of 56 /56
EFEK PEMBERIAN SERBUK KUNYIT, BAWANG PUTIH DAN ZINK TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER KANDA YANUAR MUHAMAD FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Efek Pemberian Serbuk Kunyit, Bawang Putih dan Zink ... · lunak, empuk, tekstur kulit halus, dan tulang dada masih merupakan tulang rawan ... Ayam broiler merupakan unggas tipe pedaging

  • Author
    doandat

  • View
    228

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of Efek Pemberian Serbuk Kunyit, Bawang Putih dan Zink ... · lunak, empuk, tekstur kulit halus, dan...

Efek Pemberian Serbuk Kunyit, Bawang Putih dan Zink Terhadap Performa Ayam BroilerKANDA YANUAR MUHAMAD
2008
ABSTRAK
KANDA YANUAR MUHAMAD. Efek Pemberian Serbuk Kunyit, Bawang Putih dan Zink Terhadap Performa Ayam Broiler. Dibimbing oleh Dr. Drh. SUS DERTHI WIDHYARI MSi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari pemberian serbuk kunyit, bawang putih dan zink terhadap performa ayam broiler. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima kelompok perlakuan dan empat ulangan, sebanyak 100 ekor ayam broiler strain Ross I Super Jumbo 747, yang dipelihara selama 5 (lima) minggu. Ransum diberikan dengan kombinasi antara ransum basal, serbuk kunyit 1.5%, bawang putih 2.5%, dan ZnO 120 ppm. Parameter yang diamati adalah bobot badan akhir, konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum yang diamati pada minggu ke-1, 3, dan 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kombinasi herbal dengan Zn mampu memberikan efek yang lebih baik terhadap performa dibandingkan dengan hanya pemberian herbal.
Kata kunci: Ayam broiler, serbuk bawang putih, serbuk kunyit, performa, zink.
ABSTRACT
KANDA YANUAR MUHAMAD. The Effectivity of Turmeric Powder, Garlic Powder and Zinc on the Overall Performance of Broiler Chicken. Under direction of Dr. Drh. SUS DERTHI WIDHYARI MSi.
This research was aimed to observe the effectivity of turmeric powder, garlic powder, and zinc on the overall performance of broiler chicken. This research used completely randomized design with five treatments of four replicates each, from total 100 broiler chickens Ross I Super Jumbo 747 strain, during 5 weeks. Feeds was given with combination between basal treatment, turmeric powder 1.5%, garlic powder 2.5%, and ZnO 120 ppm. The parameter were body weight, feed intake, body weight gain, and feed conversion rate which were observed at 1st, 3rd, and 5th weeks. It was concluded that the addition of herb and Zn combination as feed additive enhanced the overall performance of broiler chicks than only herb suplementation. Key words: broiler chicken, garlic powder, performance, turmeric powder, zinc.
EFEK PEMBERIAN SERBUK KUNYIT, BAWANG PUTIH,
DAN ZINK TERHADAP PERFORMA AYAM BROILER
KANDA YANUAR MUHAMAD
Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul : Efek Pemberian Serbuk Kunyit, Bawang Putih dan Zink Terhadap
Performa Ayam Broiler
Pembimbing
Mengetahui,
Tanggal lulus:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
karunia dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sesuai dengan
yang diharapkan. Skripsi ini berjudul “ Efek Pemberian Serbuk Kunyit, Bawang
Putih dan Zink Terhadap Performa Ayam Broiler” yang merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB). Skripsi ini penulis
dedikasikan kepada bangsa dan negara.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1 Dr. drh. Sus Derthi Widhyari, MSi selaku dosen pembimbing atas segala
bimbingan, dorongan, bantuan moril maupun materi, kritik dan saran yang
telah diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
2 Dr. drh. Hernomoadi Huminto selaku dosen pembimbing akademik yang
senantiasa membimbing penulis selama menjadi mahasiswa FKH IPB.
3 Dr. drh. Aryani Sismin S, MSc selaku dosen penguji atas segala pertanyaan
dan pengarahan yang telah diberikan selama menguji dan menilai skripsi ini.
4 Bapak, Mama dan Adik-adik atas doa, kasih sayang dan dukungannya selama
penulis menyelesaikan studi di FKH IPB.
5 Rekan-rekan sepenelitian, Ibu Sri, Wahyu, Bagus, Ulina, Popon, Lina, Upik,
Ratna dan Ami, atas bantuan dan kerjasamanya dalam penelitian ini.
6 Rekan-rekan Angkatan 41 atas bantuan, persahabatan dan kebersamaannya
selama ini dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kesalahan.
Oleh karena itu, dengan keikhlasan penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sebagai evaluasi bagi penulis. Akhir kata, semoga Allah SWT selalu
meridhoi langkah kita semua dan menjadikan skripsi ini bermanfaat semaksimal
mungkin. Wassalam.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 2 Januari 1986 sebagai anak pertama
dari empat bersaudara pasangan Bapak Suprihantoro dan Ibu Nurliana. Penulis
menyelesaikan sekolah dasar selama 6 tahun di SD Islamic Village Karawaci dan
lulus tahun 1997. Penulis melanjutkan pendidikannya di SLTP Negeri 1
Tangerang dan lulus tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri
2 Tangerang dan diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Teknik Informatika
Universitas Trisakti. Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa pada
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa di
FKH IPB, penulis pernah aktif di berbagai organisasi di Fakultas Kedokteran
Hewan, antara lain menjadi anggota Himpunan Minat dan Profesi (HIMPRO)
Hewan Kesayangan dan Akuatik, sekretaris Veterinary English Club (VEC) dan
Bagian Informasi dan Komunikasi (INFOKOM) Ikatan Mahasiswa Kedokteran
Hewan Indonesia (IMAKAHI).
