113
Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi Kecerdasan Bahasa Anak Usia Dini Aniek Sugiyanti, Sri Rahayuningsih Gaya Hidup Keluarga terhadap Pola Makan Anak Usia Dini di Pos PAUD Kecamatan Semarang Utara Anita Chandra Dewi Program Parenting Keterlibatan Orangtua Dengan Media E-Parenting Natalia Dewi Mumpuni, Farida Widyawati, Y. Rudiyono, Heru Djoko Walojo Model Integrasi Keaksaraan Dasar dan Literasi Keuangan Melalui Unit Keuangan Mikro (UKM) Bagi Keluarga Pra Sejahtera (Studi di Kelompok Belajar Keaksaraan PKBM Bina Ilmu Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang) Yuniarti Pembelajaran Kebhinekaan Berbasis Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini Menuju Indonesia Emas Eem Kurniasih, Stefani Nawati Eko Resti Efektifitas Online Learning Pada Kursus Aplikasi Perkantoran Online Heru Priambodo Implementasi Kurikulum PAUD Inklusi di Daerah Rawan Bencana Lilis Madyawati, Hamron Zubadi

Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

1

Edisi Juni 2018

Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi Kecerdasan Bahasa

Anak Usia Dini

Aniek Sugiyanti, Sri Rahayuningsih

Gaya Hidup Keluarga terhadap Pola Makan Anak Usia Dini di Pos PAUD

Kecamatan Semarang Utara

Anita Chandra Dewi

Program Parenting Keterlibatan Orangtua Dengan Media E-Parenting

Natalia Dewi Mumpuni, Farida Widyawati, Y. Rudiyono, Heru Djoko Walojo

Model Integrasi Keaksaraan Dasar dan Literasi Keuangan

Melalui Unit Keuangan Mikro (UKM) Bagi Keluarga Pra Sejahtera

(Studi di Kelompok Belajar Keaksaraan PKBM

Bina Ilmu Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang)

Yuniarti

Pembelajaran Kebhinekaan Berbasis Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini

Menuju Indonesia Emas

Eem Kurniasih, Stefani Nawati Eko Resti

Efektifitas Online Learning Pada Kursus Aplikasi Perkantoran Online

Heru Priambodo

Implementasi Kurikulum PAUD Inklusi di Daerah Rawan Bencana

Lilis Madyawati, Hamron Zubadi

Page 2: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

2

Page 3: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

3

jurnal ilmiah pendidikan anak usia dini

dan pendidikan masyarakat

andragogia

Pengarah:

Ir. Djajeng Baskoro, M.Pd

Penanggungjawab:

Dra. Budi Sri Hastuti, M.Pd

Ketua Penyunting:

Heri Martono, S.S, M.Pd

Penyunting Pelaksana:

Yuniarti, S.Pd, M.Hum

Dra. Bibit Solekhah, M.Pd

Dra. Ana Kristiani, M.Pd

Jendra Priyono, S.Kom

Penyunting Ahli:

Prof. Dr. Tri Joko Raharjo

Pelaksana Administrasi:

Febri Hartanti P, M.Pd

Arif Wibowo, ST

Dedy Haryanto, S.Kom

Anggoro Budi Stijawan, S.E

Herin Hajunggo M., S.Pd

Tri Aries Sri Mulyanto, S.E

Catur Agustin Rahayu, S.E, M.M

Sugeng Paminto, S.E, A.K

Pelaksana Teknis:

Rakhmat Gunarja, S.Pd

Sri Rahayuningsih, S.Pd

Diterbitkan oleh:

PP PAUD & Dikmas

Jawa Tengah

Alamat Redaksi:

Jl. Diponegoro 250 Ungaran

Semarang, Jawa Tengah.

Telp. 024-6921187

Fax. 024-6922884

Edisi Juni 2018

Daftar Isi

Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Kecerdasan Bahasa Anak Usia Dini

Aniek Sugiyanti, Sri Rahayuningsih

Gaya Hidup Keluarga terhadap Pola Makan Anak

Usia Dini di Pos PAUD Kecamatan Semarang Utara

Anita Chandra Dewi

Program Parenting Keterlibatan Orangtua

Dengan Media E-Parenting

Natalia Dewi Mumpuni, Farida Widyawati, Y. Rudiyono,

Heru Djoko Walojo

Model Integrasi Keaksaraan Dasar dan Literasi

Keuangan Melalui Unit Keuangan Mikro (UKM)

Bagi Keluarga Pra Sejahtera

(Studi di Kelompok Belajar Keaksaraan PKBM

Bina Ilmu Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen

Kota Semarang)

Yuniarti

Pembelajaran Kebhinekaan Berbasis Pendidikan

Karakter Pada Anak Usia Dini Menuju Indonesia Emas

Eem Kurniasih, Stefani Nawati Eko Resti

Efektifitas Online Learning Pada Kursus Aplikasi

Perkantoran Online

Heru Priambodo

Implementasi Kurikulum PAUD Inklusi di Daerah

Rawan Bencana

Lilis Madyawati, Hamron Zubadi

Page 4: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

4

Page 5: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

5

POP-UP KANGURU MEDIA CERDAS UNTUK

MENSTIMULASI KECERDASAN BAHASA ANAK USIA DINI

Aniek Sugiyanti1, Sri Rahayuningsih2

Abstrak

Kecerdasan bahasa harus distimulasi sejak dini untuk dapat mencapai perkembangan kecerdasan bahasa yang optimal. Media ber-cerita Pop Up Kanguru adalah media bercerita yang dapat digunakan

untuk menstimulasi kecerdasan bahasa pada anak usia dini.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendiskripsikan media Pop-Up Kanguru yang digunakan untuk menstimulasi kecerdasan bahasa anak dan untuk mengetahui efektifitas implementasi model Pop Up Kanguru Sebagai Media Cerdas Untuk Menstimulasi Kecerdasan Bahasa Anak

Usia Dini.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode observasi sistematis atau terstruktur. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui kelayakan model dan tingkat efektifitas model yang diuji coba di lapangan dan efektifitas mediaPop-Up Kanguru untuk menstimulasi kecerdasan bahasa pada anak usia dini. Data kuantitatif diperoleh melalui observasi yang dilakukan secara terus menerus oleh pendidik selama anak-anak menggunakan media Pop-Up Kanguru. Sementara pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan bercerita

anak setelah menggunakan media bercerita Pop – Up Kanguru..

Hasil dari penelitian ini antara lain : Berdasarkan perhitungan nilai, nilai rata-rata kecerdasan bahasa anak sebelum dilakukan pem-belajaran dengan media Pop Up Kanguru sebesar 8,42 dengan standar deviasi 1,08, sedangkan nilai paling rendah 7,0 dan paling tinggi 10,0. Dan setelah dilakukan pembelajaran dengan media Pop-Up Kanguru ada peningkatan nilai rata-rata kecerdasan bahasa anak yaitu sebesar 16,92 dengan standar deviasi 1,92, sedangkan nilai paling rendah 7,0

dan paling tinggi 20,0.

Dari hasil Uji t diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 oleh ka-rena nilai sig. 0,000 < α (0,05) maka disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media Pop-Up Kanguru memiliki efektifitas yang signifikan ter-

hadap kecerdasan bahasa anak usia dini.

Kata Kunci : Media Pop Up, Stimulasi kecerdasan Bahasa,

Anak Usia Dini

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sejak lahir, anak memiliki berbagai potensi yang dikaruniakan Tuhan. Po-

tensi tersebut diantaranya adalah kecerdasan berbahasa, yaitu kemampuan un-

Anik Sugiyanti, Sri Rahayuningsih adalah Pamong Belajar pada PP PAUD & Dikmas Jawa Tengah

Page 6: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

6

tuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Ke-

mampuan menggunakan bahasa untuk mendeskripsikan kejadian, membangun

kepercayaan dan kedekatan, mengembangkan argumen logika dan retorika, atau

mengungkapkan bahasa yakni mulai menceritakan pengalaman yang dialami

dengan cerita sederhana.

Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata,

suara, ritme dan intonasi dari kata yang di ucapkan. Termasuk kemampuan untuk

mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan in-

formasi.

Chomsky (dalam Nurbiana Dhieni. 2006) mengutarakan bahwa bahasa

sudah ada di dalam diri anak. Saat seorang anak dilahirkan, ia telah memiliki se-

rangkaian kemampuan berbahasa yang disebut "Tata Bahasa Umum" atau

"Universal Grammar". Anak tidak sekadar meniru bahasa yang ia dengarkan, tapi

ia juga mampu menarik kesimpulan dari pola yang ada. Ini karena anak memiliki

sistem bahasa yang disebut Perangkat Penguasaan Bahasa (Language Acquisi-

tion Devise/LAD). Anak akan belajar bahasa dengan cepat sebelum usia 10 ta-

hun.

Tingkat Pencapaian Kemampuan berbahasa anak usia dini usia 3 – 4 ta-

hun sesuai dengan aspek perkembangan fisik adalah 1) Menyatakan dalam ka-

limat pendek 2-4 kata. 2) Mengerti dan melaksanakan dua perintah. 3)

Mengajukan pertanyaan lebih banyak. 4) Mengenal, menirukan dan mengetahui

suara-suara benda dan binatang. 5) Menyebutkan nama benda dan fungsi.

Menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009, kemampuan berbahasa anak usia 3-

4 tahun adalah kemampuan menerima bahasa yakni pura-pura membaca cerita

bergambar dalam buku dengan kata-kata sendiri dan mulai menceritakan pen-

galaman yang dialami dengan cerita sederhana.Karena itu, sesuai dengan fase

perkembangannya anak usia 3 – 4 tahun memperlihatkan kesiapannya untuk

mendengarkan cerita-cerita lebih lama.

Manfaat kemampuan berbahasa bagi anak adalah untuk mengembangkan

kemampuan sosialnya melalui berbahasa.Keterampilan bergaul dalam lingkungan

sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Melalui bahasa, anak

dapat mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan mencip-

takan suatu hubungan sosial.

Untuk mencapai Kecerdasan bahasa yang optimal pada anak harus

diberikan stimulasi dan difasilitasi dengan baik.Stimulasi kecerdasan bahasa pa-

da anak dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satu contoh stimulasi ada-

Page 7: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

7

lah dengan bercerita. Stimulasi kemampuan bercerita pada anak usia dini lebih

baik dilakukan dengan menggunakan media yang menarik sehingga dapat

memotivasi anak untuk mengungkapkan idenya dalam bercerita.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sudah banyak lembaga PAUD

yang memberikan stimulasi kecerdasan bahasa dengan cara bercerita dan

menggunakan media. Namun media yang ada masih terbatas pada buku cerita

dan boneka, dan media tersebut hanya digunakan oleh pendidik. Jadi anak didik

lebih banyak mendengarkan cerita.Anak juga diberi kesempatan untuk mencer-

itakan pengalamannya dengan dibantu pendidik.Dari hasil asesmen kebutuhan

yang dilakukan di dua lembaga Kelompok Bermain, yaitu KB Bunga Bangsa dan

KB Little Star Kids Activity Center menunjukkan aspek perkembangan bahasa

dan sosial emosional anak usia 3-4 tahun berada pada tahap kurang (41%- 60%).

Sedangkankarakteristik umum ketersediaan media/sarana pembelajaran pada

kedua Kelompok Bermain sudah cukup memadai. Namun ketersediaan media/

sarana pembelajaran di KB Bunga Bangsa dan KB Little Star Kids Activity Center

yang mendukung lingkup perkembangan bahasa dan sosial emosional masih ku-

rang memadai.Di kedua lembaga tersebut juga ditemukan masih kurangnya ting-

kat pencapaian perkembangan khususnya pada aspek bahasa.

Berdasarkan hasil asesmen kebutuhan tersebut perlu dikembangkan me-

dia untuk menstimulasi kecerdasan bahasa pada anak usia dini. Media yang di-

harapkan oleh para pendidik adalah media yang menarik bagi anak dan bisa

menstimulasi anak-anak untuk bercerita sendiri dengan menggunakan media ter-

sebut, sehingga dirancang Media Pop-Up Kanguru. Media bercerita Pop-Up ada-

lah sebuah media bercerita yang merupakan pengembangan dari media berceri-

ta yang sudah ada, yakni buku cerita seri Pop-Up.

Media Pop-upKanguru merupakanalat bantu proses belajar mengajar

berupa media gambar tiga dimensi yang memiliki bagian dapat bergerak ketika

halaman buku dibuka yang dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemampuan atau ketrampilan anak dalam hal bercerita sehingga

dapat menstimulasi kecerdasan berbahasa anak.

Gambar-gambar Pop-up memberikan visualisasi cerita yang lebih

menarik.Tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang

dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser hingga bagian

yang dapat berubah bentuk.Media Pop-UpKanguru ini terdiri atas tiga seri yaitu

binatang dengan latar belakang kehidupan hutan,transportasi, danprofesi. Media

Pop-Up Kanguru ini didesain untuk menstimulasi kemampuan bercerita pada

anak usia dini, dengan gambar-gambar tiga demensi yang menarik dan dilengka-

Page 8: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

8

pi dengan tokoh-tokoh cerita yang dapat dimainkan anak, sehingga membantu

merangsang ide cerita anak.

Model Media Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulai Kecer-

dasan Bahasa Anak Usia Dini ini telah diujicobakan di PAUD Fatimah Kabupaten

Sukoharjo. Selama uji coba model tentu saja perlu adanya monitoring dan evalua-

si untuk mengetahui kelemahan dan keunggulan model guna perbaikan model ini.

Laporan hasil uji coba ini disusun untuk memberikan gambaran pelaksanaan uji

coba model Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulai Kecerdasan Ba-

hasa Anak Usia Dini.

2. Rumusan Masalah

Masalah yang dikaji dan dikembangkan melalui penelitian ini adalah: apakah

media Pop-Up efektif dalam memberikan stimulasi kecerdasan bahasa pada

anak usia 3-4 tahun?.

Secara lebih rinci permasalahan yang dikaji dan dikembangkan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Bagaimana pelaksanaan stimulasi kecerdasan bahasa pada anak usia dini

dengan menggunakan media Pop-Up Kanguru?

Apakah media Pop-Up Kanguru layak digunakan untuk menstimulasi kecerdasan

bahasa anak usia dini?

Apakah media Pop-Up Kanguru efektif digunakan untuk menstimulasi kecer-

dasan bahasa anak usia dini?

3. Tujuan

Secara rinci tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Mendeskripsikan media Pop-Up Kanguru yang digunakan untuk menstimulasi

kecerdasan bahasa anak usia 3-4 tahun di lembaga PAUD.

Mengetahui kelayakan media Pop-up Kanguru sebagai media cerdas untuk men-

stimulasi kecerdasan bahasa anak usia 3-4 tahun.

Mengetahui keefektifan media Pop-up Kanguru sebagai media cerdas untuk

menstimulasi kecerdasan bahasa anak usia dini 3-4 tahun.

4. Manfaat

a. Teoritis

Penelitian ini, secara teoritik, memiliki manfaat dalam menambah khasanah

Page 9: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

9

keilmuan di bidang pendidikan bagi anak usia dini, khususnya:

1) Stimulasi kecerdasan bahasa anak usia dini ( 3 – 4 tahun) dengan

menggunakan media Pop-up Kanguru.

2) Penggunaan media dalam menstimulasi kecerdasan anak khususnya

kecerdasan bahasa.

b. Praktis

Penelitian ini, secara praktis, memiliki manfaat dalam memberikan masukan

-masukan informasional kepada:

1) Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD), dalam membuat rintisan dan pengembangan model-model

pendidikan bagi anak usia dini, serta dalam pengambilan kebijakan

implementasi program pendidikan anak usia dini.

2) Pengelola pendidikan anak usia dini dalam penyediaan media pem-

belajaran di lembaga paud.

3) Pendidik dalam mengembangkan media pembelajaran, untuk men-

stimulasi kecerdasan anak usia dini.

5. Spesifikasi Produk Yang Diharapkan

Media bercerita Pop-Up kanguru merupakan media bercerita yang

digunakan untuk menstimulasi kecerdasan bahasa anak usia dini khususnya

anak usia 3-4 tahun. Media bercerita Pop-Up kanguru diharapkan menjadi media

bercerita yang dapat digunakan langsung oleh anak dengan pendampingan dari

pendidik atau orangtua.

Media bercerita Pop-up Kanguru memiliki bentuk seperti buku yang terdiri

hanya satu halaman dengan gambar tiga dimensi dan berwarna yang menarik

bagi anak-anak. Media ini juga disertai tokoh-tokoh cerita dansinopsis cerita yang

berbeda untuk masing-masing media sesuai dengan tema. Pop-upKanguru ter-

buat dari bahan kertas tebal sehingga dapat berdiri saat dibuka. Ukuran media

keseluruhan adalah 59,4cmx42cm, sedangkan bidang ceritanya memiliki ukuran

sesuai dengan ukuran kertas.Bidang cerita adalah tempat yang bergambar dan

memiliki bentuk tiga dimensi saat dibuka, yang digunakan untuk bercerita.

Media Pop-Up Kanguru dibuat dalam tiga seri yakni transportasi, profesi

dan binatang. Media Pop-Up Kanguru seri Transportasi terdiri dari bandara

dengan pesawat terbang, gambar laut dengan kapal, terminal dengan bus, ada

stasiun dan rel kereta api dengan miniatur kereta api. Media Pop-Up Kanguru seri

Page 10: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

10

Profesi terdiri dari dokter dan suster dengan rumah sakit dan mobil ambulance,

polisi dan polwan dengan kantor polisi , guru dengan sekolahan dan murid-murid,

petani (pak tani dan bu tani dengan sawah dan ada kerbaunya, dan profesi pilot

dengan pramugari, bandara dan pesawat. Media Pop-Up Kanguru seri binatang

dengan latar belakang hutan dan berbagai binatang seperti gajah, harimau, je-

rapah, ular, kupu-kupu, burung, monyet, tupai dll.

Kanguru adalah istilah yang digunakan pada kantong-kantong sebagai

tempat menyimpan beberapa tokoh cerita dan sinopsis cerita sesuai dengan te-

ma.Selain itu juga sebagai tempat menyimpan lembar evaluasi perkembangan

bercerita anak. Kanguru direkatkan di sisi depan media pop-up. Tokoh-tokoh

yang ada dalam kanguru sebagai media bermain anak.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Anak Usia Dini

Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 mengatakan bahawa Anak

Usia Dini adalah anak yang memiliki rentan usia 0-6 tahun. Pada masa ini anak

usia dini dikatakan berada pada masa golden age yaitu masa emas dimana anak

akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, dan kecer-

dasan anak juga akan terbentuk di masa ini. Menurut Mansur (2005) anak usia

dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkem-

bangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.

Anak usia dini memiliki perkembangan yang berbeda dari setiap individu.

Perkembangan anak usia dini dipengaruhi juga pemberian stimulasi dari orang

terdekat dan lingkungannya.

Menurut Yuliani Nurani Sujiono, 2009) anak usia dini adalah anak yang

baru lahir sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan

dakam pembentukan karakter dan kepribadian anak.

Anak usia dini bukanlah orang dewasa yang kerdil. Anak usia dini memiliki karak-

ter yang berbeda dengan orang dewasa. Karakter anak usia dini sangat khas baik

secara fisik, sosial, moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah, dkk (2010)

menyatakan bahwa karakter anak usia dini antara lain 1) Memiliki rasa ingin tahu

yang besar, 2) merupakan pribadi yang unik, 3) Suka berfantasi dan berimajinasi,

4) Masa paling potensial untuk belajar, 5) Menunjukkan sikap egosentris, 6) Mem-

iliki rentang daya konsentrasi yang pendek, 7) Sebagai bagian dari makluk sosial.

Page 11: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

11

Hakikat anak usia dini menurut Bredecam dan Copple, Brener, serta

Kellough (dalam Masitoh dkk, 2005) sebagai berikut 1) Anak bersifat unik, 2)

Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan, 3) Anak bersifat aktif

dan enerjik, 4) Anak itu egosentris, 5) Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat

dan antusias terhadap banyak hal, 6) Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petua-

lang, 7) Anak umumnya kaya dengan fantasi, 8) Anak masih mudah frustasi, 9)

Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak, 10) Anak memiliki daya per-

hatian yang pendek, 11) Masa anak merupakan masa belajar yang paling poten-

sial, 12) Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

2. Pengertian Stimulasi Kecerdasan Bahasa

a. Pengertian Stimulasi

Stimulasi adalah perangsangan dan latihan-latihan terhadap kepandaian

anak yang datangnya dari lingkungan luar anak (Mursintowati, 2002). Stimu-

lasi ini dapat dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga atau orang dewasa

lain di sekitar anak. Sementara Soetjiningsih (1995) menyebutkan bahwa

stimulasi perangsangan yang datangnya dari lingkungan di luar individu anak.

Narendra (2002) menyatakan stimulasi dini perangsangan yang dating dari

lingkungan luar anak antara lain berupa latihan atau bermain.

Anak-anak yang banyak mendapat stimulasi akan lebih cepat berkembang

dari pada anak yang tidak mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulasi akan

lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai

dengan tahap-tahap perkembangannya.

Menurut Suherman (2000) pemberian stimulasi dimulai dari tahap yang sudah

dicapai oleh anak, dilakukan dengan wajar,tanpa paksaan atau hukuman atau

marah bila anak tidak dapat melakukannya, memberi pujian bila anak berhasil

melakukannya. Tujuan pemberian stimulasi pada anak usia dini adalah untuk

membantu anak mencapai perkembangan yang optimal.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stimu-

lasi adalah pemberian rangsangan atau dorongon yang dilakukan oleh orang

tua, anggota keluarga atau orang dewasa lainnya melalui kegiatan bermain

atau latihan-latihan.

b. Pengertian Kecerdasan Bahasa

Kecerdasan bahasa merupakan kemampuan menggunakan bahasa untuk

mendeskripsikan kejadian, membangun kepercayaan dan kedekatan,

mengembangkan argumen logika dan retorika, atau mengungkapkan ekspresi

Page 12: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

12

dan metafora. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ba-

hasa adalah wartawan dan reporter, tenaga penjual, penyair, copywriter,

penulis dan pengacara.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kecerdasan bahasa adalah

kecerdasan dalam mengolah kata. Kecerdasan bahasa berhubungan dengan

kompetensi/kemampuan menggunakan bahasa, merangkai kata dan kalimat,

baik secara tertulis maupun secara lisan.

c. Pengertian Stimulasi Kecerdasan Bahasa

Rangsangan atau dorongan yang diberikan melalui bermain atau latihan –

latihan yang dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga dan orang dewasa

lainnya untuk membantu anak mencapai kecerdasan dalam hal mengolah

kata, merangkai kata dan kalimat baik secara tertulis maupun secara lisan.

3. Pengertian Media Pembelajaran Pop Up Kanguru

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, per-

hatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

belajar terjadi (Sadiman,2002). Latuheru (1988), menyatakan bahwa media

pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan

belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi

antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya

guna. Sedangkan menurut Briggs (1970) menyatakan segala alat fisik yang

dapat menyajikan persan serta ,merangsang siswa untuk belajar. Buku, film,

kaset.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran secara umum adalah alat bantuproses belajar mengajar. Sega-

la sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pembelajar sehingga dapat

mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam

mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang di-

manfaatkan untuk tujuan pembelajaran.

b. Pengertian Media Pop Up Kanguru

Page 13: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

13

Media Pop-up Kanguru adalah media tiga dimensi yang memiliki bagian

dapat bergerak ketika halaman buku tersebut dibuka. Tampilan media “pop-

up” berupa buka yang berisi gambar-gambar berwarna sesuai dengan tema

cerita, gambar tersebut akan membentuk tiga dimensi dan bergerak pada

saat terbuka. Media “Pop-up” kanguru dilengkapi dengan seperangkat media

pendukung cerita seperti tokoh-tokoh cerita sesuai tema.

Media Pop-Up Kanguru dibuat dalam tiga seri yakni transportasi, profesi

dan binatang.

1) Media Pop-Up Kanguru seri Transportasi terdiri dari bandara dengan

pesawat terbang, gambar laut dengan kapal, terminal dengan bus, ada

stasiun dan rel kereta api dengan miniatur kereta api.

2) Media Pop-Up Kanguru seri Profesi terdiri dari dokter dan suster

dengan rumah sakit dan mobil ambulance, polisi dan polwan dengan

kantor polisi , guru dengan sekolahan dan murid-murid, petani (pak tani

dan bu tani dengan sawah dan ada kerbaunya, dan profesi pilot

dengan pramugari, bandara dan pesawat.

3) Media Pop-Up Kanguru seri binatang dengan latar belakang hutan

dan berbagai binatang seperti gajah, harimau, jerapah, ular, kupu-kupu,

burung, monyet, tupai dll.

Kanguru adalah istilah yang digunakan pada kantong-kantong sebagai tem-

pat menyimpan beberapa tokoh cerita dan sinopsis cerita sesuai dengan te-

ma. Selain itu juga sebagai tempat menyimpan lembar evaluasi perkem-

bangan bercerita anak. Kanguru direkatkan di sisi depan media Pop-Up.

Tokoh-tokoh yang ada dalam kanguru sebagai media bermain anak.

4. Pengertian Media Pembelajaran Pop Up Kanguru

Media Pop-up Kanguru merupakan alat bantu proses belajar mengajar

berupa media gambar tiga dimensi yang memiliki bagian dapat bergerak keti-

ka halaman buku dibuka yang dipergunakan untuk merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan anak dalam hal ber-

cerita sehingga dapat menstimulasi kecerdasan berbahasa anak. Media Pop-

Up Kanguru terdiri dari tiga seri, yakni seri binatang, transportasi dan profesi.

Masing-maing seri media dilengkapi dengan tokoh-tokoh pendukung untuk

membantu anak bermain dan dilengkapi dengan sinopsis cerita serta Kartu

Perkata yang merupakan instrumen untuk mengukur perkembanagn berbaha-

sa dalam hal bercerita.

Page 14: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

14

C. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian Dan Pendekatan

Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian evaluasi yaitu pengumpulan

data, membandingkan hasil pengukuran dan pengumpulan data, menyajikan infor-

masi yang akurat dan objektif mengenai implementasi model Pop Up Kanguru Me-

dia Cerdas Untuk Menstimulasi Kecerdasan Bahasa Anak Usia Dini. Pendekatan

kuantitatif untuk mengetahui kelayakan model dan efektifitas media.dan kualitatif.

memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan bercerita anak setelah

menggunakan media bercerita Pop – Up Kanguru.

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik PAUD fatimah Jl. Melati RT 02

RW 10 Perumahan Tiara Ardi Purbayan, Baki Sukoharjo. Dan untuk sampelnya

peserta didik PAUD Fatimah usia 3 – 4 tahun sebanyak 12 anak.

3. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrumen

a. Angket

Instrumen penelitian yang berupa pertanyaan yang diberikan ke orang lain

sebagai reponden untuk memperoleh keterangan dan informasi. Dalam

penelitian ini untuk mengetahui kelayakan model dan media juga

menggunakan angket yang diberikan kepada para pendidik PAUD. Angket ini

berisi beberapa aspek seperti kemenarikan, kebermanfaatan, keterbacaan,

kejelasan gambar, ukuran, warna, kesesuaian dengan tahap perkembangan

anak, kesesuaian dengan tema-tema pembelajaran PAUD.

b. Wawancara

Pengumpulan data dengan dengan bertatap muka langsung dengan respond-

en untuk melakukan tanya jawab, untuk memperoleh data dan informasi yang

dibutuhkan. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan pendidik.

c. Observasi

Melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat

secara dekat kegiatan yang dilakukan sehiangga akan mendapatkan informa-

si dan data yang dibutuhkan. Penelitian ini dalam observasi menggunakan

Kartu PERKATA ini berisi tentang berbagai indikator untuk mengetahui

perkembangan anak dalam bercerita dan berbahasa, yang diisi oleh pendidik.

Page 15: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

15

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan dari pelaksanaan kegiatan penelitian, yang

dilakukan untuk lebih mendukung informasi dan data yang diperoleh sehing-

ga akan lebih kridibel atau dapat dipercaya.

4. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan dua

cara, yaitu analisis deskripstif kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif

kualitatif digunakan untuk menganalisis data dan informasi yang diperoleh dari

proses dan hasil uji coba model. Penggunaan analisis deskriptif kualitatif dimak-

sudkan untuk memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan bercerita

anak setelah menggunakan media bercerita Pop – Up Kanguru.Analisis deskriptif

kualitatif juga digunakan untuk menafsirkan hasil analisis kuantitatif dan mem-

peroleh gambaran tentang kelemahan-kelemahan model yang divalidasi dan diuji

cobakan di lapangan, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk

merevisi dan mengembangkan model.

