96
EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT X DI JAKARTA SELATAN AKMAL HARTANTO DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH

RUMAH SAKIT X DI JAKARTA SELATAN

AKMAL HARTANTO

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL
Page 3: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Biaya

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit X di Jakarta Selatan adalah benar karya saya

dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Akmal Hartanto

NIM H44090114

Page 4: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

ABSTRAK

AKMAL HARTANTO. Efektivitas Biaya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit X di

Jakarta Selatan. Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI.

Rumah Sakit X memulai pengelolaan limbah cair dengan membangun

IPAL bersistem biofilter anaerob-aerob pada tahun 2006. Sedangkan untuk

pengelolaan limbah padat, rumah sakit bekerjasama dengan Dinas Kebersihan

Jakarta Selatan dan PT WASTEC. Penelitian ini mengenai penilaian pengelolaan

limbah Rumah Sakit X yang dianalisis dari karakteristik pengelolaan limbah dan

penilaian masyarakat, efisiensi IPAL, penetapan Unit Daily Cost (UDC) dan

efektivitas biaya pengolahan limbah cair. Penilaian masyarakat menyatakan

pengelolaan limbah sudah lebih baik. Efisiensi pengolahan limbah cair memiliki

nilai lebih dari 80 persen untuk semua parameter dan dinyatakan efisien.

Pengujian efisiensi dengan uji-t menyatakan IPAL mampu menurunkan kadar

pencemaran secara signifikan. Besar UDC yang didapatkan adalah sebesar Rp.

3.569,51. Efektivitas biaya penurunan yang paling efektif adalah rasio efektivitas

biaya penurunan pada parameter COD. Sedangkan rasio efektivitas biaya

pengolahan limbah dengan sistem Bioreaktor lumpur aktif lebih efektif

dibandingkan rasio efektifitas biaya pengolahan limbah dengan sistem Biofilter

anaerob-aerob.

Kata kunci: pengelolaan limbah RS, efisiensi pengolahan limbah, efektivitas biaya

ABSTRACT

AKMAL HARTANTO. Cost Effectiveness waste management from X Hospital

in South Jakarta. Supervised by EKA INTAN KUMALA PUTRI.

X Hospital started the liquid waste management by built the liquid waste

management installation (IPAL) with system of aerobic - anaerobic biofilter in

2006. While for the solid waste management, X Hospital collaborated with

cleanliness services of South Jakarta and PT WASTEC. This research was about

waste management assessing of X Hospital which analyzed from characteristic of

waste management, people preference, IPAL efficiency, determination of Unit

Daily Cost (UDC) and cost effectiveness of waste water management. People

preference showed that waste management has already been well. The liquid

waste efficiency has scored more than 80 percent from all parameter and declared

to be efficient. The efficiency examination with t-test showed that IPAL could

reduce waste concentration significantly. UDC value received was Rp. 3.569,51.

The most effective reducing cost was reducing cost from COD parameter.

Meanwhile, the cost effectiveness ratio on waste treatment with activated sludge

bioreactor system has more effective than cost effectiveness ratio on waste

treatment with anaerob-aerob biofilter system.

Keywords : hospital waste management, efficiency of waste treatment, cost

effectiveness

Page 5: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH

RUMAH SAKIT X DI JAKARTA SELATAN

AKMAL HARTANTO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

vi

Page 7: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

Judul Skripsi : Efektivi tas Biaya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit X di Jakarta Selatan

Nama : Akmal Hartanto NRP : H44090114

Disetujui oleh

Diketahui oleh

-jI,.~~~ .r.,

'nr:~Tr. Aceng Idayat, MT . -K~tua Departemen

Tanggal Lulus: 1· OCT 2013

Page 8: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

vii

Judul Skripsi : Efektivitas Biaya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit X

di Jakarta Selatan

Nama : Akmal Hartanto

NRP : H44090114

Disetujui oleh

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 9: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-

Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian

yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai April 2013 ini ialah limbah,

dengan judul Efektivitas Biaya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit X di Jakarta

Selatan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, MS

selaku dosen pembimbing, Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Nuva, SP, M.Sc

selaku dosen penguji atas saran dalam perbaikan skripsi ini. Selain itu,

penghargaan penulis sampaikan kepada pengelola Rumah Sakit X di Jakarta

Selatan, khususnya kepada dr. Ahmad selaku manajer umum, Bapak Harffandi,

ST, Bapak Agustian dan seluruh staf pegawai Rumah Sakit X serta masyarakat

Jalan Rambai Bawah atas bantuan dan arahannya selama penulis mengumpulkan

data di lokasi penelitian. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

bapak, mama, adik, Vidya, teman-teman dalam satu bimbingan, serta seluruh

keluarga, atas segala doa, support dan kasih sayangnya.

Bogor, September 2013

Akmal Hartanto

Page 10: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 2

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5

2.1 Rumah Sakit ......................................................................................... 5

2.2 Landasan Hukum yang Mengatur Limbah Rumah Sakit ..................... 6

2.3 Limbah Rumah Sakit ........................................................................... 8

2.4 Strategi Pengelolaan Limbah ............................................................. 10

2.5 Sistem Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit .................................. 16

2.6 Dampak Limbah Rumah Sakit terhadap Lingkungan dan Kesehatan 18

2.7 Upaya Meminimalisasi Limbah .......................................................... 19

2.8 Aspek Ekonomi dari Pengolahan Limbah Rumah Sakit ..................... 21

2.9 Pemanfaatan Limbah ...........................................................................21

2.10 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 22

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................. 24

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................ 24

3.1.1 Aktivitas Rumah Sakit sebagai Penghasil Limbah ................... 24

3.1.2 Cost-Effectiveness Analysis ....................................................... 24

3.1.3 Uji – t ........................................................................................ 25

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................... 25

BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 28

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 28

4.2 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 28

4.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 28

4.4 Metode Pengolahan Data .................................................................. 30

4.4.1 Karakteristik Pengelolaan Limbah dan Penilaian Masyarakat

terhadap Pengolahan Limbah Rumah Sakit ................................. 31

Page 11: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

x

4.4.2 Evaluasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL...31

4.4.3 Biaya Efektif Penurunan Baku Mutu Parameter Limbah dengan

IPAL .......................................................................................... 32

4.4.4 Unit Daily Cost .......................................................................... 33

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................. 35

5.1 Rumah Sakit X di Jakarta ................................................................... 35

5.1.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit X ............................................ 35

5.1.2 Visi Misi Rumah Sakit X ........................................................... 35

5.1.3 Letak Geografis Rumah Sakit X ................................................ 36

5.1.4 Daya Tampung Pasien Rumah Sakit X ...................................... 36

BAB VI KARAKTERISTIK PENGELOLAAN LIMBAH DAN PENILAIAN

MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH

SAKIT X ............................................................................................................. 37

6.1 Struktur Manajerial Pengelolaan Limbah Rumah Sakit X ................. 37

6.2 Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit X ....................................... 38

6.3 Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit X ......................................... 41

6.4 Penilaian Masyarakat Sekitar terhadap Pengolahan Limbah RS ....... 44

6.4.1 Karakteristik Masyarakat ............................................................ 44

6.4.1.1 Sebaran Jarak Rumah Warga dengan RS ............................. 45

6.4.1.2 Lama Tinggal Responden di Sekitar RS .............................. 45

6.4.1.3 Tingkat Pendidikan Responden ........................................... 46

6.4.1.4 Jenis Pekerjaan Responden .................................................. 46

6.4.2 Penilaian Masyarakat terhadao Pengolahan Limbah RS ............ 47

BAB VII EFISIENSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT X ... 50

7.1 Efisiensi Kemampuan Fisik IPAL Rumah Sakit X ............................ 50

7.2 Uji Statistik Kemampuan Fisik IPAL Rumah Sakit X ...................... 56

7.3 Hubungan Nilai Efisiensi Pengolahan Limbah dengan Ekonomi

Perusahaan RS dan Masyarakat Sekitar ............................................. 57

BAB VIII EFEKTIVITAS BIAYA PENURUNAN KONSENTRASI

PARAMETER LIMBAH RUMAH SAKIT X .................................................... 59

8.1 Biaya-biaya Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit X ..................... 60

8.2 Perhitungan Unit Daily Cost dari Pengelolaan Limbah Cair .............. 61

8.3 Perhitungan Rasio Biaya Penurunan Konsentrasi per Parameter

Limbah .............................................................................................. 62

8.4 Efektivitas Biaya Penurunan Parameter Limbah pada Dua Sistem

Pengolahan Limbah Cair yang Berbeda ........................................... 64

Page 12: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

xi

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 67

9.1 Kesimpulan ........................................................................................ 67

9.2 Saran .................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69

LAMPIRAN ......................................................................................................... 71

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 81

Page 13: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

xii

DAFTAR TABEL

1. Standarisasi Warna dan Logo Kantong Limbah .......................................12

2. Warna dan Kantong Limbah Berdasarkan Jenis Limbah ..........................12

3. Penelitian Terdahulu .................................................................................22

4. Alat Analisis dan Kebutuhan Data untuk Penelitian .................................30

5. Penentuan Beban Pencemaran Limbah Rumah Sakit X ...........................55

6. Nilai Rata-rata Efisiensi, Kapasitas, Beban Pencemaran Aktual dan

Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL Rumah Sakit X Tahun

2006-2013 ..................................................................................................56

7. Hasil Uji-t Penurunan Konsentrasi per Parameter Limbah Cair Rumah

Sakit X Tahun 2006-2013 .........................................................................56

8. Hasil Uji-t Pencapaian Konsentrasi per Parameter Limbah Cair Rumah

Sakit X Sesuai dengan Standar Baku Mutu ..............................................57

9. Perhitungan Biaya Pengolahan IPAL Rata-rata per Hari Rumah Sakit X

Tahun 2010-2012 ......................................................................................61

10. Rasio Efektivitas Biaya Penurunan Konsentrasi per Parameter Limbah

Rumah Sakit X ..........................................................................................63

11. Perbandingan Sistem Pengolahan Limbah pada Rumah Sakit X dan

Rumah Sakit Y ..........................................................................................64

12. Perbandingan Rasio Efektivitas Biaya Penurunan Konsentrasi per

Parameter Limbah .....................................................................................66

Page 14: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

xiii

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Operasional .......................................27

2. Struktur Managerial Pengolahan Limbah Rumah Sakit X ........................38

3. Diagram Alir Proses Pengumpulan Limbah Padat RS ..............................42

4. Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit X dengan

IPAL Biofilter Anaerob-Aerob .................................................................44

5. Sebaran Umur Responden .........................................................................45

6. Sebaran Jarak Rumah Responden dengan Rumah Sakit ...........................45

7. Persentase Lama Tinggal Responden di Sekitar RS .................................46

8. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden ...................................................46

9. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden .........................................................47

10. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Limbah ................................48

11. Persentase Penilaian Responden terhadap Pengolahan Limbah yang Telah

Dilakukan Pihak RS Selama ini ................................................................49

12. Persentase Responden yang Merasa Terganggu Akibat Adanya

Limbah RS .................................................................................................49

13. Perbandingan Konsentrasi Parameter BOD Limbah Cair Rumah Sakit X

tahun 2006-2013 dengan Standar Baku Mutu ...........................................51

14. Perbandingan Konsentrasi Parameter COD Limbah Cair Rumah Sakit X

tahun 2006-2013 dengan Standar Baku Mutu ...........................................51

15. Perbandingan Konsentrasi Parameter TSS Limbah Cair Rumah Sakit X

tahun 2006-2013 dengan Standar Baku Mutu ...........................................52

16. Perbandingan Konsentrasi Parameter Limbah Cair Rumah Sakit X

tahun 2006-2013 dengan Standar Baku Mutu ...........................................52

Page 15: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Uji Laboratorium Sampel Outlet Limbah RS. X (April 2006 – April

2013) ..........................................................................................................71

2. Perhitungan Efisiensi, Kapasitas, Badan Pencemaran Aktual dan Baku

mutu Limbah Cair pada Parameter TSS ....................................................72

3. Perhitungan Efisiensi, Kapasitas, Badan Pencemaran Aktual dan Baku

mutu Limbah Cair pada Parameter NH3 ...................................................73

4. Perhitungan Efisiensi, Kapasitas, Badan Pencemaran Aktual dan Baku

mutu Limbah Cair pada Parameter COD ..................................................74

5. Perhitungan Efisiensi, Kapasitas, Badan Pencemaran Aktual dan Baku

mutu Limbah Cair pada Parameter BOD ..................................................75

6. Uji Statistik Kemampuan Fisik IPAL Rumah Sakit X ..............................76

7. Rekapitulasi Biaya Pengolahan Limbah Rumah Sakit X ..........................78

8. Kuisioner Penelitian ..................................................................................79

9. Foto Hasil Pengamatan Lapang Rumah Sakit X dan Pemukiman Sekitar.80

Page 16: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit telah menjadi kebutuhan yang sangat penting sebagai sarana

pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Keberadaan rumah sakit sebagai penyedia

jasa pelayanan kesehatan sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan

masyarakat dalam suatu wilayah. Pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit

mencakup pemeriksaan, pengobatan, perawatan, rehabilitasi hingga penanganan

orang meninggal. Rumah sakit sebagai tolak ukur kualitas kesehatan suatu

masyarakat.

Kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang semakin tinggi membuat

jumlah rumah sakit di Indonesia terus meningkat. Meningkatnya jumlah rumah

sakit menunjukkan akses terhadap kesehatan lebih mudah dan bervariatif, baik

secara biaya maupun pelayanan. Namun, terdapat konsekuensi yang harus

diambil, yaitu adanya ekstra beban yang menjadi permasalahan lingkungan. Hal

ini terkait dengan limbah yang dihasilkan dalam berbagai aktivitas pelayanan

kesehatan. Secara umum terdapat dua jenis limbah yang dihasilkan rumah sakit

yaitu limbah padat dan limbah cair.

Rumah sakit memiliki kewajiban untuk mengolah limbah yang

dihasilkannya, baik limbah cair maupun limbah padat. Limbah padat dapat

dikelola dengan penimbunan ataupun pembakaran dengan insenerator. Sedangkan

limbah cair harus diproses terlebih dahulu dengan menggunakan Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) agar kadar pencemaran dari limbah tersebut tidak

merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan masyarakat. Limbah cair yang

dihasilkan oleh IPAL akan dibuang ke saluran pembuangan kota, sungai,

diresapkan ke tanah atau dapat di manfaatkan kembali. Limbah cair tersebut

banyak mengandung berbagai bahan kimia seperti bahan anorganik, organik serta

bakteri yang dapat merusak lingkungan dan menyebabkan berbagai macam

penyakit.

Pengelolaan limbah rumah sakit memiliki banyak kendala. Kendala yang

umum ditemukan dalam pengelolaan limbah adalah biaya pengelolaan yang mahal

Page 17: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

2

karena terkait dengan teknologi tinggi, mekanisme operasional dan pemantauan

serta pemeliharaan pengelolaan limbah. Rumah sakit tidak hanya menghasilkan

limbah organik dan anorganik tetapi juga limbah infeksius yang mengandung

bahan beracun berbahaya (B3).

Pengelolaan limbah padat pada umumnya dilakukan dengan cara dibakar

menggunakan insinerator. Hal tersebut memiliki dampak negatif terhadap

lingkungan karena adanya asap hasil pembakaran. Beberapa rumah sakit, terutama

yang terletak di kawasan padat permukiman, memilih untuk menyerahkan

pembakaran limbah padat ke pihak swasta ataupun instansi lain yang memiliki

insinerator. Ini membuktikan bahwa rumah sakit tetap bertanggungjawab

mengolah limbah padat dan mementingkan kenyamanan hidup masyarakat sekitar.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan mendasar mengenai limbah adalah pengelolaannya dan

dampak yang akan terjadi apabila limbah tersebut tidak dikelola dengan baik atau

bahkan tidak dikelola sama sekali. Dampak yang dapat ditimbulkan yaitu dapat

merusak lingkungan serta dampak langsung yang dirasakan masyarakat akibat

dari pencemaran terhadap limbah tersebut baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Rumah sakit memiliki kewajiban untuk mengelola limbah yang dihasilkan,

termasuk Rumah Sakit X di Jakarta Selatan. Pengelolaan limbah di Rumah Sakit

X dilakukan oleh divisi sanitasi lingkungan yang bekerjasama dengan instansi

terkait dalam pengolahan limbah tertentu yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh

rumah sakit. Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit terdiri dari limbah cair dan

limbah padat. Pengelolaan limbah padat dilakukan oleh rumah sakit melalui

kerjasama dengan Dinas Kebersihan Jakarta Selatan untuk mengangkut limbah

padat non-infeksi ke Tempat Pembuangan Akhir. Sedangkan untuk mengelola

limbah padat infeksi, pihak rumah sakit bekerjasama dengan pihak swasta untuk

dilakukan insinerasi atau pembakaran.

Pengelolaan limbah cair dilakukan melalui sistem IPAL yang telah

dimiliki oleh pihak rumah sakit. Limbah cair dikelola melalui sistem IPAL secara

terus menerus tanpa henti setiap harinya dengan pengoperasian IPAL oleh teknisi

dan dengan biaya pengelolaan secara berkala. Air limbah yang dihasilkan dari

Page 18: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

3

pengolahan IPAL memiliki kadar pencemaran yang lebih rendah dibandingkan

dengan sebelum dilakukan pengolahan sehingga air limbah hasil pengolahan tidak

berbahaya jika air di buang ke saluran umum.

Rumah Sakit X membangun IPAL yang ada saat ini untuk mengatasi

beban limbah yang semakin besar dengan meningkatnya kapasitas pelayanan

rumah sakit pada saat itu. Biaya yang dugunakan dalam pembangunan IPAL

tersebut merupakan biaya eksternal yang dikeluarkan rumah sakit untuk mengatasi

eksternalitas negatif yang dapat diakibatkan dari adanya limbah rumah sakit.

Selain itu, dalam pengoperasian IPAL juga diperlukan biaya operasional dan

pemeliharaan yang cukup besar. Adanya biaya eksternal yang dikeluarkan rumah

sakit, dapat menjadi beban biaya tersendiri bagi rumah sakit. Hal ini dapat

mempengaruhi neraca keuangan perusahaan rumah sakit sehingga dapat

mempengaruhi pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit dan biaya yang

ditanggung oleh pasien menjadi semakin besar.

Pemilihan Rumah Sakit X untuk dijadikan sebagai tempat penelitian

dikarenakan rumah sakit tersebut telah memiliki pengelolaan limbah, namun

belum melakukan evaluasi terkait permasalahan efisiensi dan pembiayaan dari

pengelolaan limbah. Selain itu, Rumah Sakit X juga merupakan salah satu rumah

sakit swasta yang dipercaya oleh masyarakat Jakarta Selatan dan sekitarnya. Letak

rumah sakit yang berdekatan dengan permukiman warga menjadikan segala

eksternalitas negatif dari aktivitas rumah sakit dapat dirasakan oleh warga. Oleh

karena itu, perlu dikaji efektivitas biaya IPAL di Rumah Sakit X.

Berdasarkan permasalahan di atas, berikut adalah rumusan pertanyaan

dalam penelitian ini :

1. Bagaimana karakteristik pengelolaan limbah dan penilaian masyarakat

terhadap pengolahan limbah Rumah Sakit X?

2. Bagaimana efisiensi IPAL Rumah Sakit X berdasarkan hasil pengolahan

limbah cair?

3. Bagaimana efektifitas biaya pengolahan limbah cair dalam menurunkan

kadar pencemaran dari setiap parameter dengan sistem pengolahan IPAL

yang berbeda serta besarnya biaya pengelolaan limbah yang dapat

dibebankan kepada pasien?

Page 19: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

4

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efisiensi dan

efektivitas pengelolaan limbah cair rumah sakit dengan mengambil contoh kasus

di Rumah Sakit X. Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengkaji karakteristik pengelolaan limbah dan menganalisis penilaian

masyarakat terhadap pengolahan limbah Rumah Sakit X.

2. Menghitung efisiensi IPAL berdasarkan hasil dari pengolahan limbah cair

yang dilakukan oleh Rumah Sakit X.

3. Menghitung efektivitas biaya pengolahan limbah cair dalam menurunkan

kadar pencemaran dari setiap parameter dengan sistem pengolahan IPAL

yang berbeda serta besarnya biaya pengelolaan limbah yang dapat

dibebankan kepada pasien.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Masalah dalam pengelolaan limbah rumah sakit sangatlah luas dan

kompleks serta mencakup berbagai aspek yang terkait didalamnya seperti aspek

teknis, sosial, ekonomi dan sebagainya. Penelitian ini dilakukan di rumah sakit

dengan Rumah Sakit X sebagai contoh kasus dalam pengelolaan limbahnya.

Parameter limbah sebagai aspek teknis yang diteliti dalam penelitian ini meliputi

parameter BOD, COD, TSS dan sesuai dengan hasil uji laboratorium. Aspek

ekonomi yang dibahas dalam penelitian ini meliputi estimasi biaya pengelolaan

limbah yang dapat dibebankan kepada pasien serta biaya efektif dalam

menurunkan parameter pencemaran. Biaya yang diamati dalam penelitian ini

merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan limbah cair.

Page 20: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

Menurut American Hospital Association (1974) dalam Azwar (2010),

rumah sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri dari tenaga medis profesional

yang teroganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan

pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis

serta pengobatan penyakit yang diderita pasien. Sedangkan menurut Depkes RI

(2003), rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan berupa rawat jalan, rawat inap, gawat darurat yang mencakup

pelayanan dan penunjang medis, serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan

tenaga kesehatan dan penelitian.