TINJAUAN PUSTAKA
Bawang Putih .......................................................................................... 3 Kunyit .................................................................................................. 7 Zink .................................................................................................. 11 Ayam Broiler .......................................................................................... 13
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat .................................................................................. 15 Materi Penelitian ..................................................................................... 15 Metode Penelitian ................................................................................... 17
PEMBAHASAN ............................................................................................. 19
2 Komposisi asam amino daging ayam (%) ................................................ 14
3 Komposisi ransum penelitian (%) ............................................................. 16
4 Rataan konsumsi pakan ayam broiler yang dipelihara selama 5 minggu dengan kelompok perlakuan yang berbeda (gram) 19
5 Rataan pertambahan bobot badan ayam broiler yang dipeliharaselama 5 minggu dengan kelompok perlakuan yang berbeda (gram) ...................... 23
6 Rataan konversi ransum ayam broiler yang dipelihara selama 5 minggu dengan kelompok perlakuan yang berbeda .............................................. 26
7 Rataan bobot badan ayam broiler yang dipelihara selama 5 minggu dengan kelompok perlakuan yang berbeda (gram) ................................... 28
8 Rata-rata total perlakuan terhadap parameter uji ..................................... 31
DAFTAR GAMBAR
1 Struktur Kimia Kurkumin ......................................................................... 10
2 Rataan konsumsi ransum per kelompok perlakuan pada minggu ke-1, 3 dan 5 ....................................................................................................... 20
3 Peningkatan konsumsi ransum pada fase starter, grower dan finisher ..... 22
4 Rataan pertambahan bobot badan per kelompok perlakuan pada minggu ke-1, 3 dan 5 ................................................................................ 24
5 Peningkatan pertambahan bobot badan pada fase starter, grower dan finisher ...................................................................................................... 25
6 Rataan konversi ransum per kelompok perlakuan pada minggu ke-1, 3 dan 5 .......................................................................................................... 27
7 Rataan bobot badan per kelompok perlakuan pada minggu ke-1, 3, dan 5 ................................................................................................................. 30
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1 Hasil olahan statistika analisis ragam (ANOVA) dan uji Duncan
terhadap data rataan kumulatif parameter uji ............................................ 39
2 Hasil olahan statistika analisis ragam (ANOVA) dan uji Duncan terhadap data rataan bobot badan akhir..................................................... 40
3 Hasil olahan statistika analisis ragam (ANOVA) dan uji Duncan terhadap data rataan konversi ransum ....................................................... 41
4 Hasil olahan statistika analisis ragam (ANOVA) dan uji Duncan terhadap data rataan bobot badan .............................................................. 42
5 Hasil olahan statistika analisis ragam (ANOVA) dan uji Duncan terhadap data rataan konsumsi ransum ..................................................... 43
6 Hasil olahan statistika analisis ragam (ANOVA) dan uji Duncan terhadap data rataan pertambahan bobot badan ........................................ 45
PENDAHULUAN
penghasil daging. Lebih lanjut dinyatakan bahwa konversi pakan ayam tersebut
kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan kualitas daging berserat
lunak, empuk, tekstur kulit halus, dan tulang dada masih merupakan tulang rawan
yang lentur (Rasyaf 1985). Daging ayam mempunyai komposisi protein yang
sangat baik karena mengandung semua asam amino esensial serta mudah dicerna
dan diserap oleh tubuh. Secara umum, daging unggas memiliki kadar protein
yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan lain (Cross & Overby 1988).
Ayam broiler merupakan unggas tipe pedaging yang sering dibudidayakan karena
masa panen pendek dan relatif mudah dalam pemeliharaan, sehingga dalam waktu
yang singkat sudah dapat dipasarkan. Masalah yang dihadapi sampai saat ini
adalah banyak penyakit pada unggas, terutama ayam, yang mampu menurunkan
sistem kekebalan tubuh, penurunan konsumsi ransum dan penurunan bobot badan.
Antibiotik sering digunakan sebagai feed additif untuk meningkatkan
performa ayam broiler, namun dampak negatif dapat menimbulkan residu pada
produk ayam broiler dan dapat membahayakan konsumen. Manusia yang
mengkonsumsi daging ayam yang mengandung bahan kimia secara
berkepanjangan dapat menimbulkan kanker (carcinogenic effect), mutasi gen
(mutagenic effect), dan resisten terhadap antibiotik (Lee et al. 2001).
Ransum dengan penambahan herbal atau jamu-jamuan merupakan salah
satu alternatif agar mampu menghasilkan produktivitas yang optimal sebagai
pengganti antibiotik antara lain adalah bawang putih dan kunyit. Penelitian
tentang kunyit, bawang putih dan zink secara tunggal banyak diteliti terhadap
berbagai hewan, namun belum ada penelitian yang melaporkan tentang
pengamatan kombinasi herbal dan zink, sehingga perlu diadakan pengkajian lebih
dalam mengenai fungsi dan efektifitas.