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui kelayakan model dan

tingkat efektifitas model yang diuji coba di lapangan. Analisis kuantitatif

menggunakan Uji t untuk mengetahui tingkat keefektivan media yang ditunjukkan

melalui perbandingan rerata perolehan hasil belajar peserta didik.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Penerapan Model Pop Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Kecerdasan Bahasa Anak Usia Dini

Pelaksanaan stimulasi kecerdasan bahasa anak usia dini dengan

menggunakan media Pop-Up Kanguru berdasarkan komponen-komponen se-

bagai berikut :

a. Peserta didik

Peserta didik pada uji coba media ini adalah anak usia 3-4 tahun. Anak-anak

menggunakan media secara berkelompok (3-4 anak) untuk setiap seri media.

Pada saat pertama penggunaan media, karena keterbatasan kemampuan

berbahasa Indonesia sehingga membuat anak kurang lancar bercerita, na-

mun jika menggunakan bahasa jawa lebih ekspresif dan lancar. Untuk

menghindari anak berebut saat memainkan tokoh dalam media Pop-Up,

anak diberi penjelasan tentang aturan main dan juga langkah-langkah ber-

Page 16: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

16

main.

b. Pendidik

Pada saat pertama menggunakan media Pop-UpKanguru, ketikapembacaan

sinopsis, kurang ada interaksi antara guru dengan anak sehingga anak asyik

bermain sendiri dengan tokoh-tokoh media tidak mendengarkan cerita guru.

Pada pertemuan selanjutnya guru bisa mengembangkan cerita dalam sinop-

sis. Pendidik juga memberikan masukan/ stimulasi misalnya tentang cerita

suatu perjalanan seorang tokoh pada saat tertentu sehingga anak tidak han-

ya menjalankan alat transportasi dan menirukan suara. Guru juga mem-

benarkan pengucapan anak dan terkadang juga menerjemahkan dalam ba-

hasa Indonesia.

c. Seri Media

Media Pop-Up kanguru memiliki tiga seri yaitu binatang, transportasi dan

profesi.Seri-seri tersebut sesuai dengan tahap perkembangan anak usia 3-4

tahun. Setiap seri dilengkapi dengan setting dan tokoh yang berhubungan

dengan tema.Anak-anak bereksplorasi sesuai tema misalnya tema binatang

anak-anak mulai dari menirukan suara binatang, menanyakan jenis ma-

kanan, habitat dan lain sebagainya.

Pada seri trasnportasi ini anak-anak bereksplorasi dengan berbagai jenis

kendaraan yang tersedia dalam tokoh pendukung media, khususnya pada

kereta api dan mobil.

Pada tema profesi ide dan gagasan bercerita anak kurang muncul karena

dukungan yang diberikan guru tentang profesi kurang. Ketika guru memberi

pijakan awal yang lebih kuat sebelum anak menggunakan media seri profesi,

ternyata kemampuan bercerita anak muncul dengan baik.

d. Pemanfaatan media

Secara umum media mampu menstimulasi kemampuan berbahasa anak.

Rata-rata anak memainkan 2-3 tokoh. Pemanfaatan media akan memberikan

hasil yang maksimal jika dimainkan dengan cara berpasangan, bahkan ada 1

anak yang lebih mampu bercerita sendiri.

e. Proses pembelajaran

Proses pembelajaran untuk menstimulasi kecerdasan berbahasa anak pada

saat ujicoba berjalan sesuai yang direncanakan. Dimulai dengan membuka

kegiatan bermain dengan mengenalkan seri media dan membuat kesepaka-

Page 17: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

17

tan tentang aturan main.Selanjutnya , mengenalkan kosakata sesuai seri

media masing-masing dan membacakan sinopsis cerita. Sinopsis dibacakan

dengan membuka media, memainkan beberapa tokoh pendukung cerita dan

ada interaksi dengan anak. Pada saat bercerita, anak memang masih ban-

yak menggunakan bahasa Jawa pada awal –awal pertemuan. Namunanak-

anak menjadi lancar bercerita dengan menggunakan bahasa Indonesia pada

pertemuan selanjutnya, mesikipun sesekali masih muncul kata-kata dalam

bahasa Jawa.

f. Penilaian perkembangan bercerita anak

Penilaian perkembangan bercerita anak dilakukan dengan menggunakan

kartu PERKATA (kartu perkembangan bercerita).Pengisian instrumen

penilaian tidak dapat dilakukan saat anak bermain karena guru juga men-

stimulasi anak saat bermain.Secara umum hasil penilaian perkembangan

bercerita anak menunjukkan hasil yang baik.Dari pertemuan awal ke selan-

jutnya, anak semakin mampu mengeksplorasi cerita. Para guru juga menya-

takan bahwa instrumen penilaian mudah digunakan dan dapat mengukur

perkembangan berbahasa anak dengan tepat.

2. Efektivitas Meda Pop Up Kanguru Terhadap Kecerdasan Bahasa anak Usia

Dini

Efektifitas media Pop-Up Kanguru diperoleh dari data hasil running observa-

tion yang dilakukan oleh pendidik selama 12 kali pertemuan.

a. Analisis Deskriptif

1) Gambaran Kecerdasan Bahasa Sebelum Dilakukan Pembelajaran

dengan Media Pop-Up Kanguru

Hasil pengukuran kecerdasan bahasa anak sebelum dilakukan Pembelajaran

Media Pop-Up Kanguru disajikan sebagai berikut.

Mean = 8,42 SD = 1,08 Min = 7,0 Max = 10,0

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan

Kategori Interval Nilai Frekuensi Persentase

(%)

Rendah

Sedang

Tinggi

7-11

12-16

17-21

12

0

0

100,0

0,0

0,0

Jumlah 12 100,0

Page 18: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

18

pembelajaran dengan media Pop-Up Kanguru, tingkat perkembangan kecer-

dasan bahasa anak semuanya (100%) dalam kategori rendah (interval nilai 7-

11). Berdasarkan perhitungan nilai, nilai rata-rata kecerdasan bahasa anak

sebelum dilakukan pembelajaran dengan media Pop Up Kanguru sebesar

8,42 dengan standar deviasi 1,08, sedangkan nilai paling rendah 7,0 dan pal-

ing tinggi 10,0.

2) Gambaran Kecerdasan Bahasa Sesudah Dilakukan Pembelajaran

dengan Media Pop-Up Kanguru

Hasil pengukuran kecerdasan bahasa anak sesudah dilakukanPem-

belajaran dengan Media Pop-Up Kanguru disajikan sebagai berikut.

Mean = 16,92 SD = 3,92 Min = 7,0 Max = 20,0

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa setelah dilakukan

pembelajaran dengan media Pop-Up Kanguru pada hari ke-12, sebagian be-

sar nilai kecerdasan bahasa anak dalam kategori tinggi (interval nilai 17-21)

sejumlah 8 anak (66,7%), dalam kategori sedang sejumlah 3 anak (25,0%),

dan dalam kategori rendah hanya 1 anak (8,3%). Berdasarkan perhitungan

nilai, nilai rata-rata kecerdasan bahasa anak setelah dilakukan pembelajaran

dengan media Pop-Up Kanguru sebesar 16,92 dengan standar deviasi 1,92,

sedangkan nilai paling rendah 7,0 dan paling tinggi 20,0.

b. Uji t Efektifitas media Pop-UpKanguru terhadap kecerdasan bahasa anak

usia dini

Hasil perhitungan uji t disajikan pada tabel berikut ini.

Kategori Interval Nilai Frekuensi Persentase

(%)

Rendah

Sedang

Tinggi

7-11

12-16

17-21

1

3

8

8,3

25,0

66,7

Jumlah 12 100,0

Variabel Rata-rata

Awal

Rata-rata

Akhir Nilai Sig. Keterangan

Kecerdasan

Bahasa

8,42 16,92 0,000 Signifikan

Page 19: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

19

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan

pembelajaran dengan media Pop-Up Kanguru, nilai rata-rata kecerdasan bahasa

peserta didik sebesar 8,42 kemudian meningkat menjadi 16,92 setelah dilakukan

pembelajaran dengan media Pop-UpKanguru pada hari ke-12. Dari hasil Uji t di-

peroleh nilai signifikansi sebesar 0,000 oleh karena nilai sig. 0,000 < α (0,05)

maka disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media Pop-UpKanguru memiliki

efektifitas yang signifikan terhadap kecerdasan bahasa anak usia dini.

E. PENUTUP

1. Simpulan

Berdasarkan pelaksanaan uji coba model Pop-Up Kanguru di PAUD Fatimah Su-

koharjo, dapat disimpulkan bahwa:

a. Pelaksanaan uji coba model melalui stimulasi dengan menggunakan media

Pop-Up Kanguru menunjukkan hasil sangat baik. Hal ini terlihat dari hasil tes

awal kemampuan sebelum dilakukan pembelajaran dengan media Pop-Up

Kanguru, tingkat perkembangan kecerdasan bahasa anak semuanya (100%)

dalam kategori rendah (interval nilai 7-11).Setelah dilakukan pembelajaran

dengan media Pop-Up Kanguru pada hari ke-12, sebagian besar nilai kecer-

dasan bahasa anak dalam kategori tinggi (interval nilai 17-21) sejumlah 8 anak

(66,7%), dalam kategori sedang sejumlah 3 anak (25,0%), dan dalam kategori

rendah hanya 1 anak (8,3%).

b. Media Pop-Up Kanguru layak digunakan untuk menstimulasi kecerdasan ba-

hasa anak yang ditunjukkan dari hasil uji kelayakan media yang menyatakan

bahwa skor masing-masing komponen media berada pada kategori baik yakni

isi media(tampilan mencapai skor rata-rata 3,23, sinopsis cerita mencapai skor

3,17 , kartu perkata mencapai skor3,36 , dan panduan penggunaan mencapai

skor 3,20.

c. Media Pop-Up Kanguru efektif untuk menstimulasi kecerdasan bahasa anak

usia dini, dibuktikan dengan hasil analis Uji t yang menyatakan bahwa tingkat

signifikansi media Pop-Up Kanguru terhadap peningkatan kecerdasan bahasa

anak usia dini adalah 0,000. Sebelum dilakukan pembelajaran dengan media

Pop-Up Kanguru, nilai rata-rata kecerdasan bahasa peserta didik sebesar 8,42

kemudian meningkat menjadi 16,92 setelah dilakukan pembelajaran dengan

media Pop-UpKanguru pada hari ke-12.

Page 20: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

20

2. Saran

a. Media Pop-Up Kanguru lebih efektif jika digunakan oleh maksimal 2 anak,

sehingga anak lebih leluasa memainkan tokoh-tokoh pendukung cerita dan

mengeksplorasi media.

b. Media Pop-Up Kanguru sebaiknya dibuat dengan seri yang lebih sehingga

memperkaya pengetahuan anak, dan membuat anak tidak bosan dengan me-

mainkan media yang sama terus menerus.

c. Guru sebaiknya menguasai media termasuk tokoh-tokoh pendukung cerita

dan sinopsis cerita sehingga dapat memberikan pijakan sebelum main, dan

pijakan saat main dengan lebih baik sehingga tingkat perkembanagn berba-

hasa anak akan tercapai dengan maksimal.

d. Media Pop-Up Kanguru sebaiknya dibuat dengan menggunakan bahan yang

lebih awet dan tahan lama.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Ja-

karta: Universitas Terbuka

Ahmadi, Abu. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Briggs, L. 1970. Principle of Constructional Design. New York: Holt Rinehart and Winston

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Ilmu Sosial. Jakarta : Prena-

da Media

Cakra, Ki Heru. 2012. Mendongeng dengan Mata Hati : Surabaya: Mumtaz Media

Dhieni, Nurbiana. 2006. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka

Hurlock, B.Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga

Lie, Anita. 2003. 101 Cara Menumbuhkan Kecerdasan Anak (Usia Balita Sampai Pra

Remaja). Jakarta : Elex Media Komputindo

Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Monks, FJ, et.al. 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.

Yogyakarta: Gajahmada University Press

Narendra, Mursintowati B. 2002. Tumbuh Anak dan Remaja. Jakarta: CV. Sagung Seto

Sadiman, Arif. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press

Page 21: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

21

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Departe-

men Pendidikan Nasional

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks

Tarigan, Henry Guntur. 1981. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa

Page 22: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

22

Page 23: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

23

Gaya Hidup Keluarga terhadap Pola Makan Anak Usia Dini

di Pos PAUD Kecamatan Semarang Utara

Anita Chandra Dewi1

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis gaya hidup keluarga terhadap pola makan anak di Pos PAUD Kecamatan Sema-rang Utara. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif deskriptif , dimana yang menjadi subyek penelitian ini adalah keluarga-keluarga yang ada di Pos PAUD Kecamatan semarang Utara. Hasil ana-lisis penelitian kulaitatif disimpulkan bahwa gaya hidup keluarga di-pengaruhi oleh faktor model, lingkungan, media, komunikasi, penge-tahuan, konsep diri, percaya diri, dan perkembangan psikologi. Faktor-faktor tersebut akan memberikan dampak bagi pola makan pada anak usia dini di Pos PAUD di Kecamatan Semarang Utara. Pola makan pada anak dapat terjadi karena cara pandang dan cara berpikir yang mempengaruhi tindakan makan dan pemilihan makanan yang akhirnya menjadi kebiasaan makan anak. Perlunya orang tua memperhatikan ga-ya hidup yang sehat dan positif karena anak meniru gaya hidup yang

dimiliki oleh orang tuanya.

A. Latar Belakang

Pertumbuhan anak-anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia

ternyata selalu tertinggal dibandingkan anak-anak di negara maju. Pada awalnya

kita menduga faktor genetik adalah penyebab utamanya. Namun kajian tentang

tumbuh kembang anak membuktikan bahwa bayi di Indonesia sampai usia 6 bulan

mempunyai berat dan sama baiknya dengan bayi Amerika. Perlambatan pertum-

buhan kemudian mulai terjadi pada periode 6-24 bulan. Penyebabnya adalah pola

makan yang semakin tidak memenuhi syarat gizi dan kesehatan. Pada usia 0-6 bu-

lan ASI masih menjadi andalan dan oleh karena itu, bayi Indonesia masih bisa tum-

buh secara optimal. Akibat kemiskinan, anak-anak usia 6-24 bulan tidak bisa

mendapatkan makanan yang berkualitas sebagai pendamping ASI. Akibatnya kuali-

tas fisik semakin merosot ( Gutama, 2004)

Problema makanan bisa terjadi karena anak meniru pola makan orang

tuanya yang mungkin kurang baik. Orang tua yang pilih-pilih makanan dan tidak su-

ka sayur secara tidak langsung akan menyebabkan anak berperilaku seperti orang

tuanya. Budaya makan bisa juga timbul dari kebiasaan makan yang dilakukan dari

rumah misalnya kebiasaan makanan yang menggunakan santan dalam makanan

keluarga akan membuat anak menjadi senang dengan makanan yang bersantan.

Anita Candra Dewi adalah Dosen PAUD FIP Universitas PGRI Semarang

Page 24: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

24

Ada juga anak yang dibiasakan makan yang manis-manis, hal itu menyebabkan

anak menjadi obesitas. Pola makan anak juga banyak dipengaruhi oleh gaya hidup

keluarga, hal ini bisa dilihat dari kebiasaan anak untuk menyantap makanan siap

saji (fastfood). Kebiasaan terjadi karena kebiasaan orang tua dalam mengenalkan

makanan siap saji (fastfood) disertai dengan tidak memberikan pengetahuan pada

anak tentang bahayanya memakan makanan siap saji secara terus menerus pada

anak.

Gaya hidup diartikan “bagaimana seseorang hidup “ (howonelives). Gaya

hidup seseorang meliputi produk yang dibelinya, bagaimana menggunakannya dan

bagaimana seseorang tersebut berfikir dan merasakan semua itu. Gaya hidup meru-

pakan manifestasi diri dari seseorang. Hasil penelitian awal di Kecamatan semarang

Utara ditemukan gaya hidup keluarga di daerah banyak yang tergantung dari media

elektronik, hal ini bisa dilihat dari banyak orang tua yang memilih makanan ber-

dasarkan apa yang menjadi trend di televisi. Orang tua menyukai makanan-

makanan instan dibandingkan dengan makanan yang diolah sendiri. Ketergan-

tungan orang tua terhadap gadget juga mempengaruhi mereka dalam melayani

keluarga mereka termasuk mengasuh anak. Orang tua lebih suka mengkonsumsi

makanan yang sudah jadi dibandingkan mengolah makanan sendiri.

Survei yang dilakukan AC Nielsen bahwa 69% masyarakat kota di Indonesia

mengkonsumsifastfood yaitu 33% menyatakan makan siang sebagai waktu yang

tepat untuk makan siang di restoran fastfood, 25% untuk makan malam, 9% menya-

takan sebagai makanan selingan dan 2% memilih makanan untuk makan pagi

(Nielsen, 2008)

Kewajiban orang tua adalah menjamin hak-hak anak untuk memperoleh

makanan secara cukup dan berkualitas. Disertai dengan pola asuh yang baik, maka

anak-anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal menjadi sumber daya

manusia (SDM) yang tangguh.

B. KAJIAN TEORETIK

1. Gaya Hidup Keluarga

Gaya hidup adalah merupakan penyaringan dari serentetan interaksi sosial,

budaya, dan keadaan ( Suharjo, 2003). Gaya hidup adalah bagaimana seseorang

berinteraksi dengan orang lain baik secara sosial, budaya dan keadaannya. Dengan

interaksi ini seseorang mengetahui apa yang menjadi keinginannya.

Secara luas, gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasi-

Page 25: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

25

kan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mere-

ka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikir-

kan tentang diri mereka sendiri (pendapat) (Soekidjo Notoatmojo, 2011).

Dari penjelasan diatas diketahui bahwa gaya hidup adalah bagaimana

seseorang berinteraksi dengan lingkungannya sehingga pada saat interaksi itulah

seseorang mengetahui apa yang menjadi harapannya, minatnya, dan pandangann-

ya terhadap apa yang dilihat dan rasakan.

Definisi gaya hidup juga diartikan “bagaimana seseorang hidup

“ (howonelives). Gaya hidup seseorang meliputi produk yang dibelinya, bagaimana

menggunakannya dan bagaimana seseorang tersebut berfikir dan merasakan

semua itu. Gaya hidup merupakan manifestasi diri seseorang (Supranto, Namdan

Limakrisna, 2011 )

Gaya hidup suatu individu akan bergerak dinamis dari masa ke masa. Na-

mun demikian, gaya hidup tidak cepat berubah sehingga pada kurun waktu tertentu

gaya hidup relatif permanen. Gaya hidup juga dapat menentukan bentuk pola kon-

sumsi pangan. Gaya hidup mempengaruhi kebiasaan makan seseorang atau seke-

lompok orang yang berdampak tertentu khususnya berkaitan dengan gizi.. Dari pen-

jelasan tersebut diketahui bahwa dari gaya hidup seseorang akan mempengaruhi

pola makannya. Misalnya gaya hidup di kota-kota besar yang terbiasa makan siap

saji kan berdampak pada pola makan orang tersebut.

Gaya hidup ini bisa dibawa selamanya atau tetap namun bisa karena sesua-

tu hal seseorang mau merubah gaya hidupnya menjadi lebih baik. Gaya hidup bi-

asanya akan mempengaruhi pola makannya juga, misalnya gaya hidup yang sering

makan junkfood, tetapi karena mengidap suatu penyakit tertentu misalnya darah

tinggi atau kolesterol sehingga gaya hidupnya yang terbiasa makan junkfood diubah

menjadi gaya hidup sehat dengan banyak mengkonsumsi makanan yang lebih

bergizi dan mengurangi makanan yang mengandung kolesterol.

Perubahan gaya hidup juga dapat membawa perubahan pada selera, kebia-

saan dan perilaku pembelian. Supranto (2011) menyebutkan bahwa gaya hidup

merupakan konsep yang lebih kontemporer, lebih komprehensif dan lebih berguna

daripada kepribadian. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2004)

gaya hidup seseorang menunjukkan pula kehidupan orang yang bersangkutan di

dunia ini sebagaimana tercermin dalam kegiatan, minat dan pendapatnya.( Kotler,

Amstrong, 2014). Gaya hidup seseorang dijelaskan biasanya dapat dilihat dari

kegiatannya sehari-hari misalnya berolahraga dan bekerja, minatnya terhadap

sesuatu hal misalnya minat terhadap makanan yang sehat juga keluarga, dan pen-

Page 26: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

26

dapatnya tentang dirinya serta masa depannya.

Lifestyle is a concept more contemporary , more comprehensive. Lifestyle is

a summary construct defined as pattern in which people live and spend tim eand

money. Lifestyle reflect a person’sactivities, interests, and opinions (AIOs) (Kotler,

Amstrong, 2005)

Gaya hidup dijelaskan juga oleh Soedioetama (2006) bahwa gaya hidup

merupakan bagian dari manifestasi budaya dan merupakan hasil belajar dari pen-

galaman sejak lahir sampai meninggal dunia. Perubahan gaya hidup sangat sulit bila

dilakukan sekaligus pada ketiga tingkatan, yaitu pada tingkat masyarakat, keluarga

dan perorangan. Seseorang apabila hendak merubah gaya hidupnya akan menerima

perubahan itu lebih cepat jika dipastikan dari keluarga dan masyarakat yang gaya

hidupnya akan diambil (Soediaotama, 2006) Gaya hidup biasanya dibawa sejak

masih anak-anak kemudian dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan sekitarnya

hingga anak dewasa. Gaya hidup anak biasanya melihat dari keseharian keluargan-

ya khususnya orang tuanya.

a. Keluarga

Keluarga adalah unit yang terdiri atas anggota-anggota sebagai akibat dari

adanya sebuah perkawinan. Keluarga lazimnya terdiri atas ayah, ibu beserta anak-

anaknya. (Arifin , 2015). Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting

dalam masyarakat. Selain itu dijelaskan juga pengertian keluarga adalah dua atau

lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau

pengangkatan yang hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain,

dan dalam perannya masih-masing menciptakan serta mempertahankan suatu ke-

budayaan. ( Hartono, 2012))

Dijelaskan juga definisi keluarga adalah terdiri atas komposisi orang-orang

yang disatukan oleh perkawinan dara, darah, atau adopsi. Hubungan antara suami

dan istri adalah hubungan pernikahan dan hubungan antara orang tua dan anak bi-

asanya berdasarkan hubungan darah atau adopsi.( Puspitawati, 2012). Dimana da-

lam keluarga akan timbul kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berko-

munikasi yang memerankan peran sosial dari suami, istri, ibu, ayah, anak laki-laki

dan anak perempuan, serta saudara laki-laki dan saudara peremouan. Peran diten-

tukan oleh masyarakat, tetapi setiap keluarga dipengaruhi oleh perasaan tradisional

dan emosional yang muncul karena pengalaman.

Keluarga adalah wadah yang penting diantara individu dan kelompok, yang

merupakan kelompok sosial yang pertama dimana anak-anak menjadi anggotanya.

Di dalam lingkungan keluarga pertama kali pertama kali proses sosialisasi berlang-

Page 27: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

27

sung antara kehidupan anak, ibu, ayah, saudara-saudara serta keluarga lain. Dianta-

ra keluarga itu maka ibu adalah orang-orang yang pertama dimana anak-anak men-

gadakan kontak. Proses itu berlangsung secara terus menerus. Sampai anak-anak

memasuki sekolah, mereka menghabiskan seluruh waktunya dalam unit keluarga.

Sampai masa dewasa anak diperkirakan telah menghabiskan separoh dari waktunya

dalam keluarga. Beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap keluarga ada-

lah : (1) status sosial ekonomi keluarga, (2) faktor keutuhan keluarga, (3) sikap dan

kebiasaan orang tua (Puspitawati, 2012)

Keluarga memperkenalkan anak-anak dunia fisik dengan memberikan kesem-

patan untuk bermain dan eksplorasi objek. juga menciptakan ikatan yang unik antara

satu dengan orang lain . Ikatan antara orang tua dan saudara memberikan hub-

ungan ke dunia yang lebih luas. Dalam keluarga, anak-anak belajar bahasa, ket-

erampilan dan nilai-nilai moral sosial budaya. Anak belajar untuk mendapatkan infor-

masi, bantuan, dan interaksi dengan

Peranan keluarga terhadap pendidikan anak sangat besar, salah satu dian-

taranya adalah memberikan dasar-dasar pendidikan, sikap dan ketrampilan, pendidi-

kan agama, budi pekerti, sopan santun, etika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar

untuk mematuhi peraturan, menananamkan kebiasaan-kebiasaan baik, memberikan

contoh dan teladan yang baik. Sesuai dengan pendapat Ahmadi, menurut Biersted

salah satu fungsi keluarga yang penting bagi kelangsungan hidup anak-anak adalah

menggerakkan nilai-nilai kebudayaan, yang didalamnya terdapat pendidikan. Sesuai

dengan pendapat diatas, lebih jauh dijelaskan bahwa keluarga berfungsi sebagai

fungsi kasih sayang, ekonomi, pendidikan, perlindungan, rekreasi, status keluarga,

dan fungsi agama. Dari keluarga anak akan memahami kebiasan-kebiasan yang ber-

laku di rumah, termasuk kebiasaan makan di dalam keluarga.

Keluarga adalah guru pertama dan paling penting bagi anak-anak. mereka

membentuk sikap anak-anak dan praktek kesehatan / keselamatan melalui kombina-

si berkelanjutan instruksi langsung. belajar insidental dan pemodelan perilaku orang

dewasa. kegiatan sehari-hari sering menjadi penting saat mendidik. Misalnya, orang

tua dapat mendiskusikan manfaat makan buah dan sayuran dengan mencuci anak

(dan sampel) brokoli untuk makan malam.

b. Pola Makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran

mengenai macam dan jumlah makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang

dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu ( Andriani,

2012). Pola makan yang tidak seimbang akan menyebabkan ketidakseimbangan zat

Page 28: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

28

gizi yang masuk kedalam tubuh dan menyebabkan terjadinya kekurangan gizi juga

sebaliknya pola konsumsi yang tidak seimbang juga mengakibatkan zat gizi tertentu

berlebih dan menyebabkan terjadinya gizi lebih. Asupan gizi yang tepat berperan

dalam menciptakan kesehatan anak usia dini yang optimal.

Sedangkan pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dalam Santoso

adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan

jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu (Santoso , 2008) Penjelasan dari

keterangan diatas adalah bahwa pola makan akan terbentuk pada masyarakat ter-

tentu karena bagaimana seseorang menghabiskan makanannya dengan jenis dan

jumlah tertentu setiap harinya . Pola makan ini akan dipengaruhi oleh beberapa hal,

antara lain kebiasaan, kesenangan,budaya, agama, taraf ekonomi, dan lingkungan

alam. Karena pola makan yang akan dibahas adalah pola makan untuk anak usia

dini maka pengaturan makanannya menjadi hal yang penting dalam pola makan.

Karena pengaturan makanan ini berhubungan dengan selera serta kesukaan makan

anak.

C. METODE PENELITIAN

1. PendekatanPenelitian

Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif. Alasan

penulis akan menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk

mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang diperoleh dari fenomena yang

terjadi dengan menggunakan beberap ametode yang ada. Penelitian kualitatif yaitu

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara ho-

listik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah, dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

(Moleong, 2014: 6).

Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian

deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menentukan pemecahan masalah

yang ada sekarang berdasarkan data-data. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang

digunakan pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai gaya

hidup orang tua terhadap pola makan anak usia dini di Kecamatan Semarang

Utara.Subjek yang diteliti adalah 60 anak yang berada di Pos PAUD Kecamatan Se-

marang Utara.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.Data kualitatif

Page 29: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

29

adalah data yang berbentuk kata-kata bukan angka-angka.Data diperoleh melalui

studi kepustakaan, wawancara mendalam dengan informan, dan observasi.

(Sugiyono 2010: 308). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang

sesuai dengan fokus penelitian, yaitu tentang penanaman sikap disiplin anak melalui

program parenting. Data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data primer

dan sekunder.

Data primer diperoleh dalam bentuk verbal, kata-kata atau ucapan lisan atau

perilaku dari subjek (informan) yang berkaitan dengan bagaimana gaya hidup orang

tua terhadap pola makan anak . Data sekunder bersumber dari dokumen-dokumen

tertulis dan foto-foto yang digunakan sebagai pelengkap data primer.