Kompleksnya penyakit yang harus ditangani rumah sakit menjadikan

kelembagaan dalam rumah sakit menjadi lebih spesifik dan khusus. Berbagai

macam profesi yang terlibat di dalam suatu institusi rumah sakit serta teknologi

medis yang terus dikembangkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan secara

optimal. Pelayanan, sarana dan prasarana penunjang menjadi bagian utama dari

rumah sakit dalam memberikan jasa kesehatan yang baik. Berdasarkan peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 340/Menkes/Per/III/2010 rumah sakit diklasifikasikan

kedalam dua klasifikasi, yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.

Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum

diklasifikasikan menjadi:

1. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum yang mempunyai kualitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit empat Pelayanan Medik Spesialis Dasar, lima

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, dua belas Pelayanan Medik

Spesialis Lain dan tiga belas Pelayanan Medik Sub Spesialis serta

memiliki kapasitas tempat tidur minimal 400 buah.

2. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit empat Pelayanan Medik Spesialis Dasar, empat

Page 21: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

6

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, delapan Pelayanan Medik Spesialis

Lainnya dan dua Pelayanan Medik Subspesialis Dasar serta memiliki

kapasitas tempat tidur minimal 200 buah.

3. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan

medik paling sedikit empat Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan empat

Pelayanan Spesialis Penunjang Medik serta memiliki kapasitas tempat

tidur minimal 100 buah.

4. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan pelayanan medik paling

sedikit dua Pelayanan Medik Spesialis Dasar serta memiliki kapasitas

tempat tidur minimal 50 buah.

Selain Rumah Sakit Umum juga terdapat Rumah Sakit Khusus. Jenis

Rumah Sakit Khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung,

Kanker, Orthopedi, Paru, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantunga Obat, Stroke,

Penyakit Infeksi, Bersalin, Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, THT, Bedah,

Ginjal, Kulit dan Kelamin.

Rumah sakit memiliki berbagai fungsi, tidak hanya sebagai pemberi

layanan kesehatan tetapi juga sebagai sarana pendidikan serta pengembangan ilmu

pengetahuan. Klasifikasi rumah sakit didasarkan pada berbagai macam aspek

dalam pelayanan hingga fasilitas yang terdapat di dalamnya. Berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/17/1992 tentang pedoman

organisasi, rumah sakit umum merupakan rumah sakit yang memberikan

pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan sub spesialistik.

Sedangkan klasifikasi didasarkan pada perbedaan tingkat menurut kemampuan

pelayanan kesehatan yang dapat disediakan yaitu rumah sakit kelas A, kelas B,

kelas C dan kelas D.

2.2 Landasan Hukum yang Mengatur Limbah Rumah Sakit

Pelaksanaan pengelolaan limbah rumah sakit harus sesuai dengan

peraturan yang berlaku. Peraturan yang terkait dalam hal ini adalah peraturan

Page 22: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

7

yang berhubungan dengan pengendalian pencemaran air. Berikut adalah peraturan

yang berlaku:

1. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

Hal-hal yang terkait adalah :

a) Kewajiban mengendalikan pencemaran lingkungan bagi yang

menimbulkannya, baik bagi setiap orang (pasal 5 ayat 2) maupun bagi

setiap bidang usaha (pasal 7 ayat 1).

b) Dasar perlindungan lingkungan hidup, yaitu dengan berdasarkan baku

mutu lingkungan (pasal 15).

c) Persyaratan pembuangan limbah cair ke dalam lingkungan, yaitu tidak

boleh menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan yang menerima

limbah tersebut (pasal 15 ayat 2).

d) Ganti rugi dan biaya pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran

lingkungan (pasal 20 ayat 1 dan 3).

e) Sanksi pidana perusakan dan pencemaran lingkungan (pasal 22).

2. PP No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

Peraturan ini mengenai kriteria, tolak ukur pencemaran, penggolongan air,

daya tampung, izin, pengaturan pembuangan limbah cair yang mencantumkan

tentang :

a) Kriteria dan tolak ukur pencemaran, yaitu didasarkan pada baku mutu air

sesuai dengan peruntukannya.

b) Penggolongan air dan baku mutu air (pasal 7, 10, 42).

c) Dasar pengendalian pencemaran air, yaitu berdasarkan baku mutu air, daya

tampung beban pencemaran pada lingkungan perairan penerima limbah,

baku mutu limbah, persyaratan pembuangan limbah dan perizinan

pembuangan limbah (pasal 14, 15,16, 17, 25 dan 26).

d) Perizinan pembuangan limbah cair ke dalam lingkungan perairan (pasal

17, 20, 21, 22, 25 dan 26).

e) Kewajiban setiap penanggungjawab kegiatan yang membuang limbahnya

ke lingkungan perairan untuk melaporkan hasil pemeriksaannya kepada

Gubernur (pasal 31, ayat 2, dan pasal 32).

Page 23: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

8

3. PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air.

a) Setiap orang yang membuang air limbah ke prasarana dan atau sarana

pengelolaan air limbah yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota

dikenakan retribusi (pasal 24 ayat 1).

b) Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan berkewajiban

memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pelaksanaan

kewajiban pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air

(pasal 32).

4. Kep-58/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan

Rumah Sakit.

Peraturan ini mengenai baku mutu limbah cair rumah sakit dan tanggungjawab

rumah sakit mencantumkan tentang :

a) baku mutu limbah cair kegiatan rumah sakit (pasal 2 ayat 1 dan lampiran

3, 4, 5, 6).

b) Rumah sakit yang telah beroperasi sebelum dikeluarkannya keputusan ini,

berlaku Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) seperti dalam lampiran A dan

wajib memenuhi BMLC seperti dalam lampiran B selambat lambatnya

tanggal 1 Januari 2000 (pasal 3 ayat a).

c) Rumah sakit yang tahap perencanaannya dilakukan sebelum

dikeluarkannya keputusan ini dan beroperasi setelah dikeluarkannya

keputusan ini, berlaku BMLC lampiran A dan wajib memenuhi BMLC

lampiran B selambat-lambatnya tanggal 1 Januari 2000 (pasal 3 ayat b).

d) Kewajiban penanggungjawab kegiatan rumah sakit untuk mengelola dan

memeriksa kualitas limbah cair oleh laboratorium yang berwenang berikut

frekuensinya (pasal 7 dan 8).

2.3 Limbah Rumah Sakit

Limbah merupakan zat sisa hasil aktivitas manusia baik dalam skala kecil

maupun besar ataupun zat sisa hasil dari proses alam yang tidak memiliki nilai.

Bentuk dari zat sisa tersebut dapat berupa gas, cair dan padat yang dapat

berdampak buruk jika dilepaskan ke lingkungan tanpa melalui proses tertentu.

Page 24: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

9

Setiap aktivitas manusia dapat menghasilkan limbah tidak terkecuali

dalam suatu institusi rumah sakit yang melibatkan berbagai aktivitas medis

didalamnya. Limbah rumah sakit harus menjadi perhatian penuh bagi pengelola

rumah sakit mengingat dampak yang dapat ditimbulkan sangatlah berbahaya.

Pengelolaan limbah secara tidak tepat dapat menyebarkan berbagai macam

penyakit yang berbahaya karena limbah tersebut mrngandung berbagai macam

toksik yang didalamnya terdapat berbagai macam bakteri bahkan virus menular

berbahaya.

Berdasarkan karakteristiknya, jenis limbah rumah sakit terbagi atas dua

jenis yaitu limbah medis dan limbah non medis. Limbah medis merupakan limbah

yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi, veterinary, farmasi, serta

limbah rumah sakit pada saat dilakukan perawatan atau pengobatan dan

penelitian. Sementara itu, limbah non medis merupakan limbah hasil aktivitas

rumah sakit yang tidak berhubungan dengan pelayanan medis. Kedua limbah ini

memiliki dampak yang besar bagi lingkungan dan makhluk hidup lain jika tidak

melalui proses pengolahan yang baik (Depkes RI, 2002). Berdasarkan potensi

bahaya yang terkandung di dalamnya jenis limbah medis dapat digolongkan

sebagai berikut:

a. Limbah benda tajam

Limbah benda tajam merupakan limbah yang memiliki sudut atau sisi

tajam yang dapat memotong kulit dan memiliki potensi untuk menularkan

berbagai macam bakteri penyakit dan virus.

b. Limbah infeksius

Limbah infeksius merupakan limbah yang mengandung mikroorganisme

pathogen seperti virus, bakteri dan parasit yang dalam konsentrasi dan

jumlah yang cukup dapat menyebarkan penyakit kepada orang yang rentan

(WHO, 1999).

c. Limbah jaringan tubuh

Limbah jaringan tubuh merupakan limbah yang berupa jaringan tubuh

seperti organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh. Limbah ini biasanya

dihasilkan dari proses pembedahan atau operasi pasien.

d. Limbah sitotoksik

Page 25: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

10

Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi dengan obat selama

peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

e. Limbah farmasi

Limbah farmasi merupakan limbah yang berasal dari obat-obatan yang

digunakan dalam pengobatan pasien.

f. Limbah kimia

Limbah kimia merupakan limbah yang dihasilkan dari penggunaan kimia

dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.

g. Limbah radioaktif

Limbah radioaktif merupakan limbah yang berasal dari bahan yang

terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan riset

radionukleotida atau medis.

Limbah-limbah rumah sakit yang beragam tersebut merupakan hasil dari

berbagai aktivitas yang ada di rumah sakit. Sumber dari limbah-limbah tersebut

dapat berasal dari aktivitas medis maupun non medis. Kegiatan operasional dari

rumah sakit akan menghasilkan limbah medis dan non medis, berikut pembagian

unit-unit penghasil limbah di rumah sakit:

1. Limbah non medis banyak dihasilkan dari kegiatan non medis yaitu

berasal dari ruang perkantoran, dapur, perawatan, dan lain-lain.

2. Instalasi di rumah sakit yang berpotensi sebagai sumber panghasil limbah

medis adalah:

a) unit kegiatan pelayanan medis yaitu rawat jalan, unit rawat inap

termasuk ICU, unit gawat darurat, unit bedah, dan unit bersalin.

b) unit kegiatan penunjang medis yaitu radiologi, laboratorium,

hemodialysis, dan farmasi.

Karakteristik limbah perlu untuk diketahui agar lebih memudahkan dalam

pengelolaan limbah. Disamping itu karakteristik limbah juga akan mempengaruhi

kuantitas dan kualitas dari sumber daya yang akan dimanfaatkan.

2.4 Strategi Pengelolaan Limbah

Limbah yang dihasilkan rumah sakit memiliki dampak yang berbahaya

sehingga diperlukan tindakan pengolahan limbah yang baik. Pengelolaan limbah

Page 26: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

11

yang baik membutuhkan strategi yang tepat agar limbah yang dihasilkan sesuai

dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah. Strategi pengolahan limbah ini

mulai dari proses pengolahan limbah hingga memastikan limbah hasil proses

pengolahan dibuang dengan aman.

Beberapa aspek dalam strategi pengolahan limbah menurut Depkes RI

(1991), yaitu:

1. Pemisahan dan Pengurangan

Limbah hendaknya ditangani dengan penuh perhatian dan untuk

memudahkan dalam penanganan sebaiknya memisahkan limbah sesuai dengan

klasifikasi tertentu. Kandungan bahan berbahaya dalam limbah tidak dapat

dilakukan pengelolaan dengan perlakuan biasa namun, diperlukan perlakuan

khusus untuk mengelolanya. Hal itu menjadikan pengelolaan limbah perlu

dilakukan dengan pemisahan agar memudahkan dalam pengolahannya.

Pengurangan jumlah limbah memerlukan perlakuan khusus dalam

pengolahannya karena setiap limbah memiliki karakteristik dan kandungan

yang berbeda. Pemisahan dan pengurangan limbah dimaksudkan untuk

memudahkan dan menghindari kesalahan dalam penanganan. Keselamatan

pengelola juga dapat dimaksimalkan dengan adanya pemisahan dan

pengurangan jumlah limbah.

2. Penampungan

Pengolahan limbah tidak dapat dilakukan secara berlebih dan harus sesuai

dengan kemampuan dari fasilitas pengolah limbah tersebut sehingga perlu

dilakukan penampungan terlebih dahulu. Fasilitas penampungan limbah harus

tersedia dan memadai sesuai dengan limbah yang dihasilkan. Penampungan

limbah hendaknya berada di tempat yang tepat dan jauh dari wilayah yang

banyak terdapat aktivitas manusia karena berbagai limbah yang di tampung

tersebut mengandung berbagai bahan berbahaya.

3. Standardisasi Kantong dan Kontainer Pembuangan Limbah

Kantong untuk pembuangan limbah hendaknya memiliki warna yang

berbeda untuk memudahkan dan mengurangi kesalahan dalam pemisahan.

Keuntungan membedakan warna kantong pembuangan limbah sesuai dengan

jenis limbah serta keseragaman satandar kantong dari kontainer adalah

Page 27: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

12

mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf, meningkatkan keamanan secara

umum, pengurangan biaya produksi kantong dan biaya kontainer.

Membedakan warna kantong sesuai dengan jenis limbah dapat dijadikan

standar dalam penanganan limbah. Penanganan limbah yang baik diperlukan

dukungan dan kepedulian pengelola dalam menyediakan kantong dan

kontainer sesuai dengan standar yang berlaku. Perlakuan limbah seperti ini

tidak hanya demi mencegah pencemaran terhadap lingkungan, tetepi juga

demi keselamatan pengelola dalam menangani limbah.

Standarisasi warna dan logo menurut Depkes RI (1996) digunakan untuk

limbah infeksius, limbah sitotoksik dan limbah radioaktif. Limbah infeksius

dengan kantong berwarna kuning, limbah sitotoksik dengan kantong berwarna

ungu dan limbah radioaktif dengan kantong berwarna merah. Penjelasan

standarisasi warna dan kantong limbah terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Standarisasi Warna dan Logo Kantong Limbah

Jenis Limbah Warna dan Logo

Limbah infeksius Kantong berwarna kuning dengan symbol biohazard

Limbah sitotoksik Kantong berwarna ungu dengan symbol limbah

sitotoksik

Limbah radioaktif Kantong berwarna merah dengan symbol radioaktif

Sumber: Depkes RI, 1996

Kualitas kantong dan kontainer haruslah diperhatikan dan memiliki

kualitas yang baik agar tidak mudah rusak dan membahayakan. Ketebalan

kantong limbah harus sesuai dengan kantong limbah domestik yang memiliki

kualitas baik. Perbedaan warna kantong untuk masing-masing jenis limbah

dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Warna dan Kantong Limbah Berdasarkan Jenis Limbah

Warna Kantong Jenis Limbah

Hitam Limbah rumah tangga biasa

Kuning Semua jenis limbah yang akan dibakar

Kuning dengan strip hitam Jenis limbah yang sebaiknya dibakar tetapi dapat juga

dibuang ke sanitary landfill bila dilakukan

pengumpulan secara terpisah

Biru muda atau transparan dengan

strip biru tua

Limbah untuk autoclaving (pengolahan sejenis)

sebelum dibuang di pembuangan akhir

Sumber: Depkes RI, 1996

Page 28: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

13

4. Pengangkutan Limbah

Pengangkutan limbah dilaksanakan sesuai dengan prosedur pengangkutan

limbah internal dan eksternal. Pengangkutan limbah internal dimulai dari titik

penampungan awal ke tempat pembuangan atau insenerator dalam on site

insenerator dengan menggunakan kereta dorong. Peralatan-peralatan harus

jelas dan diberi label, dibersihkan secara regular, dan hanya digunakan untuk

pengangkutan sampah. Petugas pengangkut limbah dilengkapi dengan alat

proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan limbah haruslah sesuai prosedur yang tepat demi

keselamatan dan menghindarkan dari kesalahan penanganan. Limbah klinis

diangkut dengan kontainer khusus yang kuat dan tidak bocor serta memiliki

teknologi pendukung dalam pelaksanaan pengangkutan limbah. Hal yang

perlu diperhatikan dalam proses pengangkutan limbah ini adalah adanya

kebocoran sehingga kendaraan kontainer harus memiliki spesifikasi untuk

mengatasi dan mencegah kebocoran tersebut terjadi. Petugas yang menangani

pengangkutan limbah ini haruslah memiliki kemampuan menangani

pengangkutan limbah serta harus memenuhi standar operasional demi

keselamatan dalam bekerja.

5. Metode Pembuangan

Limbah klinis dibuang dengan menggunakan insenerator atau landfill.

Pemilihan pembuangan limbah ini harus disesuaikan dengan kondisi limbah

dan letak dari sumber limbah tersebut. Metode pembuangan limbah ini

hendaknya memperhatikan aspek lingkungan serta eksternalitas yang

ditimbulkan dari setiap metode pembuangan. Kedua metode tersebut dapat

dilakukan bersamaan, namun perlu diperhatikan efektifitas dari penggunaan

kedua metode tersebut.

6. Perlakuan sebelum Dibuang

Reklamasi atau daur ulang untuk limbah kimia berbahaya hendaknya

dipertimbangkan secara teknis dan ekonomi. Hal ini dapat digunakan dengan

autoclaving atau disinfeksi dengan bahan kimia tertentu, sedangkan limbah

infeksius dapat dibuang ke sanitary landfill.

Page 29: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

14

7. Autoclaving

Perlakuan terhadap limbah infeksius dilakukan dengan autoclaving.

Limbah dipanasi dengan uap bertekanan tertentu. Masalah yang sering

menjadi kendala adalah besarnya volume limbah atau limbah yang dipadatkan

dan penetrasi uap secara lengkap pada suhu yang diperlukan sering tidak

tercapai sehingga tujuan autoclaving (sterilisasi) tidak tercapai. Perlakuan

dengan suhu tinggi pada periode singkat akan membunuh bakteri vegetatif dan

mikroorgamisme lain yang dapat membahayakan penjamah limbah.

Kantong limbah plastik sebaiknya tidak digunakan secara ulang karena

bahan kantong tidak tahan panas dan akan meleleh selama autoclaving. Oleh

sebab itu, sebaiknya digunakan kantong khusus untuk proses autoclaving.

Kantong tersebut mempunyai pita indikator yang menunjukkan kantong telah

mengalami perlakuan panas yang cukup tinggi.

8. Disinfeksi dengan Bahan Kimia

Disinfeksi adalah penghacuran mikroorganisme yang tidak terlalu spora.

Selain itu, terdapat pula sterilisasi, yaitu penghancuran seluruh

mikroorganisme termasuk spora. Pemilihan keduanya tergantung pada jenis

yang memerlukan efisiensi untuk prosedur tersebut (Aqarwal, 2005).

Peranan disinfektan pada institusi besar bersifat terbatas. Misalnya,

digunakan setelah mengepel lantai atau membasuh tumpahan dan mencuci

kendaraan limbah. Limbah inifeksius dalam jumlah kecil dapat diidisinfeksi

dengan bahan kimia seperti hipoklorida atau permanganate. Cairan disinfeksi

ini dapat diserap oleh limbah sehingga akan menambah bobot dan

menimbulkan masalah dalam penanganan.

9. Insinerator

Insinerator adalah alat yang digunakan untuk membakar. Proses

pembakaran dilaksanakan dalam ruang ganda insinerator yang mempunyai

mekanisme pemantauan secara ketat dan parameter pengenalan pembakaran.

Kotak api atau insinerator domestik adalah ruang tunggal, pada ruangan ini

biasanya proses pembakaran tidak terjadi secara lengkap dan suhu tidak dapat

dikendalikan.

Page 30: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

15

Limbah combustible dapat dibakar bila tersedia insinerator yang tepat.

Residu insinerator dapat dibuat ke sanitary landfill. Jenis residu yang

mengandung pencemar logam berat harus dilakukan penanganan yang lebih

cermat.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan insinerator adalah

alasan ekonomi, sejarah atau alasan-alasan lain rumah sakit. Alasan-alasan

tersebut tidak dapat dijadikan pengecualian dalam pemenuhan standar kualitas

udara. Diperlukan prioritas sumberdaya dalam perbaikan sarana yang ada atau

menggunakan sarana di luar rumah sakit untuk dapat memenuhi persyaratan

emisi udara.

10. Sanitary Landfill

Sanitary Landfill merupakan metode pembuangan limbah tradisional.

Lokasi yang digunakan sekarang lebih merupakan tempat pembuangan

terbuka yang memilki resiko terhadap manusia dan lingkungan. Lokalisasi

yang terisolasi, dipagar dan jauh dari masyarakat, merupakan hal-hal yang

perlu dipertimbangkan.

Sanitary Landfill secara fisik berada di daerah lapisan padat agar

mencegah perpindahan limbah ke dalam air tanah atau ke tanah dan sekitarnya

dapat dilakukan dengan menggunakan lapisan kedap seperti tanah liat, aspal

atau lapisan sintetis. Lokasi harus didaftar dan mendapat izin dari instansi

yang berwenang. Operator harus mencatat setiap limbah yang dibuang.

Apabila limbah sudah penuh, harus segera ditutup dengan tanah atau lapisan

yang sesuai. Pemilihan lokasi harus memenuhi kriteria : sesuai dengan tata

guna lahan, dekat dengan penghasil limbah, meterologi, penguapan tinggi,

rasio hujan rendah, hidrogeologi, permukaan air tanah dalam dan terpisah oleh

lapisan yang dapat ditembus air tanah.

11. Sistem Saluran Air Kotor

Rumah sakit harus memanfaatkan sistem pengolahan air limbah yang

memiliki sistem pengolahan air limbah perkotaan yang tersedia dan dijangkau

rumah sakit. Seringkali rumah sakit belum memiliki sistem limbah perkotaan

dengan pertimbangan faktor-faktor efektivitas, kebutuhan lahan, biaya

investasi, tingkat mekanisasi, biaya operasi dan pemeliharaan, serta energi

Page 31: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

16

listrik yang dibutuhkan. Namun untuk keamanan lingkungan, karyawan dan

pasiennya, rumah sakit tersebut harus membangun dan memiliki sistem

pengolahan air limbah.