Penelitian tentang khasiat dari kombinasi herbal dan zink pada pakan
unggas dilakukan untuk menghasilkan daging ayam yang sehat, bebas dari
antibiotik dan menghasilkan produk yang berkualitas, baik dan aman untuk
dikonsumsi.
Tujuan
Mengetahui efek dari pemberian serbuk kunyit, bawang putih dan zink
terhadap performa ayam pedaging.
pengetahuan juga diharapkan mampu memberikan informasi tentang salah satu
alternatif penggunaan kombinasi serbuk kunyit, bawang putih dan zink terhadap
performa ayam broiler.
TINJAUAN PUSTAKA
Bawang Putih
Bawang putih sudah dikenal manusia sejak 4000 tahun lebih. Dalam sebuah
papyrus bertarikh 1500 Sebelum Masehi ditemukan catatan bahwa orang Mesir
percaya ada 22 khasiat bawang putih untuk mengobati penyakit. Tak heran bila
bawang putih ditemukan di dalam makam Raja Tutankhamun dari Mesir dan
dikonsumsi para pembangun piramid untuk meningkatkan stamina dan mencegah
penyakit. Di masa lalu, orang Yunani dan Romawi menggunakan bawang putih
untuk mengobati lepra dan asma, serta menghalau kalajengking, sedangkan di
dalam resep makanan Libanon, bawang putih sejak dulu digunakan sebagai resep
untuk diet (Winarno 2006). Berikut ini adalah taksonomi dari bawang putih:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Aspargales
Famili : Alliaceae
Subfamili : Allioideae
Bangsa : Allieae
Genus : Allium
Bawang putih berkhasiat sebagai penurun kadar kolesterol. Hal ini
disebabkan karena ada zat ajoene, yaitu suatu senyawa yang bersifat anti-
kolesterol dan membantu mencegah penggumpalan darah. Bawang putih juga
dapat membantu menghindari kanker seperti dibuktikan melalui penelitian yang
dilakukan oleh University of Minnesota. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
risiko terkena kanker di usia tua berkurang sebanyak 50% bila mengkonsumsi
bawang putih secara rutin. Tidak heran bila sekarang food supplement dari
bawang putih juga sangat laku di pasar. Dalam ilmu pengetahuan modern,
bawang putih dikenal mempunyai kandungan lebih dari 100 jenis bahan kimia
alami yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit (Winarno 2006).
Zat penyembuh terpenting dalam bawang putih adalah asam amino alisin
yang keluar ketika bawang putih dirajang atau digerus. Alisin ini mencegah
akumulasi plak pada dinding arteri yang biasa menimbulkan penyumbatan dan
dapat mengakibatkan stroke atau serangan jantung. Ada teori yang mengatakan
bahwa bila kita mengonsumsi 2-3 siung bawang putih sehari, maka kita akan
terhindar dari kemungkinan berpenyakit jantung. Bawang putih menyembuhkan
penyakit tekanan darah tinggi, meringankan tukak lambung, menurunkan
kolesterol dalam darah dan meningkatkan insulin darah bagi penderita diabetes.
Bawang putih juga dipercaya dapat melumpuhkan radikal bebas yang
mengganggu sistem kekebalan tubuh, serta bermanfaat sebagai penawar racun
(detoxifier) yang melindungi tubuh dari berbagai macam penyakit. Pada tahun
1858 Louis Pasteur menemukan bahwa bawang putih juga berfungsi sebagai
pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia II, bawang putih sering dipakai sebagai
desinfektan untuk membersihkan luka terbuka, serta mencegah gangrene pada
saat tidak ada antibiotik (Winarno 2006).
Kandungan Bawang Putih
Bawang putih sebagian besar terdiri dari air (56-68%), diikuti oleh
karbohidrat (26-30%). Komponen yang paling signifikan, secara medis, adalah
kandungan senyawa organosulfur (11-35 mg/g fresh garlic). Kandungan senyawa
sulfur bawang putih hampir tiga kali lebih banyak dari kandungan sulfur pada
brokoli, bawang bombay, aprikot dan daun kol (Mazza & Oomah 2000).
Penelitian dari bawang putih lebih banyak tentang kandungan senyawa sulfur,
kemungkinan dikarenakan kandungan senyawa sulfur bawang putih dalam jumlah
yang relatif tinggi atau dari aktivitas secara farmakologi dihubungkan dengan
kandungan senyawa sulfur yang beragam seperti penicilin dan prebucol. Menurut
Reynolds (1982) maupun uraian Block (1985), bawang putih atau garlic
termasuk genus Allium sativum yang termasuk keluarga liliaceae. Sejumlah
senyawa bisa di ekstrak dari bawang putih antara lain air, lemak, karbohidrat,
vitamin B-kompleks, vitamin C, mineral Ca, P, Mg, K. Bawang putih juga
mengandung zat aktif sebagai berikut: 1) Allicin ( thiopropen sulfinic acid allyl
ester); dapat menurunkan kadar kolesterol darah, 2) Skordinin; memberi bau yang
kurang sedap pada bawang putih dan bersifat antiseptik, 3) Alliil (propenyl
sulfinyl alanin); memberi bau yang khas bawang putih dan bersifat antiseptik dan
4) Dyallyl sulfida dan propyl allyl sulfida; bersifat trombolitik atau penghancur
gumpalan darah.
saponins, vitamin, mineral, selenium dan lain-lain (Mazza & Oomah 2000). S-
alkyl cystein sulphoxide (alliin) adalah prekursor pembentuk rasa dan aroma yang
bersifat non-volatil. Ketika jaringan bawang putih rusak maka enzim allinase
akan keluar dari vakuola, kemudian menghidrolisis alliin yang akan menghasilkan
komponen sulfur organik yang sangat reaktif. Allinase adalah komponen protein
yang ditemukan pada semua jenis bawang dan dapat ditemui di vakuola tanaman
dengan jumlah tertinggi terletak pada umbi bawang yang masih muda. Aktivitas
tertinggi terletak pada akar bawang (Rabinowitch & Currah 2002).
