Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
1
Edisi Juni 2018
Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi Kecerdasan Bahasa
Anak Usia Dini
Aniek Sugiyanti, Sri Rahayuningsih
Gaya Hidup Keluarga terhadap Pola Makan Anak Usia Dini di Pos PAUD
Kecamatan Semarang Utara
Anita Chandra Dewi
Program Parenting Keterlibatan Orangtua Dengan Media E-Parenting
Natalia Dewi Mumpuni, Farida Widyawati, Y. Rudiyono, Heru Djoko Walojo
Model Integrasi Keaksaraan Dasar dan Literasi Keuangan
Melalui Unit Keuangan Mikro (UKM) Bagi Keluarga Pra Sejahtera
(Studi di Kelompok Belajar Keaksaraan PKBM
Bina Ilmu Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang)
Yuniarti
Pembelajaran Kebhinekaan Berbasis Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini
Menuju Indonesia Emas
Eem Kurniasih, Stefani Nawati Eko Resti
Efektifitas Online Learning Pada Kursus Aplikasi Perkantoran Online
Heru Priambodo
Implementasi Kurikulum PAUD Inklusi di Daerah Rawan Bencana
Lilis Madyawati, Hamron Zubadi
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
2
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
3
jurnal ilmiah pendidikan anak usia dini
dan pendidikan masyarakat
andragogia
Pengarah:
Ir. Djajeng Baskoro, M.Pd
Penanggungjawab:
Dra. Budi Sri Hastuti, M.Pd
Ketua Penyunting:
Heri Martono, S.S, M.Pd
Penyunting Pelaksana:
Yuniarti, S.Pd, M.Hum
Dra. Bibit Solekhah, M.Pd
Dra. Ana Kristiani, M.Pd
Jendra Priyono, S.Kom
Penyunting Ahli:
Prof. Dr. Tri Joko Raharjo
Pelaksana Administrasi:
Febri Hartanti P, M.Pd
Arif Wibowo, ST
Dedy Haryanto, S.Kom
Anggoro Budi Stijawan, S.E
Herin Hajunggo M., S.Pd
Tri Aries Sri Mulyanto, S.E
Catur Agustin Rahayu, S.E, M.M
Sugeng Paminto, S.E, A.K
Pelaksana Teknis:
Rakhmat Gunarja, S.Pd
Sri Rahayuningsih, S.Pd
Diterbitkan oleh:
PP PAUD & Dikmas
Jawa Tengah
Alamat Redaksi:
Jl. Diponegoro 250 Ungaran
Semarang, Jawa Tengah.
Telp. 024-6921187
Fax. 024-6922884
Edisi Juni 2018
Daftar Isi
Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi
Kecerdasan Bahasa Anak Usia Dini
Aniek Sugiyanti, Sri Rahayuningsih
Gaya Hidup Keluarga terhadap Pola Makan Anak
Usia Dini di Pos PAUD Kecamatan Semarang Utara
Anita Chandra Dewi
Program Parenting Keterlibatan Orangtua
Dengan Media E-Parenting
Natalia Dewi Mumpuni, Farida Widyawati, Y. Rudiyono,
Heru Djoko Walojo
Model Integrasi Keaksaraan Dasar dan Literasi
Keuangan Melalui Unit Keuangan Mikro (UKM)
Bagi Keluarga Pra Sejahtera
(Studi di Kelompok Belajar Keaksaraan PKBM
Bina Ilmu Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen
Kota Semarang)
Yuniarti
Pembelajaran Kebhinekaan Berbasis Pendidikan
Karakter Pada Anak Usia Dini Menuju Indonesia Emas
Eem Kurniasih, Stefani Nawati Eko Resti
Efektifitas Online Learning Pada Kursus Aplikasi
Perkantoran Online
Heru Priambodo
Implementasi Kurikulum PAUD Inklusi di Daerah
Rawan Bencana
Lilis Madyawati, Hamron Zubadi
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
4
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
5
POP-UP KANGURU MEDIA CERDAS UNTUK
MENSTIMULASI KECERDASAN BAHASA ANAK USIA DINI
Aniek Sugiyanti1, Sri Rahayuningsih2
Abstrak
Kecerdasan bahasa harus distimulasi sejak dini untuk dapat mencapai perkembangan kecerdasan bahasa yang optimal. Media ber-cerita Pop Up Kanguru adalah media bercerita yang dapat digunakan
untuk menstimulasi kecerdasan bahasa pada anak usia dini.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan media Pop-Up Kanguru yang digunakan untuk menstimulasi kecerdasan bahasa anak dan untuk mengetahui efektifitas implementasi model Pop Up Kanguru Sebagai Media Cerdas Untuk Menstimulasi Kecerdasan Bahasa Anak
Usia Dini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode observasi sistematis atau terstruktur. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui kelayakan model dan tingkat efektifitas model yang diuji coba di lapangan dan efektifitas mediaPop-Up Kanguru untuk menstimulasi kecerdasan bahasa pada anak usia dini. Data kuantitatif diperoleh melalui observasi yang dilakukan secara terus menerus oleh pendidik selama anak-anak menggunakan media Pop-Up Kanguru. Sementara pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan bercerita
anak setelah menggunakan media bercerita Pop – Up Kanguru..
Hasil dari penelitian ini antara lain : Berdasarkan perhitungan nilai, nilai rata-rata kecerdasan bahasa anak sebelum dilakukan pem-belajaran dengan media Pop Up Kanguru sebesar 8,42 dengan standar deviasi 1,08, sedangkan nilai paling rendah 7,0 dan paling tinggi 10,0. Dan setelah dilakukan pembelajaran dengan media Pop-Up Kanguru ada peningkatan nilai rata-rata kecerdasan bahasa anak yaitu sebesar 16,92 dengan standar deviasi 1,92, sedangkan nilai paling rendah 7,0
dan paling tinggi 20,0.
Dari hasil Uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 oleh ka-rena nilai sig. 0,000 < α (0,05) maka disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media Pop-Up Kanguru memiliki efektifitas yang signifikan ter-
hadap kecerdasan bahasa anak usia dini.
Kata Kunci : Media Pop Up, Stimulasi kecerdasan Bahasa,
Anak Usia Dini
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejak lahir, anak memiliki berbagai potensi yang dikaruniakan Tuhan. Po-
tensi tersebut diantaranya adalah kecerdasan berbahasa, yaitu kemampuan un-
Anik Sugiyanti, Sri Rahayuningsih adalah Pamong Belajar pada PP PAUD & Dikmas Jawa Tengah
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
6
tuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Ke-
mampuan menggunakan bahasa untuk mendeskripsikan kejadian, membangun
kepercayaan dan kedekatan, mengembangkan argumen logika dan retorika, atau
mengungkapkan bahasa yakni mulai menceritakan pengalaman yang dialami
dengan cerita sederhana.
Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata,
suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk
mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan in-
formasi.
Chomsky (dalam Nurbiana Dhieni. 2006) mengutarakan bahwa bahasa
sudah ada di dalam diri anak. Saat seorang anak dilahirkan, ia telah memiliki se-
rangkaian kemampuan berbahasa yang disebut "Tata Bahasa Umum" atau
"Universal Grammar". Anak tidak sekadar meniru bahasa yang ia dengarkan, tapi
ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada. Ini karena anak memiliki
sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisi-
tion Devise/LAD). Anak akan belajar bahasa dengan cepat sebelum usia 10 ta-
hun.
Tingkat Pencapaian Kemampuan berbahasa anak usia dini usia 3 – 4 ta-
hun sesuai dengan aspek perkembangan fisik adalah 1) Menyatakan dalam ka-
limat pendek 2-4 kata. 2) Mengerti dan melaksanakan dua perintah. 3)
Mengajukan pertanyaan lebih banyak. 4) Mengenal, menirukan dan mengetahui
suara-suara benda dan binatang. 5) Menyebutkan nama benda dan fungsi.
Menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009, kemampuan berbahasa anak usia 3-
4 tahun adalah kemampuan menerima bahasa yakni pura-pura membaca cerita
bergambar dalam buku dengan kata-kata sendiri dan mulai menceritakan pen-
galaman yang dialami dengan cerita sederhana.Karena itu, sesuai dengan fase
perkembangannya anak usia 3 – 4 tahun memperlihatkan kesiapannya untuk
mendengarkan cerita-cerita lebih lama.
Manfaat kemampuan berbahasa bagi anak adalah untuk mengembangkan
kemampuan sosialnya melalui berbahasa.Keterampilan bergaul dalam lingkungan
sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Melalui bahasa, anak
dapat mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan mencip-
takan suatu hubungan sosial.
Untuk mencapai Kecerdasan bahasa yang optimal pada anak harus
diberikan stimulasi dan difasilitasi dengan baik.Stimulasi kecerdasan bahasa pa-
da anak dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satu contoh stimulasi ada-
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
7
lah dengan bercerita. Stimulasi kemampuan bercerita pada anak usia dini lebih
baik dilakukan dengan menggunakan media yang menarik sehingga dapat
memotivasi anak untuk mengungkapkan idenya dalam bercerita.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sudah banyak lembaga PAUD
yang memberikan stimulasi kecerdasan bahasa dengan cara bercerita dan
menggunakan media. Namun media yang ada masih terbatas pada buku cerita
dan boneka, dan media tersebut hanya digunakan oleh pendidik. Jadi anak didik
lebih banyak mendengarkan cerita.Anak juga diberi kesempatan untuk mencer-
itakan pengalamannya dengan dibantu pendidik.Dari hasil asesmen kebutuhan
yang dilakukan di dua lembaga Kelompok Bermain, yaitu KB Bunga Bangsa dan
KB Little Star Kids Activity Center menunjukkan aspek perkembangan bahasa
dan sosial emosional anak usia 3-4 tahun berada pada tahap kurang (41%- 60%).
Sedangkankarakteristik umum ketersediaan media/sarana pembelajaran pada
kedua Kelompok Bermain sudah cukup memadai. Namun ketersediaan media/
sarana pembelajaran di KB Bunga Bangsa dan KB Little Star Kids Activity Center
yang mendukung lingkup perkembangan bahasa dan sosial emosional masih ku-
rang memadai.Di kedua lembaga tersebut juga ditemukan masih kurangnya ting-
kat pencapaian perkembangan khususnya pada aspek bahasa.
Berdasarkan hasil asesmen kebutuhan tersebut perlu dikembangkan me-
dia untuk menstimulasi kecerdasan bahasa pada anak usia dini. Media yang di-
harapkan oleh para pendidik adalah media yang menarik bagi anak dan bisa
menstimulasi anak-anak untuk bercerita sendiri dengan menggunakan media ter-
sebut, sehingga dirancang Media Pop-Up Kanguru. Media bercerita Pop-Up ada-
lah sebuah media bercerita yang merupakan pengembangan dari media berceri-
ta yang sudah ada, yakni buku cerita seri Pop-Up.
Media Pop-upKanguru merupakanalat bantu proses belajar mengajar
berupa media gambar tiga dimensi yang memiliki bagian dapat bergerak ketika
halaman buku dibuka yang dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan atau ketrampilan anak dalam hal bercerita sehingga
dapat menstimulasi kecerdasan berbahasa anak.
Gambar-gambar Pop-up memberikan visualisasi cerita yang lebih
menarik.Tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang
dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser hingga bagian
yang dapat berubah bentuk.Media Pop-UpKanguru ini terdiri atas tiga seri yaitu
binatang dengan latar belakang kehidupan hutan,transportasi, danprofesi. Media
Pop-Up Kanguru ini didesain untuk menstimulasi kemampuan bercerita pada
anak usia dini, dengan gambar-gambar tiga demensi yang menarik dan dilengka-
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
8
pi dengan tokoh-tokoh cerita yang dapat dimainkan anak, sehingga membantu
merangsang ide cerita anak.
Model Media Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulai Kecer-
dasan Bahasa Anak Usia Dini ini telah diujicobakan di PAUD Fatimah Kabupaten
Sukoharjo. Selama uji coba model tentu saja perlu adanya monitoring dan evalua-
si untuk mengetahui kelemahan dan keunggulan model guna perbaikan model ini.
Laporan hasil uji coba ini disusun untuk memberikan gambaran pelaksanaan uji
coba model Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulai Kecerdasan Ba-
hasa Anak Usia Dini.
2. Rumusan Masalah
Masalah yang dikaji dan dikembangkan melalui penelitian ini adalah: apakah
media Pop-Up efektif dalam memberikan stimulasi kecerdasan bahasa pada
anak usia 3-4 tahun?.
Secara lebih rinci permasalahan yang dikaji dan dikembangkan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana pelaksanaan stimulasi kecerdasan bahasa pada anak usia dini
dengan menggunakan media Pop-Up Kanguru?
Apakah media Pop-Up Kanguru layak digunakan untuk menstimulasi kecerdasan
bahasa anak usia dini?
Apakah media Pop-Up Kanguru efektif digunakan untuk menstimulasi kecer-
dasan bahasa anak usia dini?
3. Tujuan
Secara rinci tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Mendeskripsikan media Pop-Up Kanguru yang digunakan untuk menstimulasi
kecerdasan bahasa anak usia 3-4 tahun di lembaga PAUD.
Mengetahui kelayakan media Pop-up Kanguru sebagai media cerdas untuk men-
stimulasi kecerdasan bahasa anak usia 3-4 tahun.
Mengetahui keefektifan media Pop-up Kanguru sebagai media cerdas untuk
menstimulasi kecerdasan bahasa anak usia dini 3-4 tahun.
4. Manfaat
a. Teoritis
Penelitian ini, secara teoritik, memiliki manfaat dalam menambah khasanah
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
9
keilmuan di bidang pendidikan bagi anak usia dini, khususnya:
1) Stimulasi kecerdasan bahasa anak usia dini ( 3 – 4 tahun) dengan
menggunakan media Pop-up Kanguru.
2) Penggunaan media dalam menstimulasi kecerdasan anak khususnya
kecerdasan bahasa.
b. Praktis
Penelitian ini, secara praktis, memiliki manfaat dalam memberikan masukan
-masukan informasional kepada:
1) Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), dalam membuat rintisan dan pengembangan model-model
pendidikan bagi anak usia dini, serta dalam pengambilan kebijakan
implementasi program pendidikan anak usia dini.
2) Pengelola pendidikan anak usia dini dalam penyediaan media pem-
belajaran di lembaga paud.
3) Pendidik dalam mengembangkan media pembelajaran, untuk men-
stimulasi kecerdasan anak usia dini.
5. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan
Media bercerita Pop-Up kanguru merupakan media bercerita yang
digunakan untuk menstimulasi kecerdasan bahasa anak usia dini khususnya
anak usia 3-4 tahun. Media bercerita Pop-Up kanguru diharapkan menjadi media
bercerita yang dapat digunakan langsung oleh anak dengan pendampingan dari
pendidik atau orangtua.
Media bercerita Pop-up Kanguru memiliki bentuk seperti buku yang terdiri
hanya satu halaman dengan gambar tiga dimensi dan berwarna yang menarik
bagi anak-anak. Media ini juga disertai tokoh-tokoh cerita dansinopsis cerita yang
berbeda untuk masing-masing media sesuai dengan tema. Pop-upKanguru ter-
buat dari bahan kertas tebal sehingga dapat berdiri saat dibuka. Ukuran media
keseluruhan adalah 59,4cmx42cm, sedangkan bidang ceritanya memiliki ukuran
sesuai dengan ukuran kertas.Bidang cerita adalah tempat yang bergambar dan
memiliki bentuk tiga dimensi saat dibuka, yang digunakan untuk bercerita.
Media Pop-Up Kanguru dibuat dalam tiga seri yakni transportasi, profesi
dan binatang. Media Pop-Up Kanguru seri Transportasi terdiri dari bandara
dengan pesawat terbang, gambar laut dengan kapal, terminal dengan bus, ada
stasiun dan rel kereta api dengan miniatur kereta api. Media Pop-Up Kanguru seri
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
10
Profesi terdiri dari dokter dan suster dengan rumah sakit dan mobil ambulance,
polisi dan polwan dengan kantor polisi , guru dengan sekolahan dan murid-murid,
petani (pak tani dan bu tani dengan sawah dan ada kerbaunya, dan profesi pilot
dengan pramugari, bandara dan pesawat. Media Pop-Up Kanguru seri binatang
dengan latar belakang hutan dan berbagai binatang seperti gajah, harimau, je-
rapah, ular, kupu-kupu, burung, monyet, tupai dll.
Kanguru adalah istilah yang digunakan pada kantong-kantong sebagai
tempat menyimpan beberapa tokoh cerita dan sinopsis cerita sesuai dengan te-
ma.Selain itu juga sebagai tempat menyimpan lembar evaluasi perkembangan
bercerita anak. Kanguru direkatkan di sisi depan media pop-up. Tokoh-tokoh
yang ada dalam kanguru sebagai media bermain anak.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Anak Usia Dini
Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 mengatakan bahawa Anak
Usia Dini adalah anak yang memiliki rentan usia 0-6 tahun. Pada masa ini anak
usia dini dikatakan berada pada masa golden age yaitu masa emas dimana anak
akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, dan kecer-
dasan anak juga akan terbentuk di masa ini. Menurut Mansur (2005) anak usia
dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkem-
bangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
Anak usia dini memiliki perkembangan yang berbeda dari setiap individu.
Perkembangan anak usia dini dipengaruhi juga pemberian stimulasi dari orang
terdekat dan lingkungannya.
Menurut Yuliani Nurani Sujiono, 2009) anak usia dini adalah anak yang
baru lahir sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan
dakam pembentukan karakter dan kepribadian anak.
Anak usia dini bukanlah orang dewasa yang kerdil. Anak usia dini memiliki karak-
ter yang berbeda dengan orang dewasa. Karakter anak usia dini sangat khas baik
secara fisik, sosial, moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah, dkk (2010)
menyatakan bahwa karakter anak usia dini antara lain 1) Memiliki rasa ingin tahu
yang besar, 2) merupakan pribadi yang unik, 3) Suka berfantasi dan berimajinasi,
4) Masa paling potensial untuk belajar, 5) Menunjukkan sikap egosentris, 6) Mem-
iliki rentang daya konsentrasi yang pendek, 7) Sebagai bagian dari makluk sosial.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
11
Hakikat anak usia dini menurut Bredecam dan Copple, Brener, serta
Kellough (dalam Masitoh dkk, 2005) sebagai berikut 1) Anak bersifat unik, 2)
Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan, 3) Anak bersifat aktif
dan enerjik, 4) Anak itu egosentris, 5) Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat
dan antusias terhadap banyak hal, 6) Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petua-
lang, 7) Anak umumnya kaya dengan fantasi, 8) Anak masih mudah frustasi, 9)
Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak, 10) Anak memiliki daya per-
hatian yang pendek, 11) Masa anak merupakan masa belajar yang paling poten-
sial, 12) Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.
2. Pengertian Stimulasi Kecerdasan Bahasa
a. Pengertian Stimulasi
Stimulasi adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap kepandaian
anak yang datangnya dari lingkungan luar anak (Mursintowati, 2002). Stimu-
lasi ini dapat dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga atau orang dewasa
lain di sekitar anak. Sementara Soetjiningsih (1995) menyebutkan bahwa
stimulasi perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak.
Narendra (2002) menyatakan stimulasi dini perangsangan yang dating dari
lingkungan luar anak antara lain berupa latihan atau bermain.
Anak-anak yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat berkembang
dari pada anak yang tidak mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulasi akan
lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai
dengan tahap-tahap perkembangannya.
Menurut Suherman (2000) pemberian stimulasi dimulai dari tahap yang sudah
dicapai oleh anak, dilakukan dengan wajar,tanpa paksaan atau hukuman atau
marah bila anak tidak dapat melakukannya, memberi pujian bila anak berhasil
melakukannya. Tujuan pemberian stimulasi pada anak usia dini adalah untuk
membantu anak mencapai perkembangan yang optimal.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stimu-
lasi adalah pemberian rangsangan atau dorongon yang dilakukan oleh orang
tua, anggota keluarga atau orang dewasa lainnya melalui kegiatan bermain
atau latihan-latihan.
b. Pengertian Kecerdasan Bahasa
Kecerdasan bahasa merupakan kemampuan menggunakan bahasa untuk
mendeskripsikan kejadian, membangun kepercayaan dan kedekatan,
mengembangkan argumen logika dan retorika, atau mengungkapkan ekspresi
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
12
dan metafora. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ba-
hasa adalah wartawan dan reporter, tenaga penjual, penyair, copywriter,
penulis dan pengacara.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kecerdasan bahasa adalah
kecerdasan dalam mengolah kata. Kecerdasan bahasa berhubungan dengan
kompetensi/kemampuan menggunakan bahasa, merangkai kata dan kalimat,
baik secara tertulis maupun secara lisan.
c. Pengertian Stimulasi Kecerdasan Bahasa
Rangsangan atau dorongan yang diberikan melalui bermain atau latihan –
latihan yang dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga dan orang dewasa
lainnya untuk membantu anak mencapai kecerdasan dalam hal mengolah
kata, merangkai kata dan kalimat baik secara tertulis maupun secara lisan.
3. Pengertian Media Pembelajaran Pop Up Kanguru
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, per-
hatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi (Sadiman,2002). Latuheru (1988), menyatakan bahwa media
pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi
antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya
guna. Sedangkan menurut Briggs (1970) menyatakan segala alat fisik yang
dapat menyajikan persan serta ,merangsang siswa untuk belajar. Buku, film,
kaset.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran secara umum adalah alat bantuproses belajar mengajar. Sega-
la sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pembelajar sehingga dapat
mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam
mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang di-
manfaatkan untuk tujuan pembelajaran.
b. Pengertian Media Pop Up Kanguru
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
13
Media Pop-up Kanguru adalah media tiga dimensi yang memiliki bagian
dapat bergerak ketika halaman buku tersebut dibuka. Tampilan media “pop-
up” berupa buka yang berisi gambar-gambar berwarna sesuai dengan tema
cerita, gambar tersebut akan membentuk tiga dimensi dan bergerak pada
saat terbuka. Media “Pop-up” kanguru dilengkapi dengan seperangkat media
pendukung cerita seperti tokoh-tokoh cerita sesuai tema.
Media Pop-Up Kanguru dibuat dalam tiga seri yakni transportasi, profesi
dan binatang.
1) Media Pop-Up Kanguru seri Transportasi terdiri dari bandara dengan
pesawat terbang, gambar laut dengan kapal, terminal dengan bus, ada
stasiun dan rel kereta api dengan miniatur kereta api.
2) Media Pop-Up Kanguru seri Profesi terdiri dari dokter dan suster
dengan rumah sakit dan mobil ambulance, polisi dan polwan dengan
kantor polisi , guru dengan sekolahan dan murid-murid, petani (pak tani
dan bu tani dengan sawah dan ada kerbaunya, dan profesi pilot
dengan pramugari, bandara dan pesawat.
3) Media Pop-Up Kanguru seri binatang dengan latar belakang hutan
dan berbagai binatang seperti gajah, harimau, jerapah, ular, kupu-kupu,
burung, monyet, tupai dll.
Kanguru adalah istilah yang digunakan pada kantong-kantong sebagai tem-
pat menyimpan beberapa tokoh cerita dan sinopsis cerita sesuai dengan te-
ma. Selain itu juga sebagai tempat menyimpan lembar evaluasi perkem-
bangan bercerita anak. Kanguru direkatkan di sisi depan media Pop-Up.
Tokoh-tokoh yang ada dalam kanguru sebagai media bermain anak.
4. Pengertian Media Pembelajaran Pop Up Kanguru
Media Pop-up Kanguru merupakan alat bantu proses belajar mengajar
berupa media gambar tiga dimensi yang memiliki bagian dapat bergerak keti-
ka halaman buku dibuka yang dipergunakan untuk merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan anak dalam hal ber-
cerita sehingga dapat menstimulasi kecerdasan berbahasa anak. Media Pop-
Up Kanguru terdiri dari tiga seri, yakni seri binatang, transportasi dan profesi.
Masing-maing seri media dilengkapi dengan tokoh-tokoh pendukung untuk
membantu anak bermain dan dilengkapi dengan sinopsis cerita serta Kartu
Perkata yang merupakan instrumen untuk mengukur perkembanagn berbaha-
sa dalam hal bercerita.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
14
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian Dan Pendekatan
Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian evaluasi yaitu pengumpulan
data, membandingkan hasil pengukuran dan pengumpulan data, menyajikan infor-
masi yang akurat dan objektif mengenai implementasi model Pop Up Kanguru Me-
dia Cerdas Untuk Menstimulasi Kecerdasan Bahasa Anak Usia Dini. Pendekatan
kuantitatif untuk mengetahui kelayakan model dan efektifitas media.dan kualitatif.
memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan bercerita anak setelah
menggunakan media bercerita Pop – Up Kanguru.
2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik PAUD fatimah Jl. Melati RT 02
RW 10 Perumahan Tiara Ardi Purbayan, Baki Sukoharjo. Dan untuk sampelnya
peserta didik PAUD Fatimah usia 3 – 4 tahun sebanyak 12 anak.
3. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrumen
a. Angket
Instrumen penelitian yang berupa pertanyaan yang diberikan ke orang lain
sebagai reponden untuk memperoleh keterangan dan informasi. Dalam
penelitian ini untuk mengetahui kelayakan model dan media juga
menggunakan angket yang diberikan kepada para pendidik PAUD. Angket ini
berisi beberapa aspek seperti kemenarikan, kebermanfaatan, keterbacaan,
kejelasan gambar, ukuran, warna, kesesuaian dengan tahap perkembangan
anak, kesesuaian dengan tema-tema pembelajaran PAUD.
b. Wawancara
Pengumpulan data dengan dengan bertatap muka langsung dengan respond-
en untuk melakukan tanya jawab, untuk memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan pendidik.
c. Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat
secara dekat kegiatan yang dilakukan sehiangga akan mendapatkan informa-
si dan data yang dibutuhkan. Penelitian ini dalam observasi menggunakan
Kartu PERKATA ini berisi tentang berbagai indikator untuk mengetahui
perkembangan anak dalam bercerita dan berbahasa, yang diisi oleh pendidik.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
15
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan dari pelaksanaan kegiatan penelitian, yang
dilakukan untuk lebih mendukung informasi dan data yang diperoleh sehing-
ga akan lebih kridibel atau dapat dipercaya.
4. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan dua
cara, yaitu analisis deskripstif kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif
kualitatif digunakan untuk menganalisis data dan informasi yang diperoleh dari
proses dan hasil uji coba model. Penggunaan analisis deskriptif kualitatif dimak-
sudkan untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan bercerita
anak setelah menggunakan media bercerita Pop – Up Kanguru.Analisis deskriptif
kualitatif juga digunakan untuk menafsirkan hasil analisis kuantitatif dan mem-
peroleh gambaran tentang kelemahan-kelemahan model yang divalidasi dan diuji
cobakan di lapangan, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk
merevisi dan mengembangkan model.
Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui kelayakan model dan
tingkat efektifitas model yang diuji coba di lapangan. Analisis kuantitatif
menggunakan Uji t untuk mengetahui tingkat keefektivan media yang ditunjukkan
melalui perbandingan rerata perolehan hasil belajar peserta didik.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Penerapan Model Pop Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi
Kecerdasan Bahasa Anak Usia Dini
Pelaksanaan stimulasi kecerdasan bahasa anak usia dini dengan
menggunakan media Pop-Up Kanguru berdasarkan komponen-komponen se-
bagai berikut :
a. Peserta didik
Peserta didik pada uji coba media ini adalah anak usia 3-4 tahun. Anak-anak
menggunakan media secara berkelompok (3-4 anak) untuk setiap seri media.
Pada saat pertama penggunaan media, karena keterbatasan kemampuan
berbahasa Indonesia sehingga membuat anak kurang lancar bercerita, na-
mun jika menggunakan bahasa jawa lebih ekspresif dan lancar. Untuk
menghindari anak berebut saat memainkan tokoh dalam media Pop-Up,
anak diberi penjelasan tentang aturan main dan juga langkah-langkah ber-
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
16
main.
b. Pendidik
Pada saat pertama menggunakan media Pop-UpKanguru, ketikapembacaan
sinopsis, kurang ada interaksi antara guru dengan anak sehingga anak asyik
bermain sendiri dengan tokoh-tokoh media tidak mendengarkan cerita guru.
