Upload
buinhu
View
234
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EFEKTIFITAS PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT
PADA PROGRAM PENDIDIKAN
(Studi Komparatif BAMUIS BNI Dan YBM BRI)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh
Al Arif Billah
NIM. 1113046000083
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2018 M
بضى هللا انشح انشحى
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
satu persyaratan memperoleh gelar Strata I Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari karya ini terbukti bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Maret 2018
Al Arif Billah
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
NAMA : Al Arif Billah
NIM : 1113046000083
TEMPAT, : Klaten, 07 Desember 1992
TANGGAL LAHIR
ALAMAT : Komplek Puri Kartika Blok DX No.12 Rt 007 Rw 06
Tajur,
Ciledug
NO. HP : 082137515300
E-MAIL : [email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Planggu 1, Klaten (1999-2005)
2. Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo (2005-2011)
3. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-2018)
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua Bagian Dekorasi Konsulat Surakarta dan Jogjakarta 2009 Pondok
Pesantren Gontor 1
2. Ketua Bidang Kantin Belakang Aula Bagian Kantin Pusat 2010 Pondok
Pesantren Gontor 1
3. Ketua Bagian Penerimaan Tamu Bulan Ramadhan 2011 Pondok Pesantren
Gontor 5
4. Ketua Bagian Distributor Pusat 2012 Pondok Pesantren Gontor 5
5. Ketua Bidang dari Divisi Kemahasiswaan Prodi Muamalat 2014-2015 UIN
Syahid
vi
ABSTRACT
Al Arif Billah. NIM 1113046000083.EFFECTIVENESS OF DISTRIBUTION
OF ZAKAT FUNDS ON EDUCATIONAL PROGRAM (COMPARATIVE
STUDY BAMUIS BNI AND YBM BRI). Syariah Economic Studies Program,
Faculty of Economics and Business, Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta, 2018, Number of small Roman pages 15 + Number of pages number 80 +
Appendix 14 .
This study aims to determine the extent to which the effectiveness of the
distribution of zakat funds channeled through educational programs. On the other
hand, it will also look at the concepts and mechanisms used in the provision of
educational assistance and to identify priority targets for providing educational
assistance.
This research uses descriptive qualitative approach. That is by describing a
phenomenon or phenomenon in detail using the data that has been collected, then
arrange it and describe it. The data used in the form of primary data obtained
directly from the agency and other sources and secondary data obtained secra
indirect and obtained from various literature and other references. With data
collection techniques in the form of field research using observation techniques,
interviews and documentation studies.
The results show that BAMUIS BNI and YBM BRI have run the
education program as part of the distribution of zakat funds quite effectively. With
the achievement of the distribution of zakat funds in the figure of 40% of each
institution. This shows the effectiveness in the distribution of zakat funds
especially in education programs.
Keywords : Effectiveness of Zakat Fund Distribution on Education
Program (Comparative Study BAMUIS BNI and YBM
BRI)
Advisor : Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag.
References : 1993 - 2017
vii
ABSTRAK
Al Arif Billah. NIM 1113046000083. EFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN
DANA ZAKAT PADA PROGRAM PENDIDIKAN (STUDI KOMPARATIF
BAMUIS BNI DAN YBM BRI). Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018,
Jumlah halaman romawi kecil 15 + Jumlah halaman angka 80 + Lampiran 14 .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dari
pendistribusian dana zakat yang disalurkan melalui program pendidikan. Dari sisi
lain juga akan dilihat konsep dan mekanisme yang digunakan dalam pemberian
bantuan pendidikan dan untuk mengetahui sasaran yang diprioritaskan dalam
pemberian bantuan pendidikan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif.
Yaitu dengan menggambarkan suatu gejala atau fenomena secara detail
menggunakan data yang telah dikumpulkan, kemudian menyusunnya dan
mendiskripsikannya. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh
langsung dari pihak lembaga serta narasumber lainnya dan data sekunder yang
diperoleh secra tidak langsung dan diperoleh dari berbagai literatur serta referensi
lain. Dengan teknik pengumpulan data berupa penelitian lapangan menggunakan
teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAMUIS BNI dan YBM BRI telah
menjalankan program pendidikan sebagai bagian dari pendistribusian dana zakat
dengan cukup efektif. Dengan tercapainya pendistribusian dana zakat di angka
40% dari setiap lembaga. Hal ini menunjukkan keefektifan dalam pendistribusian
dana zakat terkhusus pada program pendidikan.
Kata Kunci : Efektifitas Pendistribusian Dana Zakat Pada Program
Pendidikan (Studi Komparatif BAMUIS BNI dan YBM
BRI)
Pembimbing : Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag
Daftar Pustaka : 1993 - 2017
viii
KATA PENGANTAR
Assalaamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Puji dan syukur yang tiada hentinya saya panjatkan kepada Tuhan yang
Maha Esa, Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. Karena atas segala nikmat dan karunia-
Nya lah saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada Rasulullah Nabi
Muhammad Sallallahu „Alaihi Wasallam, kepada para keluarganya, sahabatnya,
serta para pengikutnya. Semoga kita semua juga termasuk ke dalam pengikutnya
yang senantiasa istiqomah mengikuti ajarannya hingga akhir zaman. Aamiin.
Sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata setelah saya dapat
merampungkan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam pencapaian
identitas formal meraih gelar Strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Namun semua pencapaian yang saya dapatkan termasuk terselesaikannya
penulisan skripsi ini tidak akan sempurna tanpa keterlibatan serta bantuan dari
semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah berkontribusi atas
semua pencapaian ini. Oleh karena itu perkenankanlah saya untuk menyampaikan
rasa terima kasih saya kepada mereka, secara khusus saya ucapkan terima kasih
kepada, yang terhormat:
1. Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah dan
Hukum dan Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan
fikirannya guna mensukseskan keberlangsungan perkuliahan mahasiswanya
selama ini.
2. AM. Hasan Ali, M.A. sebagai Ketua Program Studi Hukum Ekonomi
Syari‟ah (Mu‟amalat) dan Dr. Abdurrauf, M.A. sebagai Sekretaris Program
Studi Hukum Ekonomi Syari‟ah (Mu‟amalat) beserta seluruh Tim Task
Force Passing Out Fakultas Syari‟ah dan Hukum yang telah berkorban
segalanya dalam mengurus dan membimbing perkuliahan penulis dan teman
teman Program Studi Mu‟amalat lainnya.
ix
3. Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis beserta Endra Kasni Laila, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Drs. H. Ahmad Yani,M. Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu, membimbing, memotivasi dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Syari‟ah dan Hukum serta seluruh dosen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang tidak pernah mengenal lelah memberikan ilmu
kepada penulis. Pengurus Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Fakultas Syari‟ah dan Hukum yang selalu sedia memberikan
pelayanan terbaiknya guna menunjang penulisan skripsi ini.
6. Kepala Umum BAMUIS BNI dan juga kepala umum YBM BRI yang telah
membantu penulis dan bekerjasama dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. Kepada orang tuaku tercinta Bapak Zaenudin dan Ibu Suminah, yang
senantiasa memberikan kasih sayangnya, mendoakan serta mendukung
penulis secara tulus dan tanpa henti dalam menjalani hidup ini. Tak lupa
kepada semua anggota keluarga, khususnya kakakku tersayang Alimuddin
dan adikku Adinda Lhutfiah serta ponakan tercinta Alila Khansa Syafia,
yang selalu memberikan motivasi dan mendoakan penulis dengan tulus
ikhlas.
8. Teman-teman seperjuangan Mu‟amalat 2013, anggota kelas C, serta anggota
kelas ZISWAF khususnya Nurul, Zahra, Zaima, Sofyan, Asma, Bagus, Ifah,
Imam, Fatqur, Al, Sanjani, Yudi, Neng, Rangga, Aam, Ulfah, Diah, Aldy,
Ramanda, Baha, Mutia, Afni, Ina, Salim, Reno, Ghufron, Ali, Rifqi. Terima
kasih banyak karena telah banyak membantu, menemani, memberikan
motivasi, saran, keceriaan, dan pengalaman hidup yang berharga bagi hari-
hari penulis selama menjalani studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Teman-teman KPK alumni Pondok Pesantren Gontor, khususnya Mulyadi,
Rudi, Fatqur, Ramanda, Ruhul, Rangga, Aji, Wakil, Zaki, Fathoni, Ammar
Sesa, Rinaldi, Hamdi, Kholil, Athfan, Fahmi wiko, Alkoni, dan juga teman
x
seperjuangan lainnya yang belum bisa saya sebutkan satu persatu. Dan juga
kepada kang Dayat. Terima kasih banyak karena telah banyak membantu,
menemani, memberikan motivasi, saran, keceriaan, dan pengalaman hidup
yang berharga bagi hari-hari penulis selama menjalani studi di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang
turut membantu baik moril maupun materil semoga amal kebaikannya mendapat
ganjaran yang setimpal dari Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, dan semoga skripsi ini
dapat berguna dikemudian hari dan memberikan kontribusi bagi semua pihak serta
rekan-rekn yang membacanya. Semoga apa yang telah penulis lakukan
mendapatkan ridho serta keberkahan dari Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, aamiin.
Wassalaamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Ciledug , 23 Maret 2018
Al Arif Billah
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 8
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 9
D. Perumusan Masalah .................................................................. 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 10
F. Metode Penelitian ................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ............................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI
Review Studi Terdahulu .............................................................. 15
A. Kerangka Teori dan Konseptual ............................................. 16
B. Pendistribusian Zakat
1. Definisi Zakat .................................................................... 17
2. Dasar Hukum Zakat ........................................................... 18
3. Fungsi dan Tujuan Penyaluran Zakat ................................ 20
4. Syarat-syarat Wajib Zakat ................................................. 21
5. Pendistribusian Dana Zakat ............................................... 24
xii
C. Pendidikan Dalam Islam
1. Pengertian Pendidikan Dalam Islam .................................. 26
2. Tujuan Pendidikan Dalam Islam ....................................... 28
3. Sumber Dana Pendidikan Dalam Islam ............................. 29
D. Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas ......................................................... 34
2. Ukuran Efektifitas .............................................................. 34
BAB III PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI LAZ BAMUIS BNI DAN YBM
BRI
A. Sejarah dan Perkembangan Lembaga Amil Zakat
BAMUIS BNI dan YBM BRI ................................................ 37
B. Landasan Hukum Lembaga Amil Zakat
BAMUIS BNI dan YBM BRI ................................................ 40
C. Penghimpunan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat
BAMUIS BNI dan YBM BRI ................................................ 44
D. Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat
BAMUIS BNI dan YBM BRI ................................................ 46
E. Pendistribusian Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat
BAMUIS BNI dan YBM BRI ................................................ 47
BAB IV PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT PADA PROGRAM
PENDIDIKAN DI LAZ BAMUIS BNI DAN YBM BRI
A. Mekanisme Pendistribusian Dana Zakat pada Program Pendidikan
Di LAZ BAMUIS BNI ........................................................... 50
B. Mekanisme Pendistribusian Dana Zakat pada Program Pendidikan
Di LAZ YBM BRI.................................................................. 53
C. Efektifitas Pendistribusian Dana Zakat pada Program Pendidikan
Di LAZ BAMUIS BNI dan YBM BRI .................................. 56
D. Perbandingan Mekanisme Pendistribusian Dana Zakat
Pada Program Pendidikan....................................................... 64
xiii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 66
B. Saran ...................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 73
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Jumlah Penduduk Miskin 2007-2017 .......................................... 2
Tabel 4.1: Penyaluran Bantuan Pendidikan BAMUIS BNI 2015-2016 ........ 51
Tabel 4.2: Jumlah Siswa Bantuan Pendidikan BAMUIS BNI ....................... 51
Tabel 4.3: Sumber Dana Zakat BAMUIS BNI 2012-2016 ............................ 57
Tabel 4.4: Penggunaan Zakat pada Pendidikan BAMUIS BNI .................... 58
Tabel 4.5: Penyaluran Zakat pada Pendidikan BAMUIS BNI ..................... 59
Tabel 4.6: Sumber Dana Zakat YBM BRI 2013-2016 .................................. 60
Tabel 4.7: Penggunaan Zakat pada Pendidikan YBM BRI............................ 61
Tabel 4.8: Penyaluran Zakat pada Pendidikan YBM BRI ............................. 63
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1: Grafik Penyaluran Zakat BAMUIS BNI sesuai kelompok ....... 46
Gambar 3.2: Grafik Penyaluran Zakat BAMUIS BNI sesuai program ........ 48
Gambar 4.1: Grafik Sumber Dana Zakat BAMUIS BNI 2012-2016 ............ 57
Gambar 4.2: Grafik Penggunaan Zakat pada Pendidikan BAMUIS BNI ...... 58
Gambar 4.3: Grafik Penyaluran Zakat pada Pendidikan BAMUS BNI......... 59
Gambar 4.4: Grafik Sumber Dana Zakat YBM BRI 2013-2016 ................... 60
Gambar 4.5: Grafik Penggunaan Zakat pada Pendidikan YBM BRI ............ 62
Gambar 4.6: Grafik Penyaluran Zakat pada Pendidikan YBM BRI ............. 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan permasalahan fundamental yang tengah dihadapi
oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan merupakan
salah satu penyebab munculnya permasalahan perekonomian masyarakat. Hal
ini disebabkan karena lemahnya sumber penghasilan yang mampu diciptakan
individu masyarakat sehingga menyebabkan lemahnya sumber penghasilan
yang ada dalam masyarakat itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
Menurut Goenawan Sumodiningrat yang dikutip oleh Nahin M dan Agus
Ahmad S, kalau dilihat dari segi kemiskinan dapat dibedakan menjadi
kemiskinan natural, kemiskinan kultural, dan kemiskinan struktural1.
Kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor
alamiah, seperti perbedaan usia, perbedaan kesehatan, perbedaan geografis,
dan tempat tinggal. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang dilihat dari
perbedaan adat istiadat dan perbedaan etika kerja. Adapun kemiskinan
struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor perbuatan
manusia seperti distribusi asset yang timpang, kebijakan ekonomi yang
diskriminatif, korupsi, dan tatanan ekonomi dunia yang cenderung tidak
menguntukan kelompok masyarakat atau golongan tertentu.2
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi muslim
terbanyak di dunia. Menurut Menteri Dalam Negeri (Mendagri)RI Tjahjo
Kumolo, penduduk Indonesia berjumlah 257.912.3493 jiwa dan sekitar 207
4
1 Nanih Maehendrawati dan Agus Ahmad Safe‟i, Pengembangan Masyarakat Islam dari
Ideologi Strategi Sampai Tradisi, (Bandung : Rosda Karya, 2001), Cet ke-1, Hal.70 2 Ibid, h.97
3 Artikel diakses pada tanggal 31 Juli 2017 dari http://jateng.tribunnews.com/2016/09/01/
data-terkini-jumlah-penduduk-indonesia-2579-juta-yang-wajib-ktp-1825-juta 4 Artikel diakses pada tanggal 31 Juli 2017 dari https://www.indonesia-
investments.com/id/budaya/agama/islam/item248?
2
juta jiwa penduduk Indonesia beragama Islam, sehingga menjadikan Indonesia
menjadi negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia.
Problematika kehidupan umat Islam sangatlah kompleks, kemiskinan,
kebodohan, keterbelakangan merupakan potret sebagian besar bangsa
Indonesia yang mayoritas adalah umat Islam5. Kemiskinan merupakan satu
kondisi kekurangan dengan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok
sebagai cirinya. Kemiskinan terjadi karena adanya ketimpangan sosial, dan
kurangnya perasaan solidaritas sosial, jika diperhatikan proses terjadinya
kemiskinan dalam suatu masyarakat selain dari faktor internal seperti pemalas
sebagai akibat dari nilai-nilai dan budaya yang dianut oleh sebagian kaum
miskin itu sendiri, juga disebabkan karena tertahannya hak milik mereka
ditangan orang-orang kaya, yaitu zakat yang dapat dijadikan modal usaha
dalam mengantisipasi secara dini agar tidak jatuh dalam kemiskinan.6
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan Maret 2017,
jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan
di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,77 juta orang
(10,64%), bertambah sebesar 6,90 ribu orang dibandingkan dengan kondisi
September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70%)7.
Tabel 1.1 Jumlah dan presentase penduduk miskin tahun 2007-2017
Tahun Jumlah Penduduk
Miskin (Jiwa)
Presentas(%)
2007 37,17 16,58
2008 34,96 15,42
2009 32,53 14,15
2010 31,02 13,33
5 Fuad Amsari, Islam Kaafah Tantangan dan Aplikasinya, (Jakarta : GIP, 1995), Cet.1,
h.208 6 Muhammad Quraisy Shihab, Kemiskinan dalam Wawasan Al-Qur‟an, (Bandung :
Mizan, 1994) h.35 7 Artikel diakses pada tanggal 31 Juli 2017 dari https://www.bps.go.id/website/brs_ind/
brsInd-20170717114702.pdf
3
2011 30,12 12,49
2012 29,25 11,96
2013 28,17 11,36
2014 28,28 11,25
2015 28,59 11,22
2016 28,01 10,86
Mar-17 27,77 10,64
Sumber : BPS (2017)
Dari tabel di atas terllihat, dari tahun ketahun jumlah penduduk miskin
mengalami penurunan, akan tetapi dari angka 27,77 juta jiwa masih dapat
dikatakan bahwa penduduk miskin di Indonesia masih tinggi. Dengan
mayoritas penduduk di Indonesia beragama Islam maka dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar orang miskin di Indonesia adalah umat Islam.