Bawang putih diduga dapat mengoptimalkan fungsi metabolisme bahan
makanan sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Komponen
bioaktif yang terdapat pada bawang putih (alisin) mempunyai efek farmakologi
yang luas, yaitu kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella
typhimurium, sehingga populasi bakteri tersebut yang terdapat dalam saluran usus
dapat ditekan untuk mengurangi pemanfaatan bahan makanan oleh bakteri dan
meningkatkan absorbsi zat makanan dalam usus. Celiini et al. 1996 mengatakan
bahwa allisin memiliki spektrum yang luas pada aktivitas antibakterial terhadap
gram positif dan gram negatif, yaitu Echerichia, Salmonella, Staphylococcus,
Streptococcus, Klebsiella, Proteus, Bacillus dan Clostridium.
Aktivitas Farmakologi Bawang Putih
sulfoxida seperti alliin, methiin dan isoalliin yang dibentuk dari -glutamyl-
cysteine (Mazza & Oomah 2000). Alliin biasa diikat di beberapa sel vaskular
sekitar vena atau arteri (Ellmore & Feldberg 1994, diacu dalam Mazza & Oomah
2000). Manfaat dari bawang putih adalah sebagai penurun kolesterol dan tekanan
darah, aktivitas anti thrombotik, antikanker, antioksidan dan antimikrobial.
Seorang peneliti gizi dan pendiri The International Academy of Biological
Medicine, Dr. Paavo Airola, telah berhasil menemukan dan mengisolasi sejumlah
komponen aktif dari bawang putih, yaitu : 1) allisin; zat aktif yang mempunyai
daya bunuh pada bakteri dan daya anti radang, 2) alliin; suatu asam amino
antibiotik, 3) gurwich rays (sinar gurwitch); radiasi mitogenetik yang merangsang
pertumbuhan sel tubuh, 4) antihemolytic factor; faktor anti lesu darah atau anti
kekurangan sel-sel darah merah, 5) antiarthriti factor (faktor antirematik); yang
dibuktikan dalam penelitian-penelitian di Jepang, terutaman di Rumah Sakit
Angkatan Darat, 6) sugar regulating factor (faktor pengatur pembakaran gula
secara normal efisien dalam tubuh); bermanfaat untuk menunjang pengobatan
diabetes, 7) allitiamin; suatu sumber ikatan-ikatan biologi yang aktif serta vitamin
B1, 8) selenium; suatu mikro mineral yang merupakan faktor yang bekerja sebagai
antioksidan. Selenium juga mencegah pembentukkan gumpalan darah yang dapat
menyumbat pembuluh darah jantung dan otak, 9) germanium; merupakan mineral
anti kanker dalam tubuh, 10) antitoksin; anti racun atau pembersih darah dari
racun-racun bakteri ataupun polusi logam-logam berat, 11) metilallil trisulfida;
mencegah pengentalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah jantung dan
otak, 12) diallil disulfida, allilpropil disulfida dan skordinin, 13) methyl disulfida,
methyl trisulfida, allyl sulfida, allyl disulfida, allyl trisulfida, allyl metilsulfida,
allyl methyl disulfida, allyl methyl trisulfida dan 2 propenesulfinate (Karossi et al.
1993).
pada usus sehingga dapat mengurangi diare, dengan demikian, walaupun ransum
yang dikonsumsi sedikit, tetapi penyerapannya meningkat sehingga menghasilkan
bobot badan yang tinggi dan meningkatkan efisiensi ransum (Suharti 2004).
Penggunaan Allium sativum dalam Pakan Ayam
Jaya (1997) melaporkan bahwa dengan penambahan 1% bawang putih
dalam pakan ayam broiler dapat menurunkan sekitar 17.10 mg per dl (8.97%)
kadar kolesterol darah dengan mengikuti persamaan garis y = 190.70 – 17.10x dan
sekitar 13.02 mg per 100 gram (7.08%) kadar kolesterol daging dengan mengikuti
persamaan garis y = 184.50 – 13.02x.
Penelitian mengenai bawang putih dalam pengobatan unggas telah banyak
dilakukan. Damayanti (1994) menggunakan simplicia (jus bawang putih) sebagai
obat cacing, yaitu dengan melakukan uji in vitro pada cacing Ascaridia galli
dengan dosis 64 % yang dapat membunuh cacing tersebut dengan kondisi tubuh
cacing menjadi transparan. Kandungan saponin dalam bubuk bawang putih
diduga dapat menyebabkan sel-sel cacing menjadi terhidrolisis yang
menyebabkan cacing mati dan tubuh cacing terlihat transparan. Suharti (2004)
menyatakan bahwa penambahan bawang putih 2.5% mampu meningkatkan
performa, penambahan bawang putih diduga mampu memperlambat gerak
peritaltik pada usus dan dapat mengurangi diare, dengan demikian, walaupun
ransum yang dikonsumsi sedikit, tetapi penyerapannya meningkat maka akan
menghasilkan bobot badan yang tinggi yang meningkatkan efisiensi ransum.