Pada pertemuan selanjutnya guru bisa mengembangkan cerita dalam sinop-
sis. Pendidik juga memberikan masukan/ stimulasi misalnya tentang cerita
suatu perjalanan seorang tokoh pada saat tertentu sehingga anak tidak han-
ya menjalankan alat transportasi dan menirukan suara. Guru juga mem-
benarkan pengucapan anak dan terkadang juga menerjemahkan dalam ba-
hasa Indonesia.
c. Seri Media
Media Pop-Up kanguru memiliki tiga seri yaitu binatang, transportasi dan
profesi.Seri-seri tersebut sesuai dengan tahap perkembangan anak usia 3-4
tahun. Setiap seri dilengkapi dengan setting dan tokoh yang berhubungan
dengan tema.Anak-anak bereksplorasi sesuai tema misalnya tema binatang
anak-anak mulai dari menirukan suara binatang, menanyakan jenis ma-
kanan, habitat dan lain sebagainya.
Pada seri trasnportasi ini anak-anak bereksplorasi dengan berbagai jenis
kendaraan yang tersedia dalam tokoh pendukung media, khususnya pada
kereta api dan mobil.
Pada tema profesi ide dan gagasan bercerita anak kurang muncul karena
dukungan yang diberikan guru tentang profesi kurang. Ketika guru memberi
pijakan awal yang lebih kuat sebelum anak menggunakan media seri profesi,
ternyata kemampuan bercerita anak muncul dengan baik.
d. Pemanfaatan media
Secara umum media mampu menstimulasi kemampuan berbahasa anak.
Rata-rata anak memainkan 2-3 tokoh. Pemanfaatan media akan memberikan
hasil yang maksimal jika dimainkan dengan cara berpasangan, bahkan ada 1
anak yang lebih mampu bercerita sendiri.
e. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran untuk menstimulasi kecerdasan berbahasa anak pada
saat ujicoba berjalan sesuai yang direncanakan. Dimulai dengan membuka
kegiatan bermain dengan mengenalkan seri media dan membuat kesepaka-
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
17
tan tentang aturan main.Selanjutnya , mengenalkan kosakata sesuai seri
media masing-masing dan membacakan sinopsis cerita. Sinopsis dibacakan
dengan membuka media, memainkan beberapa tokoh pendukung cerita dan
ada interaksi dengan anak. Pada saat bercerita, anak memang masih ban-
yak menggunakan bahasa Jawa pada awal –awal pertemuan. Namunanak-
anak menjadi lancar bercerita dengan menggunakan bahasa Indonesia pada
pertemuan selanjutnya, mesikipun sesekali masih muncul kata-kata dalam
bahasa Jawa.
f. Penilaian perkembangan bercerita anak
Penilaian perkembangan bercerita anak dilakukan dengan menggunakan
kartu PERKATA (kartu perkembangan bercerita).Pengisian instrumen
penilaian tidak dapat dilakukan saat anak bermain karena guru juga men-
stimulasi anak saat bermain.Secara umum hasil penilaian perkembangan
bercerita anak menunjukkan hasil yang baik.Dari pertemuan awal ke selan-
jutnya, anak semakin mampu mengeksplorasi cerita. Para guru juga menya-
takan bahwa instrumen penilaian mudah digunakan dan dapat mengukur
perkembangan berbahasa anak dengan tepat.
2. Efektivitas Meda Pop Up Kanguru Terhadap Kecerdasan Bahasa anak Usia
Dini
Efektifitas media Pop-Up Kanguru diperoleh dari data hasil running observa-
tion yang dilakukan oleh pendidik selama 12 kali pertemuan.
a. Analisis Deskriptif
1) Gambaran Kecerdasan Bahasa Sebelum Dilakukan Pembelajaran
dengan Media Pop-Up Kanguru
Hasil pengukuran kecerdasan bahasa anak sebelum dilakukan Pembelajaran
Media Pop-Up Kanguru disajikan sebagai berikut.
Mean = 8,42 SD = 1,08 Min = 7,0 Max = 10,0
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan
Kategori Interval Nilai Frekuensi Persentase
(%)
Rendah
Sedang
Tinggi
7-11
12-16
17-21
12
0
0
100,0
0,0
0,0
Jumlah 12 100,0
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
18
pembelajaran dengan media Pop-Up Kanguru, tingkat perkembangan kecer-
dasan bahasa anak semuanya (100%) dalam kategori rendah (interval nilai 7-
11). Berdasarkan perhitungan nilai, nilai rata-rata kecerdasan bahasa anak
sebelum dilakukan pembelajaran dengan media Pop Up Kanguru sebesar
8,42 dengan standar deviasi 1,08, sedangkan nilai paling rendah 7,0 dan pal-
ing tinggi 10,0.
2) Gambaran Kecerdasan Bahasa Sesudah Dilakukan Pembelajaran
dengan Media Pop-Up Kanguru
Hasil pengukuran kecerdasan bahasa anak sesudah dilakukanPem-
belajaran dengan Media Pop-Up Kanguru disajikan sebagai berikut.
Mean = 16,92 SD = 3,92 Min = 7,0 Max = 20,0
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa setelah dilakukan
pembelajaran dengan media Pop-Up Kanguru pada hari ke-12, sebagian be-
sar nilai kecerdasan bahasa anak dalam kategori tinggi (interval nilai 17-21)
sejumlah 8 anak (66,7%), dalam kategori sedang sejumlah 3 anak (25,0%),
dan dalam kategori rendah hanya 1 anak (8,3%). Berdasarkan perhitungan
nilai, nilai rata-rata kecerdasan bahasa anak setelah dilakukan pembelajaran
dengan media Pop-Up Kanguru sebesar 16,92 dengan standar deviasi 1,92,
sedangkan nilai paling rendah 7,0 dan paling tinggi 20,0.
b. Uji t Efektifitas media Pop-UpKanguru terhadap kecerdasan bahasa anak
usia dini
Hasil perhitungan uji t disajikan pada tabel berikut ini.
Kategori Interval Nilai Frekuensi Persentase
(%)
Rendah
Sedang
Tinggi
7-11
12-16
17-21
1
3
8
8,3
25,0
66,7
Jumlah 12 100,0
Variabel Rata-rata
Awal
Rata-rata
Akhir Nilai Sig. Keterangan
Kecerdasan
Bahasa
8,42 16,92 0,000 Signifikan
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
19
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan
pembelajaran dengan media Pop-Up Kanguru, nilai rata-rata kecerdasan bahasa
peserta didik sebesar 8,42 kemudian meningkat menjadi 16,92 setelah dilakukan
pembelajaran dengan media Pop-UpKanguru pada hari ke-12. Dari hasil Uji t di-
peroleh nilai signifikansi sebesar 0,000 oleh karena nilai sig. 0,000 < α (0,05)
maka disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media Pop-UpKanguru memiliki
efektifitas yang signifikan terhadap kecerdasan bahasa anak usia dini.
E. PENUTUP
1. Simpulan
Berdasarkan pelaksanaan uji coba model Pop-Up Kanguru di PAUD Fatimah Su-
koharjo, dapat disimpulkan bahwa:
a. Pelaksanaan uji coba model melalui stimulasi dengan menggunakan media
Pop-Up Kanguru menunjukkan hasil sangat baik. Hal ini terlihat dari hasil tes
awal kemampuan sebelum dilakukan pembelajaran dengan media Pop-Up
Kanguru, tingkat perkembangan kecerdasan bahasa anak semuanya (100%)
dalam kategori rendah (interval nilai 7-11).Setelah dilakukan pembelajaran
dengan media Pop-Up Kanguru pada hari ke-12, sebagian besar nilai kecer-
dasan bahasa anak dalam kategori tinggi (interval nilai 17-21) sejumlah 8 anak
(66,7%), dalam kategori sedang sejumlah 3 anak (25,0%), dan dalam kategori
rendah hanya 1 anak (8,3%).
b. Media Pop-Up Kanguru layak digunakan untuk menstimulasi kecerdasan ba-
hasa anak yang ditunjukkan dari hasil uji kelayakan media yang menyatakan
bahwa skor masing-masing komponen media berada pada kategori baik yakni
isi media(tampilan mencapai skor rata-rata 3,23, sinopsis cerita mencapai skor
3,17 , kartu perkata mencapai skor3,36 , dan panduan penggunaan mencapai
skor 3,20.
c. Media Pop-Up Kanguru efektif untuk menstimulasi kecerdasan bahasa anak
usia dini, dibuktikan dengan hasil analis Uji t yang menyatakan bahwa tingkat
signifikansi media Pop-Up Kanguru terhadap peningkatan kecerdasan bahasa
anak usia dini adalah 0,000. Sebelum dilakukan pembelajaran dengan media
Pop-Up Kanguru, nilai rata-rata kecerdasan bahasa peserta didik sebesar 8,42
kemudian meningkat menjadi 16,92 setelah dilakukan pembelajaran dengan
media Pop-UpKanguru pada hari ke-12.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
20
2. Saran
a. Media Pop-Up Kanguru lebih efektif jika digunakan oleh maksimal 2 anak,
sehingga anak lebih leluasa memainkan tokoh-tokoh pendukung cerita dan
mengeksplorasi media.
b. Media Pop-Up Kanguru sebaiknya dibuat dengan seri yang lebih sehingga
memperkaya pengetahuan anak, dan membuat anak tidak bosan dengan me-
mainkan media yang sama terus menerus.
c. Guru sebaiknya menguasai media termasuk tokoh-tokoh pendukung cerita
dan sinopsis cerita sehingga dapat memberikan pijakan sebelum main, dan
pijakan saat main dengan lebih baik sehingga tingkat perkembanagn berba-
hasa anak akan tercapai dengan maksimal.
d. Media Pop-Up Kanguru sebaiknya dibuat dengan menggunakan bahan yang
lebih awet dan tahan lama.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Ja-
karta: Universitas Terbuka
Ahmadi, Abu. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Briggs, L. 1970. Principle of Constructional Design. New York: Holt Rinehart and Winston
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu Sosial. Jakarta : Prena-
da Media
Cakra, Ki Heru. 2012. Mendongeng dengan Mata Hati : Surabaya: Mumtaz Media
Dhieni, Nurbiana. 2006. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Hurlock, B.Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Lie, Anita. 2003. 101 Cara Menumbuhkan Kecerdasan Anak (Usia Balita Sampai Pra
Remaja). Jakarta : Elex Media Komputindo
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Monks, FJ, et.al. 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: Gajahmada University Press
Narendra, Mursintowati B. 2002. Tumbuh Anak dan Remaja. Jakarta: CV. Sagung Seto
Sadiman, Arif. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
21
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Departe-
men Pendidikan Nasional
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks
Tarigan, Henry Guntur. 1981. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
22
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
23
Gaya Hidup Keluarga terhadap Pola Makan Anak Usia Dini
di Pos PAUD Kecamatan Semarang Utara
Anita Chandra Dewi1
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis gaya hidup keluarga terhadap pola makan anak di Pos PAUD Kecamatan Sema-rang Utara. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif deskriptif , dimana yang menjadi subyek penelitian ini adalah keluarga-keluarga yang ada di Pos PAUD Kecamatan semarang Utara. Hasil ana-lisis penelitian kulaitatif disimpulkan bahwa gaya hidup keluarga di-pengaruhi oleh faktor model, lingkungan, media, komunikasi, penge-tahuan, konsep diri, percaya diri, dan perkembangan psikologi. Faktor-faktor tersebut akan memberikan dampak bagi pola makan pada anak usia dini di Pos PAUD di Kecamatan Semarang Utara. Pola makan pada anak dapat terjadi karena cara pandang dan cara berpikir yang mempengaruhi tindakan makan dan pemilihan makanan yang akhirnya menjadi kebiasaan makan anak. Perlunya orang tua memperhatikan ga-ya hidup yang sehat dan positif karena anak meniru gaya hidup yang
dimiliki oleh orang tuanya.
A. Latar Belakang
Pertumbuhan anak-anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia
ternyata selalu tertinggal dibandingkan anak-anak di negara maju. Pada awalnya
kita menduga faktor genetik adalah penyebab utamanya. Namun kajian tentang
tumbuh kembang anak membuktikan bahwa bayi di Indonesia sampai usia 6 bulan
mempunyai berat dan sama baiknya dengan bayi Amerika. Perlambatan pertum-
buhan kemudian mulai terjadi pada periode 6-24 bulan. Penyebabnya adalah pola
makan yang semakin tidak memenuhi syarat gizi dan kesehatan. Pada usia 0-6 bu-
lan ASI masih menjadi andalan dan oleh karena itu, bayi Indonesia masih bisa tum-
buh secara optimal. Akibat kemiskinan, anak-anak usia 6-24 bulan tidak bisa
mendapatkan makanan yang berkualitas sebagai pendamping ASI. Akibatnya kuali-
tas fisik semakin merosot ( Gutama, 2004)
Problema makanan bisa terjadi karena anak meniru pola makan orang
tuanya yang mungkin kurang baik. Orang tua yang pilih-pilih makanan dan tidak su-
ka sayur secara tidak langsung akan menyebabkan anak berperilaku seperti orang
tuanya. Budaya makan bisa juga timbul dari kebiasaan makan yang dilakukan dari
rumah misalnya kebiasaan makanan yang menggunakan santan dalam makanan
keluarga akan membuat anak menjadi senang dengan makanan yang bersantan.
Anita Candra Dewi adalah Dosen PAUD FIP Universitas PGRI Semarang
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
24
Ada juga anak yang dibiasakan makan yang manis-manis, hal itu menyebabkan
anak menjadi obesitas. Pola makan anak juga banyak dipengaruhi oleh gaya hidup
keluarga, hal ini bisa dilihat dari kebiasaan anak untuk menyantap makanan siap
saji (fastfood). Kebiasaan terjadi karena kebiasaan orang tua dalam mengenalkan
makanan siap saji (fastfood) disertai dengan tidak memberikan pengetahuan pada
anak tentang bahayanya memakan makanan siap saji secara terus menerus pada
anak.
Gaya hidup diartikan “bagaimana seseorang hidup “ (howonelives). Gaya
hidup seseorang meliputi produk yang dibelinya, bagaimana menggunakannya dan
bagaimana seseorang tersebut berfikir dan merasakan semua itu. Gaya hidup meru-
pakan manifestasi diri dari seseorang. Hasil penelitian awal di Kecamatan semarang
Utara ditemukan gaya hidup keluarga di daerah banyak yang tergantung dari media
elektronik, hal ini bisa dilihat dari banyak orang tua yang memilih makanan ber-
dasarkan apa yang menjadi trend di televisi. Orang tua menyukai makanan-
makanan instan dibandingkan dengan makanan yang diolah sendiri. Ketergan-
tungan orang tua terhadap gadget juga mempengaruhi mereka dalam melayani
keluarga mereka termasuk mengasuh anak. Orang tua lebih suka mengkonsumsi
makanan yang sudah jadi dibandingkan mengolah makanan sendiri.
Survei yang dilakukan AC Nielsen bahwa 69% masyarakat kota di Indonesia
mengkonsumsifastfood yaitu 33% menyatakan makan siang sebagai waktu yang
tepat untuk makan siang di restoran fastfood, 25% untuk makan malam, 9% menya-
takan sebagai makanan selingan dan 2% memilih makanan untuk makan pagi
(Nielsen, 2008)
Kewajiban orang tua adalah menjamin hak-hak anak untuk memperoleh
makanan secara cukup dan berkualitas. Disertai dengan pola asuh yang baik, maka
anak-anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal menjadi sumber daya
manusia (SDM) yang tangguh.
B. KAJIAN TEORETIK
1. Gaya Hidup Keluarga
Gaya hidup adalah merupakan penyaringan dari serentetan interaksi sosial,
budaya, dan keadaan ( Suharjo, 2003). Gaya hidup adalah bagaimana seseorang
berinteraksi dengan orang lain baik secara sosial, budaya dan keadaannya. Dengan
interaksi ini seseorang mengetahui apa yang menjadi keinginannya.
Secara luas, gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasi-
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
25
kan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mere-
ka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikir-
kan tentang diri mereka sendiri (pendapat) (Soekidjo Notoatmojo, 2011).
Dari penjelasan diatas diketahui bahwa gaya hidup adalah bagaimana
seseorang berinteraksi dengan lingkungannya sehingga pada saat interaksi itulah
seseorang mengetahui apa yang menjadi harapannya, minatnya, dan pandangann-
ya terhadap apa yang dilihat dan rasakan.
Definisi gaya hidup juga diartikan “bagaimana seseorang hidup
“ (howonelives). Gaya hidup seseorang meliputi produk yang dibelinya, bagaimana
menggunakannya dan bagaimana seseorang tersebut berfikir dan merasakan
semua itu. Gaya hidup merupakan manifestasi diri seseorang (Supranto, Namdan
Limakrisna, 2011 )
Gaya hidup suatu individu akan bergerak dinamis dari masa ke masa. Na-
mun demikian, gaya hidup tidak cepat berubah sehingga pada kurun waktu tertentu
gaya hidup relatif permanen. Gaya hidup juga dapat menentukan bentuk pola kon-
sumsi pangan. Gaya hidup mempengaruhi kebiasaan makan seseorang atau seke-
lompok orang yang berdampak tertentu khususnya berkaitan dengan gizi.. Dari pen-
jelasan tersebut diketahui bahwa dari gaya hidup seseorang akan mempengaruhi
pola makannya. Misalnya gaya hidup di kota-kota besar yang terbiasa makan siap
saji kan berdampak pada pola makan orang tersebut.
Gaya hidup ini bisa dibawa selamanya atau tetap namun bisa karena sesua-
tu hal seseorang mau merubah gaya hidupnya menjadi lebih baik. Gaya hidup bi-
asanya akan mempengaruhi pola makannya juga, misalnya gaya hidup yang sering
makan junkfood, tetapi karena mengidap suatu penyakit tertentu misalnya darah
tinggi atau kolesterol sehingga gaya hidupnya yang terbiasa makan junkfood diubah
menjadi gaya hidup sehat dengan banyak mengkonsumsi makanan yang lebih
bergizi dan mengurangi makanan yang mengandung kolesterol.
Perubahan gaya hidup juga dapat membawa perubahan pada selera, kebia-
saan dan perilaku pembelian. Supranto (2011) menyebutkan bahwa gaya hidup
merupakan konsep yang lebih kontemporer, lebih komprehensif dan lebih berguna
daripada kepribadian. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2004)
gaya hidup seseorang menunjukkan pula kehidupan orang yang bersangkutan di
dunia ini sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat dan pendapatnya.( Kotler,
Amstrong, 2014). Gaya hidup seseorang dijelaskan biasanya dapat dilihat dari
kegiatannya sehari-hari misalnya berolahraga dan bekerja, minatnya terhadap
sesuatu hal misalnya minat terhadap makanan yang sehat juga keluarga, dan pen-
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
26
dapatnya tentang dirinya serta masa depannya.
Lifestyle is a concept more contemporary , more comprehensive. Lifestyle is
a summary construct defined as pattern in which people live and spend tim eand
money. Lifestyle reflect a person’sactivities, interests, and opinions (AIOs) (Kotler,
Amstrong, 2005)
Gaya hidup dijelaskan juga oleh Soedioetama (2006) bahwa gaya hidup
merupakan bagian dari manifestasi budaya dan merupakan hasil belajar dari pen-
galaman sejak lahir sampai meninggal dunia. Perubahan gaya hidup sangat sulit bila
dilakukan sekaligus pada ketiga tingkatan, yaitu pada tingkat masyarakat, keluarga
dan perorangan. Seseorang apabila hendak merubah gaya hidupnya akan menerima
perubahan itu lebih cepat jika dipastikan dari keluarga dan masyarakat yang gaya
hidupnya akan diambil (Soediaotama, 2006) Gaya hidup biasanya dibawa sejak
masih anak-anak kemudian dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan sekitarnya
hingga anak dewasa. Gaya hidup anak biasanya melihat dari keseharian keluargan-
ya khususnya orang tuanya.
a. Keluarga
Keluarga adalah unit yang terdiri atas anggota-anggota sebagai akibat dari
adanya sebuah perkawinan. Keluarga lazimnya terdiri atas ayah, ibu beserta anak-
anaknya. (Arifin , 2015). Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting
dalam masyarakat. Selain itu dijelaskan juga pengertian keluarga adalah dua atau
lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan yang hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain,
dan dalam perannya masih-masing menciptakan serta mempertahankan suatu ke-
budayaan. ( Hartono, 2012))
Dijelaskan juga definisi keluarga adalah terdiri atas komposisi orang-orang
yang disatukan oleh perkawinan dara, darah, atau adopsi. Hubungan antara suami
dan istri adalah hubungan pernikahan dan hubungan antara orang tua dan anak bi-
asanya berdasarkan hubungan darah atau adopsi.( Puspitawati, 2012). Dimana da-
lam keluarga akan timbul kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berko-
munikasi yang memerankan peran sosial dari suami, istri, ibu, ayah, anak laki-laki
dan anak perempuan, serta saudara laki-laki dan saudara peremouan. Peran diten-
tukan oleh masyarakat, tetapi setiap keluarga dipengaruhi oleh perasaan tradisional
dan emosional yang muncul karena pengalaman.
Keluarga adalah wadah yang penting diantara individu dan kelompok, yang
merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya.
Di dalam lingkungan keluarga pertama kali pertama kali proses sosialisasi berlang-
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
27
sung antara kehidupan anak, ibu, ayah, saudara-saudara serta keluarga lain. Dianta-
ra keluarga itu maka ibu adalah orang-orang yang pertama dimana anak-anak men-
gadakan kontak. Proses itu berlangsung secara terus menerus. Sampai anak-anak
memasuki sekolah, mereka menghabiskan seluruh waktunya dalam unit keluarga.
Sampai masa dewasa anak diperkirakan telah menghabiskan separoh dari waktunya
dalam keluarga. Beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap keluarga ada-
lah : (1) status sosial ekonomi keluarga, (2) faktor keutuhan keluarga, (3) sikap dan
kebiasaan orang tua (Puspitawati, 2012)
Keluarga memperkenalkan anak-anak dunia fisik dengan memberikan kesem-
patan untuk bermain dan eksplorasi objek. juga menciptakan ikatan yang unik antara
satu dengan orang lain . Ikatan antara orang tua dan saudara memberikan hub-
ungan ke dunia yang lebih luas. Dalam keluarga, anak-anak belajar bahasa, ket-
erampilan dan nilai-nilai moral sosial budaya. Anak belajar untuk mendapatkan infor-
masi, bantuan, dan interaksi dengan
Peranan keluarga terhadap pendidikan anak sangat besar, salah satu dian-
taranya adalah memberikan dasar-dasar pendidikan, sikap dan ketrampilan, pendidi-
kan agama, budi pekerti, sopan santun, etika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar
untuk mematuhi peraturan, menananamkan kebiasaan-kebiasaan baik, memberikan
contoh dan teladan yang baik. Sesuai dengan pendapat Ahmadi, menurut Biersted
salah satu fungsi keluarga yang penting bagi kelangsungan hidup anak-anak adalah
menggerakkan nilai-nilai kebudayaan, yang didalamnya terdapat pendidikan. Sesuai
dengan pendapat diatas, lebih jauh dijelaskan bahwa keluarga berfungsi sebagai
fungsi kasih sayang, ekonomi, pendidikan, perlindungan, rekreasi, status keluarga,
dan fungsi agama. Dari keluarga anak akan memahami kebiasan-kebiasan yang ber-
laku di rumah, termasuk kebiasaan makan di dalam keluarga.
Keluarga adalah guru pertama dan paling penting bagi anak-anak. mereka
membentuk sikap anak-anak dan praktek kesehatan / keselamatan melalui kombina-
si berkelanjutan instruksi langsung. belajar insidental dan pemodelan perilaku orang
dewasa. kegiatan sehari-hari sering menjadi penting saat mendidik. Misalnya, orang
tua dapat mendiskusikan manfaat makan buah dan sayuran dengan mencuci anak
(dan sampel) brokoli untuk makan malam.
b. Pola Makan
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran
mengenai macam dan jumlah makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang
dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu ( Andriani,
2012). Pola makan yang tidak seimbang akan menyebabkan ketidakseimbangan zat
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
28
gizi yang masuk kedalam tubuh dan menyebabkan terjadinya kekurangan gizi juga
sebaliknya pola konsumsi yang tidak seimbang juga mengakibatkan zat gizi tertentu
berlebih dan menyebabkan terjadinya gizi lebih. Asupan gizi yang tepat berperan
dalam menciptakan kesehatan anak usia dini yang optimal.
Sedangkan pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dalam Santoso
adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan
jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri
khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Santoso , 2008) Penjelasan dari
keterangan diatas adalah bahwa pola makan akan terbentuk pada masyarakat ter-
tentu karena bagaimana seseorang menghabiskan makanannya dengan jenis dan
jumlah tertentu setiap harinya . Pola makan ini akan dipengaruhi oleh beberapa hal,
antara lain kebiasaan, kesenangan,budaya, agama, taraf ekonomi, dan lingkungan
alam. Karena pola makan yang akan dibahas adalah pola makan untuk anak usia
dini maka pengaturan makanannya menjadi hal yang penting dalam pola makan.
Karena pengaturan makanan ini berhubungan dengan selera serta kesukaan makan
anak.
C. METODE PENELITIAN
1. PendekatanPenelitian
Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. Alasan
penulis akan menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk
mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang diperoleh dari fenomena yang
terjadi dengan menggunakan beberap ametode yang ada. Penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara ho-
listik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah, dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah
(Moleong, 2014: 6).
Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian
deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menentukan pemecahan masalah
yang ada sekarang berdasarkan data-data. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang
digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai gaya
hidup orang tua terhadap pola makan anak usia dini di Kecamatan Semarang
Utara.Subjek yang diteliti adalah 60 anak yang berada di Pos PAUD Kecamatan Se-
marang Utara.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.Data kualitatif
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
29
adalah data yang berbentuk kata-kata bukan angka-angka.Data diperoleh melalui
studi kepustakaan, wawancara mendalam dengan informan, dan observasi.
(Sugiyono 2010: 308). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang
sesuai dengan fokus penelitian, yaitu tentang penanaman sikap disiplin anak melalui
program parenting. Data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data primer
dan sekunder.
Data primer diperoleh dalam bentuk verbal, kata-kata atau ucapan lisan atau
perilaku dari subjek (informan) yang berkaitan dengan bagaimana gaya hidup orang
tua terhadap pola makan anak . Data sekunder bersumber dari dokumen-dokumen
tertulis dan foto-foto yang digunakan sebagai pelengkap data primer.
Informan-informan yang dapat dijadikan responden dalam penelitian ini ada-
lah : (1) orang tua, (2) Pendidik (3) Anak. Berdasarkan hasil informan inilah data
terkumpul, kemudian orang pertama diminta untuk menentukan orang lain yang
dapat memberikan informasi. Berdasarkan informan kunci tersebut selanjutnya
dikembangkan untuk mencari informan lainnya dengan teknik bola salju (snowball
sampling).Teknik ini digunakan untuk mencari informasi secara terus menerus dari
informan satu ke informan lainnya, sehingga data yang diperoleh semakin banyak,
akurat dan lengkap.Pengumpulan data dan informan ini baru selesai apabila data
yang diperoleh dianggap telah cukup.
2. Prosedur pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data digunakan untuk menghimpun data dan informa-
si tentang penanaman sikap disiplin anak melalui program parenting. Prosedur
pelaksanaanya disesuaikan dengan sumber data dan lokasi dimana responden
melaksanakan tugasnya. Secara khusus dapat dinyatakan bahwa rencana penelitian
ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa :
a. Wawancara
Wawancara adalah muka (bertemu langsung dengan yang diwawancarai).