12. Pelatihan

Program pelatihan meliputi latihan dasar tentang prosedur penanganan

limbah untuk semua tenaga kerja yang menangani limbah. Program pelatihan

hendaknya ditinjau secara periodik dan diperbaharui bila perlu penerangan

pokok dalam pelatihan antara lain mengenai biaya limbah klinis dan

sejenisnya, prosedur aman untuk menangani limbah, tindakan yang diperlukan

bila terjadi kecelakaan termasuk cara pelaporan kepada supervisor. Rumah

sakit harus menunjuk seorang pejabat yang bertanggungjawab atas sistem

pembuangan limbah secara efisien dan memenuhi persyaratan kesehatan dan

keselamatan kerja.

2.5. Sistem Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit

Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan

hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang

terbukti memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran

rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang

ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut

langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai

mengandung zat medis (Suparmin et al. 2002).

Menurut Depkes RI (1993) sistem pengolahan limbah cair yang sudah

berjalan adalah:

1. Tangki septik

Tangki ini digunakan untuk menampung limbah cair dari kamar mandi,

kakus, ruang bersalin dan ruang perawatan. Limbah cair ini ditampung untuk

mendapatkan pengolahan/pembersihan yang lebih baik.

2. Sistem biologi aerob

Sistem ini menggunakan udara yang berfungsi untuk mencerna zat organik

dan zat anorganik.

Page 32: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

17

3. Sistem biologi anaerob

Sistem ini berkebalikan dengan proses aerobik. Biasanya proses anaerobik

menggunakan penambahan peralatan seperti pompa limbah dan anaerobic

filter.

Biofilter sistem anaerob-aerob sebagai Teknologi Pengolahan Limbah Cair

Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) ini bertujuan untuk mengolah air

limbah yang mengandung polutan yang mana dinyatakan dalam beban BOD,

COD, TSS dan lain-lainnya. Biofilter dengan sistem anaerob-aerob ini terdiri dari

5 unit pengolahan, yaitu bak ekualisasi, bak anaerob, bak aerob, bak sedimentasi

dan bak effluent yang memiliki fungsi masing-masing. Berikut adalah fungsi dari

unit pengolahan yang ada dalam biofilter anaerob-aerob menurut buku operasional

IPAL (2006).

1. Bak Ekualisasi

Bak ekualisasi berfungsi untuk menciptakan kondisi air yang homogen

baik secara kuantitas maupun kualitas air limbah sebelum masuk ke dalam sistem

pengolahan biologi. Proses pengolahan yang terjadi dalam bak ekualisasi ini dapat

mencegah terjadinya Shock loading. Shock loading adalah keadaan air limbah

yang masuk pada waktu tertentu memiliki debit yang sangat besar dan kadar

pencemarannya sangat tinggi sehingga dapat merusak kinerja sistem pengolahan

berikutnya.

2. Bak Anaerob

Proses anaerob merupakan salah satu alternatif pengolahan secara biologi

yang banyak digunakan untuk limbah dengan beban organik yang tinggi. Hasil

utama dari sistem pengolahan ini adalah gas methan dan . Proses yang terjadi

dalam bak ini yaitu akan terjadi dekomposisi atau pembusukkan zat-zat organik

oleh sejumlah mikro organisme pada kondisi tidak ada udara (anaerob). Tahapan

proses dalam bak ini yaitu proses pelarutan, hidrolisa, merubah zat-zat organik

menjadi organic acid, ethanol dan . Proses terakhir dalam bak ini adalah

proses methanogenic yaitu dekomposisi dari hasil acidification menjadi gas

methane dan .

Page 33: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

18

3. Bak Aerob

Proses aerob adalah proses penguraian bahan organik dengan bantuan

bakteri aerob. Proses lumpur aktif digunakan dalam proses aerob sebagai

pengolahan kedua dalam bak aerob ini. Limbah organik dimasukkan ke dalam

tangki dimana kultur bakteri aerob dipertahankan melekat pada media.

Lingkungan aerob diperoleh melalui suplai udara dengan menggunakan air

blower yang dilengkapi dengan pipa distribusi untuk memasukkan udara yang

akan menciptakan gelembung udara di dalam bak aerob.

4. Bak Sedimentasi

Proses dalam bak sedimentasi yaitu terjadi pengendapan lumpur secara

gravitasi yang berasal dari proses pengolahan aerob. Sebagian lumpur yang

mengendap akan dikembalikan lagi menuju sistem aerob dengan menggunakan

bak yang berfungsi untuk memisahkan lumpur dari effluent yang telah diolah

dengan sistem aerob. Hal ini dilakukan karena lumpur masih membawa

mikroorganisme aktif yang berguna untuk menguraikan bahan organik.

5. Bak Effluent

Bak effluent merupakan tempat penampung sementara sebelum air olahan

hasil pengolahan limbah dibuang ke dalam saluran pembuangan atau ke badan air.

2.6 Dampak Limbah Rumah Sakit terhadap Kualitas

Lingkungan dan Kesehatan

Limbah rumah sakit perlu diolah sebelum dibuang ke tempat pembuangan

akhir agar tidak mencemari lingkungan. Adapun dampak yang timbul apabila

limbah tidak diolah yaitu mencemari air permukaan, air tanah dan badan-badan

air, mengganggu biota air, mengganggu estetika, terjadi pendangkalan pada

sungai dan badan air, menyebabkan penurunan kesehatan dan kehilangan nyawa,

menimbulkan kerugian ekonomi masyarakat dan mengurangi kesejahteraan

masyarakat (Depkes RI, 1993).

Zat-zat yang terdapat dalam limbah dapat menyebabkan dampak

negatifbagi kualitas lingkungan. Terdapat tiga kategori polutan limbah yaitu, fisik,

kimia dan biologis. Polutan fisik memiliki resiko lingkungan dan kesehatan yang

terkait dengan limbah medis. Resiko tersebut dapat berupa pengaruh insenerasi

Page 34: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

19

terhadap kesehatan seperti iritasi mata dan saluran pernafasan sampai hujan asam

dan juga cedera fisik yang dapat timbul karena tertusuk limbah benda tajam.

Polutan kimia kemungkinan dapat bersifat karsinogenik dan cedera fisik seperti

terbakar karena terkena bahan kimia yang mudah terbakar. Sedangkan polutan

biologis dapat menyebabkan resiko terkena infeksi apabila limbah biologis

memiliki dosis agen infeksi yang tinggi dan limbah. Resiko ini dapat terjadi pada

pemulung dan anak-anak yang ada di sekitar tempat pembuangan. Pada dasarnya,

adanya limbah dapat memberi resiko dampak bagi semua orang yang ada di

sekelilingnya termasuk pengunjung, masyarakat, pekerja kesehatan dan pemulung

(Aqarwal, 2005).

2.7 Upaya Meminimisasi Limbah

Pengolahan limbah merupakan salah satu upaya untuk meminimisasi

limbah baik dalam mengurangi jumlah, konsentrasi atau bahaya limbah, pasca

produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau secara hayati. Minimisasi

limbah meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya dan upaya

pemanfaatan limbah. Menurut Soemantojo dalam Djunaedi (2007), terdapat

beberapa cara dalam meminimisasi limbah, yaitu :

1. Reduksi pada sumbernya (source reduction) dilakukan dengan cara

memilih bahan baku yang relatif aman, melakukan pengolahan bahan dan

modifikasi bahan, operasi misalnya housekeeping, segregasi limbah,

preventive maintenance, pengaturan kondisi operasi dan proses

pengolahan, modifikasi proses dan perubahan produk. Berbagai cara yang

digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah (Hananto, 1999):

a) Housekeeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam

menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran,

tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi

dengan sebaik mungkin.

b) Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran

limbah menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga

dapat mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya

pengolahan limbah.

Page 35: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

20

c) Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian

alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.

d) Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar

persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses

kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan

gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan

terkontrol.

e) Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan

petunjuk pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.

f) Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses

kegiatan yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan

efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat

pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya.

2. Re-use atau penggunaan kembali adalah pemanfaatan limbah dengan jalan

menggunakan kembali untuk keperluan yang sama atau fungsinya sama

tanpa mengalami pengolahan atau perubahan bentuk. Contohnya, botol

infus dapat digunakan kembali sebagai botol infus.

3. Daur ulang atau re-cycle adalah pemanfaatan kembali limbah melalui

pengolahan secara fisik, kimiawi untuk menghasilkan produk yang sama

atau produk lain. Contohnya, besi bekas dapat digunakan kembali untuk

membuat barang berbahan besi.

4. Perolehan kembali adalah upaya pemanfaatan limbah dengan jalan

memprosesnya guna memperoleh kembali salah satu komponen yang

terkandung di dalamnya. Contohnya, pengambilan logam perak dari

limbah.

5. Pemanfaatan kembali ataupun daur ulang limbah rumah sakit harus

menggunakan teknologi yang benar-benar tepat. Apabila tidak, dapat

dipastikan, kuman atau bibit penyakit yang menempel dan bersarang akan

tetap hidup, yang selanjutnya menularkan kepada penggunanya. Apabila

pengguna ini (misal : anak-anak) terkontaminasi lalu terjangkit penyakit

HIV atau hepatitis melalui limbah medis, dalam puluhan tahun

diasumsikan kualitas SDM remaja Indonesia menurun, belum lagi

Page 36: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

21

pengobatannya yang mahal. Bibit penyakit berupa kuman, virus HIV, dan

virus hepatitis bila strain ganas bukan lagi menyebabkan kualitas SDM

menurun, bahkan menyebabkan maut.

2.8 Aspek Ekonomi dari Pengolahan Limbah Rumah Sakit

Proses minimisasi limbah di rumah sakit bertujuan untuk memperbaiki

kualitas lingkungan dan memberikan keuntungan ekonomis seperti mengurangi

biaya investasi atau modal dan biaya operasi unit pengolah limbah yang dilakukan

di rumah sakit yang bersangkutan, mengurangi biaya pengolahan limbah dan

transportasi untuk pengolahan limbah di luar fasilitas rumah sakit, mengurangi

biaya untuk perizinan, pemantauan, penegakan dan tanggap darurat, mengurangi

biaya penanggulangan kerusakan lingkungan, meningkatkan keuntungan karena

penjualan atau pemanfaatan limbah serta menjamin kesejahteraan sosial dan

ekonomi masyarakat karena terhindar dari kerugian yang dapat ditimbulkan dari

limbah.

Limbah yang merupakan eksternalitas negatif dari adanya suatu produksi

atau kegiatan dapat diminimisasi dengan suatu pengolahan yang membutuhkan

biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk menutup eksternalitas negatif atau

mengkompensasi kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi disebut dengan

External Cost. Biaya tersebut adalah biaya di luar biaya swasta (Private Cost)

yang digunakan dalam menjalankan usaha. Dengan kata lain, keseluruhan biaya

yang dikeluarkan oleh suatu unit usaha yang mencakup biaya eksternal disebut

dengan biaya sosial (Sosial Cost). Besarnya biaya akan berubah sejalan dengan

adanya perubahan aktivitas produksi dari suatu unit usaha. Perubahan biaya

tersebut adalah biaya marjinal. Sesuai dengan konsep biaya sosial yang lebih

besar dari biaya swasta, besar Marginal Sosial Cost (MSC) juga lebih besar

daripada Marginal Private Cost (MPC) karena merupakan penambahan MPC

dengan MEC (Marginal External Cost).

2.9 Pemanfaatan Limbah

Pemanfaatan limbah akan sangat membantu dalam mengurangi jumlah

limbah di lingkungan rumah sakit dan juga memberi nilai tambah pada limbah

Page 37: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

22

yang semula tidak mempunyai nilai ekonomis menjadi bahan yang mempunyai

nilai ekonomis. Pelaksanaan pemanfaatan limbah dapat berlangsung di dalam

ataupun di luar rumah sakit. Pemanfaatan limbah dapat dikelompokkan menjadi

tiga jenis yaitu, kegiatan 3R (reuse, recycle dan recovery) (DKSHE IPB, 2008).

Limbah cair rumah sakit dalam bentuk air hasil olahan dapat digunakan

kembali. Air hasil olahan dapat dipergunakan untuk menyiram tanaman dan

mencuci mobil serta endapannya dapat dijadikan batu bata. Selain itu, air hasil

olahan dapat dijadikan pengisi kolam ikan hias atau membuat ternak ikan non

konsumtif seperti ikan hias dan ikan sapu-sapu.

Sampah (limbah padat) rumah sakit tidak bisa dimanfaatkan seluruhnya.

Hanya sampah non-infeksius yang dapat dimanfaatkan, misalnya sampah tersebut

dijadikan kompos untuk dijual sebagai pupuk tanaman. Pemanfaatan sampah

infeksius rumah sakit tidak diperkenankan karena mengandung bahan-bahan yang

dapat membahayakan penggunanya.

2.10 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang pengelolahan

limbah cair serta efektivitasnya dalam menurunkan kadar pencemaran yang dapat

dijadikan referensi dalam penelitian ini.

Tabel 3. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Alat Analisis Hasil Penelitian

1 Djunaedi

(2007)

Kajian Efektivitas

Pengolahan

Limbah Cair

Rumah Sakit

(Studi Kasus

Rumah Sakit di

DKI Jakarta)

Uji-t, Principle

Compnenf

Analysis (PCA),

korelasi dan

analisis

efektivitas biaya

Secara umum IPAL rumah sakit

hanya efektif mereduksi E. coli,

fluoride dan meningkatkan oksigen

terlarut.

Terdapat hubungan ratio antara

kinerja rumah sakit dengan:

padatan tersuspensi

biaya pengolahan fosfat

biaya pengolahan ammonia

jumlah tenaga kerja - amonia

jumlah tenaga deman MPN

Koli.

Biaya pengolahan tidak efektif

terhadap parameter:

BOD

COD

padatan tersuspensi

arnonia dan fosfat

Page 38: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

23

2 Haqq

(2009)

Analisis

Efektivitas Biaya

dan Penilaian

Masyarakat

terhadap

Pengelolaan

Limbah Rumah

Sakit Telogorejo

Semarang

Uji Nilai

Tengah, Uji-t,

CEA, Regresi

Linear

Sederhana

IPAL RS. Telogorejo mampu

menurunkan konsentrasi dari

kelima parameter secara signifikan.

UDC yang didapat sebesar Rp

1.397,04

Rasio efektivitas biaya:

COD = Rp. 0.016/mg.

TSS = Rp. 0.018/mg

BOD = Rp. 0.044/mg

NH3 = Rp. 0.089/mg

PO4 = Rp. 0.471/mg

Pengaruh biaya efektif dengan

penurunan konsentrasi adalah pada

parameter NH3 sebesar 74.1%.

Nilai R-sq untuk setiap parameter:

BOD = 65,6 %

COD = 69,2 %

TSS = 45,4 %

PO4 = 25,1 %

Persepsi masyarakat sekitar dalam

menilai pengelolaan limbah RS.

Telogorejo adalah Baik.

Penelitian mengenai efektivitas pengolahan limbah belum banyak

dilakukan terutama pengolahan limbah dengan limbah rumah sakit sebagai studi

kasusnya. Beberapa penelitian terdahulu mengenai pengolahan limbah rumah

sakit telah dilakukan dengan baik dan manfaat terhadap peningkatan pengolahan

limbah telah dirasakan. Banyak kesamaan antara penelitian-penelitian tersebut

dengan penelitian ini, namun terdapat juga beberapa perbedaan. Perbedaannya

antara lain yaitu dari segi lokasi, tujuan, jenis kegiatan yang melatarbelakangi

pencemaran, serta perbedaan persepsi masyarakat. Penelitian ini menganalisis

efektivitas biaya pengolahan limbah cair dengan pengolahan limbah cair Rumah

Sakit X sebagai studi kasusnya. Metode penelitian yang dilakukan untuk

menentukan efektivitas biaya pengolahan limbah ini yaitu dengan Cost

Effectiveness Analysis.

Page 39: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Aktivitas Rumah Sakit sebagai Penghasil Limbah

Rumah Sakit dengan berbagai aktivitas didalamnya memiliki potensi

untuk menghasilkan residu yang dapat berdampak negatif pada lingkungan.

Berbagai kegiatan yang ada di rumah sakit berlangsung secara terus menerus dan

tanpa henti setiap harinya sehingga sangat berpotensi menghasilkan residu dalam

jumlah yang tidak sedikit dan jenis residu yang memiliki kandungan berbahaya.

Limbah yang dihasilkan tersebut terdiri dari berbagai bentuk dan jenis yang

berasal dari aktivitas medis maupun non medis, padatan, cairan maupun gas.

Limbah rumah sakit terutama yang berasal dari aktivitas medis berpotensi besar

menurunkan kualitas lingkungan, baik lingkungan rumah sakit maupun

lingkungan sekitarnya.

Rumah sakit juga merupakan tempat yang sangat potensial bagi transmisi

dari berbagai agen penyakit yang ada di rumah sakit yang dapat menginfeksi ke

pasien, para pegawai rumah sakit, maupun pengunjung rumah sakit. Berkaitan

dengan hal tersebut, berbagai kebijaksanaan pemerintah pusat maupun daerah

dalam bidang pengelolaan lingkungan yang tertuang dalam peraturan dan

perundang-undangan serta berbagai program lingkungan, selalu melibatkan rumah

sakit sebagai sumber pencemar yang harus dikelola dengan baik dan benar

(Yayasan Pelangi Indonesia, 2002 dalam Haqq, 2009).

3.1.2 Cost-Effectiveness Analysis

Menurut Levin (1995) cost effectiveness analysis merupakan alat

keputusan yang dirancang untuk mencapai tujuan yang paling efisien. Analisis ini

mangacu pada pertimbangan alternatif keputusan yang memperhitungkan biaya

dan dampak secara sistematis. CEA merupakan metode untuk menilai alternative

program mana yang paling murah dalam menghasilkan output tertentu. Caranya

dengan membandingkan biaya (cost) dengan output (objective) yang dihasilkan.

Cost effectiveness analysis berkaitan erat dengan analisis biaya-manfaat

karena keduanya merupakan evaluasi ekonomi yang mengacu pada biaya

Page 40: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

25

sumberdaya alternatif penggunaan dan mengukur dengn cara yang sama. Namun,

analisis biaya-manfaat digunakan untuk mengatasi jenis-jenis alternatif yang

hasilnya hanya diukur dari segi nilai moneter.

Beberapa langkah untuk dapat melakukan CEA, sebagai berikut:

a. Identifikasi unsur-unsur biaya dari alternatif program yang akan dianalisis

b. Biaya (sama dengan perhitungan biaya pada CBA)

c. Menghitung biaya total

d. Menghitung output yang berhasil (objektive-nya)

e. Menghitung Cost Effectiveness Ratio:

g. Membandingkan nilai CER dari masing-masing alternatif program

h. Memilih nilai CER yang terkecil untuk direkomendasikan

3.1.3 Uji - t

Menurut Walpole (1993) uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa

jauh pengaruh satu variable bebas secara individual dalam menerangkan variasi

variabel terikat. Uji statistik t untuk mengetahui apakah masing-masing dari

variabel bebas/independent memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terikatnya/dependent. Menurut Sarwoko (2005), pengujian uji statistik t adalah :

H0 : βi = 0 atau variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

H 1: βi ≠ 0 atau varibel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat

Jika t hit(n-k) > tα/2, maka terima H1/tolak H0, artinya variabel bebas (Xi)

berpengaruh nyata terhadap (Y). Jika t hit(n-k) < tα/2 maka terima H0/tolak H1,

artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap (Y).

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Limbah merupakan salah satu permasalahan lingkungn yang sangat

mendesak untuk dicarikan solusi secara tepat dan efisien. Manusia beraktivitas

tanpa henti yang artinya limbah yang dihasilkan terus bertambah setiap harinya

sehingga hal ini sangat penting untuk dijadikan perhatian serius dalam

menanganinya. Pengolahan limbah yang tidak sesuai baik dalam perencanaan,

CE Ratio = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡

𝛴 𝑜𝑏𝑗𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒

𝑡 ℎ𝑖𝑡 𝑛 − 𝑘 =𝛽ℎ − 0

𝑆𝐸 𝛽ℎ

Page 41: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

26

pelaksanaan dan evaluasi dapat menyebabkan inefisiensi. Jika dikaitkan dengan

biaya, adanya inefisiensi pengelolaan limbah dapat meningkatkan biaya

lingkungan yang akan menjadi tanggungjawab rumah sakit.

Penelitian ini bermula dari permasalahan yang sering terjadi dalam

pengelolaan limbah, yaitu permasalahan yang akan timbul apabila limbah tidak

dikelola dengan baik dan tepat. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem

pengelolaan limbah. Awal kajian dari penelitian ini adalah melihat dan

menganalisis secara deskriptif keragaan pengelolaan limbah rumah sakit,

bagaimana pembagian divisi pengelolaan limbah padat dan cair sampai

mekanisme pengelolaan. Setelah itu, kajian dilanjutkan dengan meneliti efisiensi

dari pengolahan limbah cair dengan menggunakan IPAL. Efisiensi kinerja IPAL

secara keseluruhan dapat digambarkan dengan membandingkan kualitas limbah

setelah diolah (outlet) dengan yang sebelum diolah (inlet).