Kunyit
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan
(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur
dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada
ketinggian 1300-1600 m di atas permukaan laut, ada juga yang mengatakan
bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum
dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini
sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat dan sedikit pedas, tetapi tidak
beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan, seperti di India,
Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa) dan Filipina (Darwis 1991).
Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena
berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal dan
menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu sebagai bahan
obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak dan
lain-lain. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti
inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor dan
menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah
(Wijayakusuma et al. 1992). Kunyit memiliki klasifikasi taksonomi sebagai
berikut:
Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung zat aktif seperti
minyak atsiri dan senyawa kurkumin. Akar kunyit mengandung pati dan getah.
Minyak atsiri juga memberi aroma harum dan rasa khas pada bagian umbi.
Kunyit mengandung curcumin (zat berwarna kuning), turmeron, zingiberen,
turmerol (minyak turmerin yang menyebabkan aroma dan wangi kunyit), lemak,
pati dan damar. Umbi akar yang berumur lebih dari satu tahun dipakai sebagai
obat (umbi akar bersifat mendinginkan, membersihkan, mempengaruhi bahagian
perut, merangsang, melepaskan lebihan gas di usus, menghentikan pendarahan
dan mencegah pengentalan darah) selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan
dalam masakan.
Kunyit digunakan sebagai obat anti gatal dan anti kejang. Kunyit dapat
diminum sebagai ekstrak atau digunakan sebagai salep untuk mengobati bengkak.
Kunyit juga berkhasiat untuk menyembuhkan hidung yang tersumbat dengan
membakar kunyit lalu uap dari proses pembakaran kunyit tersebut dihirup (Abdul
2001). Berdasarkan pengobatan tradisional Cina, umbi akar kunyit digunakan
sebagai obat untuk sakit dada, perut, sakit lengan dan sakit pada saat haid serta
luka luka. Kunyit dianggap sangat mujarab untuk menyembuhkan haid yang tidak
teratur, melancarkan aliran darah dan melarutkan gumpalan darah. Beberapa
kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah diketahui yaitu minyak atsiri
sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen
(meliputi zingiberen, alfa dan beta-turmerone), zat warna kuning yang disebut
kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%,
monodesmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium,
besi dan vitamin C (Sidik et al. 1995). Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut,
kurkumin merupakan komponen terbesar. Kadar total kurkuminoid dihitung
sebagai persentase kurkumin, karena kandungan kurkumin paling besar dibanding
komponen kurkuminoid lain. Pada Tabel 1 dipaparkan beberapa komponen yang
terkandung dalam kunyit.
Komponen Jumlah (%) Kadar air 6,0 Protein 8,0
Karbohidrat 57,0
Aktivitas Farmakologi Kunyit
Menurut Sumiati dan Adyana (2002), beberapa penelitian secara in vitro dan
in vivo menunjukkan, kunyit mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi
(antiperadangan) (Hadi 1985), aktivitas terhadap peptic ulcer, antitoksik,
antihiperlipidemia dan aktivitas antikanker. Obat yang diberikan secara
intraperitoneal pada tikus efektif untuk mengurangi inflamasi (peradangan) akut
dan kronik. Rukmana (2004) mengemukakan bahwa kunyit berkhasiat sebagai
perangsang pengeluaran cairan empedu (kalagoga), penawar racun (antidota),
penguat lambung dan penambah nafsu makan. Curcumin juga memiliki efek yang
baik pada organ usus yaitu dapat meningkatkan aktivitas enzim lipase, sukrose
dan maltase (Platel & Srinivasan 1996)
Efektivitas kunyit terhadap tikus yang dilaporkan sama dengan
hidrokortison asetat atau indometasin untuk anti-inflamasi. Jus kunyit atau serbuk
yang diberikan secara oral tidak menghasilkan efek antiinflamasi, hanya injeksi
intraperitoneal yang efektif. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil,
kurkumin hanya dapat dideteksi pada feces, namun tidak pada sel darah, plasma
atau urine.
Menurut Sumiati dan Adyana (2002), minyak atsiri dari rimpang kunyit
menunjukkan aktivitas antiinflamasi pada tikus yang mampu menekan artritis,
udema pada tangan dan kaki yang diinduksi dengan karagenan dan inflamasi yang
diinduksi dengan hialuronidase dimana aktivitas antiinflamasi terjadi melalui
penghambatan enzim tripsin dan hialuronidase. Kurkumin dan turunan dari
senyawa tersebut yaitu natrium-kurkuminat yang diberikan secara intraperitoneal
dan oral menunjukkan aktivitas anti inflamasi yang kuat yaitu dengan menekan
udema yang diinduksi dengan karagenan pada tikus.
Studi keamanan (uji toksisitas) terhadap rimpang kunyit menunjukkan,
ekstrak kunyit aman digunakan dalam dosis terapi. Rimpang kunyit yang
diberikan secara oral tidak memberikan efek teratogenik (dampak pada embrio
atau janin) pada tikus. Keamanan ekstrak kunyit selama kehamilan belum
terbukti, penggunaan selama kehamilan harus di bawah pengawasan medis.