Islam mempunyai potensi ikut berpartisipasi dalam pembangunan guna
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Potensi yang digali
dan dikembangkan dalam pembangunan di bidang sosial adalah dari dana
yang bersumber pada pengumpulan zakat, infaq dan shadaqah sehingga
nantinya diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi di
masyarakat khususnya dalam hal ekonomi yang kemudian dapat menigkatkan
taraf hidup menjadi yang lebih baik.8 Perhatian Islam terhadap kemiskinan
sangat besar, kemiskinan tidak dapat di atasi dengan tabligh akan tetapi
tindakan nyata. Santunan keagamaan merupakan salah satu pendekatan untuk
mengatasi kemiskinan oleh karena itu agama-agama dunia mewajibkan
pemeluknya untuk memiliki perhatian pada orang miskin dan berusaha
memecahkan kesulitannya.9
Islam sebagai sebuah konsep hidup (way of life) yang lengkap sangat
menganjurkan umatnya agar senantiasa menjauhi kemiskinan. Hal ini
8 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press,
1995), h.9 9 Ali Yafie, Pengelola Zakat Secara Profesional, (Bandung : Mizan, 1995), h231.
4
dikarenakan kemiskinan dapat membawa masyarakat pada kehinaan yang
berujung pada kekufuran. Oleh karena itu, Islam menawarkan konsep zakat
sebagai program pengentasan kemiskinan wajib dalam perekonomian Islam.
Zakat sebagai bagian dari rukun Islam tidak hanya memiliki dimensi spiritual
tetapi juga dimensi sosial.
Zakat adalah ibadah maaliyyah ijtima,iyyah yang memiliki posisi sangat
penting, strategis, dan menentukan,10
baik dilihat dari sisi ajaran Islam
maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah
pokok, zakat termasuk dalam satu rukun (rukun ketiga) dari rukun Islam yang
lima, sebagaimana diungkapkan dalam berbagai hadist Nabi, sehingga
keberadaannya dianggap sebagai ma,luum minad-diin bidh-dharuurah atau
diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari
keislaman seseorang.11
Perintah zakat sendiri didalam Al-Qur‟an sering dikaitkan dengan perintah
kewajiban menjalakan shalat. Dalam surat Al-Baqarah ayat 43 Allah SWT
berfirman :
Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah berserta
orang-orang yang rukuk”. (Al-Baqarah :43)
Jumlah pengumpulan zakat di Indonesia masih minim jika dibandingkan
dengan potensi zakat yang bisa digali dari masyarakat. Potensi zakat yang
kemudian bisa digunakan untuk meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat yang tidak mampu, namun nyatanya masih belum
bisa meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan mereka. Di Indonesia
sendiri yang mayoritas adalah umat Islam yang memiliki kewajiban berzakat,
10
Yusuf al-Qardhawi, Al-Ibadah fil-Islam, (Beirut : Muassasah Risalah, 1993), h. 235 11
DR.K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc., Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta :
Gema Insani, 2002), h. 1
5
berpotensi dapat mengumpulkan zakat hingga mencapai angka Rp 217 triliun,
dimana nilai ini jika dikelola secara maksimal hampir setara dengan 10%
APBN.12
Namun data yang didapat dari BAZNAS pusat, pada tahun 2016
dana zakat yang dapat dikumpulkan berdasarkan organisasi pengelola yang
terdiri dari BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota dan
juga LAZ hanya mencapai Rp 3.650.369.012.964,~.13
Jumlah ini jauh dari
potensi yang dapat dikumpulkan di Indonesia, bahkan jumlah ini hanya 1,7%
dari potensi zakat Indonesia.
Sistem penghimpunan dan penyaluran zakat dari masa kemasa memiliki
perbedaan. Awalnya, zakat lebih banyak disalurkan untuk kegiatan
konsumtif, tetapi belakangan ini telah banyak pemanfaatan dana zakat untuk
kegiatan produktif, upaya ini diharapkan dapat merubah setrata sosial dari
yang terendah (mustahik) kepada yang tertinggi (muzzaki). Pengumpulan
zakat tidak dapat dilakukan dengan paksaan terhadap muzzaki, melainkan
muzzaki melakukan dengan kesadaran sendiri, menghitung sendiri jumlah
hartanya yang harus dibayarkan kewajibannya. Dalam hal ini, muzzaki tidak
dapat meminta bantuan kepada BAZ/LAZ atau Lembaga Pengelola Zakat
(LPZ). Idealnya BAZ/LAZ atau Lembaga Pengelola Zakat menyediakan
panduan dalam penghimpunan dana, jenis dana, dan cara dana itu diterima.
Organisasi pengelola menetapkan jenis dana yang diterima sebagai sumber
dana. Setiap dana memiliki karakteristik sumber dan konsekuensi pembatasan
berbeda yang harus dipenuhi oleh pengelola.14
Pengelolaan zakat harus dilakukan secara profesional dan bertanggung
jawab maka diperlukan kerjasama yang baik antara masyarakat dan
pemerintah. Untuk merealisasikan maksud tersebut pemerintah telah
menerbitkan undang-undang republik Indonesia no 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat dan keputusan menteri agama Republik Indonesia nomor
12
Artikel ini diakses pada tanggal 23 maret 2017 dari http://www.riautrust.com/read-
144444-2017-03-17-potensi-zakat-di-indonesia-bisa-capai-rp-217-triliun.html 13
Artikel ini diakses pada tanggal 23 maret 2017 dari http://pusat.baznas.go.id/wp-
content/uploads/2017/02/Statistik-BAZNAS-2015-v2.pdf 14
Bariadi Lili, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta : CED, 2005), Cet.1 h.20
6
581 tahun 1999 tentang pelaksanaan undang-undang nomor 23 tahun 2011
tentang pengelolaan zakat serta keputusan direktur jenderal bimbingan
masyarakat Islam dan urusan haji nomor D/291 tahun 2009 tentang pedoman
teknis pengelolaan zakat.
Maksud diterbitkannya peraturan perundang-undangan tentang
pengelolaan zakat ini tidak lain agar dana yang diterima dapat dikelola
dengan baik sehingga dapat dipergunakan untuk mengentaskan kemiskinan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 tahun 2011, pengelolaan zakat adalah
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan
terhadap pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Sehingga
dalam pelaksanaannya ada suatu badan dan lembaga yang mengelola zakat,
infaq, dan shadaqah. Badan yang mengelola dana zakat, infaq dan shadaqah
adalah Badan Amil Zakat (BAZ) yaitu suatu badan organisasi pengelolaan
zakat yang dibentuk oleh pemerintah, dimana untuk tingkat pusat disebut
dengan BAZNAS, untuk daerah tingkat I disebut dengan BAZ dan untuk
kabupaten atau kotamadya disebut dengan BAZDA. Sedangkan Lembaga
Amil Zakat (LAZ) adalah bentukan dari masyarakat/ormas dan dikukuhkan
oleh pemerintah.
Di Indonesia sendiri badan/lembaga yang ditetapkan sebagai penerima
zakat atau sumbangan meliputi satu Badan Amil Zakat Nasional, 15 Lembaga
Amil Zakat (LAZ), 3 Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shaaqah (LAZIS) dan
1 Lembaga Sumbangan Agama Kristen Indonesia. 15
Ke-20 Badan\/Lembaga penerima zakat atau sumbangan itu adalah sebagai
berikut:
1. Badan Amil Zakat Nasional
2. LAZ Dompet Dhuafa Republika
3. LAZ Yayasan Amanah Takaful
15
Artikel ini diakses pada tanggal 11 April 2017 dari http://finance.detik.com/berita-
ekonomi-bisnis/1792590/ini-dia-20-lembaga-penerima-zakat-yang-diakui-ditjen-pajak
7
4. LAZ Pos Keadilan Peduli Umat
5. LAZ Yayasan Baitulmaal Muamalat
6. LAZ Yayasan Dana Sosial Al Falah
7. LAZ Baitul Maal Hidayatullah
8. LAZ Persatuan Islam
9. LAZ Yayasan Baitul Mal Umat Islam PT Bank Negara Indonesia
10. LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat
11. LAZ Dewan Da‟wah Islamiyah Indonesia
12. LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia
13. LAZ Yayasan Baitul Maal wat Tamwil
14. LAZ Baituzzakah Pertamina
15. LAZ Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid (DUDT)
16. LAZ Yayasan Rumah Zakat Indonesia
17. LAZIS Muhammadiyah
18. LAZIS Nahdlatul Ulama (LAZIS NU)
19. LAZIS Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (LAZIS IPHI)
20. Lembaga Sumbangan Agama Kristen Indonesia (LEMSAKTI)
Banyaknya badan/lembaga pengelola zakat di Indonesia menjadi pilihan
bagi masyarakat yang ingin menyalurkan harta zakatnya. Namun hal ini pula
yang menjadikan keraguan bagi masyarakat untuk memilih badan/lembaga
mana yang bisa mengelola harta zakatnya dan menyalurkannya ke golongan
yang tepat sesuai yang diharapkan oleh penyalur harta zakat. Tidak sedikit
dari muzzaki yang menginginkan harta zakatnya dikelola dengan baik dan
juga disalurkan sesuai keinginan para muzzaki.
Adapun keinginan para muzzaki yang menginginkan dana zakatnya
disalurkan pada tepat sasaran, maka dari pihak BAZ ataupun LAZ sendiri
membuat program-program yang digunakan menjadi sarana penyaluran dana
zakat. Salah satunya program pendidikan yang menjadi pilihan penulis untuk
dianalisis pada penelitian ini.
8
Dari pemaparan latar belakang dan alasan dalam penulisan, penulis
berinisiatif memilih Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI dan juga Lembaga
Amil Zakat YBM BRI yang sama-sama memiliki latar belakang bank. Penulis
sendiri tertarik pada 2 lembaga ini karena, walaupun memiliki kesamaan pada
latar belakangnya namun terlihat perbedaan yang yang mencolok dari kedua
lembaga ini, seperti dalam penghimpunan dana zakatnya. Di tahun 2016
Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI hanya bisa mengumpulkan dana zakat
sebesar Rp 35.460.437.98816
, sedangkan dari Lembaga Amil Zakat YBM BRI
di tahun 2015 bisa mengumpulkan dana zakat sebesar Rp 96.902.820.69217
.
Dari sedikit perbedaan yang penulis paparkan, maka perlu kiranya penulis
menganalisis lebih dalam lagi dalam skripsi dengan judul “Efektifitas
Pendistribusian Dana Zakat pada Program Pendidikan (Studi
Komparatif BAMUIS BNI dan YBM BRI)”.
B. Identifikasi Masalah
Sebelum dirumuskannya masalah, berdasarkan latar belakang di atas
penelitian perlu dibuat identifikasi masalah :
1. Bagaimana mekanisme pendistribusian dana zakat yang dilakukan
Lembaga Amil Zakat di Indonesia.
2. Apakah mekanisme pendistribusian yang dilakukan pada program
pendidikan sudah maksimal.
3. Bagaimana efektifitas pendistribusian dana zakat yang dilakukan
Lembaga Amil Zakat di Indonesia.
4. Bagaimana perbandingan efektifitas pendistribusian dana zakat
pada program pendidikan di Lembaga Amil Zakat di Indonesia.
16
Artikel ini diakses pada tanggal 31 Juli 2017 dari http://bamuisbni.or.id/kinerja/?id=35
(Laporan Tahunan 2016 : “Lap.Keuangan 2016 - 2015 Audited Achmad, Rasyid, Hisbullah &
Jerry "Wajar Tanpa Pengecualian" telah dimuat di Harian Umum Republika Tanggal 28 April
2017 Hal.14”) 17
Artikel ini diakses pada tanggal 31 Juli 2017 dari http://ybmbri.org/wp-
content/uploads/2015/12/LAP-KEU-YBM-BRI_KORAN-TEMPO_FA.jpg
9
5. Bagaimana persamaan dan perbedaan mekanisme dari setiap
Lembaga Amil Zakat di Indonesia.
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam skripsi ini tidak meluas serta menjaga
kemungkinan penyimpangan dalam penelitian ini, maka penulis perlu
memberikan batasan pada:
1. Penelitian hanya dilakukan dengan menganalisis dan
mengkomparasi Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI dan YBM
BRI
2. Penelitian hanya dilakukan dengan menganalisis efektifitas
pendistribusian dana zakat pada program pendidikan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah yang
telah penulis paparkan sebelumnya, adapun secara spesifik perumusan
masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme pendistribusian dana zakat pada program
pendidikan di lembaga amil zakat BAMUIS BNI dan YBM BRI?
2. Bagaimana efektifitas pendistribusian dana zakat pada program
pendidikan di lembaga amil zakat BAMUIS BNI dan YBM BRI?
3. Bagaimana perbandingan mekanisme pendistribusian dana zakat
pada program pendidikan di lembaga amil zakat BAMUIS BNI
dan YBM BRI?
10
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan hasil yang ingin dicapai
dari perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, diantaranya
adalah:
a. Untuk menganalisis konsep dan efektitifas pendistribusian dana
zakat pada program pendidikan di lembaga amil zakat BAMUIS
BNI dan YBM BRI.
b. Untuk menganalisis persamaan dan perbedaan mekanisme
pendistribusian dana zakat pada program pendidikan di lembaga
amil zakat BAMUIS BNI dan YBM BRI.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
a. Bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat
menambah pemahaman mengenai sistem dan mekanisme
pendistribusian dana zakat pada program pendidikan, serta bisa
menjadi referensi agar bisa membandingkan lembaga mana yang
lebih baik dalam pendistribusiannya.
b. Bagi pihak praktisi di lembaga amil zakat, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi dalam menerapkan dan
menigkatkan kebijakan dalam pendistribusian dana zakat pada
program pendidikan.
c. Bagi masyarakat umum, diharapkan menjadi penambah wawasan
untuk mengetahui sistem pendistribusian dana zakat pada program
pendidikan dan dapat menjadi acuan dalam memilih lembaga amil
zakat yang terpercaya.
11
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.18
Dalam
penelitian ini merupakan penelitian pendekatan kualitatif dengan jenis
metode deskriptif, yaitu metode masalah yang memandu peneliti untuk
mengekplorasi dan atau memotret situasi yang akan diteliti secara
menyeluruh, luas dan mendalam.19
Selain itu, penelitian juga merupakan penelitian kepustakaan
(library research). Penulis akan mendapatkan data dari literatur berupa
buku-buku, makalah, artikel, dan tulisan-tulisan lainnya yang
menyangkut tentang lembaga pokok bahasan dalam skripsi ini.
2. Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data Kualitatif
Menurut Bambang dalam bukunya Statistika 1 mengatakan
: “Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan
untuk membuat pemaparan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat pada objek penelitian sesuai
dengan permasalahan yang diteliti”.
Adapun yang menjadi data kualitatif dalam penelitian ini
yaitu data yang bersumber dari hasil pengumpulan data yang
diinterpretasikan ke dalam kata-kata sehingga tersusun skripsi ini.
b. Sumber Data
Penelitian ini merupakan studi kasus di Lembaga Amil
Zakat BAMUIS BNI dan YBM BRI. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, (Bandung : CV.Alfabeta,
2009), cetakan ke-8, H.2 19
Ibid, H.205
12
relevan dan akurat. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder. Untuk mendukung penelitian
diperlukan data yang aktual. Berdasarkan sumbernya, data-data
yang diperoleh dibedakan menjadi :
1. Data Primer
Yaitu data utama yang diambil atau didapatkan dari sumber
pertama yakni internal data dalam bentuk dokumentasi atau
data-data tertulis di Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI dan
YBM BRI.
2. Data Sekunder
Dalam penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan
(Library Research) yaitu dengan mempelajari buku
kepustakaan, literature, bulletin, majalah serta materi kuliah
yang berkaitan erat dengan pembahasan masalah ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui :
a. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung ke
Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI dan YBM BRI untuk
mengkonfrontir sebagai temuan dalam wawancara dengan situasi rill
lapangan. Observasi juga sekaligus merupakan teknik untuk membaca
secara objektif pendistribusian dana ZIS pada Program Pendidikan.
b. Wawancara (Interview), yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada
pihak-pihak yang terkait secara mendalam yang dapat menjelaskan
berbagai aspek mengenai manajemen pendistribusian dana ZIS pada
program pendidikan. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara
kepada pihak terkait yaitu Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI dan
YBM BRI.
c. Studi dokumentasi, pengumpulan data-data yang diperlukan dengan
cara memperoleh data dokumentasi tentang manajemen pendistribusian
dana ZIS pada program pendidikan dari lokasi penelitian serta mencari
13
bahan pustaka/buku-buku rujukan yang berkaitan dengan judul
penulisan skripsi yang sedang dibuat ini.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang penulis pergunakan adalah metode analisis
kualitatif deskriptif, yaitu menganalisis berdasarkan informasi yang diperoleh
dari wawancara, studi dokumentasi dan observasi atau penelitian yang
menentukan dan menafsirkan data yang berkesan dengan situasi yang dialami
sekarang, sikap dan pandangan yang menggejala saat ini, hubungan antara
variabel, pertentangan dua atau lebih, pengaruh terhadap situasi kondisi,
perbedaan antara fakta dan lain-lain. Kemudian ditarik satu kesimpulan yang
diharapkan setiap fakta yang ada bisa diterima secara logis dan ilmiah.
I. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini menjadi lebih sistematis, maka tata uraian
terbagi menjadi lima bab dengan susunan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan landasan pada bab-bab berikutnya. Oleh karena
itu, bab ini didalamnya akan membahas tentang latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, review studi terdahulu, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS
Bab ini membahas tentang pendistribusian zakat yang meliputi
definisi zakat, hukum zakat, fungsi dan tujuan zakat, syarat-syarat
wajib zakat dan juga pendistribusian dana zakat. Pada bab ini
penulis juga membahas pendidikan dalam Islam yang meliputi
pengertian pendidikan dalam Islam, tujuan pendidikan dalam Islam
dan sumber dana pendidikan dalam Islam, serta penulis juga
membahas teori efektifitas yang meliputi pengertian efektifitas dan
ukuran efektifitas itu sendiri.
14
BAB III PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI LAZ BAMUIS BNI DAN
YBM BRI
Pada bab ini penulis membahas mengenai sejarah dan
perkembangan, landasan hukum, penghimpunan dana, pengelolaan
dana, dan pendistribusian dana pada LAZ BAMUIS BNI dan YBM
BRI.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV akan dijelaskan mengenai mekanisme pendistribusian
dana zakat di LAZ BAMUIS BNI dan YBM BRI, lalu di bab ini
juga akan menjelaskan efektifitas pendistribusian dana zakat pada
program pendidikan di LAZ BAMUIS BNI dan YBM BRI, serta
perbandingan mekanisme pendistribusian dana zakat pada program
pendidikan di LAZ BAMUIS BNI dan YBM BRI.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir penulisan yang akan menunjukan
pokok-pokok penting dari keseluruhan pembahasan ini. Bagian ini
menunjukan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas yang
berisi kesimpulan dan saran.
15
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan
kajian terdahulu. Berdasarkan pengamatan dan pengkajian yang telah dilakukan
terhadap beberapa sumber kepustakaan terkait dengan permasalahan yang dibahas
dalam penulisan skripsi ini. Kajian pustaka yang digunakan dari penulisan ini
adalah :
1. Alfianah Nuraini Putri, Pendistribusian Dana Bantuan BAZIS dan
Hubungannya Dengan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa SLTA di
Wilayah Jakarta Utara (Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
tahun 2011), skripsi tersebut membahas tentang pendistribusian dana zakat
dari BAZIS pada program peduli pendidikan dengan memberikan bantuan
biaya pendidikan berupa beasiswa kepada siswa-siswa yang berasal dari
kalangan tidak mampu namun berprestasi dari pendidikan dasar hingga
jenjang perguruan tinggi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui wawancara, yaitu dengan mengadakan wawancara dengan pihak
BAZIS, kemudian dengan observasi, peyebaran quesioner dan studi
dokumentasi. Ditentukan variabel X, pendistribusian dana ZIS, sedangkan
variabel Y adalah prestasi siswa setelah menerima dana BAZIS.
2. Ahmad Haidar Al-Fadlil, Manajemen Pendistribusian Dana ZIS Pada
Program Beasiswa di BAZDA Kota Tangerang Selatan (Jurusan
Muamalat Fakultas Syarah dan Hukum tahun 2014), skripsi tersebut
membahas tentang manajemen pendistribusian dana ZIS pada program
beasiswa di BAZDA Kota Tangerang Selatan, yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai pendistribusian dan ZIS
dan juga merumuskan manajemen pendistribusian pada program beasiswa
yang ada di BAZDA Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu menganalisis data berdasarkan
16
informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, studi
dokumentasi dan observasi langsung ke BAZDA Kota Tangerang Selatan.
3. Devy Sukmawati, Efektivitas Penyaluran Dana Lazis Muhammadiyah
bagi Siswa Berprestasi di SMK Muhammadiyah 01 Ciputat (Jakarta,
Jurusan Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2008), skripsi ini
membahas tentang keefektifan dari penyaluran dana zakat Lazis
Muhammadiyah bagi siswa berprestasi di SMK Muhammadiyah terhadap
prestasi belajar siswa.
Sedangkan dalam penelitian ini, penulis meneliti tentang komparasi antara
pendistribusian dua lembaga amil zakat pada program pendidikan yang membahas
tentang fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing, Acuiating dan
Controlling.
A. Kerangka Konsep
Zakat pada dasarnya merupakan konsep Islam dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan sosial yang merata melalui pendistribusian harta dari kaya/pemberi
(muzzaki) kepada orang miskin/penerima (mustahik) zakat. Pendistribusian bisa
dilakukan secara langsung maupun melalui perantara. Dimana perantara dalam
konteks ini ialah pengelola lembaga zakat yang menghimpun dana zakat dan
mendayagunakannya sesuai dengan syariat Islam.
Fungsi dan tugas organisasi zakat adalah mengelola zakat. Mengingat itu
kebanyakan organisasi zakat langsung terjun ke masyarakat berkampanye tentang
zakat. Cara seperti ini mengabaikan satu hal penting, yaitu tersisihnya
perencanaan di tubuh internal organisasi zakat yaitu rancang bangun organisasi.
Mereka tak sadar bahwa rancang bangun sosok organisasi zakat merupakan induk
kegiatan pengenlolaan zakat.20
Sesungguhnya jatuh bangun lembaga zakat terletak pada kreativitas divisi
pendayagunaan. Boleh-boleh saja lembaga zakat memiliki struktur organisasi
20
Eri Sudewo, Manajemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar,
(Ciputat, IMZ, 2004), Cet 1, H.100
17
lengkap. Juga boleh lembaga zakat didukung oleh nama-nama besar. Bahkan bisa
saja lembaga zakat tiba-tiba memiliki dana yang besar karena mendapat
kepercayaan dari beberapa perusahaan besar. Tetapi pada akhirnya kembali juga
pada kreatifitas program pendayagunaan apa yang bisa dikembangkan untuk
mustahik. Sesungguhnya program pemerdayaan mustahik, merupakan inti dari
fundraising. Dari program ini masyarakat dapat mengetahui sampai sejauh mana
perfomance lembaga zakat. Program pengelolaan zakat terpaku pada yang
sifatnya charity murni.program yang bersifat sosial ini, dicirikan dengan kegiatan
yang dikelola secara kepanitiaan, dalam waktu singkat dan habis setelah program
itu dilaksanakan. Program charity murni tak butuh pendamping dan pembinaan
dan tanpa pemantauan perkembangan bantuan. Prinsipnya usai kegiatan, selesai
pula programnya. Maka dari itu dalam pendayagunaan, ada beberapa kegiatan
yang bersifat produktif dan dapat dikembangkan yaitu dalam pengembangan
ekonomi seperti penyaluran modal, pembentukan lembaga keuangan, penigkatan
usaha dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang bisa dikembangkan dalam
pengembangan ekonomi. Kemudian pembinaan SDM seperti beasiswa dan diklat
atau krusus keterampilan.21
B. Pendistribusian Zakat
1. Definisi Zakat
Zakat adalah ism masdar dari kata zaka-yazku-zakah. Dengan kata dasar
zaka yang memiliki arti berkah, tumbuh, bersih, baik, dan bertambah.22
Maka
dengan makna yang terkandung di dalam zakat, orang-orang yang telah
menegeluarkan zakat diharapkan jiwanya akan menjadi bersih, dan hartanya pun
semakin bertambah lagi berkah.
Menurut istilah fiqh, zakat adalah kadar harta tertentu, yang diberikan
kepada yang berhak untuk menerimanya, dengan beberapa syarat.23
Menurut
21
Eri Sudewo, Manajemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar,
(Ciputat, IMZ, 2004), Cet 1, H.100 22
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang: UIN-Malang Press,
2008), h., 13. 23
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap), cet.38, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2005), h., 192.
18
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat disebutkan
bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan
usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat
Islam.24
Kata zakat itu sendiri selalu disebut bersamaan dengan kata shalat pada
Al-Qur‟an sebanyak 82 kali.25
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya zakat
dalam ajaran Agama Islam. Jika shalat merupakan suatu bentuk ibadah yang
mengajarkan manusia berinteraksi dengan Allah Subhanahu Wa Ta‟ala, maka
zakat merupakan bentuk atau cara manusia berkomunikasi dengan sesama
manusia. Guna menjaga keharmonisasian di dalam kehidupan bermasyarakat juga
sebagai bentuk rasa syukurnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta‟ala.
2. Dasar Hukum Zakat
Dalam Al-Qur‟an zakat seringkali disandingkan penyebutannya dengan
shalat. Ini menunjukkan bahwa antara zakat dan shalat mempunyai kaitan yang
sangat erat meskipun diantaranya terdapat perbedaan. Zakat yang merupakan
ibadah maaliyah ijtima‟iyah lebih condong kepada aspek sosial kemasyarakatan
(ijtima‟iyah) sekaligus menjadi jembatan penghubung terjaganya harmonisasi di
antara manusia sebagai bentuk syukur dan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa
Ta‟ala. Sedangkan shalat lebih condong kepda ibadah pribadi, urusan hamba
terhadap Allah Subhanahu Wa Ta‟ala. Namun kewajiban zakat tetaplah sama
dengan kewajiban melaksanakan shalat.
Banyak dalil Al-Qur‟an dan hadits yang menunjukkan kewajiban zakat.
Selain itu hukum di Indonesia juga telah mengatur persoalan zakat yang
dituangkan dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah.
a. Al-Qur‟an
نيى صلتك صك يى إ صم عه يى بيا تزك انيى صذقت تطيشىى أي خز ي
ع عهى ص هللا (103: 9)انتبت /
24
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat 25
BAZIS DKI, Pengelolaan Zakat dan Infaq/ Shadaqah di DKI Jakarta (Jakarta: BAZIS
DKI, 1999), h., 3.
19
Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
memebersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. 9/ At-Taubah: 103)
)انبقشة / اكع اسكعا يع انش كاة آتا انز لة ا انص أق 2 :43)
Artinya: “Dan dirikalah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah bersama
orang-orang yang ruku‟.” (QS. 2/ Al-Baqarah : 43)
b. Hadits
ش : االصل و عه خ اقا و بن ل هللا ، ذا سص يح ا الإنو اال هللا شيا دة ا
تاء انز ا ل ة، انص و سيضا ص انحج ، )ساه انبخاسي(. كاة ،
Artinya: “Islam dibangun atas lima perkara: Bersaksi bahwasanya tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, berhaji, dan berpuasa di bulan Ramadhan (H.R.Al-Bukhari)26
c. Ijma‟ Ulama
Sedangkan secara ijma‟, para ulama baik salaf maupun khalaf telah sepakat
tentang adanya kewajiban zakat dan merupakan salah satu rukun Islam serta
menghukumi kafir bagi yang mengingkari kewajibannya.27
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat
3. Fungsi dan Tujuan Penyaluran Zakat
Tujuan utama dari zakatadalah menghapus kefakiran, kemiskinan, dan
kemelaratan. Yusuf Al-Qardhawi, dalam kitabnya Hukum Zakat membagi tujuan
26
Imam Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Kitab al-Iman (Beirut: Dar al-Fikr, 1991), h.10
hadits riwayat Bukhari dari Ibnu Umar. 27
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang: UIN-Malang Press,
2008), h., 23
20
zakat kepada tiga bagian, yaitu : dari pihak para wajib zakat (muzzaki), pihak
penerima zakat (mustahik), dan dari kepentingan masyarakat.
Tujuan zakat dan dampaknya bagi muzzaki yaitu: zakat mensucikan jiwa
dari sifat kikir, mendidik berinfak dan memberi, berakhlak dengan Akhlak Allah,
merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah, mengobati hati dari cinta dunia,
mengembangkan kekayaan batin, menarik rasa simpati/ cinta, serta dapat
mengembangkan harta. Sedangkan bagi penerima zakat, antara lain untuk
membebaskan penerima dari kebutuhan hidup dan dapat menghilangkan sifat
benci dan dengki yang sering menyelimuti hati mereka jika melihat orang kaya
yang bakhil.
Adapun tujuan zakat dilihat dari kepentingan sosial, antara lain bahwa
zakat bernilai ekonomik, merealisasikan fungsi harta sebagai alat perjuangan
menegakkan agama Allah (jihad fisabilillah), dan mewujudkan keadilan sosial
ekonomi masyarakat pada umumnya.
Lebih luas lagi wabah menguraikan tujuan zakat bagi kepentingan
masyarakat, sebagai berikut:
1. Menggalang jiwa dan semangat saling menunjang dan solidaritas
sosial dikalangan masyarakat Islam.
2. Merapatkan dan mendekatkan jarak dan kesenjangan sosial ekonomi
dalam masyarakat.
3. Menanggulangi pembiayaan yang mungkin timbul akibat berbagi
bencana seperti bencana alam dan sebagainya.
4. Menutup biaya-biaya yang timbul akibat terjadinya konflik,
persengketaan dan berbagai bentuk kekeacauan dalam masyarakat.
5. Menyediakan suatu dana taktis dan khusus untuk penanggulangan
biaya hidup bagi para gelandangan, para pengangguran dan para tuna
sosial lainnya, termasuk dana untuk membantu orang-orang yang
hendak menikah tetapi tidak memiliki dana untuk itu.
21
At-Tayyar menambahkan, bahwa tujuan zakat selain sebgai ibadah, ia juga
betujuan untuk menghapuskan berbagai dosa dan kesalahan, menolak bala
bencana, serta mendorong meningkatkan semangat dan produktifitas kerja,
sehingga pada gilirannya mampu menghilangkan sikap dan status seseorang dari
kemiskinan dan tangan di bawah (yad al-sufla)28
Sebagaimana sholat yang menjadi tiang agama, maka zakat merupakan
tiang masyarakat, yang apabila tidak ditunaikan dapat meruntuhkan sendi-sendi
sosial ekonomi masyarakat, karena secara tidak langsung penahan (orang yang
tidak menunaikan) zakat dari orang-orang kaya itu merupakan perekayasaan
pemiskinan secara struktural. Zakat yang mempunyai dimensi sosial di samping
dimensi sakral, bila tidak ditunaikan akan menimbulkan dampak negatif berupa
kerawanan sosial, seperti banyaknya pengangguran dan masalah-masalah sosial.
4. Syarat-Syarat Wajib Zakat
Harta yang akan dikenakan zakatnya harus telah memenuhi persyaratan-
persyaratan yang sesuai dengan syara‟. Fakhruddin (2008) membagi syarat ini
menjadi dua, yaitu syarat wajib dan syarat sah berdasarkan kitab al-fiqh al-islamy
wa adillatuhu. Adapun syarat wajib zakat adalah:
a. Merdeka
Seorang budak tidak dikenai kewajiban membayar zakat, karena
dia tidak memiliki sesuatu apapun. Semua miliknya adalah milik
tuannya.
b. Islam
Seorang non muslim tidak wajib membayar zakat. Adapun untuk
mereka yang murtad (keluar dari agam Islam), terdapat perbedaan
pendapat. Menurut imam syafi‟i orang murtad diwajibkan membayar
zakat terhadap harta-hartanya sebelum dia murtad. Sedangkan menurut
imam hanafi, seorang murtad tidak dikenai zakat terhadap hartanya
28
Abdurahman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Sosial Dan Mahdhah (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001), Hal. 76-77
22
karena perbuatan riddahnya telah mengugurkan kewajiban tersebut.
Menurut malikiyah, Islam adalah syarat sah, bukan syarat wajib. Oleh
karena itu orang kafir wajib berzakat meskipun tidak sah menurut
Islam.
c. Baligh dan berakal
Anak kecil dan orang gila tidak dikenai zakat pada hartanya,
karena keduanya tidak dikenai khitab perintah.
d. Harta tersebut merupakan harta yang memang wajib dizakati, seperti :
naqdaini (emas dan perak) termasuk juga al-auraq al-naqdiyah (surat-
surat berharga), barang tambang dan temuan (rikaz), barang dagangan,
tanam-tanaman dan buah-buahan, serta hewan ternak.
e. Harta tersebut telah mencapai nishab (ukuran jumlah)
f. Harta tersebut adalah milik penuh (al-milk al-tam)
Harta tersebut berada di bawah kontrol dan di dalam kekuasaan
pemiliknya, atau seperti menurut sebagian ulam bahwa harta itu berada
ditangan pemiliknya, di dalamnya tidak tersangkut dengan hak orang
lain dan ia dapat menikmatinya. Atau bisa juga dikatakan sebagai
kemampuan pemilik harta mentransaksikan miliknya tanpa campur
tangan orang lain.
g. Telah berlalu satu tahun atau cukup haul (ukuran waktu,masa).
Haul adalah perputaran harta satu nisha dalam 12 bulan
Qamariyah. Apabila terdapat kesulitan akuntansi karena biasanya
anggaran dibuat berdasarkan tahun syamsiah, dengan penambahan
volume zakat yang wajib dibayar, dari 2,5% menjadi 2,575% sebagai
kelebihan harta bulan syamsiyah dari hari bulan qomariyah.
h. Tidak adanya hutang.
Abdurahman Al-Jaziri dalam Fakhruddin (2008) merinci pendapat
para imam mazhab sebagai berikut. Berkait dengan hal itu, Hanafiyah
membagi hutang menjadi tiga macam, yaitu pertama, hutang yang
murni berkaitan dengan seseorang, kedua, hutang yang berkaitan
dengan Allah SWT namun dia dituntut dari aspek manusia, dan ketiga,
23
hutang yang murni berkaitan dengan Allah SWT dan tidak ada
tuntutan dari aspek manusia, seperti hutang nadzar dan kafarat, zakat
fitrah dan nafkah haji. Hutang yang bisa mencegah seseorang untuk
membayar zakat adalah hutang dalam kelompok pertama dan kedua.
