatur adalah
terkait dengan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan.
Upaya perlidungan terhadap kawasan heritage atau kawasan yang bernilai sejarah dianggap
penting karena kawasan heritage merupakan warisan berharga yang dapat menjadi sumber
informasi dari kejadian masa lampau yang tidak akan terulang kembali. Nilai suatu bangunan
heritage amatlah penting pada masa kebudayaan kontemporer saat ini. Akan tetapi pada masa
kini, masyarakat di berbagai tempat mulai mengalami keresahan dengan kondisi memudarnya
praktek budaya lokal dan rusaknya kondisi alam. Hal ini sebagai akibat dari persinggungan dengan
kebudayaan luar dan anggapan bahwa budaya sudah tidak menarik maupun kuno (Pariwisata
Pusaka, 2009). Hal ini menjadi alasan mengapa perlindungan terhadap kebudayaan lokal salah
satunya melalui pengembangan pariwisata sejarah dan budaya menjadi suatu hal yang penting.
Upaya perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dapat dilihat dari sisi preventif maupun
kuratif. Upaya perlindungan preventif adalah suatu tindakan perlindungan yang biasanya
dilakukan oleh pihak berwajib sebelum terjadi suatu kerusakan pada kawasan heritage tertentu.
Perlindungan preventif biasanya dilakukan melalui bimbingan, pengarahan, dan ajakan mengenai
pentingnya menjaga kawasan heritage, penyuluhan bagaimana cara melestarikan warisan yang
ada kepada pihak-pihak terkait kawasan heritage tersebut, seperti kepada pihak stakeholder
(masyarakat, pemerintah, LSM, badan usaha, dan lain-lain) ataupun pihak wisatawan. Sedangkan
upaya perlindungan yang kuratif merupakan suatu tindakan perlindungan yang diambil setelah
terjadinya suatu bencana atau terjadinya hal yang merusak suatu kawasan heritage. Tindakan
perlindungan ini biasanya bersifat rehabilitasi, memperbaiki, ataupun menghilangkan penyebab
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-19
timbulnya suatu kerusakan. Upaya kuratif biasanya dilakukan untuk lokasi-lokasi cagar budaya
yang rusak akibat bencana alam maupun perbuatan manusia.
Sebagai fasilitator, pemerintah perlu bergerak melakukan upaya perlindungan kawasan heritage
melalui pelatihan, pendidikan, dan peningkatan keterampilan, serta dibidang pendanaan atau
permodalan melalui pemberian bantuan modal kepada masyarakat atau stakeholder yang
diberdayakan guna mengoptimalisasi upaya perlindungan kawasan heritage. Selain dari pihak
pemerintah, tentu perlu adanya kesadaran akan pentingnya kepedulian terhadap bangunan
heritage untuk generasi masa mendatang. Bangunan cagar budaya sebagai lambang kebudayaan
bagi sebuah bangsa yang memilikinya. Bangunan heritage juga merupakan sesuatu yang bernilai
tinggi dan sangat penting bagi pendidikan sejarah dan identitas suatu kawasan, serta bagi
komunitas ataupun bangsa yang peduli pada pembentukan karakter generasi masa depan.
Mengutip dari Rencana Aksi Kota Pusaka Muntok (2015), beberapa upaya yang perlu dilakukan
untuk menjaga kelestarian cagar budaya Kabupaten Bangka Barat agar dapat terjaga dengan baik
dilakukan dengan beberapa hal yaitu:
1. Langkah pertama penyelamatan pusaka Pemda Kabupaten Bangka Barat adalah dengan
menetapkan kawasan situs, struktur, bangunan atau obyek sebagai pusaka (heritage) yang
dilindungi berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 dan Undang-undang Nomor
32 Tahun 2009;
2. Kabupaten Bangka Barat menetapkan kawasan situs, struktur bangunan atau obyek sebagai
pusaka (heritage) dengan keputusan Bupati atau Peraturan Bupati yang kemudian
dikukuhkan dengan Perda;
3. Jenis perlindungan yang dilakukan Pemda Kabupaten Bangka Barat terhadap pusaka antara
lain:
• Penetapan Kawasan Cagar Alam/Budaya yang dilindungi
• Penetapan Situs Cagar Alam/Budaya yang dilindungi
• Penetapan Struktur/Bangunan Cagar Budaya yang dilindungi
• Penetapan Benda Cagar Budaya yang dilindungi
4. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat baik melalui edukasi, seminar, penyebaran brosur
dan lainnya tentang pentingnya cagar budaya terhadap pembangunan daerah maupun
terhadap masyarakat.
5. Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Barat melalui Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga melakukan sosialisasi ke tingkat sekolah, mulai dari TK sampai SMU untuk
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-20
mengenal, memahami makna dan fungsi pusaka, menyayangi dan mencintai, target untuk
berbuat memelihara, melestarikan dan mencegah kerusakan;
6. Bagi masyarakat yang bangunannya masuk dalam Cagar Budaya diminta untuk tidak
mengubah ataupun merusak bangunan yang ada dan diupayakan untuk memelihara,
melestarikan dan mencegah kerusakan.
2.4 Pariwisata Kuliner
Indonesia memiliki berbagai jenis potensi wisata mulai dari potensi alam hingga potensi budaya.
Selain potensi alam dan budaya, sumber daya makanan yang ada di Indonesia juga dapat
dijadikan sebagai salah satu potensi wisata yang dapat dikembangkan. Keberagaman makanan
yang terdapat di berbagai tempat dan wilayah yang ada di Indonesia menjadikan makanan
Indonesia memiliki cita rasa yang beragam, serta memiliki ciri khas ataupun karakteristik yang
berbeda dari setiap produk makanan. Hal tersebutlah yang mendasari terbentuknya wisata kuliner
di Indonesia.
Wisata kuliner merupakan salah satu kegiatan wisata yang dilakukan dengan cara mengkonsumsi
makanan. Daya tarik utama yang ditonjolkan dalam wisata kuliner adalah produk makanan itu
sendiri. Menurut Hall and Sharples, dalam Natasha, 2013 wisata kuliner merupakan kunjungan
ke suatu tempat yang menjadikan makanan sebagai motivasi utama untuk melakukan perjalanan
wisata dan mengunjungi lokasi-lokasi yang menyediakan makanan seperti festival makanan
maupun restoran untuk mencoba rasa dari makanan tersebut sehingga wisatawan dapat
memperoleh pengalaman dari makanan khas yang mereka coba di daerah yang mereka kunjungi.
Selain itu terdapat juga istilah wisata gastronomi, dimana wisatawan dapat melakukan aktivitas
lain selain mencicipi makanan khas daerah tersebut. Gastronomi sendiri menurut Jean-Anthelme
Brillat-Savarin memiliki arti sebagai ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat
dalam makanan yang dikonsumsi manusia. Mulai dari sejarah, budaya, kearifan lokal hingga cara
pengolahan makanan tersebut. Dalam wisata gastronomi selain mencoba makanan khas daerah,
wisatawan juga dapat mengetahui latar belakang dan proses pembentukan dari makanan yang
mereka coba (Imelda, 2015).
Meskipun berbeda, banyak yang menyebutkan kedua jenis wisata di atas menjadi wisata kuliner.
Beberapa ahli mendeskripsikan wisata kuliner menjadi wisata gastronomi, karena kedua hal
tersebut saling berkaitan. Perkembangan wisata kuliner dimulai dari tahun 2011 dimana Erik Wolf
membuat sebuah asosiasi dan mengesahkannya menjadi International Culinary Tourism
Association (ICTA). Asosiasi ini memberikan konsultasi dalam menangani permintaan akan wisata
kuliner seperti pengembangan dan pemasaran di bidang kuliner. Selain itu asosiasi ini
mengadakan pelatihan dan pendidikan di bidang wisata kuliner.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-21
Menyikapi berbagai pergeseran, perubahan, dan perkembangan industri pariwisata, di tahun
2011 Kementerian Pariwisata telah memasukkan kuliner atau wisata kuliner ke dalam klaster
ekonomi (pariwisata) kreatif ke-15 sebagai bagian dari industri ekonomi kreatif. Hal tersebut
didukung dengan sumbangan subsektor kuliner yang menjadi pendapatan terbesar bagi industri
kreatif di Indonesia atau sekitar 32,2% dari total kontribusi industri kreatif terhadap PDB pada
2011 atau sekitar Rp 169,62 triliun. Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menyebutkan dalam
wawancaranya pada April 2018 bahwa wisata kuliner dan kuliner tradisional masuk ke dalam
kelompok besar wisata budaya dengan daya tarik sebesar 60%. Atas dasar tersebut Kementerian
Pariwisata membentuk Tim Percepatan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja untuk
mendukung pencapaian target kunjungan wisatawan ke Indonesia (republika.co.id).
Dengan adanya globalisasi, wisata kuliner mengalami perubahan dan pergeseran dari segi nilai.
Masakan Indonesia mencerminkan warisan budaya, sehingga upaya pelestarian perlu dilakukan.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kearifan lokal yang terkandung di dalam makanan,
sehingga selain untuk meningkatkan pariwisata, kuliner juga dapat menjadi alat untuk
mengenalkan budaya Indonesia kepada wisatawan.
Dari segi penyajian makanan, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam wisata
kuliner. Aspek-aspek tersebut menurut Menrad dan Kotler dalam Komaladewi, 2017 yaitu:
1. Appearance, meliputi kemenarikan bentuk, warna, dan ukuran produk makanan.
2. Freshness, meliputi kesegaran warna, aroma, dan penampilan.
3. Health, meliputi kandungan atau komponen makanan, kesehatan bahan baku dan kandungan
gizi yang terkandung dalam produk makan tersebut.
4. Packaging, meliputi kemenarikan desain makanan dan bentuk kemasan
5. Brand, meliputi kemenarikan merek, kemudahan pengucapan merek makanan dan arti dari
merek tersebut.
Selain itu aspek lain dalam wisata kuliner juga dapat mempengaruhi psikologi wisatawan. Hal
tersebutlah yang membuat wisatawan mendapatkan pengalaman yang berbeda ketika sedang
berwisata kuliner. Keempat aspek lain yang mendukung wisata kuliner yaitu:
1. Aspek tempat, aspek ini meliputi lokasi dari tempat penyediaan makanan tersebut,
kemudahan capaian (aksesibilitas), desain dan suasana yang dapat mempengaruhi psikologi
wisatawan yang didukung oleh fasilitas yang disediakan oleh penyedia wisata kuliner.
2. Aspek harga, aspek ini merupakan aspek yang dapat menarik wisatawan untuk datang
berkunjung. Jika harga tersebut murah, maka wisatawan dapat mudah tertarik untuk
mengunjungi tempat tersebut, ataupun harga yang mahal dengan kelengkapan fasilitas dan
rasa makanan yang berkualitas dapat meningkatkan kemampuan pengeluaran dari
wisatawan tersebut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-22
3. Aspek pelayanan, aspek ini dapat memberikan pengalaman yang baik terhadap wisatawan.
Jika pelayanan yang diberikan kepada wisatawan berkualitas, maka wisatawan akan merasa
nyaman dan memiliki pengalaman yang baik terhadap tempat tersebut sehingga membuat
wisatawan ingin datang kembali ke tempat tersebut.
4. Aktivitas yang ditawarkan, wisata kuliner saat ini selain menawarkan produk makanan yang
berkualitas, juga menawarkan beberapa aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan.
Contohnya wisatawan dapat melihat proses pembuatan makanan tersebut, memasaknya
sendiri, maupun mengetahui sejarah dari makanan tersebut.
Aspek-aspek di atas merupakan aspek yang perlu dipertimbangkan dalam perkembangan wisata
kuliner. Jika suatu destinasi yang dijadikan sebagai tujuan wisata kuliner oleh wisatawan memilki
kesembilan aspek tersebut, maka wisatawan dapat memperoleh pengalaman berwisata kuliner
yang baik dan berharga.
2.5 Pengembangan Jalur Wisata Tematik
Konsep tematik dalam pariwisata menekankan pada pengembangan tema tertentu yang
mengaitkan berbagai komponen produk pariwisata dalam menyusun suatu jalur wisata.
US Department of Commerce (2012:136) menyatakan bahwa:
“thematic tours should be inclusive of natural, cultural, and historical assets to maximize the
opportunities for attracting a cross-section of audiences to multiple sites and events that
transcend geographic boundaries……….Linking similar assets together as a linear ‘strings of pearl’
allows consumers to travel by motivation and interests–––such as military history, ethnic
settlements, music, commerce and industry, architecture, or landscapes–––to expand
opportunities for these visitors to stay longer and spend more”.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pariwisata tematik harus mencakup aset alam, budaya
dan sejarah dalam memaksimalkan peluang untuk menarik kunjungan wisatawan ke beberapa
situs dan event dalam lingkup geografis tertentu. Dengan menyatukan aset yang sejenis menjadi
satu tema tertentu ke dalam jalur wisata, maka dapat memberikan kesempatan kepada
wisatawan untuk melakukan perjalanan dengan motivasi dan minat khusus seperti sejarah militer,
pemukiman etnis tertentu, musik, industri dan perdagangan, arsitektur atau lansekap sehingga
dapat memaksimalkan peluang untuk meningkatkan lama tinggal dan pengeluaran wisatawan.
Terdapat 3 (tiga) pilar dalam pengembangan pariwisata tematik, yaitu (1) create, menciptakan
tema; (2) enhance, meningkatkan kualitas/kuantitas produk; dan (3) link, mengaitkan antara
komponen produk pariwisata untuk membentuk tema. Selain ketiga pilar tersebut, interpretasi
merupakan hal penting dalam pengembangan pariwisata tematik. Tabata (2002:153-155) dalam
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 2-23
tulisannya yang berjudul “Thematic Itineraries: An Approach to Tourism Product Development”
menyatakan bahwa:
“Interpretation contributes to itinerary development in several important ways: (1) focuses
attention on the “whole” destination area, however defined, rather than the individual sites and
attractions; (2) develops themes that appeal to potential visitors; (3) provides a “wayfinding”
function for visitors; (4) increases the holding power an area by provoking the interest of visitors
and providing memorable visitor experiences; and (5) supports other local industries and
businesses such as unique souvenirs and foods.”