Ekskresi ekstrak kunyit melalui ASI dan efek pada bayi belum terbukti,
dibutuhkan pengawasan secara medis dalam terapi ekstrak kunyit tersebut. Dari
uji toksisitas yang telah dilakukan selama 90 hari untuk konsumsi kunyit
diperoleh hasil bahwa efek toksik terjadi pada 50 kali dosis yang biasa digunakan
manusia setiap hari (Sumiati et al. 2002).
Penggunaan Curcuma domestica Val. dalam Pakan Ayam
Rosalyn (2005) melaporkan bahwa penggunan kunyit dalam pakan ayam
sebanyak 0.6% selama enam minggu pemeliharan menghasilkan konsumsi dan
bobot badan akhir masing-masing sebesar 2218.7 dan 982 g/ekor. Persentase
karkas dan lemak abdominal masing-masing sebesar 54.4 dan 0.68% pada suhu
lingkungan 32oC. Hasil ini menunjukkan pengaruh yang sama baik jika
dibandingkan dengan tanpa pemberian kunyit (kontrol), kecuali untuk persentase
lemak abdominal mengalami penurunan sebesar 45.6% jika dibandingkan dengan
kontrol, sedangkan Yuliawati (2007) menyatakan bahwa pemberian kunyit
sebesar 1% dalam ransum ayam broiler nyata meningkatkan bobot badan akhir
dibandingkan dengan pemberian kunyit sebesar 2%.
Ekstrak kunyit dalam metanol atau air yang diberikan secara oral pada
kelinci, secara signifikan menurunkan sekresi gastrik dan meningkatkan
kandungan musin pada gastrik. Ekstrak kunyit dalam etanol yang diberikan
intragastrik pada tikus sangat efektif untuk menginhibisi sekresi gastrik dan
melindungi mukosa gastroduodenal yang disebabkan luka akibat stres hipotermik
(Sumiati & Adyana 2002).
Mineral zink pertama kali diketahui sebagai mineral mikro esensial sejak
tahun 1934, yaitu sebagai unsur yang diperlukan untuk pertumbuhan normal pada
tikus yang diberi ransum defisiensi zink. Zink dapat ditemukan pada padang
rumput dan makanan ternak sebanyak 5-200 ppm dan di dalam tanah secara
normal 25-50 ppm (Underwood 1981). Pada tahun 1869 Raulin menunjukkan
bahwa zink adalah nutrisi yang tidak tergantikan untuk pertumbuhan Aspergillus
niger. Zink telah diperlihatkan sebagai unsur pokok dari hemosycotypin, pigmen
pernafasan dari siput Sycotypus (Underwood 1962).
Metabolisme zink berhubungan dengan sintesis protein, logam sulfidril dan
elemen-elemen esensial lain. Absopsi zink sebagian besar terjadi di duodenum,
yeyenum dan ileum, sangat sedikit diabsopsi di kolon (Underwood 1977). Zink
didistribusikan secara merata di dalam tubuh. Konsentrasi tertinggi ditemukan
pada tulang, hati ginjal, kulit dan rambut (Bondi 1987). Zink di dalam tubuh
memiliki banyak fungsi esensial, terutama pemeliharaan konfigurasi enzim atau
fungsi katalitik dan stabilisasi membran (Pounds & Morrison 1983), sebagai
komponen struktur protein untuk fungsi biologis, sintesis DNA dan untuk energi
metabolisme sel (Vallee & Falchuk 1993), pertumbuhan, perkembangan dan
reproduksi pada berbagai jenis hewan dan manusia (Edmund et al. 1986). Linder
(1992) menyatakan bahwa zink diperlukan untuk aktivitas lebih dari 90 enzim
yang ada hubungan dengan metabolisme karbohidrat dan energi, sintesis protein,
sintesis asam nukleat, biosintesis heme, transpor CO2 dan reaksi-reaksi lain.
Bondi (1987) menyatakan zink berfungsi sebagai kofaktor dari berbagai enzim,
termasuk malat dan glutamat dehidrogenase. Pengaruh yang paling nyata adalah
dalam metabolisme fungsi dan pemeliharaan kulit. Beberapa hasil penelitian juga
menunjukan ada peranan penting dari zink terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tulang.
Mineral zink merupakan kofaktor pada lebih dari 70 macam enzim
(Berdanier 1998). Enzim-enzim tersebut banyak berperan dalam proses
metabolisme dan penting untuk menjaga stabilitas dan integrasi biomembran.
Sebagai bagian dari sistem enzim, mineral zink berperan banyak dalam
metabolisme karbohidrat, sintesis protein dan metabolisme asam nukleat (National
Research Council 1994).
Zink relatif tidak toksik terhadap burung, tikus, domba dan kambing dan
mempunyai batas toleransi tinggi (Underwood 1971). Defisiensi zink dapat
terjadi akibat konsumsi ransum rendah, penyerapan zink yang kurang baik atau
tingkat pengeluaran dari tubuh yang meningkat (Linder 1992). Defisiensi zink
pada embrio ayam dan burung puyuh dapat menyebabkan pertumbuhan tulang
abdominal dan penurunan aktivitas osteoblas pada embrio ayam yang mengalami
defisiensi zink (Underwood 1977).