Optimalisasi pengelolaan limbah juga perlu memperhatikan keseluruhan

biaya pengelolaan yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan penetapan tarif

rumah sakit. Penetapan biaya pengelolaan limbah cair dihitung dengan

menggunakan konsep Unit Daily Cost. Selain itu, dalam penelitian ini juga akan

dibahas mengenai biaya efektif dalam penurunan per satuan parameter limbah

dengan menggunakan konsep cost-effectiveness. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui biaya efektif dalam menurunkan konsentrasi parameter limbah.

Secara umum, kualitas limbah dipengaruhi oleh aspek-aspek penting dalam

operasional dan kinerja pengelolaan. Biaya yang diamati pengaruhnya adalah

biaya penurunan per parameter limbah yang menunjukkan keefektifan biaya.

Page 42: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

27

Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Operasional

Keterangan :

------------- = Batasan Penelitian

= Aliran

Sistem Pengelolaan

Limbah

Limbah Cair

Analisis deskriptif

Baku mutu limbah

cair

Kualitas limbah cair

Insinerator

(subkontrak)

Dinas Kebersihan

Non klinis

Limbah Padat

Infeksius Klinis Biaya IPAL

Rekomendasi

Permasalahan Pengolahan

Limbah RSIA Muhammadiyah

Penurunan Kadar

PencemaranParameter

limbah

Respon Masyarakat

Strategi Pengolahan

Limbah

Analisis

deskripti

f

Karakteristik & penilaian

masyarakat terhadap

penggunaan IPAL

Efisiensi

IPAL

Penetapan

Tarif

Biaya

Efektif

Cost Effectivenes

Analysis Unit Daily Cost Uji - t

Page 43: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit X di Jakarta Selatan. Rumah sakit

ini merupakan rumah sakit swasta yang telah memiliki sistem pengelolaan limbah

cair yang baik. Sementara itu, dalam mengelola limbah padat, pengelola rumah

sakit menyerahkannya kepada instansi dan lembaga terkait. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Maret dan April 2013.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan

sekunder. Data primer berupa data penilaian masyarakat terhadap pengelolaan

limbah rumah sakit. Data sekunder yang dikumpulkan berupa: penilaian

pengelolaan limbah yang telah dilakukan dalam penelitian di bidang kesehatan

lingkungan, peraturan atau perundang-undangan mengenai limbah, kondisi umum

Rumah Sakit X, pengelolaan limbah di Rumah Sakit X, uji laboratorium inlet dan

outlet limbah Rumah Sakit X dan keseluruhan biaya pengelolaan limbah.

Data primer yang diambil melalui peninjauan langsung di Rumah Sakit X

dengan pengelolaan limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas rumah sakit serta

melalui wawancara langsung kepada masyarakat sekitar Rumah Sakit X. Data

primer yang diambil adalah peninjauan langsung di rumah sakit terkait dengan

pengelolaan limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas rumah sakit. Sedangkan

data sekunder diperoleh dari pengelola rumah sakit dan penelitian terdahulu yang

terkait.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dengan mempelajari pengelolaan limbah rumah sakit

di Rumah Sakit X. Pokok utama yang diteliti adalah pengelolaan limbah secara

keseluruhan, IPAL dan biaya pengelolaan limbah. Secara umum, data yang

diambil dalam penelitian mengenai pengelolaan limbah ini mencakup: nama

rumah sakit, alamat, status, kelas, luas, jumlah tempat tidur, prosedur pengelolaan

Page 44: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

29

limbah, unit pelayanan dan unit pengelolaan limbah yang dimiliki serta luas unit

pengolahan limbah cair.

Mengenai IPAL, data diambil dengan menggunakan data sekunder dari

analisis laboratorium yaitu hasil uji laboraturium terhadap inlet dan outlet limbah

cair serta biaya yang diperlukan dalam pengolahan limbah cair. Teknik

wawancara secara mendalam dengan Divisi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit X

dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas. Data yang diambil

mengenai kajian unit pengolahan limbah cair mencakup: tahun pendirian, tipe unit

pengolahan limbah buatan dan metodenya, waktu pemeriksaan, kualitas limbah,

tempat buangan limbah rumah sakit, sumber air bersih yang dapat digunakan, cara

daur ulang, disinfektan, alur pengumpulan, pengangkutan, pembuangan jarum

suntik, jaringan tubuh, kasa, bahan infeksius, limbah laboratorium, biaya investasi

pengadaan IPAL, biaya pemeliharaan serta biaya operasional.

Data hasil uji laboratorium limbah yang digunakan adalah inlet (sebelum

melalui IPAL) dan outlet (setelah melalui IPAL). Data tersebut berupa data

sekunder yang ada di Divisi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit X. Data ini

merupakan hasil uji laboraturium terhadap sampel limbah cair yang di uji sebelum

melalui IPAL dan hasil uji terhadap sampel limbah cair setelah melalui IPAL.

Data mengenai penilaian masyarakat terhadap mengelolaan limbah Rumah

Sakit X diambil dengan survey menggunakan kuisioner yang mencakup: nama

responden, umur, pekerjaan, pendidikan, pendapatan keluarga, lama mengetahui

rumah sakit, pengetahuan tentang limbah rumah sakit dan dampaknya, merasa bau

atau tidak dengan adanya pengolahan limbah rumah sakit, perasaan terganggu

atau tidak, mengetahui atau tidak adanya pengolahan limbah, merasa ada efek

positif atau tidak dari pengolahan limbah tersebut serta penilaian pasien terhadap

pengolahan limbah yang dilakukan pihak rumah sakit.

Jumlah kepala keluarga yang tinggal di sekitar rumah sakit tepatnya di

Jalan Rambai adalah sebanyak 40 kepala keluarga dan untuk mengetahui

penilaian masyarakat sekitar rumah sakit terhadap pengolahan limbah Rumah

Sakit X diambil jumlah masyarakat sebagai responden sebanyak 35 responden

secara acak. Penetapan banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini

Page 45: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

30

dengan menggunakan kaidah pengambilan sampel sekurang-kurangnya 30

observasi akan mendekati garis normal (Gujarati, 2007).

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Purposive

Sampling, yaitu pengambilan sampel secara sengaja dengan pertimbangan orang

yang menjadi responden mengetahui kompetensi/permasalahan yang terjadi dalam

topik (Martono, 2010). Masyarakat yang dijadikan responden yaitu masyarakat

yang tinggal di sekitar Rumah Sakit X dengan kriteria rumah tangga yang tinggal

tepat disamping rumah sakit dan dilalui oleh saluran pembuangan rumah sakit

sehingga memungkinkan terjadinya interaksi dengan limbah yang dihasilkan

rumah sakit.

4.4 Metode Pengolahan Data

Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis secara

kualitatif dan kuantitatif. Pada tabel dibawah ini akan diuraikan matriks analisis

yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini.

Tabel 4. Alat Analisis dan Kebutuhan Data untuk Penelitian

No. Tujuan Penelitian Alat

Analisis

Data Jenis Sampel

1 Mengkaji karakteristik

pengelolaan limbah dan

menganalisis penilaian

masyarakat terhadap

pengolahan limbah

Rumah Sakit X

Deskriptif

kualitatif

Data

pengelolaan

limbah dan

wawancara

masyarakat

sekitar RS

Primer &

Sekunder

Masyarakat

Sekitar

RS dan

Pengelola 2

orang (Ka. IPSRS

dan Ka. Sanitasi

Lingkungan)

2 Menghitung dan

menganalisis efisiensi

IPAL

Standar

efisiensi

IPAL & uji-t

Data

inlet-outlet

Sekunder

Pengelola 2

orang (Ka. IPSRS

dan Ka. Sanitasi

Lingkungan)

3 Analisis efektivitas

biaya pengolahan

limbah cair denggan

IPAL serta besarnya

biaya yang dapat

dibebankan kepada

pasien

UDC & cost

effectiveness

analysis

Data biaya

pengolahan

limbah

Sekunder

Pengelola 2

orang (Ka. IPSRS

dan Ka. Sanitasi

Lingkungan)

Page 46: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

31

4.4.1 Karakteristik Pengelolaan Limbah dan Penilaian Masyarakat

terhadap Pengolahan Limbah Rumah Sakit

Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui deskripsi mengenai

pengelolaan limbah rumah sakit. Karakteristik IPAL dengan data yang didapatkan

di bagian lingkungan Rumah Sakit X dan pengelolaan limbah padat melalui

kerjasama dengan dinas dan instansi terkait akan dikaji secara jelas. Hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik pengelolaan limbah secara umum.

Penilaian masyarakat terhadap pengolahan limbah diperlukan untuk

mengetahui kinerja dari pengelolaan limbah yang dilakukan. Masyarakat dalam

penelitian ini merupakan masyarakat sekitar Rumah Sakit X. Data untuk

mengetahui penilaian masyarakat diperoleh dengan wawancara kepada 35

masyarakat Jalan Rambai. Analisis yang digunakan dalam tahap ini adalah

analisis deskriptif kualitatif.

4.4.2 Evaluasi Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

Kemampuan fisik IPAL rumah sakit akan dianalisis berdasarkan kualitas

limbah cair yang dihasilkan. Hasil dari tahap ini diharapkan dapat dijadikan acuan

dalam meningkatkan pengelolaan IPAL di kemudian hari sebagai masukan dalam

pengembangan rumah sakit termasuk perencanaan pengembangan IPAL. Selain

itu, nilai efisiensi juga dapat dijadikan bahan pembanding terhadap keseluruhan

biaya yang telah dikeluarkan untuk mengelola limbah cair.

Kemampuan fisik IPAL rumah sakit dievaluasi dengan membandingkan

kualitas setiap kadar parameter pencemar limbah rumah sakit sebelum (inlet) dan

sesudah masuk IPAL (outlet) menggunakan uji-t pada taraf nyata lima persen.

Beban IPAL dihitung berdasarkan tingkat efisiensi, kapasitas IPAL, beban limbah

nyata atau beban pencemaran, dan pencapaian baku mutu limbah cair yang

berpedoman pada metode yang dikemukakan oleh Soeparman dan Suparmin

(2001).

= −

00

Tingkat efisiensi IPAL dikelompokkan sebagai berikut:

- Sangat efisien : x > 80%

- Efisien : 60% < x ≤ 80%

- Cukup efisien : 40% < x ≤ 60%

- Kurang efisien : 20% < x ≤ 40%

- Tidak efisien : x ≤ 20%

Page 47: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

32

Kapasitas=

Beban Pencemaran=

Hasil dari Beban Pencemar Aktual (BPA) dibandingkan dengan Beban

Pencemaran Maksimum (BPM) yang dihitung dengan menggunakan standar baku

mutu pada masing-masing parameter.

= −

00

Standar target pencapaian BMLC adalah sebagai berikut:

- 0 < BMLC < 99 = pencapaian di atas baku mutu

- BMLC = 100 = pencapaian sama dengan baku mutu

- 101 < BMLC < 200 = pencapaian di bawah baku mutu

Keterangan:

BM = Baku Mutu BMLC = Baku Mutu Limbah Cair

Penggunaan uji-t pada penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan

nilai rataan baku mutu limbah dengan dua perlakuan, yaitu tanpa pengolahan

(memakai nilai inlet) dan dengan pengolahan (memakai nilai outlet). Uji ini

bertujuan untuk mengetahui apakah dengan adanya pengolahan nilai outlet akan

berada di bawah nilai inlet dan untuk mengetahui signifikan atau tidak penurunan

parameter setelah melalui proses pengolahan dengan IPAL. Uji-t dilakukan

dengan menggunakan statistik t-paired.

4.4.3 Biaya Efektif Penurunan Baku Mutu Parameter Limbah

dengan IPAL

Sebelum menghitung biaya efektif, yang harus dilakukan adalah

mengidentifikasi keseluruhan biaya pengolahan limbah cair. Perhitungan biaya

pengolahan limbah dengan IPAL dapat dipergunakan untuk menentukan strategi

dalam mengurangi biaya pengolahan limbah cair. Manfaat yang diharapkan dari

pengolahan limbah cair dengan menggunakan IPAL adalah berkurangnya

konsentrasi dari parameter-parameter yang terdapat pada limbah.

Kualitas limbah ditentukan oleh konsentrasi dari setiap parameter. Konsep

efektivitas biaya dapat membantu mengidentifikasi biaya penurunan dari masing-

masing parameter yang paling efektif dalam pengolahan limbah cair melalui

IPAL. Rasio efektivitas biaya dalam penelitian ini ditunjukkan oleh keseluruhan

Page 48: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

33

biaya pengelolaan limbah cair yang dibandingkan dengan manfaat atau output

yang dihasilkan dalam pengolahan tersebut. Manfaat yang dihasilkan adalah

penurunan konsentrasi pada masing-masing parameter limbah yang diamati. Nilai

rasio yang paling kecil menunjukkan efektivitas biaya yang paling baik. Rasio

efektivitas biaya dalam ilmu kesehatan lingkungan khususnya dalam manajemen

limbah ditunjukkan dengan rumus biaya penurunan per satuan parameter dengan

satuan yang disamakan yaitu satuan per liter.

=

ℎ =

biaya total pengolahan IPAL = biaya instalasi + biaya operasional dan pemeliharaan +

biaya lainnya

(Djaja, 2006)

Keterangan: parameter yang diamati adalah BOD, COD, TSS dan .

Seluruh jenis biaya yang dipakai dalam penelitian ini adalah biaya instalasi

yang dibagi dengan umur ekonomis IPAL, biaya operasional dan pemeliharaan

rutin selama tiga tahun. Data konsentrasi limbah pada masing-masing parameter

menggunakan rataan inlet dan 30 sampel outlet. Efektivitas biaya penurunan

parameter limbah ditunjukkan dengan membandingkan rasio biaya penurunan

pada masing-masing parameter yang diuji. Selain itu, untuk melihat efektivitas

biaya juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai rasio efektivitas biaya

setiap parameter dalam suatu sistem pengolahan limbah dengan rasio efektivitas

biaya setiap parameter dalam suatu sistem pengolahan limbah lain. Hasil

perbandingan data akan terlihat rasio biaya penurunan masing-masing parameter

yang paling efektif di antara dua sistem pengolahan limbah yang berbeda tersebut.

4.4.4. Unit Daily Cost

Unit Daily Cost (UDC) adalah rata-rata biaya pengelolaan limbah cair

yang dikeluarkan per harinya dibagi dengan jumlah kamar pasien (Djaja et al.

2006).

Page 49: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

34

= − ℎ

Biaya pengelolaan limbah cair adalah biaya yang dikeluarkan dalam

keseluruhan proses pengolahan limbah cair, mencakup biaya instalasi serta biaya

operasional dan pemeliharaan. Setelah mengidentifikasi keseluruhan biaya yang

dibutuhkan dalam pengelolaan limbah cair, nilai biaya tersebut dibagi dengan

kapasitas tempat tidur rumah sakit. UDC dapat dijadikan salah satu jenis biaya

yang dapat dibebankan pada pasien kelas tertentu. Konsep ini diharapkan dapat

membantu rumah sakit untuk tetap mempertahankan keuntungannya dan

meningkatkan kinerja pengelolaan limbah cair.

Page 50: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Rumah Sakit X di Jakarta Selatan

5.1.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit X

Rumah Sakit X merupakan rumah sakit swasta yang didirikan pada tahun

1969. Rumah sakit ini pada awal berdirinya bernama Balai Kesehatan Ibu dan

Anak (BKIA). Kerjasama yang dilakukan Pimpinan Cabang dengan Yayasan RS

Islam di Jakarta dalam pengelolaan BKIA menjadikan BKIA berubah menjadi

Rumah Bersalin (RB).

Sejalan dengan perkembangan jumlah dan jenis pelayanan yang semakin

meningkat pada tahun 1999 RB mendapat izin operasional sebagai Rumah Sakit

Bersalin (RSB). Rumah Sakit ini terus berkembang menjadi rumah sakit khusus

yaitu Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) pada tahun 2007 dan pada tahun 2012

untuk memperluas segmentasi pelayanan rumah sakit ini menjadi rumah sakit

umum swasta dengan nama Rumah Sakit X.

Rumah Sakit X berkembang tidak hanya dalam hal pengelolaan namun

juga dalam hal pelayanan dan fasilitas. Rumah Sakit X yang dahulu berupa klinik

bersalin, kini berkembang menjadi rumah sakit yang cukup besar. Rumah sakit ini

dilengkapi dengan fasilitas dan sumberdaya manusia yang mendukung, sehingga

saat ini Rumah Sakit X tetap konsisten menjalankan misi yang diemban untuk

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.

5.1.2 Visi Misi Rumah Sakit X

Rumah Sakit X Memiliki visi “Menjadi Rumah Sakit yang berkualitas dan

terpercaya di Jakarta dengan unggulan kesehatan reproduksi dan tumbuh kembang

anak”. Diperlukan misi yang mendukung dalam mencapai visi tersebut. Misi dari

Rumah Sakit X adalah:

1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan berkualitas dengan nilai

islam yang berorientasi pada kepuasan pelanggan.

2. Menjadikan Sumber Daya Insani yang berkualitas dan kompeten sebagai

pembaru dan pencerah pelayanan kesehatan.

3. Menjadikan sarana dan prasarana untuk mendukung pelayanan unggulan.

Page 51: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

36

5.1.3 Letak Geografis Rumah Sakit X

Rumah Sakit X merupakan rumah sakit tipe D yang mempunyai luas tanah

2.348 , luas lantai 662 dan luas bangunan 2.348 . Secara geografis,

Rumah Sakit X terletak di Jakarta Selatan. Adapun batas-batas Rumah Sakit X

adalah sebagai berikut:

Sebelah Barat : Pengadilan Negeri

Sebelah Timur : Taman dan Pasar

Sebelah Selatan : Makam wafat tertutup dan Jalan

Sebelah Utara : Rumah penduduk

5.1.4. Daya Tampung Pasien Rumah Sakit X

Rumah Sakit X merupakan salah satu sarana dan prasarana pelayanan

kesehatan masyarakat di Jakarta Selatan yang tidak hanya melayani masyarakat

Jakarta Selatan saja tetapi juga daerah-daerah di sekitar Jakarta Selatan. Rumah

Sakit X yang merupakan rumah sakit tipe D ini berkapasitas tempat tidur

sebanyak 60 tempat tidur berdasar data yang diperoleh pada April 2013.

Page 52: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

VI KARAKTERISTIK PENGELOLAAN LIMBAH DAN

PENILAIAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT X

Rumah Sakit X memiliki manajerial pengelolaan limbah yang bertugas

dalam pengelolaan limbah rumah sakit. Manajerial pengelolaan limbah rumah

sakit ini di dalamnya terdapat sumberdaya manusia yang memiliki tugas masing-

masing untuk mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat

adanya limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit.

Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit berupa limbah padat dan limbah

cair. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan menggunakan IPAL sehingga

kadar pencemaran yang terkandung dalam limbah tersebut menjadi berkurang dan

dapat dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan hasil pengolahan limbah di Indonesia

masih sangat minim bahkan hasil pengolahan limbah pada umumnya langsung di

buang dan tidak dimanfaatkan sama sekali. Hal tersebut terjadi karena teknologi

yang tersedia masih belum mampu mengolah limbah hingga dapat dimanfaatkan

atau dikonsumsi. Pengolahan limbah dengan IPAL cenderung hanya untuk

menurunkan kadar pencemaran sesuai dengan aturan pemerintah namun,

minimnya pengawasan dan evaluasi menjadikan pengolahan limbah dilakukan

tidak dengan cara yang sesuai.

6.1 Struktur Manajerial Pengelolaan Limbah Rumah Sakit X

Penanganan limbah padat dan limbah cair di Rumah Sakit X merupakan

tanggung jawab dari divisi sanitasi lingkungan. Divisi ini berada dalam bagian

instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit (IPSRS) yang langsung di bawahi oleh

General Manager. Jumlah personel dalam IPSRS untuk pengelolaan limbah

sebanyak 22 orang yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Divisi sanitasi lingkungan langsung membawahi bagian cleaning service yang

bertugas untuk membersihkan dan mengumpulkan sampah. Pembagian wilayah

tugas yang diberikan kepada cleaning service berdasarkan lantai yang ada dan

bagian luar rumah sakit.

Page 53: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

38

Sumber: Hasil Wawancara Ka. IPSRS

Gambar 2. Struktur Managerial Pengolahan Limbah Rumah Sakit X

Bagian sanitasi lingkungan dipegang oleh kepala bagian yang langsung

membawahi 20 orang cleaning service yang bertugas dalam pengelolaan sampah

dan limbah padat lainnya. Tanggung jawab yang diberikan kepada 20 orang

personel sanitasi lingkungan (cleaning service) berupa pembersihan lingkungan

rumah sakit, mengumpulkan sampah dari semua ruangan dan pengangkutan

sampah sampai ke tempat pembuangan sementara yang disediakan rumah sakit.

Sedangkan dalam pengelolaan limbah cair ditangani langsung oleh kepala bagian

sanitasi lingkungan dan kepala bagian teknis yang juga berada dalam bagian

instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit. Tugas dari kepala bagian sanitasi

lingkungan dan teknis termasuk didalamnya yaitu mengoperasikan dan melakukan

pengawasan terhadap IPAL.