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa dalam mengembangkan rute/jalur perjalanan wisata
(itinerary), interpretasi memberikan kontribusi penting dalam berbagai hal, yaitu (1) fokus pada
keseluruhan area destinasi pariwisata, tidak hanya fokus pada satu daya tarik wisata; (2)
mengembangkan tema yang dapat menarik pengunjung potensial; (3) menyediakan informasi
kepada pengunjung mengenai destinasi pariwisata; (4) meningkatkan kekuatan (nilai tambah)
area destinasi dengan menarik minat pengunjung dan memberikan pengalaman yang berkesan
kepada pengunjung; dan (5) mendukung perkembangan industri dan bisnis lokal seperti souvenir
dan makanan khas lokal. Dengan mengacu pada penjelasan tersebut, maka beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam mengembangkan jalur wisata tematik diantaranya adalah:
1. Mengembangkan tema spesifik yang dapat menarik minat pengunjung;
2. Penerapan tema spesifik pada seluruh komponen produk pariwisata, tidak hanya pada salah
satu komponen saja;
3. Menciptakan pengalaman yang berkesan bagi pengunjung melalui interpretasi tema spesifik
yang disampaikan oleh interpreter (pemandu wisata) yang kompeten;
4. Mendorong pertumbuhan industri dan usaha lokal;
5. Menggabungkan ketiga pilar pengembangan produk pariwisata tematik, yaitu Create,
menciptakan tema; Enhance, meningkatkan kualitas/kuantitas produk; dan Link, mengaitkan
antara komponen produk untuk membentuk tema.
Dengan memperhatikan keberagaman potensi daya tarik wisata di Kawasan Strategis Pariwisata
Provinsi (KSPP) Muntok dan sekitarnya serta arahan kebijakan pengembangan pariwisata terkait,
maka tema pengembangan KSPP Muntok dan sekitarnya adalah wisata warisan budaya sebagai
tema utama dan wisata kuliner sebagai tema pendukung. Tema utama dan tema pendukung ini
selanjutnya akan dipadukan dan dikemas dalam jalur-jalur wisata tematik yang akan dibahas
dalam bab selanjutnya.
BAB 3 KAJIAN KEBIJAKAN DAN
RENCANA TERKAIT PENGEMBANGAN
KSPP MUNTOK DAN SEKITARNYA
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-2
Pada bab ini akan diulas beberapa kebijakan pembangunan yang berkaitan dengan
pembangunan kepariwisataan di Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan
sekitarnya. Pembahasan ini ditujukan untuk mensinergiskan Rencana Induk Rencana Detail KSPP
Muntok dan sekitarnya dengan kebijakan terkait dari berbagai tingkatan. Kebijakan-kebijakan
yang menjadi referensi dalam kajian ini antara lain, RTRW Nasional dan Ripparnas, RTRW Provinsi
dan Ripparprov Kepulauan Bangka Belitung, serta kebijakan lokal Kabupaten Bangka Barat yang
terkait.
3.1 KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Kebijakan
Pembangunan Nasional
Sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia pembangunan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, khususnya Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan sekitarnya
merupakan bagian dari pembangunan nasional dan pembangunan kepariwisataan nasional.
Kebijakan pembangunan nasional yang mengarahkan pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung secara umum dan KSPP Muntok dan sekitarnya tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) tahun 2008-2027
yang direvisi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang perubahan terhadap
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Sedangkan pembangunan kepariwisataan nasional tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor
50 Tahun 2010 tentang Ripparnas Tahun 2010-2025.
3.1.1 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 dan direvisi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017,
merupakan arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara untuk periode
perencanaan 2008-2028. Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah di tingkat nasional
mengatur tentang struktur ruang dan pola ruang nasional. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
meliputi: sistem perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi
nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumber daya air.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan
ruang, berupa ruang udara, ruang darat, ruang laut serta ruang yang ada di dalam bumi, disusun
dalam kesatuan wilayah. Dalam perubahan RTRWN tahun 2017 terdapat penyesuaian strategi
pembangunan perwilayahan di Indonesia. Di antara perubahan strategi yang ada,
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-3
terdapat perubahan strategi peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan
ekonomi wilayah yang terkait dengan pembangunan pariwisata. Strategi yang dimaksud berbunyi,
“mengembangkan pelayanan kawasan perkotaan yang mendukung sektor unggulan sebagai kota
industri, wisata dan maritim secara berkelanjutan”.
Wilayah menurut RTRWN diartikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif atau
aspek fungsional. Selanjutnya dalam penataan ruang, wilayah dapat dibagi menjadi dua yaitu
kawasan budidaya dan kawasan lindung. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi wilayah tersebut. Salah
satu pembagian kawasan budidaya adalah kawasan andalan yang pengembangannya diarahkan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan sekitarnya.
Dalam sistem perkotaan yang telah ditetapkan dalam struktur ruang wilayah nasional, pembagian
struktur ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, meliputi :
1. Pangkalpinang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) pada Tahapan Pengembangan II, yaitu
Pengembangan/peningkatan fungsi Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota
Pusat Pertumbuhan Nasional (II/C/1).
2. Muntok sebagai PKW pada Tahapan Pengembangan II untuk Mendorong Pengembangan
Kota-Kota Sentra Produksi yang Berbasis Otonomi Daerah (II/B).
3. Tanjungpandan pada Tahapan Pengembangan I untuk Mendorong Pengembangan Kota-Kota
Sentra Produksi yang Berbasis Otonomi Daerah (I/B).
4. Manggar pada Tahapan Pengembangan II untuk Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra
Produksi yang Berbasis Otonomi Daerah (II/B).
Pangkalpinang memiliki fungsi sebagai PKN di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
mempunyai skala pelayanan nasional, sedangkan Muntok merupakan salah satu Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pusat kegiatan wilayah (PKW) adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa
kabupaten/kota. Selain Muntok, kota lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang ditetapkan
sebagai PKW adalah Tanjungpandan dan Manggar.
Dalam penataan ruang, kawasan pariwisata merupakan bagian dari kawasan budidaya. Kriteria
yang digunakan untuk menetapkan kawasan peruntukan pariwisata adalah:
1. Memiliki daya tarik wisata; dan/atau
2. Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan.
RTRWN mengatur bahwa peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata disusun dengan
memperhatikan:
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-4
1. Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung
lingkungan;
2. Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;
3. Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata; dan
4. Ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.
Selain dikembangkan di kawasan budidaya, RTRWN juga telah mengatur kawasan-kawasan
lindung yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata. Kawasan-kawasan tersebut antara
lain:
1. Kawasan warisan dunia
2. Kawasan taman nasional dan taman nasional laut
3. Kawasan taman hutan raya
4. Kawasan taman wisata dan taman wisata laut
5. Kawasan cagar biosfer
6. Kawasan terumbu karang
7. Kawasan keunikan batuan dan fosil
8. Kawasan keunikan bentang alam
9. Kawasan keunikan proses geologi
Selain itu melalui penyusunan rencana pola ruang dalam RTRW Nasional, Cagar Alam Gunung
Menumbing yang merupakan bagian wilayah KSPP Muntok dan sekitarnya dapat menjadi dan
dikembangkan sebagai salah satu daya tarik wisata.
Lebih lanjut, dalam RTRWN ini juga telah ditetapkan tentang kawasan andalan yang terdiri atas
kawasan andalan darat dan kawasan andalan laut. Kawasan andalan darat terdiri atas kawasan
andalan berkembang dan kawasan andalan prospektif berkembang. Kawasan andalan
berkembang ditetapkan dengan kriteria :
1. Memiliki paling sedikit 3 (tiga) kawasan perkotaan;
2. Memiliki kontribusi terhadap produk domestik bruto paling sedikit 0,25 %;
3. Memiliki jumlah penduduk paling sedikit 3 % dari jumlah penduduk provinsi;
4. Memiliki prasarana berupa jaringan jalan, pelabuhan laut dan / atau bandar udara, prasarana
listrik, telekomunikasi, dan air baku, serta fasilitas penunjang kegiatan ekonomi kawasan;
dan
5. Memiliki sektor unggulan yang sudah berkembang dan / atau sudah ada minat investasi.
Sedangkan kawasan andalan prospektif berkembang ditetapkan dengan kriteria :
1. Memiliki paling sedikit 1(satu) kawasan perkotaan;
2. Memiliki kontribusi terhadap produk domestik bruto paling sedikit 0,05 %;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-5
3. Memiliki laju pertumbuhan ekonomi paling sedikit 4 % pertahun;
4. Memiliki jumlah penduduk paling sedikit 0,5 % dari jumlah penduduk provinsi;
5. Memiliki prasarana berupa jaringan jalan, pelabuhan laut, dan prasarana lainnya yang belum
memadai; dan
6. Memiliki sektor unggulan yang potensial untuk dikembangkan.
Adapun kawasan andalan laut ditetapkan dengan kriteria:
1. Memiliki sumber daya kelautan;
2. Memiliki pusat pengolahan hasil laut; dan
3. Memiliki akses menuju pasar nasional atau internasional
Kawasan Andalan sesuai RTRWN yang termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun
2017 yang berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Kawasan Andalan Bangka
Belitung, yang mencakup :
1. Kawasan Andalan Bangka, dengan sektor unggulan pertanian (IV/A/2), perkebunan (IV/B/2),
industri (II/D/2), pariwisata (II/E/2), dan perikanan (II/F/2).
2. Kawasan Andalan Belitung, dengan sektor unggulan pertanian (IV/A/2), perkebunan (IV/B/2),
industri (II/D/2), dan pariwisata (II/E/2).
3. Kawasan Andalan Laut Bangka dan sekitarnya, dengan sektor unggulan perikanan (III/F/2)
dan pariwisata (II/E/2).
KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan bagian dari Kawasan Andalan Bangka dan Kawasan
Andalan Laut Bangka dan sekitarnya. Pengembangan Kawasan Andalan Bangka diarahkan pada
pengembangan sektor potensial kawasan yaitu sektor pertanian, sektor perkebunan, sektor
industri, sektor pariwisata dan sektor perikanan. Sedangkan Kawasan Andalan Laut Bangka dan
sekitarnya dikembangkan dengan sektor unggulan yaitu sektor perikanan dan sektor pariwisata.
Kawasan Andalan Bangka dan Kawasan Andalan Laut Bangka dan sekitarnya dapat dilihat pada
gambar 3.1 berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-6
Gambar 3.1 Kawasan Andalan Bangka dan Sekitarnya
Sumber: RTRW Nasional 2008 – 2028
3.1.2 Kebijakan Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (Ripparnas) merupakan dokumen
perencanaan pembangunan yang menjadi pedoman bagi pembangunan kepariwisataan tingkat
nasional dalam jangka panjang, yaitu 15 tahun. Pembangunan kepariwisataan harus diarahkan
untuk mendukung terwujudnya visi pembangunan kepariwisataan nasional, yaitu “Terwujudnya
Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu
mendorong pembangunan daerah dan kesejahteraan rakyat”.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Ripparnas juga telah menetapkan misi pembangunan
kepariwisataan nasional, yaitu:
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-7
1. Destinasi pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai, berwawasan lingkungan,
meningkatkan pendapatan nasional, daerah dan masyarakat;
2. Pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara;
3. Industri pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan
bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; dan
4. Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat, sumber daya manusia,
regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong
terwujudnya pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.
Selain visi dan misi, Ripparnas juga menetapkan tujuan, sasaran, arah pembangunan, kebijakan,
dan strategi pembangunan kepariwisataan nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, kebijakan dan strategi pembangunan kepariwisataan yang
diatur dalam Ripparnas mencakup pembangunan destinasi pariwisata, industri pariwisata,
pemasaran pariwisata, dan kelembagaan kepariwisataan.
Salah satu rencana yang diatur dalam Ripparnas adalah rencana perwilayahan pariwisata dengan
menetapkan 50 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN). Dalam rencana perwilayahan destinasi
pariwisata nasional yang diatur dalam Ripparnas, KSPP Muntok dan sekitarnya menjadi bagian
dari DPN Palembang – Bangka Belitung dan sekitarnya. DPN ini terdiri dari 3 Kawasan
Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) dan 2 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
KPPN adalah suatu ruang pariwisata yang mencakup luasan area tertentu sebagai suatu kawasan
dengan komponen kepariwisataannya, serta memiliki karakter atau tema produk pariwisata
tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai komponen pencitraan kawasan tersebut. KSPN
adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih
aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
KPPN di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah KPPN Belinyu dsk, Pangkalpinang-
Sungailiat dsk, dan Punai-Belitung dsk. Sementara itu, wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung yang ditetapkan sebagai KSPN adalah KSPN Tanjung Kelayang-Belitung dan sekitarnya.
Berdasarkan pembagian tersebut, KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan bagian dari KPPN
Belinyu dan sekitarnya. Untuk lebih jelasnya, Peta DPN Palembang – Bangka Belitung dan
sekitarnya dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-8
Gambar 3.2 Peta DPN Palembang-Bangka Belitung dan Sekitarnya
Sumber: RIPPARNAS 2010-2025
3.2 KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Kebijakan
Pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sebagai bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pembangunan kepariwisataan
Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan sekitarnya harus mengacu pada
kebijakan dan arahan pembangunan provinsi, khususnya yang terkait dengan pembangunan
kepariwisataan. Kebijakan dan arahan pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
mengatur tentang pembangunan kepariwisataan di provinsi adalah Peraturan Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Tahun 2005-2025; Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor
2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun
2014-2034; dan Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 7 Tahun 2016
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-9
3.2.1 Pembangunan KSPP Muntok dalam RPJPD Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 merupakan dokumen rencana
pembangunan seluruh sektor dalam pembangunan provinsi untuk jangka waktu perencanaan 20
tahun. RPJPD Provinsi juga merupakan kerangka dasar pengelolaan pembangunan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dalam jangka panjang, yang merupakan pengejawantahan kehendak
masyarakat dan Pemerintah Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
dengan tetap memperhatikan arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Pembangunan jangka panjang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diarahkan untuk mencapai
visi “Terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai Wilayah Agribahari yang Maju dan
Berwawasan Lingkungan, Didukung oleh Sumber Daya Manusia Handal dan Pemerintah yang
Amanah Menuju Masyarakat Sejahtera” di tahun 2025. Visi tersebut dijabarkan ke dalam lima
misi pembangunan provinsi, yaitu:
1. Mengembangkan potensi ekonomi lokal yang sejalan dengan upaya mewujudkan wilayah
agribahari dan meningkatkan daya saing daerah. Peningkatan daya saing daerah akan
dilakukan melalui pemanfaatan potensi ekonomi daerah secara optimal dan sejalan dengan
upaya pelestarian lingkungan, khususnya perkebunan, perikanan dan kelautan; industri
pengolahan dan pariwisata sesuai dengan keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh masing-
masing kabupaten/kota yang orientasi pemasarannya terutama ke luar daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung; pembangunan sarana dan prasarana ekonomi; serta reformasi
di bidang peraturan dan perijinan;
2. Peningkatan kualitas dan daya saing SDM melalui penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan
Iptek yang berbasis potensi lokal serta pemantapan Imtaq;
3. Penguatan ketatapemerintahan yang baik (good local governance) melalui peningkatan
kualitas pelayanan publik, pemantapan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh, penguatan
peran masyarakat sipil, penguatan kualitas desentralisasi dan otonomi daerah,
pengembangan media dan kebebasan media dalam mengkomunikasikan kepentingan
masyarakat, peningkatan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil;
4. Pemerataan pembangunan dan berkeadilan melalui peningkatan pembangunan daerah;
mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh; keberpihakan kepada masyarakat,
kelompok dan wilayah/daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan secara drastis;
menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-10
sarana dan prasarana ekonomi; dan menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek
termasuk gender;
5. Penciptaan lingkungan hidup yang asri, nyaman dan lestari bagi generasi sekarang dan
generasi yang akan datang.