Oleh karena itu, ketika seseorang telah mencapai nishab dan haul,
namun dia masih mempunyai hutang, maka dia tidak wajib berzakat
kecuali zakat tanaman-tanaman dan buah-buahan.
Imam Maliki mengatakan bahwa jika seseorang mempunyai
hutang yang mengurangi nishab dan dia tidak mempunyai harta yang
bisa menyempurnakan nishabnya, maka dia tidak wajib berzakat. Ini
adalah syarat khusus untuk zakat emas dan perak jika keduanya bukan
barang tambang dan barang temuan.
Imam Hambali berpendapat bahwa tidak wajib zakat bagi
seseorang yang menghabiskan nishab hartanya atau menguranginya,
meskipun hutang tersebut bukan sejenis dengan harta yang akan
dizakati atau bukan hutang pajak. Hutang tersebut mencegah wajibnya
zakat pada al-anwal al bathiniyah seperti uang dan nilai barang
dagangan, barang tambang, al-amwal al-dzahrah seperti hewan ternak,
biji-bijian dan buah-buahan. Jika seseorang mempunyai harta tapi
berhutang, maka hendkalah dia melunasi hutangnya dulu kemudian
dibayar zakatnya jika memenuhi nishab.
i. Melebihi kebutuhan dasar atau pokok.
Barang-barang yang dimiliki untuk kebutuhan pokok, seperti
rumah pemukiman, alat-alat kerajinan, alat-alat industri, sarana
transportasi dan angkutan, seperti mobil dan perabotan rumah tangga,
tidak dikenakan zakat. Demikian juga dengan uang simpanan yang
dicadangkan untuk melunasi hutang. Tidak diwajibkan zakat, karena
seorang kreditor sangat memerlukan uang yang ada ditangannya untuk
melepaskan dirinya dari cengkraman hutang.
j. Harta tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal.
24
Maksudnya bahwa harta yang haram, baik substansi bendanya
maupun cara mendapatkannya jelas tidak dikenakan kewajiban zakat,
karena Allah tidak menerima kecuali yang baik dan halal.
k. Berkembang
Pengertian tersebut dibagi menjadi dua, yaitu pertama, bertambah
secara konkrit (haqiqi). Dan kedua, bertambah secara tidak konkrit
(taqdiri).29
Berkembang secara konkrti adalah bertambah akibat
pembiakan dan perdagangan dan sejenisnya. Sedangkan berkembang
tidak secara konkrti adalah kekayaan itu berpotensi berkembang baik
berada ditangannya maupun di tangan orang lain atas namanya.
5. Pendistribusian Dana Zakat
Seperti kita ketahui, bahwa dalam pengelolaan dana zakat tidak berhenti
sampai penghimpunannya saja, namun harus mencapai ke tahap pendistribusian
atau penyalurannya. Dalam penyaluran dana zakat ini, muzzaki tidak boleh
menyalurkan kesembarang orang, karena dalam penyalurannya sudah terdapat
ashnaf yang berhak menerima dana zakat tersebut.
Di dalam Al-Quran surah at-Taubah ayat 60
artinya “sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang kafir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
29
Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang: UIN-Malang Press,
2008), h., 50
25
Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan
yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Ayat
tersebut menjelaskan bahwa penyaluran zakat diwajibkan hanya ke ashnaf yang
sudah ditetapkan, yaitu:30
Fakir, Miskin, Amil, Mu‟allaf, Riqab (budak), Gharim (orang yang
berhutang), Sabilillah (jihad dijalan Allah), dan Ibnu Sabil (Musafir, orang yang
bepergian). Dari penjelasan di atas, dijelaskan bahwa penyaluran zakat sudah
ditetapkan kepada siapa harus dituju. Dan juga dalam pendistribusian atau
penyaluran dana zakat terdapat dua pola berbeda yaitu pola tradisional
(konsumtif) dan pola kontemporer (produktif).
a. Pola Tradisional (Konsumtif)
Pola Tradisional yaitu penyaluran bantuan dana zakat diberikan
langsung kepada mustahik. Dengan pola ini penyaluran dana kepada
mustahik tidak disertai target, adanya kemandirian kondisi sosial
maupun kemandirian ekonomi (pemberdayaan). Hal ini dilakukan
karena mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi bisa mandiri
seperti pada diri para orang tua, (jompo) orang cacat dan lain-lain, yang.
Penghimpunan dan pendayagunaan zakat diperuntukkan mustahik
secara langsung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sesuai dengan
penjelasan Undang-undang mustahik delapan asnaf ialah fakir, miskin,
amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah, dan ibnu sabil yang di dalam
aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya
secara ekonomi, seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat,
orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak telantar, orang yang
terlilit hutang dan sebagainya.31
b. Pola Kontemporer (Produktif)
30
Slamet Abidin, Moh Suyono, Fiqih Ibadah, (Bandung : CV Putaka Setia, 1991), h. 211 31
Bariadi lili, Muhammad Zen, M.Hudri, Zakat Dan Wirausaha, (Jakarta : CV.Pustaka
Amri, 2005), Cet-1, h.34
26
Pola Produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik
yang ada dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu
usaha/bisnis.
Pola penyaluran secara produktif (pemberdayaan) adalah
penyaluran zakat atau dana lainnya yang disertai target merubah
keadaan penerima (lebih dikhususkan kepada mustahik/ golongan fakir-
miskin) dari kondisi kategori muzzaki.
Model ini pernah dikembangkan oleh Nabi, yaitu beliau pernah
memberikan zakat kepada seorang fakir sebanyak dua Dirham untuk
makan dan satu Dirham untuk pembelian kapak sebagai alat untuk
bekerja, supaya hidupnya tidak tergantung kepada orang lain lagi.
(Syechul Hadi Pramono, 1995:52) Khalifah Umar juga pernah
menyerahkan zakat berupa 3 ekor unta sekaligus kepada salah seorang
mustahik yang sudah rutin meminta zakat padanya. Pada saat
penyerahannya, khalifah berharap orang tersebut tidak datang lagi
sebagai penerima zakat tetapi sebagai pembayar zakat. Ternyata benar,
tahun berikutnya orang ini datang bukan meminta zakat tetapi
menyerahkan zakat. 32
C. Pendidikan Dalam Islam
1. Pengertian Pendidikan Dalam Islam
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada
term al-tarbiyah, al-ta‟lim dan al-ta‟dib. Dari ketiga istilah tersebut term yang
populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah.
Sedangkan terma al-ta‟dib dan al-ta‟ta‟lim jarang digunakan.33
Berikut penulis
akan menjelaskan mengenai tiga term tersebut:
a. Al-Tarbiyah
32
Bariadi lili, Muhammad Zen, M.Hudri, Zakat Dan Wirausaha, (Jakarta : CV.Pustaka
Amri, 2005), Cet-1, h.35 33
Abdul Halim, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Historis, Teoris dan Praktis
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.25.
27
Kata al-tarbiyah dalam bahasa arab memiliki makna “tumbuh”,
“berkembang”. Tumbuh (nasya‟a) dan menjadi besar atau dewasa
(tara‟ra‟a). Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk
menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik,
psikis, sosial, maupun spiritual. Qurtubi seperti yang dikutip oleh
Sahrodi mengatakan bahwa “Rabb” merupakan suatu gambaran yang
diberikan kepada suatu perbandingan antara Allah sebagai pendidik dan
manusia sebagai peserta didik. Allah mengetahui dengan baik
kebutuhan-kebutuhan mereka yang dididik, sebab ia adalah pencipta
mereka. Di samping itu pemeliharaan Allah tidak terbatas pada
kelompok tertentu. Ia memperhatikan segala ciptaan-Nya. Karena itulah
Ia disebut Rabb Al-Alamin.34
Tarbiyah dapat juga diartikan dengan “proses transformasi ilmu
pengetahuan dari pendidik (rabbani) kepada peserta didik agar ia
memiliki sikap dan semangat yang tinggi dalam memahami dan
menyadari kehidupannya, sehingga terbentuk ketakwaan, budi pekerti,
dan kepribadian yang luhur”.35
b. Al-Ta‟lim
Al-Ta‟lim merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal
dari akar kata „allama-ya allimu‟. Istilah tarbiyah diterjemahkan
dengan pendidikan, sedangkan ta‟lim diterjemahkan dengan
pengajaran.36
Jadi, kata ta‟lim dalam Alquran ditujukan sebagai proses
pengajran, pemberian informasi dan pengetahuan kepada peserta didik.
c. Al-Ta‟dib
Istilah ta‟dib berasal dari akar kata addaba-yuaddibu-ta‟diiban
yang mempunyai arti antara lain: membuatkan makanan, melatih akhlak
yang baik, sopan santun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik.
34
Jamali Sahrodi, Membelah Nalar Pendidikan Islam, Pengantar ke Arah Ilmu
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005), h.42. 35
Mujib Abdul, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam ,(Jakarta: Kencana, 2006), h13. 36
Musthofa Rahman, Pendidikan Islam dalam Perspektif Alquran, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001), h.60.
28
Kata addaba yang merupakan asal kata dari ta‟dib disebut juga
muallim, yang merupakan sebutan orang yang mendidik dan mengajar
anak yang sedang tumbuh dan berkembang.37
Ta‟dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun.
Ta‟dib yang seakar dengan adab memiliki arti pendidikan, peradaban
atau kebudayaan. Artinya orang yang berpendidikan adalah orang yang
berperadaban, sebaliknya peradaban yang berkualitas dapat diraih
melalui pendidikan.38
Dari keterangan mengenai penjelasan pendidikan dalam islam
diatas, terdapat perbedaan yang hampir tidak terlihat. Tarbiyah sendiri
memiliki perbedaan dengan ta‟dib :
تأ بن سب احض ب اد د
“Tuhanku (Allah) telah mendidikku dengan pendidikan yang
terbaik” (H.R. Ibnu Hibban)
Dari hadist39
diatas, menjelaskan bahwasannya sumber utama
pendidikan adalah Allah. Jadi untuk istilah ta‟dib sendiri sudah meliputi
tarbiyah dan juga ta‟lim itu sendiri.
2. Tujuan Pendidikan Dalam Islam
a. Sekitar Pengertian Tujuan
Al-Quran al-Karim yang di dampingi oleh al-Sunnah memberikan
perhatian yang amat besar terhadap pengertian tujuan dengan berbagai
aspek yang terkait. Pembahasan tentang tujuan ini dapat dijumpai dalam
kajian tentang niat dengan berbagai aspeknya. Doktor Shalih bin Ghanam
al-Sudlan lulusan fakultas Syariah dari Riyadh University dalam
disertasinya berjudul al-Niyat wa Atsaruha fi al-Ahkam al-Syar‟iyyah
setebal 1051 halaman misalnya telah mengkaji tentang niyat secara
37
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), h.4-5. 38
Rahman, Pendidikan Islam dalam Perspektif Alquran,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001),h.17 39
Hadits Riwayat Ibnu Hibban
29
mendalam dengan mengacu kepada ajaran yang terdapat di dalam Al-
Quran dan al-Sunnah serta berbagai pendapat dari para ulama ahli fiqih
(fuqaha), ahli hadis (muhhadist), ahli kalam (mutakallim), ahli tafsir
(mufassir) dan sebagainya.40
b. Tujuan Pendidikan Dalam Islam
Sebagian para ahli pendidikan mengatakan bahwa tujuan pendidikan
Islam adalah membimbing umat manusia agar menjadi hamba yang
bertakwa kepada Allah yakni melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan ketulusan ini. Tujuan
ini muncul dari hasil pemahaman terhadap ayat Al-Quran yang berbunyi :
Artinya : “niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.(Al-Mujadilah:11)
Tujuan ini nampaknya didasarkan pada salah satu sifat dasar yang
terdapat dalam diri manusia,yakni sifat dasar yang cenderung menjadi
orang baik, yakni kecenderungan untuk melaksanakan segala perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya.41
3. Sumber Dana Pendidikan Dalam Islam
Pendidikan dalam dunia Islam memiliki peranan penting untuk
mencerdaskan umat, serta salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan.
Dalam Islam sendiri pendidikan mendapat dukungan yang penuh dari segala
aspeknya. Dan juga dalam Islam sendiri dana untuk mendukung pendidikan itu
sendiri berasal dari banyak sumber, yakni:
a) Zakat
40
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Prespektif Islam,( Jakarta: UIN Jakarta Press,2005)
,Cet-1, h.155 41
Ibid. H 165
30
Zakat merupakan ibadah yang menyangkut harta benda dan berfungsi
sosial. Umumnya telah tua karena sudah dikenal dalam agama wahyu yang
dibawa oleh para rasul terdahulu. Bagi orang yang mengeluarkan zakat,
hati dan jiwanya akan bersih, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah
At-Taubah ayat 103 yang artinya: “ambilah zakat dari sebgaian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka....”
Dari ayat di atas tergambar bahwa zakat yang dikeluarkan oleh para
muzzaki akan dapat membersihkan dan menyucikan hati manusia. Tidak
lagi mempunyai sifat yang tercela terhadap harta, seperti rakus dan kikir.42
Zakat sendiripun ditujukan tidak kesembarang orang, hanya beberapa
golongan orang yang diperbolehkan mendapat zakat tersebut, yakni: fakir,
miskin, amil, muallaf, riqab, gharimin, fisabilillah,dan ibnu sabil. Dari
sekian golongan di atas, penulis berkonsen kepada fisabilillah yang lebih
cocok dengan orang yang berjihad dijalan Allah, termasuk menuntut ilmu
dalam dunia pendidikan.
Bagian zakat yang diperoleh sabilillah diharapkan dapat dipergunakan
untuk : (1) peningkatan dakwah melalui lembaga-lembaga dakwah, (2)
peningkatan pengetahuan kader-kader Islam, (3) peningkatan bangunan
fisik keagamaan, seperti masjid dan madrasah, (4) penyediaan nafkah bagi
orang-orang yang sibuk dengan tugas agama, seperti kyai, guru agama dan
mubaligh, (5) penyelenggaraan kursus keterampilan dan kewirausahaan,
(6) penyediaan biaya untuk lembaga penelitian ilmu keagamaan dan,(7)
pusat-pusat rahabilitasi.
Dari interprestasi dan penjelasan sabilillah di atas, zakat yang
memiliki fungsi sosial sangat dibutuhkan sesuai dengan kegunaan zakat
tersebut. Dari kegunaan zakat yang diperoleh sabilillah ini jelas dapat
dikemukakan sebagai sumber pembiayaan pendidik. Dengan demikian
42
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Prespektif Islam,( Jakarta: UIN Jakarta Press,2005)
,Cet-1, h.345
31
pengelolaan zakat harus diintensifkan dengan baik, guna membiayai
lembaga-lembaga pendidikan yang membutuhkan.43
b) Sedekah
Sedekah atau disebut sadaqah tatawu (sedekah secara spontana dan
sukarela) dalam pengertian bukan zakat sangat dianjurkan oleh Islam dan
sangat baik dilakukan setiap saat. Di dalam Al-Quran banyak sekali ayat-
ayat menganjurkan kaum muslimin untuk senantiasa memberikaan
sedekah.
Para ulama fiqh mengatakan istilah sedekah searti dengan zakat.
Rahmat Taufiq Hidayat mengemukakan bahwa sedekah mengandung
pengertian yang amat luas yang mencakup sedekah wajib dan sedekah
sunnah. Sedekah wajib adalah infaq dan zakat. Ini berarti sedekah juga
diberikan kepada ashnaf yang berhak menerimanya. Dan lembaga
pendidikan termasuk dalam kategori ini.
Dalam kaitan ini apabila dari kegunaan sedekah maka sedekah dapat
dijadikan sebagai sumber dana dalam pendidikan lebih diarahkan pada
pembiayaan lembaga pendidikan baik sarana maupun prasarana serta
pemeliharaannya termasuk juga gaji guru. Sedekah boleh saja diberikan
secara langsung kepada siswa yang membutuhkan dalam bentuk beasiswa
dari orang yang memberikan dengan tujuan ikhlas demi kemaslahatan
umum.44
c) Wakaf
Wakaf secara bebas diartikulasikan sebagai sumbangan keagamaan
(relegious endowment) yang mengandung makna kesalehan untuk
digunakan bagi kepentingan umum di jalan Allah SWT. G.C.Kozlowski,
memberikan deskripsi ringkas tentang wakaf.
43
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Prespektif Islam,( Jakarta: UIN Jakarta Press,2005)
,Cet-1, h.347 44
Ibid.h 348
32
“wakaf adalah sumbangan dalam pengertian umum yang merupakan
hadiah yang diberikan untuk memenuhi banyak kebutuhan spiritual dan
temporal kaum muslimin. Dana-dana yang diperoleh dari sumbangan
tersebut digunakan untuk membangun dan merawat tempat-tempat ibadah,
mendirikan sekolah dan rumah sakit, menafkahi para ulama dan da‟i,
mempersiapkan kebutuhan kaum miskin dan memasok senjata bagi para
pejuang yang berperang di jalan Allah”.45
d) Hibah
Hibah adalah pengeluaran harta semasa hidup atas dasar kasih sayang
untuk kepentingan seseorang atau untuk badan sosial, keagamaan, ilmiah.
Intinya adalah pemberian yakni pemberian suatu benda semasa hidup
seseorang tanpa mengharap balasan. Hibah ini dapat dilihat dalam Al-
Quran surah al-baqarah:177
artinya “bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat
itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya itu adalah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
45
Ibid.h 349
33
orang-orang miskin, musaafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang
–orang yang meminta-minta dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-
orang yang benar(imannya) dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa”.