Adapun tujuan wawancara adalah untuk memperoleh (1) rekontruksi yang ter-
jadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi,
pengakuan, kerisauan, dan sebagainya; (2) rekontruksi tersebut berdasarkan
pengalaman masa lalu; (3) proyeksi keadaant ersebut diharapkan terjadi pada
masa yang akan datang, dan verifikasi, pengecekan dan pengembangan infor-
masi yang telah didapat sebelumnya. (Lincoln dan Guba dalamMoleong, 2009:
186).
b. Observasi
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
30
Observasi sebagai metode ilmiah dilakukan dengan pengamatan dan pencata-
tan secara sistematik terhadap fenomena atau kejadian-kejadian yang diselidi-
ki. Observasi terutama ditunjukan untuk memperoleh data yang berhubungan
dengan apa yang dikerjakan (cultural behaviour) dan apa yang diperbuat dan
dipergunakan (culturarifacts) oleh partisipan. Saat melakukan observasi,
peneliti dapat menempatkan diri sebagai partisipan atau non partisipan, dapat
menempuh jalan terus terang (owert) atau sembunyi-sembunyi
(convert).Observasi peneliti selalu mengarah pada fokus. Semua hasil observa-
si dibuatkan catatan lapangan sesegera mungkins etelah pengamatan. Catatan
tersebut dituangkan dant elah disiapkan oleh peneliti sesuai dengan kode yang
dibuat. (Sugiyono, 2010 : 310-319).
c. Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2002:206) metode dokumentasi adalah mencari data yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
legger, agenda dan sebagainya. Hadari Nawawi (2005:133) menyatakan bah-
wa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan ter-
tulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat,
dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
D. PEMBAHASAN
Hasil analisis menghasilkan temuan bahwa gaya hidup berpengaruh secara lang-
sung positif terhadap pola makan.
1. Hasil temuan di Kecamatan Semarang Utara bahwa gaya hidup di pengaruhi
oleh faktor ekternal seperti kebiasaan orang tua,teman sebaya, media, penge-
tahuan gizi dan lainnya. Ini menunjukkan bahwa banyak keluarga di Kecama-
tan Semarang Utara mempunyai gaya hidup yang mengikuti model dari idola
dan panutannya misalnya orang tuanya, temannya, atau idolanya bisa artis,
tokoh masyarakat atau yang lainnya, sehingga apa yang menjadi kebiaasaan
tokoh idolanya akan ditiru oleh keluarga tersebut.
2. Pengaruh media elektronik juga mempengaruhi keluarga dalam gaya hidup-
nya, ini bisa dilihat dari tren-tren yang ada membuat keluarga di Kecamatan
semarang Utara tidak mau ketinggalan dalam mengikuti gaya hidup seperti di
media televisi khususnya. anak-anak yang menghabiskan lebih dari 2 jam
sehari menonton TV lebih cenderung mengikuti makan yang yang diiklankan
oleh televisi. Padahal banyak sekali makanan-makanan yang di iklankan be-
lum tentu sehat dan baik untuk kesehatan. Banyak sekali makanan tersebut
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
31
mengandung gula tinggi, kolesterol tinggi berakibatkan pada gangguan
kesehatan seperti jantung, diabetes militus dan lainnya.
3. Selain faktor ekternal juga faktor internal konsep diri, kepercayaan dan nilai
pribadi, perkembangan psikologi dan lainnya. Konsep diri seseorang adalah
bagaimana orang tersebut memandang dirinya. Banyak sekali ditemukan
keluarga yang memandang dirinya berasal dari keluarga yang mempunyai
kemampuan ekonomi tinggi, sehingga seringkali salah memandang dirinya.
Mereka menganggap bahwa mereka seharusnya mengkonsumsi makanan-
makanan yang juga berada di level tinggi seperti pizza, burger, dan lainnya.
Padahal makanan-makanan yang mereka anggap levelnya tinggi adalah ma-
kanan-makanan yang mengandung koleterol tinggi, gula tinggi dan tidak sehat
karena terus menerus dikonsumsi oleh anak-anak. Mereka lebih percaya diri
jika bisa mengkonsumsi makanan-makanan tersebut. Gaya hidup yang di
bawa orang tua akan ditiru oleh anak-anak, sehingga akhirnya anak-anak juga
mempunyai pola makan yang sama dengan orang tuanya.
4. Kebiasaan makan yang kurang baik selama masa pertumbuhan yang diakibat-
kangayahidup yang salah akan menyebabkan munculnya penyakit-penyakit
degeneratif misalnya penyakit darah tinggi, jantung, serta penyakit lainnya.
Gaya hidup yang terbiasa makan snack atau makanan ringan yang bergula
tinggi membuat anak-anak sulit untuk mengkonsumsi sayuran . Hal ini di-
pengaruhi oleh kandungan yang terdapat makanan ringan instan“ snack”
yang sering dijual di warung-warung adalah mengandung pengawet, pemanis
buatan, dan lainnya sehingga rasanya gurih dibandingkan mengkonsumsi
sayuran yang rasanya hambar. Penelitian ini didukung oleh Aranceta, Rodrigo,
Ribasdan Majem (2012) menganalisis pola makan yang berlaku di antara anak
-anak Spanyol dan orang-orang muda dan hubungan mereka dengan faktor
sosio demografi dan gaya hidup, bahwa rata-rata konsumsi buah dan sayuran
rendah, dimana kelompok usia termuda (2-5 tahun) menunjukkan proporsi
terendah. .
5. Makanan merupakan media komunikasi antara anak dan orang tua. Gaya
hidup keluarga yang sering makan bersama dalam satu meja akan membuat
pola makan anak menjadi lebih baik. Masih banyak di temukan keluarga-
keluarga di Kecamatan Semarang Utara yang tidak membiasakan makan ber-
sama, sehingga media komunikasi antara orang tua dan anak menjadi kurang.
Dengan membiasakan makan bersama akan membuat anak belajar untuk
menyampaikan perasaannya dan menyatakan pendapat. Orang tua bisa
menyampaikan keinginanya kepada anak serta menasihati anak.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
32
6. Ketertarikan pada media, opini tentang diri sendiri dan aktivitas berupa
seringnya anak ke mall untuk makan membuat pola makan anak mengikuti
gaya hidup orang tuanya.
E. KESIMPULAN
1. Gaya hidup merupakan bagian dari manifestasi budaya dan merupakan hasil
belajar dari pengalaman sejak lahir sampai meninggal dunia, oleh karena itu
pentingnya keluarga mempunyai gaya hidup yang sehat dengan meperhatikan
aktivitas, minat dan opini.
2. Gaya hidup biasanya dibawa sejak masih anak-anak kemudian dipengaruhi
oleh keluarga dan lingkungan sekitarnya hingga anak dewasa. Gaya hidup
anak biasanya melihat dari keseharian keluarganya khususnya orang tuanya.
3. Faktor eksternal yang mempengaruhi gaya hidup keluarga adalah konsep
diri, kepercayaan diri, nilai diri dan perkembangan psikologi. Sedangkan faktor
internal yang mempengaruhi gaya hidup keluarga adalah media, model
(teladan), teman sebaya, dan pengetahuan (wawasan . Faktor- faktor tersebut
akan memberi dampak pada pola makan anak.
4. Faktor perilaku yang ada di dalam sebuah keluarga berupa cara pandang dan
cara berpikir tentang makanan akan mempengaruhinya dalam melakukan tin-
dakan makan dan memilih makanan, sehingga akan terbentuk menjadi pola
makan keluarga.
5. Pola makan orang tua sebaiknya memenuhi anjuran gizi seimbang sehingga
bisa diterapkan pada anak-anaknya, karena kebiasaan makan baik yang
ditanamkan sejak kecil akan berbekas sampai dewasa kelak.
F. SARAN
1. Keluarga
Menciptakan lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan gairah dan membuat
anak menyukai makanan yang disajikan. Orang tua sebaiknya selalu menyediakan
makanan yang memenuhi syarat gizi seimbang, sehingga anak dapat tumbuh kem-
bang secara optimal
2. Masyarakat
Masyarakat harus mendukung lingkungan yang kondusif untuk dapat menstimulasi
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
33
tumbuh kembang anak dengan
Daftar Pustaka
Arifin. Bambang Syamsu. 2015.PsikologiSosial, Bandung : CV Pustaka Setia
Gutama, 2004, Prosiding Inovasi Pangan dan Gizi untuk Optimalisasi Tumbuh Kembang
Anak “ Aspek Gizi dan Stimulasi Pendidikan Anak usia Dini”, Bogor : Pusat Studi Ke-
bijakan Pangan dan Gizi)
Hartono ,ArnicunAzis. 2012. IlmuSosialDasar, Jakarta :BumiAksara
Kotler, Philip.Amstrong. 2004. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jakarta : PT. Indeks Gramedia
Merryana.Wirjatmadi, Bambang. 2012. PerananGizidalamSikluskehidupan, Jakar-
ta :KencanaPrenadaGrup
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. Remaja Rosda-
karya
Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta : Rineka Cip-
ta,
Puspitawati. Herien. 2012. Pengantar Studi Keluarga, Bogor : Penerbit IPB Press
Suharjo, Berbagai Cara Pendidikan Gizi, ( Jakarta : Bumi Aksara dan Antar Universitas
Pangan-Pangan dan Gizi IPB , 2003), hh. 40-41
Supranto, Namdan Limakrisna, 2011, Perilaku Konsume dan Strategi Pemasaran,
(Jakarta : Mitra Wacana Media)
Sumarwan, Ujang,. 2012. Perilaku Konsumen, Jakarta : Ghalia Indonesia
Soediaoetama AD. 2006. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi, Jakarta : Dian Rakyat.
Supranto, NamdanLimakrisna. 2011. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Jakar-
ta : Mitra Wacana Media.
Santoso, Soegeng. 2008. Kesehatan dan Gizi, Jakarta : Universitas Terbuka
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan .Bandung : Alfa Beta
Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta : Rine-
ka Cipta.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
34
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
35 Natalia Dewi Mumpuni, Farida Widyawati, Y. Rudiyono, Heru Djoko Walojo adalah Pamong Belajar di PP PAUD & DIKMAS Jawa Tengah
PROGRAM KETERLIBATAN ORANGTUA
DENGAN MEDIA E-PARENTING
Natalia Dewi Mumpuni1, Farida Widyawati2, Y. Rudiyono3, Heru Djoko Walojo4
Abstrak
Program keterlibatan orangtua dengan media E-Parenting adalahsuatu program yang dirancang oleh lembaga PAUD bekerjasama dengan PP PAUD dan DIKMAS Jawa Tengah untuk mendorong orangtuamemberikan layanan kepada anak usia dini secara berkualitas dan optimal dengan bantuan teknologi video conference.Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan program keterlibatan orangtua dengan media E-Parenting. Secara rinci tujuan yang hendak dicapai me-lalui pengkajian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara lengkap tentang penyelenggaraan program keterlibatan orangtua melalui E-Parenting, untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi kelayakan me-dia E-Parenting, dan untuk memperoleh gambaran secara lengkap ten-tang efektivitas media E-Parenting dalam meningkatkan pengetahuan
orangtua tentang program PAUD.
Penelitian ini menggunakan metode Research & Development (Borg & Gall, 1983). Borg & Gall menyatakan bahwa Research & Devel-opment adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengem-bangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan juga pendekatan kualitatif. Subjek penelitian
ini adalah 50 orangtua anak usia dini di KB TK Nasima Kota Semarang.
Beberapa temuan hasil penelitian ini antara lain: dari aspek ke-layakan media menunjukkan bahwa dari 50 responden orangtua, sebagi-an besar orangtua menyatakan media E-Parenting yang diterapkan san-gat layak, yaitu sejumlah 28 orang (56,0%), sedangkan 20 orang (40,0%) menyatakan layak, dan hanya 2 orang (4,0%) yang menyatakan tidak layak.Pada aspek efektivitas E-Parenting terhadap peningkatan penge-tahuan orangtua menunjukkan bahwa rata-rata nilai pengetahuan orang-tua tentang PAUD sebelum diberikan media E-Parenting sebesar 116,70 kemudian meningkat menjadi 142,32 sesudah diberikan E-Parenting atau rata-rata peningkatannya sebesar 25,62. Berdasarkan uji t dependent, didapatkan nilai t hitung -13,670 dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < α (0,05), ini menunjukkan bahwa terdapat perbe-daan secara bermakna pengetahuan orangtua tentang PAUD sebelum dan sesudah diberikan media E-Parenting. Ini menunjukkan bahwa pro-gram keterlibatan orangtua dengan media E-Parenting efektif dalam
meningkatkan pengetahuan orangtua tentang PAUD.
Kata Kunci: Keterlibatan Orangtua, E-Parenting, Video Conference
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
36
Lembaga PAUD adalah sebuah lembaga yang menyelenggarakan program
pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 3 bulan sampai dengan
6 tahun. Lembaga PAUD perlu melibatkan orangtua untuk meningkatkan kualitas
layanan bagi anak. Penerapan hubungan kerjasama antara orangtua dan lembaga
lembaga PAUD berpedoman pada beberapa hal. Seperti dikemukakan oleh
Bredekamp (1992) yang meramunya dari beberapa ahli, yaitu: (1) orangtua mempu-
nyai hak dan tanggungjawab untuk berbagi keputusan tentang perawatan dan pen-
didikan anak mereka. Orangtua didorong untuk mengamati dan berpartisipasi. Para
pendidik bertanggungjawab untuk mengadakan dan memelihara kontak rutin dengan
keluarga, (2) para pendidik berbagi pengetahuan perkembangan anak, wawasan dan
berbagai sumber sebagai bagian dari komunikasi reguler dan pertemuan dengan
anggota keluarga, (3) para pendidik, orangtua, agensi, program dan konsultan yang
memiliki tanggungjawab pendidikan untuk anak pada saat berbeda, dengan
partisipasi keluarga, membagikan informasi perkembangan anak.
Penjelasan di atas membawa implikasi, yaitu perlu ada pemahaman yang sa-
ma tentang perkembangan anak antara orangtua dan pendidik, agar tidak ada
kesenjangan dalam penerapannya. Kesamaan ini dapat membuat anak memperoleh
pelayanan yang tepat secara individual dan konsisten baik di rumah maupun di
sekolah. Konsistensi pengasuhan di sekolah dan di rumah membuat anak tidak me-
rasa bingung. Untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan dan penerapan
pengasuhan yang mungkin terjadi, maka pendidik secara rutin menjalin kerjasama
dengan orangtua. Melalui kerjasama ini, pendidik mendorong orangtua untuk terlibat
menjadi “pendidik” yang paling penting bagi anak-anaknya. Riley (dalam Litbang
PAUD, 2009) menjelaskan bahwa:
”Families can help their children develop a love of litercy, develop critical think-
ing skills by encouraging reading and discussing meaningful issues outside the
classroom, encourage children to develop arange of intelligences and reinforce
learning that takes place in the classroom.”
Hal tersebut dapat tercapai dengan mengemas bentuk kerjasama dalam sua-
tu program parenting di mana orangtua dapat berkomunikasi dengan pendidik ten-
tang anak-anak mereka dan belajar tentang cara mendidik anak yang sesuai dengan
perkembangan.
Untuk meningkatkan kerjasama antara orangtua dan pendidikan di lembaga
lembaga PAUD serta mendorong orangtua berperan dalam pendidikan anak secara
optimal, maka diperlukan suatu program yang dapat mengakomodasi upaya terse-
but. Keterlibatanorangtuamelalui program parenting merupakan alternatif yang dapat
digunakan untuk meningkatkan perannya dalam pendidikan anak usia dini.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
37
Ada alasan yang kuat mengapa pendidik perlu melibatkan orangtua dalam
pendidikan anak mereka. Beaty (dalam Litbang PAUD, 2009) mengungkapkan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa program yang Keterlibatanorangtuanya tinggi
berdampak positif pada anak-anak dan orangtuanya. Dinyatakan bahwa anak-anak
mengalami perubahan perilaku dan meningkatnya keterampilan sebagai hasil pen-
galaman prasekolah mereka. Pada orangtua yang terlibat langsung, sangat men-
dorong perkembangan anak-anak di rumah, sedangkan orangtua yang tidak secara
langsung terlibat tetapi memperlihatkan antusiasme terhadap program prasekolah
anak mereka, meningkatkan self-esteem dan mengurangi masalah disiplin baik di
rumah maupun di sekolah. Selain itu program ini juga memberikan keuntungan bagi
orangtua yaitu mereka mendapatkan kesempatan belajar cara meningkatkan pertum-
buhan dan perkembangan anak (Patmonodewo, 2000).
Selama ini program parenting belum banyak dilaksanakan oleh lembaga
PAUD. Data Direktorat Pembinaan PAUD sampai tahun 2014 menyebutkan bahwa
secara nasional baru 16% lembaga PAUD yang melaksanakan program parenting
itupun belum dapat berjalan dengan maksimal. Banyak kendala dan masalah yang
dihadapi terutama rendahnya partisipasi orangtua. Salah satu penyebabnya adalah
kesibukan orangtua sehingga kurang memiliki kesempatan untuk hadir dalam
kegiatan parenting yang diselenggarakan sekolah.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu upaya dalam menjembat-
ani kendala kehadiran orangtua dalam kegiatan parenting yang diadakan oleh lem-
baga PAUD maka dikembangkan sebuah program yang bertujuan memfasilitasi dan
mengoptimalkan layanan parenting pada lembaga PAUD berbasis online. Program
ini memanfaatkan Aplikasi WEBEX Cisco Meeting, dimana sistem tersebut dapat di
download melalui smartphone, dan tentunya dengan melibatkanlebih banyakorang-
tua agar orangtua dapat yang sibuk tetap dapat terlibat dalam pendidikan anaknya.
Penelitian ini mengkaji penyelenggaraan Program keterlibatan orangtua dengan me-
dia E-Parenting yang telah dilaksanakan di KB TK Nasima Semarang.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah
utama adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana gambaran penyelenggaraan program keterlibatanorangtuamelalui E-
Parenting?
b. Bagaimana gambaran evaluasi kelayakan media E-Parenting?
c. Bagaimana gambaran efektivitas mediaE-Parentingterhadap peningkatan penge-
tahuan orangtua tentang program PAUD ?
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
38
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji program keterlibatan
orangtua melalui E-Parenting.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Memperoleh gambaran secara lengkap tentang penyelenggaraan
programketerlibatanorangtuamelalui E-Parenting.
2) Memperoleh gambaran secara lengkap tentang evaluasi kelayakan media E
-Parenting?
3) Memperoleh gambaran secara lengkap tentang efektivitas media E-
Parenting dalam meningkatkan pengetahuan orangtua tentang program
PAUD.
4. Manfaat
a. Bagi Pengelola dan Pendidik Lembaga PAUD
Sebagai referensi untuk mendorong orangtua untuk melibatkan diri dalam pro-
gram pendidikan anak usia dini serta untuk membantu orangtua untuk mendidik
dan mengasuh anak usia dini di lingkungan rumah.
b. Bagi Orangtua
Sebagai referensi bagi orangtua yang sibuk atau berdomisili jauh dari anaknya,
agar tetap dapat mengikuti kegiatan parenting.
c. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan referensi bagi Pemerintah dalam pengembilan kebijakan imple-
mentasi teknologi informasi dalam kegiatan parenting pendidikan anak usia dini.
B. KAJIAN TEORETIK
1. KeterlibatanOrangtua
a. Konsep KeterlibatanOrangtua
Adiwikarta (1988) menyebutkan Keluarga adalah suatu sistem yang terdiri
atas subsistem-subsistem yang saling berhubungan dan saling pengaruhi satu
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
39
sama lain. Adapun subsistem sosial itu bukan unit-unit fisik, melainkan peran-
peran atau fungsi. Sebagai sebuah sistem sosial, keluarga berhubungan dan
punya kesalingtergantungan tertentu dengan keluarga lain dan sistem sosial lain
seperti dengan organisasi, kantor, sekolah dan lain-lain.
Konsep Keterlibatanorangtua bukanlah hal baru di lingkungan pendidikan
dan telah memainkan peran yang nyata.Pihak yang terlibat dalam Keterlibatano-
rangtua adalah sekolah, keluarga dan kemitraan masyarakat.Oleh karena itu tiga
aspek yang saling mempengaruhi tersebut harus disatukan disetiap pendidikan
dan pengembangan anak.
Menurut Wolfendale dalam Epstein (1996) bahwa Keterlibatanorangtua
secara luas diartikan dalam waktu tertentu diantara para pendidik terkadang
menyamakannya dengan kemitraan, partisipasiorangtua, kekuasaan orangtua,
sekolah, keluarga, dan kemitraan masyarakat. Adapun menurut Moles (dalam
Litbang PAUD, 2009) menyatakan “Banyak sekali variasi bentuk Keterlibatano-
rangtua dan tingkatan dari Keterlibatan tersebut, baik di dalam maupun di luar
sekolah.” Semuanya mencakup segala kegiatan yang dapat didukung dan di-
dorong oleh sekolah dan yang memberi kewenangan bagi para orangtua dalam
hal pembelajaran dan perkembangan anak-anak.
Menurut Defense Fund dalam Olsen dan Fuller (2003) bahwa “Setiap
sekolah akan mengunggulkan kemitraan yang akan meningkatkan Keterlibatano-
rangtua dan berpartisipasi dalam pertumbuhan sosial, emosi, dan akademik
anak”. Hal tersebut tentu saja mendorong sekolah dan kerja sama masyarakat
untuk membantu kesuksesan anak-anak dalam pendidikan.
Keterlibatanorangtua merupakan suatu proses dimana orangtua
menggunakan segala kemampuan mereka, guna keuntungan mereka sendiri,
anak-anaknya dan program yang dijalankan anak itu sendiri (Morrison dalam Lit-
bang PAUD, 2009). Orangtua, anak dan program sekolah merupakan bagian dari
suatu proses. Namun fokus pada interaksi orangtua/anak/keluarga adalah orang-
tua, sedangkan pendidik anak harus bekerjasama dengan orangtua apabila ingin
berhasil.
b. Bentuk Keterlibatanorangtua
Ada 6 bentuk keterlibatan orangtua/ keluarga dalam PAUD yang dikemukakan
oleh Morrison (2008), yaitu:
1) Pengasuhan
Lembaga PAUD mendampingi keluarga dengan ketrampilan pengasuhan
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
40
dan perawatan anak, memahami perkembangan anak dan remaja, serta
mengatur kondisi rumah agar mendukung anak sebagai siswa di setiap
tahapan usia dan tingkatan kelas. Contoh kegiatan untuk terlibatnya keluar-
ga adalah dengan berpartisipasi dalam lokakarya, menghadiri pendidikan
untuk orang dewasa, mengikuti program pelatihan, partisipasi dalam kelas
dan pusat kegiatan, serta adanya perpustakaan dan pusat materi tentang
pengasuhan.
2.) Berkomunikasi
Komunikasi dengan keluarga mengenai program sekolah dan kemajuan
siswa melalui komunikasi efektif sekolah ke rumah dan rumah ke sekolah.
Contoh kegiatan yang memungkinkan keterlibatan orangtua/keluarga adalah
Mendukung layanan seperti kelompok permainan, pentas dan drama, jalur
telepon, surat pemberitahuan berkala, materi pembelajaran dan aktivitas di
rumah, serta keterlibatan keluarga dalam menulis program pendidikan man-
diri untuk anak dengan kebutuhan khusus.
3) Menjadi Sukarelawan
Lembaga PAUD mendorong kesukarelaan di sekolah dan dalam masyara-
kat. Contoh kegiatan yang dapat melibatkan orangtua adalah melibatkan
orangtua dalam pembelajaran tema profesi, panitia pertemuan dan kegiatan
lain di sekolah.
4) Pembelajaran di Rumah
Melibatkan keluarga dengan anak mereka dalam aktivitas pembelajaran di
rumah, yang meliputi pekerjaan rumah serta aktivitas pembelajaran. Contoh
kegiatan untuk melibatkan orangtua mengadakan pembelajaran di rumah
adalah menawarkan buku-buku dan materi lain untuk dipergunakan di ru-
mah, memberikan anjuran kepada orangtua tentang cara membantu anak
anak mengerjakan pekerjaan rumah, mengembangkan website untuk orang-
tua serta mengembangkan seperangkat buku pembelajaran di rumah.
5) Pengambilan Keputusan/ Advokasi
Melibatkan keluarga untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
pendidikan anaknya. Contoh kegiatan yang melibatkan orangtua dengan
cara orangtua atau masyarakat menjadi komite atau kelompok pertemuan
orangtua yang ikut andil dalam pengambilan keputusan/kebijakan yang
berkaitan dengan kegiatan sekolah serta dalam hal pengembangan kuriku-
lum pembelajaran.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
41
6) Kolaborasi dengan Masyarakat
Kerjasama dengan masyarakat adalah upaya memanfaatkan potensi
masyarakat untuk pembelajaran dan untuk penguatan program lembaga
PAUD melalui kegiatan usaha dan pra koperasi.
Bentuk keterlibatan orangtua / keluarga yang dapat diterapkan pada pola
koneksi/ jenis layanan dalam E-Parenting adalah pengasuhan, komunikasi, pem-
belajaran di rumah dan pengambilan keputusan/ advokasi.
2. Konsep E-Parenting
a. E-Parenting
E-Parenting adalah sistem berbasis jaringan yang mendukung program par-
enting yang diselenggarakan oleh lembaga PAUD.E-Parenting dikembangkan
dengan tujuan untuk menjembatani antara orangtuaanak PAUD dengan lem-
baga/penyelenggara PAUD, yang oleh karena keterbatasannya mengakibatkan
orangtuaanak tidak dapat mengikuti, memantau dan berinteraksi terhadap
perkembangan dan proses pembelajaran anaknya. E-Parenting dimaksudkan
untuk menyiasati kendala yang dihadapi penyelenggara PAUD tersebut, karena
dengan sistem E-Parenting maka orangtuaanak dapat mengikuti program parent-
ing yang diselenggarakan di lembaga PAUD dan dapat secara langsung, integra-
tive dan real time dalam proses pembelajaran pada saat itu.
b. Sistem E-Parenting
Sesuai dengan namanya, E-Parenting dibangun dengan menggunakan
perangkat elektronik yang berbasis jaringan.Perangkat pokok yang diperlukan
dalam pengembangan system E-Parenting ini dibagi dalam dua kelompok yaitu
Server dan Client.
Perangkat server berfungsi sebagai penyedia layanan E-Parenting dan berada
di lembaga penyelenggara PAUD, terdiri dari Desktop PC atau Laptop; kamera
(webcam); microphone dengan didukung oleh jaringan internet. Adanya ap-
likasi video conference WEBEX secara praktis mendukung fungsi telepon, vid-
eo, chatting dan presentasi, dan bisa diakses menggunakan komputer atau
smartphone.
Pola koneksi antara Peserta dan Moderator adalah tiga jenis, yaitu one to one,
Client Server Software Parenting
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
42
one to many dan many to many. Lembaga PAUD yang menjadi moderator E-
Parenting dapat memilih pola koneksi yang akan digunakan dan boleh
menggunakan semuanya, karena sudah tersedia di dalam sistemnya.
1) One-To-One
Pola One-To-One (OTO) adalah pola koneksi satu lawan satu dari client dan
server. Pola koneksi ini sangat cocok untuk kegiatan konsultatif antara orang-
tuaanak dengan penyelenggara PAUD
2) Many-To-Many (Group)
Pola Group adalah pola koneksi antara peserta dengan peserta, peserta
dengan moderator.Pola koneksi ini bisa digunakan dalam kegiatan berbentuk
diskusi antara orangtua dengan pengelola dan pendidik PAUD.
3) One-To-Many
Pola One-To-Many (OTM) adalah pola koneksi antara banyak peserta dengan
moderator.Pola ini dapat digunakan dalam aktivitas pembelajaran parenting
dari pengelola/ pendidik PAUD dan para ahli kepada orangtua.
c. Cara kerja sistem E-Parenting
Alur dan cara kerja E-Parenting sangat sederhana, yaitu perangkat server
dan client berinteraksi menggunakan software yang mendukung fungsi
parenting, yang dapat berjalan secara real time baik suara maupun gambar.
