17
Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tahun 2014 Tanggal : KETENTUAN DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN DAN BAKU MUTU AIR LIMBAH I. INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan harus memenuhi ketentuan dan persyaratan teknis sebagai berikut : A. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) 1. Desain IPAL wajib memperhatikan waktu tinggal dan volume air limbah serta dirancang mampu mengolah seluruh air limbah yang dihasilkan dengan safety allowance minimal sebesar 20%; 2. Khusus untuk IPAL terbuka wajib memperhatikan curah hujan dan permukaan air limbah wajib berada minimal 20 cm di bawah bibir permukaan setiap kolam limbah. 3. Dasar IPAL, tanggul IPAL dan atau permukaan IPAL wajib kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah keluar ke lingkungan (permeabialitas 10-7 cm/detik), (misalkan : dengan cara dipadatkan, di beton, menggunakan tangki atau dengan menggunakan lapisan/layer ). 4. IPAL wajib dilengkapi dengan alat ukur debit di titik masuk IPAL (influent/inlet) dan titik keluar IPAL (effluent/outlet) 5. IPAL wajib dilengkapi dengan sumur pantau (upstream dan downstream), dalam penentuan lokasi sumur pantau IPAL didasarkan pada hasil kajian peta hidrogeologi (peta kontur air tanah) B. Penentuan Titik Penaatan 1. Titik masuk IPAL (influent/inlet) Titik penaatan ditetapkan setelah melewati alat ukur debit di titik masuk IPAL (influent/inlet) 2. Pembuangan air Limbah Titik penaatan ditetapkan setelah melewati alat ukur debit di titik keluar IPAL (effluent/outlet) namun belum tercampur dengan air dari sumber lainnya dan dapat digambarkan sebagai berikut : Lampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit 1

Draft Permen Sawit Lampiran 1 Limbah Cair[1 [1]

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengelolaan Lingkungan Sawit

Citation preview

Lampiran IPeraturan Menteri NegaraLingkungan HidupNomor : Tahun 2014Tanggal :KETENTUAN DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN DAN BAKU MUTU AIR LIMBAHI.INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib memiliki Instalasi pengolahan air limbah(IPAL) dan harus memenuhi ketentuan dan persyaratan teknis sebagai berikut :A. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)1. Desain IPAL wajib memperhatikan waktu tinggal dan volume air limbah serta dirancang mampu mengolah seluruh air limbah yang dihasilkan dengan safety allowance minimal sebesar 20%;2. Khusus untuk IPAL terbuka wajib memperhatikan curah hujan dan permukaan air limbah wajib berada minimal 20 cm di bawah bibir permukaan setiap kolam limbah.3. Dasar IPAL, tanggul IPAL dan atau permukaan IPAL wajib kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah keluar ke lingkungan (permeabialitas 10-7 cm/detik), (misalkan : dengan cara dipadatkan, di beton, menggunakan tangki atau dengan menggunakan lapisan/layer ).4. IPAL wajib dilengkapi dengan alat ukur debit di titik masuk IPAL (influent/inlet) dan titik keluar IPAL (effluent/outlet)5. IPAL wajib dilengkapi dengan sumur pantau (upstream dan downstream), dalam penentuan lokasi sumur pantau IPAL didasarkan pada hasil kajian peta hidrogeologi (peta kontur air tanah)B. Penentuan Titik Penaatan1. Titik masuk IPAL (influent/inlet) Titik penaatan ditetapkan setelah melewati alat ukur debit di titik masuk IPAL (influent/inlet)2. Pembuangan air Limbah Titik penaatan ditetapkan setelah melewati alat ukur debit di titik keluar IPAL (effluent/outlet) namun belum tercampur dengan air dari sumber lainnya dan dapat digambarkan sebagai berikut :Lampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit1EBACDFA: Pabrik: Alat Ukur Debit inlet: IPAL: Alat Ukur Debit Outlet: Titik penataan pembuangan air limbah: Sumber Air (sungai, rawa dsb)Gambar I. 1. Titik Penaatan PembuanganBCDEF3. Pemanfaatan air limbah ke tanah di lahan perkebunan Perusahaan wajib menyediakan tempat diluar IPAL (bak penampung) sebelum lahan pemanfaatan sebagai titik penaatan, hal tersebut dimaksudkan : a. Agar titik penaatan tidak berpindah-pindah b. Agar memudahkan pengambilan sampel c. Agar sampel lebih representative mewakili air limbah yang dipompakan ke tanah di lahan perkebunanTitik penaatan ditetapkan sebelum di pompa/dialirkan namun belum tercampur denganair dari sumber lainnya dan dapat digambarkan sebagai berikut :Lampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit2EFGEBDACHA: Pabrik: Alat Ukur Debit inlet: IPAL: Bak Penampung: Titik penataan pemanfaatan air limbah: Pompa: Alat Ukur Debit Outlet pemanfaatan: Lokasi lahan pemanfaatan air limbah ke tanah di lahan perkebunanBCDEFGHGambar I. 2. Titik Penaatan Pemanfaatan air limbah ke tanah di lahan perkebunanII.PEMBUANGAN AIR LIMBAHPenanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan pembuangan air limbah, wajibmemenuhi ketentuan dan persyaratan teknis sebagai berikut :1.2.3.4.5.6.7.8.9.menggunakan sistem saluran air limbah kedap air dari lokasi pabrik menuju IPALmaupun dari outlet IPAL ke titik pembuanganpada saluran air limbah tidak terjadi perembesan dan atau peluapan air limbah kelingkungan;melakukan pencatatan debit air limbah harian inlet dan outlet IPALmelakukan pencatatan pH dan COD harian air limbah di outlet IPAL;tidak melakukan pengenceran air limbah ke dalam aliran buangan air limbah;melakukan pencatatan jumlah bahan baku dan produk harian senyatanya;memisahkan saluran pembuangan air limbah dengan saluran limpasan air hujan;menetapkan titik penaatan untuk pengambilan contoh uji;mengadakan sarana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat.3Lampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawitIII.PEMANFAATAN AIR LIMBAH1.PEMANFAATAN AIR LIMBAH KE TANAH DI LAHAN PERKEBUNAN (landapplication)a.PENGKAJIANPenanggung jawab usaha dan atau kegiatan yang akan melakukan pemanfaatan airlimbah ke tanah di lahan perkebunan wajib melakukan pengkajian:Pengkajian di dalam pemanfaatan air limbah ke tanah di lahan perkebunan inimencakup :1) Luasan lahan yang akan diaplikasikan yang dilengkapi dengan peta;2) Rencana pengaplikasian air limbah, mencakup: jumlah, dosis dan rotasi pemanfaatan air limbah;3) Data Curah hujan di wilayah pemanfaatan air limbah ke tanah di lahan perkebunan 10 tahun terakhir dari stasiun terdekat;4) Data hidrogeologis (kontur air tanah) pada lahan yang akan diaplikasikan dan lahan kontrol dengan dilengkapi peta;5) Data rona awal kualitas air tanah di lahan yang akan diaplikasikan;6) Data kedalaman muka air tanah pada lahan yang akan diaplikasikan dan lahan kontrol;7) Data terhadap peruntukan lahan (misal gambut, rawa, kars) pada lahan yang akan diaplikasikan dan lahan kontrol dilengkapi dengan peta geomorfologi/fisiografi;8) Data terhadap jenis, sifat fisik dan kimia tanah pada lahan yang akan diaplikasikan dan lahan kontrol dilengkapi dengan peta;9) Data terhadap topografi (kelerengan) lahan yang akan diaplikasikan dilengkapi dengan peta;10) Data permeabilitas dan porositas tanah11) Manfaat pengaplikasian air limbah ke tanah di lahan perkebunan (pengurangan pupuk, peningkatan produksi)Data tersebut dijadikan dasar sebagai bahan kajian untuk mengetahui dampak daripemanfaatan air limbah ke tanah