Informan-informan yang dapat dijadikan responden dalam penelitian ini ada-

lah : (1) orang tua, (2) Pendidik (3) Anak. Berdasarkan hasil informan inilah data

terkumpul, kemudian orang pertama diminta untuk menentukan orang lain yang

dapat memberikan informasi. Berdasarkan informan kunci tersebut selanjutnya

dikembangkan untuk mencari informan lainnya dengan teknik bola salju (snowball

sampling).Teknik ini digunakan untuk mencari informasi secara terus menerus dari

informan satu ke informan lainnya, sehingga data yang diperoleh semakin banyak,

akurat dan lengkap.Pengumpulan data dan informan ini baru selesai apabila data

yang diperoleh dianggap telah cukup.

2. Prosedur pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data digunakan untuk menghimpun data dan informa-

si tentang penanaman sikap disiplin anak melalui program parenting. Prosedur

pelaksanaanya disesuaikan dengan sumber data dan lokasi dimana responden

melaksanakan tugasnya. Secara khusus dapat dinyatakan bahwa rencana penelitian

ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa :

a. Wawancara

Wawancara adalah muka (bertemu langsung dengan yang diwawancarai).

Adapun tujuan wawancara adalah untuk memperoleh (1) rekontruksi yang ter-

jadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi,

pengakuan, kerisauan, dan sebagainya; (2) rekontruksi tersebut berdasarkan

pengalaman masa lalu; (3) proyeksi keadaant ersebut diharapkan terjadi pada

masa yang akan datang, dan verifikasi, pengecekan dan pengembangan infor-

masi yang telah didapat sebelumnya. (Lincoln dan Guba dalamMoleong, 2009:

186).

b. Observasi

Page 30: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

30

Observasi sebagai metode ilmiah dilakukan dengan pengamatan dan pencata-

tan secara sistematik terhadap fenomena atau kejadian-kejadian yang diselidi-

ki. Observasi terutama ditunjukan untuk memperoleh data yang berhubungan

dengan apa yang dikerjakan (cultural behaviour) dan apa yang diperbuat dan

dipergunakan (culturarifacts) oleh partisipan. Saat melakukan observasi,

peneliti dapat menempatkan diri sebagai partisipan atau non partisipan, dapat

menempuh jalan terus terang (owert) atau sembunyi-sembunyi

(convert).Observasi peneliti selalu mengarah pada fokus. Semua hasil observa-

si dibuatkan catatan lapangan sesegera mungkins etelah pengamatan. Catatan

tersebut dituangkan dant elah disiapkan oleh peneliti sesuai dengan kode yang

dibuat. (Sugiyono, 2010 : 310-319).

c. Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002:206) metode dokumentasi adalah mencari data yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

legger, agenda dan sebagainya. Hadari Nawawi (2005:133) menyatakan bah-

wa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan ter-

tulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat,

dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.

D. PEMBAHASAN

Hasil analisis menghasilkan temuan bahwa gaya hidup berpengaruh secara lang-

sung positif terhadap pola makan.

1. Hasil temuan di Kecamatan Semarang Utara bahwa gaya hidup di pengaruhi

oleh faktor ekternal seperti kebiasaan orang tua,teman sebaya, media, penge-

tahuan gizi dan lainnya. Ini menunjukkan bahwa banyak keluarga di Kecama-

tan Semarang Utara mempunyai gaya hidup yang mengikuti model dari idola

dan panutannya misalnya orang tuanya, temannya, atau idolanya bisa artis,

tokoh masyarakat atau yang lainnya, sehingga apa yang menjadi kebiaasaan

tokoh idolanya akan ditiru oleh keluarga tersebut.

2. Pengaruh media elektronik juga mempengaruhi keluarga dalam gaya hidup-

nya, ini bisa dilihat dari tren-tren yang ada membuat keluarga di Kecamatan

semarang Utara tidak mau ketinggalan dalam mengikuti gaya hidup seperti di

media televisi khususnya. anak-anak yang menghabiskan lebih dari 2 jam

sehari menonton TV lebih cenderung mengikuti makan yang yang diiklankan

oleh televisi. Padahal banyak sekali makanan-makanan yang di iklankan be-

lum tentu sehat dan baik untuk kesehatan. Banyak sekali makanan tersebut

Page 31: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

31

mengandung gula tinggi, kolesterol tinggi berakibatkan pada gangguan

kesehatan seperti jantung, diabetes militus dan lainnya.

3. Selain faktor ekternal juga faktor internal konsep diri, kepercayaan dan nilai

pribadi, perkembangan psikologi dan lainnya. Konsep diri seseorang adalah

bagaimana orang tersebut memandang dirinya. Banyak sekali ditemukan

keluarga yang memandang dirinya berasal dari keluarga yang mempunyai

kemampuan ekonomi tinggi, sehingga seringkali salah memandang dirinya.

Mereka menganggap bahwa mereka seharusnya mengkonsumsi makanan-

makanan yang juga berada di level tinggi seperti pizza, burger, dan lainnya.

Padahal makanan-makanan yang mereka anggap levelnya tinggi adalah ma-

kanan-makanan yang mengandung koleterol tinggi, gula tinggi dan tidak sehat

karena terus menerus dikonsumsi oleh anak-anak. Mereka lebih percaya diri

jika bisa mengkonsumsi makanan-makanan tersebut. Gaya hidup yang di

bawa orang tua akan ditiru oleh anak-anak, sehingga akhirnya anak-anak juga

mempunyai pola makan yang sama dengan orang tuanya.

4. Kebiasaan makan yang kurang baik selama masa pertumbuhan yang diakibat-

kangayahidup yang salah akan menyebabkan munculnya penyakit-penyakit

degeneratif misalnya penyakit darah tinggi, jantung, serta penyakit lainnya.

Gaya hidup yang terbiasa makan snack atau makanan ringan yang bergula

tinggi membuat anak-anak sulit untuk mengkonsumsi sayuran . Hal ini di-

pengaruhi oleh kandungan yang terdapat makanan ringan instan“ snack”

yang sering dijual di warung-warung adalah mengandung pengawet, pemanis

buatan, dan lainnya sehingga rasanya gurih dibandingkan mengkonsumsi

sayuran yang rasanya hambar. Penelitian ini didukung oleh Aranceta, Rodrigo,

Ribasdan Majem (2012) menganalisis pola makan yang berlaku di antara anak

-anak Spanyol dan orang-orang muda dan hubungan mereka dengan faktor

sosio demografi dan gaya hidup, bahwa rata-rata konsumsi buah dan sayuran

rendah, dimana kelompok usia termuda (2-5 tahun) menunjukkan proporsi

terendah. .

5. Makanan merupakan media komunikasi antara anak dan orang tua. Gaya

hidup keluarga yang sering makan bersama dalam satu meja akan membuat

pola makan anak menjadi lebih baik. Masih banyak di temukan keluarga-

keluarga di Kecamatan Semarang Utara yang tidak membiasakan makan ber-

sama, sehingga media komunikasi antara orang tua dan anak menjadi kurang.

Dengan membiasakan makan bersama akan membuat anak belajar untuk

menyampaikan perasaannya dan menyatakan pendapat. Orang tua bisa

menyampaikan keinginanya kepada anak serta menasihati anak.

Page 32: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

32

6. Ketertarikan pada media, opini tentang diri sendiri dan aktivitas berupa

seringnya anak ke mall untuk makan membuat pola makan anak mengikuti

gaya hidup orang tuanya.

E. KESIMPULAN

1. Gaya hidup merupakan bagian dari manifestasi budaya dan merupakan hasil

belajar dari pengalaman sejak lahir sampai meninggal dunia, oleh karena itu

pentingnya keluarga mempunyai gaya hidup yang sehat dengan meperhatikan

aktivitas, minat dan opini.

2. Gaya hidup biasanya dibawa sejak masih anak-anak kemudian dipengaruhi

oleh keluarga dan lingkungan sekitarnya hingga anak dewasa. Gaya hidup

anak biasanya melihat dari keseharian keluarganya khususnya orang tuanya.

3. Faktor eksternal yang mempengaruhi gaya hidup keluarga adalah konsep

diri, kepercayaan diri, nilai diri dan perkembangan psikologi. Sedangkan faktor

internal yang mempengaruhi gaya hidup keluarga adalah media, model

(teladan), teman sebaya, dan pengetahuan (wawasan . Faktor- faktor tersebut

akan memberi dampak pada pola makan anak.

4. Faktor perilaku yang ada di dalam sebuah keluarga berupa cara pandang dan

cara berpikir tentang makanan akan mempengaruhinya dalam melakukan tin-

dakan makan dan memilih makanan, sehingga akan terbentuk menjadi pola

makan keluarga.

5. Pola makan orang tua sebaiknya memenuhi anjuran gizi seimbang sehingga

bisa diterapkan pada anak-anaknya, karena kebiasaan makan baik yang

ditanamkan sejak kecil akan berbekas sampai dewasa kelak.

F. SARAN

1. Keluarga

Menciptakan lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan gairah dan membuat

anak menyukai makanan yang disajikan. Orang tua sebaiknya selalu menyediakan

makanan yang memenuhi syarat gizi seimbang, sehingga anak dapat tumbuh kem-

bang secara optimal

2. Masyarakat

Masyarakat harus mendukung lingkungan yang kondusif untuk dapat menstimulasi

Page 33: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

33

tumbuh kembang anak dengan

Daftar Pustaka

Arifin. Bambang Syamsu. 2015.PsikologiSosial, Bandung : CV Pustaka Setia

Gutama, 2004, Prosiding Inovasi Pangan dan Gizi untuk Optimalisasi Tumbuh Kembang

Anak “ Aspek Gizi dan Stimulasi Pendidikan Anak usia Dini”, Bogor : Pusat Studi Ke-

bijakan Pangan dan Gizi)

Hartono ,ArnicunAzis. 2012. IlmuSosialDasar, Jakarta :BumiAksara

Kotler, Philip.Amstrong. 2004. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jakarta : PT. Indeks Gramedia

Merryana.Wirjatmadi, Bambang. 2012. PerananGizidalamSikluskehidupan, Jakar-

ta :KencanaPrenadaGrup

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. Remaja Rosda-

karya

Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta : Rineka Cip-

ta,

Puspitawati. Herien. 2012. Pengantar Studi Keluarga, Bogor : Penerbit IPB Press

Suharjo, Berbagai Cara Pendidikan Gizi, ( Jakarta : Bumi Aksara dan Antar Universitas

Pangan-Pangan dan Gizi IPB , 2003), hh. 40-41

Supranto, Namdan Limakrisna, 2011, Perilaku Konsume dan Strategi Pemasaran,

(Jakarta : Mitra Wacana Media)

Sumarwan, Ujang,. 2012. Perilaku Konsumen, Jakarta : Ghalia Indonesia

Soediaoetama AD. 2006. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi, Jakarta : Dian Rakyat.

Supranto, NamdanLimakrisna. 2011. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, Jakar-

ta : Mitra Wacana Media.

Santoso, Soegeng. 2008. Kesehatan dan Gizi, Jakarta : Universitas Terbuka

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan .Bandung : Alfa Beta

Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta : Rine-

ka Cipta.

Page 34: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

34

Page 35: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

35 Natalia Dewi Mumpuni, Farida Widyawati, Y. Rudiyono, Heru Djoko Walojo adalah Pamong Belajar di PP PAUD & DIKMAS Jawa Tengah

PROGRAM KETERLIBATAN ORANGTUA

DENGAN MEDIA E-PARENTING

Natalia Dewi Mumpuni1, Farida Widyawati2, Y. Rudiyono3, Heru Djoko Walojo4

Abstrak

Program keterlibatan orangtua dengan media E-Parenting adalahsuatu program yang dirancang oleh lembaga PAUD bekerjasama dengan PP PAUD dan DIKMAS Jawa Tengah untuk mendorong orangtuamemberikan layanan kepada anak usia dini secara berkualitas dan optimal dengan bantuan teknologi video conference.Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan program keterlibatan orangtua dengan media E-Parenting. Secara rinci tujuan yang hendak dicapai me-lalui pengkajian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara lengkap tentang penyelenggaraan program keterlibatan orangtua melalui E-Parenting, untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi kelayakan me-dia E-Parenting, dan untuk memperoleh gambaran secara lengkap ten-tang efektivitas media E-Parenting dalam meningkatkan pengetahuan

orangtua tentang program PAUD.

Penelitian ini menggunakan metode Research & Development (Borg & Gall, 1983). Borg & Gall menyatakan bahwa Research & Devel-opment adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengem-bangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan juga pendekatan kualitatif. Subjek penelitian

ini adalah 50 orangtua anak usia dini di KB TK Nasima Kota Semarang.

Beberapa temuan hasil penelitian ini antara lain: dari aspek ke-layakan media menunjukkan bahwa dari 50 responden orangtua, sebagi-an besar orangtua menyatakan media E-Parenting yang diterapkan san-gat layak, yaitu sejumlah 28 orang (56,0%), sedangkan 20 orang (40,0%) menyatakan layak, dan hanya 2 orang (4,0%) yang menyatakan tidak layak.Pada aspek efektivitas E-Parenting terhadap peningkatan penge-tahuan orangtua menunjukkan bahwa rata-rata nilai pengetahuan orang-tua tentang PAUD sebelum diberikan media E-Parenting sebesar 116,70 kemudian meningkat menjadi 142,32 sesudah diberikan E-Parenting atau rata-rata peningkatannya sebesar 25,62. Berdasarkan uji t dependent, didapatkan nilai t hitung -13,670 dengan p-value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 < α (0,05), ini menunjukkan bahwa terdapat perbe-daan secara bermakna pengetahuan orangtua tentang PAUD sebelum dan sesudah diberikan media E-Parenting. Ini menunjukkan bahwa pro-gram keterlibatan orangtua dengan media E-Parenting efektif dalam

meningkatkan pengetahuan orangtua tentang PAUD.

Kata Kunci: Keterlibatan Orangtua, E-Parenting, Video Conference

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Page 36: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

36

Lembaga PAUD adalah sebuah lembaga yang menyelenggarakan program

pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 3 bulan sampai dengan

6 tahun. Lembaga PAUD perlu melibatkan orangtua untuk meningkatkan kualitas

layanan bagi anak. Penerapan hubungan kerjasama antara orangtua dan lembaga

lembaga PAUD berpedoman pada beberapa hal. Seperti dikemukakan oleh

Bredekamp (1992) yang meramunya dari beberapa ahli, yaitu: (1) orangtua mempu-

nyai hak dan tanggungjawab untuk berbagi keputusan tentang perawatan dan pen-

didikan anak mereka. Orangtua didorong untuk mengamati dan berpartisipasi. Para

pendidik bertanggungjawab untuk mengadakan dan memelihara kontak rutin dengan

keluarga, (2) para pendidik berbagi pengetahuan perkembangan anak, wawasan dan

berbagai sumber sebagai bagian dari komunikasi reguler dan pertemuan dengan

anggota keluarga, (3) para pendidik, orangtua, agensi, program dan konsultan yang

memiliki tanggungjawab pendidikan untuk anak pada saat berbeda, dengan

partisipasi keluarga, membagikan informasi perkembangan anak.

Penjelasan di atas membawa implikasi, yaitu perlu ada pemahaman yang sa-

ma tentang perkembangan anak antara orangtua dan pendidik, agar tidak ada

kesenjangan dalam penerapannya. Kesamaan ini dapat membuat anak memperoleh

pelayanan yang tepat secara individual dan konsisten baik di rumah maupun di

sekolah. Konsistensi pengasuhan di sekolah dan di rumah membuat anak tidak me-

rasa bingung. Untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan dan penerapan

pengasuhan yang mungkin terjadi, maka pendidik secara rutin menjalin kerjasama

dengan orangtua. Melalui kerjasama ini, pendidik mendorong orangtua untuk terlibat

menjadi “pendidik” yang paling penting bagi anak-anaknya. Riley (dalam Litbang

PAUD, 2009) menjelaskan bahwa:

”Families can help their children develop a love of litercy, develop critical think-

ing skills by encouraging reading and discussing meaningful issues outside the

classroom, encourage children to develop arange of intelligences and reinforce

learning that takes place in the classroom.”

Hal tersebut dapat tercapai dengan mengemas bentuk kerjasama dalam sua-

tu program parenting di mana orangtua dapat berkomunikasi dengan pendidik ten-

tang anak-anak mereka dan belajar tentang cara mendidik anak yang sesuai dengan

perkembangan.

Untuk meningkatkan kerjasama antara orangtua dan pendidikan di lembaga

lembaga PAUD serta mendorong orangtua berperan dalam pendidikan anak secara

optimal, maka diperlukan suatu program yang dapat mengakomodasi upaya terse-

but. Keterlibatanorangtuamelalui program parenting merupakan alternatif yang dapat

digunakan untuk meningkatkan perannya dalam pendidikan anak usia dini.

Page 37: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

37

Ada alasan yang kuat mengapa pendidik perlu melibatkan orangtua dalam

pendidikan anak mereka. Beaty (dalam Litbang PAUD, 2009) mengungkapkan hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa program yang Keterlibatanorangtuanya tinggi

berdampak positif pada anak-anak dan orangtuanya. Dinyatakan bahwa anak-anak

mengalami perubahan perilaku dan meningkatnya keterampilan sebagai hasil pen-

galaman prasekolah mereka. Pada orangtua yang terlibat langsung, sangat men-

dorong perkembangan anak-anak di rumah, sedangkan orangtua yang tidak secara

langsung terlibat tetapi memperlihatkan antusiasme terhadap program prasekolah

anak mereka, meningkatkan self-esteem dan mengurangi masalah disiplin baik di

rumah maupun di sekolah. Selain itu program ini juga memberikan keuntungan bagi

orangtua yaitu mereka mendapatkan kesempatan belajar cara meningkatkan pertum-

buhan dan perkembangan anak (Patmonodewo, 2000).

Selama ini program parenting belum banyak dilaksanakan oleh lembaga

PAUD. Data Direktorat Pembinaan PAUD sampai tahun 2014 menyebutkan bahwa

secara nasional baru 16% lembaga PAUD yang melaksanakan program parenting

itupun belum dapat berjalan dengan maksimal. Banyak kendala dan masalah yang

dihadapi terutama rendahnya partisipasi orangtua. Salah satu penyebabnya adalah

kesibukan orangtua sehingga kurang memiliki kesempatan untuk hadir dalam

kegiatan parenting yang diselenggarakan sekolah.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu upaya dalam menjembat-

ani kendala kehadiran orangtua dalam kegiatan parenting yang diadakan oleh lem-

baga PAUD maka dikembangkan sebuah program yang bertujuan memfasilitasi dan

mengoptimalkan layanan parenting pada lembaga PAUD berbasis online. Program

ini memanfaatkan Aplikasi WEBEX Cisco Meeting, dimana sistem tersebut dapat di

download melalui smartphone, dan tentunya dengan melibatkanlebih banyakorang-

tua agar orangtua dapat yang sibuk tetap dapat terlibat dalam pendidikan anaknya.

Penelitian ini mengkaji penyelenggaraan Program keterlibatan orangtua dengan me-

dia E-Parenting yang telah dilaksanakan di KB TK Nasima Semarang.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah

utama adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana gambaran penyelenggaraan program keterlibatanorangtuamelalui E-

Parenting?

b. Bagaimana gambaran evaluasi kelayakan media E-Parenting?

c. Bagaimana gambaran efektivitas mediaE-Parentingterhadap peningkatan penge-

tahuan orangtua tentang program PAUD ?

Page 38: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

38

3. Tujuan

a. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji program keterlibatan

orangtua melalui E-Parenting.

b. Tujuan Khusus

Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Memperoleh gambaran secara lengkap tentang penyelenggaraan

programketerlibatanorangtuamelalui E-Parenting.

2) Memperoleh gambaran secara lengkap tentang evaluasi kelayakan media E

-Parenting?

3) Memperoleh gambaran secara lengkap tentang efektivitas media E-

Parenting dalam meningkatkan pengetahuan orangtua tentang program

PAUD.

4. Manfaat

a. Bagi Pengelola dan Pendidik Lembaga PAUD

Sebagai referensi untuk mendorong orangtua untuk melibatkan diri dalam pro-

gram pendidikan anak usia dini serta untuk membantu orangtua untuk mendidik

dan mengasuh anak usia dini di lingkungan rumah.

b. Bagi Orangtua

Sebagai referensi bagi orangtua yang sibuk atau berdomisili jauh dari anaknya,

agar tetap dapat mengikuti kegiatan parenting.

c. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan referensi bagi Pemerintah dalam pengembilan kebijakan imple-

mentasi teknologi informasi dalam kegiatan parenting pendidikan anak usia dini.

B. KAJIAN TEORETIK

1. KeterlibatanOrangtua

a. Konsep KeterlibatanOrangtua

Adiwikarta (1988) menyebutkan Keluarga adalah suatu sistem yang terdiri

atas subsistem-subsistem yang saling berhubungan dan saling pengaruhi satu

Page 39: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

39

sama lain. Adapun subsistem sosial itu bukan unit-unit fisik, melainkan peran-

peran atau fungsi. Sebagai sebuah sistem sosial, keluarga berhubungan dan

punya kesalingtergantungan tertentu dengan keluarga lain dan sistem sosial lain

seperti dengan organisasi, kantor, sekolah dan lain-lain.

Konsep Keterlibatanorangtua bukanlah hal baru di lingkungan pendidikan

dan telah memainkan peran yang nyata.Pihak yang terlibat dalam Keterlibatano-

rangtua adalah sekolah, keluarga dan kemitraan masyarakat.Oleh karena itu tiga

aspek yang saling mempengaruhi tersebut harus disatukan disetiap pendidikan

dan pengembangan anak.

Menurut Wolfendale dalam Epstein (1996) bahwa Keterlibatanorangtua

secara luas diartikan dalam waktu tertentu diantara para pendidik terkadang

menyamakannya dengan kemitraan, partisipasiorangtua, kekuasaan orangtua,

sekolah, keluarga, dan kemitraan masyarakat. Adapun menurut Moles (dalam

Litbang PAUD, 2009) menyatakan “Banyak sekali variasi bentuk Keterlibatano-

rangtua dan tingkatan dari Keterlibatan tersebut, baik di dalam maupun di luar

sekolah.” Semuanya mencakup segala kegiatan yang dapat didukung dan di-

dorong oleh sekolah dan yang memberi kewenangan bagi para orangtua dalam

hal pembelajaran dan perkembangan anak-anak.

Menurut Defense Fund dalam Olsen dan Fuller (2003) bahwa “Setiap

sekolah akan mengunggulkan kemitraan yang akan meningkatkan Keterlibatano-

rangtua dan berpartisipasi dalam pertumbuhan sosial, emosi, dan akademik

anak”. Hal tersebut tentu saja mendorong sekolah dan kerja sama masyarakat

untuk membantu kesuksesan anak-anak dalam pendidikan.

Keterlibatanorangtua merupakan suatu proses dimana orangtua

menggunakan segala kemampuan mereka, guna keuntungan mereka sendiri,

anak-anaknya dan program yang dijalankan anak itu sendiri (Morrison dalam Lit-

bang PAUD, 2009). Orangtua, anak dan program sekolah merupakan bagian dari

suatu proses. Namun fokus pada interaksi orangtua/anak/keluarga adalah orang-

tua, sedangkan pendidik anak harus bekerjasama dengan orangtua apabila ingin

berhasil.

b. Bentuk Keterlibatanorangtua

Ada 6 bentuk keterlibatan orangtua/ keluarga dalam PAUD yang dikemukakan

oleh Morrison (2008), yaitu:

1) Pengasuhan

Lembaga PAUD mendampingi keluarga dengan ketrampilan pengasuhan

Page 40: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

40

dan perawatan anak, memahami perkembangan anak dan remaja, serta

mengatur kondisi rumah agar mendukung anak sebagai siswa di setiap

tahapan usia dan tingkatan kelas. Contoh kegiatan untuk terlibatnya keluar-

ga adalah dengan berpartisipasi dalam lokakarya, menghadiri pendidikan

untuk orang dewasa, mengikuti program pelatihan, partisipasi dalam kelas

dan pusat kegiatan, serta adanya perpustakaan dan pusat materi tentang

pengasuhan.

2.) Berkomunikasi

Komunikasi dengan keluarga mengenai program sekolah dan kemajuan

siswa melalui komunikasi efektif sekolah ke rumah dan rumah ke sekolah.

Contoh kegiatan yang memungkinkan keterlibatan orangtua/keluarga adalah

Mendukung layanan seperti kelompok permainan, pentas dan drama, jalur

telepon, surat pemberitahuan berkala, materi pembelajaran dan aktivitas di

rumah, serta keterlibatan keluarga dalam menulis program pendidikan man-

diri untuk anak dengan kebutuhan khusus.

3) Menjadi Sukarelawan

Lembaga PAUD mendorong kesukarelaan di sekolah dan dalam masyara-

kat. Contoh kegiatan yang dapat melibatkan orangtua adalah melibatkan

orangtua dalam pembelajaran tema profesi, panitia pertemuan dan kegiatan

lain di sekolah.

4) Pembelajaran di Rumah

Melibatkan keluarga dengan anak mereka dalam aktivitas pembelajaran di

rumah, yang meliputi pekerjaan rumah serta aktivitas pembelajaran. Contoh

kegiatan untuk melibatkan orangtua mengadakan pembelajaran di rumah

adalah menawarkan buku-buku dan materi lain untuk dipergunakan di ru-

mah, memberikan anjuran kepada orangtua tentang cara membantu anak

anak mengerjakan pekerjaan rumah, mengembangkan website untuk orang-

tua serta mengembangkan seperangkat buku pembelajaran di rumah.

5) Pengambilan Keputusan/ Advokasi

Melibatkan keluarga untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

pendidikan anaknya. Contoh kegiatan yang melibatkan orangtua dengan

cara orangtua atau masyarakat menjadi komite atau kelompok pertemuan

orangtua yang ikut andil dalam pengambilan keputusan/kebijakan yang

berkaitan dengan kegiatan sekolah serta dalam hal pengembangan kuriku-

lum pembelajaran.

Page 41: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

41

6) Kolaborasi dengan Masyarakat

Kerjasama dengan masyarakat adalah upaya memanfaatkan potensi

masyarakat untuk pembelajaran dan untuk penguatan program lembaga

PAUD melalui kegiatan usaha dan pra koperasi.

Bentuk keterlibatan orangtua / keluarga yang dapat diterapkan pada pola

koneksi/ jenis layanan dalam E-Parenting adalah pengasuhan, komunikasi, pem-

belajaran di rumah dan pengambilan keputusan/ advokasi.

2. Konsep E-Parenting

a. E-Parenting

E-Parenting adalah sistem berbasis jaringan yang mendukung program par-

enting yang diselenggarakan oleh lembaga PAUD.E-Parenting dikembangkan

dengan tujuan untuk menjembatani antara orangtuaanak PAUD dengan lem-

baga/penyelenggara PAUD, yang oleh karena keterbatasannya mengakibatkan

orangtuaanak tidak dapat mengikuti, memantau dan berinteraksi terhadap

perkembangan dan proses pembelajaran anaknya. E-Parenting dimaksudkan

untuk menyiasati kendala yang dihadapi penyelenggara PAUD tersebut, karena

dengan sistem E-Parenting maka orangtuaanak dapat mengikuti program parent-

ing yang diselenggarakan di lembaga PAUD dan dapat secara langsung, integra-

tive dan real time dalam proses pembelajaran pada saat itu.

b. Sistem E-Parenting

Sesuai dengan namanya, E-Parenting dibangun dengan menggunakan

perangkat elektronik yang berbasis jaringan.Perangkat pokok yang diperlukan

dalam pengembangan system E-Parenting ini dibagi dalam dua kelompok yaitu

Server dan Client.

Perangkat server berfungsi sebagai penyedia layanan E-Parenting dan berada

di lembaga penyelenggara PAUD, terdiri dari Desktop PC atau Laptop; kamera

(webcam); microphone dengan didukung oleh jaringan internet. Adanya ap-

likasi video conference WEBEX secara praktis mendukung fungsi telepon, vid-

eo, chatting dan presentasi, dan bisa diakses menggunakan komputer atau

smartphone.

Pola koneksi antara Peserta dan Moderator adalah tiga jenis, yaitu one to one,

Client Server Software Parenting

Page 42: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

42

one to many dan many to many. Lembaga PAUD yang menjadi moderator E-

Parenting dapat memilih pola koneksi yang akan digunakan dan boleh

menggunakan semuanya, karena sudah tersedia di dalam sistemnya.

1) One-To-One

Pola One-To-One (OTO) adalah pola koneksi satu lawan satu dari client dan

server. Pola koneksi ini sangat cocok untuk kegiatan konsultatif antara orang-

tuaanak dengan penyelenggara PAUD

2) Many-To-Many (Group)

Pola Group adalah pola koneksi antara peserta dengan peserta, peserta

dengan moderator.Pola koneksi ini bisa digunakan dalam kegiatan berbentuk

diskusi antara orangtua dengan pengelola dan pendidik PAUD.