Sesuai misi pertama, sebagai sektor yang mendukung upaya pelestarian lingkungan, pariwisata
diharapkan dapat menjadi sektor yang mampu meningkatkan daya saing daerah. Indikator
keberhasilan pembangunan kepariwisataan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah:
a. perkembangan daerah tujuan wisata (DTW) pantai di Kepulauan Bangka Belitung dalam masa
20 tahun;
b. peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari retribusi daerah tujuan
wisata, pajak hotel dan restoran, serta sumber-sumber penerimaan lain yang terkait;
c. perkembangan sektor-sektor ikutan, seperti jumlah hotel, restoran, hiburan, travel agent,
sampai dengan perkembangan usaha kecil dan menengah (penghasil kerajinan,
cenderamata, makanan).
RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menetapkan kepariwisataan sebagai sektor unggulan
ke-2 dari enam sektor unggulan pembangunan provinsi, yang secara berturut-turut adalah:
kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, pertambangan, perindustrian, perdagangan dan
jasa. Pada tahapan pembangunan lima tahunan, kepariwisataan menjadi fokus pembangunan
pada tahap ke-2 (2012-2017) dan tahap ke-4 (2022-2025).
Tabel 3.1 Tahap Pembangunan Lima Tahunan dan Fokus Pembangunan
dalam RPJPD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2005-2025
TAHAP I
2005-2012
TAHAP II
2012-2017
TAHAP III
2017-2022
TAHAP IV
2022-2025
FOKUS
PEMBANGUNAN
Penyiapan sarana
dan prasarana
serta
penanganan
lingkungan hidup
Pembangunan
ekonomi dan
lingkungan hidup
Ekonomi dan
pengembangan
kualitas sumber
daya manusia
Ekonomi, sumber daya
manusia, dan
penguatan birokrasi
FOKUS
SEKTOR/
BIDANG
Infrastruktur fisik
dan nonfisik
Lingkungan
Hidup
1. Perkebunan
2. Perikanan
3. PARIWISATA
1. Industri
pengolahan
2. Sumber daya
manusia
1. Industri pengolahan
2. PARIWISATA
3. Sumber daya
manusia
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-11
TAHAP I
2005-2012
TAHAP II
2012-2017
TAHAP III
2017-2022
TAHAP IV
2022-2025
STRATEGI Persiapan dan
pembentukan
modal dasar
pembangunan
Percepatan
pembangunan dan
pertumbuhan
sentra-sentra
ekonomi, wilayah-
wilayah strategis
dan cepat tumbuh
(zona
pertumbuhan)
dengan tetap
menerapkan
prinsip
pembangunan
berwawasan
lingkungan.
Memberi nilai
tambah pada
hasil produk
unggulan provinsi
ini
Pengembangan
SDM yang
berkualitas,
profesional,
berwawasan
IPTEK dan
berbekal IMTAK
Memperluas akses
komoditas hasil industri
pengolahan hasil produk
unggulan ke pasar
regional, nasional
bahkan kalau mungkin
pasar internasional.
Promosi pariwisata yang
kontinyu dan
komprehensif terhadap
daya tarik wisata yang
ada di Kepulauan
Bangka Belitung.
Mengembangkan
potensi sumber daya
manusia dengan
bertumpu pada
kekuatan/keunggulan
daerah.
Sumber: Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 13 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025
3.2.2 Pembangunan KSPP Muntok dalam RPJMD Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Bangka Belitung terkait dengan
pengembangan kepariwisataan di wilayah Muntok, Kabupaten Bangka Barat sebagai KSPP
Muntok dan sekitarnya, sebagai berikut:
1. Mempercepat pembangunan infrastruktur wilayah dan mengembangkan wilayah strategis dan
cepat tumbuh.
a. Strategi untuk mencapai misi ini adalah mempercepat pembangunan infrastruktur di
daerah perdesaan, daerah terpencil, daerah tertinggal dan daerah perbatasan, dengan
arah kebijakan sebagai berikut:
1) Percepatan pembangunan infrastruktur di daerah pesisir, terpencil dan pulau-pulau
kecil untuk meningkatkan aksesibilitas serta mendukung pengembangan pariwisata
daerah yang berdaya saing sebagai pondasi pengembangan ekonomi wilayah;
2) Pengembangan infrastruktur wilayah untuk meningkatkan daya saing dan daya tahan
ekonomi, layanan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat;
3) Pemerataan akses teknologi dan informasi sampai ke daerah pesisir, terpencil dan
pulau-pulau kecil untuk memberikan sarana informasi kepada masyarakat serta
mendukung perkembangan pariwisata;
4) Pemenuhan energi di pulau-pulau kecil untuk mendukung pengembangan ekonomi
kerakyatan dan pengembangan pariwisata;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-12
5) Pemenuhan secara bertahap transportasi antarpulau untuk meningkatkan
transportasi barang dan orang serta mendukung perkembangan pariwisata;
b. Strategi: Dukungan terhadap MP3EI (Masterplan Mempercepat Memperluas
Pembangunan Ekonomi Indonesia) Wilayah Sumatera dan sekitarnya. Adapun arah
kebijakan pada strategi ini antara lain:
1) Pengembangan pembangunan infrastruktur perhubungan darat, laut dan udara, dan
modernisasi moda trasportasi untuk membuka akses antar pulau, antar provinsi dan
negara termasuk mendukung peningkatan aksesibilitas ke destinasi pariwisata
daerah;
2) Rintisan pengembangan Trans Bangka Belitung (Sumatera – Bangka Belitung –
Kalimantan) untuk meningkatkan daya saing wilayah.
c. Strategi : Mendorong percepatan pertumbuhan wilayah-wilayah potensial, dengan arah
kebijakan sebagai berikut:
1) Percepatan pembangunan infrastruktur wilayah kepulauan dan kawasan pariwisata
dengan keunggulan lokal;
2) Perwujudan Pulau Belitung sebagai daerah pariwisata internasional;
3) Pengembangan desa-desa pariwisata untuk mendukung pengembangan pariwisata;
d. Strategi : Harmonisasi dan integrasi program-program yang terkait dengan pemberdayaan
masyarakat, dengan arah kebijakan:
1) Pemberdayaan, pengembangan kepemimpinan dan kewirausahaan pemuda yang
mendukung tumbuhnya partisipasi masyarakat melalui pengembangan ekonomi
kreatif dan pembangunan pariwisata daerah
2. Mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui penguatan kapasitas lembaga ekonomi rakyat
untuk menciptakan sentra-sentra pembangunan produk unggulan wilayah
perdesaan/kecamatan/kabupaten/kota sesuai dengan kultur dan potensi wilayah bagi
mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan antar sektor, ditempuh melalui
strategi sebagai berikut:
a. Mengembangkan desa mandiri yang dirancang sebagai pusat pertumbuhan baru,
dilakukan agar berkembangnya sentra-sentra produk unggulan daerah.
b. Pengembangan komoditas unggulan daerah sebagai ikon produk pertanian dan pariwisata
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3. Mempercepat pembangunan infrastruktur wilayah dan mengembangkan wilayah strategis dan
cepat tumbuh untuk meningkatkan daya saing daerah dan memperkuat pondasi ekonomi
daerah dalam rangka menghadapi era globalisasi dan keterbukaan persaingan global,
strateginya:
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-13
a. Mendorong percepatan pertumbuhan wilayah-wilayah potensial, dilakukan agar
berkembangnya daerah Kawasan Ekonomi Khusus, wilayah strategis, dan kawasan cepat
tumbuh. Strategi ini akan dilaksanakan melalui arah kebijakan:
• Percepatan pembangunan infrastruktur wilayah kepulauan dan kawasan pariwisata
dengan keunggulan lokal;
• Pengembangan desa-desa pariwisata untuk mendukung pengembangan pariwisata.
3.2.3 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam RTRW
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Dalam Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2014-2034,
kepariwisataan memiliki posisi yang strategis sebagai salah satu sektor yang menjadi tujuan
penataan ruang wilayah provinsi. Tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung adalah ”Mewujudkan Tata Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang Terpadu,
Berimbang, dan Berkeadilan berbasis Agrobahari untuk Menunjang Pariwisata serta Pengendalian
Wilayah Pertambangan untuk Menjamin Pembangunan yang Berkelanjutan”.
Kebijakan penataan ruang untuk pariwisata diarahkan pada pengembangan kepariwisataan yang
berbasis budaya lokal, heritage, dan bahari, serta ramah lingkungan. Kebijakan tersebut
dilakukan melalui strategi berikut:
1. Memfasilitasi dan membangun kerjasama antar kabupaten/kota dalam pengembangan
pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
2. Mendorong dan membantu kabupaten/kota membangun dan merevitalisasi kawasan dan
atau daya tarik wisata potensial di seluruh wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
3. Membantu dan membangun prasarana dan sarana penunjang pariwisata sesuai kewenangan
pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Mengacu kepada penetapan RTRW Nasional, posisi perkotaan Muntok dalam struktur
perwilayahan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai PKW. Dengan perannya
sebagai PKW, perkotaan Muntok berfungsi sebagai pusat pelayanan tingkat provinsi dan/atau
Kabupaten Bangka Barat.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-14
Gambar 3.3 Peta Struktur Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2014 - 2034
Pada penyusunan rencana pola ruang, RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga telah
menetapkan kawasan budidaya. Salah satu peruntukan kawasan budidaya tersebut adalah
sebagai kawasan yang diperuntukkan bagi pariwisata. Kawasan peruntukan pariwisata di wilayah
provinsi dikategorisasikan menjadi kawasan peruntukan bagi tiga kegiatan wisata, yaitu wisata
alam, wisata budaya, dan wisata buatan/taman rekreasi serta wisata lainnya, ditetapkan dengan
kriteria:
a. Memiliki objek dengan daya tarik wisata;
b. Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan; dan
c. Memiliki kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan perekonomian
dan sosial budaya.
Diantara kawasan-kawasan peruntukan pariwisata yang telah ditetapkan oleh RTRWP Kepulauan
Bangka Belitung tersebut, yang merupakan bagian dari KSPP Muntok, adalah:
1. Wisata alam, meliputi :
a. Seluruh wilayah pesisir Pulau Bangka, Pulau Belitung dan pulau-pulau kecil;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-15
b. Kawasan pariwisata bahari yang berupa kawasan pantai dan lautnya yang dimanfaatkan
untuk pariwisata alam yang ada di kabupaten/kota, serta kawasan pariwisata pulau-pulau
kecil yang ada di Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka
Tengah, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Belitung, dan Kabupaten Belitung Timur;
c. Kawasan pariwisata alam berupa kawasan wisata hutan;
d. Kawasan wisata alam berupa pemandian sumber air panas alam yang dimanfaatkan
untuk pariwisata di Kabupaten Bangka, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka
Tengah, dan Kabupaten Bangka Selatan;
e. Taman wisata laut;
f. Kawasan pariwisata alam unggulan lainnya di kabupaten/kota.
2. Wisata budaya, meliputi :
a. Kawasan Kota Tua Muntok di Kabupaten Bangka Barat;
b. Kawasan yang di dalamnya terdapat cagar budaya dan atau yang memiliki ciri-ciri cagar
budaya di kabupaten/kota;
c. Kawasan wisata budaya yang memiliki daya tarik wisata budaya tangible maupun
intangible yang ada di kabupaten/kota;
d. Kawasan wisata budaya dan wisata kreatif lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah
Provinsi di kabupaten/kota.
3. Kawasan wisata buatan, yaitu kawasan wisata yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata
khusus yang merupakan kreasi artifisial dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya, yang
meliputi kawasan agro wisata, fasilitas rekreasi dan taman bertema dan resort serta fasilitas
olahraga yang ada di kabupaten/kota.
Arahan pemanfaatan ruang dalam RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengatur bahwa
pengembangan kawasan peruntukan pariwisata dilakukan melalui:
a. identifikasi kawasan potensial dan kawasan wisata yang sudah bertumbuh;
b. penyusunan masterplan (rencana induk pengembangan pariwisata daerah) Provinsi
Kepulauan Bangka Berlitung;
c. revitalisasi, restorasi dan perbaikan bangunan dan kawasan wisata yang ada;
d. pengembangan kawasan potensial menjadi kawasan strategis pariwisata provinsi;
e. peningkatan aksesibilitas pada kawasan-kawasan pariwisata yang potensial dalam satu
kesatuan sistem perjalanan wisata.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-16
Gambar 3.4 Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung 2014 - 2034
Selain di kawasan budidaya, RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga telah menetapkan
beberapa kawasan lindung, yang dalam pengembangannya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
wisata, yaitu:
a. kawasan suaka alam;
b. kawasan hutan lindung;
c. kawasan sempadan pantai;
d. kawasan sekitar danau atau kolong;
e. kawasan pantai berhutan bakau;
f. situs dan kawasan cagar budaya.
Diantara kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung yang menjadi bagian dari KSPP Muntok dan sekitarnya, adalah kawasan cagar alam
Gunung Menumbing serta situs dan kawasan cagar budaya peninggalan sejarah.