sebagai salah satu persyaratan dalam pengajuan izinpengelolaan air limbah.b. PELAKSANAAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH1)LOKASI PEMANFAATAN AIR LIMBAHa.1. Penanggung jawab usaha dan atau kegiatan harus menetapkan luas seluruh lokasi lahan yang akan digunakan untuk pemanfaatan air limbah sebesarLampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit4minimal 2 (dua) kali luas lokasi hasil perhitungan pengaplikasian airlimbah ke lahan sebagai antisipasi apabila ada lahan yang dilakukanperemajaan (replanting).a.2. Lokasi pemanfaatan terluar minimal berjarak 500 m dari pemukiman penduduk dan mendapat persetujuan dari penduduk terdekat dengan lokasia.3. Penanggung jawab usaha dan atau kegiatan harus menetapkan lokasi yang akan digunakan sebagai kontrol dengan ketentuan: a.3.1. luas lahan sebesar 5 - 10 persen dari luas lahan yang diusulkan untuk pemanfaatan air limbah. a.3.2. harus mempunyai sifat dan karakteristik tanah serta umur tanaman yang sama dengan lahan yang di aplikasi a.3.3. digunakan sebagai pembanding dampak pemanfaatan air limbah. a.3.4. pemanfaatan air limbah tidak boleh dilakukan di lahan kontrol a.5.5. tidak terpengaruh dengan air limbah yang dimanfaatkan pada lahan aplikasi berdasarkan peta hidrogeologis dan/atau topografi tanah2)KETENTUAN DAN PERSYARATAN TEKNISPenanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan pemanfaatan airlimbah ke tanah di lahan perkebunan wajib memenuhi ketentuan danpersyaratan teknis sebagai berikut : a) Seluruh ketentuan dan persyaratan teknis yang ada di dalam ketentuan dan persyaratan teknis pembuangan air limbah b) menggunakan sistem saluran air limbah kedap air dari lokasi pabrik menuju IPAL maupun dari outlet IPAL ke lahan aplikasi c) Pemanfaatan air limbah ke lahan hanya dapat dilakukan pada lahan sebagai berikut :b.1. bukan lahan gambut;b.2. lahan dengan permeabilitas 1,5 cm/jam - 15 cm/jam;b.3. Kedalaman air tanah lebih dari 2 meter;b.4. Lahan dengan kelerengan < 30 %;b.5. Intensitas curah hujan rata-rata < 2400 mm per tahun danb.6. Porositas tanah > 30 %Perhitungan porositas sebagi berikut :Porositas (n)(): Berat Volume Tanah: Berat Jenis TanahLampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit5d) Menggunakan sistem pengaliran aplikasi tertutup dan tidak berhubungan dengan badan air (sungai, danau, dan lain-lain)e) Membuat saluran buffer agar tidak terjadi limpasan air limbah yang diaplikasikan, sehingga tidak ada air larian (run off) yang masuk ke sumber air dan/atau ke lahan diluar lahan yang diizinkan untuk dilakukan aplikasi;f) Kedalaman parit/saluran/rorak tidak boleh lebih dalam dari 75 cm;g) Memiliki sumur pantau di lahan aplikasi di setiap blok di lokasi lahan yang dilakukan pemanfaatan air limbah ke tanah dengan posisi diantara rorak, untuk melihat kedalaman air tanah dan ini tidak perlu dilakukan uji kualitas air tanahnya.h) Memiliki sumur pantau di up stream atau lahan control dan down stream di lahan aplikasi dengan kedalaman maksimum 10 meter untuk melihat dampak pemanfaatan air limbah ke tanah, penetapan lokasi sumur pantau berdasarkan peta hidrogeologis (kontour air tanah) dan/atau topografi tanah. Lokasi sumur pantau tersebut yang dilakukan uji kualitas air tanahnya.12Keterangan: Arah aliran air tanah12: Lahan Kontrol (kebun kelapa sawit yang tidak dialiri/tidak terpengaruh air limbah): Kebun kelapa sawit yang dialiri air limbah (lokasi pemanfaatan air limbah): Garis kontur: Sumur pantau up stream (belum terpengaruh air limbah): Sumur Pantau down streamGambar I.3. : Contoh Penentuan Lokasi Sumur PantauLampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit6i) Sumur pantau up stream ditentukan pada aliran air tanah tertinggi setelah dievaluasi dari peta konturnya atau di lahan kontrolj) Sumur pantau down stream ditentukan pada aliran air tanah terendah setelah dievaluasi peta konturnya di lahan yang dilakukan pemanfaatan air limbah ke tanah.k) Pembuatan sumur pantau harus memperhatikan keamanan sumur terhadap kontaminasi air hujan dan atau kontaminan lain yang berasal dari luar.l) Penentuan jumlah sumur pantau khususnya sumur pantau down stream ditentukan dengan memperhatikan jenis tanah, dan atau kontur tanah di lokasi lahan yang memanfaatkan air limbah ke tanah.Gambar I. 4. Sket Sumur PantauSumber : PPKS 20113) METODEMetode pemanfaatan air limbah pada tanah dapat menggunakan parit/rorakflatbed system, furrow system, dan/atau long bed system dengan sistem salurantertutup dan tidak berhubungan dengan badan air (sungai, danau, dan lain-lain).Lampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit7a. Flatbed system atau sistem parit datar adalah sistem irigasi yang ditampung dengan kolam-kolam datar bersambung untuk lahan dengan ketinggian relatif tidak sama atau terasiring (Gb.1.5).b. Furrow system (Gb. 1.6) atau sistem parit/saluran alir tertutup. Sistem furrow yang diperbolehkan adalah straight furrow sedangkan untuk zig- zag furrow tidak diperbolehkan hal ini karena Zig-zag furrow digunakan di area dimana kecuramannya relatif tinggi (lebih dari 30 %). Straight furrow digunakan di area yang kecuramannya lebih rendah (di bawah 30 derajat).c. Long Bed system (Gb. 1.7) atau sistem saluran panjang berbaris untuk lahan dengan ketinggian sama atau rata dan tanah dengan permeabilitas rendah (daya serap ke dalam tanah tidak bagus).Gambar I.5 FlatbedsystemGb. I.6. Furrow systemGb I.7 Long Bedsystem4) DOSIS, DEBIT DAN ROTASI PEMANFAATAN:Dosis, debit dan rotasi pemanfaatan harus ditetapkan sebelum perusahaanmelakukan pemanfaatan air limbah dan wajib masuk dan/atau dicantumkandidalam izin pemanfaatan air limbah ke tanah di lahan perkebunan.Perhitungan dosis wajib menggunakan faktor curah hujan rata-rata bulanan dilokasi tersebut dengan persamaan berikut :Dosis air limbah ={()()} m3/Ha/bulanCurah hujan maks untuk perkebunan kelapa sawit = 200 mm/bulan atau 2400 mm/tahunRotasi minimum 6 kali/pertahun atau 2 bulan sekali.Lampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit8Mekanisme perhitungan dosis, debit, kebutuhan lokasi dan rotasi penyiramanatau pemanfaatan air limbah dapat menggunakan contoh perhitungan sebagaiberikut:Luas LokasiDebit air limbah= = {(Kapasitas olah Pabrik Kelapa Sawit) x (Rasio produksi air limbah terhadap Produksi TBS)}Rasio ini berkisar antara 0,6 0,8 m3 limbah/ton TBS diproduksiDosis air limbah ={()()} m3/Ha/bulanCurah hujan maks untuk perkebunan kelapa sawit = 200 mm/bulan atau 2400 mm/tahun.Contoh:a. Kapasistas olah = 250.000 ton TBS/tahunb. Curah hujan maks = 2400 mm/tahun = 200 mm/bulanc. Curah hujan aktual = 2220 mm/tahun = 185 mm/bulanDosis air limbah = m3/Ha/bulan= 150 m3/Ha/bulan = 1800 m3/Ha/tahunDosis penyiraman dapat berubah bila perubahan intensitas curah hujan pada saat aplikasi. Pada curahhujan lebih dari atau sama dengan 200 mm/bulan tidak boleh dilakukan aplikasi air limbah.Debit air limbahLuas LokasiKekerapan Pemanfaatan dan Kedalaman rorakDengan dasar parit/rorak flatbed mempunyai luasan 1/6 dari luas areal perkebunan sawit dankekerapatan pemanfaatan (rotasi pemanfaatan/penyiraman) = 6 kali per tahun atau sekali per 2 bulan,maka kedalaman parit/rorak yang diperlukan