Hewan muda lebih peka terhadap keracunan zink dibandingkan hewan
dewasa. Defisiensi zink dalam makanan telah diteliti pada mencit, tikus, babi,
ayam dan sapi, tetapi tidak diuji pada kambing dan manusia. Pada penelitian
terdahulu pada mencit dan tikus, penghambatan atau gangguan pertumbuhan yang
diikuti oleh alopesia pada sebagian besar sel epitel, seperti pada kulit, lesion, telah
diteliti. Penyelidikan histopatologi menunjukan kondisi dari parakeratosis,
sebagai contoh ada penebalan atau hyperkeratinisasi pada sel epitel dari kulit dan
esophagus, diikuti oleh atropi tubuli seminiferi pada hewan jantan (Mazza &
Oomah 2000).
Berdasarkan penelitian Humpreys (1988), pemberian 2230 ppm zink sulfat
melalui air minum dapat menurunkan konsumsi air, produksi telur dan berat
badan pada ayam. Pemberian 2000, 4000 atau 6000 ppm zink melalui makanan
selama 2-6 minggu, menyebabkan erosi dinding dalam ampela, dilatasi dan
nekrosa sel-sel asinar pankreas.
Kidd et al. (1992) melaporkan bahwa suplementasi Zn dalam bentuk
inorganik dan organik (72 mgZn/kg dalam bentuk ZnO dan 40 mgZn/kg dalam
bentuk Zn-Metionin), memberikan pengaruh yang nyata meningkatkan pada
pertumbuhan dan kesehatan ayam broiler. Hess (2001) menyatakan suplementasi
Zn sebanyak 40 ppm dalam bentuk ZINPRO, Zn-Metionin, LyZinclysine dan
campuran ZINPRO-LyZinc, dapat memacu pertumbuhan, perbaikan performa dan
meningkatkan kualitas karkas. Ali et al. (2003) menyatakan bahwa penambahan
Zn 120 ppm mampu meningkatkan konsumsi ransum.
Ayam Broiler
Menurut Mountney (1983) ayam broiler yang baik adalah ayam yang
pertumbuhannya cepat, warna bulu putih, tidak terdapat bulu-bulu berwarna gelap
pada karkas serta memiliki ukuran dan konfirmasi yang seragam dan kelebihan
daging unggas dibandingkan dengan daging yang berasal dari ruminansia adalah
kadar protein yang lebih tinggi dan kadar lemak yang lebih rendah. Persentase
karkas ayam pedaging yang normal berkisar antara 65-75 % dari bobot badan
hidup (Mc Nitt 1983).
Pertumbuhan ayam broiler masa kini sangat pesat. Umur panen broiler
adalah 35-45 hari dengan bobot badan antara 1.2-1.9 kg/ekor (Priyatno 2000).
Nilai konversi makanan ayam broiler sewaktu dipanen sekarang ini mencapai nilai
dibawah 2 (Amrullah 2003). Rataan konsumsi ayam broiler strain cobb standar
yaitu sebesar 2360 gr/ekor (Rasyaf 1985).
Menurut Diwyanto et al. (1979) persentase karkas ayam dipengaruhi oleh
bangsa, umur, jenis kelamin, bobot hidup dan makanan. Persentase karkas ayam
umur muda lebih rendah dibandingkan dengan karkas ayam yang sudah tua dan
persentase karkas ayam jantan lebih besar dibandingkan persentase karkas ayam
betina, karena karkas betina lebih banyak menghasilkan kulit dan lemak abdomen
daripada yang jantan (Morran & Orr 1970).
Hingga saat ini, usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu
kegiatan yang paling cepat dan efisien untuk menghasilkan bahan pangan hewani
yang bermutu dan bernilai gizi tinggi. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya
antara lain, laju pertumbuhan ayam yang lebih cepat dibandingkan dengan
komoditas ternak lainnya, permodalan yang relatif lebih kecil, penggunaan lahan
yang tidak terlalu luas serta kebutuhan dan kesadaran masyarakat meningkat akan
kandungan gizinya. Sehingga kondisi ini menuntut adanya penyediaan daging
ayam yang cukup, baik dari segi kualitas maupun kuantitas
Tabel 4 Komposisi asam amino daging ayam (%)
Asam Amino Jumlah (%)
Daging ayam mempunyai komposisi protein yang sangat baik karena
mengandung semua asam amino esensial serta mudah dicerna dan diserap oleh
tubuh. Secara umum, daging unggas memiliki kadar protein yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hewan lain (Cross & Overby 1988).
MATERI DAN METODE
Waktu dan Tempat
Untuk pemeliharaan dan pengamatan dilakukan di kandang blok B Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Materi penelitian
Ayam Broiler
Penelitian ini menggunakan 100 ekor ayam broiler strain Ross 1 Super
Jumbo 747 yang diproduksi oleh PT. Cibadak Indah Sari Farm berumur satu hari
(D. O. C).
Ransum basal yang telah disusun, dicampur dengan serbuk kunyit, serbuk
bawang putih dan penambahan mineral zink dalam bentuk ZnO, dengan macam
kelompok perlakuan sebagai berikut:
R0 = Ransum basal (kontrol)
R1 = Ransum basal + serbuk bawang putih 2,5% + serbuk kunyit 1,5 %
R2 = Ransum basal + serbuk bawang putih 2,5% + ZnO 120 ppm
R3 = Ransum basal + serbuk kunyit 1,5 % + ZnO 120 ppm
R4 = Ransum basal + serbuk bawang putih 2,5% + serbuk kunyit 1,5 % +
ZnO 120 ppm
belakang menggunakan mineral ZnO dalam penelitian ini adalah ZnO tidak
bersifat toksik jika digunakan dalam taraf yang relatif tinggi, sedangkan ZnSO4
bersifat toksik, yaitu menimbulkan iritasi, jika digunakan dalam taraf tinggi.