3) One-To-Many

Pola One-To-Many (OTM) adalah pola koneksi antara banyak peserta dengan

moderator.Pola ini dapat digunakan dalam aktivitas pembelajaran parenting

dari pengelola/ pendidik PAUD dan para ahli kepada orangtua.

c. Cara kerja sistem E-Parenting

Alur dan cara kerja E-Parenting sangat sederhana, yaitu perangkat server

dan client berinteraksi menggunakan software yang mendukung fungsi

parenting, yang dapat berjalan secara real time baik suara maupun gambar.

Sebagai sebuah model parenting maka server harus bisa diakses oleh banyak

Page 43: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

43

client sehingga fungsi monitoring dan interaksi dalam proses pembelajaran

PAUD dapat berjalan dengan semestinya sebagaimana ditunjukkan gambar di

bawah.

C. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan, Metode, dan Desain Model penelitian

Penelitianini bertujuan untuk mengkaji Penyelenggaraan Program Keterli-

batanorangtua dalam E-Parenting. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

maka penelitian ini menggunakan metode Research & Development (Borg &

Gall, 1983). Borg & Gall menyatakan bahwa Research & Development adalah

suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru

atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat

dipertanggungjawabkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan

kualitatif. Penggunaan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini adalah karena

dalam melaksanakan uji coba media yang dikembangkan dilakukan dengan

menggunakan metode eksperimen. Sementara itu penggunaan pendekatan

kualitatif dimaksudkan untuk memperkaya data lapangan dalam mekanisme

keterlibatan orangtuanya serta untuk kelayakan medianya.

2. Subjek, Populasi dan Sampel Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 50 orangtua anak usia dinidari KB TK Nasima

yang mengikuti program keterlibatan orangtua melalui E-Parenting.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Instrumen Untuk Mengetahui Kelayakan Media

Data penelitian ini diperoleh dengan cara pengisian lembar evaluasi formatif

untuk mengetahui kelayakan media dari unsur sistem. Lembar evaluasi ini

menggunakan skala 1 - 4, untuk 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 =

setuju, 4 = sangat setuju.

b. Instrumen untuk mengukur peningkatkan pengetahuan orangtua.

Instrumen ini digunakan untuk mengukur peningkatan pengetahuan orangtua

tentang PAUD. Adapun variabel peningkatan pengetahuan orangtua tentang

PAUD mencakup beberapa indikator, yaitu : pemahaman orangtua tentang ber-

main dengan anak usia dini, pemahaman orangtua tentang deteksi tumbuh

kembang anak, pemahaman orangtua tentang pemberian makanan bergizi dan

kesehatan pada anak, pemahaman orangtua tentang pembelajaran di rumah,

Page 44: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

44

serta pemahaman orangtua tentang perlindungan dan kesejahteraan anak.

Instrumen ini mengacu pada taksonomi Bloom (dalam Anderson dan Krathwohl,

2001) ranah pengetahuan, yaitu tahap pengetahuan, pemahaman dan penera-

pan, dalam hal ini adalah pengetahuan, pemahaman, serta penerapan tentang

materi-materi tersebut diatas. Lembar evaluasi juga menggunakan skala 1 - 4,

untuk 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju.

Subjeknya adalah orangtua.

c. Validasi Instrumen

Validasi menggunakan Expert Judgement dengan teknik Focus Group Discus-

sion. Rekomendasi para panelis bertujuan untuk mengetahui ketepatan atau

relevansi butir dengan sasaran ukur.

4. Teknik Analisis Data

Data penelitian diperoleh dengan cara pengisian skala untuk mengetahui

kelayakan sistem dari unsur kebermanfaatan, kemudahan, kemenarikan dan

kecepatan. Instrumen ini menggunakan skala 1 - 4, untuk 1 = sangat tidak set-

uju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju.

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas model

yang diujicobakan. Tingkat keefektifan model ditunjukkan melalui perbandingan

rerata peningkatan pengetahuan orangtua tentang pendidikan anak usia

dinidengan kelayakan media E-Parenting. Teknik analisis yang digunakan ada-

lah statistika uji t sampel berpasangan. Penggunaan uji t sampel berpasangan

dilakukan karena data yang diperoleh berasal dari proses pengukuran pada

satu kelompok sampel yang dilakukan dua kali, yaitu pre-test dan post-test. Me-

lalui uji t ini akan dapat diketahui pengaruh E-Parentingyang dilaksanakan di

lembaga PAUD terhadap peningkatan pengetahuan orangtua tentang PAUD.

D. HASIL PENELITIAN

1. Mekanisme Keterlibatan Orangtua

a. Orientasi Orangtua

Dalam penelitian, penyelenggaraan program keterlibatan orangtua dengan me-

dia E-Parenting diawali dengan orientasi orangtua yang dilaksanakan pada hari

Kamis, tanggal 1 September 2016, di KB TK Nasima Kota Semarang. Kegiatan

orientasi ini dihadiri oleh orangtua murid PAUD Nasima dan diisi dengan pen-

yampaian paparan tentang pentingnya parenting di lembaga PAUD dan mem-

Page 45: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

45

berikan gambaran penyelengaraan program keterlibatan orangtua melalui me-

dia E-Parenting di KB TK Nasima Kota Semarang, serta membuka pendaftaran

bagi orangtua yang bersedia mengikuti program E-Parenting tersebut dari awal

hingga selesai.

b. Orientasi Pendidik dan Pengelola

Proses selanjutnya adalah melaksanakan orientasi pada pendidik dan pengel-

ola. Pelaksanaan orientasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara

lebih rinci kepada pendidik tentang proses penyelenggaraan program keterli-

batan orangtua melalui E-Parenting. Orientasi ini dilaksanakan pada hari Jum’at

tanggal 9 September 2016, yang dihadiri oleh pengelola dan pendidik KB TK

Nasima Kota Semarang.

c. Pelatihan Bagi Orangtua

Setelah dilakukan orientasi awal bagi orangtua, dilanjutkan dengan orientasi

pendidik dan pengelola, maka kegiatan selanjutnya adalah pelatihan bagi

orangtua. Pelaksanaan pelatihan ini bertujuan untuk melatih orangtua yang

ingin terlibat dalam kegiatan E-Parenting, dimulai dari penjelasan tentang apa

itu E-Parenting, layanan yang diberikan dalam E-Parenting dan selanjutnya

langkah-langkah teknis onlinemenggunakan mediaE-Parenting, serta diadakan

pre test kemampuan awal orangtua sebelum mengikuti program E-Parenting.

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2016, yang

dihadiri oleh pengelola dan pendidik KB TK Nasima Kota Semarang dan 50

orangtua murid yang sebelumnya telah mendaftar dalam program tersebut.

d. Pelaksanaan E-Parenting

1) E-Parenting I

Kegiatan pertama dilakukan di PAUD Nasima Kota Semarang pada hari

Selasa tanggal 18 Oktober 2016. Materi Perlindungan Anak disampaikan

oleh narasumber Ibu Elly Fajarwati, S.Psi, M.Psi beliau adalah Kepala

Sekolah KB TK Nasima, kegiatan ini diikuti oleh 36 orangtua. Selama

proses ujicoba kekuatan sinyal yang dimiliki sangat bagus, tampilan jelas,

audio jelas dan dapat didengar dengan baik oleh orangtua peserta E-

Parenting. Materi dapat tuntas di sampaikan dan terjadi tanya jawab anta-

ra peserta dan narasumber, waktu yang digunakan dalam kegiatan kali ini

adalah 1 jam 30 menit.

2) E-Parenting II

Kegiatan kedua dilakukan di KB TK Nasima Kota Semarang pada hari

Page 46: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

46

Kamis tanggal 20 Oktober 2016. Materi tentang Gizi dan Kesehatan

disampaikan oleh narasumber Ibu drg. Ismirianawati Andriani beliau ada-

lah salah satu orangtua murid KB TK Nasima Kota Semarang. Kegiatan

ini diikuti oleh 33 orangtua. Selama proses ujicoba kekuatan sinyal yang

dimiliki sangat bagus, tampilan jelas, audio jelas dan dapat didengar

dengan baik oleh orangtua peserta E-Parenting. Ada kendala sedikit pada

saat kegiatan E-Parentingini berlangsung yaitu kesulitan narasumber saat

menyampaikan materi melalui media online karena faktor belum terbiasa,

sehingga penyampaian materi sedikit tersendat, tetapi materi dapat ter-

sampaikan semua dan masih ada waktu untuk tanya jawab. Kegiatan kali

ini membutuhkan waktu hingga 2 jam.

3) E-Parenting III

Kegiatan ketiga dilakukan di KB TK Nasima Kota Semarang pada hari

Selasa tanggal 25 Oktober 2016. Materi tentang Bermain dan Anak ini

disampaikan oleh narasumber Ibu Enny Yulianti, S.Pd beliau adalah pen-

didik KB TK Nasima. Kegiatan ketiga ini diikuti oleh 36 orangtua. Kegiatan

E-Parentingtersebut kali ini selain memberikan materi jugamenampilkan

kegiatan bermain outdoor anak, dan waktu online yang dibutuhkan sela-

ma 2 jam. Berkaitan dengan proses pelaksanaan E-Parentingyang dil-

akukan di outdoor, ada beberapa permasalahan yang terjadi yaitu seperti

tampilan gambar kurang jelas, Jaringan internet / wi-fi kurang stabil, serta

peralatan sound system dan kamera kurang sesuai untuk kegiatan online

di area outdoor.

4) E-Parenting IV

Kegiatan keempat dilakukan di KB TK Nasima Kota Semarang pada hari

Rabu tanggal 26 Oktober 2016. Materi tentang Deteksi Dini Tumbuh dan

Kembang Anak disampaikan oleh narasumber Ibu Diana Kartika K, SP,

M.Pd beliau adalah pamong belajar di SKB Kota Semarang. Kegiatan

keempat ini diikuti oleh 36 orangtua. Selama proses ujicoba kekuatan

sinyal yang dimiliki sangat bagus, tampilan jelas tetapi bila narasumber

memutar video maka khusus bagi pengguna android akan berhenti se-

mentara namun bila narasumber menjelaskan dengan tampilan power-

point akan tampil kembali. Audio jelas dan dapat didengar dengan baik

oleh orangtua peserta E-Parenting, terutama yang menggunakan kompu-

ter. Waktu online yang dibutuhkan sekitar 1 jam 30 menit.

5) E-Parenting V

Page 47: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

47

Kegiatan kelima dilakukan di KB TK Nasima Kota Semarang pada hari

Kamis, tanggal 27 Oktober 2016. Materi Pembelajaran di Rumah disam-

paikan oleh narasumber Ibu Anik Suciyanti, S.Psi beliau adalah pendidik

di KB TK Nasima Kota Semarang. kegiatan ini diikuti oleh 34 orangtua.

Materi ini dilakukan selama anak berada di day care setelah pembela-

jaran berakhir, dengan tujuan agar orangtua mengetahui proses pembela-

jaran di sekolah yang dapat diterapkan di rumah. Selama proses ujicoba

kekuatan sinyal yang dimiliki sangat bagus, tampilan bagus, audio kurang

jelas karena suara dari narasumber kurang keras dalam menyampaikan

materi. Waktu online yang dibutuhkan sekitar 2 jam.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Pengetahuan Orangtua tentang PAUD Sebelum Diberikan Program E-

Parenting

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Orangtua tentang

PAUD Sebelum Diberikan Program E-Parenting

Tabel 1 Menunjukkan bahwa sebelum diberikan program E-

Parenting, pengetahuan orangtua tentang PAUD sebagian besar dalam

kategori tidak baik, yaitu sejumlah 27 orang (54,0%), sedangkan dalam

kategori baik sejumlah 22 orang (44,0%), dan dalam kategori sangat baik

hanya sejumlah 1 orang (2,0%).

b. Pengetahuan Orangtua tentang PAUD Sesudah Diberikan Program E-

Parenting

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Orangtua tentang

PAUD Sesudah Diberikan Program E-Parenting

Interval Nilai Pengetahuan Orangtua

Frekuensi Persentase

45-79 80-113

114-147 148-180

Sangat Tidak Baik Tidak Baik

Baik Sangat Baik

0 27 22 1

0,0% 54,0% 44,0% 2,0%

Jumlah 18 100%

Interval Nilai Pengetahuan Orangtua

Frekuensi Persentase

45-79 80-113 114-147 148-180

Sangat Tidak Baik Tidak Baik

Baik Sangat Baik

0 0

28 22

0,0% 0,0%

56,0% 44,0%

Jumlah 18 100%

Page 48: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

48

Tabel 2 Menunjukkan bahwa sesudah diberikan program E-

Parenting, pengetahuan orangtua tentang PAUD sebagian besar dalam

kategori baik, yaitu sejumlah 28 orang (56,0%), sedangkan 22 orang

lainnya dalam kategori sangat baik.

c. Kelayakan Media E-Parenting

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelayakan Media E-Parenting

Tabel 3 Menunjukkan bahwa dari 50 responden orangtua, sebagian

besar orangtua menyatakan media E-Parenting yang diterapkan sangat

layak, yaitu sejumlah 28 orang (56,0%), sedangkan 20 orang (40,0%)

menyatakan layak, dan hanya 2 orang (4,0%) yang menyatakan tidak la-

yak.

3. Analisis Uji Statistik

a. Uji Normalitas

Tabel 4. Uji Normalitas Data

Uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan sebagai pra

syarat uji t. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai p-value > α (0,05), se-

dangkan jika p-value > α (0,05) maka data tidak berdistribusi normal. Berdasar-

kan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa semua nilai p-value lebih besar dari α

(0,05), sehingga semua data dapat dinyatakan berdistribusi normal.

b. Uji Perbedaan Pengetahuan Orangtua tentang PAUD sebelum dan

Sesudah Diberikan Media E-Parenting

Tabel 5. Perbedaan Pengetahuan Orangtua tentang PAUD sebelum dan

Sesudah Diberikan Media E-Parenting

Interval Nilai Pengetahuan Frekuensi Persentase

27-47

48-67

68-87

88-108

Sangat Tidak Layak

Tidak Layak

Layak

Sangat Layak

0

2

20

28

0,0%

4,0%

40,0%

56,0%

Jumlah 50 100%

Variabel Perlakuan N p-value Kesimpulan

Pengetahuan Pretest

Posttest

50

50

0,126

0,269

Normal

Normal

Page 49: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

49

Tabel 5Menunjukkan bahwa rata-rata nilai pengetahuan orangtua tentang

PAUD sebelum diberikan media E-Parenting sebesar 116,70 kemudian mening-

kat menjadi 142,32 sesudah diberikan E-Parenting atau rata-rata peningkatann-

ya sebesar 25,62.

Berdasarkan uji t dependent, didapatkan nilai t hitung -13,670 dengan p-

value sebesar 0,000. Terlihat bahwa p-value 0,000 <a (0,05), ini menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan secara bermakna pengetahuan orangtua ten-

tang PAUD sebelum dan sesudah diberikan media E-Parenting. Ini menun-

jukkan bahwa model E-Parenting efektif dalam meningkatkan pengetahuan

orangtua tentang PAUD.

c. Analisis Regresi

1) Model Regresi

Hasil pengolahan data didapat hasil analisis regresi yang dinyatakan se-

bagai berikut.

Tabel 6 Analisis Regresi Pengaruh Media E-Parenting terhadap Penge-

tahuan Orangtua tentang PAUD

Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa koefisien regresi untuk kon-

stanta sebesar -57,473 dengan koefesian b sebesar 0,928, sehingga persa-

maan regresi dapat dinyatakan sebagai berikut.

Y = – 57,473 + 0,928 X

Keterangan:

Y : Variabel Dependen (Peningkatan Pengetahuan Orangtua)

X: Variabel Independen (Kelayakan Media E-Parenting)

Model regresi di atas dapat diinterpretasi sebagai berikut:

Variabel Perlakuan N Mean SD T p-value

Pengetahuan

Pretest

Posttest

50

50

116.70

142.32

12,38

11,90

-13,670 0,000

-57,473 11,118 -5,170 ,000

,928 ,123 ,736 7,524 ,000

(Constant)

Kelayakan

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t Sig.

Page 50: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

50

Nilai konstanta – 57,473 menunjukkan bahwa jika media E-Parenting tidak ada

atau dianggap 0 maka peningkatan pengetahuan orangtua akan memiliki nilai

tetap yaitu – 57,473.

Nilai koefesian b = 0,928 memiliki arti bahwa jika kelayakan media E-Parenting

meningkat sebesar 1 satuan maka peningkatan pengetahuan orangtua juga

meningkat sebesar 0,928 satuan.

2) Uji t Pengaruh Media E-Parenting terhadap Pengetahuan Orangtua

Berdasarkan tabel 6 didapatkan nilai t hitung sebesar 7,524 dengan p-

value 0,000. Oleh karena p-value (0,000) < α (0,05) maka disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh secara bermakna Media E-Parenting terhadap Pengetahuan

Orangtua. Oleh karena nilai t hitung bertanda positif, ini menunjukkan bahwa

pengaruh tersebut memiliki arah positif, artinya jika media E-Parenting ditingkat-

kan maka pengetahuan orangtua juga akan semakin meningkat.

3) Koefesien Determinasi

Nilai koefisien determinasi disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 7 Koefesien Determinasi (R2)

Berdasarkan tabel 7 didapatkan nilai koefisien determinasi R2 sebesar

0,541 atau 54,1%. Ini menunjukkan bahwa media E-Parenting dapat

mempengaruhi pengetahuan orangtua tentang PAUD sebanyak 54,1% se-

dangkan 45,1% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.

E. PENUTUP

1. Simpulan

Program keterlibatan orangtua dengan media E-Parentingini dapat diterapkan

di lembaga PAUD khususnya di wilayah perkotaan di mana banyak orangtua yang

tidak dapat mengikuti secara langsung kegiatan parenting di lembaga dengan alasan

kesibukan atau dalam posisi jauh dari lembaga PAUD.

,736a ,541 ,532 9,070

Model

1

R R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Predictors: (Constant), Kelayakana.

Page 51: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

51

a. Media E-Parenting dapat meningkatkan pengetahuan orangtua tentang

program PAUD, hal ini karena orangtua tetap dapat mengikuti pembela-

jaran anak di lembaga PAUD secara live meskipun dari rumah atau kan-

tor, dapat memperoleh informasi tentang PAUD meskipun tidak dapat

hadir di lembaga PAUD, dan dapat berkonsultasi dengan pendidik mes-

kipun dari rumah atau kantor.

b. Akses untuk mendukung media E-Parentingmasih mengalami beberapa

hambatan terutama saat live pembelajaran di outdoor, dikarenakan

peralatan yang belum memadai.

c. Keunggulan dari Program Keterlibatan Orangtua dengan Media E-

Parenting ini adalah alternatif bagi orangtua yang sibuk untuk tetap ber-

partisipasi dalam kegiatan parenting di lembaga PAUD dan Kegiatan

dan program lembaga dapat diketahui orangtua di manapun berada.

d. Program keterlibatan orangtua dengan media E-Parenting dapat

digunakan sebagai penunjang seminar parenting lembaga PAUD yang

sudah rutin atau bahkan diselenggarakan secara terpisah dari seminar

parenting lembaga PAUD.

2. Saran

a. Keterampilan pendidik dan pengelola untuk terlibat sebagai narasumber,

moderator dan host dalam kegiatan E-Parentingsangat diperlukan dalam

model ini, sehingga pendidik dan pengelola perlu meningkatkan ke-

terampilannya melalui pelatihan atau orientasi.

b. Program ini akan lebih efektif bila didukung oleh keterlibatan orangtua

dalam mengikuti kegiatan E-Parenting, sehingga pengetahuan orangtua

akan semakin meningkat melalui materi-materi yang disampaikan oleh

narasumber.

c. Perlu dikembangkan lebih banyak variasi bentuk layanan E-Parenting

terutama untuk layanan konsultatif dan kelompok pertemuan orangtua.

d. Masih perlu penyempurnaan peralatan penunjang media E-Parenting,

khususnya yang berhubungan dengan kelancaran akses dengan

melakukan penambahan kapasitas bandwith internet, selanjutnya perlu

pengadaan mikrofon dan headphone yang kompatibel

e. Bagi lembaga PAUD yang ingin mengadakan program E-Parenting un-

tuk menambah layanan program parenting di lembaganya, dapat

menghubungi PP PAUD dan DIKMAS Jawa Tengah.

Page 52: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

52

DAFTAR PUSTAKA

Adiwikarta, Sudardja. 1988. Sosiologi pendidikan : isyu dan hipotesis tentang hubungan

pendidikan dengan masyarakat. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy For Learning, Teaching, And

Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New

York: Addison Wesley Longman, Inc

Bredekamp, S. 1992. Developmentally Apprropriate Practice in Early Children Programs

Serving Children From Birth Through Age 8. Washington: NAEYC

Direktorat Pembinaan PAUD. 2012. Pedoman Penyelenggaraan PAUD Berbasis Keluar-

ga. Jakarta.

Epstein ,JL. 1996. School, Family, Community Partnership: Overview and New Directions.

New York: Gardland Publishing

Litbang PAUD. 2009. Model Keterlibatan Masyarakat dalamPAUD. Semarang: P2PNFI

Regional II Semarang

Morrison, George S. 2008. Fundamental of Early Childhood Education.5th Edition. Pearson

Education inc. New Jersey

Olsen, Fuller. 2003. Home School Relations Working Succesfully with Parents and Fami-

lies. Boston: Allen and Bacon

Patmonodewo, S. 2000. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Depdiknas

Page 53: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

53

MODEL INTEGRASI KEAKSARAAN DASAR DAN LITERASI

KEUANGAN MELALUI UNIT KEUANGAN MIKRO (UKM)

BAGI KELUARGA PRASEJAHTERA

(Studi di Kelompok Belajar Keaksaraan PKBM Bina Ilmu

Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang)

Yuniarti

Abstrak

Model integrasi keaksaraan dasar dan literasi keuangan melalui UKM bagi keluarga prasejahtera disusun untuk menjawab kondisi warga belajar keaksaraan yang sebagian besar berada pada keluarga prase-jahtera. Meningkatkan pengetahuan dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki masyarakat membutuhkan peran yang maksimal dari Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

Warga belajar niraksara perlu terlebih dahulu diberikan bekal baca tulis hitung melalui keaksaraan dasar (basic literacy). Keaksaraan dasar menjadi lebih dibutuhkan apabila pada proses belajarnya menjadikan kebutuhan dasar warga belajar sebagai bahan belajar. Literasi keuangan menjadi jawabannya mengingat kebutuhan dasar masyarakat pra se-

jahtera adalah kebutuhan finansial.

Model ini memberikan acuan bagi PKBM bagaimana membentuk UKM sebagai wadah masyarakat niraksara belajar dan meningkatkan

pengetahuan.

Model ini dibentuk dengan tiga langkah sederhana yaitu; 1) Per-siapan (manajemen, informasi, membentuk kepengurusan UKM, capaci-ty building dan sosialisasi), 2) Pelaksanaan (anggota dan rapat anggota, sistem dan prosedur UKM, arisan/pemasaran), dan 3) tindak lanjut

(integrasi keaksaraan dasar dengan literasi keuangan, kewirausahaan.

Hasil dari model integrasi keaksaraan dasar dengan literasi keu-angan melalui UKM di PKBM Bina Ilmu antara lain terbentuknya UKM di Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen yang beranggotakan warga bela-jar keaksaraan. PKBM Bina Ilmu berfungsi sebagai motor penggerak

jalannya UKM bagi peningkatan kesejahteraan keluarga pra sejahter.

Kata kunci: keaksaraan dasar, literasi keuangan, unit keuangan mikro,

keluarga pra sejahtera.

A. Latar Belakang

Kualitas sumber daya manusia merupakan kondisi keharusan untuk men-

dorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat mengaktu-

Yuniarti adalah Pamong Belajar di PP PAUD & DIKMAS Jawa Tengah.

Page 54: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

54

alisasikan kemampuan dan potensi sumber daya manusia. Ada benang merah yang

menghubungkan perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan per-

tumbuhan ekonomi.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat ditempuh melalui pendidi-

kan (pendidikan formal dan non formal) dan penyuluhan, peningkatan kesehatan,

serta penyediaan rangsangan untuk berusaha termasuk penyediaan akses terhadap

modal kerja dan pelayanan umum lainnya. Dalam rangka peningkatan sumber daya

manusia, yang penting adalah penajaman daya nalar, peningkatan keterampilan

dan kualitas penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan se-

mangat dan etos kerja, disiplin dan tanggungjawab, serta peningkatan kemampuan

kewirausahaan.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai salah satu mitra

pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat (bangsa) melalui program-

program pendidikan non formal, diharapkan mampu menumbuhkan masyarakat

belajar (learning society), sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kemandirian,

keberdayaan, dan inovatif dalam mencari berbagai informasi baru dalam rangka

meningkatkan kehidupannya.

Sebagai pusat pembelajaran (learning centre), PKBM dibangun atas dasar

kebutuhan masyarakat dengan menitik beratkan swadaya, gotong royong, dan

partisipasi masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu berdirinya PKBM ditengah-tengah

masyarakat diharapkan mampu menjadi tulang punggung bagi terjadinya proses

pembangunan melalui pemberdayaan potensi-potensi yang ada di masyarakat.

PKBM menjadi bermakna dalam mendukung pemerintah menggali potensi

yang dimiliki oleh masyarakat. PKBM berperan penting dalam memotivasi masyara-

kat untuk meningkatkan pengetahuan melalui belajar. Saat ini peran PKBM menjadi

semakin penting mengingat PKBM menjadi pelaksana pendidikan non formal di

masyarakat.

Banyak kendala yang dihadapi oleh PKBM. Dalam penyelenggaraannya

PKBM memiliki manajemen yang lemah, banyak yang on-off (ketergantungan dana/

program dari pemerintah atau agency), terbatasnya kecakapan hidup, terbatasnya

akses usaha dan modal, banyaknya pengangguran dan kemiskinan. Dari permasa-

lahan tersebut perlu di cari solusi untuk mempertahankan PKBM yang sudah ada itu

menjadi PKBM mandiri.

Belajar keaksaraan tidak hanya sekedar belajar untuk membaca, menulis dan

berhitung saja. Pendidikan orang dewasa (andragogi) menekankan bahwa kebu-

tuhan belajar manusia dewasa sangat dipengaruhi oleh kebutuhan hidupnya. Con-

Page 55: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

55

toh paling nyata adalah kebutuhan ekonomi. Kondisi perekonomian keluarga

mempengaruhi motivasi seseorang dalam belajar beraksara. Oleh karenanya dibu-

tuhkan sebuah kegiatan yang mampu mendukung keduanya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka implementasi pendampingan pa-

da PKBM Bina Ilmu di Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang meni-

tik beratkan pada integrasi keaksaraan dasar dengan literasi keuangan yang melipu-

ti seluruh anggota keluarga. Kegiatan keaksaraan dasar dikembangkan dengan

dukungan kegiatan literasi keuangan bagi seluruh anggota keluarga.

B. Tujuan

Model ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:

1. Memberikan acuan bagi pengurus PKBM dalam mengintegrasikan keaksaraan

dasar dengan literasi finansial melalui UKM.

2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya literasi fi-

nansial dalam keluarga.

3. Memberi pengetahuan kepada seluruh anggota keluarga tentang peranan se-

luruh anggota keluarga dalam mendukung keuangan keluarga.

C. Definisi

Literasi keuangan (financial literacy) dapat diartikan sebagai pengetahuan ten-

tang bagaimana mengatur keuangan dengan tujuan untuk kesejahteraan keluarga.

Unit Keuangan Mikro (UKM) adalah satuan pengelola keuangan dalam skala

kecil yang berfungsi menyediakan jasa-jasa keuangan dalam skala yang sangat se-

derhana seperti layanan simpan pinjam yang dikelola sendiri oleh sekelompok orang

dalam organisasi dan menggunakan sistem dan prosedur yang sederhana. UKM

yang ada pada PKBM dikelola sendiri oleh pengurus PKBM dan hasilnya dimanfaat-

kan untuk kepentingan masyarakat.

D. Model Integrasi Keaksaraan Dasar dan Literasi Finansial melalui UKM bagi

Keluarga Prasejahtera

Model Integrasi Keaksaraan Dasar dan Literasi Finansial bagi Keluarga Prase-

jahtera dapat dilihat melalui bagan berikut ini:

Page 56: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

56

PKBM yang beranggotakan keluarga-keluarga dalam masyarakat menggulir-

kan ide untuk membentuk Unit Keuangan Mikro (UKM). UKM menjadi wadah bagi

masyarakat untuk menjadikan masyarakat melek secara finansial. Artinya masyara-

kat melalui UKM harus memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan keluarga

secara mandiri.