dapat dihitung dengan persamaan berikut:Kedalaman parit/rorakUntuk mencegah aliran larian kedalaman parit/rorak perlu ditambah 10 -20 cm disesuaikan dengan profilcurah hujan di areal aplikasi. Mempertimbangkan kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit (50 60cm) kedalaman parit/rorak sebaiknya tidak lebih dari 75 cm. Parit/rorak juga tidak boleh dibuat pada duabaris tanaman kelapa sawit terakhir (paling luar) di areal aplikasi air limbah.5) PENDISTRIBUSIAN Dalam melakukan pendistribusian air limbah dari titik penaatan (outlet IPAL) ke lahan pemanfaatan hanya diperbolehkan menggunakan instalasi saluran limbah ( parit dan atau pemipaan). Instalasi saluran limbah ( parit dan atau pemipaan) yang digunakan harus kedap air sehingga tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.Lampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit92. PEMANFAATAN AIR LIMBAH UNTUK PENGOMPOSAN3.1 AIR LIMBAHAir limbah pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai cairan pelembab untukmempertahankan kelembaban kompos selama proses produksinya. Namun demikiandalam pemanfaatan air limbah untuk pengomposan harus memenuhi ketentuan teknissebagai berikut :a. Pemanfaatan air limbah untuk pengomposan tidak perlu menggunakan izin pemanfaatan air limbahb. Perusahaan harus melakukan pengujian kadar minyak dalam air limbah yang digunakan untuk penyiraman kompos.c. Perusahaan harus memiliki perhitungan kebutuhan air limbah untuk pengomposan (volume dan dosis) serta air lindi yang dihasilkand. Perusahan harus memiliki neraca air limbah yang digunakan untuk pengomposane. Pencatatan volume harian limbah cair (POME) yang digunakan untuk pengomposanf. Perusahaan harus memiliki SOP Tanggap daruratg. Ketentuan teknis yang ada dalam proses pengoposan sebagaimana lampiran II2.2 Air lindia. Pencatatan volume harian lindi.b. Perusahaan harus membuat saluran air lindi kedap air untuk di kembalikan ke kompos atau dilakukan pengolahan sesuai dengan ketentuan perundanganc. Perusahaan harus membuat sumur pantau di up stream dan down stream dari proses pengomposand. Sumur pantau up stream ditentukan pada aliran air tanah tertinggi setelah dievaluasi dari peta konturnya atau di lahan kontrole. Sumur pantau down stream ditentukan pada aliran air tanah terendah setelah dievaluasi peta konturnya di lahan pengomposan.Lampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit10Gambar 1.8. Parit air lindi di areal pengomposan pengomposan.Berikut contoh perhitungan jumlah air lindi yang dihasilkan dalam produksi kompos adalahsebagai berikut:Kapasitas produksi PKS = 50 ton TBS/jam.Waktu produksi = 20 jam/hari.Luas area pengomposan = 100.000 m2.Curah hujan rata-rata = 2500 mm/tahun, setara dengan 7 mm/hari.Air lindi dihasilkan dari penyiraman POME:= 50 ton TBS/jam x 20 jam/hari x 0,127 m3 lindi/ton TBS= 127 m3 air lindi/hari.Air hujan yang masuk dalam tumpukan kompos:= curah hujan/hari x luas area pengomposan= 7 mm /hari x 100.000 m2 = 700 m3 /hari.Jumlah air hujan yang menguap dihitung dengan asumsi sama dengan persentase jumlah POMEyang menguap, yaitu:= (0,657/0,736)x 100% = 89,1%Lampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit11Air hujan yang menguap setiap hari adalah:= 700 m3 x 89,1% = 624 m3Jumlah air lindi yang berasal dari air hujan per hari adalah:= 700 m3 - 624 m3= 76 m3/hari.Total air lindi yang dihasilkan= air lindi dari POME + Air lindi dari hujan= 127 m3 + 76 m3 = 203 m3 air lindi/hari.Gambar 1.9. Diagram pengelolaan air limbah yang dimanfaatkan untuk kompos dan land applicationLampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit12Gambar 