Dari ayat di atas yang perlu diinterprestasikan dan diperhatikan bahwa
harta yang dikeluarkan itu adalah kepada orang-orang yang membutuhkan
karena belas kasihan. Harta itu ditujukan kepada sanak famili yang
membutuhkan, anak-anak yatim, kaum fakir miskin, ibnu sabil, orang-
orang yang meminta dan memerdekakan hamba sahaya. Memberikan
santunan kepada golongan-golongan tersebut tidak terkait oleh waktu
tertentu, dan tidak diisyaratkan harus mencapai nasab tertentu seperti
zakat. Hal ini diserahkan sepenuhnya kepada mereka masing-masing yang
akan memberikan santunan. Dan keterangan inilah substansi hibah itu
dapat terakumulasi.
Penerimaan hak-hak yang dianjurkan oleh Al-Quran ini mengandung
unsur kebersamaan antar sesama muslim. Jika mereka melaksanakan
kewajiban ini dapat dipastikan kaum muslimin adalah orang yang
mempunyai taraf kehidupan yang baik dan tentu pengaruhnya pun akan
sangat menakjubkan.
Apabila melihat kepada fungsi itu sendiri, jelas bahwa hibah ini pun
termasuk salah satu sumber pembiayaan dalam pendidikan. Karena dengan
besarnya manfaat yang diemban oleh kegunaan hibah itu maka akan
terlihat terjadi kesejahteraan antar sesama makhluk. Adapun fungsi hibah
itu adalah: (1) Menjembatani kesenjangan antara golongan yang mampu
34
dan yang tidak mampu, (2) Saran mewujudkan keadilan sosial,dan (3)
Salah satu upaya untuk menolong golongan yang lemah.46
D. Efektifitas
1. Pengertian Efektivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “efektif” memiliki arti ada
efeknya, manjur atau mujarab (untuk obat), dapat membawa hasil, berhasil guna,
(tentang usaha, tindakan). Sedangkan efektivitas berarti ke-efektifan. Sehingga
bisa dikatakan bahwa efektivitas memiliki arti keberpengaruhan atau keberhasilan
setelah melakukan sesuatu.
Secara etimologis efektif adalah kata serapan yang diambil dari bahasa
Inggris yaitu effective kemudian dikembangkan lagi menjadi efektivitas.
Efektivitas juga bisa diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai
dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Jadi,
efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan/ usahajika
dikaitkan dalam kegiatan belajar mengajar, efektivitas adalah kegiatan yang
berkenaan dengan sejauh mana sesuatu yang telah direncanakan atau diinginkan
dapat terlaksana atau tercapai.47
Secara terminologis dapat dikatakan bahwa efektivitas berarti penyelesaian
pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Artinya pada pelaksanaannya
dinilai baik atau tidak bergantung pada cara tugas tersebut dapat diselesaikan
terutama dapat menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakan dan berapa
biaya yang diperlukan.48
2. Ukuran Efektivitas
Efektivitas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan,
yang mana perencanaan harus memiliki alasan keefektifan. Menurut Isbandi
Rukminto Adi, ke-efektifan diukur berdasarkan variabel-variabel kriteria yang
46
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Prespektif Islam,( Jakarta: UIN Jakarta Press,2005)
,Cet-1, h.354
47
Zakiah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) h., 126. 48
Sondang Siagian, Organisasi Kepemimpinan dan Organisasi, (Jakarta: CV Masagung,
1986), Cet-5, h., 149
35
diciptakan dalam hubungan dengan pencapaian tujuan.49
Berdasarkan kriteria-
kriteria tersebut nantinya eksekutor dapat menilai apakah program yang mereka
jalankan dapat dikategorikan efektif atau tidak.
Menurut ensiklopedia umum, efektivitas menunjukkan taraf tercapainya
tujuan, usaha dikatakan efektif jika usaha tersebut mencapai tujuannya secara
ideal. Keefektifan adalah pencapaian prestasi dari tujuan taraf efektivas
dinyatakan dengan ukuran yang agak pasti.50
Dari pengertian-pengertian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah dicapai oleh
manajemen, dimana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
Untuk mengukur seberapa efektivitasnya suatu kegiatan/ program maka
diperlukan beberapatolak ukur atau kriteria yang harus dipenuhi. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Muasaroh (2010: 13) aspek-aspek yang bisa melihat
efektivitas suatu program sebagai berikut:51
a. Aspek tugas atau fungsi
Yaitu lembaga dikatakan efektif jika melaksanakan tugas atau fungsinya.
Begitu juga suatu program akan efektif jika dilakukan dengan baik dan
sesuai fungsinya.
b. Aspek rencana atau program
Maksudnya adalah rencana yang terprogram. Jika seluruh rencana dapat
dilaksanakan maka program dikatakan efektif. Pada aspek ini juga termasuk
didalamnya sasaran atau target dan prioritas lembaga dalam menjalankan
programnya.
c. Aspek ketentuan dan peraturan
Efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya
aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses
kegiatannya.
49
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pembangunan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, Cet-3, (Jakarta: FE UI, 2003), h., 175. 50
A.B. Pridodgdo Hasan Shadily, Ensiklopedia Umum, Cet-8, (Yogyakarta: Kanisius,
1990), h., 196. 51
Pengertian efektifitas dan teori efektivitas, artikel diakses pada 27 Maret 2017 dari:
http://litelaturbook.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-efektivitas-dan-landasan.html?m=1
36
d. Aspek tujuan atau kondisi ideal
Suatu program kegiatan diakatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan
atau kondisi idel program tersebut dapat dicapai. Penilaian aspek ini dapat
dilihat dari prestasi yang dicapai oleh sasaran kegiatan.
Sedangkan menurut T. Hani Handoko, ukuran efektivitas adalah
sebagaimana berikut:52
a. Kegunaan
Yakni agar berguna bagi manajemen dalam pelaksanaan fungsi-
fungsinya yang lain. Suatu rencana harus fleksibel, stabil,
berkesinambungan dan sederhana.
b. Ketepatan dan objektivitas
Semua rencana harus dievaluasi untuk mengetahui apakah jelas, ringkas,
nyata dan akurat.
c. Ruang lingkup
Yaitu perlu memperhatikan prinsip-prinsip kelengkapan, komprehensif,
kepaduan, dan konsistensi.
d. Efektivitas biaya
Dalam hal ini biasanya efektivitas menyangkut dalam usaha, waktu dan
aliran emosional.
e. Akuntabilitas
Terdapat dua aspek akuntabilitas: pertama, tanggung jawab atas
pelaksanaan, kedua, tanggung jawab atas implementasi.
f. Ketepatan waktu
Perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat akan mengganggu
rencana.
52
Sujadi F. X., Organisasi dan manajemen Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen,
cet.3, (Jakarta: CV. Masagung, 1990), h., 36-39.
37
BAB III
PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI LAZ BAMUIS BNI DAN YBM BRI
A. Sejarah dan Perkembangan LAZ BAMUIS BNI dan YBM BRI
1. Lembaga Amil Zakat Bamuis BNI
Yayasan Baitulmal Ummat Islam Bank Negara Indonesia disingkat
BAMUIS BNI didirikan di Jakarta dengan Akte Notaris No. 10 tanggal 05
Oktober 1967, Notaris R. Soerojo Wongsowidjojo. Sutanto, MA, Direktur Utama
PT.Bank Negara Indonesia (persero) Tbk pada waktu itu, memberikan dorongan
dan dukungan penuh untuk berdirinya BAMUIS BNI.
Maksud dan tujuan pendiriannya pada waktu itu adalah agar dapat
menghimpun dana masyarakat dan mengusahakannya menurut cara-cara yang
syah dan diridhai Allah SWT serta hasil usaha ini akan disalurkan untuk
keagungan Kalimatullah. Dana yang dikumpulkan tersebut berasal dari
sumbangan dari para pegawai PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang
dipotong langsung dari gajinya setiap bulan.
Bulan Oktober 1992, H.Winarto Soemarto,SH, Direktur Utama PT.Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk pada waktu itu, selaku ketua Badan Zakat dan
Infak/Sedekah dari Pengurus Badan Pembina Kerohanian Islam Serikat Pekerja
PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk disingkat BAPEKIS SP BNI,
menyarankan agar seluruh pegawai PT.Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
yang beragama Islam yang penghasilannya atau gajinya telah mencapai nisab
(memenuhi syarat untuk menunaikan zakat), dilakukan pemotongan sebesar 2,5
persen dari gaji masing-masing setiap bulan.
Dengan keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No.330 tanggal 20
Juni 2002, BAMUIS BNI dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat
Nasional. Untuk menyesuaikan dengan undang-undang No.38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat dan undang-undang No.16 tahun 2001 tentang yayasan, maka
38
dengan Akte No.23 tanggal 26 November 2002, Notaris Koesbiono Sarmanhadi,
SH, MH, Anggaran dasar BAMUIS BNI disempurnakan.
Penyempurnaan terakhir dilakukan melalui Akte No.1 tanggal 23 Mei
2005, Notaris Wanda Taurusita Amidjaya,SH, yang menetapkan nama Yayasan
Baitulmal Ummat Islam Bank Negara Indonesia disingkat BAMUIS BNI dengan
maksud dan tujuan di bidang keagamaan dengan menjalankan kegiatan sebagai
berikut :
1) Mengumpulkan zakat, infak, sadaqah, wakaf, hibah, wasiat, dan kafarat
dari pimpinan dan pegawai Perseroan Terbatas Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk, pensiunan Perseroan Terbatas Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk, pimpinan dan pegawai lembaga-lembaga lain kelompok
Swadharma, pimpinan dan pegawai perusahaan-perusahaan anak
Perseroan Terbatas Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan lembaga-
lembaga lain kelompok Dewan Swadharma serta pada nasabah, mitra
kerja Perseroan Terbatas Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan
masyrakat umum lainnya.
2) Menyalurkan dan mendayagunakan zakat, infak, sadaqah, hibah, wakaf,
waris, dan kafarat tersebut kepada yang berhak sesuai dengan hukum
Islam dan hukum yang berlaku di Republik Indonesia secara terencana,
sistematis, menyebar ke seluruh wilayah kerja Perseroan Terbatas Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk serta sesuai dengan strategi dan
prioritasnya.
2. Lembaga Amil Zakat YBM BRI
Pada tahun 1992 dengan diprakarsai oleh Bapak Winarto Soemarto
sebagai Direktur BRI melakukan langkah-langkah dasar dengan memasukkan
zakat sebagai salah satu bagian dari program kerja Badan Pembina Kerohanian
Islam (Bapekis) BRI.Selanjutnya pada tahun 2001, dimana Indonesia masih
merasakan dampak krisis ekonomi dengan bertambahnya jumlah orang miskin,
sementara besarnya potensi ZIS di lingkungan BRI belum dikelola secara optimal.
39
Bapak Rudjito sebagai Dirut BRI memprakarsai dibentuknya yayasan tersendiri
yang khusus mengelola dana ZIS. Dalam proses awal upaya optimalisasi zakat di
lingkungan BRI Bapekis berkonsultasi dengan para tokoh zakat antara lain; Eri
Sudewo (CEO Dompet Dhuafa Republika), KH. Dr. Didin Hafiduddin (Ahli zakat
dan dewan syariah DD Republika), Dr. Said Agil Husain Al Munawwar (guru
besar IAIN Syarif Hidayatullah), juga melakukan studi banding ke Bamuis BNI
46. Hasil dari konsultasi tersebut dirumuskan oleh Bapekis dan dikonsultasikan ke
Direksi BRI. Para direksi memberikan respon positif terhadap usulan tersebut dan
meminta Bapekis untuk segara menyiapkan segala persyaratan pendirian Yayasan.
Maka pada tanggal 10 Agustus 2001 BOD BRI yang terdiri dari H. Rudjito
(Dirut), H. Ahmad Askandar, H. Akhmad Amien Mastur, Hendrawan Tranggana,
Krisna Wijaya, Hj. Gayatri Rawit Angreni (Direktur), bersama Pengurus Bapekis
BRI Kanpus, Pemimpin Wilayah dan para Pejabat di Kanpus sepakat mendirikan
Yayasan Baitul Maal-Bank Rakyat Indonesia dengan H. Purwanto sebagai ketua
Yayasan. Pada saat yang sama, terkumpul dana sebesar Rp 122.000.000,- (seratus
dua puluh dua juta rupiah) yang diperuntukan sebagai dana abadi Yayasan.
Setelah pendirian yayasan, langkah selanjutnya yang ditempuh Bapekis
adalah membuat Surat Edaran yang isinya himbauan kepada semua pekerja
muslim BRI untuk mengisi Surat Kuasa pemotongan gaji untuk zakat dan infak
dengan tim Konseptor yang terdiri dari H. Sarwono Sudarto, H. Purwanto, H.
Prayogo Sedjati mewakili pengurus Bapekis Misbahul Munir dan H. Ahmad
Mujahid sebagai pelaksana. Sebagai bentuk dukungan dan rasa kepedulian yang
tinggi Surat Edaran tersebut ditandatangani oleh para Direksi. Menyikapi surat
Edaran tersebut berbagai tanggapanpun mengalir dari para pekerja BRI, baik yang
sangat mendukung maupun yang keberatan. Bentuk keberatan tersebut melalui
lisan maupun tulisan. Tapi perlu digarisbawahi, bahwa keberatan para pekerja
tersebut pada intinya bukan keberatan tentang kewajiban zakat itu sendiri atau
keberatan terhadap keberadaan YBM-BRI, tapi lebih kepada mereka sudah
menyalurkan langsung kepada mustahik.
40
Keberatan tersebut harus dijawab dengan prestasi dan kinerja yang baik.
Yang penting niat kita baik, ikhlas mengemban amanat saudara-saudara kita yang
lemah. Insya Allah, semuanya akan berakhir dengan baik. Segala rintangan dan
keberatan harus dianggap sebagai cobaan untuk meningkatkan syiar zakat dan
untuk berbuat yang terbaik. “ Demikian sikap yang diambil para pendiri YBM-
BRI dalam menyikapi keberatan tersebut. Pada tanggal 6 November 2002 YBM-
BRI dikukuhkan oleh Menteri Agama sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional
dengan no SK 445. Dengan pengukuhan tersebut YBM-BRI mendapat legalitas
untuk mengelola dana Zakat, Infak dan Sadaqah pekerja BRI dan masyarakat.
Dengan didirikannya Yayasan Baitul Maal BRI, diharapkan dapat melengkapi
lembaga-lembaga yang telah ada lebih dulu. Seraya berpegang teguh pada prinsip
fastabiqul khairaat dalam mengangkat martabat mustahik. Di samping itu
dimaksudkan agar pekerja BRI selalu peduli terhadap lingkungan sosialnya
sebagai wujud implementasi slogan BRI “Melayani dengan setulus hati”.
B. Landasan Hukum LAZ BAMUIS BNI dan YBM BRI
1. Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI
Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI adalah salah satu lembaga amil zakat
yang sudah diakui secara nasional, hal ini mengharuskan BAMUIS BNI memilki
dasar hukum yang kuat. Dasar hukum yang digunakan BAMUIS BNI sendiri
terdiri dari :
Al Quran:
a. Surat At-Taubah ayat 103
Artinya : “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
41
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
b. Surat Al-Baqarah ayat 261
Artinya : “perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.”
c. Surat Al-Baqarah ayat 267
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk
lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
42
Al-Hadist:
اب صهى هللا عهو صهى بعث يعارا ع اننب ا: ) أ عني هللا عباس سض
) يى ،فزكش انحذث سض هللا عنو إنى ان قذ افتشض عه هللا فو: ) أ
انيى أغنائيى ،صذقت ف أي و فتشد ف فقشائيى ( ،تؤخز ي انهفظ ،يتفق عه
نهبخاسي
Dari Ibnu Abbas Rhadiallahuanhu: bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
mengutus Mu'adz ke negeri Yaman --ia meneruskan hadits itu-- dan didalamnya
(beliau bersabda): "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari
harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan
dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka." Muttafaq Alaihi dan
lafadznya menurut Bukhari.
Undang-undang:
a. Undang-undang Republik Indonesia No 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat
b. Peraturan Pemerintah No 14 tahun 2014 tentang pengelolaan zakat.
c. Akte Notaris No. 10 tanggal 05 Oktober 1967, Notaris R. Soerojo
Wongsowidjojo.
d. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No.330 tanggal 20 Juni
2002.
e. Akte No.23 tanggal 26 November 2002, Notaris Koesbiono Sarmanhadi,
SH. MH.
f. Akte No.1 tanggal 23 Mei 2005, Notaris Wanda Taurusita Amidjaya,SH.
2. Lembaga Amil Zakat YBM BRI
Al-Quran
a. Surat At-Taubah ayat 103
43
Artinya : “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
b. Surat Al-Baqarah ayat 267
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk
lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
Al-Hadist:53
انيى ، يى صذقت فى أي افتشض عه هللا يى أ ىى أطاعا نزنك فأعه فئ
تشد عهى فقشائيى أغنائيى يضهى()ساه انبخاسي تؤخز ي
“Jika mereka telah mentaati engkau (untuk mentauhidkan Allah dan menunaikan
shalat ), maka ajarilah mereka sedekah (zakat) yang diwajibkan atas mereka di
mana zakat tersebut diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan
53
Hadits Riwayat Imam Al-Bukhari no.1395 dan Imam Muslim no.19
44
kemudian disebar kembali oleh orang miskin di antara mereka.” (H.R. Al-
Bukhari dan Muslim)
Undang-undang
a. Undang-undang Republik Indonesia No 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat
b. Peraturan Pemerintah No 14 tahun 2014 tentang pengelolaan zakat.
c. Akta Pendirian Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia No. 52 dari
Notaris Agus Madjid SH. Tanggal 10 Agustus 2001.
d. Surat Keputusan Menteri Agama No. 445 Tahun 2002 tentang
Pengukuhan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia sebagai
Lembaga Amil Zakat Nasional.
e. Akta Perubahan Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia dari Notaris
Henny Nur Hasanah SH. Tanggal 20 Januari 2012.
f. Akta Pendirian Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia No. 27 dari
Notaris Tintin Surtini SH, MH, M.Kn. Tanggal 27 Januari 2015.