Selain rencana pola ruang, RTRW Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2014 - 2034, juga
menetapkan kawasan strategis. Kawasan strategis provinsi merupakan bagian wilayah provinsi
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-17
lingkup provinsi, baik di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Kawasan strategis
provinsi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut :
1) Bidang Ekonomi
a) Kawasan industri dan Pelabuhan Terpadu (KIPT) di Kawasan Tanjung Ular, Kabupaten
Bangka Barat
b) Pelabuhan dan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Berikat di Kecamatan Lubuk Besar,
Kabupaten Bangka Tengah
c) Kawasan terpadu Mandiri Batu Betumpang Kabupaten Bangka Selatan
d) Kawasan Minapolitan Lepar Pongok di Kabupaten Bangka Selatan
e) Kawasan Etalase Perikanan Selat Nasik di Kabupaten Belitung
f) Kawasan Ekonomi Khusus Suge di Kabupaten Belitung
g) Kawasan Industri Perikanan Tanjung Binga, Kabupaten Belitung
h) Kawasan Terpadu Mandiri Gantung di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur
i) Kawasan Industri Terpadu Air Kelik (KIAK) di Kabupaten Belitung Timur
j) Kawasan Pelabuhan ASDP Manggar di Kabupaten Belitung Timur.
2) Bidang Sosial Budaya;
a) Kawasan Universitas Bangka Belitung (UBB) dan STAIN di Kabupaten Bangka
b) Kota Tua Muntok di Bangka Barat
c) Museum Nasional Maritim di Kabupaten Belitung
3) Bidang Lingkungan
a) Pengelolaan Cagar Alam Gunung Lalang (Belitung)
b) Gunung Menumbing (Bangka Barat)
c) Hutan Konservasi Gunung Maras (Bangka)
d) Gunung Mangkol (Bangka Tengah)
e) Gunung Permisan (Bangka Selatan)
f) Jering Menduyung (Bangka Barat)
g) Kawasan Kepulauan Buku Limau (Belitung Timur)
h) Taman Kehati (Belitung)
i) Kota Kapur (Bangka)
j) Karantina Hewan (Pulau Nadu), Kabupaten Belitung
Dengan demikian, KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan bagian kawasan strategis dari
berbagai kepentingan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu:
a. Kawasan industri dan Pelabuhan Terpadu (KIPT) di Kawasan Tanjung Ular Kabupaten Bangka
Barat sebagai kawasan strategis provinsi bidang ekonomi;
b. Kota Tua Muntok sebagai kawasan strategis provinsi bidang sosial budaya;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-18
c. Gunung Menumbing dan Jering Menduyung sebagai kawasan strategis provinsi bidang
lingkungan.
Gambar 3.5 Peta Kawasan Strategis Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung
Sumber: RTRW Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung 2014 - 2034
3.2.4 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Ripparprov
Kepulauan Bangka Belitung
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2016-
2025 diarahkan untuk mencapai visi, yaitu “Kepulauan Bangka Belitung sebagai Destinasi
Pariwisata Bahari dan Budaya Berdaya Saing Global yang Terpadu dan Bertanggung Jawab untuk
Pembangunan Masyarakat dan Lingkungan Berkelanjutan”. Untuk mewujudkan visi tersebut,
Ripparprov juga telah menetapkan misi pembangunan kepariwisataan provinsi, yaitu:
a. Membangun destinasi pariwisata yang memadukan potensi sumber daya bahari dan budaya
khas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mewujudkan lingkungan yang
berkelanjutan;
b. Membangun industri pariwisata yang bertanggung jawab, beridentitas lokal, dan berstandar
internasional;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-19
c. Membangun pemasaran pariwisata terpadu dan bertanggung jawab untuk membentuk citra
sebagai destinasi pariwisata bahari dan budaya berdaya saing global; dan
d. Membangun kelembagaan kepariwisataan dalam mewujudkan keterpaduan pembangunan
dan percepatan perwujudan sebagai destinasi pariwisata berdaya saing global.
Pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain memiliki tujuan
sebagai berikut:
a. Mengembangkan daya tarik wisata bahari dan budaya khas berbasis masyarakat sebagai
unggulan dan pendorong perkembangan daya tarik wisata lain;
b. Meningkatkan keterpaduan pembangunan aksesibilitas, prasarana umum, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata untuk meningkatkan konektivitas dan kualitas pelayanan berstandar
internasional dalam mendorong investasi pariwisata;
c. Mengembangkan industri pariwisata berdaya saing internasional yang bertanggung jawab
terhadap lingkungan alam, sosial, dan budaya sebagai unggulan kepariwisataan provinsi;
d. Membangun struktur industri pariwisata yang kuat dan beridentitas melalui pembangunan
kemitraan berkinerja tinggi di tingkat lokal, nasional, dan internasional, serta menghargai
nilai-nilai kearifan lokal;
e. Meningkatkan keterpaduan pemasaran pariwisata dengan perdagangan dan investasi,
seluruh kabupaten/kota di provinsi, dan dengan pemasaran pariwisata nasional dalam
membangun citra sebagai destinasi pariwisata bahari dan budaya berdaya saing global;
f. Mewujudkan sistem pemasaran yang efektif dan bertanggung jawab untuk mendorong
kunjungan wisatawan yang berkualitas;
g. Mewujudkan organisasi kepariwisataan dan sumber daya manusia yang handal dan
berkompetensi internasional untuk mendorong percepatan perwujudan sebagai destinasi
pariwisata berdaya saing global; dan
h. Mewujudkan tata kelola pariwisata yang terstruktur dan terpimpin untuk mewujudkan
keterpaduan pembangunan kepariwisataan Daerah Provinsi.
Dalam melakukan pembangunan destinasi pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dijabarkan kebijakan dan strategi yang dapat dilakukan pada masing-masing kabupaten/kota.
Strategi untuk kebijakan pembangunan perwilayahan pariwisata provinsi khususnya di Kabupaten
Bangka Barat dan KSPP Muntok dan sekitarnya, meliputi:
a. Menetapkan Muntok sebagai pusat pelayanan sekunder pariwisata daerah;
b. Membangun Destinasi Pariwisata Provinsi (DPP) Wilayah Utara Kepulauan Bangka Belitung
dan DPP Wilayah Selatan Kepulauan Bangka Belitung;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-20
c. Mendorong pertumbuhan pariwisata yang seimbang dan terpadu antara wilayah utara dan
selatan Daerah Provinsi;
d. Membangun Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan sekitarnya untuk
memberikan nilai tambah yang positif bagi identitas provinsi sebagai wilayah pertambangan
timah dan penghasil lada di Indonesia, memberikan perlindungan terhadap sumber daya
alam dan budaya, peningkatan kualitas ekosistem alam, serta pemulihan kerusakan
lingkungan;
e. Memadukan pembangunan perwilayahan DPP, KPPP, dan KSPP Kepulauan Bangka Belitung
dengan DPN Palembang-Bangka Belitung, KSPN Tanjung Kelayang dan sekitarnya, KPPN
Belinyu dan sekitarnya, KPPN Pangkalpinang-Sungailiat dan sekitarnya, serta KPPN Punai-
Belitung dan sekitarnya;
f. Mengembangkan sistem mitigasi dan adaptasi terhadap bencana, kerusakan lingkungan
akibat kegiatan pertambangan dan sektor lain di KSPP dan KPPP, serta dampak lingkungan
akibat pariwisata di seluruh wilayah DPP.
Dalam perwilayahannya, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi atas Destinasi Pariwisata
Provinsi (DPP), Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP), dan Kawasan Pengembangan
Pariwisata Provinsi (KPPP).
Gambar 3.6 Peta Perwilayahan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber: RIPPARPROV Kepulauan Bangka Belitung 2016-2025
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-21
DPP di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meliputi Destinasi Pariwisata Provinsi Wilayah Utara
Kepulauan Bangka Belitung dengan pusat DPP Kota Pangkalpinang; dan Destinasi Pariwisata
Provinsi Wilayah Selatan Kepulauan Bangka Belitung dengan pusat DPP Kota Tanjungpandan.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki 4 KSPP dan 2 KPPP, yang salah satu dari KSPP
tersebut adalah KSPP Muntok dan sekitarnya.
Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya, diarahkan sebagai berikut:
1. Tema primer adalah pariwisata warisan budaya;
2. Tema sekunder adalah wisata kuliner;
3. Sasaran pengembangan adalah integrasi potensi pariwisata sejarah dan warisan budaya
dengan budaya masyarakat;
4. Daya tarik wisata primer meliputi Kota Tua Muntok, Mesjid Jami Mentok, Klenteng China Kong
Pu Miau, dan Rumah Mayor Cina, Pantai Tanjung Kalian, Merana Suar Tanjung Kalian,
Pesanggrahan Menumbing, Pesanggrahan Muntok, Perang Ketupat di Desa Tempilang
Kecamatan Tempilang, Pantai Bembang di Desa Sungaibulu Kecamatan Jebus, Makam
Hatama Rasyid di Desa Bakit Kecamatan Parittiga; dan
5. Daya tarik wisata sekunder meliputi Pasar Kuliner Khas Bangka.
Gambar 3.7 Peta KSPP Muntok dan Sekitarnya
Sumber: RIPPARPROV Kepulauan Bangka Belitung 2016-2025
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-22
3.3 KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Kebijakan
Pembangunan Kabupaten Bangka Barat
Secara geografis, deliniasi Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi (KSPP) Muntok dan sekitarnya
beririsan dengan wilayah Kabupaten Bangka Barat. Oleh sebab itu pembangunan kepariwisataan
KSPP Muntok dan sekitarnya harus sejalan dengan kebijakan kepariwisataan Kabupaten Bangka
Barat yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bangka Barat tahun 2014 – 2034, Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2018
tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Bangka Barat tahun 2018 –
2025, Rencana Detil Tata Ruang Kawasan Perkotaan Muntok 2017 – 2037, dan Rencana Aksi
Kota Pusaka 2015 – 2020.
3.3.1 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam RTRW
Kabupaten Bangka Barat
Rencana struktur ruang wilayah tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki
satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah daerah. Sistem
perkotaan wilayah Kabupaten Bangka Barat meliputi susunan hierarki perkotaan, yang terdiri
atas:
1. Kota Muntok sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);
2. Kota Kelapa dan Kota Parittiga sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL);
3. Pelangas, Airputih, Jebus, Tempilang, Bakit, dan Ibul sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK);
dan
4. Airnyatoh, Kundi, Rukam, Kapit, Cupat, Kacung, Pusuk, Kayuarang, Penyampak, dan Sangku
sebagai Pusat Pelayanan Lokal (PPL).
Sistem jaringan transportasi yang dikembangkan di Kabupaten Bangka Barat, terdiri atas :
a. Sistem jaringan transportasi darat;
b. Sistem jaringan transportasi laut; dan
c. Sistem jaringan transportasi udara.
Jaringan jalan yang dikembangkan di Kabupaten Bangka Barat sebagai bagian dari sistem
jaringan transportasi darat, terdiri atas :
1. Jaringan jalan kolektor primer 1, meliputi ruas jalan yang menghubungkan simpul-simpul :
a. Tanjung Kalian – Ibul;
b. Ibul – Kelapa; dan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-23
c. Kelapa - Batas Kabupaten Bangka Barat dengan Kabupaten Bangka.
2. Jaringan jalan kolektor primer 2, meliputi ruas jalan yang menghubungkan simpul-simpul :
a. Ibul – Jebus;
b. Jebus – Parittiga;
c. Parittiga – Tanjung Ru;
d. Kelapa – Kayuarang;
e. Simpang Tempilang – Sangku; dan
f. Sangku – Dam Tiga – Saing.
3. Jaringan jalan lokal di Kabupaten Bangka Barat;
4. Jaringan jalan khusus wisata;
5. Jaringan jalan khusus Kawasan Industri dan Pelabuhan Terpadu, yaitu Ruas jalan Muntok –
Airputih – Tanjung Ular – Airlimau;
6. Jaringan jalan Lingkar Kota Muntok (Tanjung Kalian – Kadur);
7. Jembatan Tanjung Ru – Tanjung Gudang Belinyu;
8. Jaringan jalan baru trans PKW Muntok – Petaling;
9. Jaringan jalan lingkar utara Bangka Barat.
Adapun rencana jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan raya, terdiri atas :
a. Rencana pembangunan dan atau pengembangan terminal penumpang Tipe B di Kecamatan
Muntok, Kelapa, Tempilang dan Parittiga; dan
b. Rencana pembangunan atau pengembangan terminal Tipe C di setiap ibukota kecamatan.
Sedangkan jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan, terdiri atas :
a. Muntok – Pangkalpinang;
b. Muntok – Sungailiat;
c. Muntok – Belinyu;
d. Muntok – Parittiga;
e. Muntok – Kelapa;
f. Muntok – Simpangteritip;
g. Muntok – Tempilang; dan
h. lintas angkutan barang yang menghubungkan Kawasan Industri dan Pelabuhan Terpadu
(KIPT) Tanjung Ular dengan Desa Airlimau Kecamatan Muntok.
Untuk rencana lintas penyeberangan yang dikembangkan di Kabupaten Bangka Barat, dilayani
oleh Pelabuhan Penyeberangan Tanjung Kalian sebagai lintas penyeberangan sabuk tengah yang
menghubungkan pelabuhan Tanjung Api – Api Sumsel. Sedangkan alur penyeberangannya, terdiri
atas :
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-24
a. Tanjung Kalian – Palembang dan Tanjung Api-api Sumsel; dan
b. Tanjung Ru – Belinyu.
Rencana tatanan kepelabuhanan yang merupakan sistem jaringan transportasi laut yang di
kembangkan di Kabupaten Bangka Barat, terdiri atas :
a. pelabuhan pengumpul, yaitu Pelabuhan Muntok dan Pelabuhan Tanjung Kalian yang terletak
di Kecamatan Muntok; dan
b. pengembangan terminal khusus, yaitu di Kawasan Industri dan Pelabuhan Terpadu (KIPT)
yang terletak di Tanjung Ular.
Adapun alur pelayaran yang dikembangkan, terdiri atas:
a. Tanjung Kalian (Muntok) – Palembang;
b. Muntok – wilayah lain (umum); dan
c. Kawasan Industri dan Pelabuhan Terpadu (KIPT) – wilayah lain (khusus).
Gambar 3.8 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bangka Barat
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Barat tahun 2014 – 2034
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-25
Rencana penataan ruang Kabupaten Bangka Barat bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten
Bangka Barat sebagai daerah yang berbasis pertambangan, industri, pariwisata, pertanian,
kelautan dan perikanan dengan azas keseimbangan lingkungan. Untuk mewujudkan tujuan
penataan ruang wilayah ditetapkan kebijakan rencana tata ruang wilayah yang salah satunya
adalah kebijakan mengenai peningkatan produktivitas kawasan pertanian, kelautan dan
perikanan, pariwisata, pertambangan, dan industri.