Sebagai sebuah model parenting maka server harus bisa diakses oleh banyak
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
43
client sehingga fungsi monitoring dan interaksi dalam proses pembelajaran
PAUD dapat berjalan dengan semestinya sebagaimana ditunjukkan gambar di
bawah.
C. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan, Metode, dan Desain Model penelitian
Penelitianini bertujuan untuk mengkaji Penyelenggaraan Program Keterli-
batanorangtua dalam E-Parenting. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
maka penelitian ini menggunakan metode Research & Development (Borg &
Gall, 1983). Borg & Gall menyatakan bahwa Research & Development adalah
suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru
atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat
dipertanggungjawabkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif. Penggunaan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini adalah karena
dalam melaksanakan uji coba media yang dikembangkan dilakukan dengan
menggunakan metode eksperimen. Sementara itu penggunaan pendekatan
kualitatif dimaksudkan untuk memperkaya data lapangan dalam mekanisme
keterlibatan orangtuanya serta untuk kelayakan medianya.
2. Subjek, Populasi dan Sampel Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 50 orangtua anak usia dinidari KB TK Nasima
yang mengikuti program keterlibatan orangtua melalui E-Parenting.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Instrumen Untuk Mengetahui Kelayakan Media
Data penelitian ini diperoleh dengan cara pengisian lembar evaluasi formatif
untuk mengetahui kelayakan media dari unsur sistem. Lembar evaluasi ini
menggunakan skala 1 - 4, untuk 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 =
setuju, 4 = sangat setuju.
b. Instrumen untuk mengukur peningkatkan pengetahuan orangtua.
Instrumen ini digunakan untuk mengukur peningkatan pengetahuan orangtua
tentang PAUD. Adapun variabel peningkatan pengetahuan orangtua tentang
PAUD mencakup beberapa indikator, yaitu : pemahaman orangtua tentang ber-
main dengan anak usia dini, pemahaman orangtua tentang deteksi tumbuh
kembang anak, pemahaman orangtua tentang pemberian makanan bergizi dan
kesehatan pada anak, pemahaman orangtua tentang pembelajaran di rumah,
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
44
serta pemahaman orangtua tentang perlindungan dan kesejahteraan anak.
Instrumen ini mengacu pada taksonomi Bloom (dalam Anderson dan Krathwohl,
2001) ranah pengetahuan, yaitu tahap pengetahuan, pemahaman dan penera-
pan, dalam hal ini adalah pengetahuan, pemahaman, serta penerapan tentang
materi-materi tersebut diatas. Lembar evaluasi juga menggunakan skala 1 - 4,
untuk 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju.
Subjeknya adalah orangtua.
c. Validasi Instrumen
Validasi menggunakan Expert Judgement dengan teknik Focus Group Discus-
sion. Rekomendasi para panelis bertujuan untuk mengetahui ketepatan atau
relevansi butir dengan sasaran ukur.
4. Teknik Analisis Data
Data penelitian diperoleh dengan cara pengisian skala untuk mengetahui
kelayakan sistem dari unsur kebermanfaatan, kemudahan, kemenarikan dan
kecepatan. Instrumen ini menggunakan skala 1 - 4, untuk 1 = sangat tidak set-
uju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju.
Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas model
yang diujicobakan. Tingkat keefektifan model ditunjukkan melalui perbandingan
rerata peningkatan pengetahuan orangtua tentang pendidikan anak usia
dinidengan kelayakan media E-Parenting. Teknik analisis yang digunakan ada-
lah statistika uji t sampel berpasangan. Penggunaan uji t sampel berpasangan
dilakukan karena data yang diperoleh berasal dari proses pengukuran pada
satu kelompok sampel yang dilakukan dua kali, yaitu pre-test dan post-test. Me-
lalui uji t ini akan dapat diketahui pengaruh E-Parentingyang dilaksanakan di
lembaga PAUD terhadap peningkatan pengetahuan orangtua tentang PAUD.
D. HASIL PENELITIAN
1. Mekanisme Keterlibatan Orangtua
a. Orientasi Orangtua
Dalam penelitian, penyelenggaraan program keterlibatan orangtua dengan me-
dia E-Parenting diawali dengan orientasi orangtua yang dilaksanakan pada hari
Kamis, tanggal 1 September 2016, di KB TK Nasima Kota Semarang. Kegiatan
orientasi ini dihadiri oleh orangtua murid PAUD Nasima dan diisi dengan pen-
yampaian paparan tentang pentingnya parenting di lembaga PAUD dan mem-
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
45
berikan gambaran penyelengaraan program keterlibatan orangtua melalui me-
dia E-Parenting di KB TK Nasima Kota Semarang, serta membuka pendaftaran
bagi orangtua yang bersedia mengikuti program E-Parenting tersebut dari awal
hingga selesai.
b. Orientasi Pendidik dan Pengelola
Proses selanjutnya adalah melaksanakan orientasi pada pendidik dan pengel-
ola. Pelaksanaan orientasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara
lebih rinci kepada pendidik tentang proses penyelenggaraan program keterli-
batan orangtua melalui E-Parenting. Orientasi ini dilaksanakan pada hari Jum’at
tanggal 9 September 2016, yang dihadiri oleh pengelola dan pendidik KB TK
Nasima Kota Semarang.
c. Pelatihan Bagi Orangtua
Setelah dilakukan orientasi awal bagi orangtua, dilanjutkan dengan orientasi
pendidik dan pengelola, maka kegiatan selanjutnya adalah pelatihan bagi
orangtua. Pelaksanaan pelatihan ini bertujuan untuk melatih orangtua yang
ingin terlibat dalam kegiatan E-Parenting, dimulai dari penjelasan tentang apa
itu E-Parenting, layanan yang diberikan dalam E-Parenting dan selanjutnya
langkah-langkah teknis onlinemenggunakan mediaE-Parenting, serta diadakan
pre test kemampuan awal orangtua sebelum mengikuti program E-Parenting.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2016, yang
dihadiri oleh pengelola dan pendidik KB TK Nasima Kota Semarang dan 50
orangtua murid yang sebelumnya telah mendaftar dalam program tersebut.
d. Pelaksanaan E-Parenting
1) E-Parenting I
Kegiatan pertama dilakukan di PAUD Nasima Kota Semarang pada hari
Selasa tanggal 18 Oktober 2016. Materi Perlindungan Anak disampaikan
oleh narasumber Ibu Elly Fajarwati, S.Psi, M.Psi beliau adalah Kepala
Sekolah KB TK Nasima, kegiatan ini diikuti oleh 36 orangtua. Selama
proses ujicoba kekuatan sinyal yang dimiliki sangat bagus, tampilan jelas,
audio jelas dan dapat didengar dengan baik oleh orangtua peserta E-
Parenting. Materi dapat tuntas di sampaikan dan terjadi tanya jawab anta-
ra peserta dan narasumber, waktu yang digunakan dalam kegiatan kali ini
adalah 1 jam 30 menit.
2) E-Parenting II
Kegiatan kedua dilakukan di KB TK Nasima Kota Semarang pada hari
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
46
Kamis tanggal 20 Oktober 2016. Materi tentang Gizi dan Kesehatan
disampaikan oleh narasumber Ibu drg. Ismirianawati Andriani beliau ada-
lah salah satu orangtua murid KB TK Nasima Kota Semarang. Kegiatan
ini diikuti oleh 33 orangtua. Selama proses ujicoba kekuatan sinyal yang
dimiliki sangat bagus, tampilan jelas, audio jelas dan dapat didengar
dengan baik oleh orangtua peserta E-Parenting. Ada kendala sedikit pada
saat kegiatan E-Parentingini berlangsung yaitu kesulitan narasumber saat
menyampaikan materi melalui media online karena faktor belum terbiasa,
sehingga penyampaian materi sedikit tersendat, tetapi materi dapat ter-
sampaikan semua dan masih ada waktu untuk tanya jawab. Kegiatan kali
ini membutuhkan waktu hingga 2 jam.
3) E-Parenting III
Kegiatan ketiga dilakukan di KB TK Nasima Kota Semarang pada hari
Selasa tanggal 25 Oktober 2016. Materi tentang Bermain dan Anak ini
disampaikan oleh narasumber Ibu Enny Yulianti, S.Pd beliau adalah pen-
didik KB TK Nasima. Kegiatan ketiga ini diikuti oleh 36 orangtua. Kegiatan
E-Parentingtersebut kali ini selain memberikan materi jugamenampilkan
kegiatan bermain outdoor anak, dan waktu online yang dibutuhkan sela-
ma 2 jam. Berkaitan dengan proses pelaksanaan E-Parentingyang dil-
akukan di outdoor, ada beberapa permasalahan yang terjadi yaitu seperti
tampilan gambar kurang jelas, Jaringan internet / wi-fi kurang stabil, serta
peralatan sound system dan kamera kurang sesuai untuk kegiatan online
di area outdoor.
4) E-Parenting IV
Kegiatan keempat dilakukan di KB TK Nasima Kota Semarang pada hari
Rabu tanggal 26 Oktober 2016. Materi tentang Deteksi Dini Tumbuh dan
Kembang Anak disampaikan oleh narasumber Ibu Diana Kartika K, SP,
M.Pd beliau adalah pamong belajar di SKB Kota Semarang. Kegiatan
keempat ini diikuti oleh 36 orangtua. Selama proses ujicoba kekuatan
sinyal yang dimiliki sangat bagus, tampilan jelas tetapi bila narasumber
memutar video maka khusus bagi pengguna android akan berhenti se-
mentara namun bila narasumber menjelaskan dengan tampilan power-
point akan tampil kembali. Audio jelas dan dapat didengar dengan baik
oleh orangtua peserta E-Parenting, terutama yang menggunakan kompu-
ter. Waktu online yang dibutuhkan sekitar 1 jam 30 menit.
5) E-Parenting V
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
47
Kegiatan kelima dilakukan di KB TK Nasima Kota Semarang pada hari
Kamis, tanggal 27 Oktober 2016. Materi Pembelajaran di Rumah disam-
paikan oleh narasumber Ibu Anik Suciyanti, S.Psi beliau adalah pendidik
di KB TK Nasima Kota Semarang. kegiatan ini diikuti oleh 34 orangtua.
Materi ini dilakukan selama anak berada di day care setelah pembela-
jaran berakhir, dengan tujuan agar orangtua mengetahui proses pembela-
jaran di sekolah yang dapat diterapkan di rumah. Selama proses ujicoba
kekuatan sinyal yang dimiliki sangat bagus, tampilan bagus, audio kurang
jelas karena suara dari narasumber kurang keras dalam menyampaikan
materi. Waktu online yang dibutuhkan sekitar 2 jam.
2. Deskripsi Hasil Penelitian
a. Pengetahuan Orangtua tentang PAUD Sebelum Diberikan Program E-
Parenting
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Orangtua tentang
PAUD Sebelum Diberikan Program E-Parenting
Tabel 1 Menunjukkan bahwa sebelum diberikan program E-
Parenting, pengetahuan orangtua tentang PAUD sebagian besar dalam
kategori tidak baik, yaitu sejumlah 27 orang (54,0%), sedangkan dalam
kategori baik sejumlah 22 orang (44,0%), dan dalam kategori sangat baik
hanya sejumlah 1 orang (2,0%).
b. Pengetahuan Orangtua tentang PAUD Sesudah Diberikan Program E-
Parenting
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Orangtua tentang
PAUD Sesudah Diberikan Program E-Parenting
Interval Nilai Pengetahuan Orangtua
Frekuensi Persentase
45-79 80-113
114-147 148-180
Sangat Tidak Baik Tidak Baik
Baik Sangat Baik
0 27 22 1
0,0% 54,0% 44,0% 2,0%
Jumlah 18 100%
Interval Nilai Pengetahuan Orangtua
Frekuensi Persentase
45-79 80-113 114-147 148-180
Sangat Tidak Baik Tidak Baik
Baik Sangat Baik
0 0
28 22
0,0% 0,0%
56,0% 44,0%
Jumlah 18 100%
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
48
Tabel 2 Menunjukkan bahwa sesudah diberikan program E-
Parenting, pengetahuan orangtua tentang PAUD sebagian besar dalam
kategori baik, yaitu sejumlah 28 orang (56,0%), sedangkan 22 orang
lainnya dalam kategori sangat baik.
c. Kelayakan Media E-Parenting
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelayakan Media E-Parenting
Tabel 3 Menunjukkan bahwa dari 50 responden orangtua, sebagian
besar orangtua menyatakan media E-Parenting yang diterapkan sangat
layak, yaitu sejumlah 28 orang (56,0%), sedangkan 20 orang (40,0%)
menyatakan layak, dan hanya 2 orang (4,0%) yang menyatakan tidak la-
yak.
3. Analisis Uji Statistik
a. Uji Normalitas
Tabel 4. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan sebagai pra
syarat uji t. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai p-value > α (0,05), se-
dangkan jika p-value > α (0,05) maka data tidak berdistribusi normal. Berdasar-
kan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa semua nilai p-value lebih besar dari α
(0,05), sehingga semua data dapat dinyatakan berdistribusi normal.
b. Uji Perbedaan Pengetahuan Orangtua tentang PAUD sebelum dan
Sesudah Diberikan Media E-Parenting
Tabel 5. Perbedaan Pengetahuan Orangtua tentang PAUD sebelum dan
Sesudah Diberikan Media E-Parenting
Interval Nilai Pengetahuan Frekuensi Persentase
27-47
48-67
68-87
88-108
Sangat Tidak Layak
Tidak Layak
Layak
Sangat Layak
0
2
20
28
0,0%
4,0%
40,0%
56,0%
Jumlah 50 100%
Variabel Perlakuan N p-value Kesimpulan
Pengetahuan Pretest
Posttest
50
50
0,126
0,269
Normal
Normal
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
49
Tabel 5Menunjukkan bahwa rata-rata nilai pengetahuan orangtua tentang
PAUD sebelum diberikan media E-Parenting sebesar 116,70 kemudian mening-
kat menjadi 142,32 sesudah diberikan E-Parenting atau rata-rata peningkatann-
ya sebesar 25,62.
Berdasarkan uji t dependent, didapatkan nilai t hitung -13,670 dengan p-
value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 <a (0,05), ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan secara bermakna pengetahuan orangtua ten-
tang PAUD sebelum dan sesudah diberikan media E-Parenting. Ini menun-
jukkan bahwa model E-Parenting efektif dalam meningkatkan pengetahuan
orangtua tentang PAUD.
c. Analisis Regresi
1) Model Regresi
Hasil pengolahan data didapat hasil analisis regresi yang dinyatakan se-
bagai berikut.
Tabel 6 Analisis Regresi Pengaruh Media E-Parenting terhadap Penge-
tahuan Orangtua tentang PAUD
Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa koefisien regresi untuk kon-
stanta sebesar -57,473 dengan koefesian b sebesar 0,928, sehingga persa-
maan regresi dapat dinyatakan sebagai berikut.
Y = – 57,473 + 0,928 X
Keterangan:
Y : Variabel Dependen (Peningkatan Pengetahuan Orangtua)
X: Variabel Independen (Kelayakan Media E-Parenting)
Model regresi di atas dapat diinterpretasi sebagai berikut:
Variabel Perlakuan N Mean SD T p-value
Pengetahuan
Pretest
Posttest
50
50
116.70
142.32
12,38
11,90
-13,670 0,000
-57,473 11,118 -5,170 ,000
,928 ,123 ,736 7,524 ,000
(Constant)
Kelayakan
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
50
Nilai konstanta – 57,473 menunjukkan bahwa jika media E-Parenting tidak ada
atau dianggap 0 maka peningkatan pengetahuan orangtua akan memiliki nilai
tetap yaitu – 57,473.
Nilai koefesian b = 0,928 memiliki arti bahwa jika kelayakan media E-Parenting
meningkat sebesar 1 satuan maka peningkatan pengetahuan orangtua juga
meningkat sebesar 0,928 satuan.
2) Uji t Pengaruh Media E-Parenting terhadap Pengetahuan Orangtua
Berdasarkan tabel 6 didapatkan nilai t hitung sebesar 7,524 dengan p-
value 0,000. Oleh karena p-value (0,000) < α (0,05) maka disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh secara bermakna Media E-Parenting terhadap Pengetahuan
Orangtua. Oleh karena nilai t hitung bertanda positif, ini menunjukkan bahwa
pengaruh tersebut memiliki arah positif, artinya jika media E-Parenting ditingkat-
kan maka pengetahuan orangtua juga akan semakin meningkat.
3) Koefesien Determinasi
Nilai koefisien determinasi disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 7 Koefesien Determinasi (R2)
Berdasarkan tabel 7 didapatkan nilai koefisien determinasi R2 sebesar
0,541 atau 54,1%. Ini menunjukkan bahwa media E-Parenting dapat
mempengaruhi pengetahuan orangtua tentang PAUD sebanyak 54,1% se-
dangkan 45,1% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.
E. PENUTUP
1. Simpulan
Program keterlibatan orangtua dengan media E-Parentingini dapat diterapkan
di lembaga PAUD khususnya di wilayah perkotaan di mana banyak orangtua yang
tidak dapat mengikuti secara langsung kegiatan parenting di lembaga dengan alasan
kesibukan atau dalam posisi jauh dari lembaga PAUD.
,736a ,541 ,532 9,070
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Kelayakana.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
51
a. Media E-Parenting dapat meningkatkan pengetahuan orangtua tentang
program PAUD, hal ini karena orangtua tetap dapat mengikuti pembela-
jaran anak di lembaga PAUD secara live meskipun dari rumah atau kan-
tor, dapat memperoleh informasi tentang PAUD meskipun tidak dapat
hadir di lembaga PAUD, dan dapat berkonsultasi dengan pendidik mes-
kipun dari rumah atau kantor.
b. Akses untuk mendukung media E-Parentingmasih mengalami beberapa
hambatan terutama saat live pembelajaran di outdoor, dikarenakan
peralatan yang belum memadai.
c. Keunggulan dari Program Keterlibatan Orangtua dengan Media E-
Parenting ini adalah alternatif bagi orangtua yang sibuk untuk tetap ber-
partisipasi dalam kegiatan parenting di lembaga PAUD dan Kegiatan
dan program lembaga dapat diketahui orangtua di manapun berada.
d. Program keterlibatan orangtua dengan media E-Parenting dapat
digunakan sebagai penunjang seminar parenting lembaga PAUD yang
sudah rutin atau bahkan diselenggarakan secara terpisah dari seminar
parenting lembaga PAUD.
2. Saran
a. Keterampilan pendidik dan pengelola untuk terlibat sebagai narasumber,
moderator dan host dalam kegiatan E-Parentingsangat diperlukan dalam
model ini, sehingga pendidik dan pengelola perlu meningkatkan ke-
terampilannya melalui pelatihan atau orientasi.
b. Program ini akan lebih efektif bila didukung oleh keterlibatan orangtua
dalam mengikuti kegiatan E-Parenting, sehingga pengetahuan orangtua
akan semakin meningkat melalui materi-materi yang disampaikan oleh
narasumber.
c. Perlu dikembangkan lebih banyak variasi bentuk layanan E-Parenting
terutama untuk layanan konsultatif dan kelompok pertemuan orangtua.
d. Masih perlu penyempurnaan peralatan penunjang media E-Parenting,
khususnya yang berhubungan dengan kelancaran akses dengan
melakukan penambahan kapasitas bandwith internet, selanjutnya perlu
pengadaan mikrofon dan headphone yang kompatibel
e. Bagi lembaga PAUD yang ingin mengadakan program E-Parenting un-
tuk menambah layanan program parenting di lembaganya, dapat
menghubungi PP PAUD dan DIKMAS Jawa Tengah.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
52
DAFTAR PUSTAKA
Adiwikarta, Sudardja. 1988. Sosiologi pendidikan : isyu dan hipotesis tentang hubungan
pendidikan dengan masyarakat. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy For Learning, Teaching, And
Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New
York: Addison Wesley Longman, Inc
Bredekamp, S. 1992. Developmentally Apprropriate Practice in Early Children Programs
Serving Children From Birth Through Age 8. Washington: NAEYC
Direktorat Pembinaan PAUD. 2012. Pedoman Penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluar-
ga. Jakarta.
Epstein ,JL. 1996. School, Family, Community Partnership: Overview and New Directions.
New York: Gardland Publishing
Litbang PAUD. 2009. Model Keterlibatan Masyarakat dalamPAUD. Semarang: P2PNFI
Regional II Semarang
Morrison, George S. 2008. Fundamental of Early Childhood Education.5th Edition. Pearson
Education inc. New Jersey
Olsen, Fuller. 2003. Home School Relations Working Succesfully with Parents and Fami-
lies. Boston: Allen and Bacon
Patmonodewo, S. 2000. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Depdiknas
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
53
MODEL INTEGRASI KEAKSARAAN DASAR DAN LITERASI
KEUANGAN MELALUI UNIT KEUANGAN MIKRO (UKM)
BAGI KELUARGA PRASEJAHTERA
(Studi di Kelompok Belajar Keaksaraan PKBM Bina Ilmu
Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang)
Yuniarti
Abstrak
Model integrasi keaksaraan dasar dan literasi keuangan melalui UKM bagi keluarga prasejahtera disusun untuk menjawab kondisi warga belajar keaksaraan yang sebagian besar berada pada keluarga prase-jahtera. Meningkatkan pengetahuan dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki masyarakat membutuhkan peran yang maksimal dari Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
Warga belajar niraksara perlu terlebih dahulu diberikan bekal baca tulis hitung melalui keaksaraan dasar (basic literacy). Keaksaraan dasar menjadi lebih dibutuhkan apabila pada proses belajarnya menjadikan kebutuhan dasar warga belajar sebagai bahan belajar. Literasi keuangan menjadi jawabannya mengingat kebutuhan dasar masyarakat pra se-
jahtera adalah kebutuhan finansial.
Model ini memberikan acuan bagi PKBM bagaimana membentuk UKM sebagai wadah masyarakat niraksara belajar dan meningkatkan
pengetahuan.
Model ini dibentuk dengan tiga langkah sederhana yaitu; 1) Per-siapan (manajemen, informasi, membentuk kepengurusan UKM, capaci-ty building dan sosialisasi), 2) Pelaksanaan (anggota dan rapat anggota, sistem dan prosedur UKM, arisan/pemasaran), dan 3) tindak lanjut
(integrasi keaksaraan dasar dengan literasi keuangan, kewirausahaan.
Hasil dari model integrasi keaksaraan dasar dengan literasi keu-angan melalui UKM di PKBM Bina Ilmu antara lain terbentuknya UKM di Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen yang beranggotakan warga bela-jar keaksaraan. PKBM Bina Ilmu berfungsi sebagai motor penggerak
jalannya UKM bagi peningkatan kesejahteraan keluarga pra sejahter.
Kata kunci: keaksaraan dasar, literasi keuangan, unit keuangan mikro,
keluarga pra sejahtera.
A. Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia merupakan kondisi keharusan untuk men-
dorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat mengaktu-
Yuniarti adalah Pamong Belajar di PP PAUD & DIKMAS Jawa Tengah.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
54
alisasikan kemampuan dan potensi sumber daya manusia. Ada benang merah yang
menghubungkan perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan per-
tumbuhan ekonomi.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat ditempuh melalui pendidi-
kan (pendidikan formal dan non formal) dan penyuluhan, peningkatan kesehatan,
serta penyediaan rangsangan untuk berusaha termasuk penyediaan akses terhadap
modal kerja dan pelayanan umum lainnya. Dalam rangka peningkatan sumber daya
manusia, yang penting adalah penajaman daya nalar, peningkatan keterampilan
dan kualitas penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan se-
mangat dan etos kerja, disiplin dan tanggungjawab, serta peningkatan kemampuan
kewirausahaan.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai salah satu mitra
pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat (bangsa) melalui program-
program pendidikan non formal, diharapkan mampu menumbuhkan masyarakat
belajar (learning society), sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kemandirian,
keberdayaan, dan inovatif dalam mencari berbagai informasi baru dalam rangka
meningkatkan kehidupannya.
Sebagai pusat pembelajaran (learning centre), PKBM dibangun atas dasar
kebutuhan masyarakat dengan menitik beratkan swadaya, gotong royong, dan
partisipasi masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu berdirinya PKBM ditengah-tengah
masyarakat diharapkan mampu menjadi tulang punggung bagi terjadinya proses
pembangunan melalui pemberdayaan potensi-potensi yang ada di masyarakat.
PKBM menjadi bermakna dalam mendukung pemerintah menggali potensi
yang dimiliki oleh masyarakat. PKBM berperan penting dalam memotivasi masyara-
kat untuk meningkatkan pengetahuan melalui belajar. Saat ini peran PKBM menjadi
semakin penting mengingat PKBM menjadi pelaksana pendidikan non formal di
masyarakat.
Banyak kendala yang dihadapi oleh PKBM. Dalam penyelenggaraannya
PKBM memiliki manajemen yang lemah, banyak yang on-off (ketergantungan dana/
program dari pemerintah atau agency), terbatasnya kecakapan hidup, terbatasnya
akses usaha dan modal, banyaknya pengangguran dan kemiskinan. Dari permasa-
lahan tersebut perlu di cari solusi untuk mempertahankan PKBM yang sudah ada itu
menjadi PKBM mandiri.
Belajar keaksaraan tidak hanya sekedar belajar untuk membaca, menulis dan
berhitung saja. Pendidikan orang dewasa (andragogi) menekankan bahwa kebu-
tuhan belajar manusia dewasa sangat dipengaruhi oleh kebutuhan hidupnya. Con-
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
55
toh paling nyata adalah kebutuhan ekonomi. Kondisi perekonomian keluarga
mempengaruhi motivasi seseorang dalam belajar beraksara. Oleh karenanya dibu-
tuhkan sebuah kegiatan yang mampu mendukung keduanya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka implementasi pendampingan pa-
da PKBM Bina Ilmu di Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang meni-
tik beratkan pada integrasi keaksaraan dasar dengan literasi keuangan yang melipu-
ti seluruh anggota keluarga. Kegiatan keaksaraan dasar dikembangkan dengan
dukungan kegiatan literasi keuangan bagi seluruh anggota keluarga.
B. Tujuan
Model ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan acuan bagi pengurus PKBM dalam mengintegrasikan keaksaraan
dasar dengan literasi finansial melalui UKM.
2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya literasi fi-
nansial dalam keluarga.
3. Memberi pengetahuan kepada seluruh anggota keluarga tentang peranan se-
luruh anggota keluarga dalam mendukung keuangan keluarga.
C. Definisi
Literasi keuangan (financial literacy) dapat diartikan sebagai pengetahuan ten-
tang bagaimana mengatur keuangan dengan tujuan untuk kesejahteraan keluarga.
Unit Keuangan Mikro (UKM) adalah satuan pengelola keuangan dalam skala
kecil yang berfungsi menyediakan jasa-jasa keuangan dalam skala yang sangat se-
derhana seperti layanan simpan pinjam yang dikelola sendiri oleh sekelompok orang
dalam organisasi dan menggunakan sistem dan prosedur yang sederhana. UKM
yang ada pada PKBM dikelola sendiri oleh pengurus PKBM dan hasilnya dimanfaat-
kan untuk kepentingan masyarakat.
D. Model Integrasi Keaksaraan Dasar dan Literasi Finansial melalui UKM bagi
Keluarga Prasejahtera
Model Integrasi Keaksaraan Dasar dan Literasi Finansial bagi Keluarga Prase-
jahtera dapat dilihat melalui bagan berikut ini:
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
56
PKBM yang beranggotakan keluarga-keluarga dalam masyarakat menggulir-
kan ide untuk membentuk Unit Keuangan Mikro (UKM). UKM menjadi wadah bagi
masyarakat untuk menjadikan masyarakat melek secara finansial. Artinya masyara-
kat melalui UKM harus memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan keluarga
secara mandiri.