C. Penghimpunan Dana Zakat LAZ BAMUIS BNI dan YBM BRI
1. Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI
Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia disingkat
BAMUIS BNI adalah lembaga amil zakat di lingkungan PT.Bank Negara
Indonesia Tbk. Sebagian besar (94,46%) dari zakat yang dikumpulkan pada tahun
2015 berasal dari zakat pegawai PT.Bank Negara Indonesia Tbk serta lingkungan
keluarga PT.Bank Negara Indonesia Tbk, yaitu pensiunan PT.Bank Negara
Indonesia Tbk, pegawai lembaga-lembaga di lingkungan PT.Bank Negara
Indonesia Tbk, seperti Dana Pensiun BNI, Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP)
dan Koperasi Pegawai Swadharma serta pegawai perusahaan anak dari PT.Bank
Negara Indonesia Tbk dan lembaga-lembaga di lingkungan PT.Bank Negara
Indonesia Tbk tersebut.
45
Di samping zakat dari gaji dan uang pensiun, kegiatan pengumpulan zakat
dalam tahun 2015 diperluas dengan pengumpulan zakat dari pendapatan-
pendapatan lain, seperti tunjangan hari raya, uang cuti, dan bonus. BAMUIS BNI
juga mengumpulkan zakat dan infak/sedekah dari para nasabah PT.Bank Negara
Indonesia Tbk serta dari masyarakat umum.
Selain melalui pemotongan gaji dan setoran langsung atau melalui
transfer, pembayaran zakat dan infak/sedekah dilakukan pula melalui ATM BNI,
SMS Banking BNI, Phone Banking BNI dan Internet Banking BNI.
Pengumpulan zakat sebesar Rp 29.815.826 ribu pada tahun 2015 berasal
dari sebagai berikut :
a. Zakat pegawai BNI pada tahun 2015 berjumlah Rp 28.065.503 ribu atau
15,44% di atas jumlah pengumpulan pada tahun 2014
b. Zakat pensiunan dan pegawai lembaga-lembaga di lingkungan BNI
(Dana Pensiunan BNI, YDD Swadharma, YKP dan koperasi
Swadharma) dan pegawai perusahaan-perusahaan anak pada tahun 2015
berjumlah Rp 785.493 ribu atau 0,89% di atas jumlah pengumpulannya
pada tahun 2014.
c. Zakat dari nasabah BNI serta masyarakat umum pada tahun 2015
berjumlah Rp 859.273 ribu atau 8,67% di atas pengumpulannya pada
tahun sebelhunumnya.
d. Pada tahun 2015 terdapat bagi hasil simpanan sebesar Rp 1.156 ribu.
Kecilnya bagi hasil ini disebabkan pada tahun 2015 dana zakat dan
infak/sedekah seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak tersimpan lama.
2. Lembaga Amil Zakat YBM BRI
Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia atau disingkat dengan YBM
BRI, adalah lembaga amil zakat dilingkungan PT.Bank Rakyat Indonesia yang
sebagian besar dana zisnya terkumpul dari gaji para pegawainya yang sudah
46
mencapai nisab lalu dipotong sesuai syariat Islam yaitu 2,5% dari gajinya. Selain
dari gaji para pegawainya, YBM BRI juga mendapatkan dana zis dari individual
muzaki yaitu mereka yang sebagian besar nasabah Bank Rakyat Indonesia,
adapula muzaki yang bukan dari golongan nasabah Bank Rakyat Indonesia.
YBM BRI juga menerima dana zis dari pembagian hasil kerja dengan para
partner kerja dari Bank Rakyat Indonesia sendiri.
D. Pengelolaan Dana Zakat LAZ BAMUIS BNI dan YBM BRI
1. Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI
Yayasan Baitul Mal Ummat Islam Bank Negara Indonesia disingkat
BAMUIS BNI,yang kita tahu setelah mengumpulkan dana zakat dari berbagai
macam sumbernya, BAMUIS BNI juga mengumpulkan dana dari luar daerah
ibukota, dan dana zakat yang sudah terkumpulkan dikelola oleh BAMUIS BNI
pusat dengan di bagikan menjadi beberapa kelompok sesuai asnaf pembagiannya.
Dan lalu dikelola lagi sesuai program bantuannya, sebagai berikut:
Gambar 3.1 Skema penyaluran dana zakat BAMUIS BNI menurut kelompok
47
Setelah dikelola sesuai kelompok,asnaf, dan programnya masing-masing,
BAMUIS BNI pusat mulai menyalurkan dana zakat tersebut ke berbagai wilayah
di seluruh Indonesia.
2. Lembaga Amil Zakat YBM BRI
Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia atau disingkat dengan YBM
BRI, dalam pengumpulan dana zisnya mendapatkan dana dari berbagai sumber,
baik dari sumber internal maupun dari eksternal yang sebagian besarnya masih
memiliki hubungan kerja dengan Bank Rakyat Indonesia. YBM BRI dalam
pengelolaan dana zisnya, menggolongkan mereka yang berhak atas dana zis ini
kedalam golongan program:
a. Berbagi Smart Rakyat Indonesia ( Beasiswa kader surau, beasiswa
reguler, bantuan sarana pendidikan, sekolah binaan YBM BRI,
perpustakaan bersemangat)
b. Berbagi Sehat Rakyat Indonesia ( Baksos kesehatan, sanitasi total
berbasis komunikasi, jaminan kesehatan mustahik, bank sampah
berbasis komunitas)
c. Berbagi Syiar Rakyat Indonesia ( YBM volunteer club, toilet musholah
segar, bangkit marbot Indonesia, rumah layanan umat, YBM tanggap
bencana)
d. Berbagi Sejahtera Rakyat Indonesia (Badan usaha milik pesantren,
program peningkatan keterampilan usaha rakyat)
e. Program Khusus (Integerasi Permberdayaan Berbasis Pondok
Pesantren)
E. Pendistribusian Dana Zakat LAZ BAMUIS BNI dan YBM BRI
1. Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI
Kebijakan penyaluran zakat menurut asnaf (yang berhak menerima zakat)
adalah kelompok I yaitu fakir, miskin termasuk riqab dan gharimin sebesar 65% ,
48
kelompok II yaitu fisabillah termasuk ibnu sabil dan muallaf sebesar 25% dan
kelompok III yaitu amilin sebesar 10%. Sedangkan kebijakan penyaluran zakat
menurut program yang merupakan implementasi dari kebijakan menurut asnaf
adalah bantuan pendidikan dan pembangunan/ renovasi sarana pendidikan sebesar
40%, pemberdayaan ekonomi dhuafa sebesar 10%, santunan kemanusiaan sebesar
20%, pembangunan/renovasi sarana ibadah/dakwah dan sosial sebesar 10%,
kegiatan dakwah sebesar 10% dan amilin sebesar 10%.
Gambar 3.2 Penyaluran Dana Zakat BAMUIS BNI menurut Program
2. Lembaga Amil Zakat YBM BRI
Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia atau disingkat dengan YBM
BRI, setelah menghimpun dana zis dari berbagai sumber, lalu mengelolanya yang
digolongkan dengan program andalan dari YBM sendiri, lalu dana zis tersebut
disalurkan sesuai golongan yang menjadikan golongan kecil dalam penyalurannya
yaitu:
a. Bantuan beasiswa
b. Apresiasi pendidik
c. Sarana dan prasarana
d. Bantuan usaha milik pesantren
49
Dan juga YBM dalam penyaluran dana zisnya membagi kedalam beberapa
wilayah koordinasi yang cakupannya hampir seluruh wilayah Indonesia, yaitu:
1. Medan
2. Pekanbaru
3. Surabaya
4. Semarang
5. Denpasar
6. Manado
7. Jakarta 1
8. Bandung
9. Yogyakarta
10. Malang
11. Aceh
12. Jayapura
13. Banjarmasin
14. Palembang
15. Lampung
16. Jakarta 2
17. Jakarta3
18. Makassar
19. Padang.
50
BAB IV
PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT PADA PROGRAM PENDIDIKAN DI
LAZ BAMUIS BNI DAN YBM BRI
Dalam bab ini, penulis akan menerangkan bagaimana mekanisme,
efektifitas dan juga persama dan perbedaan pendistribusian dana zakat khususnya
pada program pendidikan di Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI dan YBM BRI.
A. Mekanisme Pendistribusian Dana Zakat pada Program Pendidikan di
LAZ BAMUIS BNI
Dalam pendistribusian dana zakat, setiap lembaga amil zakat memiliki
caranya sendiri, kali ini penulis akan menerangkan bagaimana mekanisme
pendistribusian dana zakat di Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI khususnya
pada program pendidikan. Dalam mekanismenya, BAMUIS BNI memusatkan
pengelolaan zakatnya di BAMUIS pusat. Dana zakat yang berasal dari berbagai
daerah dikumpulkan di pusat, lalu di pusat mereka mengelolanya dan
menyalurkannya sesuai dengan ashnaf dan juga program. Setelah dibagi sesuai
ashnaf dan program, BAMUIS menyalurkan dana tersebut ke pihak-pihak yang
berhak atas dana zakat itu. BAMUIS BNI sendiri lebih mengutamakan
penyalurannya ke pihak-pihak yang masih ada hubungan dengan Bank BNI
sendiri. Misalnya keluarga pegawai BNI yang berada di golongan rendah,
pensiunan golongan rendah. Namun BAMUIS tidak terkonsen ke pihak yang
berhubungan dengan Bank BNI saja, mereka juga menyalurkan dana zakat ke
pihak luar yang berhak atas dana zakat tersebut.54
Penyaluran untuk bantuan pendidikan untuk keluarga BNI pada tahun
2016 berjumlah sebesar Rp 8.553.234 ribu (24,69%) merupakan santunan biaya
pendidikan kepada anak-anak pegawai “outsourcing”, anak-anak pensiunan
golongan rendah serta anak-anak pegawai dasar lembaga-lembaga di lingkungan
54
Wawancara pribadi dengan Ketua Bagian Keuangan BAMUIS BNI, Bapak Firman
Fathur, 27 November 2017
51
BNI serta anak-anak pegawai dasar perusahaan-perusahaan anak BNI dan
lembaga-lembaga di lingkungan BNI.
Sedangkan bantuan pendidikan untuk anak-anak yatim piatu dan anak
fakir miskin masyarakat umum adalah sebesar Rp 3.779.102 ribu (10,91%),
sementara untuk pembangunan/ renovasi sarana pendidikan pada tahun 2016
berjumlah sebesar Rp 1.306.665 ribu (3,77%).
Program Bantuan Biaya Pendidikan Tahun 2015-2016
Dalam Ribuan Rupiah
No Program Penyaluran
2015
Penyaluran
2016 Growth
1 Bantuan Pendidikan Keluarga BNI Rp8.578.176 Rp8.553.234 -0,29%
● Bantuan biaya pendidikan SPP Rp7.515.005 Rp7.592.470 1,03%
● Bantuan biaya masuk
sekolah/perguruan tinggi Rp1.063.171 Rp960.764
-9,63%
2
Sant.pendidikan masyarakat umum
(SPP& honor guru) Rp2.821.036 Rp3.779.102
33,96%
3
Pembangunan/ renovasi sarana
pendidikan Rp712.000 Rp1.306.665
83,52%
Penyaluran Bantuan Pendidikan Rp20.689.388 Rp22.192.235 12,61%
Tabel 4.1 Penyaluran Bantuan Pendidikan BAMUIS BNI 2015-2016
Jumlah Siswa Yang Dibantu Dalam Program Pendidikan
Tahun 2015 - 2016
No Jenjang
Jumlah Siswa
Dibantu Growth Lulus
Growth
2015 2016 2015 2016
1 SD 4.506 3.444 -23,57% 288 259 -10,07%
2 SMP 2.899 3.555 22,63% 255 155 -39,22%
3 SMA/SMK 2.522 4.715 86,95% 182 342 87,91%
4 Per.Tinggi 1.230 1.022 -16,91% 7 16 128,57%
Jumlah 11.157 12.736 14,15% 732 772 5,46%
Tabel 4.2 Jumlah Siswa pada Program Pendidikan BAMUIS BNI 2015-
2016
Pertumbuhan jumlah bantuan pada program pendidikan ini mencapai
39,37% seiring dengan pertambahan kantor-kantor cabang dan kantor wilayah
BNI diseluruh Indonesia dan jumlah pegawai dasar dan Outsourcing yang bekerja
di lingkungan BNI tersebut, sementara penurunan pada jumlah siswa SD dan SMP
yang dibantu dikarenakan daya serapnya yang wajib sembilan tahun dimana
52
cukup banyak siswa di jenjang SD dan SMP yang tidak lagi mengajukan
permohonan dikarenakan telah bebas biaya. Sementara untuk jenjang SLTA dan
Perguruan Tinggi meningkat cukup tinggi seiring dengan siswa-siswi yang semula
di jenjang SMP telah memasukin jenjang SLTA dan cukup banyaknya para
pemohon baru di jenjang SLTA dan perguruan Tinggi.55
Penyaluran untuk bantuan pendidikan bagi masyarakat umum sebesar
Rp3.779.102 ribu tersebut, diantaranya merupakan kelanjutan penyaluran untuk
bantuan pendidikan dan honor guru Madrasah Miftahuddin Desa Oe-Ekam
kabupaten Timor Tengah Selatan NTT, Madrasah Tsanawiyah Insan Tateli
Mandolang Minahasa Sulawesi Utara, Madrasah Al Jamiatul Husna Kampar
Sekijang Riau, Akademi Dakwah Indonesia Kupang, Madrasah Awwaliyah 1912
Tawang Tasikmalaya, Jawa Barat, SLB Az Zakiyah Bandung, Jawa Barat,
bantuan pendidikan untuk mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Moh.Natsir
Jakarta, bantuan pendidikan untuk mahasiswa Akademi Kebidanan asal Papua
binaan Yayasan Al Fatih Kaafah Nusantara (AFKN) Papua yang mengikuti
pendidikan di Jakarta dan lainnya.
Penyaluran untuk pembangunan saran pendidikan pada tahun 2016
mencapai Rp1.306.665 ribu, antara lain untuk pembangunan Madrasah Iqbal Al
Karimah yang terletak di Kampung Sawah Jati Melati Bekasi, Madrasah TQ
Sabilul Mukhlisin Deli Serdang Sumatra Utara, Pondok Pesantren Roudlotut
Thullab Belitung Ogan Kemiring Ulu Timur, bantuan biaya pembangunan
Lembaga Pendidikan Islam Ummul Qurro Kampung Kuper Semangga Merauke
Papua, Madrasah Jabal Toli Barat Banggai Sulawesi Tengah, SLB Kusumo Asih
Cakung Jakarta, pondok pesantren At Taqwa Babelan kabupaten Bekasi, pondok
pesantren Hidayatullah Buru Savana Jaya Buru Maluku, Ponpes Ummul Ayman
Sigli Aceh Darussalam dan banyak yang lain.
55
Wawancara pribadi dengan Ketua Bagian Keuangan BAMUIS BNI, Bapak Firman
Fathur, 27 November 2017
53
B. Mekanisme Pendistribusian Dana Zakat pada Program Pendidikan di
LAZ YBM BRI
Berbeda dengan lembaga yang sebelumnya, kali ini penulis akan
menerangkan bagaimana sistem pendistribusian yang dilakukan Lembaga Amil
Zakat YBM BRI khususnya pada prgram pendidikan. Lembaga Amil Zakat YBM
BRI yang sudah diakui menjadi Lembaga Amil Zakat Nasional tentunya memiliki
caranya sendiri dalam pendistribusian dana zakatnya. Hal ini terbukti dengan
program-program YBM BRI dalam pendistribusian dana zakatnya yang
menjanjikan.
Berbagi Smart Rakyat Indonesia merupakan program pendayagunaan dana
zakat, infaq, sedekah (ZIS) YBM BRI dalam bidang pendidikan. Turut
mencerdaskan anak bangsa ini hadir melalui beberapa program, diantaranya:
1. Beasiswa Kader Surau
Beasiswa Kader Surau adalah program yang dilakukan dengan
memberikan beasiswa kepada mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak
mampu dan berprestasi dari seluruh Indonesia. Beasiswa yang diberikan
berupa bantuan biaya kuliah, biaya hidup, asrama mahasiswa, serta
kurikulum pembinaan terintegrasi. Penerima manfaat diwajibkan untuk
mengelola kegiatan di Rumah Layanan Umat YBM BRI. Selain penerima
beasiswa mereka juga merupakan tim inti YBM Volunteer Club.
Adapun jumlah penerima beasiswa kader surau tahun 2016
sebanyak 32 orang terdiri atas 9 orang yang melanjutkan studinya di
perguruan tinggi Universitas Indonesia (UI), 12 orang yang melanjutkan
studinya di perguruan tinggi Universitas Teknologi Bandung, dan 11 orang
yang melanjutkan studinya di perguruan tinggi Universitas Diponegoro
(UNDIP).