Strategi untuk meningkatkan produktivitas kawasan pertanian, kelautan, pariwisata,
pertambangan, dan industri, terdiri atas :
1. memanfaatkan lahan yang tidak atau kurang produktif yang berada di luar kawasan lindung
menjadi kawasan budidaya sesuai dengan sifat dan kondisi lahannya;
2. mengembangkan dan meningkatkan fungsi kawasan yang produktif, efisien, dan mampu
bersaing dengan wilayah tetangga;
3. mengembangkan kegiatan budidaya unggulan pada sektor pertanian, kelautan dan
perikanan, pariwisata, pertambangan, dan industri untuk mendorong pengembangan
perekonomian wilayah;
4. meningkatkan produktivitas kawasan budidaya pertanian dengan usaha-usaha intensifikasi
dan diversifikasi tanaman;
5. mengembangkan pusat dan/atau kawasan strategis dengan kegiatan dan fungsi ekonomi
yang memanfaatkan posisi atau letak strategis wilayah/kawasan dalam lingkup ekonomi
wilayah yang lebih luas, khususnya pada sektor pertanian, kelautan dan perikanan,
pertambangan, pariwisata, dan industri; dan
6. meningkatkan dan mengembangkan prasarana penunjang kegiatan ekonomi pada kawasan
strategis tersebut.
Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Bangka Barat terdiri atas kawasan lindung dan kawasan
budidaya. Kawasan lindung di Kabupaten Bangka Barat, diantaranya terdapat kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan yang pemanfaatannya dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata
dan sekaligus menjadi daya tarik wisata. Kawasan cagar budaya di Kabupaten Bangka Barat
sebagian besar berlokasi di KSPP Muntok dan sekitarnya. Kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan yang berada di Kabupaten Bangka Barat, meliputi:
1. Bangunan ”ex-pusat pemerintahan keresidenan” dahulu dan sekitarnya, yang sekarang
merupakan Rumah Dinas Bupati Bangka Barat;
2. Bangunan ”Banka Tinwinning Bedriff” (BTW);
3. Rumah Mayor Chung A Thiam dan sekitarnya;
4. Rumah Kapten Cina;
5. Mesjid Jami’ Muntok dan sekitarnya;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-26
6. Kelenteng Kung Fuk Miaw dan sekitarnya;
7. Petak Lima Belas dan sekitarnya;
8. Pesanggrahan Muntok/Wisma Ranggam dan sekitarnya;
9. Kompleks ”Benteng Kuta Seribu”, yang meliputi benteng dan kuburan keramat (kompleks
Makam Bangsawan Melayu);
10. Kompleks ”ex Makam Belanda (Kerkhoff)”;
11. Menara Suar Tanjung Kalian dan sekitarnya di dalam kawasan pelabuhan Tanjung Kalian di
Kecamatan Muntok;
12. Surau Kampung Tanjung di Kelurahan Tanjung;
13. Monumen ”Perang Dunia II (Monumen Vivian Bullwinkel)”, di Tanjung Kalian;
14. Pesanggrahan Menumbing (Giri Sasana Menumbing) dan sekitarnya di dalam kawasan
Konservasi Menumbing, di Kecamatan Muntok;
15. Benteng Kota di Desa Benteng Kota, Kecamatan Tempilang, yang terletak di dalam kawasan
perkotaan Tempilang; dan
16. Makam H. Khatamarrasyid, di Desa Bakit Kecamatan Parittiga.
17. Masjid Baitul Ma’ruf Pelangas di Kecamatan Simpangteritip
18. Kampung Ulu (Kampung Pemohon) Kecamatan Muntok;
19. Kampung Tanjung (Kampung Jiran Siantan) Kecamatan Muntok;
20. Kampung Teluk Rubiah (Kampung Patenun) Kecamatan Muntok;
21. Batu Balai dan sekitarnya di Kecamatan Muntok; pelabuhan Muntok dan sekitarnya
Kecamatan Muntok;
22. Rumah Kapitan Kecamatan Muntok; Kantor Pos Kecamatan Muntok;
23. Tangsi dan sekitarnya di Kecamatan Muntok;
24. Kuburan Tanggaseribu dan sekitarnya di Kecamatan Muntok;
25. Jembatan Inggris Kecamatan Muntok;
26. SD Negeri 1 Kecamatan Muntok;
27. Gedung Kuning Kecamatan Muntok;
28. Gereja GPIB Kecamatan Muntok;
29. Gereja Santa Maria Kecamatan Muntok;
30. Lembaga Pemasyarakatan Kecamatan Muntok;
31. Bina Jaya Kecamatan Muntok;
32. Rumah Macan Kecamatan Muntok;
33. Gedung Syahbandar Lama Kecamatan Muntok;
34. Lapangan Terbang Muntok Kecamatan Muntok;
35. Kuburan Tua Portugis di Laut Jungku Kecamatan Muntok;
36. Smelter Puput dan sekitarnya di Kecamatan Muntok;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-27
37. Air terjun/Kolam Renang Puput Kecamatan Muntok;
38. Penampung Air Airburung Kecamatan Muntok;
39. Sumur Tua Sukal Kecamatan Muntok;
40. Kuburan Kebun Nanas dan sekitarnya di Kecamatan Muntok;
41. Gua Jepang Sekitar Jalan Menara Kecamatan Muntok;
42. Menjelang Lama dan sekitarnya di Kecamatan Muntok;
43. Tanjung Punai dan sekitarnya di Kecamatan Muntok;
44. Rumah Sakit Jiwa dan sekitarnya di Kecamatan Muntok;
45. Bioskop Samudra di Kecamatan Muntok; dan
46. Bioskop Merdeka di Kecamatan Muntok.
Selain itu, di Kabupaten Bangka Barat terdapat kawasan rawan banjir/genangan, yang mencakup:
a. Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok meliputi Kampung Tanjung, Kampung Ulu, dan
Kampung Teluk Rubiah ± 29 hektar;
b. Kelurahan Sungai Daeng Kampung Culong seluas ± 1 hektar;
c. Kecamatan Parittiga; dan
d. Desa Belo Laut.
Pada kawasan rawan banjir/genangan tersebut dikembangkan jalur evakuasi bencana, yang
diarahkan ke ibukota kecamatan melalui jalan kolektor.
Dalam rencana pola ruang Kabupaten Bangka Barat, RTRW Kabupaten Bangka Barat tahun 2034,
salah satunya menetapkan kawasan peruntukan pariwisata yang tersebar di seluruh kecamatan
yang ada di Kabupaten Bangka Barat, terdiri atas kawasan peruntukan pariwisata alam dan
kawasan peruntukan pariwisata budaya. Kawasan-kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten
Bangka Barat yang telah ditetapkan tersebut, adalah:
1. Kawasan Wisata Alam
a. Satuan Kawasan Wisata (SKW) I meliputi Pantai Tanjung Kalian, Tanjung Ular, Pantai
Angel, Pantai Muntok Asin, Pantai Batu Rakit, Pantai Mentibak, Pantai Air Mas Rambat,
Pantai Airnyatoh, Pantai Menggris, Pantai Sadardaya (Tungau) dan Pantai Karang Aji,
Gunung Menumbing dan Batu Balai yang terdapat di Kecamatan Muntok dan Simpang
Teritip;
b. Satuan Kawasan Wisata (SKW) II meliputi Pantai Tanjung Ru, Pulau Nenas, Pantai
Blembang, Pantai Bembang, Bukit Mempari, Bukit Penyabung dan Pantai Siangau yang
terdapat di Kecamatan Jebus dan Parittiga; dan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-28
c. Satuan Kawasan Wisata (SKW) III meliputi Pantai Pasir Kuning, Pantai Kedacak, Air panas
Dendang, perkebunan sawit, sarang burung walet yang terdapat di Kecamatan Tempilang
dan Kelapa.
2. Kawasan Wisata Budaya
a. Satuan Kawasan Wisata (SKW) I meliputi Giri Sasana Menumbing, Pesanggrahan Muntok,
Rumah Mayor Chung A Thiam, Gedung Kuning, Gedung BTW, Mesjid Jami Muntok,
Klenteng Kung Fuk Miaw Muntok, Peleburan timah Muntok, Makam Keluarga Abdi Dalem
Hamengkubuwono IX, Rumah Adat Jering Pelangas dan Rumah Adat Ketapik Kacung yang
terdapat di Kecamatan Muntok dan Simpangteritip;
b. Satuan Kawasan Wisata (SKW) II meliputi Klenteng Cina, Benteng Sungai Buluh, Sumur
Dewa, Makam Haji Khotamarrasyid bin H. Usman yang terdapat di Kecamatan Jebus dan
Parittiga; dan
c. Satuan Kawasan Wisata (SKW) III yaitu Benteng Kuta Tempilang yang terdapat di
Kecamatan Tempilang.
RTRW Kabupaten Bangka Barat tahun 2014 – 2034 juga menetapkan kawasan strategis dalam
pembangunan Kabupaten Bangka Barat, yang wilayahnya berada dalam KSPP Muntok dan
sekitarnya. Adapun penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Bangka Barat, dilihat dari berbagai
sudut kepentingan, mencakup :
1. Kawasan strategis Kabupaten Bangka Barat dari sudut kepentingan ekonomi, terdiri atas:
a. Kawasan kegiatan ekonomi berbasis budidaya perkebunan yang terletak di Kecamatan
Kelapa, Kecamatan Simpangteritip, Kecamatan Tempilang, Kecamatan Jebus dan
Kecamatan Parittiga;
b. Kawasan Perkotaan Muntok, yang meliputi Muntok Lama dan Muntok Baru dengan fungsi
sebagai pusat pelayanan utama wilayah (ekonomi, sosial, pemerintahan), perdagangan
dan jasa, wisata budaya, dan transportasi;
c. Kawasan Tanjung Kalian dan sekitarnya, dengan fungsi Pelabuhan Penyeberangan,
Terminal, Kawasan Wisata, dan Kawasan Industri.
2. Kawasan strategis Kabupaten Bangka Barat dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup adalah kawasan kritis di sekitar kolong (tersebar) Kecamatan Muntok,
Kecamatan Jebus, Kecamatan Parittiga, dan Kecamatan Tempilang.
Rencana pengembangan kawasan strategis sosial budaya dimaksudkan untuk pengembangan
dan penataan cagar budaya yang terletak di kawasan perkotaan ”Muntok Lama” untuk
pemanfaatan wisata budaya dan ilmu pengetahuan.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-29
Gambar 3.9 Kawasan Strategis Kabupaten Bangka Barat
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Barat tahun 2014 – 2034
3.3.2 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Ripparkab
Bangka Barat
Wilayah KSPP Muntok dan sekitarnya merupakan bagian dari Kabupaten Bangka Barat, maka
penyusunan rencana pembangunan kepariwisataan KSPP Muntok dan sekitarnya sudah
selayaknya mengacu kepada rencana pembangunan kepariwisataan Kabupaten Bangka Barat
yang tertuang dalam Perda Nomor 4 Tahun 2018 tentang Ripparkab Bangka Barat.
Ripparkab Bangka Barat menganalisis isu–isu strategis yang menjadi landasan penyusunan
rencana pengembangan kepariwisataan Kabupaten Bangka Barat. Isu–isu strategis tersebut
adalah:
• Revitalisasi nilai-nilai sejarah Kota Muntok pada khususnya dan Kabupaten Bangka Barat
pada umumnya;
• Konservasi, preservasi, dan rekonstruksi terhadap berbagai bangunan dan area bersejarah
di Kota Muntok pada khususnya dan Kabupaten Bangka Barat pada umumnya;
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-30
• Pengemasan produk wisata yang mengusung keaslian peninggalan dan nilai-nilai sejarah
serta keunikan budaya;
• Pembangunan dan peningkatan aksesibilitas menuju daya tarik wisata serta distribusi
fasilitas penunjang pariwisata Kabupaten Bangka Barat;
• Pembentukan dan pembinaan asosiasi/lembaga profesi pariwisata sebagai pendukung
pariwisata Kabupaten Bangka Barat;
• Sinergitas seluruh stakeholder pariwisata Kabupaten Bangka Barat melalui pelibatan elemen
masyarakat lokal untuk mendukung pariwisata Kabupaten Bangka Barat;
• Optimalisasi potensi segmen pasar wisatawan minat khusus sesuai dengan potensi dan citra
destinasi pariwisata Kabupaten Bangka Barat.
Berdasarkan isu–isu pembangunan tersebut tersusun visi pembangunan kepariwisataan
Kabupaten Bangka Barat yaitu, “Mewujudkan Kabupaten Bangka Barat sebagai destinasi
pariwisata sejarah, budaya, dan alam yang berbasis masyarakat, berdaya saing global, dan
berkelanjutan tahun 2025”. Visi ini dapat dicapai dengan misi–misi pembangunan kepariwisatan
sebagai berikut:
1. Membangun destinasi pariwisata pusaka (sejarah dan budaya) yang berdaya saing global
serta berwawasan lingkungan melalui perlindungan dan penataan terhadap peninggalan dan
nilai-nilai sejarah Kota Tua Muntok, sumber daya alam pesisir, laut, serta budaya tradisional
yang mendukung kepariwisataan Kabupaten Bangka Barat secara berkelanjutan;
2. Membangun dan mengembangkan industri pariwisata Kabupaten Bangka Barat yang
berpihak pada nilai-nilai sejarah dan masyarakat lokal, berdaya saing, dan beretika, sekaligus
mengembangkan jejaring industri secara global;
3. Mengembangkan pemasaran dan promosi pariwisata yang bertanggung jawab dan terpadu
dengan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Bangka Barat, dan dengan destinasi pariwisata
lainnya;
4. Membangun dan meningkatkan sistem kelembagaan kepariwisataan serta memberdayakan
SDM yang mampu memperkuat peran masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan
Kabupaten Bangka Barat secara bertanggung jawab.
Dalam perumusan strategi pengembangan kepariwisataan Kabupaten Bangka Barat, Perkotaan
Muntok ditetapkan sebagai pusat pelayan pariwisata primer dan Parittiga sebagai pusat
pelayanan pariwisata sekunder. Selain itu Ripparkab Bangka Barat menentukan 4 Kawasan
Pengembangan Pariwisata Kabupaten yang terdiri dari:
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-31
1. Kawasan Pariwisata Budaya Bahari Simpang Teritip dan sekitarnya; dengan tema
pengembangan pariwisata utama “budaya bahari” dan tema pengembangan sekunder
“pariwisata kreatif”.