Literasi dasar dan pengetahuan akan gender, KDRT, kesehatan keluarga
dan sebagainya menjadi bagian penting bagaimana membelajarkan kepada
masyarakat tentang literasi dasar dan literasi lain melalui kegiatan yang ada dalam
UKM. Target dari kegiatan literasi finansial adalah masyarakat mandiri baik secara
sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Monitoring, evaluasi dan supervisi dilakukan oleh stakeholders dan pihak
terkait agar kegiatan berjalan sesuai dengan ketentuan dan tujuan yang telah diten-
tukan.
E. Komponen Literasi Keuangan melalui UKM bagi Keluarga Prasejahtera
Komponen literasi keuangan terdiri dari:
1. Pengelola
PKB
M/
Keluarga dan anggota
keluarga
Literasi
Keuangan
Keluarga
Literasi Dasar
Gender, Kesehatan
Keluarga
Mandiri
Monitoring evalusi dan
supervisi
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
57
Pengelola literasi keuangan berasal dari pengurus PKBM yang aktif, tidak per-
lu mengubah struktur kepengurusan, hanya perlu ditambahkan seksi UKM.
Syarat-syarat menjadi pengelola PKBM antara lain:
a. Pendidikan minimal SLTA atau yang sederajat.
b. Memiliki pengalaman berorganisasi .
c. Memiliki wawasan yang luas.
d. Memiliki visi yang jelas bagi pengembangan organisasi.
e. Bisa bekerjasama dalam bentuk “team work”.
f. Amanah, jujur, berkomitmen dan bertanggung jawab.
g. Pengelola memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut:
h. Pengelola berhak memperoleh hak atas upah atau insentif dari kerjanya
yang besarnya ditentukan oleh rapat seluruh anggota.
i. Pengelola berhak mengikuti semua program UKM.
j. Pengelola berkewajiban mengelola UKM dan mempertanggungjawabkan
hasil kinerja UKM terhadap anggotanya.
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi UKM dalam PKBM sebagaimana ditulis sebelumnya be-
rasal dari pengurus PKBM. UKM menjadi salah satu seksi yang ada dalam
kepengurusan PKBM. Dalam pengembangan struktur kepengurusan UKM
hendaklah memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Didasarkan pada kebutuhan kerja atau lebih mengutamakan pada fungsi.
b. Kondisi SDM dan SDA yang ada di wilayah sasaran
c. Memperhatikan jenjang kewenangan dan pengambilan keputusan.
d. Biaya.
Bagan kepengurusan UKM dalam PKBM secara sederhana dapat digam-
barkan sebagai berikut:
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
58
3. Seksi UKM dan Simpan Pinjam
Seksi UKM dan Simpan Pinjam dipilih dari pengurus PKBM. Seksi UKM
dan simpan pinjam bertanggungjawab atas pelaksanaan UKM di PKBM.
Syarat sebagai pengurus UKM dan seksi simpan pinjam antara lain:
a. Pendidikan minimal SLTA atau yang sederajat.
b. Memiliki pengalaman berorganisasi
c. Memiliki wawasan yang luas.
d. Memiliki visi yang jelas bagi pengembangan organisasi.
e. Bisa bekerjasama dalam bentuk “team work”.
f. Amanah, jujur, berkomitmen dan bertanggung jawab.
g. Memiliki pengetahuan tentang pengelolaan keuangan bersama.
Tugas dari seksi UKM dan Simpan Pinjam adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pencatatan transaksi keuangan UKM kedalam format-format
pembukuan yang telah ditetapkan
b. Memberikan pelayanan kepada masyarakat/publik dalam hubungannya
dengan kegiatan UKM dan simpan pinjam.
c. Membuat perhitungan kas harian, dan perhitungan lainnya seperti: per-
hitungan bagi hasil simpanan tabungan; perhitungan honor dan biaya
operasional UKM; mencatat, menyimpan dan memelihara bukti-bukti
kas yang ada untuk keperluan dokumentasi; mengerjakan laporan-
laporan lain yang diperlukan oleh UKM; melakukan penghitungan atas
hutang dan bunga anggota.
Seksi ....... Seksi UKM
Seksi ..... Seksi .....
SIMPAN PINJAM/ARISAN
KEPENGURUSAN
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
59
d. Bertanggungjawab kepada pengurus PKBM.
4. Nara Sumber Teknis dan Tutor
Nara sumber teknis adalah orang yang memiliki keahlian tertentu dan
mampu memberikan materi teknis, pengetahuan atau skill tertentu yang
sesuai dengan bidangnya. Contoh Nara sumber teknis antara lain; penyuluh
pertanian, ahli komputer, ahli memasak, instruktur menjahit dan sebagainya.
Sedangkan tutor adalah orang yang bertanggungjawab terhadap pem-
belajaran literasi dasar di wilayahnya. Tutor berkewajiban menjadikan
masyarakat buta huruf menjadi masyarakat yang memiki kemampuan literasi
dasar yang memadai. Syarat menjadi seorang tutor antara lain:
a. Berpendidikan minimal SLTA
b. Berdomisili di sekitar wilayah PKBM
c. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk menjadi seorang tutor
5. Anggota
Anggota berasal keluarga yang berada pada lingkungan PKBM.
Syarat keanggotaan UKM adalah:
a. Diprioritaskan/diutamakan peserta didik binaan PKBM.
b. Warga masyarakat di lokasi PKBM yang sudah memiliki embrio usaha
atau memiliki motivasi yang tinggi untuk berusaha.
c. Jujur dan bertanggungjawab.
d. Anggota memiliki hak untuk:
e. Mengikuti semua kegiatan UKM.
f. Memberikan usulan atau ide untuk pengembangan UKM.
g. Memperoleh keuntungan atas sisa hasil usaha (SHU) dan bunga ta-
bungan.
h. Sedangkan kewajiban anggota adalah:
i. Mengikuti aturan sistem dan prosedur UKM yang telah ditetapkan.
j. Membayar kewajiban atas hutang yang diterima secara disiplin dan te-
pat waktu.
k. Memberikan bantuan apabila dibutuhkan oleh UKM.
6. Sistem dan Prosedur
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
60
Sistem dan prosedur adalah aturan dan mekanisme yang akan diterap-
kan dalam UKM di PKBM tersebut. Sistem dan prosedur ditetapkan secara
bersama-sama oleh seluruh pengurus PKBM dan anggota masyarakat yang
lain. Sistem dan prosedur antara lain sebagai berikut:
a. Kepengurusan
Pada bagian ini, ditetapkan siapa yang dapat menjadi pengurus, berapa
lama waktu jabatan pengurus (misalnya 3 tahun atau 4 tahun), syarat apa saja
untuk dapat menjadi pengurus, apakah sesudah periode masa kepengurusan
berakhir dapat dipilih kembali atau tidak. Ditentukan pula kewajiban yang ha-
rus dipenuhi oleh pengurus.
b. Keanggotaan
Pada bagian ini ditetapkan siapa saja yang dapat menjadi anggota, be-
rapa lama seseorang dapat menjadi anggota UKM, apa saja syarat yang dibu-
tuhkan untuk menjadi anggota UKM, apa kewajiban anggota, apa pula hak-
hak anggota.
c. Forum atau Rapat Anggota
Forum adalah ketentuan mengenai berapa prosentase jumlah anggota
yang hadir yang dianggap telah memenuhi kuota untuk membuat keputusan.
Forum atau rapat anggota merupakan posisi tertinggi dalam UKM yang
menentukan segala keputusan dan program kerja UKM.
d. Program UKM
Program UKM adalah jenis kegiatan yang akan dilakukan oleh UKM.
Misalnya jenis usaha simpan pinjam, arisan, atau pemasaran usaha rumah
tangga. Arisan dilakukan dengan tujuan untuk menambah motivasi kegiatan
dan ajang bersosialisasi. Simpan pinjam adalah jenis usaha pendanaan oleh
UKM, sedangkan pemasaran usaha rumah tangga adalah bantuan yang
diberikan oleh UKM dalam memasarkan produk-produk anggota yang telah
dihasilkan. Pemasaran dapat dilakukan antar anggota, melalui pameran atau
melalui kios milik UKM.
e. Pendanaan
Pendanaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Sumber Dana
Sumber dana berasal dari iuran anggota. Besarnya iuran ditentukan oleh
rapat anggota (iuran wajib, iuran sukarela, kas). Bila mungkin apabila
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
61
ada bantuan dari pihak lain seperti dari pemerintah (GO), organisasi non
pemerintah (NGO) atau organisasi lain yang memberikan bantuan dana
pada PKBM.
2) Penggunaan Dana
Dana pada UKM PKBM ini digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
a) Modal usaha (simpan pinjam)
b) Biaya manajemen (rapat, proposal,pelaporan, supervisi)
c) Biaya Operasional (ATK, honor, transport, konsumsi)
3) Mekanisme Penggunaan Dana
Mekanisme penggunaan dana adalah prosedur yang harus dipatuhi keti-
ka menggunakan dana tersebut. Mekanisme penggunaan dana meliputi:
a) Pengelolaan keuangan dilakukan oleh seksi UKM
b) Penyelenggaraan UKM selain sumber dana dari anggota,
juga di danai dari berbagai sumber yang bernaung dalam
program PKBM. Oleh karena itu, semua penyelenggaraan
program UKM harus di koordinasikan dengan presiden/
pengurus PKBM.
c) Semua transaksi keuangan harus di dokumentasikan/
dicatat secara tertib dan dilampiri bukti-bukti.
d) Pertanggungjawaban keuangan pada rapat anggota dan
pemberi donor
f. Sistem Peminjaman (besaran, banyaknya bunga, waktu pengem-
balian)
Sistem peminjaman meliputi aturan-aturan yang ditetapkan dalam
peminjaman. Aturan tersebut ditetapkan dalam rapat anggota. Ketentuan
mengenai sistem peminjaman antara lain:
1) Maksimal jumlah peminjaman oleh setiap anggota.
2) Besarnya bunga yang ditetapkan (misalnya 2%, 3%, 5%)
3) Berapa lama waktu pengembalian (misalnya 3 bulan, 4 bulan)
g. Penghitungan SHU dan bunga
Sisa hasil usaha adalah keuntungan yang diperoleh dari hasil bunga pin-
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
62
jaman. Sedangkan bunga ditentukan dari besarnya tabungan. Penghitungan
SHU dan bunga ditetapkan berdasarkan hasil yang diperoleh selama 1 tahun.
SHU dan bunga diberikan kepada seluruh anggota berdasarkan jumlah pin-
jaman dan jumlah tabungan dari masing-masing anggota.
h. Jadwal
Jadwal adalah kesepakatan bersama antar anggota kapan kegiatan akan dil-
akukan Misalnya tiap tanggal 10 setiap bulan, atau setiap minggu pertama
setiap bulan dan sebagainya.
i. Pembukuan
Pembukuan adalah jenis administrasi yang harus ada dalam UKM, antara
lain: 1) buku anggota, 2) daftar hadir rapat, 3) buku inventaris, 4) buku notulen
rapat, 5) buku tabungan, 6) catatan peminjaman, 7) catatan tabungan 8)
catatan SHU dan bunga.
7. Sarana prasarana yang dibutuhkan
Sarana prasarana yang dibutuhkan untuk kegiatan UKM ini antara lain:
a. Sekretariat (dapat menggunakan sekeretariat PKBM)
b. Komputer dan printer (tidak wajib)
c. Mebelair
d. Sarana komunikasi
e. ATK
f. Buku administrasi penyelenggaraan
8. Materi
Materi adalah informasi diberikan oleh NST dan tutor ketika kegiatan UKM
dilaksanakan. Materi tambahan ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Jenis materi tambahan yang dapat diberikan antara lain: 1) Kesehatan dan
kebersihan, 2) ketrampilan, 3) kenakalan remaja, 4) KDRT, 5) kesetaraan gen-
der, 6) tumbuh dan kembang anak.
9. Monitoring, Evaluasi, dan Supervisi
Monitoring, evaluasi dan supervisi dilakukan untuk mengarahkan agar pro-
gram UKM berjalan sesuai dengan kesepakatan rapat anggota. Monitoring dan eval-
uasi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan keputusan selanjut-
nya. Monitoring, evaluasi dan supervisi juga dilakukan agar kegiatan tidak melang-
gar norma dan aturan yang ada di masyarakat. Monitoring, evaluasi dan supervisi
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
63
dilakukan oleh pihak-pihak sebagai berikut:
a. Pengurus PKBM
b. Pengurus desa
c. Koordinator PKBM (kecamatan atau kabupaten)
d. Dinas pendidikan (kecamatan atau kabupaten)
F. Langkah Penerapan
Bagaimana langkah kerja pembentukan UKM sebagai bentuk literasi keu-
angan bagi PKBM? Ada tiga langkah pokok yaitu:
1. Langkah 1 – Persiapan
a. Manajemen Pengurus
Hal yang pertama dan utama harus dilakukan oleh PKBM adalah pem-
benahan manajemen atau kepengurusan PKBM. Pembenahan ini termasuk di
dalamnya adalah:
1) Kerjasama pengurus yang kuat
2) Komitmen untuk maju
3) Keseriusan dalam mengelola PKBM
4) Kejujuran antar sesama pengurus.
5) Perbaikan administrasi
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
64
6) Peningkatan kompetensi
b. Informasi tentang Literasi Keuangan
Kedua, melalui presiden PKBM atau pengurus lain yang mampu, mem-
berikan informasi dan pengetahuan faktual tentang pentingnya literasi keu-
angan dalam keluarga dan bagi PKBM. Pengetahuan ini meliputi bagaimana
cara mengelola keuangan yang baik, bagaimana berinvestasi dan bagaimana
menjadi keluarga yang mandiri secara finansial.
c. Membentuk Pengurus UKM
Jika informasi tentang literasi keuangan telah disampaikan, maka
langkah selanjutnya adalah kesepakatan bersama pengurus PKBM untuk
membentuk UKM. Membentuk pengurus UKM sangatlah mudah. PKBM hanya
perlu menambahkan dua atau tiga orang sebagai pengelola UKM dan seksi
simpan pinjam. PKBM tidak perlu merubah susunan pengurus yang sudah ada
hanya perlu menambahkan personil sebagai pengurus UKM dan simpan pin-
jam.
d. Penguatan Kapasitas (Capacity Building) bagi Pengurus
Sesudah pengurus terbentuk, maka langkah selanjutnya adalah mening-
katkan kapasitas pengurus melalui pelatihan. Beberapa jenis pelatihan untuk
penguru antara lain;
1) Manajemen UKM
2) Pengadminstrasian
3) Sistem atau prosedur UKM sederhana
e. Sosialisasi pada anggota dan masyarakat
Sesudah capacity building terhadap pengurus dilakukan, langkah selan-
jutnya adalah sosialisasi tentang literasi keuangan dan UKM pada seluruh
anggota PKBM dan masyarakat. Undanglah atau temuilah kelompok masyara-
kat dan informasikan tentang literasi keuangan dan UKM secara benar dan
yakinkan bahwa program ini menguntungkan bagi seluruh masyarakat.
2. Langkah 2 – Pelaksanaan
Setelah persiapan selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah
melaksanakan UKM. Pelaksanaan UKM dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menentukan anggota dan rapat anggota
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
65
Anggota berasal dari peserta didik PKBM atau masyarakat setempat
yang memiliki kemauan untuk menjadi anggota UKM. Setelah anggota ter-
bentuk selanjutnya anggota melakukan rapat untuk membuat kesepakatan-
kesepakatan yang diperlukan.
b. Kesepakatan Sistem dan Prosedur UKM
Rapat anggota selanjutnya menentukan sistem dan prosedur UKM
secara sederhana. Sistem dan prosedur pada UKM dapat dilihat di bagian
atas.
c. Arisan tiap kelompok kecil
Selanjutnya dapat pula dibentuk arisan sebagai motivasi bagi anggota
untuk tetap aktif mengikuti kegiatan UKM. Arisan sekaligus juga sebagai sara-
na untuk mempererat silaturahmi antar anggota.
3. Langkah 3 – Tindak Lanjut
Langkah tindak lanjut sebenarnya adalah langkah penguat yang dapat dil-
akukan agar program literasi lain dapat terwujud. Langkah ini sebenarnya tidak dapat
dikesampingkan. Literasi dasar dan pengetahuan lain terletak di sini. UKM merupa-
kan jembatan agar kegiatan literasi dasar dan literasi lain dapat dilaksanakan.
a. Integrasi literasi dasar dengan literasi keuangan
Integrasi literasi dasar dengan literasi keuangan adalah mengkombinasi-
kan kegiatan literasi dasar dengan literasi keuangan. Kegiatan ini dilakukan
khususnya bagi mereka yang memiliki tingkat keaksaraan masih rendah. Ben-
tuk kegiatannya adalah baca tulis dan hitung. Materi belajar dapat berkaitan
dengan kegiatan UKM atau materi lain yang dibutuhkan seperti ketrampilan
atau tema lainnya (kesehatan, kebersihan, adat istiadat dan sebagainya).
Kegiatan ini dipimpin oleh tutor.
b. Integrasi literasi keuangan dengan literasi lain
Integrasi literasi keuangan dengan jenis literasi lain adalah kegiatan
pemberian pengetahuan dan informasi lain yang bermanfaat bagi anggota,
seperti ketrampilan atau pengetahuan lain. Kegiatan ini dapat dipimpin oleh
tutor atau pengurus PKBM atau NST yang memiliki kemampuan untuk mem-
berikan informasi atau mengajarkan kepada peserta.
c. Peranan anggota keluarga dalam mendukung keuangan keluarga
Menjelaskan tentang peran anggota keluarga seperti:
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
66
1) Ayah/Suami sebagai kepala keluarga
2) Istri/Ibu sebagai pengurus rumah tangga
3) Anak membantu tugas ayah dan ibu
4) Anggota keluarga lain seperti kakek dan nenek sebagai penasihat
keluarga
d. Membentuk Jiwa wirausaha
Membentuk jiwa wirausaha adalah sebuah dorongan bagi anggota un-
tuk memiliki sikap berwirausaha. Sikap ini meliputi rasa percaya diri dan kre-
atifitas untuk menghasilkan produk atau jasa yang memiliki nilai jual. Misalnya
membuat makanan kecil,kerajinan,bertani, menjahit dan sebagainya.
G. Hasil yang Diperoleh
Hasil yang diperoleh dari proses integrasi keaksaraan dasar dan literasi keu-
angan melalui kegiatan UKM di PKBM Bina Ilmu Kelurahan Wonolopo Kecamatan
Mijen dapat dituliskan sebagai berikut:
1. Terbentuknya UKM di PKBM Bina Ilmu yang mampu memberikan layanan
keuangan kepada warga belajar keaksaraan dasar dan anggota keluarga.
2. Meningkatnya pengetahuan anggota keluarga tentang peran masing-masing
untuk mendukung keuangan keluarga (dilihat dari hasil evaluasi keaksaraan
dasar dan pemberian Surat Keterangan Melek Aksara)
3. Manajemen PKBM Bina Ilmu dikelola secara profesional.
4. Terlaksananya penyelenggaraan program di PKBM Bina Ilmu yang berbasis
kewirausahaan baik yang bersifat profit maupun non profit
5. Terlaksananya program peningkatan kompetensi pengelola melalui diklat bagi
pengelola keuangan PKBM Bina Ilmu.
6. Terlaksananya peningkatan akses usaha dan pendapatan peserta didik,
masyarakat dan pengelola PKBM.
7. Pengembangan jiwa kewirausahaan peserta didik, anggota keluarga,
masyarakat dan pengelola PKBM.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
67
H. Kesimpulan
Model integrasi keaksaraan dasar dengan literasi keuangan bagi PKBM ini
tentu saja bukanlah yang terbaik. Dengan kerjasama yang baik antar tim, model inte-
grasi keaksaraan dasar dengan literasi finansial melalui UKM bagi keluarga pra se-
jahtera ini dapat berjalan dengan baik.
Beberapa kelebihan model ini antara lain:
1. Model ini dapat diterapkan PKBM di mana saja asalkan memiliki kemampuan
dan kemauan untuk meningkatkan literasi keuangan keluarga melalui UKM.
2. Model ini dapat meningkatkan kemandirian keluarga dan PKBM melalui pro-
gram UKM.
3. Model ini mudah penerapannya. Hanya memerlukan tiga langkah sederhana
yang sistematis.
4. Model ini murah, karena biaya dan pendanaan model bersumber dari keluar-
ga dan dikelola sendiri oleh keluarga.
5. Sedangkan beberapa tantangan yang mungkin muncul antara lain:
6. PKBM yang ingin menerapkan model ini haruslah PKBM yang benar-benar
sudah siap secara manajemen.
7. Pengurus PKBM yang ingin menerapkan model ini harus memiliki penge-
tahuan yang cukup tentang literasi keuangan dan bagaimana membentuk
UKM.
8. PKBM yang ingin menerapkan model ini membutuhkan kerjasama yang kuat
antara pengurus PKBM, keluarga, masyarakat dan stakeholders terkait.
I. Saran
Berdasarkan tantangan di atas, maka saran bagi PKBM ataupun pihak terkait
yang ingin menyelenggarakan Integrasi Keaksaraan Dasar dengan Literasi Keu-
angan melalui UKM bagi keluarga pra sejahter harus beberapa saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut:
1. PKBM Menyiapkan SDM yang berkualitas, tangguh, dan solid agar kegiatan
UKM dapat berjalan sesuai dengan rencana.
2. Pengelola PKBM Memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup
bagaimana cara mengembangkan UKM di wilayahnya.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
68
3. Menjalin kerjasama yang erat dengan masyarakat dan stakeholders serta
pihak terkait lainnya.
Daftar Pustaka
Adisendjaja, Yusuf. (2010). Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Bandung:
Fak.Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia
Bruce Joyce and Marsha Weil. (1996). Models of Teaching. The United State of Amerika :
A simon and Schuster Company.
Ditbindikmas. (2009). SKKUM. Jakarta. Kementerian Pendidikan Nasional.
Ditbindikmas. (2014). Arah dan Kebijakan. Jakarta: Dirjen PAUDNI, Kemdikbud.
Dra. Roestiyah N. K . (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyono, Sri Ir. (1989). Wayang dan Karakter Wanita. Jakarta: CV Haji Masagung.
Pasaribu, I. L, Dra. 1980. Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Tarsito.
Puslitjaknov. (2010). Model Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD).
Jakarta: Balitbang. Puslitjaknov.Kemdikbud.
Sudjana S. 2005. Metode Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Sudjana S, S. Pd, M. Ed, Ph. D, (2005). Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif.
Bandung: Falah Production.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
69
PEMBELAJARAN KEBHINEKAAN BERBASIS
PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MENUJU
INDONESIA EMAS
Eem Kurniasih1, Stefani Nawati Eko Resti2
Abstrak
Salah satu solusi yang perlu ditempuh untuk membangun karakter anak-anak bangsa adalah melalui pembelajaran kebhinekaan. Pengenalan ideologi kebhinekaan sejak usia dini pada anak diharapkan mampu membangun karakter anak bangsa yang mengerti, menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian. Lewat pendidikan karakter dalam penanaman semangat kebhinekaan di sekolah, akan menjadi medium pelatihan dan penya-daran bagi generasi muda untuk menerima perbedaan budaya,suka, agama, ras, etnis dan kebutuhan di antara sesama dan mau hidup ber-
sama secara damai.
Penanaman pendidikan karakter kepada anak didik yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai kebaikan dan kebajikan, kepada Tuhan YME diri sendiri dan sesama lingkungan. Dengan menanamkan pendidikan karak-ter sejak anak usia dini dapat memiliki rasa nasionalisme, integritas, dan
karakter yang kuat menuju bangsa yang bermartabat.
Membangun konsep pembelajaran kebhinekaan harus dilandasi dengan pendidikan karakter yang kuat, karena adanya pendidikan karak-ter dapat mengontrol anak didik yang mimiliki beragam budaya. Pem-belajaran kebhinekaan ditanamkan sejak anak usia dini bertujuan untuk
mempersiapkan anak usia dini menuju Indonesia emas.
Kata kunci: Kebhinekaan, Pendidikan Karakter, Indonesia Emas
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia dibangun atas dasar masyarakat multi budaya dan multi etnis ke dalam
suatu bentuk kesatuan nasional. Budaya etnis yang sangat beragam juga berkembang
menurut dinamika sejarah yang dialami masing-masing pendukungnya yang ada di
berbagai daerah. Perbedaan Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA) menjadi
alat yang digunakan oleh segelintir orang untuk saling menyerang satu sama lain. Hal
ini mungkin sebagai reaksi dari tidak siapnya kita dengan konsep multikultural di nega-
ra kita. Kesadaran tentang multikultural yang mengakui keberagaman atau kebhine-
kaan sebenarnya telah muncul sejak negara tercinta kita Republik Indonesia ter-
Eem Kurniasih, Stefani Nawati Eko Resti adalah Dosen Universitas Terbuka
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
70
bentuk. Akan tetapi bagi bangsa Indonesia saat ini multikultural merupakan sebuah
konsep yang baru dan asing.
Tamrin (2016: 1) berpendapat bahwa budaya merupakan isu sangat penting da-
lam kehidupan berbangsa untuk bangsa masa yang akan datang. Tidak dapat dimung-
kiri bahwa era masa datang, sumber konflik dapat dipastikan tidak lagi bersumber dari
ideologi atau ekonomi, tetapi masalahnya pada persoalan budaya. Kesuksesan suatu
bangsa tidak bisa dipisahkan dengan budaya. Ruh kemajuan suatu bangsa berakar
dari budaya bangsa tersebut. Oleh karena itu, negara yang memiliki budaya kondusif
dan suasana kebatinan yang kuat, merupakan negara yang dapat dipresdiksi memiliki
peluang besar untuk berkembang pada masa datang.
Berlian, Nur (2017: 2) mengemukakan bahwa UU N0 20 tahun 2003 dalam ten-
tang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Bab III Pasal 4 menekankan bahwa prin-
sip pendidikan dilaksanakan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, men-
junjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan. Senafas dengan
itu, Pemerintahan Jokowi-JK menetapkan Nawa Cita, khususnya pada Cita ke sembi-
lan yaitu pentingnya memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial me-
lalui kebijakan dengan memperkuat pendidikan kebinekaan dan menciptakan ruang
dialog antar warga sebagai wahana penguatan karakter dan jati diri bangsa. Pent-
ingnya memperkuat pendidikan kebinekaan pada satuan pendidikan menengah
disebabkan pada umumnya kepribadian siswa pada usia sekolah menengah secara
psikologis berada pada fase yang masih labil sehingga mudah dimasuki paham-paham
radikal dan intoleran. Penguatan pendidikan kebinekaan pada satuan pendidikan
menengah sangat diperlukan untuk membentengi warga sekolah, terutama siswa dari
paham-paham radikal dan perilaku intoleran.
Gunansyah dalam Risnawati, Vivit (2012: 2) menyebutkan bahwa pendidikan
karakter yang baik adalah pendidikan yang dimulai sedini mungkin dalam keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang de-
wasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi
pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.
Anak-anak menyerap semua hal pada saat berusia empat tahun, dan itu adalah peri-
ode emas otaknya. Dapat disimpulkan bahwa menanamkan pendidikan karakter kepa-
da anak usia dini merupakan langkah yang tepat dalam mengembangkan potensi yang
ada pada diri anak, supaya menjadi anak yang memiliki budi pekerti dan moral yang
baik.
Pembelajaran kebhinekaan berbasis pendidikan karakter sangat penting
ditanamkan pada anak usia dini guna mempersiapkan Indonesia emas, karena pem-
belajaran kebhinekaan untuk membentuk dan mengembangkan perilaku anak sejak
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
71
usia dini pada suasana sekolah sehingga sikap dan perilaku anak usia dini dapat sal-
ing menghormati dan menghargai kemajemukan. Pembelajaran kebhinekaan berbasis
pendidikan karakter juga dapat membentuk kepribadian setiap individu dalam hal kog-
nitif, psikomotorik, dan afektif. Tiga komponen tersebut digabung dengan rasa kebhine-
kaan dapat menjadi landasan yang kuat dalam membangun anak usia dini menjadi
peribadi yang menjunjung tinggi rasa saling menghormati jika kelak sudah de-
wasa dan berada di tengah-tengah masyarakat.