1.10. Diagram pengelolaan air limbah yang dimanfaatkan untuk kompos dan air lindinya dibuang ke badan air3. PEMANFAATAN AIR LIMBAH UNTUK BIOGAS (METHANE CAPTURE) Perusahaan dapat memanfaatkan air limbah menjadi biogas namun harus memenuhi ketentun teknis sebagai berikut :a. Pemanfaatan air limbah untuk biogas tidak perlu menggunakan izin pemanfaatan air limbahb. Perusahaan harus memiliki SOP Tanggap daruratc. Air limbah setelah dimanfaatkan untuk biogas kemudian dilakukan pembuangan dan/atau pemanfaatan ke tanah maka wajib mematuhi ketentuan yang ada di pembuangan dan atau pemanfaatan ke tanah.IV.BAKU MUTU AIR LIMBAH1.PEMBUANGANIndustri minyak sawit (CPO) yang melakukan pembuangan air limbah maka bakumutu yang wajib dipenuhi adalah :.Lampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit13Tabel 1.4.1. Baku Mutu air limbah proses, air limbah hidrocyclon/claybath, air limbah lindi, air limbah blowdown ketel uap (boiler)Parameter Kadarmaksimum (mg/L)beban pencemaran maksimum (kg/ton)air limbah proses air limbahhidrocyclon/claybathair limbah lindiair limbahblowdownketel uap (boiler) 0,050,1750,1250,01250,025GabunganBOD5CODTSSMinyak danLemakNitrogen Total(sebagai N)pHkuantitaslimbahmaksimum100350250 25500,250,880,630,0630,1250,050,1750,1250,01250,0256,0 9,00,050,1750,1250,01250,025dihitungdihitungdihitungdihitungdihitung Air limbah Proses : 2,5 m per ton produk minyak sawit (CPO) 3 air limbah hidrocyclon/claybath : 0,5 m per ton produk minyak sawit (CPO) 3 Air Limbah Lindi : 0,5 m per ton produk minyak sawit (CPO) 3air limbah blowdown ketel uap (boiler) : 0,5 m per ton produk minyak sawit (CPO) Air limbah gabungan : dihitung3Tabel 1.4.2. Baku Mutu air limbah abu ketel uap, air limbah air pembersihan (reject water) instalasi pengolahan Air (IPA)air limbah abu ketel uap (wet scrubber boiler)Parameter Air pembersihan (rejectwater) instalasi pengolahan air (IPA)BOD5CODTSSMinyakdan LemakSulfida(sebagai S)pHkuantitaslimbahmaksimum bebanbeban KadarKadar pencemaranpencemaranmaksimummaksimum maksimummaksimum (mg/L)(mg/L) (kg/ton)(kg/ton) 600,030600,030 1000,0501000,050 500,025500,025 50,00250,5m30,000250,5m30,00025 6,0 9,00,5per ton produk minyak sawit (CPO) 6,0 9,00,5per ton produk minyak sawit (CPO)Lampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit14Perhitungan Kuantitas air limbah maksimum dan beban pencemaran maksimum dapatdilakukan sebagai berikut :Kuantitas air limbah maksimum gabungan merupakan penjumlahan dari air limbah yangdigabungkan.Misal : air limbah proses, air limbah hidrocyclon/claybath , dan air abu ketel uap, dilakukan pengolahan dalam satu pengolahan (IPAL) Maka kuantitas air limbah maksimum (Qmax) adalah : 2,5 m3 + 0,5 m3 + 0,5 m3 = 3,5 m3/ton CPO Beban pencemaran maksimum dapat dihitung sebagai berikut : Lmax = Cmax x Qmax Ket : Lmax : beban pencemaran maksimum , dalam satuan kg/ton Cmax : Kadar maksimum parameter air limbah, dalam satuan mg/L Qmax: Kuantitas air limbah maksimum, dalam satuan m3/ton CPODengan contoh kuantitas sebagaimana di atas maka beban pencemaranmaksimum untuk parameter BOD dapat dihitung sebagai berikut :LBOD max = CBOD max x Qmax= 100 mg/L x 3,5 m3/ton CPO x= 0,35 kg/tonx2.PEMANFAATAN AIR LIMBAH KE TANAH DI LAHAN PERKEBUNAN (LAND APPLICATION)Tabel 1.4.4. Baku Mutu air limbah yang dimanfaatkan ke tanah di lahan perkebunan (land application)ParameterBOD5Minyak dan LemakpHSatuanmg/Lmg/LKadar2000 5000 Maks.10 6-9Lampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit15Lampiran I Peraturan MENLH : Pengelolaan limbah industri minyak sawit16