Literasi dasar dan pengetahuan akan gender, KDRT, kesehatan keluarga

dan sebagainya menjadi bagian penting bagaimana membelajarkan kepada

masyarakat tentang literasi dasar dan literasi lain melalui kegiatan yang ada dalam

UKM. Target dari kegiatan literasi finansial adalah masyarakat mandiri baik secara

sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

Monitoring, evaluasi dan supervisi dilakukan oleh stakeholders dan pihak

terkait agar kegiatan berjalan sesuai dengan ketentuan dan tujuan yang telah diten-

tukan.

E. Komponen Literasi Keuangan melalui UKM bagi Keluarga Prasejahtera

Komponen literasi keuangan terdiri dari:

1. Pengelola

PKB

M/

Keluarga dan anggota

keluarga

Literasi

Keuangan

Keluarga

Literasi Dasar

Gender, Kesehatan

Keluarga

Mandiri

Monitoring evalusi dan

supervisi

Page 57: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

57

Pengelola literasi keuangan berasal dari pengurus PKBM yang aktif, tidak per-

lu mengubah struktur kepengurusan, hanya perlu ditambahkan seksi UKM.

Syarat-syarat menjadi pengelola PKBM antara lain:

a. Pendidikan minimal SLTA atau yang sederajat.

b. Memiliki pengalaman berorganisasi .

c. Memiliki wawasan yang luas.

d. Memiliki visi yang jelas bagi pengembangan organisasi.

e. Bisa bekerjasama dalam bentuk “team work”.

f. Amanah, jujur, berkomitmen dan bertanggung jawab.

g. Pengelola memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut:

h. Pengelola berhak memperoleh hak atas upah atau insentif dari kerjanya

yang besarnya ditentukan oleh rapat seluruh anggota.

i. Pengelola berhak mengikuti semua program UKM.

j. Pengelola berkewajiban mengelola UKM dan mempertanggungjawabkan

hasil kinerja UKM terhadap anggotanya.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi UKM dalam PKBM sebagaimana ditulis sebelumnya be-

rasal dari pengurus PKBM. UKM menjadi salah satu seksi yang ada dalam

kepengurusan PKBM. Dalam pengembangan struktur kepengurusan UKM

hendaklah memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal sebagai

berikut:

a. Didasarkan pada kebutuhan kerja atau lebih mengutamakan pada fungsi.

b. Kondisi SDM dan SDA yang ada di wilayah sasaran

c. Memperhatikan jenjang kewenangan dan pengambilan keputusan.

d. Biaya.

Bagan kepengurusan UKM dalam PKBM secara sederhana dapat digam-

barkan sebagai berikut:

Page 58: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

58

3. Seksi UKM dan Simpan Pinjam

Seksi UKM dan Simpan Pinjam dipilih dari pengurus PKBM. Seksi UKM

dan simpan pinjam bertanggungjawab atas pelaksanaan UKM di PKBM.

Syarat sebagai pengurus UKM dan seksi simpan pinjam antara lain:

a. Pendidikan minimal SLTA atau yang sederajat.

b. Memiliki pengalaman berorganisasi

c. Memiliki wawasan yang luas.

d. Memiliki visi yang jelas bagi pengembangan organisasi.

e. Bisa bekerjasama dalam bentuk “team work”.

f. Amanah, jujur, berkomitmen dan bertanggung jawab.

g. Memiliki pengetahuan tentang pengelolaan keuangan bersama.

Tugas dari seksi UKM dan Simpan Pinjam adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pencatatan transaksi keuangan UKM kedalam format-format

pembukuan yang telah ditetapkan

b. Memberikan pelayanan kepada masyarakat/publik dalam hubungannya

dengan kegiatan UKM dan simpan pinjam.

c. Membuat perhitungan kas harian, dan perhitungan lainnya seperti: per-

hitungan bagi hasil simpanan tabungan; perhitungan honor dan biaya

operasional UKM; mencatat, menyimpan dan memelihara bukti-bukti

kas yang ada untuk keperluan dokumentasi; mengerjakan laporan-

laporan lain yang diperlukan oleh UKM; melakukan penghitungan atas

hutang dan bunga anggota.

Seksi ....... Seksi UKM

Seksi ..... Seksi .....

SIMPAN PINJAM/ARISAN

KEPENGURUSAN

Page 59: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

59

d. Bertanggungjawab kepada pengurus PKBM.

4. Nara Sumber Teknis dan Tutor

Nara sumber teknis adalah orang yang memiliki keahlian tertentu dan

mampu memberikan materi teknis, pengetahuan atau skill tertentu yang

sesuai dengan bidangnya. Contoh Nara sumber teknis antara lain; penyuluh

pertanian, ahli komputer, ahli memasak, instruktur menjahit dan sebagainya.

Sedangkan tutor adalah orang yang bertanggungjawab terhadap pem-

belajaran literasi dasar di wilayahnya. Tutor berkewajiban menjadikan

masyarakat buta huruf menjadi masyarakat yang memiki kemampuan literasi

dasar yang memadai. Syarat menjadi seorang tutor antara lain:

a. Berpendidikan minimal SLTA

b. Berdomisili di sekitar wilayah PKBM

c. Memiliki kemauan dan kemampuan untuk menjadi seorang tutor

5. Anggota

Anggota berasal keluarga yang berada pada lingkungan PKBM.

Syarat keanggotaan UKM adalah:

a. Diprioritaskan/diutamakan peserta didik binaan PKBM.

b. Warga masyarakat di lokasi PKBM yang sudah memiliki embrio usaha

atau memiliki motivasi yang tinggi untuk berusaha.

c. Jujur dan bertanggungjawab.

d. Anggota memiliki hak untuk:

e. Mengikuti semua kegiatan UKM.

f. Memberikan usulan atau ide untuk pengembangan UKM.

g. Memperoleh keuntungan atas sisa hasil usaha (SHU) dan bunga ta-

bungan.

h. Sedangkan kewajiban anggota adalah:

i. Mengikuti aturan sistem dan prosedur UKM yang telah ditetapkan.

j. Membayar kewajiban atas hutang yang diterima secara disiplin dan te-

pat waktu.

k. Memberikan bantuan apabila dibutuhkan oleh UKM.

6. Sistem dan Prosedur

Page 60: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

60

Sistem dan prosedur adalah aturan dan mekanisme yang akan diterap-

kan dalam UKM di PKBM tersebut. Sistem dan prosedur ditetapkan secara

bersama-sama oleh seluruh pengurus PKBM dan anggota masyarakat yang

lain. Sistem dan prosedur antara lain sebagai berikut:

a. Kepengurusan

Pada bagian ini, ditetapkan siapa yang dapat menjadi pengurus, berapa

lama waktu jabatan pengurus (misalnya 3 tahun atau 4 tahun), syarat apa saja

untuk dapat menjadi pengurus, apakah sesudah periode masa kepengurusan

berakhir dapat dipilih kembali atau tidak. Ditentukan pula kewajiban yang ha-

rus dipenuhi oleh pengurus.

b. Keanggotaan

Pada bagian ini ditetapkan siapa saja yang dapat menjadi anggota, be-

rapa lama seseorang dapat menjadi anggota UKM, apa saja syarat yang dibu-

tuhkan untuk menjadi anggota UKM, apa kewajiban anggota, apa pula hak-

hak anggota.

c. Forum atau Rapat Anggota

Forum adalah ketentuan mengenai berapa prosentase jumlah anggota

yang hadir yang dianggap telah memenuhi kuota untuk membuat keputusan.

Forum atau rapat anggota merupakan posisi tertinggi dalam UKM yang

menentukan segala keputusan dan program kerja UKM.

d. Program UKM

Program UKM adalah jenis kegiatan yang akan dilakukan oleh UKM.

Misalnya jenis usaha simpan pinjam, arisan, atau pemasaran usaha rumah

tangga. Arisan dilakukan dengan tujuan untuk menambah motivasi kegiatan

dan ajang bersosialisasi. Simpan pinjam adalah jenis usaha pendanaan oleh

UKM, sedangkan pemasaran usaha rumah tangga adalah bantuan yang

diberikan oleh UKM dalam memasarkan produk-produk anggota yang telah

dihasilkan. Pemasaran dapat dilakukan antar anggota, melalui pameran atau

melalui kios milik UKM.

e. Pendanaan

Pendanaan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Sumber Dana

Sumber dana berasal dari iuran anggota. Besarnya iuran ditentukan oleh

rapat anggota (iuran wajib, iuran sukarela, kas). Bila mungkin apabila

Page 61: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

61

ada bantuan dari pihak lain seperti dari pemerintah (GO), organisasi non

pemerintah (NGO) atau organisasi lain yang memberikan bantuan dana

pada PKBM.

2) Penggunaan Dana

Dana pada UKM PKBM ini digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:

a) Modal usaha (simpan pinjam)

b) Biaya manajemen (rapat, proposal,pelaporan, supervisi)

c) Biaya Operasional (ATK, honor, transport, konsumsi)

3) Mekanisme Penggunaan Dana

Mekanisme penggunaan dana adalah prosedur yang harus dipatuhi keti-

ka menggunakan dana tersebut. Mekanisme penggunaan dana meliputi:

a) Pengelolaan keuangan dilakukan oleh seksi UKM

b) Penyelenggaraan UKM selain sumber dana dari anggota,

juga di danai dari berbagai sumber yang bernaung dalam

program PKBM. Oleh karena itu, semua penyelenggaraan

program UKM harus di koordinasikan dengan presiden/

pengurus PKBM.

c) Semua transaksi keuangan harus di dokumentasikan/

dicatat secara tertib dan dilampiri bukti-bukti.

d) Pertanggungjawaban keuangan pada rapat anggota dan

pemberi donor

f. Sistem Peminjaman (besaran, banyaknya bunga, waktu pengem-

balian)

Sistem peminjaman meliputi aturan-aturan yang ditetapkan dalam

peminjaman. Aturan tersebut ditetapkan dalam rapat anggota. Ketentuan

mengenai sistem peminjaman antara lain:

1) Maksimal jumlah peminjaman oleh setiap anggota.

2) Besarnya bunga yang ditetapkan (misalnya 2%, 3%, 5%)

3) Berapa lama waktu pengembalian (misalnya 3 bulan, 4 bulan)

g. Penghitungan SHU dan bunga

Sisa hasil usaha adalah keuntungan yang diperoleh dari hasil bunga pin-

Page 62: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

62

jaman. Sedangkan bunga ditentukan dari besarnya tabungan. Penghitungan

SHU dan bunga ditetapkan berdasarkan hasil yang diperoleh selama 1 tahun.

SHU dan bunga diberikan kepada seluruh anggota berdasarkan jumlah pin-

jaman dan jumlah tabungan dari masing-masing anggota.

h. Jadwal

Jadwal adalah kesepakatan bersama antar anggota kapan kegiatan akan dil-

akukan Misalnya tiap tanggal 10 setiap bulan, atau setiap minggu pertama

setiap bulan dan sebagainya.

i. Pembukuan

Pembukuan adalah jenis administrasi yang harus ada dalam UKM, antara

lain: 1) buku anggota, 2) daftar hadir rapat, 3) buku inventaris, 4) buku notulen

rapat, 5) buku tabungan, 6) catatan peminjaman, 7) catatan tabungan 8)

catatan SHU dan bunga.

7. Sarana prasarana yang dibutuhkan

Sarana prasarana yang dibutuhkan untuk kegiatan UKM ini antara lain:

a. Sekretariat (dapat menggunakan sekeretariat PKBM)

b. Komputer dan printer (tidak wajib)

c. Mebelair

d. Sarana komunikasi

e. ATK

f. Buku administrasi penyelenggaraan

8. Materi

Materi adalah informasi diberikan oleh NST dan tutor ketika kegiatan UKM

dilaksanakan. Materi tambahan ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Jenis materi tambahan yang dapat diberikan antara lain: 1) Kesehatan dan

kebersihan, 2) ketrampilan, 3) kenakalan remaja, 4) KDRT, 5) kesetaraan gen-

der, 6) tumbuh dan kembang anak.

9. Monitoring, Evaluasi, dan Supervisi

Monitoring, evaluasi dan supervisi dilakukan untuk mengarahkan agar pro-

gram UKM berjalan sesuai dengan kesepakatan rapat anggota. Monitoring dan eval-

uasi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan keputusan selanjut-

nya. Monitoring, evaluasi dan supervisi juga dilakukan agar kegiatan tidak melang-

gar norma dan aturan yang ada di masyarakat. Monitoring, evaluasi dan supervisi

Page 63: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

63

dilakukan oleh pihak-pihak sebagai berikut:

a. Pengurus PKBM

b. Pengurus desa

c. Koordinator PKBM (kecamatan atau kabupaten)

d. Dinas pendidikan (kecamatan atau kabupaten)

F. Langkah Penerapan

Bagaimana langkah kerja pembentukan UKM sebagai bentuk literasi keu-

angan bagi PKBM? Ada tiga langkah pokok yaitu:

1. Langkah 1 – Persiapan

a. Manajemen Pengurus

Hal yang pertama dan utama harus dilakukan oleh PKBM adalah pem-

benahan manajemen atau kepengurusan PKBM. Pembenahan ini termasuk di

dalamnya adalah:

1) Kerjasama pengurus yang kuat

2) Komitmen untuk maju

3) Keseriusan dalam mengelola PKBM

4) Kejujuran antar sesama pengurus.

5) Perbaikan administrasi

Page 64: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

64

6) Peningkatan kompetensi

b. Informasi tentang Literasi Keuangan

Kedua, melalui presiden PKBM atau pengurus lain yang mampu, mem-

berikan informasi dan pengetahuan faktual tentang pentingnya literasi keu-

angan dalam keluarga dan bagi PKBM. Pengetahuan ini meliputi bagaimana

cara mengelola keuangan yang baik, bagaimana berinvestasi dan bagaimana

menjadi keluarga yang mandiri secara finansial.

c. Membentuk Pengurus UKM

Jika informasi tentang literasi keuangan telah disampaikan, maka

langkah selanjutnya adalah kesepakatan bersama pengurus PKBM untuk

membentuk UKM. Membentuk pengurus UKM sangatlah mudah. PKBM hanya

perlu menambahkan dua atau tiga orang sebagai pengelola UKM dan seksi

simpan pinjam. PKBM tidak perlu merubah susunan pengurus yang sudah ada

hanya perlu menambahkan personil sebagai pengurus UKM dan simpan pin-

jam.

d. Penguatan Kapasitas (Capacity Building) bagi Pengurus

Sesudah pengurus terbentuk, maka langkah selanjutnya adalah mening-

katkan kapasitas pengurus melalui pelatihan. Beberapa jenis pelatihan untuk

penguru antara lain;

1) Manajemen UKM

2) Pengadminstrasian

3) Sistem atau prosedur UKM sederhana

e. Sosialisasi pada anggota dan masyarakat

Sesudah capacity building terhadap pengurus dilakukan, langkah selan-

jutnya adalah sosialisasi tentang literasi keuangan dan UKM pada seluruh

anggota PKBM dan masyarakat. Undanglah atau temuilah kelompok masyara-

kat dan informasikan tentang literasi keuangan dan UKM secara benar dan

yakinkan bahwa program ini menguntungkan bagi seluruh masyarakat.

2. Langkah 2 – Pelaksanaan

Setelah persiapan selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah

melaksanakan UKM. Pelaksanaan UKM dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Menentukan anggota dan rapat anggota

Page 65: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

65

Anggota berasal dari peserta didik PKBM atau masyarakat setempat

yang memiliki kemauan untuk menjadi anggota UKM. Setelah anggota ter-

bentuk selanjutnya anggota melakukan rapat untuk membuat kesepakatan-

kesepakatan yang diperlukan.

b. Kesepakatan Sistem dan Prosedur UKM

Rapat anggota selanjutnya menentukan sistem dan prosedur UKM

secara sederhana. Sistem dan prosedur pada UKM dapat dilihat di bagian

atas.

c. Arisan tiap kelompok kecil

Selanjutnya dapat pula dibentuk arisan sebagai motivasi bagi anggota

untuk tetap aktif mengikuti kegiatan UKM. Arisan sekaligus juga sebagai sara-

na untuk mempererat silaturahmi antar anggota.

3. Langkah 3 – Tindak Lanjut

Langkah tindak lanjut sebenarnya adalah langkah penguat yang dapat dil-

akukan agar program literasi lain dapat terwujud. Langkah ini sebenarnya tidak dapat

dikesampingkan. Literasi dasar dan pengetahuan lain terletak di sini. UKM merupa-

kan jembatan agar kegiatan literasi dasar dan literasi lain dapat dilaksanakan.

a. Integrasi literasi dasar dengan literasi keuangan

Integrasi literasi dasar dengan literasi keuangan adalah mengkombinasi-

kan kegiatan literasi dasar dengan literasi keuangan. Kegiatan ini dilakukan

khususnya bagi mereka yang memiliki tingkat keaksaraan masih rendah. Ben-

tuk kegiatannya adalah baca tulis dan hitung. Materi belajar dapat berkaitan

dengan kegiatan UKM atau materi lain yang dibutuhkan seperti ketrampilan

atau tema lainnya (kesehatan, kebersihan, adat istiadat dan sebagainya).

Kegiatan ini dipimpin oleh tutor.

b. Integrasi literasi keuangan dengan literasi lain

Integrasi literasi keuangan dengan jenis literasi lain adalah kegiatan

pemberian pengetahuan dan informasi lain yang bermanfaat bagi anggota,

seperti ketrampilan atau pengetahuan lain. Kegiatan ini dapat dipimpin oleh

tutor atau pengurus PKBM atau NST yang memiliki kemampuan untuk mem-

berikan informasi atau mengajarkan kepada peserta.

c. Peranan anggota keluarga dalam mendukung keuangan keluarga

Menjelaskan tentang peran anggota keluarga seperti:

Page 66: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

66

1) Ayah/Suami sebagai kepala keluarga

2) Istri/Ibu sebagai pengurus rumah tangga

3) Anak membantu tugas ayah dan ibu

4) Anggota keluarga lain seperti kakek dan nenek sebagai penasihat

keluarga

d. Membentuk Jiwa wirausaha

Membentuk jiwa wirausaha adalah sebuah dorongan bagi anggota un-

tuk memiliki sikap berwirausaha. Sikap ini meliputi rasa percaya diri dan kre-

atifitas untuk menghasilkan produk atau jasa yang memiliki nilai jual. Misalnya

membuat makanan kecil,kerajinan,bertani, menjahit dan sebagainya.

G. Hasil yang Diperoleh

Hasil yang diperoleh dari proses integrasi keaksaraan dasar dan literasi keu-

angan melalui kegiatan UKM di PKBM Bina Ilmu Kelurahan Wonolopo Kecamatan

Mijen dapat dituliskan sebagai berikut:

1. Terbentuknya UKM di PKBM Bina Ilmu yang mampu memberikan layanan

keuangan kepada warga belajar keaksaraan dasar dan anggota keluarga.

2. Meningkatnya pengetahuan anggota keluarga tentang peran masing-masing

untuk mendukung keuangan keluarga (dilihat dari hasil evaluasi keaksaraan

dasar dan pemberian Surat Keterangan Melek Aksara)

3. Manajemen PKBM Bina Ilmu dikelola secara profesional.

4. Terlaksananya penyelenggaraan program di PKBM Bina Ilmu yang berbasis

kewirausahaan baik yang bersifat profit maupun non profit

5. Terlaksananya program peningkatan kompetensi pengelola melalui diklat bagi

pengelola keuangan PKBM Bina Ilmu.

6. Terlaksananya peningkatan akses usaha dan pendapatan peserta didik,

masyarakat dan pengelola PKBM.

7. Pengembangan jiwa kewirausahaan peserta didik, anggota keluarga,

masyarakat dan pengelola PKBM.

Page 67: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

67

H. Kesimpulan

Model integrasi keaksaraan dasar dengan literasi keuangan bagi PKBM ini

tentu saja bukanlah yang terbaik. Dengan kerjasama yang baik antar tim, model inte-

grasi keaksaraan dasar dengan literasi finansial melalui UKM bagi keluarga pra se-

jahtera ini dapat berjalan dengan baik.

Beberapa kelebihan model ini antara lain:

1. Model ini dapat diterapkan PKBM di mana saja asalkan memiliki kemampuan

dan kemauan untuk meningkatkan literasi keuangan keluarga melalui UKM.

2. Model ini dapat meningkatkan kemandirian keluarga dan PKBM melalui pro-

gram UKM.

3. Model ini mudah penerapannya. Hanya memerlukan tiga langkah sederhana

yang sistematis.

4. Model ini murah, karena biaya dan pendanaan model bersumber dari keluar-

ga dan dikelola sendiri oleh keluarga.

5. Sedangkan beberapa tantangan yang mungkin muncul antara lain:

6. PKBM yang ingin menerapkan model ini haruslah PKBM yang benar-benar

sudah siap secara manajemen.

7. Pengurus PKBM yang ingin menerapkan model ini harus memiliki penge-

tahuan yang cukup tentang literasi keuangan dan bagaimana membentuk

UKM.

8. PKBM yang ingin menerapkan model ini membutuhkan kerjasama yang kuat

antara pengurus PKBM, keluarga, masyarakat dan stakeholders terkait.

I. Saran

Berdasarkan tantangan di atas, maka saran bagi PKBM ataupun pihak terkait

yang ingin menyelenggarakan Integrasi Keaksaraan Dasar dengan Literasi Keu-

angan melalui UKM bagi keluarga pra sejahter harus beberapa saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut:

1. PKBM Menyiapkan SDM yang berkualitas, tangguh, dan solid agar kegiatan

UKM dapat berjalan sesuai dengan rencana.

2. Pengelola PKBM Memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup

bagaimana cara mengembangkan UKM di wilayahnya.

Page 68: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

68

3. Menjalin kerjasama yang erat dengan masyarakat dan stakeholders serta

pihak terkait lainnya.

Daftar Pustaka

Adisendjaja, Yusuf. (2010). Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup. Bandung:

Fak.Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia

Bruce Joyce and Marsha Weil. (1996). Models of Teaching. The United State of Amerika :

A simon and Schuster Company.

Ditbindikmas. (2009). SKKUM. Jakarta. Kementerian Pendidikan Nasional.

Ditbindikmas. (2014). Arah dan Kebijakan. Jakarta: Dirjen PAUDNI, Kemdikbud.

Dra. Roestiyah N. K . (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyono, Sri Ir. (1989). Wayang dan Karakter Wanita. Jakarta: CV Haji Masagung.

Pasaribu, I. L, Dra. 1980. Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Tarsito.

Puslitjaknov. (2010). Model Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD).

Jakarta: Balitbang. Puslitjaknov.Kemdikbud.

Sudjana S. 2005. Metode Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.

Sudjana S, S. Pd, M. Ed, Ph. D, (2005). Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif.

Bandung: Falah Production.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Page 69: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

69

PEMBELAJARAN KEBHINEKAAN BERBASIS

PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MENUJU

INDONESIA EMAS

Eem Kurniasih1, Stefani Nawati Eko Resti2

Abstrak

Salah satu solusi yang perlu ditempuh untuk membangun karakter anak-anak bangsa adalah melalui pembelajaran kebhinekaan. Pengenalan ideologi kebhinekaan sejak usia dini pada anak diharapkan mampu membangun karakter anak bangsa yang mengerti, menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian. Lewat pendidikan karakter dalam penanaman semangat kebhinekaan di sekolah, akan menjadi medium pelatihan dan penya-daran bagi generasi muda untuk menerima perbedaan budaya,suka, agama, ras, etnis dan kebutuhan di antara sesama dan mau hidup ber-

sama secara damai.

Penanaman pendidikan karakter kepada anak didik yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai kebaikan dan kebajikan, kepada Tuhan YME diri sendiri dan sesama lingkungan. Dengan menanamkan pendidikan karak-ter sejak anak usia dini dapat memiliki rasa nasionalisme, integritas, dan

karakter yang kuat menuju bangsa yang bermartabat.

Membangun konsep pembelajaran kebhinekaan harus dilandasi dengan pendidikan karakter yang kuat, karena adanya pendidikan karak-ter dapat mengontrol anak didik yang mimiliki beragam budaya. Pem-belajaran kebhinekaan ditanamkan sejak anak usia dini bertujuan untuk

mempersiapkan anak usia dini menuju Indonesia emas.

Kata kunci: Kebhinekaan, Pendidikan Karakter, Indonesia Emas

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia dibangun atas dasar masyarakat multi budaya dan multi etnis ke dalam

suatu bentuk kesatuan nasional. Budaya etnis yang sangat beragam juga berkembang

menurut dinamika sejarah yang dialami masing-masing pendukungnya yang ada di

berbagai daerah. Perbedaan Suku, Agama, Ras dan Antar golongan (SARA) menjadi

alat yang digunakan oleh segelintir orang untuk saling menyerang satu sama lain. Hal

ini mungkin sebagai reaksi dari tidak siapnya kita dengan konsep multikultural di nega-

ra kita. Kesadaran tentang multikultural yang mengakui keberagaman atau kebhine-

kaan sebenarnya telah muncul sejak negara tercinta kita Republik Indonesia ter-

Eem Kurniasih, Stefani Nawati Eko Resti adalah Dosen Universitas Terbuka

Page 70: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

70

bentuk. Akan tetapi bagi bangsa Indonesia saat ini multikultural merupakan sebuah

konsep yang baru dan asing.

Tamrin (2016: 1) berpendapat bahwa budaya merupakan isu sangat penting da-

lam kehidupan berbangsa untuk bangsa masa yang akan datang. Tidak dapat dimung-

kiri bahwa era masa datang, sumber konflik dapat dipastikan tidak lagi bersumber dari

ideologi atau ekonomi, tetapi masalahnya pada persoalan budaya. Kesuksesan suatu

bangsa tidak bisa dipisahkan dengan budaya. Ruh kemajuan suatu bangsa berakar

dari budaya bangsa tersebut. Oleh karena itu, negara yang memiliki budaya kondusif

dan suasana kebatinan yang kuat, merupakan negara yang dapat dipresdiksi memiliki

peluang besar untuk berkembang pada masa datang.

Berlian, Nur (2017: 2) mengemukakan bahwa UU N0 20 tahun 2003 dalam ten-

tang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Bab III Pasal 4 menekankan bahwa prin-

sip pendidikan dilaksanakan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, men-

junjung tinggi HAM, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan. Senafas dengan

itu, Pemerintahan Jokowi-JK menetapkan Nawa Cita, khususnya pada Cita ke sembi-

lan yaitu pentingnya memperteguh kebinekaan dan memperkuat restorasi sosial me-

lalui kebijakan dengan memperkuat pendidikan kebinekaan dan menciptakan ruang

dialog antar warga sebagai wahana penguatan karakter dan jati diri bangsa. Pent-

ingnya memperkuat pendidikan kebinekaan pada satuan pendidikan menengah

disebabkan pada umumnya kepribadian siswa pada usia sekolah menengah secara

psikologis berada pada fase yang masih labil sehingga mudah dimasuki paham-paham

radikal dan intoleran. Penguatan pendidikan kebinekaan pada satuan pendidikan

menengah sangat diperlukan untuk membentengi warga sekolah, terutama siswa dari

paham-paham radikal dan perilaku intoleran.

Gunansyah dalam Risnawati, Vivit (2012: 2) menyebutkan bahwa pendidikan

karakter yang baik adalah pendidikan yang dimulai sedini mungkin dalam keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang de-

wasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi

pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.

Anak-anak menyerap semua hal pada saat berusia empat tahun, dan itu adalah peri-

ode emas otaknya. Dapat disimpulkan bahwa menanamkan pendidikan karakter kepa-

da anak usia dini merupakan langkah yang tepat dalam mengembangkan potensi yang

ada pada diri anak, supaya menjadi anak yang memiliki budi pekerti dan moral yang

baik.

Pembelajaran kebhinekaan berbasis pendidikan karakter sangat penting

ditanamkan pada anak usia dini guna mempersiapkan Indonesia emas, karena pem-

belajaran kebhinekaan untuk membentuk dan mengembangkan perilaku anak sejak

Page 71: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

71

usia dini pada suasana sekolah sehingga sikap dan perilaku anak usia dini dapat sal-

ing menghormati dan menghargai kemajemukan. Pembelajaran kebhinekaan berbasis

pendidikan karakter juga dapat membentuk kepribadian setiap individu dalam hal kog-

nitif, psikomotorik, dan afektif. Tiga komponen tersebut digabung dengan rasa kebhine-

kaan dapat menjadi landasan yang kuat dalam membangun anak usia dini menjadi

peribadi yang menjunjung tinggi rasa saling menghormati jika kelak sudah de-

wasa dan berada di tengah-tengah masyarakat.