2. PEMBAHASAN
Menanamkan Pembelajaran Kebhinekaan Berbasis Pendidikan Karakter Pa-
da Anak Usia Dini Menuju Indonesia Emas
a. Pembelajaran Kebhinekaan
Wartini, Atik (2015: 40) berpendapat bahwa kebhinekaan adalah suatu
realita di masyarakat Indonesia yang tidak mungkin untuk dihindari, tetapi
bagaimana masyarakat dapat hidup berdampingan secara damai, aman, dan
nyaman. Sedangkan Berlian, Nur (2017: 2) berpendapat bahwa pendidikan
kebhinekaan merupakan suatu layanan pendidikan untuk membentuk dan
mengembangkan suasana sekolah pada sikap dan perilaku saling menghor-
mati dan menghargai kemajemukan. Pendidikan ini mengarahkan warga
sekolah untuk menghindari berbagai prasangka etnosentris serta me-
merdekakan diri untuk mengeksplorasi dan belajar dari berbagai perspektif
dan budaya lain. Pengertian kebhinekaan diadaptasi dari konsep multikultur-
alisme, yaitu adanya kesediaan untuk menerima kelompok lain secara sama
sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, gender,
bahasa, ataupun agama. Bagian penting dari pendidikan kebhinekaan atau
multikultural adalah bagaimana menumbuhkan sensitivitas warga sekolah
terhadap budaya masyarakat yang bersifat plural. Bentuk pendidikan ini diper-
lukan agar setiap warga sekolah memiliki kesadaran dan menumbuhkan si-
kap dan perilaku yang menghormati dan menghargai kondisi masyarakat
yang beragam.
Adapun menurut Berlian, Nur (2017: 3) permasalahan terkait penera-
pan nilai-nilai kebinekaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
kebijakan sekolah dan sikap warga sekolah.
Persoalan kebijakan sekolah antara lain:
Terlalu besarnya prioritas pada kemampuan kognitif membuat ruang ek-
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
72
spresi budaya di sekolah meskipun ada namun sangat terbatas dan bersifat seremo-
nial.
1) Belum semua sekolah memberikan pelayanan pendidikan agama yang dengan
agama yang dianut siswa.
2) Kebijakan sekolah bahkan Pemda yang kurang memperhatikan kelompok minori-
tas.
3) Keterbatasan sumberdaya sekolah untuk mendukung penerapan pendidikan
kebhinekaan.
Sedangkan persoalan sikap warga sekolah, antara lain:
1) Sikap sebagian siswa yang beranggapan lebih nyaman memilih teman yang
seagama atau seetnis;
a) Siswa lebih memilih pemimpin yang seagama atau se-etnis.
b) Faktor keluarga yang masih kuat ikatan primordialnya.
c) Pemahaman agama yang sempit (eksklusif) sehingga berpotensi men-
imbulkan konflik di masyarakat.
2) Kepala sekolah dan guru kesulitan memantau kegiatan siswa di luar sekolah
yang berpotensi membawa paham-paham radikal, seperti: pengaruh media so-
sial & informasi yang menyesatkan.
Masih banyak terdapat permasalahan dalam pembelajaran kebhinekaan
seharusnya kebijakan sekolah dan warga sekolah dapat bersinergi karena
dengan mengedepankan sikap kebhinekaan dapat menciptakan suasana kondu-
sif dan saling menghormati antara individu satu dengan yang lain.
Adapun dimensi - dimensi pendidikan kebhinekaan menurut Banks dalam
Awaru, A. Octamaya (2016: 226) adalah:
Dimensi integrasi isi/materi (content integration). Dimensi ini berkaitan
dengan upaya untuk menghadirkan aspek kultur yang ada ke ruang-ruang kelas.
Seperti pakaian, tarian, kebiasaan, sastra, bahasa, dan sebagainya. Dengan
demikian, diharapkan akan mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa
akan kultur milik kelompok lain. Menurut Banks konsep atau nilai-nilai tersebut
dapat diintegrasikan ke dalam materi-materi, metode pembelajaran, tugas/
latihan, maupun evaluasi yang ada dalam buku pelajaran.
a) Dimensi konstuksi pengetahuan (knowledge construction). Pembelajaran
memberikan kesempatan pada siswa untuk memahami dan merekonstruksi
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
73
berbagai kultur yang ada. Pendidikan multikultural merupakan pendidikan
yang membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mengenal,
menerima, menghargai, dan merayakan keragaman kultural.
b) Dimensi pendidikan yang sama/adil (an equity paedagogy )Dimensi ini me-
nyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka
memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras, bu-
daya (culture) ataupun sosial (social).
c) Dimensi pengurangan prasangka (prejudice reduction). Dimensi ini sebagai
upaya agar para siswa menghargai adanya berbagai kultur dengan segala
perbedaan yang menyertainya.
d) Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan stuktur sosial (Empowering
school culture and social stucture). Dimensi ini merupakan tahap dilakukann-
ya rekonstruksi baik struktur sekolah maupun kultur sekolah. Hal tersebut di-
perlukan untuk memberikan jaminan kepada semua siswa dengan latar
belakang yang berbeda agar mereka merasa mendapatkan pengalaman dan
perlakuan yang setara dalam proses pembelajaran di sekolah.
Bentuk pengembangan pendidikan multikultural di setiap Negara ber-
beda-beda sesuai dengan permasalahan yang dihadapi masing-masing
Negara.
b. Pendidikan karakter pada anak usia dini
Menurut Kurniawaty (2011 : 7) pendidikan karakter adalah upaya pena-
naman nilai-nilai karakter kepada anak didik yang meliputi pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai ke-
baikan dan kebajikan, kepada Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan
maupun kebangsaan agar menjadi manusia yang berakhlak. Sedangkan kon-
sep pendidikan karakter berikutnya digagas oleh Thomas Lickona dalam
Suyanto, Slamet (2012: 3), yang menyatakan bahwa karakter yang baik meli-
puti memahami, peduli, dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai etika dasar.
Pendidikan karakter memiliki peran membantu peserta didik dan komunitas
sekolah untuk memahami nilai-nilai yang baik dan berperilaku berdasarkan
nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai tersebut dapat ditanamkan kepada peserta didik
sejak usia dini agar terbawa hingga mereka dewasa.
Dari beberapa pendapat tentang pendidikan karakter dapat disimpulkan
bahwa pendidikan karakter merupakan dasar dalam membangun sikap
religius, membantu sesama manusia dan mencintai lingkungan. Nilai-nilai
etika yang terkandung dalam pendidikan karakter dapat ditanamkan kepada
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
74
peserta didik sejak usia dini sehingga menjadi bekal pada saat dewasa.
Direktorat PAUD (2011) menjelaskan prinsip-prinsip pendidikan karakter
pada anak usia dini yang harus dilaksanakan oleh pendidik/tenaga kependidi-
kan di lembaga PAUD, yaitu :
1) Melalui contoh dan keteladanan.
2) Dilakukan secara berkelanjutan.
3) Menyeluruh, terintegrasi dalam seluruh kegiatan yang direncanakan di
satuan
PAUD dan melibatkan anak.
a) Menciptakan suasana kasih sayang.
b) Dilaksanakan tanpa paksaan dan ancaman.
c) Melibatkan pendidik dan tenaga kependidikan, orangtua, dan masyara-
kat.
d) Menjadi pembiasaan dalam kegiatan harian anak. Lingkungan yang me-
nyenangkan.
Dari penjelesan tentang prinsip-prinsip pendidikan karakter yang harus
dilaksanankan oleh pendidik maka dapat disimpulkan tugas pendidik di lem-
baga PAUD sangat memberikan kotribusi yang besar karena dapat me-
nanamkan pendidikan karakter melalui pembelajaran yang menyenengkan.
Adapun beberapa nilai yang dikemukakan oleh Balitbang Kemendiknas
(2010 : 8) yaitu teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan karakter bangsa
sebagai berikut ini:
a. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
b. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
c. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
75
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
f. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama Hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih men-
dalam dan meluas dari sesuatuyang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepent-
ingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
k. Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
l. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghor-
mati keberhasilan orang lain.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
76
m. Bersahabat/Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
n. Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa
senang dan aman atas kehadiran dirinya.
o. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
p. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya un-
tuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
q. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkan.
r. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.
Dari 18 nilai pendidikan karakter diatas dapat disimpulkan bahwa me-
nanamkan sikap cinta terhadap lingkungan dan sesama manusia sejak usia
dini dapat menjadikan anak lebih menghargai sesuatu yang ada disekitarnya.
c. Menanamkan Pembelajaran Kebhinekaan Berbasis Pendidikan Karakter
Pada Anak Usia Dini Menuju Indonesia Emas
Membangun konsep pembelajaran kebhinekaan harus dilandasi
dengan pendidikan karakter yang kuat, karena adanya pendidikan karakter
dapat mengontrol anak didik yang mimiliki beragam budaya. Pembelajaran
kebhinekaan ditanamkan sejak anak usia dini bertujuan untuk mempersiap-
kan anak pada saat Indonesia emas.
Tamrin (2016: 10) berpendapat bahwa pada prinsipnya, model pem-
belajaran kebhinekaan berbasis pendidikan karakter membutuhkan sentuhan
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
77
kreativitas oleh pendidik. Hal ini sangat penting untuk mengaktualiasikan
seluruh komponen pembelajaran sehingga konsep kebhinekaan menjadi ba-
gian yang tidak terpisahkan dalam dampak pembelajaran, bahkan dapat
menjadi tujuan pembelajaran. Guru diharapkan memiliki kesadaran kuat da-
lam menganut nilai-nilai kebhinekaan sebelum menginternalisasikan dalam
pembelajaran. Secara teknis, model pembelajaran kebhinekaan berbasis
pendidikan karakter membutuhkan keterampilan integratif dari guru. Desain
pembelajaran menjadikan nilai –nilai usia dini menuju Indonesia emas
berkarakter yang dibangun dengan basis konsep kebhinekaan harus menjadi
muatan nilai. Oleh karena itu, pembelajaran dikemas dengan menarik sesuai
tujuan dan di sekelilingnya termuat nilai- nilai karakter yang mengakomodasi
konsep kebhinekaan.
Tujuan pembelajaran kebhinekaan berbasis pendidikan karakter pada
anak usia dini menuju Indonesia emas
Terdapat beberapa tujuan dalam pembelajaran kebhinekaan berbasis
pendidikan karakter pada anak usia dini menuju Indonesia emas yaitu ada
beberapa point antara lain:
1. Mengajarkan anak usia dini yang berasal dari latar berlakang agama
dan etnis yang berbeda dapat bekerjasama dalam satu kegiatan
dengan demikian, anak menjadi terbiasa dan saling menerima serta
menghargai perbedaan.
2. Guru dapat meningkatkan mutu pembelajaran supaya lebih menarik
dengan memperkaya literatur, mencari narasumber/sumber belajar da-
lam bentuk audio visual, bermain peran, diskusi dan kerja kelompok
multi agama, suku, dan budaya.
3. Memberikan wawasan kebangsaan dan kebinekaan pada anak usia
dini, serta mengaktualisasikan dalam bentuk kegiatan di lapangan yang
bisa menciptakan situasi yang harmonis, nyaman dan menggembi-
rakan.
3. PENUTUP
Dari menanamkan pembelajaran kebhinekaan berbasis pendidikan karakter
pada anak usia dini menuju Indonesia emas pembahasan yang telah diuraikan diat-
as guru dan orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan
pembelajaran kebhinekaan melalui pendidikan karakter pada anak usia dini.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
78
Pembelajaran kebhinekaan berbasis pendidikan karakter wajib diberikan
kepada anak sejak usia dini yang bertujuan menumbuhkan rasa saling menghor-
mati dan toleransi.Begitu pentingnya peran guru. Orang tua murid dan lingkungan
sekitar dapat mempersiapkan anak usia dini supaya memiliki rasa menghormati guna
menuju masyarakat yang harmonis,sekali lagi peran guru dan orang tua memiliki
tanggung jawab dalam membimbing serta mengawasi anak sejak usia dini.
Dan baiknya lagi guru mempunyai komitmen yang tinggi menanamkan pem-
belajaran kebhinekaan melalui pendidikan karakter kepada peserta didik sehingga
dapat mempersiapkan dengan matang guna menuju Indonesia emas .
Masa emas anak-anak hanya datang satu kali sehingga anak pada usia dini
perlu diberikan perhatian khusus berkenaan dengan pembelajaran kebhinekaan
sesuai dengan nilai pendidikan karakter. dapat memberikan bimbingan yang khusus
kepada peserta didik, tentang kebhinekaan supaya tercipta suasana yang harmonis
di sekolah, rumah tempat anak singgah dan lingkungan sekitar anak bersosialisasi.
Daftar Pustaka
Awaru, A. Octamaya Tenri. 2016. Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Ber-
basis Multikultural di Sekolah. Seminar Naional: Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial
Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global. pp. 221-230.
(http://ojs.unm.ac.id).
Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pedoman Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta : Balitbang Kementerian Pendidikan Na-
sional.
Berlian, Nur. 2017. Memperkuat Pendidikan Kebinekaan Pada Satuan Pendidikan Menen-
gah. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Ke-
budayaan RI. (http://www.acdp-indonesia.org).
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. 2011. Pedoman Pendidikan Karakter
Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta
Kurniawaty, Aries Susanty. 2011. Pengembangan Karakter Anak Usia Dini di Lembaga
PAUD. Jakarta: Litbang RA Istiqlal.
Risnawati,Vivit. 2012. Optimalisasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Melalui Sentra
Main Peran Di Taman Kanak-Kanak Padang. Jurnal Pesona PAUD. Vol.1, No.1,
pp. 1-10. (http://download.portalgaruda.org).
Suyanto, Slamet. 2012. Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
79
Anak.. Vol.1, No.1: 1-10. (http://download.portalgaruda.org).
Tamrin. 2016. Menggagas Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Terpadu Berbasis
Konsep Multikultural Sebagai Upaya Menguatkan Nilai- Nilai Kebangsaan Dan
Memelihara Kebhinekaan Di Sekolah Dasar. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kota Makassar. (http://simposium.gtk.kemdikbud.go.id).
Wartini, Atik. 2015. Pendidikan Multikultural Berbasis Karakter Keindonesiaan Pada Pen-
didikan Anak Usia Dini Upaya Integrasi Ilmu Ke-Islaman Dan Karakter Ke-
budayaan Indonesia. Toleransi: Media Komunikasi Umat Bergama. Vol.7, No.1,
pp. 35-52. (https://media.neliti.com).
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
80
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
81
EFEKTIFITAS ONLINE LEARNING PADA KURSUS APLIKASI
PERKANTORAN ONLINE
Heru Priambodo
Abstrak
Kursus dan pelatihan online ditujukan untuk memberikan alternatif layanan pendidikan kursus bagi warga belajar yang ingin memperoleh ket-rampilan tertentu dengan menggunakan fasilitas teknologi dimana pem-belajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Dengan model pembelajaran ini, peserta kursus dapat mengatur pembelajaran secara fleksibel sesuai dengan kesempatan belajarnya masing-masing. Oleh ka-rena itu bahan ajar (modul pembelajaran) di-set sedemikian rupa sehingga
bisa dipelajari secara mandiri oleh peserta didik.
Eksperimen dilaksanakan di Desa Edukasi dan PKBM Citra Ilmu se-bagai kelompok eksperimen dan peserta didik reguler dari LKP Vico se-bagai kelompok kontrol. Efektifitas pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran online sama dengan pembelajaran tatap muka. Perhitungan statistik menunjukkan bahwa nilai t-test sebesar 0,191 lebih besar da-ripada nilai t-tabel sebesar 0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara kelompok eksperimen dan ke-lompok kontrol. Efektifitas pembelajaran online sama dengan pembelaja-
ran tatap muka.
Dari hasil ujicoba dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran dengan metode belajar online terbukti bisa meningkatkan kompetensi pe-serta didik. Namun demikian ada berbagai kendala dalam pelaksanaan kursus online antara lain motivasi belajar yang sangat kurang, kendala sarana dan prasarana terutama kendala jaringan internet, dan iklim belajar yang belum mendukung peserta untuk belajar secara mandiri sehingga
peserta didik lebih terbiasa dengan iklim belajar tatap muka.
Kata Kunci : Efektifitas, E-learning, kursus online
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
E-learning merupakan suatu sistem pendidikan yang menggunakan dan me-
manfaatkan teknologi informasi untuk proses belajar mengajar. Adapun pengertian e-
learning dapat dikatakan suatu sistem pembelajaran sebagai sarana proses belajar
mengajar yang tanpa harus bertatap muka secara langsung antara guru dengan pe-
serta didik (Ardiansyah, 2013).
E-learning ini memiliki manfaat yang diantaranya adalah: (1) Fleksibel, yang pe-
serta didik dapat memilih waktu dan tempat untuk memperoleh belajar; (2) Belajar
Heru Priambodo, S.Pd, M.Kom adalah Pamong Belajar di PP PAUD & DIKMAS Jawa Tengah
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
82
mandiri, e-learning memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memegang
kendali atas keberhasilan peserta didik ; (3) Efisiensi biaya, memberikan efisiensi
biaya seperti biaya akomodasi atau trasportasi; (4) Kualitas pengetahuan, peserta
didik dapat meningkatkan kualitas materi pembelajaran.
Penggunaan e-learning sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar saat
ini, hal tersebut memiliki beberapa alasan, yaitu (1) Menyediakan lebih banyak infor-
masi daripada belajar secara manual lewat buku atau pembelajaran formal melalui
lembaga pendidikan; (2) Menyediakan informasi luas dengan waktu yang sangat sing-
kat sehingga e-learning dapat berjalan dengan efektif lebih besar; (3) Peserta didik
dapat lebih mencari informasi secara bebas sesuai yang diinginkan secara mendetail.
Berbagai kemudahan tersebut sangat sesuai dengan sasaran pendidikan kursus.
Menurut buku “Apa dan Bagaimana Pembinaan Kursus dan kelembagaan” yang diter-
bitkan oleh Dirbinsulat tahun 2010 menyebutkan bahwa “Kursus diselenggarakan
bagi peserta didik (masyarakat yang usianya tidak dibatasi, tidak dibedakan
jenis kelaminya, dan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan proses belajar yang
efektif), yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan
sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha man-
diri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah
utama adalah Bagaimana inovasi model kursus dan pelatihan dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi dan informasiyang dapat memperluas layanan kursus dan
menghasilkan lulusan yang bersertifikat dan siap kerja. Berdasarkan rumusan
masalah tersebut, maka terdapat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana efektifitas pembelajaran kursus online pada program aplikasi per-
kantoran ?
b. Apakah ada perbedaan kompetensi antara peserta kursus yang mengikuti pem-
belajaran secara konvensional dengan kursus secara online ?
3. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menemukan model kursus online
yang dapat memperluas layanan kursus dan menghasilkan lulusan yang bersertifikat
dan siap kerja. Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini yaitu:
a. Mengetahui efektifitas pembelajaran kursus online pada program aplikasi per-
kantoran ?
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
83
b. Mengetahui perbedaan efektifitas pembelajaraan antara kursus secara konven-
sional dengan kursus online dalam meningkatkan kompetensi peserta didik ?
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Efektivitas
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan
pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa, “Efektifitas
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan
waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin
tinggi efektifitasnya”. Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono
(1984) adalah “Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang di-
capai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input “.
Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifi-
tas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas
dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah
ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat
efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut : Efektifitas = Ouput Aktual/Output
Target >=1. Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau
sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas. Ø Jika output aktual berband-
ing output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai.
2. Efektivitas Pembelajaran
Menurut Popham (2003:7), efektifitas proses pembelajaran seharusnya ditinjau
dari hubungan guru tertentu yang mengajar kelompok siswa tertentu, didalam situasi
tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan tertentu. Efektifitas proses pembela-
jaran berati tingkat keberhasilan guru dalam mengajar kelompok siswa tertentu
dengan menggunakan metode tertentu untuk mencaapai tujuan instruksional tertentu.
Dunne (1996:12) berpendapat bahwa efektifitas pembelajaran memiliki dua karakter-
istik. Karakteristik pertama ialah “memudahkan murid belajar” sesuatu yang ber-
manfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang
diinginkan. Kedua bahwa keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten
menilai, seperti guru, pengawas, tutor atau murid sendiri.
3. Kursus dan pelatihan
a. Pengertian
Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-undang Nomor 20 Tahun
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
84
2003, dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan adalah bentuk pendidikan berke-
lanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, pengem-
bangan sikap kewirausahaan serta pengembangan kepribadian profesional.
b. Dasar penyelenggaraan kursus dan pelatihan
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5: Kur-
sus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengem-
bangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
c. Tujuan kursus dan pelatihan
Sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26
ayat 5, maka kursus dan pelatihan diselenggarakan dengan tujuan untuk mem-
berikan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap un-
tuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri,
dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kepada masyara-
kat yang mebutuhkan.
4. Online Learning
a. Konsep E-Learning
E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, in-
tranet, atau media jaringan komputer lain (Darin E, Hartley, 2001:1). Suatu pem-
belajaran yang menggunakan suatu jaringan dalam penyampaian bahan ajar
kepada siswa. Dengan jaringan memungkinkan siswa untuk bisa menerima pem-
belajaran. Pembelajaran ini bisa juga digunakan sebagai pembelajaran jarak
jauh, dimana siswa menerima pelajaran dengan menggunakan jaringan internet.
Melalui media elektronik siswa bisa mengakses pelajaran yang tidak bisa
seorang guru sampaikan secara langsung. Hal ini bisa membuat siswa tetap
belajar. Dong dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan “e-learning sebagai
kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer untuk
memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.” Maksudnya
kegiatan belajar yang bisa dilakukan kapan dan dimana saja. Tidak ada batas
waktu dalam pembelajaran. Konsep e-learning menyedia beberapa kelas baru
setara kelas konvensional di sekolah. Istilah setara ini berarti bahwa e-learning
diharapkan dapat menggantikan peran sekolah konvensional bukan hanya
sekedar sebagai pelengkap atau tambahan dari sistem konvensional yang sudah
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
85
ada. E-learning mewarisi beberapa sifat dan sistem dari induknya. Misalnya
proses pembelajaran siswa dan guru , dimana guru memberikan materi pelajaran
kepada siswa dengan yang ada di dunia, sehingga dalam mengakses materi
siswa membutuhkan internet. Terdapat tiga komponen dari E-Learning yaitu
teknologi, konten, dan rancangan pembelajaran. Tiga komponen ini seha-
rusnya terpenuhi karena jika salah satu dari komponen tersebut tidak ada bukan
lagi E-Learning. Teknologi dalam hal ini sangat berperan karena pembelajaran
ini menggunakan teknologi yang up to date, sehingga membuat siswa menjadi
tertarik terhadap pelajaran. Pada konten, seharusnya sesuai dengan pembelaja-
ran, sehingga konten yang ada jelas. Siswa tidak rancu dengan pembelajaran
yang kontennya tidak jelas. Rancangan pembelajaran ini berhubungan dengan
pembuatan petunjuk pembelajaran. Untuk mengetahui langkah dalam pembela-
jaran, diperlukan petunjuk yang bersifat interaktif, dan terdapat evaluasi dalam
pembelajaran dimaksud. Desain pembelajaran ini sangat menentukan dalam hal
kesesuaian pada konten.
Pada E-Learning terdapat banyak macam di antaranya:
1) Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ);
2) Pengajaran Berbasis Web;
3) Pengajaran Berbantuan Komputer;
4) Pembelajaran Berbasis Teknologi;
5) Pembelajaran secara Online.
Setiap macam pembelajaran memiliki pola tersendiri yang akan mem-
bedakan antara satu dengan yang lain. Semua pembelajaran tersebut
menggunakan media elektronik sebagai alat untuk menyampaikan materi pem-
belajaran. Ada juga yang harus terkoneksi dengan jaringan internet dalam
pengaksesan materi. Terdapat beberapa keuntungan dari e-learning sebagai
berikut.
b. Konsep Online Learning
Online learning merupakan salah satu pembelajaran dengan menggunakan
media elektronik. Pembelajaran online merupakan contoh dari e-learning. Dalam
lingkungan e-learning saat ini jenis pembelajaran yang terjadi umumnya dibagi
ke dalam salah satu dari dua kategori :synchronous dan asynchronous. Kedua
strategi memiliki pro dan kontra mereka sendiri, dan teknik yang tepat untuk pe-
serta didik sangat tergantung pada metode mereka menyerap informasi yang
disediakan.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
86
1) Synchronous learning
Contoh synchronous e-learning adalah percakapan online dan konfer-
ensi video. Alat pembelajaran digunakan secara real-time, seperti instant
messaging yang memungkinkan siswa dan guru untuk bertanya dan menja-
wab pertanyaan dengan segera dan sinkron (dalam waktu yang bersa-
maan). Dibandingkan dengan belajar sendiri, peserta didik yang mengikuti
program synchronous learning, dapat berinteraksi dengan peserta didik lain
dan juga pengajar selama pelajaran berlangsung.
Manfaat utama dari synchronous learning adalah hal tersebut dapat
memungkinkan siswa untuk menghindari perasaan terisolir dalam berkomu-
nikasi dengan orang lain selama proses pembelajaran. Namun synchronous
learning tidak fleksibel dalam hal waktu, sebagai peserta didik da-
lam synchronous learning harus menyisihkan waktu tertentu untuk
menghadiri sesi pengajaran secara langsung (live) atau kursus online
secara real-time. Synchronous learning tidak ideal bagi mereka yang su-
dah memiliki jadwal yang sibuk atau padat.
2) Asynchronous learning
Asynchronous learning di sisi lain dapat dilakukan bahkan ketika peser-
ta didik atau pengajar sedang offline. Kursus dan komunikasi yang disam-
paikan melalui email dan pesan yang diposting di forum komunitas adalah
contoh sempurna dari asynchronous learning. Dalam hal ini, peserta didik
biasanya akan menyelesaikan pelajaran mereka sendiri dan hanya
menggunakan internet sebagai alat pendukung dibandingkan harus online
pada waktu tertentu hanya semata-mata untuk kelas interaktif.
Seorang peserta didik mampu mengikuti kurikulum dengan keinginan
mereka sendiri, tanpa harus khawatir mengenai masalah penjadwalan. Ini
mungkin akan menjadi pilihan yang sempurna bagi pengguna yang menik-
mati mengambil waktu mereka dengan setiap rencana pelajaran dalam ku-
rikulum dan akan lebih memilih untuk meneliti topik sendiri. Namun, bebera-
pa dari mereka mungkin tidak memiliki motivasi untuk melakukan pembela-
jaran mereka sendiri, karena mereka menemukan bahwa mereka tidak
menerima manfaat yang signifikan dari alat asynchronous learning. Asyn-
chronous learning juga dapat menyebabkan perasaan terisolasi, karena tid-
ak ada lingkungan pendidikan yang nyata dan interaktif.
Idealnya, program e-learning efektif harus mencakup kegiatan belajar
baik asynchronous dan synchronous. Hal ini memungkinkan peserta didik dan
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
87
pengajar untuk mendapatkan keuntungan dari format pengiriman yang berbeda
terlepas dari jadwal mereka atau metode pembelajaran disukai. Pendekatan ini
memberikan siswa dengan akses ke bantuan segera jika diperlukan, sementara
masih memberi mereka kemampuan untuk belajar dengan kecepatan atau ke-
mampuan mereka sendiri.
c. Kelebihan dan Kekurangan Online learning
1) Kelebihan e-Learning, yaitu :
a) Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomu-
nikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja
kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tem-
pat dan waktu.
b) Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
c) Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja
kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
d) Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan
yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
e) Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang
dapat diikuti dengan jumlah pesertayang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
f) Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
g) Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan
tinggi atau sekolah konvensional.