6.2 Pengelolaan Limbah Padat Rumah Sakit X

Pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit X merupakan tugas dari bagian

sanitasi lingkungan. Tugas pengelolaan limbah padat bukan hanya mengumpulkan

sampah rumah sakit tetapi juga membersihkankan seluruh bagian rumah sakit

Direktur

General Manager

Ka. IPSRS

Ka. Sanitasi Lingkungan Ka. Teknisi

Pengawas

Cleaning Service

Pelaksana

Taman

Pelaksana

Lantai 4

Pelaksana

Lantai 3

Pelaksana

Lantai 2

Pelaksana

Lantai 1

Page 54: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

39

yaitu berupa kegiatan seperti menyapu, mengepel, membersihkan debu dan

kotoran dari seluruh area dan unit di Rumah Sakit X. Petugas kebersihan selalu

membersihkan seluruh bagian rumah sakit secara rutin sehingga berdasarkan

pengamatan seluruh bagian Rumah Sakit X dalam kondisi bersih serta tidak ada

sampah yang berserakan karena secara rutin sampah tersebut dibuang ke tempat

pembuangan sementara yang disediakan.

Kegiatan pengelolaan limbah padat rumah sakit diantaranya adalah

membersihkan sampah dan kotoran dari sumber-sumber yang ada seperti ruang

administrasi, dapur, kantin, taman, ruang perawatan, ruang isolasi, poliklinik dan

apotik. Kegiatan membersihkan sampah dan kotoran ini dilakukan oleh tenaga

cleaning service yang memiliki tugas dan area kerja masing-masing. Khusus

dalam membersihkan kamar pasien setelah pasien keluar, kegiatan membersihkan

dilakukan dengan perlakuan berbeda sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.

Pasien yang diakibatkan dari virus, kegiatan membersihkan kamar pasien

dilakukan dengan menyemprotkan disinfektan dan penyinaran dengan UV.

Sedangkan kegiatan membersihkan kamar pasien penderita sakit selain akibat

virus dilakukan hanya dengan menyemprotkan disinfektan.

Kegiatan lain dari pengelolaan limbah padat adalah pengumpulan sampah.

Proses pengumpulan sampah di Rumah Sakit X dimulai dengan menampung

sampah dari seluruh ruangan dan unit pelayanan dalam suatu bak penampung atau

tempat sampah dengan memisahkan sampah domestik dan sampah medis ke

dalam tempat sampah dengan kantong plastik dengan warna yang berbeda.

Sampah domestik ditempatkan di kantong plastik berwarna hitam sedangkan

sampah medis yang bersifat infeksius ditempatkan di kantong plastik berwarna

kuning. Sampah yang telah terkumpul diangkut dengan alat pengangkut khusus

untuk kemudian di buang ke tempat penampungan sementara yang telah

disediakan rumah sakit. Proses pengumpulan sampah dilakukan setiap hari secara

berkala sesuai waktu yang telah ditentukan. Pengumpulan sampah dilakukan

dalam tiga waktu yang berbeda sesuai dengan jadwal, yaitu pada pagi hari mulai

pukul 06.00, siang hari mulai pukul 14.00 dan pada malam hari dimulai pada

pukul 21.00. Tugas pengumpulan sampah dilakukan secara rutin dengan sistem

Page 55: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

40

shift dan dilakukan pengumpulan sampah masing-masing lantai untuk kemudian

disatukan dalam tempat penampungan sementara.

Sampah domestik akan diangkut oleh truk pengangkut sampah dari Dinas

Kebersihan Jakarta Selatan dari tempat penampungan sementara ke tempat

pembuangan sementara untuk kemudian diangkut menuju tempat pembuangan

sampah akhir. Pengangkutan sampah oleh Dinas Kebersihan dilakukan pada pukul

05.00 yaitu waktu dimana orang-orang belum banyak beraktivitas di luar rumah.

Pengangkutan sampah pada waktu ini untuk menghindari dampak negatif

pengangkutan sampah yaitu bau yang berasal dari sampah dapat tercium oleh

orang yang berada dekat dengan truk pengangkut selama dilakukan proses

pengangkutan.

Sumber: Data Sekunder Unit IPRS Rumah Sakit X

Keterangan: = proses di luar rumah sakit

Gambar 3. Diagram Alir Proses Pengumpulan Limbah Padat Rumah Sakit X

Sampah tersebut diangkut untuk kemudian di bawa ke Tempat

Pembuangan Akhir (TPA). Rumah Sakit X wajib membayar retribusi sampah

sebesar Rp. 1.000.000 per bulan. Sedangkan sampah medis khususnya yang

bersifat infeksius diangkut oleh mobil khusus pengangkut sampah medis untuk

kemudian dibakar di insenerator yang dimiliki oleh PT. WASTEC. Rumah Sakit

X tidak memiliki insenerator sendiri untuk membakar limbah medis padat karena

selain biaya investasi pembuatan insenerator yang besar, lokasi Rumah Sakit X

yang berada di tengah permukiman tidak memungkinkan adanya insenerator yang

dapat menimbulkan bau akibat pembakaran limbah tersebut. Pengangkutan

TPA

Incenerator

(Kerjasama dengan

PT. Wastec)

Ruang Operasi dan

UGD Mobil Pengangkut

Limbah Medis

TPS

Umum RS

Tempat Sampah

Medis/Kantong

Plastik Kuning

Tempat Sampah

Umum/Kantong

Plastik Hitam

Poliklinik

Ruang Isolasi

Ruang Perawatan

Taman

Dapur dan Kantin

Ruang Administrasi

dan Kantor

Troli Pengangkut

Sampah

Troli Pengangkut

Sampah

TPS Medis

RS

Truk Sampah

Dinas Kebersihan

Page 56: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

41

sampah medis dilakukan satu kali dalam seminggu yaitu pada hari rabu. Sampah

medis yang dihasilkan setiap harinya sebanyak 2-3 kantong besar sehingga

sampah medis yang diangkut dan dibakar setiap minggunya dapat mencapai 21

kantong besar. Besar biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit untuk menangani

sampah medis tersebut adalah sebesar Rp. 6.000.000 per bulan.

6.3 Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit X

Rumah Sakit X memiliki IPAL yang terletak di bagian depan rumah sakit

dengan kapasitas 20 atau 20.000 liter dan luas 12 . Letak IPAL yang

berberada di depan, menjadikan IPAL rumah sakit dekat dengan aktivitas

pelayanan dan dekat dengan pengunjung. Lokasi IPAL yang berada di depan dan

berdekatan dengan tempat parkir menyebabkan bau yang timbul dari IPAL dapat

tercium oleh pengunjung dan pegawai yang berada dekat dengan lokasi IPAL.

Kondisi ini terjadi karena dalam perluasan rumah sakit yang disertai dengan

pembangunan IPAL baru pada tahun 2006, pihak rumah sakit tidak memiliki

cukup lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan IPAL.

Limbah cair Rumah Sakit X dihasilkan dari berbagai ruangan dan berbagai

unit pelayanan. Limbah cair tersebut dibuang melalui pipa pembuangan yang akan

terkumpul di sumpit utama sebelum diolah dengan IPAL. Ruangan yang menjadi

sumber dari limbah cair yaitu seperti ruang perawatan, ruang isolasi, toilet, dapur,

laundry, laboratorium dan ruang gizi.

Pengolahan limbah cair menggunakan IPAL dengan sistem biofilter

anaerob-aerob bertujuan untuk mengolah air limbah yang mengandung polutan

berupa senyawa yang termasuk dalam parameter kimia seperti COD, BOD, TSS,

zat organik, dan senyawa polutan lain yang dapat mencemari lingkungan.

Proses pengolahan limbah dengan IPAL dilakukan untuk menurunkan kadar

pencemaran yang terkandung pada limbah sehingga hasil pengolahan yang

didapatkan sesuai dengan standar baku mutu dan tidak mencemari lingkungan. Air

limbah yang dihasilkan harus memenuhi standar baku mutu air limbah yang

ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122 Tahun

2005.

Page 57: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

42

Air limbah dari seluruh sumber yang berasal dari kegiatan rumah sakit dan

fasilitasnya dialirkan melalui saluran pembuangan dan dialirkan melalui saringan

kasar (bar screen) untuk menyaring partikel-partikel padat yang berukuran besar.

Setelah melalui proses screen, air limbah dialirkan ke bak pemisah lemak atau

minyak yang berfungsi untuk memisahkan lemak atau minyak serta untuk

mengendapkan kotoran pasir, tanah atau senyawa padatan yang tidak dapat terurai

secara biologis.

Air limbah dari bak pemisah lemak selanjutnya dialirkan ke bak ekualisasi

yang berfungsi sebagai bak penampung limbah. Air limbah di dalam bak

ekualisasi selanjutnya dipompa menuju proses pengolahan dengan unit IPAL.

Proses pengolahan pertama dengan IPAL yaitu air limbah dialirkan ke bak

pengendapan awal untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran

organik. Bak pengendapan ini juga berfungsi mengurai senyawa organik yang

berbentuk padatan, pengurai lumpur dan penampung lumpur.

Setelah melalui bak pengendapan awal, air limbah dialirkan ke bak

anaerob dengan proses biofilter anaerob. Proses pengolahan limbah secara

anaerobik ini merupakan salah satu alternatif pengolahan secara biologi yang

sering digunakan untuk limbah dengan beban organik yang tinggi. Proses pada

bak anaerob yaitu akan terjadi pembusukkan zat-zat organik oleh mikro

organisme pada kondisi tidak ada udara (anaerob). Proses secara anaerob ini akan

mengurai zat organic yang belum terurai pada bak pengendapan awal.

Air limbah dari bak anaerob dialirkan ke bak aerob untuk proses aerasi

dengan udara sehingga mikro organisme akan menguraikan zat organik yang ada

dalam limbah serta menjadikan mikro organisme tumbuh dan menempel pada

permukaan media. Mikro organisme yang tumbuh dan menempel pada media

tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik serta mempercepat

proses nitrifikasi sehingga efisiensi penghilangan ammonia menjadi lebih besar.

Setelah proses aerasi di dalam bak aerob, air dialirkan ke bak pengendapan

akhir. Lumpur aktif yang mengandung mikro organisme diendapkan dan dipompa

kembali ke bagian inlet aerob dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air hasil

proses aerasi dialirkan ke bak khlorinasi. Proses dalam bak khlorinasi yaitu air

limbah tersebut dilakukan kontak dengan senyawa khlor untuk membunuh mikro

Page 58: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

43

organisme pathogen. Air hasil proses dari bak khlorinasi tersebut ditampung

dalam bak penampung hasil IPAL sebelum dibuang ke saluran umum. Hasil

pengolahan IPAL yang ada di bak penampung harus melal uji kadar pencemaran

di laboratorium kimia untuk memastikan air hasil pengolahan limbah tersebut

memiliki kadar pencemaran sesuai dengan standar dan dapat dibuang ke saluran

pembuangan umum. Air hasil pengolahan limbah dengan IPAL Rumah Sakit X

seluruhnya di buang melalui saluran umum dan bermuara di Sungai Grogol. Air

hasil pengolahan limbah yang telah memenuhi baku mutu memiliki potensi untuk

dimanfaatkan sebagai media budidaya ikan, mencuci mobil, dan dapat

dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya.

Uji baku mutu air limbah hasil pengolahan (outlet) wajib dilakukan di

laboratorium Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kota

Jakarta. Uji baku mutu di laboratorium milik BPLHD Kota Jakarta wajib

dilakukan setiap tiga bulan. Biaya yang dikeluarkan untuk pengujian outlet ini

ditanggung oleh pihak rumah sakit. Besar biaya yang dikeluarkan untuk uji baku

mutu di laboratorium BPLHD Kota Jakarta adalah sebesar Rp. 440.000. Pengujian

outlet limbah merupakan salah satu upaya dalam pengawasan Pemerintah Kota

Jakarta dalam menyikapi permasalahan limbah. Pengujian inlet tidak dilakukan

karena bukan merupakan kewajiban yang dibebankan kepada pengelola limbah.

Pengujian hasil pengolahan limbah dengan IPAL Rumah Sakit X juga

dilakukan di laboratorium lain seperti di laboratorium swasta PT. UNILAB

PERDANA dengan biaya sebesar Rp. 220.000. Pengujian laboratorium outlet

tersebut tidak bersifat rutin dan hanya dijadikan sebagai perbandingan.Secara

ringkas, alur pengolahan limbah cair Rumah Sakit X dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 59: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

44

Sumber: Data Sekunder Unit IPSRS Rumah Sakit X

Keterangan: = proses di luar rumah sakit

Gambar 4. Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit X dengan

IPAL Biofilter Anaerob-Aerob

6.4 Penilaian Masyarakat Sekitar terhadap Pengolahan

Limbah Rumah Sakit

6.4.1 Karakteristik Masyarakat

Warga yang dijadikan responden merupakan warga Jalan Rambai karena

memiliki letak tepat berada di belakang rumah sakit dan dapat memungkinkan

terjadi interaksi dengan limbah yang dihasilkan rumah sakit. Pengamatan

dilakukan di Jalan Rambai, warga yang dijadikan responden adalah sebanyak 35

rumah tangga. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi pemukiman warga sekitar

rumah sakit, menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki rentan usia 27-

Toilet

Dapur

Kantin

Apotik

Poliklinik

Ruang Operasi

Ruang Perawatan

Ruang Isolasi

Ruang Laundry

UGD

Bak Pemisah Lemak

Bak Ekualisasi

Biofilter Aerob

Biofilter Anaerob

Bak Pengendap Awal

Bak Pengendap Akhir

Blower

Udara

Bak Khlorinasi

Bak Penampung Outlet Saluran

Umum Sungai

Pompa

Sirkulasi

Page 60: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

45

34 tahun. Hal ini karena dalam pemukiman tersebut didominasi oleh rumah

tangga muda. Sementara sisanya merupakan warga yang telah lama tinggal

didalam pemukiman dengan usia yang lebih tua.

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 5. Sebaran Umur Responden

6.4.1.1 Sebaran Jarak Rumah Warga dengan Rumah Sakit

Jalan Rambai memiliki dua blok dengan jarak rumah paling jauh berjarak

100 meter dari rumah sakit pada kedua blok tersebut. Terdapat saluran

pembuangan yang melintas di pemukiman tersebut dan sering digunakan untuk

membuang limbah oleh rumah sakit sebelum adanya IPAL. Berdasarkan hasil

pengamatan, terdapat rumah yang berjarak sangat dekat dengan rumah sakit dan

saluran pembuangan hingga rumah yang cukup jauh jaraknya. Responden dalam

penelitian ini mayoritas memiliki rumah dengan jarak 37-52 meter.

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 6. Sebaran Jarak Rumah Responden dengan Rumah Sakit

6.4.1.2 Lama Tinggal Responden di Sekitar Rumah Sakit

Permukiman di sekitar Rumah Sakit X mulai ada sejak tahun 1950an.

Sampai saat ini, jumlah warga yang berada di sekitar rumah sakit semakin banyak

dengan berbagai jenis permukiman. Pada penelitian ini, mayoritas responden telah

19-26 22,9%

27-34 25,7%

35-42 8,6%

43-50 22,9%

51-58 17,1%

>59 2,9%

5-20 m 20%

21-36 m 17,1% 37-52 m

31,4%

53-68 m 8,6%

69-84 m 2,9%

>85 m 20%

Page 61: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

46

tinggal di sekitar rumah sakit selama 20-28 tahun sehingga banyak responden

mengetahui seluk beluk berdirinya rumah sakit hingga pengolahan limbahnya

sejak dahulu.

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 7. Persentase Lama Tinggal Responden di Sekitar Rumah Sakit

6.4.1.3 Sebaran Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan yang telah ditempuh responden secara umum adalah

SD, SMP, SMA dan Diploma. Sebanyak 34,3 persen responden hanya menempuh

pendidikan pada jenjang SD. Sedangkan responden yang menempuh pendidikan

hingga jenjang SMP dan SMA/Sederajat memiliki proporsi jumlah sebesar 25,7

persen dan 28,6 persen dari jumlah total responden sebanyak 35 responden.

Responden dengan tingkat pendidikan lebih tinggi yaitu Diploma/D3 dengan

persentase sebesar 11,4 persen. Sementara itu tingkat pendidikan yang lebih tinggi

dari Diploma/D3 tidak ditemukan dari total responden sebanyak 35 responden.

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 8. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden

6.4.1.4 Sebaran Jenis Pekerjaan Responden

Secara umum pekerjaan responden pada penelitian ini adalah penjual

makanan dengan berdagang kue-kue yang di buatnya sendiri dan pegawai swasta.

2-10 Tahun 28,6%

11-19 Tahun 11,4% 20-28 Tahun

31,4%

29-37 Tahun 11,4%

38-46 Tahun 11,4%

>47 Tahun 5,7%

SD 34,3%

SMP 25,7%

SMA 28,6%

D3 11,4%

Page 62: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

47

Pendidikan terakhir responden yang didominasi hanya sampai pada jenjang

sekolah dasar menjadikan mayoritas responden tidak banyak memiliki keahlian

dalam bidang lain sehingga banyak responden yang memiliki pekerjaan sebagai

pedagang makanan dan pekerjaan lainnya seperti tukang ojeg, membuka bengkel

ataupun hanya sebagai ibu rumah tangga.

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 9. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden

6.4.2 Penilaian Masyarakat terhadap Pengolahan Limbah Rumah Sakit

Pertanyaan awal yang diajukan kepada responden terkait dengan

pengelolaan limbah rumah sakit yaitu berupa pengetahuan responden tentang

limbah serta dampak yang dapat ditimbulkannya. Sebagian besar responden

mengetahui apa yang disebut dengan limbah serta dapat menyebutkan contoh dari

limbah. Selain itu pertanyaan lain yang ditanyakan kepada responden yaitu terkait

dengan dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya limbah tersebut. Sebagian

besar responden yang mengetahui tentang limbah juga mengetahui tentang

dampaknya. Responden yang mengetahui tentang limbah serta dampaknya

sebanyak 71,4 persen dan terdapat juga responden yang mengetahui apa yang

dimaksud dengan limbah namun, tidak mengetahui dampaknya dengan persentase

sebesar 11,4 persen. Sebagian besar responden menyebutkan jenis limbah yang

sering mereka rasakan seperti limbah cair rumah tangga dan sampah. Selain itu

juga responden banyak menyebutkan dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya

limbah seperti kerusakan lingkungan, timbulnya penyakit serta rusaknya biota

yang ada. Terdapat juga responden yang tidak mengetahui apa yang dimaksud

dengan limbah serta dampaknya yaitu sebesar 17,2 persen. Ketidaktahuan ini

dapat disebabkan karena pendidikan terakhir yang dirasakan responden dan

kurangnya informasi yang didapatkan dari media-media informasi yang ada.

pedagang makanan

28,6%

pegawai swasta 28,6%

buruh bangunan 8,6%

lain-lain 34,3%

Page 63: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

48

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 10. Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Limbah

Pertanyaan selanjutnya yang diberikan kepada responden adalah apakah

mereka pernah merasakan bau tidak sedap yang berasal dari aktivitas rumah sakit.

Sebagian besar responden menjawab pernah merasakan bau tidak sedap yang

berasal dari rumah sakit. Bau yang banyak dirasakan responden berupa bau obat-

obatan, darah serta bau cairan kimia pembersih yang menyengat. Jawaban yang

diberikan responden mengenai rasa bau tidak sedap yang dirasakan berhubungan

dengan jarak rumah responden dengan rumah sakit serta lama tinggal responden

di pemukiman tersebut. Responden yang memiliki letak rumah lebih dekat dengan

rumah sakit dapat lebih merasakan bau yang ditimbulkan dari aktivitas rumah

sakit. Sedangkan untuk letak rumah yang lebih jauh sebagian besar tidak

merasakan bau. Namun, setelah ditanyakan lebih jauh, bau yang dirasakan

tersebut dialami responden pada beberapa tahun yang lalu dan sampai saat ini

sebagian besar responden tidak merasakan bau seperti itu lagi. Hal itu pula yang

membedakan jawaban dari responden terkait degan lama mereka menetap di

pemukiman tersebut. Lebih lama mereka menetap menjadikan responden tersebut

lebih mengetahui dan pernah merasakan bau tidak sedap. Perbedaan bau yang

dirasakan responden pada masa lalu dan sekarang dapat dijadikan sebagai

penilaian terhadap pengelolaan limbah yang dilakukan pihak rumah sakit.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan mayoritas responden

menilai pengelolaan limbah yang dilakukan Rumah Sakit X sudah lebih baik

karena saat ini mayoritas responden tidak merasakan limbah yang dihasilkan

rumah sakit seperti dahulu.

tidak tahu definisi dan dampak

17,2%

tahu definisi dan dampak

71,4%

tahu definisi dan dampak 11,4%

Page 64: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

49

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 11. Persentase Penilaian Responden terhadap Pengolahan Limbah yang

Telah Dilakukan Pihak Rumah Sakit Selama ini

Selanjutnya, responden yang pernah merasakan bau akan dibawa pada

pertanyaan apakah mereka merasa terganggu karena bau tidak sedap yang

diakibatkan dari aktivitas rumah sakit. sebanyak 42,9 responden merasa terganggu

dan sebanyak 57,1 responden tidak merasa terganggu dan telah terbiasa. Selain

itu, Rumah Sakit X juga memberikan banyak bantuan untuk warga dalam bentuk

pengobatan gratis, beasiswa pendidikan serta santunan untuk anak-anak yatim

sehingga meskipun letak rumah sakit yang telah lama berdampingan dengan

permukiman warga serta memiliki berbagai permasalahan mengenai limbah,

warga sekitar rumah sakit dan rumah sakit dapat berdampingan dengan harmonis.

