6
 DRAFT PAPER PEMANFAA T AN, PENGGUNAAN DAN PENYALAHGUNAAN INTERNET STUDI DI INDONESIA OLEH : 1. RIY ADI SRI PURNOMO NIM : 3728 22 2. TRULL Y ERL YNDA NIM : 372768 PROGRAM PASCA SARJANA FAKULT AS I SIPOL UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 21! 0

Draft Topi Kelompok - Tindak Penipuan Ok

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perkembangan Internet di Indonesia

Citation preview

DRAFT PAPER

PEMANFAATAN, PENGGUNAAN DAN PENYALAHGUNAAN INTERNET

STUDI DI INDONESIA

OLEH :

1. RIYADI SRI PURNOMO NIM : 372822

2. TRULLY ERLYNDA NIM : 372768PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS ISIPOL

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015A. Gambaran Perkembangan Internet di Indonesia

1. Jumlah Pengguna Internet di IndonesiaPengguna internet di seluruh dunia diproyeksikan akan mencapai 3 miliar orang pada tahun 2015. Dari perkembangan pengguna internet untuk tiga tahun mendatang, yaitu pada tahun 2018, diperkirakan akan mencapai 3,6 miliar netter (e-Marketer,Nov 2014) yang akan mengakses internet, setidaknya sekali dalam tiap bulannya.

Lembaga riset e-Marketer tahun 2014 menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 83,7 juta orang pada tahun 2014. Tabel di bawah menunjukkan gambaran pengguna internet di 25 negara berdasarkan peringkat terbanyak dalam mengakses internet.

Dalam hasil perkiraan yang di buat oleh lembaga e-Marketer pada tahun 2017 mendatang di informasikan bahwa jumlah netter Indonesia akan menembus angka 112 juta orang, yang menyalip posisi Jepang di peringkat ke lima. Untuk mengetahui besarnya laju pertumbuhan pengguna internet terbesar dapat dilihat pada grafik berikut ini. 2. Pertumbuhan dan Penetrasi Pengguna Internet di Indonesia perbandingan dengan Pertumbuhan dan Penetrasi Pengguna Internet di Negara lain

Untuk perkembangan jumlah pengguna internet dalam lima tahun terakhir, posisi teratas ditempati oleh negara-negara berkembang. Filipina merupakan negara yang jumlah pengguna internetnya berkembang pesat yaitu 531 persen. Peringkat kedua merupakan Indonesia dengan tingkat perkembangan 430 persen, kemudian diikuti oleh Afrika Selatan dan India.

3. Sebaran Pengguna Internet di Wilayah Indonesia

Bila kita melihat penyebaran pengguna Internet di Indonesia menunjukkan bahwa, di Indonesia pengguna internet lebih terkonsentrasi di wilayah barat Indonesia, khususnya pulau Jawa, dengan tingkat penetrasi Internet sebesar 36,9% dari total penduduk pulau tersebut. Selain itu, sekitar 83,4% pengguna Internet di Indonesia berdomisili di perkotaan, sehingga sampai saat ini pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan Internet masih terfokus di daerah yang berpenduduk padat seperti Jawa yang jumlah penduduknya mencapai 58% dari total penduduk di Indonesia. B. Etika Berkomunikasi Di Dunia Maya1. Deskripsi Penerapan Etika dalam berkomunikasi di Dunia Maya IndonesiaDi Indonesia banyak orang belum sadar betul tentang etika berkomunikasi yang ada di dunia maya, masyarakat pada umumnya menganggap bahwa berkomunikasi di dunia maya yang tidak membutuhkan tatap muka dapat menumpahkan semua perasaan dan perkataan tanpa batas dan tanpa aturan, padahal etika dalam berkomunikasi di dunia manyapun tidak ada bedanya dengan etika berkomunikasi di dunia nyata, karena berhubungan dengan individu dan kelompok sosial juga yang mempunyai sifat yang sama dengan komunikasi tatap muka. 2. Regulasi Komunikasi di Dunia Maya IndonesiaDalam mengatur etika berkomunikasi di dunia maya pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 11 tahun 2008 tentang informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). UU ITE merupakan UU yang pada garis besarnya memuat segala aspek yang berhubungan dengan informasi melalui elektronik.Pasal-pasal yang secara khusus membahas perilaku-perilaku yang tidak diperkenankan dalam penyebaran informasi dan transaksi elektronik dimuat dalam pasal 27 sampai dengan pasal 33. Harapannya dengan adanya UU ITE ini dapat dipatuhi oleh lapisan masyarakat, walaupun ada beberapa pasal yang dinilai telah mengekang kebebasan berekspresi dan mengemukan pendapat yang biasanya digunakan oleh orang yang dikritik untuk menjerat netter yang mengemukakan complain atau kritik kepada suatu instansi atau individu mengenai keburukan pelayanan atau bahkan adanya korupsi, sehingga sering kita dengar banyak orang terjerat hokum oleh pelapor di dunia maya dengan pasal ini.