2) Sedangkan kelemahan e-Learning, antara lain :
a) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu
sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values da-
lam proses belajar dan mengajar.
b) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan se-
baliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
c) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pen-
didikan.
d) Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
88
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang
menggunakan ICT.
e) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
f) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
g) Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan internet.
h) Kurangnya penguasaan bahasa komputer
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian murni. Disebut sebagai true experi-
ments karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang
mempengaruhi jalannya eksperimen. Jadi, validitas internal (kualitas pelaksanaan
rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true
experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk menyelidiki kemungkinan
saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan mem-
bandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan. True experi-
ments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk eksperimen
maupun sebagai kelompok kontrol diambil secararandom dari populasi tertentu. Atau
dengan kata lain dalam true experiments pasti ada kelompok kontrol dan pengambi-
lan sampel secara random.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah PKBM Citra Ilmu dan Desa Edukasi Suruh
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta kursus online dari Citra
ilmu dan Desa Edukasi Suruh berjumlah 20 orang.
b. Sample
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sample jenuh, dimana se-
luruh anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sample dari penelitian ini
adalah semua peserta kursus online dari Citra ilmu dan Desa Edukasi Suruh ber-
jumlah 20 orang .
4. Variabel Penelitian
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
89
Klasifikasi variabel dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua variabel
yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya ter-
hadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembela-
jaran aplikasi perkantoran.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang merupakan akibat dari variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kompetensi peserta kur-
sus online.
5. Rancangan Penelitian
Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah “Pre-Test And Post-
Test Group”. Di dalam rancangan ini observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum dan
sesudah treatment. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen/ treatment (O1)
disebut pre-test dan observasi yang dilakukan sesudah eksperimen/ treatment
(O2) disebut post-test. Adapun rancangan penelitian yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Keterangan:
O1 : Data yang diperoleh sebelum treatment, yaitu kompetensi peserta
didik setelah mengerjakan uji kompetensi aplikasi aplikasi perkantoran .
X : Kegiatan pembelajaran kursus aplikasi perkantoran berbasis online.
O2 : Data yang diperoleh setelah treatment, yaitu nilai peserta didik
setelah mengerjakan uji kompetensi aplikasi aplikasi perkantoran.
6. Teknik Pengambilan data
a. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang
dibutuhkan melalui dokumen-dokumen penyelenggaraan kursus online.
b. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui dampak penggunaan kursus online oleh
O1 X O2
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
90
peserta didik, tutor dan pengelola LKP.
c. Wawancara
Wawancara untuk mengetahui dampak penggunaan kursus online oleh pe-
serta didik, tutor dan pengelola LKP secara kualitatif.
d. Observasi
Pengamatan dilakukan pada pelaksanaan kursus online pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen.
E. Test
Test dilaksanakan untuk mengukur kompetensi peserta didik sebelum dan
sesudah kursus dan pelatihan.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data dengan membandingkan rereta antara pre dan post test, dan rerata
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mengetahui apakah rerata terse-
but signifikan atau nilai hitung uji-t dibandingkan dengan tabel uji-t dengan tingkat
kepercayaan 95%. Perhitungan uji beda dilakukan dengan menggunakan bantuan
aplikasi IBM SPSS Statistics 20.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Eksperimen Perangkat Pembelajaran
Ujicoba model pembelajaran kursus aplikasi perkantoran online diselenggarakan
selama 1 bulan bekerjasama dengan PKBM Pelita Hati sekaligus digunakan untuk
ujicoba perangkat aplikasi perkantoran yaitu system, modul/bahan ajar, media dan
soal-soal uji kompetensi . Materi kursus dapat didownload pada website http://
ecourse-pnf.com/ . Selama ujicoba kursus dilakukan pertemuan seminggu sekali 3
aplikasi berbasis online.
a. Aplikasi ecourse
Aplikasi ecourse merupakan situs dapat digunakan untuk mengelola pembelaja-
ran. Pada situs ini seseorang atau lembaga bisa mendaftarkan diri sebagai 2
pelaku yaitu lembaga penyelenggara kursus dan peserta kursus.
• Penyelenggara kursus adalah lembaga penyelenggara kursus yang
mendaftarkan diri pada aplikasi e-course. Lembaga penyelenggara bisa be-
rasal dari LKP, PKBM, SKB dan yayasan pendidikan. Setelah memperoleh
akun sebagai penyelenggara kursus lembaga bisa membuka berbagai
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
91
layanan jenis kursus dan mengelola pembelajaran sesuai dengan jenis kur-
susnya.
• Peserta didik kursus dan pelatihan online adalah peserta yang terdaftar da-
lam aplikasi e-course. Melalui akun pada e-course mereka bisa memilih dan
mengikuti berbagai jenis kursus sesuai dengan minat dan bakat masing-
masing. Peserta didik kursus dan pelatihan nantinya akan memperoleh surat
tanda kompetensi sesuai dengan jenis kursus dan lembaga penyelenggara
yang mereka ikuti
b. Aplikasi webex
Aplikasi webex merupakan aplikasi berbayar semacam teleconfrence yang
bisa digunakan untuk pendukung pembelajaran online. Aplikasi webex memiliki
berbagai keunggulan antara lain :
• Bisa menampilkan lebih dari 1 user yang online secara bersamaan (one to
many and many to one)
• Bisa menayangkan acara secara live dengan share video dan sound
sekaligus
• Bisa share screen presenter sehingga semua peserta seolah-olah berhada-
pan dengan layar monitornya sendiri-sendiri.
Kelemahan dari penggunaan webex terutama disebabkan oleh lemahnya
jaringan sehingga gambar dan sound sering putus nyambung.
c. Aplikasi WhatsApp
Aplikasi whatsApp merupakan aplikasi berbasis android yang digunakan untuk
komunikasi berbasis nomor telpon sebagai identity usernya. Menggunakan inter-
net untuk koneksinya.
Sebelum ujicoba dilaksanakan diadakan orientasi berkaitan dengan strategi pem-
belajaran dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik kursus ap-
likasi perkantoran.
a. Persyaratan umum
• Peserta Sudah Terdaftar Pada E-course / Aplikasi KLOP
• Peserta Dapat Belajar Mandiri dengan materi yang telah disediakan di E-
course / KLOP
• Peserta terdaftar pada grup Sosial dan pembahasan materi didalam Grup
yang sudah dibuat
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
92
• Peserta Kursus Online selalu aktif dalam 15 X Pertemuan (5 Hari untuk Ms.
Word, 5 Hari untuk Ms. Excel dan 5 Hari Untuk Ms. Powerpoint)
b. Pengumpulan Tugas
• Untuk Tugas didalam Aplikasi Maksimal, 1 minggu selama materi itu ber-
langsung
• Untuk Hasil Kisi – Kisi/ Pra ujian dikirimkan maksimal 1 minggu selama ma-
teri itu berlangsung
• Untuk Pengumpulan Uji Kompetensi Dikumpulkan Selesai Materi Berlang-
sung. Permateri diberi waktu 120 Menit ( 2 Jam )
Dari 17 peserta didik yang mengikuti kursus aplikasi perkantoran dengan system
pembelajaran online mendapatkan penilaian di atas 75, sehingga semua peserta
didik pembelajaran aplikasi perkantoran online dinyatakan lulus. Terdapat perbedaan
rata-rata kompetensi peserta didik sebelum dan sesudah kursus aplikasi perkantoran
sebesar 12,96 dimana rata-rata pre test 70,33 dan post test 83,29.
Kemudian untuk mengetahui apakah hasil pembelajaran aplikasi perkantoran
online efektif atau tidak untuk meningkatkan kompetensi peserta didik digunakan uji
statistik, dengan membandingkan rerata nilai aplikasi perkantoran sebelum dan
sesudah pelatihan.
Penulis menetapkan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata kompetensi sebelum kursus aplikasi per-
kantoran online dan sesudah kursus aplikasi perkantoran online
H1 : Ada perbedaan rata-rata kompetensi sebelum kursus aplikasi perkantoran
online dan sesudah mengikuti kursus aplikasi perkantoran online
Sebelum membandingkan hasil pre dan post test dilakukan uji normalitas data
apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hasilnya tampak pada data statistik beri-
kut ini :
Karena sampel yang digunakan kurang dari 50 maka yang digunakan adalah
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
sebelum ,172 17 ,193 ,958 17 ,599
sesudah ,220 17 ,029 ,866 17 ,019
a. Lilliefors Significance Correction
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
93
shapiro-wilk .
• Berdistribusi normal bila nilai sig>0,05
• Tidak berdistrribusi normal bila nilai sig<0,05
Dari perhitungan statistik diperoleh nilai 0,599 lebih dari 0,05 sehingga dapat
dikatakan bahwa data berdistribusi normal. Maka dikatakan data memenuhi syarat
untuk dilakukan uji t berpasangan.
Dari perhitungan statistik diperoleh nilai signifikansi 0,000 kurang dari 0,05 se-
hingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ada perbedaan kompetensi yang sigifikan antara
sebelum dan sesudah kursus dan pelatihan.
2. Eksperimen Pembelajaran
Ujicoba opersional dilaksanakan di 2 lokasi dengan melibatkan 3 lembaga se-
bagai mitra, yaitu PKBM Citra ilmu dan Desa Edukasi Suruh yang dijadikan sebagai
kelompok eksperimaen dan Peserta didik Aplikasi perkantoran dari LKP Vico sebagai
pembanding.
Kegiatan pembelajaran sama persis dengan kegiatan ujicoba model konseptual
dengan kelompok dan tempat yang berbeda.
a. Pelaksanaan Pre test
Pre test dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan
awal antara kelompok kontrol dan kelompok eskperimen sebelum diadakan pem-
belajaran. Hal ini sangat penting untuk mengetahui kemampuan awal peserta
yang dapat mempengaruhi hasil pembelajaran. Hasilnya sebagai berikut:
Kelompok Kontrol
Ternyata terdapat perbedaan rerata hasil pre test antara kelompok kontrol
(70,67) dan kelompok Eksperimen (69,65) sebesar 1,02. Untuk mengetahui
apakah perbedaan tersebut signifikan atau tidak diadakan uji-t dengan
menggunakan bantuan aplikasi SPSS.
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-tailed)
Mean Std. Devi-ation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1
sebelum - sesudah
-12,96059 4,17120 1,01166 -15,10522 -10,81595 -12,811 16 ,000
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
94
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
• Jika nilai sig(2-tailed) <0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan anta-
ra hasil belajar pada kelompok kontrol dan kelompok esperimen
• Jika nilai sig(2-tailed) > 0,05 maka terdapat TIDAK perbedaan yang signif-
ikan antara hasil belajar pada kelompok kontrol dan kelompok esperimen
Dari data, diperoleh bahwa nilai t-test adalah 0,078 sehingga tidak ada
perbedaan yang nyata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Se-
hingga diperoleh kesimpulan bahwa ada tidak ada perbedaan kemampuan awal
antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
b. Hasil Eksperimen
Terdapat perbedaan rerata antara kelompok kontrol (89,33) dan kelompok
eksperimen (84,00) yaitu sebesar 0,53. Untuk mengetahui apakah perbedaan
rerata tersebut signifikan atau tidak digunakan aplikasi SPSS. Analisis yang
digunakan adalah uji independet sampel T-Test.
Setelah dilakukan penghitungan dengan alat bantu aplikasi SPSS diperoleh
hasil sebagai berikut :
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :
• Jika nilai sig(2-tailed) <0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan anta-
ra hasil belajar pada kelompok kontrol dan kelompok esperimen
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
pasca Equal variances assumed
.002 .966 -1.354 20 .191 -2.56033 1.89093 -6.50474 1.38408
Equal variances not assumed
-1.368 19.850 .187 -2.56033 1.87221 -6.46759 1.34692
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Hasil
Equal variances assumed
3,103 ,091 1,840 24 ,078 1,01975 ,55423 -,12412 2,16362
Equal variances not assumed
1,615 12,452 ,131 1,01975 ,63135 -,35032 2,38982
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
95
• Jika nilai sig(2-tailed) > 0,05 maka terdapat TIDAK perbedaan yang signif-
ikan antara hasil belajar pada kelompok kontrol dan kelompok esperimen
Dari data, diperoleh bahwa nilai t-test adalah 0,191lebih besar daripada nilai
t-tabel sebesar 0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa TIDAK ada perbe-
daan yang nyata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga
diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran efektifitas pembelajaran online sama
dengan pembelajaran tatap muka.
3. Pembahasan
Kursus dan pelatihan online secara empiris dapat meningkatkan kompetensi pe-
serta didik. Seperti sudah terbukti dalam penelitian ini dimana ada perbedaan yang
nyata kompetensi peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti kursus online. Da-
lam penelitian ini penggunaan media, bahan ajar dan metode pembelajaran dapat
digunakan dengan baik. Instruktur dan peserta didik dapat berinteraksi dengan sys-
tem dengan baik. Dengan hasil ini system pembelajaran dengan menggunakan me-
dia online secara efektif dapat meningkatkan kompetensi peserta didik.
Ditinjau dari sisi efisiensi, pembelajaran dengan menggunakan kursus online ju-
ga dapat meningkatkan efisiensi biaya dimana peserta didik tidak harus datang ke
tempat kursus secara fisik. Pertemuan diadakan hanya seminggu sekali, selebihnya
pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri dan pertanyaan serta aspirasi dapat
disampaikan melalui group Whatsapp. Waktu pembelajaran mandiri diserahkan sepe-
nuhnya kepada peserta didik.
Efektifitas pembelajaran secara online jika dibandingkan dengan kursus konven-
sional secara tatap muka sama dengan pembelajaran kursus online. Hasil penelitian
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok kontrol dan ke-
lompok ekperimen. Namun ada beberapa kelemahan yang peneliti observasi selama
pelaksanaan eksperimen yaitu :
a. Motivasi
Salah satu kendala pembelajaran online adalah motivasi belajar yang ren-
dah peserta didik, dimana peserta didik harus bisa memanajemen waktunya
dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 orang peserta hanya
12 orang peserta atau 60% yang dapat mengikuti pembelajaran sampai akhir.
Tingkat kegagalan peserta yang mencapai 40 % adalah cukup tinggi.
Untuk mengatasi lemahnya motivasi pengembang sebenarnya sudah be-
rusaha untuk meningkatkan motivasi belajar dengan membuat materi pembelaja-
ran dalam bentuk video tutorial dan memberikan reward kepada mereka yang
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
96
berhasil menyelesaikan kursus sampai lulus uji kompetensi. Namun pada prak-
teknya masih banyak yang tidak dapat menyelesaikan kursus sampai selesai.
b. Kebiasaan Belajar Online
Saat ini memang masyarakat sudah terbiasa dengan penggunaan internet,
namun mereka belum terbiasa dengan penggunaan media internet untuk
digunakan sebagai sarana pembelajaran. Dari 20 peserta didik kursus online 90
% memiliki akun media sosial dan dapat menggunakan internet dan mampu
berkomunikasi dengan baik melalui media Whatsapp.
Sedangkan hasil kuisioner yang dibagikan juga menunjukkan bahwa peser-
ta didik lebih memilih untuk menggunakan pembelajaran secara tatap muka da-
ripada menggunakan metode pembelajaran online.
c. Sarana dan prasarana
Kendala lain yang dihadapi adalah kendala sarana dan prasarana terutama
jaringan internet yang kurang stabil di Indonesia. Kendala ini terutama terjadi di
daerah pedesaan yang minim fasilitas komunikasi. Hal ini sudah coba diatasi
oleh pengembang dengan bekerja sama dengan SMP 1 Suruh yang memiliki
jaringan internet relatif lebih stabil dan memiliki laboratorium komputer yang
dapat digunakan untuk berlatih peserta didik kursus online.
d. Waktu Belajar
Salah satu kendala lainnya adalah waktu belajar. Peserta didik dituntut un-
tuk dapat membagi waktu antara bekerja dan belajar. Kendala lain yang masih
terkait waktu pembelajaran adalah jika pembelajaran dilakukan secara berke-
lompok. Menyatukan waktu setiap anggota dalam satu kelompok tidaklah mu-
dah. Sehingga dalam satu kelompok belajar harus ada yang mengalah. Namun
hal ini bisa di atasi dengan peserta diminta untuk mengulang materi secara man-
diri dengan menggunakan materi yang sudah tersedia dalam e-course. Materi
sudah disediakan dalam bentuk tutorial sama dengan penjelasan instruktur. Pe-
serta dapat memutar kembali video tutorial yang disediakan sampai mereka
dapat memahami materi. Jika selama pembelajaran mandiri materi tetap tidak
dapat dikuasai, peserta dapat mengajukan pertanyaan melalui forum diskusi baik
saat pelaksanaan pembelajaran online ataupun dengan penjelasan melalui
group WA.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
97
E. PENUTUP
1. Simpulan
a. Kursus dan pelatihan online bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta
didik dengan metode belajar tanpa tatap muka secara fisik. Tatap muka bisa dil-
aksanakan melalui media berbasis internet dan bahan ajar yang diseting agar
bisa dipelajari secara mandiri. Dengan menghilangkan dan atau mengurangi per-
temuan secara fisik, diharapkan akan menghemat biaya dan waktu, karena pe-
serta dapat mempelajari materi kapan saja dan dimana saja.
b. Kursus dan pelatihan online terbukti bisa meningkatkan kompetensi peserta
didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang
signifikan kompetensi peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti kursus dan
pelatihan sebesar 12,96. Setelah dilaksanakan uji-t hasilnya ternyata memang
signifikan dimana t hitung sebesar 0,000 lebih kecil daripada t-tabel sebesar
0,05.
c. Efektifitas pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran online sama
dengan pembelajaran tatap muka. Perhitungan statistik menunjukkan bahwa
nilai t-test sebesar 0,191 lebih besar daripada nilai t-tabel sebesar 0,05 sehingga
diperoleh kesimpulan bahwa TIDAK ada perbedaan yang nyata antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa pem-
belajaran efektifitas pembelajaran online sama dengan pembelajaran tatap
muka.
2. Saran
a. Model pembelajaran online sebagai alternatif pembelajaran secara mandiri bisa
diterapkan fully online diutamakan bagi mereka yang membutuhkan peningkatan
kompetensi yang terkendala jarak dan waktu.
b. Model pembelajaran dengan metode online bisa diterapkan secara efektif
dengan syarat peserta didik sudah terbiasa dengan iklim pembelajaran online.
Motivasi untuk mengikuti pembelajaran online sudah tertanam kuat di dalam
sanubari peserta didik. Oleh karena itu perlu adanya satu pedoman atau upaya
menciptakan masyarakat atau komunitas pembelajar online.
c. Jika syarat pada nomor satu tidak terpenuhi, model pembelajaran dengan sistem
online sebaiknya tidak diterapkan tidak dengan cara fully online namun
sebaiknya dengan cara blended learning dimana pembelajaran online sebagai
komplemen atau suplemen atas pembelajaran secara konvensional.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
98
DAFTAR PUSTAKA
................ “UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Allen, Michael. 2013. Michael Allen’s Guide to E-learning. Canada : John Wiley & Sons.
Ardiansyah, Ivan. 2013. Eksplorasi Pola Komunikasi dalam Diskusi Menggunakan Moddle
pada Perkuliahan Simulasi Pembelajaran Kimia, Universitas Pendidikan Indone-
sia, Bandung-Indonesia.
Chandrawati, Sri Rahayu. 2010. Pemanfaatan E-learning dalam Pembelajaran. No 2 Vol.
8. http://jurnal.untan.ac.id/
http://www.kajianpustaka.com/2014/06/pengertian-karaktiristik-dan-manfaat-elearning.html
Darin E.Hartley, Selling E-Learning, American Society for Training and Development. 2001
Dunne, Richard. 1996. Pembelajaran Efektif (Terjemahan). Jakarta: Grasindo.
Kamarga, Hanny. (2002). Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif Mengakses Sumber
Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.
Kemendiknas, 2010, “ Apa dan Bagaimana Pembinaan Kursus dan Kelembagaan”
Munir, 2009 “PEMBELAJARAN JARAK JAUH BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMINUKASI” , Penerbit Alfabeta, Bandung ISBN : 978-602-8361-69-9
Popham, W. James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terjemahan). Jakarta:
Rineka cipta.
L. Tjokro, Sutanto. 2009. Presentasi yang Mencekam. Jakarta: Elex Media Komputindo.
L. Gavrilova, Marina. 2006. Computational Science and Its Applications - ICCSA 2006: 6th
International Conference. Glasgow, UK: Springer.
Nursalam dan Ferry Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Pranoto, Alvini.dkk. 2009. Sains dan Teknologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sujana, Janti Gristinawati dan Yuyu Yulia. 2005. Perkembangan Perpustakaan di Indone-
sia. Bogor: IPB Press.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
99
IMPLEMENTASI KURIKULUM PAUD INKLUSI DI DAERAH RAWAN BENCANA
Lilis Madyawati1, Hamron Zubadi2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keberadaan dan peran kurikulum PAUD inklusi berbasis ramah anak serta implementa-sinya mencakup: 1) Mengkomparasikan keberadaan dan peran kuriku-lum PAUD inklusi pada TK Insan Robbani dan TK ABA 1 Baledono Pur-worejo; 2) Menelaah komponen manajemen sekolah dan menentukan model kurikulum yang digunakan; 3) mengkaji implementasi kurikulum serta evaluasiyang dilakukan dalam pembelajaran; serta 4) Mengetahui
faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum PAUD Inklusi.
Penelitian ini dilaksanakan di lembaga PAUD di daerah rawan bencana yaitu di TK ABA 1 Baledono Purworejo dan TK ‘Aisyiyah Insan Robbani kabupaten Magelang. Penelitian kualitatif ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) berpendekatan komparatif kualitatif. Data dikumpulkan dari para pengelola, wakil kepala sekolah bidang ku-rikulum, tenaga pendidik, serta para pengurus yayasan. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, serta metode dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu metode desk analysis deskriptif kualitatif, metode triangulasi sumber dengan cara melakukan cross-check antara hasil observasi, wawancara, dan metode
dokumentasi.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa lembaga PAUD Inklusi di daerah bencana kabupaten Purworejo dan kabupaten Magelang be-rusaha menerapkan kurikulum PAUD Inklusi yang berbasis ramah anak. Lembaga institusi terbukti ingin melayani segala kebutuhan peserta didik tanpa memandang segala perbedaan. Implementasi kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak didukung penuh serta di bawah
pengawasan para pengelola lembaga.
Kata kunci: kurikulum PAUD inklusi, daerah rawan bencana
A. PENDAHULUAN
Perkembangan proses pembelajaran tidak terlepas dari peranan kurikulum. Ku-
rikulum terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik termasuk bagi
peserta didik dengan kebutuhan khusus. Untuk itu perlu dikembangkan kurikulum
pendidikan inklusi yang di dalamnya terdapat materi yang telah dirancang untuk me-
menuhi kebutuhan akan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
Pendidikan merupakan bimbingan atau usaha sadar terhadap perkembangan
jasmani dan rohani anak menuju terbentuknya kepribadian (Ainscow, 2004). Pendidi-
kan juga merupakan proses perubahan atau pengembangan diri anak dalam segala
segi kehidupan sehingga terbentuklah kepribadian anak. Anak akan berperan baik
sebagai mahluk sosial maupun sebagai mahluk individu yang dapat menyesuaikan
dan hidup dengan masyarakat sekitarnya dan masyarakat luas dengan baik. Pen-
Lilis Madyawati, Hamron Zubadi adalah Dosen Universitas Terbuka
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
100
didikan dapat didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar yang ditujukan bagi pengem-
bangan diri manusia secara utuh melalui berbagai macam dimensi yang dimilikinya
demi proses penyempurnaan diri secara terus menerus dalam memaknai hidup dan
sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaan dengan orang lain (Hagan, 2016). Pen-
didikan yang dilakukan secara benar akan membawa keunggulan dan kualitas akal
serta kejernihan dalam berpikir. Selain itu dapat juga memahami hakikat- hakikat
kebenaran yang ada dan akan terbiasa dengan melakukan kebiasaan dan perbuatan
yang baik. Segala bentuk pendidikan, pengarahan dan pembinaan serta pengajaran
tersebut akan sangat berpengaruh dan efektif apabila diberikan sejak masa kanak-
kanak atau usia dini.
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam
sistem pendidikan. Di dalam kurikulum dirumuskan tujuan yang akan dicapai serta
memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap
anak. Kebutuhan setiap daerah yang berbeda- beda memaksa setiap daerah untuk
melihat dan memperhatikan kebutuhan bagi pendidikan di daerahnya termasuk da-
lam pengembangan kurikulum yang sesuai dan dapat dilaksanakan bagi daerahnya.
Hal tersebut memerlukan sebuah pengelolaan aktivitas pengembangan kurikulum.
Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh manajemennya. Pendidikan yang diper-
lukan anak tidak hanya cukup diperoleh melalui sekolah. Pendidikan dalam keluarga
sangat mempunyai peran yang cukup penting dan signifikan bagi perkembangan
anak. Berdasar pandangan modern, anak tidak hanya dianggap sebagai obyek atau
sasaran pendidikan melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan.
Hal ini dilakukan antara lain dengan melibatkan anak serta posisi orang tua dalam
memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.
Di dalam Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, setiap
warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang ber-
mutu. Oleh karena itu hak memperoleh pendidikan yang sama wajib dinikmati semua
warga negara tanpa terkecuali termasuk anak- anak berkebutuhan khusus atau difa-
bel. (Boehm, T.L, 2015). Di Indonesia, inklusi memberi kesempatan kepada anak
berkebutuhan khusus dan anak- anak lain yang selama ini tidak bisa mengenyam
pendidikan karena berbagai hal yang menghambat mereka untuk memperoleh kes-
empatan bersekolah. Sekolah inklusi merupakan sekolah yang menampung semua
peserta didik yang normal maupun yang berkelainan di kelas yang sama dan mem-
berikan pendidikan inklusi yang layak bagi mereka. Pendidikan yang berkualitas ha-
rus disediakan bagi semua anak, dengan keberagaman kebutuhan belajar, biaya dan
kecepatan belajar, serta berbagai kondisi anak lainnya.
Di kabupaten Magelang dan kabupaten Purworejo, kebijakan- kebijakan yang
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
101
berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan inklusi sudah mulai dikeluarkan.
Dengan maksud, supaya sekolah- sekolah penyelenggara pendidikan inklusi yang
ada di kabupaten Magelang dan kabupaten Purworejo memiliki acuan pedoman
penyelenggaraan sekolah inklusi serta dapat mendukung upaya memecahkan perso-
alan pendidikan bagi anak- anak berkebutuhan khusus. Kurikulum pendidikan inklusi
perlu dipromosikan dan diterapkan karena pada dasarnya anak mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan bermutu dan tidak didiskriminasikan. Semua
anak juga mempunyai kemampuan untuk mengikuti berbagai kegiatan bermain sam-
bil belajar tanpa melihat kelainan dan kecacatannya, karena sesungguhnya perbe-
daan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak.
Untuk mengenal sistem pembelajaran pada pendidikan inklusi, maka peneliti
berpandangan tentang perlunya mengkaji lebih mendalam sebuah kurikulum inklusi
yang benar- benar dapat menampung dan memberikan layanan pendidikan bagi
anak- anak yang normal maupun anak dengan berkebutuhan khusus. Berdasarkan
pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait keberadaan
kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak dan implementasinya di Taman Kanak-
Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo dan Taman Kanak-Kanak
‘Aisyiyah Insan Robbani kabupaten Magelang. Murid- murid di kedua lembaga pen-
didikan ini dapat secara bebas berkomunikasi dengan para pendidiknya.