2. PEMBAHASAN

Menanamkan Pembelajaran Kebhinekaan Berbasis Pendidikan Karakter Pa-

da Anak Usia Dini Menuju Indonesia Emas

a. Pembelajaran Kebhinekaan

Wartini, Atik (2015: 40) berpendapat bahwa kebhinekaan adalah suatu

realita di masyarakat Indonesia yang tidak mungkin untuk dihindari, tetapi

bagaimana masyarakat dapat hidup berdampingan secara damai, aman, dan

nyaman. Sedangkan Berlian, Nur (2017: 2) berpendapat bahwa pendidikan

kebhinekaan merupakan suatu layanan pendidikan untuk membentuk dan

mengembangkan suasana sekolah pada sikap dan perilaku saling menghor-

mati dan menghargai kemajemukan. Pendidikan ini mengarahkan warga

sekolah untuk menghindari berbagai prasangka etnosentris serta me-

merdekakan diri untuk mengeksplorasi dan belajar dari berbagai perspektif

dan budaya lain. Pengertian kebhinekaan diadaptasi dari konsep multikultur-

alisme, yaitu adanya kesediaan untuk menerima kelompok lain secara sama

sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, gender,

bahasa, ataupun agama. Bagian penting dari pendidikan kebhinekaan atau

multikultural adalah bagaimana menumbuhkan sensitivitas warga sekolah

terhadap budaya masyarakat yang bersifat plural. Bentuk pendidikan ini diper-

lukan agar setiap warga sekolah memiliki kesadaran dan menumbuhkan si-

kap dan perilaku yang menghormati dan menghargai kondisi masyarakat

yang beragam.

Adapun menurut Berlian, Nur (2017: 3) permasalahan terkait penera-

pan nilai-nilai kebinekaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu

kebijakan sekolah dan sikap warga sekolah.

Persoalan kebijakan sekolah antara lain:

Terlalu besarnya prioritas pada kemampuan kognitif membuat ruang ek-

Page 72: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

72

spresi budaya di sekolah meskipun ada namun sangat terbatas dan bersifat seremo-

nial.

1) Belum semua sekolah memberikan pelayanan pendidikan agama yang dengan

agama yang dianut siswa.

2) Kebijakan sekolah bahkan Pemda yang kurang memperhatikan kelompok minori-

tas.

3) Keterbatasan sumberdaya sekolah untuk mendukung penerapan pendidikan

kebhinekaan.

Sedangkan persoalan sikap warga sekolah, antara lain:

1) Sikap sebagian siswa yang beranggapan lebih nyaman memilih teman yang

seagama atau seetnis;

a) Siswa lebih memilih pemimpin yang seagama atau se-etnis.

b) Faktor keluarga yang masih kuat ikatan primordialnya.

c) Pemahaman agama yang sempit (eksklusif) sehingga berpotensi men-

imbulkan konflik di masyarakat.

2) Kepala sekolah dan guru kesulitan memantau kegiatan siswa di luar sekolah

yang berpotensi membawa paham-paham radikal, seperti: pengaruh media so-

sial & informasi yang menyesatkan.

Masih banyak terdapat permasalahan dalam pembelajaran kebhinekaan

seharusnya kebijakan sekolah dan warga sekolah dapat bersinergi karena

dengan mengedepankan sikap kebhinekaan dapat menciptakan suasana kondu-

sif dan saling menghormati antara individu satu dengan yang lain.

Adapun dimensi - dimensi pendidikan kebhinekaan menurut Banks dalam

Awaru, A. Octamaya (2016: 226) adalah:

Dimensi integrasi isi/materi (content integration). Dimensi ini berkaitan

dengan upaya untuk menghadirkan aspek kultur yang ada ke ruang-ruang kelas.

Seperti pakaian, tarian, kebiasaan, sastra, bahasa, dan sebagainya. Dengan

demikian, diharapkan akan mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa

akan kultur milik kelompok lain. Menurut Banks konsep atau nilai-nilai tersebut

dapat diintegrasikan ke dalam materi-materi, metode pembelajaran, tugas/

latihan, maupun evaluasi yang ada dalam buku pelajaran.

a) Dimensi konstuksi pengetahuan (knowledge construction). Pembelajaran

memberikan kesempatan pada siswa untuk memahami dan merekonstruksi

Page 73: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

73

berbagai kultur yang ada. Pendidikan multikultural merupakan pendidikan

yang membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mengenal,

menerima, menghargai, dan merayakan keragaman kultural.

b) Dimensi pendidikan yang sama/adil (an equity paedagogy )Dimensi ini me-

nyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka

memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi ras, bu-

daya (culture) ataupun sosial (social).

c) Dimensi pengurangan prasangka (prejudice reduction). Dimensi ini sebagai

upaya agar para siswa menghargai adanya berbagai kultur dengan segala

perbedaan yang menyertainya.

d) Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan stuktur sosial (Empowering

school culture and social stucture). Dimensi ini merupakan tahap dilakukann-

ya rekonstruksi baik struktur sekolah maupun kultur sekolah. Hal tersebut di-

perlukan untuk memberikan jaminan kepada semua siswa dengan latar

belakang yang berbeda agar mereka merasa mendapatkan pengalaman dan

perlakuan yang setara dalam proses pembelajaran di sekolah.

Bentuk pengembangan pendidikan multikultural di setiap Negara ber-

beda-beda sesuai dengan permasalahan yang dihadapi masing-masing

Negara.

b. Pendidikan karakter pada anak usia dini

Menurut Kurniawaty (2011 : 7) pendidikan karakter adalah upaya pena-

naman nilai-nilai karakter kepada anak didik yang meliputi pengetahuan,

kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai ke-

baikan dan kebajikan, kepada Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan

maupun kebangsaan agar menjadi manusia yang berakhlak. Sedangkan kon-

sep pendidikan karakter berikutnya digagas oleh Thomas Lickona dalam

Suyanto, Slamet (2012: 3), yang menyatakan bahwa karakter yang baik meli-

puti memahami, peduli, dan berperilaku berdasarkan nilai-nilai etika dasar.

Pendidikan karakter memiliki peran membantu peserta didik dan komunitas

sekolah untuk memahami nilai-nilai yang baik dan berperilaku berdasarkan

nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai tersebut dapat ditanamkan kepada peserta didik

sejak usia dini agar terbawa hingga mereka dewasa.

Dari beberapa pendapat tentang pendidikan karakter dapat disimpulkan

bahwa pendidikan karakter merupakan dasar dalam membangun sikap

religius, membantu sesama manusia dan mencintai lingkungan. Nilai-nilai

etika yang terkandung dalam pendidikan karakter dapat ditanamkan kepada

Page 74: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

74

peserta didik sejak usia dini sehingga menjadi bekal pada saat dewasa.

Direktorat PAUD (2011) menjelaskan prinsip-prinsip pendidikan karakter

pada anak usia dini yang harus dilaksanakan oleh pendidik/tenaga kependidi-

kan di lembaga PAUD, yaitu :

1) Melalui contoh dan keteladanan.

2) Dilakukan secara berkelanjutan.

3) Menyeluruh, terintegrasi dalam seluruh kegiatan yang direncanakan di

satuan

PAUD dan melibatkan anak.

a) Menciptakan suasana kasih sayang.

b) Dilaksanakan tanpa paksaan dan ancaman.

c) Melibatkan pendidik dan tenaga kependidikan, orangtua, dan masyara-

kat.

d) Menjadi pembiasaan dalam kegiatan harian anak. Lingkungan yang me-

nyenangkan.

Dari penjelesan tentang prinsip-prinsip pendidikan karakter yang harus

dilaksanankan oleh pendidik maka dapat disimpulkan tugas pendidik di lem-

baga PAUD sangat memberikan kotribusi yang besar karena dapat me-

nanamkan pendidikan karakter melalui pembelajaran yang menyenengkan.

Adapun beberapa nilai yang dikemukakan oleh Balitbang Kemendiknas

(2010 : 8) yaitu teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan karakter bangsa

sebagai berikut ini:

a. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan

hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan.

c. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

Page 75: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

75

pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

e. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi

berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas

dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil

baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama Hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih men-

dalam dan meluas dari sesuatuyang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

j. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepent-

ingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan

fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

l. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghor-

mati keberhasilan orang lain.

Page 76: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

76

m. Bersahabat/Komuniktif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan

bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta Damai

Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa

senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya un-

tuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain

dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan

Yang Maha Esa.

Dari 18 nilai pendidikan karakter diatas dapat disimpulkan bahwa me-

nanamkan sikap cinta terhadap lingkungan dan sesama manusia sejak usia

dini dapat menjadikan anak lebih menghargai sesuatu yang ada disekitarnya.

c. Menanamkan Pembelajaran Kebhinekaan Berbasis Pendidikan Karakter

Pada Anak Usia Dini Menuju Indonesia Emas

Membangun konsep pembelajaran kebhinekaan harus dilandasi

dengan pendidikan karakter yang kuat, karena adanya pendidikan karakter

dapat mengontrol anak didik yang mimiliki beragam budaya. Pembelajaran

kebhinekaan ditanamkan sejak anak usia dini bertujuan untuk mempersiap-

kan anak pada saat Indonesia emas.

Tamrin (2016: 10) berpendapat bahwa pada prinsipnya, model pem-

belajaran kebhinekaan berbasis pendidikan karakter membutuhkan sentuhan

Page 77: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

77

kreativitas oleh pendidik. Hal ini sangat penting untuk mengaktualiasikan

seluruh komponen pembelajaran sehingga konsep kebhinekaan menjadi ba-

gian yang tidak terpisahkan dalam dampak pembelajaran, bahkan dapat

menjadi tujuan pembelajaran. Guru diharapkan memiliki kesadaran kuat da-

lam menganut nilai-nilai kebhinekaan sebelum menginternalisasikan dalam

pembelajaran. Secara teknis, model pembelajaran kebhinekaan berbasis

pendidikan karakter membutuhkan keterampilan integratif dari guru. Desain

pembelajaran menjadikan nilai –nilai usia dini menuju Indonesia emas

berkarakter yang dibangun dengan basis konsep kebhinekaan harus menjadi

muatan nilai. Oleh karena itu, pembelajaran dikemas dengan menarik sesuai

tujuan dan di sekelilingnya termuat nilai- nilai karakter yang mengakomodasi

konsep kebhinekaan.

Tujuan pembelajaran kebhinekaan berbasis pendidikan karakter pada

anak usia dini menuju Indonesia emas

Terdapat beberapa tujuan dalam pembelajaran kebhinekaan berbasis

pendidikan karakter pada anak usia dini menuju Indonesia emas yaitu ada

beberapa point antara lain:

1. Mengajarkan anak usia dini yang berasal dari latar berlakang agama

dan etnis yang berbeda dapat bekerjasama dalam satu kegiatan

dengan demikian, anak menjadi terbiasa dan saling menerima serta

menghargai perbedaan.

2. Guru dapat meningkatkan mutu pembelajaran supaya lebih menarik

dengan memperkaya literatur, mencari narasumber/sumber belajar da-

lam bentuk audio visual, bermain peran, diskusi dan kerja kelompok

multi agama, suku, dan budaya.

3. Memberikan wawasan kebangsaan dan kebinekaan pada anak usia

dini, serta mengaktualisasikan dalam bentuk kegiatan di lapangan yang

bisa menciptakan situasi yang harmonis, nyaman dan menggembi-

rakan.

3. PENUTUP

Dari menanamkan pembelajaran kebhinekaan berbasis pendidikan karakter

pada anak usia dini menuju Indonesia emas pembahasan yang telah diuraikan diat-

as guru dan orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan

pembelajaran kebhinekaan melalui pendidikan karakter pada anak usia dini.

Page 78: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

78

Pembelajaran kebhinekaan berbasis pendidikan karakter wajib diberikan

kepada anak sejak usia dini yang bertujuan menumbuhkan rasa saling menghor-

mati dan toleransi.Begitu pentingnya peran guru. Orang tua murid dan lingkungan

sekitar dapat mempersiapkan anak usia dini supaya memiliki rasa menghormati guna

menuju masyarakat yang harmonis,sekali lagi peran guru dan orang tua memiliki

tanggung jawab dalam membimbing serta mengawasi anak sejak usia dini.

Dan baiknya lagi guru mempunyai komitmen yang tinggi menanamkan pem-

belajaran kebhinekaan melalui pendidikan karakter kepada peserta didik sehingga

dapat mempersiapkan dengan matang guna menuju Indonesia emas .

Masa emas anak-anak hanya datang satu kali sehingga anak pada usia dini

perlu diberikan perhatian khusus berkenaan dengan pembelajaran kebhinekaan

sesuai dengan nilai pendidikan karakter. dapat memberikan bimbingan yang khusus

kepada peserta didik, tentang kebhinekaan supaya tercipta suasana yang harmonis

di sekolah, rumah tempat anak singgah dan lingkungan sekitar anak bersosialisasi.

Daftar Pustaka

Awaru, A. Octamaya Tenri. 2016. Membangun Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Ber-

basis Multikultural di Sekolah. Seminar Naional: Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial

Membentuk Karakter Bangsa Dalam Rangka Daya Saing Global. pp. 221-230.

(http://ojs.unm.ac.id).

Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pedoman Pengembangan Pendidikan

Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta : Balitbang Kementerian Pendidikan Na-

sional.

Berlian, Nur. 2017. Memperkuat Pendidikan Kebinekaan Pada Satuan Pendidikan Menen-

gah. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Ke-

budayaan RI. (http://www.acdp-indonesia.org).

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. 2011. Pedoman Pendidikan Karakter

Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta

Kurniawaty, Aries Susanty. 2011. Pengembangan Karakter Anak Usia Dini di Lembaga

PAUD. Jakarta: Litbang RA Istiqlal.

Risnawati,Vivit. 2012. Optimalisasi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Melalui Sentra

Main Peran Di Taman Kanak-Kanak Padang. Jurnal Pesona PAUD. Vol.1, No.1,

pp. 1-10. (http://download.portalgaruda.org).

Suyanto, Slamet. 2012. Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan

Page 79: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

79

Anak.. Vol.1, No.1: 1-10. (http://download.portalgaruda.org).

Tamrin. 2016. Menggagas Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Terpadu Berbasis

Konsep Multikultural Sebagai Upaya Menguatkan Nilai- Nilai Kebangsaan Dan

Memelihara Kebhinekaan Di Sekolah Dasar. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kota Makassar. (http://simposium.gtk.kemdikbud.go.id).

Wartini, Atik. 2015. Pendidikan Multikultural Berbasis Karakter Keindonesiaan Pada Pen-

didikan Anak Usia Dini Upaya Integrasi Ilmu Ke-Islaman Dan Karakter Ke-

budayaan Indonesia. Toleransi: Media Komunikasi Umat Bergama. Vol.7, No.1,

pp. 35-52. (https://media.neliti.com).

Page 80: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

80

Page 81: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

81

EFEKTIFITAS ONLINE LEARNING PADA KURSUS APLIKASI

PERKANTORAN ONLINE

Heru Priambodo

Abstrak

Kursus dan pelatihan online ditujukan untuk memberikan alternatif layanan pendidikan kursus bagi warga belajar yang ingin memperoleh ket-rampilan tertentu dengan menggunakan fasilitas teknologi dimana pem-belajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Dengan model pembelajaran ini, peserta kursus dapat mengatur pembelajaran secara fleksibel sesuai dengan kesempatan belajarnya masing-masing. Oleh ka-rena itu bahan ajar (modul pembelajaran) di-set sedemikian rupa sehingga

bisa dipelajari secara mandiri oleh peserta didik.

Eksperimen dilaksanakan di Desa Edukasi dan PKBM Citra Ilmu se-bagai kelompok eksperimen dan peserta didik reguler dari LKP Vico se-bagai kelompok kontrol. Efektifitas pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran online sama dengan pembelajaran tatap muka. Perhitungan statistik menunjukkan bahwa nilai t-test sebesar 0,191 lebih besar da-ripada nilai t-tabel sebesar 0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara kelompok eksperimen dan ke-lompok kontrol. Efektifitas pembelajaran online sama dengan pembelaja-

ran tatap muka.

Dari hasil ujicoba dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran dengan metode belajar online terbukti bisa meningkatkan kompetensi pe-serta didik. Namun demikian ada berbagai kendala dalam pelaksanaan kursus online antara lain motivasi belajar yang sangat kurang, kendala sarana dan prasarana terutama kendala jaringan internet, dan iklim belajar yang belum mendukung peserta untuk belajar secara mandiri sehingga

peserta didik lebih terbiasa dengan iklim belajar tatap muka.

Kata Kunci : Efektifitas, E-learning, kursus online

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

E-learning merupakan suatu sistem pendidikan yang menggunakan dan me-

manfaatkan teknologi informasi untuk proses belajar mengajar. Adapun pengertian e-

learning dapat dikatakan suatu sistem pembelajaran sebagai sarana proses belajar

mengajar yang tanpa harus bertatap muka secara langsung antara guru dengan pe-

serta didik (Ardiansyah, 2013).

E-learning ini memiliki manfaat yang diantaranya adalah: (1) Fleksibel, yang pe-

serta didik dapat memilih waktu dan tempat untuk memperoleh belajar; (2) Belajar

Heru Priambodo, S.Pd, M.Kom adalah Pamong Belajar di PP PAUD & DIKMAS Jawa Tengah

Page 82: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

82

mandiri, e-learning memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memegang

kendali atas keberhasilan peserta didik ; (3) Efisiensi biaya, memberikan efisiensi

biaya seperti biaya akomodasi atau trasportasi; (4) Kualitas pengetahuan, peserta

didik dapat meningkatkan kualitas materi pembelajaran.

Penggunaan e-learning sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar saat

ini, hal tersebut memiliki beberapa alasan, yaitu (1) Menyediakan lebih banyak infor-

masi daripada belajar secara manual lewat buku atau pembelajaran formal melalui

lembaga pendidikan; (2) Menyediakan informasi luas dengan waktu yang sangat sing-

kat sehingga e-learning dapat berjalan dengan efektif lebih besar; (3) Peserta didik

dapat lebih mencari informasi secara bebas sesuai yang diinginkan secara mendetail.

Berbagai kemudahan tersebut sangat sesuai dengan sasaran pendidikan kursus.

Menurut buku “Apa dan Bagaimana Pembinaan Kursus dan kelembagaan” yang diter-

bitkan oleh Dirbinsulat tahun 2010 menyebutkan bahwa “Kursus diselenggarakan

bagi peserta didik (masyarakat yang usianya tidak dibatasi, tidak dibedakan

jenis kelaminya, dan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan proses belajar yang

efektif), yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan

sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha man-

diri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah

utama adalah Bagaimana inovasi model kursus dan pelatihan dengan memanfaatkan

kemajuan teknologi dan informasiyang dapat memperluas layanan kursus dan

menghasilkan lulusan yang bersertifikat dan siap kerja. Berdasarkan rumusan

masalah tersebut, maka terdapat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

a. Bagaimana efektifitas pembelajaran kursus online pada program aplikasi per-

kantoran ?

b. Apakah ada perbedaan kompetensi antara peserta kursus yang mengikuti pem-

belajaran secara konvensional dengan kursus secara online ?

3. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menemukan model kursus online

yang dapat memperluas layanan kursus dan menghasilkan lulusan yang bersertifikat

dan siap kerja. Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini yaitu:

a. Mengetahui efektifitas pembelajaran kursus online pada program aplikasi per-

kantoran ?

Page 83: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

83

b. Mengetahui perbedaan efektifitas pembelajaraan antara kursus secara konven-

sional dengan kursus online dalam meningkatkan kompetensi peserta didik ?

B. KAJIAN PUSTAKA

1. Efektivitas

Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh

tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan

pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa, “Efektifitas

adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan

waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin

tinggi efektifitasnya”. Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono

(1984) adalah “Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang di-

capai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input “.

Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifi-

tas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas

dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah

ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat

efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut : Efektifitas = Ouput Aktual/Output

Target >=1. Ø Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau

sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas. Ø Jika output aktual berband-

ing output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka efektifitas tidak tercapai.

2. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Popham (2003:7), efektifitas proses pembelajaran seharusnya ditinjau

dari hubungan guru tertentu yang mengajar kelompok siswa tertentu, didalam situasi

tertentu dalam usahanya mencapai tujuan-tujuan tertentu. Efektifitas proses pembela-

jaran berati tingkat keberhasilan guru dalam mengajar kelompok siswa tertentu

dengan menggunakan metode tertentu untuk mencaapai tujuan instruksional tertentu.

Dunne (1996:12) berpendapat bahwa efektifitas pembelajaran memiliki dua karakter-

istik. Karakteristik pertama ialah “memudahkan murid belajar” sesuatu yang ber-

manfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang

diinginkan. Kedua bahwa keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten

menilai, seperti guru, pengawas, tutor atau murid sendiri.

3. Kursus dan pelatihan

a. Pengertian

Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-undang Nomor 20 Tahun

Page 84: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

84

2003, dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan adalah bentuk pendidikan berke-

lanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan

penekanan pada penguasaan keterampilan, standar kompetensi, pengem-

bangan sikap kewirausahaan serta pengembangan kepribadian profesional.

b. Dasar penyelenggaraan kursus dan pelatihan

Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5: Kur-

sus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal

pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengem-

bangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

c. Tujuan kursus dan pelatihan

Sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26

ayat 5, maka kursus dan pelatihan diselenggarakan dengan tujuan untuk mem-

berikan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap un-

tuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri,

dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kepada masyara-

kat yang mebutuhkan.

4. Online Learning

a. Konsep E-Learning

E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan

tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, in-

tranet, atau media jaringan komputer lain (Darin E, Hartley, 2001:1). Suatu pem-

belajaran yang menggunakan suatu jaringan dalam penyampaian bahan ajar

kepada siswa. Dengan jaringan memungkinkan siswa untuk bisa menerima pem-

belajaran. Pembelajaran ini bisa juga digunakan sebagai pembelajaran jarak

jauh, dimana siswa menerima pelajaran dengan menggunakan jaringan internet.

Melalui media elektronik siswa bisa mengakses pelajaran yang tidak bisa

seorang guru sampaikan secara langsung. Hal ini bisa membuat siswa tetap

belajar. Dong dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan “e-learning sebagai

kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer untuk

memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.” Maksudnya

kegiatan belajar yang bisa dilakukan kapan dan dimana saja. Tidak ada batas

waktu dalam pembelajaran. Konsep e-learning menyedia beberapa kelas baru

setara kelas konvensional di sekolah. Istilah setara ini berarti bahwa e-learning

diharapkan dapat menggantikan peran sekolah konvensional bukan hanya

sekedar sebagai pelengkap atau tambahan dari sistem konvensional yang sudah

Page 85: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

85

ada. E-learning mewarisi beberapa sifat dan sistem dari induknya. Misalnya

proses pembelajaran siswa dan guru , dimana guru memberikan materi pelajaran

kepada siswa dengan yang ada di dunia, sehingga dalam mengakses materi

siswa membutuhkan internet. Terdapat tiga komponen dari E-Learning yaitu

teknologi, konten, dan rancangan pembelajaran. Tiga komponen ini seha-

rusnya terpenuhi karena jika salah satu dari komponen tersebut tidak ada bukan

lagi E-Learning. Teknologi dalam hal ini sangat berperan karena pembelajaran

ini menggunakan teknologi yang up to date, sehingga membuat siswa menjadi

tertarik terhadap pelajaran. Pada konten, seharusnya sesuai dengan pembelaja-

ran, sehingga konten yang ada jelas. Siswa tidak rancu dengan pembelajaran

yang kontennya tidak jelas. Rancangan pembelajaran ini berhubungan dengan

pembuatan petunjuk pembelajaran. Untuk mengetahui langkah dalam pembela-

jaran, diperlukan petunjuk yang bersifat interaktif, dan terdapat evaluasi dalam

pembelajaran dimaksud. Desain pembelajaran ini sangat menentukan dalam hal

kesesuaian pada konten.

Pada E-Learning terdapat banyak macam di antaranya:

1) Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ);

2) Pengajaran Berbasis Web;

3) Pengajaran Berbantuan Komputer;

4) Pembelajaran Berbasis Teknologi;

5) Pembelajaran secara Online.

Setiap macam pembelajaran memiliki pola tersendiri yang akan mem-

bedakan antara satu dengan yang lain. Semua pembelajaran tersebut

menggunakan media elektronik sebagai alat untuk menyampaikan materi pem-

belajaran. Ada juga yang harus terkoneksi dengan jaringan internet dalam

pengaksesan materi. Terdapat beberapa keuntungan dari e-learning sebagai

berikut.

b. Konsep Online Learning

Online learning merupakan salah satu pembelajaran dengan menggunakan

media elektronik. Pembelajaran online merupakan contoh dari e-learning. Dalam

lingkungan e-learning saat ini jenis pembelajaran yang terjadi umumnya dibagi

ke dalam salah satu dari dua kategori :synchronous dan asynchronous. Kedua

strategi memiliki pro dan kontra mereka sendiri, dan teknik yang tepat untuk pe-

serta didik sangat tergantung pada metode mereka menyerap informasi yang

disediakan.

Page 86: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

86

1) Synchronous learning

Contoh synchronous e-learning adalah percakapan online dan konfer-

ensi video. Alat pembelajaran digunakan secara real-time, seperti instant

messaging yang memungkinkan siswa dan guru untuk bertanya dan menja-

wab pertanyaan dengan segera dan sinkron (dalam waktu yang bersa-

maan). Dibandingkan dengan belajar sendiri, peserta didik yang mengikuti

program synchronous learning, dapat berinteraksi dengan peserta didik lain

dan juga pengajar selama pelajaran berlangsung.

Manfaat utama dari synchronous learning adalah hal tersebut dapat

memungkinkan siswa untuk menghindari perasaan terisolir dalam berkomu-

nikasi dengan orang lain selama proses pembelajaran. Namun synchronous

learning tidak fleksibel dalam hal waktu, sebagai peserta didik da-

lam synchronous learning harus menyisihkan waktu tertentu untuk

menghadiri sesi pengajaran secara langsung (live) atau kursus online

secara real-time. Synchronous learning tidak ideal bagi mereka yang su-

dah memiliki jadwal yang sibuk atau padat.

2) Asynchronous learning

Asynchronous learning di sisi lain dapat dilakukan bahkan ketika peser-

ta didik atau pengajar sedang offline. Kursus dan komunikasi yang disam-

paikan melalui email dan pesan yang diposting di forum komunitas adalah

contoh sempurna dari asynchronous learning. Dalam hal ini, peserta didik

biasanya akan menyelesaikan pelajaran mereka sendiri dan hanya

menggunakan internet sebagai alat pendukung dibandingkan harus online

pada waktu tertentu hanya semata-mata untuk kelas interaktif.

Seorang peserta didik mampu mengikuti kurikulum dengan keinginan

mereka sendiri, tanpa harus khawatir mengenai masalah penjadwalan. Ini

mungkin akan menjadi pilihan yang sempurna bagi pengguna yang menik-

mati mengambil waktu mereka dengan setiap rencana pelajaran dalam ku-

rikulum dan akan lebih memilih untuk meneliti topik sendiri. Namun, bebera-

pa dari mereka mungkin tidak memiliki motivasi untuk melakukan pembela-

jaran mereka sendiri, karena mereka menemukan bahwa mereka tidak

menerima manfaat yang signifikan dari alat asynchronous learning. Asyn-

chronous learning juga dapat menyebabkan perasaan terisolasi, karena tid-

ak ada lingkungan pendidikan yang nyata dan interaktif.

Idealnya, program e-learning efektif harus mencakup kegiatan belajar

baik asynchronous dan synchronous. Hal ini memungkinkan peserta didik dan

Page 87: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

87

pengajar untuk mendapatkan keuntungan dari format pengiriman yang berbeda

terlepas dari jadwal mereka atau metode pembelajaran disukai. Pendekatan ini

memberikan siswa dengan akses ke bantuan segera jika diperlukan, sementara

masih memberi mereka kemampuan untuk belajar dengan kecepatan atau ke-

mampuan mereka sendiri.

c. Kelebihan dan Kekurangan Online learning

1) Kelebihan e-Learning, yaitu :

a) Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomu-

nikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja

kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tem-

pat dan waktu.

b) Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang

terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling

menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

c) Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan di mana saja

kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.

d) Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan

yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.

e) Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang

dapat diikuti dengan jumlah pesertayang banyak, sehingga menambah ilmu

pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

f) Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif.

g) Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan

tinggi atau sekolah konvensional.