2. Kawasan Pariwisata Minat Khusus Alam dan Pesisir Jebus dan sekitarnya; dengan tema
pengembangan pariwisata utama “pariwisata minat khusus pesisir” dan tema
pengembangan sekunder “pariwisata petualangan”.
3. Kawasan “Rest Area” Kelapa dan sekitarnya; dengan tema pengembangan pariwisata utama
“Rest Area”, dan tema pengembangan sekunder “agrowisata”.
4. Kawasan Pariwisata Budaya dan Tradisi Tempilang dan sekitarnya; dengan tema
pengembangan pariwisata utama “Budaya Tradisi”, dan tema pengembangan sekunder
“Rekreasi Pantai”.
Ripparkab Bangka Barat juga menentukan 2 Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten yaitu:
1. Kawasan Pariwisata Sejarah dan Budaya Kota Tua Muntok dan sekitarnya; dengan tema
pengembangan pariwisata utama “wisata sejarah dan budaya” dan tema pengembangan
sekunder “wisata kuliner”.
2. Kawasan Ekowisata Bahari Teluk Klabat dan sekitarnya; dengan tema pengembangan
pariwisata utama “Ekowisata Bahari”, dan tema pengembangan sekunder “rekreasi pantai”.
Rencana struktur periwilayahan pariwisata Kabupaten Bangka Barat dapat dilihat pada gambar
berikut:
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-32
Gambar 3. 10 Peta Perwilayahan Pariwisata Kabupaten Bangka Barat
Sumber: Ripparkab, 2016 – 2025
3.3.3 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam RDTR
Perkotaan Muntok
Kawasan Perkotaan Muntok merupakan kawasan yang memiliki peran sangat penting dalam
pembangunan kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Kabupaten Bangka Barat.
Selain menjadi pusat pelayanan kegiatan wisata, kawasan Perkotaan Muntok juga memiliki nilai
sejarah dan bangunan–bangunan yang memiliki nilai sejarah tersendiri. Oleh sebab itu
pembangunan KSPP Muntok dan sekitarnya tidak dapat dilepaskan dari rencana pembangunan
Perkotaan Muntok yang tertuang dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan
Muntok.
RDTR Kawasan Perkotaan Muntok disusun berdasarkan isu pembangunan Perkotaan Muntok.
Dari potensi permasalahan geografis dan transportasi, kondisi fisik wilayah, penggunaan lahan
dan intensitas pemanfaatan ruang, fasilitas dan utilitas, serta kegiatan perekonomian disusunlah
tujuan pembangunan Perkotaan Muntok sebagai berikut, “mewujudkan kawasan Kecamatan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-33
Muntok dengan fungsi sebagai kegiatan pelayanan regional, kegiatan pelayanan pemerintahan
dan umum, perdagangan dan jasa, industri dan pariwisata”.
RDTR Perkotaan Muntok menyusun rencana pola ruang yang membagi kawasan Perkotaan
Muntok menjadi beberapa zona dan sub zona. Pengklasifikasian pola ruang/zona dan sub zona
kawasan Perkotaan Muntok yang akan direncanakan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. 2 Rencana Zonasi Perkotaan Muntok
Kawasan Zona Kode Sub Zona Kode
Kawasan Lindung Zona Perlindungan
Setempat PS Zona Sempadan Sungai PS -1
Zona Ruang Terbuka Hijau RTH
Zona Suaka Alam dan
Cagar Budaya SC
Zona Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan SC-1
Zona Rawan Bencana
RB
Kawasan Budidaya
Zona Perumahan
Rumah kepadatan, sedang R-3
Rumah kepadatan, rendah R-4
Rumah kepadatan sangat
rendah R-5
Zona Perdagangan dan
Jasa K
Tunggal K-1
Kopel K-2
Zona Perkantoran KT Pemerintah KT - 1
Swasta KT - 2
Zona Industri I Industri kecil I - 3
Aneka Industri I - 4
Zona Sarana Pelayanan
Umum SPU
Pendidikan SPU - 1
Kesehatan SPU - 3
Olah Raga SPU - 4
Peribadatan SPU - 6
Terminal SPU - 2
Ruang Terbuka Non Hijau RTNH
Zona Peruntukan Lainnya PL Pertanian PL - 1
Pariwisata PL - 3
Zona Peruntukan Khusus KH TPA KH - 2
Zona Campuran C
Perumahan dan Perdagangan C - 1
Perumahan dan Perkantoran C - 2
Perkantoran dan Perdagangan C - 3
Perkantoran dan Fasilitas
Umum C - 4
Sumber: RDTR Kawasan Perkotaan Muntok Tahun 2017
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-34
Kawasan rawan bencana alam yang terdapat di Kawasan Muntok adalah rawan bencana banjir
yang diakibatkan dari air pasang atau air limpahan pada saat bersamaan sehingga air tidak dapat
langsung ke laut, pola penanganan dengan cara membuat kolam retensi dapat membantu luapan
air pasang yang tidak masuk ke areal permukiman penduduk di Kampung Rubiah. Sedangkan
untuk pengembangan kawasan evakuasi bencana diarahkan pada kaki Bukit Menumbing yang
dianggap sangat potensial dan kawasan ini sangat terbuka, sebagai tempat berlindung dan
penampungan penduduk sementara, meliputi:
a. ruang evakuasi bencana skala kota meliputi ke arah Bukit Menumbing,
b. ruang evakuasi bencana skala lingkungan tersebar diseluruh wilayah kota yang dianggap
paling tinggi elevasi.
c. Lokasi rawan banjir yang ada di Kampung Rubiah dan pantai laut.
d. Membuat kolam retensi dan pintu air sebagai pengendali bilamana pada saat musim pasang
di Kawasan Perkotaan Muntok .
Pembagian rencana zonasi kawasan Perkotaan Muntok dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3. 11 Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Muntok
Sumber: RDTR Kawasan Perkotaan Muntok, 2017
Pembangunan sub zona pariwisata atau kawasan pariwisata di Perkotaan Muntok direncanakan
sebagai berikut:
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-35
1. Pengembangan kawasan pinggiran pantai sebagai konsep beranda muka (water front city)
Muntok.
2. Peningkatan sarana prasarana Kolam Retensi di pinggir pantai agar dapat dijadikan kawasan
taman kota dan area taman bermain Kota Muntok.
3. Pemeliharaan dan peningkatan kualitas sarana prasarana Benda Cagar Budaya di Kota
Muntok meliputi:
• Bangunan bekas peninggalan bangsa Eropa
• Bangunan tempat peribadatan yang dianggap bersejarah
• Bangunan perumahan dan bangunan peribadatan mempunyai nilai arsitektur dan nilai
budaya pada saat masa lampau
• Bangunan bekas pemerintahan penjajah
4. Pengembangan taman-taman dalam setiap BWP dengan konsep area terbuka dan taman
bermain.
5. Pengembangan kawasan pariwisata Tanjung Kalian, pengembangan wisata Batu Rakit serta
kawasan Bukit Menumbing.
6. Pengembangan olah raga dan RTH lapangan golf di Kota Muntok.
Selain sub zona pariwisata, sub zona mangrove dan sub zona jalur hijau sesuai dengan ketentuan
RDTR Perkotaan Muntok dapat dikembangkan menjadi kawasan pariwisata.
Pengembangan fasilitas pariwisata yang dapat dikembangkan pada Kawasan Muntok adalah :
1. Pengembangan kawasan wisata Tanjung Kalian dan Batu Rakit;
2. Pengembangan wisata budaya dan cagar budaya tersebar di Kota Tua atau Kota Pusaka;
3. Pengembangan wisata tepi pantai dan kawasan sekitar kolam retensi di Kelurahan Tanjung;
4. Pengembangan wisata manggrove di dekat tepian pantai;
5. Pengembangan Water Front City dari Kolam Retensi hingga Pelabuhan Pendaratan Ikan.
Berdasarkan RDTR Perkotaan Muntok, pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan yang
memiliki peran strategis dalam pembangunan Perkotaan Muntok kedepannya. Hal ini dapat dilihat
dalam penyusunan tujuan pembangunan dan arahan–arahan keruangan yang banyak terkait
dengan pengembangan pariwisata.
Selain penyusunan rencana pola ruang kota, RDTR juga menetapkan rencana struktur ruang kota.
Penyusunan struktur ruang kota ditujukan untuk mempermudah pencapaian dan memperoleh
pelayanan secara tersebar, sehingga tidak harus terpusat di pusat Perkotaan Muntok.
Pembangunan Perkotaan Muntok dibagi menjadi 16 Bagian Wilayah Pengembangan (BWP).
Pembagian BWP peruntukan lahan di Kawasan Perkotaan Muntok dilakukan untuk lebih
mempermudah pengaturan kawasan berdasarkan fungsi dan arahan pengembangan pada setiap
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-36
BWP. Pembagian BWP dilakukan dengan mempertimbangkan batas fisik jalan dan kolong /
sungai, dominasi guna lahan eksisting dan pemberian ijin lokasi serta fungsi yang telah
dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Bangka Barat. Dari ke 16 BWP tersebut, terdapat 5 BWP
yang menjadi pusat pelayanan perkotaan yaitu:
1. Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Kota I sebagai Pusat Kegiatan Nasional kawasan ini fungsi
utama sebagai pusat Industri Nasional Timah;
2. Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) 8 sebagai Pusat Kegiatan Wilayah, fungsi utama adalah
Pusat Pemerintahan Kabupaten;
3. Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) 7 sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL), fungsi utama
adalah kawasan Perdagangan dan jasa;
4. Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) 15 sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) fungsi utama
adalah pusat Perdagangan Kota Baru
5. Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) 3 sebagai Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) fungsi utama
adalah pusat pariwisata Kawasan Tanjung Kalian.
Rencana struktur perwilayahan Perkotaan Muntok dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3. 12 Peta Rencana Strutur Ruang Perkotaan Muntok
Sumber: RDTR Kawasan Perkotaan Muntok, 2017
Adapun lokasi/tempat bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganannya di
Kawasan Perkotaan Muntok, disesuaikan dengan pembagian BWP yang direncanakan di kawasan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-37
perencanaan. Rencana penetapan BWP yang diprioritaskan di Kawasan Kecamatan Muntok,
antara lain :
1. BWP 7 Kawasan Kota Pusaka
2. BWP 6 Kawasan Kota Baru
3. BWP 17 Kawasan Kota Baru
4. BWP 15 Kawasan Kota Baru
5. BWP 10 Kawasan Kota Baru
Prioritas penanganan adalah :
I. Kota Tua, meliputi BWP 7 (Tema Penanganan Kawasan Pusaka)
1. Pelestarian dan Perlindungan Sepanjang Pantai
• Program Pembuatan Turap penahan erosi
• Pembuatan pintu pintu polder pengendali air ke saluran drainase ke perkotaan
• Pembuatan taman taman dan jalur hijau sebagai konsep Water front City (Beranda
muka Pantai)
• Meningkatkan Ruang Terbuka Hijau dan area taman Kolam Retensi
2. Pengembangan Kembali dan Revitalisasi Sarana Prasarana Pemukiman dengan cara :
• Revitalisasi peningkatan sarana dan prasarana di lingkungan dengan memperhatikan
garis sempadan pantai
• Perbaikan dan peningkatan kualitas sarana prasarana, seperti jalan lingkungan
menjadi jalan beton, pelebaran jalan lingkungan, peningkatan kualitas drainase,
pembuatan MCK umum, pembuatan jaringan pipa air bersih sesuai dengan
klasifikasinya
• Meningkatkan Kualitas Lingkungan di Kampung Rubiah dan Kelurahan Tanjung.
3. Penanganan kawasan pelabuhan pendaratan ikan :
• Pengerukan dan pedalaman pendaratan kapal kapal nelayan
• Perbaikan sarana prasarana dermaga pendaratan ikan
• Perbaikan areal pasar ikan
• Pembuatan sarana prasarana pendukung pengelolaan ikan nelayan
4. Pembangunan Baru Fasilitas penunjang Pemukiman dengan cara :
• Pembuatan Taman dan RTH sebagai sarana bermain lingkungan
• Pembangunan sarana pendidikan dan sarana peribadatan
• Pembangunan fasilitas kesehatan lingkungan.
5. Peningkatan Sarana Prasarana Perkotaan:
• Perbaikan terminal dan peningkatan kualitas terminal.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-38
• Perbaikan sarana prasarana pasar
• Pembuatan pintu polder saluran drainase sebagai pengendali air
II. Kota Baru, mencakup BWP 6, BWP 10, BWP 15, dan BWP 17 (Tema Pembangunan Kota Baru)
1. Pembangunan dan Peningkatan Sarana prasarana Kota Baru
• Pembangunan dan Peningkatan Jaringan Jalan Kota Baru
• Pembangunan dan Peningkatan Drainase Kawasan Kota Baru
• Pembangunan jaringan air bersih
• Pembangunan Jaringan Listrik dan penerangan jalan
2. Pembangungan Sarana Prasarana Pemukiman dengan cara :
• Perbaikan dan peningkatan kualitas sarana prasarana jalan lingkungan menjadi jalan
beton, Pelebaran Jalan lingkungan, Peningkatan kualitas Drainase, Pembuatan MCK
Umum.
3. Pembangunan Baru Fasilitas penunjang Pemukiman dengan cara :
• Pembuatan Taman dan RTH sebagai sarana bermain lingkungan
• Pembangunan Fasilitas Sosial dan Umum masing masing di Pusat BWP
4. Pembangunan Permukiman dan Penunjang Permukiman :
• Perbaikan Jalan Menuju Kawasan setiap BWP
• Meningkatkan Kualitas Jalan Lingkar Utara
• Membuat Jalan Lingkungan ke setiap BWP
• Pembuatan Kapling-kapling permukiman
• Pembuatan cluster-cluster permukiman
• Pembuatan Kawasan Siap Bangun
5. Pembangunan Kawasan Perdagangan dan Jasa Sepanjang Koridor Jalan Utama di BWP 6,
10, 15 dan 17
6. Pembangunan Pusat Perdagangan dan Jasa di BWP 15
7. Pembangunan Terminal di BWP 6
3.3.4 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam Rencana Aksi
Kota Pusaka (RAKP) Muntok
Rencana Aksi Kota Pusaka Muntok disusun tahun 2015 dengan tujuan untuk melestarikan cagar
budaya dan mendidik masyarakat tentang peninggalan sejarah Kota Tua Muntok melalui
inventarisir peninggalan dan sejarah tersebut dalam sebuah buku. Visi penyusunan RAKP ini
adalah untuk “Menjadikan Muntok sebagai Kota Pusaka Dunia Tahun 2020”. Visi ini kemudian
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-39
diturunkan sampai tingkat kebijakan. Penurunan visi RAKP Muntok sampai tingkat kebijakan
dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 3.3 Visi, Misi, Tujuan, Strategi dan Arah Kebijakan Rencana Aksi Kota Pusaka Muntok
Visi Misi Tujuan Strategi
Pengembangan
Arah Kebijakan
“Menjadikan
Muntok sebagai
Kota Pusaka
Dunia Tahun
2020”
Merencanakan
dan
menginventarisasi
Kota Pusaka
Kabupaten
Bangka Barat;
Terencana dan
terinventarisasinya
aset-aset cagar
budaya Kabupaten
Bangka Barat.