C. Kasus Internet di Indonesia: Pemanfaatan, Penggunaan dan Penyalahgunaan Internet

1. Cybercrime2. Kampanye Hitam3. Penistaan Agama4. Pencemaran Nama Baik5. Pornografi

Kendati internet dapat digunakan untuk beragam tujuan, media sosial merupakan salah satu fitur yang signifikan ketika berbicara mengenai internet di Indonesia. Media sosial seakan telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Tidak sedikit yang memanfaatkan internet dan media sosial untuk hal-hal yang positif. Bisnis online, promosi kegiatan seperti Greenpeace dan WWF melalui Twitter, penyebarluasan informasi dengan tepat seperti pada pemilihan legislatif dan presiden juga merupakan salah satu aspek positif dari pemanfaatan dan penggunaan internet di Indonesia. Tidak sedikit yang mendengungkan adanya demokrasi digital semenjak semakin banyaknya masyarakat muda aktif dan sadar politik yang memanfaatkan internet untuk kepentingan publik melalui penyebaran informasi politik. Namun demikian, Internet di Indonesia, penggunannya ibarat dua mata sisi koin. Ada penggunaan dan pemanfaatan internet yang menuju hal positif seperti sosial media sebagai media promosi, namun tidak sedikit yang kemudian menggunakan internet dengan salah. Hacking, penipuan, kebebasan yang tidak bertanggung jawab merupakan salah satu contohnya. Hacking juga bukan hal yang patut diremehkan di Indonesia. Indonesia telah menjadi salah satu sumber hacking di dunia dengan perkiraan 36.6 juta serangan dunia maya dalam tiga hingga empat tahun terakhir. Tidak hanya menyerang insan atau individu saja, hacker juga berhasil menyerang sektor yang sarat akan insentif keuangan, seperti penipuan toko online hingga sektor perbankan (Jakarta Post, 2014; Jakarta Globe, 2014). Jumlah uang yang berhasil didapatkan dari penipuan online oleh salah satu tersangka pun tidak main-main karena pihak korban mengalami kerugian sebesar 56,4 juta rupiah.

Diantara ragam kasus penyalahgunaan internet di Indonesia, ada satu kasus yang menjadi dominan dalam kajian tindak kejahatan di dunia maya. Kendati telah ada Undang-undang ITE yang berbicara mengenai tata krama dalam dunia maya, ternyata sepanjang tahun 2008 hingga pada tahun 2014, terdapat 71 kasus pemidaan internet dan mayoritas terjerat pada pasal 27 dan 28 (Tempo, 2014). Adapun hal-hal yang dimuat dalam pasal 27 dan 28 adalah mengenai penghinaan dan pencemaran nama baik serta SARA.

Tentu saja masyarakat Indonesia masih mengingat bagaimana kasus Dinda yang tidak menghormati ibu hamil, Florence yang menghina masyarakat Yogyakarta, Tukang Sate Ayam yang sempat mendekam di penjara dikarenakan melakukan fitnah terhadap Presiden Jokowi menjadi dominasi sebagian besar stasiun televisi di Indonesia.

Tidak sedikit penghinaan, pencemaran nama baik yang dilakukan oleh oknum kemudian menjadi beruntun karena kemunculan komentar-komentar bernada serupa yang berasal dari pengguna media sosial.

Tidak hanya permasalahan penghinaan atau pencemaran nama baik, ungkapan kekesalan, layangan protes juga apabila tidak dilakukan penuh dengan kehati-hatian juga akan mengakibatkan terperosoknya individu ke jeruji penjara. Prita Mulyasari sempat menghadapi beberapa tuntututan di meja hijau karena mengungkapkan protesnya terhadap salah satu rumah sakit. Salah seorang perempuan juga harus dipenjara karena melayangkan status di Facebook yang bernada protes mengenai pemberhentian kerja suaminya.

Adanya kasus-kasus yang melanggar pasal 27 dan 28 UU ITE ini menimbulkan perdebatan sendiri dalam masyarakat. beberapa masyarakat beranggapan bahwa kita, masyarakat Indonesia memang tidak seberapa memahami pentingnya beretika di dunia maya. Pun mengenai literasi digital, yang masih minim dipahami oleh penggunanya. Tidak sedikit pula dengan melakukan pemenjaraant terhadap oknum merupakan tindakan yang berlebihan karena hal tersebut merupakan kebebasan bagi tiap individu, untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai satu pihak tertentu kendati pihak yang dikritik tidak mampu menerima kritikan tersebut. Bahkan beberapa aktivis menyatakan mendukung usulan penghapusan pasal 27 dan 28 UU ITE karena dengan semakin banyaknya individu yang terjerat kasus hukum akibat pelanggaran pasal tersebut akan berakibat pada ketakutan individu untuk mengungkapkan suara mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Halbert, Terry dan Inguilli, Elaine. 2005. Cyber Ethics. Thomson: Ohio.

Technology, Identity, and Culture. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.: New Jersey.

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

APJII. Profil Pengguna Internet di Indonesia. 2012

Wood, Andrew F. dan Smith, Matthew J. 2001. Online Communication: Linking

http://www.wikipedia.org.

http://tekno.kompas.com. https://dailysosial.net/post/pengguna-internet-di-indonesia-diperkirakan-masuk-jajaran-lima-besar-dunia-tahun-2017http://id.techinasia.com/statistik-pengguna-internet-di-dunia-dan-indonesia-slideshow/http://www.tempo.co/read/news/2014/11/16/058622220/Aktivis-Desak-Pasal-27-dan-28-UU-ITE-Dicabuthttp://thejakartaglobe.beritasatu.com/news/cybercrime-threat-growing-concern-police/http://www.thejakartapost.com/news/2013/11/23/jakarta-police-deal-with-more-cyber-crimes.html#sthash.vAEzCvKb.dpufhttp://www.tempo.co/read/news/2014/11/16/058622226/ICT-71-Kasus-Pidana-Akibat-UU-ITEhttp://www.tempo.co/read/news/2014/11/15/063622174/UU-ITE-Dinilai-Membuat-Narasumber-Kritis-Takut

4