2) Sedangkan kelemahan e-Learning, antara lain :

a) Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu

sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values da-

lam proses belajar dan mengajar.

b) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan se-

baliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.

c) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pen-

didikan.

d) Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran

Page 88: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

88

konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang

menggunakan ICT.

e) Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.

f) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.

g) Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan internet.

h) Kurangnya penguasaan bahasa komputer

C. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian murni. Disebut sebagai true experi-

ments karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang

mempengaruhi jalannya eksperimen. Jadi, validitas internal (kualitas pelaksanaan

rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true

experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk menyelidiki kemungkinan

saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan mem-

bandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan. True experi-

ments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk eksperimen

maupun sebagai kelompok kontrol diambil secararandom dari populasi tertentu. Atau

dengan kata lain dalam true experiments pasti ada kelompok kontrol dan pengambi-

lan sampel secara random.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah PKBM Citra Ilmu dan Desa Edukasi Suruh

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta kursus online dari Citra

ilmu dan Desa Edukasi Suruh berjumlah 20 orang.

b. Sample

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sample jenuh, dimana se-

luruh anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sample dari penelitian ini

adalah semua peserta kursus online dari Citra ilmu dan Desa Edukasi Suruh ber-

jumlah 20 orang .

4. Variabel Penelitian

Page 89: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

89

Klasifikasi variabel dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua variabel

yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya ter-

hadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembela-

jaran aplikasi perkantoran.

b. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang merupakan akibat dari variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kompetensi peserta kur-

sus online.

5. Rancangan Penelitian

Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah “Pre-Test And Post-

Test Group”. Di dalam rancangan ini observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum dan

sesudah treatment. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen/ treatment (O1)

disebut pre-test dan observasi yang dilakukan sesudah eksperimen/ treatment

(O2) disebut post-test. Adapun rancangan penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan:

O1 : Data yang diperoleh sebelum treatment, yaitu kompetensi peserta

didik setelah mengerjakan uji kompetensi aplikasi aplikasi perkantoran .

X : Kegiatan pembelajaran kursus aplikasi perkantoran berbasis online.

O2 : Data yang diperoleh setelah treatment, yaitu nilai peserta didik

setelah mengerjakan uji kompetensi aplikasi aplikasi perkantoran.

6. Teknik Pengambilan data

a. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang

dibutuhkan melalui dokumen-dokumen penyelenggaraan kursus online.

b. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui dampak penggunaan kursus online oleh

O1 X O2

Page 90: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

90

peserta didik, tutor dan pengelola LKP.

c. Wawancara

Wawancara untuk mengetahui dampak penggunaan kursus online oleh pe-

serta didik, tutor dan pengelola LKP secara kualitatif.

d. Observasi

Pengamatan dilakukan pada pelaksanaan kursus online pada kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen.

E. Test

Test dilaksanakan untuk mengukur kompetensi peserta didik sebelum dan

sesudah kursus dan pelatihan.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data dengan membandingkan rereta antara pre dan post test, dan rerata

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk mengetahui apakah rerata terse-

but signifikan atau nilai hitung uji-t dibandingkan dengan tabel uji-t dengan tingkat

kepercayaan 95%. Perhitungan uji beda dilakukan dengan menggunakan bantuan

aplikasi IBM SPSS Statistics 20.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Eksperimen Perangkat Pembelajaran

Ujicoba model pembelajaran kursus aplikasi perkantoran online diselenggarakan

selama 1 bulan bekerjasama dengan PKBM Pelita Hati sekaligus digunakan untuk

ujicoba perangkat aplikasi perkantoran yaitu system, modul/bahan ajar, media dan

soal-soal uji kompetensi . Materi kursus dapat didownload pada website http://

ecourse-pnf.com/ . Selama ujicoba kursus dilakukan pertemuan seminggu sekali 3

aplikasi berbasis online.

a. Aplikasi ecourse

Aplikasi ecourse merupakan situs dapat digunakan untuk mengelola pembelaja-

ran. Pada situs ini seseorang atau lembaga bisa mendaftarkan diri sebagai 2

pelaku yaitu lembaga penyelenggara kursus dan peserta kursus.

• Penyelenggara kursus adalah lembaga penyelenggara kursus yang

mendaftarkan diri pada aplikasi e-course. Lembaga penyelenggara bisa be-

rasal dari LKP, PKBM, SKB dan yayasan pendidikan. Setelah memperoleh

akun sebagai penyelenggara kursus lembaga bisa membuka berbagai

Page 91: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

91

layanan jenis kursus dan mengelola pembelajaran sesuai dengan jenis kur-

susnya.

• Peserta didik kursus dan pelatihan online adalah peserta yang terdaftar da-

lam aplikasi e-course. Melalui akun pada e-course mereka bisa memilih dan

mengikuti berbagai jenis kursus sesuai dengan minat dan bakat masing-

masing. Peserta didik kursus dan pelatihan nantinya akan memperoleh surat

tanda kompetensi sesuai dengan jenis kursus dan lembaga penyelenggara

yang mereka ikuti

b. Aplikasi webex

Aplikasi webex merupakan aplikasi berbayar semacam teleconfrence yang

bisa digunakan untuk pendukung pembelajaran online. Aplikasi webex memiliki

berbagai keunggulan antara lain :

• Bisa menampilkan lebih dari 1 user yang online secara bersamaan (one to

many and many to one)

• Bisa menayangkan acara secara live dengan share video dan sound

sekaligus

• Bisa share screen presenter sehingga semua peserta seolah-olah berhada-

pan dengan layar monitornya sendiri-sendiri.

Kelemahan dari penggunaan webex terutama disebabkan oleh lemahnya

jaringan sehingga gambar dan sound sering putus nyambung.

c. Aplikasi WhatsApp

Aplikasi whatsApp merupakan aplikasi berbasis android yang digunakan untuk

komunikasi berbasis nomor telpon sebagai identity usernya. Menggunakan inter-

net untuk koneksinya.

Sebelum ujicoba dilaksanakan diadakan orientasi berkaitan dengan strategi pem-

belajaran dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik kursus ap-

likasi perkantoran.

a. Persyaratan umum

• Peserta Sudah Terdaftar Pada E-course / Aplikasi KLOP

• Peserta Dapat Belajar Mandiri dengan materi yang telah disediakan di E-

course / KLOP

• Peserta terdaftar pada grup Sosial dan pembahasan materi didalam Grup

yang sudah dibuat

Page 92: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

92

• Peserta Kursus Online selalu aktif dalam 15 X Pertemuan (5 Hari untuk Ms.

Word, 5 Hari untuk Ms. Excel dan 5 Hari Untuk Ms. Powerpoint)

b. Pengumpulan Tugas

• Untuk Tugas didalam Aplikasi Maksimal, 1 minggu selama materi itu ber-

langsung

• Untuk Hasil Kisi – Kisi/ Pra ujian dikirimkan maksimal 1 minggu selama ma-

teri itu berlangsung

• Untuk Pengumpulan Uji Kompetensi Dikumpulkan Selesai Materi Berlang-

sung. Permateri diberi waktu 120 Menit ( 2 Jam )

Dari 17 peserta didik yang mengikuti kursus aplikasi perkantoran dengan system

pembelajaran online mendapatkan penilaian di atas 75, sehingga semua peserta

didik pembelajaran aplikasi perkantoran online dinyatakan lulus. Terdapat perbedaan

rata-rata kompetensi peserta didik sebelum dan sesudah kursus aplikasi perkantoran

sebesar 12,96 dimana rata-rata pre test 70,33 dan post test 83,29.

Kemudian untuk mengetahui apakah hasil pembelajaran aplikasi perkantoran

online efektif atau tidak untuk meningkatkan kompetensi peserta didik digunakan uji

statistik, dengan membandingkan rerata nilai aplikasi perkantoran sebelum dan

sesudah pelatihan.

Penulis menetapkan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata kompetensi sebelum kursus aplikasi per-

kantoran online dan sesudah kursus aplikasi perkantoran online

H1 : Ada perbedaan rata-rata kompetensi sebelum kursus aplikasi perkantoran

online dan sesudah mengikuti kursus aplikasi perkantoran online

Sebelum membandingkan hasil pre dan post test dilakukan uji normalitas data

apakah data berdistribusi normal atau tidak. Hasilnya tampak pada data statistik beri-

kut ini :

Karena sampel yang digunakan kurang dari 50 maka yang digunakan adalah

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

sebelum ,172 17 ,193 ,958 17 ,599

sesudah ,220 17 ,029 ,866 17 ,019

a. Lilliefors Significance Correction

Page 93: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

93

shapiro-wilk .

• Berdistribusi normal bila nilai sig>0,05

• Tidak berdistrribusi normal bila nilai sig<0,05

Dari perhitungan statistik diperoleh nilai 0,599 lebih dari 0,05 sehingga dapat

dikatakan bahwa data berdistribusi normal. Maka dikatakan data memenuhi syarat

untuk dilakukan uji t berpasangan.

Dari perhitungan statistik diperoleh nilai signifikansi 0,000 kurang dari 0,05 se-

hingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ada perbedaan kompetensi yang sigifikan antara

sebelum dan sesudah kursus dan pelatihan.

2. Eksperimen Pembelajaran

Ujicoba opersional dilaksanakan di 2 lokasi dengan melibatkan 3 lembaga se-

bagai mitra, yaitu PKBM Citra ilmu dan Desa Edukasi Suruh yang dijadikan sebagai

kelompok eksperimaen dan Peserta didik Aplikasi perkantoran dari LKP Vico sebagai

pembanding.

Kegiatan pembelajaran sama persis dengan kegiatan ujicoba model konseptual

dengan kelompok dan tempat yang berbeda.

a. Pelaksanaan Pre test

Pre test dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan

awal antara kelompok kontrol dan kelompok eskperimen sebelum diadakan pem-

belajaran. Hal ini sangat penting untuk mengetahui kemampuan awal peserta

yang dapat mempengaruhi hasil pembelajaran. Hasilnya sebagai berikut:

Kelompok Kontrol

Ternyata terdapat perbedaan rerata hasil pre test antara kelompok kontrol

(70,67) dan kelompok Eksperimen (69,65) sebesar 1,02. Untuk mengetahui

apakah perbedaan tersebut signifikan atau tidak diadakan uji-t dengan

menggunakan bantuan aplikasi SPSS.

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Devi-ation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1

sebelum - sesudah

-12,96059 4,17120 1,01166 -15,10522 -10,81595 -12,811 16 ,000

Page 94: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

94

Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

• Jika nilai sig(2-tailed) <0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan anta-

ra hasil belajar pada kelompok kontrol dan kelompok esperimen

• Jika nilai sig(2-tailed) > 0,05 maka terdapat TIDAK perbedaan yang signif-

ikan antara hasil belajar pada kelompok kontrol dan kelompok esperimen

Dari data, diperoleh bahwa nilai t-test adalah 0,078 sehingga tidak ada

perbedaan yang nyata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Se-

hingga diperoleh kesimpulan bahwa ada tidak ada perbedaan kemampuan awal

antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

b. Hasil Eksperimen

Terdapat perbedaan rerata antara kelompok kontrol (89,33) dan kelompok

eksperimen (84,00) yaitu sebesar 0,53. Untuk mengetahui apakah perbedaan

rerata tersebut signifikan atau tidak digunakan aplikasi SPSS. Analisis yang

digunakan adalah uji independet sampel T-Test.

Setelah dilakukan penghitungan dengan alat bantu aplikasi SPSS diperoleh

hasil sebagai berikut :

Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut :

• Jika nilai sig(2-tailed) <0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan anta-

ra hasil belajar pada kelompok kontrol dan kelompok esperimen

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

pasca Equal variances assumed

.002 .966 -1.354 20 .191 -2.56033 1.89093 -6.50474 1.38408

Equal variances not assumed

-1.368 19.850 .187 -2.56033 1.87221 -6.46759 1.34692

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. T df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Hasil

Equal variances assumed

3,103 ,091 1,840 24 ,078 1,01975 ,55423 -,12412 2,16362

Equal variances not assumed

1,615 12,452 ,131 1,01975 ,63135 -,35032 2,38982

Page 95: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

95

• Jika nilai sig(2-tailed) > 0,05 maka terdapat TIDAK perbedaan yang signif-

ikan antara hasil belajar pada kelompok kontrol dan kelompok esperimen

Dari data, diperoleh bahwa nilai t-test adalah 0,191lebih besar daripada nilai

t-tabel sebesar 0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa TIDAK ada perbe-

daan yang nyata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga

diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran efektifitas pembelajaran online sama

dengan pembelajaran tatap muka.

3. Pembahasan

Kursus dan pelatihan online secara empiris dapat meningkatkan kompetensi pe-

serta didik. Seperti sudah terbukti dalam penelitian ini dimana ada perbedaan yang

nyata kompetensi peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti kursus online. Da-

lam penelitian ini penggunaan media, bahan ajar dan metode pembelajaran dapat

digunakan dengan baik. Instruktur dan peserta didik dapat berinteraksi dengan sys-

tem dengan baik. Dengan hasil ini system pembelajaran dengan menggunakan me-

dia online secara efektif dapat meningkatkan kompetensi peserta didik.

Ditinjau dari sisi efisiensi, pembelajaran dengan menggunakan kursus online ju-

ga dapat meningkatkan efisiensi biaya dimana peserta didik tidak harus datang ke

tempat kursus secara fisik. Pertemuan diadakan hanya seminggu sekali, selebihnya

pembelajaran dapat dilakukan secara mandiri dan pertanyaan serta aspirasi dapat

disampaikan melalui group Whatsapp. Waktu pembelajaran mandiri diserahkan sepe-

nuhnya kepada peserta didik.

Efektifitas pembelajaran secara online jika dibandingkan dengan kursus konven-

sional secara tatap muka sama dengan pembelajaran kursus online. Hasil penelitian

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kelompok kontrol dan ke-

lompok ekperimen. Namun ada beberapa kelemahan yang peneliti observasi selama

pelaksanaan eksperimen yaitu :

a. Motivasi

Salah satu kendala pembelajaran online adalah motivasi belajar yang ren-

dah peserta didik, dimana peserta didik harus bisa memanajemen waktunya

dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 orang peserta hanya

12 orang peserta atau 60% yang dapat mengikuti pembelajaran sampai akhir.

Tingkat kegagalan peserta yang mencapai 40 % adalah cukup tinggi.

Untuk mengatasi lemahnya motivasi pengembang sebenarnya sudah be-

rusaha untuk meningkatkan motivasi belajar dengan membuat materi pembelaja-

ran dalam bentuk video tutorial dan memberikan reward kepada mereka yang

Page 96: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

96

berhasil menyelesaikan kursus sampai lulus uji kompetensi. Namun pada prak-

teknya masih banyak yang tidak dapat menyelesaikan kursus sampai selesai.

b. Kebiasaan Belajar Online

Saat ini memang masyarakat sudah terbiasa dengan penggunaan internet,

namun mereka belum terbiasa dengan penggunaan media internet untuk

digunakan sebagai sarana pembelajaran. Dari 20 peserta didik kursus online 90

% memiliki akun media sosial dan dapat menggunakan internet dan mampu

berkomunikasi dengan baik melalui media Whatsapp.

Sedangkan hasil kuisioner yang dibagikan juga menunjukkan bahwa peser-

ta didik lebih memilih untuk menggunakan pembelajaran secara tatap muka da-

ripada menggunakan metode pembelajaran online.

c. Sarana dan prasarana

Kendala lain yang dihadapi adalah kendala sarana dan prasarana terutama

jaringan internet yang kurang stabil di Indonesia. Kendala ini terutama terjadi di

daerah pedesaan yang minim fasilitas komunikasi. Hal ini sudah coba diatasi

oleh pengembang dengan bekerja sama dengan SMP 1 Suruh yang memiliki

jaringan internet relatif lebih stabil dan memiliki laboratorium komputer yang

dapat digunakan untuk berlatih peserta didik kursus online.

d. Waktu Belajar

Salah satu kendala lainnya adalah waktu belajar. Peserta didik dituntut un-

tuk dapat membagi waktu antara bekerja dan belajar. Kendala lain yang masih

terkait waktu pembelajaran adalah jika pembelajaran dilakukan secara berke-

lompok. Menyatukan waktu setiap anggota dalam satu kelompok tidaklah mu-

dah. Sehingga dalam satu kelompok belajar harus ada yang mengalah. Namun

hal ini bisa di atasi dengan peserta diminta untuk mengulang materi secara man-

diri dengan menggunakan materi yang sudah tersedia dalam e-course. Materi

sudah disediakan dalam bentuk tutorial sama dengan penjelasan instruktur. Pe-

serta dapat memutar kembali video tutorial yang disediakan sampai mereka

dapat memahami materi. Jika selama pembelajaran mandiri materi tetap tidak

dapat dikuasai, peserta dapat mengajukan pertanyaan melalui forum diskusi baik

saat pelaksanaan pembelajaran online ataupun dengan penjelasan melalui

group WA.

Page 97: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

97

E. PENUTUP

1. Simpulan

a. Kursus dan pelatihan online bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta

didik dengan metode belajar tanpa tatap muka secara fisik. Tatap muka bisa dil-

aksanakan melalui media berbasis internet dan bahan ajar yang diseting agar

bisa dipelajari secara mandiri. Dengan menghilangkan dan atau mengurangi per-

temuan secara fisik, diharapkan akan menghemat biaya dan waktu, karena pe-

serta dapat mempelajari materi kapan saja dan dimana saja.

b. Kursus dan pelatihan online terbukti bisa meningkatkan kompetensi peserta

didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata yang

signifikan kompetensi peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti kursus dan

pelatihan sebesar 12,96. Setelah dilaksanakan uji-t hasilnya ternyata memang

signifikan dimana t hitung sebesar 0,000 lebih kecil daripada t-tabel sebesar

0,05.

c. Efektifitas pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran online sama

dengan pembelajaran tatap muka. Perhitungan statistik menunjukkan bahwa

nilai t-test sebesar 0,191 lebih besar daripada nilai t-tabel sebesar 0,05 sehingga

diperoleh kesimpulan bahwa TIDAK ada perbedaan yang nyata antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa pem-

belajaran efektifitas pembelajaran online sama dengan pembelajaran tatap

muka.

2. Saran

a. Model pembelajaran online sebagai alternatif pembelajaran secara mandiri bisa

diterapkan fully online diutamakan bagi mereka yang membutuhkan peningkatan

kompetensi yang terkendala jarak dan waktu.

b. Model pembelajaran dengan metode online bisa diterapkan secara efektif

dengan syarat peserta didik sudah terbiasa dengan iklim pembelajaran online.

Motivasi untuk mengikuti pembelajaran online sudah tertanam kuat di dalam

sanubari peserta didik. Oleh karena itu perlu adanya satu pedoman atau upaya

menciptakan masyarakat atau komunitas pembelajar online.

c. Jika syarat pada nomor satu tidak terpenuhi, model pembelajaran dengan sistem

online sebaiknya tidak diterapkan tidak dengan cara fully online namun

sebaiknya dengan cara blended learning dimana pembelajaran online sebagai

komplemen atau suplemen atas pembelajaran secara konvensional.

Page 98: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

98

DAFTAR PUSTAKA

................ “UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Allen, Michael. 2013. Michael Allen’s Guide to E-learning. Canada : John Wiley & Sons.

Ardiansyah, Ivan. 2013. Eksplorasi Pola Komunikasi dalam Diskusi Menggunakan Moddle

pada Perkuliahan Simulasi Pembelajaran Kimia, Universitas Pendidikan Indone-

sia, Bandung-Indonesia.

Chandrawati, Sri Rahayu. 2010. Pemanfaatan E-learning dalam Pembelajaran. No 2 Vol.

8. http://jurnal.untan.ac.id/

http://www.kajianpustaka.com/2014/06/pengertian-karaktiristik-dan-manfaat-elearning.html

Darin E.Hartley, Selling E-Learning, American Society for Training and Development. 2001

Dunne, Richard. 1996. Pembelajaran Efektif (Terjemahan). Jakarta: Grasindo.

Kamarga, Hanny. (2002). Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif Mengakses Sumber

Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.

Kemendiknas, 2010, “ Apa dan Bagaimana Pembinaan Kursus dan Kelembagaan”

Munir, 2009 “PEMBELAJARAN JARAK JAUH BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN

KOMINUKASI” , Penerbit Alfabeta, Bandung ISBN : 978-602-8361-69-9

Popham, W. James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis (Terjemahan). Jakarta:

Rineka cipta.

L. Tjokro, Sutanto. 2009. Presentasi yang Mencekam. Jakarta: Elex Media Komputindo.

L. Gavrilova, Marina. 2006. Computational Science and Its Applications - ICCSA 2006: 6th

International Conference. Glasgow, UK: Springer.

Nursalam dan Ferry Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

Pranoto, Alvini.dkk. 2009. Sains dan Teknologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sujana, Janti Gristinawati dan Yuyu Yulia. 2005. Perkembangan Perpustakaan di Indone-

sia. Bogor: IPB Press.

Page 99: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

99

IMPLEMENTASI KURIKULUM PAUD INKLUSI DI DAERAH RAWAN BENCANA

Lilis Madyawati1, Hamron Zubadi2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keberadaan dan peran kurikulum PAUD inklusi berbasis ramah anak serta implementa-sinya mencakup: 1) Mengkomparasikan keberadaan dan peran kuriku-lum PAUD inklusi pada TK Insan Robbani dan TK ABA 1 Baledono Pur-worejo; 2) Menelaah komponen manajemen sekolah dan menentukan model kurikulum yang digunakan; 3) mengkaji implementasi kurikulum serta evaluasiyang dilakukan dalam pembelajaran; serta 4) Mengetahui

faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum PAUD Inklusi.

Penelitian ini dilaksanakan di lembaga PAUD di daerah rawan bencana yaitu di TK ABA 1 Baledono Purworejo dan TK ‘Aisyiyah Insan Robbani kabupaten Magelang. Penelitian kualitatif ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) berpendekatan komparatif kualitatif. Data dikumpulkan dari para pengelola, wakil kepala sekolah bidang ku-rikulum, tenaga pendidik, serta para pengurus yayasan. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, serta metode dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu metode desk analysis deskriptif kualitatif, metode triangulasi sumber dengan cara melakukan cross-check antara hasil observasi, wawancara, dan metode

dokumentasi.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa lembaga PAUD Inklusi di daerah bencana kabupaten Purworejo dan kabupaten Magelang be-rusaha menerapkan kurikulum PAUD Inklusi yang berbasis ramah anak. Lembaga institusi terbukti ingin melayani segala kebutuhan peserta didik tanpa memandang segala perbedaan. Implementasi kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak didukung penuh serta di bawah

pengawasan para pengelola lembaga.

Kata kunci: kurikulum PAUD inklusi, daerah rawan bencana

A. PENDAHULUAN

Perkembangan proses pembelajaran tidak terlepas dari peranan kurikulum. Ku-

rikulum terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik termasuk bagi

peserta didik dengan kebutuhan khusus. Untuk itu perlu dikembangkan kurikulum

pendidikan inklusi yang di dalamnya terdapat materi yang telah dirancang untuk me-

menuhi kebutuhan akan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan merupakan bimbingan atau usaha sadar terhadap perkembangan

jasmani dan rohani anak menuju terbentuknya kepribadian (Ainscow, 2004). Pendidi-

kan juga merupakan proses perubahan atau pengembangan diri anak dalam segala

segi kehidupan sehingga terbentuklah kepribadian anak. Anak akan berperan baik

sebagai mahluk sosial maupun sebagai mahluk individu yang dapat menyesuaikan

dan hidup dengan masyarakat sekitarnya dan masyarakat luas dengan baik. Pen-

Lilis Madyawati, Hamron Zubadi adalah Dosen Universitas Terbuka

Page 100: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

100

didikan dapat didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar yang ditujukan bagi pengem-

bangan diri manusia secara utuh melalui berbagai macam dimensi yang dimilikinya

demi proses penyempurnaan diri secara terus menerus dalam memaknai hidup dan

sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaan dengan orang lain (Hagan, 2016). Pen-

didikan yang dilakukan secara benar akan membawa keunggulan dan kualitas akal

serta kejernihan dalam berpikir. Selain itu dapat juga memahami hakikat- hakikat

kebenaran yang ada dan akan terbiasa dengan melakukan kebiasaan dan perbuatan

yang baik. Segala bentuk pendidikan, pengarahan dan pembinaan serta pengajaran

tersebut akan sangat berpengaruh dan efektif apabila diberikan sejak masa kanak-

kanak atau usia dini.

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam

sistem pendidikan. Di dalam kurikulum dirumuskan tujuan yang akan dicapai serta

memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap

anak. Kebutuhan setiap daerah yang berbeda- beda memaksa setiap daerah untuk

melihat dan memperhatikan kebutuhan bagi pendidikan di daerahnya termasuk da-

lam pengembangan kurikulum yang sesuai dan dapat dilaksanakan bagi daerahnya.

Hal tersebut memerlukan sebuah pengelolaan aktivitas pengembangan kurikulum.

Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh manajemennya. Pendidikan yang diper-

lukan anak tidak hanya cukup diperoleh melalui sekolah. Pendidikan dalam keluarga

sangat mempunyai peran yang cukup penting dan signifikan bagi perkembangan

anak. Berdasar pandangan modern, anak tidak hanya dianggap sebagai obyek atau

sasaran pendidikan melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan.

Hal ini dilakukan antara lain dengan melibatkan anak serta posisi orang tua dalam

memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.

Di dalam Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, setiap

warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang ber-

mutu. Oleh karena itu hak memperoleh pendidikan yang sama wajib dinikmati semua

warga negara tanpa terkecuali termasuk anak- anak berkebutuhan khusus atau difa-

bel. (Boehm, T.L, 2015). Di Indonesia, inklusi memberi kesempatan kepada anak

berkebutuhan khusus dan anak- anak lain yang selama ini tidak bisa mengenyam

pendidikan karena berbagai hal yang menghambat mereka untuk memperoleh kes-

empatan bersekolah. Sekolah inklusi merupakan sekolah yang menampung semua

peserta didik yang normal maupun yang berkelainan di kelas yang sama dan mem-

berikan pendidikan inklusi yang layak bagi mereka. Pendidikan yang berkualitas ha-

rus disediakan bagi semua anak, dengan keberagaman kebutuhan belajar, biaya dan

kecepatan belajar, serta berbagai kondisi anak lainnya.

Di kabupaten Magelang dan kabupaten Purworejo, kebijakan- kebijakan yang

Page 101: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

101

berhubungan dengan penyelenggaraan pendidikan inklusi sudah mulai dikeluarkan.

Dengan maksud, supaya sekolah- sekolah penyelenggara pendidikan inklusi yang

ada di kabupaten Magelang dan kabupaten Purworejo memiliki acuan pedoman

penyelenggaraan sekolah inklusi serta dapat mendukung upaya memecahkan perso-

alan pendidikan bagi anak- anak berkebutuhan khusus. Kurikulum pendidikan inklusi

perlu dipromosikan dan diterapkan karena pada dasarnya anak mempunyai hak yang

sama untuk memperoleh pendidikan bermutu dan tidak didiskriminasikan. Semua

anak juga mempunyai kemampuan untuk mengikuti berbagai kegiatan bermain sam-

bil belajar tanpa melihat kelainan dan kecacatannya, karena sesungguhnya perbe-

daan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak.

Untuk mengenal sistem pembelajaran pada pendidikan inklusi, maka peneliti

berpandangan tentang perlunya mengkaji lebih mendalam sebuah kurikulum inklusi

yang benar- benar dapat menampung dan memberikan layanan pendidikan bagi

anak- anak yang normal maupun anak dengan berkebutuhan khusus. Berdasarkan

pemikiran tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait keberadaan

kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak dan implementasinya di Taman Kanak-

Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo dan Taman Kanak-Kanak

‘Aisyiyah Insan Robbani kabupaten Magelang. Murid- murid di kedua lembaga pen-

didikan ini dapat secara bebas berkomunikasi dengan para pendidiknya.