54
2. Beasiswa Reguler
Program pemberian bantuan beasiswa rutin untuk pelajar dan
mahasiswa dari keluarga dhuafa guna mengikis angka putus sekolah di
kalangan dhuafa.
Beasiswa reguler adalah bantuan pendidikan berupa dana beasiswa
rutin yang diberikan untuk pelajar dan mahasiswa dari keluarga dhuafa
guna mengikis angka putus sekolah dikalangan dhuafa. Beasiswa
diberikan kepada mustahik yang sedang menempuh pendidikan formal
tingkat SD/ sederajat, SMP/ sederajat, SMA/ sederajat, dan perguruan
tinggi (PT). Beasiswa digunakan hanya untuk pembayaran SPP/ iuran
sekolah, transport, pembelian sarana dan perlengkapan belajar, dan hal
terkait lainnya dengan pembiayaan sekolah.
Tahun 2016 jumlah penerima program beasiswa reguler sebanyak
3.841 orang yang terbagi di wilayah kantor pusat dan kantor wilayah
seluruh Indonesia.
Adapun jumlah penerima beasiswa regular tersebut adalah, 1.047
siswa maupun siswi SD/ sederajat dari seluruh Indonesia, 1.263 siswa
maupun siswi SMP/ sederajat dari seluruh Indonesia, 1.878 siswa maupun
siswi SMA/ sederajat dari seluruh Indonesia, dan 868 mahasiswa
perguruan tinggi seluruh Indonesia.
3. Sekolah Binaan SMA Bina Putera
Program berupa pendirian sekolah di wilayah pra sejahtera beserta
pendampingan operasionalnya. Program ini dirancang agar sekolah
memiliki kemandirian operasional melalui insentif, advokasi pada
kemendikbud dan pendirian unit usaha sekolah.
Pada tahun 2016, YBM BRI memberikan bantuan kepada SMA
Bina Putera Kopo yang merupakan sekolah binaan YBM BRI berupa
bantuan iuran bulanan, biaya ujian, seragam dan Al-Quran. Sedangkan
untuk pengajar berupa dana insentif dan dana pelatihan. Pemberian
bantuan tersebut didasarkan pada kondisi masyarakat sekitar sekolah yang
rata-rata berasal dari keluarga kurang mampu, rendahnya aksesibilitas
55
terhadap pendidikan serta semangat YBM BRI untuk memiliki sekolah
binaan. Tidak hanya itu, bantuan juga diberikan untuk pembangunan satu
lokal laboratorium. Jumlah total bantuan yang diberikan YBM BRI kepada
sekolah binaan SMA Bina Putera Kopo yaitu Rp 645.500.000,-.
Selain dari 3 program pendidikan di atas,YBM BRI juga memiliki
program andalan mereka dalam dunia pendidikan, yaitu Integrasi Program
Pemberdayaan Berbasis Pondok Pesantren. Sejak tahun 2014, YBM BRI
menjadikan Pondok Pesantren sebagai pusat pemberdayaan. Ini berangkat dari hal
bahwasannya ponpes merupakan lembaga yang keberadaannya tidak begitu dirasa
khalayak. Padahal ponpes merupakan salah satu sumber pencetak pemuda
berkarakter baik dari segi agama maupun ilmu pengetahuan.
Integrasi Program Permberdayaan Berbasis Pondok Pesantren di resmikan
oleh Bapak H.Mustafa Abubakar (Wakil Komisaris Utama PT. Bank BRI), Bapak
H.Sarwono Sudarto (Direktur Operasional PT. Bank BRI) dan pengurus YBM
BRI dengan realisasi. Pada tahun yang sama, YBM BRI melakukan asessment
dan membina 53 pondok pesantren yang tersebar di 19 kanwil BRI seluruh
Indonesia. Pada tahun 2015, YBM BRI kembali melakukan asessment pondok
pesantren di 19 kanwil BRI. Pelaksanaan asessment tahun 2015 dilakukan bekerja
sama dengan Kementerian Agama dan Kementerian Koordinator Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan. Pada tahun 2015, YBM BRI membina 147 pondok
pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia dan di tahun 2016 jumlah pondok
pesantren binaan YBM BRI sebanyak 190 pondok pesantren. Ada beberapa
program yang kemudian diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
ponpes, diantaranya :
1. Badan Usaha Milik Pesantren, Bantuan yang diberikan adalah dalam
bentuk modal usaha yang sesuai dengan potensi pondok pesantren binaan.
Bantuan ini diharapkan dapat memnuhi kas ponpes, sehingga dalam
operasionalnya ponpes dapat mandiri. Setelah melakukan asessment
56
mendalam terhadap pondok pesantren, ada 145 ponpes yang menjalankan
program ini.
2. Apresiasi Pendidik, berangkat dari sebuah kepedulian akan kesejahteraan
pendidik ponpes dan sebuah apresiasi bagi mereka yang mengabdi di
ponpes untuk mendidik santri. Melalui program ini, YBM BRI
memberikan insentif kepada pendidika yang berkhidmat penuh di pondok
pesantren dengan penghasilan di bawah satu juta dan diberikan atas
jasanya dalam mendidik santri. Pada tahun 2016 YBM BRI telah
membantu 1.515 pendidik yang tersebar di 190 pondok pesantren seluruh
Indonesia.
3. Beasiswa Santri, diberikan kepada santri yang berasal dari keluarga tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup santri selama tinggal di pondok
pesantren. Dari 190 pondok pesantren yang telah dibina oleh YBM BRI,
4.749 santri yang menerima beasiswa santri.
4. Sarana Prasarana, merupakan kebutuhan utama dalam menunjang kegiatan
pendidikan. Banyak diantara ponpes yang disambangi oleh YBM BRI
memiliki sarana prasarana yang minim. Maka, YBM BRI berkontribusi
dengan memberikan bantuan kepada ponpes yang minim sarana prasarana
melalui Integrasi Program Pemberdayaan Berbasis Pondok Pesantren.
Pada tahun 2016 YBM BRI telah memberikan saran dan prasarana dalam
bentuk pembangunan dan renovasi ruang kelas, asrama dan MCK untuk
143 pondok pesantren.
C. Efektifitas Pendistribusian Dana Zakat Pada Program Pendidikan di
LAZ BAMUIS BNI dan YBM BRI
Berbicara tentang efektifitas, penulis mengangkat tolak ukur efektifitas
dari perubahan yang terjadi pada laporan keuangan dari setiap lembaga terutama
dana yang disalurkan untuk pendidikan. Dalam pengumpulan dana zakatnya,
kedua lembaga lebih memprioritaskan dana zakat yang bersumber dari para
karyawannya. Hal ini merupakan bagian dari zakat profesi. Namun berbicara
tentang zakat profesi, kita harus meng-qiyas-kan zakat profesi dengan zakat
pertanian bila kita ingin melihat haul-nya. Zakat pertanian sendiri bisa diambil
57
zakatnya setiap masa panen, sama halnya dengan zakat profesi yaitu setiap masa
panen(masa gajian). Selain di-qiyas-kan dengan zakat pertanian, zakat profesi
sendiri juga di-qiyas-kan dengan zakat peternakan mengenai besaran nishab-nya,
yaitu sekitar 2,5%.
Tabel 4.3 Sumber Dana Zakat BAMUIS BNI 2012-2016
Gambar 4.1 Grafik Sumber Dana Zakat BAMUIS BNI 2012-2016
Dari tabel di atas, kita dapat melihat perubahan sumber dana zakat di
Lembaga Amil Zakat dari tahun 2012 hingga 2016. Dari tahun ke tahun terlihat
bahwa dalam pengumpulan dana zakat di Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI
selalu meningkat. Dari tahun 2012 terjadi peningkatan sekitar 5,2% di tahun 2013.
Lalu di tahun 2014 terjadi peningkatan sebesar 8,8% dari tahun sebelumnya
adapula di tahun 2015 meningkat hingga 14,7% dan di tahun 2016 meningkat
hingga angka 15,8%. Hal ini terbukti bahwa dalam pengumpulan dana zakat,
BAMUIS BNI selalu mengalami peningkatan yang cukup baik dan stabil.
Sumber Dana 2012 2013 2014 2015 2016
Zakat Pegawai BNI 21.288.722.299Rp 22.381.414.137Rp 24.312.602.286Rp 28.065.502.756Rp 32.521.155.891Rp
Zakat Nasabah BNI dan Masyarakat Umum 568.365.715Rp 688.491.551Rp 790.710.232Rp 859.273.585Rp 1.096.043.958Rp
Zakat Pensiunan dan Keluarga BNI lainnya 768.184.840Rp 731.530.034Rp 778.533.478Rp 785.484.696Rp 788.988.319Rp
Zakat lainnya 3.264.000Rp 1.000.000Rp 12.000.000Rp - -
Bagi Hasil Simpanan 2.894.712Rp 3.355.056Rp 3.777.039Rp 1.155.838Rp 386.938Rp
Jumlah Sumber Dana 22.631.431.566Rp 23.805.790.778Rp 25.897.623.035Rp 29.711.416.875Rp 34.406.575.106Rp
SUMBER DANA ZAKAT LAZ BAMUIS BNI 2012-2016
58
Selain dari sumber dana zakat yang kita lihat, penulis juga ingin melihat
perubahan dana zakat yang tersalurkan di zona pendidikan khususnya.
Tabel 4.4 Penggunaan Zakat pada Pendidikan BAMUIS BNI 2012-2016
Gambar 4.2 Grafik Penggunaan Zakat pada Pendidikan
Dilihat dari tabel di atas bahwa dalam penyaluran dana zakat pada
pendidikan, BAMUIS BNI juga selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Hal ini dapat di lihat di tahun 2013, BAMUIS BNI mengalami kenaikan hingga
14,7% dari tahun sebelumnya dan lalu di tahun berikutnya yaitu tahun 2014,
BAMUIS BNI juga mengalami kenaikan yang cukup baik, walaupun kenaikan ini
dianggap masih kurang dari tahun sebelumnya yaitu 7,7% namun tetap baik. Lalu
di tahun 2015 BAMUIS BNI mengejar ketertinggalan di tahun sebelumnya dan
bisa meningkatkan penyalurannya hingga 12,6% dan di tahun 2016 penyaluran
dana zakatnya pada pendidikan meningkat hingga 12,7%.
Selain dari data-data di atas, penulis ingin memaparkan seberapa besarkah
dana yang disalurkan pada pendidikan dari total dana zakat yang terkumpul.
Bantuan Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016
Bantuan Masuk Sekolah/PT 707.952.000Rp 880.407.000Rp 882.190.000Rp 1.063.171.000Rp 960.764.000Rp
Bantuan Selama Pendidikan 7.090.474.000Rp 8.476.927.000Rp 8.913.485.500Rp 10.310.540.978Rp 11.333.851.500Rp
Bantuan Penyelesaian Pendidikan 13.850.000Rp 24.250.000Rp 6.145.000Rp 25.500.000Rp 37.720.000Rp
Sarana Pendidikan 886.941.785Rp 599.400.000Rp 949.000.000Rp 712.000.000Rp 1.306.664.500Rp
Jumlah Dana Pendidikan 8.699.217.785Rp 9.980.984.000Rp 10.750.820.500Rp 12.111.211.978Rp 13.639.000.000Rp
PENGGUNAAN DANA ZAKAT PADA PROGRAM PENDIDIKAN LAZ BAMUIS BNI
59
Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan seberapa efektifkah pendistribusian
dana zakat BAMUIS BNI pada program pendidikan:
Tabel 4.5 Penyaluran Zakat pada Pendidikan BAMUIS BNI 2012-2016
Gambar 4.3 Grafik Penyaluran Zakat pada Pendidikan
Dilihat dari tabel di atas, penulis ingin memaparkan seberapa efektif
pendistribusian dana zakat BAMUIS BNI pada pendidikan. Pada tahun 2012,
Lembaga Amil Zakat BAMUIS BNI dapat menyalurkan dana zakatnya sebesar
Rp 8.699.217.785,- atau sekitar 38,4% dari total pengumpulan dana zakatnya pada
tahun 2012. Hal ini bisa dikatakan baik karena bisa menyalurkan 1/3 lebih dari
seluruh total pengumpulan dana untuk disalurkan ke dunia pendidikan. Lalu di
tahun 2013 dapat menyalurkan Rp 9.980.984.000,- atau sekitar 41,9% dari total
pengumpulan dana zakat yang terkumpul di tahun 2013. Di tahun ini BAMUIS
BNI mengalami puncak peningkatan penyaluran dana zakat di angkat 41,9%. Lalu
di tahun selanjutnya BAMUIS BNI menyalurkan dana zakatnya pada pendidikan
Rp 10.750.820.500,- atau sekitar 41,5% dari total pengumpulan dana zakat di
tahun 2014. Dan di tahun 2015 BAMUIS BNI menyalurkan dana zakatnya pada
Tahun Sumber Dana Zakat Penyaluran Pendidikan %
2012 22.631.431.566Rp 8.699.217.785Rp 38,4%
2013 23.805.790.778Rp 9.980.984.000Rp 41,9%
2014 25.897.623.035Rp 10.750.820.500Rp 41,5%
2015 29.711.416.875Rp 12.111.211.978Rp 40,7%
2016 34.406.575.106Rp 13.639.000.000Rp 39,6%
PENYALURAN DANA ZAKAT PADA PENDIDIKAN BAMUIS BNI
60
pendidikan sebesar Rp 12.111.211.978,- atau sekitar 40,7% dari total
pengumpulan dana zakat pada tahun 2015. Dan di tahun 2016 Lembaga Amil
Zakat BAMUIS BNI mampu menyalurkan dana zakatnya pada dunia pendidikan
sebesar Rp13.639.000.000,- atau sekitar 39,6% saja dibanding dari tahun-tahun
sebelumnya. Namun dari seluruh penyaluran ini, BAMUIS BNI menyalurkan
dana zakatnya ke dunia pendidikan 1/3 lebih dari total pengumpulan dana , hal ini
dapat dinilai sangat baik.
Lain halnya dengan Lembaga Amil Zakat YBM BRI yang memiliki latar
belakang yang hampir sama, YBM BRI pun memiliki cara penyaluran dana
zakatnya yang berbeda. Lembaga Amil Zakat YBM BRI sangat meruncingkan
penyaluran dana zakatnya ke program-program andalannya seperti pemberdayaan
pondok pesantren. Disini penulis ingin menyajikan perkembangan yang terjadi
pada sumber dana zakat di Lembaga Amil Zakat YBM BRI.
Tabel 4.6 Penerimaan Dana Zakat YBM BRI 2013-2016
Gambar 4.4 Grafik Penerimaan Dana Zakat YBM BRI 2013-2016
61
Dari tabel di atas, kita dapat melihat 4 tahun terakhir perubahan
penerimaan dana zakat dari Lembaga Amil Zakat YBM BRI. Dilihat dari tahun ke
tahun, YBM BRI selalu konsisten mengalami kenaikan dalam penerimaan dana
zakatnya. Di tahun 2013, YBM BRI dapat mengumpulkan dana zakat sebesar Rp
62.139.981.420,- dan mengalami kenaikan sebesar 17,7% di tahun 2014 dan
mendapatkan dana zakat sebesar Rp 73.171.790.223,-. Lalu di tahun 2015,
pengumpulan dana zakat di Lembaga Amil Zakat YBM BRI mengalami kenaikan
yang cukup baik yaitu 18,04% atau hingga angka Rp 86.374.950.478,-. Dan di
tahun 2016 pun, Lembaga Amil Zakat YBM BRI juga mengalami kenaikan pada
pengumpulan dana zakatnya sebesar 13,6% atau mencapai angka
Rp98.142.951.200,-. Hal ini membuktikan bahwa Lembaga Amil Zakat YBM
BRI menjaga konsistensi peningkatannya dalam pengumpulan dana zakat yang
berasal dari zakat profesi para karyawan PT.BANK BRI yang tersebar diseluruh
Indonesia.
Selain pengumpulan dana zakat, penulis juga akan menyajikan data
tentang penyaluran dana zakat di Lembaga Amil Zakat YBM BRI yang
dikhususkan pada dunia pendidikan sesuai dengan tema yang penulis bahas di
penelitian kali ini.
Tabel 4.7 Penyaluran Zakat pada Pendidikan YBM BRI 2013-2016
62
Gambar 4.5 Grafik Penyaluran Zakat pada Pendidikan YBM BRI 2013-2016
Dilihat dari tabel di atas, dalam penyaluran dana zakatnya terkhusus pada
dunia pendidikan, YBM BRI mengalami naik turun dalam penyalurannya. Pada
tahun 2013 dimana Lembaga Amil Zakat YBM BRI dapat menyalurkan dana
zakatnya pada dunia pendidikan sebesar Rp17.674.402.909,- mengalami
penurunan di tahun 2014 sebesar -4,9% atau hanya berhasil menyalurkan dana
zakatnya pada dunia pendidikan sekitar Rp 16.797.201.582,-. Namun di tahun
selanjutnya Lembaga Amil Zakat YBM BRI membayar lunas kekurangan yang
terjadi di tahun sebelumnya dengan mulai memaksimalkan penyaluran dana
zakatnya pada dunia pendidikan dengan kenaikan yang cukup drastis, yakni
diangka 105,7% atau menyalurkan dana zakatnya sebesar Rp 34.565.470.496,-
dan hal ini terjadi di tahun 2015. Lalu di tahun 2016 Lembaga Amil Zakat YBM
BRI juga mengalami kenaikan, walaupun tidak mencapai angka kenaikan seperti
di tahun 2015, namun bisa dikatakan mengalami kenaikan dengan cukup baik
yakni diangka 20,3% atau dapat menyalurkan dana zakatnya pada dunia
pendidikan sekitar Rp 41.592.004.795,-.