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 12. Persentase Responden yang Merasa Terganggu Akibat Adanya

Limbah Rumah Sakit

Masyarakat sekitar rumah sakit menilai bahwa rumah sakit tetap

membuang limbah cair yang membahayakan ke tempat lain dan jauh dari

permukiman wagra. Hal tersebut terjadi karena letak IPAL yang berada di sisi lain

dari permukiman warga sehingga upaya yang dilakukan rumah sakit untuk

malakukan pengolahan limbah dengan membangun IPAL tidak pernah diketahui

oleh warga sekitar.

sangat baik 28,6%

lebih baik 57,1%

masih buruk 14,3%

terganggu 42,9% tidak

terganggu 57,1%

Page 65: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

VII EFISIENSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

RUMAH SAKIT X

Rumah sakit ataupun kegiatan usaha lain yang dapat menghasilkan limbah

cair diwajibkan membuat IPAL untuk menurunkan kadar pencemaran yang

terkandung dalam limbah cair yang dihasilkan tersebut. Namun, pengawasan

terhadap hasil pengolahan IPAL belum banyak diamati dan dipelajari.

Perhitungan efisiensi IPAL perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya

pencemaran lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan memiliki berbagai

parameter pencemaran yang dapat menimbulkan kerusakan bagi lingkungan.

Proses pengolahan limbah cair dengan IPAL dapat menurunkan kadar pencemaran

yang terkandung dalam limbah tersebut. Namun, penurunan setiap parameter

kadar pencemaran limbah harus sesuai dengan peraturan pemerintah dan tidak

melebihi baku mutu yang ditentukan. Kemampuan IPAL seharusnya terus diamati

secara berkala untuk menjaga kandungan pencemaran tetap berada pada batas

aman sehingga kualitas lingkungan dapat terus terjaga. Kemampuan fisik IPAL

dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan efisiensi dan uji statistik.

7.1 Efisiensi Kemampuan Fisik IPAL Rumah Sakit X

Penilaian kemampuan fisik IPAL dilakukan dengan mengolah data dari uji

laboratorium terhadap sampel hasil olahan IPAL yang dibandingkan dengan hasil

uji laboratorium sebelum pengolahan serta membandingkannya dengan standar

baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Parameter pencemaran yang di uji dalam

penelitian ini yaitu BOD, COD, TSS dan . Berdasarkan hasil uji laboratorium,

nilai BOD sebelum dan sesudah pengolahan mengalami penurunan. Rata-rata inlet

BOD adalah sebesar 85 mg/l dimana jumlah tersebut berada jauh lebih tinggi

daripada standar baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah sebesar 50 mg/l.

setelah pengolahan, konsentrasi BOD rata-rata turun menjadi 5,39 mg/l.

Penurunan parameter BOD tersebut pada posisi di bawah standar baku mutu atau

dengan kata lain air limbah dapat dibuang tanpa membahayakan lingkungan.

Page 66: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

51

Sumber: Data Divisi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit X

Gambar 13. Perbandingan Konsentrasi Parameter BOD Limbah Cair

Rumah Sakit X tahun 2006-2013 dengan Standar Baku Mutu

Penurunan yang terjadi pada parameter COD terlihat signifikan dengan

rata-rata inlet COD sebesar 249 mg/l dan standar baku mutu untuk COD adalah 80

mg/l. Berdasarkan data outlet yang ada di Rumah Sakit X, di dapatkan rata-rata

outlet sebesar 24,43 mg/l. Jumlah tersebut sangat jauh dari standar baku mutu

yang ditetapkan pemerintah. Hal ini membuktikan IPAL Rumah Sakit X bekerja

dengan baik dalam menurunkan kadar pencemaran COD.

Sumber: Data Divisi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit X

Gambar 14. Perbandingan Konsentrasi Parameter COD Limbah Cair

Rumah Sakit X tahun 2006-2013 dengan Standar Baku Mutu

Parameter selanjutnya yang dinilai dalam penelitian ini adalah TSS. Rata-

rata inlet TSS dari limbah Rumah Sakit X adalah sebesar 62 mg/l. setelah

dilakukan pengolahan dengan IPAL, didapatkan outlet rata-rata sebesar 3,93 mg/l.

0

20

40

60

80

100

inlet rata-

rata

BM outlet rata-

rata

mg/l

Konsentrasi BOD

Konsentrasi BOD

0

50

100

150

200

250

inlet rata-

rata

BM outlet rata-

rata

mg/l

Konsentrasi COD

Konsentrasi COD

Page 67: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

52

Nilai outlet tersebut berada dibawah standar baku mutu yang telah ditetapkan

pemerintah yaitu sebesar 50 mg/l. Hasil tersebut menunjukkan bahwa IPAL

Rumah Sakit X dapat menurunkan kadar pencemaran TSS dengan baik dan tidak

membahayakan lingkungan.

Sumber: Data Divisi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit X

Gambar 15. Perbandingan Konsentrasi Parameter TSS Limbah Cair

Rumah Sakit X tahun 2006-2013 dengan Standar Baku Mutu

Parameter terakhir yang diamati dalam penelitian ini adalah yang

memiliki standar baku mutu sebesar 10 mg/l. Setelah dilakukan pengolahan

dengan IPAL didapatkan nilai outlet rata-rata sebesar 3,08 mg/l. penurunan

tersebut menunjukkan IPAL Rumah Sakit X bekerja dengan baik dan hasil

pengolahan tidak membahayakan bagi lingkungan.

Sumber: Data Divisi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit X

Gambar 16. Perbandingan Konsentrasi Parameter Limbah Cair

Rumah Sakit X tahun 2006-2013 dengan Standar Baku Mutu

0

20

40

60

80

inlet rata-

rata

BM outlet rata-

rata

mg/l

Konsentrasi TSS

Konsentrasi TSS

0

5

10

15

20

25

30

inlet rata-

rata

BM outlet rata-

rata

mg/l

Konsentrasi NH3

Konsentrasi NH3

Page 68: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

53

Kualitas limbah cair akan tergantung pada kemampuan fisik IPAL dan

salah satu cara untuk mengukur hal tersebut adalah dengan menggunakan

perhitungan standar efisiensi yaitu dengan cara membandingkan penurunan

konsentrasi dengan inlet limbah. Kemampuan fisik IPAL Rumah Sakit X yang

bersistem aerob-anaerob ini diamati dengan mengambil sampel inlet dan outlet

dari parameter BOD, COD, TSS dan . Nilai yang dimasukkan dalam

perhitungan efisiensi adalah nilai rata-rata inlet dan outlet masing-masing

parameter, yaitu pada BOD sebesar 85 mg/l dan 5,39 mg/l, pada COD sebesar 249

mg/l dan 24,43 mg/l, pada TSS sebesar 62 mg/l dan 3,93 mg/l serta pada

sebesar 28,82 mg/l dan 3,08 mg/l. Perubahan nilai inlet masing-masing parameter

dari waktu ke waktu tidak terlalu signifikan. Berbeda dengan nilai outlet yang

mangalami fluktuasi cukup signifikan dari waktu ke waktu. Fluktuasi yang terjadi

pada nilai outlet dipengaruhi oleh debit limbah, kinerja bakteri, oksigen dan

kinerja pompa blower yang digunakan. Apabila debit limbah tinggi, bakteri yang

dibutuhkan pun lebih banyak dan bekerja lebih keras untuk menurunkan

konsentrasi limbah.

Berdasarkan data hasil uji laboratorium, diperoleh rata-rata efisiensi > 80

persen untuk keempat parameter yang diuji. Nilai efisiensi yang didapatkan

tersebut menunjukkan kemampuan fisik IPAL yang dimiliki Rumah Sakit X baik

dan efisien. Nilai efisiensi tertinggi adalah penurunan parameter BOD sebesar

93,66 persen yang berarti IPAL Rumah Sakit X efisien menurunkan konsentrasi

BOD 93,66 persen atau sebesar 79,61 mg/l. Efisiensi terendah adalah penurunan

parameter , yaitu sebesar 89,31 yang berarti IPAL Rumah Sakit X efisien

menurunkan konsentrasi 89,31 persen atau sebesar 25,74 mg/l. Sedangkan

untuk parameter lain memiliki efisiensi sebesar 93,65 persen atau 98,07 mg/l

untuk TSS dan 90,19 persen atau 224,57 mg/l untuk COD.

Berdasarkan kategori efisiensi Metcalf & Eddy (1991) untuk parameter

BOD, COD dan TSS, Rumah Sakit X yang menggunakan IPAL dengan sistem

aerob-anaerob dapat dikatakan efisien untuk semua parameter yaitu BOD, COD

dan TSS. Ketiga parameter tersebut memiliki nilai efisiensi lebih dari 90 persen

yang berarti memenuhi syarat efisiensi menurut Metcalf & Eddy.

Page 69: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

54

Kapasitas pengolahan limbah dapat diperkirakan dari data inlet dan outlet

yang ada. Kapasitas pengolahan limbah menunjukkan besarnya daya tampung

IPAL dalam mengolah setiap parameter limbah cair. Kapasitas untuk masing-

masing parameter ditentukan dengan mengalikan penurunan konsentrasi

parameter dengan debit limbah. Data debit limbah yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data debit limbah rata-rata yang dihasilkan Rumah Sakit X

setiap harinya, yaitu sebesar 20 .

Kapasitas pengolahan yang paling besar adalah pada parameter COD

dengan kapasitas rata-rata sebesar 4,49 kg/hari. Sedangkan kapasitas pengolahan

yang paling kecil adalah pada parameter dengan rata-rata kapasitas

pengolahan sebesar 0,51 kg/hari. Rata-rata kapasitas pengolahan pada parameter

BOD dan TSS masing-masing sebesar 1,59 kg/hari dan 1,16 kg/hari. Perhitungan

ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pihak terkait mengenai daya

tampung IPAL dalam mengolah setiap parameter yang ada dalam limbah.

Nilai lain yang perlu diperhitungkan dalam pengolahan limbah selain

efisiensi dan kapasitas adalah beban pencemaran limbah. Nilai beban pencemaran

ini menunjukkan berapa besar nilai masing-masing parameter limbah setiap

harinya. Nilai beban pencemaran diperoleh dengan mengalikan konsentrasi outlet

dengan debit limbah. Berdasarkan data yang ada, nilai rata-rata pencemaran yang

tertinggi adalah COD dengan beban pencemaran rata-rata sebesar 0,49 kg/hari.

Sedangkan nilai rata-rata pencemaran yang terendah adalah dengan beban

pencemaran rata-rata sebesar 0,06 kg/hari. Nilai rata-rata beban pencemaran untuk

parameter lain yaitu BOD dan TSS masing-masing sebesar 0,11 kg/hari dan 0,08

kg/hari. Nilai beban pencemaran juga dapat digunakan untuk mengetahui apakah

beban pencemaran masing-masing parameter masih dapat diterima oleh

lingkungan atau tidak melebihi beban pencemaran yang ditentukan.

Nilai beban pencemaran Rumah Sakit X yang didapatkan dari hasil

perhitungan disebut dengan beban pencemaran aktual (BPA). Beban pencemaran

actual (BPA) dapat dibandingkan dengan badan pencemaran maksimum untuk

mengetahui apakah beban pencemaran yang dihasilkan dari pengolahan limbah

tetap mencemari atau tidak mencemari. BPM dapat dihitung dengan mengalikan

Page 70: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

55

standar baku mutu masing-masing parameter dengan debit limbah yang dihasilkan

setiap harinya.

Tabel 5. Penentuan Beban Pencemaran Limbah Rumah Sakit X

Parameter BPM (kg/hari) BPA (kg/hari) Keterangan

BOD 1 0,11 tidak mencemari

COD 1,6 0,49 tidak mencemari

TSS 1 0,08 tidak mencemari

0,2 0,06 tidak mencemari

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan yang ada, konsentrasi dari parameter-

parameter limbah seluruhnya dapat dikatakan tidak mencemari lingkungan atau

berada di bawah BPM. BPA yang dimiliki masing-masing parameter untuk BOD

sebesar 0,11 kg/hari, COD sebesar 0,49 kg/hari, TSS 0,08 kg/hari dan untuk

sebesar 0,06 kg/hari.

Selain beban pencemaran yang diperhatikan, juga perlu diperhatikan baku

mutu limbah cair (BMLC). Nilai BMLC menunjukkan seberapa besar pencapaian

target untuk disesuaikan dengan baku mutu pada masing-masing parameter

limbah. Nilai BMLC dihitung dengan mengurangkan nilai dua kali baku mutu

dengan konsentrasi outlet dan dibagi dengan baku mutu parameter serta

dinyatakan dengan persentase.

Nilai BMLC Rumah Sakit X berdasarkan hasil perhitungan didapatkan

nilai BMLC tidak sama dengan baku mutu. Berbanding lurus dengan nilai rata-

rata BPA dimana seluruh parameter memenuhi target pencapaian atau berada di

bawah standar baku mutu karena nilainya berkisar antara 150 persen sampai

dengan 200 persen. Pencapaian target BMLC untuk masing-masing parameter

BOD, COD, TSS dan adalah 189,22 persen, 169,46 persen, 192,13 persen

dan 169,20 persen.

Page 71: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

56

Tabel 6. Nilai Rata-rata Efisiensi, Kapasitas, Beban Pencemaran Aktual dan

Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL Rumah Sakit X Tahun

2006-2013

Par

Std

BM

(mg/l)

Debit

rata-rata

( hari)

Inlet

rata-rata

(mg/l)

Outlet

rata-rata

(mg/l)

Efisiensi

rata-rata

(persen)

Kapasitas

rata-rata

(kg/hari)

BPA

rata-rata

(kg/hari)

BMLC

rata-rata

(persen)

BOD 50

20

85 5,39 93,66 1,59 0,11 189,22

COD 80 249 24,43 90,19 4,49 0,49 169,46

TSS 50 62 3,93 96,66 0,08 0,08 192,13

10 28,82 3,08 89,31 0,06 0,06 169,20

Sumber: Data Primer (diolah)

7.2 Uji Statistik Kemampuan Fisik IPAL Rumah Sakit X

Efisiensi IPAL dalam mengelola limbah dipengaruhi oleh kemampuan

IPAL mengolah menurunkan kadar pencemaran yang terkandung dalam limbah.

Kemampuan IPAL dalam menurunkan kadar pencemaran setiap parameter secara

signifikan menunjukkan kemampuan yang baik dalam pengolahan limbah.

Penurunan kadar pencemaran setiap parameter secara signifikan diketahui dengan

melakukan pengujian terhadap 30 data outlet limbah berdasarkan uji laboratorium

BPLHD Kota Jakarta.

Uji-t yang dilakukan menggunakan selang kepercayaan sebesar 95 persen.

P-value dari uji-t yang dilakukan untuk semua parameter yang diuji, yaitu BOD,

COD, TSS dan adalah 0,0000. P-value dengan nilai kurang dari taraf nyata

sebesar 5 persen, menunjukkan penurunan konsentrasi limbah Rumah Sakit X

adalah sangat signifikan.

Tabel 7. Hasil Uji-t Penurunan Konsentrasi per Parameter Limbah Cair

Rumah Sakit X Tahun 2006-2013

No Indikator Observasi Uji Statistik: T-Paired

Mean Std Dev T-Value P-Value

1 BOD Inlet 85 0,000 163,43 0,000

Outlet 5,391 2,668

2 COD Inlet 249 0,000 94,71 0,000

Outlet 24,432 12,988

3 TSS Inlet 62 0,000 105,84 0,000

Outlet 3,933 3,005

4 Inlet 28,820 0,000 27,12 0,000

Outlet 3,080 5,198

Sumber: Data Primer (diolah)

Page 72: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

57

Kualitas yang diharapkan dalam pengelolaan limbah adalah bukan hanya

penurunan konsentrasi secara signifikan melainkan juga pemenuhan standar baku

mutu yang disyaratkan. Digunakan uji-t dengan menggunakan data outlet

sebanyak 30 titik untuk mengetahui apakah pemenuhan kualitas masing-masing

parameter dengan standar baku mutu tercapai dengan uji statistik,. Sama halnya

dengan uji-t untuk mengetahui signifikansi penurunan konsentrasi limbah, selang

kepercayaan yang digunakan adalah sebesar 95 persen.

Tabel 8. Hasil Uji-t Pencapaian Konsentrasi per Parameter Limbah Cair Rumah

Sakit X Sesuai dengan Standar Baku Mutu

No Indikator Observasi Uji Statistik: T-Paired

Mean Std Dev T-Value P-Value

1 BOD Outlet 5,391 2,668 -91,58 0,000

2 COD Outlet 24,432 12,988 -23,43 0,000

3 TSS Outlet 3,933 3,005 -83,97 0,000

4 Outlet 3,080 5,198 -7,29 0,000

Sumber: Data Primer (diolah)

P-Value dari uji-t untuk kesemua parameter BOD, COD, TSS dan

adalah 0,0000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa outlet dari parameter

tersebut secara signifikan telah memenuhi standar baku mutu yang disyaratkan.

Hasil dari uji-t dalam mengetahui signifikansi pencapaian kualitas limbah yang

sesuai dengan standar baku mutu sesuai dengan ketentuan pemerintah daerah.

7.3 Hubungan Nilai Efisiensi Pengolahan Limbah dengan

Ekonomi Perusahaan Rumah Sakit dan Masyarakat Sekitar

Limbah yang dihasilkan dari berbagai kegiatan rumah sakit membuat

pengelola rumah sakit wajib untuk membangun IPAL sehingga dampak atau

eksternalitas negatif dari limbah yang dihasilkan dapat diatasi dan mencegah

terjadinya pencemaran. Pembangunan IPAL dan dalam menjalankannya

membutuhkan biaya yang tinggi. Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam hal

ini rumah sakit bukan hanya biaya privat untuk menyelenggarakan pelayanan

kesehatan sesuai dengan fungsi rumah sakit, melainkan juga biaya pengelolaan

lombah yang termasuk dalam biaya eksternal. Kedua biaya yang dikeluarkan

rumah sakit tersebut merupakan biaya sosial yang besarnya melebihi biaya privat.

Page 73: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

58

Rumah Sakit X belum pernah membandingkan kinerja IPAL dengan

seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengelola limbah cair sampai saat ini. Nilai

efisiensi dapat dijadikan sebagai bahan untuk membandingkan manfaat yang

didapat dari adanya pengelolaan limbah cair dengan seluruh biaya yang

dikeluarkan dalam pengelolaan limbah cair. Jika efisiensi atau manfaat yang

diperoleh rumah sakit belem sesuai dengan biaya yang dikeluarkan, maka

pengelola rumah sakit perlu melakukan evaluasi menyeluruh dalam pembiayaan

pengelolaan limbah maupun secara teknis. Nilai efisiensi juga dapat menjadi

pertimbangan dalam memilih atau mengganti jenis teknologi pengolahan limbah

lain yang lebih efisien baik dalam segi teknis maupun pembiayaan.

Hasil yang didapatkan dari perhitungan efisiensi dan beban pencemaran

aktual membuktikan IPAL yang dimiliki Rumah Sakit X memiliki kemampuan

yang baik dan efisien untuk pengolahan parameter BOD, COD, TSS dan .

Nilai efisiensi dan BPA yang didapatkan dari keempat parameter tersebut

menjadikan hasil pengolahan limbah atas keempat parameter tersebut dinyatakan

tidak mencemari.

Efisiensi pengolahan limbah yang dilakukan oleh pengelola rumah sakit

tidak hanya bermanfaat bagi rumah sakit tetapi juga bagi masyarakat sekitar

rumah sakit. Hasil pengolahan limbah yang dinyatakan tidak mencemari

menjadikan lingkungan sekitar rumah sakit tetap terjaga sehingga masyarakat

sekitar yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan saluran

pembuangan limbah yang terdapat di sekitar permukiman tidak merasakan

dampak terhadap kesehatan maupun kesejahteraan dari limbah cair rumah sakit.

Hal ini dapat dijadikan sebagai strategi bagi pengelola untuk terus memperbaiki

sistem pengelolaan limbah secara umum dan secara khusus di Rumah Sakit X.

Page 74: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

VIII EFEKTIFITAS BIAYA PENURUNAN

KONSENTRASI PARAMETER LIMBAH

RUMAH SAKIT X

Penggunaan IPAL sebagai alat pengolahan limbah cair rumah sakit telah

menjadi kewajiban sebagai upaya untuk tidak mencemari lingkungan. Namun,

pengawasan pemerintah mengenai hasil pengolahan limbah masih belum optimal

sehingga hasil pengolahan limbah cair rumah sakit yang di buang ke sungai atau

lingkungan tidak diketahui kadar pencemarannya. Penelitian mengenai hasil

limbah cair terus berkembang dan bertambah, namun sedikit penelitian dengan

limbah cair rumah sakit sebagai objeknya. Rumah sakit dengan berbagai aktivitas

didalamnya dapat menghasilkan limbah yang berbahaya bersifat infeksius dan

seharusnya hal ini dapat menjadi perhatian lebih mengingat letak rumah sakit

yang biasanya berada di tengah permukiman masyarakat. Meskipun limbah cair

yang dihasilkan sangat berbahaya, dengan semakin berkembangnya teknologi,

limbah tersebut dapat diolah dan air hasil pengolahan tersebut dapat dimanfaatkan

untuk berbagai aktivitas tertentu seperti mencuci mobil, menyiram tanaman atau

sebagai media memelihara ikan. Namun, pemanfaatan hasil pengolahan limbah

cair rumah sakit masih jarang ditemukan di Indonesia sehingga penelitian

terdahulu yang dilakukan mengenai limbah cair rumah sakit masih sebatas teknis

saja dan belum membahas dari segi ekonomi.

Penelitian mengenai pengolahan limbah dalam sudut pandang ekonomi

perlu dilakukan untuk membantu rumah sakit dalam efisiensi dan dapat menjadi

pertimbangan untuk penghematan biaya dalam pengolahan limbah. Selain itu

penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui alternatif

pengolahan limbah lain yang lebih efektif dengan biaya yang lebih efisien.