Alasan lain adalah ZnO mudah diperoleh dipasaran denga harga yang relatif
murah.
Tabel 3 Komposisi ransum penelitian (dalam %)
Bahan Makanan R0 R1 R2 R3 R4 Jagung 51 51 51 51 51 Dedak 3 3 3 3 3 Minyak 5. 5 5. 5 5. 5 5. 5 5. 5 Tepung ikan 12 12 12 12 12 Bungkil kedelai 26. 3 26. 3 26. 3 26. 3 26. 3 CaCO3 1 1 1 1 1 DCP 0. 5 0. 5 0. 5 0. 5 0. 5 Vitamin dan mineral* 0. 5 0. 5 0. 5 0. 5 0. 5 Lysin 0. 1 0. 1 0. 1 0. 1 0. 1 Methionin 0. 1 0. 1 0. 1 0. 1 0. 1 Total 100 100 100 100 100 Kunyit 0 1. 5 0 1. 5 1. 5 Bawang putih 0 2. 5 2. 5 0 2. 5 ZnO 0 0 0. 012 0. 012 0. 012 Keterangan: Berdasarkan kebutuhan zat makanan NRC (1994) * Setiap 1 kg mengandung: vitamin A = 4000000 IU; D3 = 800000 IU; E = 4500 mg; K3 = 450 mg; B1 = 450 mg; B2 = 1350 mg; B6 = 480 mg; B12 = 6 mg; Ca-d pantothenat = 2400 mg; Folic acid = 270 mg; Nicitinic acid = 7200 mg; Choline chloride = 28000 mg; DL-Methionine = 28000 mg; L- lysine = 50000 mg; Fe = 8500 mg; Cu = 700 mg; Mn = 18500 mg; Zn = 14000 mg; Co = 50 mg; I = 70 mg; Se = 35 mg; Antiox. carrier add = 1kg
Pembuatan Serbuk Kunyit dan Bawang Putih
Serbuk kunyit dan bawang putih diperoleh melalui beberapa proses, mula-
mula dilakukan pencucian kunyit segar hingga bersih dari tanah yang melekat dan
ditiriskan kemudian diiris-iris tipis, sedangkan bawang putih dilakukan
pengupasan kulit luar lalu diris-iris tipis. Irisan kunyit dan bawang putih dijemur
yang sebelumnya telah dilapisi plastik hitam tipis untuk kemudian dijemur di
bawah sinar matahari hingga kering. Kunyit dan bawang putih yang telah kering,
lalu digiling untuk dibuat serbuk dengan mesin grinder. Kemudian dilakukan
pengayakan, untuk memisahkan bahan padatan dan hanya yang berukuran kecil
yang akan lolos. Serbuk kunyit dan bawang putih akan dicampur di dalam
ransum berbagai tingkatan dosis secara tunggal maupun secara kombinasi.
Kandang dan Perlengkapan
Kandang yang digunakan berupa kandang dengan sistem litter beralaskan
sekam padi berukuran 1 x 1 x 1 m sebanyak 20 petak. Setiap petak kandang
dilengkapi dengan satu tempat ransum dan satu tempat air minum serta lampu
pijar 60 watt sebagai penerang sekaligus pemanas. Peralatan lain yang digunakan
diantaranya timbangan untuk menimbang ayam dan ransum.
Metode Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Sebanyak 100 ekor DOC dibagi secara acak ke dalam lima perlakuan. Masing- masing perlakuan terdiri dari empat ulangan, sehingga ada 20 ekor DOC per perlakuan dan masing-masing ulangan terdiri dari 5 ekor DOC yang telah ditimbang untuk mengetahui bobot badan awal. Selama penelitian ternak ayam broiler dipelihara dalam kandang beralaskan sekan padi dengan ukuran 1 x 1 m2 selama 5 minggu.
Vitamin yang digunakan adalah vita stress. Vaksin yang digunakan
adalah vaksin ND (New Castle Disease) dan vaksin gumboro. Vaksin ND I
diberikan saat ayam berumur 4 hari melalui tetes mata, vaksin gumboro diberikan
saat ayam berumur 10 hari melalui air minum dan vaksin ND II diberikan saat
ayam berumur 21 hari melalui oral dengan dicekok.
Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Setiap seminggu sekali
dilakukan penimbangan ayam untuk mengetahui pertambahan berat badan dan
penimbangan ransum sisa untuk mengetahui ransum yang dikonsumsi. Peubah
yang diamati dalam penelitian ini meliputi pertambahan berat badan, konversi
ransum dan bobot badan akhir.
Prosedur Pengukuran Masing-Masing Parameter Bobot badan
Penimbangan bobot badan awal dilakukan satu persatu pada waktu anak
ayam berumur tiga hari, hal ini dimaksudkan agar selama dua hari anak ayam
diberi kesempatan untuk menyesuaikan pada keadaan lingkungan kandang.
Penimbangan bobot badan berikutnya dilakukan pada minggu ke-1 (starter
phase), minggu ke-3 (grower phase), dan minggu ke-5 (finisher phase).
Konsumsi pakan
Konsumsi pakan rata-rata per ekor per minggu diukur berdasarkan selisih
pakan yang diberikan dengan sisa pakan setiap minggu pada setiap unit
percobaan. Dan data yang diambil adalah pada minggu ke-1, minggu ke-3, dan
minggu ke-5.