Meningkatkan
penggalian
informasi terkait
sejarah Kota
Muntok.
Meningkatkan
Kapasitas SDM
terkait cagar
budaya dan
purbakala.
Mempromosikan
dan
mempublikasi
Kota Pusaka
Bangka Barat ke
tingkat nasional
dan internasional;
Terkenalnya Kota
Pusaka Kabupaten
Bangka Barat baik
tingkat Nasional
maupun
Internasional
Memperkenalkan
kota pusaka
Bangka Barat
melalui event-
event tertentu
Meningkatkan
promosi dan
publikasi kota
pusaka Bangka
Barat.
Melakukan
edukasi,
pemberdayaan
masyarakat, dan
pengembangan
ekonomi kreatif
yang berbasis
kerakyatan;
Meningkatnya
perekonomian
masyarakat.
Mengembangkan
kreatifitas
masyarakat untuk
meningkatan
perekonomian
Meningkatkan
pelatihan terhadap
masyarakat
melalui UMKM.
Melaksanakan
pembangunan,
pengembangan,
revitalisasi dan
penataan
kawasan Kota
Pusaka secara
bertahap dan
berkelanjutan.
Terbangun dan
terevitalisasinya
kawasan kota
pusaka.
Meningkatkan
pembangunan,
pengembangan,
revitalisasi dan
penataan di
kawasan kota
pusaka.
Memprioritaskan
kegiatan
pembangunan,
pengembangan,
revitalisasi dan
penataan
dikawasan kota
pusaka.
Sumber: Rencana Aksi Kota Pusaka Muntok, 2015
Rencana Aksi Kota Pusaka Muntok membagi kawasan Kota Pusaka Muntok menjadi beberapa
klaster yaitu klaster Melayu, klaster Cina dan klaster Eropa. Pembagian tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-40
Gambar 3. 13 Klaster Kota Pusaka Muntok
Sumber: RAKP Muntok 2015 – 2020
RAKP Muntok menyusun beberapa rencana aksi antara lain: rencana aksi olah disain, ruang
terbuka dan lingkungan alam, rencana aksi terkait kelembagaan, rencana aksi inventarisasi
edukasi dan promosi kota pusaka, rencana aksi pengembangan ekonomi pusaka, rencana aksi
kesiapan menghadapi bencana, serta rencana aksi pemangku kepentingan. Selain rencana aksi,
RAKP Muntok juga menentukan tingkat kepentingan atau signifikansi bangunan – bangunan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-41
pusaka dan wilayah–wilayah pusaka terhadap identitas Kota Pusaka Muntok. Penetapan tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 4 Tabel Tingkat Signifikasi per Bangunan Pusaka di Kota Muntok
No Nama Bangunan Pusaka Tingkat Signifikansi
1 Eks. Kantor Pusat PN. Timah
I
2 Wisma Ranggam
3 Pesanggarahan Menumbing
4 Klenteng Khuang Fuk Miau
5 Rumah Mayor China
6 Alun-alun (Voelbaterin)
7 Rumah Dinas Bupati Bangka Barat
8 Jembatan Brug
9 Benteng Kota Seribu
II
10 Masjid Jamik
11 Hotel Sentrum
12 Rumah Cina 8
13 Pelabuhan Muntok (Vlucht Haven)
14 Rumah Tumenggung (Woning Tumenggung)
15 Surau Tanjung
16 Rumah Kapiten Cina Lim Po Chong
17 Gudang Mayor
18 Kantor Administrasi Pelabuhan Kab. Bangka Barat
19 Menara Suar Tanjung Kalian
20 Sekolah Dasar Negeri 1
III
21 Rumah Cina 3
22 Gereja Katolik
23 Rumah Cina 7
24 Rumah Cina 9 (Rumah Macan)
25 Gudang Inggris
26 Rumah Pastoral
27 Makam Pangeran Hario Pakuningprang
28 Rumah Melayu 3
29 Rumah Melayu 4
30 Rumah Kolonial 1
31 Rumah Kolonial 2
32 Makam Bangsawan Melayu
33 Rumah Kavilasi 1
34 Hereha Bethesda (GPIB)
35 Yayasan Pendidikan Santa Maria
36 Makam Mayor Cina Tan Jien Men
37 Makam Mayor Cina Thjung A Thiam
38 Rumah Cina 1
39 Rumah Cina 2
40 Rumah Cina 4
41 Rumah Cina 5
42 Rumah Cina 6
43 Rumah Melayu 1
44 Rumah Melayu 2
45 Rumah Kolonial 3
46 Rumah Kavilasi 2
47 Makam Cina 3
48 Makam Istri Orang Belanda
49 Gedung Kuning
Sumber: Rencana Aksi Kota Pusaka Muntok, 2015
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan Sekitarnya 3-42
Tabel 3. 5 Tabel Tingkat Signifikasi per Kawasan di Kota Muntok
No Kawasan Pusaka Tingkat Signifikasi
1 Kawasan Cina I
2 Kawasan Eropa
3 Kawasan Melayu II
4 Kawasan Pelabuhan Lama III
5 Kawasan Inti Luar
Sumber: Rencana Aksi Kota Pusaka Muntok, 2015
Keluaran akhir dari RAKP Muntok adalah matriks aksi dalam bentuk indikasi program dan
kegiatan yang akan dilakukan untuk pelestarian bangunan–bangunan pusaka pada kurun waktu
2016 – 2020. Matriks aksi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 3-43
Tabel 3.6 Matriks Aksi Pelestarian dalam 5 Tahun Kedepan
No Program Kegiatan Tahun SKPD
2016 2017 2018 2019 2020
1 Program perencanaan
pengembangan wilayah strategis
cepat tumbuh
Fasilitas pengelolaan Kota Pusaka
Kabupaten
√ √ √ √ √ Bappeda
2 Program peningkatan promosi dan
kerjasama investasi
Pemeran luar daerah untuk promosi
Kota Pusaka
√ √ √ √ √ KPMPP
3 Program peningkatan efisiensi
perdagangan dalam negeri
Rehab gedung M3 DED REHAB Disperindagkop UKM
4 Program perencanaan tata ruang Penyusunan RTBL Kota Pusaka √ √ √ PU
5 Program pengelolaan areal
pemakaman
-Pembangunan pagar pemakaman
Kerkhof
√ PU
6 Program pengelolaan keragaman
budaya
Penyelenggaraan event napak tilas √ √ √ √ √ Dishubparbudkominfo
7 Program pengelolaan kekayaan
budaya
Rekontruksi, rehabilitasi dan
pemeliharaan benda cagar budaya /
situs sejarah
√ √ √ √ √ Dishubparbudkominfo
Penyedia jasa penjaga situs √ √ √ √ √ Dishubparbudkominfo
Pembangunan Jembatan Brug √ √ Dishubparbudkominfo
8 Program pengembangan kemitraan
pariwisata
Peningkatan peran serta
masyarakat dalam pengembangan
kemitraan pariwisata
√ √ √ √ √ Dishubparbudkominfo
9 Program pengembangan destinasi
pariwisata
Pengembangan kawasan
Menumbing
√ √ √ √ √ Dishubparbudkominfo
Pemeliharaan objek wisata √ √ √ √ √ Dishubparbudkominfo
Penyediaan Jasa Petugas Kawasan
Wisata
√ √ √ √ √ Dishubparbudkominfo
Pemasangan lampu jalan tiap
klaster Kota Pusaka
√ √ √ √ Dishubparbudkominfo
Lomba desain lampu jalan Kota
Pusaka
√ Dishubparbudkominfo
10 Program perlindungan dan
konservasi sumber daya alam
Peningkatan peran serta
masyarakat dalam perlindungan dan
√ √ √ √ √ Bapedalda
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 3-44
No Program Kegiatan Tahun SKPD
2016 2017 2018 2019 2020
konservasi SDA (pembinaan
kampung iklim)/ Teluk Rubiah
11 Program pengendalian
pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup
Terlaksananya peningkatan
pembangunan IPAL UKM di pasar
Muntok
√ Bapedalda
Sumber: Rencana Aksi Kota Pusaka Muntok, 2015
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 3-45
3.3.5 Pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Untuk mendukung pembangunan Kota Tua Muntok pemerintah Kabupaten Bangka Barat
menyusun rencana pengembangan klaster yang merujuk kepada RAKP Muntok 2015.
Adapun rencana pembangunan yang menjadi rujukan pembangunan Kota Tua Muntok
tertuang dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Klaster Eropa yang
disusun tahun 2016 dan telah dilegalkan dalam Peraturan Bupati Nomor 75 Tahun 2016,
serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Melayu yang disusun pada tahun
2017 dan disahkan dalam Peraturan Bupati Nomor 82 Tahun 2017 (RTBL Klaster Cina
masih dalam tahap penyusunan pada saat Laporan ini dibuat). Bab ini akan membahas
pembangunan KSPP Muntok dan Sekitarnya dalam RTBL Klaster Eropa dan RTBL Klaster
Melayu.
1. RTBL Klaster Eropa
Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Klaster Eropa,
pembangunan Klaster Eropa memiliki visi pembangunan sebagai berikut, “Klaster Eropa
Sebagai Kawasan yang Memiliki Daya Tarik Dunia yang Mendukung Muntok Sebagai Kota
Pusaka Dunia pada Tahun 2020”. Untuk mencapai visi tersebut, disusun misi
pembangunan klaster Eropa yaitu:
• Terciptanya tata kualitas lingkungan yang mendukung kawasan pusaka
• Terciptanya identitas kawasan sebagai kawasan pusaka dunia
• Terciptanya sirkulasi yang mendukung kawasan pusaka
• Terciptanya Ruang Terbuka Hijau yang mendukung Kawasan Pusaka
• Terciptanya penataan sarana dan prasarana pendukung yang mendukung kawasan
pusaka
Konsep perancangan struktur tata bangunan dan lingkungan, konsep perancangan
struktur bangunan dan lingkungan, serta konsep perancangan di klaster Eropa merupakan
konsep penting dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Dalam RTBL
Klaster Eropa, konsep perancangan struktur tata bangunan dan lingkungan di Klaster
Eropa Kawasan Muntok Lama Kota Muntok yaitu:
• Peruntukan lahan di Klaster Eropa Kawasan Muntok Lama Kota Muntok dibagi
menjadi tiga (3) blok dengan mempertahankan fungsi/peruntukan yang sudah ada;
• Konsep Restorasi akan dilakukan pada Eks Rumah Residen, Eks bekas Taman
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 3-46
Wilhelmina dan Eks Taman Juliana, Gedung Eks Syahbandar dan Gudang Kuning,
untuk memperkuat karakter kawasan sebagai Klaster Eropa;
• Konsep Konservasi pada Museum Timah, Pesanggrahan Muntok, Gereja Bethesda,
Kompleks Sekolah Santa Maria, Bangunan Pastoral, Hischlander School / SDN 91
Muntok, Gedung Concordia, Rumah Tahanan Muntok, Eks Benteng, Kawilasi 1,
Kawilasi 2, dan Lapangan Gelora;
• Preservasi aset pusaka, untuk memperkuat karakter dan sejarah kawasan;
• Rekontruksi, dilakukan untuk jembatan Ujung Bruug, sebagai main entrance dari arah
laut.;
• Hybrid Architecture pada koridor kawasan yang menghubungkan kawasan Eropa
dengan kawasan Melayu dan kawasan Cina;
• Waterfront Concept pada kawasan yang berada di tepi laut dengan memanfaatkan
potensi laut sebagai the best use and the highest value;
• Penataan koridor yang menghubungkan semua aset pusaka dan seluruh kawasan
dalam satu jaringan pedestrian yang terintegrasi;
• Penataan kawasan pantai dengan konsep waterfront yang terhubung dengan kawasan
Teluk Rubiah dalam bentuk promenade;
• Menampilkan keselarasan tampilan bentuk, selubung, ketinggian, dan jarak antar
bangunan, agar tercipta kesan kawasan yang menyatu dan harmonis;
• Peningkatan kualitas bangunan melalui perencanaan langgam arsitektur pada fasade
bangunan, penataan bentuk selubung dan posisi massa bangunan, pengaturan pola
perpetakan, menambahkan elemen pada bangunan sebagai bagian untuk
mewujudkan citra kawasan sebagai kawasan klaster Eropa;
• Mengatur kesan tata ruang dan bangunan yang meliputi pengaturan terhadap KDB,
KLB, Garis Sempadan Bangunan, Ketinggian Bangunan, Ketinggian Elevasi Bangunan,
serta orientasi bangunan;
• Mengakomodasi kebutuhan penyandang cacat, wanita, anak-anak, dan orang tua;
• Mempertahankan kawasan konservasi bakau, sehingga pengembangan kegiatan
budidaya diarahkan di sekitar kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai
kawasan terbangun dan jika terpaksa demi kepentingan umum atau kepentingan yang
lebih luas dimungkinkan dilakukan pembangunan di dalam kawasan konservasi
sesuai dengan aturan yang berlaku atau kesepakatan antar pengambil keputusan;
• Menyediakan fasilitas untuk kepentingan masyarakat (umum);
• Penanganan limbah dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan
lingkungan yang benar dan sesuai dengan karakteristik daya dukung lingkungannya
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 3-47
agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Berikutnya dalam RTBL Klaster Eropa Kota Tua Muntok, konsep perancangan struktur
bangunan dan lingkungan di Klaster Eropa Kawasan Muntok Lama Kota Muntok, meliputi:
• Menjadikan Rumah Eks Residen serta Museum Timah sebagai Pusat Orientasi
kawasan yang membentuk sumbu simetris antara Gunung Menumbing – Rumah Eks
Residen – Ujung Bruug;
• Penguatan identitas kawasan Klaster Eropa Kawasan Muntok Lama Kota Muntok
sebagai kawasan pusaka pusat kota dengan membentuk jalur pejalan kaki yang
menerus yang mencerminkan nuansa festival pada koridor utama;
• Konsep strategis kawasan pusaka pusat kota yang berorientasi pada aktivitas
perkantoran, pendidikan, permukiman, perdagangan jasa, dan olahraga;
• Menjadikan koridor utama kota sebagai etalase kota pusaka (heritage); dan
• Merencanakan pola perkembangan penggunaan lahan campuran dengan
keanekaragaman peruntukan, lingkungan yang berkarakter, keberlanjutan, dan
adanya keterkaitan antar peruntukan lahan di kawasan perencanaan.