Penelitian dalam bidang ekonomi dapat dimulai dengan mengidentifikasi

keseluruhan biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan limbah cair dengan IPAL.

Berdasarkan identifikasi biaya yang digunakan dalam pengolahan limbah cair

dengan IPAL tersebut, dapat diketahui biaya rata-rata pengolahan limbah cair

yang dikeluarkan pihak rumah sakit serta dapat ditentukan biaya pengolahan

limbah cair yang dapat dibebankan kepada pasien. Hal tersebut perlu dilakukan

Page 75: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

60

untuk tetap menjaga keuangan perusahaan dalam hal ini rumah sakit. Diharapkan

dengan adanya biaya yang dibebankan kepada pasien, pengolahan limbah rumah

sakit menjadi lebih baik. Selain itu, dalam penelitian ini akan didapatkan besarnya

biaya yang dibutuhkan dalam menurunkan per-miligram parameter limbah untuk

mengetahui efektifitas biaya penurunan setiap parameternya.

8.1 Biaya-biaya Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit X

Perhitungan biaya penurunan konsentrasi dari setiap parameter limbah

membutuhkan data seluruh biaya mulai dari biaya investasi hingga biaya

operasional. Data biaya yang dibutuhkan seperti biaya investasi IPAL, biaya

operasional, pemeliharaan dan perawatan, gaji pegawai dan biaya listrik. Data

yang digunakan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan rumah sakit mulai

dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Desember 2012. Sedangkan biaya

investasi yang dikeluarkan akan dibagi dengan umur ekonomis IPAL.

Biaya investasi yang dikeluarkan pada tahun 2006 adalah sebesar Rp.

200.000.000,00 dan umur ekonomis IPAL adalah 10 tahun. Biaya instalasi dengan

umur ekonomis 10 tahun adalah sebesar Rp. 20.000.000,00. Biaya operasional

meliputi biaya pembelian kaporid, antifoam dan biaya pembelian pupuk untuk

pakan bakteri. Biaya operasional tersebut merupakan biaya bulanan yang besarnya

sama setiap bulannya yaitu sebesar Rp. 200.000,00. Sedangkan biaya lain di luar

biaya operasional seperti biaya uji laboratorium untuk outlet, pembayaran gaji

pegawai serta pembayaran listrik. Biaya uji laboratorium untuk outlet dikeluarkan

setiap tiga bulan sekali sebesar Rp. 440.000,00. Pembayaran gaji pegawai untuk

pengolahan limbah cair pada tahun 2010, 2011 dan 2012 adalah sebesar Rp.

22.560.000,00, Rp. 23.280.000,00 dan Rp. 24.000.000,00. Sedangkan untuk

pembayaran listrik untuk pengolahan limbah cair di Rumah Sakit X pada tahun

2010, 2011 dan 2012 adalah sebesar Rp. 22.768.276,00, Rp. 25.687.921,00 dan

Rp. 28.900.438,00.

Berdaasarkan hasil identifikasi keseluruhan biaya pengelolaan limbah cair

dengan IPAL, didapatkan besaran biaya pengelolaan limbah cair rata-rata per

tahun sebesar Rp. 78.172.212,00 atau biaya rata-rata per hari sebesar Rp.

214.170,44. Besar biaya tersebut dapat digunakan dalam perhitungan biaya

Page 76: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

61

penurunan konsentrasi per parameter limbah serta sebagai pertimbangan dalam

penentuan biaya yang dapat dibebankan kepada pasien.

Tabel 9. Perhitungan Biaya Pengolahan IPAL Rata-rata per Hari Rumah Sakit X

Tahun 2010-2012.

Jenis Biaya Jumlah (Rp)

Investasi 20.000.000

Operasional & Pemeliharaan 9.106.667

Pembayaran Gaji Pegawai 25.785.545

Listrik 23.280.000

Jumlah biaya rata-rata/tahun 78.172.212

Jumlah biaya rata-rata/hari 214.170,44

Sumber: Data Primer (diolah)

8.2 Perhitungan Unit Daily Cost dari Pengelolaan Limbah Cair

Pengelolaan limbah yang dilakukan rumah sakit membutuhkan biaya yang

merupakan pengeluaran bagi rumah sakit. Biaya yang dikeluarkan untuk

pengolahan limbah merupakan biaya sosial yang di keluarkan sebagai upaya

untuk mengatasi eksternalitas negatif yang ditimbulkan dari adanya aktivitas

rumah sakit yaitu limbah. Pengeluaran yang meningkat dalam suatu managemen

rumah sakit dapat berpengaruh pada aktivitas rumah sakit itu sendiri, seperti

berkurangnya kualitas pelayanan, pengurangan tenaga kerja serta penurunan

keuntungan.

Sebagai rumah sakit swasta, Rumah Sakit X selain menjalankan fungsi

sosialnya, juga harus tetap memperhatikan neraca pengeluaran agar dapat tetap

mempertahankan keuntungan demi kelangsungan rumah sakit. Kewajiban

mengelola limbah cair yang dihasilkan menjadikan Rumah Sakit X harus

membangun IPAL yang membutuhkan biaya dan dapat mempengaruhi neraca

pengeluaran. Sebagai upaya mengurangi beban pengeluaran dalam pengelolaan

limbah cair, rumah sakit dapat membebankan biaya tersebut pada pasien yang

menempati kelas tertentu atau berdasarkan jenis pelayanan kesehatan tertentu

dengan konsep Unit Daily Cost (UDC).

UDC merupakan rata-rata biaya pengelolaan limbah cair yang dikeluarkan

per harinya dibagi dengan jumlah kamar pasien (Djaja, 2006). Perhitungan ini

dapat digunakan untuk mengetahui besar biaya yang dapat dibebankan kepada

Page 77: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

62

pasien rawat inap. Selain pasien rawat inap, penetapan biaya ini juga dapat

dibebankan pada pasien kelas tertentu atau pada unit pelayanan tertentu seperti

operasi besar yang menghasilkan limbah infeksius lebih banyak. Namun,

kebijakan penentuan tarif ini sepenuhnya menjadi hak dari rumah sakit dan

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan jika rumah sakit ingin

melakukan penetapan tarif untuk pengelolaan limbah tersebut.

Berdasarkan perhitungan biaya pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit X,

didapatkan biaya rata-rata pengolahan limbah per hari adalah sebesar Rp.

214.170,44. Sedangkan kapasitas tempat tidur Rumah Sakit X adalah sebanyak 60

bed. Berdasarkan data tersebut, besar UDC yang didapatkan adalah sebesar Rp.

3.569,51. Biaya pengelolaan limbah cair yang dibebankan pada pasien selain

bertujuan untuk menjaga neraca pengeluaran juga sebagai upaya dalam

meningkatkan pengelolaan limbah cair menjadi lebih baik dan dapat

meminimalkan dampak negatif dari limbah terhadap lingkungan dan masyarakat

baik dalam segi ekonomi maupun sosial.

8.3 Perhitungan Rasio Biaya Penurunan Konsentrasi per Parameter Limbah

Setelah diketahui biaya pengolahan IPAL rata-rata per hari, langkah

selanjutnya adalah menghitung biaya pengolahan per hari per liter limbah. Debit

limbah rata-rata Rumah Sakit X setiap harinya adalah sebesar 20 atau 20.000

liter sehingga didapatkan hasil perhitungan biaya pengolahan per hari per liter

limbah sebesar Rp. 10,709. Biaya hasil perhitungan yang didapat, dinyatakan

dalam satuan biaya per hari per liter karena dalam konsentrasi limbah dinyatakan

dengan satuan mg per liter.

Perhitungan untuk mengetahui rasio efektivitas biaya penurunan

konsentrasi per parameter limbah dilakukan dengan membagi biaya pengelolaan

per hari per liter dengan penurunan konsentrasi pada setiap parameter. Parameter

BOD memiliki rata-rata penurunan konsentrasi sebesar 79,61 mg/l sehingga rasio

efektivitas biaya penurunan konsentrasi untuk parameter BOD adalah sebesar

0,135. Hasil efektivitas biaya yang didapatkan tersebut berarti IPAL Rumah Sakit

X dapat menurunkan rata-rata 79,61 mg/l BOD dengan rasio efektivitas biaya

penurunan konsentrasi sebesar 0,135. Sedangkan untuk parameter COD memiliki

Page 78: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

63

rata-rata penurunan konsentrasi sebesar 224,57 mg/l sehingga didapatkan rasio

efektivitas biaya penurunan konsentrasi sebesar 0,048. Rasio efektivitas biaya

penurunan konsentrasi pada parameter COD lebih rendah dari pada rasio

efektivitas biaya penurunan konsentrasi pada parameter BOD. Hal itu terjadi

karena rata-rata penurunan konsentrasi pada parameter COD lebih tinggi dari pada

rata-rata penurunan pada parameter BOD. Semakin besar rata-rata penurunan

konsentrasi pada suatu parameter akan didapatkan rasio efektivitas biaya

penurunan konsentrasi yang relatif lebih kecil. Parameter TSS memiliki

penurunan konsentrasi rata-rata sebesar 58,07 mg/l sehingga didapatkan rasio

efektivitas biaya penurunan konsentrasi sebesar 0,184. Sedangkan untuk

parameter memiliki penurunan rata-rata konsentrasi paling rendah yaitu

sebesar 25,74 mg/l sehingga rasio efektivitas biaya penurunan konsentrasi

parameternya memiliki nilai paling tinggi yaitu sebesar 0,416.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan rasio efektivitas biaya

penurunan konsentrasi yang paling efektif pada pengolahan limbah cair Rumah

Sakit X adalah pada parameter COD dengan rasio efektivitas biaya penurunan

sebesar 0,048 dan penurunan konsentrasi sebesar 224,57 mg/l. Sedangkan rasio

efektivitas biaya yang paling tinggi dibandingkan dengan rasio efektivitas biaya

penurunan parameter lain adalah pada parameter dengan rasio efektivitas

biaya sebesar 0,416 dan memiliki penuruan parameter paling kecil jika

dibandingkan dengan penurunan parameter lain yaitu hanya menurunkan sebesar

25,74 mg/l.

Tabel 10. Rasio Efektivitas Biaya Penurunan Konsentrasi per Parameter Limbah

Rumah Sakit X.

Parameter Biaya/liter (Rp) Penurunan (mg/l) Rasio Efektivitas

Biaya Penurunan

BOD

10,709

79,61 0,135

COD 224,57 0,048

TSS 58,07 0,184

25,74 0,416

Sumber: Data Primer (diolah)

Keterangan: Semua variabel dinyatakan dalam per hari

Page 79: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

64

8.4 Efektivitas Biaya Penurunan Parameter Limbah pada Dua Sistem

Pengolahan Limbah Cair yang Berbeda

Biaya dalam sebuah proyek dapat dikatakan efektif jika nilai rasio

efektivitas biayanya lebih rendah dari rasio efektivitas biaya pada alternatif lain.

Nilai rasio efektivitas biaya penurunan setiap parameter limbah yang didapatkan

akan dibandingkan dengan rasio efektivitas biaya pada penelitian sebelumnya.

Nilai rasio efektivitas biaya yang akan dibandingkan adalah rasio efektivitas biaya

pada penelitian yang dilakukan oleh Haqq tahun 2009.

Lokasi pada penelitian sebelumnya yaitu berada di Kota Semarang.

Rumah Sakit Y merupakan rumah sakit kelas B dengan 295 tempat tidur

berdasarkan data pada tahun 2009. Kapasitas pelayanan yang begitu besar

menjadikan limbah yang dihasilkan juga sangat banyak sehingga diperlukan

sistem pengolahan limbah dengan kapasitas yang besar. Rumah Sakit Y memiliki

IPAL dengan luas sebesar 235,84 . IPAL yang dimiliki oleh Rumah Sakit Y

mampu mengolah limbah cair sebesar 300 atau 300.000 liter setiap harinya

dengan sistem pengolahan Bioreaktor Lumpur aktif. Berikut ini adalah perbedaan

sistem pengolahan limbah cair antara Rumah Sakit X dengan Rumah Sakit Y.

Tabel 11. Perbandingan Sistem Pengolahan Limbah pada Rumah Sakit X dan

Rumah Sakit Y

Indikator Sistem Pengolahan Rumah Sakit

X Y

Tipe Rumah Sakit Kelas D Kelas B

Jumlah Tempat Tidur 60 Tempat Tidur 295 Tempat Tidur

Debit pengolahan limbah per hari 20 300

Luas IPAL 12 235,84

Jenis IPAL Biofilter anaerob-aerob Bioreaktor lumpur aktif

Biaya Investasi Rp. 200.000.000 Rp. 1.200.000.000

Rata-rata biaya pengolahan/tahun Rp. 78.172.212 Rp. 150.426.091

Penurunan Parameter:

BOD 79,61 mg/l 33,25 mg/l

COD 224,57 mg/l 86,86 mg/l

TSS 58,07 mg/l 78,03 mg/l

25,74 mg/l 17,19 mg/l

Keterangan: X = Rumah Sakit yang saat ini diteliti

Y = Rumah Sakit yang telah diteliti dengan kondisi tahun 2006

Page 80: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

65

Kapasitas dan jenis IPAL dipengaruhi oleh debit limbah yang dihasilkan.

Rumah sakit dengan kapasitas tempat tidur lebih banyak membutuhkan IPAL

dengan kapasitas yang lebih besar karena semakin besar daya tampung rumah

sakit maka jumlah limbah yang dihasilkan akan semakin besar. Pengolahan air

limbah rumah sakit dengan kapasitas besar, pada umumnya menggunakan

teknologi pengolahan air limbah “lumpur aktif” atau Activated Sludge Process.

Namun, untuk pengolahan limbah dengan kapasitas kecil seperti pada rumah sakit

kelas c dan d atau jumlah tempat tidur kurang dari 200 dapat menggunakan

teknologi pengolahan air limbah sistem kombinasi Biofilter anaerob dan aerob

karena pengoperasiannya sangat mudah dibandingkan dengan sistem lumpur aktif

dan biaya pengoperasiannya lebih murah (Widayat dan Said, 2005).

Pengolahan limbah antara kedua sistem yang berbeda menghasilkan output

yang berbeda yaitu berupa besarnya penurunan masing-masing parameter

pencemaran. Berdasarkan perbandingan data di atas, penurunan parameter dalam

sistem pengolahan Biofilter anaerob-aerob lebih besar dibandingkan penurunan

parameter dalam sistem pengolahan Bioreaktor lumpur aktif untuk parameter

BOD, COD dan . Sedangkan pada perameter TSS, penurunan parameter

dalam sistem pengolahan Bioreaktor lumpur aktif lebih besar menurunkan kadar

pencemaran TSS dibandingkan dengan Biofilter anaerob-aerob.

Biaya investasi yang besar menjadikan biaya rata-rata pengolahan limbah

cair dengan sistem Bioreaktor lumpur aktif per tahun juga lebih besar dari pada

biaya rata-rata pengolahan limbah cair dengan sistem Biofilter anaerob-aerob per

tahunnya. Biaya rata-rata pengolahan limbah cair dengan sistem Bioreaktor

lumpur aktif per tahun sebesar Rp. 150.426.091 atau sebesar Rp. 412.126,28 per

hari. Biaya rata-rata pengolahan limbah cair per tahun dengan sistem Bioreaktor

lumpur aktif dua kali lebih besar dibandingkan biaya rata-rata pengolahan limbah

cair dengan sistem Biofilter anaerob-aerob. Namun, jika kedua biaya tersebut

dinyatakan dalam satuan yang sama dengan cara membaginya dengan debit

pengolahan limbah per hari masing-masing sistem pengolahan didapatkan biaya

yang dinyatakan dalam satuan rupiah per hari per liter dan didapatkan hasil

perhitungan biaya rata-rata pengolahan limbah per hari per liter pada IPAL

Page 81: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

66

dengan sistem Biofilter anaerob-aerob lebih besar dari pada IPAL dengan sistem

Bioreaktor lumpur aktif.

Berdasarkan data pada penelitian sebelumnya, biaya rata-rata pengolahan

limbah dengan sistem Bioreaktor lumpur aktif adalah sebesar Rp. 1, 374 per hari

per liter. Sedangkan biaya pengolahan limbah rumah sakit dengan sistem Biofilter

anaerob-aerob adalah sebesar Rp. 10,709 per hari per liter. Perbandingan nilai

rasio efektivitas biaya dalam kedua penelitian dapat dilihat dalam tabel di bawah.

Tabel 12. Perbandingan Rasio Efektivitas Biaya Penurunan Konsentrasi per

Parameter Limbah.

Parameter Biaya/Hari (Rp) Rasio Efektivitas Biaya Penurunan

Parameter Limbah

BOD

10,709*

1,374**

0,135* 0,044**

COD 0,048* 0,016**

TSS 0,184* 0,018**

0,416* 0,089**

Sumber: Data Primer (diolah)

Keterangan: * : Biofilter Anaerob-aerob ** : Bioreaktor Lumpur Aktif

Nilai rasio efektivitas biaya pada pengolahan limbah dengan sistem

Biofilter anaerob-aerob lebih besar dari pada rasio efektivitas biaya pengolahan

limbah dengan sistem Bioreaktor lumpur aktif pada setiap parameter. Parameter

BOD dengan sistem Biofilter anaerob-aerob didapatkan nilai rasio efektivitas

biaya sebesar 0,135 sedangkan dengan sistem Bioreaktor lumpur aktif didapatkan

nilai rata-rata rasio efektivitas biaya sebesar 0,044. Parameter lain yang

dibandingkan yaitu COD, TSS dan juga dapat terlihat dengan sistem

Biofilter anaerob-aerob memiliki nilai rasio efektivitas biaya yang lebih besar

dengan perbandingan COD sebesar 0,048 dan 0,016, TSS sebesar 0,184 dan

0,018, sebesar 0,416 dan 0,089.

Page 82: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

IX KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penyusunan skripsi ini,

berikut beberapa hal yang dapat disimpulkan.

1. Rumah Sakit X telah melakukan pengelolaan limbah padat dan cair dengan

baik dan professional. Masyarakat sekitar rumah sakit menilai pengelolaan

limbah yang dilakukan rumah sakit sudah lebih baik karena masyarakat sekitar

menyatakan tidak lagi merasakan bau dan dampak negatif lainnya yang

sebelumnya sering dirasakan.

2. IPAL biofilter anaerob-aerob yang dimiliki Rumah Sakit X memiliki tingkat

efisiensi lebih dari 80 persen untuk semua parameter dan tergolong efisien.

Tingkat efisiensi tertinggi adalah pada parameter TSS sebesar 96,66 persen

dan efisiensi terendah adalah pada parameter sebesar 89,31 persen.

Sedangkan parameter lain dalam penelitian ini yaitu BOD dan COD memiliki tingkat

efisiensi sebesar 93,66 persen dan 90,19 persen. Rata-rata outlet keempat parameter

dalam penelitian ini yaitu BOD, COD, TSS dan dinyatakan telah memenuhi

standar baku mutu berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122

Tahun 2005.

3. Estimasi biaya pengelolaan limbah yang dapat dibebankan kepada pasien

dapat dinyatakan dalam unit daily cost (UDC) sebesar Rp 3.569,51.

Efektivitas biaya penurunan per satuan parameter yang paling efektif pada

pengelolaan limbah cair Rumah Sakit X adalah efektivitas biaya penurunan

parameter COD yaitu sebesar 0,048. Efektivitas biaya pengolahan limbah

dengan IPAL beristem Bioreaktor lumpur aktif lebih efektif dibandingkan

efektivitas biaya pengolahan limbah dengan IPAL bersistem Biofilter

anaerob-aerob.

9.2 Saran

1. Pengelola Rumah Sakit X perlu melakukan pengawasan terhadap kinerja

IPAL secara berkala dengan melakukan pemantauan kinerja IPAL tidak

berdasarkan hasil outlet pengolahan limbah saja melainkan dengan menguji

Page 83: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

68

inlet sehingga efisiensi kinerja IPAL dalam setiap pengelolaan dapat

diketahui.

2. Pengelola Rumah Sakit X seharusnya dapat memanfaatkan air limbah hasil

pengolahan secara optimal dengan menggunakannya sebagai air untuk

mengisi kolam ikan, mencuci kendaraan operasional dan kegiatan lainnya

yang memungkinkan untuk menggunakan air hasil pengolahan limbah

tersebut.

3. Pembiayaan pengelolaan limbah perlu diperhatikan untuk tetap menjaga

stabilitas keuangan rumah sakit yang dapat berpengaruh luas terhadap

pengelolaan limbah dan pelayanan kesehatan rumah sakit.

4. Upaya meningkatkan pengelolaan limbah rumah sakit dengan tetap menjaga

stabilitas keuangan rumah sakit dapat dilakukan dengan membebankan biaya

pengolahan limbah kepada pasien berdasarkan kategori tertentu sesuai dengan

kebijakan rumah sakit.

5. Pemerintah seharusnya lebih meningkatkan pengawasan terhadap

permasalahan limbah yang berasal dari rumah sakit dan tidak hanya

berdasarkan pada hasil uji limbah yang wajib dilakukan setiap 3 bulan sekali.

Page 84: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

69

DAFTAR PUSTAKA

Aqarwal AK. 2005. Limbah Medis: Batasan. New Delhi (IN): School of health

Sciences. Indira Gandhi National Open University.

Azwar A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta (ID): Bina Rupa

Aksara.

Departemen Kesehatan RI. 1992. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

983/Menkes/SK/17/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit.