1. Kurikulum PAUD Inklusi
Kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana atau pengaturan pelaksanaan
pembelajaran dan atau pendidikan yang di dalamnya mencakup pengaturan tentang
tujuan, isi/ materi, proses dan evaluasi. Kurikulum ini dapat bersifat makro tetapi juga
dapat bersifat mikro yaitu pengaturan tentang hal tersebut dalam konteks pembelaja-
ran di kelas. Kurikulum memiliki beberapa komponen. Tujuan dalam kurikulum adalah
seperangkat kemampuan atau kompetensi yang akan dicapai setelah para siswa me-
nyelesaikan program pendidikan dalam kurun waktu tertentu, meliputi kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan pendidikan yang paling penting untuk dic-
ermati dan dipahami oleh guru adalah tujuan pendidikan pada tingkat institusi dan
tujuan pembelajaran (tujuan instruksional). Tujuan pendidikan dalam Kurikulum 2013
yaitu tujuan pendidikan atau pembelajaran seperti yang tertera dalam kompetensi
inti, kompetensi dasar dan indikator. Empat jenis kompetensi dalam kurikulum Pen-
didikan Anak Usia Dini (PAUD) yang harus dicermati oleh guru kaitannya dengan
tujuan pembelajaran dalam seting inklusi yaitu: Standar Tingkat Pencapaian Perkem-
bangan Anak (STPPA), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi dasar (KD) dan Indikator
Keberhasilan (Sharma, 2017).
a. Komponen isi (materi)
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
102
Materi adalah isi atau konten yang harus dipelajari oleh siswa supaya dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Materi pembelajaran dapat berupa infor-
masi, konsep, teori, dan lain- lain. Materi pembelajaran harus relevan atau men-
dukung terhadap pencapaian kompetensi dasar dan standar kompetensi dalam
kurikulum.
b. Komponen proses
Proses memiliki pengertian yang sama dengan kegiatan belajar mengajar
(KBM) atau pengalaman belajar yakni serangkaian kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh siswa bersama guru di dalam maupun di luar kelas.
c. Komponen evaluasi
Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah para siswa telah ber-
hasil mencapai atau menguasai kompetensi- kompetensi yang menjadi tujuan
pembelajaran. Teknik atau cara yang digunakan dalam evaluasi dipergunakan
untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran.
Kurikulum inklusi merupakan kurikulum biasa yang dimodifikasi dan dirancang
sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan
pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan demikian kurikulum inklusi
bagi Anak Berkebutuhan Khusus hakekatnya adalah kurikulum Pendidikan Luar Bi-
asa (PLB). Dalam kurikulum inklusi terdapat modivikasi aktivitas, metode, alat, atau
lingkungan pembelajaran yang bertujuan untuk menyediakan peluang kepada anak
dengan kebutuhan khusus mengikuti program pembelajaran dengan tepat, efektif,
dan mencapai kepuasan. (Carrington, S. 2010). Menurut Katz (2014) ada tiga model
pendidikan sebagai implementasi kurikulum inklusi dalam pendidikan untuk meng-
gabungkan Anak Berkebutuhan Khusus dengan anak normal dalam lingkungan bela-
jar, yaitu:
a. Mainstream
Sistem pendidikan yang menempatkan anak- anak berkebutuhan khusus di
sekolah umum, mengikuti kurikulum akademis yang berlaku, guru tidak harus
melakukan adaptasi kurikulum.
b. Integrasi
Peserta didik mengikuti berbagai kegiatan yang dapat mereka ikuti dari para
gurunya. Untuk kegiatan akademis lainnya anak-anak berkebutuhan khusus
memperoleh pengganti di kelas yang berbeda dan terpisah.
c. Inklusi
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
103
Sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
dan/ atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam
lingkungan pendidikan secara bersama- sama dengan peserta didik pada
umumnya (Permendiknas No. 70 tahun 2009). Kurikulum inklusi sebaiknya
berorientasi pada kebutuhan anak supaya anak tidak merasa mendapat tekanan
secara psikologis. Kurikulum inklusi harus memiliki tujuan/ capaian, harus dina-
mis dan konstruktif.
Dalam pembelajaran inklusi, kurikulum untuk Anak Berkebutuhan Khusus dapat
dikelompokkan menjadi: 1) Duplikasi Kurikulum, 2) Modifikasi Kurikulum, 3) Substitusi
Kurikulum, dan 4) Omisi Kurikulum. (Ainscow, M., 2014).
Berhasil atau tidaknya sebuah kegiatan tergantung pada matang atau tidaknya
sebuah perencanaan. Perencanaan mencakup menentukan visi, misi, dan fungsi or-
ganisasi mendefinisikan tujuan, menetapkan strategi dan mengembangkan rencana
untuk mengkoordinasikan kegiatan- kegiatan sebuah lembaga. Dalam konteks kelem-
bagaan PAUD hal ini diimplementasikan ke dalam kalender akademik yang memuat
program sepanjang tahun.
Anak usia dini belum bisa berpikir secara tegas untuk membedakan satu aspek
dengan aspek lainnya dan masih melihat sesuatu sebagai satu kesatuan utuh. Oleh
karena itu model pengorganisasian kurikulum terpadu integral curriculum menjadi pili-
han yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak- anak. Pengorgan-
isasian adalah pembagian tugas secara profesional sesuai dengan kemampuan mas-
ing- masing sumber daya dalam menjalankan tugasnya. Setiap perencanaan harus
diorganisasikan ke dalam lingkup- lingkup yang lebih rinci, sehingga semua kompo-
nen PAUD mendapat tugas sesuai dengan kapasitasnya masing- masing. Organisasi
sangat diperlukan dalam melaksanakan proses manajemen.
Penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan da-
lam tahap sebelumnya kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan
sambil senantiasa dilakukan penyeuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik
peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisik.Suatu kurikulum
harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi kesesuaian antara
kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat.
Selain itu, kesesuaian antar komponen- komponen kurikulum yaitu isi sesuai dengan
tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, serta evaluasi sesuai dengan proses, isi,
dan tujuan kurikulum.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
104
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak- kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal
(ABA) 1 Baledono, Purworejo dan Taman Kanak- kanak ‘Aisyiyah Insan Robbani ka-
bupaten Magelang. Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Magelang tercatat sebagai
dua daerah rawan bencana di Jawa Tengah (BPBD, 2016). Alasan peneliti
melakukan penelitian di Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono, Purworejo karena TK
ABA 1 Baledono memiliki karakteristik yang menarik untuk dijadikan tempat kajian
penelitian, sebab TK ABA 1 Baledono ini menerapkan sistem inklusi serta menerima
beberapa peserta didik yang terkategori Anak Berkebutuhan Khusus. Taman Kanak-
kanak ‘Aisyiyah Insan Robbani yang berlokasi di Ngadisalam, Gunungpring, Muntilan
kabupaten Magelang juga menerima siswa berkebutuhan khusus dan menerapkan
kurikulum plus untuk mencapai tujuan lembaga.
Aktivitas penelitian di lapangan dilaksanakan sejak akhir Pebruari 2017 hingga
akhir Agustus 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan
data-data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field re-
search) yang menggambarkan/ membandingkan keberadaan kurikulum PAUD Inklusi
berbasis ramah anak serta implementasinya di TK ABA 1 Baledono, Purworejo dan
TK ‘Aisyiyah Insan Robbani Magelang.
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari para pengelola TK ABA 1
Baledono, Purworejo dan TK ‘Aisyiyah Insan Robbani, wakil kepala sekolah bidang
kurikulum, para tenaga pendidik serta para pengurus Yayasan yang memberikan in-
formasi dan data- data tentang kebijakan, keberadaan, peran dari pengurus dan
pengelola lembaga.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi yang dipakai untuk
mendapatkan data- data tentang letak geografis, keadaan dan suasana dalam proses
implementasi kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak di Taman Kanak-kanak
‘Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo dan Taman Kanak- Kanak Insan
Robbani Magelang. Teknik wawancara dipakai untuk menemukan permasalahan
secara lebih terbuka kepada pihak yang diwawancarai dimintai pendapat dan ide-
idenya. Data- data berupa sejarah berdirinya lembaga, visi misi dan tujuan lembaga,
struktur organisasi, tujuan berdiri, dll peneliti peroleh dari teknik pengumpulan data
dokumentasi.
Analisis data peneliti lakukan melalui tahap reduksi data, tahap penyajian data,
dan tahap penarikan kesimpulan.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
105
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini berhasil menggali data-data tentang keberadaan kurikulum PAUD
Inklusi berbasis ramah anak dan implementasinya di daerah bencana.
1. Taman Kanak- kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) 1 Baledono, Purworejo
Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono, Purworejo yang
berdiri 10 Juli 1979 ini diprakarsai oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Baledono
Purworejo. Selain Taman Kanak- kanak, lembaga ini juga mendirikan Kelompok Ber-
main dengan visi: Terwujudnya anak didik yang beriman, taqwa, cerdas, sehat, ceria,
terampil, kreatif dan berakhlak mulia. Visi, misi, dan tujuan lembaga diwujudkan me-
lalui program- program yang telah dirancang dalam Rencana Kerja Tahunan dan
Rencana Kerja Lima Tahunan serta didukung sepenuhnya oleh ‘Aisyiyah dan Mu-
hammadiyah setempat. Lembaga yang memiliki jumlah pendidik 12 orang serta pe-
serta didik sebanyak 116 anak ini, dalam perekrutan dan seleksi pendidik dan tenaga
kependidikan turut melibatkan peran Muhammadiyah. Taman Kanak-kanak ABA 1
Baledono melayani 3 kelompok usia dari 4,1 tahun hingga 6-7 tahun.
Sarana dan prasarana di lembaga ini sudah cukup baik namun perlu pening-
katan lagi agar dapat menunjang keberhasilan implementasi kurikulum paud inklusi
yang ramah anak. Pemilikan mebelair inklusi di TK ABA 1 Baledono masih sangat
terbatas baik jenis maupun jumlahnya.
Pendidikan inklusi yang diterapkan melayani segala kebutuhan peserta didik
tanpa memandang perbedaan agama budaya, sosial ekonomi dari Anak Berkebu-
tuhan Khusus. Sekalipun lembaga ini belum memiliki terapis khusus, namun terdapat
Guru Pendamping yang menemani setiap kegiatan ABK saat berada di sekolah.
Berbagai latar belakang peserta didik tidak menjadi suatu hambatan agar anak
mendapatkan pelayanan pendidikan. Komponen pendidikan inklusi yang diterapkan
dirancang berdasarkan kebutuhan masing- masing individu peserta didik. Para Anak
Berkebutuhan Khusus mendapatkan pelayanan yang sama seperti peserta didik yang
lain. ABK tidak ditempatkan di kelas khusus, seluruh peserta didik bermain dan bela-
jar di kelas yang sama sesuai jenjang usianya.
Hal yang melatarbelakangi TK ABA 1 menerapkan pendidikan inklusi karena
adanya pemahaman yang menyeluruh bahwa inklusi menghargai segala perbedaan.
Keberagaman menjadi salah satu yang mendasari filosofi TK ABA1 Baledono, Pur-
worejo.
Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) berdasarkan usia anak serta tidak me-
nyelenggarakan tes masuk. Sistem SPMB meliputi: a) Calon peserta didik mendapat-
kan dua kali pertemuan untuk observasi, b) Pembelian formulir, c) pengisian data
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
106
kondisi fisik anak.
Kurikulum yang dipergunakan yaitu Kurikulum 2010 yang mengacu pada
Permendiknas Nomor 58, kemudian dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak.
Metode dalam pembelajaran yaitu metode area dengan seting kelas dirancang sesuai
minat peserta didik dan setiap hari dibuka area yang berbeda- beda.
Peran serta pihak sekolah menjadi hal yang amat penting agar mampu men-
jalankan tugas sesuai dengan visi misi sekolah. Pimpinan lembaga ini bertanggung
jawab kepada yayasan, khususnya Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah
Baledono. Dalam tugas keseharian pimpinan ini dipantau serta wajib melaporkan
kinerja lembaganya. Demikian pula halnya dengan kegiatan- kegiatan ekstrakurikuler
yang diselenggarakan oleh lembaga tidak luput dari dukungan dan pantauan Pimpi-
nan Cabang ‘Aisyiyah setempat.
Terdapat dua faktor pendukung dalam penerapan pendidikan inklusi di TK ABA
1 Baledono Purworejo yaitu sumber daya manusia ( pendidik dan tenaga kependidi-
kan) serta orang tua. Gedung sekolah dan sarana prasarana, guru pendamping dan
guru kelas dalam penanganan Anak Berkebutuhan Khusus merupakan kendala da-
lam penerapan kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak. Terbatasnya penge-
tahuan yang dimiliki oleh pendidik juga menjadi penghambat dalam kegiatan para
peserta didik. Adapun solusi yang ditempuh dalam menangani kendala yaitu: a) tena-
ga pendidik harus menemani dan membantu ABK bila ABK mengalami kesulitan da-
lam bermain, b) memilih tenaga pendidik sebagai pendamping yang penuh kesabaran
dan mau banyak belajar tentang perkembangan serta individu berkelainan, c) Tenaga
pendidik pendamping hendaknya mau banyak bertanya dan belajar kepada tenaga
pendidik kelas yang menangani ABK.
Anak Berkebutuhan Khusus yang diterima di lembaga ini yakni ABK yang
dimungkinkan mampu secara mandiri menjangkau ruang dan alat main yang berada
di TK ABA 1 Baledono. Guru kelas dan guru pendamping diharapkan lebih kreatif
dalam memperkaya pengetahuan dengan membaca buku maupun mencari informasi
mutakhir daribanyak sumber tentang perkembangan dan dunia anak.
Pembelajaran di TK ABA 1 Baledono meliputi 5 kegiatan yaitu kegiatan awal
(opening), kegiatan inti I, istirahat, kegiatan inti II, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal
yang dilakukan bersama peserta didik dibuat menyenangkan dengan banyak aktivitas
fisik.. Setiap hari Sabtu peserta didik melakukan kegiatan senam di halaman depan
sekolah atau pergi berjalan- jalan di lingkungan sekolah. Pada kegiatan inti guru men-
jelaskan kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik. Guru mengajak berdiskusi
peserta didik tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan hari itu. Waktu beristira-
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
107
hat dilakukan setelah kegiatan inti I berakhir. Guru menawarkan kepada peserta didik
untuk bermain terlebih dahulu atau langsung mengerjakan tugas kegiatan. Kegiatan
inti II dilakukan setelah peserta didik selesai makan di ruang makan dan kembali ke
dalam kelas.
Berikut contoh kegiatan inti II yang dilakukan peserta didik:
Gambar 1. Kegiatan Inti II
Guru Pendamping selalu mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus saat berada
di sekolah. Hal ini membuktikan bahwa Guru Pendamping memberikan perhatian
lebih kepada ABK. Kegiatan akhir dilakukan menjelang waktu pulang. Guru mereview
kegiatan hari itu dengan metode bercakap- cakap kepada para peserta didik,
sekaligus mempreview kegiatan untuk keesokan hari.
Taman Kanak-Kanak ABA 1 Baledono yang memiliki 5 Anak Berkebutuhan Khu-
sus ini memiliki sejumlah program kerja jangka pendek, menengah, dan program
jangka panjang. Dalam pelaksanaan progam kerja lembaga ini selalu mendapat
dukungan dari pihak pengelola dan pengurus lembaga serta dinas pendidikan dari
tingkat kecamatan hingga Dinas Pendidikan kabupaten . Program jangka panjang
mencakup pembangunan gedung, pengadaan dan penambahan sarana pembelaja-
ran, peningkatan mutu dan keamanan. Selain program- program tersebut, TK ABA 1
Baledono juga memiliki Program Plus Sabtu Ceria yang diisi dengan berbagai
kegiatan, seperti: Ceramah Psikologi, kegiatan ekstra kurikuler, pemeriksaan
kesehatan anak, berjalan- jalan di lingkungan PAUD dan di luar lingkungan PAUD,
bersenam mupun mengikuti festival- festival.
Tuntutan perkembangan zaman membuat Taman Kanak- Kanak ABA 1 Baledo-
no Purworejo selalu bersinergi dengan Dinas Pendidikan setempat serta Majelis Dik-
dasmen Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah dalam
rangka turut serta mempersiapkan putra-putri sebaik- baiknya agar kelak peserta
didik mampu menyesuaikan diri, bahkan berperan aktif dalam memberikan pengaruh
positif untuk kemajuan hidup, keluarga, masyarakat, dan Negara.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
108
Lembaga ini juga menyelenggarakan Program Layanan Pendukung dalam usa-
hanya ikut serta melahirkan generasi mendatang yang meliputi Program untuk Anak
Didik dan Program untuk Orang Tua. Serangkaian program kegiatan ekstrakurikuler,
yaitu: Sempoa Jari, Seni Tari, Drumband serta baca tulis pada setiap semester kedua
untuk layanan kelompok usia 5,5- 6 tahun. Alokasi waktu efektif pembelajaran per
hari selama 3 jam (180 menit), diawali dengan hafalan hadist/ bacaan sholat/ iqro
setiap harinya. Alokasi waktu efektif per minggu dilaksanakan selama 6 hari pembela-
jaran.
Konsep pendidikan inklusi berbasis ramah anak yang diterapkan di Taman Ka-
nak-kanak ABA 1 Baledono menyatukan semua anak berkebutuhan khusus dengan
anak- anak yang normal.
2. Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Insan Robbani, Magelang
TK ‘Aisyiyah Insan Robbani yang berdiri pada tanggal 14 Maret 2008 berawal
dari keprihatinan anggota Nasyiatul ‘Aisyiyah terhadap keberadaan pendidikan anak
usia dinidi Ngadisalam, Gunungpring, Muntilan kabupaten Magelang. Lembaga ini
memiliki visi: Terbentuknya generasi muda yang beriman dan beratqwa, terampil,
cerdas, beremosi matang, berkemampuan sosial tinggi berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul, akar budaya nasional, dan mempu bersaing secara global.
Dalam rangka melaksanakan program-program TK ‘Aisyiyah Insan Robbani agar
berjalan dengan baik, maka dibentuklah Struktur Organisasi yang dibantu oleh 1
orang tenaga kependidikan/ kepala sekolah dengan 15 orang tenaga pendidik. Ta-
man Kanak-kanak ‘Aisyiyah Insan Robbani memiliki 159 peserta didik yang berasal
dari kecamatan Muntilan kabupaten Magelang dan sekitarnya.
Sarana prasarana Taman Kanak- kanak ‘Aisyiyah Insan Robbani cukup baik na-
mun perlu pembenahan lagi agar dapat menunjang kesuksesan implementasi kuriku-
lum PAUD Inklusi. Berkaitan dengan sarana prasarana penunjang kegiatan pembela-
jaran bagi anak didik yang berkebutuhan khusus, Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah In-
san Robbani belummemfasilitasi alat kegiatan ini, yang ada hanya seperangkat alat
bantu dengar. Kebersamaan pada anak senantiasa dibangun dengan berbagai
kegiatan, salah satu di antaranya kegiatan makan bersama.
Layanan yang diberikan lembaga Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Insan Robbani
terhadap anak- anak berkebutuhan khusus menggunakan konsep duplikasi, bahwa
layanan yang diberikan kepada anak- anak normal dengan ABK sama. Anak
Berkebutuhan Khusus di TK ‘Aisyiyah Insan Robbani meliputi anak tuna rungu, Autis,
dan Gangguan Berbahasa. Perlakuan dan layanan yang diberikan pihak lembaga
melalui para tenaga pendidik kepada ABK tidak terdapat unsur diskriminatif.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
109
Rencana Kerja Tahunan yang menjadi program di Taman Kanak- kanak
‘Aisyiyah Insan Robbani mencakup: Program Umum, Kesiswaan, Kurikulum, Program
Akademik, Personalia, Sumber Daya Manusia, Program Marketing, serta Program
Pembiayaan. Rencana Kerja Tahunan ini disusun oleh pihak lembaga dan bersinergi
dan disahkan oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah. Berikut Rencana
Kerja Tahunan TK ‘Aisyiyah Insan Robbani:
Tabel 1. Rencana Kerja Tahunan Insan Robbani
Taman Kanak-kanak Insan Robbani kecamatan Muntilan kabupaten Magelang
memiliki serangkaian program kegiatan ekstrakurikuler, seperti: Seni tari, drumband,
baca tulis permulaan pada usia 5,5- 6 tahun. Alokasi waktu efektif pembelajaran per
hari selama 3 jam (180 menit, diawali dengan hafalan hadist/ bacaan sholat/ iqra se-
tiap harinya. Alokasi waktu efektif per minggu selama 6 hari kegiatan pembelajaran.
Gagasan utama diselenggarakannya pendidikan inklusi di TK ‘Aisyiyah Insan
No Program Kegiatan
1 Umum Mengadakan rapat intern Mengikutsertakan guru dalam peraturan Mengadakan kegiatan selama liburan Mengadakan kegiatan hari besar keagamaan Kegiatan kesenian/ pentas seni Kegiatan pada hari besar nasional
2 Kesiswaan Penerimaan siswa baru Pembagian kelompok umur/ mutasi Menyusun program outbond/ fieldtrip/ belajar di lingkungan Menyampaikan laporan pribadi siswa Asessment kesehatan anak Studytour/ rekreasi
3 Kurikulum Menyusun jadwal kegiatan kesiswaan Menyusun STPPA dan penyebaran tahunan Meninjau/ mengevaluasi kurikulum Penetapan tema dan sebarannya Menyusun kegiatan program semester Evaluasi RPPM/ RPPH
4 Akademik Pemberian rangsangan pembelajaran Kegiatan ekstrakurikuler Pemeriksaan kesehatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Cooking Class
5 Personalia Perekrutan staf, guru, dan pengasuh Mengusahakan kesejahteraan pendidik/ tenaga kependidikan Evaluasi kinerja guru dalam perencanaan,
6 Sumber Daya Manusia
Peningkatan berbagai kompetensi pendidik Pengusulan insentif pendidik dan tenaga kependidikan Ikut serta aktif di gugus
7 Pendukung sarana prasa-rana
Pengadaan buku cerita anak Pengadaan buku- buku pedoman penyelenggaraan Penyusunan program kerja sekolah Finalisasi Modul Program sekolah
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
110
Robbani, bahwa setiap anak merupakan bagian integral dari komunitas lokalnya.
Berkenaan dengan keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus, komitmen, manajemen
sekolah, serta ketenagaan merupakan komponen pendukung utama terlaksananya
PAUD Inklusi. Dalam pemberian layanan kepada Anak- anak Berkebutuhan Khusus,
para komponen lembaga Insan Robbani sering melakukan musyawarah dengan para
orang tua ABK, dengan para psikolog dalam mengatasi permasalahan. Pada saat
kegiatan sehari-hari, lembaga tidak menerapkan pendidikan yang terpisah pada Anak
Berkebutuhan Khusus, sehingga lembaga tidak diskriminatif.
Dalam melakukan administrasi pendidikan inklusi lembaga ini dibantu oleh
seorang tenaga operator yaitu pihak yang berusaha dengan tertib melakukan pen-
catatan terhadap administrasi sekolah. Pelaksanaan pembelajaran di PAUD Inklusi
ini dilakukan dengan urutan Pembukaan, kegiatan inti, dan penutup.
Semua peserta didik di TK ‘Aisyiyah Insan Robbani dibiasakan untuk mandiri,
termasuk ABK. Layanan pendidikan anak berupa ketersediaan Guru Pendamping
Khusus (GPK) yang mendampingi setiap anak yang mengalami kesulitan sewaktu
pembelajaran. Berikut Anak Berkebutuhan Khusus dengan kegiatan dan aktivitasnya
di TK ‘Aisyiyah Insan Robbani:
Gambar 2 Aktivitas ABK di Insan Robbani
Peran pengelola , pengurus lembagaserta Dinas Pendidikan setempat (UPTD)
terhadap keberadaan Insan Robbani dapat dibuktikan secara riil. Dinas Pendidikan di
tingkat kecamatan Muntilanpengurus yayasan Insan Robbani bersinergi untuk saling
membantu memajukan lembaga pendidikan, khususnya pendidikan usia dini. Wujud
peran nyata komponen sekolah bersama- sama pengurus lembaga berupa memban-
tu pengembangan gedung PAUD, secara aktif melakukan pembinaan untuk para
pendidik dan tenaga kependidikan, membantu dalam Penerimaan Peserta Didik Ba-
ru, serta mendukung kegiatan lainnya.
Berbagai aspek perkembangan yang diasah melalui kegiatan- kegiatan menarik
keseharian. Hal ini juga dilakukan pada Anak- Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Perkembangan ini distimulan dengan cara menciptakan suasana yang me-
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
111
nyenangkan ketika peserta didik regular dan ABK bermain dan belajar bersama.
C. Kesimpulan
1. Implementasi pembelajaran yang disinergikan dengan komposisi kelas dengan
berbagai aspek keberanekaragaman meliputi peserta didik reguler dan Anak
Berkebutuhan Khusus, guru kelas, guru pendamping, dan peserta didik dari
berbagai latar belakang status sosial ekonomi.
2. Kurikulum mengkomposisikan materi ajar dan pembelajaran dengan memper-
hatikan kebutuhan, bakat, minat, serta karakteristik peserta didik.
3. Guru pendamping bersama guru kelas memberikan rancangan program individ-
ual pada ABK untuk membantu dalam penyelesaian kegiatan. Lembaga PAUD
Inklusi tidak memberlakukan sistem seleksi menggunakan tes, sangat memper-
hatikan kondisi fisik anak.
4. Kurikulum yang digunakan dimodifikasi sesuai kebutuhan peserta didik.
5. Peran pimpinan lembaga dan pendidik dalam penerapan kurikulum PAUD
inklusi yang berbasis ramah anak didukung penuh serta di bawah pengawasan
pengelola dan pen
6. Faktor pendukung dalam penerapan kurikulum PAUD Inklusi yaitu Sumber Daya
Manusia dan orang tua.
7. Faktor penghambat dalam penerapan kurikulum PAUD Inklusi yaitu sarana
prasarana serta tenaga khusus untuk Anak berkebutuhan Khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Ainscow, M. (2014). Developing Inclusive Education Systems: what are the leves for
change? Journal of EducationalChange 6 (2): 109- 124.
Boehm, T.L. (2015). Know for my strengths: Positive traits of transition-age youth with in-
tellectual disability or autism. Research and Practice for Persons with Servere Disa-
bilities (40): 101- 119.
Carrington ,S. (2010). Inclussion Needs of Different School Culture. International Journal
of Inclusive Education 3 (3): 257- 268.
Cassady, J.M. (2011). Teacher’s Attitudes Towards The Inclusion of Students with Autism.
Electronic Journal for Inclusive Education. Vol 2. 7.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
112
Drudy,S.& Kinsella, W. (2009). Developing Inclusive sistem in a rapidly changing European
society. International Journal of Inclusive Education. (13): 647- 663.
Erawati, E.L. (2015). Pendidikan Karakter Bangsa pada Anak Berkebutuhan Khusus da-
lam Pendidikan Inklusi di SD Negeri 2 Metro Selatan. Tesis (tidak diterbitkan). Uni-
versitas Lampung.
Haryono, Syaifuddin. (2015). Evaluasi Pendidikan Inklusif Bagi Anak berkebutuhan Khu-
sus (ABK) di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Pendidikan. 32 (2): 119- 126.
Ilahi, M.T. (2011). Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: PT Aruzz Media.
Katz, J. (2015). Implementing the Three Block Model: job satisfaction in Inclusive Class-
rooms. International Journal of Inclusive Education (19): 1-20.
O Hagan & Hebron, J. ( 2016). Perception of Friendship among adolescents with autism
spectrum conditions. European Journal of Special Needs Education. (32): 314- 328.
Sharma, U.; Forlin, C. ( 2017). Using Indicators as a catalyst for inclusive education. Inter-
national Journal of Inclusive Education. (21)(7): 730- 746.
Sheridan, M.J (2013). Inclusion of Content on Religion and Spirituality in The Social Work.
Journal of Social Work Education 30 (3): 363- 376.
Sulistyadi, H.K. (2014). Implementasi Kebijakan Penyelenggaraan Layanan Pendidikan
Inklusif di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik 2 (1): 1- 10.
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018
113