Selain itu konsep perancangan di Klaster Eropa Kawasan Muntok Lama Kota Muntok
disusun sebagai berikut :
• Penataan dan pengoptimalan keberadaan permukiman sebagai Leaving Heritage
penunjang wisata pusaka;
• Pengembangan jalur wisata pusaka melalui jalan utama kawasan, dengan konsep
Eropa pada koridor Jalan Pangkalpinang – Pelabuhan Lama dan konsep kebangsaan
pada koridor yang menghubungkan Tugu Soekarno – Hatta menuju Pesanggrahan
Muntok yang dikuatkan pada penataan trotoar;
• Pengembangan perkantoran, fasilitas publik dan perdagangan jasa dengan
memperhatikan langgam kawasan pusaka;
• Pelestarian bangunan pusaka, Pesanggarahan Muntok, Rumah Dinas Bupati dan
Museum Timah / Eks Kantor Banka Tin Winning Bedrijf, Bangunan Syahbandar,
Gudang Kuning, Bangunan Penjara, Gereja GPIB Kecamatan Muntok, Gereja Santa
Maria Kec. Muntok, Kantor Pos Kecamatan Muntok, Bangunan Pastoral, Bangunan
Eks TK Belanda, Rumah Kawilasi dan Kantor Polsek di Area Tangsi; dan
• Jalur utama diperkuat dengan konsep pedestrian ways dan promenade yang
terhubung dengan Kawasan Teluk Rubiah.
Selain ketiga konsep di atas, dalam RTBL Klaster Eropa Kota Tua Muntok juga ditetapkan
strategi pelestarian Klaster Eropa Kawasan Kota Lama Muntok. Strategi ini ditetapkan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 3-48
karena RTBL Klaster Eropa Kawasan Kota Tua Muntok ditujukan untuk konservasi Kota
Pusaka Muntok. Dalam RTBL ini, strategi pelestarian Klaster Eropa Kawasan Kota Lama
Muntok adalah:
• Upaya pelestarian kebudayaan dilakukan dengan menumbuhkembangkan kearifan
lokal, dan pengembangan ekonomi kreatif dan jiwa kewirausahaan yang dapat
memberikan multiplier effect pada kesejahteraan masyarakat;
• Penetapan kawasan pusaka sebagai kawasan strategis;
• Pemberian bentuk insentif dan disentif dalam pengendalian pemanfaatan ruang
kawasan pusaka;
• Meningkatkan sarana dan prasarana dalam pengembangan kawasan pusaka budaya;
• Mempertahankan, melindungi, memelihara dan mengembalikan fungsi kawasan
pusaka budaya yang mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya;
• Perlu adanya peran masyarakat atau komunitas tertentu dalam pelestarian kota
pusaka untuk menjaga dan melestarikan aset pusaka dilakukan melalui memberikan
apresiasi, pelibatan diri, dan kontrol terhadap pelaksanaan instrumen kebijakan;
• Menjadikan kawasan Klaster Eropa yang memiliki banyak peninggalan sejarah budaya
(heritage) menjadi daya tarik atau potensi atraksi wisata yang menjadi kegiatan wisata
untuk melestarikan kawasan heritage atau warisan sejarah budaya kota;
• Peninggalan-peninggalan sejarah budaya di kawasan pusaka pusat kota dapat
menjadi orientasi dalam perkembangan kota;
• Bangunan yang masih menyisakan unsur-unsur lokal tetap dipertahankan, dengan
fungsi baru (Adaptive Reuse);
• Untuk bangunan yang mempertahankan bangunan asli, nilai KDB dan KLB bisa
ditransfer pada bagian belakang; dan
• Bangunan yang masih menunjukkan kondisi asli dapat dipertahankan dengan fungsi
yang berbeda.
Selanjutnya RTBL juga menyusun rencana blok (block plan) sebagai salah satu rencana
utama yang harus ditetapkan dalam RTBL. Dalam RTBL Klaster Eropa Kawasan Kota Tua
disusun rencana blok sebagai berikut:
• Blok A diarahkan untuk pengembangan fungsi ruang publik baru, museum pelayaran,
museum kesyahbandaran dan konvensi, terminal/parkir, perdagangan, jasa, dan
pariwisata;
• Blok B diarahkan untuk fungsi ruang terbuka hijau rekreatif, jasa pendukung
pariwisata, museum, penjara, perkantoran, dan Olah Raga;
• Blok C diarahkan untuk fungsi wisata sejarah, pendidikan, peribadatan, perdagangan,
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 3-49
dan jasa.
2. RTBL Klaster Melayu
Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Klaster
Melayu, pembangunan Klaster Melayu di Kota Tua Muntok memiliki visi pembangunan
sebagai berikut, “Menjadikan Klaster Melayu sebagai Kawasan yang Berjati Diri Melayu
dan Bermartabat Guna Mendukung Muntok sebagai Kota Pusaka Dunia Tahun 2022”.
Untuk mencapai visi tersebut, disusun misi pembangunan klaster Melayu yaitu:
• Terciptanya identitas kawasan berjati diri Melayu;
• Mempertahankan bangunan dan kawasan bersejarah dalam Kawasan Melayu dengan
menentukan tindakan pelestarian yang tepat;
• Terciptanya penataan sarana dan prasarana yang sesuai dengan identitas Melayu baik
sejarah serta budayanya;
• Terciptanya kawasan Melayu sebagai pusat usaha tradisional; dan
• Terciptanya kawasan yang mampu mendukung perkembangan Kawasan Klaster
Eropa dan Klaster Cina dengan tetap bercirikan karakter Melayu.
Seperti yang tertulis dalam RTBL Klaster Eropa Kota Tua Muntok, konsep perancangan
struktur tata bangunan dan lingkungan, serta konsep perancangan di Klaster Melayu
merupakan konsep penting dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
Dalam RTBL Klaster Melayu Kota Tua Muntok konsep perancangan struktur tata bangunan
dan lingkungan di Klaster Melayu Kawasan Muntok Lama Kota Muntok yaitu:
• Peruntukan lahan di Kawasan Klaster Melayu Muntok Lama dibagi menjadi 3 (tiga)
blok dengan mempertahankan fungsi/peruntukan yang sudah ada;
• Penataan kawasan pelabuhan dengan konsep waterfront sebagai pintu masuk dari
arah laut;
• Penataan infrastruktur kawasan kumuh;
• Revitalisasi dilakukan untuk rumah Melayu yang masih ada dan/atau yang bisa
diusulkan kembali;
• Preservasi dan konservasi peninggalan sejarah untuk memperkuat karakter dan
sejarah kawasan;
• Penataan koridor kawasan yang menghubungkan Kawasan Melayu dengan Kawasan
Eropa dan Kawasan Cina;
• Peningkatan kualitas bangunan melalui perencanaan langgam arsitektur pada fasade
bangunan, penataan bentuk selubung dan posisi massa bangunan, menambahkan
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 3-50
elemen pada bangunan sebagai bagian untuk mewujudkan citra kawasan sebagai
Kawasan Klaster Melayu;
• Penyediaan ruang terbuka hijau, pembangunan dan penataan pedestrian, penyediaan
jalur sepeda serta lahan parkir;
• Konsep river front pada kawasan yang berada di tepi sungai dengan membangun
ruang terbuka hijau, fasilitas parkir, jalan di sempadan sungai, dan penanganan banjir;
• Pembangunan promenade di kawasan pendukung Klaster Melayu dan/atau di luar
kawasan yang terhubung dengan Klaster Melayu Muntok Lama;
• Memperkuat dan merevitalisasi usaha tradisional.
Konsep perancangan di Kawasan Klaster Melayu Muntok Lama sebagai berikut :
• Pengembangan Kampung Melayu, meliputi: Eks Kampung Kauman, Kampung
Tanjung, Ulu, Telukrubiah, dan Kranggan;
• Pengembangan fasilitas umum dan sosial termasuk pusat usaha tradisional dengan
memperhatikan langgam Kawasan Klaster Melayu Muntok Lama;
• Pelestarian cagar budaya dan bangunan bersejarah lainnya di Kawasan Klaster
Melayu Muntok Lama;
• Penyediaan dan penataan jalur utama dengan pedestrian dan jalur sepeda yang
menghubungkan antarkawasan;
• Penyediaan ruang terbuka hijau, ruang parkir, dan promenade;
• Penataan sarana dan prasarana kawasan permukiman sebagai penunjang wisata
Kawasan Klaster Melayu Muntok Lama; dan
• Penataan kawasan pelabuhan Muntok Lama;
Selain konsep–konsep perancangan di atas, karena RTBL Klaster Melayu seperti layaknya
Klauster Eropa Kota Tua Muntok ditujukan untuk tujuan konservasi Kota Tua Muntok.
Maka di dalam RTBL Klaster Melayu disusun strategi pelestarian Kawasan Klaster Melayu
Kota Tua Muntok:
• Mengupayakan pelestarian kebudayaan dengan menumbuhkembangkan kearifan
lokal, mengembangkan ekonomi kreatif, dan jiwa kewirausahaan yang dapat
memberikan multiplier effect bagi kesejahteraan masyarakat;
• Mempercepat pembangunan dan pengembangan Kawasan Muntok Lama sebagai
Kawasan Strategis Provinsi;
• Memberikan kompensasi dan insentif dalam pengendalian pemanfaatan ruang
Kawasan Klaster Melayu;
• Meningkatkan sarana dan prasarana dalam pengembangan Kawasan Klaster Melayu;
• Mempertahankan, melindungi, memelihara dan mengembalikan fungsi cagar budaya
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 3-51
yang mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya;
• Meningkatkan dan melibatkan peran serta masyarakat dan/atau komunitas tertentu
dalam pelestarian Kawasan Klaster Melayu Muntok Lama untuk menjaga dan
melestarikan peninggalan sejarah dilakukan melalui pemberian apresiasi, pelibatan
diri, dan pengontrolan terhadap pelaksanaan instrumen kebijakan;
• Menjadikan Kawasan Klaster Melayu Muntok Lama sebagai daya tarik atau potensi
atraksi dan objek wisata untuk melestarikan kawasan warisan sejarah Melayu;
• Menjadikan bangunan bersejarah di Kawasan Klaster Melayu Muntok Lama sebagai
pusat orientasi dalam perkembangan kawasan;
• Mempertahankan bangunan yang masih memiliki unsur-unsur tradisional Melayu; dan
• Mempertahankan bangunan tradisional Melayu dengan pengaturan nilai KDB, KLB,
dan GSB.
Bagian penting dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan adalah
rencana blok (block plan). Rencana blok, dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Klaster Melayu Kota Tua adalah:
• Blok A diarahkan untuk pengembangan fungsi mixed-use, kawasan wisata,
permukiman intensitas sedang, RTH, serta perdagangan dan jasa;
• Blok B diarahkan untuk fungsi permukiman kepadatan sedang dan tinggi,
perdagangan dan jasa, RTH, mixed-use, dan wisata religi;
• Blok C diarahkan untuk fungsi preservasi dan konservasi, permukiman kepadatan
tinggi, mixed-use, dan ruang terbuka hijau di pelabuhan.
• Blok kawasan pendukung diarahkan untuk fungsi permukiman, penanganan dan
pengendalian banjir, perdagangan dan jasa, dan mixed- use.
3.4 Kesimpulan
Dari berbagai kajian kebijakan pembangunan terkait pembangunan kepariwisataan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya KSPP Muntok dan sekitarnya, terdapat
hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pembangunan kepariwisataan di KSPP
Muntok. Kebijakan penting tersebut adalah:
• Muntok sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi dalam upaya perlindungan
terhadap sumber daya alam dan budaya, serta nilai tambah yang positif bagi identitas
provinsi sebagai wilayah pertambangan timah di Indonesia. Upaya ini dikuatkan oleh
beberapa kebijakan terkait mulai dari tingkat nasional hingga kebijakan lokal di Kota
Muntok.
• Muntok ditetapkan sebagai PKW dan bagian dari Kawasan Andalan Laut Bangka
Laporan Akhir RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya 3-52
Belitung dan Kawasan Andalan Bangka,
• Bagian dari KSPP Muntok dalam hal ini, Kota Tua Muntok ditetapkan sebagai
Kawasan Strategis Provinsi dari sudut kepentingan sosial budaya; Gn Menumbing dan
Jering Mendayung dari sudut kepentingan lingkungan hidup,
• Kawasan Perkotaan Muntok ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten
Bangka Barat,
• Kecamatan Muntok dalam RDTR perkotaan Muntok direncanakan sebagai kegiatan
pelayanan regional, kegiatan pelayanan pemerintahan dan umum, perdagangan dan
jasa, industri dan pariwisata.
• Pembangunan Kota Tua Muntok direncanakan sebagai kota pusaka dunia. Rencana
ini dapat dilihat dari visi pembangunan yang tersusun dalam RAKP, dan RTBL:
▪ Muntok sebagai Kota Pusaka Dunia tahun 2020
▪ Klaster Eropa sebagai kawasan yang memiliki daya tarik dunia yang mendukung
Muntok sebagai kota pusaka dunia pada tahun 2020
▪ Klaster Melayu sebagai kawasan yang berjati diri Melayu dan bermartabat guna
mendukung Muntok sebagai kota pusaka dunia tahun 2022
• Kota Tua Muntok sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Sejarah dan Budaya Kota Tua
Muntok dsk.
Berbagai fungsi strategis yang ditetapkan dalam kebijakan tersebut menjadi
pertimbangan penting dalam penyusunan RIRD KSPP Muntok dan sekitarnya ini.