2
Dunia Dalam Kaca Jika kalian mengira bahwa aku adalah manusia, kalian salah. Aku tidaklah punya jiwa seperti kalian para pembaca. Aku hanyalah imajinatif seorang penulis yang berkreasi tanpa batas dan melahirkan aku. Anggaplah aku mempunyai jiwa dan melihat semua kejadian-kejadian yang dialami oleh majikanku. Aku melihat semuanya melalui dalam kaca. Ya, aku adalah boneka penguin dalam kaca bundar yang berisikan air raksa. Aku pernah berada di tangan seorang anak kecil yang rumahnya terbakar, aku pernah berada di atas dashboard truk besar dengan supirnya yang jorok, sempat juga berada di kerumunan para pencuri dan pada akhirnya… Aku dibuat pada pertengahan bulan November, di mana dinginnya kota Seattle pada waktu itu membekukan para pekerja yang sedang membuat diriku. Singkat cerita, aku telah dibuat. Dan jadilah boneka penguin dalam kaca bundar yang berisikan air raksa. Terdapat beberapa buah salju mainan yang diisikan di dalamnya, jika kalian mengocoknya dengan kuat, salju itu seakan-akan bertebaran kemana-mana. Teman-teman ku yang lainnya dikirimkan secara masal ke daerah Spokane, sebagian ke Kanada dan sebagian lainnya ke Anchorage. Aku dan beberapa temanku berakhir di New York. Entah kenapa, mungkin sebagian besar dari diriku dilahirkan dengan berbagai pernak-pernik yang mahal. Perjalanan dari Seattle ke New York tidaklah singkat. Aku disusun secara rapi dengan gabus-gabus bulat mengelilingiku. Sebelum masuk ke dalam kardus yang rapih, aku bisa melihat cap besar bertuliskan ‘NEW YORK’ di atas kardus. Jadi, memang ini tidak salah bahwa aku akan dikirim ke New York. Aku tidak merasakan letih ataupun pegal-pegal seperti kebanyakan manusia alami jika perjalanan jauh dan melelahkan. Pesawat yang membawaku sampai tepat pada jam 8 pagi di bandar udara John F. Kennedy di New York itupun jika perkiraan ku tepat. Segera dengan sigap kardus- kardus yang berisikan boneka penguin sepertiku lainnya

Dunia Dalam Kaca

Embed Size (px)

DESCRIPTION

m

Citation preview

Page 1: Dunia Dalam Kaca

Dunia Dalam Kaca

Jika kalian mengira bahwa aku adalah manusia, kalian salah. Aku tidaklah punya jiwa seperti kalian para pembaca. Aku hanyalah imajinatif seorang penulis yang berkreasi tanpa batas dan melahirkan aku. Anggaplah aku mempunyai jiwa dan melihat semua kejadian-kejadian yang dialami oleh majikanku. Aku melihat semuanya melalui dalam kaca. Ya, aku adalah boneka penguin dalam kaca bundar yang berisikan air raksa.

Aku pernah berada di tangan seorang anak kecil yang rumahnya terbakar, aku pernah berada di atas dashboard truk besar dengan supirnya yang jorok, sempat juga berada di kerumunan para pencuri dan pada akhirnya…

Aku dibuat pada pertengahan bulan November, di mana dinginnya kota Seattle pada waktu itu membekukan para pekerja yang sedang membuat diriku. Singkat cerita, aku telah dibuat. Dan jadilah boneka penguin dalam kaca bundar yang berisikan air raksa. Terdapat beberapa buah salju mainan yang diisikan di dalamnya, jika kalian mengocoknya dengan kuat, salju itu seakan-akan bertebaran kemana-mana.

Teman-teman ku yang lainnya dikirimkan secara masal ke daerah Spokane, sebagian ke Kanada dan sebagian lainnya ke Anchorage. Aku dan beberapa temanku berakhir di New York. Entah kenapa, mungkin sebagian besar dari diriku dilahirkan dengan berbagai pernak-pernik yang mahal.

Perjalanan dari Seattle ke New York tidaklah singkat. Aku disusun secara rapi dengan gabus-gabus bulat mengelilingiku. Sebelum masuk ke dalam kardus yang rapih, aku bisa melihat cap besar bertuliskan ‘NEW YORK’ di atas kardus. Jadi, memang ini tidak salah bahwa aku akan dikirim ke New York.

Aku tidak merasakan letih ataupun pegal-pegal seperti kebanyakan manusia alami jika perjalanan jauh dan melelahkan. Pesawat yang membawaku sampai tepat pada jam 8 pagi di bandar udara John F. Kennedy di New York itupun jika perkiraan ku tepat. Segera dengan sigap kardus-kardus yang berisikan boneka penguin sepertiku lainnya dipisahkan dari kargo pesawat dan diangkut oleh mobil pengangkut dari area kargo.

“Lima dos ini dikirim ke toko mainan di daerah 5th avenue.” kata seorang bersuara bass.

Tidak ada sahutan yang pasti, yang terdengar hanyalah hembusan nafas dan langkah kaki beberapa orang. Sudah pasti, kita semua tidak lagi naik mobil namun diangkut oleh beberapa orang.

“5th avenue.” kata seorang pria lainnya. Desahan nafasnya begitu terasa. Kami di dalam kardus sedikit merasakan guncangan ketika aku yakin

bahwa sekarang berada di dalam truk yang akan membawa kami ke 5th avenue. Tidak begitu yakin berapa yang tersisa dari sepuluh dos yang dikirimkan ke New York. Yang jelas 5 dos berakhir di 5th avenue.