Departemen Kesehatan RI. 2010. Permenkes RI No. 340/Menkes/Per/III/2010

tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

Departemen Kesehatan RI. 1991. Pedoman Pengelolaan Limbah Klinis. Jakarta

(ID): Ditjen PPM & PLP. Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Pemeliharaan Instalasi Pengolahan

Limbah Cair Rumah Sakit. Jakarta (ID): Ditjen Pelayanan Medik & Ditjen

Instalasi Medik. Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 1993. Dampak Limbah Rumah Sakit. Jakarta (ID):

Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 1996. Pedoman Teknis Pengelolaan Limbah Klinis

dan Disinfeksi & Sterilisasi di Rumah Sakit. Jakarta (ID): Ditjen PPM &

PLP. Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Karakteristik Limbah Rumah Sakit. Jakarta

(ID): Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Deskripsi Umum Rumah Sakit. Jakarta (ID):

Depkes RI.

Djaja IM, Maniksulistya, D. 2006. Gambaran Pengelolaan Limbah Cair di Rumah

Sakit X Jakarta Februari 2006. Makara Kesehatan. 10(2):60-63.

Djaja IM, B Hartono, L Fitria. 2006. Modul Mata Kuliah Manajemen Limbah

Jurusan Kesehatan Masyarakat. Jakarta (ID): Fakultas Kesehatan

Masyarakat. Universitas Indonesia.

Djunaedi H. 2007. Kajian Efektivitas Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit

“Studi Kasus Rumah Sakit di Wilayah DKI Jakarta”. [Disertasi]. Bogor

(ID): Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Page 85: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

70

Fungsi Reaktor Unit-unit IPAL. 2006. Buku Petunjuk Operasional IPAL.1(1):5-8.

Gujarati DN. 2007. Dasar-dasar Ekometrika Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta (ID):

Erlangga.

Hananto WM. 1999. Mikroorganisme Patogen Limbah Cair Rumah Sakit dan

Dampak Kesehatan yang Ditimbulkannya. Buletin Keslingmas. 18(70):37-

44.

Haqq K. 2009. Analisis Efektivitas Biaya dan Penilaian Massyarakat Terhadap

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Telogorejo Semarang. [Skripsi]. Bogor

(ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Kementrian Negara Lingkungan Hidup. 1995. KepMen 58/MenLH/12/1995

tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit.

Levin HM. 1995. Cost Effectiveness Analysis. Oxford (GB): International

Encyclopedia of Economics of Education.

Martono N. 2010. Metode Penelitian Kuantitati: Analisis Isi dan Analisis Data

Sekunder. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada.

Metcalf & Eddy. 1991. Wastewater Engineering : Treatment, Disposal and Reuse.

3rd Edition. New York (US). New McGraw-Hill Inc.

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air.

Sarwoko. 2005. Dasar-dasar Ekonometrika. Yogyakarta (ID): Andi Offset.

Suparmin, Tri C, Budiono Z. 2002. Studi Evaluasi Pengolahan Air Limbah

Rumah Sakit di Provinsi Jateng Tahun 2002. Buletin Keslingmas.

Soeparman HM, Suparmin. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Suatu

Pengantar. Jakarta (ID): EGC.

Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika Edisi Ke-3. Jakarta (ID): Gramedia.

Widayat W, Said NI. 2005. Rancang Bangun Paket IPAL Rumah Sakit dengan

Proses Biofilter Anaerob-Aerob. Jurnal Pusat Pengkajian dan Penerapan

Teknologi Lingkungan. BPPT. 1(1): 52-64.

Page 86: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

71

Lampiran 1

Hasil Uji Laboratorium Sampel Outlet Limbah RS. X (April 2006 – April 2013)

No Parameter

Outlet BOD Outlet COD Outlet TSS Outlet NH3

1 3.8 8.46 5 0.72

2 11.7 50.88 5 1.61

3 7.85 21.48 2 1.35

4 6.3 15.91 15 7.53

5 3.1 13.96 3 0.77

6 5.05 14.89 12 0.08

7 4.6 18 2 6.62

8 8.1 19.23 4 0.38

9 8.55 21.63 2 0.22

10 7.74 14.16 2 0.26

11 7.5 13.77 2 0.06

12 4.59 16.19 3 1.23

13 9.89 26.42 5 5.76

14 4.74 22.41 5 0.13

15 7.7 25.41 5 1.1

16 8.15 18 4 4.13

17 2.59 5.18 2 2.82

18 5.8 14.76 1 0.19

19 2.79 7.71 6 22.6

20 4.8 15.41 3 3.13

21 3.6 9.11 3 0.6

22 7.75 40 5 4.25

23 7.41 40 3 10.58

24 2.33 40 4 0.11

25 1.18 40 3 15.81

26 2.77 40 5 0.1

27 2.9 40 1 0.15

28 3.06 40 1 0.03

29 3.62 40 1 0.03

30 1.79 40 4 0.06 Sumber: Arsip Bagian Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit X (Apr 2006 – Apr 2013)

Page 87: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

72

Lampiran 2

Perhitungan Efisiensi, Kapasitas, Badan Pencemaran Aktual dan Baku mutu

Limbah Cair pada Parameter TSS

BM

TSS

Inlet

TSS

Outlet

TSS Efisiensi debit/hari Kapasitas BPA BMLC

50 62 5 91.935 20 1.14 0.1 190

5 91.935 20 1.14 0.1 190

2 96.774 20 1.2 0.04 196

15 75.806 20 0.94 0.3 170

3 95.161 20 1.18 0.06 194

12 80.645 20 1 0.24 176

2 96.774 20 1.2 0.04 196

4 93.548 20 1.16 0.08 192

2 96.774 20 1.2 0.04 196

2 96.774 20 1.2 0.04 196

2 96.774 20 1.2 0.04 196

3 95.161 20 1.18 0.06 194

5 91.935 20 1.14 0.1 190

5 91.935 20 1.14 0.1 190

5 91.935 20 1.14 0.1 190

4 93.548 20 1.16 0.08 192

2 96.774 20 1.2 0.04 196

1 98.387 20 1.22 0.02 198

6 90.322 20 1.12 0.12 188

3 95.161 20 1.18 0.06 194

3 95.161 20 1.18 0.06 194

5 91.935 20 1.14 0.1 190

3 95.161 20 1.18 0.06 194

4 93.548 20 1.16 0.08 192

3 95.161 20 1.18 0.06 194

5 91.935 20 1.14 0.1 190

1 98.387 20 1.22 0.02 198

1 98.387 20 1.22 0.02 198

1 98.387 20 1.22 0.02 198

4 93.548 20 1.16 0.08 192 Sumber: Data Outlet Rumah Sakit X Apr 2006 – Apr 2013 (diolah)

Rata-rata outlet TSS: 3.93 Baku Mutu Komunal Limbah Cair Domestik sesuai Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta

Nomor 122 Tahun 2005.

Page 88: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

73

Lampiran 3

Perhitungan Efisiensi, Kapasitas, Badan Pencemaran Aktual dan Baku mutu

Limbah Cair pada Parameter NH3

BM

NH3

Inlet

NH3

Outlet

NH3 Efisiensi debit/hari Kapasitas BPA BMLC

10 28.82 0.72 97.501 20 0.562 0.0144 192.8

1.61 94.413 20 0.5442 0.0322 183.9

1.35 95.315 20 0.5494 0.027 186.5

7.53 73.872 20 0.4258 0.1506 124.7

0.77 97.328 20 0.561 0.0154 192.3

0.08 99.722 20 0.5748 0.0016 199.2

6.62 77.029 20 0.444 0.1324 133.8

0.38 98.681 20 0.5688 0.0076 196.2

0.22 99.236 20 0.572 0.0044 197.8

0.26 99.097 20 0.5712 0.0052 197.4

0.06 99.791 20 0.5752 0.0012 199.4

1.23 95.732 20 0.5518 0.0246 187.7

5.76 80.013 20 0.4612 0.1152 142.4

0.13 99.548 20 0.5738 0.0026 198.7

1.1 96.183 20 0.5544 0.022 189

4.13 85.669 20 0.4938 0.0826 158.7

2.82 90.215 20 0.52 0.0564 171.8

0.19 99.340 20 0.5726 0.0038 198.1

22.6 21.582 20 0.1244 0.452 -26

3.13 89.139 20 0.5138 0.0626 168.7

0.6 97.918 20 0.5644 0.012 194

4.25 85.253 20 0.4914 0.085 157.5

10.58 63.289 20 0.3648 0.2116 94.2

0.11 99.618 20 0.5742 0.0022 198.9

15.81 45.142 20 0.2602 0.3162 41.9

0.1 99.653 20 0.5744 0.002 199

0.15 99.479 20 0.5734 0.003 198.5

0.03 99.895 20 0.5758 0.0006 199.7

0.03 99.895 20 0.5758 0.0006 199.7

0.06 99.791 20 0.5752 0.0012 199.4 Sumber: Data Outlet Rumah Sakit X Apr 2006 – Apr 2013 (diolah)

Rata-rata outlet NH3: 3.08

Baku Mutu Komunal Limbah Cair Domestik sesuai Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122

Tahun 2005.

Page 89: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

74

Lampiran 4

Perhitungan Efisiensi, Kapasitas, Badan Pencemaran Aktual dan Baku mutu

Limbah Cair pada Parameter COD

BM

COD

Inlet

COD

Outlet

COD efisiensi debit/hari Kapasitas BPA BMLC

80 249 8.46 96.602 20 4.810 0.169 189.4

50.88 79.566 20 3.962 1.017 136.4

21.48 91.373 20 4.550 0.429 173.1

15.91 93.610 20 4.661 0.318 180.1

13.96 94.393 20 4.700 0.279 182.5

14.89 94.020 20 4.682 0.297 181.3

18 92.771 20 4.62 0.36 177.5

19.23 92.277 20 4.595 0.384 175.9

21.63 91.313 20 4.547 0.432 172.9

14.16 94.313 20 4.696 0.283 182.3

13.77 94.469 20 4.704 0.275 182.7

16.19 93.497 20 4.656 0.323 179.7

26.42 89.389 20 4.451 0.528 166.9

22.41 91 20 4.531 0.448 171.9

25.41 89.795 20 4.471 0.508 168.2

18 92.771 20 4.62 0.36 177.5

5.18 97.919 20 4.876 0.103 193.5

14.76 94.072 20 4.684 0.295 181.5

7.71 96.903 20 4.825 0.154 190.3

15.41 93.811 20 4.671 0.308 180.7

9.11 96.341 20 4.797 0.182 188.6

40 83.935 20 4.18 0.8 150

40 83.935 20 4.18 0.8 150

40 83.935 20 4.18 0.8 150

40 83.935 20 4.18 0.8 150

40 83.935 20 4.18 0.8 150

40 83.935 20 4.18 0.8 150

40 83.935 20 4.18 0.8 150

40 83.935 20 4.18 0.8 150

40 83.935 20 4.18 0.8 150 Sumber: Data Outlet Rumah Sakit X Apr 2006 – Apr 2013 (diolah)

Rata-rata outlet COD: 24.43

Baku Mutu Komunal Limbah Cair Domestik sesuai Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122

Tahun 2005.

Page 90: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

75

Lampiran 5

Perhitungan Efisiensi, Kapasitas, Badan Pencemaran Aktual dan Baku mutu

Limbah Cair pada Parameter BOD

BM

BOD

Inlet

BOD

Outlet

BOD efisiensi debit/hari kapasitas BPA BMLC

50 85 3.8 95.529 20 1.624 0.076 192.4

11.7 86.235 20 1.466 0.234 176.6

7.85 90.764 20 1.543 0.157 184.3

6.3 92.588 20 1.574 0.126 187.4

3.1 96.352 20 1.638 0.062 193.8

5.05 94.058 20 1.599 0.101 189.9

4.6 94.588 20 1.608 0.092 190.8

8.1 90.470 20 1.538 0.162 183.8

8.55 89.941 20 1.529 0.171 182.9

7.74 90.894 20 1.545 0.154 184.5

7.5 91.176 20 1.55 0.15 185

4.59 94.6 20 1.608 0.091 190.8

9.89 88.364 20 1.502 0.197 180.2

4.74 94.423 20 1.605 0.094 190.5

7.7 90.941 20 1.546 0.154 184.6

8.15 90.411 20 1.537 0.163 183.7

2.59 96.952 20 1.648 0.051 194.8

5.8 93.176 20 1.584 0.116 188.4

2.79 96.717 20 1.644 0.055 194.4

4.8 94.352 20 1.604 0.096 190.4

3.6 95.764 20 1.628 0.072 192.8

7.75 90.882 20 1.545 0.155 184.5

7.41 91.282 20 1.551 0.148 185.1

2.33 97.258 20 1.653 0.046 195.3

1.18 98.611 20 1.676 0.023 197.6

2.77 96.741 20 1.644 0.055 194.4

2.9 96.588 20 1.642 0.058 194.2

3.06 96.4 20 1.638 0.061 193.8

3.62 95.741 20 1.627 0.072 192.7

1.79 97.894 20 1.664 0.035 196.4 Sumber: Data Outlet Rumah Sakit X Apr 2006 – Apr 2013 (diolah)

Rata-rata outlet BOD: 5.39

Baku Mutu Komunal Limbah Cair Domestik sesuai Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 122

Tahun 2005.

Page 91: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

76

Lampiran 6

Uji Statistik Kemampuan Fisik IPAL Rumah Sakit X

Paired T-Test and CI: Inlet BOD, Outlet BOD Paired T for Inlet BOD - Outlet BOD

N Mean StDev SE Mean

Inlet BOD 30 85.0000 0.0000 0.0000

Outlet BOD 30 5.3917 2.6680 0.4871

Difference 30 79.6083 2.6680 0.4871

95% lower bound for mean difference: 78.7807

T-Test of mean difference = 0 (vs > 0): T-Value = 163.43 P-Value = 0.000

Paired T-Test and CI: Inlet COD, Outlet COD Paired T for Inlet COD - Outlet COD

N Mean StDev SE Mean

Inlet COD 30 249.000 0.000 0.000

Outlet COD 30 24.432 12.988 2.371

Difference 30 224.568 12.988 2.371

95% lower bound for mean difference: 220.539

T-Test of mean difference = 0 (vs > 0): T-Value = 94.71 P-Value = 0.000

Paired T-Test and CI: Inlet TSS, Outlet TSS Paired T for Inlet TSS - Outlet TSS

N Mean StDev SE Mean

Inlet TSS 30 62.0000 0.0000 0.0000

Outlet TSS 30 3.9333 3.0050 0.5486

Difference 30 58.0667 3.0050 0.5486

95% lower bound for mean difference: 57.1345

T-Test of mean difference = 0 (vs > 0): T-Value = 105.84 P-Value = 0.000

Paired T-Test and CI: Inlet NH3, Outlet NH3 Paired T for Inlet NH3 - Outlet NH3

N Mean StDev SE Mean

Inlet NH3 30 28.8200 0.0000 0.0000

Outlet NH3 30 3.0803 5.1980 0.9490

Difference 30 25.7397 5.1980 0.9490

95% lower bound for mean difference: 24.1272

T-Test of mean difference = 0 (vs > 0): T-Value = 27.12 P-Value = 0.000

Page 92: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

77

One-Sample T: Outlet BOD Test of mu = 50 vs < 50

95%

Upper

Variable N Mean StDev SE Mean Bound T P

Outlet BOD 30 5.39167 2.66796 0.48710 6.21931 -91.58 0.000

One-Sample T: Outlet COD Test of mu = 80 vs < 80

95%

Upper

Variable N Mean StDev SE Mean Bound T P

Outlet COD 30 24.4323 12.9876 2.3712 28.4613 -23.43 0.000

One-Sample T: Outlet TSS Test of mu = 50 vs < 50

95%

Upper

Variable N Mean StDev SE Mean Bound T P

Outlet TSS 30 3.93333 3.00498 0.54863 4.86553 -83.97 0.000

One-Sample T: Outlet NH3 Test of mu = 10 vs < 10

95%

Upper

Variable N Mean StDev SE Mean Bound T P

Outlet NH3 30 3.08033 5.19799 0.94902 4.69284 -7.29 0.000

Page 93: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

78

Lampiran 7

Rekapitulasi Biaya Pengolahan Limbah Rumah Sakit X

Tahun Bulan O&P Listrik SDM Total

2010 Jan 1,040,000 1,775,016 1,880,000 4,695,016

Feb 600,000 1,829,889 1,880,000 4,309,889

Mar 600,000 1,829,889 1,880,000 4,309,889

Apr 1,040,000 1,829,889 1,880,000 4,749,889

May 600,000 1,886,457 1,880,000 4,366,457

Jun 600,000 1,886,457 1,880,000 4,366,457

Jul 1,040,000 1,886,457 1,880,000 4,806,457

Aug 600,000 1,944,798 1,880,000 4,424,798

Sep 600,000 1,944,798 1,880,000 4,424,798

Oct 1,040,000 1,944,798 1,880,000 4,864,798

Nov 1,040,000 2,004,914 1,880,000 4,924,914

Dec 600,000 2,004,914 1,880,000 4,484,914

Jumlah Tahun 2010

9,400,000 22,768,276 22,560,000 54,728,276

2011 Jan 1,040,000 2,004,914 1,940,000 4,984,914

Feb 600,000 2,066,922 1,940,000 4,606,922

Mar 600,000 2,066,922 1,940,000 4,606,922

Apr 1,040,000 2,066,922 1,940,000 5,046,922

May 600,000 2,128,929 1,940,000 4,668,929

Jun 600,000 2,128,929 1,940,000 4,668,929

Jul 1,040,000 2,128,929 1,940,000 5,108,929

Aug 600,000 2,192,790 1,940,000 4,732,790

Sep 600,000 2,192,790 1,940,000 4,732,790

Oct 1,040,000 2,192,790 1,940,000 5,172,790

Nov 600,000 2,258,542 1,940,000 4,798,542

Dec 600,000 2,258,542 1,940,000 4,798,542

Jumlah Tahun 2011

8,960,000 25,687,921 23,280,000 57,927,921

2012 Jan 1,040,000 2,258,542 2,000,000 5,298,542

Feb 600,000 2,325,175 2,000,000 4,925,175

Mar 600,000 2,325,175 2,000,000 4,925,175

Apr 1,040,000 2,325,175 2,000,000 5,365,175

May 600,000 2,394,909 2,000,000 4,994,909

Jun 600,000 2,394,909 2,000,000 4,994,909

Jul 1,040,000 2,394,909 2,000,000 5,434,909

Aug 600,000 2,466,732 2,000,000 5,066,732

Sep 600,000 2,466,732 2,000,000 5,066,732

Oct 1,040,000 2,466,732 2,000,000 5,506,732

Nov 600,000 2,540,724 2,000,000 5,140,724

Dec 600,000 2,540,724 2,000,000 5,140,724

Jumlah Tahun 20112

8,960,000 28,900,438 24,000,000 61,860,438

Page 94: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

79

Lampiran 8

KUESIONER PENELITIAN

Selamat pagi, siang ataupun sore kepada Bapak/Ibu. Saya adalah Akmal

Hartanto, mahasiswa S1 Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, yang saat ini sedang

melakukan penelitian dengan judul penelitian : Efektivitas Biaya Pengelolaan

Limbah Rumah Sakit X di Jakarta Selatan. Saya memohon bantuan Bapak/Ibu

untuk dapat menjawab pertanyaan yang terkait dengan penelitian saya. Mohon

jawab pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jelas dan sejujurjujurnya.

PENILAIAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PENGOLAHAN

LIMBAH RUMAH SAKIT

Nama : ……….

Jenis Kelamin : P / W *)

Alamat : ……….

Umur : ……….tahun

Pendidikan Terakhir : ……….

Pekerjaan : ……….

Lama Tinggal : ............

Jarak Rumah dgn RS : ……….

Pendapatan Keluarga per Bulan: ............

Sudah berapa lama anda mengetahui adanya RS X: ……….

Pilihlah jawaban dengan cara memberi tanda silang (X)!

1. Apakah anda mengetahui apa itu limbah? Berikan contoh limbah (Jika „ya‟,

lanjutkan ke pertanyaan berikut!)

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda mengetahui dampak dari adanya limbah rumah sakit? Sebutkan

dampaknya!

a. Ya ....................................... b. Tidak

3. Limbah rumah sakit apa yang anda rasakan? Padat.......... Cair.............

4. Apakah selama tinggal anda pernah merasakan bau tidak sedap? Seperti apa?

a. Pernah............ b. Tidak

5. Frekuensi merasa bau?

a. Kadang-kadang b. Sering c. Selalu

6. Apakah anda merasa terganggu?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah anda mengetahui bahwa Rumah Sakit X memiliki pengelolaan

limbah?

a. Ya, dari............. b. Tidak

6. Bagaimana penilaian anda mengenai pengelolaan limbah Rumah Sakit X

hingga saat ini?

a. Sangat Baik: tidak pernah merasakan bau

b. Lebih Baik: dahulu merasakan bau dan sekarang tidak lagi

c. Belum Baik: dahulu merasakan bau dan sekarang juga merasakan bau

- Terima Kasih –

Page 95: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

80

Lampiran 9

Foto Hasil Pengamatan Lapang Rumah Sakit X dan Pemukiman Sekitar

Bak-bak IPAL Bak Outlet Tempat Sampah Medis

TPS Sementara Medis Blower

Pemukiman Penduduk Saluran Air/Selokan

Page 96: EFEKTIVITAS BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT … · FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 2013. vi . ... Pencapaian Baku Mutu Limbah Cair pada IPAL

81

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 Maret 1991 dari ayah Riyatno

dan ibu Candraleha. Penulis adalah putra pertama tiga bersaudara. Tahun 2009

penulis lulus dari SMA Negeri 29 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus

seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi

kemahasiswaan di IPB seperti Sharia Ecinomics Student Club (SES-C) periode

tahun 2010/2011 dan mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan di IPB.