1. Kurikulum PAUD Inklusi

Kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana atau pengaturan pelaksanaan

pembelajaran dan atau pendidikan yang di dalamnya mencakup pengaturan tentang

tujuan, isi/ materi, proses dan evaluasi. Kurikulum ini dapat bersifat makro tetapi juga

dapat bersifat mikro yaitu pengaturan tentang hal tersebut dalam konteks pembelaja-

ran di kelas. Kurikulum memiliki beberapa komponen. Tujuan dalam kurikulum adalah

seperangkat kemampuan atau kompetensi yang akan dicapai setelah para siswa me-

nyelesaikan program pendidikan dalam kurun waktu tertentu, meliputi kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan pendidikan yang paling penting untuk dic-

ermati dan dipahami oleh guru adalah tujuan pendidikan pada tingkat institusi dan

tujuan pembelajaran (tujuan instruksional). Tujuan pendidikan dalam Kurikulum 2013

yaitu tujuan pendidikan atau pembelajaran seperti yang tertera dalam kompetensi

inti, kompetensi dasar dan indikator. Empat jenis kompetensi dalam kurikulum Pen-

didikan Anak Usia Dini (PAUD) yang harus dicermati oleh guru kaitannya dengan

tujuan pembelajaran dalam seting inklusi yaitu: Standar Tingkat Pencapaian Perkem-

bangan Anak (STPPA), Kompetensi Inti (KI), Kompetensi dasar (KD) dan Indikator

Keberhasilan (Sharma, 2017).

a. Komponen isi (materi)

Page 102: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

102

Materi adalah isi atau konten yang harus dipelajari oleh siswa supaya dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Materi pembelajaran dapat berupa infor-

masi, konsep, teori, dan lain- lain. Materi pembelajaran harus relevan atau men-

dukung terhadap pencapaian kompetensi dasar dan standar kompetensi dalam

kurikulum.

b. Komponen proses

Proses memiliki pengertian yang sama dengan kegiatan belajar mengajar

(KBM) atau pengalaman belajar yakni serangkaian kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan oleh siswa bersama guru di dalam maupun di luar kelas.

c. Komponen evaluasi

Kegiatan evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah para siswa telah ber-

hasil mencapai atau menguasai kompetensi- kompetensi yang menjadi tujuan

pembelajaran. Teknik atau cara yang digunakan dalam evaluasi dipergunakan

untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran.

Kurikulum inklusi merupakan kurikulum biasa yang dimodifikasi dan dirancang

sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan

pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dengan demikian kurikulum inklusi

bagi Anak Berkebutuhan Khusus hakekatnya adalah kurikulum Pendidikan Luar Bi-

asa (PLB). Dalam kurikulum inklusi terdapat modivikasi aktivitas, metode, alat, atau

lingkungan pembelajaran yang bertujuan untuk menyediakan peluang kepada anak

dengan kebutuhan khusus mengikuti program pembelajaran dengan tepat, efektif,

dan mencapai kepuasan. (Carrington, S. 2010). Menurut Katz (2014) ada tiga model

pendidikan sebagai implementasi kurikulum inklusi dalam pendidikan untuk meng-

gabungkan Anak Berkebutuhan Khusus dengan anak normal dalam lingkungan bela-

jar, yaitu:

a. Mainstream

Sistem pendidikan yang menempatkan anak- anak berkebutuhan khusus di

sekolah umum, mengikuti kurikulum akademis yang berlaku, guru tidak harus

melakukan adaptasi kurikulum.

b. Integrasi

Peserta didik mengikuti berbagai kegiatan yang dapat mereka ikuti dari para

gurunya. Untuk kegiatan akademis lainnya anak-anak berkebutuhan khusus

memperoleh pengganti di kelas yang berbeda dan terpisah.

c. Inklusi

Page 103: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

103

Sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada

semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan

dan/ atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam

lingkungan pendidikan secara bersama- sama dengan peserta didik pada

umumnya (Permendiknas No. 70 tahun 2009). Kurikulum inklusi sebaiknya

berorientasi pada kebutuhan anak supaya anak tidak merasa mendapat tekanan

secara psikologis. Kurikulum inklusi harus memiliki tujuan/ capaian, harus dina-

mis dan konstruktif.

Dalam pembelajaran inklusi, kurikulum untuk Anak Berkebutuhan Khusus dapat

dikelompokkan menjadi: 1) Duplikasi Kurikulum, 2) Modifikasi Kurikulum, 3) Substitusi

Kurikulum, dan 4) Omisi Kurikulum. (Ainscow, M., 2014).

Berhasil atau tidaknya sebuah kegiatan tergantung pada matang atau tidaknya

sebuah perencanaan. Perencanaan mencakup menentukan visi, misi, dan fungsi or-

ganisasi mendefinisikan tujuan, menetapkan strategi dan mengembangkan rencana

untuk mengkoordinasikan kegiatan- kegiatan sebuah lembaga. Dalam konteks kelem-

bagaan PAUD hal ini diimplementasikan ke dalam kalender akademik yang memuat

program sepanjang tahun.

Anak usia dini belum bisa berpikir secara tegas untuk membedakan satu aspek

dengan aspek lainnya dan masih melihat sesuatu sebagai satu kesatuan utuh. Oleh

karena itu model pengorganisasian kurikulum terpadu integral curriculum menjadi pili-

han yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak- anak. Pengorgan-

isasian adalah pembagian tugas secara profesional sesuai dengan kemampuan mas-

ing- masing sumber daya dalam menjalankan tugasnya. Setiap perencanaan harus

diorganisasikan ke dalam lingkup- lingkup yang lebih rinci, sehingga semua kompo-

nen PAUD mendapat tugas sesuai dengan kapasitasnya masing- masing. Organisasi

sangat diperlukan dalam melaksanakan proses manajemen.

Penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan da-

lam tahap sebelumnya kemudian diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan

sambil senantiasa dilakukan penyeuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik

peserta didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisik.Suatu kurikulum

harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi kesesuaian antara

kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan masyarakat.

Selain itu, kesesuaian antar komponen- komponen kurikulum yaitu isi sesuai dengan

tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, serta evaluasi sesuai dengan proses, isi,

dan tujuan kurikulum.

Page 104: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

104

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak- kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal

(ABA) 1 Baledono, Purworejo dan Taman Kanak- kanak ‘Aisyiyah Insan Robbani ka-

bupaten Magelang. Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Magelang tercatat sebagai

dua daerah rawan bencana di Jawa Tengah (BPBD, 2016). Alasan peneliti

melakukan penelitian di Taman Kanak- kanak ABA 1 Baledono, Purworejo karena TK

ABA 1 Baledono memiliki karakteristik yang menarik untuk dijadikan tempat kajian

penelitian, sebab TK ABA 1 Baledono ini menerapkan sistem inklusi serta menerima

beberapa peserta didik yang terkategori Anak Berkebutuhan Khusus. Taman Kanak-

kanak ‘Aisyiyah Insan Robbani yang berlokasi di Ngadisalam, Gunungpring, Muntilan

kabupaten Magelang juga menerima siswa berkebutuhan khusus dan menerapkan

kurikulum plus untuk mencapai tujuan lembaga.

Aktivitas penelitian di lapangan dilaksanakan sejak akhir Pebruari 2017 hingga

akhir Agustus 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan

data-data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field re-

search) yang menggambarkan/ membandingkan keberadaan kurikulum PAUD Inklusi

berbasis ramah anak serta implementasinya di TK ABA 1 Baledono, Purworejo dan

TK ‘Aisyiyah Insan Robbani Magelang.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari para pengelola TK ABA 1

Baledono, Purworejo dan TK ‘Aisyiyah Insan Robbani, wakil kepala sekolah bidang

kurikulum, para tenaga pendidik serta para pengurus Yayasan yang memberikan in-

formasi dan data- data tentang kebijakan, keberadaan, peran dari pengurus dan

pengelola lembaga.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi yang dipakai untuk

mendapatkan data- data tentang letak geografis, keadaan dan suasana dalam proses

implementasi kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak di Taman Kanak-kanak

‘Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono Purworejo dan Taman Kanak- Kanak Insan

Robbani Magelang. Teknik wawancara dipakai untuk menemukan permasalahan

secara lebih terbuka kepada pihak yang diwawancarai dimintai pendapat dan ide-

idenya. Data- data berupa sejarah berdirinya lembaga, visi misi dan tujuan lembaga,

struktur organisasi, tujuan berdiri, dll peneliti peroleh dari teknik pengumpulan data

dokumentasi.

Analisis data peneliti lakukan melalui tahap reduksi data, tahap penyajian data,

dan tahap penarikan kesimpulan.

Page 105: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

105

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini berhasil menggali data-data tentang keberadaan kurikulum PAUD

Inklusi berbasis ramah anak dan implementasinya di daerah bencana.

1. Taman Kanak- kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) 1 Baledono, Purworejo

Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal 1 Baledono, Purworejo yang

berdiri 10 Juli 1979 ini diprakarsai oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Baledono

Purworejo. Selain Taman Kanak- kanak, lembaga ini juga mendirikan Kelompok Ber-

main dengan visi: Terwujudnya anak didik yang beriman, taqwa, cerdas, sehat, ceria,

terampil, kreatif dan berakhlak mulia. Visi, misi, dan tujuan lembaga diwujudkan me-

lalui program- program yang telah dirancang dalam Rencana Kerja Tahunan dan

Rencana Kerja Lima Tahunan serta didukung sepenuhnya oleh ‘Aisyiyah dan Mu-

hammadiyah setempat. Lembaga yang memiliki jumlah pendidik 12 orang serta pe-

serta didik sebanyak 116 anak ini, dalam perekrutan dan seleksi pendidik dan tenaga

kependidikan turut melibatkan peran Muhammadiyah. Taman Kanak-kanak ABA 1

Baledono melayani 3 kelompok usia dari 4,1 tahun hingga 6-7 tahun.

Sarana dan prasarana di lembaga ini sudah cukup baik namun perlu pening-

katan lagi agar dapat menunjang keberhasilan implementasi kurikulum paud inklusi

yang ramah anak. Pemilikan mebelair inklusi di TK ABA 1 Baledono masih sangat

terbatas baik jenis maupun jumlahnya.

Pendidikan inklusi yang diterapkan melayani segala kebutuhan peserta didik

tanpa memandang perbedaan agama budaya, sosial ekonomi dari Anak Berkebu-

tuhan Khusus. Sekalipun lembaga ini belum memiliki terapis khusus, namun terdapat

Guru Pendamping yang menemani setiap kegiatan ABK saat berada di sekolah.

Berbagai latar belakang peserta didik tidak menjadi suatu hambatan agar anak

mendapatkan pelayanan pendidikan. Komponen pendidikan inklusi yang diterapkan

dirancang berdasarkan kebutuhan masing- masing individu peserta didik. Para Anak

Berkebutuhan Khusus mendapatkan pelayanan yang sama seperti peserta didik yang

lain. ABK tidak ditempatkan di kelas khusus, seluruh peserta didik bermain dan bela-

jar di kelas yang sama sesuai jenjang usianya.

Hal yang melatarbelakangi TK ABA 1 menerapkan pendidikan inklusi karena

adanya pemahaman yang menyeluruh bahwa inklusi menghargai segala perbedaan.

Keberagaman menjadi salah satu yang mendasari filosofi TK ABA1 Baledono, Pur-

worejo.

Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) berdasarkan usia anak serta tidak me-

nyelenggarakan tes masuk. Sistem SPMB meliputi: a) Calon peserta didik mendapat-

kan dua kali pertemuan untuk observasi, b) Pembelian formulir, c) pengisian data

Page 106: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

106

kondisi fisik anak.

Kurikulum yang dipergunakan yaitu Kurikulum 2010 yang mengacu pada

Permendiknas Nomor 58, kemudian dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak.

Metode dalam pembelajaran yaitu metode area dengan seting kelas dirancang sesuai

minat peserta didik dan setiap hari dibuka area yang berbeda- beda.

Peran serta pihak sekolah menjadi hal yang amat penting agar mampu men-

jalankan tugas sesuai dengan visi misi sekolah. Pimpinan lembaga ini bertanggung

jawab kepada yayasan, khususnya Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah

Baledono. Dalam tugas keseharian pimpinan ini dipantau serta wajib melaporkan

kinerja lembaganya. Demikian pula halnya dengan kegiatan- kegiatan ekstrakurikuler

yang diselenggarakan oleh lembaga tidak luput dari dukungan dan pantauan Pimpi-

nan Cabang ‘Aisyiyah setempat.

Terdapat dua faktor pendukung dalam penerapan pendidikan inklusi di TK ABA

1 Baledono Purworejo yaitu sumber daya manusia ( pendidik dan tenaga kependidi-

kan) serta orang tua. Gedung sekolah dan sarana prasarana, guru pendamping dan

guru kelas dalam penanganan Anak Berkebutuhan Khusus merupakan kendala da-

lam penerapan kurikulum PAUD Inklusi berbasis ramah anak. Terbatasnya penge-

tahuan yang dimiliki oleh pendidik juga menjadi penghambat dalam kegiatan para

peserta didik. Adapun solusi yang ditempuh dalam menangani kendala yaitu: a) tena-

ga pendidik harus menemani dan membantu ABK bila ABK mengalami kesulitan da-

lam bermain, b) memilih tenaga pendidik sebagai pendamping yang penuh kesabaran

dan mau banyak belajar tentang perkembangan serta individu berkelainan, c) Tenaga

pendidik pendamping hendaknya mau banyak bertanya dan belajar kepada tenaga

pendidik kelas yang menangani ABK.

Anak Berkebutuhan Khusus yang diterima di lembaga ini yakni ABK yang

dimungkinkan mampu secara mandiri menjangkau ruang dan alat main yang berada

di TK ABA 1 Baledono. Guru kelas dan guru pendamping diharapkan lebih kreatif

dalam memperkaya pengetahuan dengan membaca buku maupun mencari informasi

mutakhir daribanyak sumber tentang perkembangan dan dunia anak.

Pembelajaran di TK ABA 1 Baledono meliputi 5 kegiatan yaitu kegiatan awal

(opening), kegiatan inti I, istirahat, kegiatan inti II, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal

yang dilakukan bersama peserta didik dibuat menyenangkan dengan banyak aktivitas

fisik.. Setiap hari Sabtu peserta didik melakukan kegiatan senam di halaman depan

sekolah atau pergi berjalan- jalan di lingkungan sekolah. Pada kegiatan inti guru men-

jelaskan kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik. Guru mengajak berdiskusi

peserta didik tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan hari itu. Waktu beristira-

Page 107: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

107

hat dilakukan setelah kegiatan inti I berakhir. Guru menawarkan kepada peserta didik

untuk bermain terlebih dahulu atau langsung mengerjakan tugas kegiatan. Kegiatan

inti II dilakukan setelah peserta didik selesai makan di ruang makan dan kembali ke

dalam kelas.

Berikut contoh kegiatan inti II yang dilakukan peserta didik:

Gambar 1. Kegiatan Inti II

Guru Pendamping selalu mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus saat berada

di sekolah. Hal ini membuktikan bahwa Guru Pendamping memberikan perhatian

lebih kepada ABK. Kegiatan akhir dilakukan menjelang waktu pulang. Guru mereview

kegiatan hari itu dengan metode bercakap- cakap kepada para peserta didik,

sekaligus mempreview kegiatan untuk keesokan hari.

Taman Kanak-Kanak ABA 1 Baledono yang memiliki 5 Anak Berkebutuhan Khu-

sus ini memiliki sejumlah program kerja jangka pendek, menengah, dan program

jangka panjang. Dalam pelaksanaan progam kerja lembaga ini selalu mendapat

dukungan dari pihak pengelola dan pengurus lembaga serta dinas pendidikan dari

tingkat kecamatan hingga Dinas Pendidikan kabupaten . Program jangka panjang

mencakup pembangunan gedung, pengadaan dan penambahan sarana pembelaja-

ran, peningkatan mutu dan keamanan. Selain program- program tersebut, TK ABA 1

Baledono juga memiliki Program Plus Sabtu Ceria yang diisi dengan berbagai

kegiatan, seperti: Ceramah Psikologi, kegiatan ekstra kurikuler, pemeriksaan

kesehatan anak, berjalan- jalan di lingkungan PAUD dan di luar lingkungan PAUD,

bersenam mupun mengikuti festival- festival.

Tuntutan perkembangan zaman membuat Taman Kanak- Kanak ABA 1 Baledo-

no Purworejo selalu bersinergi dengan Dinas Pendidikan setempat serta Majelis Dik-

dasmen Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah dalam

rangka turut serta mempersiapkan putra-putri sebaik- baiknya agar kelak peserta

didik mampu menyesuaikan diri, bahkan berperan aktif dalam memberikan pengaruh

positif untuk kemajuan hidup, keluarga, masyarakat, dan Negara.

Page 108: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

108

Lembaga ini juga menyelenggarakan Program Layanan Pendukung dalam usa-

hanya ikut serta melahirkan generasi mendatang yang meliputi Program untuk Anak

Didik dan Program untuk Orang Tua. Serangkaian program kegiatan ekstrakurikuler,

yaitu: Sempoa Jari, Seni Tari, Drumband serta baca tulis pada setiap semester kedua

untuk layanan kelompok usia 5,5- 6 tahun. Alokasi waktu efektif pembelajaran per

hari selama 3 jam (180 menit), diawali dengan hafalan hadist/ bacaan sholat/ iqro

setiap harinya. Alokasi waktu efektif per minggu dilaksanakan selama 6 hari pembela-

jaran.

Konsep pendidikan inklusi berbasis ramah anak yang diterapkan di Taman Ka-

nak-kanak ABA 1 Baledono menyatukan semua anak berkebutuhan khusus dengan

anak- anak yang normal.

2. Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Insan Robbani, Magelang

TK ‘Aisyiyah Insan Robbani yang berdiri pada tanggal 14 Maret 2008 berawal

dari keprihatinan anggota Nasyiatul ‘Aisyiyah terhadap keberadaan pendidikan anak

usia dinidi Ngadisalam, Gunungpring, Muntilan kabupaten Magelang. Lembaga ini

memiliki visi: Terbentuknya generasi muda yang beriman dan beratqwa, terampil,

cerdas, beremosi matang, berkemampuan sosial tinggi berdasarkan Al-Qur’an dan

Sunnah Rasul, akar budaya nasional, dan mempu bersaing secara global.

Dalam rangka melaksanakan program-program TK ‘Aisyiyah Insan Robbani agar

berjalan dengan baik, maka dibentuklah Struktur Organisasi yang dibantu oleh 1

orang tenaga kependidikan/ kepala sekolah dengan 15 orang tenaga pendidik. Ta-

man Kanak-kanak ‘Aisyiyah Insan Robbani memiliki 159 peserta didik yang berasal

dari kecamatan Muntilan kabupaten Magelang dan sekitarnya.

Sarana prasarana Taman Kanak- kanak ‘Aisyiyah Insan Robbani cukup baik na-

mun perlu pembenahan lagi agar dapat menunjang kesuksesan implementasi kuriku-

lum PAUD Inklusi. Berkaitan dengan sarana prasarana penunjang kegiatan pembela-

jaran bagi anak didik yang berkebutuhan khusus, Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah In-

san Robbani belummemfasilitasi alat kegiatan ini, yang ada hanya seperangkat alat

bantu dengar. Kebersamaan pada anak senantiasa dibangun dengan berbagai

kegiatan, salah satu di antaranya kegiatan makan bersama.

Layanan yang diberikan lembaga Taman Kanak-kanak ‘Aisyiyah Insan Robbani

terhadap anak- anak berkebutuhan khusus menggunakan konsep duplikasi, bahwa

layanan yang diberikan kepada anak- anak normal dengan ABK sama. Anak

Berkebutuhan Khusus di TK ‘Aisyiyah Insan Robbani meliputi anak tuna rungu, Autis,

dan Gangguan Berbahasa. Perlakuan dan layanan yang diberikan pihak lembaga

melalui para tenaga pendidik kepada ABK tidak terdapat unsur diskriminatif.

Page 109: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

109

Rencana Kerja Tahunan yang menjadi program di Taman Kanak- kanak

‘Aisyiyah Insan Robbani mencakup: Program Umum, Kesiswaan, Kurikulum, Program

Akademik, Personalia, Sumber Daya Manusia, Program Marketing, serta Program

Pembiayaan. Rencana Kerja Tahunan ini disusun oleh pihak lembaga dan bersinergi

dan disahkan oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah. Berikut Rencana

Kerja Tahunan TK ‘Aisyiyah Insan Robbani:

Tabel 1. Rencana Kerja Tahunan Insan Robbani

Taman Kanak-kanak Insan Robbani kecamatan Muntilan kabupaten Magelang

memiliki serangkaian program kegiatan ekstrakurikuler, seperti: Seni tari, drumband,

baca tulis permulaan pada usia 5,5- 6 tahun. Alokasi waktu efektif pembelajaran per

hari selama 3 jam (180 menit, diawali dengan hafalan hadist/ bacaan sholat/ iqra se-

tiap harinya. Alokasi waktu efektif per minggu selama 6 hari kegiatan pembelajaran.

Gagasan utama diselenggarakannya pendidikan inklusi di TK ‘Aisyiyah Insan

No Program Kegiatan

1 Umum Mengadakan rapat intern Mengikutsertakan guru dalam peraturan Mengadakan kegiatan selama liburan Mengadakan kegiatan hari besar keagamaan Kegiatan kesenian/ pentas seni Kegiatan pada hari besar nasional

2 Kesiswaan Penerimaan siswa baru Pembagian kelompok umur/ mutasi Menyusun program outbond/ fieldtrip/ belajar di lingkungan Menyampaikan laporan pribadi siswa Asessment kesehatan anak Studytour/ rekreasi

3 Kurikulum Menyusun jadwal kegiatan kesiswaan Menyusun STPPA dan penyebaran tahunan Meninjau/ mengevaluasi kurikulum Penetapan tema dan sebarannya Menyusun kegiatan program semester Evaluasi RPPM/ RPPH

4 Akademik Pemberian rangsangan pembelajaran Kegiatan ekstrakurikuler Pemeriksaan kesehatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Cooking Class

5 Personalia Perekrutan staf, guru, dan pengasuh Mengusahakan kesejahteraan pendidik/ tenaga kependidikan Evaluasi kinerja guru dalam perencanaan,

6 Sumber Daya Manusia

Peningkatan berbagai kompetensi pendidik Pengusulan insentif pendidik dan tenaga kependidikan Ikut serta aktif di gugus

7 Pendukung sarana prasa-rana

Pengadaan buku cerita anak Pengadaan buku- buku pedoman penyelenggaraan Penyusunan program kerja sekolah Finalisasi Modul Program sekolah

Page 110: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

110

Robbani, bahwa setiap anak merupakan bagian integral dari komunitas lokalnya.

Berkenaan dengan keberadaan Anak Berkebutuhan Khusus, komitmen, manajemen

sekolah, serta ketenagaan merupakan komponen pendukung utama terlaksananya

PAUD Inklusi. Dalam pemberian layanan kepada Anak- anak Berkebutuhan Khusus,

para komponen lembaga Insan Robbani sering melakukan musyawarah dengan para

orang tua ABK, dengan para psikolog dalam mengatasi permasalahan. Pada saat

kegiatan sehari-hari, lembaga tidak menerapkan pendidikan yang terpisah pada Anak

Berkebutuhan Khusus, sehingga lembaga tidak diskriminatif.

Dalam melakukan administrasi pendidikan inklusi lembaga ini dibantu oleh

seorang tenaga operator yaitu pihak yang berusaha dengan tertib melakukan pen-

catatan terhadap administrasi sekolah. Pelaksanaan pembelajaran di PAUD Inklusi

ini dilakukan dengan urutan Pembukaan, kegiatan inti, dan penutup.

Semua peserta didik di TK ‘Aisyiyah Insan Robbani dibiasakan untuk mandiri,

termasuk ABK. Layanan pendidikan anak berupa ketersediaan Guru Pendamping

Khusus (GPK) yang mendampingi setiap anak yang mengalami kesulitan sewaktu

pembelajaran. Berikut Anak Berkebutuhan Khusus dengan kegiatan dan aktivitasnya

di TK ‘Aisyiyah Insan Robbani:

Gambar 2 Aktivitas ABK di Insan Robbani

Peran pengelola , pengurus lembagaserta Dinas Pendidikan setempat (UPTD)

terhadap keberadaan Insan Robbani dapat dibuktikan secara riil. Dinas Pendidikan di

tingkat kecamatan Muntilanpengurus yayasan Insan Robbani bersinergi untuk saling

membantu memajukan lembaga pendidikan, khususnya pendidikan usia dini. Wujud

peran nyata komponen sekolah bersama- sama pengurus lembaga berupa memban-

tu pengembangan gedung PAUD, secara aktif melakukan pembinaan untuk para

pendidik dan tenaga kependidikan, membantu dalam Penerimaan Peserta Didik Ba-

ru, serta mendukung kegiatan lainnya.

Berbagai aspek perkembangan yang diasah melalui kegiatan- kegiatan menarik

keseharian. Hal ini juga dilakukan pada Anak- Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Perkembangan ini distimulan dengan cara menciptakan suasana yang me-

Page 111: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

111

nyenangkan ketika peserta didik regular dan ABK bermain dan belajar bersama.

C. Kesimpulan

1. Implementasi pembelajaran yang disinergikan dengan komposisi kelas dengan

berbagai aspek keberanekaragaman meliputi peserta didik reguler dan Anak

Berkebutuhan Khusus, guru kelas, guru pendamping, dan peserta didik dari

berbagai latar belakang status sosial ekonomi.

2. Kurikulum mengkomposisikan materi ajar dan pembelajaran dengan memper-

hatikan kebutuhan, bakat, minat, serta karakteristik peserta didik.

3. Guru pendamping bersama guru kelas memberikan rancangan program individ-

ual pada ABK untuk membantu dalam penyelesaian kegiatan. Lembaga PAUD

Inklusi tidak memberlakukan sistem seleksi menggunakan tes, sangat memper-

hatikan kondisi fisik anak.

4. Kurikulum yang digunakan dimodifikasi sesuai kebutuhan peserta didik.

5. Peran pimpinan lembaga dan pendidik dalam penerapan kurikulum PAUD

inklusi yang berbasis ramah anak didukung penuh serta di bawah pengawasan

pengelola dan pen

6. Faktor pendukung dalam penerapan kurikulum PAUD Inklusi yaitu Sumber Daya

Manusia dan orang tua.

7. Faktor penghambat dalam penerapan kurikulum PAUD Inklusi yaitu sarana

prasarana serta tenaga khusus untuk Anak berkebutuhan Khusus.

DAFTAR PUSTAKA

Ainscow, M. (2014). Developing Inclusive Education Systems: what are the leves for

change? Journal of EducationalChange 6 (2): 109- 124.

Boehm, T.L. (2015). Know for my strengths: Positive traits of transition-age youth with in-

tellectual disability or autism. Research and Practice for Persons with Servere Disa-

bilities (40): 101- 119.

Carrington ,S. (2010). Inclussion Needs of Different School Culture. International Journal

of Inclusive Education 3 (3): 257- 268.

Cassady, J.M. (2011). Teacher’s Attitudes Towards The Inclusion of Students with Autism.

Electronic Journal for Inclusive Education. Vol 2. 7.

Page 112: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

112

Drudy,S.& Kinsella, W. (2009). Developing Inclusive sistem in a rapidly changing European

society. International Journal of Inclusive Education. (13): 647- 663.

Erawati, E.L. (2015). Pendidikan Karakter Bangsa pada Anak Berkebutuhan Khusus da-

lam Pendidikan Inklusi di SD Negeri 2 Metro Selatan. Tesis (tidak diterbitkan). Uni-

versitas Lampung.

Haryono, Syaifuddin. (2015). Evaluasi Pendidikan Inklusif Bagi Anak berkebutuhan Khu-

sus (ABK) di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Pendidikan. 32 (2): 119- 126.

Ilahi, M.T. (2011). Pendidikan Inklusif Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: PT Aruzz Media.

Katz, J. (2015). Implementing the Three Block Model: job satisfaction in Inclusive Class-

rooms. International Journal of Inclusive Education (19): 1-20.

O Hagan & Hebron, J. ( 2016). Perception of Friendship among adolescents with autism

spectrum conditions. European Journal of Special Needs Education. (32): 314- 328.

Sharma, U.; Forlin, C. ( 2017). Using Indicators as a catalyst for inclusive education. Inter-

national Journal of Inclusive Education. (21)(7): 730- 746.

Sheridan, M.J (2013). Inclusion of Content on Religion and Spirituality in The Social Work.

Journal of Social Work Education 30 (3): 363- 376.

Sulistyadi, H.K. (2014). Implementasi Kebijakan Penyelenggaraan Layanan Pendidikan

Inklusif di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik 2 (1): 1- 10.

Page 113: Edisi Juni 2018eprints.upgris.ac.id/528/1/Artike Anita-Androgogia Dikmas...Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018 1 Edisi Juni 2018 Pop-Up Kanguru Media Cerdas Untuk Menstimulasi

Andragogia - Jurnal PAUD & DIKMAS / Edisi Juni 2018

113