Setelah kita lihat bagaimana perubahan pengumpulan dana zakat dan
penyalurannya pada dunia pendidikan, penulis ingin menganalisis seberapa
efektifnya penyaluran dana zakat pada Lembaga Amil Zakat YBM BRI disalurkan
pada dunia pendidikan.
63
Tabel 4.8 Penyaluran Zakat pada Pendidikan YBM BRI 2013-2016
Gambar 4.6 Grafik Penyaluran Zakat pada Pendidikan YBM BRI 2013-2016
Dilihat dari tabel di atas, penulis memaparkan bahwa Lembaga Amil Zakat
YBM BRI di tahun 2013 dan tahun 2013 hanya bisa menyalurkan ¼ lebih dana
zakat mereka di dunia pendidikan, hal ini terbukti dengan angka 28,44% di tahun
2013 dan 22,95% di tahun 2014. Hal ini jauh dari kata efektif jika kita lihat bahwa
banyak pihak yang berhak menerima dana zakat masih berusia dini dan masih
harus melanjutkan pendidikan mereka untuk usaha merubah status mereka yang
awalnya mustahik menjadi muzzaki. Beda halnya di tahun 2015 dan tahun 2016,
Lembaga Amil Zakat YBM BRI membayar kekurangannya dalam menyalurkan
dana zakat di dunia pendidikan dengan meningkatkan penyaluran mereka. Hal ini
dapat dilihat dengan angka 40,01% di tahun 2015 dan meningkat lagi di tahun
2016 yakni 42,37%. Hal ini dinilai sudah sangat efektif dikarenakan hampir 1/3
lebih dana zakat yang disalurkan pada dunia pendidikan Indonesia.
Tahun Pengumpulan Dana Zakat Penyaluran Pendidikan %
2013 62.139.981.420Rp 17.674.402.909Rp 28,44%
2014 73.171.790.223Rp 16.797.201.582Rp 22,95%
2015 86.374.950.478Rp 34.565.470.496Rp 40,01%
2016 98.142.951.200Rp 41.592.004.795Rp 42,37%
PENYALURAN DANA ZAKAT PADA PENDIDIKAN YBM BRI
64
D. Perbandingan Mekanisme Pendistribusian Dana Zakat pada Program
Pendidikan di LAZ BAMUIS BNI dan YBM BRI
Dalam dunia zakat di Indonesia, banyak badan-badan negara ataupun
lembaga-lembaga swasta yang menawarkan jasa amil untuk mengumpulkan zakat
tersebut dan dikelola lalu di distribusikan kepada mereka yang berhak atas zakat
tersebut. Adapula sebagian orang yang memberikan zakat mereka langsung
kepada orang-orang yang membutuhkan disekitar mereka, baik dari golongan
fakir miskin ataupun dari golongan lain. Tidak mau kalah dengan gerakan-gerakan
zakat yang ada di Indonesia, Bank-bank yang ada di Indonesia pun menawarkan
jasa amil kepada para nasabahnya. Dikarenakan jika kita berbicara tentang potensi
zakat yang ada di Indonesia, dana zakat yang terkumpul bisa mencapai angka 13
triliun rupiah. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Indonesia adalah
masyarakat yang menganut agama Islam.
Dari keterangan di atas, penulis mengambil 2 lembaga bank yang
menawarkan jasa amil untuk diteliti dan dipelajari, agar kita sebagai warga negara
Indonesia yang beragama Islam tidak salah memilih lembaga ataupun badan yang
bertanggung jawab atas zakat kita. Adapun dua lembaga ini adalah Lembaga Amil
Zakat BAMUIS BNI dari PT Bank BNI dan Lembaga Amil Zakat YBM BRI dari
PT Bank BRI. Dari kedua lembaga ini, selalu ada persamaan dan perbedaan yang
mana bisa menjadi acuan bagi masyarakat umum untuk memilih lembaga yang
lebih mereka yakini untuk mengemban amanat harta zakat mereka. Adapun
persamaan dan perbedaan kedua lembaga amil zakat ini adalah:
1. Persamaan
a. Kedua lembaga amil zakat ini merupakan lembaga pengumpul,pengelola
serta pendistribusi dana zakat yang berlatar belakang lahir dari bank.
b. Pada pengumpulan zakatnya, kedua lembaga lebih memprioritaskan zakat
dari para karyawannya, baik karyawan dari bank tersebut maupun dari
perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan bank tersebut.
65
c. Pada pendistribusiannya, kedua lembaga sudah mengelompokan kedalam
program-program yang mereka buat khususnya di dalam dunia pendidikan.
2. Perbedaan
a. Dalam pendistribusiannya, YBM BRI lebih memiliki banyak program
menarik yang bisa ditawarkan, khususnya pada dunia pendidikan daripada
BAMUIS BNI yang lebih memprioritaskan pendistribusiannya kepada
keluarga, karyawan maupun orang-orang yang masih termasuk kedalam
keluarga kurang mampu dari Bank BNI.
b. Dalam pengumpulan dana zakat, YBM BRI mampu lebih unggul dari
BAMUIS BNI dalam pengumpulan dana zakatnya, hal ini terbukti dengan
hasil pengumpulan dana zakat YBM BRI yang hampir mencapai angka 1
triliun rupiah, sedangkan BAMUIS BNI masih tertinggal jauh di angka 30-
40 milyar rupiah.
c. BAMUIS BNI,walaupun masih tertinggal jauh dalam pengumpulan dana
zakatnya, tetapi mampu memaksimalkan pendistribusiannya pada dunia
pendidikan. Hal ini terbukti dengan persenan yang rata-rata di atas 35%.
Beda halnya dengan YBM BRI yang mengalami naik turun dalam
pendistribusian dana zakatnya.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pemaparan dan penelitian yang dilakukan penulis pada bab
sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendistribusian pada dunia
pendidikan dari kedua lembaga cukup efektif, melihat kedua lembaga memiliki
caranya masing-masing dalam mengumpulkan,mengelola serta mendistribusikan
dana zakatnya. Dana zakat di kedua lembaga berasal dari asal yang sama yaitu
dari zakat profesi para karyawan BANK masing-masing. Namun bila ditelusuri
zakat profesi sendiri berasal dari qiyas-an zakat pertanian dalam haul-nya atau
lebih tepatnya setiap panen(atau setiap para karyawan gajian). Dan juga zakat
profesi sendiri di-qiyas-kan kepada zakat peternakan dalam hal nishab-nya yaitu
2,5% dari harta.
1. Dalam mekanismenya kedua lembaga memiliki caranya mereka sendiri
untuk mengumpulkan, mengelola dan juga mendistribusikan dana zakat.
BAMUIS BNI mempunyai cara dalam penyalurannya, yakni dengan
menggolongkan mereka yang berhak kedalam 3 kelompok yaitu kelompok
1 yang terdiri dari fakir,miskin termasuk riqab dan gharimin, lalu
kelompok 2 yang terdiri dari fisabilillah termasuk ibnu sabil dan muallaf,
dan kelompok terakhir yang terdiri dari amilin. Pada penggolongan ini
BAMUIS BNI sudah memiliki program-program tersendiri untuk setiap
kelompoknya seperti bantuan pendidikan untuk kelompok 1, lalu ada
pembangunan/renovasi yang ditujukan untuk kelompok 2 dan juga ada
peningkatan syiar ZIS, publikasi dan sosialisasi yang ditujukan untuk
kelompok 3. Beda halnya dengan YBM BRI yang langsung
menggolongkan para mustahik kedalam program andalan mereka seperti
program berbagi smart rakyat Indonesia yang terdiri dari 5 komponen
yaitu 1.beasiswa kader surau, 2. Beasiswa reguler, 3.bantuan sarana
pendidikan, 4. Sekolah binaan YBM BRI, 5. Perpustakaan bersemangat.
Lalu ada pula program berbagi sehat rakyat Indonesia yang terdiri dari 4
67
komponen yakni: 1. Baksos kesehatan, 2. Sanitasi total berbasis
komunitas, 3. Jaminan kesehatan mustahik, 4. Bank sampah berbasis
komunitas. Selain dari kedua program tersebut, YBM BRI masih memiliki
beberapa program andalan seperti Berbagi syiar rakyat Indonesia, Berbagi
sejahtera rakyat Indonesia lalu ada program pemberdayaan berbasis
pondok pesantren.
2. Dalam keefektifannya kedua lembagapun memiliki perbedaan yang jauh.
Mulai dari hasil pengumpulan dana zakatnya lalu mekanisme pengelolaan
hingga ke mekanisme pendistribusiannya kedua lembaga memiliki
perbedaan yang cukup signifikan. BAMUIS BNI, meskipun dalam
pengumpulan dana zakatnya masih tergolong kecil, namun mereka bisa
memaksimalkan pendistribusian dana zakatnya terkhusus pada dunia
pendidikan beda halnya dengan YBM BRI yang mengalami naik turun, hal
ini mungkin dikarenakan faktor internal maupun faktor eksternal lembaga.
3. Dalam perbandingan mekanisme kedua lembaga, terdapat persamaan dan
perbedaan yang menonjol dari keduanya. Kedua lembaga amil zakat ini
merupakan lembaga pengumpul,pengelola serta pendistribusi dana zakat
yang berlatar belakang lahir dari bank lalu kedua lembagapun lebih
memprioritaskan zakat dari para karyawannya, baik karyawan dari bank
tersebut maupun dari perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan
bank tersebut dalam hal pengumpulan dana zakatnya. Di sisi lain kedua
lembaga juga memiliki perbedaannya, Dalam pendistribusiannya, YBM
BRI lebih memiliki banyak program menarik yang bisa ditawarkan,
khususnya pada dunia pendidikan daripada BAMUIS BNI yang lebih
memprioritaskan pendistribusiannya kepada keluarga, karyawan maupun
orang-orang yang masih termasuk kedalam keluarga kurang mampu dari
Bank BNI. Dalam pengumpulan dana zakat, YBM BRI mampu lebih
unggul dari BAMUIS BNI dalam pengumpulan dana zakatnya, hal ini
terbukti dengan hasil pengumpulan dana zakat YBM BRI yang hampir
68
mencapai angka 1 triliun rupiah, sedangkan BAMUIS BNI masih
tertinggal jauh di angka 30-40 milyar rupiah namun BAMUIS
BNI,walaupun masih tertinggal jauh dalam pengumpulan dana zakatnya,
tetapi mampu memaksimalkan pendistribusiannya pada dunia pendidikan.
Hal ini terbukti dengan persenan yang rata-rata di atas 35%. Beda halnya
dengan YBM BRI yang mengalami naik turun dalam pendistribusian dana
zakatnya.
B. Saran
Berdasarkan kekurangan maupun kelebihan tiap lembaga di atas, penulis
ingin memberi sedikit imbuhan saran kepada tiap lembaga:
BAMUIS BNI
Penulis ingin menyarankan, dalam pendistribusiannya agar lebih memberi
program menarik yang bisa menarik minat para muzaki sehingga dalam
pengumpulan dana zakatnya mengalami kenaikan yang signifikan. Lalu juga
untuk coba menyalurkan dana zakatnya tidak hanya memprioritaskan dari
keluarga Bank BNI saja, melainkan bisa menyalurkan dana zakatnya ke mereka
yang lebih sangat membutuhkan di daerah-daerah yang kekurangan.
YBM BRI
Penulis ingin menyarankan kepada lembaga, agar lebih memaksimalkan
pendistribusian dana zakatnya, khususnya pada dunia pendidikan dimana banyak
warga Indonesia yang termasuk golongan yang berhak akan harta zakat, masih di
usia dini dan butuh bantuan dalam pendidikannya.
Selain saran diatas, penulis juga menyarankan untuk kedua lembaga
menerapkan do‟a khusus untuk amil ,dalam hal ini yaitu kedua lembaga tersebut.
69
Dikarenakan sumber dana zakat dari kedua lembaga iyalah dari zakat profesi
karyawan PT.BANK BNI dan juga karyawan PT.BANK BRI. Yang mana berarti
amil dari dana zakat ini tidak langsung menerima zakat tersebut dari para muzzaki,
melainkan dari gaji para karyawan yang dipotong sesuai nishab mereka masing-
masing.
آجرك هللا فيما اعطيت ، وبا رك فيما ابقيت ، وجعله لك طهورا
Artinya :” semoga Allah memberikan pahala kepadamu pada barang yang
engkau berikan (zakatnya) dan semoga Allah memberkahimu dalam harta-harta
yang masih engkau sisakan dan semoga pula menjadikannya sebagai pembersih
(dosa)bagimu.
70
DAFTAR PUSTAKA
Al-quran dan Al-Hadist
Abdul, Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana,
2006.
Abidin, Slamet dan Moh Suyono. Fiqh Ibadah. Bandung: CV Pustaka Setia, 1991.
Achmad, Rasyid, Hisbulah & Jerry. “Laporan Tahunan 2016: Lap. Keuangan
2016-2015 “Wajar Tanpa Pengecualian”Telah dimuat di Harian Umum
Republika, 28, April, 2017, Hal. 14. Artikel diakses pada tanggal 31 Juli
2017 dari http://bamuisbni.or.id
Adi, I.R. Pemberdayaan Pembangunan Masyarakat dan Intervensi Komunitas.
Jakarta: FE UI, 2003.
Ali, M.D. Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf. Jakarta: GIP, 1995.
Amsari, F. Islam Kaafah Tantangan dan Aplikasinya. Jakarta: GIP, 1995.
Bariadi, Lili, Muhammad Zen dan M Hudri. Zakat dan Wirausaha. Jakarta:CED,
2005.
BAZIS DKI. Pengelolaan Zakat dan Infaq/Shadaqah di DKI Jakarta. Jakarta:
BAZIS DKI, 1999.
Brs ind- 20170712114702.pdf. Artikel diakses pada tanggal 31 Juli 2017 dari
http://www.bps.go.id/website/brsind
Data terkini jumlah penduduk Indonesia 257,9 juta yang wajib ktp 185,5 juta. 01,
09, 2016. Artikel diakses pada tanggal 31 Juli 2017 dari
http://jateng.tribunnews.com
Drajat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Fakhruddin. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang: UIN-Malang
Press,2008.
H.Tulus.”Strategi Lembaga Pengelolaan Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan”
penerjemah M. A. Aflah dalam. Southeast Asia Zakat Movement. Jakarta:
FOZ,DD,Pemkot Padang, 2008, h. 170.
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta:Gema Insani,
2002.
71
Halim, Abdul. Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoris dan
Praktis. Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Ini dia 20 Lembaga penerima zakat yang diakui ditjen pajak. Artikel diakses pada
tanggal 11 April 2017 dari http://Finance.detik.com/Berita-ekonomi-
bisnis/1792590
Item 248?. Artikel diakses pada tanggal 31 Juli 2017 dari http://www.Indonesia-
Investments.com/id/Budaya/Agama/Islam
Lap-Keu-YBM-BRI, Koran-Tempo FA.jpg, 12, 2015. Artikel diakses pada
tanggal 31 Juli 2017 dari http://ybmbri.org/wp-content/uploads
Maehendrawati,Nanih dan Agus Safe‟i. Pengembangan Masyarakat Islam dari
Ideologi Strategi Sampai Tradisi. Bandung:Rosda Karya, 2001.
Munardji. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bina Ilmu,2004.
Nata, Abuddin. Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005.
Pengertian efektifitas dan teori efektifitas. Artikel diakses pada tanggal 27 Maret
2017 dari http://litelaturbook.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-efektivitas-dan-
landasan.html?m=1
Potensi Zakat di Indonesia bisa capai Rp 217 Triliun html. 17, 03, 2017. Artikel
diakses pada tanggal 23 Maret 2017 dari http://riautrust.com/read-144444
Qadir, Abdurahman. Zakat Dalam Dimensi Sosial dan Mahdhah. Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2001.
Qardhawi, Y. A. Al Ibadah fil-Islam. Beirut: Muassasah Risalah, 1993.
Rahman, Musthofa. Pendidikan Islam dalam Perspektif Alquran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001.
Rasjib, Sulaiman. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap). Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2005.
Sahrodi, Jamali. Membelah Nalar Pendidikan Islam, Pengantar ke Arah Ilmu
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group, 2005.
Shadily, A.B Pridodgdo Hasan. Ensiklopedia Umum. Yogyakarta: Kanisius, 1990.
Shihab, M. Q. Kemiskinan dalam Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan, 1994.
Siagian, Sondang. Organisasi Kempemimpinan dan Organisasi. Jakarta: CV
Masagung, 1986.
72
Statistik-Baznas-2015-v2.pdf. 02, 2017. Artikel diakses pada tanggal 23 Maret
2017 dari http://pusat.baznas.go.id/wp-content/uploads
Sudewo, E. Manajemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar.
Ciputat: IMZ, 2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&B. Bandung:
CV.Alfabeta, 2009.
Sujadi F.X. Organisasi dan Manajemen Penunjang Berhasilnya Proses
Manajemen. Jakarta: CV Masagung, 1990.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tetang Pengelolaan Zakat.
Wawancara pribadi dengan Ketua Bagian Keuangan Bamuis BNI, Bapak Firman
Fathur. 27 November 2017.
Yafie, A. Pengelolaan Zakat Secara Profesional. Bandung: Mizan, 1995.
73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86